UJIAN TENGAH SEMESTER
PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH “ Karya Tulis Ilmiah Konseptual ”
Diajukan untuk memenuhi ujian tengah semester mata kuliah Penulisa Karya Tulis Ilmiah
Dosen Pengampu : Andi Suhardiyanto, S.Pd, M.Si
Drs. Tijan, M.Si
Drs. Ngabiyanto,M.Si
Disusun Oleh
Nama : Aziz Zindani
NIM : 3301412021
JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
2
1. Pembelajaran dengan Fairytale sebagai Pelaksanaan Pendidikan
Karakter Meningkatkan Minat Siswa dalam Mata Pelajaran Pkn
2. LATAR BELAKANG MASALAH
Kementrian Pendidikan Nasional 2010 – 2014 telah mencanangkan penerapan
pendidikan karakter disekolah untuk seluruh jenjang pendidikan di Indonesia mulai tingkat
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai Perguruan Tinggi (PT) dalam sistem
pendidikan di Indonesia. Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter disemua
jenjang pendidikan tersebut maka sangat diperlukan kerja keras semua pihak, terutama
terhadap program – program yang berkontribusi besar terhadap peradaban bangsa yang
harus benar – benar dioptimalkan. Penerapan pendidikan karakter disekolah memerlukan
pemahaman tentang konsep, teori, metodelogi, dan aplikasi yang relevan dengan
pembentukan karakter dan pendidikan karakter. Pada implementasinya pendidikan
karakter masih berbanding lurus dengan meningkatnya angka kriminalitas dan dekadensi
moral dikalangan anak sekolah. Salah satu pembentukan karakter dapat melalui pendidikan
moral. Pendidikan moral bertujuan untuk menanamkan nilai moral dan norma yang baik,
meningkatkan, dan memperluas tatanan nilai keyakinan seseorang, meningkatkan kualitas
manusia, menangkal, memperkecil, dan meniadakan hal-hal yang negatif. Namun
realitanya peristiwa kriminalitas yang dilakukan oleh anak – anak sangatlah banyak tercatat
pada tahun 2012 mencapai 2.008 kasus kriminalitas dilakukan oleh anak. Seperti yang
diinformasikan oleh Puskominfo Bid Humas Polda Metro Jaya pada tanggal 12 Mei 2012
PUSKOMINFO - Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat
sebanyak 2.008 kasus kriminalitas yang dilakukan anak usia sekolah terjadi di
sepanjang kuartal pertama 2012. Jumlah itu meliputi berbagai jenis kejahatan
seperti pencurian, tawuran, dan pelecehan seksual yang dilakukan siswa SD
hingga SMA.
Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait mengatakan, angka kriminalitas
yang dilakukan anak usia sekolah cenderung meningkat setiap tahunnya. Dari
data yang diperoleh Komnas PA, pada 2010 terjadi 2.413 kasus kriminal anak
usia sekolah. Jumlah itu kemudian meningkat di 2011, yakni sebanyak 2.508
kasus.
Menurutnya, ada dua penyebab aksi kejahatan yang diperbuat anak usia
sekolah. Pertama adalah imitasi anak atas segala tindakan kekerasan yang
mereka lihat. Kedua, faktor pelepasan ekspresi yang tersumbat. Arist
mengungkapkan, sebagian besar anak cenderung meniru atas fenomena yang dia
lihat dan rasakan. Bila yang dilihat dan dirasakan adalah peristiwa yang baik,
mereka melakukan hal yang serupa dengan itu. "Tapi yang terjadi justru
sebaliknya, mereka kerap menyaksikan adegan kekerasan sehingga berperilaku
seperti itu juga," ujar dia.
3
Dia menambahkan, sebagian besar anak-anak melakukan imitasi atas
tayangan yang ada di televisi. Tayangan yang mayoritas menampilkan kekerasan
akan menanamkan suatu kebenaran akan kekerasan pada benak anak.
Sejumlah anak juga kehilangan ruang dan akses untuk melepaskan
ekspresinya. Akibatnya, mereka mengalami kebuntuan ekspresi yang positif dan
cenderung mengarah kepada tindakan yang tidak produktif.Misalnya, kata Arist,
karena sulit memperoleh akses untuk berekspresi, sejumlah anak berkumpul satu
sama lain. Kegiatan itu dapat menuntun mereka melakukan hal negatif seperti
balapan liar atau tawuran. "Karenanya semua pihak harus terlibat dalam
penyediaan ruang ekspresi itu seperti keluarga, masyarakat, sekolah dan
pemerintah," ujarnya.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Drs.
Rikwanto menambahkan, saat ini, pelaku kejahatan anak tetap diproses sesuai
undang-undang yang berlaku. Hanya saja, ruang tahanan mereka terpisah.
Pemeriksaan juga didampingi oleh orang tua.
"Tindak kejahatan yang dilakukan anak-anak tidak jauh berbeda dengan
orang dewasa. Tidak jarang melukai korbannya baik dengan senjata tajam
maupun benda lainnya," tutur Kabid Humas Polda Metro Jaya.
( Sumber : http://humaspoldametrojaya.blogspot.com/2012/05/2.html )
Melihat banyaknya kasus kriminal yang dilakukan oleh anak serta banyaknya
faktor yang menyebabkan rusaknya moral anak maka pendidikan karakter merupakan
suatu upaya pembimbingan perilaku anak agar mengetahui, mencintai, dan melakukan
kebaikan. Pendidikan karaker yang selama ini disandarkan pada mata pelajaran PKn seperti
apa yang telah tercantum dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional. Pendidikan kewarganegaraan yang ditekankan pada proses pembentukan
karakter yang berlandaskan Pancasila sangatlah mulia. Namun, dalam pelaksanaannya
banyak sekali penyimpangan terhadap Pancasila itu sendiri seperti praktik korupsi yang
menggila, banyaknya praktek kekerasan, kenakalan remaja dan masih banyak
permasalahan sosial lainnya. Melihat realita tersebut berarti pendidikan karakter yang
disalurkan kepada siswa kurang bisa diserap dan dipraktekkan oleh anak. Salah satu
penyebabnya adalah para guru yang sudah mengajar pendidikan karakter namun masih
seputar teori kurang inovatifnya metode yang digunakan belum ada aplikasi ke dalam
kehidupan. Penyebab inilah yang membuat peserta didik merasa bosan sehingga pelajaran
PKn yang didalamnya terdapat nilai – nilai Pendidikan Karakter tidak tersampaikan dengan
baik. Kebanyakan anak – anak tidak suka dengan pelajaran PKn , agar mereka suka dengan
pelajaran Pkn yang didalamnya terdapat Pendidikan Karakter maka metode belajar yang
aktif , inovatif kreatif yang sangat mendukung pengembangan karakter anak.
4
Berdasarkan latar belakang diatas, dalam tulisan ini akan dibahas mengenai salah
satu metode yang bisa dilakukan dalam pembelajaran Pendidikan Karakter yaitu
pembelajaran Pendidikan Karakter dengan fairytale (dongeng) sebagai salah satu upaya
meningkatkan minat anak terhadap pendidikan karakter demi terwujudnya Indonesia yang
berkarakter.
3. PERUMUSAN MASALAH
a. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan :
a. Urgensinya Pendidikan dalam pembangunan karakter
b. Penerapan belajar dengan fairytale (dongeng) dalam pembelajaran Pendidikan
Karakter anak.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka masalah yang akan dikaji adalah :
a. Apakah Urgensi pendidikan karakter dalam pembangunan karakter ?
b. Bagaimana cara Penerapan belajar dengan fairytale (dongeng) dalam pembelajaran
Pendidikan Karakter anak ?
4. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini ialah :
1. Mengetahui urgensi Pendidikan karakter dalam membangun karakter
2. Mengetahui cara penerapan belajar dengan fairytale (dongeng) dalam pembelajaran
Pendidikan Karakter anak.
5. KAJIAN TEORI
1. Pendidikan Karakter
a. Makna Pendidikan
Sebelum berbicara mengenai apa itu pendidikan karakter, terlebih dahulu
akan dilihat definisi dari pendidikan itu sendiri. Ada berbagai pengertian
pendidikan yang diungkapkan oleh sejumlah pakar pendidikan. Menurut Hasan
Langgulung “Pendidikan (education) dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa
Latin ‘educare’ berarti memasukkan sesuatu” (1994: 4). Dalam konteks ini, makna
pendidikan adalah menanamkan nilai-nilai tertentu ke dalam kepribadian anak
didik atau siswa. Driyarkara dalam jurnal yang ditulis Ali Muhtadi (2010:32),
5
mengemukakan “Bahwa pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk
memanusiakan manusia”. Pada konteks tersebut pendidikan tidak dapat diartikan
sekedar membantu pertumbuhan secara fisik saja, tetapi juga keseluruhan
perkembangan pribadi manusia dalam konteks lingkungan yang memiliki
peradaban. Sedangkan menurut Yahya Khan (2010: 1) “Pendidikan merupakan
sebuah proses yang menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, menata, dan
mengarahkan”. Pendidikan juga berarti proses pengembangan berbagai macam
potensi yang ada dalam diri manusia agar dapat berkembang dengan baik dan
bermanfaat bagi dirinya dan juga lingkungannya.
b. Makna Karakter
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 3) “Karakter adalah
watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai
landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak”. Menurut
Tadkiratun Musfiroh “Karakter mengacu pada serangkaian sikap perilaku
(behavior), motivasi (motivations), dan ketrampilan (skills), meliputi keinginan
untuk melakukan hal yang terbaik” (2008: 27). Menurut Megawangi dalam
buku Darmiyati (2004: 110) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai
“Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan
dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya”.
c. Makna Pendidikan Karakter
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 4) pendidikan
karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan dan karakter
bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter
sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius,
nasionalis, produktif dan kreatif. Sedangkan menurut Koesoema pendidikan
karakter merupakan nilai-nilai dasar yang harus dihayati jika sebuah
masyarakat mau hidup dan bekerja sama secara damai. Nilai-nilai seperti
kebijaksanaan, penghormatan terhadap yang lain, tanggung jawab pribadi,
6
perasaan senasib, sependeritaan, pemecahan konflik secara damai, merupakan
nilai-nilai yang semestinya diutamakan dalam pendidikan karakter (2007: 250).
Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku
yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga,
masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan
yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain pendidikan karakter
mengajarkan anak didik berpikir cerdas, mengaktivasi otak tengah secara alami.
6. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Definisi pendidikan karakter
Pendidikan karakter adalah perihal menjadi sekolah karakter, dimana sekolah
adalah tempat terbaik untuk menanamkan karakter menurut Thiomas Lickona. Adapun
proses pendidikan karakter itu sendiri didasarkan pada totalitas psikologis yang
mencangkup seluruh potensi individu manusia dan fungsi totalitas sosiokulturdal
dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat.
Berdasarkan totalitas psikologis dan sosiokultural pendidikan karakter dapat
dikelompokan sebagai berikut : (1) Olah hati, olah piker , olah rasa/karsa, dan olahraga.
(2)Beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani
mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotic. (3)Ramah,
saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis,
kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, banggua mengunakan bahasa dan
produk Indonesia, dinamis, kerja keras dan beretos kerja. (4) Bersih dan sehat , disiplin,
sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, deteminatif, kompetitif,
ceria, gigih, cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif,
berorientasi IPTEKS dan reflektif
Karakter suatu bangsa dapat diliat dengan dengan karakter warganya. Karakter
warganya atau watak dari warganya yang akan menjadi tumuan pada watak bangsa
untuk membangun karakter harus dipikirkan dengan kesungguhan: bagaimana cara
mendidik anak – anak disekolah agar selain menjadi pintar juga menjadi manusis yang
berwatak.
Pendidikan watak yang dikembangkan disekolah harus benar – benar
dijalankan dan diterapkan bukan hanya pada siswa saja melainkan pada guru dan
7
siswanya juga maka dari itu pendidikan karakter harus dibudidayakan disekolah
langkah – langkahnya begitu kompleks dan keterlibatan penuh antra siswa dan pengajar
harus baik. Ketika pendekatan yang dilakukan telah berjalan disekolah dengan baik ,
dimana upaya – upaya dalam membudayakan karakter telah dilakukan mka berikanlah
suau apresiasi bagi warga sekolah yang telah menunjukan keberhasilan di dalam
pendidikan karakter. Hal inilah yang membuat semangat tidak hanya kerja keras saja
namun apresiasi adalah suatu cara yang membuat semangat. Jika hal itu dilakukan
dengan baik maka karakter bangsa Indonesia akan menjadi the best character.
Upaya yang dilakukan untuk menuju Indonesia berkarater yaitu dengan
membenahi dari segi pendidikan. Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 di Bab
1 , Pasal 1, Ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari pengertian pendidikan itu
terdapat bahwa dalam pendidikan siswa dituntut aktif agar siswa dapat mngembangkan
potensi dirinya dan bagaimanakan suasana yang mendukung proses pembelajaran yang
berkarakter. Proses belajar inilah yang menuntut siswa lebih aktif dimana guru hanya
sebagai motivator, fasilitator bagi siswa bukan lagi sebagai sumber belajar yang
mutlak.
B. Urgensinya Pendidikan Karakter Anak
Dewasa ini banyak sekali kriminalitas yang terjadi di Indonesia baik para kaum
dewasa maupun anak – anak. Mencatat data layanan pengaduan masyarakat
melalui Hotline Service dalam bentuk pengaduan langsung, telephone, surat menyurat
maupun elektronik, sepanjang tahun 2011 KomNas Anak menerima 2.386 kasus. Sama
artinya bahwa setiap bulannya KomNas Anak menerima pengaduaan masyarakat
kurang lebih 200 (dua ratus) pengaduan pelanggaran terhadap hak anak. Angka ini
meningkat 98 % jika dibanding dengan pengaduan masyarakat yang di terima Komisi
Nasional Perlindungan Anak pada tahun 2010 yakni berjumlah 1.234 pengaduan.
Melihat peningkatan yang signifikan maka sangat diperlukan pembenahan kembali di
dunia pendidikan , yaitu pendidikan karakter. Memudarnya penghayatan dengan nilai
8
– nilai Pancasila yang membuat negeri ini terpuruk dalam segala bidang kehidupan,
baik ideology, politik, ekonomi, sosiologi budaya dan ketahanan dan keamanan.
Kondisi ini yang melanda pada setiapa lapisan mayarakat baik masyarakat bawah
maupun masyarakat kelas atas. Membangun karakter/ budi pekerti bangsa tidak mudah,
perlu proses yang panjang, waktu lama , biaya yang besar .
Urgensi dari Pendidikan karakter bangsa yang ditegaskan oleh beberapa tokoh
– tokoh negara Wakil Presiden RI, Boediono berkata bahwa “ Didalam Rencana Aksi
Nasional (RAN) pembangunan karakter Bangsa tahun 2010 – 2025, di dalam Ran harus
terlihat tema yang menegaskan mata rantai yang berkaitan satu sama lainnya sehingga
bersinergi dan mencapai sasaran dengan sumber daya yang optimal. (Dalam Majalah
Formula Vol. IV – Juni 2010) .Urgensi pembangunan karakter bangsa ditegaskan pula
oleh Mentri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh menyatakan bahwa Program
pembangunan karakter bangsa dilakukan secara menyeluruh dengan melibatkan
sejumlah kementerian. “ ini program kroyokan. Program ini bukan hanya penting tetapi
genting”. Dari berbagai pendapat yang telah diungkapkan oleh para tokoh – tokoh
negara maka urgensi pendidikan karakter sangat dibutuhkan di sekolah – sekolah untuk
kepentingan perkembangan karakter bangsa.
Pembangun karakter siswa di sekolah merupakan tanggung jawab bersama
warga sekolah melalui upaya secara menyeluruh (holistik) dan berkesinambungan.
Beberapa saran yang dilakukan untuk mengembangkan karakter secara berkelanjutan
adalah:
1. Melakukan umpan balik tentang kinerja guru di kelas khususnya dalam
mengembangkan karakter dengan menggunakan kerangka kerja secara menyeluruh;
2. Mensosialisasikan berbagai cara yang efektif melibatkan warga sekolah;
3. Memberikan reward kepada sekolah-sekolah yang berhasil mengembangkan
karaker di sekolah
4. Perlu ada terobosan baru dengan tetap menjadikan guru sebagai idola anak didiknya
5. Mencari variasi model-model pembelajaran, khususnya membiasakan relfeksi setiap
habis pelajaran tertentu.
9
Refleksi ini tujuannya mencari makna dan hikmah dari setiap materi pelajaran
yang sudah diajarkan. Jika semuanya berjalan dengan baik harapannya Indonesia
menjadi bangsa yang berkarakter.
C. Fairytale (Dongeng) Sebagai Salah Satu Cara Belajar Pendidikan Karakter
Seorang anak pasti lebih menyukai cara belajar yang menyenangkan dan berbeda
dengan yang lain yang hanya ceramah. Dalam pembelajaran kali ini seorang guru bukanlah
sumber belajar satu – satunya dalam hal ini sangat menghindari pedidikan gaya bank,
seorang guru tidak boleh hanya mendominasi kelas memberi umpan terus kepada siswa
tanpa memberi kesenpatan pada siswa agar siswa aktif, pemebeljaran yang seperti ini perlu
dihindari.
Memberi pelajaran pada anak – anak usia dini tidaklah mudah karena daya ingat
anak sangatlah kuat jadi jangan sampai seorang anak salah persepsi kepada apa yang dia
dengar dan lihat dan kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari – sehari, kalo apa yang
dia tangkap salah maka akan salah terus sampai ia dewasa sehingga sulit untuk dirubahnya.
Anak – anak suka dengan cara meniru , meniru tokoh – tokoh idola mereka dari berbagai
media seperti film, komik, kehidupan realita mereka, dan dari dongeng ataupun cerita –
cerita inspiratif. Salah satu hal yang disukai oleh anak – anak adalah dongeng. Tokoh –
tokoh dari dongeng ini yang bisa menjadi teladan untuk anak – anak. Belajar yang diselingi
dengan dongeng – dongeng seperti ini yang sering dinanti oleh anak – anak , agar tidak
membosankan dan anak lebih terinspirasi dari tokoh – tokoh yang ada di dalam dongeng –
dongeng tersebut. Jadi dalam belajar hal ini seorang guru memberikan sebuah dongeng
kepada siswa kemudian memotivasi siswa dengan dongeng tersebut bagaimana karakter
tokoh – tokoh yang ada didalam dongeng tersebut dan menyimpulkannya dengan harapan
siswanya meniru tokoh protagonisnya,
Berikut adalah salah satu contoh dongeng yang didalamnya terdapat kisah inspiratif
yang dapat dijadikan bahan ajar dalam penbelajaran Pendidikan Karakter “Kerja keras”
dan “ Jujur”. Kisah – kisah ini tidak hanya diterapkan di matapelajarn PKn tetapi dapat
juga terapkan dipelajaran PAI, Bahasa Indonesia dan lain – lain.
Adapun judul dari tulisan ini adalah kisah inspiratif yang ditulis oleh diosdas “ Sirih
Belanda”. Kisah ini sangat menyentuh , menggugah dan menginspirasi pembentukan
karakter kerja keras. Teks ini ada sedikit tambahan untuk memperkuat karakter tanpa
10
mengubah cerita asli dan substansi pesan moralnya berikut kisah “ Sirih Belanda dan
Persahabatan” yang dapat dijadikan bahan ajar pendidikankarakter diruang kelas.
“ Kisah Sirih Belanda dan Persahabatan dalam Karakter Kerja Keras dan Jujur”
Mila baru saja merenovasi rumahnya tiga bulan yang lalu. Dia memang
sangat ingin memiliki taman dibelakang rumahnya untuk dia bisa duduk – duduk
dipagi hari dan sore hari menikmati matahari dan kesegaran udara bebas. Mila
memang menyukai alam dan pecinta tanaman. Dia menanam dan merawat
berbagai tanaman. Kini, Mila baru bisa menikmati kenyamanan taman dibelakang
rumahnya
Pagi itu, Mila mengamati daun-daun sirih belanda yang menjulur
memenuhi taman kecil di belakang rumahnya. Daunnya yang menghijau dengan
semburat kuning di beberapa tempat sangat segar dipandang mata. Mila sungguh
tak menyangka tumbuhan itu akan bertahan hidup.
Beberapa waktu yang lalu, tumbuhan itu tertimbun bahan bangunan.
Tidak sekedar satu atau dua buah batu bata, tetapi setumpuk beton bongkaran
bangunan. Ya, ia harus merenovasi rumahnya. Akibatnya, beberapa tanaman
kesayangannya harus dikorbankan, termasuk sirih belanda yang kala itu masih
baru saja ditanamnya. Dia merasa sayang sebenarnya. Sirih belanda memang
tanaman yang tidak mahal. Dia bisa saja membelinya lagi. Namun, yang satu ini
berbeda. Sirih belanda itu hadiah dari sobatnya sendiri.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Ia sudah melupakan
kesedihannya kehilangan tanaman dari sahabatnya. Namun, di suatu pagi yang
cerah ia melihat keajaiban yang tak berani diharapkannya: sepucuk kecil sirih
belanda muncul dari sisa-sisa bahan bangunan. Betapa terkejutnya ia. Sirih
belanda itu ternyata tidak mati! Berikutnya, pucuk-pucuk kecil yang lain
bermunculan dari balik sisa bahan bangunan itu. Sampai hari ini sirih belanda itu
malah memenuhi taman kecil di belang rumahnya dan naik merambati tembok-
tembok belakang rumahnya. Sirih belanda itu memberi nuansa hijau yang segar
dengan semburat kuningnya yang cantik di taman.
Mila menghela napas. Sangat dalam. Sirih belanda pemberian
sahabatnya itu bertahan di bawah tekanan sisa bahan bangunan. Namun,
persahabatannya tidak.
Mila teringat ketika masa suram itu datang menimpanya. Ia diberhentikan
dengan semena-mena. Tidak hanya itu saja, ia juga dituduh dengan tuduhan
bermacam-macam: koruptor, pencuri, penghasut, dan lain sebagainya. Semuanya
itu karena ia tidak mau ikut-ikutan bermain kotor di kantornya. Ganjarannya
adalah pengucilan sampai dengan pemecatannya.
Saat itu adalah saat yang sangat gelap buatnya. Namun, yang lebih
membuatnya terkejut adalah ketika mendapati kenyataan bahwa orang-orang
yang dianggapnya sahabat ternyata tidak seperti yang diduganya. Sahabatnya itu,
ikut juga melempar batu kepadanya, ketika ia sedang jatuh terpuruk.
Mila merenung mengingat kembali saat-saat itu. Persahabatan itu
ternyata palsu. Ketika harus memilih antara persahataban dengan jabatan, orang
ternyata lebih memilih jabatan. Sahabatnya itu harus ikut-ikutan melempar batu
kepadanya, bila masih sayang dengan jabatannya.
Kenyataan di depannya itu telak menampar kepercayaannya selama ini.
Selama ini ia yakin, tidak mungkin hal-hal duniawi mengalahkan nilai-nilai
persaudaraan dan persahabatan. Ternyata, ia keliru. Bila disuruh memilih, orang
ternyata lebih suka pada pilihan pragmatis.
11
Mila kecewa, sangat kecewa, bahkan terpukul. Namun, dia tidak mau
terus terpuruk, dengan segala upaya, usaha dan kerja kerasnya. Ia bangkit
kembali.
Sekarang, bila sedang sendirian di taman belakangnya itu, mau tak mau
ia teringat kembali semuanya. Ia sudah kehilangan semuanya. Namun, rimbun
sirih belanda di sana seolah membisikkan sesuatu yang lain. Ia tak boleh
kehilangan semangat untuk berjuang. Seperti sirih belanda kecil yang tertimbun
bahan bangunan tapi tetap berjuang untuk terus tumbuh, ia juga akan terus
berjuang.
Sirih belanda itu sekarang tidak lagi membuatnya menangisi sahabatnya.
Sebaliknya, tumbuhan itu memberinya semangat baru. Semangat untuk terus
melanjutkan hidup dan bertumbuh. Jauh di lubuk hatinya, ia berterima kasih pada
mantan sahabatnya. Sirih belanda pemberian sahabatnya itu telah memberinya
setitik embun inspirasi kehidupan.
Sumber: http://diosdias.wordpress.com/category/kisah-inspiratif/
Langkah Pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1. Guru menggandakan cerita tersebut
2. Kemudian cerita tersebut dibacakan oleh para siswa satu persatu per alinea sampai
selesai
3. Setelah dibacakan cerita itu kemudian guru memfasilitasi diskusi dengan
memancing pertanyaan – pertanyaan kepada siswa. Seperti:
a. Apa yang terjadi dengan Mila dan sahabatnya?
b. Apa karakter watak yang dimiliki Mila?
c. Nilai karakter apa yang bisa didapatkan dari kisah diatas?
d. Apa yang kamu lakukan jika kamu jadi Mila?
e. Apa yang kamu lakukan jika kamu menjadi sahabat Mila?
4. Guru dan siswa menarik kesimpulan dari kisah ini dengan penguat karakter kerja
keras dan jujur, dimana siswa diminta membuat cerita pendek tentang pengalaman
hidupnya atau pengalaman orang lain yang dia tahu, dengan cerita yang menyentuh
dan menginspirasi orang lain.
Dari cerita diatas secara tidak langsung si anak dapat meniru mnerapkan watak
– watak tokoh itu dalam kehidupan sehari –hari. Dari cara ini guru dapat menanamkan
karakter – karakter yang baik yang ada dalam sebuah cerita kepada peserta didiknya.
Dengan cara seperti diharapkan siswa – siswa tidak bosan dengan pelajaran
PKn yang didalamnya diajarkan pula tentang Pendidikan Karakter.
12
6. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pendidikan karakter adalah perihal menjadi sekolah karakter, dimana sekolah
adalah tempat terbaik untuk menanamkan karakter. Adapun proses pendidikan karakter itu
sendiri didasarkan pada totalitas psikologis yang mencangkup seluruh potensi individu
manusia dan fungsi totalitas sosiokulturdal dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan
pendidikan, dan masyarakat. Pendidikan karakter yang erap kali ditanamkan dalam Mata
Pelajaran PKn yang kurang diminati oleh anak – anak dibandingkan dengan mata pelajaran
lainnya. Salah satu caranya yaitu dengan menerapkan pembelajaran melalui dongeng dan
kisah inspiratif guna menginspirasi anak dan harapannya anak akan meniru karakter –
karakter baik yang ada dalam cerita tersebut.
Saran
Didalam dunia Pendidikan saat ini yang mengacu pada kurikulum 2013 menuntut
siswa aktif, maka dari itu pembelajaran yang harus digunakan juga arus menarik, inovatif
dan kreatif agar siswa lebih bersemangat pembelajaran dengan dongeng ini salah satu
caranya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Muhammad Maswardi.2011.Pendidikan Karakter Anak Bangsa.Jakarta:Baduose
Media Jakarta.
Listyarti, Retno.2012.Pendidikan karakter dalam metode aktif, inovatif dan
kreatif.Jakarta:Esensi Erlangga Group
Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional
Diosdias.2012. Kisah Inspiratif.From http://diosdias.wordpress.com/category/kisah-
inspiratif/ (Diunduh tangal 2 Oktober 2013).
KomNasPa.2011.Catatan Akhir Tahun Komisi Perlindungan Anak. From
http://komnaspa.wordpress.com/2011/12/21/catatan-akhir-tahun-2011-komisi-
nasional-perlindungan-anak/ (Diunduh Tanggal 19 September 2013).
Puskominfo bid humas polda metro jaya.2012. 2.008 Kasus Kriminal Dilakukan Anak-anak.
From
http://humaspoldametrojaya.blogspot.com/2012/05/2.html (Diunduh tanggal 18
September 2013).