ANALISIS SIGNIFIKANSI MAKROEKONOMI DAN INDEKS SAHAM
TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SAHAM SYARIAH
Oleh
Nurrohmaniyah
NIM: 11140860000061
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2018 M
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Nurrohmaniyah
2. Nama Panggilan : Nur
3. Tempat & Tanggal Lahir : Majalengka, 16 Agustus 1997
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Alamat : Jl. Raya Bondan Blok Wideng Rt.14/07,
Sukagumiwang, Indramayu
6. Status : Belum Menikah
7. Kewarganegaraan : Indonesia
8. Nomor Hp : 089618455825
9. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK : RA Nurul Iman Majalengka
2. SD : MI PUI Wideng Indramayu
3. SMP : MTs as-Syifa Wal’ain Bondan Indramayu
4. SMA : MAN Babakan Cirebon
5. S1 : Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Drs. Sofwan
Tempat & Tanggal Lahir : Cirebon, 07 Maret 1963
Pekerjaan : PNS
2. Ibu : Aam Ambariyah
Tempat & Tanggal Lahir : Majalengka, 07 Agustus 1975
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
IV. ORGANISASI
1. Persatuan Mahasiswa Indramayu (Permai-Ayu) DKI Jakarta 2014-2018
2. Ikatan Mutakharrijin Madrasah Aliyah Negeri Jakarta 2014-2017
3. Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD) 2014-2016
vi
ABSTRACT
This study aims to analyze the significant influence of macroeconomic
variables and stock indices namely inflation, exchange rate, gross domestic
product, Indonesia Composite Index, and Jakarta Islamic Index to net asset value
of Shariah Equity Funds in 2012 – 2017. The sample in this study consist of 8
companies registered in the Otoritas Jasa Keuangan (OJK) before Januari 2012
and is still active until December 2017. The method used is panel data analysis
method with Random Effect.
The result of this research is that inflation, gross domestic bruto and JII
have significant influence to NAV of Shariah Equity Funds Partially. While
exchange rate and IHSG have no significant influence on NAV of Shariah Equity
Funds Partially. Simultaneously it was found that inflation, exchange rate, money
supply, GDP, ICI, and JII, had an effect on NAV of Shariah Equity Funds equal to
71,43% and the rest 28,57% influenced by other factors not included in research
model.
Keywords: Inflation, Exchange Rate, GDP, ICI, JII, NAV of Shariah Equity Funds
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh signifikan dari
variabel makroekonomi dan indeks saham yaitu inflasi, kurs, Produk Domestik
Bruto (PDB), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Jakarta Islamic Index
(JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Saham Syariah tahun 2012 –
2017. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 8 perusahaan yang terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelum Januari 2012 dan masih aktif sampai
Desember 2017. Metode yang digunakan adalah metode analisis data panel
dengan Random Effect.
Hasil penelitian ini adalah bahwa inflasi, PDB, dan JII memiliki pengaruh
signifikan terhadap NAB Reksadana Saham Syariah secara parsial. Sedangkan
kurs dan IHSG tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap NAB Reksadana
Saham Syariah secara parsial. Secara simultan diperoleh bahwa inflasi, kurs,
PDB, IHSG, dan JII berpengaruh terhadap NAB Reksadana Saham Syariah
sebesar 71,43% dan sisanya 28,57% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian.
Kata Kunci: Inflasi, Kurs, PDB, IHSG, JII, NAB Reksadana Saham Syariah
viii
KATA PENGANTAR
بسمميحرلا نمحرلا هللا
Alhamdulillahi rabbi-l-alamin, penulis panjatkan rasa syukur atas
kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat, karunia serta kasih
sayang-Nya kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada suri tauladan terbaik, Nabi besar Muhammad SAW. sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Skripsi ini memiliki judul “Analisis Signifikansi Makroekonomi
dan Indeks Saham Terhadap Nilai Aktia Bersih Reksadana Saham
Syariah” yang disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat mencapai
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa,
bimbingan, dukungan, motivasi dan bantuan dari orang-orang yang terbaik
yang ada disekeliling penulis. Karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Terima kasih kepada Allah SWT yang selalu mencurahkan karunia,
rahmat dan rizki-Nya serta selalu memberikan kemudahan sehingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dan meraih gelar Ekonomi di
Universitas ini.
2. Kedua orang tuaku sekaligus cahaya hidupku, Bapak Sofwan dan Ibu
Aam Ambariyah yang dengan ikhlas selalu memberikan dukungan
baik moril maupun materil, selalu memberikan kasih sayang dan
cintanya yang tiada terhingga dan tidak pernah berhenti memanjatkan
doa untuk kesuksesan anaknya. Terima kasih untuk semua kasih
sayang dan pengorbanan yang selalu diberikan. Kalian adalah
motivasi utama bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
ix
3. Adik-adikku tercinta, Khoerunnajahah, M. Nidzomuddin dan Nailil
Muna yang menjadi semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
4. Bapak Dr. Burhanuddin Yusuf, MM., MA selaku dosen pembimbing I
dan Ibu RR. Tini Anggraeni, M.Si selaku pembimbing II yang selalu
meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis
dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan.
6. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Kepala Jurusan Ekonomi
Syariah dan Ibu RR. Tini Anggraeni, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Ekonomi Syariah yang telah memberikan jalan dan kemudahan bagi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Elvira Sitna Hajar selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan semangat dan doa bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mencurahkan
ilmunya kepada kami.
9. Seluruh Jajaran Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas kerja
kerasnya memberikan pelayanan yang terbaik untuk menunjang
kegiatan pembelajaran bagi kami. Khususnya Bapak Ajib yang selalu
bersedia untuk direpotkan kami.
10. Seseorang yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan
kepada penulis, terima kasih untuk selalu menjadi tempat berkeluh
kesah bagi penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman terbaik, Diah Larasati, Siti Jamila, Hujjatul Maryam,
Firsty Izzata Bella, Siti Maesaroh Andini, Zaria Azzahra, Irna Atriani,
Nurul M. M. Terima kasih untuk kebersamaannya selama 8 semester
ini.
12. Teman-teman “cream cost”, Riyu-chan, Echol, Opay, dan Ai. Terima
kasih untuk semua “haha” nya.
x
13. Teman-teman Ekonomi Syariah khususnya angkatan 2014. Terima
kasih atas dukungannya dan rasa kekeluargaannya. Semoga tetap
terjalin silaturahim diantara kita.
14. Keluarga IMMAN Cabang Jakarta, Pemai-Ayu DKI Jakarta, KMSGD
yang telah memberikan pengalaman serta pembelajaran selama ini.
Semoga rasa kekeluargaan ini tetap terjalin diantara kita.
15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih ada
kekurangan, karena keterbatasan yang ada dalam diri penulis. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun masih sangat diperlukan penulis.
Semoga skripsi ini dapat emberikan manfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 12 Mei 2018
Penulis
(Nurrohmaniyah)
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11
D. Manfaat dan Guna Penelitian ..................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 13
A. Investasi...................................................................................................... 13
1. Pengertian Investasi ................................................................................ 13
2. Investasi dalam Perspektif Syariah ......................................................... 15
B. Pasar Modal ................................................................................................ 17
1. Pengertian Pasar Modal .......................................................................... 17
2. Pasar Modal Syariah ............................................................................... 19
C. Reksadana .................................................................................................. 21
1. Pengertian Reksadana ............................................................................. 21
2. Reksadana saham syariah ....................................................................... 28
D. Makroekonomi ........................................................................................... 29
xii
1. Inflasi ...................................................................................................... 29
2. Kurs ........................................................................................................ 32
3. Produk Domestik Bruto (PDB) .............................................................. 34
E. Indeks Saham ............................................................................................. 36
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ................................................ 37
2. Jakarta Islamic Index (JII) ..................................................................... 38
F. Hubungan Antar Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ...... 39
1. Inflasi ...................................................................................................... 40
2. Kurs ........................................................................................................ 41
3. Produk Domestik Bruto .......................................................................... 41
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ................................................ 42
5. Jakarta Islamic Index (JII) ..................................................................... 42
G. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 44
H. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 49
I. Hipotesis ..................................................................................................... 51
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 53
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 53
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 54
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 55
1. Data Sekunder ........................................................................................ 55
2. Library Research .................................................................................... 56
D. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 57
1. Variabel Dependen (Y) .......................................................................... 57
2. Variabel Independen ............................................................................... 57
E. Metode Analisis Data ................................................................................. 59
1. Pengujian Estimasi Model Regresi Data Panel ...................................... 61
2. Pemilihan Model Regresi Data Panel ..................................................... 62
c. Pengujian Hipotesis Regresi Data Panel ................................................ 64
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 67
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 67
1. Reksadana Saham Syariah ...................................................................... 67
xiii
2. Tingkat Inflasi di Indonesia .................................................................... 70
3. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)...................................................................... 70
4. Produk Domestik Bruto .......................................................................... 72
5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ................................................ 73
6. Jakarta Islamic Index (JII) ..................................................................... 74
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................................... 75
1. Hasil Estimasi Model Data Panel ........................................................... 75
2. Hasil Pemilihan Model Data Panel ........................................................ 77
3. Hasil Pengujian Hipotesis Regresi Data Panel ....................................... 79
4. Model Penelitian ..................................................................................... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 93
A. Kesimpulan ................................................................................................ 93
B. Saran ........................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 96
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbandingan Inflasi dan Aktual Inflasi .................................................. 8
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 44
Tabel 3.1 Daftar Reksadana Saham Syariah yang Digunakan dalam Penelitian .. 54
Tabel 4.1 Data NAB Reksadana Saham Syariah Tahunan ................................... 68
Tabel 4.2 Inflasi di Indonesia ................................................................................. 70
Tabel 4.3 Tingkat Kurs Rupiah 2012-2017 ........................................................... 71
Tabel 4.4 Produk Domestik Bruto Menurut Harga Berlaku Tahun 2012-2017 .... 72
Tabel 4.5 Indeks Harga Saham Gabungan 2012-2017 .......................................... 73
Tabel 4.6 Jakarta Islamic Index 2012-2017 ......................................................... 74
Tabel 4.7 Regresi Data Panel Pooled Least Square .............................................. 75
Tabel 4.8 Regresi Data Panel Fixed Effect Model ................................................ 76
Tabel 4.9 Regresi Data Panel Random Effect Model ............................................ 77
Tabel 4.10 Hasil Uji Chow .................................................................................... 78
Tabel 4.11 Hasil Uji Hausman .............................................................................. 79
Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi dengan Random Effect ............................................ 80
Tabel 4.13 Uji F-statistic ....................................................................................... 85
Tabel 4.14 Nilai Adjusted ................................................................................ 86
Tabel 4.15 Nilai Koefisien Variabel ..................................................................... 86
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia ................................. 4
Gambar 1.2 Grafik Pergerakan IHSG dan JII (dalam Rupiah) ............................... 5
Gambar 1.3 Grafik Tingkat Inflasi di Indonesia (dalam Persentase) ....................... 7
Gambar 1.4 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar (dalam Ribu Rupiah) .................. 9
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................. 50
Gambar 4.1 Grafik NAB Reksadana Saham Syariah Tahunan ............................. 69
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data NAB Delapan Reksadana Terpilih ........................................... 99
Lampiran 2 Data PDB Triwulan ......................................................................... 101
Lampiran 3 Hasil Regresi Pooled Least Square ................................................ 101
Lampiran 4 Hasil Regresi Fixed Effect Model ................................................... 101
Lampiran 5 Hasil Regresi Random Effect Model .............................................. 102
Lampiran 6 Hasil Uji Chow ............................................................................... 103
Lampiran 7 Hasil Uji Hausman .......................................................................... 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi syariah saat ini sedang menjadi trend di
beberapa negara, mulai dari lembaga keuangan maupun non lembaga
keuangan. Trend ekonomi syariah ini mempunyai potensi untuk lebih
berkembang lagi, hal ini didorong oleh antusias umat muslim yang
menginginkan dan merindukan produk-produk halal serta berbasis syariah.
Di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim bisa
dibilang terlambat untuk pengaplikasian ekonomi syariah ini jika
dibanding dengan negara sseperti Arab Saudi, Malaysia, Mesir, dan
Negara Teluk lainnya. Namun, sebagai penduduk muslim Indonesia perlu
berbanggahati karena yang pertama kali menginginkan adanya kegiatan
ekonomi berbasis syariah adalah dari penduduknya bukan dari negara
seperti yang terjadi di Negara lain. (Anif dkk. 2014:3)
Prinsip-prinsip yang ada dalam ekonomi syariah pun sudah tidak
asing lagi bagi penduduk muslim. Dalam perkembangannya ekonomi
syariah ini merambah juga pada dunia investasi, melihat saat ini dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang semakin tinggi tidak cukup jika hanya
terfokus pada satu pekerjaan. Masyarakat memerlukan adanya suatu
wadah yang bisa menambah pendapatannya atau setidaknya dapat
2
mempertahankan pendapatan tersebut agar tetap cukup dalam memenuhi
kebutuhan hidup di masa mendatang.
Dalam Islam pun umat muslim tidak dilarang dalam berinvestasi
dan malah dianjurkan karena dapat mendatangkan kemaslahatan bagi
orang lain. Investasi sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu investasi pada
financial assets dan investasi pada real assets. Investasi pada financial
assets dilakukan pada pasar uang misalnya commercial paper, Sertifikat
Deposito, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan lainnya. Investasi
financial assets juga ada di pasar modal misalnya pada obligasi, saham,
opsi, dan lainnya. Sedangkan investasi pada real assets dapat dilakukan
dengan pembelian asset, pendirian pabrik, pembukaan pertanian,
pertambangan, dan lainnya.
Salah satu pilar penting dalam perekonomian dunia adalah adanya
pasar modal. Dari pasar modal inilah industri dan perusahaan
mendapatkan pendanaan untuk memperkuat posisi keuangan dan
mengembangkan perusahaannya. Indonesia menjadi salah satu Negara
yang turut serta mengembangkan industri syariah yang mana investasi
syariah ada didalamnya. Pasar modal syariah akan mempunyai peranan
yang penting didalam meningkatkan pangsa pasar industri keuangan
syariah (Anif dkk. 2014:131)
Sejarah pasar modal syariah di Indonesia dimulai saat
diterbitkannya reksadana syariah oleh PT. Danareksa Investment
3
Management pada tanggal 03 Juli 1997 yang tentunya sangat direspon
baik oleh masyarakat yang memang mempunyai latar belakang agama
Islam dan juga sudah merindukan investasi dengan basis syariah. Pada
perkembanganya, reksadana syariah ini secara resmi baru dimulai saat
diluncurkannya Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 03 Juli 2000 yang
mana saham-saham yang ada didalamnya adalah saham yang sudah dipilih
sesuai syariah. Selanjutnya, JII ini menjadi tolok ukur dalam menilai
kinerja suatu saham yang sesuai dengan syariah (Anif dkk. 2014:61).
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia
(DSN MUI) No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan
Investasi untuk Reksadana Syariah mendefinisikan “Reksadana Syariah
adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syariah
Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik (shahib al-
mal/rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal,
maupun antara manajer investasi sebagai shahib al-mal dengan pengguna
investasi”. Dari definisi diatas, reksadana syariah merupakan reksadana
yang dikelola berdasarkan prinsip Islam dan kebijakan investasinya pun
sesuai dengan prinsip Islam.
Perkembangan reksadana syariah jika dibandingkan dengan
reksadana konvensional bisa dibilang masih tertinggal jauh. Jumlah Nilai
Aktiva Bersih (NAB) untuk reksadana syariah pada tahun 2014 mencapai
Rp 11,158 triliun dan mengalami kemerosotan pada tahun 2015 sekitar
0,98% atau menjadi Rp 11,019 triliun. Jika dibandingkan dengan total
4
dana kelolaan seluruh industri reksadana yang mencapai Rp 271,969
triliun, NAB reksadana syariah hanya mencapai 0,04% dari NAB
reksadana konvensional. Sedangkan jumlah dari reksadana syariah terus
mengalami kenaikan, ditahun 2014 berjumlah 74 reksadana syariah, naik
menjadi 93 reksadana syariah ditahun 2015, 136 reksadana syariah ditahun
2016, dan mencapai 153 reksadana syariah per Juli 2017 (www.bi.go.id 7
Oktober 2017).
Gambar 1.1
Perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia
Sumber: website BI, statistik Reksa 2017
Sempat mengalami kemerosotan di tahun 2015, reksadana syariah
di tahun 2017 mengalami perkembangan. Dana kelolaan reksadana syariah
mencapai Rp 16,8 triliun per Juni 2017 dengan didominasi oleh reksadana
saham syariah sebesar Rp 9,1 triliun atau sekitar 54% dari dana kelolaan
reksadana saham syariah secara keseluruhan (www.infovesta.com 6
November 2017).
5
Reksadana syariah yang masih terus berkembang, saat ini total
dana kelolaannya didominasi oleh reksadana syariah jenis saham yang
mencapai 54% dari keseluruhan dana kelolaan reksadana syariah dan
artinya reksadana syariah jenis saham ini meskipun memiliki tingkat risiko
tinggi tetapi tetap diminati diantara jenis reksadana syariah yang lain
karena memberikan tingkat pengembalian yang juga tinggi.
Di industri reksadana saham sendiri sesuai dengan trend yang
terjadi 10 tahun terakhir kinerja rata-rata reksadana saham masih sulit
mengalahkan IHSG. Reksadana saham membukukan kinerja sebesar 4,6%
dibawah IHSG dan juga masih dibawah JII yang membukukan 5,7%.
Reksadana saham syariah pada dasarnya adalah investasi yang sesuai
dengan hukum agama Islam, dengan begitu reksadana jenis ini terhindar
dari unsur riba dan yang bertentangan dengan hukum Islam
(www.infovesta.com 8 Oktober 2017).
Berikut Gambar 1.2 yang menunjukkan grafik pergerakan IHSG
dan JII selama kurun waktu 6 tahun dari tahun 2012 sampai dengan 2017.
Gambar 1.2
Grafik Pergerakan IHSG dan JII (dalam Rupiah)
0
2000
4000
6000
8000
2012 2013 2014 2015 2016 2017
JII
IHSG
6
Reksadana menjadi suatu wadah berinvestasi bagi investor yang
tidak mempunyai banyak modal dan tidak memiliki banyak waktu untuk
mengelola investasinya dimana reksadana sudah memiliki manajer
investasi yang mendedikasikan waktunya untuk pengelolaan dana di
reksadana sehingga investor tidak perlu repot mencari secara detail
informasi terkait reksadana dan perkembangannya.
Pada umumnya investor menggunakan indeks saham sebagai
indikator dalam melihat pergerakan bursa dan sebagai pembanding untuk
melihat kinerja investasi. Di Indonesia, indeks saham yang paling dikenal
adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan anggota sebanyak
558 perusahaan per 15 Agustus 2017.
Selain IHSG, Jakarta Islamic Index (JII) juga digunakan sebagai
tolok ukur dalam menilai perkembangan suatu investasi pada saham yang
berbasis syariah, yang mana kriteria pemilihan saham yang ada di JII
melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT. Danareksa Investment
Management. Hingga saat ini ada 30 perusahaan yang tergabung dengan
JII.
Saham-saham yang ada di IHSG tidak seperti yang terdaftar di JII
yaitu khusus pada saham syariah yang sudah melewati penilaian sesuai
prinsip syariah, IHSG ini merupakan kumpulan dari saham baik itu saham
syariah maupun konvensional.
7
Saat ini, inflasi di Indonesia mengalami naik turun setiap bulannya
namun masih cenderung stabil dan berada pada kategori rendah, inflasi per
desember 2017 sebesar 3,61%. Berikut grafik inflasi tahunan dari tahun
2012 – 2017.
Gambar 1.3
Grafik Tingkat Inflasi di Indonesia (dalam persentase)
Grafik 1.3 diatas memperlihatkan tingkat inflasi selama 6 tahun
terakhir, tingkat inflasi mengalami penurunan di tahun 2016, namun pada
saat itu dana kelolaan reksadana syariah justru mengalami peningkatan di
banding tahun sebelumnya, hal ini bertentangan dengan pendapat Rafiq
(1996) dalam Adiwarman Karim (2014:139) yang mengatakan bahwa
salah satu dampak buruk dari inflasi adalah menurunnya minat menabung
masyarakat karena efek dari kenaikan inflasi.
Target atau sasaran inflasi adalah tingkat inflasi yang harus dicapai
oleh Bank Indonesia dengan berkoordinasi dengan Pemeritah. Target atau
sasaran ini kemudian menjadi acuan bagi pelaku usaha dan masyarakat
dalam melakukan kegiatan ekonominya. Dalam nota kesepahaman antara
0
2
4
6
8
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Inflasi
Inflasi
8
Pemerintah dan Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan untuk tiga
tahun kedepan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Berdasarkan
PMK No.93/PMK.011/2014 tentang sasaran Inflasi tahun 2016, 2017, dan
2018 tanggal 21 Mei 2014. Sasaran yang ditetapkan oleh Pemerintah
untuk periode 2016-2018 masing-masing sebesar 4%, 4%, 3,5%, masing-
masing dengan deviasi ±5%. Saat ini tingkat inflasi mencapai 3,58% per
Oktober 2017 dengan sasaran inflasi sebesar 4%.
Tabel 1.1
Perbandingan Inflasi dan Aktual Inflasi
Tahun Target Inflasi Inflasi Aktual (%, yoy)
2012 4,5 ±5% 4,30
2013 4,5 ±5% 8,38
2014 4,5 ±5% 8,36
2015 4 ±5% 3,35
2016 4 ±5% 3,02
Sumber : Website BI, Bank Indonesia dan Inflasi
Kurs mata uang juga menjadi faktor makroekonomi yang diduga
dapat mempengaruhi perkembangan NAB reksadana saham syariah. Kurs
mata uang yang menunjukkan nilai mata uang terhadap mata uang asing
perkembangannya dapat mempengaruhi daya beli masyarakat yang mana
berhubungan juga dengan daya beli ekspor impor kemudian berimbas pada
perusahaan yang memproduksinya dan berpengaruh kepada saham dari
perusahaan tersebut.
9
Kurs mata uang rupiah terhadap dolar selama 6 tahun terakhir
mengalami penurunan nilai dilihat dari rata-rata pertahunnya, hal ini
terlihat pada Grafik 1.4 yang menunjukkan angka yang semakin tinggi
yang berarti nilai tukar rupiah terhadap dolar semakin melemah. Berikut
Grafik 1.4 yang menggambarkan rata-rata tahunan nilai tukar rupiah
terhadap dolar.
Gambar 1.4
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar (Dalam Ribu Rupiah)
Berbeda dengan yang sudah dijelaskan di atas, dalam
kenyataannya jika dilihat dari NAB reksadana syariah, penurunan nilai
mata uang tersebut tidak mempengaruhi dana kelolaan yang dimiliki,
terlihat dari NAB reksadana syariah yang mengalami kenaikan dan
merosot ditahun 2015.
Produk Domestik Bruto (PDB) atau bisa juga di sebut Gross
Domestik Bruto (GDB) merupakan nilai keseluruhan barang dan jasa yang
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
2012 2013 2014 2015 2016 2017
kurs
kurs
10
di produksi di dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Menurut
penelitian yang dilakukan Hastri Nurdianti (2010:101) menyatakan bahwa
PDB memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
reksadana pendapatan tetap.
Dibandingkan tahun 2015, PDB Indonesia pada tahun 2016
meningkat sebesar 0,1% dari 4,9% menjadi 5% dengan jumlah PDB
$861,0 milyar ditahun 2015 menjadi $ 933,0 milyar ditahun 2016
(www.indonesia-investment.com 6 November 2017).
Selain faktor mako ekonomi, indeks saham turut diduga menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih (NAB)
reksadana saham syariah.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor apa yang dapat
mempengaruhi minat investor untuk berinvestasi di reksadana saham
syariah dengan menggunakan NAB sebagai tolok ukur dari reksadana
saham syariah.
Nilai Aktiva Bersih adalah nilai yang menggambarkan total
kekayaan bersih reksadana setiap harinya, nilai aktiva ini berubah-ubah
setiap harinya tergantung nilai efek portofolionya. Nilai Aktiva Bersih ini
berguna untuk melihat perkembangan reksadana syariah apakah
mengalami kenaikan atau mengalami penurunan per unit reksadana.
Perubahan Nilai Aktiva Bersih ini menjadi salah satu risiko yang
pasti dihadapi dan dirasakan oleh investor reksadana khususnya reksadana
11
saham. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perubahan Nilai Aktiva
Bersih adalah faktor keadaan makro ekonomi suatu negara dan indeks
saham yang menjadi salah satu metode untuk mengukur pergerakan
kumpulan saham baik saham secara keseluruhan ataupun atas saham-
saham degan kriteria tertentu.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh signifikan dari variabel inflasi terhadap
perkembangan NAB reksadana saham syariah?
2. Apakah terdapat pengaruh signifikan dari variabel kurs terhadap
perkembangan NAB reksadana saham syariah?
3. Apakah terdapat pengaruh signifikan dari variabel Produk
Domestik Bruto (PDB) terhadap perkembangan NAB reksadana
saham syariah?
4. Apakah terdapat pengaruh signifikan dari variabel IHSG terhadap
perkembangan NAB reksadana saham syariah?
5. Apakah terdapat pengaruh signifikan dari variabel JII terhadap
perkembangan NAB reksadana syariah?
6. Apakah terdapat pengaruh signifikan dari variabel inflasi, kurs,
produk domestik bruto, IHSG, dan JII secara simultan terhadap
NAB reksadana saham syariah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui dan menganalisis:
12
1. Pengaruh inflasi terhadap perkembangan NAB reksadana saham
syariah
2. Pengaruh kurs terhadap perkembangan NAB reksadana saham
syariah
3. Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap perkembangan
NAB reksadana saham syariah
4. Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap
perkembangan NAB reksadana saham syariah
5. Pengaruh Jakarta Islamic Index (JII) terhadap perkembangan NAB
reksadana syariah
6. Pengaruh secara simultan dari inflasi, kurs, produk domestik bruto,
IHSG, dan JII terhadap NAB reksadana saham syariah
D. Manfaat dan Guna Penelitian
Penelitian inI bermanfaat dan berguna bagi:
a. Pemegang Saham
Penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan untuk
pengambilan keputusan dalam menanamkan investasi di reksadana
saham syariah.
b. Manajer Investasi
Penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan bagi manajer
investasi sebagai pengelola dana reksadana saham syariah dalam
pengambilan tindakan dan keputusan investasi.
13
c. Penulis
Penelitian ini menjadi motivasi untuk mengembangkan
pengetahuan dan wawasan keilmuan yang didapat selama belajar di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Investasi
1. Pengertian Investasi
Investasi berasal dari bahasa inggris yaitu investment dengan asal
kata invest yang berarti menanam. Dalam kamus lengkap ekonomi,
definisi investasi yaitu penukaran uang dengan bentuk-bentuk
kekayaan lain seperti harta tidak bergerak yang diharapkan dapat
ditahan selama periode waktu tertentu supaya menghasilkan
pendapatan. Dalam berinvestasi, para investor menanamkan uang atau
modal dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa mendatang.
Selain itu, menurut Sharpe dalam Huda dan Nasution (2014:8)
investasi bisa berarti mengorbankan dolar sekarang untuk dolar pada
masa depan. Dari ungkapan diatas, berinvestasi berarti menanamkan
modal atau uang untuk memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa
mendatang.
Para investor dalam berivestasi tentunya mempunyai karakter yang
berbeda, Halim dalam Huda dan Nasution (2014:12) mendefinisikan
setiap karakter dan tipe dari para investor sebagai berikut:
a. Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker). Investor ini
cenderung lebih bersikap agresif dan spekulatif dalam
14
mengambil keputusan investasi. Investor dengan tipe ini akan
lebih memilih mengambil investasi dengan tingkat risiko lebih
besar dibanding dengan risiko kecil meskipun tingkat
pengembaliannya sama.
b. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality). Investor
ini lebih cenderung bersikap fleksibel dan hati-hati dalam
mengambil keputusan investasi. Investor dengan tipe ini akan
meminta tingkat pengembalian yang sama untuk setiap
kenaikan risiko.
c. Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter). Investor
ini lebih cenderung mengambil risiko kecil dalam mengambil
keputusan berinvestasi dan memilih risiko yang kecil dengan
tingkat pengembalian yang sama untuk risiko lain.
Dalam berinvestasi, ada dua hal yang berkaitan yaitu risiko dan
return. Risiko dan return mempunyai hubungan yang positif dan linear
dimana ketika return tinggi maka risiko yang harus dihadapi juga
tinggi, begitu juga sebaliknya. Dalam teori portofolio, risiko dinyatakan
sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan,
risiko mempunyai dua dimensi yaitu menyimpang lebih besar atau lebih
kecil dari return yang diharapkan (Huda dan Nasution, 2014:14).
Menurut teori Capital Asset Pricing Model (CAPM) Markowitz
dalam Heykal (2012:110) menyatakan bahwa risiko terbagi menjadi
dua bagian, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko
15
tidak sistematis adalah risiko yang timbul karena faktor-faktor mikro
yang ada diperusahaan tersebut seperti struktur modal, tingkat
likuiditas, ukuran perusahaan serta kondisi dan lingkungan kerja yang
bisa dihilangkan dengan melakukan diversifikasi.
Sedangkan risiko sistematis adalah risiko yang timbul karena faktor
makro yang mempengaruhi seluruh perusahaan dan tidak bisa
dihilangkan dengan cara diversifikasi seperti kondisi perekonomian
suatu negara, tingkat inflasi, perubahan tingkat suku bunga, dan lain
lain. Penjumlahan kedua risiko ini disebut dengan risiko total.
2. Investasi dalam Perspektif Syariah
Dalam Islam, investasi menjadi salah satu hal yang dianjurkan oleh
Allah untuk setiap muslim. Konsep investasi tidak hanya sebagai
pengetahuan, tetapi juga sebagai hakikat ilmu dan amal yang juga
bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah (Huda dan
Nasution, 2014:18). Hal ini tercantum dalam ayat Al-Qur’an Surat al-
Hasyr Ayat 18, yang berbunyi:
إن الل ولتنظر نفس ما قدمت لغد واتقوا الل يا أيها الذين آمنوا اتقوا الل
ونخبير بما تعمل
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
16
Lafal ولتنظر نفس ما قدمت لغد , ditafsirkan dengan “hitung dan
introspeksilah diri kalian sebelum diintrospeksi, dan lihatlah apa yang
telah kalian simpan (invest) untuk diri kalian dari amal saleh (after
here investment) sebagai bekal kalian menuju hari perhitungan amal
pada hari kiamat untuk keselamatan diri di depan Allah SWT.” Katsir,
2000 (Huda dan Nasution, 2014:18).
Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan hambanya untuk
mempersiapkan hari esok dengan cara berinvestasi, tidak hanya untuk
kehidupan akhirat saja, tetapi kehidupan dunia juga. Selain pada surat
Al-Hasyr ayat 18, perintah berinvestasi secara tegas terdapat dalam
surat Lukman Ayat 34.
ل الغيث ويعلم ما في الرحام عنده علم الساعة وينز وما تدري نفس ماذا إن الل
عليم خبير تكسب غدا وما تدري نفس بأي أرض تموت إن الل
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang hari kiamat; dan Dialah yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang
dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakan besok. Dan
tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan
mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Dalam kitab Zubdatu Tafsir karya Al-Asyqar, lafal نفس ماذا تكسب غدا
ditafsirkan dengan من كسب دين أو كسب دنيا, yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi “ Dari usaha untuk bekal akhirat ataupun untuk
bekal dunia” Al-Asyqar dalam Huda dan Nasution (2014:19). Dengan
demikian, dalam surat tersebut Allah memerintahkan berinvestasi tidak
17
hanya untuk akhirat, tetapi berinvestasi sebagai bekal hidup di dunia
karena tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang akan
dilakukan, diusahakan dan apa yang akan terjadi dihari esok.
B. Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Secara umum, pengertian pasar modal adalah pasar yang
mempertemukan antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus
fund) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit fund), dimana dana
yang diperdagangkan merupakan dana jangka panjang (Abdul Manan,
2009:23). Pasar modal ini merupakan tempat untuk memperdagangkan
saham-saham, obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan jangka
waktu sau tahun ke atas.
Dalam perekonomian, pasar modal menjalankan dua fungsi
sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan keuangan sehingga pasar modal
memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar
modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal
menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua pihak yang memiliki
kepentingan, yaitu antara pihak yang memiliki kelebihan dan ingin
menginvestaikan dengan harapan memperoleh imbal hasil dan pihak
yang memerlukan dana sehingga tidak harus menunggu tersedianya
dana operasional dari perusahaan.
Sedangkan pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan
karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal
18
hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang
dipilih.
Menurut Abdul Manan (2009:25) dalam bukunya disebutkan
bahwa ada tiga istilah yang ada di pasar modal, istilah tersebut yaitu:
a) Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah penjualan perdana saham oleh pihak
yang menerbitkan dalam hal ini perusahaan kepada pemodal
sebelum saham tersebut diperdagangkan dipasar sekunder.
Dengan kata lain, pasar perdana merupakan pasar yang
mempejualbelikan sahamnya secara langsung antara penjual
dengan pembeli.
Pasar perdana ini sangat penting untuk pertumbuhan
ekonomi, karena dari hasil penjualan saham tersebut
perusahaan dapat menggunakan dananya untuk menambah
barang modal untuk memproduksi barang dan jasa.
b) Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder adalah penjualan saham setelah melewati
penjualan di pasar perdana. Penjualan saham di pasar sekunder
ini lebih luas, harga sahamnya pun ditentukan oleh permintaan
dan penawaran antara penjual dan pembeli. Oleh karena
penjualan di pasar sekunder setelah melewati pasar perdana,
jadi hasil dari penjualan saham ini tidak lagi masuk modal
19
perusahaan melainkan masuk ke dalam kas para pemegang
saham yang bersangkutan.
c) Bursa Paralel
Bursa paralel merupakan suatu sistem perdagangan yang
terorganisasi diluar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar
sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan
Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) dengan diawasi dan
dibina Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
2. Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan sesuai
dengan prinsip Islam, setiap transaksi perdagangan surat berharga di
pasar modal dilaksanakan dengan ketentuan syariat Islam (Abdul
Manan, 2009:77). Berbeda dengan pasar modal konvensional yang
mengandung unsur gharar, maysir, dan riba, pasar modal syariah
sudah tentu terbebas dari semua unsur yang bertentangan dengan
syariat Islam tersebut dan akad yang digunakannya pun sesuai dengan
prinsip Islam.
Oleh karena pasar modal syariah dijalankan dengan prinsip Islam,
berikut prinsip-prinsip Islam yang ada dalam pasar modal syariah dan
harus diperhatikan oleh para investor maupun emiten (Abdul Hamid,
2009:76), yaitu:
20
a. Instrumen atau efek yang diperjualbelikan harus sejalan dengan
prinsip syariah yaitu terbebas dari unsur gharar, maysir, dan
riba hal ini bertujuan untuk menghindari adanya salah satu
pihak yang dirugikan karena adanya unsur tersebut.
b. Emiten yang mengeluarkan efek syariah harus menaati semua
aturan syariah, sehingga setiap produk baik barang maupun
jasanya harus sejalan dengan etika dan prinsip Islam.
c. Semua efek harus berbasis pada harta (aset) atau transaksi yang
riil yaitu tidak mengharapkan keuntungan dari hutang piutang.
Oleh karena itu, hasil investasi yang akan diterima pemodal
merupakan manfaat yang diterima perusahaan dari dana atau
harta hasil penjualan efek.
d. Semua transaksi tidak mengandung ketidakjelasan yang
berlebihan (gharar) atau spekulasi murni, tidak mengandung
unsur judi atau pertukaran yang didasari oleh spekulasi yang
tinggi (qimar).
e. Mematuhi semua aturan Islam yang berhubungan dengan utang
piutang, seperti tidak dibenarkan jual beli utang dengan cara
diskon, emiten tidak boleh menerbitkan efek untuk menbayar
kembali utang, maka dana harta hasil penjualan efek diterima
oleh emiten untuk diinvestasikan pada usaha riil.
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia pertama kali
diawali dengan diterbitkannya reksadana syariah pada tanggal 3 Juli
21
1997 diikuti oleh obligasi syariah pada tahun 2002. Namun secara
formal, peluncuran pasar modal dengan prinsip syariah dilakukan pada
Maret 2003. Pada saat itu ditandatangani Nota kesepahaman antara
Bapepam dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) yang dilanjutkan dengan Nota kesepahaman antara DSN-
MUI dengan SROs (Self Regulatory Organizations).
C. Reksadana
1. Pengertian Reksadana
Reksadana atau bisa disebut juga dengan “mutual fund”
mempunyai makna saling menguntungkan (Nor Hadi, 2013:127),
reksadana berasal dari dua kata yaitu reksa yang berarti jaga atau
pelihara dan kata dana yang berarti uang. Sehingga reksadana dapat
diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara.
Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari
masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk
melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan kemampuan
terbatas untuk menghitung keuntungan dan risikonya (Martalena dan
Maya, 2011:83).
Dari pengertian di atas, reksadana merupakan investasi yang tepat
bagi investor pemula yang masih belum terlalu mengerti terkait
investasi dan juga tepat bagi investor yang tidak memiliki banyak
waktu untuk mengelola investasinya karena ada Manajer Investasi
yang mengelola investasi dari para investor tersebut.
22
Dalam UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat 27,
menyatakan bahwa “Reksadana adalah wadah yang digunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan kembali dalam bentuk portofolio efek oleh manajer
investasi”.
Jadi, reksadana merupakan sarana pengumpulan dana dari
sekumpulan investor untuk berinvestasi di instrumen investasi yang
tersedia di pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana yang
selanjutnya dana tersebut dikelola oleh Manajer Investasi (MI)
kedalam portofolio baik berupa saham, obligasi, deposito berjangka,
pasar uang, dan sebagainya.
Portofolio efek sendiri adalah kumpulan surat-surat berharga
(obligasi) saham, surat-surat berharga komersial, dan lain-lain.
Sedangkan manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya
mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola
portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah.
Ketentuan mengenai reksadana syariah ini terdapat pada Fatwa
Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No.
20/DSN-MUI/IX/2000. Fatwa tersebut memuat antara lain:
a) Dalam reksadana konvensional masih terdapat unsur-unsur yang
bertentangan dengan Islam baik dari segi akad, pelaksanaan
investasi maupun dari segi pembagian keuntungan.
23
b) Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang
sesuai dengan Islam, yang meliputi saham yang sudah melalui
penawaran umum dan pembagian dividen didasarkan pada tingkat
laba usaha, penempatan pada deposito dalam bank umum Islam
dan surat utang yang sesuai dengan Islam.
c) Jenis usaha emiten harus sesuai dengan syariah Islam anatara lain
tidak boleh melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada
keuangan ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi serta
memperdagangkan makanan dan minuman haram serta barang-
barang atau jasa yang merusak moral dan membawa mudharat.
Pemilihan dan pelaksanaan investasi harus dilaksanakan dengan
prinsip kehati-hatian dan tidak boleh ada unsur yang tidak jelas
(gharar). Diantaranya tidak boleh melakukan penawaran palsu,
penjualan barang yang belum dimiliki, insider trading atau
menyebarkan informasi yang salah dan menggunakan informasi
orang dalam keuntungan transaksi yang dilarang, serta melakukan
investasi pada perusahaan yang tingkat utangnya lebih dominan
daripada modalnya.
d) Emiten dinyatakan tidak layak berinvestasi dalam reksadana
syariah jika struktur utang terhadap modal sangat bergantung pada
pembiayaan dari utang, yang pada intinya merupakan pembiayaan
yang mengandung unsur riba, emiten memiliki nisbah utang
terhadap modal lebih dari 82% (utang 45%, modal 55%),
24
manajemen emiten diketahui melanggar prinsip-prinsip usaha yang
sesuai syariah.
e) Mekanisme operasional reksadana syariah terdiri dari akad wakalah
antara manajer investasi dan pemodal, serta mudharabah antara
manajer investasi dengan pengguna investasi.
f) Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut:
1) Pembagian keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh
manajer investasi) dan pengguna investasi berdasarkan pada
proporsi yang ditentukan dalam akad yang telah ditentukan
bersama dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu
kepada si pemodal
2) Pemodal menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan
3) Manajer investasi sebagai wakil pemodal tidak menanggung
risiko kerugian atas investasi yang telah dilakukan sepanjang
bukan karena kelalaian
Investasi di reksadana tidak mengahruskan para investornya untuk
mengelola secara langsung investasi yang dimilikinya, karena dalam
berinvestasi di reksadana syariah ada pihak-pihak yang bersedia untuk
mengelola investasi para investor. Menurut Martalena dan Maya
(2011:87) ada lima pihak yang terkait dengan reksadana, yaitu:
1) Manajer Investasi, yaitu pihak yang mengelola Reksadana. Pada
umumnya dilakukan oleh perusahaan sekuritas atau lembaga yang
sudah mendapatkan izin sebagai manajer investasi BAPEPAM.
25
Manajer Investasi ini bertugas untuk mengelola dan terus
memantau perkembangan dari reksadananya.
2) Bank Kustodian, yaitu pihak yang ditunjuk untuk mewakili
kepentingan pemodal dalam mengawasi ketaatan manajer Investasi
terhadap Kontrak Kolektif Investasi (KIK), bertanggung jawab
untuk menyimpan aset reksadana, menjalankan transaksi efek
sesuai perintah Manajer Investasi, melaksanakan administrasi
Reksadana, menghitung Nilai Aktiva Bersih dan memelihara
catatan investor.
3) Auditor, yaitu pihak yang ditunjuk untuk memeriksa secara berkala
kegiatan pengelolaan dana, pembukuan dan perpajakan dari
investasi di reksadana.
4) Konsultan Hukum/Notaris, yaitu pihak yang memberikan opini
hukum terhadap pembentukan Reksadana dan membuat Kontrak
Investasi Kolektif (KIK)
5) Agen Penjual, yaitu pihak yang ditunjuk Manajer Investasi untuk
membantu memasarkan Reksadana kepada nasabah.
Reksadana terbagi menjadi beberapa jenis investasi untuk memilih
konsetrasi portofolionya. Berikut jenis konsentrasi portofolio
reksadana: (Andri Soemitra, 2014:194)
1) Reksadana Pasar Uang, yaitu reksadana yang melakukan investasi
pada pasar uang dengan efek yang jatuh tempo kurang dari satu
tahun. Reksadana ini merupakan reksadana dengan tingkat risiko
26
paling rendah, contoh reksadana syariah jenis ini adalah Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS), sertifikat deposito syariah,
sertifikat investasi mudharabah antar bank, dan surat berharga lain
dengan tempo kurang dari satu tahun yang menggunakan prinsip
syariah.
Reksadana pasar uang termasuk kedalam instrumen
investasi jangka pendek karena waktu jatuh temponya kurang dari
satu tahun dan bukan termasuk kedalam investasi pasar modal
yang memiliki waktu jatuh tempo lebih dari setahun.
2) Reksadana pendapatan tetap, yaitu reksadana yang melakukan
investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivitasnya dalam bentuk
efek berbentuk obligasi syariah dan 20% dari dana yang dikelola
dapat diinvestasikan pada instrumen lainnya.
Reksadana jenis ini memiliki risiko yang relatif lebih besar
dibanding dengan reksadana pasar uang dan memberikan imbal
hasil yang tetap.
3) Reksadana saham, yaitu reksadana yang melakukan investasi
sekurang-kurangnya 80% dari aktivitasnya dalam bentuk efek
bersifat ekuitas (saham) syariah dan 20% dari dana yang dikelola
dapat diinvestasikan pada instrumen lainnya.
Reksadana ini memiliki tingkat risiko yang paling tinggi
dibandingkan dengan reksadana jenis lainnya dengan tingkat
return yang tinggi dan tidak tetap.
27
4) Reksadana campuran. Tidak seperti reksadana pasar uang,
pendapatan tetap, dan saham, reksadana jenis ini dapat melakukan
investasi baik pada efek bersifat ekuitas (saham) syariah dan
obligasi syariah dan porsi alokasi yang lebih fleksibel namun tidak
mengalokasikan dananya kepada investasi di pasar uang.
Dalam menentukan harga beli dan harga jual suatu reksadana alat
yang digunakan adalah dengan melihat Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari
reksadana tersebut. Menurut Heykal (2012:107), Nilai Aktiva Bersih
(NAB) ini menjadi tolok ukur dalam memantau hasil portofolio suatu
reksadana. NAB ini berguna untuk melihat reksadana mana yang tepat
dan menguntungkan untuk berinvestasi.
Dalam perhitungan NAB reksadana telah dimasukkan semua biaya
pengelolaan investasi oleh manajer investasi, biaya bank kustodian,
biaya akuntan publik, dan biaya-biaya lainnya. Pembebanan biaya-
biaya tersebut selalu dikurangkan dari reksadana setiap harinya
sehingga NAB yang diumumkan oleh bank kustodian merupakan nilai
investasi yang dimiliki investor. (Andri Soemitra, 2014:187)
Para investor tidak perlu khawatir terkait biaya-biaya pengelolaan
reksadananya karena dalam perhitungan NAB akhir sudah dikurangi
dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan.
NAB reksadana pada suatu periode dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Total Nilai Aktiva Bersih pada periode tertentu:
28
Total NAB = Nilai Aktiva – Total Kewajiban
Nilai Aktiva Bersih per unit:
NAB per unit =
( )
Dimana:
Total NAB = Jumlah Nilai Aktiva Bersih pada periode tertentu
NAB per unit = Nilai Aktiva Bersih per saham atau unit
penyertaan pada periode tertentu
2. Reksadana saham syariah
Reksadana saham syariah merupakan salah satu jenis dari
reksadana syariah, dimana reksadana saham syariah ini adalah
reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari
portofolio yang dikelolanya kedalam efek bersifat ekuitas (saham) dan
20% dari dana yang dikelola dinvestasikan pada instrumen lainnya.
Reksadana jenis ini memang memiliki tingkat risiko yang tinggi
dibanding dengan jenis saham lainnya, namun tingkat
pengembaliannya juga lebih tinggi (Huda dan Nasution, 2014:112).
Meskipun risiko yang ada pada reksadana saham terbilang tinggi
karena 80% investasi diinvestasikan pada ekuitas (saham) tapi hal ini
juga sebanding dengan tingkat pengembalian yang juga tinggi dari
pada jenis reksadana yang lain.
Saat ini per Agustus 2017 berdasarkan statistik pasar modal syariah
yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ada 44 reksadana
saham syariah yang beredar dan tercatat di OJK.
29
D. Makroekonomi
Dalam ilmu ekonomi, terdapat dua cabang ilmu yaitu ekonomi
makro dan ekonomi mikro. Ekonomi makro adalah kajian ekonomi
mengenai aktivitas ekonomi suatu negara, sedangkan ekonomi mikro
adalah kajian terkait tingkah laku individual dalam ekonomi (Adiwarman
Karim, 2014:1).
Analisis dalam teori makroekonomi lebih menyeluruh atau lebih
global sifatnya, yaitu memerhatikan pada tindakan konsumen secara
keseluruhan, kegiatan keseluruhan pengusaha, dan perubahan-perubahan
keseluruhan dalam kegiatan ekonomi (Sadono Sukirno, 2013:4). Ruang
lingkup makroekonomi lebih luas dibandingkan dengan mikroekonomi,
dalam makroekonomi memerhatikan faktor-faktor yang dapat
memengaruhi perekonomian suatu negara.
1. Inflasi
Menjaga tingkat inflasi tetap berada pada titik rendah merupakan
salah satu tujuan jangka panjang pemerintah (Sadono Sukirno,
2013:333). Menurut Douglas (1982), secara umum inflasi adalah
kenaikan harga barang dan jasa dalam suatu periode tertentu. Definisi
inflasi menurut para ekonom modern adalah kenaikan yang
menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan terhadap barang-
barang/komoditas dan jasa (Adiwarman Karim, 2014:135).
Inflasi merupakan salah satu faktor makroekonomi yang terus
menjadi perhatian pemerintah karena inflasi dapat memengaruhi
30
kegiatan perekonomian suatu negara, sehingga pemerintah harus selalu
menjaga agar inflasi tetap stabil. Tingkat inflasi yang tinggi
mempunyai dampak buruk bagi perekonomian suatu negara, menurut
para ekonom Islam, inflasi berakibat buruk karena:
1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap
fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran dimuka,
dan fungsi dari unit perhitungan.
2) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung
dari masyarakat. Adanya inflasi yang tinggi dan dalam waktu lama
membuat masyarakat berpikir ulang untuk menabungkan uangnya
dan cenderung beralih untuk kegiatan konsumtif.
3) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk
non-primer dan barang-barang mewah.
4) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non produktif, yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: logam mulia, mata uang
asing, tanah, bangunan, dan lainnya.
Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk
mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu, diantaranya
adalah: (Rahardja dan Manurung, 2008:367)
1) Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index).
Indeks Harga Konsumen adalah indeks yang menunjukkan
tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam
satu periode tertentu. Cara perhitungan indeks ini dilakukan
31
dengan menghitung total pembelian atau konsumsi barang dan jasa
dalam satu periode. Rumus perhitungan IHK adalah sebagai
berikut:
Inflasi = ( )
X 100%
Dimana: Inflasi yang dimaksud adalha inflasi tahun yang dituju
dan adalah IHK tahun yang dituju dikurangi 1
2) Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index).
IHPB merupakan indeks yang menghitung tingkat inflasi
dari sisi produsen, IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima
produsen pada berbagai tingkat produksi. Rumus perhitungan
IHPB adalah sebagi berikut:
Inflasi = ( )
X 100%
3) Indeks Harga Implisit (GDP Deflator).
Perhitungan inflasi dengan indeks ini lebih mewakili
keadaan sebenarnya karena tidak terbatas pada beberapa ratus
barang dan jasa ataupun beberapa puluh kota saja. Rumus
perhitungan IHI adalah sebagai berikut:
Inflasi = ( )
X 100%
4) Alternatif dari Indeks Harga Impilisit. Alternatif ini digunakan
apabila perhitungan dengan IHI tidak dapat dilakukan karena tidak
memiliki data IHI. Pada saat tidak memiliki data IHI, hal ini bisa
diatasi karena memang prinsip dasar perhitungan inflasi
32
berdasarkan deflator PDB adalah membandingkan tingkat
pertumbuhan ekonomi nominal dengan pertumbuhan riil. Selisih
keduanya merupakan tingkat inflasi, atau dirumuskan dengan:
Inflasi = Pertumbuhan Nominal – Pertumbuhan Riil
2. Kurs
Setiap mata uang memiliki nilai atau harganya masing-masing
terhadap mata uang yang lain, harga dari mata uang disebut sebagai
kurs (exchange rate). Menurut Douglas (1982) dalam Adiwarman
Karim (2014:157), kurs mata uang adalah catatan harga pasar dari
mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik
(domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang
domestik dalam mata uang asing.
Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai jumlah uang
domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan
untuk memperoleh satu unit mata uang asing (Sadono Sukirno,
2013:397)
Kurs mempengaruhi perekonomian dan kehidupan kita sehari-hari
(Mishkin, 2011:107). Kurs dolar merupakan salah satu dari lima mata
uang yang diakui dunia memiliki pengaruh terhadap mata uang
lainnya. Ketika kurs dolar ini lebih berharga dari mata uang lain, maka
barang-barang luar negeri menjadi lebih murah bagi orang Amerika
dan menjadi mahal bagi orang asing. Begitu juga sebaliknya, ketika
kurs dolar mengalami penurunan nilai maka harga barang-barang luar
33
negeri menjadi lebih mahal bagi orang Amerika dan lebih murah bagi
orang asing.
Sistem kurs dalam sistem keuangan internasional digolongkan
menjadi dua jenis dasar yaitu kurs tetap (fixed) dan kurs mengambang
(floating). Sistem kurs tetap (fixed exchange rate regime), nilai mata
uang dibuat relatif terhadap nilai mata uang lain atau disebut mata
uang jangkar (anchor currency) sehingga kurs dibuat tetap. Sedangkan
dalam sistem kurs mengambang (floating exchange rate regime), nilai
mata uang dibiarkan berfluktuasi terhadap mata uang lainnya. Namun,
apabila negara-negara berupaya untuk memengaruhi kursnya dengan
membeli dan menjual mata uang, maka sistem tersebut dinamakan
dengan sistem mengambang terkendali (managed float rezime atau
dirty float) (Mishkin, 2011:148)
Dalam Islam, penyebab dari adanya fluktuasi pada nilai tukar suatu
mata uang digolongkan dalam dua kelompok, yaitu: (Adiwarman
Karim, 2014:167)
a. Natural exchange rate fluctuation yang terjadi didalam negeri.
Fluktuasi nilai tukar ini terjadi karena akibat dari perubahan-
perubahan yang terjadi pada permintaan agregat (AD) dan juga
akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada penawaran
agregat (AS).
b. Human error exchange rate fluctuation yang terjadi didalam
negeri. Fluktuasi nilai tukar ini terjadi karena beberapa hal, yaitu:
34
Korupsi dan buruknya administrasi, Excessive tax (pajak penjualan
yang tinggi) dan Excessive seignorage (pencetakan uang secara
berlebihan)
3. Produk Domestik Bruto (PDB)
Istilah Produk Domestik Bruto (PDB) dalam bahasa Inggris yaitu
Gross Domestic Product (GDP) yang merujuk pada pengertian yaitu
nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar yang diproduksi
oleh sebuah perekonomian dalam satu periode (kurun waktu) dengan
menggunakan faktor-faktor produksi yang berada (berlokasi) dalam
perekonomian tersebut (Rahardja dan Manurung, 2008:224).
Dari pengertian tersebut, Produk Domestik Bruto (PDB) dapat
diartikan sebagai nilai keseluruhan output barang dan jasa yang
diproduksi di dalam wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu,
barang dan jasa yang dihitung adalah yang digunakan oleh pengguna
akhir dan bukan yang digunakan untuk proses produksi selanjutnya.
Dalam perhitungan PDB produksi barang dan jasa yang dihitung
tidak hanya yang diproduksi oleh perusahaan milik penduduk negara
tersebut tetapi oleh penduduk negara lain (Sadono Sukirno, 2013:34).
PDB dalam perhitungannya tidak memisahkan antara produksi yang
dilakukan oleh warga negara sendiri dengan warga negara asing, tetapi
menghitung secara keseluruhan jumlah produksi yang ada di
negaranya.
35
Persamaan identitas yang menggambarkan komponen-komponen
dari PDB (Mankiw, 2006:25) adalah sebagai berikut:
Y = C + I + G + NX
Dimana:
Y = Produk Domestik Bruto (PDB)
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Belanja Negara
NX = Ekspor Netto (ekspor – impor)
Pos pendapatan nasional membagi PDB/GDP menjadi empat pos
pengeluaran yaitu konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan ekspor
bersih (Mankiw, 2006:25). Konsumsi terdiri dari barang dan jasa yang
dibeli rumah tangga. Konsumsi ini dibagi menjadi tiga subkelompok
yaitu:
a) Barang tidak tahan lama, yaitu barang yang habis dipakai
dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian.
b) Barang tahan lama, yaitu barang-barang yang memiliki usia
panjang, seperti kendaraan.
c) Jasa meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh
individu dan perusahaan, seperti jasa dokter.
Sedangkan investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk
penggunaan masa depan. Government purchase/pembelian pemerintah
adalah barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah, baik pemerintah
36
pusat, negara bagian, dan daerah, contohnya adalah pembelian
peralatan militer dan pemberian balas jasa kepada pegawai pemerintah.
Komponen terakhir dari PDB yaitu ekspor neto (net expors) adalah
nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain dikurangi dengan
nilai barang dan jasa yang diimpor dari negara lain. Ekspor neto
bernilai positif ketika ekspor lebih besar daripada impor, begitupun
sebaliknya.
Agar perhitungan PDB mendapatkan hasil yang akurat, maka
perhitungan PDB yang sering digunakan adalah berdasarkan konstan
dan bukan menggunakan harga berlaku (Rahardja dan Manurung,
2008:240). Harga konstan adalah harga yang dianggap tidak berubah,
dimana untuk memperoleh harga konstan maka harus menentukan
harga dasar yang merupakan tahun dimana perekonomian berada pada
kondisi yang baik/stabil.
PDB harga konstan ini disebut juga PDB riil dimana dalam
perhitungannya menghilangkan pengaruh inflasi, sedangkan PDB
harga berlaku disebut dengan PDB nominal atau PDB harga yang
berlaku adalah harga pada saat itu (Rahardja & Manurung, 2008:240)
E. Indeks Saham
Pengertian indeks harga saham adalah perbandingan harga saham dari
waktu ke waktu untuk melihat apakah saham tersebut mengalami kenaikan
atau sebaliknya (Pasaribu dan Kowanda, 2014:58). Indeks harga saham
merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga
37
saham. Dalam pasar modal, indeks harga saham diharapkan memiliki lima
fungsi yaitu: (Abdul Hamid, 2009:51)
a. Sebagai indikator trend saham
b. Sebagai indikator tingkat keuntungan
c. Sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio
d. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif
e. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Menurut Anoraga dan Pakarti (Pasaribu dan Kowanda, 2014:58)
indeks harga dibedakan menjadi dua yaitu indeks harga saham
individu dimana indeks ini hanya menunjukan perubahan dari satu
harga saham suatu perusahaan untuk mengukur kinerja suatu saham
tertentu terhadap harga dasarnya dan indeks harga saham gabungan
dimana indeks ini menunjukkan pergerakan harga saham secara umum
yang tercatat di bursa efek untuk melihat apakah harga saham
mengalami kenaikan atau penurunan.
IHSG merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur
kinerja kerja saham yang tercatat di suatu bursa efek. Indeks harga
saham ada yang dikeluarkan secara resmi oleh bursa efek bersangkutan
dan ada yang dikeluarkan oleh institusi swasta tertentu seperti media
masa keuangan, institusi keuangan dan lain-lain (Nor Hadi, 2013:188)
IHSG menjadi salah satu tolok ukur perhitungan rata-rata harga
saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam
38
perhitungannya, IHSG menggunakan semua saham yang tercatat pada
bursa efek. Berbeda dengan JII yang hanya memasukkan saham yang
sesuai dengan prinsip syariah.
IHSG dapat dirumuskan menjadi: (Nor Hadi, 2013:188)
IHSG = ( )
X 100%
2. Jakarta Islamic Index (JII)
Salah satu indeks saham syariah yang ada di Indonesia dan menjadi
tolok ukur perhitungan indeks harga rata-rata saham yang memenuhi
kriteria syariah adalah Jakarta Islamic Index atau yang biasa disebut
JII. JII ini dibentuk dengan tujuan agar dapat meningkatkan
kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis
syariah yang jauh dari unsur ribawi dan memberikan manfaat bagi
pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi
di bursa efek. JII ini menjadi tolok ukur dalam memilih portofolio
saham yang halal.
Setiap saham yang terdaftar di JII sudah terlebih dulu dilakukan
proses penyaringan dan pemenuhan kriteria syariah. Kriteria syariah
ini mengacu pada fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Kriteria investasi Islami
berdasarkan MUI yaitu: (Abdul Hamid, 2009:54)
a. Usaha dan produk usaha yang tidak bertentangan dengan syariah,
yaitu selain usaha perjudian dan permainan yang tergolong
perjudian, lembaga keuangan ribawi, makanan dan minuman
39
haram serta produk dan jasa yang merusak moral dan bersifat
mudarat.
b. Perusahaan dengan sumber dana dari hutang tidak lebih dari 30%
dari rasio modalnya.
c. Pendapatan bunga yang diterima oleh perusahaan tidak lebih dari
15%
d. Perusahaan yang memiliki aktiva kas atau piutang yang jumlah
piutang dagangnya atau piutang total tidak lebih dari 50%.
Selain kriteria syariah, ada dua syarat lagi yang harus dipenuhi
emiten untuk masuk kedalam JII, yaitu pertama saham emiten harus
memiliki nilai kapitalisasi yang cukup tinggi di bursa, terlihat dari
jumlah saham yang dikeluarkan dan kedua adalah harga saham
perlembar mempunyai harga yang bagus serta saham yang diterbitkan
harus sering ditransaksikan (likuid) (Abdul Hamid, 2009:57).
F. Hubungan Antar Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi keadaan
pasar dan keadaan pasar dapat mempengaruhi pemodal. Dalam
memperkirakan arah gerakan pasar dan berapa lama perubahan tersebut
akan terjadi dapat dilakukan dengan memperkirakan gejala-gejala
perekonomian di masa yang akan datang (Martalena dan Maya Malinda,
2011:48). Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor
perekonomian menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar
modal.
40
1. Inflasi
Inflasi menjadi salah satu faktor makro ekonomi yang berpengaruh
terhadap pasar modal. Menurut (Martalena dan Maya, 2011:48), tingkat
inflasi mempunyai pengaruh terhadap pasar modal karena indikator
moneter dapat dipergunakan untuk memperkirakan kondisi pasar dan
kebijakan moneter mempunyai dampak penting bagi perekonomian
maupun harga saham.
Naiknya tingkat inflasi menyebabkan investor mengharapkan
imbal hasil yang besar untuk mengimbangi dampak yang disebabkan
yaitu kenaikan harga-harga. Namun, peningkatan inflasi berimbas pada
menurunnya nilai tabungan investor, sehingga investor akan cenderung
menahan diri untuk berinvestasi yang berisiko tinggi yang akhirnya
penurunan kegiatan investasi ini berdampak pada menurunnya imbal
hasil investasi yang diperoleh investor (Maria dkk, 2014:100). Menurut
penelitian yang dilakukan Rowland dan Dionysia, inflasi berimplikasi
negatif dan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengembalian reksadana saham (Pasaribu dan Kowanda, 2014:66).
Namun, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastri
(2010) serta Kasyfurrohman Ali dan Dr. Irfan Syauqi Beik (2012)
dalam jurnalnya yang mengatakan bahwa inflasi memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap reksadana syariah karena
peningkatan inflasi membuat bank sentral memberi respon dengan
menaikkan suku bunga dan bonus insentif SBIS untuk mengurangi
41
jumlah uang beredar. Kenaikan bonus ini yang menarik perhatian
investor yang menginginkan return yang tinggi untuk berinvestasi pada
reksadana syariah yang kemudian meningkatkan NAB reksadana
syariah (Ali dan Beik, 2012:16).
2. Kurs
Selain inflasi, faktor makro ekonomi lainnya adalah nilai tukar
rupiah (kurs). Menurut Suta (2000) (Rachman dan Mawardi, 2015:987),
fluktuasi dari nilai tukar rupiah mempengaruhi iklim investasi dalam
negeri khususnya pada pasar modal. Dalam jurnalnya disebutkan bahwa
nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana saham
syariah. Apabila nilai tukar rupiah (kurs) menurun, maka hutang yang
harus dibayar oleh emiten meningkat, investasi menurun sehingga
kinerja emiten juga ikut menurun yang akibatnya harga saham menurun
dan berimbas pada menurunnya Net Asset Value (NAV) (Rachman dan
Mawardi, 2015:992).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Beik (2012)
menyimpulkan bahwa kurs memiliki pengaruh terhadap NAB
Reksadana Syariah, di mana ketika rupiah menguat maka akan
meningkatkan minat investor untuk menginvestasikan dananya di
reksadana saham syariah.
3. Produk Domestik Bruto
Variabel makro ekonomi yang terakhir dalam penelitian ini yaitu
Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
42
Hastri (2010), Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh signifikan
terhadap NAB reksadana pendapatan tetap. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hastri, penelitian yang dilakukan oleh Ismail
(2013) dalam Tesisnya menyimpulkan bahwa PDB tidak memiliki
pengaruh yang signifikan perkembangan reksadana syariah di
Indonesia.
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) seharusnya berhubungan
positif dengan reksadana saham karena IHSG adalah benchmark
agregat dari seluruh fluktuasi saham yang ada. IHSG menjadi
benchmark bagi saham yang ada dan terdaftar di dalam indeks tersebut
baik saham konvensional maupun yang berbasis syariah (Pasaribu dan
Kowanda, 2014:58). Dalam penelitian yang dilakukannya tampak
bahwa IHSG berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat
pengembalian reksadana. Namun, berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hastri (2010) serta Ali dan Beik (2012) yang
menyimpulkan bahwa IHSG tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap reksadana pendapatan tetap.
5. Jakarta Islamic Index (JII)
Jika IHSG menjadi benchmark dari seluruh saham yang ada dan
terdaftar dalam indeksnya, maka berbeda dengan Jakarta Islamic
Indeks (JII) yang hanya berisi daftar saham yang sesuai dengan
ketentuan syariah. Menurut (Anif dkk, 2014:61), Jakarta Islamic Index
43
(JII) menjadi tolok ukur dalam menilai kinerja investasi pada saham
yang berbasis syariah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukakn
oleh Annisa Sholihah (2008) dan Iza (2016) yang menyimpulkan bahwa
JII memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap NAB kinerja
reksadana syariah. Namun, berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kasyfurrohman dan Dr. Irfan Syauqi, dalam penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa JII tidak berpengaruh signifikan
terhadap reksadana syariah (Ali dan Beik, 2012:16).
44
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar acuan dalam rangka penysunan penelitian ini. Berikut penelitian
yang sudah dilakukan sebelumnya:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti/tahun Judul Perbedaan Kesimpulan
1. Hastri
Nudianti/2010
Analisis Pengaruh IHSG,
SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi
Terhadap Kinerja Reksadana
Pendapatan Tetap
Perbedaan pada variabel
dependen yang digunakan dalam
penelitian tersebut yaitu kinerja
Reksadana pendapatan tetap dan
variabel independen yang
digunakan yaitu adanya variabel
SBI dan tidak adanya variabel
JII dalam penelitian tersebut
1. IHSG tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
reksadana pendapatan tetap
2. SBI berpengaruh positif yang
signifikan terhadap kinerja
reksadana pendapatan tetap
3. Kurs berpengaruh negatif yang
signifikan terhadap kinerja
reksadana pendapatan tetap
45
4. PDB berpengaruh positif yang
signifikan terhadap kinerja
reksadana pendapatan tetap
5. Inflasi berpengaruh positif yang
signifikan terhadap kinerja
reksadana pendapatan tetap
2. Kasyfurrohman
dan Dr. Irfan
Syauqi
Beik/2012
Pengaruh Makroekonomi
Terhadap Reksadana Syariah
Adanya perbedaan pada jenis
reksadana yang digunakan untuk
variabel independen, serta
perbedaan pada variabel GDP
sebagai variabel independen
yang tidak ada dalam penelitian
tersebut
1. Kurs berpengaruh signifikan
terhadap NAB reksadana syariah
2. Inflasi berpengaruh signifikan
dan positif terhadap NAB
reksadana syariah
3. SBIS berpengaruh signifikan
terhadap NAB reksadana syariah
4. IHSG berpengaruh signifikan
terhadap NAB reksadana syariah
5. JII tidak berpengaruh signifikan
terhadap reksadana syariah
3. Rowland Pengaruh Suku Bunga Perbedaan pada dasar penelitian 1. Tingkat suku bunga SBI
berpengaruh signifikan terhadap
46
Bismark
Fernando
Pasaribu/2014
Sertifikat Bank Indonesia,
Tingkat Inflasi, Indeks Harga
Saham Gabungan, dan Bursa
Asing terhadap Tingkat
Pengembalian Reksadana
Saham
yaitu sisi syariah dan pada
variabel independen yang
digunakan dalam penelitian
tersebut yaitu SBIS dan bursa
asing serta tidak adanya variabel
JII, PDB dan kurs sebagai
variabel independen dalam
penelitian tersebut
tingkat pengembalian reksadana
2. Inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat
pengembalian reksadana
3. IHSG berpengaruh signifikan
terhadap tingkat pengembalian
reksadana
4. Bursa asing berpengaruh
signifikan terhadap tingkat
pengembalian reksadana
4. Ainur Rachman
dan Imron
Mawardi/2015
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah, BI Rate terhadap Net
Asset Value Reksadana
Saham Syariah
Perbedaan pada variabel
independen yang digunakan
dalam penelitian tersebut yaitu
BI Rate dan tidak adanya
variabel PDB dan Indeks Saham
(IHSG dan JII)
1. Inflasi secara parsial tidak
berpengaruh signfikan terhadap
NAV reksadana saham syariah
2. Nilai tukar rupiah secara parsial
berpengaruh signfikan terhadap
NAV reksadana saham syariah
47
3. BI Rate secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap
NAV reksadana saham syariah
5. Ismail Rasyid
Ridla/2013
Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Perkembangan Reksadana
Syariah di Indonesia
Perbedaan pada reksadana
syariah yang digunakan. Dalam
penelitian ini, reksadana yang
digunakan adalah hanya
reksadana saham syariah serta
terdapat perbedaan pada variabel
bebas yang digunakan yaitu
variabel suku bunga dan bagi
hasil yang tidak digunakan
dalam penelitian ini
1. Suku bunga berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap reksadana syariah di
Indonesia
2. Bagi hasil berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
reksadana syariah di Indonesia
3. Produk Domestik Bruto
(PDB) tidak berpengaruh
terhadap reksadana syariah di
Indonesia
49
H. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini, makroekonomi (Inflasi, Kurs mata uang dan
Produk Domestik Bruto) dan indeks saham (IHSG dan JII) diduga
berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana saham
syariah, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat
pengaruh variabel independen yaitu Inflasi, Kurs mata uang, Produk
Domestik Bruto, IHSG, dan JII terhadap variabel dependen yaitu Nilai
Aktiva Bersih (NAB) reksadana saham syariah baik secara parsial
(sendiri) maupun secara simultan (bersama).
Kerangka konseptual berdasarkan uraian diatas adalah sebagai
berikut:
50
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Variabel Dependen
Nilai Aktiva Bersih
(NAB) Reksadana
Saham Syariah (Y1)
Analisis Signifikansi Makroekonomi dan Indeks Saham terhadap Nilai Ativa
Bersih Reksadana Saham Syariah (Periode Januari 2012 – Desember 2017)
Inflasi
Kurs
Produk Domestik Bruto
Indeks Harga Saham
Gabungan
Jakarta Islamic Index
Variabel Independen
Metode Analisis: Data Panel
Pemilihan Model Data Panel
Random Effect
Fixed Effect
Common Effect
Uji Chow
Uji Hausman
Hasil Pangujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
51
I. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka dapat dirumuskan
suatu hipotesis yang merupakan dugaan sementara dalam menguji suatu
penelitian sebagai berikut:
1. 1 : Variabel Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB
reksadana saham syariah.
1 : Variabel Inflasi berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana
saham syariah.
2. 2 : Variebel Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB
reksadana saham syariah.
2 : Variabel Kurs berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana
saham syariah.
3. 3 : Variabel PDB tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB
reksadana saham syariah.
3 : Variabel PDB berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana
saham syariah.
4. 4 : Varieabel IHSG tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB
reksadana saham syariah.
4 : Variabel IHSG berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana
saham syariah.
5. 5 : Variabel JII tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB
reksadana saham syariah.
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif yaitu
menggunakan data dan mengolah data untuk diteliti. Penelitian ini dimulai
dari pengumpulan data yang berhubungan langsung dengan objek
penelitian, mengolah data hingga menginterpretasikan hasil dari
pengolahan data sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai pokok
permasalahan dalam penenlitian.
Ruang lingkup penenlitian ini adalah melihat pengaruh inflasi, nilai
tukar (kurs) dan Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai variabel makro
ekonomi dan Indeks Saham yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
dan Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Reksadana Saham Syariah selama periode Januari 2012 sampai dengan
Desember 2017.
Data yang diambil dalam penelitian ini merupakan data bulanan,
sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
panel. Data panel yaitu gabungan atau kombinasi dari data runtun waktu
(time series) di mana data yang digunakan lebih dari satu tahun dan data
silang (cross section) di mana data yang digunakan tidak hanya satu
perusahaan. Data panel ini sering disebut juga dengan pooled data
(pooling time series dan cross-section), micropanel data, longitudinal
54
data, event history analysis, dan cohort analysis (Ghozali dan Ratmono,
2013:231).
B. Metode Penentuan Sampel
Metode dalam penelitian ini untuk penentuan sampel adalah
dengan menggunakan judgment sampling. Metode judgment sampling ini
merupakan metode penentuan data atas dasar strategi dan pertimbangan
pribadi (Hamid, 2012:64). Metode ini digunakan untuk mendapatkan
sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Dalam
penelitian ini, kriteria yang digunakan untuk menentukan sampel yaitu:
1) Reksadana syariah berjenis saham dan terdaftar di OJK
2) Efektif sebelum atau pada periode Januari 2012
3) Masih beroperasi sampai dengan Desember 2017
Sesuai dengan kriteria yang ada, terdapat delapan (8) saham yang
memenuhi ketiga kriteria tersebut yaitu:
Tabel 3.1
Daftar Reksadana Saham Syariah yang Digunakan dalam
Penelitian
No Reksadana Manajer Investasi Tanggal Efektif
1 TRIM Syariah Saham PT. Trimegah Asset
Management
26 Desember
2006
2 Batavia Dana Saham
Syariah
PT. Batavia
Prosperindo Aset
Manajemen
16 Juli 2007
3 PNM Ekuitas Syariah PT. PNM Investment
Management
26 Juli 2007
55
4 CIMB-Principal Islamic
Equity Growth Syariah
PT. CIMB-Principal
Asset Management
06 Agustus 2007
5 Mandiri Investa
Atraktif Syariah
PT. Mandiri
Manajemen Investasi
19 Desember
2007
6 Cipta Syariah Equity PT. Ciptadana Asset
Management
16 April 2008
7 Manulife Syariah
Sektoral Amanah
PT. Manulife Aset
Manajemen Indonesia
16 Januari 2009
8 BNP Paribas Pesona
Syariah
PT.BNP Paribas
Investment Partners
09 April 2007
Sumber: Statistik Pasar Modal Syariah-OJK
C. Metode Pengumpulan Data
Didalam pengumpulan data, penulis menggunakan statistik
inferensial yaitu pengumpulan dari hasil penelitian melalui artikel-artikel
ekonomi, buku-buku, jurnal-jurnal, internet, dan sumber lainnya.
Kemudian data-data tersebut menjadi informasi yang digunakan untuk
penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Sekunder
Data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah data
yang bersifat sekunder dengan skala bulanan selama periode Januari
2012 sampai dengan Desember 2017. Data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari sumber yang menerbitkan dan bersifat siap pakai.
Data-data sekunder yang digunakan oleh penulis adalah:
a. NAB Reksadana Saham Syariah dari Pusat Data Kontan
56
Data Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah bulanan delapan
(8) perusahaan dari tahun 2012-2017 diperoleh langsung dari
website pusatdata.kontan.co.id.
b. Inflasi dari Bank Indonesia
Sumber data Inflasi bulanan dari tahun 2012-2017 diperoleh
langsung dari website Bank Indonesia.
c. Kurs dari Bank Indonesia
Data kurs bulanan dari tahun 2012-2017 diperoleh langsung
dari website Bank Indonesia.
d. PDB dari Badan Pusat Statistika
Data PDB bulanan dari tahun 2012-2017 diperoleh langsung
dari data Bank Indonesia.
e. IHSG dari Bursa Efek Indonesia
Data IHSG bulanan dari tahun 2012-2017 diperoleh dari data
Bursa Efek Indonesia.
f. JII dari Bursa Efek Indonesia
Data JII bulanan dari tahun 2012-2017 diperoleh dari data
Bursa Efek Indonesia
2. Library Research
Library Research atau studi kepustakaan merupakan metode
pengumpulan data dengan membaca, mempelajari, dan menganalisis
literature yang bersumber dari buku-buku, jurnal-jurnal, artikel-artiket,
dan sumber lain yang berkaitan dengan penelitian guna mendapatkan
57
landasan teori dan konsep yang tersusun. Penulis melakukan penelitian
dengan cara membaca literatur dan mengutip bahan-bahan yang
berkaitan dengan penelitian.
D. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitan ini adalah salah satu dari jenis
reksadana syariah sebagai instrumen pasar modal yaitu reksadana
saham syariah. Reksadana saham syariah merupakan reksadana yang
80% investasinya diinvestasikan kedalam ekuitas (saham). (Andri
Soemitra, 2014:195)
Didalam menilai kinerja reksadana syariah yang menjadi tolok
ukur dalam penilaiannya adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net
Asset Value (NAV). Data NAB/NAV reksadana saham syariah
diperoleh langsung dari website Pusat Data Kontan yaitu
www.pusatdata.kontan.co.id. Sedangkan data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data NAB bulanan delapan (8) perusahaan
selama bulan Januari 2012 sampai Desember 2017.
2. Variabel Independen
a. Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus
menerus yang mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat
karena ingkat pendapatan secara riil menurun. Dalam penelitian ini
58
indikator inflasi yang digunakan adalah tingkat inflasi setiap
bulannya.
Data yang digunakan merupakan data bulanan dari Januari
2012 sampai Desember 2017 yang bersumber dari data yang
dipublikaskan oleh Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id.
b. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
Kurs merupakan nilai tukar mata uang yang
mempresentasikan tingkat harga pertukaran mata uang satu ke
mata uang lainnya. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah
kurs jual rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia selama periode Januari 2012 sampai
Desember 2017. Data yang digunakan bersumber dari website
Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id.
c. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) diartikan sebagai nilai
keseluruhan output barang dan jasa yang diproduksi didalam
wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu, barang dan jasa yang
dihitung adalah yang digunakan oleh pengguna akhir dan bukan
yang digunakan untuk proses produksi selanjutnya.
Dalam penelitian ini, data PDB diambil dari www.bps.go.id.
dengan menggunakan data bulanan yang merupakan hasil
interpolasi dari data triwulan PDB yang ada di Bank Indonesia.
59
Data yang digunakan adalah data dari Januari 2012 sampai
Desember 2017.
d. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan merupakan salah satu
indeks yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia sebagai
indikator pergerakan saham yang terdaftar didalam BEI. Dalam
penelitian ini data yang digunakan bersumber dari www.idx.co.id.
dengan menggunakan periode data bulanan dari Januari 2012
sampai Desember 2017.
e. Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index merupakan indeks yang proses
penyaringannya berdasarkan pada fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN), dikembangkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
bekerjasama dengan PT. Danareksa Investment Manajement
sebagai respon untuk memenuhi kebutuhan informasi terkait
investasi berbasis syariah.
Dalam penelitian ini, harga penutupan saham setiap
bulannya yang digunakan sebagai data dalam penelitian dengan
periode bulanan dari Januari 2012 sampai Desember 2017
bersumber dari www.idx.co.id.
E. Metode Analisis Data
Pada analisa data perlu adanya suatu persamaan dasar berdasarkan
suatu rumus matematika yang menunjukkan hubungan antara variabel
60
yang diketahui dengan variabel yang tidak diketahui. Variabel yang
diketahui disebut independen variabel atau yang mempengaruhi sedangkan
variabel belum diketahui disebut dependen variabel atau variabel yang
dipengaruhi. Variabel yang mempengaruhi dirumuskan dengan variabel-
variabel X dan variabel yang dipengaruhi disebut variabel Y. Dalam
penelitian ini variabel independen atau yang mempengaruhi adalah inflasi,
nilai tukar (kurs), PDB, IHSG, dan JII. Sedangkan variabel yang
dipengaruhi adalah NAB reksadana saham syariah sebagai variabel
dependen.
Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh antara variabel-variabel
tersebut dalam penelitian ini digunakan alat regresi data panel dengan
menggunakan program komputer Eviews versi 9 dan Microsoft Excel
2003. Regresi menunjukkan pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen.
Persamaan regresi data panel adalah:
= + + + + + +…. + +
Model persamaan pada penelitian ini adalah:
= + + + + + +
NAB = NAB Reksadana Saham Syariah
= Konstanta
= Koefisien Variabel Independen
Inflasi = Tingkat Kenaikan Harga
Kurs = Nilai Tukar Mata Uang
61
PDB = Produk Domestik Bruto
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
JII = Jakarta Islamic Index
ɛ = Koefisien Error
Adapun metode yang digunakan dalam menganalisis data pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengujian Estimasi Model Regresi Data Panel
Sebelum melakukan pengujian model regresi data panel, dalam
membuat regresi ini dapat menggunakan tiga pendekatan yaitu:
a. Common Effect Model
Dalam menguji model regresi data panel, hal
pertama yang harus dilakukan adalah dengan pendekatan
model common effect. Model common effect ini hanya
mengkombinasikan data time series dan cross section (pool
data) sehingga kita tidak dapat melihat perbedaan baik
antar waktu maupun antar individu. Data yang sudah
digabungkan kemudian diestimasi dengan menggunakan
metode Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat
terkecil untuk mengestimasi model data panel.
b. Fixed Effect Model
Selanjutnya adalah dengan menggunakan
pendekatan model fixed effect. Teknik yang digunakan
dalam model ini adalah teknik variabel dummy untuk
62
menangkap perbedaan intecept antar pada perusahaan.
Perbedaan ini bisa terjadi karena adanya perbedaan budaya
kerja, manajerial, dan insentif. Namun demikian antar
perusahaan memiliki slope yang sama. Model estimasi ini
sering juga disebut dengan teknik Least Square Dummy
Variable (LSDV).
c. Random Effect Model
Model random effect ini digunakan untuk mengatasi
kelemahan dari model fixed effect yang menggunakan
variabel dummy. Model ini mengestimasi data panel yang
variabel residual diduga memiliki hubungan antar waktu
dan antar subjek. Namun metode analisis data panel dengan
model random effect ini harus memenuhi persyaratan yaitu
jumlah cross section harus lebih besar daripada variabel
penelitian.
2. Pemilihan Model Regresi Data Panel
Selanjutnya dari tiga pendekatan ini dilakukan pengujian model
regresi, pengujiannya yaitu:
a. Uji Chow
Uji chow ini dilakukan untuk menentukan model common
effect atau fixed effect yang digunakan dalam estimasi. Untuk
mengujinya dapat digunakan F-test dengan melihat nilai
probabilitasnya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan nilai
63
alpha (ɑ) sebesar 5% dalam menentukan keputusan dean hipotesa,
yaitu:
= Model Common Effect
= Model Fixed Effect
Jika nilai probabilitas chi-square < nilai ɑ (0,05) maka tolak
berarti model regresi yang digunakan adalah fixed effect model
dan sebaliknya. Namun jika ditolak maka model fixed effect
harus diuji lagi untuk memilih model apakah menggunakan fixed
effect atau random effect.
b. Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan ketika pada Uji Chow yang diterima
adalah model fixed effect, uji ini bertujuan untuk menentukan
apakah menggunakan model fixed effect atau random effect.
Spesifikasi ini akan memberikan penilaian dengan menggunakan
Chi Square statistic sehingga keputusan pemilihan dapat
ditentukan dengan cara statistik. Nilai ɑ dari uji ini adalah 5%
dengan hipotesis:
= Random Effect Model
= Fixed Effect Model
Jika nilai probabilitas chi-square < nilai ɑ (0,05) maka tolak
berarti model regresi yang digunakan adalah fixed effect model
dan sebaliknya.
64
c. Pengujian Hipotesis Regresi Data Panel
a. Uji t-test
Uji t-test ini dilakukan untuk melihat pengaruh secara
signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen. Uji t-test ini dilakukan dengan hipotesis:
= Variabel independen tidak berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap variabel dependen
= Variabel independen berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap variabel dependen
Uji t-test dalam penelitian ini dapat dilihat pada nilai
probabilitas t-statistic dengan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai
probabilitas t-statistic lebih besar dari tingkat signifikansi, maka
diterima yang berarti variabel independen tidak berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap variabel dependen. Begitupun
sebaliknya. Jika nilai probabilitas t-statistic lebih kecil dari
tingkat signifikansi, maka diterima yang berarti variabel
independen berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
variabel dependen.
b. Uji F-test
Uji F-test ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel
independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen.
Adapun hipotesis F-test adalah sebagai berikut:
65
= Variabel independen tidak berpengaruh signifikan
secara simultan terhadap variabel dependen
= Variabel independen berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap variabel dependen
Uji F-test dalam penelitian ini dapat dilihat pada nilai
probabilitas F-statistic dengan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai
probabilitas F-statistic lebih besar dari tingkat signifikansi, maka
diterima yang berarti variabel independen tidak berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap variabel dependen. Begitupun
sebaliknya. Jika nilai probabilitas F-statistic lebih kecil dari
tingkat signifikansi, maka diterima yang berarti variabel
independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
variabel dependen.
c. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi mencari seberapa besar variasi
variabel independen dapat menjelaskan secara keseluruhan variasi
variabel dependen. Koefisien determinasi (R-squared) yang
digunakan dalam penelitian ini adalah adjusted R-squared.
Dikarenakan pada penelitian ini menggunakan lebih dari satu
variabel independen.
Nilai dari koefisien determinasi berkisar antara nol sampai
dengan satu (0–1), sehingga dikatakan baik apabila diatas 0,5.
67
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Reksadana Saham Syariah
Sejarah reksadana syariah di Indonesia yaitu pada tanggal 3 Juli
1997 oleh PT Danareksa Investment Management di mana peluncuran
tersebut menjadi awal dari perkembangan investasi syariah di pasar
modal. Meskipun self regulatory organization belum mengeluarkan
secara resmi instrumen yang terkait dengan pasar modal syariah, tetapi
reksadana ini mendapat sambutan baik dari para pelaku pasar yang
memag menginginkan instrumen halal di pasar modal (Anif dkk,
2014:61).
Pada tanggal 3 Juli 2000, produk syariah di pasar modal secara
resmi diawali dengan dikeluarkannya Jakarta Islamic Index (JII) yang
meliputi 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai syariah
dan penentuan kriteria pemilihan saham melibatkan pihak Dewan
Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Mangement. Penggunaan
JII ini dijadikan tonggak awal perkembangan pasar modal syariah di
Indonesia, bukan ketika PT Danareksa mengeluarkan reksadana karena
saat itu belum ada aturan resmi (Anif dkk, 2014:61).
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data dari
bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2017. Untuk reksadana
68
saham syariah sendiri yang digunakan adalah reksadana yang sudah
terdaftar di BAPEPAM sebelum Januari 2012 dan masih aktif sampai
dengan Desember 2017. Adapun data NAB reksadana saham syariah
rata-rata tahunan dari tahun 2012 sampai 2017 tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Data NAB Reksadana Saham Syariah Tahunan
Perusahaan 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Batavia 1598,84 1829,24 1882,56 1819,48 1905,74 1973,61
Trimegah 1332,01 1480,33 1568,93 1552,18 1635,77 1692,95
PNM 1475,09 1567,15 1585,85 1442,77 1373,34 1426,81
CIMB 1405,84 1524,11 1596,63 1523,49 1502,25 1506,31
Mandiri 1254,8 1287,17 1270,87 1228,65 1275,48 1283,08
Ciptadana 1629,95 1850,77 2038,96 2051,68 2124,93 2167,18
Manulife 3068,37 3428,79 3639,78 3513,44 3735,06 3839,2
BNP Paribas 1988,59 2292,95 2441,66 2326,33 2446,31 2607,42
Sumber: Data diolah, 2018
Kedelapan reksadana saham syariah di atas terpilih karena
reksadana saham syariah tersebut yang memenuhi kriteria penulis dan
menjadi objek dalam penelitian ini. Dari masing-masing reksadana
saham syariah tersebut akan dilihat Nilai Aktiva Bersih (NAB)
bulanan selama periode penelitian enam tahun. Secara grafik dapat
terlihat sebagai berikut:
69
Gambar 4.1
Grafik NAB Reksadana Saham Syariah Tahunan Selama
Periode 2012-2017
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas, nilai NAB Reksadana Saham
Syariah tahun 2012 adalah NAB manulife sebesar Rp. 3068,37 dan
terendah adalah NAB Mandiri sebesar 1254,8. Di tahun 2013 semua
NAB reksadana saham syariah mengalami kenaikan. Sedangkan di
tahun 2014 hanya satu reksadana saham syariah yang mengalami
penurunan nilai NAB yaitu Reksadana Saham Mandiri dari Rp.
1287,17 di tahun 2013 menjadi Rp. 1270,87 di tahun 2014.
Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari masing-masing reksadana ini
mengalami naik turun tiap tahunnya, hal ini dikarenakan ada beberapa
faktor yang mempengaruhinya, variabel makroekonomi dan indeks
saham diduga menjadi faktor yang mempengaruhi NAB reksadana
saham syariah ini.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
2012 2013 2014 2015 2016 2017
batavia
trimegah
pnm
cimb
mandiri
ciptadana
manulife
bnp paribas
70
2. Tingkat Inflasi di Indonesia
Inflasi adalah kenaikan harga secara umum dan terus menerus
dalam kurun waktu tertentu, inflasi ini menjadi salah satu dari variabel
makroekonomi yang diduga mempengaruhi NAB reksadana saham
syariah.
Tabel 4.2
Inflasi di Indonesia 2012-2017
Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 3,65 4,57 8,22 6,96 4,14 3,49
Februari 3,56 5,31 7,75 6,29 4,42 3,83
Maret 3,97 5,9 7,32 6,38 4,45 3,61
Apr 4,5 5,57 7,25 6,79 3,6 4,17
Mei 4,45 5,47 7,32 7,15 3,33 4,33
Juni 4,53 5,9 6,7 7,26 3,45 4,37
Juli 4,56 8,61 4,53 7,26 3,21 3,88
Agustus 4,58 8,79 3,99 7,18 2,79 3,82
Sept 4,31 8,4 4,53 6,83 3,07 3,72
Oktober 4,61 8,32 4,89 6,25 3,31 3,58
Nopember 4,32 8,37 6,23 4,89 3,58 3,3
Desember 4,3 8,38 8,36 3,35 3,02 3,61
Sumber: Bank Indonesia 2018
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, terlihat bahwa inflasi di Indonesia
dalam kurun waktu enam tahun mengalami peningkatan dan
penurunan, tingkat inflasi tertinggi terjadi pada Agustus 2013 dengan
ingkat inflasi mencapai 8,79% dan tingkat terendah terjadi pada
Agustus 2016 dengan tingkat inflasi sebesar 2,79%.
3. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
Nilai tukar rupiah atau biasa disebut dengan kurs dapat
didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu
71
banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata
uang asing (Sukirno, 2013, hal. 397). Semakin kuat nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS maka semakin menguat juga perekonomian
Indonesia.
Berikut Tabel 4.3 menunjukkan tingkat kurs rupiah selama tahun
2012-2017.
Tabel 4.3
Tingkat Kurs Rupiah 2012-2017
(dalam Ribu Rupiah)
Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 9.109,14 9.687,33 12.179,7 12.579,1 13.889,1 13.358,7
Februari 9.025,76 9.686,65 11.935,1 12.749,8 13.515,7 13.340,8
Maret 9.165,33 9.709,42 11.427,1 13.066,8 13.193,1 13.345,5
Apr 9.175,5 9.724,05 11.435,8 12.947,8 13.179,9 13.306,4
Mei 9.290,24 9.760,91 11.525,9 13.140,5 13.419,7 13.323,4
Juni 9.451,14 9.881,53 11.892,6 13.313,2 13.355,1 13.298,3
Juli 9.456,59 10.073,4 11.689,1 13.374,8 13.118,8 13.342,1
Agustus 9.499,84 10.572,5 11.706,7 13.781,8 13.165 13.341,8
Sept 9.566,35 11.346,2 11.890,8 14.396,1 13.118,2 13.303,5
Oktober 9.597,14 11.366,9 12.144,9 13.795,9 13.017,2 13.526
Nopember 9.627,95 11.613,1 12.158,3 13.672,6 13.310,5 13.527,4
Desember 9.645,89 12.087,1 12.438,3 13.854,6 13.417,7 13.556,4
Sumber: Bank Indonesia, 2018
Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar
AS selalu mengalami perubahan. Sampai pada Desember 2017 nilai
tukar rupiah terhadap dollar AS melemah menjadi Rp. 13.556,4/US $
dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp. 13.417,7/US $ per
Desember 2016.
72
4. Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah keseluruhan
output barang dan jasa yang di produksi dalam suatu negara.
Perhitungan PDB produksi barang dan jasa yang dihitung tidak hanya
yang diproduksi oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi
oleh penduduk negara lain (Sukirno, 2013, hal. 34).
Tabel 4.4
Produk Domestik Bruto Menurut Harga Berlaku di Indonesia
Tahun 2012-2017
(dalam Milyar Rupiah)
Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 609.822,2 648.336,8 682.248 715.580 750.922 788.458
Februari 618.635,7 651.948,2 685.233 718.307 753.671 791.462
Maret 627.122,4 658.110,6 691.104 724.153 760.087 798.256
Apr 635.282,2 670.800,2 704.143 737.594 775.892 814.705
Mei 643.115,2 679.082,6 712.571 746.315 785.349 824.678
Juni 650.621,3 686.933,8 720.672 754.795 794.181 834.042
Juli 662.767 699.344,2 733.724 768.342 807.378 848.013
Agustus 665.894,6 702.590,6 737.210 772.356 811.218 852.246
Sept 664.970,7 701.663,2 736.409 772.145 810.691 851.958
Oktober 651.910,3 688.685,5 723.518 760.514 798.149 847.148
Nopember 648.946,7 685.318 719.996 757.252 794.625 837.818
Desember 647.995,1 683.684,1 718.039 755.163 792.470 823.966
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, rata-rata PDB tiap tahunnya
mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 PDB rata-rata sebesar
643923,6 meningkat menjadi 679708,15 di tahun 2013. Sampai pada
tahun 2017, rata-rata PDB mencapai 826062 milyar rupiah.
73
5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah satu
tolok ukur perhitungan rata-rata harga saham yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Saham yang tercatat dalam IHSG merupakan
saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Berikut Tabel 4.5 yang menunjukkan perubahan Indeks Harga
Saham setiap bulan selama kurun waktu enam tahun (2012-2017).
Tabel 4.5
Indeks Harga Saham Gabungan 2012-2017
(dalam Ribu Rupiah)
Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 3.941,69 4.453,7 4.418,76 5.289,4 4.615,16 5.294,1
Februari 3.985,21 4.795,79 4.620,22 5.450,29 4.770,96 5.386,69
Maret 4.121,55 4.940,99 4.768,28 5.518,67 4.845,37 5.568,11
Apr 4.180,73 5.034,07 4.840,15 5.086,42 4.838,58 5.685,3
Mei 3.832,82 5.068,63 4.893,91 5.216,38 4.796,87 5.738,15
Juni 3.955,58 4.818,9 4.878,58 4.910,66 5.016,65 5.829,71
Juli 4.142,34 4.610,38 5.088,8 4.802,53 5.215,99 5.840,94
Agustus 4.060,33 4.195,09 5.136,86 4.509,61 5.386,08 5.864,06
Sept 4.262,56 4.316,18 5.137,58 4.223,91 5.364,8 5.900,85
Oktober 4.350,29 4.510,63 5.089,55 4.455,18 5.422,54 6.005,78
Nopember 4.276,14 4.256,44 5.149,89 4.446,46 5.148,91 5.952,14
Desember 4.316,69 4.274,18 5.226,95 4.593,01 5.296,71 6.355,65
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2018
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas terlihat bahwa IHSG terus
mengalami perubahan. Jika dilihat dari rata-rata tahunannya, IHSG
tahun 2014 sebesar 4937,46 mengalami penurunan di tahun 2015
menjadi 4875,21. Kemudian rata-ratanya meningkat di tahun 2016
menjadi 5059,89 dan tahun 2017 menjadi 5785,12.
74
6. Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks saham syariah yang
menjadi tolok ukur bagi saham yang berbasis syariah. JII terdiri atas 30
saham yang dipilih berdasarkan prinsip-prinsip syariah, dengan adanya
JII ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk
berinvestasi di pasar modal syariah.
Tabel 4.6
Jakarta Islamic Index 2012-2017
(dalam Ribu Rupiah)
Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 562,53 604,61 602,87 706,68 612,75 689,32
Februari 566,75 645,22 626,86 722,1 641,86 698,08
Maret 584,06 660,34 640,41 728,2 652,69 718,35
Apr 575,09 670,94 647,67 664,8 653,26 738,19
Mei 525,05 676,58 656,83 698,07 648,85 733,69
Juni 544,19 660,16 655 656,99 694,34 749,6
Juli 573,73 623,75 690,4 641,97 726,61 748,37
Agustus 569,93 592 691,13 598,28 746,87 746,26
Sept 600,84 585,59 687,62 556,09 739,69 733,3
Oktober 619,27 615,71 670,44 586,1 739,91 728,69
Nopember 588,78 579,87 683,02 579,8 682,71 713,66
Desember 594,79 585,11 691,04 603,35 694,13 759,07
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2018
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas terlihat bahwa JII terus mengalami
perubahan. Sama seperti IHSG, JII dilihat dari rata-rata tahunannya
mengalami penurunan di tahun 2015 sebesar 16,7383 dari tahun
sebelumnya. Namun kemudian mengalami peningkatan di tahun 2016
menjadi 686,1932 dan 729,715 di tahun 2017.
75
B. Analisis dan Pembahasan
1. Hasil Estimasi Model Data Panel
a. Pendekatan Common Effect
Estimasi common effect atau bisa disebut juga pooled least
square merupakan regresi yang paling sederhana dalam data panel
dengan hanya mengkombinasikan data time series dan cross
section. Tabel 4.7 menunjukkan hasil dari pendekatan pooled least
square/common effect.
Tabel 4.7
Regresi Data Panel Pooled Least Square
Variabel t-Statistik Prob.
INFLASI -4,407681 0.0000
KURS 1,960212 0.0505
PDB -2,798819 0.0053
IHSG 0,344490 0.7306
JII 1,654318 0,0986
Adjusted R-Square 0.084884
b. Pendekatan Fixed Effect
Pendekatan fixed effect merupakan model estimasi yang
dapat menunjukkan perbedaan konstanta antar objek, meskipun
dengan koefisien regresor yang sama. Karena kondisi tiap objek
saling berbeda, bahkan kondisi satu objek pada suatu waktu akan
berbeda dengan kondisi objek di waktu yang lainnya. Tabel 4.8
merupakan hasil dari pendekatan model fixed effect.
76
Tabel 4.8
Regresi Data Panel Fixed Effect Model
Variabel t-Statistik Prob.
INFLASI 3,878590 0.0001
KURS 0,563624 0.5732
PDB -4,646832 0.0000
IHSG -0,786358 0.4320
JII 12,29134 0.0000
Adjusted R-Square 0.975054
F-statistic 1873,924
Prob(F-statistic) 0.000000
c. Pendekatan Random Effect
Model random efek digunakan untuk mengatasi kelemahan
dari model efek tetap yang menggunakan variabel semu, sehingga
model mengalami ketidakpastian. Model random efek
menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan antar
waktu dan antar objek. Tabel 4.9 merupakan hasil dari regresi data
panel dengan model random efek.
77
Tabel 4.9
Regresi Data Panel Random Effect Model
Variabel t-Statistik Prob.
INFLASI 3,865683 0.0001
KURS 0,569664 0.5691
PDB -4,653360 0.0000
IHSG -0,784756 0.4329
JII 12,29007 0.0000
Adjusted R-Square 0.714347
F-statistic 288,5865
Prob(F-statistic) 0.000000
2. Hasil Pemilihan Model Data Panel
a. Uji Chow
Pengujian ini dilakukan untuk memilih model antara pooled
least square dan fixed effect dalam analisis regresi data panel. Uji
chow ini dilakukan dengan membandingkan nilai alpha terhadap
probabilitas dari Cross-section Chi-square. Jika nilai probabilitas
Chi-square lebih kecil dari nilai alpha, maka model yang
digunakan adalah fixed effect dengan hipotesa sebagai berikut:
: Model Pooled Least Square
: Model Fixed Effect
Dari hasil regresi berdasarkan model PLS dan fixed effect
diperoleh hasil uji chow yang ada pada tabel 4.10
78
Tabel 4.10
Hasil Uji Chow
Effect Test Statistic d.f Prob.
Cross-section F 2906,725955 (7,563) 0.0000
Cross-section Chi-square 2082,171273 7 0.0000
Sumber: Data diolah, 2018
Dari hasil uji chow terlihat bahwa nilai probabilitas dari Chi-
square lebih kecil dari nilai α yaitu sebesar 0.0000 < 0.05. maka
dapat disimpulkan bahwa hasil tersebut menolak dan menerima
yang berarti model yang diterima adalah fixed effect.
Selanjutnya adalah menentukan model terbaik antara fixed effect
dengan random effect dengan melakukan uji hausman.
b. Uji Hausman
Pengujian hausman digunakan untuk menentukan model
yang tepat untuk digunakan, apakah menggunakan model fixed
effect atau model random effect. Uji hausman dilakukan dengan
membandingkan nilai probabilitas dari cross-section random. Jika
probabilitasnya lebih besar dari nilai α, maka terima yang
berarti model random effect ada model yang tepat untuk
digunakan. Hipotesa dari uji hausman ini adalah sebagai berikut:
: Model Random Effect
: Model Fixed Effect
Dari hasil regresi fixed effect dan random effect, diperoleh
hasil uji hausman pada tabel 4.11 berikut
79
Tabel 4.11
Hasil Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f Prob.
Cross-section random 0.000000 5 1.0000
Sumber: Data dolah, 2018
Dari hasil uji hausman tersebut terlihat bahwa nilai
probabilitas cross-section lebih besar dari α yaitu sebesar 1.000 >
0.05 yang artinya adalah model yang tepat untuk digunakan dalam
pengujian ini adalah model random effect.
3. Hasil Pengujian Hipotesis Regresi Data Panel
a. Pengujian Pengaruh Variabel Inflasi, Nilai Tukar Rupiah (Kurs),
Produk Domestik Bruto (PDB), Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), dan Jakarta Islamic Index (JII) terhadap NAB Reksadana
Saham Syariah secara parsial (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji tiap variabel bebas
yaitu inflasi, kurs, PDB, IHSG, dan JII apakah memiliki pengaruh
secara masing-masing terhadap variabel terikatnya yaitu NAB
reksadana saham syariah. pengujian ini dlakukan dengan
membandingkan nilai probabilitas dari masing-masing variabel
terhadap nilai signifikansinya yaitu 5% atau 0.05.
80
Tabel 4.12
Hasil Uji Regresi dengan Random Effect
Model
Variabel
Random Effect
Coefficient t-Statistic Prob.
C 5,195171 8,337103 0.0000
Inflasi 0,005982 3,865683 0.0001
Kurs 0,020927 0,569664 0.5691
PDB -0,355024 -4,653360 0.0000
IHSG -0,065452 -0,784765 0.4329
JII 1,154286 12,29007 0.0000
Sumber: Data diolah, 2018
1) Pengaruh Variabel Inflasi terhadap NAB Reksadana Saham
Syariah
Dari tabel 4.12 terlihat bahwa variabel bebas inflasi
berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel terikat
yaitu NAB reksadana saham syariah. Hal ini dapat dilihat dari
nilai probabilitas inflasi yaitu 0.0001 < ɑ (0.05) dan koefisien
positif sebesar 0,005982 yang berarti kenaikan inflasi
mendorong adanya peningkatan NAB reksasana saham syariah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hastri Nurdianti (2010) yang mengatakan
bahwa inflasi memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja
reksadana pendapatan tetap dan penelitian kedua yang
dilakukan oleh Kasyfurrohman Ali dan Dr Irfan Syauqi Beik
81
(2012) yang mengemukakan bahwa inflasi berpengaruh
signifikan dan positif terhadap NAB reksadana syariah.
Menurut Ali dan Syauqi Beik hal ini terjadi karena pada saat
inflasi mengalami peningkatan, maka bank sentral akan
meningkatkan suku bunga dan bonus insentif SBIS untuk
mengurangi jumlah uang beredar. Kenaikan bonus inilah yang
menarik minat investor yang menginginkan return yang tinggi
untuk berinvestasi pada reksadana syariah sehingga NAB
reksadana syariah mengalami peningkatan.
Untuk mengimbangi adanya inflasi (kenaikan harga), para
investor akan menginvestasikan dananya di reksadana saham
syariah yang memiliki keuntungan paling tinggi diantara
reksadana jenis lainnya.
Kenaikan inflasi yang masih tergolong rendah juga dan
yang sangat lambat berlakunya dipandang sebagai stimulator
bagi pertumbuhan ekonomi sehingga menaikkan semangat
kerja, pendapatan nasional dan minat menabung masyarakat.
2) Pengaruh Variabel Nilai Tukar Rupiah (Kurs) terhadap NAB
Reksadana Saham Syariah
Variabel kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB
reksadana saham syariah terlihat dari nilai probabilitas kurs < ɑ
yaitu 0.5691 > 0.05 dengan koefisien sebesar 0,020927 yang
82
berarti variabel kenaikan atau penurunan kurs tidak
berpengaruh terhadap NAB reksadana saham syariah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ismail Rasyid (2013) yang menyimpulkan
bahwa kurs tidak berpengaruh terhadap reksadana syariah.
Perubahan yang terjadi pada nilai tukar mata uang tidak
mempengaruhi minta dan kepercayaan investor untuk
menabung di pasar modal syariah terutama reksadana saham
syariah.
3) Pengaruh Variabel Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap
NAB Reksadana Saham Syariah
Variabel PDB berpengaruh signifikan terhadap NAB
reksadana saham syariah terlihat dari nilai probabilitas PDB >
ɑ yaitu 0.0000 < 0.05 dengan koefisien negatif sebesar -
0,355024 yang berarti perubahan kenaikan pada PDB memiliki
pengaruh terhadap penurunan NAB reksadana saham syariah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hastri (2010) yang menyimpulkan bahwa PDB
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan
reksadana syariah di Indonesia.
PDB yang merupakan keseluruhan output barang dan jasa
disuatu negara tanpa melihat apakah di produksi oleh warga
negara sendiri atau warga negara asing yang mana apabila
83
banyak produsen asing maka hasil keuntungannya akan
dialihkan ke negara asalnya.
4) Pengaruh Variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
terhadap NAB Reksadana Saham Syariah
Variabel IHSG tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB
reksadana saham syariah terlihat dari nilai probabilitas IHSG >
ɑ yaitu 0.4329 < 0.05 yang berarti perubahan pada IHSG tidak
memiliki pengaruh terhadap peningkatan atau penurunan NAB
reksadana saham syariah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Hastri
(2010) yang menyimpulkan bahwa IHSG tidak memiliki
pengaruh terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap dan
dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kasyfurrohman Ali dan Irfan Syauqi Beik (2012) dalam
jurnalnya yang menyimpulkan bahwa dalam IHSG tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap reksadana syariah.
IHSG menunjukkan pergerakan harga saham secara umum
yang tercatat di bursa efek apakah mengalami kenaikan atau
penurunan, yang artinya saham yang terdaftar di dalam IHSG
tidak dikhususkan pada saham syariah saja, tetapi saham
konvesnsional termasuk didalamnya. Sehingga perubahan yang
terjadi pada IHSG tidak mempengaruhi minat investor yang
percaya pada investasi syariah untuk menginvestasikan
84
dananya di Reksadana Saham Syariah sehingga tidak
berpengaruh juga terhadap NAB Reksadana Saham Syariah.
5) Pengaruh Variabel Jakarta Islamic Index (JII) terhadap NAB
Reksadana Saham Syariah
Variabel JII berpengaruh signifikan dan positif terhadap
NAB reksadana saham syariah terlihat dari probabilitas JII < ɑ
yaitu 0.0000 < 0.05 dan koefisien positif sebesar 1,154286
yang berarti kenaikan variabel JII mendorong peningkatan
NAB reksadana saham syariah.
Hasil penelitian ini didukung oleh Annisa Sholihah (2008)
dan Iza Nur (2016) yang menyimpulkan bahwa JII memiliki
pengaruh yang signifikan dan positif terhadap NAB reksadana
saham syariah karena JII merupakan tolok ukur dalam menilai
kinerja investasi pada saham berbasis syariah.
JII yang merupakan acuan dalam menilai kinerja investasi
berbasis syariah perubahannya akan mempengaruhi minat
investor yang ingin menginvestasikan dananya terutama pada
reksadana saham syariah. Apabila indeks saham JII mengalami
peningkatan, maka akan meningkatkan pula minat investor
untuk menginvestasikan dananya di Reksadana Saham Syariah.
b. Uji Signifikansi Simultan (serentak)
Uji signifikansi simultan (serentak) dilakukan untuk mengetahui
apakah semua variabel bebas dalam model memiliki pengaruh secara
85
serentak (simultan) terhadap NAB reksadana saham syariah pada tahun
2012 - 2017 dengan melihat nilai probabilitas dari F-statistic dan nilai
alpha.
Tabel 4.13
Uji F-Statistic
Prob (F-Statistic) 0,0000
F-statistic 288,5865
Sumber: Data diolah, 2018
Dari hasil regresi signifikansi inflasi, kurs, PDB, IHSG, dan JII
terhadap NAB reksadana saham syariah terlihat bahwa nilai
probabilitas dari F-statistic < nilai ɑ yaitu 0.0000 < 0.05. berdasarkan
hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa variabel bebas yaitu inflasi, kurs,
PDB, IHSG, dan JII memiliki pengaruh signifikan terhadap NAB
reksadana saham syariah dalam kurun waktu 2012 – 2017.
c. Uji Koefisien Determinan (Adjusted )
Koefisien determinasi menunjukkan sejauh mana variabel bebas
dapat menerangkan variabel terikatnya. Besar nilai berkisar dari 0
sampai 1, nilai koefisien determinasi lebih besar dari 0,5 menunjukkan
variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat dengan baik atau
kuat. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil regresi dari variabel
makroekonomi dan indeks saham terhadap NAB reksadana saham
syariah selama kurun waktu 2012 – 2017.
86
Tabel 4.14
Nilai Adjusted
R-squared 0,716831
Adjusted R-squared 0,714347
Sumber: Data diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 4.14 di atas, terlihat bahwa nilai koefisien
determinan menunjukkan angka 0,714347 yang memiliki arti bahwa
variabel makroekonomi (inflasi, kurs dan PDB) dan indeks saham
(IHSG dan JII) mampu menjelaskan 71,43% NAB reksadana saham
syariah dan sisanya 28,57% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di
luar model.
4. Model Penelitian
Berdasarkan hasil uji regresi data panel yang telah dilakukan
sebelumnya, model yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model random effect. Berikut Tabel 4.15 menunjukkan hasil regresi data
panel dengan model random effect.
Tabel 4.15
Nilai Koefisien Variabel
Variabel Coefficient
C 8,337103
Inflasi 0,005982
Kurs 0,020927
PDB -0,355024
IHSG -0,065452
87
JII 1,154286
Random Effect (Cross)
Batavia -0,005865
BNP Paribas 0,262449
CIMB -0,199545
Ciptadana 0,067221
Mandiri -0,374352
Manulife 0,650739
PNM -0,221298
Trimegah -0,179348
Sumber: Data diolah, 2018
Persamaan model regresi antara variabel inflasi, kurs, PDB, IHSG,
dan JII terhadap NAB reksadana saham syariah:
= 5,159171 + 0,0059822 + 0,020927 – 0,355024
- 0,065452 + 1,154286 +
Interpretasi tiap variabel bebas dari model tersebut adalah sebagai berikut:
a. Nilai konstanta (C) dalam model tersebut menunjukkan angka sebesar
5,159171 yang artinya jika variabel independen (inflasi, kurs, PDB,
IHSG, dan JII) pada observasi NAB reksadana saham syariah i dan
tahun t adalah konstan, maka nilai NAB reksadana saham syariah
sebesar 5,159171.
b. Nilai koefisien variabel inflasi sebesar 0,005982 menunjukkan adanya
hubungan positif dari variabel inflasi terhadap variabel NAB reksadana
88
saham syariah yang artinya jika inflasi naik sebesar 1% akan
menaikkan NAB reksadana saham syariah sebesar 0,005982.
c. Nilai koefisien variabel kurs sebesar 0,020927 menunjukkan adanya
hubungan positif dari variabel kurs terhadap variabel NAB reksadana
saham syariah yang artinya jika kurs naik sebesar 1% akan menaikkan
NAB reksadana saham syariah sebesar 0,020927.
d. Nilai koefisien variabel PDB sebesar -0,355024 menunjukkan adanya
hubungan negatif dari variabel PDB terhadap variabel NAB reksadana
saham syariah yang artinya jika PDB naik sebesar 1% akan
menurunkan NAB reksadana saham syariah sebesar 0,355024.
e. Nilai koefisien variabel IHSG sebesar -0,065452 menunjukkan adanya
hubungan positif dari variabel IHSG terhadap variabel NAB reksadana
saham syariah yang artinya jika IHSG naik sebesar 1% akan
menaikkan NAB reksadana saham syariah sebesar 0,065452.
f. Nilai koefisien variabel JII sebesar 1,154286 menunjukkan adanya
hubungan positif dari variabel JII terhadap variabel NAB reksadana
saham syariah yang artinya jika JII naik sebesar 1% akan menaikkan
NAB reksadana saham syariah sebesar 1,154286.
Berdasarkan Tabel 4.15 diatas terlihat bahwa masing-masing
perusahaan memiliki nilai koefisien yang berbeda-beda, berikut
persamaan model dan analisisnya:
a. Persamaan Model Regresi PT. Batavia Prosperindo Aset
Manajemen dengan Reksadana Batavia Dana Saham Syariah.
89
= -0,005865 + 0,0059822 + 0,020927
– 0,355024 - 0,065452 + 1,154286 +
Model tersebut menunjukkan bahwa jika variabel
independen berubah 1% maka akan berpengaruh terhadap tingkat
NAB antar perusahaan dan antar waktu di Batavia Dana Saham
Syariah sebesar -0,005865.
b. Persamaan Model Regresi PT. BNP Paribas Investment
Management dengan Reksadana Syariah BNP Paribas Pesona
Syariah.
= 0,262449 + 0,0059822 +
0,020927 – 0,355024 - 0,065452 +
1,154286 +
Model tersebut menunjukkan bahwa jika variabel
independen berubah 1% maka akan berpengaruh terhadap tingkat
NAB antar perusahaan dan antar waktu di Syariah BNP Paribas
Pesona Syariah sebesar 0,262449.
c. Persamaan Model Regresi PT. CIMB-Principal Asset Management
dengan Reksadana CIMB-Principal Islamic Equity Growth
Syariah.
= -0,199545 + 0,0059822 + 0,020927
– 0,355024 - 0,065452 + 1,154286 +
90
Model tersebut menunjukkan bahwa jika variabel
independen berubah 1% maka akan berpengaruh terhadap tingkat
NAB antar perusahaan dan antar waktu di CIMB-Principal Islamic
Equity Growth Syariah sebesar -0,199545.
d. Persamaan Model Regresi PT. Ciptadana Asset Management
dengan Reksadana Cipta Syariah Equity.
= 0,067221 + 0,0059822 + 0,020927
– 0,355024 - 0,065452 + 1,154286 +
Model tersebut menunjukkan bahwa jika variabel
independen berubah 1% maka akan berpengaruh terhadap tingkat
NAB antar perusahaan dan antar waktu di Cipta Syariah Equity
sebesar 0,067221.
e. Persamaan Model Regresi PT. Mandiri Manajemen Investasi
dengan Reksadana Mandiri Investa Atraktif Syariah.
= -0,374352 + 0,0059822 + 0,020927
– 0,355024 - 0,065452 + 1,154286 +
Model tersebut menunjukkan bahwa jika variabel
independen berubah 1% maka akan berpengaruh terhadap tingkat
NAB antar perusahaan dan antar waktu di Mandiri Investa Atraktif
Syariah sebesar -0,374352.
91
f. Persamaan Model Regresi PT. Manulife Aset Manajemen
Indonesia dengan Reksadana Manulife Syariah Sektoral Amanah.
= 0,650739 + 0,0059822 + 0,020927
– 0,355024 - 0,065452 + 1,154286 +
Model tersebut menunjukkan bahwa jika variabel
independen berubah 1% maka akan berpengaruh terhadap tingkat
NAB antar perusahaan dan antar waktu di Manulife Syariah
Sektoral Amanah sebesar 0,650739.
g. Persamaan Model Regresi PT. PNM Investment Management
dengan Reksadana PNM Ekuitas Syariah.
= -0,221298 + 0,0059822 + 0,020927
– 0,355024 - 0,065452 + 1,154286 +
Model tersebut menunjukkan bahwa jika variabel
independen berubah 1% maka akan berpengaruh terhadap tingkat
NAB antar perusahaan dan antar waktu di PNM Ekuitas Syariah
sebesar -0,221298.
h. Persamaan Model Regresi PT. Trimegah Asset Management
dengan Reksadana TRIM Syariah Saham.
= -0,179348 + 0,0059822 + 0,020927
– 0,355024 - 0,065452 + 1,154286 +
92
Model tersebut menunjukkan bahwa jika variabel
independen berubah 1% maka akan berpengaruh terhadap tingkat
NAB antar perusahaan dan antar waktu di TRIM Syariah Saham
sebesar -0,179348.
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Inflasi berpengaruh signifikan positif terhadap NAB reksadana saham
syariah dengan nilai probabilitas inflasi sebesar 0,0001 < 0,05 dan
koefisien sebesar 0,0059822 yang berarti kenaikan inflasi satu persen
akan menaikkan NAB reksadana saham syariah.
2. Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana saham
syariah dengan nilai probabilitas kurs sebesar 0,5691 > 0,05 dan
koefisien sebesar 0,020927 yang berarti penguatan kurs satu persen
tidak akan berpengaruh pada NAB reksadana saham syariah.
3. Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh signifikan negatif
terhadap NAB reksadana saham syariah dengan nilai probabilitas
produk domestik bruto sebesar 0,0000 < 0,05 dan koefisien sebesar -
0,355024 yang berarti perubahan PDB satu persen menurunkan NAB
reksadana saham syariah.
94
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak berpengaruh signifikan
terhadap NAB reksadana saham syariah dengan nilai probabilitas
IHSG yaitu 0.4329 > 0.05 yang berarti perubahan satu persen IHSG
tidak memiliki pengaruh terhadap NAB reksadana saham syariah.
5. Jakarta Islamic Index berpengaruh signifikan dan positif terhadap
NAB reksadana saham syariah dengan probabilitas JII < ɑ yaitu
0.0000 < 0.05 dan koefisien positif sebesar 1,154286 yang berarti
kenaikan variabel JII mendorong peningkatan NAB reksadana saham
syariah.
6. Inflasi, kurs, PDB, IHSG, dan JII secara simultan dapat
mempengaruhi NAB reksadana saham syariah dengan nilai
probabilitas dari F-statistic 0.0000 < 0.05 dan nilai Adjusted R-Square
sebesar 0,714347 yang berarti semua variabel bebas dalam model
memiliki pengaruh signifikan terhadap NAB reksadana saham syariah
dan dapat menjelaskan variabel terikatnya sebesar 71,4347%.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis mencoba memberikan saran atau
masukan diantaranya:
Pertumbuhan reksadana saham syariah yang pesat perlu mendapat
perhatian tidak hanya dari pemerintah tetapi berbagai pihak yang terkait
seperti manajer investasi dan pihak pengelola lainnya, juga dari para
investor untuk terus percaya dan menginvestasikan dananya di reksadana
saham syariah.
95
Pemerintah sebagai pengambil kebijakan diharapkan mampu
mengembangkan potensi dari reksadana saham syariah ini, melihat
mayoritas masyarakat Indonesia merupakan penduduk muslim menjadikan
Indonesia memiliki potensi besar bagi berkembangnya reksadana saham
syariah. Selain itu, sosialisasi mengenai reksadana saham syariah dirasa
perlu untuk dilakukan mengingat minimnya pengetahuan masyarakat
mengenai reksadana saham syariah khususnya dan pasar modal syariah
pada umumnya.
JII yang merupakan indeks saham syariah dan dketahui memiliki
pengaruh dengan koefisien positif dan paling besar diantara variabel
lainnya oleh pemerintah melalui Bursa Efek Indonesia diharapkan dapat
menjaga dan meningkatkan kinerja dari saham-saham syariah yang ada di
JII agar kestabilan investasi syariah tercapai dan dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap investasi syariah.
96
DAFTAR PUSTAKA
Anif, et. all. “Dua Dekade Ekonomi Syariah: Menuju Kiblat Ekonomi Islam”.
Gres Publishing, Jakarta, 2014.
Aviva, Nur I. “Pengaruh JUB, SBIS, dan JII terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah Periode 2011–2015”. Islamic Banking School, 2016.
Kasyfurrohman, Ali dan Beik, Irfan S. “Pengaruh Makroekonomi Terhadap
Reksadana Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Republika, 16, 2012.
Ghozali, Imam dan Ratmono, Dwi. “Analisis Multivariat dan Ekonometrika:
Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Eviews 8”. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang, 2013.
Hadi, Nor. “Pasar Modal: Acuan Teoretis dan Praktis Investasi di Instrumen
Keuangan Pasar Modal”. Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013.
Hamid, Abdul. “Pasar Modal Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta,
2009.
Heykal, Mohamad. “Investasi Syariah”. PT Elex Media Komputindo, Jakarta,
2012
Huda, Nurul dan Nasution, Mustafa E. “Investasi pada Pasar Modal Syariah”.
Kharisma Putra Utama, Jakarta, 2014.
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islami”. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta,
2014.
Manan, Abdul. “Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah Indonesia”. Prenada Media Grup, Jakarta, 2009.
Mankiw, Gregory N. “Makroekonomi.”. Erlangga, Jakarta, 2006.
Martalena dan Malinda, Maya. “Pengantar Pasar Modal”. Andi, Yogyakarta,
2011.
Maulana, Akbar. “Pengaruh SBI, Jumlah Uang Beredar, Inflasi terhadap Kinerja
Reksa Dana Saham di Indonesia Periode 2004-2012”. Jurnal Ilmu
Manajemen Vol. 1. No. 3, 2013.
97
Miskhin, Frederic S. “Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan”.
Salemba Empat, Jakarta, 2011.
Mitha, Choirum dan Laila, Nishfu. “Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap
Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi
Syariah Teori dan Terapan Vol. 04. No. 02, Februari, 2017
Nurdianti, Hastri. “ Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB dan Inflasi
terhadap Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap”. Skripsi, Jakarta, 2010.
Pasaribu, Bismark R. dan Kowanda, D. “Pengaruh Suku Bunga SBI, Tingkat
Inflasi, IHSG, dan Bursa Asing terhadap Tingkat Pengembalian
Reksadana Saham”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Vol. 25. No. 1,
April, 2014.
Rachman, Ainur dan Mawardi, Imron. “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, BI
Rate terhadap Net Asset Value Reksadana Saham Syariah”. JESIT Vol.
2. No. 12, Desember, 2015.
Rahardja, P. dan Manurung, M. “Pengantar Ilmu Ekonomi Mikroekonomi dan
Makroekonomi”. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta, 2008.
Rasyid, Ismail R. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Reksadana Syariah di Indonesia”. Tesis, Sumatra Utara, 2013.
Saraswati, Fitria. “Analisis Pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan
Jumlah Unag Beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”.
Skripsi, Jakarta 2013.
Soemitra, Andri M. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”. Prenada Media
Grup, Jakarta, 2014.
Sukirno, S. “Makroekonomi Teori Pengantar”. Rajawali Pers, Jakarta, 2013.
Utami, Herlina. “Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga terhadap Saham Syariah”.
Jurnal an-Nisbah Vol. 04, No. 01, Oktober, 2017.
Utami, M. L. dan Jakarta, U. A. “Faktor Eksternal dan Internal yang
Mempengaruhi Return Investasi Produk Reksa Dana Campuran Di
Indonesia”. Media Ekonomi dan Manajemen Vol. 29. No.2, Juli, 2014.
http://www.wikipedia.org/Pengertian_Nilai_Aktiva_Bersih diakses 06 Oktober
2017.
98
http://www.infovesta.com/Perkembangan%20Reksadana%20Syariah.html diakses
07 Oktober 2017.
http://www.infovesta.com/kinerja%20reksadana%20saham%20syariah%202017.h
tml diakses 08 Oktober 2017.
http://www.wikipedia.org/pengertian_inflasi diakses 08 Oktober 2017.
http://www.infovesta.com/indeks%20harga%20saham.html diakses 13 Oktober
2017
Undang-undang:
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia (DSN MUI) No.
20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk
Reksadana Syariah.
Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat 27 Tentang
Pasar Modal.
99
LAMPIRAN
Lampiran 1
Data NAB Delapan Reksadana Saham Syariah Terpilih
Tahun Batavia BNP
Paribas CIMB ciptadana mandiri manulife PNM trimegah
Jan-12 1483,28 1864,25 1392,46 1543,44 1234,1 2897,36 1484,39 1239,27
Feb-12 1534,93 1907,07 1413,19 1584,67 1258,94 2980,09 1540,51 1264,85
Mar-12 1623,47 1984,14 1445,98 1644,78 1297,04 3127,35 1568,83 1356,16
Apr-12 1686,86 1995,51 1445,25 1631,96 1276,02 3106,88 1554,31 1390,37
Mei-12 1490,48 1835,28 1308,12 1507,7 1161,74 2827,35 1396,18 1232,57
Jun-12 1532,71 1897,33 1338,44 1548,49 1192,66 2927,23 1399,91 1268,82
Jul-12 1620,59 2000,31 1396,06 1641,93 1248,12 3087,12 1457,85 1349,14
Agu-12 1554,26 1960,28 1363,09 1608,71 1220,34 2984,44 1349,92 1276,92
Sep-12 1641,55 2076,03 1426,27 1682,79 1282,14 3140,8 1413,38 1358,02
Okt-12 1674,14 2135,24 1463,08 1723,72 1313,23 3294,85 1491,61 1405,29
Nov-12 1686,56 2091,48 1447,98 1721 1291,57 3231,33 1548,06 1425,1
Des-12 1657,29 2116,16 1430,1 1720,19 1281,67 3215,64 1496,09 1417,63
Jan-13 1720,81 2163,57 1466,28 1752,56 1295,22 3282,6 1495,35 1443,28
Feb-13 1868,18 2333,01 1563,75 1834,28 1378,63 3506,1 1576,62 1556,21
Mar-13 1935,17 2427,59 1627,35 1943,05 1440,57 3603,71 1641,92 1647,68
Apr-13 2025,23 2505,73 1679,33 1995,44 1470,72 3747,37 1739,76 1649,24
Mei-13 2134,2 2617,75 1727,42 1999,24 1516,68 3834,44 1828,73 1707,91
Jun-13 1946,37 2479,47 1644,93 1899,05 1392,16 3664,49 1655,48 1581,13
Jul-13 1836,77 2309,69 1552,03 1779,65 1284,39 3465,97 1547,15 1474,19
Agu-13 1719,79 2125,33 1411,98 1810,1 1136,5 3231,55 1481,25 1340,69
Sep-13 1707,21 2134,68 1408,15 1783,66 1132,17 3197,05 1478,5 1337,83
Okt-13 1755,32 2227,12 1469,57 1851,38 1180,47 3342,3 1527,46 1393,06
Nov-13 1643,69 2095,18 1370,73 1800,61 1106,99 3129,6 1428,2 1309,23
Des-13 1658,1 2096,31 1367,83 1760,26 1111,5 3140,27 1405,36 1323,45
Jan-14 1728,21 2164,46 1413,46 1799,54 1138,32 3259,44 1393,29 1354,81
Feb-14 1785,29 2272,59 1488,83 1887,44 1191,98 3411,26 1465,77 1430,66
Mar-14 1882,33 2339,29 1527,95 1931,12 1236 3535,68 1543,9 1500,04
Apr-14 1842,56 2374,79 1535,3 1946 1249,44 3571,48 1570,28 1526,62
Mei-14 1834,94 2427,6 1548,93 1987,42 1272,44 3631,14 1600,04 1554,71
Jun-14 1797,43 2418,13 1532,91 2005,5 1259,61 3601,99 1588,62 1533,94
Jul-14 1935,44 2562,15 1649,92 2140,54 1328,27 3804,46 1660,64 1639,49
Agu-14 1962,51 2568,2 1681,61 2132,57 1330,85 3822,21 1652,76 1650,46
Sep-14 1952,34 2527,23 1648,4 2117,63 1294,34 3736,87 1641,19 1630,97
Okt-14 1919,03 2492,05 1634,37 2117,86 1282,33 3690,89 1599,52 1624,36
Nov-14 1958,38 2556,88 1725,97 2192,02 1322,28 3780,87 1629,98 1665,54
100
Des-14 1992,2 2596,51 1771,85 2209,89 1344,6 3831,04 1684,26 1715,51
Jan-15 2028,36 2629,6 1787,61 2228,75 1369,51 3901,74 1700,78 1739,55
Feb-15 2063,2 2655,08 1813,56 2263,87 1396,1 3987,37 1704,59 1763,71
Mar-15 2004,48 2613,45 1738,7 2250,94 1373,78 3909,1 1661,88 1728,66
Apr-15 1902,39 2422,29 1618,3 2135,1 1288,26 3612,28 1567,62 1623,37
Mei-15 1955,71 2496,56 1665,96 2241,1 1339,59 3765,96 1598,1 1676,54
Jun-15 1834,07 2329,63 1538,44 2097,22 1249,39 3528,11 1491,49 1560,55
Jul-15 1819,39 2282,4 1492,68 2065,49 1206,28 3468,82 1423,76 1544,48
Agu-15 1690,17 2096,49 1360,38 1896,59 1110,44 3215,61 1306,71 1428,37
Sep-15 1585,13 1978,69 1266,79 1790,77 1057,61 3020,82 1230,92 1345,53
Okt-15 1652,13 2123,63 1331,33 1902,28 1116,55 3236,82 1236,17 1410,59
Nov-15 1615,28 2100,84 1313,9 1849,62 1097,39 3207,23 1183,38 1378,53
Des-15 1683,43 2187,31 1354,18 1898,38 1138,87 3307,4 1207,79 1426,23
Jan-16 1704,83 2176,01 1363,71 1901,67 1142,64 3300,7 1226,74 1464,57
Feb-16 1765,05 2231,43 1416,31 1989,98 1181,5 3455,36 1275,32 1524,44
Mar-16 1794,67 2328,53 1433,04 2059,55 1219,33 3557,28 1311,4 1553,06
Apr-16 1806,16 2341,14 1427,19 2072,16 1222,84 3571,6 1319,68 1566,85
Mei-16 1844,88 2347,37 1432,6 2046,47 1220,72 3543,47 1319,78 1582,92
Jun-16 1957,35 2498,27 1526,88 2173,89 1305,47 3768,03 1403,92 1686,77
Jul-16 2047,08 2654,96 1598,17 2254,56 1362,45 4050,86 1464,7 1758,58
Agu-16 2048,58 2627,09 1635,44 2290,45 1376,65 4015,62 1482,82 1751,95
Sep-16 2040,62 2598,98 1610,32 2257,69 1348,2 3956,29 1447,14 1726,85
Okt-16 2058,47 2624,15 1606,49 2249,26 1370,28 4018,6 1461,23 1740,58
Nov-16 1892,12 2437,17 1485,72 2090,82 1277,26 3780,79 1380,13 1628,2
Des-16 1909,03 2490,67 1491,11 2112,63 1278,44 3802,15 1387,18 1644,42
Jan-17 1904,93 2494,76 1489,96 2100,93 1270,31 3756,22 1363,21 1628,5
Feb-17 1904,57 2537,4 1491,33 2113,63 1268,83 3816,72 1362,51 1640,31
Mar-17 1952,69 2591,77 1506,31 2141,48 1282,31 3861,4 1399,9 1673,69
Apr-17 1999,38 2658,38 1549,09 2191,4 1302,02 3905,46 1441,58 1715,51
Mei-17 1975,52 2630,19 1526,78 2186,5 1295,13 3832,46 1444,5 1706,65
Jun-17 2013,48 2675,45 1554,53 2220,18 1310,13 3870,28 1446,81 1732,44
Jul-17 1997,83 2641,36 1518,92 2209,4 1293,52 3862,75 1462,38 1729,17
Agu-17 2006,02 2664,3 1519,71 2220,83 1297,45 3903,16 1461 1724,18
Sep-17 1977,87 2620,84 1505,98 2185,04 1274,66 3838,16 1440,95 1699,01
Okt-17 1955,28 2609,09 1483,12 2178,35 1270,92 3850,64 1443 1678,56
Nov-17 1908,32 2530,3 1436,85 2075,8 1236,78 3720,32 1395,73 1652,57
Des-17 2018,79 2635,15 1493,08 2182,64 1294,92 3852,81 1460,11 1734,79
101
Lampiran 2
Data PDB Triwulan (Milyar Rupiah)
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Triwulan I 1855580 1958396 2058585 2158040 2264680 2378176
Tiwulan II 1929019 2036817 2137386 2238704 2355422 2473425
Triwulan III 1993632 2103598 2207344 2312844 2429286 2552217
Triwulan IV 1948852 2057688 2161553 2272929 2385244 2508932
Lampiran 3
Output Pooled Least Square
Dependent Variable: Y?
Method: Pooled Least Squares
Date: 07/17/18 Time: 18:51
Sample: 2012M01 2017M12
Included observations: 72
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 576 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI? -0.031007 0.007035 -4.407681 0.0000
KURS? 0.416378 0.212415 1.960212 0.0505
PDB? -1.227047 0.438416 -2.798819 0.0053
IHSG? 0.173475 0.503570 0.344490 0.7306
JII? 0.939174 0.567710 1.654318 0.0986
C 12.76498 3.450977 3.698948 0.0002 R-squared 0.092841 Mean dependent var 7.513339
Adjusted R-squared 0.084884 S.D. dependent var 0.320128
S.E. of regression 0.306240 Akaike info criterion 0.481464
Sum squared resid 53.45612 Schwarz criterion 0.526840
Log likelihood -132.6616 Hannan-Quinn criter. 0.499160
F-statistic 11.66711 Durbin-Watson stat 0.010713
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 4
Output Fixed Effect Model
Dependent Variable: Y?
Method: Pooled Least Squares
Date: 07/17/18 Time: 18:52
Sample: 2012M01 2017M12
Included observations: 72
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 576
102
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI? 0.006003 0.001548 3.878590 0.0001
KURS? 0.020705 0.036736 0.563624 0.5732
PDB? -0.354536 0.076296 -4.646832 0.0000
IHSG? -0.065585 0.083404 -0.786358 0.4320
JII? 1.154406 0.093920 12.29134 0.0000
C 5.154914 0.607359 8.487421 0.0000
Fixed Effects (Cross)
BATAVIA--C -0.005876
BNPPARIBAS--C 0.262597
CIMB--C -0.199618
CIPTADANA--C 0.067232
MANDIRI--C -0.374480
MANULIFE--C 0.650935
PNM--C -0.221377
TRIMEGAH--C -0.179414 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.975575 Mean dependent var 7.513339
Adjusted R-squared 0.975054 S.D. dependent var 0.320128
S.E. of regression 0.050562 Akaike info criterion -3.108938
Sum squared resid 1.439296 Schwarz criterion -3.010623
Log likelihood 908.3740 Hannan-Quinn criter. -3.070596
F-statistic 1873.924 Durbin-Watson stat 0.153311
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 5
Output Random Effect Model
Dependent Variable: Y?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/17/18 Time: 18:55
Sample: 2012M01 2017M12
Included observations: 72
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 576
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI? 0.005982 0.001548 3.865683 0.0001
KURS? 0.020927 0.036735 0.569664 0.5691
PDB? -0.355024 0.076294 -4.653360 0.0000
IHSG? -0.065452 0.083404 -0.784756 0.4329
JII? 1.154286 0.093920 12.29007 0.0000
C 5.159171 0.618821 8.337103 0.0000
Random Effects (Cross)
BATAVIA--C -0.005865
BNPPARIBAS--C 0.262449
103
CIMB--C -0.199545
CIPTADANA--C 0.067221
MANDIRI--C -0.374352
MANULIFE--C 0.650739
PNM--C -0.221298
TRIMEGAH--C -0.179348 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.335601 0.9778
Idiosyncratic random 0.050562 0.0222 Weighted Statistics R-squared 0.716831 Mean dependent var 0.133382
Adjusted R-squared 0.714347 S.D. dependent var 0.094580
S.E. of regression 0.050550 Sum squared resid 1.456507
F-statistic 288.5865 Durbin-Watson stat 0.151484
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.048841 Mean dependent var 7.513339
Sum squared resid 56.04896 Durbin-Watson stat 0.003937
Lampiran 6
Output Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: PERUSAHAAN
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 2906.725955 (7,563) 0.0000
Cross-section Chi-square 2082.071273 7 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: Y?
Method: Panel Least Squares
Date: 07/17/18 Time: 18:54
Sample: 2012M01 2017M12
Included observations: 72
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 576 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI? -0.031007 0.007035 -4.407681 0.0000
KURS? 0.416378 0.212415 1.960212 0.0505
PDB? -1.227047 0.438416 -2.798819 0.0053
104
IHSG? 0.173475 0.503570 0.344490 0.7306
JII? 0.939174 0.567710 1.654318 0.0986
C 12.76498 3.450977 3.698948 0.0002 R-squared 0.092841 Mean dependent var 7.513339
Adjusted R-squared 0.084884 S.D. dependent var 0.320128
S.E. of regression 0.306240 Akaike info criterion 0.481464
Sum squared resid 53.45612 Schwarz criterion 0.526840
Log likelihood -132.6616 Hannan-Quinn criter. 0.499160
F-statistic 11.66711 Durbin-Watson stat 0.010713
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 7
Output Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: PERUSAHAAN
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 5 1.0000 * Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. INFLASI? 0.006003 0.005982 0.000000 0.3921
KURS? 0.020705 0.020927 0.000000 0.3921
PDB? -0.354536 -0.355024 0.000000 0.3921
IHSG? -0.065585 -0.065452 0.000000 0.3921
JII? 1.154406 1.154286 0.000000 0.3921
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: Y?
Method: Panel Least Squares
Date: 07/17/18 Time: 18:56
Sample: 2012M01 2017M12
Included observations: 72
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 576 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.154914 0.607359 8.487421 0.0000
INFLASI? 0.006003 0.001548 3.878590 0.0001
KURS? 0.020705 0.036736 0.563624 0.5732
PDB? -0.354536 0.076296 -4.646832 0.0000
105
IHSG? -0.065585 0.083404 -0.786358 0.4320
JII? 1.154406 0.093920 12.29134 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.975575 Mean dependent var 7.513339
Adjusted R-squared 0.975054 S.D. dependent var 0.320128
S.E. of regression 0.050562 Akaike info criterion -3.108938
Sum squared resid 1.439296 Schwarz criterion -3.010623
Log likelihood 908.3740 Hannan-Quinn criter. -3.070596
F-statistic 1873.924 Durbin-Watson stat 0.153311
Prob(F-statistic) 0.000000