21
BAB 2
BAHAN, SUBJEK, DAN METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai sediaan obat uji, subjek uji dan disain
penelitian.
2.1 Bahan
Sediaan obat uji yang digunakan adalah kapsul yang mengandung 250 mg ekstrak
rimpang jahe merah dan 250 mg ekstrak buah mengkudu. Jahe merah yang
digunakan berusia empat bulan dan berasal dari Pangalengan sedangkan buah
mengkudu yang digunakan adalah buah yang hampir masak, berasal dari
Purwakarta. Morfologi rimpang jahe merah dan buah mengkudu terdapat pada
Lampiran A sedangkan hasil pemeriksaan karakteristik dan penapisan fitokimia
simplisia dan ekstrak terdapat pada Lampiran B dan Lampiran C.
2.2 Subjek Uji
Subjek uji adalah penderita TB paru yang berobat di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat (BKPM) Bandung dan di Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu
Bandung yang memenuhi kriteria inklusi. Sebagian penderita merupakan subjek
uji “Efektivitas Kombinasi Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale
Rosc. var. sunti Val.) dengan Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.)
sebagai Obat Komplementer Penanganan Tuberkulosis” yang dilakukan oleh
Surialaga (2006). Subjek uji yang ikut serta dalam penelitian ini menandatangani
Surat Pernyataan Persetujuan Untuk Ikut Serta dalam Penelitian (Informed
Consent) seperti yang terdapat pada Lampiran F.
Kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
a. Penderita dengan diagnosis TB paru baru secara klinis melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
b. Pemeriksaan secara mikroskopis terhadap 3 spesimen dahak SPS
menunjukkan sedikitnya dua dari tiga spesimen hasilnya BTA positif. Selain
itu, hasil rontgen dada menunjukkan gambaran TB aktif.
22
c. Laki-laki atau perempuan, berusia 18-55 tahun.
d. Melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium -Hb, leukosit, laju
endap darah, trombosit, glukosa darah, faal hati (SGOT, SGPT), dan faal
ginjal (kreatinin)- tidak ditemukan penyakit lain pada penderita.
e. Bersedia mengikuti penelitian ini dengan menandatangani informed consent.
Kriteria eksklusi adalah sebagai berikut:
a. Penderita dengan TB ekstra paru
b. Penderita penyakit diabetes melitus dan penyakit lain berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan laboratorium
c. Wanita hamil dan menyusui
d. Penderita yang menggunakan obat imunomodulator
2.3 Disain Penelitian
Penelitian ini merupakan uji klinis untuk membandingkan efek dua dosis
kombinasi ekstrak rimpang jahe merah dan buah mengkudu dengan plasebo.
Penelitian dilakukan dengan pengelompokan subjek secara acak, pengamatan
tersamar ganda dan placebo controlled.
Parameter yang diamati yaitu berat badan, keadaan umum, gejala klinis, kadar
hemoglobin (Hb), jumlah leukosit dan trombosit, laju endap darah (LED), apus
dahak BTA, SGOT, SGPT, kadar gula darah dan kreatinin, PT, serta APTT.
Uji klinis dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian oleh Komite Etik Penelitian
Kesehatan serta memperoleh rekomendasi kelayakan etik penelitian (ethical
clearance). Ethical clearance dapat dilihat pada Lampiran E.
2.3.1 Tempat Penelitian
Pemilihan subjek uji dan pemeriksaan radiologis dilakukan di Balai Kesehatan
Paru Masyarakat (BKPM) Bandung dan di Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu
Bandung sedangkan pemeriksaan spesimen dahak secara mikroskopis dan
pemeriksaan laboratorium dilakukan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat
23
(BKPM) Bandung, Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu Bandung dan di
Laboratorium Patologi Klinik RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung.
2.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan sejak bulan Agustus 2006 sampai dengan bulan Juli 2007.
2.3.3 Tata Cara Penelitian
Semua penderita mendapat terapi dengan regimen pengobatan selama 6 bulan
yaitu 2 bulan fase intensif dengan pemberian rifampisin, INH, etambutol, dan
pirazinamid ditambah vitamin B6 setiap hari (2RHEZ). Dilanjutkan dengan fase
lanjutan selama 4 bulan dengan pemberian rifampisin dan INH yang diberikan 3
kali dalam seminggu (4R3H3).
Obat antituberkulosis yang diberikan untuk penderita ini sesuai dengan paduan
obat antituberkulosis jangka pendek Program Nasional Pemberantasan TB Paru
kategori I yaitu pada fase intensif diberikan 450 mg rifampisin, 300 mg INH, 750
mg etambutol, dan 1500 mg pirazinamid setiap hari selama 2 bulan. Kemudian
fase lanjutan diberikan 450 mg rifampisin dan 600 mg INH, 3 kali dalam
seminggu selama 4 bulan.
Penderita yang memenuhi kriteria inklusi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
- Kelompok I (kelompok dosis I), selain mendapat OAT penderita diberi
kombinasi ekstrak rimpang jahe merah dan buah mengkudu (1:1) dengan
dosis 1 g sehari, setiap hari selama 2 bulan, dilanjutkan 3 kali dalam seminggu
dengan dosis yang sama selama 4 bulan.
- Kelompok II (kelompok dosis II), selain mendapat OAT penderita diberi
kombinasi ekstrak rimpang jahe merah dan buah mengkudu (1:1) dengan
dosis 0,5 g sehari, setiap hari selama 2 bulan, dilanjutkan 3 kali dalam
seminggu dengan dosis yang sama selama 4 bulan.
- Kelompok III (kelompok plasebo), selain mendapat OAT penderita diberi
plasebo satu kali sehari selama 2 bulan, dilanjutkan 3 kali dalam seminggu
selama 4 bulan.
24
Untuk menghindari interaksi antara obat uji dengan obat standar (OAT), diberikan
interval waktu selama 2 jam antara pemberian obat uji dengan obat standar.
Penderita yang diteliti pada penelitian ini sudah menjalani pemeriksaan:
- Klinis yang terdiri dari anamnesis meliputi gejala (scoring system: batuk,
batuk berdahak, batuk darah, sesak, panas badan, kurang nafsu makan) dan
pemeriksaan fisik (skor Karnofsky, berat badan).
- Pemeriksaan laboratorium yang meliputi Hb, leukosit, laju endap darah,
trombosit, glukosa darah, fungsi hati (SGOT, SGPT), fungsi ginjal (kreatinin),
dan waktu pembekuan darah (PT, APTT).
- Pemeriksaan spesimen dahak BTA tiga kali untuk diagnostik.
- Foto toraks PA (Postero Anterior)
- Kultur BTA
Semua subjek uji dievaluasi dengan cara sebagai berikut:
- Dilakukan pemantauan secara intensif setiap dua minggu selama dua bulan
(fase intensif). Obat diminum di depan pengawas minum obat yaitu seorang
anggota keluarga atau teman yang tinggal serumah.
- Semua penderita menjalani pemeriksaan rutin sebanyak satu kali setiap dua
minggu pada fase intensif dan selanjutnya setiap satu bulan sampai akhir bulan
keenam (fase lanjutan).
- Pemeriksaan dilakukan oleh dokter dan petugas Balai Kesehatan Paru
Masyarakat (BKPM) dan Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu Bandung.
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada setiap kunjungan yang
mencakup keluhan, adanya adverse events, dan pengukuran berat badan
selama dua bulan (fase intensif) dilanjutkan setiap bulan sampai akhir bulan
keenam (fase lanjutan).
- Pemeriksaan bakteriologis spesimen dahak ulang secara mikroskopis
dilakukan pada minggu ke-2, ke-4, ke-6, ke-8, ke-20 dan ke-24.
- Pemeriksaan laboratorium yang meliputi Hb, leukosit, laju endap darah,
trombosit, glukosa darah, SGOT, SGPT, kreatinin, PT dan APTT dilakukan
pada minggu ke-8 dan ke-24.
25
Tabel 2.1. Pemeriksaan Subjek Uji Selama Fase Intensif dan Lanjutan
Pemeriksaan terhadap Subjek Uji pada Minggu ke- Jenis Pemeriksaan 0 2 4 6 8 12 16 20 24
Anamnesis √ √ √ √ √ √ √ √ √ Pemeriksaan fisik √ √ √ √ √ √ √ √ √ Dahak BTA 3x √ √ √ √ √ √ √ Pemeriksaan laboratorium √ √ √ Foto rontgen √ √ √ Adverse events √ √ √ √ √ √ √ √ √ Komplikasi √ √ √ √ √ √ √ √ √
2.3.4 Batasan Operasional
a. TB Paru
TB paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura (selaput paru).
b. Kategori I
Kategori I adalah kategori pengobatan TB dimana penderitanya merupakan
penderita dengan:
- kasus baru TB paru BTA positif,
- kasus baru TB paru BTA negatif dengan kelainan luas di paru,
- kasus baru TB ekstra paru berat.
Penderita kategori I pada fase intensif selama 2 bulan mendapat Isoniazid (H),
Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E) disingkat 2HRZE dan
pada fase lanjutan sebanyak 3 kali seminggu selama 4 bulan mendapat
Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) disingkat 4H3R3.
c. Penderita TB Paru Kasus Baru
Penderita TB paru kasus baru adalah penderita TB paru yang belum pernah
diobati dengan OAT.
d. TB Paru BTA Positif
TB paru BTA positif ditentukan berdasarkan hasil penelitian spesimen dahak
dimana sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS memiliki hasil BTA
26
positif atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada
menunjukkan gambaran TB aktif.
e. Fase intensif
Fase intensif adalah fase awal ketika penderita TB mendapat OAT setiap hari
selama 2 bulan dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan
terhadap semua OAT terutama rifampisin.
f. Fase lanjutan
Fase lanjutan adalah fase setelah fase intensif dimana penderita mendapat
jenis obat lebih sedikit dalam jangka waktu yang lebih lama. Fase ini penting
untuk membunuh kuman persisten (dorman) sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.
g. Pemeriksaan sediaan dahak BTA
Pemeriksaan sediaan dahak BTA adalah pemeriksaan mikroskopis apus dahak
BTA dengan pengambilan spesimen dilakukan 3 kali dalam 2 hari kunjungan
yang berurutan yaitu dahak sewaktu (S) ketika penderita pertama kali datang,
dahak pagi (P) yang dikumpulkan pagi di rumah pada pagi hari kedua segera
setelah bangun tidur, dan dahak sewaktu (S) yang dikumpulkan pada hari
kedua saat penderita menyerahkan dahak pagi. Pembuatan apus dahak
dilakukan dengan metode Ziehl Neelsen sedangkan pembacaan hasil
pemeriksaan sediaan dahak dilakukan dengan menggunakan skala
International Union Againts Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD).
h. Pemeriksaan biakan
Pemeriksaan biakan adalah pemeriksaan spesimen dahak yang dibiakkan
dengan media Ogawa 3%. Pembacaan dilakukan setiap minggu. Koloni
tersangka yang merupakan koloni BTA berwarna kuning, permukaan kering
dan rapuh, bagian pinggir tepi tidak rata. Hasil dinyatakan negatif bila tidak
ada pertumbuhan dalam 8 minggu.
i. Diagnosis TB paru pada orang dewasa
Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya
BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan
dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS BTA
hasilnya positif. Apabila hanya satu spesimen yang positif perlu diadakan
27
pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS
diulang.
- Jika hasil rontgen mendukung TB, maka penderita didiagnosis sebagai
penderita TB BTA positif.
- Jika hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan dahak SPS
diulangi.
Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain,
misalnya biakan.
Apabila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif, diberikan antibiotik spektrum
luas (misalnya kotrimoksazol atau amoksisilin) selama 1-2 minggu. Bila tidak
ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TB, pemeriksaan
dahak SPS diulangi.
- Jika hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif
- Jika hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untuk
mendukung diagnosis TB
• Bila hasil rontgen mendukung TB, didiagnosis sebagai penderita TB
BTA negatif rontgen positif
• Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.
j. Sembuh
Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan pengobatan
secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow up) paling sedikit dua
kali berturut-turut hasilnya negatif (yaitu pada akhir pengobatan dan/atau
sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan follow up
sebelumnya).
2.3.5 Metode Analisis Data
Penelitian ini memerlukan analisis statistik yang dapat menguji efektivitas
pemberian kombinasi ekstrak rimpang jahe merah dengan ekstrak buah mengkudu
sebagai obat penunjang pada penanganan TB paru BTA positif. Analisis statistik
yang digunakan adalah uji statistik parametrik (uji t) dan nonparametrik (Mann-
Whitney, Kruskal Wallis, dan Friedman). Semua pengerjaan analisis data
menggunakan program SPSS versi 14.
28
2.3.6 Alur Penelitian
Alur penelitian adalah sebagai berikut:
Penderita baru yang berobat ke BKPM dan
R.S. Paru dr. Rotinsulu Bandung
Tidak Memenuhi kriteria Penderita inklusi? diekslusi
Ya
Informed consent
Pembagian kelompok
Tiap minggu Anamnesis ke-0, 2, 4, 6, 8, Pemeriksaan fisik 12, 16, 20, dan 24 Pemeriksaan berat badan Pemeriksaan sediaan dahak BTA 3x
Tiap minggu Pemeriksaan laboratorium ke-0, 8, dan 24 Foto toraks
Tiap minggu Pemberian OAT dan obat uji ke-0, 2, 4, 6, 8 untuk 2 atau 4 minggu 12, 16, dan 20
Analisis
Hasil