HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN
HIDUP LANSIA DI RW 05 KELURAHAN PASEBAN KECAMATAN SENEN
JAKARTA PUSAT
2014
THE CORRELATION BETWEEN FAMILY SUPPORT WITH
ELDERLY LIVING INDEPENDENCY IN RW 05
PASEBAN SUB-DISTRICT SENEN DISTRICT CENTRAL JAKARTA
2014
OLEH :
Elsa Anastasia Wulandari 1
Chatarina Indriati K. 2
Wilhelmus Harry Susilo 3
ARTIKEL ILMIAH
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Sint Carolus
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
JAKARTA
2015
1Mahasiswa STIK Sint Carolus
2Dosen Tetap STIK Sint Carolus
3Dosen Tidak Tetap STIK Sint Carolus
ABSTRAK
Peningkatan jumlah lansia mengakibatkan peningkatan rasio ketergantungan lanjut
usia sebesar 37,88%. Pemerintah membuat beberapa kebijakan untuk menurunkan angka
ketergantungan lansia dengan mengikutsertakan masyarakat dan keluarga, namun ada
beberapa masalah yang dialami lansia dalam keluarga yaitu penganiayaan emosi sebesar
97,73%, pengabaian sebesar 61,36% dan penganiayaan fisik sebesar 18,18%. Keluarga yang
seharusnya melindungi dan memberikan dukungan yang positif untuk meningkatkan
kemandirian hidup lansia justru membuat lansia tidak berdaya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian hidup lansia. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain deskriptif korelatif dan pendekatan cross
sectional. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner dukungan keluarga dan Indeks
Barthel. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling yang melibatkan 70 lansia.
Analisis data dilakukan univariat dan untuk bivariat menggunakan uji Kendal’s Tau b. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara dukungan emosional
(P=0,039), dukungan penghargaan (P=0,000) dengan kemandirian. Tidak ada korelasi antara
dukungan instrumental (P=0,828), dukungan informasi (P=0,055) dengan kemandirian. Tidak
ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga secara keseluruhan dengan
kemandirian hidup lansia (P=0,153). Penelitian ini merekomendasikan bagi pelayanan
kesehatan untuk membuat program kerja yang melibatkan keluarga dalam kegiatan lansia
untuk memotivasi dan meningkatkan kemandirian yang optimal.
Kata kunci: dukungan keluarga, kemandirian hidup lansia
ABSTRACT
An increasing number of elderly gives impact to increase the dependency ratio
37.88%. The government made some policies to reduce the number of elderly dependency
involving the community and family, but there are some problems experienced by the elderly
in the family, namely by 97.73% emotional maltreatment, neglect of 61.36%, and 18.18% of
physical assault. Families the supposed to protect and provide positive support to increase
the independence of elderly life, make elderly helpless. This study aimed to determine the
correlation between family support with elderly living independency. This research used
quantitative method with correlative descriptive design and cross sectional approach. Data
were collected by distributing questionnaires of family support and Barthel Indeks. The
sampling technique used was total sampling which was involving 70 elderly. Analysis of the
data was done univariate and for bivariate using Kendal’s Tau b test. Results of the study
indicated that there were significant correlations between emotional support (P=0.039),
awards support (P=0.000) with independency. There was no correlation between
instrumental support (P=0.828), information support (P=0.055) with independency. There is
no significant relationship between family support as a whole with elderly living
independency (P=0.000). The study recommends for health care to make project involving
family in the elderly’s activities to that motivate and improve their optimal independency.
Keywords: support families, elderly living independence
A. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba
menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua
(Azizah, 2011). Jumlah lansia secara global adalah 841 juta penduduk (World Population
Ageing. United Nations, 2013) dan lansia di Indonesia juga mengalami peningkatan yaitu
20,8 juta penduduk (Indeks Age Watch Global, 2013), khusus Jakarta sendiri jumlah lansia
mencapai 715.000 jiwa (Pos Kota News, 2012).
Lansia mengalami kemunduran secara fisik, psikologis dan ekonomi sehingga dapat
meningkatkan tingkat ketergantungan usia lanjut. Peningkatan rasio ketergantungan lanjut
usia tahun 2013 sebesar 37,88% (BPS, 2013). Hal ini menjelaskan bahwa tingkat
kemandirian lansia masih kurang.
Pada umumnya lansia di Indonesia tinggal bersama dengan keluarga, namun beberapa
lansia mendapatkan perlakukan yang tidak wajar seperti penganiyaan emosi sebesar 97,73%,
pengabaian sebesar 61,36%, penganiyaan ekonomi 31,82%, penelantaran 29,55%,
penganiyaan fisik sebesar 18,18%, dan penganiyaan seksual sebesar 13,64% (Rekawaty,
2007). Hal ini membuat pemerintah merumuskan berbagai program dengan melibatkan
keluarga, masyarakat dan lembaga dalam menunjang derajat kesehatan dan mutu kehidupan
lansia. Peran keluarga diharapkan dapat memberikan 5 elemen dukungan yaitu dukungan
emosional, instrumental, penghargaan, dan informasi sehingga dapat meningkatkan
kesehatan, kemandirian dan kesejahteraan hidup lansia.
RUMUSAN MASALAH
“Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian hidup lansia di
RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat Tahun 2014”.
TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui gambaran distribusi dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan
penghargaan, dukungan informasi, dukungan secara keseluruhan dari keluarga kepada
lansia
2. Mengetahui gambaran distribusi kemandirian hidup lansia
3. Mengetahui hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan kemandirian hidup
lansia
4. Mengetahui hubungan antara dukungan instrumental dengan kemandirian hidup lansia
5. Mengetahui hubungan antara dukungan penghargaan dengan kemandirian hidup lansia
6. Mengetahui hubungan antara dukungan informasi dengan kemandirian hidup lansia
7. Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga secara keseluruhan dengan kemandirian
hidup lansia
MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Puskesmas Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk program kerja yang melibatkan peran
keluarga dalam kegiatan lansia di Puskesmas Paseban. Hasil penelitian juga dapat
digunakan sebagai wacana dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai dukungan
keluarga bagi lansia.
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Dapat digunakan sebagai informasi kepada pengelola progam kesehatan lanjut usia
khususnya dalam perawatan lanjut usia di rumah, dalam upaya peningkatan perawatan
lanjut usia dengan melibatkan peran aktif keluarga.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai konsep keluarga
sehingga calon perawat terdidik dapat memberikan asuhan keperawatan yang melibatkan
peran keluarga sesuai dengan kebutuhan lansia.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi peneliti khususnya dalam
ilmu keperawatan lanjut usia tentang dukungan keluarga dengan kemandirian hidup lansia,
juga sebagai bahan masukan atau informasi untuk penelitian selanjutnya melakukan riset.
B. METODE PENELITIAN
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang
(cross sectional) dan deskriptif korelatif.
POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dalam penelitian ini yaitu keseluruhan lanjut usia yang berumur ≥ 60 tahun
sebanyak 70 lanjut usia.
Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling sebanyak 70 responden dengan
persyaratan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi :
1. Bersedia menjadi responden
2. Lansia yang berumur ≥ 60 tahun
3. Lansia yang tinggal bersama keluarga
4. Lansia yang bisa membaca dan menulis
5. Lansia berdomisili di RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat
b. Kriteria Eksklusi :
1. Lansia yang menderita dimensia
2. Lansia yang buta, bisu, tuli dan lumpuh
3. Lansia yang menderita skizofrenia
4. Lansia yang tinggal sendiri
5. Mengalami gangguan kesadaran saat dilakukan wawancara
TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN
Penelitian dilakukan di RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat.
Penelitian ini berlangsung selama bulan November-Desember tahun 2014.
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
1. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian dari
Institusi peneliti (STIK Sint Carolus) kepada kepala RW 05 Kelurahan Paseban
Kecamatan Senen Jakarta Pusat dengan menyampaikan maksud dan tujuan penelitian
2. Setelah mendapat izin, peneliti mencari informasi tentang responden yang memenuhi
kriteria yang akan diteliti. Kemudian, peneliti mencoba melakukan pendekatan kepada
responden tersebut guna menjalin hubungan saling percaya antara peneliti dan responden
3. Setelah calon responden ditentukan, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
serta manfaat penelitian kepada responden.
4. Peneliti akan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan penelitian
5. Peneliti memberikan surat permohonan menjadi responden, dan lembar persetujuan
menjadi responden untuk ditandatangani
6. Setelah itu responden, diberikan lembar kuesioner untuk dibaca dan diisi jawaban dari
pernyataan yang sudah dibuat peneliti
7. Responden diberikan kesempatan untuk meminta penjelasan apabila mengalami kesulitan
terhadap pernyataan yang diberikan
8. Peneliti melakukan observasi langsung terhadap kemandirian responden melakukan
aktivitas
9. Data dikumpulkan kembali kepada peneliti dan dikelompokkan sesuai variabel penelitian.
INSTRUMEN PENELITIAN
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
dukungan keluarga (dukungan emosioal, dukungan instrumental, dukungan penghargaan, dan
dukungan informasi) dan kemandirian Indeks Barthel
ANALISIS DATA
a. Analisis Univariat
Analisis statistik univariat deskriptif didasarkan jenis data yang dikelompokkan menjadi
data kategori. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Distribusi frekuensi dengan
skala ukur ordinal yang terdiri dari dukungan emosional, dukungan instrumental,
dukungan penghargaan, dukungan informasi, dukungan keluarga secara keseluruhan dan
tingkat kemandirian
b. Analisis Bivariat
Analisis statistik untuk membuktikan adanya hubungan antara dua variabel independen
dan dependen yaitu dukungan keluarga yang terdiri dari dukungan emosional, dukungan
instrumental, dukungan penghargaan, dukungan informasi, dukungan keluarga secara
keseluruhan dengan kemandirian hidup lansia. Uji statistik melalui SPSS 21dengan
menggunakan uji Kendall’s Tau-b dengan tingkat keeratan hubungan > 0,5 dan (Asymp
Sig) < 0,05
Rumus Kendall’s Tau
Keterangan:
S: Selisih antara jumlah data yang lebih besar dengan jumlah data yang lebih kecil
n: Jumlah data
Ʈ = n ( n – 1)
2S
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Distribusi Dukungan Keluarga
No. Dukungan Keluarga Baik Buruk
n (%) N (%)
1 Emosional 35 50.0 35 50.0
2 Instrumental 36 51.4 34 48.6
3 Penghargaan 36 51.4 34 48.6
4 Informasi 37 52.9 33 47.1
5 Dukungan Keseluruhan 36 51.4 34 48.6
Sumber: data primer diolah tahun 2014
Keluarga merupakan bagian utama yang berperan penting dalam ikatan emosi dan
bagian terdekat dengan lansia. Peneliti berasumsi bahwa mayoritas lansia di RW 05 dirawat
dan tinggal bersama dengan keluarga. Lansia yang tinggal bersama keluarga mendapatkan
dukungan emosional yang tinggi dalam bentuk perhatian, kepedulian dan kasih sayang.
Peneliti berasumsi bahwa lansia yang mendapatkan dukungan emosional rendah dipengaruhi
oleh pengetahuan keluarga yang masih kurang terhadap dukungan lansia dan kesibukan dari
keluarga yang bekerja. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan beberapa lansia
bahwa keluarga sibuk bekerja sehingga jarang memperhatikan lansia dan hampir tidak pernah
meluangkan waktu untuk liburan bersama.
Bentuk dukungan instrumental berdasarkan hasil observasi dan wawancara ditemukan
bahwa lansia RW 05 mendapatkan alat komunikasi, alat kesehatan, obat, uang, dan
kebutuhan makan dari keluarganya. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stres karena
individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi
(Andarmaryo, 2012). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu lansia yang
mengatakan bahwa keluarga memberikan uang sesuai kebutuhan lansia sehingga lansia tidak
perlu mencari pinjaman ke tetangga atau kerabat dan perasaan khawatir atau cemas dapat
teratasi dengan cepat oleh lansia. Hal ini lah yang menunjukan dukungan instrumental tinggi
sebanyak 36 responden (51,4%). Peneliti berasumsi bahwa lansia yang mendapatkan
dukungan instrumental rendah dipengaruhi oleh ketidakpekaan keluarga akan kebutuhan
lansia dan keterbatasan keluarga memberikan materi, sehingga beberapa lansia harus bekerja
untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Bentuk dukungan penghargaan keluarga yaitu menghargai keberadaan lansia didalam
keluarga dan dilibatkan langsung untuk mengambil keputusan didalam permasalahan
keluarga sehingga lansia yang mendapat dukungan ini merasa dirinya dihargai, dihormati,
diperhatikan dan dicintai. (Ninuk & Nursalam, 2007). Peneliti berasumsi bahwa rasa hormat
keluarga kepada lansia diungkapkan sebagai bentuk tanda terima kasih dan bentuk
penghargaan anak terhadap jasa orang tua yang sudah memberikan terbaik untuk hidup anak-
anaknya.
Peneliti berasumsi bahwa keluarga selalu memberikan informasi khususnya terkait
kesehatan lansia dan hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan informasi keluarga di
RW 05 sudah baik dengan nilai 37 responden (52,9%). Asumsi peneliti berdasarkan
pengamatan ialah dukungan informasi tinggi di RW 05 karena sumber informasi tidak hanya
berasal dari keluarga, melainkan tokoh masyarakat seperti kader RW 05 ikut serta
memberikan dukungan informasi. Hasil wawancara dengan salah satu lansia mengatakan
bahwa sering mendapatkan informasi mengenai perilaku dalam mengontrol tekanan darah
dan informasi kesehatan tentang diit makanan untuk lansia hipertensi.
Azizah (2011) mengungkapkan bahwa dukungan keluarga sangat diperlukan oleh
lansia sebagai penyokong/penopang kehidupannya. Bomar (2004) menjelaskan bentuk
dukungan keluarga terdiri dari dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan
penghargaan dan dukungan informasi. Peneliti berasumsi bahwa lansia yang mendapatkan
dukungan keluarga secara keseluruhan baik dikarenakan mayoritas lansia tinggal bersama
Sumber: data primer diolah tahun 2014
dengan keluarga. Lansia merasa nyaman dan aman tinggal bersama dengan keluarga sendiri.
Lansia merasa dirinya berharga karena dihormati didalam keluarga dan masyarakat. Lansia
juga merasa bahagia karena keluarga selalu memberikan perhatian dan kasih sayang
meskipun lansia harus bekerja di usia lanjut guna memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri.
Kemandirian lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor antara lain kebutuhan,
percaya diri dan dukungan sosial khususnya dari keluarga (Nita, 2011). Hasil wawancara
dengan salah satu responden mengatakan bahwa dirinya tidak ingin bergantung pada keluarga
sehingga lansia berusaha untuk tetap mandiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hasil
observasi peneliti saat di posyandu, para lansia aktif mengikuti kegiatan senam dan
penyuluhan. Hasil wawancara dengan beberapa lansia mengatakan bahwa mereka aktif
diberbagai kegiatan sosial seperti pengajian, dan kerja bakti. Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori Wold (2012) yang menjelaskan mengenai teori aktivitas yaitu lansia yang sukses
adalah lansia yang mandiri dan aktif diberbagai kegiatan sosial.
No Tingkat Kemandirian Frekuensi Persen (%)
1 Ketergantungan Total 2 2,9
2 Ketergantungan Berat 12 17,1
3 Ketergantungan Sedang 18 25,7
4 Ketergantungan Ringan 9 12,9
5 Mandiri 29 41,4
Total 70 100,0
Tabel Distribusi Tingkat Kemandirian
Sumber: data primer diolah tahun 2014
Tabel Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Hidup Lansia Di
RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat 2014
Dukungan
Keluarga
Tingkat Kemandirian
Ketergantungan Total
Ketergantungan Berat
Ketergantungan Sedang
Ketergantungan Ringan
Mandiri Nilai R
(P Value)
Emosional
Baik 1
(2,9%)
4
(11,4%)
9
(25,7%)
1
(2,9%)
20
(57,1%) 0,220
(0,039) Buruk
1
(2,9%)
8
(22,9%)
9
(25,7%)
8
(22,9%)
9
(25,7%)
Instrumental
Baik 1
(2,8%)
7
(19,4%)
9
(25,0%)
4
(11,1%)
15
(41,7%) -0,024
(0,828) Buruk
1
(2,9%)
5
(14,7%)
9
(26,5%)
5
(14,7%)
14
(41,7%)
Penghargaan
Baik 1
(2,8%)
3
(8,3%)
6
(16,7%)
3
(8,3%)
23
(63,9%) 0,395
(0,000) Buruk
1
(2,9%)
9
(26,5%)
12
(35,3%)
6
(16,7%)
6
(16,7%)
Informasi
Baik 1
(2,7%)
5
(13,5%)
8
(21,6%)
3
(8,1%)
20
(54,1%) 0,204
(0,055) Buruk
1
(3,0%)
7
(21,2%)
10
(30,3%)
6
(18,2%)
9
(27,3%)
Dukungan
Keseluruhan
Baik 1
(2,9%)
5
(14,3%)
9
(25,7%)
1
(2,9%)
19
(54,3%) 0,156
(0,153)
Buruk 1
(2,9%)
7
(20,0%)
9
(25,7%)
8
(22,9%)
10
(28,6%)
DUKUNGAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN
Wandansari (2004) mengungkapkan bahwa bentuk dukungan emosional melibatkan
ekspresi dari empati, kasih sayang, kepedulian dan perhatian. Dukungan emosional dapat
memberikan perasaan aman, nyaman dan perasaan dicintai oleh keluarga. Hal ini didukung
dengan hasil wawancara terhadap responden yang mengatakan bahwa keluarga
memperhatikan lansia seperti mengingatkan lansia untuk kontrol kesehatan, makan teratur
dan mengikuti senam di posyandu. Peneliti berasumsi bahwa perhatian yang diberikan
keluarga menjadi motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan secara mandiri yang dapat
meningkatkan kesehatannya.
Dukungan emosional ini dapat membuat lansia termotivasi untuk hidup mandiri tanpa
merepotkan atau menjadikan beban untuk keluarga. Asumsi peneliti diperkuat oleh hasil
penelitian Khulaifah, Haryanto, Nihayati (2013) yang mengungkapkan bahwa salah satu
peran keluarga guna membantu kemandirian lansia adalah sebagai motivator. Keluarga yang
memberikan dukungan emosional membuat lansia memiliki motivasi untuk dapat melakukan
aktivitasnya semandiri mungkin.
DUKUNGAN INSTRUMENTAL DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN
Penelitian Khulaifah, Haryanto, Nihayati (2013) melalui Uji Chi Square menemukan
adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan
aktifitas sehari-hari (P = 0,048). Asumsi peneliti, adanya perbedaan hasil yaitu berdasarkan
hasil distribusi tingkat kemandirian ditemukan bahwa lansia di RW 05 mayoritas mandiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia di RW 05 ialah kebiasaan disaat usia
muda yang aktif dan mandiri, tuntutan kehidupan yang membuat lansia harus mandiri dan
dukungan sosial yang memotivasi lansia menjadi mandiri.
Hasil pengamatan peneliti menemukan salah satu keluarga yang memiliki asisten
rumah tangga. Asisten rumah tangga ini diberikan keluarga khususnya keluarga yang sibuk
dan jarang ada dirumah. Asisten rumah tangga bekerja untuk mengurus rumah dan memenuhi
kebutuhan lansia seperti merawat lansia, memasak, makan, mencuci, ataupun membersihkan
kamar. Hasil wawancara mengatakan adanya asisten rumah tangga membuat lansia merasa
ditemani dan tidak kesepian disaat keluarga sibuk bekerja ataupun sibuk dengan urusan yang
lain. Lansia juga mengatakan adanya asisten rumah tangga ini membuat lansia merasa santai
tanpa harus repot mengurus rumah.
Peneliti berasumsi bahwa pada dasarnya lansia di RW 05 dapat melakukan
aktivitasnya secara mandiri namun dukungan instrumental yang sudah keluarga berikan tidak
dapat memotivasi lansia meningkatkan kemandiriannya. Lansia merasa bahwa sudah tugas
keluarga mencukupi semua kebutuhan lansia sehingga tidak ada usaha dari lansia untuk
semandiri mungkin memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
DUKUNGAN PENGHARGAAN DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN
Peneliti berasumsi bahwa budaya Indonesia selalu menghormati dan menghargai
seseorang yang lebih tua didalam keluarga maupun masyarakat. Lansia dihargai
keberadaannya sebagai pengambil keputusan. Hal ini lah yang membuat konsep diri ataupun
rasa percaya diri lansia meningkat. Nita (2010) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kemandirian lansia adalah rasa percaya diri. Percaya diri didapatkan melalui
peran keluarga dan masyarakat yang memberikan dukungan penghargaan. Asumsi peneliti
didukung oleh Murodion (dalam penelitian Khulaifah, 2013) yang mengatakan bahwa di
Indonesia sudah menjadi budaya bahwa orang tua mempunyai peranan sangat penting
sebagai seseorang yang penuh pengalaman dan kebijakan, namun tidak jarang lansia merasa
tidak berharga dan tidak dibutuhkan lagi sehingga dukungan penghargaan penting bagi lansia
dalam mempertahankan konsep dirinya.
DUKUNGAN INFORMASI DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN
Penelitian Meirina (2011) mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara dukungan informasi keluarga dengan pemenuhan nutri lanjut usia (P = 0,440 > P =
0,05). Sebaliknya, jika dikaitkan dengan hasil penelitian maka peneliti berasumsi bahwa
informasi mudah didapatkan melalui keluarga, tetangga, tenaga kesehatan, media cetak dan
elektrolik namun belum tentu lansia dapat memilah informasi yang begitu banyak dengan
baik
Friedman (2010) menjelaskan bahwa keluarga dapat memberikan informasi tentang
terapi yang baik bagi lansia, fasilitas kesehatan yang baik, dan tindakan spesifik bagi individu
untuk melawan stressor. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun
informasi dan pemberi informasi. Selain keluarga, sumber informasi dapat melalui tenaga
kesehatan, tetangga, kerabat dan media cetak atau elektrolik. Dukungan informasi seperti ini
dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah lebih mudah.
Teori Friedman (2010) didukung oleh Havinghurts dalam teori aspek kemandirian
(Kristinawati, 2011) yang menjelaskan bahwa salah satu aspek kemandirian adalah aspek
intelektual. Aspek Intelektual yaitu kemampuan seseorang mengatasi masalah yang ada maka
peneliti berasumsi bahwa dukungan informasi yang baik dari keluarga maupun masyarakat
sangat penting bagi lansia dalam pemecahan masalah. Hasil wawancara lansia mengatakan
bahwa keluarga sibuk bekerja sehingga jarang memberikan informasi kesehatan. Lansia lebih
sering mendapatkan informasi dari kader, dan tenaga kesehatan. Hal inilah yang
menunjukkan hasil bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara dukungan informasi
yang diberikan keluarga terhadap kemandirian hidup lansia. Asumsi peneliti ialah hal ini
mungkin dikarenakan kurangnya pengetahuan keluarga terkait informasi kesehatan usia
lanjut, ketidakpedulian keluarga memberikan informasi kesehatan untuk usia lanjut, dan
kurangnya motivasi lansia bersikap aktif dan mandiri meskipun informasi yang diberikan
sudah cukup baik.
DUKUNGAN KELUARGA SECARA KESELURUHAN DENGAN TINGKAT
KEMANDIRIAN
Dukungan bagi lansia sangat diperlukan selama lansia sendiri masih mampu
memahami makna dukungan tersebut sebagai penyokong/penopang kehidupannya (Azizah,
2011). Peneliti berasumsi bahwa berdasarkan pengamatan ditemukan perbedaan teori
(Azizah, 2011). Asumsi peneliti yaitu lansia kurang memahami makna dukungan yang
diberikan keluarga. Lansia merasa dukungan yang diberikan keluarga seperti perhatian,
pemberian materi, penghargaan dan bantuan informasi adalah dukungan yang sudah
seharusnya anggota keluarga berikan kepada lansia sebagai bentuk tanggung jawab dan balas
jasa anak terhadap orang tua.
Asumsi peneliti ialah dukungan keluarga yang tinggi dapat dilatarbelakangi oleh
budaya yang ada, dimana jika ada anggota keluarga yang berusia lanjut harus dihormati,
dihargai, dan dibahagiakan. Bahkan dalam tuntutan agama, orang yang lebih muda dan sehat
dianjurkan untuk menghormati dan bertanggung jawab atas kesejahteraan orang yang lebih
tua ataupun menderita penyakit, khususnya anggota keluarga sendiri (Departemen Sosial
Republik Indonesia, 1997).
Dukungan keluarga yang rendah dapat dilatarbelakangi oleh pengetahuan keluarga
yang minim terkait kebutuhan lansia, ketidakpedulian keluarga dan kesibukan keluarga,
misalnya anak sibuk dengan aktivitas pekerjaan, ataupun sibuk dengan keluarga mereka
masing-masing.
Lansia di RW 05 mayoritas tinggal bersama dengan keluarga sehingga bentuk
dukungan emosional, instrumental, penghargaan dan informasi dapat tercukupi oleh keluarga.
Peneliti berasumsi bahwa lansia tidak memaknai dukungan yang diberikan keluarga sebagai
penyokong atau penopang kehidupan lansia melainkan dukungan yang keluarga berikan
dimaknai sebagai tugas dan kewajiban yang sudah seharusnya diberikan kepada lansia
sehingga dukungan keluarga secara keseluruhan tidak dapat memotivasi lansia melakukan
aktivitas semandiri mungkin.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Distribusi dukungan keluarga tertinggi dari 70 responden lansia di RW 05 yaitu
dukungan emosional sebanyak 35 responden (50,0%), dukungan instrumental sebanyak
36 responden (51,4%), dukungan penghargaan sebanyak 36 responden (51,4%),
dukungan informasi sebanyak 37 responden (52,9%), dan dukungan keluarga secara
keseluruhan sebanyak 36 responden (51,4%).
2. Distribusi tingkat kemandirian dari 70 lansia yang mengalami tingkat ketergantungan
total sebanyak 2 responden (2,9%), ketergantungan berat sebanyak 12 responden
(17,1%), ketergantungan sedang sebanyak 18 responden (25,7%), keterganttungan
ringan sebanyak 9 responden (12,9%), dan mandiri sebanyak 29 responden (41,4%).
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara dukungan
emosional (P=0,039), dukungan penghargaan (P=0,000) dengan kemandirian. Tidak ada
korelasi antara dukungan instrumental (P=0,828), dukungan informasi (P=0,055) dengan
kemandirian. Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga secara
keseluruhan dengan kemandirian hidup lansia (P=0,153).
SARAN
1. Bagi Puskesmas Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat
Tenaga kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan seperti penyuluhan mengenai
dukungan keluarga bagi lansia. Pendidikan kesehatan ini dapat diberikan kepada para
kader RW guna memberikan informasi mengenai pentingnya dukungan keluarga terhadap
tingkat kemandirian lansia, sehingga tenaga kesehatan yang mengadakan kegiatan lansia
dapat melibatkan peran keluarga. Selain itu, Tenaga kesehatan diharapkan dapat membuat
program kerja seperti diadakannya pelatihan untuk keluarga mengenai dukungan keluarga
yang baik untuk peningkatan kemandirian hidup lansia dan juga pelatihan yang berkaitan
dengan fisik, psikologis, dan sosial lansia guna meningkatkan kemandirian hidup lansia.
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Perawat keluarga diharapkan mampu menggerakkan dan memotivasi keluarga untuk
memberikan dukungan kepada lansia guna membantu peningkatan kemandirian hidup
lansia. Diharapkan perawat keluarga memberikan informasi kepada anggota keluarga yang
memiliki lansia di dalam rumah untuk memahami proses penuaan pada kelompok usia
lanjut yang ditandai dengan kemunduran fungsi kognitif, penurunan berbagai fungsi tubuh
dan perubahan psikologis. Hal ini diharapkan tugas tenaga kesehatan home care dapat
melibatkan keluarga sehingga perawatan lansia dirumah terlaksana dengan maksimal.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan memberikan mata kuliah keperawatan keluarga dengan
topik yang berhubungan mengenai dukungan keluarga seperti dukungan emosional,
dukungan instrumental, dukungan penghargaan dan dukungan informasi. Topik ini
berguna khususnya bagi perawat keluarga untuk melibatkan peran keluarga dalam
mengintervensi asuhan keperawatan yang sesuai dan selaras dengan kebutuhan dasar
lansia. Perawat keluarga juga harus berperan aktif dalam upaya sosialisasi tentang
berbagai penyakit yang mungkin dialami oleh lansia, dalam bentuk leafet, brosur, dan
media. Sehingga keluarga dapat memberikan dukungan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan lansia.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi peneliti
selanjutnya sehingga mampu melakukan penelitian yang lebih komprehensif disertai
instrumen yang lebih baik dan baku mengenai dukungan keluarga. Hubungan motivasi diri
dengan dukungan keluarga dalam meningkatkan kemandirian hidup lansia, menjadi
rekomendasi untuk peneliti selanjutnya.
E. DAFTAR PUSTAKA
Andarmayo, S. (2012). Keperawatan keluarga; Konsep Teori, proses, dan praktik
keperawatan. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Badan Pusat Statistik. (2013). Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta.
http://jakarta.bps.go.id/flip/statda2013/files/assets/basic-html/page15.html Diperoleh
11 Mei 2014
Departemen Sosial RI. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1997 tentang
kesejahteraan lanjut usia. 2002. Jakarta: Depsos RI
Friedman, M. M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: Riset, Teori dan Praktek. Jakarta:
EGC
Global Age Watch Index. (2013). Age Watch Report Card: Indonesia.
http://www.helpage.org/global-agewatch/population-ageing-data/country-ageing-
data/?country=Indonesia Diperoleh 11 Mei 2014
Global Age Watch Index. (2013). Global Ageing Data. http://www.helpage.org/global-
agewatch/data/global-agewatch-data/. Diperoleh 11 Mei 2014
Khulaifah, Haryanto, Nihayati. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian
Lansia dalam Pemenuhan Activitie Daily Living di Dusun Sembayat Timur
Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Surabaya: Universitas Airlangga.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/ijchncdd6438238abs.pdf diperoleh 1 januari 2015
Kristinawati, L. R. (2011). Pengaruh Tingkat Kemandirian Terhadap Kualitas Hidup Pada
Lansia di Posbindu Lansia Pergeri RW 02.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FKS1KEDOKTERAN/207311038/BAB%20IV.
pdf Diperoleh 29 Mei 2014
Meirina. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga, Karakteristik Keluarga dan Lansia dengan
Pemenuhan Nutrisi Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor Selatan.
Jakarta: FKUI. http://www.lib.ui.ac.id/file?file=digital/20281717-T%20Meirina.pdf
lib.ui.ac.id/file?file=digital/20281717-T%20Meirina.pdf diperoleh 12 Januari 2015
Ninuk, D & Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.
Jakarta: Salemba Medika
Nita, Y.R. (2010) Pengaruh Pendidikan Kesehatan Activities Daily Living (ADL) Lansia
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Keluarga di wilayah RW V Kelurahan Giriwono,
Kec.Wonogiri. Jurnal Keperawatan: Wonogiri
http://fabio.bapendik.unsoed.ac.id/index.php?r=artikelilmiah/view&id=7823
Diperoleh 10 januari 2015
Pos Kota News. (2012). Hak Lansia di Jakarta.
http://www.poskotanews.com/2012/05/21/hak-lansia-di-jakarta/. Diperoleh 02 Juni
2014
Rekawaty. E. (2007). Uji coba Model Pendeteksian Terhadap Penganiyaan Usia Lanjut di
Keluarga. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Wandansari. (2004). Jurnal Provitae. Jakarta: Yayasan Obor
Wold, Gloria. (2012). Basic Geriatric Nursing. St. Louis: Elsevier