3
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Tentang Terumbu Karang
Hutan bakau, padang lamun dan terumbu karang merupakan tiga ekosistem
penting di daerah pesisir perairan tropika. Secara fisik hutan bakau mempunyai fungsi
sebagai penahan angin, erosi, bagi daerah pesisir. Akar-akarnya yang unik membantu
menahan lumpur sehingga mengurangi laju perlumpuran di ladang lamun dan terumbu
karang. Dan Hutan bakau adalah tempat berpijah dan daerah asuhan jenis-jenis hewan
penghuni terumbu karang dan ikan-ikan laut lepas. Diketahui bahwa ekosistem terumbu
karang dihuni oleh lebih dari 93.000 spesies, bahkan diperkirakan lebih dari satu juta
spesies mendiami ekosistem ini. Ekosistem terumbu karang yang sangat kaya akan
plasma nutfah ini, kendati tampak sangat kokoh dan kuat, namun ternyata sangat rentan
terhadap perubahan lingkungan.
Ekosistem terumbu karang ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor
lingkungan laut seperti tingkat kejernihan air, arus, salinitas dan suhu. Dalam tingkat
kejernihan air dipengaruhi oleh partikel tersuspensi antara lain akibat dari pelumpuran
dan ini akan berpengaruh terhadap jumlah cahaya yang masuk ke dalam laut, sementara
cahaya sangat diperlukan oleh zooxanthella yang fotosintetik dan hidup di dalam jaringan
tubuh binatang pembentuk terumbu karang.Dengan adanya struktur terumbu karang
yang unik memungkinkan terumbu karang menyediakan begitu banyak habitat bagi
hewan dan tumbuhan laut. Terumbu karang juga menjadi tempat memijah, membesarkan,
dan mencari makan bagi hewan-hewan laut.
4
2.1.1 Faktor – faktor Lingkungan pada Ekosistem Terumbu Karang
Faktor-faktor lingkungan yang berperan di dalam ekosistem terumbu karang
adalah suhu, kedalaman, cahaya, salinitas, sedimentasi, gelombang dan arus, serta
paparan udara terbuka. Perkembangan terumbu karang dipengaruhi oleh beberapa faktor
fisik lingkungan yang dapat menjadi pembatas bagi karang untuk membentuk terumbu.
Adapun faktor-faktor fisik lingkungan yang berperan dalam perkembangan terumbu
karang adalah sebagai berikut (Nybakken, 1993):
1. Suhu air >180C, tapi bagi perkembangan yang optimal diperlukan suhu rata-rata
tahunan berkisar antara 23 - 250C, dengan suhu maksimal yang masih dapat
ditolerir berkisar antara 36 - 400C.
2. Kedalaman perairan <50 m, dengan kedalaman bagi perkembangan optimal pada
25 m atau kurang.
3. Salinitas air yang konstan berkisar antara 30 - 360/00.
4. Perairan yang cerah, bergelombang besar dan bebas dari sedimen. Pecahan
ombak yang besar pada sisi yang terbuka (windward) suatu atol menciptakan
perkembangan pematang algae dan rataan terumbu. Pada daerah ini
perkembangan karangnya minimal. Sebaliknya pada sisi yang terlindung
(leeward), perkembangan pematang algae berkurang dan perkembangan karang
dominan. Terumbu karang tumbuh dan berkembang optimal pada perairan
bersuhu rata-rata tahunan berkisar 23 - 250C dan memiliki toleransi suhu sampai
36 - 400C. Salinitas 32-350/00 merupakan salinitas dimana terumbu karang dapat
bertahan hidup.
5
Faktor selanjutnya adalah cahaya dan kedalaman, faktor ini berperan penting
untuk kelangsungan proses fotosintesis oleh zooxantellae yang terdapat di jaringan
karang. Kecerahan berhubungan dengan penetrasi cahaya, kecerahan yang tinggi
membuat penetrasi cahaya menjadi tinggi. Tingginya penetrasi cahaya menyebabkan
produktivitas perairan menjadi tinggi. Paparan udara (aerial exposure) merupakan faktor
pembatas karena dapat mematikan jaringan hidup dan alga yang bersimbiosis di
dalamnya.
Faktor terakhir yang berperan di dalam ekosistem terumbu karang adalah
gelombang dan arus. Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang
besar dapat merusak struktur terumbu karang, sedangkan arus dapat berdampak positif
yaitu membawa nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan
zooxanthellae dan juga berdampak negatif yaitu menyebabkan sedimentasi di perairan
terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat pada kematian
karang
2.1.2 Karang adalah makhluk hidup
Walau kebanyakan karang itu keras dan tampak seperti batuan, karang adalah
makhluk hidup. Dan karang adalah hewan pembentuk utama terumbu karang. Karang
adalah sejenis hewan, meski umumnya diam tak bergerak, dan berbentuk seperti
tumbuhan. Struktur karang yang seperti pohon, piringan atau gundukan (dari puncak
hingga bagian dasarnya) disebut koloni. Setiap koloni karang dibangun oleh lusinan
hewan karang kecil yang disebut polip. Kebanyakan polip berukuran hanya sebesar
kepala jarum pentul atau koek api yang berbentuk seperti anemon laut kecil. Bagian
6
mulut polip terletak ditengah dan dikelilingi serangkaian tentakel, yaitu bagian tubuh
yang berfungsi menangkapa makanan, sementara ruang berongga di bagaian dalam polip
adalah bagian perut hewan karang ini. Polip membangun kerangka yang berbentuk
seperti cangkir sekeliling tubuhnya, yang terbuat dari kalsium karbonat (kapur) yang
diperoleh dari air laut.
Gambar 1. Bagan Polip
Sumber: LIPI, Kelautan dan Perikanan ( Lembaga Ilmu Pengetahuan)
Pertumbuhan koloni karang terjadi seiring pembelahan/pertunasan polip yang
menghasilkan polip-polip baru. polip-polip itu kemudian membentuk karang kapur yang
menjadikan koloni karang kokoh menghadapi hempsan ombak atau gelombang, sehingga
karang dapat menjadi tempat berlindung bagi beragam henis hewan laut. Namun sebelum
tumbuh dan membentuk kerangka kapur, larva polip akan mencari dasar perairan
(substrat) keras untuk menempel. Hal ini diperlukan karena seiring pertumbuhannya,
kerangka karang menjadi sangat berat sehingga perlu substrat yang kokoh agar tidak
rubuh. Hanya sedikit jenis karang yang hidup di kawasan berpasir atau berlumpur.
Misalnya saja, karang dari genus Fungia yang hidup bebas tidak menempel pada
substrat.
7
2.1.3 Sumber kehidupan karang: sinar matahari dan plankton
Bagaimana cara karang makan? Di sekeliling mulut polip karang terdapat
serangkaian tentakel. Umumnya, pada siang hari tentakel menutup, sedangkan pada
malam hari membuka bagaikan bunga-bunga kecil. Tentakel yang membuka dapat
menangkap organisme laut kecil yang mengambang di kolom peraiaran atau disebut
plankton. Sel-sel penyengat (nematocysts) pada tentakel bertugas melumpuhkan
plankton, yang kemudian masuk ke mulut polip melalui pergerakan tentakel. Makanan
yang diperoleh dengan cara itu menymbang sekitar satu per lima bagian energi yang
dibutuhkan karang. Sementara itu, empat per lima bagian yang dibutuhkan karang
besumber pada matahari. Di dalam jaringan kulit polip karang, hidup ribuan alga simbion
yang disebut Zooxanthellae. Zooxanthellae mengambil energi dari sinar matahari
(melalui proses fotosintesis) dan membagikan kepada polip karang, sehingga karang
seperti mempunyai lahan sawah kecil di permukaan tubuhnya yang menjadi sumber
makanannya. Selain itu, kehadiran Zooxanthellae memberi berbagai warna unik pada
karang. Bahkan, zooxanthellae turut membantu kerangka kapur melalui proses
fotosintesis. Pada saat fotosintesis, zooxanthellae mengambil zat kapur dari air laut, yang
kemudian dimanfaatkan oleh polip karang untuk membuat kerangka kapur.
Gambar 2. Sumber Kehidupan Karang Sumber: LIPI, Kelautan dan Perikanan ( Lembaga Ilmu Pengetahuan)
8
Oleh karena zooxanthellae penting bagi karang, dan sinar matahari merupakan
kebutuhan inti dari zooxanthellae, maka sangatlah penting bagi karang untuk
mendapatkan cukup sinar matahari. Perairan yang keruh akibat lapisan lumpur atau
sedimen dan jumlah rumput laut yang berlebihan di sekitar terumbu karang, menghalangi
masuknya sinar matahari dan akhirnya membunuh karang. Polip karang memang dapat
menghasilkan semacam lendir serta menggerakan tentakelnya sebagai upaya
membersihkan diri dari lumpur. Akan tetapi, pergerakan tentakel mulut polip biasanya
terhambat oleh lumpur.
Zooxanthellae akan meninggalkan tubuh polip karang menuju kolom perairan,
jika karang berada di bawah tekanan kondisi lingkungan yang buruk, seperti tingginya
suhu permukaan air, kadar air ataupun pencemaran. Akibatnya, karang akan berubah
warna menjadi putih unutk sementara waktu dan proses pertumbuhannya terhambat.
Peristiwa itu disebut pemutihan karang (coral bleaching).
2.1.4 Umur dan pertumbuhan karang
Karang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk tumbuh. Karang bercabang
tumbuh sekitar setengah hingga beberapa sentimeter per tahun, sedangkan diameter
karang merambat dan karang otak hanya bertambah beberapa milimeter setiap tahun.
Cabang sebuah karang memerlukan waktu sekitar 15 tahun untuk tumbuh, sedangkan
keseluruhan koloninya 30 hingga 50 tahun. Diketahui, karang otak yang tingginya 3
meter membutuhkan waktu lebih dari 1000 tahun untuk tumbuh.
Seiring pertumbuhan karang, akan berbentuk garis-garis melingkar pada
kerangkanya, seperti juga garis melingkar pada potongan melintang batang pohon. Garis-
9
garis melingkar dapat dilihat lebih jelas dengan cara memotong tipis kerangka karang
dan memotret potongan tersebut dengan sinar-X. Lapisan melingkar ini dapat digunakan
mengetahui usia karang serta laju pertumbuhan atau kemunduran pertumbuhan karang.
Mengingat umur dan banyaknya manfaat terumbu karang terhadap kehidupan laut
dan manusia, sudah selayakanya koloni karang dilindungi dan sedapat mungkin tidak
dirusak. Terumbu karang yang rusak karena akibat bahan peledak membutuhkan waktu
30 hingga 40 tahun hanya untuk kondisi setengah pulih. Terkadang potongan karang
dapat melukai koloni baru. Akan tetapi, apabila kerusakannya parah, ombal laut akan
menghempaskan potongan-potongan tersebut ke karang hidup dan menghancurkan
keduanya.
2.1.5 Bagaimana karang berkembang biak?
Gambar 3. Bagan karang berkembang biak Sumber: LIPI, Kelautan dan Perikanan ( Lembaga Ilmu Pengetahuan)
Reproduksi karang umumnya terjadi ketika bulan purnama atau di saat suhu air
laut hangat, misalnya bulan Maret-April dan September-Oktober di Bunaken, Sulawesi
Utara dan bulan Desember di Australia. Pada saat berreproduksi, sebagian besar karang
melepaskan sel-sel telur dan sperma secar bersamaan ke kolom perairan, sehingga
perairan terlihat keruh, dan pembuahan terjadi di kolom perairan, yang disebut planula.
10
Planula akan mencari substrat keras dengan air laut bersih dan jernih untuk kemudian
menempelkan dirinya dan tumbuh menjadi polip. seiring pertumbuhan polip,
zooxanthellae pun tumbuh dalam jaringan kulit polip. Lalu, polip kembali
membelah/bertunas menghasilkan polip-polip baru secara bertahap, hingga akhirnya
membentuk koloni karang yang utuh.
11
2.2 Berbagai tipe-tipe karang dan kerabatnya
2.2.1 Bentuk Pertumbuhan Karang Keras
Gambar 4. Bentuk Pertumbuhan Karang Keras Sumber: Setyawan E, Estradivari, & S Yusri (eds). 2009. Mengenal Alam Pesisir Kepulauan Seribu.
12
2.2.2 Karang Lunak (Octocorallia)
Karang lunak adalah kerabat dari karang batu yang tidak memiliki karang luar
yang keras. Tubuhnya lunak dan kenyal. Pada umumnya orang-orang beranggapan
bahwa Octocoral adalah karang lunak (soft coral). Padahal yang sebenarnya Octocoral
dari kelompok Alcyonacea ini tidak hanya terdiri dari karang lunak, tetapi juga kipas laut
(Sea Fan) dan cambuk laut. Kelompok jenis ini sering disebut dengan Octocoral karena
memiliki 8 bagian tangan yang digunakan untuk menangkap mangsanya. Secara umum,
kelompok tersebut terdiri dari 3 bangsa dan 46 suku, yaitu bangsa Alyonacea yang
terbagi dalam 29 suku, bangsa Pennatulacea yang terbagi dalm 16 suku, dan bangsa
Helioporacea 1 suku. Octocoral juga mampu menghasilkan rangka kapur seperti karang
keras, tetapi bentuknya menyerupai duri-duri kokoh yang biasa disebut spikula. Duri-duri
tersebut tersusun sedemikian rupa sehingga tubuhnya lunak dan tidak mudah putus.
Octocoral memiliki fungsi ekologis, yaitu sebagai salah satu biota laut yang
mengandung senyawa kapur (senyawa karbonat) dalam pembentukan terumbu, penghasil
senyawa bioktif, dan penyusun ekosistem terumbu karang. Selain itu, Octocoral memiliki
fungsi ekonomi, yaitu sebagai salah satu biota yang menarik bagi wisatawan yang
memiliki hobi menyelam ataupun snorkeling.
Karang lunak dapat diketahui dengan memperhatikan susunan tubuhnya yang
terlihat lunak dan melambai-lambai mengikuti arah arus, tangan-tanganya terlihat jelas,
dan bergerak-gerak seolah sedang menangkap sesuatu, hidup berkoloni, beberapa jenis
ada yang berduri, dan umumnya memiliki warna yang mencolok seperti merah, kuning,
krem, dan cokelat.
13
Gmbr 5. Dendronephthya Sumber: Setyawan E, Estradivari, & S Yusri (eds). 2009. Mengenal Alam Pesisir Kepulauan Seribu.
2.2.3 Kipas Laut (Sea Fan)
Rangka yang lebih keras dengan bentuk seperti kipas besar, ada sumbu utama
yang kuat dan memanjang, dirajut oleh jaringan-jaringan kecil yang saling berkaitan
sehingga membentuk seperti kipas. Tetapi sebagian ada yang tidak memiliki jaringan-
jaringan kecil tersebut. Pertumbuhan kipas laut bisa mencapaitinggi 2 meter. Sebagian
besar berwarna coklat atau orange kekuningan, namun beberapa terkadang ditemukan
berwarna merah.
Gmbr 6. Melithae, Kipas Laut Sumber: Melithae, Wikimedia
14
2.2.4 Anemon
Panorama bawah laut terasa tidak lengkap jika kita tidak menemukan anemon
(Actininaria). Anemon laut adalah jenis hewan yang biasanya menggunakan sebuah kaki
untuk menempel di batuan. Beberapa jenis anemon diketahui melepaskan diri dari tempat
menempelnya saat diserang predator atau saat lingkungan mengalami perubahan dan
sumber makanan menipis. Hewan ini terlihat seperti tumbuh-tumbuhan karena pada
umumnya hanya berpindah mengikuti aliran arus air.
Anemon merupakan golongan Coelenterata. Anemon banyak dijumpai terutama
dibagian laut yang dangkal dengan kedalaman 2-3 meter. Tidak hanya di laut dangkal
tapi juga ada di laut dalam. Anemon adalah binatang laut yang karnivora dan karenanya
dapat memakan hampir setiap makhluk hidup di laut yang masuk dalam jangkauannya.
Anemon juga dimanfaatkan sebagai makanan, tetapi ada beberapa jenis anemon yang
berbisa.
Anemon merupakan salah satu hewan yang indah, karena warna dari anemone itu
sendiri yang membuat anemon sangat menabjubkan. Anemone sangat penting bagi
ekosistem terumbu karang.
Gmbr 7. Anemon (Heteractis magnifi ca) Sumber: Setyawan E, Estradivari, & S Yusri (eds). 2009. Mengenal Alam Pesisir Kepulauan Seribu.
15
Gmbr 8. Anemon Sumber: Anemon, Wikipedia
2.2.5 Zoanthid
Kerabat karang yang lain adalah polip kancing (Zontharia). Bentuknya memang
seperti kancing dengan rumbai-rumbai tentake di sekeliling tubuhnya. Zoanthids (orde
Zoantharia juga disebut Zoanthidea atau Zoanthiniaria) banyak ditemukan di terumbu
karang, yang dalam banyak laut dan lingkungan laut lainnya di seluruh dunia. Binatang
ini datang dalam berbagai formasi kolonial yang berbeda dan dalam berbagai warna.
Mereka dapat ditemukan sebagai individu polip, terikat oleh berdaging Stolon atau tikar
yang dapat dibuat dari potongan-potongan kecil sedimen, pasir dan batu.
Gmbr 9. Polip Kancing (Aquacultured Neon Green Purple Eye) Sumber: Polip Kancing, Aquacon
16
2.2.6 Jamur Bulu
Jamur bulu (Discosoma spp) yang juga kerabat karang. Jamur bulu berbentuk
seperti cendawan dengan cupinglebar dan berbulu.
Sayangnya, kedua kerabat karang tersebut dikenal suka menyerang saudaranya, si
karang keras, sekaligus menjadi pesaing dalam ekosistem. Terumbu yang dipenuhi polip
kancing dan jamur bulu merupakan penanda buruknya kualitas air serta indikasi
menurunnya ekosistem.
2.3 Eksotisnya Ikan Karang
Pandangan pertama saat menikmati ekosistem terumbu karang akan tertuju pada
ikan-ikan yang bergerak dan berenang dengan lincahnya. Ada yang berenang sindirian,
berpasang-pasangan, dan juga ada yang bergerombol. Dengan jumlahnya yang mencapai
ratusan bahkan ribuan, ikan karang itu begitu memesona, apalagi warna dan coraknya
yang sangat khas dengan aroma bawah lautnya. Sirip-sirip halus pada bagian punggung,
perut, dada, dan ekor membuatnya mampu berenang dengan gerakan atraktif, seakan-
akan menggoda mata untuk tidak mengalihkan pandangan kita.
Dimana kita dapat menemukan ikan karang?! Hewan bersisik yang bernafas
denagn insang ini menhabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di ekosistem terumbu
karang dan seringkali ditemukan berenang di kolom air. Ikan yang lebih tepatnya disebut
ikan terumbu ini bersembunyi di gua-gua dalam terumbu. Bermain-main dan berkejaran
di antara celah-celah sempit terumbu.
Bagi sebagian besar ikan, siang hari adalah waktu nyaman untuk beraktivitas dan
mencari makan. Ikan-ikan yang aktif pada siang hari disebut ikan diurnal. ikan diurnal
17
memiliki warna yang lebih cerah dan mencolok, seperti ikan kepe-kepe
(Chaetodontidae), ikan kakatua (Scaridae), ikan keling (Labridae), dan ikan betok laut
(Pomacentridae). Sebagian lagi disebutr ikan nokturnal yang aktif saat matahari mulai
tenggelam. Pada siang hari, ikan-ikan nokturnal lebih suka bersembunyi di celah-celah
atau gua-gua terumbu. Contoh ikan ini adalah ikan beseng (Apogonidae) dan ikan
kerondong (Muraenidae).
Selain menarik perhatian, ikan karang juga memiliki beberpa fungsi dan peran
yang bermanfaat secara ekologi dan ekonomi. Secara ekologi, ikan karang bisa dijadikan
sebagai indikator yang bisa mengindikasikan baik buruknya kondisi suatu ekosistem
terumbu karang.
Gmbr 10. bentuk Tubuh Ikan berdasarkan Famili Sumber: Setyawan E, Estradivari, & S Yusri (eds). 2009. Mengenal Alam Pesisir Kepulauan Seribu.
18
Secara ekonomi, ikan karang banyak dujadikan target tangkapan para nelayan
untuk dijadikan sebagai ikan konsumsi. ikan yang banyak ditangkap sebagai ikan
konsumsi adalah jenis ikan ekor kuning (Caesio Cuning), kerapu, dan baronang/lingkis.
Akan tetapi, penangkapan ekor kuning ini cenderung mengarang ke penangkapan yang
berlebih. Hal ini berdasarkan pengakuan nelayan yang mengatakan bahwa ukuran ikan
hasil tangkapan semakin mengecil.
Keindahan warna dan corak ikan karang yang unik membuatnya berpotensi untuk
dijadikan sebagai ikan hias air laut yang mengisi akuarium para pehobi. Beberapa jenis
ikan hias favorit adalah ikan mandarin asli (Pterosynchiropus splendendidus) dan ikan
tompel Jakarta mulai jarang ditemukan karena penangkapan yang berlebih.
2.4 Fungsi dan Nilai Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang merupakan gudang persediaan makanan dan bahan
obat-obatan bagi manusia di masa kini maupun di masa mendatang. Selain itu
keindahannya juga menjadi daya tarik yang bisa menjadi sumber devisa bagi negara
melalui kegiatan pariwisata. Wisata bahari Indonesia tengah berkembang pesat dan
ekosistem terumbu karang merupakan salah aset utamanya.
Ekosistem terumbu
karang adalah tempat tinggal
bagi ribuan binatang dan
tumbuhan yang banyak
diantaranya memiliki nilai
ekonomi tinggi. Berbagai jenis
19
binatang mencari makan dan berlindung di ekosistem ini. Berjuta penduduk Indonesia
bergantung sepenuhnya pada ekosistem terumbu karang sebagai sumber pencaharian.
Jumlah produksi ikan, kerang dan kepiting dari ekosistem terumbu karang secara lestari
di seluruh dunia dapat mencapai 9 juta ton atau sedikitnya 12% dari jumlah tangkapan
perikanan dunia. Sumber perikanan yang ditopang oleh ekosistem terumbu karang
memiliki arti penting bagi masyarakat setempat yang pada umumnya masih memakai alat
tangkap tradisional.
Selain nilai ekonominya, ekosistem terumbu karang juga merupakan laboratorium
alam yang sangat unik untuk berbagai kegiatan penelitian yang dapat mengungkapkan
penemuan yang berguna bagi kehidupan manusia. Beberapa jenis spongs, misalnya,
merupakan binatang yang antara lain terdapat di ekosistem terumbu karang yang
berpotensi mengandung bahan bioakif yang dapat dijadikan bahan obat-obatan antara
lain untuk penyembuhan penyakit kanker. Selain itu binatang karang tertentu yang
mengandung kalsium karbonat telah dipergunakan untuk pengobatan tulang rapuh.
Fungsi lain dari ekosistem terumbu karang yang hidup di dekat pantai ialah memberikan
perlindungan bagi berbagai properti yang ada di kawasan pesisir dari ancaman
pengikisan oleh ombak dan arus.
2.4.1 Terumbu Karang Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari lebih 17.000
buah pulau besar dan kecil, dengan panjang garis pantai mencapai hampir 81.000 km
yang dilindungi oleh ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun dan ekosistem
mangrove. Indonesia merupakan salah satu Negara terpenting di dunia sebagai
20
penyimpan keanekaragaman hayati laut tertinggi. Di Indonesia terdapat 2,500 spesies of
molluska, 2,000 spesies krustasea, 6 spesies penyu laut, 30 mamalia laut, dan lebih dari
2,500 spesies ikan laut. Luas ekosistem terumbu karang Indonesia diperkirakan
mencapai 75.000 km2 yaitu sekitar 12 sampai 15 persen dari luas terumbu karang dunia.
Dengan ditemukannya 362 spesies scleractinia (karang batu) yang termasuk dalam 76
genera, Indonesia merupakan episenter dari sebaran karang batu dunia. Ekosistem pesisir
(padang lamun, mangrove dan terumbu karang) memainkan peranan penting dalam
industri wisata bahari, selain memberikan pelindungan pada kawasan pesisir dari
hempasan ombak dan gerusan arus. Selain itu ekossistem pesisir ini merupakan tempat
bertelur, membesar dan mencari makan dari beaneka ragam biota laut yang kesemuanya
merupakan sumber produksi penting bagi masyarakat pesisir.
Gmbr 12. Kondisi Terumbu Karang di Indonesia Sumber Gambar: Kondisi terumbu karang Indonesia , Fdgi
Di samping peranannya yang penting, ekosistem terumbu karang Indonesia
dipercaya sedang mengalami tekanan berat dari kegiatan penangkapan ikan dengan
mempergunakan racun dan bahan peledak. Selain itu penangkapan berlebihan
sedimentasi dan pencemaran juga merupakan ancaman yang tak kalah beratnya.
21
Belakangan ini diperkirakan hamper 25 persen dari kehidupan di ekosistem terumbu
karang telah mati, antara lain akibat dari peningkatan suhu mencapai sebesar 4ο C. Pada
tahun 1994 LIPI mengadakan survei pada 371 buah station transek nasional dengan
menggunakan prosedur standar pemantauan internasional. Hasilnya menunjukkan bahwa
kondisi ekosistem terumbu karang Indonesia telah mengalami kerusakan yang sangat
serius.
Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem yang mengandung sumber daya
alam yang dapat memberi manfaat besar bagi manusia. Dari itu diperlukan kearifan
manusia untuk mengelolanya, yang bisa menjadikan sumber daya alam ini menjamin
kesejahteraan manusia sepanjang zaman. Tanpa menghiraukan masa depan dan terus-
menerus merusak, ekosistem terumbu karang akan menjadi semacam padang gurun
tandus di dalam laut yang hanya dipenuhi oleh patahan-patahan karang dan benda mati
lainnya. Karena itu pengelolaan sangat diperlukan untuk mengatur aktivitas manusia
serta mengurangi dan memantau cara-cara pemanfaatan yang merusak. Keterlibatan
masyarakat dalam pengelolaan sumber daya terumbu karang sangat penting mulai dalam
tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan sampai pada tahap evaluasi dari suatu cara
pengeloaan. Indonesia yang terletak di sepanjang katulistiwa, mempunyai terumbu
karang terluas di dunia tersebar mulai dari Aceh sampai Irian Jaya. Dengan jumlah
penduduk 200 juta jiwa, yang 60 persennya tinggal di daerah pesisir, maka terumbu
karang merupakan tumpuan sumber penghidupan utama.
Di samping sebagai sumber perikanan, terumbu karang memberikan penghasilan
antara lain industri ikan hias sampai pada tingkat nelayan pengumpul. Terumbu juga
22
merupakan sumber devisa bagi negara, termasuk usaha pariwisata yang dikelolah oleh
masyarakat nelayan.
Sayangnya terumbu karang di Indonesia semakin memburuk kondisinya, yang
secara langsung dapat dibuktikan dari hasil tangkapan ikan oleh nelayan yang semakin
menurun. Selain jumlah hasil tangkapan ikan semakin menurun, juga ukuran ikannya
semakin kecil disamping itu nelayan memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencari
ikan. Peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan di daerah pesisir yang semakin
meluas, menyebabkan meningkatnya tekanan terhadap ekosistem terumbu karang.
2.4.1.1 Apa masalah dasar yang dihadapi ekosistem terumbu karang Indonesia ?
• kurangnya kesadaran akan nilai penting sumber daya ekosistem terumbu
karang baik dari segi ekonomi, sosial maupun budaya,
• hampir tidak ada pengelolaan sumber daya ekosistem terumbu karang,
• walaupun telah ada peraturan perundang-undangan yang menyangkut
pemanfaatan dan pelestarian sumber daya ekosistem terumbu karang,
penegakan hukum yang terjadi masih sangat lemah,
• pembangunan industri yang tidak tekendali di kawasan pesisir yang
memberikan dampak sangat negative terhadap kelangsungan hidup ekosistem
terumbu karang,
• kemiskinan masyarakat hidup di kawasan pesisir menyebabkan tidak ada
pilihan lain selain terus-menerus memanfaatkan sumber daya yang ada,
• kurangnya keinginan politis untuk menanggulangi masalah.
23
2.4.2 Kenali dan Cintai Ekosistem Terumbu Karang Kita
Apa yang disediakan oleh ekosistem terumbu karang bagi kepentingan manusia?
• sumber makanan dengan protein tinggi,
• sumber bahan obat-obatan,
• sumber bahan bangunan,
• sumber penghasilan: berupa hasil tangkapan seperti ikan, udang dan agar-agar;
usaha pariwisata seperti menyelam dan memancing,
• melindungi pantai dari hempasan ombak dan arus.
2.4.3 Kerusakan terumbu karang karena faktor alam:
Disebabkan karena terjadinya:
• Terjadinya Tsunami
• Terjadinya gempa bumi
• Dengan adanya gangguan dari alga mikro
• Gangguan suhu air laut yang menyebabkan terumbu karang mengalamai
bleaching (Coral Bleaching) / pemutihan.
• Serangan Achantaster atau makhota berduri, salah satu musuh terumbu karang
yang paling menonjol. serangan Achantaster yang hebat ini dapat memusnahkan
areal terumbu karang seluas 1 meter persegi per ekor per hari.
24
2.4.4 Apa yang telah dilakukan manusia terhadap ekosistem terumbu karang?
2.4.4.1 Menggunakan alat-alat tangkapan yang merusak seperti bom, dan
potas sehingga terjadi:
• tangkapan yang berlebihan,
• terumbu karang hancur dan mati,
• ikan-ikan kecil yang tidak menjadi sasaran tangkapan ikut mati,
menjadi terbuang sia-sia.
• membangun terlalu dekat dengan garis pantai, dan menguruk pantai
menjadi lahan untuk pembangunan sehingga terjadi pelumpuran,
• mencari terumbu karang dengan sampah, tumpahan minyak, buangan
industri dan sisa-sisa pestisida dan insektisida untuk pertanian,
• melempar jangkar dan berjalan-jalan di atas terumbu karang,
• penebangan hutan dan pohon-pohon di sepanjang aliran sungai yang
menyebabkan pelumpuran,
• pengambilan karang berlebihan untuk diperdagangkan,
• penambangan karang berlebihan untuk pembuatan kapur, bahan
bangunan dan fondasi jalan.
2.4.4.2 Penggunaan Racun Sianida
Penggunaan racun sianida ini (sodium sianida) yang dilarutkan
dalam air laut banyak digunakan untuk menangkap ikan atau organisme
yang hidup di terumbu karang dalam keadaan hidup. Racun sianida yang
sering disebut sebagai “bius” biasanya merupakan cara favorit untuk
25
menangkap ikan hias, ikan karang yang dimakan (seperti keluarga kerapu
dan Napoleon wrasse), dan udang karang (Panulirus spp.).
Cairan sianida yang digunakan untuk menangkap ikan berukuran
besar, biasanya berupa larutan pekat yang dapat mematikan sejumlah
organisme yang hidup di terumbu karang, termasuk ikan-ikan kecil,
invertebrata yang bergerak, dan yang paling parah, racun sianida juga
mematikan karang keras.
Racun sianida, bukan saja mencemari ekosistem terumbu karang
yang dapat mematikan organisme yang tidak menjadi sasaran. Terumbu
karang dapat rusak karena dibongkar oleh para penangkap ikan untuk
mengambil ikan yang terbius tersebut di rongga-rongga di dalam terumbu.
Selain itu, dalam jangka waktu yang lama, ekosistem yang terkena racun
sianida yang terus menerus dapat memberikan dampak buruk bagi ikan
dan organisme lain dalam komunitas terumbu karang, juga bagi manusia.
Gmbr 13. Penggunan Racun Sianida Sumber Gambar: (http://anchor-anchordoank.blogspot.com/)
2.4.4.3 Pukat Harimau
Pukat Harimau merupakan cara penangkapan yang merusak
lainnya. Pukat Harimau merusak terumbu karang, karena biasanya
26
digunakan di dasar (substrat) yang lunak untuk menjaring udang. Pukat
Harimau dilarang digunakan di Indonesia karena jaring/pukat ini dapat
merusak hamparan laut dan menangkap organisme yang bukan sasaran
penangkapan (by-catch). Namun demikian, meskipun kini penangkap ikan
dengan Pukat Harimau jarang dijumpai, kegiatan ini masih ditemukan,
terutama di wilayah perbatasan. Namun demikian alat tangkap ini
memberikan pengaruh yang luar biasa buruk terhadap sumberdaya laut
khususnya terumbu karang, karena kemampuannya mengeruk sumberdaya
perikanan tersebut. Dampak penangkapan ikan dengan menggunakan
pukat tersebut terhadap kegiatan ekowisata mulai terasa, karena
berkurangnya kelimpahan organisme laut yang menjadi modal utama
industri ekowisata ini.
2.5 Setelah mengenali, maka cintai dan periharalah terumbu karang kita,
karena terumbu karang adalah:
• terbentuk melalui suatu proses kehidupan yang memerlukan waktu yang sangat
lama untuk tumbuh berkembang sehingga menjadi seperti kondisi yang terlihat
sekarang ini,
• tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis hewan dan
tumbuhan yang menjadi tumpuan kita,
• Indonesia memiliki ekosistem terumbu karang terluas di dunia (75.000 km2),
tetapi hanya tinggal sedikit saja (6,20%) dalam kondisi yang masih sangat bagus,
27
• sumber daya laut yang mempunyai potensi ekonomi yang sangat tinggi (untuk
perikanan, pariwisata dan perlindungan daerah pesisir), aabila dalam kondisi yang
sangat baik,
• labotorium alam yang sangat menunjang pendidikan dan penelitian dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan,
• potensi di masa depan untuk sumber lapangan kerja masyarakat luas.
2.6 Harapan Baru untuk Kelestarian Karang:
Untuk menjamin kelestarian masa depan terumbu karang, kita perlu
memerlukan langkah:
• membuat lebih banyak kawasan perlindungan.
• mengurangi pemanasan global sehingga terumbu karang dapat memiliki iklim
stabil yang mereka butuhkan.
• mendorong masyarakat nelayan setempat untuk menggunakan cara penangkapan
ikan yang memerhatikan kelestarian laut.
• mendapatkan dukungan dari pemerintah dan masyarakat di seluruh dunia
untuk menyelamatkan terumbu karang.
Sebagai wisatawan kita dapat membantu dengan cara mendukung bisnis karang,
tidak mengkomsumsi ikan karang, dan berhati-hati agar tidak merusak karang saat
menyelam.
28
2.7 Target
Target Serial Animation "Bermain dan Belajar bersama Coral dan Carel" ini
adalah untuk anak kecil, remaja, baik untuk masyarakat pesisir, dan metropolitan yang
menyukai film animasi. Ini disebabkan karena kurangnya kesadaran akan nilai penting
sumber daya ekosistem terumbu karang baik dari segi ekonomi, sosial maupun budaya,
maka Film Serial Animation ini ingin mengajak masyarakat bisa lebih mengenal dan
lebih merasakan akan kelestarian laut di Indonesia agar kelestarian dapat terus terjaga
ekosistemnya dan bisa dengan adanya timbal balik yang sama-sama menguntungkan.
2.7.1 Anak
Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum
dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Walaupun begitu istilah ini juga sering
merujuk pada perkembangan mental seseorang, walaupun usianya secara biologis dan
kronologis seseorang sudah termasuk dewasa namun apabila perkembangan mentalnya
ataukah urutan umurnya maka seseorang dapat saja diasosiasikan dengan istilah "anak".
2.7.1.1 Karakteristik anak-anak
Karakteristik anak juga menjadi pertimbangan penting sebelum memutuskan
mengajaknya bermain. Ada tiga macam karakteristik anak, yaitu: easy child, slow to
warm up, dan difficult child.
29
Anak yang masuk termasuk karakteristik easy merupakan anak yang memiliki
keteraturan hidup setiap harinya. Anak yang easy memiliki jadwal makan, tidur dan
bermain yang pasti.
Anak yang berkarakter slow to warm up merupakan karakteristik yang medium
dan berada di tengah antara easy dan difficult. Anak seperti ni memerlukan waktu
beberapa saat untuk beradaptasi, atau menerima jenis permainan atau kehadiran orang
baru.
Sedangkan anak dengan karakteristik difficult merupakan anak yang sulit
beradaptasi, dan sering sekali merasa tidak nyaman dengan keadaan disekelilingnya.
Faktor terakhir yang berpengaruh terhadap kegiatan bermain dengan anak adalah
lingkungan kehidupan. Tingkat sosial dari orang tua si anak, fasilitas yang tersedia dan
budaya yang berlaku dalam masyarakat merupakan faktor yang juga berpengaruh.
Gmbr 14. Anak-anak Sumber: Selamatkan anak-anak Indonesia, wordpress
2.7.1.2 Anak-anak pesisir
Merupakan anak dari struktur masyarakat yang masih sederhana dan
belum banyak dimasuki oleh pihak luar. Hal ini dikarenakan baik budaya, tatanan
30
hidup, dan kegiatan masyarakat relatif homogen dan masing-masing individu
merasa mempunyai kepentingan yang sama dan tanggungjawab dalam
melaksanakan dan mengawasi hukum yang sudah disepakati bersama. Dan
kehidupannya berarti sebagai anak nelayan.
Gmbr 15. Anak Nelayan Sumber: Klinik Fotografi Kompas
2.7.1.3 Nelayan
Sebagian besar penduduk daerah pesisir umumnya memiliki mata
pencaharian sebagai nelayan.
• Petani menghadapi situasi ekologis yang dapat dikontrol, nelayan
dihadapkan pada situasi ekologis yang sulit dikontrol.
• Perikanan tangkap bersifat open access sehingga nelayan juga harus
berpindah-pindah dan ada elemen resiko yang harus dihadapi lebih besar
dari pada yang dihadapi petani (Pollnack 1998).
• Selain itu, nelayan juga harus berhadapan dapat dengan kehidupan laut
yang sangat keras sehingga membuat mereka umumnya bersikap keras,
tegas dan terbuka.
31
Nelayan skala besar dicirikan dengan besarnya kapasitas teknologi
penangkapan maupun jumlah armada. Pola hubungan antar berbagai status dalam
organisasi kerja tersebut juga semakin hierarkhis. Hal tersebut menjadikan
nelayan besar sering disebut sebagai nelayan industri (industrial fisher). Sungguh
pun demikian, nelayan industri sebenarnya lebih tepat disebut dengan kapitalis
atau pengusaha perikanan karena umumnya organisasi kerja yang mereka
kendalikan bersifat formal dalam pengertian status badan hukum, dan mereka
tidak terjun langsung dalam usaha penangkapan sehingga sering disebut pula
sebagai “juragan darat”.
2.7.1.4 Nelayan Skala Kecil
Beroperasi di daerah pesisir yang tumpang tindih dengan kegiatan
budidaya.
• Pada umumnya, mereka bersifat padat karya.
• Nelayan kecil mencakup berbagai karakteristik nelayan, baik berdasarkan
kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada) maupun budaya.
• belum menggunakan alat tangkap maju
• berorientasi subsisten sehingga sering disebut sebagai peasant-fisher.
• Biasanya hasil tangkapan dijual kemudian dialokasikan untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari dan bukan untuk diinvestasikan kembali
untuk melipatgandakan keuntungan.
32
• Menurut undang-undang perikanan tahun 2004 nelayan kecil adalah orang
yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
• Nelayan kecil tersebut, pada umumnya, merupakan kelompok masyarakat
termiskin (the poorest of the poor) dan menjadi nelayan dalam waktu yang
relative lama, sungguh pun memiliki resiko yang sangat tinggi, baik
karena kondisi alam maupun kondisi persaingan antar nelayan, serta
pendapatan yang tidak pasti. Ini terjadi karena menjadi nelayan tidaklah
semata sebagai mata pencaharian (livelihood), tetapi sudah merupakan
satu-satunya jalan hidup (way of life).
2.7.2 Anak-anak Kota dan Metropolitan
Anak-anak kota sudah terbiasa dengan hidup yang glamour. Hidup yang
bercukupan dengan adanya Kemajuan IPTEK yang sangat mendukung dalam
membetuk kepribadiannya. Peran serta orang tua, guru, dan lingkungan yang
membuatnya mengenal kehidupan lebih jauh. Dan anak-anak kota memimiliki
sarana dan prasarana yang mendukung dalam pendidikan. Dan sifatnya yang
selalu ingin tahu banyak dapat diimbangi dengan IPTEK yang memadai. Dan
lebih berpikir ke depan dan lebih banyak berkhayal untuk menggapai impiannya.
Dapat menggunakan sarana dan prasarana seperti TV, internet, dll dengan mudah.
33
2.8 Faktor Pendukung & Penghambat
2.8.1 Faktor Pendukung:
- Animasi di Indonesia masih dalam tahap berkembang, sehingga
peluang untuk berhasil masih cukup besar.
- Saya harapkan dengan tema ini Kelestarian Terumbu Karang dan Laut
Indonesia tetap dapat dilestarikan.
2.8.2 Faktor Penghambat:
- Adanya kompetitor atau masyarakat yang tidak peduli dengan kelestarian
laut yang penting bisa memuaskan dirinya.
- Ketidakpedulian dan kurang sadarkanya pengetahuan masyarakat tentang
makna dan fungsi terumbu karang.
- Kemiskinan yang memberikan alternatif mata pencaharian yang sangat
terbatas.
- Besarnya tuntutan ekonomi yang mendorong eksploitasi dengan tidak
mempertimbangkan daya dukung lingkungan.
- Kebijakan dan strategi pengelolaan yang tidak jelas.
- Kelemahan kerangka perundang-undangan dan penegakkan hukum
tentang perikanan.