BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan
kompleks. Telinga dibagi atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah
dan telinga dalam. Otitis eksterna adalah radang liang telinga bagian luar,
akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus,
telinga rasa sakit. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna adalh
kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor
ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan
edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang
mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan
eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah Pseudomonas
(41%), Strepokokus (22%), Stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides
(11%), tetapi juga dapat disebabkan oleh virus, atau infeksi jamur. 1,2
Otitis eksterna merupakan penyakit umum yang dapat ditemukan
pada semua kelompok umur. OE lebih sering terjadi pada musim panas,
ketika berenang lebih umum dan juga di daerah tropis pada keadaan udara
yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Individu
dengan kondisi alergi (misalnya, eksim, rhinitis alergi, dan asma) juga
berisiko secara signifikan lebih tinggi untuk OE.2,3
1
Insiden OE ini bervariasi pada setiap negara. Sekitar 1 dari 100-
250 orang menderita otitis eksterna akut setiap tahunnya, dengan kejadian
terutama di musim panas dan di daerah dengan kelembaban tinggi. Otitis
eksterna kronis menimpa 3% sampai 5% dari populasi Amerika Serikat.4
Umumnya penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan
rasa sakit pada telinga, terutama bila daun telinga disentuh dan waktu
mengunyah. Bila peradangan ini tidak diobati secara adekuat, maka
keluhan-keluhan seperti rasa sakit, gatal dan mungkin sekret yang berbau
akan menetap. Namun perlu ditekankan pemeriksaan THT lainnya. Hal-
hal yang perlu ditanyakan dalam riwayat pasien antara lain : riwayat
infeksi telinga luar, berenang, gangguan kulit, alergi, trauma, riwayat
keluar cairan dan pemakaian perhiasan telinga khususnya yang
mengandung nikel.2
Dalam upaya menanggulangi otitis eksterna, sejak dahulu telah
dipergunakan larutan Burrowi, yang dikemukakan pertama kali oleh
dr.Karl August Von Burrow (1809-1874) seorang ahli bedah Jerman dari
Koningsburg. Dia menggunakan larutan Burrowi sebagai obat untuk
telinga sejak akhir abad ke-19. Larutan Burrowi (Burrow’s Solution),
berisi larutan aluminium sulfat dan digunakan secara luas sebagai obat
kompres yang sekaligus bekerja sebagai antiseptik dan adstrigensia dan
mempunyai pH 3,2.1
2
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami anatomi telinga luar, fisiologi
telinga luar, dan mengetahui secara menyeluruh otitis eksterna mulai dari
definisi sampai penatalaksanaan
b. Tujuan khusus
Sebagai salah satu syarat untuk memenuhui tugas referat di SMF
Ilmu Hidung Tenggorok dan Kepala Leher di RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya Fakultas Kedokteran Malahayati Bandar Lampung
1.3 Manfaat
Referat ini dapat menjadi sumber informasi dan ilmu pengetahuan
yang bisa menambah wawasan penulis khususnya dan para pembaca
umunya terutama mengenai otitis eksterna.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah yang dibahas dalam referat ini yaitu mencangkup
anatomi telinga luar, fisiologi telinga luar, otitis eksterna mulai dari
etiologi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, interpretasi dan
prognosis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (auricula) yang berfungsi
menghimpun bunyi dan liang telinga (meatus acusticus externus) yang
menghantar gelombang bunyi sampai membran timpani. Daun telinga
terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit meluas dari conca auricularis ke
membran tympanica. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka
tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian
dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5-3 cm. Pada
sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen
(kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada dua pertiga kulit bagian dalam hanya sedikit
dijumpai kelenjar serumen.3,5
Gambar 1. Anatomi telinga
4
Daun telinga terletak di kedua sisi kepala, merupakan lipatan
kulit dengan dasarnya terdiri dari tulang rawan yang juga ikut membentuk
liang telinga bagian luar. Hanya cuping telinga atau lobulus yang tidak
mempunyai tulang rawan, tetapi terdiri dari jaringan lemak dan jaringan
fibros. 5
Gambar 2. Daun telinga
Permukaan lateral daun telinga mempunyai tonjolan dan daerah
yang datar. Tepi daun telinga yang melengkung disebut heliks. Pada
bagian postero-superiornya terdapat tonjolan kecil yang disebut
tuberkulum telinga (Darwin’tubercle). Pada bagian anterior heliks terdapat
lengkungan disebut anteheliks. Bagian superior anteheliks membentuk dua
buah krura antiheliks dan bagian dikedua krura ini disebut fosa triangulari.
Di atas kedua krura ini terdapat fosa skafa. Di depan anteheliks terdapat
konka yang terdiri atas bagian yaitu simba konka yang merupakan bagian
antero superior konka yang ditutupi oleh krus heliks dan kavum konka
5
yang terletak dibawahnya berseberangan dengan konka dan terletak
dibawah krus heliks terdapat tonjolan kecil berbentuk segi tiga tumpulan
yang disebut tragus. Bagian diseberang tragus dan terletak pada batas
bawah anteheliks disebut antitragus. Tragus dan antitragus dipisahkan oleh
celah intertragus. Lobulus merupakan bagian daun yang terletak dibawah
anteheliks yang tidak mempunyai tulang rawan dan terdiri dari jaringan
ikat dan jaringan lemak. Di permukaan posterior daun telinga terdapat juga
tonjolan dan cekungan yang namanya sesuai dengan anatomi yang
membentuknya yaitu sulkus heliks, sulkus krus heliks, fosa antiheliks,
eminensia konka dan eminensia skafa. Rangka tulang rawan daun telinga
dibentuk oleh lempengan fibrokartilago elastik. Tulang rawan tidak
terbentuk pada lobulus dan bagian daun telinga diantara krus heliks dan
tulang rawan daun telinga ini ditutupi oleh kulit dan dihubungkan dengan
sekitar nya oleh ligametum dan otot-otot. Tulang rawan daun telinga
berhubungan dengan tulang rawan liang telinga melalui bagian yang
disebut isthmus pada permukaan posterior perlekatannya tidak terlalu erat
karena ada lapisan lemak supdermis yang tipis. Kulit daun telinga oleh
rambut-rambut halus yang mempunyai kelenjar sebasea pada akarnya.
Kelenjar ini banyak terdapat dikonka dan fosa skafa.1,6
Ligamentum daun telinga terdiri dari ligamentum ekstrinsik dan
ligamentum intrinsik. Ligamentum ekstrinsik menghubungkan tulang
rawan daun telinga dan tulang temporal. Ligamentum intrinsik berukuran
kecil dan menghubungkan bagian-bagian daun telinga satu sama lain.
6
Daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah
otot intrinsik. Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis
superior dan m.aurikularis posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun
telinga dengan tulang tengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini bersifat
rudimenter, tetapi pada beberapa orang tertentu ada yang masih
mempunyai kemampuan untuk menggerakan daun telinganya keatas dan
kebawah dengan menggerakan otot-otot ini. Otot intrinsik terdiri dari
m.helisis mayor, m. helisis minor, m. Tragikus, m.antitragus, m.obligus
aurkularis dan m.transpersus aurikularis. Otot-otot ini berhubungan
bagian-bagian daun telinga.1,5,6
Persyaratan sensorik daun telinga ada yang berasal dari pleksus
servikalis yaitu : n.aurikularis magnus bersama dengan cabang kutaneus n.
fasialis mensarafi permukaan posterior dan anterior dan bagian posterior.
nervus oksipitalis mempersarafi bagian atas permukaan posteror daun
telinga. Nervus aurikulo temporalis merupakan cabang n.mandibularis
memberikan persarafan daerah tragus, krus heliks dan bagian atas heliks.
Cabang aurikulus nervus menuju ke konka. Anteheliks dan eminensia
konka. Cabang nervus fasialis ada yang menuju kedasar konka. Saraf daun
telinga.1,6
Bentuk dari kulit, tulang rawan dan otot pada suatu keadaan
tertentu dapat menentukan bentuk dan ukuran dari orifisium liang telinga
bagian luar, serta menentukan sampai sejauh mana serumen akan tertahan
7
dalam liang telinga, disamping itu mencegah air masuk kedalam liang
telinga.1,6
Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama
dengan lapisan kulit pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel
skuamosa. Kulit liang telinga merupakan lanjutan kulit daun telinga dan
kedalam meluas menjadi lapisan luar membran timpani. Lapisan kulit
liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulanga rawan dari pada bagian
tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya 0,5–1 mm, terdiri dari
lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan subkutan merekat dengan
perikondrium. Lapisan kulit liang telinga bagian tulang mempunyai yang
lebih tipis, tebalnya kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat
erat dengan periosteum tanpa lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan
luar dari membran timpani dan menutupi sutura antara tulang timpani dan
tulang skuama kulit ini tidak mengandung kelenjar dan rambut. Epidermis
dari liang telinga bagian tulang rawan biasanya terdri dari 4 lapis yaitu sel
basal, skuamosa, sel granuler dan lapisan tanduk.1,6
Folikel rambut banyak terdapat pada 1/3 bagian luar liang
telinga tetapi pendek tersebar secara tidak teratur dan tidak begitu banyak
pada 2/3 liang telinga bagian tulang rawan. Pada liang telinga bagian
tulang, rambut-rambutnya halus dan kadang-kadang terdapat kelenjar pada
dinding posterior dan superior. Dinding luar folikel rambut dibentuk oleh
invaginasi epidermis yang mana menipis ketika mencapai dasar polikel,
8
dinding sebelah dalam folikel adalah rambut sendiri. Ruang potensial yang
terbentuk disebut kanalis folikularis. Kelenjar sebasea atau kelenjar lemak
banyak terdapat pada liang telinga dan hampir semuanya bermuara
kefolikel rambut.1,6
Kelenjar sebasea pada telinga berkembang baik pada daerah
konka, ukuran diameternya 0,5 -2,2 mm. Kelenjar ini banyak terdapat pada
liang telinga luar bagian tulang rawan, dimana kelenjar ini berhubungan
dengan rambut. Pada bagian luar liang telnga bagian tulang rawan,
kelenjar sebasea menjadi lebih kecil, berkurang jumlahnya dan lebih
jarang atau tidak ada sama sekali pada kulit liang telinga bagian tulang
kelenjar sebasea terletak secara berkelompok pada bagian superficial
kulit.1,6
Umumnya, beberapa alveoli yang berdekatan terbuka dalam
saluran ekskresi yang pendek. Saluran-saluran ini dilapisi dengan epitel
berlapisan yang mana ini berlanjut dengan bungkus luar akar rambut dan
dengan lapisan basal epidermis bagian sekresi kelenjar-kelenjar sebasea
berupa alveoli yang bundar berdiameter 0,5–2,0 mm kearah sentral alveoli,
sebagian kecil sel-sel mengalami penandukan tetapi ukuran bertambah
besar, menjadi polihidral dan secara bertahap terisi butir-butir lemak.
Lambat laun intinya mengkerut dan menghilang, dan sel-sel pecah menjadi
serpihan-serpihan lemak bercambur dengan sisi bertanduk. Campuran ini
9
merupakan sekresi berminyak dari kelenjar, lalu dieksresikan dalam
kanalis folikularis dan keluar kepermukaan kulit.1,6
Kelenjar apokrin terutama terletak pada dinding liang telinga
superior dan inferior. Kelenjar-kelenjar ini terletak pada sepertiga tengah
dan bawah dari kulit dan ukurannya berkisar 0 ,5-2,0 mm. Seperti kelenjar
sebasea, kelenjar apokrin terbentuk dari lokal dari pembungkus luar akar
folikel rambut. Kelenjar–kelenjar ini dapat dibagi kedalam 3 bagian, yaitu
bagian sekresi, saluran sekresi didalam kulit dan saluran termilal atau
komponen saluran epidermal. Bagian saluran yang melingkar adalah
struktur tubular dimana jarang bercabang dan terdiri dari lapisan epitel
sebelah dalam, lapisan mioepitel ditengah dan membrane proria disebelah
luar. Disekeliling tabular adalah jaringan ikat padat. Epitelnya berupa
lapisan tunggal bervariasi dari bentuk silinder hingga kuboidal sangat
gepeng (pipih). Didalam sitoplasma, biasanya terletak supranuklear
terlihat sebagai granul lipoid dan pigmen dalam ukuran yang bervariasi.
Lapisan mioepitelium yang tebalnya satu lapis sel berbentuk pipih dan
mengandung otot polos membentuk pembungkus berkesinambungan
disekeliling bagian melingkar dari kelenjar, dan apabila berkontraksi akan
menekan lumen tubuli sehingga sekret akan keluar. Apabila sampai
dipermukaan epidermis, sekret ini sebagian masuk folikel rambut dan
sebagian lagi kepermukaan bebas liang telinga, secara perlahan-lahan akan
mengering dan berbentuk setengah padat dan berwarna menjadi lebih
10
gelap. Saluran sekresi relatif panjang dan berbelok-belok dan mempunyai
diameter yang bervariasi, berbatas tegas dari bagian sekresi kelenjar. 1,5,6
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari
cabang temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis
eksternal. Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga
didarahi oleh cabang aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial.
Suatu cabang dari arteri aurikular posterior mendarahi permukaan
posterior telinga. Banyak dijumpai anastomosis diantara cabang-cabang
dari arteri ini. Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang telinga luar dan
permukaan luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular dalam
arteri maksilaris interna.1,6
Vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian dalam
umumnya bermuara ke vena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan
tetapi, beberapa vena telinga mengalir kedalam vena temporalis superfisial
dan vena aurikularis posterior. Beberapa cabang yang lebih kecil dari
arteri-arteri dan vena-vena menembus jaringan ikat padat yang
menjembatani bagian yang kurang tulang rawannya. Sebagaian cabang
lainnya melewati fisura Santorini pada dinding tulang rawan anterior dan
jaringan ikat fibrosa yang mempersatukan tulang rawan dengan bagian
tulang liang telinga. Pembuluh-pembuluh ini kemudian bercabang dan
beranastomisis pada selaput membrane liang telinga dan membentuk
jaringan vascular kutaneus dalam, dibagian dalam perikondrium. Sejumlah
11
besar cabang-cabang arteri naik tegak lurus kepapilla dermis kedalam
daerah cabang-cabang arteri dari lekukan kapiler. Lekukan-lekukan ini
mengalir kedalam pleksus venous dan selanjutnya kedalam jaringan
venosus diatas perikondrum. Satu arteriol tunggal mendarahi tubulus
sekretorius dan kebanyakan saluran kelenjar apokrin, selanjutnya
memisahkan diri menjadi kapiler yang sangat banyak, yang bergabung
kedalam dua atau lebih kumpalan vennula.1,6
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara
saraf-saraf kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian
ketiga saraf trigeminus (N.V) mensarafi permukaan anterolateral
permukaan telinga, dinding anterior dan superior liang telinga dan sekmen
depan membrana timpani. Permukaan posteromedial daun telinga dan
lobulus dipersarafin oleh fleksus servikal saraf aurikularis mayor. Cabang
aurikularis dari saraf fasialis (N.VII), glosfaringeus (N.IX) dan vagus
(N.X) menyebar kedaerah konka dan cabang-cabang saraf ini mensarafi
dinding posterior dan inferior liang telinga dan sekmen posterior dan
inperior membrana timpani. Batang saraf utama pada jaringan subkutan
beralan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang didalam dermis
naik secara vertikal dari batang saraf subkutaneus tadi. Disini saraf-saraf
masuk diantara lilitan kelenar-kelenjar dan menyelimuti masing-masing
tubulus dengan sejumlah besar anastomosis. Serabut-serabut saraf tadi
membentuk suatu jaringan diatas struktur membrana propria dan pada
beberapa daerah dapat menembus kelenjar-kelenjar ekrin kecil. Masing-
12
masing serabut membentuk jaringan berbentuk keranjang di sekeliling
folikel rambut. 1,6
Ada bukti dalam pemikiran bahwa kelenjar apokrin dari aksila
dan liang telinga luar dapat dirangsang oleh adrenalin dan preparat yang
menyerupai yang diberi secara sistemik dan melalui suntikan lokal.
Sekresinya tidak diinduksi melalui penyuntikan asetilkolin. Kolinesterase
dijumpai disekeliling tubular kelenjar apoktrin kulit liang telinga, ini
menunjukan bahwa saraf yang menyarafinnya tidak bersifat kolinergik.
Temuan ini menguatkan pemikiran bahwa inervasi kelanjar apokrin liang
telinga adalah simpatomimetik.1
Disini tidak ada bukti nyata akan pengaruh saraf terhadap
sekresi kelenjar sebasea, walaupun kenyataan bahwa serabut-serabut saraf
tanpa myelin dapat terlihat disekeliling kelenjar. Dinervasi kulit tidak
merubah jumlah sekresi lemak.1
2.2 Otitis Eksterna
2.2.1 Definis OE
Otitis ekterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis
yang disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus.3,
2.2.2 Epidemiologi
Setiap tahun, otitis eksterna terjadi pada 4 dari setiap 1000 orang
di Amerika Serikat. Kejadian lebih tinggi selama musim panas, mungkin
13
karena partisipasi dalam kegiatan air lebih tinggi. Otitis eksterna akut,
kronis, dan eczematous merupakan otitis yang umum di Amerika Serikat,
namun otitis necrotizing jarang terjadi. Secara umum di dunia frekuensi
otitis eksterna tidak diketahui, namun insidennya meningkat di Negara
tropis seperti Indonesia.2,6
Tidak ada ras ataupun jenis kelamin yang berpengaruh terhadap
angka kejadian otitis eksterna. Umumnya, tidak ada hubungan antara
perkembangan otitis eksterna dan usia. Sebuah studi epidemiologi tunggal
di Inggris menemukan prevalensi selama 12 bulan yang sama untuk
individu yang berusia 5-64 tahun dan prevalensinya meningkat pada usia
>65 tahun.2,6
2.2.3 Etiologi
Infeksi dapat terjadi sebagai akibat faktor-faktor predisposisi
tertentu sebagai berikut :
a. Perubahan PH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa.
b. Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan
kelembapan.
c. Suatu trauma ringan seringkali karena berenang atau
membersihkan telinga secara berlebihan.7
Swimmer’s ear (otitis eksterna) sering dijumpai, kebanyakan
pada usia remaja dan dewasa muda. Terdiri dari inflamasi, iritasi atau
14
infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat terpapar air, trauma
mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga. Berenang
dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara terjadinya otitis
eksterna (swimmer’s ear).1
Bentuk yang paling umum adalah bentuk boil (Furunkulosis)
salah satu dari satu kelenjar sebasea 1/3liang telinga luar. Pada otitis
eksterna difusa disini proses patologis membatasi kulit sebagian kartilago
dari otitis liang telinga luar, konka daun telinga penyebabnya idiopatik,
trauma, iritan, bakteri atau fungal, alergi dan lingkungan. Kebanyakan
disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes telinga. Alergen yang
paling sering adalah antibiotik, contohnya: neomycin, framycetyn,
gentamicin, polimixin, anti bakteri dan anti histamin. Sensitifitas poten
lainnya adalah metal dan khususnya nikel yang sering muncul pada kertas
dan klip rambut yang mungkin digunakan untuk mengorek telinga.1
Infeksi merupakan penyakit yang paling umum dari liang telinga
luar seperti otitis eksterna difusa akut pada lingkungan yang lembab.
Karena itu, pada bagian ini akan diawali dengan membicarakan otitis
eksterna difusa. Otitis eksterna difusa yang dikenal juga sebagai telinga
cuaca panas (hot weather ear), telinga perenang (swimmer ear), adalah
merupakan suatu problema umum dibagian otologi yang didapat pada 5–
20% penderita yang berobat kedokter di daerah-daerah tropis dan
subtropis pada musim panas.1
15
2.2.4 Faktor Risiko
Suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan cottonbuds,
ujung jari atau alat lainnya.
Kelembaban merupakan faktor yang penting untuk terjadinya otitis eksterna.
Sering berenang, air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan
merupakan sumber kontaminasi yang sering dari bakteri.
Penggunaan bahan kimia seperti hairspray, shampo, dan pewarna rambut
yang bisa membuat iritasi dan mematahkan kulit rapuh yang
memungkinkan bakteri dan jamur untuk masuk.
Kondisi kulit seperti eksema atau dermatitis di mana kulit terkelupasatau
pecah, dan tidak bertindak sebagai penghalang atau pelindung dari kuman
atau jamur.
Kanal telinga sempit.
Infeksi telinga tengah
2.2.5 Klasifikasi
Otitis eksterna dibagi menjadi sub-sub grup menurut
penyebabnya.
Otitis Eksterna akut
a. Bakteri
Otitis Eksterna Sirkumskripta
Otitis Eksterna Difus
b. Virus
16
Herpes Zoster
c. Jamur
Otomikosis
Infeksi Kronis Liang Telinga.
a. Otitis Eksterna Maligna
b. Keratosis Obturans dan Kolesteatom Eksterna
2.2.5.1 Otitis eksterna akut
a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul)
Oleh karena kulit disepertiga luar liang telinga mengandung
adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen, maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus,
sehingga membentuk furunkel. Pada kasus yang lebih berat, selulitis pada
jaringan sekitar dapat meluas melampaui daerah ini. Kuman penyebab
biasanya staphylococcus aureus atau staphylococcus albus.3,7
Gejala berupa rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar
bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung
jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan
perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka
mulut (sendi temporomandibula). Selain itu juga terdapat gangguan
pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.3
17
Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi
abses dengan suatu ”mata” diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan
nanahnya. Lokal diberikan antibiotik dalam bentuk salep, seperti
polymixin B atau bacitrcin, atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam
alkohol). Bila tidak terbentuk abses, maka pengobatan tergantung pada
ukuran furunkel dan reaksi jaringan sekitar. Jika dinding furunkel tebal,
dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan
nanahnya. 3,7
Biasanya tidak perlu diberikan antibiotik secara sistemik, hanya
diberi obat simtomatik seperti analgetik dan obat penenang.3
Gambar 3. Otitis eksterna sirkumskripta
18
b. Otitis eksterna difus
Infeksi ini dikenal juga dengan nama “swimmer’s ear”.
Biasanya terjadi pada cuaca panas dan lembab, terutama disebabkan oleh
kelompok pseudomonas dan kadang juga staphylococcus albus,
escherichia coli dan enterobacter aerogenes.7
Infeksi biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam.
Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya.
Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif
kronis.3
Gejalanya berupa nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit,
kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat
sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti
sekret yang ke luar dari cavum timpani pada otitis media.7
Pengobatan dengan membersihkan liang telinga, memasukan
tampon yang mengandung antibiotika keliang telinga supaya terdapat
kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang
diperlukan obat antibiotik sistemik.3
Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus-kasus berat.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik
19
sistemik hanya di perlukan jika dicurigai adanya perikondritis atau
kondritis pada tulang rawan telinga.7
Gambar 4. Otitis ektesterna difus
2.2.5.2 Otomikosis (infeksi jamur)
Beberapa jamur dapat menyebabkan reaksi radang liang telinga.
Infeksi jamur diliang telinga dipermudah oleh kelembapan yang tinggi di
daerah tersebut. Dua jenis jamur yang paling sering ditemukan pada
tempat ini adalah Pityrosporum dan Aspergillus (A. Niger, A.Flavus).
Jamur Pityrosporum dapat hanya menyebabkan sisik superfisial yang
menyerupai ketombe pada kulit kepala, atau dapat menyertai suatu
dermatitis seboroik yang meradang, atau dapat menjadai dasar
berkembangnya infeksi lain yang lebih berat seperti furunkel atau
perubahan ekzematosa. Demikian pula dengan halnya jamur Asperillus.
20
Jamur ini kadang-kadang didapatkan dari liang telinga tanpa adanya gejala
apapun kecuali rasa tersumbat dalam telinga, atau dapat berupa
peradangan yang menyerang epitel kanalis atau gendang telinga dan
menimbulkan gejala akut. Kadang-kadang dapat pula ditemukan Candida
albinca.7
Infeksi jamur jauh lebih sering di Amerika Serikat dibagian
tenggara dan di daerah tropis. Juga perlukan diperhatiakn adanya
kecenderungan masyarakat untuk menggunakan istilah “jamur” pada
berbagai infeksi telinga luar.7
Pengobatan berupa pembersihan liang telinga dengan kasa
ataupun penghisap dan terkadang dengan irigasi ringan yang diikuti
pengeringan. Larutan asam asetat 2% dalam alkohol, larutan iodium
povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung campuran antibiotik dan
steroid yang ditetes keliang telinga biasanya dapat menyembuhkan.
Kadang-kadang juga diperlukan obat anti jamur (seperti salep) yang
diberikan secara topikal yang mengandung nistatin, klotrimazol.3
Komplikasi dari otomikosis dapat berupa perforasi membran
timpani, otitis media serosa dan osteitis meatus akustikus eksternus.
Perforasi membran timpani terjadi akibat terbentuknya trombosis mikotik
pada pembuluh darah membran timpani sehingga menyebabkan nekrosis
pada pembuluh darah.9
21
Gambar 5. Otimikosis
2.2.5.3 Herpes zoster otikus
Herpes zoster oticus adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus varicella zoster. Herpes zoster terjadi lebih sering pada pria
dari pada wanita dan terutama mengenai individu yang berusia lebih dari
45 tahun. Virus menyerang satu atau lebih dermatom saraf kranial. Dapat
mengenai saraf trigeminus, ganglion genikulatum, dan radiks servikalis
bagian atas. Keadaan ini disebut juga Sindroma Ramsay Hunt dengan
paralisis nervus facialis. Tampak lesi kulit yang vesikuler pada kulit di
daerah muka sekitar liang telinga. Pustula-pustula kecil terbentuk dalam
liang telinga dan sangat nyeri. Pada keadaan yang berat ditemukan
ganguan pendengaran berupa tuli sensorineural.3,7
22
Gambar 6. Herpes zoster otikus
Pengobatan sesuai dengan tatalaksana Herpes zoster.
Pengobatan bersifat simptomatik, meskipun tak jarang diberikan steroid
sistemik untuk paralisis wajah. standar terapi lini pertama untuk herpes
zoster otikus anti viral. Acyclovir 5x800 mg/hari selama 5-7 hari. 10 mg/
kgbb/8 jam selama 1 minggu (IV). Valacyclovir 3x1000 mg ( selama 10-
14 hari). Famciclovir 3x500 mg/hari selama 10 hari. Terapi simptomatis
anti inflamasi dan analgetik.
2.2.5.4 Infeksi Kronis Liang Telinga
Infeksi bakteri maupun jamur yang tidak diobati dengan baik,
trauma berulang, adanya benda asing, penggunaan cetakan (mould) pada
alat bantu dengar (hearing aid) dapat menyebabkan radang kronis.
23
Akibatnya terjadi penyempitan liang telinga oleh pembentukan jaringan
parut atau sikatriks. Pengobatannya memerlukan operasi rekonstruksi liang
telinga.3
a. Keratosis Obturan dan Kolesteatoma Externa
Keratosis obturans adalah kelainan yang jarang terjadi. Biasanya
secara kebetulan ditemukan pada pasien dengan rasa penuh di telinga.
Penyakit ini ditandai dengan penumpukan deskuamasi epidermis di liang
telinga sehingga membentuk gumpalan dan menimbulkan rasa penuh serta
kurang dengar. Terdapat tuli konduktif akut. Bila tidak ditanggulangi
dengan baik akan terjadi erosi kulit dan bagian tulang liang telinga yang
sering disebut sebagai kolesteatoma yang disertai dengan rasa nyeri yang
hebat akibat peradangan setempat. Membran timpani yang utuh tapi lebih
tebal dan jarang ditemuka adanya sekresi telinga. Gangguan dan rasa nyeri
hebat disebabkan karena desakan gumpalan epitel berkeratin diliang
telinga. Keratosis obturans bilateral sering ditemukan pada usia muda.
Etiologinya belum diketahui, sering terjadi pada pasien dengan kelainan
paru kronik seperti bronkiektasis juga pada pasien sinusitis.3
24
Gambar 7. Keratosis obturans
Pada kolesteatoma eksternal perlu dilakukan operasi agar
kolesteatoma dan tulang yang nekrotik bisa diangkat sempurna. Tujuan
operasi mencegah berlanjutnya penyakit yang mengerosi tulang. Indikasi
operasi adalah bila destruksi tulang sudah meluas ketelinga tengah, erosi
tulang pendengaran, kelumpuhan saraf fasialis, terjadi fistel labirin atau
otore yang berkepanjangan. Pada operasi, liang telinga bagian luar
diperluas agar mudah dibersihkan.
Bila kolesteatoma masih kecil dan terbatas dapat dilakukan
tindakan konservatif. Kolesteatoma dan jaringan nekrotik diangkat sampai
bersih, di ikuti pemberian antibiotik topikal secara berkala.
Pemberian obat tetes telinga campuran alkohol atau gliserin
dalam peroksida 3% selama 3 kali seminggu merupakan pengobatan dari
25
penyakit ini. Pada pasien yang telah mengalami erosi dilakukan tindakan
bedah.3
Keratosis Obturans Kolesteatom Ekstrena
Umur Dewasa Muda Tua
Penyakit terkait Sinusitis, Bronkiektasis Tidak ada
Nyeri Akut/berat Kronis/nyeri tumpul
Gangguan Pendengaran Konduktif/sedang Tidak ada/ringan
Sisi Telinga Bilateral Unilateral
Erosi Tulang Sirkumferensial Terlokalisir
Kulit Telinga Utuh Ulserasi
Osteonekrosis Tidak Ada Bisa ada
Otore Jarang Sering
Tabel 1. Perbedaan Keratosis Obturans dan Kolesteatoma Eksterna
b. Otitis Externa Maligna
Otitis eksterna maligna merupakan tipe dari infeksi akut yang
difus yang biasanya terjadi pada penderita penyakit diabetes mellitus.
Radang dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan organ
sekitarnya sehingga dapat menimbulkan kelainan berupa kondritis, oteitis,
dan osteomielitis yang mengakibatkan kehancuran tulang temporal.
Gejalanya rasa gatal yang diikuti nyeri yang hebat dan sekret yang banyak
serta pembengkakkan liang telinga.3
26
Saraf fasial dapat terkena sehingga dapat menimbulkan paresis atau
paralysis fasial. Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda yaitu dengan
pemberian antibiotik dosis tinggi yang dikombinasi dengan amino
glikosid. Disamping obat-obatan, juga diperlukan tindakan debrideman.3
Gambar 8. Otitis Ekstrena Maligna
2.2.5.5 Perikondritis
Kondisi ini terjadi bila suatu trauma atau radang menyebabkan
efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium dan kartilago telinga
luar. Umumnya trauma berupa laserasi atau akibat kerusakan yang tidak
disengaja pada pembedahan telinga. Adakalanya perikondritis terjadi
setelah suatu memar tanpa adanya hematoma. Suatu furunkel yang tidak
memadai pengobatannya merupakan sumber agen penyebab yang
potensia, seperti mikrokokus jenis virulen (stafilokokus), Streptokokus,
atau Pseudomonas aeruginosa. Diagnosisnya mudah, bagian aurikula yang
terlibat membengkak, menjadi merah, terasa panas dan sangat nyeri tekan.7
27
Berikan antibiotik parentereral dan pengobatan topikal untuk
infeksi kanalis penyerta. Pilihan obat disesuaikan dengan hasil biakan atau
petunjuk lain mengenai organisme yang terlibat. Bila kondisi ini
tampaknya meluas dan terdapat bukti-bukti adanya cairan dibawah
perikondrium, terdapat indikasi untuk mengeluarkan cairan. Karena tulang
rawan tidak memiliki suplai darah langsung bila dipisahkan dari
perikondrium maka dapat terjadi nekrosis tulang rawan. Dengan demikian
tulang rawan yang nekrosis perlu dieksisi dan drainase dipertahankan.
Akibat perikondritis dapat terjadi deformitas aurikula yang nyata.7
2.2.6 DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari keadaan yang serupa dengan otitis
eksterna antara lain meliputi :1
Otitis eksterna nekrotik
Otitis eksterna bullosa
Otitis eksterna granulosa
Perikondritis yang berulang
Dermatitis seperti psoriasis dan dermatitis seboroika.
Karsinoma liang telinga luar yang mungkin tampak seperti infeksi stadium
dini diragukan dengan proses infeksi, sering diobati kurang sempurna.
Tumor ganas yang paling sering adalah squamous sel karsinoma,
walaupun tumor primer seperti seruminoma, kista adenoid, metastase
karsinoma mamma, karsinoma prostat, small (oat) cell dan karsinoma sel
28
renal. Adanya rasa sakit pada daerah mastoid terutama dari tumor ganas
dan dapat disingkirkan dengan melakukan pemeriksaan biopsi.
2.2.7 Prinsip pengobatan dan pencegahan
Beberapa prinsip umum yang telah dipakai sejak dahulu dalam
mengobati otitis eksterna adalah : 1
a. Gunakan pengobatan yang paling sederhana.
b. Hindari pengobatan yang berlebihan dari peradangan akut. Semakin
dini keadaan radangnya maka semakin ringan pulalah sebaiknya
obatnya.
c. bila penyakit menimbulkan kulit lebih tebal dan kronis, maka
pengobatan boleh lebih kuat.
d. Pilihlah dengan hati-hati vehikulum dasar seperti juga memilih bahan
spesifik yang lebih sesuai.
e. Ambilah waktu untuk menerangkan kepada pasien tentang cara
pengobatan termasuk disini cara terperinci membersihkan daerah yang
diobati, begitu cara memakai serta menghilangkan obat.
f. Cobalah untuk menghindarkan pemakaian bahan-bahan yang
mempunyai insidens yang tinggi akan terjadi reaksi alergi yang bisa
menimbulkan dermatitis kontak sekunder. Termasuk disini ialah
derivate-derivat seperti benzokain, antistamin topical seperti
29
difenhidramin, nitrofurazon dan beberapa antibiotika topikal. Bila
neomisin dipergunakan tetaplah diingat bahwa obat ini mungkin
menimbulkan dermatitis kontak alergika.
Obat-obatan topikal untuk terapi otitis eksterna7
Nama Obat Spektrum OrganismeKolistin Pseudomonas aeruginosa
Golongan Klebsiella-Enterobacter
Escherichia coliPolimiksin B Pseudomonas aeruginosa
Golongan Klebsiella-Enterobacter
Escherichia coliNeomisin Staphylococcus aureus dan S.albus
Escherichia coliKloramfenikol Staphylococcus aureus dan S.albus
Golongan Klebsiella-Enterobacter
Escherichia coli
Golongan ProteusNistatin
Klotrimazol
Mikonazol
Tolnaftat
Karbol-fuhsin (castellanis paint)
Organisme jamur
Timol / alkohol
Asam salisilat/alkohol
Asam borat/alkohol
Terutama organisme jamur-Namun dapat pula efektif pada imeksi bakteri dengan cara merendahkan PH kulit liang telinga.
30
Asam asetat/alkohol
Tabel 2. Obat topikal Otitis Eksterna
2.2.8 Prognosis
Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan faktor
pencetusnya dapat dihindari. Akan tetapi otitis eksterna sering kambuh
jika kebersihan telinga tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu
seperti diabetes yang menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak
menghindari faktor pencetus dengan baik
BAB III
PENUTUP
31
Otitis eksterna juga dikenal sebagai telinga perenang atau
swimmer’s ear, adalah radang telinga luar. Terdiri dari inflamasi, iritasi
atau infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan
terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang
telinga. Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara
terjadinya otitis eksterna (swimmer’s ear)
Otitis eksterna terdiri dari otitis eksterna sirkumskripta, otitis
eksterna difusa, otitis eksterna maligna dan otomikosis. Terapi utama dari
otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit, pembuangan debris dari
kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal untuk mengontrol
edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.
32
Recommended