APLIKASI GEL ALOEVERA DAN GLISERIN SEBAGAI
PELEMBAB PADA PRODUK PEMBERSIH TANGAN
(HANDSANITIZER)
ALZARA ZETIARA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Gel Aloevera
dan Gliserin sebagai Pelembab pada Produk Pembersih Tangan (Handsanitizer)
adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Alzara Zetiara
NIM F34100052
ABSTRAK
ALZARA ZETIARA. Aplikasi Gel Aloevera dan Gliserin sebagai Pelembab pada
Produk Pembersih Tangan (Handsanitizer). Dibimbing oleh DWI
SETYANINGSIH.
Pemanfaatan gliserin dan gel aloevera sebagai pelembab pada produk
pembersih tangan antiseptik diharapkan akan memberikan kesan berbeda pada
produk, sehingga produk dapat memberikan kesan lembab yang lebih lama di
kulit. Tujuan umum penelitian ini yaitu mendapatkan produk handsanitizer
terbaik dengan penambahan formulasi pelembab menggunakan gliserin dan gel
aloevera, mengetahui efektivitas produk dalam mengurangi cemaran mikroba
pada tangan dan mengetahui umur simpan produk handsanitizer. Formulasi bahan
pelembab tersebut menghasilkan enam jenis formulasi. Berdasarkan hasil uji
kesukaan (hedonik) panelis terhadap sampel produk pembersih tangan, telah
didapatkan hasil formulasi pelembab dengan konsentrasi gliserin 0.1 % dan gel
aloevera 0.5%. Formulasi tersebut memiliki karakteristik: pH 5.11; viskositas
6533 cP: densitas 0.904 g/ml. Hasil uji mikroba diketahui bahwa produk
handsanitizer mampu mengurangi cemaran mikroba pada tangan. Berdasarkan
parameter kadar air dan etanol pada suhu 70oC, pendugaan umur simpan produk
handsanitizer dalam kemasan aluminium foil pada suhu ruang adalah selama 215
hari (7.16 bulan).
Kata kunci: gel aloevera, gliserin, hedonik, pelembab, umur simpan
ABSTRACT
ALZARA ZETIARA. Application of Aloevera Gel and Glycerin as Moisturizer
on Hand Cleaner Product (Handsanitizer). Supervised by DWI SETYANINGSIH
.
The use of glycerin and aloevera gel as moisturizer on antiseptic
handsanitizer product is expected to give different impression to the product, so
the product can give longer moist impression in the skin. The aims of this research
are to obtain an antiseptic handsanitizer product with the addition of glycerin and
aloevera gel formulation as moisturizer materials, to know the effectiveness of the
product in reducing microbial contamination on hands and shelf life of
handsanitizer product. There were six moisturizing formulations. Based on
hedonic test, sixth formulation was the best moisturizing formulation which
consisted of 0.1% glycerin and 0.5% aloevera gel. It was characterized by pH of
5.11; viscosity of 6533 cP; density of 0.904 g/ml. Microbial test showed that the
product was able to reduce microbial contamination in hand. Based on parameter
of water dan ethanol content (70oC) from shelf life analysis, the product can be
stored at 25oC or room temperature using aluminium foil packaging for 215 days
(7.16 months).
Keywords: aloevera gel, glycerin, hedonic, moisturizer, shelf life
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
APLIKASI GEL ALOEVERA DAN GLISERIN SEBAGAI
PELEMBAB PADA PRODUK PEMBERSIH TANGAN
(HANDSANITIZER)
ALZARA ZETIARA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Aplikasi Gel Aloevera dan Gliserin sebagai Pelembab pada Produk
Pembersih Tangan (Handasanitizer)
Nama : Alzara Zetiara
NIM : F34100052
Disetujui oleh
Dr Dwi Setyaningsih, STP MSi
Pembimbing I
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
pembuatan produk berbasis gel aloevera dan gliserin sebagai pelembab, dengan
judul Aplikasi Gel Aloevera dan Gliserin sebagai Pelembab pada Produk
Pembersih Tangan (Handsanitizer).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Dwi Setyaningsih STP, M.Si
selaku pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Mulyorini Rahayuningsih, M.Si dan Bapak
Drs. Purwoko, M. Si yang telah banyak memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penuls sampaikan kepada Ibu Egnawati Sari dari Laboratorium
Dasar Ilmu Terapan, Ibu Rini Purnawati, S.TP, M.Si dari Laboratorium Teknologi
Proses dan Ibu Dyah Purnawati dari Laboratorium Pengawasan Mutu yang telah
membantu selama kegiatan penelitian di laboratorium. Departemen Teknologi
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB yang telah memberi
dukungan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Hi. Raden
Mansus, SE, Ibunda Hj. Mirza Triutami, SE, Adik Kharisma Putri dan Crisnina
Handayani, Nenek Hj. Hayuna dan Hj. Musyah Mochtar serta seluruh keluarga
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014
Alzara Zetiara
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODOLOGI 2
Waktu dan Termpat Penelitian 2
Bahan 2
Alat 2
Metode Penelitian 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Karakteristik Produk 7
Uji Hedonik 9
Penentuan Produk Terbaik 13
Pengujian Efektivitas Produk 15
Pendugaan Umur Simpan 16
SIMPULAN DAN SARAN 19
Simpulan 19
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 22
RIWAYAT HIDUP 43
DAFTAR TABEL
1 Formulasi pelembab handsanitizer .................................................................. 3
2 Hasil pengujian karakteristik formulasi handsanitizer .................................... 7 3 Persentase kelembaban produk handsanitizer ............................................... 14 4 Hasil perhitungan jumlah bakteri pada tangan ............................................... 15 5 Nilai-nilai laju persentase kadar air dan etanol suhu 70
oC ............................. 18
DAFTAR GAMBAR
1 Alat pengukur kadar air dan etanol 7
2 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kejernihan handsanitizer 9 3 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kekentalan handsanitizer 10 4 Persentase panelis skala 1-3 pada parameter kelengketan handsanititzer 11 5 Persentase panelis skala 1-3 pada parameter kelembaban handsanitizer 12 6 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter penerimaan keseluruhan 13 7 Grafik persentase rata-rata kadar air dan etanol pada suhu 70
oC 18
8 Grafik hubungan In K dengan 1/T 18
DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir proses pembuatan produk pembersih tangan 22 2 Formulir uji organoleptik produk pembersih tangan 23 3 Hasil uji Friedman produk pembersih tangan dengan SPSS Statistic 21.0 26
4 Hasil uji lanjut one way anova produk pembersih tangan dengan SPSS
Statistic 21.0 29 5 Nilai kepentingan uji hedonik 34 6 Perhitungan pembobotan uji hedonik produk pembersih tangan 35
7 Hasil uji efektivitas produk pembersih tangan 36 8 Hasil uji pearson correlation produk pembersih tangan dengan SPSS
Statistic 21.0 36 9 Hasil uji lanjut one way anova pengujian efektivitas produk 37
10 Dokumentasi Produk 38 11 Hasil pengujian susut bobot, kadar air dan etanol pada suhu 70
oC dan
105oC 39
12 Grafik dan persamaan regresi susut bobot 41
13 Grafik dan persamaan regresi kadar air dan etanol suhu 105oC 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perilaku hidup sehat dan bersih apabila tidak diperhatikan dengan baik dapat
menjadi ancaman bagi kegiatan masyarakat. Ancaman tersebut berupa masuknya
penyakit ke dalam tubuh. Perilaku hidup sehat dan bersih dapat dimulai dengan
ritual sederhana seperti kegiatan mencuci tangan sebelum melakukan aktivitas
apapun. Mencuci tangan dapat mencegah resiko penularan penyakit seperti
influenza, diare bahkan SARS (Severe Acute Respository Syndrom) hingga 50%
(Rhamadanti, 2004). Kegiatan membersihkan tangan dapat dilakukan
menggunakan air, sabun, tissue, sapu tangan dan sebagainya.
Seiring dengan perkembangan teknologi, maka alternatif dalam hal
kepraktisan pun berkembang. Munculnya produk pembersih tangan
(handsanitizer) merupakan perkembangan dari kegiatan mencuci tangan dan
bentuk handsanitizer berupa gel menjadi sediaan yang cukup digemari.
Handsanitizer memiliki komposisi terbesar bahan penyusunnya yaitu alkohol
sebagai bahan antiseptik. Selain aman di gunakan pada kulit, alkohol merupakan
antiseptik yang kuat dan menghambat pertumbuhan mikroba dengan cepat.
Selain bahan antiseptik, bahan pelembab juga berperan penting dalam
pembuatan handsanitizer. Bahan pelembab dapat mencegah atau mengurangi
kekeringan kulit, mengurangi penguapan air baik dari kemasan saat produk dibuka
dan mengikat air agar tetap lembab pada saat produk digunakan di tangan.
Pelembab yang dapat digunakan yaitu gliserin. Sifat gliserin yang dapat menyerap
air membuat gliserin dapat melembabkan kulit dan melindunginya dari kekeringan.
Gliserin juga digunakan untuk mengentalkan larutan dan melembabkan
permukaan ketika dioleskan pada kulit ataupun rambut (Poedjiadi, 2006).
Selain gliserin, gel aloevera dapat dijadikan bahan pelembab alami yang
dapat meningkatkan fungsi pelembab pada kulit. Gel aloevera mampu menjaga
kelembaban dengan cara mengontrol kehilangan air dan pertukaran komponen-
komponen larut air (Reynold and Dweck, 1999). Pemanfaatan gel aloevera
sebagai pelembab dalam berbagai bidang dengan model inovasinya khususnya
pada produk pembersih tangan masih menjadi hal baru untuk diteliti. Aplikasi gel
aloevera sebagai bahan pelembab dalam produk pembersih tangan selain dinilai
lebih aman juga disebabkan masih sedikitnya penelitian mengenai aplikasi
pelembab pada produk pembersih tangan. Oleh karena itu, gel aloevera dan
gliserin menarik untuk diteliti dan dilakukan pengembangan untuk dijadikan
sebagai pelembab pada produk pembersih tangan (handsanitizer).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi bahan pelembab dan
sifat sensori terbaik pada produk handsanitizer dengan gel aloevera dan gliserin
sebagai pelembab. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui efektivitas
produk dalam mengurangi cemaran mikroba pada tangan dan mengetahui umur
simpan produk handsanitizer.
2
Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian ini adalah formulasi gel aloevera dan gliserin sebagai
pelembab pada produk pembersih tangan menggunakan uji sensori dan pengujian
karakteristik produk dilihat dari pH, viskositas dan densitas. Produk terbaik dari
hasil uji hedonik dilakukan pengujian kelembaban menggunakan skin moisture
analyzer, efektivitas produk dan umur simpan produk handsanitizer menggunakan
kemasan aluminium foil pada penyimpanan suhu 25oC, 35
oC dan 50
oC.
Penelitian ini meliputi beberapa tahapan antara lain tahapan formulasi pelembab
pada produk handsanitizer, pengujian karakteristik produk, pengujian secara
sensori, pengujian efektivitas produk dan pendugaan umur simpan.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2014 hingga April
2014. Penelitian dilakukan di Laboratorium Dasar Ilmu Terapan, Laboratorium
Teknologi Kimia dan ruang Organoleptik, Departemen Teknologi Industri
Pertanian
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah carbomer, gel
aloevera, gliserin, dan bioetanol. Carbomer digunakan sebagai bahan pembentuk
gel (gelling agent), berperan dalam membentuk sifat kekentalan produk.
Carbomer memiliki karakteristik bubuk berwarna putih, ringan dan mudah lengket
jika terkena air. Gel aloevera dan gliserin digunakan sebagai pelembab yang akan
menjaga kelembaban kulit tangan. Bioetanol merupakan etanol (golongan
alkohol) yang diproduksi dari bahan alami dan bahan baku yang biasa digunakan
untuk memproduksi bioetanol yaitu ubi kayu dan tetes tebu (molases). Bioetanol
digunakan sebagai bahan yang bersifat antiseptik.
Bahan tambahan yang digunakan yaitu minyak atsiri sebagai bahan pemberi
aroma produk. Minyak atsiri yang digunakan yaitu minyak jeruk nipis dan minyak
green tea yang diperoleh dari toko online shop Lansida. Selain minyak atsiri,
bahan tambahan lain yang digunakan yaitu aquades, NaOH 1 N digunakan
sebagai penetral carbomer, larutan garam fisiologis, media Plate Count Agar
(PCA), dan swab cotton.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan produk pembersih tangan antara
lain: neraca digital, gelas arloji, penangas, stopwatch, pipet volumetrik, labu ukur,
sudip, pengaduk, kertas timbang, gelas piala, gelas ukur, magnetic stirer, dan alat
pengaduk (homomixer), sedangkan alat yang digunakan dalam pengujian
3
karakteristik produk antara lain: viskometer, pH-meter dan piknometer. Dalam
pengujian efektivitas produk digunakan alat antara lain: inkubator dan autoklaf.
Metode Penelitian
Pengambilan Gel Aloevera
Jenis tanaman lidah buaya yang termasuk ke dalam suku Liliaceae yang
paling banyak dimanfaatkan dan tumbuh di pekarangan adalah jenis Aloe
barbadensis miller. Jenis tanaman lidah buaya tersebut mengandung 75 zat aktif
yang dibutuhkan manusia. Tanaman ini memiliki ciri-ciri yaitu batang tidak
terlihat jelas, bentuk daun lebar di bagian bawah dengan pelepah bagian atas yang
cembung, lebar daun 6-13 cm dan duri berada di bagian pinggir daun dengan
panjang daun 25-30 cm.
Pengumpulan dilakukan dengan cara daun lidah buaya dipotong sedekat
mungkin dari batangnya, kemudian dibilas dengan aquades dan permukaannya
dikeringkan. Pangkal daun lidah buaya dipotong sekitar satu cm dan bagian
berduri sepanjang daun lidah buaya juga dipotong. Daun lidah buaya dikupas
melalui sisi dimana duri lidah buaya telah dibuang sebelumnya. Pada penampang
yang lebar dibelah memanjang menggunakan pisau hingga menjadi 2 bagian.
Bagian yang berisi daging buah diletakkan menghadap keatas dan gel dikeruk dari
atas ke bawah, dari ujung ke bagian pangkal lidah buaya. Tahap tersebut diulangi
hingga beberapa kali sampai seluruh gel terlepas dari kulit lidah buaya. Gel lidah
buaya segera diblender dan hasilnya berupa ekstrak kasar berbuih banyak segera
dimasukkan ke dalam lemari es. Ekstrak kasar gel lidah buaya disaring sehingga
hanya didapat cairannya saja.
Formulasi Bahan Pelembab
Formulasi bahan pelembab yang akan digunakan sebagai pelembab pada
produk handsanitizer menggunakan gel aloevera, gliserin dan kombinasi
keduanya. Konsentrasi yang digunakan yaitu konsentrasi rendah sebesar 0.1% dan
konsentrasi tinggi sebesar 0.5%. Konsentrasi pelembab pada handsanitizer yang
direkomendasikan berada pada kisaran 0.1% - 1%. Tabel 1 menjelaskan formulasi
pelembab yang digunakan.
Tabel 1 Formulasi pelembab handsanitizer
Formulasi Konsentrasi Gliserin Konsentrasi Gel Aloevera
A 0.1% -
B 0.5% -
C - 0.1%
D - 0.5%
E 0.5% 0.1%
F 0.1% 0.5%
Pembuatan Produk Pembersih Tangan
Pembuatan produk pembersih tangan dilakukan dengan cara terlebih dahulu
melarutkan carbomer sebanyak 0.5% dalam 450 ml aquades. Pelarutan carbomer
ini dibantu dengan menggunakan magnetic stirer dengan kecepatan pengadukan
4
±1200 rpm selama 30 menit pada suhu 25-29oC. Carbomer yang telah larut
sempurna pada air selanjutnya ditambahkan 7.5 ml basa NaOH 1 N secara
perlahan untuk menetralkan larutan carbomer. Kemudian campuran diaduk secara
manual selama ±5 menit hingga diperoleh gel yang kental dan bening. Formulasi
bahan pelembab terlebih dahulu dilarutkan dalam bioetanol 95% sebanyak 675 ml
kemudian ditambahkan ke dalam larutan. Setelah itu dihomogenkan dengan
homomixer dengan kecepatan 2000 rpm selama satu jam pada suhu 25-30oC.
Penambahan Aroma Minyak Atsiri
Setelah didapatkan produk handsanitizer dengan formulasi bahan pelembab,
tahapan terakhir yaitu penambahan minyak atsiri untuk meningkatkan aroma.
Minyak atsiri yang digunakan yaitu campuran antara minyak jeruk nipis 0.1% dan
minyak green tea 0.015% (Widyastuti, 2013).
Karakteristik Produk
Pengujian karakteristik produk handsanitizer meliputi viskositas, pH, dan
densitas. Pengukuran viskositas menggunakan viscometer Brookfield. Sampel
sebanyak 50 ml dimasukkan kedalam gelas piala, kemudian pengukuran
dilakukan sebanyak 3 kali. Spindle yang digunakan adalah spindle nomor 4
dengan kecepatan sebesar 30 rpm.
Nilai pH diperoleh dari pengukuran menggunakan alat pH-meter. Sampel
sebanyak 10 g dilarutkan dalam 100 ml aquades, kemudian diaduk untuk
melarutkan sampel. Sampel yang telah dilarutkan kemudian diukur menggunakan
pH meter yang telah dikalibrasi.
Densitas produk diukur menggunakan piknometer. Hal tersebut dilakukan
karena sampel handsanitizer memiliki aliran sehingga masih dapat diukur bobot
jenisnya menggunakan piknometer. Bobot piknometer kosong dan tutup
ditimbang setelah itu diisi dengan sampel hingga penuh dan ditimbang kembali.
Nilai densitas dihitung dengan rumus berikut:
𝑫𝒆𝒏𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 =𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍(𝒈𝒓)
𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒂𝒊𝒓 (𝒈𝒓) 𝒙 𝒅𝒆𝒏𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒂𝒊𝒓 (
𝒈
𝒎𝒍)
Pengujian Sensori Produk (Hedonik)
Uji hedonik merupakan salah satu uji penerimaan yang menggunakan
minimal 30 panelis untuk panel tidak terlatih maupun panel konsumen
(Setyaningsih, dkk., 2010). Uji hedonik dilakukan dengan ke enam formulasi
tersebut terhadap responden sebanyak 30 orang. Parameter yang dinilai dalam
pengujian hedonik meliputi kejernihan, kekentalan, kelengketan, kelembaban, dan
penerimaan secara keseluruhan. Kemudian panelis akan memilih formulasi
pelembab yang disukai berdasarkan kelima parameter tersebut. Formulir uji
organoleptik dapat dilihat pada Lampiran 2. Panelis uji hedonik kali ini dilakukan
dengan panelis yang sebagian adalah wanita, hal ini dikarenakan wanita
cenderung lebih peka dibandingkan laki-laki.
5
Penentuan Produk Terbaik
Penentuan produk terbaik dilakukan dengan metode pembobotan Bayes
dengan modifikasi (Soraya 2007). Metode pembobotan didasarkan pada hasil uji
hedonik yang telah dilakukan. Parameter uji hedonik yang digunakan meliputi
parameter kejernihan, kekentalan, kelengketan, kelembaban dan penerimaan
secara keseluruhan. Untuk menentukan produk terbaik maka setiap parameter uji
hedonik diberikan skala 1 sampai 7 berdasarkan nilai kepentingannya. Semakin
penting parameter tersebut maka nilai yang diberikan semakin besar. Nilai
kepentingan kemudian dibobotkan dalam persen. Nilai kepentingan tiap parameter
ditentukan atas pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilihat pada Lampiran 5.
Pertimbangan-pertimbangan diputuskan melalui expert judgment.
Nilai hasil analisis parameter uji hedonik diurutkan berdasarkan rangking
terbaik. Peringkat terbaik diberi nilai terbesar dan peringkat terendah diberi nilai
terkecil. Nilai total akhir diperoleh dari akumulasi perkalian antara nilai peringkat
dikalikan dengan bobot setiap parameter kesukaan. Nilai total kemudian
dirangking hingga diperoleh perlakuan terbaik.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam yaitu
analisis deskriptif dan analisis statistik non-parameterik. Analisis statistika
deskriptif dilakukan terhadap semua data yaitu data hasil pengujian sensori,
hedonik, viskositas, densitas, pH dan data hasil uji efektivitas produk. Analisis
dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata dan menyajikannya dalam bentuk
tabel dan grafik.
Analisis statistik non-parametrik dengan uji Friedman dilakukan untuk
menganalisis data hasil pengujian sensori dengan uji hedonik. Uji friedman adalah
uji dalam statistik non parametrik yang mensyaratkan tidak ada ulangan bagi
perlakuan yang diberikan terhadap unit-unit percobaan. Uji ini dilakukan apabila
data-data hasil pengamatan berupa ranking (misalnya uji organoleptik), maka
friedman test lebih tepat digunakan karena data berupa ranking tergolong tipe data
ordinal (Santoso, 2002). Pengujian dilakukan dengan menggunakan software
SPSS Statistic 21.0. Hipotesis yang digunakan untuk uji statistik ini yaitu:
H0 : Perbedaan formulasi pelembab tidak memberikan perbedaan antar sampel
H1 : Perbedaan formulasi pelembab memberikan perbedaan antar sampel
Pengujian Efektivitas Produk
Setelah didapatkan formulasi produk terbaik dari hasil uji hedonik, sampel
terbaik dilakukan pengujian efektivitas produk. Pengujian tersebut dilakukan
menggunakan metode swab (Radji, 2010). Dalam melakukan pengujian, terlebih
dahulu kedua telapak tangan responden dicuci dan diberikan suatu benda untuk
dipegang agar kandungan bakteri di kedua telapak tangannya sama, kemudian
dengan swab kapas steril yang telah dibasahi dengan larutan NaCl 0.85%
diusapkan atau disapukan dengan cukup kuat pada telapak tangan responden,
berlawanan arah dengan garis telapak tangan. Swab kapas tersebut kemudian
dibilaskan ke dalam air pengencernya dan dilakukan pengenceran hingga 10⁻2.
Masing-masing pengenceran diambil 0.5 ml dan ditanam pada agar Plate Count
6
Agar dalam cawan petri. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam dan
koloni bakteri yang tumbuh dihitung dan dicatat.
Pengujian mikrobiologi dilakukan sebanyak dua kali kemudain dilakukan
pengolahan analisis statistik parametrik dengan software SPSS 21.0. Analisis
statistik parametrik menggunakan Pearson Correlation karena lebih cocok
digunakan untuk data berskala interval atau ratio untuk melihat perbedaan apakah
kondisi tangan responden mempengaruhi jumlah mikroba pada tangan. Hipotesis
yang digunakan untuk uji statistik ini yaitu:
H0 : Perbedaan kondisi responden tidak memberikan perbedaan jumlah bakteri
pada tangan
H1 : Perbedaan kondisi responden memberikan perbedaan jumlah bakteri pada
tangan
Pendugaan Umur Simpan Produk Handsanitizer
Setelah didapatkan formulasi produk terbaik dari hasil uji hedonik, sampel
terbaik dilakukan pengujian umur simpan. Pengujian dilakukan dengan sampel
disimpan pada 3 suhu yang berbeda yaitu suhu 25oC, 35
oC dan 50
oC. Sampel
tersebut dikemas menggunakan kemasan aluminium foil dengan isi per kemasan
sebanyak 20 ml. Pengujian untuk ketiga suhu dilakukan pada waktu yang berbeda.
Penyimpanan pada suhu 25oC dilakukan pada 6 titik penyimpanan yaitu pada
waktu 0, 6, 12, 18, 24 dan 30 hari. Penyimpanan pada suhu 35oC dilakukan pada 9
titik penyimpanan yaitu pada waktu 0, 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28 dan 32 hari.
Penyimpanan pada suhu 50oC dilakukan pada waktu 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16,
18, 20, 22, 24, 26, 28 dan 30 hari.
Pendugaan umur simpan pada ketiga suhu dilakukan dengan melihat susut
bobot pada sampel dengan cara sampel beserta kemasannya ditimbang sebelum
dan sesudah penyimpanan. Menurut Larasati (2012), pengukuran susut bobot
dilakukan secara gravimetri yaitu membandingkan selisih bobot sebelum
penyimpanan dengan sesudah penyimpanan. Kehilangan bobot selama
penyimpanan dapat dihitung berdasarkan rumus:
𝑆𝑢𝑠𝑢𝑡 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 % =𝑊−𝑊𝑎
𝑊 x 100%
Keterangan:
W : Bobot bahan awal penyimpanan dengan kemasan (g)
Wa : Bobot bahan akhir penyimpanan dengan kemasan (g)
Sesudah penyimpanan, kemasan dibuka dan sampel ditimbang sebanyak 1-2
gram untuk melihat persentase kadar etanol maupun air yang masih tersisa pada
suhu 70oC dan 105
oC. Persentase tersebut dapat dilihat menggunakan moisture
analyzer atau alat pengukur kadar air dengan metode oven dengan cara
dipanaskan dan diukur kandungan bahan yang menguap. Bahan menguap
sebagian besar terdiri dari air dan etanol yang merupakan bahan terbesar penyusun
handsanitizer. Alat tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:
7
Gambar 1 Alat pengukur kadar air dan etanol
Pengujian susut bobot, kadar air dan kadar etanol pada suhu 70oC dan 105
oC
untuk ketiga suhu penyimpanan dilakukan dengan metode duplo kemudian
diambil rata-rata dari hasil tersebut.
Analisis laju persentase susut bobot, persentase kadar air dan etanol pada
suhu 70oC dan 105
oC dapat dilakukan dengan mengukur nilai energi aktivasi (Ea)
pada suhu T (oK) menggunakan persamaan arhenius sebagai berikut:
k = k0 . e-Ea/RT
atau dilogaritmakan menjadi: In k = In k0 – (Ea/RT)
Keterangan:
k = konstanta laju penurunan/peningkatan pada suhu T
k0 = konstanta (tidak tergantung suhu)
Ea = energi aktivasi (J/mol)
R = konstanta gas ideal (8.314 J/K/mol)
T = suhu absolut (K)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Produk
Setelah didapatkan ke enam formulasi dan kontrol, dilakukan pengujian
karakteristik sampel yang dilihat dari parameter kekentalan, pH dan densitas.
Pengujian karakteristk sampel tersebut dilakukan sebelum diujikan secara hedonik
ke panelis untuk mengetahui sifat kimia produk terhadap kulit. Berikut hasil
pengujian karakterisitik sampel dilihat dari parameter pH, viskositas dan densitas.
Tabel 2 Hasil pengujian karakteristik formulasi handsanitizer
Parameter Satuan Sampel formulasi handsanitizer
A
B
C
D
E
F
K
pH 5.73 5.78 5.30 5.25 5.31 5.11 5.69
Viskositas cP 5800 6233 5633 4567 6166 6533 3700
Densitas g/ml 0.901 0.905 0.898 0.876 0.893 0.904 0.882
8
Produk handsanitizer yang termasuk kedalam produk personal care
diharapkan memiliki nilai pH atau derajat keasaman produk pada rentang 4.5-6.5
atau sesuai dengan nilai pH kulit manusia (Tranggono dan Latifa, 2007).
Berdasarkan data nilai pH pada Tabel 2, nilai pH tiap sampel terletak pada rentang
5-6. Jika dibandingkan dengan handsanitizer merk X sebagai kontrol, nilai pH
sampel tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukan bahwa nilai pH masih dapat
diterima terutama oleh kulit karena masih dalam batasan yang diharapkan. Hal
yang berpengaruh pada nilai pH produk pembersih tangan adalah basa penetral
yang digunakan (Widyastuti, 2013). Basa penetral yang digunakan dalam
pembuatan produk handsanitizer ini adalah larutan NaOH 1 N. Penambahan basa
penetral berfungsi untuk menetralkan carbomer yang direaksikan dengan air
dalam suasana asam sehingga produk handsanitizer sesuai dengan pH kulit
manusia yaitu pada rentang 4.5-6.5.
Penggunaan carbomer pada sampel handsanitizer mempengaruhi viskoitas
yang dihasilkan dan penggunaan carbomer aman sebagai penggunaan topikal.
Berdasarkan Lubrizol Pharmaceutical Bulletin No 6 mengenai Pengentalan
(2008), viskositas polimer asam akrilat akan meningkat bila mengalami
netralisasi. Polimer asam akrilat memiliki viskositas yang lebih tinggi dalam air
daripada dalam pelarut. Selain itu, viskositas juga akan mengalami peningkatan
jika konsentrasi polimer asam akrilat yang digunakan meningkat.
Carbomer adalah istilah yang digunakan untuk serangkaian polimer asam
akrilat yang tersusun dari monomer asam akrilat. Carbomer memiliki karakteristik
berwarna putih, bubuk halus dan banyak digunakan dalam kosmetik dan produk
perawatan pribadi. Kelebihan carbomer sebagai gelling agent yaitu mudah
terdispersi di dalam air membentuk larutan koloid yang bersifat asam dan
berwarna bening. Selain itu, dalam konsentrasi yang kecil (0.5%-2%) dapat
dijadikan basis gel dengan konsistensi yang cukup dapat memberikan penampilan
yang baik pada masing-masing formulasi sediaan (Rowe, 2006). Pada penelitian
ini, carbomer yang digunakan dalam pembuatan formulasi gel handsanitizer
sebesar 0.5%. Menurut Meilianti (2009), kisaran viskositas gel etanol yang dapat
mengalir yaitu 2381 cP hingga 16893 cP. Berdasarkan pengukuran kekentalan,
keenam formulasi diatas masih berada dalam rentang viskositas gel yaitu 2381 cP
hingga 16893 cP.
Karaktersitik produk handsanitizer juga dilakukan pengukuran densitas.
Penetapan densitas bertujuan untuk menentukan atau mengidentifikasi suatu zat,
baik dalam bentuk padat maupun cair. Produk handsanitizer merupakan salah satu
produk yang berbahan baku bioetanol. Bioetanol memiliki densitas yang lebih
rendah dibandingkan air. Semakin tinggi densitas produk maka kadar
bioetanolnya semakin rendah (Widyastuti, 2013).
Berdasarkan data pada Tabel 2, hasil pengujian sampel dan kontrol terletak
pada rentang 0.876-0.905 g/ml. Jika dibandingkan dengan kontrol yang berupa
produk handsanitizer yang telah ada di pasaran dengan nilai densitas 0.882 g/ml,
sampel masih memenuhi kriteria sebagai produk pembersih tangan yang
mengandung etanol. Nilai densitas ini dapat diartikan sebagai persentase
kandungan etanol yang cukup sebagai bahan antiseptik.
9
Uji Hedonik Produk
1. Kejernihan
Parameter yang dapat dilihat secara visual berdasarkan cahaya yang
diteruskan oleh larutan. Parameter ini menandakan homogenitas bahan telah
tercampur secara sempurna. Adanya partikel yang tersuspensi, emulsi atau
gelembung udara dapat mempengaruhi kejernihan. Pada parameter kejernihan
dilakukan pengujian hedonik terhadap keenam formulasi dan sampel kontrol.
Sampel kontrol merupakan produk handsanitizer merk X dimasukkan ke dalam
penilaian parameter kejernihan. Tingkat kesukaan panelis dinilai dari skala 5-6-7
yaitu agak jernih-jernih-sangat jernih.
Gambar 2 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter kejernihan
handsanitizer.
Perbedaan konsentrasi pelembab berpengaruh nyata terhadap kejernihan
sampel (P<0.05). Hasil tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil
uji lanjut one way anova pada Lampiran 4, menunjukkan adanya perbedaan paling
signifikan pada parameter kejernihan yaitu formulasi B dibandingkan formulasi
D. Hasil tersebut disebabkan karena dari perhitungan Bayes bahwa formulasi B
mendapatkan persentase tingkat kesukaan kejernihan tertinggi, sedangkan
formulasi D mendapatkan persentase terendah sehingga formulasi B memiliki
perbedaan paling signifikan dibandingkan formulasi D. Hal tersebut juga
dipengaruhi oleh bahan pelembab gliserin yang dinilai lebih jernih oleh panelis
jika dibandingkan pelembab gel aloevera.
2. Kekentalan
Parameter yang dapat dilihat secara visual yang menentukan produk mudah
dikeluarkan atau tidak serta mudah tumpah atau tidak. Kekentalan mempengaruhi
daya sebar dan daya lekat gel ketika digunakan pada kulit. Pengujian hedonik
untuk parameter kekentalan agak berbeda dengan pengujian parameter kejernihan.
Pada parameter kekentalan diberi kontrol yaitu produk handsanitizer merk X
sebagai pembanding karena parameter kekentalan merupakan parameter yang
33,33%36,67%
30%
43,33%
26,67%
33,33%
50%
26,67%
43,33%46,67%
30%
16,67%20%
26,67%
6,67%
0%
10%6,67%
0% 0%
10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
K A B C D E F
% T
ingk
at k
esu
kaan
Pan
elis
Formulasi
Skala 5 Skala 6 Skala 7
10
memiliki tingkat kesukaan relatif dan tidak dapat dipastikan apakah panelis
menyukai formulasi yang kental atau tidak. Tingkat kesukaan panelis dinilai dari
skala 5-6-7 yaitu agak kental-kental-sangat kental.
Gambar 3 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter kekentalan
handsanitizer.
Perbedaan konsentrasi pelembab berpengaruh nyata terhadap kekentalan
sampel (P<0.05). Hasil tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil
uji lanjut one way anova pada Lampiran 4, menunjukkan adanya perbedaan paling
signifikan pada parameter kekentalan yaitu formulasi B dibandingkan dengan
formulasi C, D dan E. Hasil tersebut disebabkan karena dari perhitungan Bayes
bahwa formulasi B mendapatkan persentase tingkat kesukaan kekentalan tertinggi
dibandingkan formulasi C, D dan E. Hal ini juga sesuai dengan uji viskositas
menggunakan viskometer brookfield bahwa formulasi B mendapatkan nilai
viskositas agak tinggi yaitu sebesar 6233 cP. Menurut Widyastuti (2013), panelis
lebih menyukai formulasi handsanitizer yang agak kental agar produk tidak
mudah tumpah saat produk digunakan atau dituang ke tangan. Salah satu faktor
yang mempengaruhi kekentalan suatu larutan adalah kehadiran zat lain. adanya
bahan tambahan seperti suspensi meningkatkan viskositas cairan (Bird, 1993).
Adanya bahan tambahan yaitu bahan pelembab gliserin yang ditambahkan pada
formulasi B memiliki tingkat kekentalan yang disukai oleh panelis.
3. Kelengketan
Parameter kelengketan dilakukan dengan menyentuhkan sampel ke tangan
kemudian dinilai kesan lengket yang dirasakan. Pengujian parameter kelengketan
diberikan penilaian terhadap ke enam formulasi sampel dengan sampel kontrol
sebagai pembanding. Penggunaan kontrol yaitu produk handsanitizer merk X
pada parameter kelengketan diberikan karena parameter ini memiliki tingkat
kesukaan relatif dan tidak dapat dipastikan apakah panelis menyukai formulasi
yang lebih lengket atau tidak. Tingkat kesukaan panelis dinilai dari skala 1-2-3
yaitu sangat tidak lengket-tidak lengket-agak tidak lengket.
20,00%
33,33%
26,67%
20,00%
43,33%
30,00%30,00%
36,67%
13,33%
20,00%
6,66%
26,67%
3,33%6,67%
0,00% 0,00%
6,67%3,33%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
35,00%
40,00%
45,00%
50,00%
A B C D E F
%Ti
ngk
at k
esu
kaan
pan
elis
Formulasi
Skala 5 Skala 6 Skala 7
11
Gambar 4 Persentase panelis (skala suka 1-3) pada parameter kelengketan
handsanitizer.
Perbedaan pelembab berpengaruh nyata terhadap kelengketan sampel
(P<0.05). Hasil tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil uji
lanjut one way anova pada Lampiran 4, menunjukkan adanya perbedaan paling
signifikan pada parameter kelengketan yaitu formulasi D dibandingkan dengan
formulasi C, E dan F. Hasil tersebut disebabkan karena dari perhitungan Bayes
bahwa formulasi D mendapatkan persentase tingkat kesukaan ketidaklengketan
tertinggi yang disukai panelis dibandingkan formulasi C, E dan F.
Secara umum panelis lebih menyukai sampel produk yang tidak lengket
setelah penggunaan produk (Widyastuti, 2013). Berdasarkan hasil uji hedonik,
formulasi D adalah formulasi yang disukai panelis karena mendapatkan persentase
tertinggi yaitu sebesar 70% dengan rincian 33.33% panelis menilai formulasi D
memiliki kesan tidak lengket. Hal ini disebabkan karena bahan pelembab gel
aloevera 0.5% memiliki tingkat kelengketan lebih rendah dibanding sampel
dengan bahan pelembab gliserin dan kombinasi keduanya.
4. Kelembaban
Kelembaban merupakan parameter yang dapat dilihat secara langsung
dengan mengoleskan sampel ke tangan kemudian memberikan penilaian terhadap
kesan lembab. Kesan lembab tersebut digunakan untuk mengetahui lamanya
sampel kering di tangan setelah beberapa menit pemakaian sampel. Pengujian
parameter kelembaban menggunakan kontrol sebagai pembanding karena
parameter ini memiliki tingkat kesukaan relatif dan tidak dapat dipastikan apakah
panelis menyukai formulasi yang lebih lembab atau tidak. Tingkat kesukaan
panelis dinilai dari skala 1-2-3 yaitu sangat lebih lembab-lebih lembab-agak lebih
lembab.
6,66%
3,33% 3,33%
10,00%
0,00% 0,00%
26,67%
16,67%
23,33%
33,33%
26,67%
30,00%30,00%
33,33%
26,67% 26,67%
16,67%
13,33%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
35,00%
40,00%
A B C D E F
% T
ingk
at p
ers
en
tase
pan
elis
Formulasi
Skala 1 Skala 2 Skala 3
12
Gambar 5 Persentase panelis (skala suka 1-3) pada parameter kelembaban
handsanitizer.
Perbedaan pelembab berpengaruh nyata terhadap kelembaban sampel
(P<0.05). Hasil tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil uji
lanjut one way anova pada Lampiran 4, menunjukkan adanya perbedaan paling
signifikan pada parameter kelembaban yaitu formulasi F dibandingkan dengan
formulasi A, B dan C. Hasil tersebut disebabkan karena dari perhitungan Bayes
bahwa formulasi F mendapatkan persentase tingkat kesukaan kelembaban
tertinggi yang disukai panelis dibandingkan formulasi A, B dan C.
Berdasarkan hasil uji hedonik, panelis menyukai sampel handsanitizer
dengan kelembaban yang tinggi agar kesan lembab pada tangan masih dapat
dirasakan setelah beberapa menit pemakaian. Sampel yang terdiri dari bahan
bioetanol yang termasuk kedalam golongan alkohol memiliki sifat yang mudah
menguap dan cepat kering jika digunakan pada kulit. Oleh karena itu diperlukan
bahan pelembab agar pemakaian handsanitizer masih memberikan kesan lembab
lebih lama dan tidak cepat kering.
5. Penerimaan Secara Keseluruhan
Parameter penerimaan secara keseluruhan merupakan parameter yang
digunakan untuk mengetahui penerimaan panelis terhadap produk berdasarkan
penilaian dari parameter-parameter sebelumnya. Penilaian keseluruhan panelis ini
akan memberikan kesimpulan sampel produk yang disukai (Widyastuti, 2013).
Parameter penerimaan secara keseluruhan, semua sampel dilakukan pengujian
hedonik termasuk sampel keenam formulasi dan sampel kontrol. Sampel kontrol
dimasukkan kedalam penilaian parameter penerimaan secara keseluruhan karena
dapat dipastikan bahwa panelis menyukai sampel yang ditandai dengan pemberian
nilai yang tinggi. Tingkat kesukaan panelis dinilai dari skala 5-6-7 yaitu agak
suka-suka-sangat suka terhadap formulasi.
0,00%3,33%
6,66% 6,66%
0,00%
10,00%
23,33%20,00% 20,00%
26,67%
33,33%
26,67%
20,00%
30,00%26,67%
26,67% 30,00%
43,33%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
35,00%
40,00%
45,00%
50,00%
A B C D E F
%Ti
ngk
at k
esu
kaan
pan
elis
Formulasi
Skala 1 Skala 2 Skala 3
13
Gambar 6 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter penerimaan secara
keseluruhan handsanitizer
Perbedaan pelembab berpengaruh nyata terhadap penerimaan secara
keseluruhan sampel (P<0.05). Hasil tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.
Berdasarkan hasil uji lanjut one way anova pada Lampiran 4, menunjukkan
adanya perbedaan paling signifikan pada parameter penerimaan secara
keseluruhan yaitu formulasi D dibandingkan dengan formulasi F. Hasil tersebut
disebabkan karena dari perhitungan Bayes bahwa formulasi F mendapatkan
peringkat tertinggi untuk formulasi handsanitizer yang disukai panelis sedangkan
formulasi D mendapatkan peringkat terendah sehingga kedua formulasi tersebut
berbeda signifikan.
Penentuan Produk Terbaik
Penentuan produk terbaik didapatkan dari metode pembobotan Bayes yang
dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil menunjukkan bahwa formulasi F dengan
kombinasi pelembab gliserin 0.1% dan gel aloevera 0.5%. Formulasi tersebut
mendapat nilai tertinggi dari perhitungan Bayes yaitu sebesar 6.23 dengan
parameter kejernihan, kelembaban dan penerimaan secara keseluruhan
mendapatkan peringkat tertinggi. Ketiga parameter tersebut mendapat persentase
berturut-turut sebesar 87%, 80% dan 83%. Namun disisi lain, berdasarkan hasil
metode pembobotan bayes formulasi F mendapatkan persentase tingkat kesukaan
untuk parameter kelengketan terendah yaitu sebesar 43.33%. Hal ini disebabkan
jika kombinasi pelembab digabungkan akan meghasilkan kelengketan yang tinggi.
Formulasi F yang menjadi formulasi terbaik selanjutnya digunakan untuk
mengukur kelembaban kulit dengan alat skin moisture analyzer. Pengukuran
dilakukan terhadap 5 panelis dengan menempelkan alat tersebut pada telapak
tangan sebelah kanan untuk mengetahui persentase kelembabannya. Pengukuran
dilakukan sebelum dan sesudah pemakaian sampel. Standar baku mutu sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan No. 261 yaitu kelembaban ideal berkisar antara 40-
26,67%
36,67%
46,67%
36,67%
20,00%
26,67%
50,00%
23,33%
30,00% 30,00%26,67% 20,00%
30,00%26,67%
0,00%
10,00%
3,33%6,67%
3,33%6,66% 6,66%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
K A B C D E F
%Ti
ngk
at p
ers
en
tase
pan
elis
Formulasi
Skala 5 Skala 6 Skala 7
14
60%. Persentase kelembaban sebelum dan sesudah pemakaian sampel dapat
dilihat pada Tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3 Persentase kelembaban produk handsanitizer
No Panelis Pemakaian
Sebelum Sesudah 1 1 27.8% 46,.9%
2 2 37.7% 52.4%
3 3 25.7% 46.0%
4 4 29.4% 48.7%
5 5 31.2% 50.6%
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa kelembaban telapak tangan meningkat
setelah pemakaian sampel handsanitizer. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sampel handsanitizer membuat kulit lebih lembab sesudah pemakaian. Hasil yang
didapatkan sesudah pemakaian sampel masih dalam kisaran kelembaban ideal
kulit yaitu 40-60%. Sampel handsanitizer yang digunakan merupakan sampel
yang memiliki tingkat kelembaban tertinggi.
Keistimewaan lidah buaya ini terletak pada gelnya yang dapat membuat
kulit tidak cepat kering dan selalu lembab. Keadaan tersebut disebabkan sifat gel
lidah buaya yang mampu meresap ke dalam kulit, sehingga dapat menahan
kehilangan cairan yang terlampau banyak dari dalam kulit (Suryowidodo, 1988).
Kandungan lignin di dalam gel lidah buaya mampu melindungi dan menjaga
kelembaban kulit. Lignin merupakan senyawa polifenol yang banyak ditemukan
pada tumbuhan dan memiliki cincin aromatik yang mengandung satu atau dua
gugus hidroksil. Gugus hidroksil tersebut dapat mengikat air dan memungkinkan
penyerapan air pada kulit (Fengel D dan Wagener G, 1995).
Selain itu, gliserin memilik sifat higroskopis yang dapat melembabkan kulit
dan melindunginya dari kekeringan. Gliserin merupakan pelembab yang baik
karena dapat berfungsi sebagai penarik, penahan, penyimpan dan penyuplai
sumber air pada celah lapisan permukaan kulit. Kemampuan mengikat air oleh
gliserin disebabkan oleh adanya tiga gugus hidroksil yang dimilikinya, sehingga
gliserin mampu mengikat air lebih besar dibandingkan jenis gula lain.
Penambahan konsentrasi gliserin yang semakin besar menyebakan air yang diikat
semakin banyak, karena gliserin memiliki kemampuan mengikat/menahan air
(Barnett, 1972).
Hal tersebut menyebabkan gliserin dan gel aloevera memiliki kemampuan
sebagai bahan pelembab dan menjadi kombinasi pelembab terbaik yang disukai
panelis. Namun kombinasi bahan pelembab tersebut menyebabkan lengket di
tangan. Hal tersebut disebabkan karena gliserin akan berinteraksi dengan lignin
menyebabkan senyawa yang lebih besar dan gugus hidroksil pada kedua
kandungan pelembab tersebut bertemu sehingga menyebabkan kelengketan yang
kurang disukai oleh panelis.
15
Pengujian Efektivitas Produk
Pengujian efektivitas produk menggunakan uji swab. Bakteri yang
didapatkan dari hasil usapan pada setengah telapak tangan dan sela-sela jari pada
tangan kanan. Jumlah bakteri didapatkan dengan membagi total koloni yang
tumbuh pada media Plate Count Agar dengan luas permukaan tangan (cm²). Luas
permukaan telapak tangan adalah 180 cm² dan luas permukaan sela-sela jari
adalah 41 cm² (Supeni 2009). Luas permukaan tangan yang diambil adalah
setengah dari jumlah luas telapak tangan dan sela-sela jari, maka luas permukaan
tangan yang diambil adalah 110.5 cm². Hasil dibandingkan dengan jumlah normal
bakteri pada tangan yaitu sebesar 847 CFU/cm² pada telapak tangan dan 223
CFU/cm² pada jari-jari tangan (Fierer 2008), sehingga total bakteri normal rata-
rata adalah 1070 CFU/cm². Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya
oleh Widyastuti (2013), hanya setengah dari luas permukaan yang diambil usapan,
sehingga hasil normal rata-ratanya adalah 535 CFU/cm².
Tabel 4 Hasil perhitungan jumlah bakteri pada tangan
Kondisi responden Ulangan jumlah bakteri
(CFU/cm²)
rata-rata
(CFU/cm²)
10⁻¹ 10⁻²
Cuci tangan + pakai air biasa 1 53.85 25.33 39.59
2 46.60 19.45 33.02
Cuci tangan + pakai handsanitizer merk X 1 38.46 14.48 26.47
2 34.39 12.67 23.53
Cuci tangan + pakai handsanitizer 1 19.45 9.95 14.70
2 19.00 8.14 13.57
Kondisi responden sebelum dilakukan pengujian diharuskan mencuci tangan
terlebih dahulu sehingga mikroba di tangan sebagian besar telah menurun, hal ini
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Girou et al. (2002) membuktikan
bahwa cuci tangan dapat menurunkan jumlah kuman di tangan hingga 58%.
Berdasarkan uji statistik parametrik pada Lampiran 8 didapatkan nilai (P<0.05),
maka disimpulkan tolak Ho dan terima H1. Hal tersebut dapat diartikan perbedaan
kondisi responden mempengaruhi cemaran mikroba pada tangan.
Berdasarkan hasil kondisi tangan responden mempengaruhi jumlah cemaran
mikroba pada tangan, selanjutnya dilakukan uji lanjut one way anova untuk
mengetahui perbedaan paling signifikan diantara ketiga kondisi tangan responden.
Berdasarkan hasil uji lanjut one way anova pada Lampiran 9, menunjukkan
adanya perbedaan paling signifikan rata-rata kondisi tangan responden yaitu
kondisi responden dengan cuci air biasa dan cuci tangan menggunakan formulasi
handsanitizer, sedangkan untuk cuci tangan menggunakan handsanitizer X tidak
memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan cuci air biasa dan cuci
menggunakan formulasi handsanitizer.
16
Pendugaan Umur Simpan Produk Handsanitizer
Umur simpan suatu produk adalah rentang waktu antara produk mulai
dikemas atau diproduksi sampai digunakan dengan mutu yang masih memenuhi
syarat untuk dikonsumsi (Robertson, 2010). Pendugaan umur simpan pada produk
handsanitizer menggunakan formulasi F yang menjadi formulasi terbaik dari hasil
uji hedonik. Sampel tersebut dilakukan pengamatan terhadap perubahan pada
suhu 25oC, 35
oC dan 50
oC dengan parameter susut bobot, persentase kadar air dan
etanol pada suhu 70 oC dan 105
oC.
Perubahan susut bobot diamati selama penyimpanan dengan tujuan untuk
mengetahui besar bobot produk yang hilang ketika penyimpanan dengan suhu
normal dan suhu tinggi. Selain penyusutan bobot, penyusutan kadar air dan etanol
juga menjadi parameter pengujian umur simpan. Hal tersebut bertujuan untuk
mengetahui persentase penurunan kadar air dan etanol yang menguap pada suhu
70 oC dan 105
oC.
Produk handsanitizer yang memiliki komposisi bahan sebagian besar
tersusun dari air dan etanol memiliki karakteristik mudah menguap. Etanol akan
mudah menguap pada suhu 70oC, sedangkan air akan menguap pada suhu 100-
105oC. Namun pada produk handsanitizer, karena air dan etanol telah bercampur
dan sulit untuk dibedakan, maka pada suhu 70oC tidak murni etanol yang
menguap dan pada suhu 105 oC tidak murni air yang menguap.
Oleh karena itu pengujian diukur kadar air dan etanol pada suhu 70 oC dan
105oC untuk mengetahui persentase penurunan kadar air dan etanol yang
menguap. Pengukuran kadar air dan etanol menggunakan alat moisture analyzer.
Alat tersebut memiliki prinsip kerja sama dengan oven, namun memiliki
kelebihan dibandingkan dengan oven yaitu lebih akurat, terkalibrasi dan
pengukuran dapat dilakukan dengan cepat.
Pendugaan umur simpan produk menggunakan persamaan arhenius untuk
mengetahui apakah produk masih layak diterima oleh konsumen. Persamaan
arhenius menunjukkan laju reaksi terhadap suhu penyimpanan. Keadaan suhu
penyimpanan sebaiknya tetap dari waktu ke waktu (Syarief dan Halid, 1993).
Penentuan persamaan arhenius bertujuan untuk mengetahui berapa lama produk
dapat disimpan dalam penyimpanan suhu yang diinginkan.
Penyimpanan produk handsanitizer pada ketiga suhu tersebut mneggunakan
kemasan alumnium foil 20 ml. Foil adalah bahan kemas dari logam, berupa
lembaran aluminium yang padat dan tipis dengan ketebalan kurang dari 0.15 mm.
Foil mempunyai sifat hermetis, fleksibel dan tidak tembus cahaya. Ketebalan dari
aluminium foil menentukan sifat protektifnya. Foil dengan ketebalan rendah
masih dapat dilalui oleh gas dan uap. Sifat alufo yang tipis dapat diperbaiki
dengan memberi lapisan plastik atau kertas menjadi foil-plastik, foil-kertas atau
kertas-foil-plastik (Syarief et al., 1989).
Aluminium foil didefinisikan sebagai aluminium murni (derajat kemurnian
tidak kurang dari 99.4%) yang dapat diperoleh dalam bentuk campuran yang
berbeda-beda. Kemasan aluminium foil digunakan sebagai bahan pengemas
primer produk handsanitizer karena barrier aluminium foil yang baik dengan dua
lapis yakni plastik dan aluminium tipis. Kemasan primer tersebut akan melindungi
produk dengan baik dan tahan lama (Puspasafitri, 2014).
17
Persentase Susut Bobot
Pada perhitungan susut bobot, jika persentase susut bobot diplotkan
kedalam sumbu Y dan lama penyimpanan (hari) diplotkan kedalam sumbu X,
maka akan diperoleh titik-titik pengamatan yang cenderung membentuk garis
lurus meningkat. Data rata-rata penyusutan bobot sampel pada suhu 25oC, 35
oC
dan 50oC dapat dilihat pada Lampiran 11. Grafik peningkatan susut bobot dapat
dilihat pada Lampiran 12. Berdasarkan grafik peningkatan susut bobot, garis linier
antara suhu 35oC dan 50
oC terlihat berimpit sehingga tidak dapat dilihat
perbedaan jelas diantara kedua suhu tersebut.
Hasil koefisien determinasi (R2) untuk peningkatan susut bobot sebesar
0.858. Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar nilai X dapat
menjelaskan nilai Y atau seberapa nilai X dapat mempengaruhi nilai Y. Pada
grafik hubungan In K dan 1/T yang diperoleh dari persamaan arhenius dapat
dilihat pada Lampiran 12 juga menunjukkan hasil grafik yang kurang baik dan
nilai In K berada diluar garis linier. Oleh karena itu data peningkatan susut bobot
tidak dijadikan sebagai acuan pendugaan umur simpan.
Persentase Kadar Air dan Etanol pada Suhu 105oC
Pada persentase kadar air dan etanol pada suhu 105oC, jika persentase kadar
air dan etanol diplotkan kedalam sumbu Y dan lama penyimpanan (hari) diplotkan
kedalam sumbu X, maka akan diperoleh titik-titik pengamatan yang cenderung
membentuk garis lurus menurun. Hasil persentase kadar air dan etanol pada suhu
105oC menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dari parameter susut bobot.
Grafik penurunan kadar air dan etanol tersebut dapat dilihat pada Lampiran 13.
Pada grafik suhu 25oC dan 35
oC berimpit dan tidak dapat dilihat perbedaan
diantara kedua penurunan suhu tersebut. Hal ini juga didukung dari grafik
persamaan arhenius dari grafik hubungan In K dengan 1/T yang didapatkan hasil
koefisien determinasi (R2) rendah yaitu sebesar 0.636. Berdasarkan grafik
persamaan arhenius pada Lampiran 13 terlihat bahwa koefisien determinasi (R2)
yang didapatkan sebesar 0.636. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa
keragaman dari nilai In kurang baik dijelaskan oleh model regresi linier tersebut
sehingga parameter kadar air dan etanol pada suhu 105oC tidak dijadikan sebagai
acuan dalam perhitungan pendugaan umur simpan.
Persentase Kadar Air dan Etanol Pada Suhu 70oC
Pada persentase kadar air dan etanol pada suhu 70oC, jika persentase kadar
air dan etanol diplotkan kedalam sumbu Y dan lama penyimpanan (hari) diplotkan
kedalam sumbu X, maka akan diperoleh titik-titik pengamatan yang cenderung
membentuk garis lurus menurun. Persentase tersebut dilakukan dengan interval
waktu yang berbeda selama 32 hari ditunjukkan pada Gambar 7 dibawah ini:
18
Gambar 7 Grafik persentase rata-rata kadar air dan etanol pada 70
oC selama
penyimpanan
Berdasarkan grafik diatas, pola persentase kadar air dan etanol pada ketiga
suhu penyimpanan dapat dikatakan sama, yakni menurun selama penyimpanan
dan mengikuti garis linier. Pola grafik diatas dapat dikatakan baik karena ketiga
grafik tidak berhimpit dan terlihat jelas perbedaan pola penurunan ketiga grafik
tersebut. Oleh karena itu, parameter kadar air dan etanol pada 70oC dijadikan
sebagai acuan dalam perhitungan pendugaan umur simpan.
Pendugaan umur simpan menggunakan persamaan arhenius dengan melihat
laju persentase kadar air dan etanol pada suhu 70oC dapat dilakukan dengan
mengukur nilai energi aktivasi (Ea) pada suhu T (oK). Tabel 5 memuat data-data
yang digunakan untuk menentukan laju persentase kadar air dan etanol. Nilai k
didapat dari kemiringan garis persamaan regresi. Grafik persamaan arhenius yang
menjelaskan hubungan In K dengan 1/T (K) dapat dilihat pada Gambar 8.
Tabel 5 Nilai-nilai laju penurunan persentase kadar air dan etanol pada suhu 70oC
Suhu Persamaan Regresi In K 1/T
(OK)
Persamaan Arhenius Ea
(J/mol)
k0
25 oC Y = 97.20-0.0933X -2.372 0.0033 In k = 15.65-5460
(1/T); R2 = 0.999
45394.44 6261936.
24
35 oC Y = 96.60-0.166X -1.796 0.0032
50oC Y = 96.80-0.278X -1.280 0.0031
Gambar 8 Grafik hubungan In K dengan 1/T (K)
86,00%
88,00%
90,00%
92,00%
94,00%
96,00%
98,00%
100,00%
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
% K
adar
air
dan
eta
no
l
Lama Penyimpanan (hari)
Suhu 25 Suhu 35 Suhu 50
y = -5460x + 15.65R² = 0.999
-2,5
-2
-1,5
-1
-0,5
0
0,00305 0,0031 0,00315 0,0032 0,00325 0,0033 0,00335
In K
1/T (K) Linear (1/T (K))
19
Koefisien determinasi (R2) pada grafik menunjukkan nilai kestabilan produk
yaitu semakin tinggi nilai R2 maka semakin tinggi tingkat kestabilan produk
(Connors, 1992). Pada penyimpanan ketiga suhu tersebut menunjukkan kestabilan
tertinggi apabila dilakukan pendugaan umur simpan menggunakan parameter
kadar air dan etanol pada suhu 70oC. Koefisien determinasi pada parameter
tersebut sebesar 0.999. Jika dibandingkan dengan koefisien determinasi parameter
susut bobot sebesar 0.858, parameter kadar air dan etanol pada suhu 70oC dengan
penyimpanan ketiga suhu masih dinilai lebih stabil untuk dijadikan parameter
pendugaan umur simpan karena nilai koefisien determinasi yang dihasilkan lebih
tinggi dibandingkan koefisien determinasi susut bobot.
Berdasarkan hasil nilai-nilai seperti tertera dalam Tabel 5, maka model atau
persamaan untuk laju persentase penurunan kadar air dan etanol pada suhu 70oC
yang disimpan pada suhu 25oC adalah:
k = k0 . e-Ea/RT
k = 6261936.24. e-5460/(1/T)
Apabila sudah didapatkan model seperti tersebut diatas, maka dapat diduga
laju kadar air dan etanol apabila disimpan pada suhu 25oC, yaitu:
k = 6261936.24 . e-5460/(1/273+25)
k = 6261936.24. e-18,02
k = 0.093%
Hasil diatas dapat diartikan dalam satu hari terjadi penurunan laju kadar air
dan etanol pada suhu 70oC sebesar 0.093%. Apabila toleransi penerimaan
konsumen terhadap laju penurunan kadar air dan etanol sebesar 20%, maka
pendugaan umur simpan produk handsanitizer dapat disimpan pada suhu ruang
selama 215 hari (7.16 bulan). Pada saat penurunan kadar air dan etanol pada 70oC
ditoleransi sebesar 20% maka jika dibandingkan dengan penurunan susut bobot
produk handsanitizer dalam kemasan aluminium foil didapatkan hasil kurang dari
1.5%. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa produk handsanitizer dalam kemasan
aluminium foil masih dapat ditoleransi.
Toleransi konsumen diasumsikan sebesar 20% karena pada suhu 50oC yang
merupakan suhu kritis produk dapat rusak dengan waktu penyimpanan selama 30
hari, namun ternyata produk tidak rusak. Hal ini dapat dilihat pada hari ke 30
penyimpanan suhu 50oC, kadar air dan etanol tersisa sebesar 88.44%. Oleh karena
itu, diasumsikan penurunan kadar air dan etanol sebesar 20%, sehingga kadar air
dan etanol pada produk tersisa 80% dan diluar persentase tersebut produk sudah
dianggap rusak.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Formulasi bahan pelembab terbaik yang disukai panelis yaitu formulasi F
dengan penambahan pelembab gliserin 0.1% dan gel aloevera 0.5%. Formulasi
tersebut mendapat peringkat tertinggi dilihat dari parameter kejernihan,
20
kelembaban dan penerimaan secara keseluruhan. Namun, kombinasi bahan
pelembab tersebut menyebabkan lengket di tangan. Hasil pengujian cemaran
mikroba menggunakan uji swab menunjukan adanya penurunan jumlah mikroba
setelah menggunakan produk. Berdasarkan hasil parameter kadar air dan etanol
pada suhu 70oC, pendugaan umur simpan produk handsanitizer dapat disimpan
pada suhu ruang selama 215 hari (7.16 bulan) dengan penerimaan konsumen
terhadap laju penurunan kadar air dan etanol sebesar 20%.
Saran
Perlu dilakukan penelitian terhadap gliserin dan gel aloevera sebagai
bahan pelembab dengan kombinasi konsentrasi berbeda. Penyimpanan selama
7.16 bulan tersebut belum terjadi kerusakan fisik. Hal tersebut hanya dilihat dari
parameter kadar air dan etanol serta parameter susut bobot. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian selama waktu penyimpanan produk tersebut untuk
memastikan apakah terjadi perubahan kerusakan seperti warna, bau, pH,
viskositas dan perlu dilakukan perbaikan kemasan.
DAFTAR PUSTAKA
Barnett, G. 1972. Emollient Cream and Lotions.In :Cosmetic, Science and
Technology. 2nd ed. Vol. I. Canada : Wiley Interscience
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta: PT. Gramedia
Connors, K.A. 1992. Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi. Edisi Kedua,
Semarang: IKIP Semarang Press; 1992. Hal 268.
Fengel D dan Wegener G. 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi.
“Edisi ke-1. Harjono Sastroamidjoyo. Penerjemah: Soenardi
Prawirohatmojo. Penyunting: Gajah Mada University Press. Terjemahan
dari: Wood: Chemistry, Ultrastructure, reactions.
Fierer N et al. (2009). Bacterial variation in human body habitats across space and
time. Science 326: 1694-1697. doi:10.1126/science.1177486.
Girou E et al. 2002. Efficiency of Handrubbing with an Alcohol Based Solution
versus Standard Handwashing with Antiseptic Soap: randomised clinical
trial. BMJ 325 : 362-5
Larasati, Dyah Ayu. 2012. Aplikasi Gel Lidah Buaya Sebagai Pelapis Buah Salak
Pondoh (Salacca edulis Reinw). [skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor
Lubrizol Pharmaceutical Bulletin No. 6 (2008). Thickening Properties. Edisi 29
Oktober 2008. [terhubung berkala] www.pharma.lubrizol.com. Diakses
pada 20 Maret 2014
Meilianti Sondang. 2009. Formulasi Gel Bioetanol dengan Pengental Polimer
Asam Akrilat.[Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Poedjiadi, A. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Edisi Revisi. Jakarta: UI-Press
21
Radji, M. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta
Reynolds, T. & A.C. Dweck. 1999. Aloe vera leaf gel;: a review update. J.
Ethnopharmacal. 68:3-37
Rhamadanti. 2004. Analisis Perilaku Konsumen Produk Pembersih Tangan Tanpa
Air (Handsanitizer) (Studi Kasus Kota Bogor). [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor
Robertson GL. 2010. Food Packaging Principle and Shelf Life: A Practical Gu
Boca Raton, Florida: CRC Press.
Rowe R.C et, al. 206. Handbook of Pharmaceutical Exipients, pharmaceutical
Press. American Pharmaecutical Association. 5th
EDITION. 346.466.624.
Puspasafitri, DU. 2014. Kajian Strategi Pengembangan Bisinis “Produk Gel
Handsanitizer” [skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Santoso, Singgih. 2002. Statistik Multiviarat. PT. Elex Media Komoutindo
Setyaningsih D, Apriyantono A, Sari MP. 2010. Analisis Sensori untuk Industri
Pangan dan Agro. Bogor: IPB Press
Soraya N. 2007. Kajian Aplikasi Virgin Coconut Oil dan Dietanolamida pada
Formulasi Sabun Transparan. [tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor, IPB. Bogor
Supeni Meila, Inayati Habib. 2009. Hubungan antara perilaku cuci tangan
perawat dengan pertumbuhan bakteri aerob penyebab infeksi nosokomial.
Publikasi UMY Vol 8 no 9. Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadyah Yogyakarta.
Suryowidodo, C.W, 1988. Lidah Buaya (Aloe vera Linn) Sebagai Bahan Baku
Industri. Journal Agro-Based Industry: Vol 5 No 2, PP: 66-71
Syarief, R dan Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcan,
Bandung
Syarief, R.,S. Santausa, dan B. Isyana. 1989. Buku dan Monograf Teknologi
Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan. PAU Pangan
dan Gizi. IPB. Bogor
Tranggono RI, Latifah F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetika.
PT. Gramedia : Jakarta.
Widyastuti, Arnis. 2013. Aplikasi Minyak Atsiri Pada Pembuatan Produk
Pembersih Tangan (Handsanitizer). [skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
22
Lampiran 1 Diagram alir proses pembuatan produk pembersih tangan
Diagram alir pembuatan gel bioetanol (modifikasi dari: Meilianti,2009)
NaOH 1 N 7.5
ml
Formulasi bahan
pelembab dilarutkan
dalam Bioetanol 95%
sebanyak 675 ml
Polimer asam akrilat
sebanyak 0.5% dilarutkan
dalam 450 ml aquades
Campuran keduanya diaduk dengan stirer
(v=±1200 rpm, t= 30 menit, T=25-29°C)
Campuran sebelumnya diaduk dengan
homomixer
(v=2000 rpm, t=1 jam, T= 25-30°C)
Gel yang terbentuk diaduk
secara manual hingga merata
Gel bioetanol
pembersih tangan
Minyak jeruk nipis
0.1% dan minyak
green tea 0.015%
Gel polimer asam
akrilat
23
Lampiran 2 Formulir uji organoleptik produk pembersih tangan
Tanggal : 4 Maret 2014
Nama/NRP :
Umur :
Jenis Kelamin :
Sampel : Pembersih tangan (handsanitizer)
Mohon baca petunjuk penilaian kriteria dibawah ini dengan sebaik-baiknya
Bagian I. Kejernihan
- Kejernihan merupakan parameter yang dapat dilihat secara visual berdasarkan
cahaya yang diteruskan oleh larutan. Adanya partikel yang tersuspensi, emulsi
atau gelembung udara dapat mempengaruhi kejernihan.
- Disediakan ketujuh jenis sampel dengan kode berbeda. Panelis dapat
memberikan penilaian pada kotak dibawah ini:
Atribut Penilaian Kode Sampel
194 325 279 175 593 243 154
Kejernihan
Keterangan penilaian :
1 = sangat tidak jernih
2 = tidak jernih
3 = agak tidak jernih
4 = biasa
5 = agak jernih
6 = jernih
7 = sangat jernih
Bagian II. Kekentalan
- Kekentalan merupakan parameter yang dapat dilihat secara visual berdasarkan
tekstur sampel. Kekentalan mempengaruhi daya sebar dan daya lekat gel ketika
digunakan pada kulit.
- Disediakan ketujuh jenis sampel dengan kode berbeda. Panelis dapat
memberikan penilaian pada kotak dibawah ini: (dibandingkan dengan sampel
kontrol)
Atribut Penilaian Kode Sampel
154 243 593 175 279 325
Kekentalan
Keterangan penilaian :
1 = sangat lebih encer
2 = lebih encer
3 = agak lebih encer
4 = biasa
5 = agak lebih kental
24
6 = lebih kental
7 = sangat lebih kental
Bagian III. Kelengketan
- Kelengketan merupakan parameter yang didasarkan pada gaya yang diperlukan
untuk mengatasi gaya tarik-menarik antara permukaan sampel dengan permukaan
lain yang bersentuhan dengan sampel tersebut. Dalam hal ini, pengukuran
kelengketan dilakukan dengan menyentuhkan sampel ke tangan kemudian dinilai
kesan lengket yang dirasakan.
- Disediakan ketujuh jenis sampel dengan kode berbeda. Panelis dapat
memberikan penilaian pada kotak dibawah ini : (dibandingkan dengan sampel
kontrol)
Atribut Penilaian Kode Sampel
154 243 593 175 279 325
Kelengketan
Keterangan penilaian :
1 = sangat tidak lengket
2 = tidak lengket
3 = agak tidak lengket
4 = biasa
5 = agak lengket
6 = lengket
7 = sangat lengket
Bagian IV. Kelembaban
- Kelembaban merupakan parameter yang dapat dilihat secara langsung dengan
mengoleskan sampel ke tangan kemudian memberikan penilaian terhadap kesan
lembab. Kesan lembab tersebut digunakan untuk mengetahui lamanya sampel
kering di tangan setelah beberapa menit pemakaian sampel.
- Disediakan ketujuh jenis sampel dengan kode berbeda. Panelis dapat
memberikan penilaian pada kotak dibawah ini : (dibandingkan dengan sampel
kontrol)
Atribut Penilaian Kode Sampel
154 243 593 175 279 325
Kelembaban
Keterangan penilaian :
1 = sangat lebih kering
2 = lebih kering
3 = agak lebih kering
4 = biasa
5 = agak lebih lembab
6 = lebih lembab
7 = sangat lebih lembab
25
Bagian V. Penerimaan Keseluruhan - Disediakan ketujuh sampel dengan kode yang berbeda
- Panelis dapat memberikan penilaian pada kotak dibawah ini:
Atribut Penilaian Kode Sampel
194 325 279 175 593 243 154
Penerimaan
keseluruhan
Keterangan penilaian :
1 = sangat tidak suka
2 = tidak suka
3 = agak tidak suka
4 = biasa
5 = agak suka
6 = suka
7 = sangat suka
Kritik/Saran (wajib diisi) :
(Terkait dengan sampel yang paling disukai berserta alasan)
-TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA-
26
Lampiran 3 Hasil uji Friedman produk pembersih tangan dengan SPSS Statistic
21.0
Hipotesa :
H0 : Perbedaan formulasi pelembab tidak memberikan perbedaan antar sampel
H1 : Perbedaan formulasi pelembab memberikan perbedaan antar sampel
Kejernihan
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
K 30 4,7667 1,00335 3,00 7,00
A 30 5,1000 1,00630 2,00 6,00
B 30 4,7000 1,14921 2,00 7,00
C 30 5,0333 1,15520 2,00 7,00
D 30 4,3000 1,29055 2,00 6,00
E 30 4,6667 1,21296 2,00 6,00
F 30 5,2667 1,24291 3,00 7,00
Test Statisticsa
N 30
Chi-Square 28,218
df 6
Asymp. Sig. ,000
a. Friedman Test
Berdasarkan data uji stastistik α=0.05 didapatkan hasil P(Asymp. Sig)<0,05, maka
disimpulkan untuk terima H1 dengan perbedaan fomulasi pelembab berpengaruh
beda untuk tiap sampel pada paramater kejernihan.
Kekentalan
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
X1 30 4,6000 1,30252 2,00 7,00
X2 30 5,1667 1,17688 2,00 7,00
X3 30 4,0667 1,63335 1,00 6,00
X4 30 3,9333 1,18613 2,00 6,00
X5 30 4,5000 1,47819 2,00 7,00 X6 30 4,6333 1,45586 2,00 7,00
Test Statistics
a
27
N 30
Chi-Square 22,483
df 5
Asymp. Sig. ,000
a. Friedman Test
Berdasarkan data uji stastistik α=0.05 didapatkan hasil P(Asymp. Sig)<0,05, maka
disimpulkan untuk terima H1 dengan perbedaan fomulasi pelembab berpengaruh
beda untuk tiap sampel pada paramater kekentalan.
Kelengketan
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
X1 30 3,3333 1,54659 1,00 7,00
X2 30 3,5333 1,67332 1,00 6,00
X3 30 3,7000 1,85199 1,00 7,00
X4 30 3,0333 1,15917 1,00 6,00
X5 30 4,0667 1,67607 2,00 7,00
X6 30 3,9000 1,56873 2,00 7,00
Test Statisticsa
N 30
Chi-Square 11,808
df 5
Asymp. Sig. ,038
a. Friedman Test
Berdasarkan data uji stastistik α=0.05 didapatkan hasil P(Asymp. Sig)<0,05, maka
disimpulkan untuk terima H1 dengan perbedaan fomulasi pelembab berpengaruh
beda untuk tiap sampel pada paramater kelengketan.
Kelembaban
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
A 30 3,80 1,400 2 6
B 30 3,77 1,633 1 7
C 30 3,50 1,456 1 6
D 30 3,40 1,545 1 7
E 30 3,23 1,165 2 6
F 30 2,77 ,971 1 5
28
Berdasarkan data uji stastistik α=0.05 didapatkan hasil P(Asymp. Sig)<0,05, maka
disimpulkan untuk terima H1 dengan perbedaan fomulasi pelembab berpengaruh
beda untuk tiap sampel pada paramater kelembaban.
Penerimaan Secara Keseluruhan
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
K 30
X1 30 5,0000 1,14470 3,00 7,00
X2 30 5,0000 1,01710 3,00 7,00
X3 30 4,9667 1,47352 2,00 7,00
X4 30 4,1000 1,32222 2,00 6,00
X5 30 4,6667 1,51620 2,00 6,00
X6 30 5,2667 1,01483 3,00 7,00
Test Statisticsa
N 30
Chi-Square 9,516
df 6
Asymp. Sig. ,024
a. Friedman Test
Berdasarkan data uji stastistik α=0.05 didapatkan hasil P(Asymp. Sig)<0,05, maka
disimpulkan untuk terima H1 dengan perbedaan fomulasi pelembab berpengaruh
beda untuk tiap sampel pada paramater penerimaan secara keseluruhan.
Test Statistics
a
N 30
Chi-Square 17,144
df 5
Asymp. Sig. ,004
a. Friedman Test
29
Lam
pira
n 4
Has
il uj
i lan
jut o
ne w
ay a
nova
pro
duk
pem
bers
ih ta
ngan
den
gan
SPSS
Sta
tistic
21.
0
1. K
EJE
RN
IHA
N
Paire
d Sa
mpl
es T
est
P
aire
d D
iffer
ence
s t
df
Sig
. (2-
taile
d)
Mea
n S
td. D
evia
tion
Std
. Erro
r Mea
n 95
% C
onfid
ence
Inte
rval
of t
he D
iffer
ence
Low
er
Upp
er
Pai
r 1
K -
A -,3
33
1,62
6 ,2
97
-,940
,2
74
-1,1
23
29
,271
Pai
r 2
K -
B -,6
00
1,71
4 ,3
13
-1,2
40
,040
-1
,917
29
,0
65
Pai
r 3
K -
C
-,267
1,
721
,314
-,9
09
,376
-,8
49
29
,403
Pai
r 4
K -
D
,633
1,
608
,294
,0
33
1,23
4 2,
158
29
,039
Pai
r 5
K -
E ,3
00
1,93
2 ,3
53
-,422
1,
022
,850
29
,4
02
Pai
r 6
K -
F -,5
00
1,99
6 ,3
64
-1,2
45
,245
-1
,372
29
,1
81
Pai
r 7
A -
B -,2
67
1,61
7 ,2
95
-,871
,3
37
-,903
29
,3
74
Pai
r 8
A -
C
,067
1,
461
,267
-,4
79
,612
,2
50
29
,804
Pai
r 9
A -
D
,967
1,
066
,195
,5
69
1,36
5 4,
966
29
,000
Pai
r 10
A -
E ,6
33
1,58
6 ,2
90
,041
1,
226
2,18
7 29
,0
37
Pai
r 11
A -
F -,1
67
1,46
4 ,2
67
-,713
,3
80
-,623
29
,5
38
Pai
r 12
B -
C
,333
1,
241
,227
-,1
30
,797
1,
471
29
,152
Pai
r 13
B -
D
1,23
3 1,
501
,274
,6
73
1,79
4 4,
499
29
,000
Pai
r 14
B -
E ,9
00
1,91
8 ,3
50
,184
1,
616
2,57
0 29
,0
16
Pai
r 15
B -
F ,1
00
1,34
8 ,2
46
-,403
,6
03
,406
29
,6
87
Pai
r 16
C -
D
,900
1,
423
,260
,3
69
1,43
1 3,
465
29
,002
Pai
r 17
C -
E ,5
67
1,75
5 ,3
21
-,089
1,
222
1,76
8 29
,0
88
30
Pai
r 18
C -
F -,2
33
1,30
5 ,2
38
-,721
,2
54
-,980
29
,3
35
Pai
r 19
D -
E -,3
33
1,15
5 ,2
11
-,765
,0
98
-1,5
81
29
,125
Pai
r 20
D -
F -1
,133
1,
306
,238
-1
,621
-,6
46
-4,7
53
29
,000
Pai
r 21
E -
F -,8
00
1,34
9 ,2
46
-1,3
04
-,296
-3
,247
29
,0
03
2.
KE
KE
NT
AL
AN
Paire
d Sa
mpl
es T
est
P
aire
d D
iffer
ence
s t
df
Sig
. (2-
taile
d)
Mea
n S
td. D
evia
tion
Std
. Err
or
Mea
n
95%
Con
fiden
ce In
terv
al o
f the
Diff
eren
ce
Low
er
Upp
er
Pai
r 1
A -
B
-,567
1,
251
,228
-1
,034
-,1
00
-2,4
82
29
,019
Pai
r 2
A -
C
,533
1,
332
,243
,0
36
1,03
1 2,
193
29
,036
Pai
r 3
A -
D
,667
1,
539
,281
,0
92
1,24
1 2,
373
29
,024
Pai
r 4
A -
E
,100
1,
788
,326
-,5
68
,768
,3
06
29
,762
Pai
r 5
A -
F -,0
33
1,95
6 ,3
57
-,764
,6
97
-,093
29
,9
26
Pai
r 6
B -
C
1,10
0 1,
094
,200
,6
92
1,50
8 5,
508
29
,000
Pai
r 7
B -
D
1,23
1,
278
,233
,7
56
1,71
1 5,
286
29
,000
Pai
r 8
B -
E
,667
1,
348
,246
,1
63
1,17
0 2,
710
29
,011
Pai
r 9
B -
F ,5
33
1,43
2 ,2
61
-,001
1,
068
2,04
0 29
,0
51
Pai
r 10
C -
D
,133
1,
358
,248
-,3
74
,640
,5
38
29
,595
Pai
r 11
C -
E
-,433
1,
775
,324
-1
,096
,2
29
-1,3
37
29
,192
Pai
r 12
C -
F -,5
67
1,59
1 ,2
90
-1,1
61
,027
-1
,951
29
,0
61
Pai
r 13
D -
E
-,567
1,
382
,252
-1
,083
-,0
51
-2,2
46
29
,032
31
Pai
r 14
D -
F -,7
00
1,44
2 ,2
63
-1,2
38
-,162
-2
,659
29
,0
13
Pai
r 15
E -
F -,1
33
1,19
6 ,2
18
-,580
,3
13
-,611
29
,5
46
3. K
EL
EN
GK
ET
AN
Paire
d Sa
mpl
es T
est
P
aire
d D
iffer
ence
s t
df
Sig
. (2-
taile
d)
Mea
n S
td. D
evia
tion
Std
. E
rror
Mea
n
95%
Con
fiden
ce In
terv
al o
f the
Diff
eren
ce
Low
er
Upp
er
Pai
r 1
A -
B
-,200
1,
584
,289
-,7
92
,392
-,6
91
29
,495
Pai
r 2
A -
C
-,367
1,
829
,334
-1
,049
,3
16
-1,0
98
29
,281
Pai
r 3
A -
D
,300
2,
054
,375
-,4
67
1,06
7 ,8
00
29
,430
Pai
r 4
A -
E
-,733
1,
982
,362
-1
,473
,0
07
-2,0
27
29
,052
Pai
r 5
A -
F -,5
67
2,17
6 ,3
97
-1,3
79
,246
-1
,426
29
,1
65
Pai
r 6
B -
C
-,167
1,
724
,315
-,8
10
,477
-,5
30
29
,600
Pai
r 7
B -
D
,500
1,
676
,306
-,1
26
1,12
6 1,
634
29
,113
Pai
r 8
B -
E
-,533
1,
907
,348
-1
,245
,1
79
-1,5
32
29
,136
Pai
r 9
B -
F -,3
67
1,93
8 ,3
54
-1,0
90
,357
-1
,036
29
,3
09
Pai
r 10
C -
D
,667
1,
768
,323
,0
06
1,32
7 2,
065
29
,048
Pai
r 11
C -
E
-,367
1,
810
,330
-1
,042
,3
09
-1,1
10
29
,276
Pai
r 12
C -
F -,2
00
2,15
6 ,3
94
-1,0
05
,605
-,5
08
29
,615
Pai
r 13
D -
E
-1,0
33
2,05
9 ,3
76
-1,8
02
-,264
-2
,749
29
,0
10
Pai
r 14
D -
F -,8
67
1,94
3 ,3
55
-1,5
92
-,141
-2
,443
29
,0
21
Pai
r 15
E -
F ,1
67
1,94
9 ,3
56
-,561
,8
94
,468
29
,6
43
32
4.
KE
LE
MB
AB
AN
Paire
d Sa
mpl
es T
est
P
aire
d D
iffer
ence
s t
df
Sig
. (2-
taile
d)
Mea
n S
td. D
evia
tion
Std
. Err
or M
ean
95%
Con
fiden
ce In
terv
al o
f the
Diff
eren
ce
Low
er
Upp
er
Pai
r 1
A -
B
,033
1,
829
,334
-,6
49
,716
,1
00
29
,921
Pai
r 2
A -
C
,300
2,
054
,375
-,4
67
1,06
7 ,8
00
29
,430
Pai
r 3
A -
D
,400
1,
793
,327
-,2
69
1,06
9 1,
222
29
,232
Pai
r 4
A -
E
,567
1,
569
,286
-,0
19
1,15
2 1,
979
29
,057
Pai
r 5
A -
F 1,
033
1,37
7 ,2
51
,519
1,
547
4,11
1 29
,0
00
Pai
r 6
B -
C
,267
1,
484
,271
-,2
87
,821
,9
84
29
,333
Pai
r 7
B -
D
,367
1,
866
,341
-,3
30
1,06
3 1,
076
29
,291
Pai
r 8
B -
E
,533
2,
113
,386
-,2
56
1,32
2 1,
383
29
,177
Pai
r 9
B -
F 1,
000
1,78
1 ,3
25
,335
1,
665
3,07
5 29
,0
05
Pai
r 10
C -
D
,100
1,
668
,305
-,5
23
,723
,3
28
29
,745
Pai
r 11
C -
E
,267
2,
050
,374
-,4
99
1,03
2 ,7
13
29
,482
Pai
r 12
C -
F ,7
33
1,96
4 ,3
59
,000
1,
467
2,04
5 29
,0
50
Pai
r 13
D -
E
,167
1,
621
,296
-,4
38
,772
,5
63
29
,578
Pai
r 14
D -
F ,6
33
1,86
6 ,3
41
-,063
1,
330
1,85
9 29
,0
73
Pai
r 15
E -
F ,4
67
1,30
6 ,2
38
-,021
,9
54
1,95
7 29
,0
60
5. P
EN
ER
IMA
AN
SE
CA
RA
KE
SEL
UR
UH
AN
Paire
d Sa
mpl
es T
est
33
P
aire
d D
iffer
ence
s t
df
Sig
. (2-
taile
d)
Mea
n S
td.
Dev
iatio
n
Std
. Err
or M
ean
95%
Con
fiden
ce In
terv
al o
f the
Diff
eren
ce
Low
er
Upp
er
Pai
r 1
K -
A
-,667
1,
493
,273
-1
,224
-,1
09
-2,4
45
29
,021
Pai
r 2
K -
B
-,500
1,
548
,283
-1
,078
,0
78
-1,7
69
29
,087
Pai
r 3
K -
C
-,367
1,
810
,330
-1
,042
,3
09
-1,1
10
29
,276
Pai
r 4
K -
D
,300
2,
020
,369
-,4
54
1,05
4 ,8
14
29
,423
Pai
r 5
K -
E
-,200
2,
024
,370
-,9
56
,556
-,5
41
29
,592
Pai
r 6
K -
F -,6
67
1,42
2 ,2
60
-1,1
98
-,136
-2
,567
29
,0
16
Pai
r 7
A -
B
,167
1,
416
,259
-,3
62
,696
,6
45
29
,524
Pai
r 8
A -
C
,300
1,
841
,336
-,3
87
,987
,8
92
29
,379
Pai
r 9
A -
D
,967
1,
974
,360
,2
30
1,70
4 2,
683
29
,012
Pai
r 10
A -
E
,467
1,
697
,310
-,1
67
1,10
0 1,
507
29
,143
Pai
r 11
A -
F ,0
00
1,61
9 ,2
96
-,604
,6
04
,000
29
1,
000
Pai
r 12
B -
C
,133
1,
814
,331
-,5
44
,811
,4
03
29
,690
Pai
r 13
B -
D
,800
1,
710
,312
,1
61
1,43
9 2,
562
29
,016
Pai
r 14
B -
E
,300
1,
512
,276
-,2
65
,865
1,
087
29
,286
Pai
r 15
B -
F -,1
67
1,70
4 ,3
11
-,803
,4
69
-,536
29
,5
96
Pai
r 16
C -
D
,667
1,
295
,237
,1
83
1,15
0 2,
819
29
,009
Pai
r 17
C -
E
,167
2,
135
,390
-,6
30
,964
,4
28
29
,672
Pai
r 18
C -
F -,3
00
1,72
5 ,3
15
-,944
,3
44
-,953
29
,3
49
Pai
r 19
D -
E
-,500
1,
889
,345
-1
,205
,2
05
-1,4
50
29
,158
Pai
r 20
D -
F -,9
67
1,71
2 ,3
13
-1,6
06
-,328
-3
,093
29
,0
04
Pai
r 21
E -
F -,4
67
1,63
4 ,2
98
-1,0
77
,144
-1
,564
29
,1
29
34
Lampiran 5 Nilai kepentingan uji hedonik
No Parameter
Analisis
Dasar Pertimbangan Analisis Nilai
Kepentingan
1 Kejernihan Parameter yang dapat dilihat secara visual
berdasarkan cahaya yang diteruskan oleh larutan.
Parameter ini menandakan homogenitas bahan telah
tercampur secara sempurna. Adanya partikel yang
tersuspensi, emulsi atau gelembung udara dapat
mempengaruhi kejernihan.
5
2 Kekentalan Parameter yang dapat dilihat secara visual yang
menentukan produk mudah dikeluarkan atau tidak
serta mudah tumpah atau tidak. Kekentalan
mempengaruhi daya sebar dan daya lekat gel ketika
digunakan pada kulit.
5
3 Kelengketan Parameter yang didasarkan pada gaya yang
diperlukan untuk mengatasi gaya tarik-menarik antara
permukaan sampel dengan permukaan lain yang
bersentuhan dengan sampel tersebut. Dalam hal ini,
kesukaan pada kesan lengket yang ditimbulkan
setelah pemakaian produk merupakan parameter yang
diharapkan tidak ada setelah pemakaian produk.
6
4 Kelembaban Parameter yang dapat dilihat secara langsung dengan
mengoleskan sampel ke tangan. Dalam hal ini,
kesukaan terhadap kesan lembab yang ditimbulkan
setelah pemakaian produk masih bertahan lama di
tangan.
7
5 Penerimaan
keseluruhan
Bagian yang menilai keseluruhan parameter dengan
menilai seluruh parameter secara general serta untuk
mengetahui konsumen menerima atau tidak produk
jika dilihat secara umum
7
35
Lam
pira
n 6
Perh
itung
an p
embo
bota
n uj
i hed
onik
pro
duk
pem
bers
ih ta
ngan
Para
met
er
Nila
i ke
pent
inga
n B
obot
A
B
C
D
E
F
N
R
H
N
R
H
N
R
H
N
R
H
N
R
H
N
R
H
K
ejer
niha
n
5 0,
17
80
6 1,
02
87
7 1,
19
80
6 1,
02
43
4 0,
68
53
5 0,
85
87
7
1,19
K
eken
tala
n 5
0,17
53
4
0,68
77
7
1,19
40
3
0,51
40
3
0,51
56
5
0,85
60
6
1,02
K
elen
gket
an
6 0,
20
63
6 1,
20
53
5 1,
00
53
5 1,
00
70
7 1,
40
43
4 0,
80
43
4 0,
80
Kel
emba
ban
7 0,
23
43
3 0,
69
53
4 0,
92
53
4 0,
92
60
5 1,
15
63
6 1,
38
80
7 1,
61
Pene
rim
aan
kese
luru
han
7 0,
23
77
5 1,
15
80
6 1,
38
70
4 0,
92
43
2 0,
46
63
3 0,
69
83
7 1,
61
1,00
4,
74
5,68
4,
37
4,20
4,
57
6,23
K
eter
anga
n:
N =
Nila
i has
il uj
i hed
onik
R
= N
ilai p
erin
gkat
H =
has
il pe
rkal
ian
anta
ra n
ilai b
obot
den
gan
nila
i per
ingk
at
7 =
perin
gkat
terb
aik
perta
ma 5
= p
erin
gkat
terb
aik
ketig
a 3
= pe
ringk
at te
rbai
k ke
lima
6 =
perin
gkat
terb
aik
kedu
a 4
=pe
ringk
at te
rbai
k ke
empa
t Met
ode
Bay
es M
odifi
kasi
(Sor
aya,
200
7)
Rin
cian
Nila
i N
A
(%)
B (%
) C
(%)
D (%
) E
(%)
F (%
) K
ejer
niha
n 5
6 7
Tota
l 5
6 7
Tota
l 5
6 7
Tota
l 5
6 7
Tota
l 5
6 7
Tota
l 5
6 7
Tota
l 36
,67
43,3
3 0
80
30
46,6
7 10
87
43
,33
30
6,67
80
26
,67
16,6
7 0
43
33,3
3 20
0
53
50
26,6
7 10
87
K
eken
tala
n 5
6 7
Tota
l 5
6 7
Tota
l 5
6 7
Tota
l 5
6 7
Tota
l 5
6 7
Tota
l 5
6 7
Tota
l 20
30
3
53
33,3
3 36
,67
6,67
77
26
,67
13,3
3 0
40
20
20
0 40
43
6,
67
6,67
56
30
26
,67
3,33
60
K
elen
gket
an
1 2
3 To
tal
1 2
3 To
tal
1 2
3 To
tal
1 2
3 To
tal
1 2
3 To
tal
1 2
3 To
tal
6,66
26
,67
30
63
3,33
16
,67
33,3
3 53
3,
33
23,3
3 26
,67
53
10
33,3
3 26
,67
70
0 26
,67
16,6
7 43
0
30
13,3
3 43
K
elem
baba
n 1
2 3
Tota
l 1
2 3
Tota
l 1
2 3
Tota
l 1
2 3
Tota
l 1
2 3
Tota
l 1
2 3
Tota
l 0
23,3
3 20
43
3,
33
20
30
53
6,66
20
26
,67
53
6,66
26
,67
26,6
7 60
0
33,3
3 30
63
10
26
,67
43,3
3 80
Pe
neri
maa
n K
esel
uruh
an
5 6
7 To
tal
5 6
7 To
tal
5 6
7 To
tal
5 6
7 To
tal
5 6
7 To
tal
5 6
7 To
tal
36,6
7 30
10
77
46
,67
30
3,33
80
36
,67
26,6
7 6,
67
70
20
20
3,33
43
26
,67
30
6,66
63
50
26
,67
6,66
83
36
Lampiran 7 Hasil uji efektivitas produk pembersih tangan
Pengenceran Cuci Tangan
Menggunakan Air
Cuci tangan +
Handsanitizer Merk X
Cuci tangan + Sampel
Handsanitizer
10⁻¹
10⁻²
Lampiran 8 Hasil uji pearson correlation pengujian efektivitas produk pembersih
tangan dengan SPSS Statistic 21.0
Correlations
Pengujian_1 Pengujian_2
Pengujian_1
Pearson Correlation 1 ,999*
Sig. ,029
N 3 3
Pengujian_2
Pearson Correlation ,999* 1
Sig. ,029
N 3 3
*. Correlation is significant at the 0.05 level.
37
Lampiran 9 Hasil uji lanjut one way anova pengujian efektivitas produk dengan SPSS Statistic 21.0
Multiple Comparisons Dependent Variable: Jumlah_Mikroba (I) Kondisi
Responden (J) Kondisi Responden
Mean Difference (I-J)
Std. Eror Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Cuci Pakai Air Cuci Pakai Handsanitizer X
11,30500 2,97449 ,064 -1.1245 23,7345
Cuci Pakai Formulasi Handsanitizer
22,17000* 2,97449 ,010 9,7405 34,5995
Cuci Pakai
Handsanitizer X Cuci Pakai Air -11,30500 2,97449 ,064 -23,7345 1,1245 Cuci Pakai Formulasi Handsanitizer
10,86500 2,97449 ,070 -1,5645 23,2945
Cuci Pakai Formulasi
Handsanitizer
Cuci Pakai Air -22,17000* 2,97449 ,010 -34,5995 -9,7405 Cuci Pakai Handsanitizer X
-10,86500 2,97449 ,070 -23,2945 1,5645
Cuci Pakai Air Cuci Pakai
Handsanitizer X 11,30500 2,97449 ,096 -3,1411 25,7511
Cuci Pakai Formulasi Handsanitizer
22,17000* 2,97449 ,015 7,7239 36,6161
Cuci Pakai
Handsanitizer X Cuci Pakai Air -11,30500 2,97449 ,096 -25,7511 3,1411 Cuci Pakai Formulasi Handsanitizer
10,86500 2,97449 ,106 -3,5811 25,3111
Cuci Pakai Formulasi
Handsanitizer
Cuci Pakai Air -22,17000* 2,97449 ,015 -36,6161 -7,7239 Cuci Pakai Handsanitizer X
-10,86500 2,97449 ,106 -25,3111 3,5811
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
38
Lampiran 10 Dokumentasi Produk
Produk terbaik hasil uji hedonik
Hasil pengemasan produk dengan
kemasan aluminium foil untuk
pengujian umur simpan
39
Lampiran 11 Hasil pengujian susut bobot , kadar air dan Etanol pada suhu 70oC
dan 105oC
1. Hasil pengujian susut bobot
Hari
ke
Suhu 25oC
(%)
Rata-
rata(%)
Suhu 35oC
(%)
Rata-
rata
(%)
Suhu 50oC
(%)
Rata-
rata(%)
1 2 1 2 1 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 - - - - - - 0.06 0.05 0.055
4 - - - 0.09 0.09 0.09 0.15 0.13 0.14
6 0.12 0.15 0.135 - - - 0.12 0.13 0.125
8 - - - 0.13 0.20 0.165 0.14 0.15 0.145
10 - - - - - - 0.15 0.20 0.175
12 0.18 0,21 0.195 0.24 0.26 0.25 0.17 0.18 0.175
14 - - - - - - 0.23 0.21 0.22
16 - - - 0.26 0.24 0.25 0.25 0.26 0.255
18 0.31 0.27 0.265 - - - 0.28 0.31 0.295
20 - - - 0.28 0.29 0.285 0.26 0.28 0.27
22 - - - - - - 0.28 0.30 0.29
24 0.24 0.29 0.3 0.32 0.35 0.335 0.33 0.34 0.335
26 - - - - - - 0.34 0.36 0.35
28 - - - 0.41 0.35 .,38 0.38 0.40 0.39
30 0.29 0.28 0.285 - - - 0.42 0.41 0.415
32 - - - 0.42 0.40 0.41 - -
2. Hasil pengujian kadar air dan etanol pada suhu 70oC
Hari
ke
Suhu 25oC
(%)
Rata-
rata
(%)
Suhu 35oC
(%)
Rata-
rata
(%)
Suhu 50oC
(%)
Rata-
rata
(%) 1 2 1 2 1 2
0 100 100 100 100 100 100 100 100 100
2 - - - - - - 98.28 97.52 97.95
4 - - - 97.89 96.10 96.99 96.53 96.74 96.63
6 96.79 97.80 97.29 - - - 94.24 95.68 94.96
8 - - - 95.30 95.08 95.19 93.87 95.43 94.65
10 - - - - - - 92.52 92.30 92.41
12 95.60 95.45 95.52 94.60 93.02 93.31 90.28 91.23 90.75
14 - - - - - - 91.56 90.62 90.09
16 - - - 94.18 91.56 92.87 92.52 92.80 92.52
18 95.14 95.20 95.17 - - - 91.20 91.35 91.27
20 - - - 94.88 93.21 94.04 90.56 91.87 91.21
22 - - - - - - 90.17 89.45 89.81
24 94.23 94.85 94.54 93.62 92.43 93.02 89.43 90.67 90.05
26 - - - - - - 90.33 90.83 90.58
28 - - - 92.45 92.58 92.51 90.38 89.36 89.87
30 95.34 94.62 94.98 - - - 88.20 88.69 88.44
32 - - - 91.17 90.63 90.90 - - -
40
3. Hasil pengujian kadar air dan atanol pada suhu 105oC
Hari
ke
Suhu 25oC (%) Rata-
rata
(%)
Suhu 35oC (%) Rata-
rata
(%)
Suhu 50oC
(%)
Rata-
rata
(%) 1 2 1 2 1 2
0 100 100 100 100 100 100 100 100 100
2 - - - - - - 85.80 84.56 85.18
4 - - - 86.15 85.70 85.92 84.59 84.21 84.40
6 85.15 85.56 85.35 - - - 82.75 83.46 83.11
8 - - - 84.72 83.90 84.31 80.32 81.77 81.04
10 - - - - - - 81.18 80.19 80.68
12 83.07 83.85 83.46 85.36 84.55 84.95 80.11 80.24 80.17
14 - - - - - - 79.62 79.38 79.50
16 - - - 83.21 82.79 83.00 80.87 80.09 80.48
18 84.80 84.21 84.50 - - - 81.30 81.60 81.45
20 - - - 83.65 82.90 83.27 80.45 81.24 80.84
22 - - - - - - 80.53 80.27 80.40
24 81.87 82.50 82.18 .82.42 81.78 82.10 79.54 79.82 79.68
26 - - - - - - 78.55 79.89 79.22
28 - - - 81.37 81.45 81.41 80.38 78.34 79.36
30 81.66 81.80 81.73 - - - 80.32 79.21 79.76
32 - - - 81.64 80.87 81.25 - -
41
Lampiran 12 Grafik dan persamaan regresi susut bobot
Suhu 25oC Suhu 35
oC Suhu 50
oC
Persamaan Linier Y = 0,114 +
0.00675X
Y = 0.0775 +
0.0107X
Y = 0.0562 +
0.0116X
Koefisien Korelasi
(r)
0.92 0.98 0.99
Koefisien
Determinasi (R2)
0.85 0.96 0.97
Suhu Persamaan Regresi In K 1/T
(OK)
Persamaan
Arhenius
Ea
(J/mol)
k0
25 oC Y = 0.114 + 0.00675X -4.99 0.0033 In k = 3.983-2700
(1/T); r = 0.858
22447.
8
53.6
78
35 oC Y = 0.0775 + 0.0107X -4.53 0.0032
50oC Y = 0.0562 + 0.0116X -4.45 0.0031
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0,45
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
% S
usu
t B
ob
ot
Lama Penyimpanan (Hari)
Suhu 25 Suhu 35 Suhu 50
y = -2700x + 3.983R² = 0.858
-5,1
-5
-4,9
-4,8
-4,7
-4,6
-4,5
-4,4
-4,3
0,00305 0,0031 0,00315 0,0032 0,00325 0,0033 0,00335
In K
Grafik hubungan In K dengan 1/T
1/T (K) Linear (1/T (K))
42
Lampiran 13 Grafik dan persamaan regresi kadar air dan etanol suhu 105oC
Suhu 25oC Suhu 35
oC Suhu 50
oC
Persamaan Linier Y = 86-0.142X Y = 86.20-0.165X Y = 83.60-0.162X
Koefisien Korelasi
(r)
-0.88 -0.96 -0.63
Koefisien
Determinasi (R2)
0.78 0.92 0.80
Suhu Persamaan Regresi In K 1/T
(OK)
Persamaan
Arhenius
Ea
(J/mol)
k0
25 oC Y = 86 – 0.142X -1.95 0.0033 In k = 0.223-650
(1/T); r = 0.636
5404.1 1.25
35 oC Y = 86.20 – 0.165X -1.80 0.0032
50oC Y = 83.60 – 0.162X -1.82 0.0031
78,00%
80,00%
82,00%
84,00%
86,00%
88,00%
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
(% K
adar
air
dan
eta
no
l)
Lama Penyimpanan (hari)
Suhu 25 Suhu 35 Suhu 50
y = -650x + 0.223R² = 0.636
-2
-1,95
-1,9
-1,85
-1,8
-1,75
0,00305 0,0031 0,00315 0,0032 0,00325 0,0033 0,00335
In K
Grafik hubungan In K dengan 1/T
1/T (K) Linear (1/T (K))
43
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 10 Oktober 1992 dari ayah Hi. Raden Mansus, SE dan Hj.Mirza Triutami, SE. Anak pertama dari tiga bersaudara dengan adik Kharisma Putri dan Crisnina Handayani. Penulis menempuh studi di TK Pertiwi 1997 – 1998, SD Negeri 2 Rawa Laut Bandar Lampung 1998 – 2004, SMP Negeri 2 Bandar Lampung 2004 – 2007, SMA Negeri 3 Bandar Lampung 2007 – 2010. Ketika di SMA ini juga aktif dalam organisasi Rohis (Rohani Islam) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010. Penulis aktif dalam kegiatan IAAS LC IPB sebagai Staff Departemen
Science and Technology dan Forces IPB sebagai Staff Departemen Riset dan Edukasi tahun 2010-2011. Penulis juga mengikuti himpunan profesi di Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (Himalogin) sebagai Bendahara Departemen Human Resource and Development pada tahun 2011 – 2012 dan sebagai staff departemen Human Resource and Development pada tahun 2012 – 2013. Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Peralatan Industri Pertanian pada tahun 2013 dan asisten mata kuliah Teknologi Minyak Atsiri, Rempah dan Fitofarmaka pada tahun 2014.
Penulis melaksanakan Praktik Lapangan pada bulan Juli - Agustus 2013 dengan program reguler pada Bagian Quality Control di PT. Great Giant Pineapple, Lampung. Judul yang dikerjakan dalam praktik lapang tersebut adalah “Pengawasan Mutu (Quality Control) pada Proses Pengolahan Nanas Kaleng di PT. Great Giant Pineapple – Lampung”.