1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zaman modern kini ditandai dengan dua hal yang menjadi ciri kemajuan
dunia yaitu 1) banyaknya individu yang menggunakan teknologi dalam berbagai
aspek kehidupan manusia di era global ini, dan 2) berkembangnya ilmu
pengetahuan sebagai salah satu wujud dari kemajuan intelektual manusia.
Manusia modern idealnya adalah manusia yang pintar berfikir logis dan mampu
menggunakan berbagai macam teknologi yang ada untuk meningkatkan kualitas
kehidupan manusia di dunia ini sebagai makhluk ciptaan Tuhan.1
Dengan kecerdasan dan bantuan teknologi, manusia modern seharusnya
lebih pintar dan bijak dalam memanfaatkan segala fasilitas yang ada, namun pada
kenyataannya masih banyak manusia yang terlihat kualitas kemanusiaannya lebih
rendah dibanding kemajuan berfikir serta teknologi yang yang dicapainya.
Akibat dari zaman yang semakin maju dan banyak pengaruh terhadap
kehidupan manusia sehingga terjadi ketidakseimbangan yang menimbulkan
gangguan pada kejiwaan. Lebih parah lagi penggunaan alat transportasi serta alat
komunikasi modern yang menyebabkan manusia hidup dalam pengaruh global
dan
11
Ahmad Mubarok, Psikologi Qur’ani ( Pustaka Firdaus, Jakarta, 2001). Hlm 16
2
terus menerus dikendalikan oleh arus informasi global yang semakin merajalela dikalangan
manusia zaman sekarang. Padahal sebenarnya secara individu dari segi mental mereka belum
siap begitupun secara etnis tidaklah sama. Akibat dari ketidakseimbangan yang terjadi dapat
dijumpai dan dapat dilihat realita kehidupan sekarang, terbukti banyak manusia yang hidup
dilingkup peradaban modern dengan banyaknya pengguna berbagai macam teknologi. Bahkan
teknologi dijadikan sebagai fasilitas yang wajib dalam kehidupannya.
Namun demikian, setiap manusia dalam menempuh kehidupannya terjadi distorsi-distorsi
nilai kemanusiaan, terjadinya dehumanisasi yang disebabkan oleh kapasitas intelektual, mental
kejiwaan yang belum siap menerjang derasnya samudera peradaban modern yang semakin lama
semakin maju.
Akibat yang logis dari realitas pola hidup tersebut, banyak manusia di era modern ini
mengalami split personality, yang mana permasalahan ini membawa dampak terhadap manusia
untuk memperoleh jiwa yang tenang dan kebahagiaan dalam hidupnya. Beberapa psikolog
seperti Carl Gustav Jung dan Rollo may, mereka menyatakan bahwa kehidupan di era modern ini
secara signifikan telah menghancurkan tatanan kejiwaan pada manusia. Karena manusia yang
hidup di era modern telah banyak dipengaruhi oleh kecemasan-kecemasan dan ketegangan jiwa.
Bahwa majunya setiap masyarakat maka semakin banyak pula yang harus ia hadapi karena
banyaknya bagian dari mereka yang mengetahui setiap permasalahan individu masing-masing.
Semakin sulit untuk mencapai ketenangan dan kebahagiaan hidup, sebab kebutuhan
individu manusia semakin meningkat, maka secara otomatis semakin banyak pula persaingan
serta berebut keuntungan.2 Menurut Ahmad Mubarok, ia mengatakan dalam bukunya bahwa
keseluruhan manusia modern tidak lagi sanggup dan mampu menangkap serta memahami
kebenaran-kebenaran berkaitan dengan agama yang universal, maka dari itu sudah jelas akan
2Zakiah Darajat, Islam Dan Kesehatan Mental (Jakarta: Gunung Agung: 1983), 12
3
pudarnya visi intelektual pada dirinya.3 Sebagian besar berkaitan dengan tak berartinya
keberadaan sebagian manusia, yang mana keadaan ini sebagai sebuah kepasrahan menerima
bahwa dirinya tidak lain hanyalah makhluk yang sering melakukan kekeliruan, dan selalu
memandang benda-benda yang lazim disebut keadaan genting manusia modern yang eksistensial
yaitu tipe manusia yang kurang mampu mempertajam nalar kritisnya terhadap dirinya sendiri.
Begitupun mereka tak lagi kritis memandang kebenaran-kebenaran yang obyektif dalam ajaran
agama.
Demi tercapainya mendapatkan ketenangan serta kebahagiaan hidup manusia di era
modern ini memerlukan solusi, maka solusi tepat untuk permasalahn tersebut adalah terapi
psikologis, karena permasalahan dari segi ketenangan dan kebahagiaan yang lebih merupakan
bagian dari proses terapi psikologis. Hal tersebut mendasar pada asumsi bahwa pemenuhan
kebutuhan manusia yang sifatnya materialistik hal tersebut belum tentu menjamin seseorang
untuk memperoleh ketenangan serta kebahagiaan. Dari sini sudah jelas bahwa terapi yang
dilakukan pada kejiwaan sangat penting dibandingkan dengan terpenuhinya kebutuhan
materialistik guna terselesaikannya problem manusia, karena tidak dapat dipungkiri bahwa
kesucian jiwa merupakan solusi menjernihkan diri secara lahir maupun batin.4
Akibat dari berbagai permasalahan dan sikap hipokrit yang terus menerus, manusia
modern mengalami masalah gangguan pada kejiwaannya antara lain, 1) kecemasan, 2) kesepian,
3) bosan, 4) sering ,elakukan penyimpangan.5 Sebagaimana firman Allah:
بََۡأۡ ۡبۡ َهبَۡجِمُعۡ جُِطىاِْۡمىۡ هۡ ٱىَبۡقُلۡ ىٍُِّۡهدۡ فَئِمَّ ۡتَُِىَُّكمّۡمِ ۡفَََلَۡخى ٌَ ُۡ يۡفََمهۡتَجَِعُۡهدَا ٨٣َزوُىَنََۡحۡ َۡوََلُۡهمۡ ِۡهمۡ ٌفَۡعلَ
3 Ahmad Mubarok, Psikologi Qur’ani ( Pustaka Firdaus: Jakarta: 2001), 20
4Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta: Gunung Agung: 1982), 11
5Ahmad Mubarok, Psikologi Qur’ani ( Pustaka Firdaus: Jakarta: 2001), 20.
4
Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku
kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran
atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati" (Q.S. Al-Baqarah:38)
Penyakit yang terjadi pada diri manusia menurut ayat di atas yang paling dominan adalah
takut dan sedih. Kedua penyakit inilah yang sering disebut sebagai penyakit kejiwaan yang
lainnya timbul seperti halnya telah dipaparkan diatas.
Sesuai dengan penjelasan mengenai gangguan jiwa di atas bahwa pada kenyataannya
secara alamiah manusia membutuhkan ketenangan serta kehidupan yang sehat baik jasmani
maupun rohani. Kesehatan yang bukan hanya berkaitan dengan badan, melainkan kesehatan
jiwa. Semakin maju peradaban manusia maka berakibat pada semakin kompleknya gaya hidup
bersamaan dengan pesatnya modernisasi kehidup6an,sehingga manusia harus menghadapi
bermacam-macam persaingan,pertarungan yang amat tajam, suatu keadaan yang menimbulkan
kegelisahan serta kegalauan pada diri manusia.
Kesehatan jiwa tentunya memiliki kedudukan yang teramat penting bagi kelangsungan
hidup umat manusia. Oleh karenya beberapa aliran psikologi Barat, masing-masing dari mereka
telah memberikan konsep tentang kesehatan jiwa.7
Menurut hemat penulis, bahwa jika dilihat dari berbagai konsep mengenai kesehatan jiwa
yang dijelaskan oleh aliran psikologi Barat dalam berbagai teori ataupun prakteknya, terlihat
bahwa pada dasarnya ilmuwan psikologi Barat secara tidak langsung tidak sepenuhnya integral.
Mereka berpandangan bahwa kesehatan jiwa hanya dengan mengedepankan nilai-nilai
rasionalitas dan empiris yang sifatnya biologis, sosial dan psikologis tanpa adanya rujukan yang
mengedepkan nilai-nilai spiritual. Sedangkan menurut Ali Syariati, ia menyatakan bahwa
7 Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental (Pustaka Al-Husna: Jakarta: 1992), 10
5
manusia adalah sebagai makhluk dua dimensional yang tentunya membutuhkan penyelarasan
antara dimensi kebutuhan di dunia dan dimensi kebutuhan akhirat.8
Demi terciptanya manusia paripurna tentunya ia harus memiliki kesehatan jiwa yang
utuh. Maka dari itu diperlukan langkah-langkah otentik yang harus dihadapi dalam membina
kesehatan mental dan jiwa manusia dengan menyeimbangkan kebutuhan fisik, psikis serta
kesehatan spiritual manusia, sehingga manusia merasakan kebahagiaan dan ketenangan tanpa
adanya gangguan kesehatan jiwanya.
Berbicara tentang agama Islam yang memiliki semboyan the way of life yang mana ia
menjamin kebahagiaan hidup bagi pemeluknya baik di dunia maupun di akhirat bagi yang
mengimaninya. Ia memiliki sendi yang esensial, yakni berfungsi sebagai petunjuk ke jalan yang
benar lagi baik. Firman Allah, sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk menuju jalan
yang sebaik-baiknya (Q.S Al Israa: 9). Selain itu Al-Qur’an memberikan petunjuk dalam
persoalan-persoalan akidah, syari’ah, dan akhlak termasuk di dalamnya mengenai permasalahan
kesehatan jiwa.
Islam mengenal sebuah istilah yang tidak dimiliki oleh teori psikologi yang lain, yang
disebut fitrah. Proses terciptanya manusia yang mana ia diciptakan dari unsur yang suci dari
Allah. Sejak awal kejadiannya, manusia yang hidup melakukan perjanjian primordial dengan
Allah ketika menyatakan pengakuan kebertuhanannya diekspresikan ke dalam bentuk patuh dan
taat kepada yang menciptakan.9 Pada hakikatnya setiap manusia dilahirkan dalam keadaan
membawa fitrah, maksudnya adalah agama yang lurus dan meluruskan, potensi untuk mengenal
dan mentauhidkan Allah, jauh dari penyimpangan.10
8 Ari Ginanjar, Agustian, Emotional Spiritual Quotient (ESQ), (Arga Tilanta: Jakarta: 2004), 20
9 M. Darwis Hude, Emosi: penjelajahan Religio-Psikologis, 86-87
10 Muhammad Utsman Najati, Psikologi Kenabian, (Bandung: Pustaka Hidayah: 2005), 295-296
6
Di antara jaran-ajaran penting yang dibawa oleh Al-Qur’an mengenai kesehatan jiwa
termaktub dalam Q.S An-Nahl: 97
هۡذََكٍسۡأَو ِۡلحۡ َعِمَلَۡصۡ َۡمهۡ ًۡ ۡبّۡمِ ۡۡحۡ َحَُى ۡۡۥَُُِىَّهُۡفَلَىُحۡ ِۡمهۡ َوُهَىُۡمؤۡ ۡأُوثَََۡعۡ َسُهمۡثِأَحۡ أَجۡ ُۡهمۡ ِزََىََّۡولَىَجۡ َۡطُِّجَخ َملُىَنَۡسِهَۡمبَۡكبوُىاْ
٧٩
“Barangsiapa yang mengerjakan
amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”
Ayat lainnya:
ۡقُلُىثُُهمۡثِِركۡ لَِّرََهَۡءاَمىُىاَْۡوتَطۡ ٱ ِۡهٱِسَۡمئِهُّ ِۡتَطۡ ٱِسۡأَََلۡثِِركۡ ۡللَّ ۡللَّ ٨٣قُلُىُةۡل ۡٱَمئِهُّ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.
kedua ayat di atas merupakan petunjuk Alquran ia mengajarkan kepada manusia tentang
kesehatan jiwa.
Di antara ahli ilmu jiwa modern dan psikiater yang memiliki perhatian pada sisi spiritual
manusia ialah William James, Carl, G Yung A. A, Brill, dan Henry Link. Dalam hal ini mereka
memahami bahwa peranan agama dan keimanan kepada Tuhan memiliki pengaruh yang sangat
penting dalam kesehatan jiwa manusia. Mereka bahkan menunjukkan aspek keimanan memiliki
peranan penting dalam menebarkan rasa aman damai dalam jiwa manusia serta menghilangkan
kegelisahan dan kelainan jiwa, sehingga jiwa menjadi tenang.
Allah SWT befirman:
ٍۡ ز ۡٱ ٨٩َمئِىَّخُُۡمطۡ ل ۡٱُسۡلىَّفۡ ٱبۡأَََّتُهَََۡ ۡ ًۡ ِۡجِع ۡإِلَس َۡۡزثِِّكَۡزاِضَُخۡ ٨ُٓخِلٍَۡجىَّتٍِۡدۡ ٱوَۡ ٨٧ِدٌُۡخِلٍۡفٍِِۡعجَۡ دۡ ٱفَۡ ٨٣ِۡضَُّخۡ مَّ
7
“Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya
Maka masuklah ke dalam jama´ah hamba-hamba-Ku masuklah ke dalam surga-Ku”
Ayat di atas menjelaskan bahwa jika jiwa itu sehat tentu akan merasakan ketenangan dan
kedamaian, yang mana ia akan selalu terhindar dari segala penyakit jasmani dan dan rohani yang
akan menimpanya.
Firman Allah (Al-Qur’an) telah banyak membuktikan bahwa Islam tidak hanya sekedar
perangkat atau konsep ideal, lebih dari itu sebagai suatu amalan praktikal yang akan tetap ada
sepanjang zaman. Islam tidak hanya agama langit, tetapi ia merupakan agama yang sekaligus
membumikan serta mampu mendatangkan rahmat bagi umat manusia, termasuk di dalamnya
terdapat obat bagi permasalahan jiwa dan ketenangan bagi segenap umat manusia.
Dengan demikian menjadi perlu untuk di kaji ayat-ayat Alquran secara tematis yang
berbicara beberapa aspek yang berkenaan dengan kesehatan jiwa.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dirumuskan beberapa masalah sekitar tafsir yang di fokuskan
pada pada ayat-ayat yang membahas tentang kesehtaan jiwa dalam Alquran. Penelitian ini
akan menelusuri konsep kesehatan jiwa yang dijelaskan dalam Alquran dengan diturunkan
melalui beberapa pertanyaan.
1. Bagaimana pandangan Alquran tentang kesehatan jiwa secara konseptual
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan jiwa dalam Alquran?
C. Tujuan Penelitian
Dilihat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kesehatan jiwa dalam Al-Qur’an
8
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan jiwa dalam Al-
Qur’an.
D. Kegunaan Penelitian
Secara akademik,
Penelitian ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mencapai gelar sarjana (S1) UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Penulis sangat berharap
besar, penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan di jurusan Ilmu
Alquran dan Tafsir lebih jauhnya lagi di masyarakat luar.
Secara non akademik
Hasil dari penelitian ini dapat bermakna dan menelusuri bagaimana kesehatan jiwa
yang sebenarnya menurut pandangan Alquran dikaitkan dengan realita yang ada di
masyarakat, dan untuk menambah khazanah literatur kajian islami, terutama dalam bidang
psikologi Islami.
E. Tinjauan Pustaka
Telah banyak ditulis kajian-kajian yang berkaitan dengan tema-tema pokok
kewahyuan Alquran, terutama di bidang kesehatan, baik berupa skripsi, jurnal maupun
karya-karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan kesehatan jiwa. Pertama, Hasan
Langgulung menulis teori-teori kesehatan Mental.11
Dalam buku ini terdiri atas dua
bagian, bagian pertama menjelaskan tentang suatu pendekatan tradisional dalam
kesehatan mental, sedangkan pada bagian kedua menjelaskan tentang pendekatan baru
11
Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental (Pustaka Al-Husna: Jakarta: 1992)
9
atau modern dalam kesehatan mental, sementara bagian akhir menjelaskan mengenai
psikologi Islam dan kesehatan mental.
Kedua, skripsi yang ditulis oleh ‘Arifatul Hikmah pada tahun 2010 dengan judul
Konsep jiwa yang tenang Dalam Al-Qur’an (studi tafsir tematik), dalam skripsinya ia
mengatakan muthmainnah, yaitu ketenangan jiwa yang disertai dengan keimanan.
Muthmainnah diartikan sebagai jiwa yang ikhlas sehat jasmani dan rohani.12
Penelitian
ini berbeda dengan yang penulis teliti, yaitu mengenai konsep kesehatan jiwa menuurut
Alquran lebih menjelaskan kepada hal kesehatan serta pengaruh-pengaruhnya.
Ketiga, buku karya Ahmad Mubarok berjudul Psikologi Qur’ani, fokus kajian ini
pada psikologi manusia sebagai makhluk yang menjadi subyek sekaligus objek. Manusia
yang selalu tertarik mengkaji dirinya sendiri, pendekatan Qur’ani ini mengungkap rahasia
sunnatullah yang bekerja pada manusia atau ayat-ayat nafsiyah dalam artian mengungkap
segala unsur proses dan fungsi serta hukum-hukum kejiwaan manusia.13
Keempat, tesis yang ditulis oleh saudara Nur Hamin, dalam penulisannya ia
menggambarkan refleksi dari gangguan kejiwaan yang berimplikasi pada kesehatan
mental.14
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu konsep
kesehatan jiwa dalam Alquran serta pengaruh-pengaruhnya. Nasir bdiman juga
mengatakan dalam tesisnya yang berjudul kesehatan mental Islami dan aktualisasinya
dalam keluarga, ia menyatakan bahwa keluarga merupakan sebuah cangkokan yang
muda yang nanti akan tumbuh secara bercabang-cabang.15
12
‘Arifatul Hikmah, Konsep Jiwa yang Tenang, Skripsi, Pps UIN Yogyakarta 13
Ahmad Mubarok, Psikologi Qur’ani ( Pustaka Firdaus: Jakarta: 2001), 14
Nur Hamin, Kesehatan Mental Islami, telaah atas pemikiran Hamka, Tesis (Yogyakarta: PPs UIN: 1996).
15 Nasir Budiman, Kesehatan Mental dan Aktualisasinya dalam Keluarga, Tesis (Yogyakarta: PPs UIN:
1990).
10
Kelima, tesis yang ditulis oleh Aji Nugraha yang berjudul konsep jiwa dalam Al-
Qur’an ia menyatakan bahwa kesehatan merupakan inti dari kehidupan dan memiliki
tujuan agar manusia dapat hidup dengan tenang dan bahagia dalam keluarganya karena
memiliki jiwa yang sehat.16
Penelitian ini sedikit mendekati kepada penelitian yang
penulis lakukan, hanya saja sedikit berbeda redaksi dengan yang penulis teliti, jika
penelitian ini membahas tentang konsep jiwa dalam Alquran maka yang penulis teliti
adalah konsep kesehatan jiwa dalam Alquran.
Berdasarkan telaah pustaka diatas dapat disimpulkan bahwa karya-karya yang
telah disebutkan diatas banyak menyodorkan ide-ide mengenai psikologi islami dengan
persepektif islam serta Alquran untuk menciptakan jesehatan jiwa dan implikasinya
terhadap kehidupan bermasyarakat.
F. Kerangka Pemikiran
Islam menekankan bahwa manusia hidup di dunia bukan tanpa memiliki makna.
Di samping itu, ia diciptakan dengan penciptaan yang sebaik-baiknya dan tugasnya ialah
mengabdi kepada-Nya, ketika pengabdian itu ia memiliki kewajiban-kewajiban yang
harus dilaksanakan, baik bagi dirinya maupun bagi keluarganya. Kehidupan manusia
dipengaruhi oleh banyak sekali faktor, yang menjadi kewajiban dirinya adalah
mengendalikan dan mengarahkan faktor-faktor tersebut sehingga makna yang diharapkan
dari hidupnya bisa tercapai, dan faktor yang paling utama itu adalah kesehatan.
Sehat dalam pandangan agama, yaitu bukan hanya terbebas dari berbagai penyakit
dalam diri melainkan juga sehat rohani. Islam memperkenalkan istilah ‘afiat yang mana
pada hakikatnya ia menggambarkan berfungsinya seluruh potensi jasmani serta rohani
16
Aji Nugroho,Konsep jiwa dalam Al-Qur;an, Tesis (Yogyakarta: UIN: 2011)
11
manusia sehingga ia mampu mencapai tujuan kehadirannya di muka bumi ini. Karena
manusia yang sehat adalah manusia yang sejahtera, seimbang jasmani serta rohaninya
secara berkelanjutan dan memiliki daya guna.17
Dalam Islam melalui firman-firman Allah yaitu Alquran berpandangan bahwa
kesehatan jiwa dengan mengacu pada wahyu yang nuansanya spiritual dan mengarah
pada aspek biologis, sosial serta psikologis.
Kesehatan jiwa yaitu terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara
fungsi-fungsi kesehatan kejiwaan dan tercapainya penyesuaian diri antara manusia
dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan pada keimanan dan ketakwaan
serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia dunia akhirat. Dengan
rumusan lain, kesehatan jiwa ialah mencakup semua bidang hubungan dengan Tuhan.18
Terkait pernyataan di atas, maka kesehatan jiwa perspektif Islam sangat erat
hubungannya dengan permasalahan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia di
dunia serta akhirat, dan mencakup hubungan dengan dirinya sendiri orang lain serta
padalingkungan yang dihuninya yang mana semua itu atas dasar hubungan vertical
dengan Tuhan dan horizontal dengan manusia. Sesuai yang dikemukakan oleh Jumhana
Bastaman bahwa dalam Islam pengembangan kesehatan jiwa itu terintegrasi dari
pengembangan jiwa pada umumnya, dalam artian kondisi kesehatan kejiwaan yang sehat
merupakan hasil dari riset pengembangan dan kondisi pribadi yang dinilai matang baik
dari segi keimanan maupun ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.19
Indikator kesehatan mental yaitu ditandai dengan sifat-sifat yang khas adalah ia
memiliki kemampuan untuk bertindak secara efisien, memiliki tujuan hidup yang jelas,
17
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an,(Bandung: Mizan, 1999), hlm 293 18
Yahya Jaya, spiritualisasi Islam dalam Mengembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental, (Ruhama: Jakarta: 1994), 77
19 Jumhana Bastaman, integrasi Psikologi Dengan Islam, (Putaka Pelajar: Yogyakarta, 1997), 150
12
punya konsep diri yang sehat, adanya koordinasi antara usaha-usaha. Memiliki usaha-
usaha regulasi diri dan integrasi kepribadian dan batinnya selalu merasa tenang.
Adapun pengaruh yang nyata dalam hal kesehatan jiwa yaitu dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal, adapun faktor internalnya adalah faktor biologis, dan faktor
psikologis sedangkan faktor eksternalnya adalah sosial budaya yang ditempuhnya.
Kesehatan menurut WHO (World Health Organization), yang menyempurnakan
makna sehat itu ialah mereka yang sehat tidak hanya fisik, psikologis namun spiritual
juga harus sehat.20
Melalui kesehatan yang dimilikinya manusia dapat mengetahui
kualitas hidupnya secara optimal. Sebagaimana Firman Allah:
ۡفَُِمب ۡثۡ ٱوَۡ َۡءاتَىۡ ۡتَغِ ۡٱَك ُ ۡٱللَّ ۡٱلدَّاَزِۡۡخَسحَۡ ل ِۡمَه ۡوَِصُجََك ۡتَىَس َۡكَمب َۡوأَحۡ َُۡبۡ لدُّوۡ ٱَوََل ۡأَحۡ ِۡسه ُۡ ٱَسَه ۡإِلَ ُ ۡتَجۡ َۡكۡ للَّ غَِۡوََل
َۡٱفََسبدَۡفٍِۡل ۡٱ ۡز ۡل ِۡۡض ۡٱإِنَّ َََۡلَُِۡحتُّ ٩٩ِسِدََهُۡمفۡ ل ۡٱللَّ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
Berkaitan dengan kepentingan penelitian yang dibutuhkan pada kajian ini, maka
diperlukan pemahaman mengenai tafsir itu sendiri. Dengan begitu penelitian yang akan
dicapai lebih komprehensif dan sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari oleh peneliti.
Dan yang penulis butuhkan adalah penafsiran beberapa ayat yang menjelaskan
berkaitan dengan ayat yang dikaji mengenai konsep kesehatan jiwa dalam Al-Qur’an.
Adapun ayat-ayat yang penulis dapatkan dari pencarian menggunakan aplikasi
(Qsoft, 705 ), ayat tentang muthmainnah (ketenangan) sebanyak 4 ayat, di antaranya
20
Dadang Hawari, Ilmu kesehatan jiwa dan kesehatan jiwa, (Dana Bakti Primayana: Yogyakarta, 1999), 13
13
pada: qs. Ar-Ra’d: 28, Al- Fath: 4, al A’raf: 35, kemudian ayat tentang kebahagiaan
penulis menemukan tiga ayat yakni Al-Qashas: 77, An-Nahl: 97, Ali-‘Imran:104.
Dalam ranah ilmu tafsir dikenal dengan beberapa tema yang berkaitan dengan
penafsiran Alquran. Dalam tafsir tentunya muncul beberapa term yaitu ada sumber tafsir,
corak tafsir, serta metodologi tafsir. Lebih jelasnya sumber tafsir yang dimaksud adalah
sandaran penafsiran terhadap ayat-ayat Alquran, yang mana maksud tersebut adalah
apakah bersumber dari riwayat atau ijtihad. Sumber penafsiran dalam Alquran terbagi
atas dua bagian, pertama, tafsir bil ma’tsur yaitu bentuk penafsiran Alquran yang
bersandar pada riwayat-riwayat hadits Nabi atau shahabat dan tabi’in serta tabit tabi’in.
kedua, tafsir bil ra’yi yaitu bentuk penafsiran berdasarkan pada pemikiran tokoh mufassir
kemudian dicari argumen berupa ayat Alquran, hadis Nabi dan sebagainya, untuk
mendukung dan melengkapi dalam penafsiran.21
Selain itu ada yang dianamakan dengan corak tafsir, yaitu orientasi atau
kecenderungan si penafsir tergantung pada keahlian bagaimana ia menafsirkan Alquran,
warna budaya, serta aqidah atau kepercayaan si penafsir. Corak tafsir telah melahirkan
berbagai kedekatan dalam tafsir. Dalam keilmuan tafsir dikenal adanya tafsir dengan
kecenderungan bahasa, ilmi, kalam, filsafat, fiqih tasawuf dan sosial budaya yang
dimiliki.
Berkaitan dengan tafsir bil ma’tsur di atas. Dari tafsir bil matsur kemudian lahirlah
beberapa metode di antaranya: metode tahlili, metode ijmali, muqarran, dan maudhu’i.
penafsiran dengan metode tahlili mengkaji ayat-ayat Alquran dari segi maknanya.22
Mufassirnya menjelaskan makna-makna dan kandungan ayat-ayat Alquran dari berbagai
21
Nasrudin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur,an, (Pustaka Pelajar: Yogyakarta: 2003), 33 22
Ali Hasan Al-Aridh, Sejarah dan Metodologi Tafsir, (Rajawali Press: Jakarta, 1993), 42
14
segi kemudian memperhatikan ayat-ayatnya secara runtut sebagaimana yang tercantum
dalam mushaf. Di antara segala segi itu adalah dilihat dari segi kosa katanya, asbab
nuzulnya serta munasabah berkaitan dengan teks atau kandungan ayat.
Selanjutnya adalah metode tafsir ijmali yakni menafsirkan Alquran secara singkat
dan menyeluruh tanpa uraian spesifik. Mufassirnya hanya menjelaskan arti dan maksud
yang terkandung dalam ayat tersebut secara singkat. Selanjutnya metode tafsir muqarran,
yakni membandingkan ayat-ayat Alquran yang memiliki kesamaan tau kemiripan yang
menjelaskan tentang masalah atau kasus yang berbeda dan memiliki redaksi yang
berbeda bagi masalah atau kasus yang sama.
Metode selanjutnya adalah maudhu’i, metode ini digunakan oleh mufassir untuk
menghimpun ayat-ayat Alquran dari berbagai surat yang berkaitan dengan persoalan atau
topik yang ada, kemudian penafsir membahas dan menganalisa kandungan ayat sehingga
menjadi kesatuan ayat yang utuh.23
Dapat dilihat dan disimpulkan dari keempat metode diatas, yang digunakan oleh
peneliti adalah metode maudhu’i yaitu dengan menghimpun ayat-ayat Alquran yang
berhubungan dengan tema yang diambil dengan penjelasan yang utuh. Kemudian peneliti
melengkapi bahasan dengan menguraikan beberapa hadits dan pendapat para ulama
tafsir, sehingga pembahasan yang dibuat menjadi lebih jelas dan dapat dipahami.
G. Langkah-langkah Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penafsiran
maudhu’i (tematik), yaitu metode tafsir dengan cara menghimpun ayat-ayat yang
23
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an,(Bandung: Mizan, 1999), 87
15
memiliki makna dan penyusunan dibawah satu judul bahasan, kemudian
menafsirkannya secara maudhu’i atau secara tematik.
2. Jenis Data
Data yang dikumpulkan oleh peneliti ialah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
sebuah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti sebuah objek atau tema.
Teknik pengumpulan datanya dilakukan secara gabungan analisis data yang bersifat
deskriptif.
3. Sumber Data
Sumber data yang dibutuhkan peneliti adalah dengan menggunakan buku-buku yang
berkaitan dengan judul yang diambil, kitab-kitab, karya-karya ilmiah seperti jurnal,
tesis, desertasi dan sumber lainnya sebagai penunjang penelitian.
4. Tekhnik pengumpulan data
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah library research (studi
kepustakaan), objek kajiannya berupa buku-buku yang berkaitan dengan kesehatan
jiwa dalam Alquran.
5. Analisis Data
Analisis data merupakan metode pemeriksaan secara konseptual atas makna-makna
yang terkandung oleh istilah yang digunakan.
Adapun langkah-langkah analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Memilih atau menerapkan masalah Alquran yang akan dikaji secara maudhu’i
(tematik)
b. Menghimpun beberapa ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah
diterapkan
16
c. Menyusun tema bahasa didalam kerangka yang sesuai, sistematis dan utuh
d. Melengkapi bahasan dengan hadits bila dipandang perlu sehingga pembahasan
menjadi semakin rinci dan jelas.
e. Mempelajari dan memahami ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan
menghimpun ayat-ayat yang memiliki definisi yang sama.
H. Sistematika Penulisan
Supaya pembahasan lebih runtut dan utuh serta mudah dipahami, maka penulisan
skripsi ini akan menggunakan sistematika sebagai berikut:
Bab I, berisi pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka berfikir,
langkah-langkah penelitian, terakhir sistematika penulisan.
Bab II, pembahasan mengenai tinjauan teoritis tentang tema atau judul yang
diangkat yaitu tentang konsep kesehatan jiwa dalam Alquran. Pada bab dua ini akan
menjelaskan definisi-definisi tentang konsep kesehatan jiwa dalam Alquran menurut para
tokoh maupun ulama, faktor-faktor pembentukan kesehatan jiwa, serta karakteristik
kesehatan jiwa, hal-hal yang mempengaruhi kesehatan jiwa.
Bab III, Pada bab ini akan membahas analisis tentang konsep kesehatan jiwa dalam
Alquran yaitu bagaimana petunjuk Alquran tentang kesehatan jiwa, gangguan-gangguan
kesehatan jiwa menurut Alquran, bagaimana solusi Alquran tentang kesehatan jiwa, serta
hikmah memiliki jiwa yang sehat menurut Alquran.
Bab IV, pada bab ini berisi , yaitu menyimpulkan dari semua bab menjadi
beberapa paragraf.
17