7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
Kajian teori mencakup pengertian-pengertian dari judul penelitian agar
didapat satu pengertian yang utuh dan tidak menimbulkan salah tafsir diantara
pembaca.
2.1.1. Model Pembelajaran
Mills (Suprijono, 2011:45) berpendapat bahwa “ model adalah bentuk
representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model”. Model merupakan
interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa
sistem.
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas (Suprijono, 2011:46). Menurut Andreas (Suprijono,
2011:46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan – tujuan pembelajar, tahap-tahap pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran yaitu guru dapat
membantu siswa mendapat informasi, ide keterampilan, cara berpikir, dan
mengekspresikan ide (Suprijono, 2011:46). Model pembelajaran adalah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran atau merancang
aktivitas belajar mengajar secara sistematis.
2.1.2. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI,
1996: 14).
8
Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68)
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan
seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar
untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan
belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang
bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan
dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-
lain.
2.1.3 Keterampilan Proses
Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola
(memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati,
menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan
penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut” (Azhar, 1993: 7)
Sedangkan “menurut Conny (1990 : 23) pendekatan keterampilan proses adalah
pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara
mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga siswa
akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan
sikap dan nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus”.
Berdasarkan uraiaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan
keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada
pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik, dan sosial untuk
menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap dan nilai melalui
proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa (CBSA) sehingga mampu
menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa. Dimiyati (2002:
138) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa adalah :
a. Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada pengertian yang tepat
tentang hakekat ilmu pengetahuan siswa dapat mengalami rangsangan ilmu
pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan
9
b. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada
siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak sekedar menceritakan atau
mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.
c. Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan
membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Dari pembahasan tentang pengertian pendekatan keterampilan proses
(PKP) dapat diartikan bahwa pendekatan keterampilan proses dalam
penerapannya secara langsung memberikan kesempatan siswa untuk secara nyata
bertindak sebagai seorang ilmuan karena penerapan pendekatan keterampilan
proses menekankan dalam memperoleh ilmu pengetahuan siswa hendaknya
menanamkan sikap dan nilai sebagai seorang ilmuan.
2.1.3.1 Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan
kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan
kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Conny, 1992) . Pendekatan
keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar
paling sesuai dengan pelaksaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka
menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin cepat dewasa ini. Dalam pembelajaran matematika pun, pendekatan
keterampilan proses ini sangat cocok digunakan. Struktur matematika yang
berpola deduktif kadang-kadang memerlukan proses kreatif yang induktif. Untuk
sampai pada suatu kesimpulan, kadang-kadang dapat digunakan pengamatan,
pengukuran, intuisi, imajinasi, penerkaan, observasi, induksi bahkan mungkin
dengan mencoba-coba. Pemikiran yang demikian bukanlah kontradiksi, karena
banyak objek matematika yang dikembangkan secara intuitif atau induktif.
Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan
intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun
menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman
siswa. Misalnya sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus
mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis. Alasannya tentulah
sederhana, yaitu agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep yang ada
10
dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan
anak dalam belajar matematika menggunakan pendekatan keterampilan proses
adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham
terhadap permasalahan yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan
mengerti permasalahannya.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa keunggulan pendekatan keterampilan
proses di dalam proses pembelajaran, antara lain adalah :
1. Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran,
2. Siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari,
3. Melatih siswa untuk berpikir lebih kritis,
4. Melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran,
5. Mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru,
6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode
ilmiah.
Pendekatan keterampilan proses ini berbeda dengan pendekatan
tradisional, karena di dalam pembelajaran dengan pendekatan tradisional, guru
hanya memberikan materi pelajaran yang berfokus pada pemberian konsep-
konsep, informasi, dan fakta yang sebanyak-banyaknya kepada siswa. Akibatnya,
hasil belajar yang diperoleh siswa pun hanya terbatas pada aspek pengetahuan
saja, sedangkan aplikasinya belum tentu dapat dilakukan. Padahal di dalam
pembelajaran matematika, siswa juga dituntut untuk mengalihgunakan informasi
yang diperolehnya pada bidang lain dan bahkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa juga harus mampu mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika
dalam berbagai bentuk seperti tabel, grafik, diagram, dan lain-lain. Dengan
demikian, penerapan pendekatan tradisional di dalam pembelajaran matematika
tidakkah cocok.
Sedangkan Conny (1990 : 14). mengatakan bahwa ada beberapa alasan
yang melandasi perlu diterapkan pendekatan keterampilan proses (PKP) dalam
kegiatan belajar mengajar yaitu:
11
1. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak
mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
2. Para ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda memahami
konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh
kongkrit.
3. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat relatif benar seratus persen
penemuannya bersifat relative
4. Dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskan dari
pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.
2.1.3.2 Unsur-unsur Pendekatan Keterampilan Proses
Adapun unsur-unsur pendekatan proses keterampilan proses yang
mendasar dimaksud adalah :
a. Mengamati/observasi Observasi atau pengamatan merupakan salah satu
keterampilan ilmiah yang paling mendasar dalam proses dan memperoleh ilmu
pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan
keterampilan proses yang lain (Funk 1985 dalam Dimiyati, 1909 :142).
Kegiatan mengamati, menurut penulis dapat dilakukan dengan panca indera
seperti melihat, mendengar, meraba, mencium dan mengecap. Hal ini sejalan
dengan pendapat (Djamarah, 2000 :89). Bahwa "kegiatan mengamati dapat
dilakukan siswa melalui kegiatan belajar, melihat, mendengar, meraba,
mencicip dan mengumpulkan dan atau informasi. Jadi kegiatan mengamati
merupakan tingkatan paling rendah dalam pengembangan keterampilan dasar
dari siswa, karena hanya sekedar pada penglihatan dengan panca indera. Pada
dasarnya mengamati dan melihat merupakan dua hal yang berbeda walaupu
sekilas mengandung pengertian yang sama. Melihat belum tentu mengamati,
karena setiap hari mungkin siswa melihat beraneka ragam tanaman, hewan,
benda-benda lain yang ada di sekitarnya, tetapi sekedar melihat tanpa
mengamati bagaimana sebenarnya tanaman, hewan tersebut berkembang dari
kecil hingga menjadi besar.
b. Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai
obyek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khsususnya. Sehingga didapatkan
12
golongan atau kelompok sejenis dari obyek yang dimaksud, (Dimiyati, 1999
:142). Untuk melakukan kegiatan mengkalasifikasikan menurut Djamarah
adalah "siswa dapat belajar melalui proses : mencari persamaan (menyamakan,
mengkombinasikan, menggolongkan dan mengelompokkan( Djamarah, 2000 :
89). Melalui keterampilan mengklasifikasi siswa diharapkan mampu
membedakan, menggolongan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka
sehingga apa yang mereka lihat sehari-hari dapat menambah pengetahuan dasar
mereka.
c. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai "menyampaikan dan memperoleh
fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual atau
secara visual" (Dimiyati, 1993:143). Kegiatan mengkomunikasi dapat
berkembanga dengan baik pada diri siswa apabila mereka melakukan aktivitas
seperti : berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya, mengarang,
memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan,
gambar dan penampilan” (Djamarah, 2000). Dari pernyataan di atas, dapat
dikatakan bahwa mengkomunikasikan bukan berarti hanya melalui berbicara
saja tetapi bisa juga dengan gambar, tulisan bahkan penampilan dan mungkin
lebih baik dari pada berbicara.
d. Mengukur Keterampilan mengukur sangat penting dilakukan agar siswa dapat
mengobservasi dalam bentuk kuantitatif. Mengukur dapat diartikan
"membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah
ditetapkan" (Dimiyati, 1999 : 144). Adapun kegiatan yang dapat
mengembangkan keterampilan mengukur siswa menurut Conny (1992 :21).
Dapat dilakukan dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada dasarnya
mengukur adalah membandingkan, misalnya saja siswa membandingkan luas
kelas, volume balok, kecakapan mobil dan sebagainya. Kegiatan pengukuran
yang dilakukan siswa berbeda-beda tergantung dari tingkat sekolah mereka,
karena semakin tinggi tingkat sekolahnya maka semakin berbeda kegiatan
pengukuran yang dikerjakan.
e. Memprediksi adalah "antisipasi atau perbuatan ramalan tentang sesuatu hal
yang akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan perkiraan pada pola
13
kecendrungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu
pengetahuan" (Dimiyati, 1999: 144). Menurut (Djamarah, 2000) untuk
mengembangkan keterampilan memprediksi dapat dilakukan oleh siswa
melalui kegiatan belajar antisipasi yang berdasarkan pada kecendrungan/pola.
Hubungan antara data, hubungan informasi. Hal ini dapat dilakukan misalnya
memprediksi waktu tertibnya matahari yang telah diobservasi, memprediksikan
waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan menggunakan
kendaraan dengan yang berkecepatan tertentu. Pada prinsipnya memprediksi,
observasi dan menarik kesimpulan merupakan tiga hal yang berbeda, hal
tersebut dapat dibatasi sebagai berikut : "kegiatan yang dilakukan melalui
panca indera dapat disebut dengan observasi dan menarik kesimpulan dapat
diungkapkan dengan, mengapat hal itu bisa terjadi sedangkan kegiatan
observasi yang telah dilakukan apa yang akan diharapkan".
f. Menyimpulkan dapat diartikan sebagai "suatu keterampilan untuk memutuskan
keadaan suatu. Objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip
yang diketahui (Dimiyati, 1999: 145). Kegiatan yang menampakkan
keterampilan menyimpulkan misalnya: berdasarkan pengamatan diketahui
bahwa lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat. Siswa dapat
menyimpulkan bahwa lilin bisa menyala apabila ada oksigen. Kegiatan
menyimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan sebagai
pengembangan keterampilan siswa yang dimulai dari kegiatan observasi
lapangan tentang apa yang ada di alam ini.
2.1.3.3 Pentingnya Pendekatan Keterampilan Proses
Pentingnya Pendekatan Keterampilan Proses Menurut Dimiyati,
mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses (PKP) perlu diterapkan dalam
kegiatan belajar mengajar berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
1. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Pengalaman intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar didapatkan agar
hasil belajar yang optimal.
3. Penerapan sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ini.
(Dimiyati, 2002: 137) Pembinaan dan pengembangan kreatifitas berarti
14
mengaktifkan murid dalam kegiatan belajarnya. Untuk itu cara belajar siswa
aktif (CBSA) yang mengembangkan keterampilan proses yang dimaksud
dengan keterampilan di sini adalah kemampuan fisik dan mental yang
mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan lain dalam individu.
2.1.3.4 Langkah-langkah Melaksanakan Keterampilan Proses
Untuk dapat melaksanakan kegiatan keterampilan proses menurut
Djamarah (2002 :92) dalam pembelajaran guru harus melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Pendahuluan atau pemanasan
Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah mengarahkan siswa pada pokok
permasalahan agar mereka siap, baik mental emosional maupun fisik.
Kegiatan pendahuluan atau pemanasan tersebut berupa:
1. Pengulasan atau pengumpulan bahan yang pernah dialami siswa yang ada
hubungannya dengan bahan yang akan diajarkan.
2. Kegiatan menggugah dan mengarahkan perhatian perserta didik dengan
mengajukan pertanyaan, pendapat dan saran, menunjukkan gambar atau benda
lain yang berhubungan dengan materi yang akan diberikan.
3. Pelaksanaan proses belajar mengajar atau bagian inti Dalam kegiatan proses
pembelajaran suatu materi, seperti yang dikemukakan di depan hendaknya
selalu mengikutsertakan secara aktif akan dapat mengembangkan kemampuan
proses berupa mengamati, mengklasifikasi, menginteraksikan, meramalkan,
mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian serta
mengkunikasikan hasil perolehannya yang pada dasarnya telah ada pada diri
siswa.
b) Kegiatan Inti
kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-langkah proses belajar
mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses, meliputi :
1. Menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi, gambar,
modal, bangan yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.
15
2. Merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau
mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan
terhadap bahan pelajaran tersebut.
3. Menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal dan
peristiwa atau gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.
4. Meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin
terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.
5. Menerapkan pengetahuan keterampilan sikap yang ditentukan atau diperoleh
dari kegiatan sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru atau berbeda.
6. Merencanakan penelitian umpamanya mengadakan percobaan sehubungan
dengan masalah yang belum terselesaikan.
7. Mengkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain dengan diskusi, ceramah
mengarang dan lain-lain.
c) Penutup
Setelah melaksanakan proses belajar tersebut, hendaknya sebagai seorang
pendidik untuk
1. Mengkaji ulang kegiatan yang telah dilaksanakan serta merumuskan hasil yang
telah diperolehnya
2. Mengadakan tes akhir
3. Memberikan tugas-tugas lain .
2.1.4 Metode Eksperimen
2.1.4.1 Pengertian Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan salah satu tipe metode yang menggunakan
pendekatan keterampilan proses menurut Sahroni (1986: 3), menyatakan bahwa
metode eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana siswa melibatkan diri di
dalam proses untuk menemukan sendiri suatu fakta atau suatu bukti yang ingin
diketahi. Di dalam metode eksperimen, siswa harus meneliti sendiri, mengamati,
menganalisis, memahami prosedur kerja, dan menarik kesimpulan sendiri.
Modejiono (1997: 77), mengatakan bahwa metode eksperimen adalah
metode yang beriringan dengan logika induktif (penarikan kesimpulan
berdasarkan sejumlah bukti, fakta atau data), dari keadaan yang diamati melalui
16
eksperimen. Atau kata lainnya adalah metode eksperimen merupakan kegiatan
guru atau siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan
hasil percobaan itu.
Rusyan (1993: 96), mengatakan bahwa metode eksperimen adalah cara
penyajian pelajaran, melalui percobaan-percobaan untuk membuktikan sendiri
sesuatu pernyatan atau hipotesis tertentu. metode pemberian kesempatan kepada
anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau
percobaan. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan
demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses
yang dialaminya itu.
Dalam Soemantri (2001:136) metode eksperimen adalah merupakan cara
belajar mengajar yang melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan
sendiri proses dan hasil percobaan itu.
Tujuan metode eksperimen dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau
persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri.
2. Agar siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang
diperoleh.
3. Melatih siswa merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan
percobaan.
4. Melatih siswa menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik kesimpulan
dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan.
Adapun alasan penggunaan metode eksperimen menurut Soemantri
(2001:136) adalah sebagai berikut :
a. Metode eksperimen diberikan untuk memberi kesempatan kepada siswa agar
dapat mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
menganalis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu
obyek, keadaan atau proses sesuatu.
17
b. Metode eksperimen dapat menumbuhkan cara berfikir rasional dan ilmiah.
2.1.4.2 Kelebihan Metode Eksperimen
Metode eksperimen memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan
kekurangan metode eksperimen menurut Soemantri (2001:136-137) :
a. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaan sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Siswa aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi , atau data yang
diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya.
c. Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir
ilmiah.
d. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif, realistis,
dan menghilangkan verbalisme.
e. Hasil belajar menjadi kepemilikan siswa yang bertalian lama.
2.1.4.3 Kekurangan Metode Eksperimen
a. Memerlukan peralatan percobaan yang komplit.
b. Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan
waktu yang lama.
c. Menimbulkan kesulitan bagi guru dan siswa apabila kurang berpengalaman
dalam penelitian.
d. Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada
kesalahan menyimpulkan.
2.1.4.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Eksperimen
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003),
meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang
didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi
ini menampilkan masalah yang berkaitan dengan materi IPA yang akan
diajarkan.
2. Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa
diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
18
3. Hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil
pengamatan.
4. Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebeneran dan dugaan awal yang telah
dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan
merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat
dilaporkan hasilnya.
5. Aplikasikan konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep,
hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan
pemantapan konsep yang dipelajari.
6. Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Penerapan
pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk
memahami konsep. Pemahaman dapat diketahui apabila siswa mampu
mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya.
Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan,
menyebutkan, memberikan contoh dan menerapkan konsep yang terkait
dengan pokok bahasan.
2.1.5. Hasil Belajar
2.1.5.1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
Belajar adalah ”suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan
atau lebih khusus melalui prosedur latihan. Perubahan itu sendiri berangsur-
angsur dimulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau
dimilikinya dan dipergunakannya sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang
menjalani proses belajar itu”. (Shalahuddin, 1990:29).
Belajar adalah : ”suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu
bersifat secara relatif konstan dan berbekas”. W.S. (Winkel, 1991:36)
Belajar adalah : ”sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan latihan.
Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan
itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga
19
membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri.
Dalam hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar”.
(Nasution, 1982 : 68).
Dari berbagai pendapat tentang belajar, semua dapat digunakan dalam
pembelajaran karena belajar harus diterapkan dalam siswa untuk memperoleh
perubahan siswa dalam hal perilaku siswa. Terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan
menjadi dua golongan,yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Slameto, 2003: 54).
2.1.5.2. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Woordworth (dalam Ismihyani 2000), hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Woordworth juga
mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara
langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa
jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai.
Hasil belajar yang sering disebut dengan istilah "scholastic achievement"
atau "academic achievement" adalah seluruh efisiensi dan hasil yang dicapai
melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka
atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar (Briggs dalam Alim Sumarno:2010).
Hasil belajar (Gagne dan Driscoll dalam Alim Sumarno:2010) yaitu kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat
diamati melalui penampilan siswa (learner 's performance).
Hasil belajar menurut pandangan Hamalik (2010) hasil belajar adalah “bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku orang tersebut”. Hasil
belajar merupakan hasil yang dicapai individu atau siswa setelah siswa tersebut
mengalami atau melakukan suatu proses aktivitas belajar dalam jangka waktu
tertentu. Hasil belajar atau prestasi belajar itu merupakan kecakapan aktual (actual
Ability) yang diperoleh siswa, kecakapan potensial (potencial ability) yaitu
kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki individu untuk mencapai
prestasi.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Sehingga, hasil belajar mempunyai peranan penting
20
dalam proses pembelajaran (Sudjana, 2010). Proses penilaian terhadap hasil
belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam
upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya
dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan
siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi siswa dan keberhasilan siswa dalam belajar. Seseorang
yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam
belajar. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu
hasil belajar dari proses belajar mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik dalam maupun luar diri siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa
Hasil belajar adalah hasil akhir atau tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan
seseorang yang dicapai setelah mengalami proses belajar yang dapat dibuktikan
melalui hasil tes.
2.1.6 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.6.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Menurut Hendro Darmodjo dan Kaligis (dalam Indah, 2008) IPA dapat
dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai
gejala alam. Untuk itu diperlukan cara tertentu yang sifatnya analisis, cermat,
lengkap dan menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain.
IPA dapat dipandang sebagai suatu produk dari upaya manusia memahami
berbagai gejala alam. IPA dapat pula dipandang sebagai fakta yang menyebabkan
sikap dan pandangan yang mitologis menjadi sudut pandang ilmiah.
Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa
serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam
untuk siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP).
Menurut Sri Harsono (dalam Indah, 2008), prinsip-prinsip Piaget dalam
pengajaran IPA diterapakan dalam program-program yang menekankan
21
pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan
pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru
sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa
dapat memperolah berbagai pengalaman belajar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran IPA merupakan
suatu pembelajaran yang membahas tentang ilmu alam sehingga dapat
mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa.
2.1.6.2 Latar Belakang Mata Pelajaran IPA
Latar belakang yang tersurat dalam Standar Isi Mata Pelajaran IPA SD/MI
dibagi menjadi empat (4) paragraf. Masing-masing paragraf mengandung pesan
penting yang harus dipahami oleh setiap praktisi pendidikan dan pembelajaran
IPA SD/MI. Berikut adalah teks Latar Belakang yang tersurat dalam Standar Isi
Mata Pelajaran IPA SD/MI.
1) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk
inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
2) IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk
terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan
pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat)
yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat
22
suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah
secara bijaksana.
3) Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap
ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting hidup. Oleh
karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah.
4) Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI
merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa
dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan
pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa
untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasilitasi oleh guru.
2.1.6.3 Tujuan Pembelajaran IPA
Mata pelajaran IPA SD/MI betujuan agar siswa memiliki kemampuan
sebagai berikut (Kemendiknas, 2007:13-14):
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya;
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat;
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan;
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam;
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan;
23
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.1.6.4 Ruang Lingkup Pelajaran IPA
Ruang lingkup Mata Pelajaran IPA SD/MI secara garis besar terinci
menjadi empat (4) kelompok yaitu (Kemendiknas, 2007: 14):
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas;
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana;
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
Keempat kelompok bahan kajian IPA SD/MI tersebut disajikan secara
spiral, artinya setiap bahan kajian disajikan di semua tingkat kelas tetapi dengan
tingkat kedalaman yang berbeda; semakin tinggi tingkat kelas semakin dalam
bahasannya.
2.1.6.5 Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA SD
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang tersurat dalam standar isi
merupakan batas minimal yang harus dicapai siswa dalam proses belajarnya.
Artinya pesan yang tersurat dalam SK dan KD tersebut tidak dapat ditawar lagi
oleh guru dalam hal penyajiannya di kelas maupun di luar kelas. Hal tersebut
mempunyai implikasi terhadap kompetensi guru. Jika guru merasa kurang
kompeten dalam SK dan atau/ KD tertentu maka wajib mempelajarinya. Hal
tersebut perlu dilakukan agar dapat memfasilitasi belajar siswa secara maksimal,
jangan sampai dilewati untuk tidak dibelajarkan.
Setiap SK dan KD perlu dimaknai dulu secara tepat, sebelum dijabarkan
menjadi indikator dan tujuan pembelajaran, agar pesan edukatif dari SK dan KD
tersebut dapat tercapai.
24
2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Surya Eka Setiawan (2010/2011) dalam penelitian “Pendekatan
Ketrampilan Proses Dalam Pengajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas V SD Negeri 2 Mojotengah Kecamatan Kedu Kabupaten
Temanggung”. Menyimpulkan bahwa silkus 1 belum menggunakan pendekatan
ketrampilan proses dalam materi “pesawat sederhana” mendapat nilai rata-rata
66.80 dari 18 siswa yang mengalami ketuntansan dalam belajar dan ada 7 siswa
belum mengalami ketuntasan. Setelah melaksanakan dalam mengajar
menggunakan pendekatan ketrampilan proses dalam materi “pesawat sederhana”
rata-rata menjadi 82.76 dari 25 siswa yang mengalami ketuntasan dalam belajar.
Jemino (2010/2011) dalam penelitian “Usaha Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Mengenai Keliling Dan Luas Jajar Genjang Dan Segitiga Siswa
Kelas IV Semester II Tahun 2010/2011 SDN Penjengkolan Padureso Kebumen
Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses”. Menyimpulkan pembelajaran
menggunakan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil
Matematika dengan pencapaian ketuntasan yang selalu meningkatkan dari pra
siklus ke siklus 1 terjadi peningkatan dengan persentase ketuntasan 22,2 % yaitu
dari 55,6 % menjadi 77,8 % dan dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan 5,5
% yaitu dari 77, 8 % menjadi 83, 3 %.
Wagino (2010/2011) dalam penelitian “Peningkatan Penguasaan Operasi
Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Dengan Metode Kerja
Kelompok Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Pagerasi UPK Cilongok Semester
II Tahun Pelajaran 2010/2011”. Ditunjukan dengan dari 35 siswa yang mencapai
KKM 60 hanya 21 siswa (60%) dan 14 lainnya (40%) masih dibawah KKM.
Sedangkan presentase pencapaian batas minimal ketuntasan 85 %. Jadi dapat
disimpulkan dari penelitian ini pembelajaran matematika dengan metode Kerja
Kelompok dapat meningkatkan pengguasaan pengoperasian bilangan bulat yang
berdampak pada peningkatan hasil ulangan siswa kelas IV SD 1 Pageraji
semester 2 tentang operasi bilangan bulat.
25
2.3 Kerangka Berpikir
Untuk memperoleh keterampilan dan ilmu pengetahuan dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Salah satunya yaitu melalui pembelajaran, dimana
pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditunjuk untuk
membelajarkan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil
belajarnya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal diperlukan berbagai
faktor yang mendukung. Diantaranya kurikulum, metode belajar, serta sarana dan
prasarana yang mendukung proses belajar mengajar di sekolah.
Pembelajaran yang menggunakan metode akan mengurangi kondisi yang
monoton dan pembelajaran ini menarik bagi siswa. Salah satu metode yang dapat
digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA adalah dengan metode
keterampilan proses, karena IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang
segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat yang terkandung atau gejala
yang terdapat di alam.
Dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses diharapkan dapat
meningkatkan minat serta gairah belajar pada siswa. Sehingga dalam kegiatan
belajar tidak hanya monoton di dalam kelas saja, karena dengan keterampilan
proses siswa benar-benar dapat memiliki keterampilan mendasar yaitu mengamati
dengan kegiatan mengamati dapat dilakukan siswa melalui kegiatan belajar,
melihat, mendengar, meraba, mencicipi dan mengumpulkan dan atau informasi,
mengklasifikasikan melalui keterampilan mengklasifikasi siswa diharapkan
mampu membedakan, menggolongan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka,
mengkomunikasikan melalui kegiatan mengkomunikasi pada siswa dengan:
berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya, mengarang,
memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan,
gambar dan penampilan, mengukur, memprediksi dan menyimpulkan.
Melalui metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran siswa harus
merasa senang dan aktif melakukan kegiatan untuk mencari tahu. Metode
eksperimen adalah pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau
kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode
26
ini, siswa diharapkan sepenuhnya terlibat dalam percobaan awal, pengamatan,
hipotesis awal, verifikasi, aplikasikan konsep, evaluasi. Sehingga siswa akan
mudah memahami konsep jika disajikan dalam bentuk konkret. Dengan demikian
pemahaman terhadap materi pelajaran dapat secara optimal, sehingga hasil belajar
siswa pun menjadi optimal.
Berikut bagan kerangka berfikir Efektivitas Pembelajaran Menggunakan
Pendekatan Keterampilan Proses Melalui Metode Eksperimen pada Pelajaran IPA
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Sraten 02
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang:
Gambar 2.1 Bagan kerangka berfikir
Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses
Klasifikasi
Mengamati
Mengomunikasikan
Mengukur
Menyimpulkan
Memprediksi
Hasil Belajar
Melalui Metode
Eksperimen
1. Percobaan awal
2. Pengamatan
3. Hipotesis awal
4. Verifikasi
5. Aplikasikan konsep
6. Evaluasi
27
2.4. Hipotesis Penelitian
Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui
metode eksperimen efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD
Sraten 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
Efektivitasnya diukur dari:
1. µ1 > µ2 , nilai rata-rata pembelajaran sesudah menggunakan pendekatan
keterampilan proses melalui metode eksperimen > nilai rata-rata
pembelajaran sebelum menggunakan pendekatan keterampilan proses
melalui metode eksperimen
2. Ho : μ1 = μ2 (tidak ada perbedaan nilai rata-rata pembelajaran
sesudah menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode
eksperimen dengan nilai rata-rata pembelajaran sebelum menggunakan
pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen)
Ha : μ1 ≠ μ2 (ada perbedaan nilai rata-rata pembelajaran sesudah
menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode
eksperimen dengan nilai rata-rata pembelajaran sebelum menggunakan
pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen)