APLIKASI MEDIA PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG (MOTS
CROISÉS) DALAM KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS
SISWA KELAS XI SMKN 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN
2017/2018
(Skripsi)
Oleh
ELSA OKTAVIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
L’APPLICATION DU MÉDIA MOTS CROISÉS DANS LA
COMPÉTENCE DE LA PRODUCTION ORALE CHEZ LES ÉLÈVES DE
LA CLASSE XIe DE SMK NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG
Par
Elsa Oktavia
Cette recherche a pour but de savoir les différences de résultat d’apprentissage
de la production orale entre les élèves de la classe XIe du SMK Negeri 3
Bandarlampung qui sont enseignés avec le média mots croisés et ceux avec la
méthode “Le Mag”.
La méthode de recherche utilisée est ”True Eksperimental Design” qui utilise
les tests de la production orale et l’application avec le mots croisés. Population
dans cette recherche sont les élèves de la classe XI SMKN 3 Bandar Lampung.
Les échantillons de cette recherche sont les élèves de la classe XIe de Jasa Boga
1 comme la classe expérimentale et XIe d’Akomodasi Perhotelan 1 comme la
classe de contrôle, et ces échantillons sont obtenus utiliser la technique
d'échantillonnage aléatoire simple. La validité utilisée dans cette recherche est
la validité du contenu et la validité de construction et le test de fiabilité utilisée
iii
d’Alpha Cronbach. Les données de recherche sont ensuite analysées en
utilisant le test de normalité, le test de l'homogénéité, et le t-test.
Les résultats de l'analyse indiquent que la valeur de t-compte 5,737 > t-table
1,674 avec le niveau de la signification de 0,05 et Db = 54. Cela montre qu'il y a
le t-compte est supérieur à la t-table ce qui signifie qu'il y a une augmentation ou
une différence en résultat d'apprentissage de la production orale entre les élèves
de classe expérimentale et la classe de contrôle. La valeur moyenne de posttest
des élèves de la classe expérimentale de 74,66 est supérieure à celle des élèves de
la classe de contrôle, qui est de 65,69. Cela peut être conclu que l'application des
mots croisés dans les compétences de la production orale des élèves est plus
efficace qui enseignés avec le média mots croisés et ceux de classe de contrôle
avec la méthode Le Mag.
Mots-clés : Le Média Mots Croisés, Le Mag, La Production Orale
iv
ABSTRAK
APLIKASI MEDIA PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG (MOTS
CROISÉS) DALAM KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS
SISWA KELAS XI SMK NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN
PELAJARAN 2017/2018
Oleh
Elsa Oktavia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar dalam
keterampilan berbicara bahasa Prancis pada siswa kelas XI SMKN 3
Bandarlampung yang diajar dengan media permainan teka-teki silang atau Mots
Croisés dan media buku teks Le Mag.
Metode pada penelitian ini merupakan penelitian eksperimen True Eksperimental
Design yang menggunakan tes keterampilan berbicara dan penerapanya
menggunakan media permainan Mots Croisés. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI SMKN 3 Bandar Lampung. Sampel pada penelitian ini
adalah kelas XI Jasa Boga (JB) 1 sebagai kelas eksperimen dan XI Akomodasi
Perhotelan (AP) 1 sebagai kelas kontrol dan pengambilan sampel menggunakan
teknik Simple Random Sampling. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah validitas isi dan validitas konstruk sedangkan reliabilitas menggunakan
v
Alpha Cronbach. Tahap selanjutnya data penelitian ini akan dianalisis
menggunakan uji normalitas, uji homogen, dan uji-t.
Dari hasil analisis penelitian menunjukan nilai thitung 5,737 > ttabel 1,674, dengan
taraf signifikansi 0,05 dan Db = 54. Hal ini menunjukkan bahwa nilai thitung (th)
lebih besar daripada nilai ttabel (tt) yang berarti ada suatu peningkatan atau ada
perbedaan prestasi belajar pada keterampilan berbicara bahasa Prancis, antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata posttest siswa kelas eksperimen
sebesar 74,66 lebih besar daripada nilai siswa kelas kontrol yaitu 65,69. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa penerapan media teka-teki silang (mots croisés) dalam
keterampilan berbicara siswa bahasa Prancis lebih efektif daripada media buku
teks Le Mag.
Kata Kunci: Keterampilan Berbicara, Le Mag, Media Mots Croisés
APLIKASI MEDIA PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG (MOTS
CROISÉS) DALAM KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS
SISWA KELAS XI SMKN 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN
2017/2018
Oleh
ELSA OKTAVIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
x
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Elsa Oktavia, dilahirkan di
Sarirejo, Natar pada tanggal 26 Oktober 1996, sebagai
anak kedua dari empat bersaudara. Penulis dilahirkan dari
pasangan Bapak Gatot Aryadi dan Ibu Ender Lesti.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis antara lain:
Taman Kanak-kanak (TK) Aulia pada tahun 2001.
Masuk ke jenjang Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Natar pada tahun 2002 dan
lulus tahun 2008. Lulus dari Sekolah Dasar (SD) lanjut ke jenjang Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 3 Natar, masuk pada tahun 2008 dan
lulus pada tahun 2011. Lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), masuk ke
jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Natar pada tahun 2011
dan lulus pada tahun 2014.
Pada tahun 2014, penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis, program
pendidikan Strata 1 (S1) melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN). Pada tahun 2017, penulis telah mengikuti program
pengabdian langsung kepada masyarakat yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa
Bumi Baru, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama 67
xi
(enam puluh tujuh) hari pada bulan Juli sampai September 2017. Selama menjadi
mahasiswa, penulis cukup aktif dalam beberapa organisasi intern fakultas.
Organisasi intern yang diikuti penulis yaitu Ikatan Mahasiswa Bahasa Prancis
(IMASAPRA), dan UKM ditingkat universitas yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa
Bahasa dan Seni (UKMBS) pada tahun 2015-2016. Kemudian pada tahun 2018
penulis menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Lampung.
xii
MOTTO
“La vie, c’est comme une bicyclette : il faut avancer pour ne pas perdre
l’équilibre.” -Albert Einstein-
“Man jadda wajada, Man shabara zhafira.”
“Life like an ice cream, enjoy it before it melts.” -ANONYMOUS-
Sendiri bukan berarti tak butuh bantuan orang lain, sendiripun bukan
berarti individualis, introvert apalagi jomblo. Selagi kita bisa lakukan
sendiri tak perlu merepotkan orang lain, mereka tak selamanya bisa selalu
membantumu. Teruslah berusaha dan berdo’a insyaallah lelahmu yang
menjadi lillah. -Penulis-
xiii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi rabbil „alamin, segala puji syukur ke
hadirat Allah SWT, terima kasih ya Allah atas segala
berkah & rahmat serta lindunganMu. Atas izin Allah
serta dengan cara yang tak terduga, dan Engkau selalu
menjawab doa-doaku disaat ku membutuhkan. Pada
kesempatan ini ingin ku tunjukkan hasil studiku yang
kupersembahkan untuk:
Yang paling ku sayangi dan ku hormati, yang menjadi
acuan dan penyemangatku, untuk menyelesaikan studiku.
Ayahandaku Gatot Aryadi, Ibundaku Ender Lesti, Kakakku
Ahmad Tobrani, Adikku Denni Setiawan dan Ernita Okta
Riadi. Terima kasih atas segalanya, atas segala
bantuan doa, semangat, maupun materil kalian pak, mak.
Semoga, sesegera mungkin setelah ini aku mampu
membalas segala kebaikan kalian, dan pastinya aku akan
membahagiakan kalian.
Dosen Pembimbingku Bapak Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd.,
Mme. Diana Rosita, M.Pd., Mme. Endang Ikhtiarti, M.Pd.
dan Mme. Nani Kusrini, S.S., M.Pd. yang selalu sabar
membimbing dan mengarahkan dalam penyelesaian skripsi
ini.
Untuk “Tazza‟sku” kalian adalah penyemangatku yang
luar biasa, keluarga baruku & teman terbaikku, Iswatun
Mutohharoh, Utari Yulianti P, Siti N., dan Fina F.
yang membantu sepenuh hati dan memberikanku dukungan
penuh, kalian pengisi kekosongan di waktu senggang
dengan kartu-kartu di tangan, berkat kalian aku tahu &
xiv
mahir tentang permainan itu. Semoga setelah ini kita
pasti bisa mengejar mimpi dan cita-cita kita & masih
bisa untuk berkumpul bersama.
Geng anak-anak kosan, Devin S., Windu, Dahasrul,
Crysnori & rumah Utari yang selalu siap sedia dan rela
ditumpangi untuk tempat kami berkumpul, ngobrol, makan
& menegerjakan tugas bersama. Kutunggu kalian semua,
kita kan suskses bersama. Terima kasih telah menjadi
sumber tawaku, bahagiaku, teman berpetualang dan
keluargaku di kampus, aku pasti merindukan kalian.
Teman-teman semasa KKN-PPLku, keluarga Bumi Baru
Squads terima kasih atas kehangatan & kebersamaan
kalian selama ± 2 bulan, keluargaku bertambah adanya
kalian. Teman-teman Français angkatan „14 yang telah
berproses bersamaku, terima kasih kalian juga telah
menjadi sumber tawa dan keluargaku di kampus.
Dan untukmu penyemangat jarak dan rinduku, terima
kasih telah memberikanku dukungan sepenuh hati. -WRU-
xv
SANWACANA
Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Aplikasi Media
Teka-Teki Silang (Mots Croisés) Dalam Keterampilan Berbicara Bahasa
Prancis Siswa Kelas XI SMKN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2017/2018” ini tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, skripsi ini menyajikan
penjelasan tentang media pembelajaran menggunakan permainan teka-teki silang
(mots croisés) dan beberapa hal yang berkaitan dengan keterempilan berbicara
sebagai pengetahuan dasar untuk mempelajari bahasa Prancis. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa selama penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan rasa
hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni (PBS) juga selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah
xvi
membimbing dan banyak sekali membantu dengan penuh dedikasi dan
kesabaran.
3. Madame Diana Rosita, S.Pd., M.Pd. Ketua Prodi Pendidikan Bahasa
Prancis selaku Penasehat Akademik dan juga pembimbing 2 yang telah
memberikan nasihat yang baik dan bimbingan selama masa studi.
4. Madame Nani Kusrini, S.S., M.Pd. & Madame Endang Iktiarti, S.Pd.,
M.Pd selaku dosen bahasa Prancis yang telah banyak sekali membagi
ilmunya yang bermanfaat bagi kami dan penulis.
5. Seluruh Dosen Pengajar dan jajaran staf di Program Studi Pendidikan
Bahasa Prancis FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan
ilmunya.
6. Bapak Kepala Sekolah SMKN 3 Bandar Lampung dan Monsieur Holidi
selaku guru bahasa Prancis SMKN 3 Bandar Lampung.
7. Seluruh siswa kelas XI Jasa Boga 1 dan Akomodasi Perhotelan 1 di
SMKN 3 Bandar Lampung yang telah banyak membantu pada penelitian
ini.
8. Teman-teman Français angkatan 2014 yang telah memberikanku
dukungan & semua pihak yang tak bisa disebutkan yang telah
menyemangati selama penyusunan skripsi.
Akhir kata, Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurna karena memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun
sistematika dan teknik penulisannya.
xvii
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. Segala kekurangan dan kesalahan tersebut
datangnya dari diri penulis pribadi, dan segala kebenarannya mutlak datang dari
Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi
penulis dan pembaca, Aamiin.
Bandar Lampung, 20 Desember 2018
Penulis,
Elsa Oktavia
xviii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ vi
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... vii
HALAMAN PENGESAHAN. ........................................................................... viii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. ix
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ x
MOTTO ............................................................................................................... xii
PERSEMBAHAN ............................................................................................... xiii
SANWACANA ..................................................................................................... xv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xviii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xxi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xxii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5
C. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 5
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6
G. Batasan Istilah .............................................................................................. 8
II. KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoretis ........................................................................................ 9
1. Pembelajaran Bahasa Asing ..................................................................... 9
2. Pengertian Media Pendidikan ................................................................ 11
3. Teka Teki Silang (Mots Croisés) ........................................................... 17
xix
4. Media Buku Teks (Méthode) Le Mag .................................................... 21
5. Kosa Kata ............................................................................................... 22
6. Keterampilan Berbicara ......................................................................... 25
B. Penelitian Relevan ...................................................................................... 32
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 33
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 35
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 36
B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 37
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 39
1. Populasi ................................................................................................ 39
2. Sampel .................................................................................................. 39
D. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 40
F. Instrumen Penelitian ................................................................................... 41
G. Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 43
1. Validitas .............................................................................................. 43
2. Reliabilitas .......................................................................................... 44
H. Teknik Analisis Data .................................................................................. 45
1. Uji Normalitas Sebaran ........................................................................ 45
2. Uji Homogenitas Variansi ................................................................... 46
3. Analisis Uji-T ...................................................................................... 47
4. Hipotesis Statistik ................................................................................ 48
I. Prosedur Pelaksanaan Eksperimen ............................................................. 49
1. Tahap Pra Eksperimen ........................................................................ 49
2. Tahap Eksperimen .............................................................................. 49
3. Tahap Pasca Eksperimen .................................................................... 50
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 51
1. Deskripsi Data Penelitian ...................................................................... 51
B. Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................................... 54
1. Uji Validitas .......................................................................................... 54
2. Uji Reliabilitas ....................................................................................... 55
C. Deskripsi Hasil Penelitian........................................................................... 54
xx
1. Data Skor Pretest Keterampilan Berbicara ........................................... 56
2. Data Skor Posttest Keterampilan Berbicara .......................................... 59
D. Uji Prasyarat Analisis Data ........................................................................ 62
1. Uji Normalitas Sebaran ......................................................................... 62
2. Uji Homogenitas Variansi ..................................................................... 63
3. Uji-T ...................................................................................................... 64
4. Pengujian Hipotesis Statistik ................................................................. 67
E. Pembahasan ................................................................................................. 69
F. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 72
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...................................................................................................... 73
B. Saran ............................................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 77
LAMPIRAN
xxi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penilaian Keterampilan Berbicara...................................................................... 29
2. Pretest-Posttest Control Group Design ............................................................. 37
3. Kisi-kisi instrumen Pretest dan Posttest ............................................................ 42
4. Interpretasi Kappa .............................................................................................. 45
5. Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........................................... 53
6. Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .......................................... 54
7. Distribusi Frekuensi Skor Pretest Kelas Eksperimen ........................................ 56
8. Distribusi Frekuensi Skor Pretest Kelas Kontrol ............................................... 58
9. Distribusi Frekuensi Skor Posttest Kelas Eksperimen ....................................... 59
10. Distribusi Frekuensi Skor Posttest Kelas Kontrol ........................................... 61
11. Hasil Uji Normalitas Sebaran........................................................................... 63
12. Hasil Uji Homogenitas Variansi ...................................................................... 64
13. Hasil Uji-t Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol .......................................... 65
14. Hasil Uji-t Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ......................................... 66
15. Hasil Uji-t Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ......................................... 67
xxii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Teka-Teki Silang (mots croisés I) ...................................................................... 20
2. Teka-Teki Silang (mots croisés II) ..................................................................... 20
3. Tampilan Buku (méthode) Le Mag .................................................................... 22
4. Hubungan Antar Variabel .................................................................................. 38
5. Grafik Nilai Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen ............................ 57
6. Grafik Nilai Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol ................................... 58
7. Grafik Nilai Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen ........................... 60
8. Grafik Nilai Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol.................................. 62
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Penelitian.
2. RPP Kelas Eksperimen & Kontrol.
3. Soal Pretest & Posttest.
4. Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara Pretest & Posttest Kelas XI
Jasa Boga (JB) 1 & XI Akomodasi Perhotelan (AP).
5. Kisi-Kisi Materi dan Teka Teki Silang (Mots Croisés).
6. Data Uji Reliabilitas, Uji Normalitas, Uji Homogen, Uji-T, dan Frekuensi
Nilai Pretest dan Posttest.
7. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian.
8. Résumé.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan media utama dalam pertukaran budaya dan ilmu pengetahuan,
tidak hanya itu bahasa juga menjadi media yang sangat penting bagi manusia
sebagai alat untuk berkomunikasi, berpendapat dan berinteraksi. Bahasa pun dapat
berwujud lisan maupun tulisan, melalui bahasa manusia juga dapat meng-
ungkapkan gagasan, pesan dan perasaan kepada orang lain. Sebagai upaya untuk
bersosialisasi dan bertukar informasi, manusia memerlukan alat pengungkap yang
dapat dimengerti secara global, yaitu bahasa. Oleh karena itu, di zaman yang
semakin maju ini terutama di kancah internasional kita dituntut untuk mampu
menguasai bahasa asing, salah satunya adalah bahasa Prancis.
Di Indonesia, bahasa asing pun sangat banyak dipelajari termasuk bahasa Prancis,
bahkan perkembangan pembelajaran bahasa Prancis ada pada tingkat perguruan
tinggi hingga jenjang Sekolah Menengah Atas sederajat (SMA/SMK/MA). Ketika
mempelajari bahasa Prancis terdapat beberapa kompetensi, yaitu ada empat
keterampilan yang perlu dikuasai yaitu, keterampilan menyimak (Compréhension
Orale), keterampilan berbicara (Production Orale), keterampilan membaca
(Compréhension Écrite), dan keterampilan menulis (Production Écrite).
2
Dalam mempelajari bahasa, terutama bahasa Prancis, perbendaharaan kosakata
yang banyak menjadi hal yang mendasar untuk mempelajari dan menguasai
sebuah bahasa supaya bisa kita kembangkan menjadi sebuah frasa dan kalimat
sederhana kemudian menjadi lebih kompleks. Kemudian dari kosakata tersebut
kita mampu berbicara atau mampu mengekspresikan sesuatu dalam bentuk lisan.
Namun, kenyataannya masih terdapat banyak hambatan dalam hal tersebut
terutama pada keterampilan berbicara bahasa Prancis siswa.
Banyak faktor yang menyebabkan para murid tidak dapat berkonsentrasi penuh,
pada pembelajaran dan menyebabkan rendahnya hasil prestasi belajar para siswa.
Hal tersebut karena belum adanya pemanfaatan sumber belajar yang maksimal
oleh guru dalam penggunaan media. Guru sudah menggunakan media
pembelajaran berupa media cetak dan metode yang sederhana. Pemakaian media
pembelajaran yang menarik dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
minat dan rangsangan kegiatan belajar kepada siswa, bahkan membawa
pengaruh–pengaruh psikologis terhadap siswa.
Di era digital ini media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Media pendidikan
memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar
kelas. Penggunaan media pembelajaran yang menarik dan bervariasi akan sangat
membantu efektivitas dan meningkatkan proses pembelajaran dan penyampaian
isi pesan pelajaran atau materi tersebut.
3
Belajar sambil bermain merupakan salah satu cara guru supaya dapat
menyampaikan suatu materi sehingga para siswa dapat lebih memahami materi
yang disampaikan. Oleh karena itu, mengapa dalam proses belajar mengajar perlu
menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dan menimbulkan reaksi
siswa, supaya siswa lebih tertarik minat belajarnya serta siswa lebih aktif dan
kreatif, dengan menggunakan media permainan ini diharapkan dapat membantu
guru dalam mengajar dan mempermudah penyampaian materi. Menggunakan
media permainan ini pun membangun kreatifitas siswa, lebih mudah untuk
mengingat materi dan terkesan tidak membosankan.
Berdasarkan pengalaman peneliti ketika melakukan observasi di SMKN 3 Bandar
Lampung, peneliti menemukan permasalahan bahwa banyak siswa merasa
kesulitan dalam keterampilan berbicara juga penguasaan kosakata bahasa Prancis.
Siswa kurang atau jarang berbicara menggunakan bahasa Prancis di depan kelas.
Hal ini mengakibatkan siswa kurang mampu memahami materi yang
disampaikan. Selain itu, guru masih menggunakan media buku teks yang kurang
bervariasi sehingga kurang mampu meningkatkan motivasi siswa untuk belajar
bahasa Prancis dan proses pembelajaran menjadi terasa monoton. Berdasarkan
permasalahan di atas, dibutuhkan sebuah alternatif pembelajaran yang dapat
mempermudah dalam mempelajari keterampilan berbicara bahasa Prancis. Salah
satu alternatif yang bisa diterapkan yaitu media permainan teka-teki silang (mots
croisés).
4
Media permainan teka-teki silang atau dalam bahasa Prancisnya yaitu (mots
croisés) merupakan sebuah permainan yang sederhana dan dikenal berbagai
kalangan masyarakat. Media permainan teka-teki silang adalah suatu media yang
sangat tepat untuk menyampaikan materi yang konsepnya untuk mengajarkan
keterampilan menulis, membaca dan berbicara. Media permainan ini pada
dasarnya sama seperti permainan teka-teki silang yang beredar diseluruh lapisan
masyarakat, dengan cara mengisi kotak-kotak yang disusun secara vertikal
maupun horizontal sesuai nomor dan memiliki sebuah klue atau petunjuk dalam
pengisian jawabannya.
Karena permainan ini telah dikenal oleh berbagai kalangan masyarakat,
permainan teka-teki silang ini tidak terlalu sulit untuk diaplikasikan dalam
pembelajaran atau penyampaian materi sebagai suatu media untuk mempermudah
guru dalam menyampaikan materi, khususnya dalam pembelarajan bahasa. Oleh
karena itu media permainan teka-teki silang (mots croisés) merupakan salah satu
alternatif dalam memecahkan sebuah permasalahan dalam proses pembelajaran
khususnya dalam keterampilan berbicara siswa.
Media ini selain melatih kemampuan penguasaan kosakata dan keterampilan
berbicara para siswa juga dapat mengasah kemampuan berpikir siswa selain itu
media ini sangat menyenangkan karena sifatnya berupa media permainan. Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa Prancis,
khususnya dalam keterampilan berbicara juga penguasaan kosakata, sehingga
memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi ajar. Sayangnya, media
permainan ini belum diterapkan dalam pembelajaran pada bahasa Prancis di kelas
5
XI SMKN 3 Bandar Lampung. Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba meneliti
mengenai aplikasi media permainan teka-teki silang (mots croisés) dalam
keterampilan berbicara bahasa Prancis pada siswa kelas XI SMKN 3 Bandar
Lampung.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut.
1. Kurangnya minat siswa dalam keterampilan berbicara didalam kelas.
2. Siswa kurang atau jarang berbicara menggunakan bahasa Prancis di
dalam kelas.
3. Siswa perlu menggunakan media yang lebih menarik untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara.
4. Siswa merasa kesulitan dalam keterampilan berbicara serta penguasaan
kosakata bahasa Prancis pada keterampilan berbicara.
5. Media permainan teka-teki silang (mots croisés) belum pernah
dilakukan pada pembelajaran bahasa Prancis dalam keterampilan
berbicara bahasa Prancis di SMKN 3 Bandar Lampung.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari runag lingkup penelitian, hal ini didasari supaya
menghindari adanya kesimpangsiuran dalam pembahasan penelitian, sehingga
dapat mengarahkan sesuai dengan pokok bahasan yang ingin dicapai. Berdasarkan
6
permasalahan yang telah dikemukakan terdapat batasan masalah atau ruang
lingkup dari penelitian ini, yaitu segala sesuatu yang berkenaan dengan kegiatan
pembelajaran pada penggunaan media permainan teka-teki silang (mots croisés)
dalam keterampilan berbicara bahasa Prancis pada siswa kelas XI, khususnya
siswa kelas XI Jasa boga 1 dan XI Akomodasi Perhotelan 1 SMKN 3 Bandar
Lampung.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan apakah ada perbedaan prestasi belajar dalam
keterampilan berbicara bahasa Prancis antara yang diajar menggunakan media
permainan teka-teki silang (mots croisés) dan yang diajar menggunakan media
buku teks (méthode) Le Mag pada siswa kelas XI SMKN 3 Bandar Lampung ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan apakah ada
perbedaan prestasi belajar pada keterampilan berbicara bahasa Prancis antara yang
diajar menggunakan media permainan teka-teki silang (mots croisés) dan yang
diajar menggunakan media buku teks (méthode) Le Mag siswa kelas XI SMKN 3
Bandar Lampung.
7
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada dunia pendidikan baik
secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan dapat
memberikan informasi bagi program studi bahasa Prancis, serta hasil penelitian
tentang media permainan teka-teki silang (mots croisés) dalam keterampilan
berbicara bahasa Prancis pada siswa kelas XI SMKN 3 Bandar Lampung ini
dapat digunakan sebagai bahan reverensi untuk penilitian lain dan evaluasi bagi
SMKN 3 Bandar Lampung.
2. Manfaat Praktis
a. bagi siswa, supaya siswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang bahasa
Prancis sehingga dapat dijadikan alternatif untuk mempermudah belajar
keterampilan berbicara dan memperkaya kosakata bahasa Prancis serta
dapat meningkatkan hasil belajar.
b. bagi guru bahasa Prancis. Sebagai sarana keberhasilan tugas atau media
pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Prancis dan kegiatan belajar
mengajar dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Prancis para
siswa.
c. bagi pihak sekolah. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi
SMKN 3 Bandar Lampung dan sebagai bahan pertimbangan dalam
meningkatkan kemampuan siswa, serta bagi peneliti lain untuk
mengetahui benar bagaimana penggunaan media permainan teka-teki
8
silang (mots croisé)s pada kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan
kemampuan berbicara para siswa.
G. Batasan Istilah
Untuk memberikan gambaran tentang penelitian ini, berikut diuraikan beberapa
istilah mengenai penelitian ini, yaitu:
1. Keterampilan berbicara adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan
suatu, mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan pikiran,
gagasan, perasaan dan maksud tertentu secara lisan kepada seseorang atau
kelompok.
2. Media permainan adalah alat yang digunakan dalam proses pembelajaran
yang dikemas dalam bentuk permainan dan bersifat menyenangkan
sebagai sarana menarik perhatian dan pemahaman siswa.
3. Media permainan teka-teki silang (mots croisés) merupakan sebuah media
permainan kata yang umumnya berwujud kotak-kotak yang menyilang
mendatar dan menurun berdasarkan pertanyaan atau petunjuk yang
diberikan dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Permainan
tersebut berfungsi sebagai media pembelajaran visual yang memiliki
tujuan utama yaitu siswa dapat menguasai materi pelajaran.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoretis
1. Pembelajaran Bahasa Asing
Bahasa merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan, dengan bahasa
manusia berkomunikasi untuk menyampaikan maksud dan tujuan mereka. Bahasa
digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini tentu saja menandakan bahwa
penggunaan bahasa memiliki posisi penting dalam berkomunikasi.
Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2011: 5) belajar merupakan proses
tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interkasi antara individu dan
lingkungannya melalui pengalaman maupun latihan yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pembelajaran bahasa asing menurut Brown (2007: 280) adalah proses konstruksi
kreatif sebuah sistem ketika para pembelajar dengan sadar menguji seluruh
hipotesis tentang bahasa sasaran dari sejumlah kemungkinan sumber pengetahuan
tentang bahasa asal, pengetahuan terbatas tentang bahasa sasaran itu sendiri,
pengetahuan tentang fungsi-fungsi komunikatif bahasa, pengetahuan bahasa
secara umum, dan pengetahuan tentang hidup, orang, dan semesta di sekitar
mereka.
10
Iskandarwassid dan Sunendar (2011: 45) juga mengemukakan bahwa bahasa
adalah alat komunikasi. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyatakan pikiran
dan perasaan terhadap seseorang atau sekelompok orang. Dalam hal ini, orang
yang dikatakan mampu berbahasa adalah orang yang mampu berkomunikasi,
bukan orang yang mampu menghafalkan kaidah-kaidah tata bahasa.
Germain (dalam Tagliante 1994: 35) mengemukakan pembelajaran adalah
“l’apprentissage est un processus actif, qui se déroule à l’interiéur de l’individu
et qui est susceptible d’être avant tout influencé par cette individu.” Maksud dari
pernyataan tersebut adalah bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses aktif
yang terjadi di dalam diri individu yang akan dipengaruhi oleh individu itu
sendiri.
Adapun tujuan pembelajaran bahasa Prancis sebagai bahasa asing menurut
Handayani (2010: 49), yaitu:
“Dans l’enseignement d’une langue, on reconnaît généralement que les
apprenants s’orientent aux quatre compétences: compréhension orale,
compréhension écrite, production orale et production écrite, y inclus la
grammaire et le vocabulaire, en ayant le but pour pouvoir communiquer
avec cette langue de manière orale ou écrite.”
Yang berarti bahwa, dalam pengajaran bahasa, umumnya diakui bahwa peserta
didik berorientasi pada empat kompetensi bahasa: keterampilan mendengarkan,
membaca, berbicara dan menulis, termasuk tata bahasa dan kosakata, dengan
tujuan untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa ini secara lisan atau tertulis.
Mempelajari bahasa asing merupakan suatu usaha yang kompleks dan
membutuhkan waktu yang panjang untuk dapat menguasainya. Dari beberapa
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa asing
11
merupakan prsoses pemerolehan bahasa kedua yang dipelajari dalam
pendidikan formal melalui pendidik kepada siswa dengan tujuan agar siswa
dapat berkomunikasi dengan orang asing atau untuk membaca bacaan dalam
bahasa asing tersebut. Pembelajaran bahasa asing merupakan suatu proses
mempelajari sebuah bahasa yang bertujuan mengembangkan keterampilan
berbahasa, yang meliputi keterampilan bicara, membaca, dan menulis serta
mampu menggunakan bahasa target sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai
sarana komunikasi.
2. Pengertian Media Pendidikan
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”,
“perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Geralch & Ely (dalam
Arsyad, 2009: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam
pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media dalam
proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis,
atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi
visual atau verbal.
a. Media Pembelajaran
Definisi media pembelajaran merupakan bentuk jamak dari kata medium.
Medium dapat didefinisikan sebagai perntara atau pengantar terjadinya
komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu
12
komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju
komunikan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi (Daryanto, 2013: 5).
Menurut Daryanto (2013: 5) secara umum media mempunyai kegunaan,
diantaranya.
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera.
3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan
sumber belajar.
4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori dan kinestetiknya.
5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan presepsi yang sama.
6. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru
(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa
(komunikan), dan tujuan pembelajaran.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat penggunaan media pembelajaran menurut Sudjana & Rivai (dalam
Sadiman, dkk, 2011: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam
proses belajar siswa, yaitu:
1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
13
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata guru, sehingga siswa tidak bosan dan
guru tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar pada setiap jam
pelajaran.
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Di halaman yang berbeda, Arsyad (2013: 29) mengemukakan manfaat praktis dari
penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar yaitu:
1. media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih
langsung antara siswa dan lingkungannya.
3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan
waktu.
4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat,
dan lingkungannya.
14
Kemudian menurut Arsyad (2011: 15) menuturkan fungsi media pengajaran
dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan
oleh guru. Dari beberapa penjelasan mengenai fungsi dan manfaat media
pengajaran di atas jelas bahwa media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu
untuk memperjelas makna bahan atau materi pengajaran sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa.
c. Klasifikasi Media Pembelajaran
Munadi (2011: 55) membuat klasifikasi media pembelajaran sebagai berikut.
1. Media audio, yaitu media yang hanya melibatkan pendengaran.
2. Media visual, yaitu media yang hanya melibatkan indera penglihatan.
3. Media audiovisual, yaitu media yang melibatkan indera penglihatan dan
pendengaran dan
4. Multimedia, yaitu media yang melibatkan berbagai indera dalam
pembelajaran. Permainan termasuk dalam pengelompokan ini.
d. Media Permainan
Menurut Sadiman, dkk. (2011: 75) permainan atau yang disebut games adalah
setiap kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan
mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula.
Berdasarkan aturannya, permainan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
permainan yang aturannya ketat (misalnya catur) dan yang aturannya luwes
(misalnya permainan peran).
15
Permainan adalah “bermain; perbuatan bermain.” Berdasarakan pengertian
tersebut dapat dimaknai bahwa permainan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk bersenang-senang atas dasar dan sifatnya, permainan
dibedakan atas permainan yang kompetitf mempunyai tujuan yang jelas dan
pemenang dapat diketahui secara cepat. Sebaliknya non kompetitif tak
mempunyai pemenang sama sekali karena pada hakikatnya pemain
berkompetisi dengan sistem permainan itu sendiri.
Sebagai media pendidikan, permainan mempunyai beberapa kelebihan berikut
ini.
1. Permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan dan
sesuatu yang menghibur. Permainan menjadi menarik sebab di dalamnya
ada unsur kompetisi, ada keragu-raguan karena kita tak tahu siapa yang
akan jadi pemenang dan yang kalah.
2. Permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa untuk
belajar. Seperti kita ketahui, belajar yang baik adalah belajar yang aktif.
Permainan mempunyai kemampuan untuk melibatkan siswa dalam proses
belajar secara aktif.
3. Permainan dapat memberikan umpan balik langsung. Umpan balik yang
secepatnya atas apa yang kita lakukan akan memungkinkan proses belajar
jadi lebih efektif.
4. Permainan memungkinkan penerapan konsep-konsep ataupun peran-peran
kedalam situasi dan peranan sebenarnya di masyarakat. Keterampilan yang
dipelajari lewat permainan jauh lebih mudah untuk diterapkan ke
kehidupan nyata sehari-hari.
16
5. Permainan bersifat luwes. Salah satu sifat permainan yang menonjol
adalah keluwesannya. Permainan dapat dipakai untuk berbagai tujuan
pendidikan yaitu membantu siswa atau warga belajar meningkatkan
kemapuan komunikatifnya, memahami pendapat orang lain, dsb.
6. Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak. Membuat
permainan yang baik tidak memerlukan seseorang yang ahli. Guru ataupun
siswa dapat membuatnya sendiri. Bahan-bahannya pun tidak perlu yang
mahal.
Sebagaimana halnya media-media yang lain, permainan mempunyai kelemahan
atau keterbatasan yang patut dipertimbangkan diantaranya.
1) Karena asyik, atau karena belum mengenai aturan teknis pelaksanaan;
2) dalam mensimulasikan situasi sosial permainan cenderung terlalu
menyederhanakan konteks sosialnya sehingga tidak mustahil siswa justru
memperoleh kesan yang salah;
3) kebanyakan permainan hanya melibatkan beberapa orang siswa saja
padahal keterlibatan seluruh siswa amatlah penting agar proses belajar bisa
lebih efektif dan efisien.
Selain itu Nababan (2009: 216) menyebutkan bahwa terdapat lima jenis teknik
permainan yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar, diantaranya.
1. Teka-teki silang (crossword puzzle).
2. Permainan untuk melatih struktur (pola kalimat).
3. Permainan untuk melatih kosakata.
17
4. Permainan untuk melatih membaca dan menjawab pertanyaan secara
tertulis.
5. Permainan untuk melatih pendengaran dalam membedakan dan
mendifinisikan kata-kata.
Iskandarwassid dan Sunendar (2011: 293) juga menyebutkan jenis-jenis
permainan yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa antara lain: Selusur
kata, Teka-teki silang, Permainan jelajah waktu, Elaborasi, Siapa dia, Acak kata,
Biografi, Catatan harian, Mengarang bersama.
3. Teka Teki Silang (Mots Croisés)
Teka-teki silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu mengisi
ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga
membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petujuk. Selain itu mengisi teka-teki
silang atau biasa disebut dengan TTS memang sungguh sangat mengasikan, selain
juga berguna untuk mengingat kosakata yang populer, selain itu juga berguna
untuk pengetahuan kita yang bersifat umum dengan cara santai. Melihat
karakteristik TTS yang santai dan lebih mengedepankan persamaan dan perbedaan
kata, maka sangat sesuai jika dipergunakan sebagai sarana siswa untuk latihan
dikelas yang diberikan oleh guru yang tidak monoton hanya berupa pertanyaan-
pertanyaan baku saja.
Teka-teki silang yang menjadi kegemaran lintas generasi ini, dan sesungguhnya
bukan merupakan hal baru. Artinya, hal ini sudah berlangsung dari zaman ke
zaman dengan format dan bentuk yang serupa tapi tak sama. Catatan sejarah
18
menyatakan bahwa format TTS seperti sekarang sudah ada sejak zaman kuno.
Bentuknya masih cukup sederhana, yaitu sebuah bujur sangkar berisi kata-kata,
huruf-huruf yang sama pada bujur sangkar itu menghubungkan kata-kata secara
vertikal dan horizontal. Hampir serupa dengan TTS yang kita kenal sekarang.
(dikutip dalam http://www.niahidayati.net.manfaat-teka-teki-silang-sebagai-
penambahwawasan-dan-mengasah-kemampuan.html. Diunduh pada tanggal 25
Januari 2018).
a. Sejarah Singkat Teka-Teki Silang
Sejarah teka-teki silang pertama kali muncul di surat kabar New York World
pada tanggal 21 Desember 1913. TTS (teka-teki silang) ini dibuat oleh Arthur
Wynne yang terinspirasi dari permainan masa kecilnya yaitu Magic Square,
atau sebuah permainan kata-kata, di mana sang pemain harus menyusun kata
agar sama baik mendatar atau menurun sehingga membentuk kotak. Bentuk
kotak hitam dan putih ini sesuai dengan TTS yang dikenal pada umumnya. Di
dalam TTS ini terdapat pertanyaan atau definisi sebagai petunjuk kata yang
harus diisi dalam kotak. Hingga tahun 1924, yaitu ketika buku TTS pertama
kali terbit, TTS belum begitu populer. Namun, setelah buku-buku TTS
menyebar, TTS sangat digemari di seluruh Amerika, selanjutnya merambah ke
Eropa dan seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Setelah TTS ini begitu digemari, para pegiat buku TTS mulai berkreasi
menciptakan teka-teki gambar dan kemudian dikenal dengan nama puzzle.
Selain untuk hiburan, fungsi teka-teki silang atau gambar lebih diarahkan
kepada fungsi edukasi, yakni untuk menstimulasi otak anak-anak. Baik TTS
19
maupun teka-teki gambar atau puzzle hingga saat ini masih sangat populer dan
digemari. Biasanya untuk mengisi waktu santai kita sambil mengasah otak.
b. Teka-Teki Silang Sebagai Media Dalam Pembelajaran Bahasa Prancis
Menurut Khalilullah (dalam jurnal Rantika dan Abdulah 2013: 127) teka-teki
silang yang dalam bahasa Prancis disebut mots croisés merupakan salah satu
media pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran keterampilan
Menulis dan berbicara. Media ini sangat mudah untuk dibuat oleh guru dan
dapat digunakan untuk semua tingkatan, baik untuk pemula, menengah atau
yang sudah lanjut, disamping itu juga materi yang dapat dipilih sesuai dengan
tujuan pembelajarannya.
Menurut Haryono (dalam jurnal Rantika dan Abdulah 2013: 128) tujuan teka-
teki silang dalam pembelajaran ini adalah untuk mengasah otak dalam berpikir
peserta didik dalam mempelajari kosakata pada suatu mata pelajaran. Dengan
menggunakan TTS (teka-teki silang) sebagai pembelajaran kosakata, maka
selain siswa termotivasi untuk belajar juga memberi pemahaman terhadap
kosakata yang mudah dan mendalam.
Didalam permainan TTS (teka-teki silang) ini pula terdapat unsur permainan
yang dapat menimbulkan kegairahan dan rasa senang dalam belajar tanpa harus
berhadapan dengan situasi yang menjemukan. Jadi, media teka-teki silang
adalah suatu media yang sangat tepat untuk mengajarkan materi yang
konsepnya untuk mengajarkan berbicara, menghafal kosakata dan media yang
menyenangkan karena sifatnya berupa media permainan. Contoh gambar teka-
teki silang (mots croisés) sebagai berikut.
21
4. Media Buku Teks (Méthode) Le Mag
Pembelajaran bahasa Prancis di SMA menggunakan bahan ajar cetak berupa buku
atau méthode Le Mag. Meskipun para narasumber mengatakan bahwa dalam
pembelajarannya menggunakan Le Mag, para guru dalam proses pembelajaran
sebaiknya juga menggunakan bahan ajar yang lain untuk mendukung kelengkapan
materi pembelajaran. Buku atau méthode Le Mag merupakan buku terbitan
Prancis karangan Celine Himber dkk. yang memang didesain untuk siswa pada
tahap pemula. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan pembelajaran bahasa
Prancis Le Mag memenuhi kriteria sebagai bahan pembelajaran mandiri dan baik
digunakan sebagai bahan pembelajaran mandiri siswa (Permata Sari, 2017: 12).
Menurut Lustyantie (2014: 13) dalam jurnalnya mengatakan, materi ajar bahasa
Prancis yang digunakan untuk pembelajaran bahasa Prancis di SMA yang terdiri
atas buku siswa, buku guru, buku latihan atau buku teks, video, dan DVD. Hasil
pengamatan materi ajar yang digunakan di beberapa sekolah SMA di Jakarta
adalah materi ajar buku atau méthode Le Mag. Selain materi ajar tersebut, materi
ajar yang digunakan antara lain, buku bahasa Prancis untuk SMA karya Delly
Anne dan sisanya menggunakan kompilasi buku “Taxi” dan Le Mag. Berikut
tampilan buku atau méthode Le Mag.
22
Gambar 3. Tampilan Buku (Méthode) Le Mag
Le Mag adalah materi ajar untuk para remaja serta direkomendasikan sesuai
dengan standar CECR, yakni standar penguasaan bahasa untuk tingkat SMA
minimal pada level A1. Isi buku atau méthode tersebut terdiri atas tata bahasa
(grammaire), kehidupan remaja, sistem pendidikan, ekonomi, liburan, dan
multikultural di Prancis. Sementara itu, mengacu pada kurikulum 2013 terkait
standar proses yaitu bahwa standar proses terdiri atas mengamati, menanya,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta, maka proses pembelajaran
bahasa Prancis di SMA belum semuanya mengacu pada standar proses tersebut.
5. Kosa Kata
Pengertian kosakata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu
“pembendaharaan kata atau vokabuler.” Kosakata adalah semua kata yang
terdapat dalam suatu bahasa, kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara
23
atau penulis, kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. Daftar kata
yang disusun seperti kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis.
Adapun Rey (2011: 766) mendefinisikan kosakata sebagai berikut “vocabulaire
est ensemble des mots (d’un texte, disponibles); enrichir son vocabulaire; themes
spésialisés (d’une science, d’un art).” Artinya kosakata adalah satu kesatuan dari
kata (kemungkinan dari sebuah teks); memperkaya kosakata; tema khusus (seperti
ilmu pengetahuan, seni). Sedangkan dalam kamus Larousse (2010: 863) kosakata
didifinisikan sebagai “vocabulaire est ensemble des mots d’une langue et d’une
science”. Artinya kosakata adalah satu kesatuan kata dari suatu bahasa dan ilmu
pengetahuan.
Kosakata merupakan salah satu alat utama yang dimiliki seseorang yang akan
belajar bahasa, karena kosakata berfungsi untuk membentuk kalimat dan
mengutarakan isi pikiran dan perasaan dengan sempurna. Baik secara lisan
maupun tertulis, kosakata akan selalu terlibat dalam pemakaian bahasa.
(Nurgiyantoro, 2010: 196).
Kosakata digunakan dalam setiap elemen kebahasaan yang apabila semakin
banyak dikuasai maka semakin mudah pula penyampaian sebuah ide. Kemudian
kosakata dasar menurut Tarigan (2011: 3) adalah kata-kata yang tidak mudah
berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Menurut
Tarigan yang termasuk kosakata dasar adalah sebagai berikut.
1. Istilah kekerabatan, misalnya : ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek.
Contoh dalam bahasa Prancis : père, mère, fils, fille, soeur, frère, grand-
mère, grand-père.
24
2. Nama-nama bagian tubuh, misalnya : kepala, rambut, mata, telinga,
hidung, mulut, bibir, gigi. Contoh dalam bahasa Prancis : la tête, les
cheveux, l’oeil, l’oreille, le nez, la lèvre, les dents.
3. Kata ganti (diri, penunjuk), misalnya : saya, kamu, dia, kami, kita, mereka,
ini, sini. Contoh dalam bahasa Prancis : je, tu, il, elle, nous, ils, ce, ici.
4. Kata bilangan pokok, misalnya : satu, dua, tiga, sepuluh, seratus. Contoh
dalam bahasa Prancis : un, deux, trois, dix, cent.
5. Kata kerja pokok, misalnya : makan, minum, tidur, berbicara,
melihat. Contoh dalam bahasa Prancis : manger, boire, dormir, parler,
regarder.
6. Kata keadaan pokok, misalnya : senang, sakit, jauh, cepat, besar, kecil,
banyak, malam. Contoh dalam bahasa Prancis : content, malade, loin, vite,
grand, petit, beaucoup, soir.
7. Benda-benda universal, misalnya : air, api, udara, bulan, bintang, matahari.
Contoh dalam bahasa Prancis : l’eau, le feu, l’air, la lune, l’etoile, le
soleil.
Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian kosakata dapat disimpulkan tidak
hanya sebatas pembendaharaan kata saja melainkan meliputi kata-kata yang
dimiliki oleh seseorang baik pembicara maupun penulis, kata-kata yang terdapat
dalam suatu bahasa, serta kata-kata yang digunakan dalam suatu bidang ilmu
pengetahuan maupun daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan
secara singkat dan praktis.
25
a. Kelas Kata dalam Bahasa Prancis
Adapun menurut Lehmann & Martin-Berthet (2000: 2) menyatakan bahwa “En
français, il y a huit classe grammaticales, ou partie du discours: nom, verbe,
adjectif, déterminant, pronom, adverbe, préposition, conjonction”. Dalam
bahasa Prancis, ada delapan kelas gramatikal atau kategori gramatikal: nomina,
verba, adjektifa, determinatif, pronomina, adverbia, preposisi, dan konjungsi.
Berdasarkan silabus mata pelajaran bahasa Prancis kelas XI semester 2, dari
beberapa kelas kata di atas maka kata nom (kata benda) dan verbe (verba) yang
akan digunakan dalam penelitian ini.
6. Keterampilan Berbicara
Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2013: 241) menyatakan bahwa
keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi
arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan
dan keinginan kepada orang lain. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, atau
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Berbicara merupakan perbuatan menghasilkan bahasa untuk berkomunikasi dan
merupakan salah satu keterampilan mendasar dalam mempelajari bahasa
(Suharyanti, 2011: 4). Pendapat lain yang dikemukakan oleh Tarigan (2008:
16) yaitu, berbicara mempunyai tiga maksud utama, sebagai berikut.
Memberikan dan melaporkan (to inform); Menjamu dan menghibur (to
entertain); Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade).
26
Dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa tujuan berbicara adalah berkomunikasi
kepada orang lain yang ada di sekitarnya untuk memberitahukan sesuatu,
menghibur, dan mempengaruhi pendengar (Zulhana dan Usman, 2017: 6).
a. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
Linguis berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara adalah suatu
keterampilan bebahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya
didahului oleh keterampilan menyimak, pada masa tersebutlah kemampuan
berbicara atau berujar dipelajari.
Berbicara sudah barang tentu berhubungan dengan perkembangan kosa kata yang
diperoleh sang anak, melalui kegiatan menyimak dan membaca. Perlu kita sadari
juga bahwa keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara
yang efektif banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi
efektif dalam keterampilan-keterampilan berbahasa yang lainnya itu. (Tarigan,
2008: 3).
b. Tujuan Berbicara
Ujaran (speech) meruakan suatu bagian yang integral dari keseluruhan
personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara,
kontak-kontak sosial, dan pendidikannya. Berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatkan, atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Dapat kita
katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat
didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah
27
otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan
dan ide-ide yang dikombinasikan.
Dengan demikian maka, berbicara itu lebih daripada hanya sekedar pengucapan
bunyi-bunyi atau kata-kata, berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan
gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai kebutuhan-kebutuhan
sang pendengar atau penyimak.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianyalah sang pembicara memahami
makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya dan harus
mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik
secara umum maupun perorangan (Tarigan, 2013: 16).
c. Penilaian Keterampilan Berbicara
Kegiatan pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan penilaian.
Kegiatan penilaian tidak terfokus pada hasil belajar saja, melainkan ada
berbagai faktor lain seperti proses siswa memperoleh dan menangkap materi
pembelajaran sehingga dapat dijadikan tolak ukur untuk melakukan kegiatan
pembelajaran selanjutnya.
Menurut Arikunto (2012: 3) mengatakan bahwa menilai adalah mengabil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik, buruk. Dalam istilah asingnya
penilaian adalah evaluation. Ralph Tyler (dalam Arikunto, 2012: 3)
mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan
28
sudah tercapai. Kemudian beberapa pendapat Arikunto (2012: 18-19) tentang
tujuan atau fungsi penilaian dari berbagai sistem pendidikan sebaggai berikut.
a. Penilaian berfungsi selektif dengan cara mengadakan penilaian guru
mempunyai cara untuk mengadakan seleksi terhadap siswanya.
b. Penilaian berfungsi diagnostik apabila alat yang digunakan dalam
penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya,
guru akan mengetahui kelemahan siswa.
c. Penilaian berfungsi sebagai alat pengukur keberhasilan. Penilaian ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil
ditetapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu
faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.
Berdasarkan kerangka acuan Cadre Européen Commun de Référence pour
Langues (CECRL), kemampuan berbahasa asing tingkat A1 diharapkan
dimiliki oleh siswa SMA maupun tingkat pemula. Menurut kerangka acuan
(CECRL) adalah :
“peringkat 1 (A1) : (Introductif ou découverte) Peut comprendre et utiliser
des expressions familières et quotidiennes ainsi que des énoncés très
simples qui visent à satisfaire des besoins concrets. Peut se présenter ou
présenter quelqu'un et poser à une personne des questions la concernant –
par exemple, sur son lieu d'habitation, ses relations, ce qui lui appartient,
etc. – et peut répondre au même type de questions. Peut communiquer de
façon simple si l'interlocuteur parle lentement et distinctement et se
montre coopératif”.
Yang dapat diartikan bahwa pendahuluan atau perkenalan (Introductif ou
découverte) kemampuan bahasa awal yang harus dimiliki oleh pembelajar:
Dapat memahami dan menggunakan ungkapan familiar dan sehari-hari seperti
istilah-istilah sangat sederhana yang memenuhi kebutuhan nyata. Dapat
29
memperkenalkan diri atau memperkenalkan orang lain dan mengajukan
pertanyaan kepada orang lain, misalnya tentang tempat tinggal, keluarga,
kepemilikan, dll. dan dapat menjawab pertanyaan sejenis. Dapat
berkomunikasi dengan cara yang sederhana jika pembicara berbicara lambat
dan jelas, dan terlihat kooperatif”.
Kemudian, untuk mengukur atau mengetahui keterampilan berbicara siswa
dibutuhkan standar penilaian. Dalam penelitian ini, menggunakan aspek-aspek
standar penilaian Échelle de Harris (Évaluation de l’entretien dirigé) menurut
Tagliante (1991 : 113-114), yang diuraikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1. Penilaian Keterampilan Berbicara
No Standar Kompetensi Indikator Skor
1. Expression Orale :
Prononciation
(Pengucapan)
Difficulte de prononciation si graves
que le discours est pratiquement
inintelligible.
Pengucapan sangat buruk, tidak dapat
dipahami sama sekali.
1
Très difficile à comprendre à cause de
sa prononciation, on doit souvent lui
demander de répéter.
Pengucapan sangat sulit dipahami,
menghendaki untuk selalu diulang.
2
Difficultés de prononciation qui exigent
une attention soutenue et conduisent
quelque fois au malentendu.
Kesulitan dalam pengucapan yang
menimbulkan perhatian dan terkadang
meyebabkan kesalahpahaman.
3
Toujours intelligible, malgré un accent
spécifique.
Pengucapan dapat dipahami, namun
seringkali masih ada ucapan asing
daerah.
4
Peu de traces d’accent étranger.
Pengucapan sudah seperti penutur asli
(natives).
5
30
2. Grammaire
(Tata Bahasa)
Erreurs de grammaire et d’ordre des
mots si graves que le discours en est
rendu pratiquement inintelligible.
Kesalahan tata bahasa dan urutan kata
yang sangat buruk sehingga tidak dapat
dipahami.
1
Grammire et ordre des mots rendent la
compréhension difficile. Doit souvent se
reprendre ou se restreindre à des
modèls de base.
Tata bahasa dan urutan kata sulit untuk
dipahami. Seringkali harus diulang.
2
Fait de fréquentes erreurs de
grammaire et d’ordre des mots, dont
certains peuvent obscurcir le sens.
Sering melakukan kesalahan pada tata
bahasa dan urutan kata, sehingga dapat
menghilangkan arti makna.
3
Fait quelques fautes de grammaire
et/ou d’ordre des mots, mais qui
n’obscurcissent pas le sens.
Melakukan beberapa kesalahan pada
tata bahasa dan urutan kata namun tidak
menghilangkan arti/makna.
4
Peu ou pas d’erreurs notables de
grammaire ou d’ordre des mots.
Sedikit atau tidak ada kesalahan sama
sekali pada tata bahasa dan urutan kata
5
3. Vocabulaire
(Kosa Kata)
Les limitations du vocabulaire sont si
grandes qu’elles rendent la
conversation pratiquement impossible.
Pembatasan kosa kata yang begitu besar
sehingga percakapan tidak dapat
berjalan.
1
Le mauvais usage des mots et le
vocabulaire très limité rendent la
compréhension très difficile.
Penggunaan kata yang buruk dan
kosakata yang terbatas sehingga sulit
untuk dipahami.
2
Utilise souvent de termes erronés.
Conversation un peu limitée à cause de
l’inadéquation du vocabulaire.
Sering menggunakan kata-kata yang
salah. Bicara sedikit terbatas karena
kosa kata tidak memadai.
3
31
Utilise quelque fois des termes
impropes et/ou doit se reprendre à
cause d’inadéquations lexicales.
Penggunaan kosa kata terkadang tidak
tepat dengan tema, dan/atau harus
diulang karena terdapat ketidakcocokan
kebahasaan.
4
Utilise vocabulaire et expression à peu
près comme un natif.
Penggunaan kosa kata dan ekspresi
seperti penutur asli (native).
5
4. Aisance/Fluency
(Kelancaran)
Le discours est si haché et fragmentaire
qu’il rend la conversation pratiquement
impossible.
Pembicaraan selalu terhenti dan
terputus-putus sehingga percakapan
menjadi tidak dapat berjalan.
1
Habiteullement hexitant. Souvent force
au silence par ses lacunes linguistiques.
Pembicaraan masih ragu, sering diam,
dan kalimat tidak lengkap.
2
La vitesse et l’aisance sont assez
fortement affectées par les problèmes
linguistiques.
Kelancaran pembicaraan masih
dipengaruhi oleh masalah kebahasaan
3
La vitesse est légèrement affectée par
les problèmes linguistiques.
Pembicaraan lancar, namun sedikit
dipengaruhi oleh masalah kebahasaan.
4
Parle aussi couramment qu’un natif.
Pembicaraan juga fasih seperti penutur
asli (native).
5
5. Compréhension
(Pemahaman)
Ne peut même pas comprendre la
simple langue conventionelle.
Tidak dapat memahami sama sekali
percakapan sederhana yang diajukan.
1
A de grandes difficultes à suivre ce
qu’on lui dit. Ne peut comprendre
qu’une conversation générale, et à
condition qu’on lui parle lentement et
qu’on multiplie les repetition.
Kesulitan dalam melakukan percakapan.
Tidak dapat memahami percakapan
secara umum, sehingga perlu penjelasan
dan pengulangan.
2
Comprend la plus grande partie de ce
qu’on lui dit à vitesse plus lente que la
32
normalemet avec de repetition.
Memahami percakapan normal dengan
lamban, namun masih perlu
pengulangan.
3
Comprend presque tout à vitesse
normale, bien qu’il soit quelque fois
nécessaire de repeater.
Memahami hampir semua percakapan
pada kelancaran normal, meskipun
kadang-kadang masih perlu
pengulangan.
4
Semble comprendre sans aucune
difficulté.
Memahami percakapan tanpa kesulitan
sama sekali.
5
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan ini adalah penelitian yang berjudul “Keefektifan
Penggunaan Media Permainan Bahasa Silang Datar Pada Pengajaran
Keterampilan Menulis Bahasa Prancis Kelas XI SMA N 6 Yogyakarta” yang
ditulis oleh Devi Nisviharyati pada tahun 2014. Berdasarkan hasil analisis data
dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Terdapat perbedaan prestasi belajar keterampilan menulis bahasa Prancis
peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Yogyakarta yang signifikan antara yang
diajar dengan menggunakan media permainan bahasa silang datar dengan yang
menggunakan media buku teks. Hal ini dibuktikan dengan nilai t-hitung sebesar
11,541 dan nilai t-tabel 2,00488 dengan nilai db sebesar 54 pada taraf signifikansi
5%. Dengan demikian nilai t-tabel lebih besar dibanding nilai t-abel (11,541 >
2,00488).
33
2. Penerapan media permainan bahasa silang datar pada pembelajaran
keterampilan menulis bahasa Prancis peserta didik kelas XI di SMA Negeri 6
Yogyakarta lebih efektif daripada yang diajar menggunakan media buku teks. Hal
ini dibuktikan dengan peningkatan nilai pretest ke posttest pada kelas eksperimen
sebesar 2,5. Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh peningkatan dari nilai
pretest ke posttest sebesar 0,68. Kemudian hasil dari gain score sebesar 0,7
termasuk dalam kategori sedang.
C. Kerangka Berpikir
Berbicara merupakan salah satu aspek penting dalam empat keterampilan
berbahasa. Dari berbicara kita bisa berkomunikasi, menyampaikan suatu pesan
dan mengungkapkan suatu perasaan. Dalam berbicara terutama pada bahasa asing,
perbendaharaan kosakata juga merupakan modal utama untuk dapat berbicara dan
juga ditunjang dengan tata bahasa yang baik. Oleh karena itu pada penelitian ini
menerapkan media permainan yang dapat membantu meningkatkan prestasi
belajar dalam keterampilan berbicara bahasa Prancis dengan menggunakan media
permainan teka-teki silang (mots croisés).
Media permainan teka-teki silang merupakan media yang sudah dikenal berbagai
lapisan masyarakat. Media ini merupakan media permainan kata yang umumnya
berwujud kotak-kotak yang menyilang mendatar dan menurun berdasarkan
pertanyaan yang diberikan. Media permainan ini dirasa mampu meningkatkan
adanya perbedaan prestasi belajar siswa dalam keterampilan berbicara bahasa
Prancis pada siswa. Media permainan ini menyajikan isian kata-kata yang
34
sederhana, yang apabila keseluruhan pertanyaan terjawab dengan benar akan
membentuk teka-teki dan kata-kata yang beragam. Selain itu media permainan ini
dapat menjadi pengganti media buku teks atau méthode, yang biasanya
menimbulkan kejenuhan dan tidak mampu merangsang keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran.
Lalu dalam penerapan media permainan ini terdapat variasi peraturan dalam
permainan, pemberian punishment and reward pun juga dapat diterapkan dalam
penggunaan media permainan teka-teki silang. Hal ini dimaksudkan guna
mencegah kebosanan siswa apabila digunakan terus menerus tanpa dilakukan
variasi. Dari alasan tersebut dapat dikatakan bahwa media permainan teka-teki
silang dapat meningkatkan adanya perbedaan prestasi belajar siswa dalam
keterampilan berbicara bahasa Prancis pada siswa apabila dibandingkan dengan
media buku teks (méthode) Le Mag.
Apabila dibandingkan dengan penggunaan media buku teks yang terkesan
monoton, dan kurang mampu merangsang minat belajar siswa. Penggunaan media
yang belum bervariasi inilah yang menyebabkan siswa kesulitan dalam
keterampilan berbicara bahasa Prancis. Diharapkan dengan penerapan media
permainan teka-teki silang (mots croisés) ini siswa dapat lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran, sehingga prestasi belajar dapat meningkat lebih baik dan
dapat dicapai. Untuk itu, maka peneliti memilih suatu media yang diharapkan
mampu mengatasi masalah tersebut. Media yang dipilih adalah media permainan
teka-teki silang (mots croisés).
35
D. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian dapat diajukan hipotesis bahwa terdapat perbedaan prestasi
belajar dalam keterampilan berbicara bahasa Prancis pada siswa kelas XI SMKN
3 Bandar Lampung antara yang diajar dengan menggunakan media permainan
teka-teki silang (mots croisés) dan yang diajar menggunakan media buku teks
(méthode) Le Mag. Penulis berasumsi bahwa dalam pembuatan skripsi ini,
penerapan media permainan teka-teki silang (mots croisés) dapat meningkatkan
prestasi belajar dalam keterampilan berbicara bahasa Prancis pada siswa kelas XI
SMKN 3 Bandar Lampung dan dapat lebih baik lagi.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan ini adalah penelitian kuantitatif. Metode
penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme atau dalam penelitian ini dapat diukur dalam bentuk
angka-angka, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.
Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2016: 14).
Pada penelitian ini menggunakan desain eksperimen Pretest-Posttest Control
Group Design. Ciri utama dari desain ini adalah sampel yang digunakan untuk
eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari
populasi tertentu. Dalam penelitian ini akan dicari hubungan sebab akibat antara
variabel dengan cara membandingkan hasil perlakuan atau treatment pada kelas
eksperimen. Pada penelitian ini Sugiyono (2016: 112) menggambarkan sebagai
berikut.
37
Tabel 2. Pretest-Posttest Control Group Design
Keterangan:
O1 : nilai pretest kelompok eksperimen (sebelum diberi perlakuan)
O2 : nilai posttest kelompok eksperimen (setelah diberi perlakuan)
O3 : nilai pretest kelompok kontrol (sebelum diberi perlakuan)
O4 : nilai posttest kelompok kontrol (setelah diberi perlakuan)
X1 : perlakuan atau treatment menggunakan media teka-teki silang (mots croisés)
di kelas eksperimen
X2 : perlakuan menggunakan media buku teks atau méthode Le Mag di kelas
kontrol
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya, atau dapat dirumuskan
bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2016:
60-61). Kemudian ada macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
O1 X1 O2
O3 X2 O4
38
1. variabel Independen, variabel yang sering disebut sebagai variabel
stimulus atau disebut dengan variabel bebas (X). Variabel bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) dan,
2. variabel Dependen, variabel yang sering disebut sebagai variabel output
atau variabel terikat (Y). Variabel ini merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Lalu pada penelitian ini, yang menjadi Variabel Independen atau variabel
bebas (X) adalah media permainan teka-teki silang (mots croisés) dan
Variabel Dependen atau variabel terikat (Y) adalah penguasaan keterampilan
berbicara bahasa Prancis pada siswa kelas XI SMKN 3 Bandar Lampung.
Gambar 4. Hubungan Antar Variabel
X : Variabel bebas adalah penggunaan media permainan teka-teki silang (mots
croisés).
Y : Variabel terikat adalah keterampilan berbicara bahasa Prancis pada siswa.
X Y
39
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu
(Sugiyono, 2016: 117). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI
SMKN 3 Bandar Lampung yang berjumlah 7 kelas, yaitu 3 kelas jurusan Jasa
Boga (JB), 2 kelas jurusan Akomodasi Perhotelan (AP) dan 2 kelas jurusan
Usaha Perjalanan Wisata (UPW). Total jumlah keseluruhan siswa kelas XI
kurang lebih 240 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representatif atau mewakili. (Sugiyono, 2016: 120). Dalam
penelitian ini mengambil 2 kelas sebagai sampel penelitian. Sampel pada
penelitian ini diambil dengan cara simple random sampling atau sampel acak
sederhana karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.
40
Pengambilan sampel tersebut bertujuan untuk mendapatkan atau menentukan
manakah yang akan menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol penelitian. Cara
untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol yaitu melalui penentuan sampel
yaitu kertas dengan nama setiap kelas dimasukkan ke dalam gelas, lalu gelas
dikocok-kocok hingga keluar 2 kertas. Berdasarkan hasil sampel acak sederhana
diperoleh kertas yang pertama keluar yaitu kelas XI Jasa Boga 1 berjumlah 30
siswa sebagai kelas eksperimen dan kertas kedua yaitu kelas XI Akomodasi
Perhotelan 1 berjumlah 26 siswa sebagai kelas kontrol.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di SMKN 3 Bandar Lampung yang berada di Jln.
Cut Mutia No. 21, Gulak Galik, Teluk Betung Utara, Kota Bandar Lampung
35214. Peneliti melakukan penelitian disekolah tersebut karena disekolah ini
terdapat mata pelajaran Bahasa Prancis sebagai mata pelajaran bahasa asing
tambahan atau muatan lokal. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun
pelajaran 2017/2018 tepatnya pada bulan April 2018.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpualn data pada penelitian ini menggunakan teknik tes. Menurut
Arikunto (2010: 266) untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarannya
kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes. Instrumen yang berupa tes ini
dapat digunakan untuk mengukur dasar dan pencapaian atau prestasi kemampuan
dasar antara lain: intelegensi (IQ), minat, dsb.
41
Tes tersebut diberikan pada awal penelitian dalam bentuk lisan atau berbicara
langsung, sebelum diberikan perlakuan atau treatment yaitu akan diadakan pretest
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan pada akhir penelitian yaitu sesudah
diberikan perlakuan atau treatment, dan selanjutnya diakan posttest pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan
validitas dan reabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data. Instrumen
penelitian dalam penelitian kuantitatif dapat berupa test, pedoman, wawancara,
observasi, dan kueisioner (Sugiyono, 2016: 305). Instrumen penelitian merupakan
alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Penyusunan
instrumen penelitian ini disesuaikan dengan metode pengumpulan data yang telah
ditetapkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes.
Tes yang digunakan berupa tes keterampilan berbicara atau berdialog dalam
bahasa Prancis.
Setelah dilaksanakan tes dan diperoleh data, selanjutnya akan diolah dan
dianalisis untuk mengukur penggunaan media permainan teka-teki silang (mots
croisés) dalam keterampilan berbicara bahasa Prancis pada siswa terhadap materi
yang diajarkan. Adapun kisi-kisi instrumen tes keterampilan berbicara untuk kelas
XI yang terdapat pada silabus dalam K13 (kurikulum 2013) sebagai berikut.
42
Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Pretest dan Posttest
Kompetensi Dasar Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Penilaian /
Alokasi
Waktu
3.3 Mencontohkan
tindak tutur untuk
mengajak
/mengundang,
menerima dan
menolak ajakan
(inviter quelqu’un,
accepter et refuser
une invitation)
dengan
memperhatikan
fungsi sosial,
struktur teks, dan
unsur kebahasaan
pada teks interaksi
lisan dan tulis.
4.3 Menggunakan
tindak tutur
mengajak
/mengundang,
menerima dan
menolak ajakan
(inviter quelqu’un,
accepter et refuser
une
invitation)dengan
memperhatikan
fungsi sosial,
struktur teks, dan
unsur kebahasaan
pada teks interaksi
lisan dan tulis
sesuai konteks.
Teks
transaksional
lisan dan tulis
untuk mengajak
/mengundang,
menerima dan
menolak ajakan
dengan tema
l’anniversaire
(inviter
quelqu’un,
accepter et
refuser une
invitation).
Contoh : Bonjour Benoit. On est vendredi 10, n’oublie pas mon anniversaire!
Unsur
kebahasaan
Kosa kata:
Inviter, Chocolat,
Cadeau, Bonbons
Penggunaan
nominal singular
dan plural secara
tepatsecara tepat
dalam frasa
nominal
Ucapan, tekanan
kata, intonasi
Ejaan dan tanda
baca.
Menyaksikan,
menyimak, meniru,
dan berpartisipasi
dalam interaksi
mengajak
/mengundang,
menerima dan
menolak ajakan
(inviter quelqu’un,
accepter et refuser
une invitation) suatu
tindakan, dengan
berfokus pada fungsi
sosial, struktur teks,
dan unsur
kebahasaannya yang
sesuai dengan
konteks.
Berlatih secara
mandiri maupun
dengan bimbingan
guru untuk
berinteraksi dalam
memberi dan meminta
informasi mengajak
/mengundang,
menerima dan
menolak ajakan
(inviter quelqu’un,
accepter et refuser
une invitation).
Praktik
(demonstrasi)
Production
Orale
/Expression
Orale
l’anniversaire
2 X 45 menit
43
G. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas Instrumen
Dalam bahasa Indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”. Didalam buku
Encyclopedia of Educational Evaluation yang ditulis oleh Scarvia B.Anderson
dkk (dalam Arikunto, 2012: 80) validitas adalah “A test is valid if it measueres
what it purpose to measure”. Pernyataan tersebut dapat diartikan kurang lebih
yaitu: sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang
hendak diukur. Validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes
keterampilan berbicara bahasa Prancis dengan menggunakan validitas isi
(content validity) dan validitas konstruk (construct validity).
a. Validitas Isi ini bertujuan untuk mengukur valid atau tidaknya dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pembelajaran yang telah
dijarkan. Menurut Arikunto (2012: 82) mengatakan bahwa sebuah tes
dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang
sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Isi dari instrumen
berpedoman pada silabus mata pelajaran bahasa Prancis dan instrumen tersebut
dikosultasikan kembali dengan orang yang lebih ahli atau lebih berpengalaman
dalam hal ini yaitu guru mata pelajaran bahasa Prancis.
b. Validitas Konstruk
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal
yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang
disebutkan dalam tujuan instruksional khusus dengan kata lain jika butir-butir
soal mengukur aspek berpikir dalam tujuan intruksional (Arikunto, 2012: 83).
44
2. Reliabilitas
Setelah item instrumen telah diuji validitasnya, selanjutnya adalah menguji
reabilitasnya. Menurut Arikunto (2012: 100) reliabilitas berhubungan dengan
masalah kepercayaan artinya, reliabel dapat dipercaya. Sebuah tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Untuk dapat menguji reabilitas instrumen ini
menggunakan bantuan program SPSS 19.0 for windows dan menggunakan
Rumus Alpha Cronbach menurut Sudijono (2011: 208) sebagai berikut.
Keterangan:
r₁₁ = Koefisien reliabilitas tes
n = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
1 = Bilagan konstan
= Jumlah varian skor butir pertanyaan
= Varians total
Kemudian dari hasil perhitungan tersebut akan diperolah kriteria penafsiran untuk
indeks reliabilitasnya menggunakan tabel Intrepetasi Kappa. Indeks reliabilitas
dapat dilihat dari tabel berikut.
45
Tabel 4. Interpretasi Kappa
Nilai K Keeratan Kesepakatan (Strength Of Agreement)
< 0.20 Rendah (Poor)
0.21 – 0.40 Lumayan (Fair)
0.41 – 0.60 Cukup (Moderate)
0.61 – 0.80 Kuat (Good)
0.81 – 1.00 Sangat Kuat (Very Good)
H. Teknik Analisis Data
Pada proses ini teknik analisis data pada penelitian ini bertujuan untuk menganalis
data pencapaian hasil eksperimen yang telah diberikan treatment atau perlakuan,
maka dari itu teknik analisis data terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut.
1. Uji Normalitas Data
Menurut Sugiyono (2016: 241) sebelum pengujian hipotesis dilakukan maka
terlebih dahulu akan dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas dilakukan
untuk mengetahui apakah data penelitian sampel berasal dari populasi yang
berditribusi normal atau tidak. Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan
untuk pengujian normalitas data antara lain dengan Kertas Peluang dan Chi
Kuadrat. Pada penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS
19.0 for windows dan teknik Chi Kuadrat berikut rumusnya adalah :
46
Keterangan:
X² = chi-kuadrat
Fo = frekuensi yang diperoleh dari sampel
Fe = frekuensi yang diharapkan dalam sampel
Kemudian hasil perhitungan dikonsultasikan dengan nilai chi-tabel dengan
taraf signifikansi 5%. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 pada (P >
0,05), maka data tersebeut berdistribusi normal. Sebaliknya, data dapat
dikatakan berdistribusi tidak normal jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
pada (P < 0,05).
2. Uji Homogenitas Variansi
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui seragam atau tidaknya variansi
sampel. Teknik pengujiannya dengan menggunakan teknik uji F. Adapun
tujuan dari pengujian ini adalah untuk membandingkan antara variansi terbesar
dan variansi terkecil. Rumus uji F adalah sebagai berikut:
Keterangan:
F = koefisien
variansi terbesar
variansi terkecil
47
Dalam penelitian ini uji reliabilitas mempunyai asumsi pengujian homogenitas
data sebagai berikut. Apabila F-hitung lebih kecil sama dengan F-tabel pada
taraf signifikansi 5%, asumsi yang menyatakan kedua kelompok tidak
menunjukkan perbedaan varians, diterima atau homogen. Apabila F-hitung
lebih besar sama dengan F-tabel pada taraf signifikansi α = 0,05, asumsi yang
menyatakan kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan varians ditolak
atau heterogen.
3. Analisis Uji-T
Menurut Iskandar (2008: 113) menyatakan analisis uji-t merupakan analisis
parametrik yang dilakukan apabila data penelitian bertabur normal atau data
harus diuji normalitas data terlebih dahulu.
Menurut Sugiyono (2016: 273) bila sampel berkorelasi atau berpasangan,
misalnya membandingkan sebelum dan sesudah treatment atau perlakuan, atau
membandingkan untuk mengetahui perbedaan antara tingkat pencapaian
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, maka menggunakan t-test sampel
related. Adapun rumus uji-t atau T-test yang biasa digunakan penelitian adalah
sebagai berikut.
Keterangan :
t = koefisien yang dicari
X₁ = mean kelompok eksperimen
48
X2 = mean kelompok kontrol
= varians kelompok eksperimen
= varians kelompok kontrol
n = jumlah subyek
Dengan penjelasan jika thitung > ttabel (lebih besar) dengan taraf signifikansi =
0,05 maka terdapat perbedaan tingkat pencapaian hasil belajar dalam
keterampilan berbicara bahasa Prancis pada siswa antara kedua kelompok.
4. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik disebut juga hipotesis nol (Ho). Hipotesis ini menyatakan
ada tidaknya pengaruh antara dua variabel yaitu variabel bebas terhadap
variabel terikat yang dirumuskan sebagai berikut (Sugiyono, 2016: 103).
Ho : μ1 = μ2 : Tidak ada perbedaan prestasi belajar dalam keterampilan
berbicara bahasa Prancis pada siswa antara yang diajar dengan menggunakan
media teka-teki silang (mots croisés) dan yang diajar dengan menggunakan
media buku teks (méthode) Le Mag, ditolak.
Ha : μ1 ≠ μ2 : Terdapat perbedaan prestasi belajar dalam keterampilan berbicara
bahasa Prancis pada siswa antara yang diajar dengan menggunakan media
permainan teka-teki silang (mots croisés) dan yang diajar dengan
menggunakan buku teks (méthode) Le Mag, diterima.
49
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap Pra Eksperimen
Sebelum eksperimen dilakukan terlebih dahulu melakukan observasi lapangan,
kemudian mententukan sampel penelitian yang bersumber dari populasi.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling
atau sampel acak sederhana. Pengambilan sampel tersebut bertujuan untuk
mendapatkan atau menentukan manakah yang akan menjadi kelas eksperimen
dan kelas kontrol penelitian, dan diperoleh kelas XI Jasa Boga 1 berjumlah 30
siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas XI Akomodasi Perhotelan 1
berjumlah 32 siswa sebagai kelas kontrol. Serta menyiapkan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) dan materi pada kelas eksperimen dan kontrol.
2. Tahap Eksperimen
a. Pretest (Tes Awal)
Pretest merupakan tahap awal sebelum eksperimen dilakukan. Tes ini
diberikan kepada siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes tersebut
berisi tentang instrumen atau soal yang telah disusun oleh peneliti dan tes ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Hasil pretest ini berguna
sebagai bahan perbandingan dengan hasil posttest setelah diberikan perlakuan
atau treatment.
b. Treatment (Perlakuan)
Setelah dilakukan pretest, tahap berikutnya adalah pemberian perlakuan
(treatment) yang bertujuan sebagai pengambilan dan pengumpulan data.
Adapun data diperoleh melalui perlakuan atau treatment dengan media
permainan teka-teki silang (mots croisés) pada kelas eksperimen dalam proses
50
pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis. Pelaksanaan penelitian
ini diadakan selama 4 kali pertemuan, yaitu 1 kali pertemuan sebelum
pemberian perlakuan (treatment) pada kelas eksperimen dan kontrol yakni
untuk pretest kemudian 2 kali pertemuan untuk pemberian treatment atau
perlakuan dan 1 kali pertemuan setelah pemberian perlakuan untuk posttest
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol juga mendapat materi yang sama yang
diambil dari buku modul atau méthode dan beberapa sumber dari internet yang
relevan. Setiap materi yang diberikan akan dilengkapi dengan aplikasi media
permainan teka-teki silang (mots croisés) pada kelas eksperimen supaya dapat
meningkatkan prestasi belajar dalam keterampilan berbicara bahasa Prancis
siswa.
c. Posttest (Tes Akhir)
Setelah diberikan perlakuan tahap selanjutnya adalah pemberian tes akhir atau
posttest. Tes yang diberikan dalam posttest adalah tes yang sama dengan yang
diberikan pada pretest. Pemberian posttest ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan hasil belajar pada penggunaan media permainan teka-teki silang (mots
croisés) dalam keterampilan berbicara bahasa prancis siswa kelas XI SMKN 3
Bandar Lampung.
3. Tahap Pasca Eksperimen
Tahap ini merupakan tahap akhir eksperimen atau tahap penyelesaian. Pada
tahap ini hasil pretest dan posttest akan dianalisis dengan menggunakan
perhitungan statistik, dengan menggunakan bantuan program SPSS 19.0 for
windows, dan hasil perhitungan tersebut berguna untuk menjawab hipotesis
penelitian sehingga dapat diketahui hasilnya.
73
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data, uji hipotesis penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Terdapat perbedaan
prestasi belajar keterampilan berbicara bahasa Prancis yang signifikan antara yang
diajar dengan menggunakan media permaianan teka-teki silang (mots croisés) dan
yang menggunakan media buku teks (méthode) Le Mag pada siswa kelas XI SMK
Negeri 3 Bandar Lampung.
Hal ini dapat dilihat dari rerata pretest kelas eksperimen sebesar 64,80 dan rerata
pretest kelas kontrol sebesar 63,38 menunjukkan perbedaan nilai yang tidak
terlalu jauh. Sedangkan, pada hasil akhir dari rerata posttest kelas eksperimen
sebesar 74,66 lebih tinggi dari rerata posttest kelas kontrol yakni 65,69. Ini
menunjukkan adanya perbedaan perbedaan prestasi belajar dalam keterampilan
berbicara bahasa Prancis antara yang diajar menggunakan media permainan teka-
teki silang (mots croisés) dan menggunakan media buku teks (méthode), pada
kelas eksperimen yang mendapat perlakuan (treatment) dengan aplikasi teka-teki
silang (mots croisés) dan kelas kontrol yang tidak mendapat perlakuan.
74
Hal ini dibuktikan pula dengan hasil data bahwa, nilai thitung lebih besar dibanding
nilai ttabel (5,737 > 1,674) dengan taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian dari
data tersebut, aplikasi atau penerapan media permainan teka-teki silang mots
croisés ini semakin memperkuat adanya perbedaan prestasi belajar dalam
keterampilan berbicara yang cukup signifikan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di SMK Negeri 3 Bandar
Lampung, media permainan teka-teki silang (mots croisés) dapat dikatakan efektif
untuk digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis.
Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan antara kelas yang diajarkan dengan
media permainan teka-teki silang (mots croisés) dan kelas yang diajarkan dengan
menggunakan media buku teks atau méthode. Hasil yang didapatkan pada saat
posttest nilai siswa dari kelas eksperimen, yaitu kelas yang diajarkan dengan
media permainan teka-teki silang (mots croisés) memiliki nilai yang lebih tinggi
dari kelas kontrol. Hal ini dapat membuktikan bahwa penggunaan media
permainan teka-teki silang (mots croisés) mempunyai dampak yang cukup
signifikan terhadap pembelajaran.
Dari hasil penelitian ini, aplikasi media permainan teka-teki silang dapat
meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Prancis. Siswa merasa senang dalam
proses pembelajaran karena seperti sedang bermain dengan media teka-teki silang.
Selain itu guru juga dapat mengkombinasikan media permainan ini dengan media
ajar lain, sehingga proses pembelajaran tidak membosankan dan terkesan
monoton.
75
Selain memiliki kelebihan, terdapat sedikit kekurangan dalam penerapan media
teka-teki silang antara lain, dapat memancing gelak tawa dari jawaban yang
terdengar lucu, dan terkadang menimbulkan suara gaduh. Untuk mengatasi
kekurangan tersebut, guru harus mampu mengkondisikan situasi kelas dengan
baik. Salah satu caranya yaitu membuat siswa bekerja secara berkelompok,
memberikan setiap siswa atau kelompok permainan teka-teki silang, sehingga
mereka fokus kepada tugas dan kelompok masing-masing.
Manfaat yang dapat diambil dalam aplikasi atau penerapan media permainan teka-
teki silang dalam pembelajaran bahasa antara lain, bagi guru sebagai alternatif
dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis karena dapat
menciptakan suasana belajar yang lebih santai, menyenangkan dan dapat
membuat siswa aktif dalam proses belajar sehingga tujuan dan hasil pembelajaran
akan tercapai lebih baik.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan berdasarkan kesimpulan dan
implikasi di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut.
1. Bagi guru diharapkan dapat lebih selektif dalam menggunakan media yang
kreatif, inovatif dan efektif dalam proses pembelajaran, tidak hanya
menggunakan media buku teks saja. Kemudian guru diharapkan mampu
menerapkan media permainan teka-teki silang dalam pembelajaran
keterampilan berbicara khususnya bahasa Prancis supaya dapat
mempermudah mengingat kosakata yang telah dipelajari menggunakan
76
media permainan teka-teki silang (mots croisés) dan diterapkan pada
keterampilan berbicara. Namun akan lebih menarik apabila media
permainan ini dikombinasikan dengan gambar, media lain, dan metode
atau model pembelajaran lainnya.
2. Bagi siswa, diharapkan dapat lebih termotivasi, aktif, kreatif, dan
bersemangat dengan diterapkannya media permainan dalam pembelajaran
sehingga prestasi belajar siswa akan meningkat dan lebih baik lagi.
3. Bagi sekolah, diharapkan dapat menjadikan media permainan ini dapat
dijadikan sebagai referensi dalam variasi penggunaan media pembelajaran.
Penggunaan media yang tepat dapat mempermudah guru dalam
menyampaikan materi, dan siswa juga lebih mudah dalam memahami
materi ajar, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, referensi dan
bahan acuan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian yang serupa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Brown, H. D. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Jakarta:
Kedutaan Besar Amerika Serikat
Daryanto. 2013. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Handayani, Sri. 2010. Kata Teman Sebaya: Enseigner L’Intérculturel de Manière
Cooperative, dalam Le CECRL et La Persepective Actionelle dans
L’Enseignemnet du FLE en Indonésie. Bandung: UPI.
Haryono. 2013. Pembelajaran IPA Yang Menarik dan Mengasyikkan. Purworejo:
KEPEL Press.
Himber, Céline et al. 2006. Le Mag Méthode de Français. Paris: Hachette.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan sosial. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Iskandarwassid, Suhendar, D. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
_______________________. 2013. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Khalilullah. 2013. Media Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Larousse. 2010. Dictionnaire Larousse de Poche. Paris: Libraire Larousse.
Lehmann, Alise & Martin-Berthet, Françoise. 2000. Introduction à la lexicologie
Semantique et morphologie. Paris: Nathan Université.
Munadi, Yudhi. 2011. Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:
Gaung Persada Press.
Nababan, Sri Utari Subyakto. 2009. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Napitulu, Darmawan. 2014. Studi Validitas dan Reliabilitas. Depok.
Nurgiyantoro, Burhan dkk. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta:
BPFE.
Rey, et al. 2011. Le Robert de Poche Plus. Paris: Sejer.
Sadiman Arief, Raharjo R., dkk. 2011. Media Pendidikan: Pengertian,
Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendididkan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono. 2016. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuatitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Suharyanti. 2011. Pengantar Dasar Keterampilan Berbicara. Surakarta: Yuma
Pustaka.
Tagliante, Christine. 2005. L’évolution et Le Cadre Européen. Paris: CLE
Internasional.
Tagliante, Christine. 1994/1. La Classe de Langue. Paris: CLE international.
Tarigan, Guntur H. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Percetakan Angkasa.
_________________. 2013. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Percetakan Angkasa.
Tarigan, Guntur H. 2011. Pengajaran Kosakata. Bandung: Percetakan Angkasa.
Lustyantie, Ninuk. 2014. Kedudukan Mata Pelajaran Bahasa Prancis Dalam
Kurikulum 2013. Artikel disampaikan pada Seminar Nasional Bahasa
(Indonesia, Asing, dan Daerah) dan Sastra dalam Kurikulum 2013,
Universitas Negeri Jakarta, 12 Juni 2014.
Rantika dan Abdulah Faisal. 2015. Jurnal Penggunaan Media Teka Teki Silang
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II Pada Pembelajaran
Bahasa Arab Di Madrasah Ibtidaiyahnurul Iman Pengabuan Kabupaten
Pali. (Online), Volume 1, Januari 2015,
(http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/jip/article/view/522), diakses 27
April 2018.
Sari Permata, Kartika. 2017. Evaluasi Bahan Ajar Bahasa Prancis Le Mag
Sebagai Bahan Pembelajaran Mandiri Siswa Sekolah Menengah Atas.
(Online), Volume 4 No 2, October 2017,
(http://journal.uny.ac.id/index.php/jitp), diakses 7 Februari 2018.
Zulhana dan Usman, Misnawaty. 2017. Jurnal Keefektifan Model Pembelajaran
Berbasis Proyek Dalam Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Siswa
Kelas X Mia SMA Negeri 2 Sungguminasa, Makassar. (Online), Volume 1
No.1, Maret 2017, (http://ojs.unm.ac.id/eralingua/article/view/2984),
diakses 27 April 2018.
Situs Internet
http://erlinna.wordpress.com/2011/05/20/teka-teki-sebagai-mediapembelajaran/
http://www.niahidayati.net.manfaat-teka-teki-silang-sebagai-penambah-wawasan-
dan-mengasah-kemampuan.html. Diunduh pada tanggal 25 Januari 2018.