ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “N”
DENGAN HYPERBILIRUBINEMIA
DI RUANG 11 PERINATOLOGI RSSA MALANG
9 JANUARI 2012
Oleh:
TRI AJENG ANNISA AIRLANGGA
NIM. 0902100088
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MALANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT, karena hanya dengan kasih dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan Asuhan Kebidanan pada By. Ny.
“N” dengan hiperbilirubinemia di ruang 11 Perinatologi RSSA Malang 9 Januari
2012.
Dalam penyusunan tugas ini tentunya melibatkan berbagai pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung turut membantu dalam terselesaikannya asuhan
kebidanan ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Suprapti SST, M.Kes selaku Kaprodi DII Kebidanan Malang.
2. Ibu Erni Dwi W, SST, M.Kes, selaku Pembimbing Institusi
3. Ibu Rosdiana Mudji, Amd. Kep selaku Pembimbing Klinik
4. Seluruh kru ruang 11 Perinatologi RSSA Malang
5. Berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu
terselesaikannya asuhan kebidanan ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu,penulis
mengharapkan segala saran dan kritik yang membantu. Penulis berharap semoga
asauhan kebidanan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Malang, Januari 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada
sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama
kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60 %
bayi cukup bulan dan pada 80 % bayi kurang bulan.
Di Jakrta dilaporkan 32,19 % menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian
penderita dapat berbentuk fisiologis dan sebagian lagi mungkin bersifat patologik
yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian.
Karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapatkan perhatian, terutama
apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila kadar
bilirubin meningkat > 5 mg/dl dalam 24 jam.
Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung >1 minggu serta
bilirubin direct > 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang menunjukkan
kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan
ikterus harus dilakuakn sebaik-baiknya agar akibat buruk dari ikterus dapat
dihindarkan.
Berdasarkan fakta di atas maka penulis tertarik untuk membuat asuhan
kebidanan pada BY. Ny. “N” usia 6 hari dengan hiperbilirubinemia dengan
harapan setelah mendapatkan asuhan ikterus berkurang sampai hilang sehingga
dapat dihindarkan akibat buruk yang dapat dtimbulkan ikterus tadi.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan praktek klinik mahasiswa mampu melaksanakan asuhan
pada neonatus dengan hiperbilirubinemia dengan pendekatan manajemen
kebidanan.
2. Tujuan khusus
Setelah melakuakn praktik klinik, mahasisiwa dapat:
1) Melaksanakan pengkajian data pada neonatus dengan
hiperbilirubinemia
2) Mengidentifikasi masalah dan diagnosa pada neonatus dengan
hiperbilirubinemia
3) Membuat rencana asuhan tindakan
4) Melakukan tindakan asuhan sesuai dengan intervensi yang telah
direncanakan
5) Mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan untuk menentukan asuhan
kebidanan selanjutnya.
C. Metode Penulisan
1. Metode penulisan ini adalah data deskriptif dalam bentuk studi kasus
2. Teknik Penulisan data
a. Wawancara
Tanya jawab kepada keluarga mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
kesehatan anak untuk memperoleh data langsung
b. Pemerikasaan
Pengamatan langsung, pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi
c. Studi dokumentasi
Melalui catatan medik
d. Studi Kepustakaan
Melalui buku sumber/literature yang berhubungan dengan
hiperbilirubinemia
D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan dan Sistematika
Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
Berisi Landasan Teori dan konsep Manajemen Kebidanan
BAB III TINJAUAN KASUS
Berisi Pengkajian, Identifikasi Diagnosa/Masalah, Intervensi,
Implementasi dan Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
Berisi Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. KONSEP HIPERBILIRUBINEMIA
A. Pengertian
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubinemia
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kern
ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik.(Sarwono, 2002: 753)
Icterus adalah keadaan di mana terjadi penimbunan bilirubin lebih dari
5mg %. (Pediatri FKUB.2001:235)
Kern ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin
indirek pada otak terutama pada korpus striatum, thalamus, nucleus
subtalamus, hipokampus, nucleus merah dan nucleus pada dasar
ventrikulus IV.(Sarwono, 2002: 754)
Sebagian besar hiperbilirubinemia ini proses terjadinya mempunyai dasar yang
patologik
B. Batasan Ikterus Fisiologis
dan Patologik
1. Ikterus Fisiologis
Timbul pada hari ke 2-3
Puncaknya terjadi pada hari ke-5
Hilang pada hari ke 10-15
Peningkatan bilirubin < 5 mg %
Lab :
- Kadar bilirubin bayi aterm 12,5 mg %
- Kadar bilirubin bayi premature 10 mg %
- Bilirubin indirect < 1 mg %
Terjadi karena :
- Umur erytrosit lebih pendek
- Volume darah lebih banyak : 100 cc/kg BB
- Albumin << transportasi menurun
- Fungsi hati belum sempurna
2. Ikterus Patologik
Timbul hari pertama setelah hari ke-3
Menetap selama 2 minggu
Lab :
- Peningkatan bilirubin > 5 mg % per hari
- Kadar bilirubin bayi aterm > 12,5 mg %
- Kadar bilirubin bayi premature > 10 mg %
- Bilirubin indirect > 1 mg %
C. Etiologi
Penyebab ikterus pada neonatal dapat berdiri sendiri atau disebabkan oleh
beberapa faktor. Secara garis besar, etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi:
1. Produksi bilirubin yanhg berlebihan
Misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompeten Rh, ABO,
perdrahan tertutup dan sepsis
2. Gangguan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh immaturitas hepar, kurangnya
substrat konjugasibilirubin atau tidak terdapatnya enzim glukonil
transferase.
3. Gangguan transportasi bilirubin
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar
4. Gangguan dalam ekskresi
Dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar.
Waktu timbulnya ikterus juga mempunyai arti penting pula dalam diagnosis
dan penatalaksanaan penderita karena saat timbulnya ikterus mempunyai
kaitan yang erat dengan penyebab ikterus.
1. Bila Timbul pada Hari I (24 jam pertama)
Inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan darah lain
Infeksi intra uterine oleh Toxoplasma, Syphilis, virus atau bakteri yang
menunjukkan ikterus pada hari pertama.
Defisiensi enzim G6PD
2. Bila Timbul pada Hari II (24-72 jam sesudah lahir)
Ikterus fisiologis
Masih ada kemingkinan karena inkompatibilitas darah Rh, ABO atau
golongan darah lain jika kadar bilirubin cepat (melebihi 5 mg % per 24
jam)
Defisiensi G6PD
Polisitemia
Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan subaponeurosis,perdarahan
hepar subkapsuler,dll)
Hipoksia
Sferositosis, eliptosis,dll
Dehidrasi asidosis
Defisiensi enzim eritrosit lainnya
3. Bila Timbul Setelah 72 jam sampai Akhir Minggu Pertama
Septicaemia
Dehidrasi asidosis
Defisiensi G6PD
Pengaruh obat
Sindrom Criggler-Najjar
Sindrom Gilbert
4. Bila Timbul pada Akhir Minggu Pertama dan Selanjutnya
Obstruksi
Hipotiroidisme
Breast Milk Jaundice
Infeksi
Neonatal Hepatitis
Galaktosemia
D. Patofisiologi
Etiologi
Hiperbilirubinemia
Bilirubin direct tinggi Bilrubiin indirect tinggi
Hepatomegali Penumpukan bilirubin dlm otak
tinggi
Anoreksia Pot. Komplikasi kern - uterus
Intake nutrisi rendah gangguan neurologis
Perubahan Nutrisi Anak tdk mau minum kejang
letargy
Dehidrasi
Kerusakan integritas kulit Defisit Vol. cairan
E. Manifestasi Klinik
Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat segera dilihat setelah lahir atau
beberapa hari kemudian
Ikterus yang tampak tergantung penyebab, yaitu:
Gejala klinis yang tampak pada bayi dengan peningkatan kadar bilirubin
indirect, kulit tampak berwarna terang sampai jingga
Pada obstruksi empedu, kulit berwarna kuning terang sampai jingga
Selain warna kulit kuning, sering kali penderita hanya memperlihatkan
gejala minimal seperti:
Tampak lemah dan anoreksia
Anemia
Ptekie
Pembesaran lien dan hepar
Paerdarahan tertutup
Gangguan pernapasan, sirkulasi dan saraf
F. Penilaian Kadar Bilirubin
a. Secara laboratories
b. Secara klinis (secara Kramer)
Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan
menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna
karena pengaruh sirkulasi darah.
Rumus Kramer
Daerah/luas icterus Kadar bilirubin (mg%)
Daerah 1 (kepala dan leher) 5
Daerah 2 (daerah 1 + badan bagian atas) 9
Daerah3 (daerah 2 + badan bagian
bawah dan tungkai)
11
Daerah 4 (daerah 3 + lengan dan kaki di
bawah dengkul)
12
Daerah 5 (daerah 4 + tangan dan kaki) 16
G. Penanganan
Agak sulit untuk menentukan tingginya kadar bilirubin yang dianggap sebagai
batas yang berbahaya yang mengharuskan kita mengambil suatu tindakan
pencegahan. Kadar bilirubin yang berbahaya sangat tergantung pada saat
timbulnya akterus dan kecepatan peningkatan kadar bilirubin.
Dalam hal ini penting untuk pengamatan yang ketat dan cermat terhadap
perubahan peningkatan kadar bilirubin terutama yang kemungkinan besar
menjadi patologis.
Cara-cara untuk mencegah dan mengobati hiperbilirubinemia:
1. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin
Early feeding
Dengan pemberian makanan yang dini terjadi pendorongan gerakan
usus dan mekoneum lebih cepat dikeluarkan sehingga peredaran
enterohepatik bilirubin berkurang.
Pemberian agar-agar
Mekanismenya sama yaitu dengan mengurangi peredaran
enterohepatik
Pemberian fenobarbital
Dapat menurunkan kadar bilirubin indirect dalam serum bayi dengan
mengadakan induksi enzim mikrosoma sehingga konjugasi bilirubin
berlangsung lebih cepat.
Penyelidikan menunjukkan bahwa fenobarbital baik yang diberikan
sesudah anak lahir atau diberikan pada ibunya sebelum anak lahir,
dapat mencegah terjadinya ikterus fisiologik.
Pengalaman di RSCM Jakarta menunjukkan bahwa:
Pemberian fenobarbital untuk mengobati hiperbilirubin baru
menurunkan bilirubin serum yang berarti setelah penggunaan
selama 3 hari
Bayi premature lebih banyak memberikan reaksi daripada bayi
cukup bulan.
Dosisnya dapat diberikan 8 mg/kg BB sehari-hari mula-mula parenteral
lalu peroral. Keuntungannya dibanding terapi sinar adalah
pelaksanaannya lebih mudah namun harus menunggu paling kurang 3
hari untuk mendapatkan hasil yang berarti.
2. Mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik dan dapat
dikeluarkan dengan sempurna melalui ginjal dan traktus digestivus yaitu
melalui photo terapy
Dengan penyinaran, bilirubin dipecah menjadi dypirol yang kemudian
dikeluarkan melalui ginjal dan traktus digestivus. Hasil perusakan
bilirubin ternyata tidak toksik untuk tubuh dan dikeluarkan dari tubuh
dengan sempurna.
Mekanisme utama terapi sinar adalah fotoisomerisasi.
Sebaiknya dipilih sinar dengan spectrum 420-480 nm, sinar UV dicegah
dengan Plexiglas dan bayi jangan sampai kekurangan cairan. Kadar
bilirubin harus diperiksa setiap hari dan cegah bayi dari kepanasan.
Alat terapi sinar diletakkan 45 cm di atas permukaan bayi dan diberikan
selama 72 jam atau sampai kadar bilirubin mencapai 7,5 mg% dan selama
terapi sinar mata dan kelamin bayi ditutupi dengan bahan yang dapat
memantulkan sinar.
3. Transfusi tukar (Exchange Transfussion)
RSCM, transfuse tukar diberikan pada kasusu-kasus berikut ini:
Pada semua kasus ikterus dengan kadar bilirubin indirect >20mg%
Pada bayi premature dapat diberikan walaupun kadar albumin < 3,5
g/100ml
Pada kenaikan bilirubin indirect serum bayiu pada hari pertama (0,3-1
mg/jam)
Anemia berat pada neonatus dengan tanda-tanda dekompensasi kordis
Bayi menderita ikterus dengan kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan
coomb’s test langsung (+)
Penanganan ikterus neonatorum sangat bergantung pada:
Saat terjadinya ikterus
Kadar bilirubin serum
Jenis bilirubin
Sebab terjadinya ikterus
Oleh karena itu untuk mendapat penanganan yang baik, pengobatan dan
pemeriksaan yang perlu dilakukan pada hal-hal tersebut di atas:
1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
Pemeriksaan yang perlu dilakukan:
Bayi - kadar bilirubin serum dan kadar albumin
- pemeriksaan darah lengkap
- golongan darah (ABO, Rh)
- Coomb’s test (langsung dan tidak langsung dengan
titernya)
- Kadar G6PD
Ibu - Golongan darah
- Coomb’s test tidak langsung dengan titernya
Tindakan - Transfusi tukar bila telah dipenuhi syarat-syaratnya
- bila belum dipenuhi syaratnya, diberi terapi sinar dan
bilirubin diperiksa tiap 8 jam dan kalau kenaikan kadar
bilirubin tetap 0,3-1 mg perjam maka dilakukan transfuse
tukar
2. Ikterus yang timbul sesudah 24 jam pertama
Pemeriksaan bilirubin dilakukan hanya sekali selanjutnya pengawasan
klinik. Bila bayi tampak sakit dan ikterus dengan cepat menjadi berat
maka pemeriksaan dan tindakan harus dilakukan seperti pada ikterus hari
pertama
3. Ikterus sesudah hari keempat
Pemeriksaan harus ditujukan kea rah sepsis neonatorum, pielonefritis,
hepatitis neonatorum, toksoplasmosis.
Kemungkinan yang lain adalah pengaruh obat (sulfa/novobiosin) dan
defisiensi enzim eritrosit (G6PD)
Pemeriksaan laboratorium adalah kadar bilirubin serum, jenis bilirubin
dalam serum, biakan darah, biakan air kencing dan kalau perlu serologic
terhadap virus dan toksoplasmosis.
Pengobatannya:
- jika kadar bilirubin > 20mg% , transfuse tukar
- jika kadar bilirubin 10-15 mg%, diberi fenobarbital parenteral 6 mg/kg
BB/hari
- jika kadar bilirubin 15-20 mg%, diberi terapi sinar
II. KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN
1. Pengkajian
(tanggal…….,pukul….)
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama bayi : untuk memanggil, mengenal dan menghindari
kekeliruan
Umur : penting untuk identifikasi kapan atau usia berapa hari
bayi mengalami ikterus yang dapat digunakan untuk
memprediksi apakah termasuk ikterus fisiologis atau
patologis dan mempengaruhi terapi yang akan
diberikan
Tanggal lahir: untuk menghitung umur
Jenis Kelamin: untuk menghindari kekeliruan dan untuk membedakan
No. register : untuk hindari kekeliruan
Biodata orang tua
Nama : untuk memanggil, mengenal dan menghindari
kekeliruan
Agama : untuk mengetahui kepercayaan orang tua pada saat
memberikan asuhan atau bimbingan doa pada saat
menghadapi komplikasi atau kegawatan.
Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang penting
pada saat konseling
Pekerjaan : untuk mengetahui status ekonomi keluarga
Alamat : untuk mengetahui alamat orang tua jika sewaktu-waktu
ada masalah, bisa langsung menghubungi keluarga di
rumah.
2. Alasan masuk ruang perinatologi
Sebagian atau seluruh tubuh bayi ikterus sejak 24 jam pertama
kehidupan, 2-3 hari, 4-6 hari dan 6-10 setelah dilahirkan
Timbul gejala minimal yang menyertai ikterus seperti:
Tampak lemah dan nafsu makan menurun, anemia, ptekie,
gangguan pernapasan, gangguan sirkulasi dan gangguan saraf
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Penyakit-penyakit yang diderita klien
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya terkait dengan keluhan terkait dengan hiperbilirubinemia
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji anggota keluarga baik dari pihak ibu atau ayah yang
menderita penyakit seperti kencing manis dan penyakit kuning.
Kencing manis dikaji jika ibu menderita DM sewaktu hamil bisa
menyebabkan bayi terjadi hipoglikemia saat lahir yang dalam
metabolisme tubuhnya mengguankan metabolisme anaerob yang
memperberat kerja hati sehingga dapat timbul hiperbilirubinemia.
Penyakit kuning terkait dengan kemungkinan ikterusnya disebabkan
penularan perinatal seperti pada hepatitis A dan B
6. Riwayat kebidanan yang lalu
Mengkaji riwayat abortus, IUFD dan bayi kuning sebelumnya
7. Riwayat Kebidanan yang Lalu
Kehamilan :
Ibu dengan rhesus (-) dan ayah (+) dapat menyebabkan rhesus ibu
dan bayi tidak sesuai sehingga dapat timbul hemolisis
Ibu dengan DM kemungkinan bayinya besar dan terjadi hipoglikemia
yang menyebabkan gangguan fungsi hepar
Riwayat menggunakan obat-obatan/hormone yang mengurangi
kesanggupan hepar untuk mengadakan konjugasi bilirubin misal
penggunaan norobiosin
Ibu mempunyai penyakit rubella, hepatitis, cytomegalovirus, syphilis,
toxoplasma dan herpes yang mungkin terinfeksi intrauterine melalui
plasenta selama kehamilan.
Persalinan :
Pada persalinan preterm produksi albumin rendah sehingga
transportasi bilirubin ke hepar terganggu sehingga kadar bilirubin
indirect tinggi
Ekstraksi vakum dan trauma persalinan menyebabkan hemolisis
sehingga kadar bilirubin indirect tinggi
Ketuban pecah dini memungkinkan timbul infeksi
Bayi asfiksia menurunkan afinitas bilirubin terhadap albumin
BBL dan UK untuk kaji adanya BBLR akibat prematuritas atau
dismaturiatas
Nifas :
Menyusui yang kurang dapat timbul ikterus pada hari 6-10 kehidupan
bayi.
8. Riwayat nutrisi
Seperti yang disinggung sebelumnya bahwa nutrisi yang kurang dapat
menimbulkan ikterus pada hari 6-10 kehidupan bayi hal ini karena ASI
dapat mendorong usus dan menyebabkan bilirubin keluar lewat feses
dan urin lebih lancar.
B.Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik/ kurang/ cukup/ jelek
Kesadaran : compous mentis/apatis/somnolen/koma
TTV RR : terdapat gangguan pernapasan pada
hiperbilirubinemia
Suhu : 36,5 – 37,5 0C ; T > 37,5 0C menunjukkan infeksi
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : mungkin terdapat caput succedaneum, cephal hematum
jika terdapat trauma dalam persalinan atau partus tindakan.
Ubun-ubun mungkin cekung jika dehidrasi dan menonjol
jika terjadi komplikasi berupa kern ikterus
Muka : wajah pucat, ikterus dan cyanosis pada bayi hipoksia
Mata : sklera ikterus
Hidung : pernapasan cuping hidung (salah satu indicator RDS)
Mulut : kering/tdak, pecah-pecah/tidak (kaji dehidrasi),
kemampuan menghisap dan menelan mungkin turun pada
hiperbilirubinemia
Leher : kulit leher dapat ikterus
Dada : kulit dada dapat ikterus (Kramer derajat II), pernapasan
dapat normal, apnea dan dispnea, dapat timbul retraksi
pada RDS dan bunyi napas tambahan
Perut : perut dapat normal atau hepatomegali, bising usus
hipoaktif, distensi abdomen dengan gambaran usus yang
tampak pada dinding abdomen dan muntah campur
empedu merupakan tanda obstruksi intestinal.
Genetalia : identifikasi bayi aterm atau premature jika perempuan
labia mayora sudah menutupi labia minora atau belum dan
pada laki-laki testis sudah turun di skrotum atau belum.
Ekstrimitas : ikterus/tidak
Reflek moro menurun dan terdapat aktivitas kejang
dapat terjadi pada tahap kritis.
3. Pemeriksaan Penunjang
Bilirubin
Darah lengkap
Golongan darah ibu
Tes coomb’s darah tali pusat
Protein serum total
Glukosa darah
Retikulosit
II. Identifikasi Diagnosa dan masalah
Dx : By. Ny. “…” usia ….. dengan hiperbilirubinemia
Ds :-
Do : Dari inspeksi terdapat ikterus pada tubuh sesuai dengan luas derajat
pada rumus kramer
Kadar bilirubiun total ….. mg/dl dengan kadar bilirubin direct …
mg/dl dan kadar bilirubin indirect ….mg/dl
Masalah potensial
1. Potensial terjadi kekurangan cairan akibat foto terapi
Ds : -
Do : Advice dokter, akan dilakukan foto terapi jika hasil lab kadar
bilirubin tinggi
Kadar bilirubiun total pada 20 November 2006 20,08 mg/dl
dengan kadar bilirubin direct 1,76 mg/dl dan kadar bilirubin
indirect 18,32 mg/dl
2. Potensial terjadi gangguan integritas kulit akibat foto terapi
Ds : -
Do : Advice dokter, akan dilakukan foto terapi jika hasil lab kadar
bilirubin tinggi
Kadar bilirubiun total pada 20 November 2006 20,08 mg/dl
dengan kadar bilirubin direct 1,76 mg/dl dan kadar bilirubin
indirect 18,32 mg/dl
Turgor kulit bagus
III. Intervensi
Dx : By. Ny. “S” usia 3 hari dengan hiperbilirubinemia
Tujuan : Hiperbilirubinemia teratasi
K.H. : Setelah menjalani terapi, ikterus berkurang atau hilang
Kadar bilirubin normal yaitu < 10 mg/dl pada bayi premature
dan < 12,5 mg/dl pada bayi aterm.
Intervensi
1. Informasikan pada keluarga tentang kondisi
bayinya dan upaya terapi yang akan dilakuakan
R : Meningkatkan pengetahuan keluarga sehingga lebih kooperatif
terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Kolaborasi untuk memberikan foto terapi
R : Foto terapi menyebabkan fotooksidasi bilirubin pada jaringan
subkutan sehingga meningkatkan larut air bilirubin yang
memungkinkan ekskresi cepat bilirubin melalui feses dan urin
sehingga kadar bilirubin tubuh berkurang
3. Lindungi kelamin dan mata saat terapi
R : foto terapi dapat merusak retina dan konjungtiva serta testis yang
dapat berakibat infertilitas
4. Berikan hidrasi yang adekuat selama terapi
R : Foto terapi memungkinkan peningkatan hilangnya air melalui
evaporasi sehingga perlu hidrasi yang adekuat untuk cegah
dehidrasi
5. Monitor konsentrasi kadar bilirubin setelah foto
terapi
R : cek kadar bilirubin setelah foto terapi penting untuk memantau
adanya kern ikterus dan penurunan kadar bilirubin akibat foto
terapi.
Masalah Potensial
1. Potensial terjadi kekurangam cairan akibat foto terapi
Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi
K.H. : Kebutuhan minum terpenuhi, BB tetap atau naik, turgor kulit
baik, suhu tubuh tidak naik, input output cairan seimbang,
mata tidak cowong dan fontanella normal
Intervensi
1. Observasi tanda-tanda dehidrasi
R : Foto terapi memungkinkan kehilangan air yang banyak
melalui evaporasi sehingga dapat timbul dehidrasi
2. Observasi input output cairan dan tingkatkan hidrasi oral sedikitnya
25 %
R : Peningkatan kehilangan air melalui feses dan evaporasi
memungkinkan dehidrasi
3. Observasi TTV terutama suhu
R : Fluktuasi perubahan suhu tubuh dapat terjadi sebagai respon
terhadap pemajanan sinar radiasi dan konveksi
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan cairan
perparenteral sesuai indikasi
R : Pemberian cairan perparenteral diperlukan untuk
memperbaiki atau mencegah dehidrasi berat
5. Monitor berat badan
R : Berat badan merupakan parameter terjadinya
ketidakseimbangan cairan dalam tubuh
2. Potensial terjadi gangguan integritas kulit akibat foto terapi
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
K.H. : Tidak terjadi perubahan pigmen kulit menjadi coklat,
terbakar dan ruam
Intervensi
1. Observasi tanda-tanda kerusdakan integritas kulit
R : Foto terapi memungkinkan kehilangan air yang banyak
melalui evaporasi sehingga dapat timbul kerusakan integritas
kulit
2. Berikan hidrasi yang sesuai
R : Peningkatan kehilangan air menyebabkn turgor kulit kering
sehingga meningkatkn risiko kerusaklan integritas kulit oleh
jkarena itu perlu intake cairan yang intens
3. Jaga area tetap bersih dan kering
R : Dengan mempertahjankan hygiene selama terapi dapat
membantu mengurangi risiko kerusakan integritas kulit
IV. Implementasi
Mengacu pada intervensi
V. Evaluasi
Mengacu pada kriteri hasil
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal 12 Desember 2006, pukul 09.00 WIB
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama Bayi : By. Ny. “A”
Umur : 6 hari
Tanggal lahir : 7 Desember 2006
Jenis kelamin : laki-laki
No. register : 629212
Nama Ibu : Ny. “A” Nama ayah : Tn. “K”
Umur : 24 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : - Pekerjaan : Pedagang motor
Alamat : Jl. Permadi RT 8/RW 4 Penghasilan : Rp. 850.000,-
Polehan Malang
2. Alasan masuk ruang perinatologi
Berdasarkan catatan rekam medik, bayi lahir secara SCTP, tidak langsung
menangis, AS menit pertama 5 dan pada 5 menit pertama 7. BBL 1280
gram sehingga setelah lahir langsung masuk ruang perinatologi
3. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Berdasarkan catatan rekam medik, bayi mengalami asfiksia sedang sampai
tanggal 9 Desember 2006
4. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi mengalami ikterus seluruh tubuh kecuali tangan dan kaki (Kramer
derajat IV)
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang
Kehamilan
Ini merupakan anak yang pertama. Selama hamil mengkonsumsi vitamain
dan obat yang diberikan saat kunjungan hamil. Ibu periksa hamil di Bidan
5 kali. Selam hamil ibu tudak menderita penyakit seperti penyakit kning,
herpes, dan penyakit infeksi yang lain. Ibu juga tidak pernah menderita
penyakit kencing manis.
Persalinan
Persalinan tanggal 17 Desember 2006 pukul 08.45 WIB ditolong dokter
dengan seksio sesarea karena usia kehamilan kurang bulan (prematur).
Ketuban pecah pukul 08.40 WIB jernih, tidak berbau, bayi lahir laki-laki,
tidal langsung menangis. BBL 1280 gram.
Nifas
Setelah lahir bayi langsung dibawa ke ruang perinatologi sehingga ibu
belum menyusui sama sekali. Bayi diberi susu formula.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keturunan kencing manis dan penyakit kuning.
7. Riwayat nutrisi
a. Nutrisi
Bayi mendapatkan minum susu formula untuk BBLR yaitu S.BBLR
1/30 cc dengan frekuensi 10x10 cc
b. Istirahat
Bayi menghabiskan waktunya untuk tidur
c. Eliminasi
BAK : (+) kuning jernih
BAB : (+) kuning konsisitensi lembek
d. Personal hygiene
Bayi mandi 1 kali sehari, ganti baju dan popok tiap kali basah dan
sehabis mandi. Bayi diolesi minyak tipa kali habis mandi dan dilkukan
perawatan tali pusat dengan kasa.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : lemah
TTV Nadi : 140 x/menit
RR : 52 x/menit
Suhu : 36,80C
BB masuk : 1280 gram
BB sekarang : 2000 gram
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : kepala lebih besar daripada badan, ubun-ubun dan sutra
leboih lebar, tidak ada caput succedeneum ataupun cephal
haematom
Muka : Tidak pucat, kulit wajah ikterus
Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung.
Mulut : Tidak pucat, agak kering, kemampuan menghisap dan
menelan lemah
Leher : Ikterus
Dada : Kulit dada ikterus, putting terlihat samar, tidak ada ronchii
dan wheezing
Perut : Kulit abdomen ikterus, tali pusat berwarna kuning
kehitaman, kulit terlihat terbakar
Genetalia : testis belum turun ke skrotum
Ekstrimitas : Tidak ikterus, gerak aktif
3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 11 Desember 2006
Kadar bilirubin total 18,64 mg/dl dengan kadar bilirubin direct 0,7 mg/dl
dan kadar bilirubin indirect 17,94 mg/dl
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH
Dx : By. Ny. “S” usia 6 hari dengan hiperbilirubinemia
Ds : -
Do : Terdapat ikterus pada muka, leher, dada, perut, paha, lengan kecuali
tangan dan kaki
Pemeriksaan penunjang
Kadar bilirubin total 18,64 mg/dl dengan kadar bilirubin direct 0,7 mg/dl
dan kadar bilirubin indirect 17,94 mg/dl
Masalah potensial
1. Potensial terjadi kekurangan cairan akibat foto terapi
Ds : -
Do : mulut kering, turgor kulit kering, fontanela cekung
2. Potensial terjadi gangguan integritas kulit akibat fototerapi
Ds : -
Do : kulit terbakar, ruam pada kulit
III. Intervensi
Dx : By. Ny. “S” usia 6 hari dengan hiperbilirubinemia
Tujuan : Hiperbilirubinemia teratasi
K.H. : Setelah menjalani terapi, ikterus berkurang atau hilang
Kadar bilirubin normal yaitu < 10 mg/dl
Intervensi
1. Informasikan pada keluarga tentang kondisi bayinya dan upaya terapi yang
akan diberikan
R : Meningkatkan pengetahuan keluarga sehingga lebih kooperatif terhadap
tindakan yang akan dilakukan
2. Kolaborasi untuk memberikan foto terapi
R : Foto terapi menyebabkan fotooksidasi bilirubin pada jaringan subkutan
sehingga meningkatkan larut air bilirubin yang memungkinkan ekskresi
cepat bilirubin melalui feses dan urin sehingga kadar bilirubin tubuh
berkurang
3. Lindungi kelamin dan mata saat terapi
R : foto terapi dapat merusak retina dan konjungtiva serta testis yang dapat
berakibat infertilitas
4. Berikan hidrasi yang adekuat selama terapi
R : Foto terapi memungkinkan peningkatan hilangnya air melalui evaporasi
sehingga perlu hidrasi yang adekuat untuk cegah dehidrasi
5. Monitor konsentrasi kadar bilirubin setelah foto terapi
R : cek kadar bilirubin setelah foto terapi penting untuk memantau adanya
kern ikterus dan penurunan kadar bilirubin akibat foto terapi.
Masalah Potensial
1. Potensial terjadi kekurangam cairan akibat foto terapi
Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi
K.H. : Kebutuhan minum terpenuhi, BB tetap atau naik, turgor kulit baik,
suhu tubuh tidak naik, input output cairan seimbang, mata tidak
cowong dan fontanella normal
Intervensi
1. Observasi input output cairan dan tingkatkan hidrasi oral sedikitnya 25 %
R : Peningkatan kehilangan air melalui feses dan evaporasi
memungkinkan dehidrasi
2. Observasi TTV terutama suhu
R : Fluktuasi perubahan suhu tubuh dapat terjadi sebagai respon terhadap
pemajanan sinar radiasi dan konveksi
3. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan cairan perparenteral
sesuai indikasi
R : Pemberian cairan perparenteral diperlukan untuk memperbaiki atau
mencegah dehidrasi berat
2. Potensial terjadi gangguan integritas kulit akibat foto terapi
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
K.H. : Tidak terjadi perubahan pigmen kulit menjadi coklat, terbakar dan
ruam pada kulit
Intervensi
1. Berikan hidrasi yang sesuai
R : dehidrasi membuat turgor kulit jelek
2. Jaga lingkungan tetap bersih dan kering
R : Dengan mempertahjankan hygiene selama terapi dapat membantu
mengurangi risiko kerusakan integritas kulit
3. Ganti popok tiap kali basah
R : mencegah ruam pada kulit
IV. IMPLEMENTASI
Dx : By. Ny. “S” usia 6 hari dengan hiperbilirubinemia
1. Menginformasikan pada keluarga tentang kondisi bayinya dan upaya terapi
yang akan dilakukan yaitu bayi mengalami keadaan yang dinamakan
hiperbilirubinemia dengan tanda kulit bayi menjadi kuning akibat kadar
bilirubin yang tinggi dalam darah. Hal ini jika dibiarkan dapat menimbulkan
gangguan pada otak mulai dari kecacatan sampai kematian. Upaya yang bisa
dilakukan adalah dengan melakukan foto terapi.
2. Memberikan fototerapi. Fototerapi dilaksanakan selama 24 jam mulai tanggal
12 Desember 2006 pukul 19.30 WIB sampai tanggal 13 Desember 2006 pkul
19.30 WIB
3. melindungi kelamin dan mata saat terapi dengan menggunkan karbon ynag
dilapisi dengan kasa
4. Memberikan hidrasi yang adekuat selama terapi yaitu S>BBLR 1/30 cc
sebnayak 10 cc pada pukul 09.00 WIB dan 10 cc pada pukul 12.00 WIB
5. Memonitor konsentrasi kadar bilirubin setelah foto terapi
Masalah Potensial
1. Potensial terjadi kekurangan cairan akibat foto terapi
1. Mengobservasi input output cairan dan tingkatkan
hidrasi oral sedikitnya 25 %
2. Mengobservasi TTV antara lain HR 140 x/menit, RR
52 x/menit, suhu 36,80C
3. Memberikan cairan perparenteral sesuai indikasi yaitu
infus CN 10% sebnayak 9 tetes per menit
2. Potensial terjadi gangguan integritas kulit akibat foto terapi
1. Memberikan hidrasi yang sesuai dnagn kebutuhan
bayi yaitu dengan memberikan S>BBLR 1/30 cc sebanyak 10 cc pada
pukul 09.00 WIB dan sebanyak 10 cc pada pukul 12.00WIB
2. Menjaga area tetap bersih dan kering untuk
mengurangi resiko terjadinya gangguan integritas kulit
3. Mengganti popok tiap kali basah saat bayi BAB atau
BAK
V. EVALUASI
Tanggal 13 Desember 2006 pukul 11.00 WIB
Dx : By. Ny. “A” usia 7 hari dengan hiperbilirubinemia
S : -
O : KU cukup
HR 140x/menit
RR 58 x/menit
Inspeksi tubuh ikterus kecuali tangan dan kaki (Kramer IV) dan sekarang
sedang dilakukan foto terapi dengan mata dan kelamin tertutup
A : By. Ny. “A” usia 7 hari dengan hiperbilirubinemia
P : - lanjutkan intervensi foto terapi sampai 13 Desember 2006 pukul 19.30
- Terapi infuse CN 10 % 9 tetes/ menit
- ASI / PASI 10x10 cc
- Jaga bayi tetap bersih dan kering selama terapi
- cek bilirubin setelah foto terapi
Masalah potensial
1. Potensial terjadi kekurangam cairan akibat foto terapi
S : -
O : mulut sedikit kering, turgor kulit baik, fontanella normal, mata tidak
cowong
A : tidak terjadi dehidrasi
P : - lanjutkan intervensi terapi infus CN 10% 9 tetes
- observasi tanda-tanda dehidrasi
2. Potensial terjadi gangguan integritas kulit
S : -
O : tidak terjadi perubhana pigmen kulit seperti kulit menjadi coklat, kulit
terbakar dan timbul ruam
A : tidak terjadi gangguan integritas kulit
P : lanjutkan intervensi sampai foto terapi selesai
Catatan perkembangan
Tanggal 14 Desember 2006 pukul 12.00 WIB
Dx : By. Ny. “A” usia 8 hari dengan hiperbilirubinemia
S : -
O : KU cukup
HR 140x/menit
RR 48 x/menit
Suhu 36,60C
Inspeksi seluruh tubuh tidak ikterus
Hasil laboratorium
- bilirubin total 5,84 mg/dl (direct 1,55 mg/dl dan indirect 4,29 mg.dl)
- albumin 3,36
- direct coomb’s test –
A : Observasi bilirubin direct
P : - upayakan berjemur tiap pagi mulai pukul 8-9 pagi
- pertahankan hidrasi adekuat
- infus CN 10% 9 tetes permenit
- ASI/PASI 10x15 cc
Masalah potensial
1. Potensial terjadi kekurangam cairan akibat foto terapi
S : -
O : mulut lembab, turgor kulit baik, fontanella normal, mata tidak cowong
A : tidak terjadi dehidrasi
P : - pertahankan hidrasi yang adekuat sesuai anjuran
2. Potensial terjadi gangguan integritas kulit
S : -
O : tidak terjadi perubhaan pigmen kulit seperti kulit menjadi coklat, kulit
terbakar dan timbul ruam
A : tidak terjadi gangguan integritas kulit
P : pastikan kebersihan dan kekeringan lingkungan
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam BAB ini disajikan analisis penulis mengenai ada tidaknya kesenjangan
antara teori dan praktik yang ditemui di lapangan.
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. “A” usia 6 hari dengan
hiperbilirubinemia terdapat beberapa kesenjangan antara praktek dan teori. Adapun
kesenjangan itu adalah:
Penilaian kadar bilirubin dapat dilakuakn secara laboratories dan secara
klinis dimana pada kasus ini keduanya tidak saling mendukung.
Secara klinis, disebutkan bahwa menurut rumus Kramer luas ikterus
mencapai derajat IV yang terdiri dari kepala, leher, badan bagian atas,
badan bagian bawah dan tungkai, lengan dan kaki di bawah lutut
menunjukkan perkiraan kadar bilirubin ± 12 mg/dl
Secara laboratories didapatkan hasil kadar bilirubin total 18,64 mg/dl
dengan kadar bilirubin direct 0,7 mg/dl dan kadar bilirubin indirect 17,94
mg/dl.
Pada teori disebutkan manifestasi klinik dari hyperbilirubinemia adalah
anemia, petekia, pembesaran lien dan hepar, gangguan pernapasan,
gangguan syaraf tetapi pada Bayi Ny. “A” tidak terjadi hal-hal tersebut.
Menifestasi klinik yang ada hanya kulit berwarna kunung kecuali pad kai
dan tangan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam membuat dan menegakkan diagnosa diperlukan pengkajian data yang
lengkap baik data subjektif maupun data objektif termasuk juga data penunjang.
Dari data – data tersebut kemudian dipadukan dan disimpulkan masalah atau
diagnosa yang muncul baru kemudian ditentukan intervensi sesuai dengan
diagnosa atau masalah yang muncul tadi.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa
neonatus dengan hiperbilirubinemia membutuhkan penanganan yang tepat dan
cepat untuk menghindari akibat buruk yang dapat ditimbulkan oleh ikterus
tersebut.
Hal ini menjadi sangat essensial mengingat akibat yang ditimbulkan dapat brupa
gangguan yang menetap bahkan kematian.
B. Saran
Kepada nakes sebaiknya lebih memperhatikan kebutuhan nutrisi / hidrasi
neonatus terutama yang berisiko untuk yttimbulnya hiperbilirubinemia
(BBLR. Premature, ibu dengan DM, asfiksia dsb) begitu juga dengan
neonatus dengan hiperbilirubinemia yang menjalani foto terapi mengingat
sangat potensial untuk terjadinya dehidrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn, E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC
____________________. 2002. Buku Acuan Pela6yanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakrta : EGC
Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. IKA Jilid 2. Jakarta : Infomedika
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny “A”
DENGAN HYPERBILIRUBUNEMIA
DI RUANG 11 PERINATOLOGI RSSA MALANG
12 Desember 2006
MAHASISWA
MARDIA ASTANA
NIM. 0402100032
Mengetahui
Pembimbing institusi Pembimbing klinik
Elizabeth Soetarini D,S.ST Agustin Liestyoningsih, Amd.Keb
NIP :140 046 827 NIP. 140 132 413
Recommended