65
BAB 4
ANALISIS PENDEKATAN DAN KONSEP PERENCANAAN
DAN PERANCANGAN
4.1 Analisis dan Konsep Makro
4.1.1 Dasar Pertimbangan Pemilihan Site
Menurut (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015) dalam Profil
Kesehatan Kota Semarang 2015, Kota yang berjuluk kota lumpia ini
memiliki 26 rumah sakit umum dengan berbagai kelas. Diantara 26 rumah
sakit tersebut, terdapat 9 rumah sakit yang memiliki pelayanan yang cukup
baik bagi pasiennya dan dapat menerima rehabilitasi pasien pasca stroke,
yaitu RSUP Dr. Kariadi, RSU St. Elisabeth, RS Telogorejo, RS Panti Wilasa
Dr. Cipto, RS Panti Wilasa Citarum, RSU Roemani Muhammadiyah, RSI
Sultan Agung, RSUD Tugurejo, dan RSUD Ketileng. Dari ke-9 rumah sakit
tersebut terdapat 3 rumah sakit yang dimiliki pemerintah, diantaranya
adalah RSUP Dr. Kariadi (dimiliki pemerintah pusat), RSUD Tugurejo
(dimiliki Pemerintah Provinsi Jawa Tengah), dan RSUD Ketileng (dimiliki
Pemerintah Kota Semarang). Dari ke-9 rumah sakit tersebut, RSUP Dr.
Kariadi yang memiliki fasilitas lengkap untuk rehabilitasi medik.
Gambar 4.1 Titik Lokasi Rumah Sakit di Semarang Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
66
Berikut adalah tabel mengenai jumlah kasus stroke yang ditangani
oleh kesembilan rumah sakit tersebut:
Tabel 4.1 Kasus Penyakit Stroke di Rumah Sakit Kota Semarang
N
o.
Rumah
Sakit
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Hemoragi
k
Non
Hemoragi
k
Hemoragi
k
Non
Hemoragi
k
Hemoragi
k
Non
Hemoragi
k
1. RSUP Dr.
Kariadi
561 6864 174 665 159 699
2. RSU St.
Elisabeth
121 707 135 180 98 210
3. RSU
Telogorejo
106 702 40 201 44 135
4. RS. Panti
Wilasa Dr.
Cipto
814 0 12 288 55 260
5. RS. Panti
Wilasa
Citarum
28 129 81 176 30 148
6. RSU
Roemani
Muhamma
diyah
49 317 160 27 95 26
7. RSI Sultan
Agung
22 32 60 150 41 146
8. RSUD
Tugurejo
171 706 94 117 186 119
9. RSUD
Ketileng
335 1051 0 1 2 2
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Semarang
Berdasarkan data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan diatas, Rumah
Sakit Umum yang menangani banyak kasus stroke adalah Rumah Sakit
Umum Pusat Kariadi. Dengan demikian, lokasi perencanaan yang akan
dipilih harus berada di sekitar rumah sakit tersebut untuk mengutamakan
kenyamanan dan keselamatan pasien penderita pasca-stroke.
Selain harus dekat dengan RSUP Kariadi, didalam memilih lokasi
Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke juga harus mempertimbangkan beberapa
aspek yaitu:
a. Aspek Pencapaian
Pencapaian lokasi site yang akan dipilih harus memiliki waktu tempuh
yang singkat mengingat kondisi pasien tersebut.
67
b. Aspek Ketenangan
Ketenangan menjadi kunci yang paling utama, karena ketenangan dapat
meningkatkan kenyamanan pasien dalam melakukan proses
rehabilitasi.
c. Aspek Lahan
Pasien pasca-stroke mengalami kemunduran fungsi fisik pada
tubuhnya, oleh karena itu sangat diperlukan lahan dengan tidak
berkontur untuk mendukung kondisi tersebut.
d. Aspek Infrastruktur
Sebuah site yang baik harus memiliki infrastruktur yang memadai
untuk mendukung semua kegiatan yang akan digunakan oleh pengguna
site.
e. Aspek Kondisi Lingkungan
Aspek kondisi lingkungan memegang peranan penting untuk
mempertimbangkan saat lokasi site akan dipilih. Hal ini karena lokasi
yang baik memiliki kondisi lingkungan yang bagus.
f. Aspek Kondisi Jalan
Kondisi jalan juga berkaitan erat dengan pencapaian karena semakin
bagus kondisi jalan yang ada maka semakin bagus pencapaian lokasi
yang diperoleh.
4.1.2 Alternatif Pemilihan Site
Gambar 4.2 Titik Alternatif Site
Sumber: Analisa Penulis, Juli 2016
Didalam menentukan sebuah site pada perencanaan Pusat
Rehabilitasi Pasca-Stroke di Semarang, sangat diperlukan beberapa
68
pertimbangan guna untuk mengukur cocok atau tidaknya lokasi yang
dipilih. Berdasarkan lokasi yang masih memiliki lahan kosong, maka
penulis mendapatkan beberapa alternatif lokasi sebagai berikut:
a. Alternatif Site 1
Gambar 4.3 Peta Administrasi Kec. Semarang Barat
Sumber: lokanesia.com, Juli 2016
Alternatif site 1 berada di Kelurahan Ngemplak Simongan,
Kecamatan Semarang Barat. Kelurahan ini memiliki luas 84,370 hektar
dengan kepadatan penduduk berjumlah 158.480 jiwa. Kecamatan Semarang
Barat memiliki 16 kelurahan, diantaranya adalah Kecamatan
Bojongsalaman, Kecamatan Bongsari, Kecamatan Cabean, Kecamatan
Gisikdrono, Kecamatan Gisikdrono, Kecamatan Kalibanteng Kulon,
Kecamatan Kalibanteng Kidul, Kecamatan Karangayu, Kecamatan
Kembangarum, Kecamatan Krapyak, Kecamatan Krobokan, Kecamatan
Manyaran, Kecamatan Ngemplak Simongan, Kecamatan Saaman Mloyo,
Kecamatan Tambakharjo, Kecamatan Tawang Mas dan Tawangsari.
Gambar 4.4 Lokasi Site Alternatif 1 Sumber: https://www.google.co.id/maps/@-
7.00569,110.387711,466m/data=!3m1!1e3?hl=id, Juli 2016
69
Site yang dipilih ini memiliki luas sekitar 7 hektar. Memilih lokasi
ini sebagai alternatif site karena merupakan lahan kosong yang terdekat
dengan rumah sakit yang menangani kasus stroke. Lokasi site yang dipilih
berbatasan dengan:
Utara : ISTW (PT. Indonesia Steel Tube Works)
Selatan : Perumahan
Barat : Bukit Wahid Regency
Timur : Banjirkanal Barat
Gambar 4.5 Kondisi Lingkungan Alternatif Site 1 Sumber: Dokumentasi Penulis, Juli 2016
Kelebihan :
1. Apek pencapaian menuju RSUP Kariadi 5-7 menit tergantung kondisi
jalan yang ada.
2. Site masih sangat asri karena lokasinya dekat ruang terbuka hijau.
3. Ketenangan lokasi sangat tinggi.
4. Kontur tanah site sangat mendukung karena tidak terlalu banyak.
5. Jalanan terkadang ramai pada jam kerja/ jam kantor.
6. Luas lahannya lumayan luas jadi bisa dikembangkan secara maksimal.
7. View lokasinya cukup mendukung.
Kekurangan:
1. Kondisi lebar jalan yang relatif masih sempit
70
2. Berberapa site sekitar mengganggu pengenalan point of intersest site.
3. Dekat dengan pabrik ISTW (PT. Indonesia Steel Tube Works).
2. Alternatif Site 2
Gambar 4.6 Lokasi Site Alternatif 3 Sumber: https://www.google.co.id/maps/@-
6.999831,110.3997264,593m/data=!3m1!1e3?hl=id, Juli 2016
Alternatif lokasi 2 berada di Kelurahan Ngemplak Simongan,
Kecamatan Semarang Barat. Luas site memiliki luas sekitar 48.292,50 m²
atau sekitar 4,8 hektar. Batas lokasi site terdiri dari:
Utara : Perumahan
Selatan : Banjirkanal Barat
Barat : PT. Semarang Makmur dan PT. Pantjatunggal Knitting Mill
Timur : Banjirkanal Barat
Kelebihan :
1. Apek pencapaian menuju RSUP Kariadi 4-6 menit tergantung kondisi
jalan yang ada.
2. Ketenangan lokasi sangat tinggi.
Kekurangan:
1. Lokasi site tidak bisa diakses oleh dua mobil yang berpapasan dan
terletak pada pelosok area perumahan.
2. Site lokasi terlalu banyak memiliki kontur.
3. Site bersebelahan langsung dengan Banjirkanal Barat sehingga perlu
dipertimbangkan apakah sungai tersebut bau atau tidak.
4. Infrastruktur kurang memadai.
71
3. Alternatif Site 3
Gambar 4.7 Peta Administrasi Kecamatan Candisari Sumber: lokanesia.com, Juli 2016
Alternatif site 3 berada di Kelurahan Tegalsari, Kecamatan
Candisari. Kelurahan ini memiliki kepadatan penduduk berjumlah 79.646
jiwa. Kecamatan ini memliki 7 kelurahan yang diantaranya adalah
Kelurahan Candi, Kelurahan Jatingaleh, Kelurahan Jomblang, Kelurahan
Kaliwiru, Kelurahan Karanganyar Gunung, Kelurahan Tegalsari, dan
Kelurahan Wonotingal.
Gambar 4.8 Lokasi Site Alternatif 3 Sumber: https://www.google.co.id/maps/@-
7.0090973,110.4167617,315m/data=!3m1!1e3?hl=id, Juli 2016
Memilih lokasi ini dikarenakan karena juga merupakan lahan
kosong yang terdekat dengan rumah sakit yang menangani kasus stroke.
Lokasi site yang dipilih berbatasan dengan:
Utara : Taman Diponegoro dan Puskesmas Kagok
Selatan : Perumahan
72
Barat : Jalan Sultan Agung
Timur : Perumahan
Gambar 4.9 Kondisi Lingkungan Alternatif 3 Sumber: Dokumentasi Penulis, Juli 2016
Kelebihan :
4. Kondisi lingkungan sangat mendukung dan masih asri.
5. Kondisi site rendah polusi udara.
b. Infrastruktur yang ada pada site sangat cukup yaitu dengan tersedianya
berbagai macam fasilitas umum yang berada di sekitar site.
c. Lokasi dengan dekat dengan RSU Elisabeth Semarang dan Stikes
Elisabeth Semarang, sehingga dapat digunakan sebagai sasaran kedua
pasien jika akan melakukan rehabilitasi setelah RSUP Dr. Kariadi dan
dapat menjadi alternatif tempat magang bagi mahasiswa di Stikes
Elisabeth Semarang.
Kekurangan
1. Lokasi site bersebelahan langsung dengan Jalan Nasional 14 yang
sedikit ramai pada jam tertentu.
2. Aspek pencapaian lokasi site dari RSUP Kariadi sekitar 6-8 menit dan
sedikit melewati titik kemacetan.
3. Lahan pada site sedikit berkontur, kurang begitu cocok untuk pasien
pasca-stroke jika tidak diolah dengan benar.
73
4.1.3 Penilaian Site
Penilaian site berfungsi untuk mencari site yang terbaik dan cocok
digunakan untuk lokasi pembangunan. Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke
harus memiliki kriteria yang tenang, serta pencapaian lokasi dari rumah
sakit yang menangani pasien stroke terbanyak di Kota Semarang sangat
dekat. Aspek yang akan dinilai adalah masalah pencapaian lokasi,
ketenangan, lahan, infrastruktur, kondisi lingkungan, serta kondisi jalan.
Untuk bobot penilaiannya adalah sebagai berikut:
Skor 4 : sangat mendukung
Skor 3 : mendukung
Skor 2 : kurang mendukung
Skor 1 : tidak mendukung
Tabel 4.2 Penilaian Site
Aspek Skor
Alternatif 1
Skor
Alternatif 2
Skor
Alternatif 3
Pencapaian Lokasi 4 2 3
Ketenangan 4 4 4
Lahan 3 2 4
Infrastruktur 3 3 4
Kondisi Lingkungan 3 2 4
Kondisi Jalan 3 2 4
Total Skor 20 11 23 Sumber: Analisis Penulis, 2016
Berdasarkan tabel penilaian site di atas, dapat disimpulkan bahwa
lokasi yang cocok digunakan untuk merancang Pusat Rehabilitasi Pasca-
Stroke di Kota Semarang adalah lokasi alternatif 3. Hal ini dikarenakan oleh
lokasinya tidak dekat dengan pabrik manapun sehingga sangat mendukung
untuk pemulihan kondisi pasien. Selain itu, dengan merancang bangunan
tersebut disitu dapat merangsang pertumbuhan ekonomi pada masyarakat
sekitar menjadi lebih baik.
74
4.1.4 Analisis Site Terpilih
Lokasi site yang dipilih berada di Jalan Sultan Agung, Kelurahan
Tegalsari, Kecamatan Candisari. Kecamatan Candisari jika di RDTRK
(Rencana Detail Tata Ruang dan Kota) termasuk ke dalam bagian Wilayah
Kota II. Kelurahan Tegalsari memiliki luas 88,715 hektar dari luas
keseluruhan daerah administrasi Kota Semarang. Lokasi yang dipilih
berupa tanah kosong dengan luas lahan site sebenarnya sekitar 2,9 hektar
untuk perencanaan perancangan Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke di
Semarang. Lokasi site berada di dekat Taman Diponegoro dan Puskesmas
Kagok.
Jalan Sultan Agung merupakan jalan arteri sekunder, maka KDB
yang ditetapkan untuk pembangunan fasilitas pelayanan umum berupa
fasilitas kesehatan sebesar 60%; bangunan maksimal 7 lantai dengan KLB
4,2; dan GSB sebesar 29 meter (Pemerintah Kota Semarang, 2000 - 2010).
Gambar 4.10 Lokasi Site Perencanaan
Sumber: https://www.google.co.id/maps/@-
7.0090973,110.4167617,315m/data=!3m1!1e3?hl=id, Juli 2016
Kondisi pada lokasi site:
a. Dekat dengan fasilitas kesehatan, yaitu RSU ST. Elisabeth dan
Puskesmas Kagok. Selain itu, lokasi site juga dekat dengan instansi
pendidikan kesehatan (Stikes ST. Elisabeth).
75
b. Lokasi site masih asri karena tingkat polusi yang ada masih sangat
rendah.
c. Fasilitasi umum dan fasilitas sosial di sekitar lokasi sangat lengkap.
d. Batas-batas lokasi site:
Utara : Taman Diponegoro dan Puskesmas Kagok
Selatan : Perumahan
Barat : Jalan Sultan Agung
Timur : Perumahan
Gambar 4.11 Fasilitas Umum Yang Tersedia di Sekitar Site
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
76
4.1.5 Analisis dan Konsep Pencapaian
Analisis Pencapaian berfungsi untuk mempertimbangkan posisi
main entrance dan exit pada site dengan mengacu kondisi site yang ada,
kondisi jalan (lebar dan keramaian jalan di sekitar site serta arah
kedatangan dan keluar pengunjung).
Analisis:
1. Site tepat berada di lahan kosong yang dekat dengan Puskesmas Kagok
dan Taman Diponegoro.
2. Jalan yang berada di sekitar lalu lintasnya akan sedikit padat (tetapi
tidak sampai macet) pada jam jam kantor seperti jam 08.00 WIB (jam
berangkat kantor) dan jam 16.00 WIB (jam pulang kantor).
3. Jalan yang mengitari Taman Diponegoro merupakan jalan satu arah
(gambar anak panah warna dengan 1 tanda), sedangkan Jalan Sultan
Agung merupakan jalan dua arah (gambar panah warna merah dengan
2 tanda). Untuk panah 2 arah warna kuning merupakan akses menuju
jalan dengan area perkampungan.
Gambar 4.12 Analisis Pencapaian Pada Site
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
Konsep:
1. Jalan Sultan Agung yang dekat dengan Taman Diponegoro akan
menjadi main entrance site karena posisinya sebagai jalan arteri
sekunder.
77
2. Memisahkan main entrance dengan exit agar tidak terjadi kemacetan
pada site pada jam – jam kantor.
Gambar 4.13 Konsep Pencapaian Lokasi Pada Site
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
4.1.6 Analisis dan Konsep View
Analisis view berfungsi untuk mempertimbangkan posisi view pada
bangunan baik jika dilihat dari luar bangunan atau dalam bangunan dengan
mengacu dengan kondisi pemandangan yang ada di sekitar site,
memaksimalkan posisi site yang ada, dan menyelaraskan bangunan
dengan lingkungan serta alam yang ada.
Analisis:
1. View site yang paling baik dari dalam site yaitu ke arah ruang terbuka
hijau atau ke arah Taman Diponegoro.
2. View pada utara site adalah Taman Diponegoro dan Puskesmas Kagok;
di sebelah timur adalah perumahan dan pertokoan; di sebelah selatan
adalah perumahan; dan di sebelah barat adalah Jalan Sultan Agung dan
ruko-ruko pertokoan.
78
Gambar 4.14 Analisis View pada Site
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
Konsep:
1. View site yang palik baik dari dalam site yaitu ke arah jalan Sultan
Agung yang berada di sebelah barat atau ke arah utara Taman
Diponegoro.
2. Fasad bangunan dan penataan landscaping ditata sedemikian rupa
supaya bisa menjadi view yang bagus jika dilihat dari luar maupun
dalam site.
Gambar 4.15 Konsep View Pada Site
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
79
4.1.7 Analisis dan Konsep Orientasi Bangunan
Analisis orientasi bangunan berfungsi untuk menentukan posisi
bangunan dalam site terhadap lingkungan luar, sehingga dapat menjadi
point of view bangunan jika saat dilihat. Untuk mempertimbangkan
orientasi bangunan, maka orientasi bangunan diusahakan menghadap ke
segala arah dan dapat dilihat dari berbagai sisi site.
Analisis:
1. Kondisi site hanya menunjuang pengenalan point of interest site pada
satu sisi saja yaitu pada sisi yang berdekatan dengan Jalan Sultan
Agung.
2. Orientasi bangunan pada site sangat tergantung dengan pola sirkulasi
yang ada di site.
3. Ada bangunan yang mengganggu pengenalan point off interest site ke
luar.
Analisis:
1. Orientasi bangunan diarahkan ke semua sisi yang dapat diliat
pengguna jalan yang ada di dalam site.
2. Orientasi bagunan sebelah barat memiliki potensi yang baik untuk
menjadi pengenal kawasan karena bebas tanpa penghalang.
Gambar 4.16 Analisis dan Konsep Oerintasi Pada SIte
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
80
4.1.8 Analisis dan Konsep Kebisingan
Analisis kebisingan berfungsi untuk mengetahui titik kebisingan
yang terjadi si sekitar site. Nantinya dengan melakukan analisis kebisingan
diharapkan dapat menciptakan pusat rehabilitasi yang sangat nyaman
untuk mendukung semua aktifitas yang ada di dalam gedung.
Analisis:
1. Jalan Sultan Agung termasuk jalan arteri sekunder, walaupun tingkat
kebisingannya lumayan tetapi jika penataan bangunannya tepat tidak
terlalu menjadi masalah.
2. Kondisi selain Jalan Sultan Agung memiliki tingkat kebisingan yang
rendah dan hampir tidak ada karena bersebelahan dengan Puskesmas
Kagok dan perumahan.
Gambar 4.17 Analisis Kebisingan Pada Site
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
Konsep:
1. Menetralisir kebisingan dengan menanam tanaman yang dapat
mereduksi secara efektif yaitu tanaman yang mempunyai tajuk tebal
dan daun yang rindang seperti tanaman Jati Emas, menanam Bambu
Jepang dan China.
2. Menempatkan tata masa bangunan sesuai dengan tingkat privasinya.
Semakin tinggi privasinya maka akan membutuhkan space yang lebih
tenang.
81
Gambar 4.18 Konsep Kebisingan Pada Site
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
4.1.9 Analisis dan Konsep Zonifikasi
Analisis zonifikasi berfungsi untuk menentukan zona mana saja
yang menmbutuhkan privasi yang tinggi sesuai dengan kebutuhan
kegiatan yang ada. Analisis zonifikasi sangat disarankan untuk
mempertimbangkan jenis kegiatan yang dilakukan pemakaian bangunan
dan memperhatikan hubungan antara pencapaian, kebisingan serta
sirkulasi pada bangunan.
Analisis:
1. Zona publik adalah zona dimana user bisa melakukan semua kegiatan
dengan mengakses seluruh bangunan tanpa dibatasi.
2. Zona semi publik adalah zona dimana user hanya bisa melakukan
kegiatan pada ruangan ruangan tertentu saja.
3. Zona private adalah zona yang hanya bisa diakses oleh staff pengelola
saja untuk melakukan kegiatan kepengurusan terkait dengan
bangunan.
Konsep:
1. Site yang berada dengan dekat Jalan Sultan Agung lebih cocok
digunakan sebagai zona publik.
82
2. Site pada area dalam kawasan sangat cocok untuk zona aktifitas semi
publik dan privat.
Gambar 4.19 Zonifikasi Pada Site
Sumber: Analisis Penulis, Oktober 2016
4.1.10 Analisis dan Konsep Sirkulasi
Analisis sirkulasi berfungsi untuk menentukan pola pergerakan
manusia dalam beraktivitas di dalam site. Analisis sirkulasi juga harus
mempertimbangkan kegiatan apa saja yang dilakukan, ruang apa yang
digunakan, serta penataan zona publik, semi publik dan privat.
Analisis:
1. Sirkulasi pengunjung mencapai lokasi site berasal dari Jalan Sultan
Agung yang memiliki 1 arah.
2. Sirkulasi dalam site harus sinkron dengan zonifikasi dalam site
Konsep:
1. Alur sirkulasi di dalam site menggunakan sistem jalur satu arah.
2. Sirkulasi kendaraan di dalam site terhubung dengan area parkir,
entrance, dan exit.
3. Jalur sirkulasi di dalam site diberi petunjuk jalan agar pengunjung
tidak bingung.
83
Gambar 4.20 Sirkulasi Pada Site Sumber: Analisis Penulis, Oktober 2016
4.1.11 Analisis dan Konsep Klimatologi
Analisis klimatologi berfungsi untuk mengetahui kondisi iklim yang
ada di lingkungan site. Analisis klimatologi mencakup beberapa analisis,
diantaranya analisis matahari, analisis hujan, dan analisis angin.
a. Analisis Matahari
Analisis:
1. Matahari terbit dari timur menuju barat sehingga bagian timur site
memperoleh manfaat sinar matahari pagi dan bagian barat site
mendapat sinar matahari sore yang kurang baik.
2. Sinar matahari sore dapat mengakumulasi panas pada tembok
bangunan jika tidak mengatasinya dengan benar.
3. Matahari dapat memberikan manfaat jika bisa memanfaatkannya
dengan benar, misalnya dengan pemasangan panel surya (untuk
penghematan energi).
84
Gambar 4.21 Analisa Pergerakan Matahari Pada Site
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
Konsep:
1. Matahari dapat memberikan manfaat jika bisa memanfaatkannya
dengan benar, misalnya dengan pemasangan panel surya (untuk
penghematan energi).
2. Memanfaatkan orientasi bangunan menghadap timur dan
meminimalkan orientasi bangunan menghadap barat secara
langsung.
3. Memanfaatkan cahaya matahari untuk menghemat penggunaan
lampu di dalam bangunan.
4. Memanfaatkan vegetasi dan pepohonan untuk menghalau sinar
matahari pada sore hari.
85
Gambar 4.22 Konsep Pergerakan Matahari Pada Site
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
b. Analisis Hujan
Analisis:
1. Lokasi site memiliki curah hujan sedang dan terkadang akan
berpotensi terjadinya petir. Tetapi tidak setiap hujan akan
bersamaan dengan munculnya petir.
2. Site bangunan akan mengalami genangan air apabila site tidak
merespon penanggulangan air hujan.
3. Perlunya perlakuan khusus bagi bangunan terhadap hujan untuk
menangkal efek hujan baik secara jangka pendek atau panjang.
Konsep:
1. Resapan air hujan dan saluran selokan air harus dimanfaatkan
sebaik mungkin agar tidak menimbulkan genangan air.
2. Menyediakan penampungan air hujan guna untuk dimanfaatkan
kembali.
3. Mendesain bangunan yang siap untuk menghadapi air hujan dengan
menggunakan cat berkualitas tinggi guna mencegah dinding tidak
cepat rusak/ memudar, menggunakan tristisan untuk mencegah air
tampias masuk ke dalam bangunan, menggunakan trasraam pada
bagian bawah bangunan setinggi 30cm agar air tanah tidak
merembes naik.
86
Gambar 4.23 Analisis Hujan Pada Site
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
c. Analisis Angin
Analisis:
1. Angin berhawa sejuk di Indonesia berhembus dari arah barat daya
ke timur laut, sedangkan angin panas berhembus sebaliknya.
Kecepatan angin umumnya rendah.
2. Angin dapat berfungsi untuk mengurangi kelembaban udara dan
suhu tinggi di dalam ruangan.
Gambar 4.24 Analisis Angin Pada Site
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
Konsep:
1. Membuat bukaan pada bagian selatan atau utara pada bangunan
guna untuk mendapatkan aliran angin.
87
2. Bukaan yang baik seharusnya juga didesain dengan mengantisipasi
angin kencang yang datang pada saat musim hujan, misalnya
dengan mengaplikasikan sirip-sirip pada bukaan ventilasi.
3. Bentuk bukaan ventilasi dapat disesuaikan dengan lokasi dimana
daerah tersebut dibangun untuk menyesuaikan jumlah angin yang
ada.
4. Menanam vegetasi yang dapat mereduksi datangnya angin panas
sehingga angin panas tidak semuanya masuk ke dalam bangunan.
Gambar 4.25 Konsep Angin pada Site
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
4.1.12 Analisis dan Konsep Topologi
Analisis topologi berfungsi untuk menentukan langkah apa yang
akan ditempuh untuk mendesain suatu desain bangun jika susah
mengetahui kondisi tanah yang pada site.
Analisis:
1. Kondisi tanah pada site tidak memiliki kemiringan tanah sehingga
tidak menyulitkan pembangunan serta mendukung digunakan oleh
pasien pasca-stroke.
Konsep:
1. Sangat diperlukan pengolahan tanah yang seefektif mungkin.
2. Apabila memiliki tanah yang berkontur dapat menggunakan metode
cut and fill untuk meratakan tanah yang ada.
88
4.2 Analisis dan Konsep Mikro
4.2.1 Analisis Ruang
Analisis ruang berfungsi untuk menentukan siapa saja user yang
menggunakan bangunan tersebut, kegiatan apa saja yang dilakukan pada
kawasan tersebut, serta ruang apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung
aktivitas yang ada, dan berapa luasan bangunan yang akan dirancang
nantinya.
4.2.2.1 Analisis Pola Kegiatan Pelaku
Analisis pola kegiatan pelaku berfungsi untuk menganalisis siapa
pelaku/ user yang menggunakan kawasan tersebut serta pola kegiatan apa
yang terjadi di bangunan tersebut. Berikut adalah penjabarannya:
1. Pengelola
Pengelola adalah pihak yang mengelola atau mengurus
manajemen pusat rehabilitasi pasca-stroke serta memberikan
pengawasan terhadap pelayanan yang diberikan pusat rehabilitasi ini
kepada pasien atau pengunjung. Pengelola di dalam pusat rehabilitasi
ini adalah sebagai berikut:
a. Direktur Utama
Direktur Utama bertugas untuk bertanggung jawab terhadap semua
aktivitas yang dilakukan oleh semua staff yang ada.
b. Direktur Medis & Keperawatan
Direktur Medis & Keperawatan bertugas untuk melaporkan semua
kegiatan yang dibawahinya kepada Direktur Utama. Pengelola ini
akan bertanggung jawab mengawasi:
1. Kepala Bidang Pelayanan Medis akan bertugas dengan Seksi
Pelayanan Medis Rawat Jalan dan Seksi Pelayanan Medis Rawat
Inap.
2. Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan akan bertugas dengan
Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Jalan dan Seksi Pelayanan
Keperawatan Rawat Inap.
89
3. Kepala Bidang Penunjang Medis akan bertugas bersama Seksi
Sarana Medis, Seksi Sarana Non Medis, dan Seksi Pembekalan
Farmasi.
c. Direktur SDM
Direktur SDM bertugas untuk melaporkan semua kegiatan yang
dibawahinya kepada Direktur Utama dan bertugas mengawasi:
1. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia akan bertugas dengan
Subbagian Administrasi Kepegawaian, Subbagian
Pengembangan SDM, dan Subbagian Pembinaan &
Kesejahteraan Pegawai.
d. Direktur Keuangan
Direktur Keuangan bertugas untuk melaporkan semua kegiatan yang
dibawahinya kepada Direktur Utama. Selain itu, Direktur Keuangan
juga bertugas mengawasi:
1. Kepala Bagian Perencanaan & Evaluasi Anggaran akan bertugas
bersama Subbagian Penyusunan Anggaran dan Subbagian
Evaluasi Anggaran.
2. Kepala Bagian Perbendaharaan & Mobilisasi Dana akan
bertugas bersama Subbagian Mobilisasi Dana dan Subbagian
Perbendaharaan.
3. Kepala Bagian Akutansi & Verfikasi akan bertugas bersama
Subbagian Akutansi Keuangan & Verifikasi dan Subbagian
Akutansi Manajemen.
e. Direktur Umum & Operasional
Direktur Umum & Operasional bertugas untuk melaporkan semua
kegiatan yang dibawahinya kepada Direktur Utama dan bertugas
mengawasi:
1. Kepala Bagian Umum akan bertugas bersama dengan Subbagian
Tata Usaha dan Subbagian Perlengkapan & Rumah Tangga.
90
2. Kepala Bagian Perencanaan & Evaluasi akan bertugas bersama
dengan Subbagian Perencanaan dan Subbagian Evaluasi dan
Pelaporan.
3. Kepala Bagian Hukum, Humas & Pemasaran akan bertugas
bersama dengan Subbagian Hukum dan Subbagian Humas &
Pemasaran.
Gambar 4.26 Diagram Pola Kegiatan Pengelola
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
Tabel 4.3 Analisis Kebutuhan Ruang Berdasarkan Pelaku
(Pengelola) Kelompok
Pelaku
Kegiatan Kebutuhan
Ruang
Zona
Pengelola Parkir Mobil Private
Motor Private
Bekerja Kantor Private
Rapat Ruang Rapat Private
Sholat Masjid Publik
Belanja Minimarket Publik
MCK Lavatory Semi
Publik
Menemui
Tamu
Ruang Tamu Semi
Publik
Makan Kantin Semi
Publik Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
2. Karyawan
Karyawan bertugas untuk melakukan semua pekerjaannya
sesuai bidangnya masing masing di pusat rehabilitasi pasca-stroke.
91
Karyawan yang bertugas di pusat rehabilitasi pasca-stroke ada 2 macam
yaitu:
a. Karyawan Medis
Karyawan medis bertugas untuk melakukan pekerjaan yang
berhubungan dengan hal medis. Karyawan medis yang ada di Pusat
Rehabilitasi Pasca-Stroke ini adalah:
1. Neurologist (ahli saraf)
2. Neuro psikolog
3. Psikiater
4. Perawat rehabilitasi
5. Terapis fisik
6. Terapis pekerjaan/ okupasional
7. Ahli bicara dan wacana
8. Ahli diet
b. Karyawan Non Medis
Karyawan non medis bertugas untuk melakukan pekerjaan yang
berhubungan dengan hal non medis. Karyawan non medis yang ada
di Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke ini adalah:
1. Terapis untuk rekreasi
2. Customer Service
3. Administrasi
4. Cleaning service
5. Satpam
6. Teknisi Utilitas
92
Gambar 4.27 Diagram Pola Kegiatan Karyawan
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
Tabel 4.4 Analisis Kebutuhan Ruang Berdasarkan Pelaku
(Karyawan) Kelompok
Pelaku Kegiatan
Kebutuhan
Ruang Zona
Karyawan
Medis
Parkir Mobil Private
Motor Private
Bekerja Kantor Karyawan Private
Rapat Ruang Rapat Private
Terapi Okupasi Ruang Okupasi Semi
Publik
Terapi Wicara Ruang Wicara Semi
Publik
Terapi Fisioterapi Ruang Fisioterapi Semi
Publik
Rehabilitasi Klinis Ruang Rehabilitasi
Klinis
Semi
Publik
Hidroterapi Ruang Hidroterapi Semi
Publik
Terapi Ortotetis
Prostetis
Ruang Ortotetis
Prostetis
Semi
Publik
Menyiapkan
Makanan Pasien
Dapur Private
Konsultasi Ruang Konsultasi Semi
Publik
MCK Lavatory Semi
Publik
Makan Kantin Semi
Publik
Sholat Masjid Publik
Berbelanja Minimarket Publik
Mengambil Uang ATM Center Publik
Karyawan
Non
Medis
Parkir Mobil Private
Motor Private
Logistik Makanan Dapur Basah Private
93
Kelompok
Pelaku Kegiatan
Kebutuhan
Ruang Zona
Teknikal Ruang Teknisi Private
Ruang Mechanical
Electrical
Private
Cleaning Service Ruang Janitor Private
Membakar Sampah
(Medis/tidak)
Ruang Incinerator Private
Menyimpan
Peralatan
Gudang Umum Private
Menyimpan Barang Loker Karyawan Private
Ruang Administrasi Administration Semi
Publik
Menjaga Keamanan Pos Keamanan Semi
Publik
Makan Kantin Semi
Publik
Customer Sevice Receptionist Publik
Berbelanja Minimarket Publik
Mengambil Uang ATM Center Publik Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
3. Pasien/Penderita Pasca-stroke
Penderita pasca-stroke adalah penderita yang mengalami kecacatan
fisik setelah terkena penyakit stroke.
Gambar 4.28 Diagram Pola Kegiatan Pasien Pasca-Stroke Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
94
Tabel 4.5 Analisis Kebutuhan Ruang Berdasarkan Pelaku
(Pasien Pasca-Stroke) Kelompok
Pelaku Kegiatan
Kebutuhan
Ruang Zona
Pasien
Pasca-
stroke
Parkir Mobil Publik
Motor Publik
Customer Sevice Receptionist Publik
Berbelanja Minimarket Publik
Mengambil Uang ATM Center Publik
Administrasi Ruang Administrasi Semi
Publik
Rawat Inap Paviliun Rawat Inap Semi
Publik
Rawat Jalan Ruang Rawat Jalan Semi
Publik
Membeli Obat Apotik Semi
Publik
Rekreasi Taman Semi
Publik
Mengambil uang ATM Center Semi
Publik
Refreshing Gazebo Semi
Publik
Terapi Okupasi Ruang Okupasi Semi
Publik
Terapi Wicara Ruang Wicara Semi
Publik
Terapi Fisioterapi Ruang Fisioterapi Semi
Publik
Hidroterapi Ruang Hidroterapi Semi
Publik
Terapi Ortotetis
Prostetis
Ruang Ortotetis
Prostetis
Semi
Publik Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
4. Pengunjung
Pengunjung adalah orang yang akan menjenguk pasien atau melakukan
kegiatan edukasi yang berkaitan dengan pencegahan stroke.
95
Gambar 4.29 Diagram Pola Kegiatan Pegunjung
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
Tabel 4.6 Analisis Kebutuhan Ruang
Berdasarkan Pelaku (Pengunjung) Kelompok
Pelaku Kegiatan
Kebutuhan
Ruang Zona
Pengunjung
Parkir Mobil Publik
Motor Publik
Customer Sevice Receptionist Publik
Menunggu jam
jenguk
Ruang Tunggu Publik
Mengantar Pasien Ruang Tunggu Publik
Edukasi Education
Center
Publik
Mengambil uang ATM Center Publik
Berbelanja Minimarket Semi Publik
Membeli Obat Apotik Semi Publik Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
4.2.2.2 Analisis Perhitungan Besaran Ruang
a. Dasar Perhitungan Besaran Ruang
Tujuan dari perhitungan besaran ruang adalah untuk
mendapatkan besaran ruang yang sesuai dengan kebutuhan user. Dasar
pertimbangannya diperoleh dari:
1. Kapasitas ruang yang dipakai
2. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh user bangunan
3. Flow/ ruang gerak dari user
4. Standart luasan unit fungsi yang ditentukan oleh (Neufert, 2002)
dan (Kementrian Kesehatan RI, 2012)
Standart ruang yang penulis susun bersumber dari:
96
1. EN : Ernest Neufert, Data Arsitek
2. MENKES : Kemenkes RI, Pedoman – Pedoman Teknis
Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.
3. SB : Studi Banding
4. AS : Asumsi Penulis
b. Perhitungan Besaran Ruang
Berikut adalah analisis besaran ruang berdasarkan kelompok
bangunan yang ada di Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke:
Tabel 4.7 Analisis Kebutuhan Ruang
Berdasarkan Bangunan Care Center Kelompok
Bangunan
Zon
asi
Rua
ng
Kebutuhan
Ruang
Kapas
itas
(Oran
g)
Standa
rt
Luas
(m2)
Sumber Jumla
h
Ruan
g
Jumlah
(m2)
Care
Center
Pub
lik
Hall 38 1,64 EN 1 62
Receptionist 2 4,85 AS 1 9,7
Ruang
Tunggu
Pendaftaran
dan
Konsultasi
70 1,64 EN 1 112
Ruang
Tunggu
Terapi
21 1,64 AS 3 103
ATM Center 15 1,64 AS 1 24,6
Lavatory 8 2 AS 1 16
Toilet Difabel 4 3,6 AS 1 14,4
Kantin 45 1,64 AS 2 77
Se
mi
Pub
lik
Loket
Pendaftaraan
dan
Pendataan
5 5 MENKE
S
1 25
Ruang
Administrasi
5 5 MENKE
S
1 25
Ruang
Rehabilitasi
Klinis
1 6,5 AS 2 13
Apotik 13 1,64 EN 1 22.5
Ruang
Okupasi
- 30 MENKE
S
1 55
Ruang Terapi
Wicara
- 14 MENKE
S
2 28
Ruang Terapi
Wicara
5 3 MENKE
S
2 28
97
Kelompok
Bangunan
Zon
asi
Rua
ng
Kebutuhan
Ruang
Kapas
itas
(Oran
g)
Standa
rt
Luas
(m2)
Sumber Jumla
h
Ruan
g
Jumlah
(m2)
Audiometer
(Pasien)
Ruang Terapi
Wicara
Audiometer
(Operator)
- 14 MENKE
S
2 28
Ruang Gym
Fisioterapi
- 50 MENKE
S
1 61
Ruang Senam
Stroke
- 36 AS 1 36
Kolam
Hidroterapi
- 20 MENKE
S
2 40
Ruang Bilas - 20 AS 2 40
Ruang Ganti
Hidroterapi
- 6,25 MENKE
S
2 12,5
Bengkel
Halus OP
- 9 MENKE
S
1 10
Bengkel Kasar
OP
- 36 MENKE
S
1 34
Ruang Jahit/
Kulit OP
- 12 MENKE
S
1 12
Ruang Bionik
(Biologi
Elektronik)
OP
- 9 MENKE
S
1 9.5
Ruang
Penyimpanan
Barang Jadi
OP
- 15 MENKE
S
1 15
Gudang
Bahan Baku
OP
- 15 MENKE
S
1 16
Ruang
Penyetelan
Ortetis
Prostetis
- 9 MENKE
S
1 9
Ruang Sosial
Medik
- 36 AS 1 36
Priv
ate
Gudang
Umum
- 30 AS 1 30
Ruang Pompa
Hidroterapi
- 4,5 AS 2 9
Ruang
Karyawan &
loker
- 70 AS 1 70
Ruang Sound 2 3 AS 1 6
98
Kelompok
Bangunan
Zon
asi
Rua
ng
Kebutuhan
Ruang
Kapas
itas
(Oran
g)
Standa
rt
Luas
(m2)
Sumber Jumla
h
Ruan
g
Jumlah
(m2)
Ruang CCTV 2 2 AS 1 4
Ruang Panel
SDP
1 15 AS 1 15
Ruang GWT 1 24 AS 1 24
Ruang Pompa 1 24 AS 1 24
Ruang MDP,
SDP
1 24 AS 1 24
Ruang Genset 2 unit 12 AS 1 24
Ruang Janitor 5 1,2 AS 1 6
Pantry 5 1,2 AS 1 6
Total Keseluruhan 1185,499
Flow= 30% dari total keseluruhan 355,6497
Sub Total Care Center (belum termasuk parkir) 1541,148
7
Kelompo
k
Banguna
n
Zonasi
Ruang
Kebutuha
n
Ruang
Kapasita
s
(Orang)
Standa
rt
Luas
(m2)
Sumber Jumla
h
Ruan
g
Jumlah
(m2)
Care
Center
Publik Parkir
Mobil
Rawat
Jalan
41 12,5 NE 1 512,5
Parkir
Motor
Rawat
Jalan
32 2,5 NE 1 80
Total Keseluruhan 592,5
Flow= 100% dari total keseluruhan 1185
Sub Total Care Center (hanya parkir) 1777,5
Sub Total Care Center 3318,648
7 Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
Tabel 4.8 Analisis Kebutuhan Ruang
Berdasarkan Bangunan Staff Headquarter Kelompok
Bangunan
Zonas
i
Ruan
g
Kebutuhan
Ruang
Kapasita
s
(Orang)
Standa
rt
Luas
(m2)
Sumber Jumla
h
Ruan
g
Jumlah
(m2)
Staff
Headquart
er
Publi
k
Hall 40 1,64 EN 1 68
Receptionis
t
2 1,64 EN 1 3,28
99
Kelompok
Bangunan
Zonas
i
Ruan
g
Kebutuhan
Ruang
Kapasita
s
(Orang)
Standa
rt
Luas
(m2)
Sumber Jumla
h
Ruan
g
Jumlah
(m2)
Ruang
Tunggu
25 1,64 EN 1 41
ATM
Center
20 1,64 AS 1 32,8
Lavatory 16 2,25 AS 1 36
Kantin Staff
dan
Karyawan
- 150 AS 1 150
Privat
e
Ruang
Direktur
Utama
1 20 EN 1 20
Ruang
Direktur
1 16 EN 4 64
Ruang
Bagian dan
Subbagian
1 9 AS 32 270
Ruang
Neurologist
2 12 AS 3 36
Ruang
Neuro
psikolog
2 12 AS 3 36
Ruang
Psikiater
1 10 AS 5 50
Ruang
Perawat
Rehabilitasi
10 40 AS 2 80
Terapis
Fisik
6 40 AS 1 40
Terapis
Pekerjaan
6 40 EN 1 40
Terapis
Rekreasi
10 40 AS 1 40
Ahli bicara
wacana
3 20 EN 2 40
Ahli Diet 3 20 EN 2 40
Ruang
Rapat
100 2 AS 1 200
Gudang
Umum
10 3 AS 1 30
Ruang
Sound
2 3 AS 1 6
Ruang Staff
Dapur
5 2 AS 1 10
Ruang
Penerimaan
2 16 MENKE
S
1 16
100
Kelompok
Bangunan
Zonas
i
Ruan
g
Kebutuhan
Ruang
Kapasita
s
(Orang)
Standa
rt
Luas
(m2)
Sumber Jumla
h
Ruan
g
Jumlah
(m2)
Bahan
Makanan
Ruang
Penyimpan
an Bahan
Makanan
Basah
3 7 MENKE
S
1 7
Ruang
Penyimpan
an Bahan
Makanan
Kering
3 9 MENKE
S
1 9
Ruang
Persiapan
Dapur
3 18 MENKE
S
1 18
Ruang
Pengolahan
3 18 MENKE
S
1 18
Ruang
Penyajian
3 9 MENKE
S
1 9
Ruang Cuci
Dapur
3 9 MENKE
S
1 9
Gudang
Alat Dapur
4 16 MENKE
S
1 16
Ruang
CCTV
2 2 AS 1 4
Ruang
Panel
SDP,MDP
1 15 AS 1 15
Ruang
Chiller
1 15 AS 1 15
Ruang
AHU
1 15 AS 1 15
Ruang
Janitor
5 1,2 AS 1 6
Pantry 5 1,2 AS 1 6
Total Keseluruhan 1789,08
Flow= 30% dari total keseluruhan 536,724
Sub Total Staff Headquarter 2325,80
4 Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
Untuk menentukan jumlah tempat tidur pada paviliun rawat inap pusat
rehabilitasi pasca-stroke, penulis menggunakan data jumlah tempat tidur
dari rumah sakit rehabilitasi medik yang ada pada Peraturan Menteri
101
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010
tentang klasifikasi rumah sakit. Berdasarkan peraturan tersebut, rumah
sakit rehabilitasi medik termasuk ke dalam rumah sakit khusus yang
nantinya terbagi menjadi 3 kelas, yaitu kelas A, B, atau C.
Tabel 4.9 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Rehabilitasi Medik
Jenis Saran
dan
Prasarana
Kelas A
(Tempat
Tidur)
Kelas B
(Tempat
Tidur)
Kelas C
(Tempat
Tidur)
Bangunan/
Ruang
Rawat Inap
100 50 - 100 25 - 50
Sumber: Permenkes RI Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah
sakit
Karena pusat rehabilitasi pasca stroke (hanya menangani pasien dengan
kasus pasca stroke) sedikit berbeda dengan rumah sakit rehabilitasi
medik (tidak hanya menangani pasien dengan kasus pasca stroke), maka
kelas yang dipilih adalah kelas c. Maka dengan dengan hasil tersebut,
penulis memilih 30 tempat tidur untuk paviliun rawat inap pada pusat
rehabilitasi pasca-stroke di Semarang.
Tabel 4.10 Analisis Kebutuhan Ruang
Berdasarkan Bangunan Paviliun Rawat Inap Kelompo
k
Banguna
n
Zonas
i
Ruang
Kebutuhan
Ruang
Kapasita
s
(Orang)
Standa
rt
Luas
(m2)
Sumber Jumla
h
Ruan
g
Jumlah
(m2)
Paviliun
Rawat
Inap
Publik
Hall 30 1,64 EN 1 53
Receptionist 2 - EN 1 10
Ruang
Tunggu
13 1,64 EN 1 21
Lavatory 6 - AS 1 54
Semi
Publik
Kamar Tidur
Rawat Inap
1 30 AS 32 960
Office
Karyawan
5 2 AS 1 10
Nurse
Station
4 15 AS 2 30
Privat
e
Ruang
Dokter Jaga
1 5 MENKE
S
2 9
Ruang
Perawat
5 2 MENKE
S
1 10
102
Kelompo
k
Banguna
n
Zonas
i
Ruang
Kebutuhan
Ruang
Kapasita
s
(Orang)
Standa
rt
Luas
(m2)
Sumber Jumla
h
Ruan
g
Jumlah
(m2)
Ruang Staff
Dapur
5 2 AS 1 10
Ruang
Penerimaan
Bahan
Makanan
2 16 MENKE
S
1 16
Ruang
Penyimpanan
Bahan
Makanan
Basah
3 7 MENKE
S
1 7
Ruang
Penyimpanan
Bahan
Makanan
Kering
3 9 MENKE
S
1 9
Ruang
Persiapan
Dapur
3 18 MENKE
S
1 18
Ruang
Pengolahan
3 18 MENKE
S
1 18
Ruang
Penyajian
3 9 MENKE
S
1 9
Ruang Cuci
Dapur
3 9 MENKE
S
1 9
Gudang Alat
Dapur
4 16 MENKE
S
1 16
Ruang Staff
Linen
5 2 AS 1 10
Ruang Sortir
Linen
4 12 MENKE
S
1 12
Ruang
Dekontamina
si Linen
4 20 MENKE
S
1 20
Ruang Cuci
dan
Pengeringan
Linen
4 16 MENKE
S
1 16
Ruang
Setrika dan
Lipat Linen
4 30 MENKE
S
1 30
Gudang
Linen
2 8 MENKE
S
1 8
Ruang Sound 2 3 AS 1 6
Ruang
CCTV
2 2 AS 1 4
103
Kelompo
k
Banguna
n
Zonas
i
Ruang
Kebutuhan
Ruang
Kapasita
s
(Orang)
Standa
rt
Luas
(m2)
Sumber Jumla
h
Ruan
g
Jumlah
(m2)
Ruang Panel
SDP
1 15 AS 1 15
Ruang
Genset
1 unit 15 AS 1 15
Ruang
Janitor
5 1,2 AS 1 6
WC/ KM
Staff
10 2,25 AS 1 22,5
Pantry 5 1,2 AS 1 6
Total Keseluruhan 2653,68
Flow= 30% dari total keseluruhan 796,104
Sub Total Paviliun Rawat Inap 3449,78
4 Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
Tabel 4.11 Analisis Kebutuhan Ruang
Berdasarkan Bangunan Minimarket & Ed. Center Kelompok
Bangunan
Zonasi
Ruang
Kebutuhan
Ruang
Kapasita
s
(Orang)
Standar
t
Luas
(m2)
Sumbe
r
Jumla
h
Ruang
Jumlah
(m2)
Minimarke
t & Ed.
Center
Publik
Minimarket - 170
AS 1 170
Cafe - 243 AS 1 243
Auditorium 78 270 AS 1 170
Rg Loker
Auditorium
100 170 AS 1 170
Receptionis
t
2 10 AS 3 30
Ruang
Santai
- 16 AS 1 16
Semi
Publik
Kasir 5 1,2 NE 1 6
Privat
e
Unloading 1 Truk 21 NE 1 21
Ruang
Stock
Kering
50 0,3 AS 1 15
Ruang
Stock
Dingin
50 0,3 AS 1 15
Dapur - 50 AS 1 50
Ruang
Monitor
1 8 NE 1 8
Ruang
Karyawan
5 1,64 NE 1 8,2
104
Kelompok
Bangunan
Zonasi
Ruang
Kebutuhan
Ruang
Kapasita
s
(Orang)
Standar
t
Luas
(m2)
Sumbe
r
Jumla
h
Ruang
Jumlah
(m2)
Loker 5 1,6/2 AS 1 4
Toilet 1 2,25 AS 1 2,25
Ruang
CCTV
2 2 AS 1 4
Ruang
Panel
MDP, SDP
1 18 AS 1 18
Ruang
Pompa
1 unit 4 AS 1 4
Total Keseluruhan 954,45
Flow= 30% dari total keseluruhan 286,335
Sub Total Minimarket & Ed. Center 1240,78
5 Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
Tabel 4.12 Analisis Kebutuhan Ruang
Berdasarkan Bangunan Masjid Kelompo
k
Bangunan
Zonasi
Ruang
Kebutuha
n
Ruang
Kapasita
s
(Orang)
Standar
t
Luas
(m2)
Sumbe
r
Jumla
h
Ruang
Jumlah
(m2)
Masjid
Publik
Ruang
Sholat
118 0,85 NE 1 100
Ruang
Wudhu
8 1,64 NE 2 26,24
Lavatory 16 2,25 AS 1 36
Privat
e
Ruang
Sound
- 13 AS 1 13
Mihrab 1 22 AS 1 22,8
Ruang
Wudhu
Imam
1 4 AS 1 4
Gudang 2 3 AS 1 6
Ruang
Panel SDP
1 22,5 AS 1 22,5
Ruang
Pompa
1unit 6 AS 1 6
Total Keseluruhan 236,54
Flow= 30% dari total keseluruhan 70,962
Sub Total Masjid 307,50
2 Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
105
Tabel 4.13 Analisis Kebutuhan Ruang
Berdasarkan Bangunan Power House Kelompo
k
Bangunan
Zonasi
Ruang
Kebutuha
n
Ruang
Kapasita
s
(Orang)
Standar
t
Luas
(m2)
Sumber Jumla
h
Ruang
Jumla
h
(m2)
ME Privat
e
Power
House
5 42 MENKE
S
2 84
Total Keseluruhan 168
Flow= 30% dari total keseluruhan 50,4
Sub Total ME 218,4 Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
Tabel 4.14 Analisis Kebutuhan Ruang
Berdasarkan Bangunan Parkir Mobil Operasional Kelompok
Bangunan
Zonasi
Ruang
Kebutuhan
Ruang
Kapasitas
(Buah)
Standart
Luas
(m2)
Sumber Jumlah
Ruang
Jumlah
(m2)
ME Private
Truk
Sedang
1 90 NE 1 90
Mobil 2 12,5 AS 2 25
Ambulance 2 28 AS 2 56
Total Keseluruhan 171
Flow= 30% dari total keseluruhan 51,3
Sub Total Parkir Mobil Operasional 222,3 Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
Tabel 4.15 Analisis Kebutuhan Ruang
Berdasarkan Bangunan Gedung Parkir Kelompo
k
Banguna
n
Zonas
i
Ruang
Kebutuha
n
Ruang
Kapasita
s
(Buah)
Standart
Luas (m2)
Sumbe
r
Jumla
h
Ruang
Jumla
h
(m2)
Gedung
Parkir Publik
Mobil
Rawat
Jalan
30 12,5 NE 1 375
Mobil
Karyawan
30 12,5 AS 1 375
Motor
Karyawan
90 2 AS 1 180
Total Keseluruhan 930
Flow= 100% dari total keseluruhan 1860
Sub Total Gedung Parkir (hanya parkir mobil dan motor) 2790
Kelompo
k
Banguna
n
Zonas
i
Ruang
Kebutuha
n
Ruang
Kapasita
s
(Buah)
Standar
t
Luas
(m2)
Sumbe
r
Jumlah
Ruang
Jumla
h
(m2)
106
Gedung
Parkir
Privat
e
Ruang
MDP &
SDP
- 35 AS 1 35
Ruang
Genset
1 34 AS 1 34
Total Keseluruhan 69
Flow= 30% dari total keseluruhan 20,7
Sub Total Gedung Parkir (Ruang MDP,dan Genset) 89,7
Sub Total Gedung Parkir 2879,
7 Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
Rekapitulasi besaran ruang menurut jenis kelompok bangunan adalah sebagai
berikut:
1. Care Center : 3318,6487m2
2. Staff Headquarter : 2.325,804 m2
3. Paviliun Rawat Inap : 3.449,784 m2
4. Minimarket & Ed Center : 1240,785 m2
5. Masjid : 307,502 m2
6. Power House : 218,4 m2
7. Mobil Operasional : 222,3 m2
8. Gedung Parkir : 2.879,7 m2
Berdasarkan jumlah rekapitulasi besaran ruangan tersebut, maka:
Subtotal : 13.560,887 m2
Sirkulasi 15% : 2.034,13305 m2
Total : 15.595,02 m2
Perhitungan parkir pada pusat rehabilitasi juga mencakup parkir untuk pengunjung
yang akan datang ke tempat tersebut. Standar luasan parkir kendaraan menurut
jenisnya sebagai berikut:
1. Sepeda motor : 0,75 m x 2,25 m = 1,6875 m2 untuk 2 orang
2. Bus besar : 13,25 m x 3,5 m = 46,375 m2 untuk 50 orang
Tabel 4.16 Analisis Kebutuhan Ruang
Berdasarkan Parkir Pengunjung Jenis
Kegiatan
Jenis Kendaraan Kapasitas Dimensi (m2) Total (m2)
Parkir
Pengunjung
Sepeda Motor 32 1,6875 54
Bus 3 46,375 139,125
Subtotal 193,125
Flow 100% 386,25
107
Total 579,375
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
Berdasarkan (Pemerintah Kota Semarang, 2000 - 2010) KDB maksimal pada Jalan
Sultan Agung jika akan dibangun fasilitas kesehatan adalah 60 %. Maka dapat
dihitung:
Luas lahan x 60% = 29.000 x 60%
= 17.400 m2
KDH minimum
Luas Lahan x 40% = 29.000 x 40%
= 11.600 m2
Luas tapak yang terbangun:
1. Care Center = 3.318,6487 m2 : 4 lantai = 829,66 m2
2. Staff Headquarter = 2.325,804 m2 : 2 lantai = 1162,902 m2
3. Paviliun Rawat Inap = 3.449,784 m2 : 3 lantai = 1149,928 m2
4. Minimarket & Ed. Center = 1240,785 m2 : 3 lantai = 413,595 m2
5. Masjid = 307,502 m2 : 1 lantai = 307,502 m2
6. Power House = 218,4 m2 : 1 lantai = 218,4 m2
7. Mobil Operasional = 222,3 m2 : 1 lantai = 222,3 m2
8. Gedung Parkir = 2.879,7 m2 : 2 lantai = 1439,85 m2
9. Parkir Pengunjung = 579,375 m2 : 1 lantai = 579,375 m2
Jumlah Total tapak yang digunakan = 6.323,512 m2
RTH pada site = Lahan – Total tapak yang digunakan
= 29.000 m2 - 6.323,512 m2
= 22.676,48 m2
Berdasarkan penilaian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembangunan
pusat rehabilitasi pasca-stroke pada lahan di Jalan Sultan Agung tidak
melanggar Peraturan Daerah Kota Semarang karena telah memenuhi KDB
maksimum dan KDH minimum terhadap site yang ada.
108
4.2.2 Analisis dan Konsep Massa
4.2.2.1 Analisis Massa Bangunan
Bangunan pada pusat rehabilitasi merupakan bangunan majemuk
karena perbadaan fungsi dan kegiatan penggunanya sehingga aktifitas dapat
berlangsung secara bersama-sama.
a. Dasar Pertimbangan
1. Menyesuaikan pola tatanan massa terhadap bentuk site.
2. Kenyamanan sirkulasi memperngaruhi bentuk dan penataan
bangunan.
3. Keselarasan antar bangunan sangat diperlukan untuk mendapatkan
keharmonisan bentuk.
b. Alternatif Bentuk Dasar
Bentuk dasar suatu massa bangunan dapat mengadopsi bentuk
bentuk geometri yang masing masingnya memiliki karakter yang
berbeda.
Tabel 4.17 Bentuk Dasar Geometri Bentuk Dasar Karakter
Lingkaran
Bentuk dasar yang memiliki
perwujudan dengan sisi yang tak
terhingga.
Segitiga
Bentuk yang memiliki
karakteristik menonjol pada satu
titik.
Persegi
Bentuk yang memiliki karakter
identik yang netral dan statis.
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
c. Pemilihan Bentuk Dasar
Bentuk dasar yang dipilih untuk bentuk massa bangunan pada
pusat rehabilitasi pasca-stroke adalah persegi dan lingkaran.
109
4.2.2.2 Pendekatan Tatanan Massa
a. Pertimbangan:
1. Menyesuaikan pola tatanan massa terhadap bentuk site.
2. Kenyamanan sirkulasi memperngaruhi bentuk dan penataan
bangunan.
3. Keselarasan antar bangunan sangat diperlukan untuk
menadapatkan keharmonisan bentuk.
b. Pola Tatanan Massa
Gambar 4.30 Pola Tatanan Massa
Sumber: (Ching, 2007)
c. Pemilihan Tatanan Massa
Pusat rehabilitasi pasca-stroke ini nantinya akan menggunakan
pola radial karena bentuknya lebih fleksibel terhadap kondisi tapak
bangunan yang ada.
4.2.3 Analisis dan Konsep Tampilan Arsitektur
4.2.3.1 Konsep Eksterior Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke
Konsep tampilan eksterior pusat rehabilitasi pasca-stroke yang akan
dirancang menggunakan konsep tampilan arsitektur kontemporer. Menurut
110
thesis dari (Ma'rufinanto, 2016) berikut adalah beberapa pengertian
arsitektur kontemporer dari beberapa ahli:
1. Y. Sumalyo, Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX
(1996) menjelaskan bahwa “Kontemporer adalah bentuk-bentuk
aliran arsitektur yang tidak dapat dikelompokkan dalam suatu aliran
arsitektur atau sebaliknya berbagai arsitektur tercakup di dalamnya.”
2. L. Hilberseimer, Contemporary Architects 2 (1964), menjelaskan
bahwa “Arsitektur kontemporer adalah suatu gaya aliran arsitektur
pada zamannya yang mencirikan kebebasan berekspresi, keinginan
untuk menampilkan sesuatu yang berbeda, dan merupakan sebuah
aliran baru atau penggabungan dari beberapa aliran arsitektur.
Arsitektur kontemporer mulai muncul sejak tahun 1789 namun baru
berkembang pada abad 20 dan 21 setelah perang dunia.”
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa arsitektur kontemporer adalah:
1. Bentuk dari bangunan bebas (ekspresif)
2. Sangat mencirikan kekinian, baik secara bangunan, teknologi,
struktur, maupun material yang akan digunakan.
3. Stylenya kontras dengan lingkungan yang ada di sekitar.
4. Tidak biasa namun tetap harmonis.
Berikut adalah beberapa bangunan yang akan dirancang dalam pusat
rehabilitasi pasca stroke:
a. Care Center
Bangunan Care Center pada pusat rehabilitasi ini berfungsi
untuk melakukan administrasi rehabilitasi dan melakukan rehabilitasi
selama dalam masa perawatan. Masa bangunan ini dapat digunakan
semua user yang ada pada pusat rehabilitasi ini tergantung dengan
zoningnya. Posisi banguan ini akan diletakkan berdekatan dengan zona
parkir agar lebih memudahkan untuk membawa pasien menjalani
perawatan rehabilitasi. Bangunan rehabilitasi ini nantinya akan
menggunakan konsep modern pada tampilan eksteriornya akan
111
mempunyai kesan dapat memberikan kesehatan bagi pasien pasca-
stroke.
Konsep tampilan yang akan digunakan pada bangunan Care
Center adalah kontemporer dengan memakai banyak bukaan untuk
menangkap cahaya yang masuk ke dalam bangunan demi menghemat
energi yang ada. Dengan adanya banyak bukaan pada Care Center yang
viewnya mengarah pada taman dapat merangsang pemulihan kondisi
pasien secara maksimal.
Gambar 4.31 Konsep Fasad yang Akan Digunakan Care Center
Sumber:Analisis Penulis, Oktober 2016
Tabel 4.18 Konsep Material Eksterior Care Center Elemen
Arsitektur
Alternatif
Material Karakter
Atap Zincalum Rapi, mudah dipasang
Dinding Bata Pemasangan mudah, ringan, kuat dan cepat
Kaca Pemasangan mudah, terlihat menarik, luas,
dan bersih
Fisnishing Cat Pengerjaan sangat mudah, dan tidak perlu
mengganti komponen bangunan yang lain
saat rusak, dan paling murah
Finishing ACP Modern, menarik, dan pemasangan mudah.
Lantai Marmer Menarik, terkesan bersih, luas, dan elegan
Parquett Kayu Suasana hangat sangat cocok untuk terapi
dan pemasangan mudah
Keramik Pemasangan mudah, paling murah Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
b. Staff Headquarter
Bangunan Staff Headquarter berfungsi untuk menampung
semua kegiatan dari pada pengelola dan karyawan yang ada. Bangunan
ini dirancang untuk membuat karyawan merasa nyaman dalam bekerja.
112
Konsep tampilan eksterior yang ada pada Staff Headquarter
adalah kontemporer dengan memanfaatkan material bangunan yang
kekinian. Staff Headquarter akan dirancang dengan menonjolkan
strukturnya untuk membuat tampilan berkesan gagah dengan harapan
staff yang ada di pusat rehabilitasi pasca stroke dapat menjaga dan
memulihkan kondisi pasien yang ada.
Gambar 4.32 Konsep Fasad Yang Akan Digunakan Pada Staff
Headquarter Sumber: Analisis Penulis, Oktober 2016
Tabel 4.19 Konsep Material Eksterior Staff Headquarter Elemen
Arsitektur
Alternatif
Material Karakter
Atap Genteng Beton Rapi, mudah dibersihkan
Dinding
Bata Pemasangan mudah, ringan, kuat dan cepat
Kaca Pemasangan mudah, terlihat menarik, luas,
dan bersih
Fisnishing Cat Pengerjaan sangat mudah, dan tidak perlu
mengganti komponen bangunan yang lain
saat rusak, dan paling murah
Finishing ACP Modern, menarik, dan pemasangan mudah.
Lantai Marmer Menarik, terkesan bersih, luas, dan elegan
Parquett Kayu Suasana hangat sangat cocok untuk terapi
dan pemasangan mudah
Keramik Pemasangan mudah, paling murah Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
c. Paviliun Rawat Inap
Paviliun rawat inap pada pusat rehabilitasi pasca stroke ini
dirancang untuk melayani pasien rawat inap baik dari dalam kota
maupun luar kota Semarang. Paviliun Rawat Inap
113
Pusat rehabilitasi ini memang hanya mengkhususkan merawat
pasien guna melakukan kegiatan rehabilitasi secara intensive. Konsep
yang digunakan untuk merancang paviliun rawat inap adalah
kontemporer dengan banyak bukaan yang mengarahkan view pada
taman yang dikhususkan bagi pasien rawat inap. Hal ini dilakukan
untuk mencegah pasien yang melakukan rawat inap merasa bosan
dalam menjalankan rehabilitasinya.
Gambar 4.33 Konsep Fasad Yang Akan Digunakan Pada Paviliun
Rawat Inap Sumber: Analisis Penulis, Oktober 2016
Tabel 4.20 Konsep Material Eksterior Paviliun Rawat Inap Elemen
Arsitektur
Alternatif
Material Karakter
Atap Genteng Beton Rapi, mudah dibersihkan
Dinding Bata Pemasangan mudah, ringan, kuat dan
cepat
Kaca Pemasangan mudah, terlihat menarik,
luas, dan bersih
Fisnishing Cat Pengerjaan sangat mudah, dan tidak
perlu mengganti komponen
bangunan yang lain saat rusak, dan
paling murah
Finishing ACP Modern, menarik, dan pemasangan
mudah.
Lantai Marmer Menarik, terkesan bersih, luas, dan
elegan
Parquett Kayu Suasana hangat sangat cocok untuk
terapi dan pemasangan mudah
Keramik Pemasangan mudah, paling murah Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
114
d. Minimarket & Ed. Center
Minimarket & Ed. Center adalah salah satu fasilitas penunjang
yang ditujukan untuk karyawan dan pengunjung yang ada. Minimarket
dan Cafe yang ada pada bangunan ini nantinya dapat buka 24 jam
sehingga dapat memenuhi kebutuhan karyawan, pengunjung dan pasien
selama 24 jam.
Minimarket dan Cafe pada pusat rehabilitasi menggunakan
konsep kontemporer dengan memanfaatkan penggunaan material yang
kekinian untuk menghindari desain menggunakan material yang
monoton.
Gambar 4.34 Konsep Fasad Yang Akan Digunakan pada
Minimarket Dan Cafe Sumber: Analisis Penulis , Oktober 2016
Tabel 4.21 Konsep Material Eksterior Minimarket dan Cafe Elemen
Arsitektur
Alternatif
Material Karakter
Atap Dak Rapi, mudah dibersihkan
Genteng
Beton
Kuat, rapi, dan mudah dibersihkan
Dinding Bata Pemasangan mudah, ringan, kuat dan cepat
Kaca Pemasangan mudah, terlihat menarik, luas, dan bersih
Fisnishing
Cat
Pengerjaan sangat mudah, dan tidak perlu mengganti
komponen bangunan yang lain saat rusak, dan paling
murah
Finishing
ACP
Modern, menarik, dan pemasangan mudah.
Lantai Marmer Menarik, terkesan bersih, luas, dan elegan
Parquett
Kayu
Suasana hangat sangat cocok untuk terapi dan
pemasangan mudah
Keramik Pemasangan mudah, paling murah Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
115
e. Masjid
Masjid adalah salah satu bangunan penunjang yang berfungsi
untuk beribadah. Masjid ini nantinya akan digunakan para karyawan
jika ingin shalat sambil menikmati waktu istirahat.
Konsep tampilan yang digunakan untuk merancang masjid
adalah kontemporer dengan sedikit memasukkan ornamen Islami guna
untuk menambah atmosfer kekhusyukan karyawan dan staff dalam
shalat.
Gambar 4.35 Konsep Fasad Yang Akan Digunakan Pada Masjid
Sumber: Analisis Penulis, 26 Juli 2016
Tabel 4.22 Konsep Material Eksterior Masjid Elemen
Arsitektur
Alternatif
Material Karakter
Atap Kubah Tahan cuaca, praktis dalam
pemasangan, awet, dan ringan
Dak Rapi, mudah dibersihkan
Genteng Beton Kuat, rapi, dan mudah dibersihkan
Dinding Bata Pemasangan mudah, ringan, kuat dan
cepat
Kaca Pemasangan mudah, terlihat menarik,
luas, dan bersih
Fisnishing Cat Pengerjaan sangat mudah, dan tidak
perlu mengganti komponen
bangunan yang lain saat rusak, dan
paling murah
Finishing ACP Modern, menarik, dan pemasangan
mudah.
Lantai Marmer Menarik, terkesan bersih, luas, dan
elegan
Keramik Pemasangan mudah, paling murah Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
116
f. Gedung Parkir
Gambar 4.36 Konsep Fasad Yang Akan Digunakan pada
Education Center Sumber: Analisis Penulis, Oktober 2016
Tabel 4.23 Konsep Material Eksterior Education Center Elemen
Arsitektur
Alternatif
Material Karakter
Atap Dak Rapi, mudah dibersihkan
Dinding Bata Pemasangan mudah, ringan, kuat dan
cepat
Kaca Pemasangan mudah, terlihat menarik,
luas, dan bersih
Fisnishing Cat Pengerjaan sangat mudah, dan tidak perlu
mengganti komponen bangunan yang lain
saat rusak, dan paling murah
Lantai Marmer Menarik, terkesan bersih, luas, dan elegan
Parquett Kayu Suasana hangat sangat cocok untuk terapi
dan pemasangan mudah
Keramik Pemasangan mudah, paling murah Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
4.2.3.2 Konsep Interior Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke
a. Care Center
Konsep interior Care Center adalah modern. Interior
menggunakan warna warna pastel alam yang membuat segar sehingga
saat seorang pasien melakukan rehabilitasi bisa merasa nyaman.
117
Gambar 4.37 Konsep Interior Yang Akan DIgunakan Pada Hall
Care Center Sumber:http://www.hospitalmanagement.net/projects/st_vincents/st_vincent
s1.html, 26 Juli 2016
Tabel 4.24 Konsep Material Interior Care Center Elemen
Arsitektur
Alternatif
Material Karakter
Atap Plafond Rapi, mudah dibersihkan
Skylight Memberikan kesan terang, sehingga sedikit menyilaukan
Dinding Bata Pemasangan mudah, ringan, kuat dan cepat
Kaca Pemasangan mudah, terlihat menarik, luas, dan bersih
Fisnishing
Cat
Pengerjaan sangat mudah, dan tidak perlu mengganti
komponen bangunan yang lain saat rusak, dan paling
murah
Finishing
ACP
Modern, menarik, dan pemasangan mudah.
Lantai Marmer Menarik, terkesan bersih, luas, dan elegan
Parquett
Kayu
Suasana hangat sangat cocok untuk terapi dan pemasangan
mudah
Keramik Pemasangan mudah, paling murah Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
b. Staff Headquarter
Staff Headquarter adalah kantor pusat bagi para karyawan, disini
semua karyawan bisa beraktifitas didalamnya. Bila ada pergantian jaga
shift, para karyawan bisa melakukan tidur bergantian di ruang yang
telah disediakan untuk merecovery tenaga yang sudah habis.
118
Gambar 4.38 Konsep Interior Yang Akan Digunakan Pada
Staff Headquarter Sumber: http://www.arissaifulloh.com/2015/07/desain-interior-kantor.html, 26 Juli
2016
Tabel 4.25 Konsep Material Interior Staff Headquarter Elemen
Arsitektur
Alternatif
Material Karakter
Atap Plafond Rapi, mudah dibersihkan
Dinding Bata Pemasangan mudah, ringan, kuat dan cepat
Kaca Pemasangan mudah, terlihat menarik, luas, dan bersih
Fisnishing
Cat
Pengerjaan sangat mudah, dan tidak perlu mengganti
komponen bangunan yang lain saat rusak, dan paling
murah
Finishing
ACP
Modern, menarik, dan pemasangan mudah.
Lantai Marmer Menarik, terkesan bersih, luas, dan elegan
Karpet Suasana hangat sangat cocok dan pemasangan mudah
Keramik Pemasangan mudah, paling murah Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
c. Pavliviun Rawat Inap
Interior rawat inap sangat penting bagi kesembuhan pasien
karena melalui interior kita bise merasakan kenyaman batin, sehingga
dapat mempercepat proses kesembuhan. Penggunaan material warna
juga sangat berperan penting dalam memaikan perasaan pasien, oleh
karena itu warna warna coklat sangat cocok bagi pasien. Coklat bisa
membuat pasien merasa nyaman.
119
Gambar 4.39 Konsep Interior Yang Akan Digunakan Pada Kelas
VIP Sumber: http://www.rs-premierjatinegara.com/images/IMG_0334%20-%20vip.jpg ,
26 Juli 2016
Tabel 4.26 Konsep Material Interior Paviliun Rawat Inap Elemen
Arsitektur
Alternatif
Material Karakter
Atap Plafond Rapi, mudah dibersihkan
Dinding Bata Pemasangan mudah, ringan, kuat dan cepat
Kaca Pemasangan mudah, terlihat menarik, luas, dan bersih
Fisnishing
Cat
Pengerjaan sangat mudah, dan tidak perlu mengganti
komponen bangunan yang lain saat rusak, dan paling
murah
Finishing
ACP
Modern, menarik, dan pemasangan mudah.
Lantai Marmer Menarik, terkesan bersih, luas, dan elegan
Keramik Pemasangan mudah, paling murah Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
d. Minimarket dan Cafe
Gambar 4.40 Konsep Interior Yang Akan Digunakan Pada
Minimarket Dan Cafe Sumber: http://fosalkid.com/, 26 Juli 2016
120
Tabel 4.27 Konsep Material Interior Minimarket dan Cafe Elemen
Arsitektur
Alternatif
Material Karakter
Atap Plafond Rapi, mudah dibersihkan
Dinding Bata Pemasangan mudah, ringan, kuat dan cepat
Kaca Pemasangan mudah, terlihat menarik, luas, dan bersih
Fisnishing
Cat
Pengerjaan sangat mudah, dan tidak perlu mengganti
komponen bangunan yang lain saat rusak, dan paling
murah
Finishing
ACP
Modern, menarik, dan pemasangan mudah.
Lantai Marmer Menarik, terkesan bersih, luas, dan elegan
Keramik Pemasangan mudah, paling murah Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
e. Masjid
Gambar 4.41 Konsep Interior Yang Akan Digunakan Pada Masjid Sumber: http://majalahasri.com/masjid-baiturrahman-ciputat-yang-bergaya-desain-
kontemporer/, 26 Juli 2016
Tabel 4.28 Konsep Material Interior Minimarket dan Cafe Elemen
Arsitektur
Alternatif
Material Karakter
Atap Plafond dengan
ornamen
Rapi, terkesan Islami
Dinding Bata Pemasangan mudah, ringan, kuat dan cepat
Kaca Pemasangan mudah, terlihat menarik, luas, dan bersih
Fisnishing Cat Pengerjaan sangat mudah, dan tidak perlu mengganti
komponen bangunan yang lain saat rusak, dan paling
murah
Finishing ACP Modern, menarik, dan pemasangan mudah.
Lantai Marmer Menarik, terkesan bersih, luas, dan elegan
Keramik Pemasangan mudah, paling murah Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
121
f. Education Center
Gambar 4.42 Konsep Interior Yang Akan Digunakan Pada
Education Center Sumber: https://www.asid.org/content/state-licensing-regulations#.V5h-Obh97IU, 26
Juli 2016
Tabel 4.29 Konsep Material Interior Education Center Elemen
Arsitektur
Alternatif
Material Karakter
Atap Plafond Rapi, bersih, pemasangan mudah
Dinding Bata Pemasangan mudah, ringan, kuat dan cepat
Kaca Pemasangan mudah, terlihat menarik, luas, dan bersih
Fisnishing
Cat
Pengerjaan sangat mudah, dan tidak perlu mengganti
komponen bangunan yang lain saat rusak, dan paling
murah
Finishing
ACP
Modern, menarik, dan pemasangan mudah.
Lantai Marmer Menarik, terkesan bersih, luas, dan elegan
Keramik Pemasangan mudah, paling murah Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
4.2.4 Analisis dan Konsep Lansekap Bangunan
Dalam perencanaan pusat rehabilitasi pasca-stroke lansekap
kawasan adalah salah satu hal yang sangat pendasar dan utama karena
hal ini berhubungan dengan healing environment (lingkungan
penyembuhan). Penataan lansekap yang baik akan membuat para
pasien merasakan kenyamanan disaat melakukan terapi rekreasi.
a. Hardscape
Hardscape merupakan elemen buatan yang berfungsi untuk
menghias atau menata lansekap menjadi menarik. Berikut adalah
macam macam lansekap:
1. Jalan
122
Jalan adalah infrastruktur utama di dalam pusat rehabilitasi
pasca-stroke khusus untuk sirkulasi kendaraan. Material yang
dipilih adalah aspal.
2. Pedestrian Ways
Pedestrian Ways adalah jalur bagi pejalan kaki. Material yang
digunakan dapat berupa batu alam yang dibentuk
menggunakan pola pola tertentu.
3. Landmark
Landmark atau tetenger adalah tanda yang dipasang guna untuk
menjadi sebuah pengingat. Landmark pada pusat rehabilitasi
adalah desain desain fountain.
4. Outdoor Furniture
Oudoor Furniture adalah furnitur yang terletak pada area luar
bangunan. Outdoor furniture dapat berupa tempat duduk,
tempat sampah, lampu taman, dan sebagainya.
b. Sotfscape
Softscape adalah elemen alami yang menjadi elemen paling
utama untuk mempercantik lansekap.. Berikut adalah macam – macam
softscape yang akan direncanakan:
1. Tanaman hias adalah tanaman yang beraneka warna dan
menjadi penghias pada area lansekap. Berikut adalah nama –
nama bunganya: (1) Bunga Lantana camara, (2) Bunga
Kamboja Jepang, (3) Bunga Bawang Brojol, dan (4)
Furcraea.
123
Gambar 4.43 Tanaman Hias
Sumber: http://www.ngasih.com/2015/03/28/29-jenis-tanaman-yang-biasa-
ada-di-taman-dan-fungsinya/ , 26 Juli 2016
2. Pohon peneduh berfungsi untuk meneduhi area disekitar
taman. Berikut adalah nama nama pohon peneduhnya: (1)
Pohon Flamboyan, (2) Pohon Ketapang Kencana, (3) Pohon
Pule, dan (4) Pohon Soka India
Gambar 4.44 Tanaman Peneduh
Sumber: http://www.arya-flower.com/2014/09/jenis-pohon-perindang-
taman-jenis-pohon.html, 26 Juli 2016
4.2.5 Analisis dan Konsep Penekanan Arsitektur
1. Healing Environment
Pusat rehabilitasi adalah salah satu fasilitas pelayanan umum
dibidang kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan medis
kepada masyarakat. Saat ini, mulai banyak fasilitas kesehatan yang
menerapkan konsep healing environment. Healing environment
124
adalah suatu desain lingkungan terapi yang memadukan unsur alam,
indera dan psikologis.
Tabel 4.30 Unsur Healing Environment yang Akan Diterapkan
Keluhan Yang
Dialami Pasien
Terapi Yang Akan
Diterima
Unsur – Unsur
Healing Environment
Yang Akan Diterapkan
Keluhan Fisik Terapi Okupasi - Menggunakan unsur psikologis warna
coklat pastel dalam merancang interior
agar pasien merasakan hangat dan
nyaman.
- Menerapkan terapi sensibilitas kaki
dengan handrail pada eksterior taman,
sehingga rehabilitasi tidak hanya
dilakukan di dalam ruangan. Terapi
sensibilatas kaki ini nantinya akan
menggunakan tekstur yang berbeda.
Terapi Wicara - Menggunakan unsur psikologis warna
coklat pastel dalam merancang interior
agar pasien merasakan hangat dan
nyaman serta menggantungkan beberapa
lukisan pemandangan untuk merangsang
latihan terapi wicara.
- Menerapkan label pemberian nama pada
tumbuhan dan pemberian signages yang
ada pada taman untuk merangsang pasien
melakukan terapi wicara.
Terapi Mendengar - (Tidak bisa menerapkan unsur
pendengaran misal musik dan suara alam
pada interior, hal ini dikarenakan pasien
akan melakukan terapinya di dalam ruang
kedap udara) hanya bisa menggunakan
unsur psikologis warna coklat pastel
dalam merancang interior agar pasien
merasakan hangat dan nyaman.
- Menerapkan unsur alam seperti air
mancur pada eksterior taman untuk
merangsang pendengaran pasien di luar
bangunan sekaligus membuat nyaman.
Ortotis Protestis - Menggunakan unsur indera pendengaran
(memainkan musik klasik untuk sambil
pasien menunggu alatnya dirakit oleh
petugas) dan psikologis warna coklat
pastel dalam merancang interior agar
pasien merasakan hangat dan nyaman.
125
Keluhan Yang
Dialami Pasien
Terapi Yang Akan
Diterima
Unsur – Unsur
Healing Environment
Yang Akan Diterapkan
Fisioterapi Penyinaran - Menggunakan unsur indera pendengaran
(dengan cara memainkan musik klasik
pada saat terapi) dan psikologis warna
coklat pastel dalam merancang interior
agar lebih memaksimalkan perasaan
hangat saat pasien melakukan terapi.
Fisioterapi Gym - Menggunakan unsur indera pendengaran
(dengan cara memainkan musik klasik
pada saat terapi), psikologis warna coklat
pastel muda dan hijau pastel muda dalam
merancang interior, mengarahkan view
ruangan kearah rancangan eksterior
taman, dan memasang lukisan lukisan
alam.
Fisioterapi dengan
Senam Stroke
- Menggunakan psikologis warna hijau
pastel muda untuk merangsang semangat
pasien dalam melakukan senam karena
warna hijau dapat membuat psikologis
tidak mudah lelah dan segar.
- Menyediakan lapangan untuk senam
pasien pasca stroke secara outdoor, hal ini
dirancang untuk memberitahukan warga
yang ada bahwa pasien pasca stroke dapat
mandiri melakukan kegiatannya.
Hidroterapi / Pool
Terapi
- Menggunakan indera pendengaran karena
secara tidak langsung pasien akan
berinteraksi dengan unsur air (air yang
dipakai air hangat) dan unsur psikologis
warna coklat pastel dalam merancang
interior.
Keluhan
Mental dan
Sosial
Pelayanan Sosial Medis - Membuat ruangan konseling dengan
keluarga menggunakan unsur psikologis
warna hijau muda pastel dalam
merancang interior. Diharapkan dengan
menggunakan warna segar, keluarga
dapat menerima masukan, saran, dan
dapat berpikiran terbuka dengan sesuai
yang dijelaskan oleh social workers.
126
Keluhan Yang
Dialami Pasien
Terapi Yang Akan
Diterima
Unsur – Unsur
Healing Environment
Yang Akan Diterapkan
Psikologi - Menggunakan unsur alam (membuat air
mancur, kandang burung untuk
merangsang pendengaran dan
merilekskan pasien pasca stroke,
memakai tanaman dengan bau bau yang
wangi, merancang path untuk terapi
sensibilitas kaki di outdoor dengan
memasang handrail dan lapangan senam
stroke) dalam merancang eksterior taman.
Diharapkan dengan adanya fasilitas
outdoor yang ada pasien pasca stroke
tidak merasa bosan dan tertekan saat
masih dalam pemulihan.
- Membuat ruangan konseling untuk pasien
dengan menggunakan unsur psikologis
warna coklat pastel dalam merancang
interior.
Paviliun Rawat Inap - Menggunakan unsur psikologis warna
netral coklat dalam merancang interior.
Hal ini untuk membuat pasien merasa
hangat dan nyaman saat melakukan rawat
inap.
- Menyediakan taman khusus hanya untuk
pasien yang dirawat jalan dengan fasilitas
yang sama dengan taman untuk pasien
rawat jalan. Fasilitas yang ada adalah air
mancur, kandang burung, bunga-bunga
yang wangi dan tidak beracun, dan
merancang path untuk terapi sensibilitas
pada kaki.
Sumber: Analisis Penulis, Juli 2016
a. Penerapan unsur alam
Gambar 4.45 Healing Garden Colorado
Sumber: http://www.norris-design.com/work/region/rocky-
mountain/littleton-adventist-healing-garden/, 26 Juli 2016
127
b. Penerapan unsur indra
Gambar 4.46 Healing Garden, Colorade
Sumber: http://www.norris-design.com/work/region/rocky-
mountain/littleton-adventist-healing-garden/, 26 Juli 2016
c. Penerapan unsur psikologis
Gambar 4.47 Hospital Healing Garden
Sumber: http://www.laurensthoughts.com/images/healing-garden-2964-
hospital-healing-garden-5120-x-3407.jpg, 26 Juli 2016
4.2.6 Analisis dan Konsep Struktur dan Utilitas
4.2.6.1 Analisis dan Konsep Struktur
Pemilihan struktur pada pusat rehabilitasi pasca-stroke tergantung
pada ruang yang ada didalamnya, kekuatan yang dibutuhkan bangunan, dan
segi efisiensi biaya serta ketahanan material struktural terhadap kondisi
lingkungan.
1. Struktur Atap
Bangunan yang ada di pusat rehabilitasi pasca-stroke dikonsepkan
menggunakan atap dak. Dan beberapa bangunan ada yang
menggunakan tambahan skylight.
128
Gambar 4.48 Atap Dak
Sumber: http://rizkifachurohman.blogspot.co.id/2013/12/konstruksi-atap-
penutup-atap_23.html, 26 Juli 2016
2. Struktur Rangka Bangunan
Struktur yang digunakan dalam pusat rehabilitasi pasca-stroke
adalah struktur rangka kolom dan balok yang terbuat dari beton
bertulang. Dengan menggunakan beton bertulang membuat
bangunan menjadi kuat karea bangunan sangat rigid.
Gambar 4.49 Struktur Rangka Beton
Sumber: http://jayawan.com/struktur-bangunan-rumah-2/, 26 Juli 2016
3. Struktur Pondasi
Karena bangunan rata rata berlantai satu sampai dua, maka pondasi
yang bisa diaplikasikan dengan mudah adalah (1) pondasi bored pile
atau (2) pondasi footplate.
Gambar 4.50 Struktur Pondasi
Sumber: http://tgbsurabaya.blogspot.co.id/2014/01/jeni-pondasi-yang-dipakai-di-
bangunan.html, 26 Juli 2016
129
4.2.6.2 Analisis dan Konsep Utilitas
1. Sistem Kelistrikan
Sistem kelistrikan pada pusat rehabilitasi pasca-stroke didapat dari
bersumber pada PLN dan menggunakan cadangan dari genset
apabila listrik sedang mati. Listrik dari PLN nantinya akan
diteruskan ke gardu/ trafo kemudian akan masuk ke meteran pada
bangunan. Setelah dari meteran diteruskan menuju ke panel MDP
(Main Distribution Panel) dan SDP (Sub Distribution Panel).Listrik
yang sudah sampai ke SDP nantinya akan digunakan untuk jaringan,
penerangan, equipments, dan pompa. ATS (Automatic Transfer
System) pada bangunan berfungsi memindahkan aliran listrik dari
PLN menuju genset apabila listrik sedang mati.
Gambar 4.51 Skema Alur Listrik
Sumber: Analisa Penulis, Juli 2016
Gambar 4.52 Genset
Sumber: http://www.chibi-cyber.com/thread-66602.html, 26 Juli 2016
2. Sistem Plumbing
Sistem plumbing adalah sistem jaringan air pada bangunan. Pada
perencanaan pusat rehabilitasi pasca-stroke ini terdiri dari sistem
jaringan air bersih dan sistem jaringan air kotor.
130
a. Sistem Jaringan Air Bersih, berfungsi untuk menyediakan
kebutuhan air bersih bagi pengguna dalam bangunan. Sumber
air bersih yang digunakan pada pusat rehabilitasi ini menggunan
sumber air bersih dari fasilitas kota melalui jasa PDAM dan
untuk cadangannya menggunakan sumur dalam (deep well).
Gambar 4.53 Skema Jaringan Air Bersih
Sumber: Analisa Penulis, Juli 2016
b. Sistem Jaringan Air Kotor, berfungsi untuk membuang disposal
(kotoran) dari bangunan. Kotoran yang berasal dari bangunan
terdiri dari padat dan cair. Kotoran padat nantinya akan masuk
ke septictank lalu ke bak peresapan dan di buang ke riol kota
(saluran pembuangan air kotor kota). Sedangkan untuk kotoran
cair langsung menuju ke bak peresapan dan dibuang menuju riol
kota.
Gambar 4.54 Skema Jaringan Air Bersih Sumber: Analisa Penulis, Juli 2016
3. Sistem Pembuangan Sampah
Sampah pada pusat rehabilitasi ini terdiri dari:
a. Sampah Medis, sampah yang terdiri dari alat alat kesehatan
yang sudah habis terpakai. nantinya sampah ini akan langsung
dibakar menggunakan incinerator.
b. Sampah Non medis, sampah yang terdiri sampah sampah sisa
makanan. Nantinya sampah ini didistribusikan dari lantai atas
131
menuju lantai bawah menggunakan waste shaft. Setelah itu dari
lantai bawah dibuang menuju tempat pembuangan sementara
yang ada di pusat rehabilitasi ini dan kemudian diangkut oleh
truk pembuangan menuju tempat pembuangan sampah kota.
4. Sistem Komunikasi
Dalam berkomunikasi antar bangunan di pusat rehabilitasi pasca-
stroke membutuhkan jaringan komunikasi antara lain:
a. Komunikasi ke luar dan ke dalam bangunan menggunakan
telepon dengan sistem Private Automatic Branch Exchange
(PABX) tanpa operator dan sistem Private Manual Branch
Exhange (PMBX) melalui operator dengan layanan komunikasi
dari pusat telepon (TELKOM) yang dapat mengirim dan
menerima pembicaraan pada bangunan.
b. Telepon sebagai jaringan komunikasi suara.
Gambar 4.55 Rangkaian Antara Wireless Dan Line
Telepon Sumber: http://www.chibi-cyber.com/thread-66602.html, 26 Juli 2016
c. Pengeras suara, sebagai jaringan komunikasi untuk
kepentingan informasi / pengumuman secara satu arah yang
dilakukan dari ruang operator.
132
5. Sistem Keamanan
Untuk menjaga keamanan dalam bangunan ini, sistem keamanan
yang dipakai adalah sebagai berikut:
a. CCTV (Central Circuit Television), berfungsi untuk memonitor
segala penjuru yang ada pada pusat rehabilitasi ini.
b. Satuan pengaman (Satpam) yang berjaga selama 24 jam.
6. Sistem Pemadam Kebakaran
Sistem pengamanan kebakaran pada pusat rehabilitasi
menggunakan sistem:
a. Pencegahan, yaitu menggunakan sistem peringatan alarm
dengan smoke detector yang dapat berfungsi untuk mendeteksi
munculnya asap secara otomatis dengan toleransi tertentu.
b. Penanggulangan, yaitu sistem yang mengatasi saat kebakaran
terjadi. Biasanya penanggulangan menggunakan pilar hydrant,
fire hydrant system, sprinkle, dan extinguisher. Pilar Hydrant
diletakkan pada halaman luar bangunandengan jarak antara
hydrant kurang lebih 90 m sampai dengan 150 m. Fire hydrant
system adalah kotak yang ada di dalam bangunan yang berisi
selang dengan jarak maksimal 30 m dan dapat melayani area
yang luasnya 800 m2. Sprinkle adalah berupa sistem pemadam
kebakaran yang permanen pada bangunan. Dan extinguisher
adalah alat pemadam kebakaran riang berupa tabung tabung
penyemprot dengan gas zat arang atau serbuk yang anti api.
Untuk peletakan extinguisher setiap area seluas 100m2
disediakan satu buah.
133
Gambar 4.56 Perlengkapan Savety Untuk Kebakaran
Sumber: https://contractorfirehydrant.wordpress.com/tag/fire-sprinkler-
surabaya, 26 Juli 2016
7. Sistem Penangkal Petir
Walaupun pusat rehabilitasi pasca-stroke tidak berada di area
persawahan yang mudah terkena petir, tetapi tetap saja setiap
bangunan harus memiliki penangkal petir untuk mencegah
terjadinya tersambar petir.
8. Sistem Transportasi Bangunan
Sistem Transportasi bangunan pada pusat rehabilitasi terdiri dari
transportasi secara horisontal dan vertikal. Secara horisontal sistem
transportasinya menggunakan selasar dan koridor penghubung
antar bangunan. Sedangkan untuk sistem transportasi secara
vertikal menggunakan tangga darurat, lift, dan ramp. Lift dan ramp
dapat digunakan secara efektif oleh para pasiennya dan staff medis
untuk mempercepat pencapaian menuju lokasi pasien yang akan
dirawat. Sedangkan tangga darurat digunakan untuk proses
evakuasi pemakai bangunan jika terjadi kebakaran.
134
Gambar 4.57 Contoh Aplikasi Perencanaan Aksesibilitas
Sumber:
http://www.extension.umn.edu/garden/landscaping/design/healinggardens.html,
26 Juli 2016
Pedoman teknis dalam perencanaan aksesibilitas bagi pasien pasca
stroke mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan
Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan dan Data
Arsitek Jilid 2 pada halaman 201-204.