7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung
penelitian. Beberapa teori para ahli memiliki pembahasan teori yang sama
namun memiliki pendapat yang berbeda. Pembahasan teori ini berisi tentang
pembelajaran kontekstual pendekatan Science, environment, technology, and
society (SETS) serta aktifitas dan hasil belajar IPA.
2.1.1. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual menurut Elaine B. Jhonson (2007:67) CTL
adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat
makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan
keseharian mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.
The Wasington State Consortium for Contextual Teaching Learning and
Learning dalam Nurhadi (2004:12) mengungkapkan bahwa pengajaran
kontekastual adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa memperkuat,
memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademisnya
dalam berbagai latar sekolah dan diluar sekolah untuk memecahkan seluruh
persoalan yang ada dalam dunia nyata. Menurut Wina Sanjaya (2007:253)
belajar dengan konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat,
tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung.
Dari pendapat beberapa ahli pembelajaran kontekstual merupakan suatu
cara yang digunakan untuk menghubungkan subjek-subjek akademik dengan
kehidupan keseharian siswa, serta menuntut siswa memecahkan sendiri
permasalahan yang ada dalam dunia nyata. Dalam pembelajaran kontekstual
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang telah
didapatkan dengan penerapannya dalam kehidupan nyata. Salah satu komponen
pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme yaitu mengembangkan
8
pemikiran siswa untuk mencari makna dari apa yang telah dipelajari.
Konstruktivisme juga merupakan salah satu karakteristik pendekatan Science,
Environment, Technology, and Society yang telah dikemukakan oleh
Rumansyah (2003) yaitu proses belajar-mengajar menganut pandangan
konstruktivisme, yang pada pokonya menggambarkan bahwa anak membentuk
atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan.
2.1.2. Pendekatan Pembelajaran SETS
SETS merupakan singkatan dari Science, Environment, Technology, and
Society yang berarti ilmu, lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang sering
disebut juga sebagai pendekatan Salingtengmas. Definisi SETS menurut the
NSTA Position Statement 1990 (Kuswati, 2004:11) adalah memusatkan
permasalahan dari dunia nyata yang memiliki komponen Sains dan Teknologi
dari perspektif siswa, di dalamnya terdapat konsep-konsep dan proses,
selanjutnya siswa diajak untuk menginvestigasi, menganalisis, dan menerapkan
konsep dan proses itu pada situasi yang nyata. Hubungan yang tidak terpisahkan
antara sains, lingkungan teknologi dan masyarakat ialah suatu hubungan timbal
balik yang semuanya memiliki keterkaitan didalam kehidupan nyata, dan dapat
kaji melalui manfaat-manfaat serta kerugian yang dapat ditimbulkan. Menurut
Amalia Sapriati (2014:2.9) pendekatan salingtengmas merupakan cara pandang
bahwa siswa belajar, menyusun pengetahuan, melalui interaksi pribadi antara
pengalaman dan skemata siswa yang tepat. Menurut Anna Poedjiadi (2010:115)
dari beberapa istilah yang telah dikemukakan oleh para pendidik atau praktisi
pendidik yakni Science Technology Society yang diterjemahkan dengan Sains
Teknologi Masyarakat (STM atau SATEMAS atau ITM), Science Environment
Technology (SET) dan Science Environment Technology Society (SETS) yang
disingkat dengan salingtengmas yang intinya sebenarnya sama saja.
9
2.1.2.1. Langkah – Langkah Pendekatan Pembelajaran SETS
Langkah-langkah pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)
menurut Poedjiadi (2005) digambarkan dalam sintak secara umum adalah
sebagai berikut :
Gambar 2.1. Sintaks Model Pembelajaran STM
(Poedjiadi, 2005)
Penjebaran dari sintaks diatas adalah sebagai berikut:
a. Tahap Inisiasi
Pada tahap pendahuluan dapat mengunakan tahap inisiasi yaitu
dikemukakan isu-isu atau masalah-masalah yang ada di masyarakat dapat
digali dari siswa, tetapi apabila tidak berhasil memperoleh tanggapan dari
siswa guru dapat mengemukakannya sendiri, selain menggunakan tahap
inisiasi dapat digunakan tahap apersepsi dalam kehidupan yaitu mengaitkan
peristiwa yang diketahui siswa, dengan materi yang akan dibahas, sehingga
tampak adanya kesinambungan pengetahuan, karena diawali dengan hal-hal
yang telah diketahui siswa sebelumnya yang ditekankan pada keadaan yang
10
ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan tahap inisiasi memusatkan
perhatian pada pembelajaran.
b. Tahap Pembentukan Konsep
Proses pembentukan konsep dapat dilakukan melalui berbagai
pendekatan dan metode. Misalnya pedekatan ketrampilan proses,
pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup, metode demonstrasi,
eksperimen, eksperimen di laboratorium, diskusi kelompok, bermain peran
dan lain-lain.
c. Tahap Aplikasi Konsep
Tahap aplikasi konsep yang telah dipahami siswa dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi konsep berupa teknologi yang
diturunkan dari konsep sains dan upaya pemeliharaan produk teknologi
yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif bagi kehidupan dan
masyarakat.
d. Tahap Pemantapan Konsep
Proses pembentukan konsep, analisis isu, dilaksanakan dengan guru
meluruskan jika ada miskonsepsi selama kegiatan belajar berlangsung,
apabila selama kegiatan belajar tidak muncul adanya miskonsepsi yang
terjadi pada siswa setelah analisis isu dan masalah, guru tetap melakukan
pemantapan konsep.
e. Tahap Penilaian
Guru menilai kemampuan ketrampilan kognitif, psikomotorik dan
afektif.
Pada penelitian ini tahap-tahap yang digunakan adalah pendekatan
pembelajaran SETS atau yang disebut STM dalam Poedjiadi (2005) yang
memiliki tahapan jelas, serta mudah untuk diterapkan dan dipahami. Dalam
pembelajaran di sekolah dasar sintaks yang digunakan dibuat secara
sederhana tetapi tetap sama dengan mengaplikasikan pembelajaran IPA
dalam kehidupan sehari-hari.
11
2.1.2.2. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Pembelajaran SETS
a. Kelebihan Pendekatan SETS
Menurut Binadja (1999) dianjurkannya visi dan pendekatan SETS
karena memiliki kelebihan, diantaranya yaitu siswa mendapatkan peluang
untuk memperoleh pengetahuan sekaligus kemampuan berfikir dan
bertindak berdasarkan hasil analisis dan sintesis yang bersifat komprehansif
dengan memperhitungkan aspek sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat sebagai satu kesatuan tak terpisah. Menurut Binadja (1999)
manfaat SETS, antara lain:
(1) penerapan konsep sains yang dipelajari secara langsung
dengan mengalihkan kebentuk teknologi tertentu; (2) implikasi
positif maupun negative dari ahli sains ke bentuk teknologi
tersebut terhadap lingkungan dan masyarakat; (3) kompetensi
yang diharapkan diperoleh melalui Kurikulum 2013 secara
otomatis akan diperoleh melalui model pembelajaran SETS
sesuai jenjang pendidikan peserta didik; (4) pembelajaran
menjadi lebih bermakna karena proses pembelajaran tidak
terfokus pada pembelajran sains murni; (5) peserta didik menjadi
terbiasa untuk berpikir kritis dan komprehensif melalui model
pembelajaran SETS; (6) peserta didik menjadi terbiasa untuk
melakukan kegiatan belajar yang bersifat produktif melalui
bentuk-bentuk penerapan sains ke produk teknologi yang ramah
lingkungan; (7) peserta didik masih tetap mempelajari konsep-
konsep sains secara mendasar sesuai kebutuhan untuk jenjang
yang dilalui tersebut sebagaimana diharapkan dalam kurikulum.
b. Kelemahan pendekatan SETS
Sedangkan kelemahan SETS menurut Achmad Binadja (1999)
sebagai berikut:
(1) guru harus benar-benar menguasai hubungan materi dengan
lingkungan, teknologi dan dampak pada masyarakat yang ada; (2)
model pembelajaran SETS ini dibutuhkan waktu yang lebih
panjang untuk dapat membahas secara detail; (3) model
pembelajaran SETS membutuhkan waktu ekstra bagi siswa
maupun guru untuk mengetahui dampak yang terjadi pada
lingkungan maupun masyarakat.
12
c. Cara mengatasi kelemahan pendekatan SETS
Mendasar dari kelemahan yang telah dipaparkan maka upaya
mengatasi kelemahan adalah sebgai berikut:
1. Guru sebelum memasuki pemelajaran harus menguasai materi serta
meghubungkan materi kedalam kehidupan sehari-hari, contoh guru
meminta siswa membersihkan area kelas dan membuang sampah pada
tempat yang telah disediakan.
2. Guru meminta siswa berdiskusi guna mempersingkat waktu.
2.1.1.3. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran SETS
Menurut Rusmansyah (2003) pendekatan SETS dilandasi oleh tiga hal
penting yaitu:
a. Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan
masyarakat.
b. Proses belajar-mengajar menganut pandangan
konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan
bahwa anak membentuk atau membangun pengetahuannya
melalui interaksinya dengan lingkungan.
c. Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri
atas ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains,
ranah kreativitas, dan ranah hubungan dan aplikasi.
Dari karakteristik pendekatan SETS dapat disimpulkan bahwa
pendekatan SETS merupakan suatu pendekatan yang yang menganut
pandangan konstruktivisme, dimana keempat unsur yaitu sains, lingkungan,
teknologi dan sosial saling berkaitan erat. Serta pada dasarnya siswa
membentuk dan membangun pengetahuannya melalui interaksi lingkungan.
Didalam pengajaran pendekatan SETS sendiri terkandung lima ranah, yaitu
ranah pengetahuan, sikap, proses, kreativitas dan hubungan serta aplikasi
dimana siswa dituntut untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
didapat dalam kehidupan sehar-hari.
13
2.1.3. Aktivitas Belajar
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi
belajar mengajar (Sardiman, 2006: 96). Oemar Hamalik (2009: 179) menyatakan
bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Pada proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan
seluruh aspek peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan
perilakunya dapat berubah dengan cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan
dengan aspek kognitif afektif maupun psikomotor (Nanang Hanafiah, 2010:23).
Ngalim Purwanto (2011:107) mengungkapkan dua faktor yang
memengaruhi aktivitas belajar (proses belajar) siswa, yaitu:
1. Faktor internal, yaitu seluruh aspek yang terdapat dalam individu yang belajar, baik aspek fisik maupun psikis. Aspek fisik yaitu
sehat tidaknnya kondisi tubuh memengaruhi aktivitas belajar
siswa. Aspek psikis meliputi perhatian, pengamatan tanggapan,
fantasi, ingatan, fikiran, bakat, dn motif.
2. Faktor eksternal, terdiri dari lingkungan alam, sosial, guru, dan cara mnegajar, bahan pelajaran, sarana dan fasilitas.
Dari pendapat beberapa ahli yang telah dipaparkan aktivitas belajar
merupakan kegiatan yang penting dalam pembelajaran dan dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Dalam aktivitas pembelajar melibatkan
seluruh aspek peserta didik, yaitu aspek rohani maupun aspek jasmani sehingga
dapat merubah perilaku dengan cepat, dan benar berkaitan dengan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dalam penelitian ini peningkatan aktivitas belajar dengan menggunakan
pendekatan SETS diharap mampu memberi perubahan yaitu dengan
meningkatnya hasil belajar. Untuk mengukur aktivitas belajar menggunakan
teknik non tes berupa observasi, yaitu dengan menggunakan lembar observasi
aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Dengan membandingkan
keterlaksanaan proses pembelajaran sesuai sintak SETS yang berisi kegiatan pra
pembelajaran, inisiasi, pembentukan konsep, aplikasi konsep, pemantapan
konsep, dan penilaian pada siklus I dan siklus II.
14
2.1.4. Hasil Belajar
Dunia pendidikan selalu berkaitan dengan belajar dan hasil belajar. Nawawi
(2007 : 39 ) menyatakan bahwa “hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi
pelajaran tertentu”. Sedangkan menurut Rusman (2012:123) “hasil belajar
adalah sejumlah pengalaman yang dipeloreh siswa yang mencakup ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Hal tersebut senada dengan Omar Hamalik
(2002:45) yang menyatakan bahwa “hasil belajar dapat terlihat dari terjadinya
perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perubahan perilaku”.
Menurut Gagne & Briggs (Suprihatiningrum Jamil, 2014:37) “hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan
belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner performance)”.
Reigeluth (Suprihatiningrum Jamil, 2014:38) berpendapat bahwa:
hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh
yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif
dalam kondisi yang berbeda.ia juga mengatakan secara spesifik bahwa
hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan
sebagai suatu kapabilitas (kemampuan yang telah diperoleh).
Menurut Arikunto (2013:33) “aspek kognitif dalam hasil belajar siswa
bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan
yang telah dikuasai dan menjadi miliknya”. Terdapat beberapa jenis penilaian
yang dapat digunakan guru untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa
berkenaan dengan KD tertentu. Jenis-jenis penilaian yang dimaksud berupa tes
lisan tes tertulis, penugasan (Kosasih, 2014:139). Selain jenis tes, ada pula
bentuk tes. Menurut Kosasih (2014:139) “yang dimaksud bentuk tes adalah tes
yang berupa pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, melengkapi isian,
jawaban singkat, dan uraian. Menurut Widoyoko (2014:51) “tes merupakan
salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan
informasi karakteristik suatu objek. Di antara objek tes adalah kemampuan
siswa”.
15
Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dipaparkan dapat dinyatakan
bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat
belajar dan pengalaman yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor serta
dapat dilihat melalui adanya perubahan sikap dan bertambahnnya pengetahuan
serta ketrampilan siswa. Pada penelitian ini diharapakan siswa dapat menyerap
konsep-konsep, hukum dan teori. Melalui proses ilmiah berupa fisik dan mental
dan mencermati fenomaena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari. Siswa dapat menerima dan mengembangkan konsep-konsep dasar IPA
yang belum terstrukur dapat menjadi pengetahuan IPA yang ilmiah serta
perubahan skor tes yang semakin meningkat.
Instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa yaitu
dengan teknik tes dan non-tes. Teknik tes yaitu meliputi tes tertulis, tes lisan dan
tes perbuatan. Sedangkan, non tes yaitu meliputi portofolio, jurnal, angket,
wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini mengukur hasil belajar dengan
menggunakan teknik tes dan non tes. Bentuk tes yang digunakan berupa pilihan
ganda dan untuk non tes menggunakan lembar observasi. Tes pilihan ganda
digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif
menggunakan lembar observasi, dan hasil belajar psikomotor menggunakan
rubik penilaian ketrampilan.
2.1.5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Folwer dalam Trianto (2014:136) “IPA adalah pengetahuan yang
sistematis yang dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan
dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi”. Kata IPA merupakan
singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris Natural Science atau Science. Natural artinya alamiah, berhubungan
dengan alam atau sangkut paut dengan alam. Science artinya Ilmu Pengetahuan.
Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Science secara harafiah dapat disebut
sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam (Samantoa, 2011:3). Adapun Wahyana (2014:136) mengatakan
16
bahwa “IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan
dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam”.
Widyastyanto (2011:1) menyatakan bahwa “IPA (sains) merupakan salah
satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik ilmu
pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tak
bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan
alam serta lingkungan alam buatan”. “IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu
tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati” (Kardi
dan Nur, 1994:1.3)
Depdikas (2006 : 486) menyatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam
berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis , sehingga Ilmu
Pengetahuan Alam bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa
fakta – fakta , konsep – konsep atau prinsip – prinsip tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan” . Menurut Hendro Darmojo (dalam Samatowa 2011:2) IPA
adalah “pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan
segala isinya”.
Menurut Trianto (2014:137) “pada hahikatnya IPA dibangun atas dasar
produk ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk,
dan sebagai prosedur”. Sebagai proses diartiakan semua kegiatan ilmiah untuk
menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan
pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa
pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan
bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur
dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai umtuk mengetahui
sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific
method).
Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dipaparkan dapat dinyatakan
bahwa Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang bersifat sistematis, yang
memepelajari tentang peristiwa, gejala, dan seluruh isi alam semesta dari
mahkluk bernyawa hingga mahkluk tak bernyawa serta IPA dipandang sebagai
17
proses, produk, dan prosedur. Proses pembelajaran IPA menekankan pada
pengalaman langsung dan pengaplikasiannya didalam kehidupan sehari-hari.
2.1.5.1. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam juga memiliki karakteristik sebagai dasar untuk
memahaminya. Karakteristik tersebut menurut Jacobson dan Bergman dalam
Ahmad Susanto (2013:170), meliputi :
a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori; b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati
fenomena alam, termasuk juga penerapannya;
c. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyikapi rahasia alam;
d. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja;
e. Kebenaran IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.
Dilihat dari karakteristik IPA yang telah dijabarkan diatas, IPA
merupakan kumpulan suatu konsep, prinsip, hukum serta teori. Penerapan IPA
melalui proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental dan mencermati sendiri
fenomena-fenomena yang ada pada alam. Dalam pembelajaran IPA harus
memiliki sikap keteguhan hati serta ketekunan dalam menyikapi rahasia alam.
2.1.5.2. Tujuan dan Manfaat Ilmu Pengetahuan Alam
Berdasarkan karakteristik yang telah diuraikan, maka tujuan mata pelajaran
IPA secara umum yaitu meningkatkan keyakinan dan ketaqwaan kepada Tuhan
yang telah menciptakan alam semesta, memahami gejala alam yang ada
didalam lingkungan, memahami berbagai gejala-gejala alam yang ada dalam
kehidupan sehari-hari, serta memberi kesadaran untuk pentingnya menjaga
lingkungan alam. Menurut BSNP (2006) mata pelajaran IPA di SD/MI
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaan-Nya;
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari;
18
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan;
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam;
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan;
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MI.
Dilihat dari tujuan dan manfaat IPA yang telah dipaparkan, dapat
dipahami bahwa pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang didasari
oleh rasa keyakinan terhadap kebesaran Tuhan berdasarkan keberadaan,
keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya. Dalam pembelajaran
mengembangkan pengetahuan, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat serta pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan
mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
pembelajaran IPA mendorong siswa agar memiliki ketrampilan yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat. Pembelajaran IPA mendorong siswa untuk meningkatkan
kesadaran tentang bagaimana menghargai alam dan berperan dalam
memelihara, menjaga, serta melestarikan lingkungan alam.
2.1.5.3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut BSNP kurikulum 2006 (KTSP) ruang lingkup bahan kajian
IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut :
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan,
serta kesehatan;
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas;
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sedrhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
19
Dilihat dari ruang lingkup IPA tersebut maka dapat diambil
kompentensi yang akan dicapai. “ Standar kompetensi dan kompetensi dasar
menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian”
(KTSP, 2006). Pada penelitian ini diambil Standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran IPA kelas 5 semester I yaitu sebagai
berikut :
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompeten Dasar IPA kelas 5 Sekolah Dasar
Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 Kurikulum KTSP
Standar
Kompetensi
1. Mengidentfikasi organ tubuh manusia dan hewan
Kompetensi
Dasar
1.3.Mengidentifikasi fungsi organ pencernaan
manusia dan hubungannya dengan makanan
dan kesehatan
Menurut Trianto (2014:143) “pembelajaran IPA lebih ditekankan
pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan
fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa
itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses
pendidikan maupun produk pendidikan” karena dalam pelajaran IPA
merupakan sekumpulan konsep, prinsip, hukum, teori, dan sikap ilmiah dari
diri siswa yang dapat memengaruhi kualitas proses pendidikan maupun
produk pendidikan.
Berdasarkan standar kompetensi mengidentfikasi organ tubuh
manusia dan hewan, serta kompetensi dasar mengidentifikasi fungsi organ
pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan.
Melalui pendekatan SETS peserta didik dapat membangun konsep-konsep,
teori-teori dan sikap ilmiah dengan mebuat poster himbauan sebagai
teknologi yang dikembangkan secara sederhana yang dapat berpengaruh
positif terhadap lingkungan sekitar. Serta dengan membuat poster himbauan
dapat memengaruhi kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.
20
2.2. Penerapan Pendekatan Pembelajaran SETS dalam Pembelajaran
IPA
Mengacu dari uraian langkah-langkah pendekatan SETS dari para ahli,
penulis menerapkan langkah-langkah pendekatan pembelajaran SETS
kedalam mata pelajaran IPA dengan Standar Kompetensi mengidentifikasi
organ tubuh manusia dan hewan, Kompetensi Dasar mengidentifikasi
fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan
kesehatan dengan langkah-langkah berikut:
a. Inisiasi
Siswa diberikan orientasi/apresepsi berupa pertanyaan-pertannyan
berupa permasalahan yang banyak terjadi dalam lingkungan serta
penyebabnya, sehingga dapat membangun gagasan siswa mengenai materi
macam penyakit yang terdapat dalam organ pencernaan yang sering
menyerang manusia dan sering terjadi dikalangan masyarakat dan
lingkungan sekitar. Memberi pertanyaan kepada siswa mengenai kegiatan
yang dilakukan dirumah.
b. Tahap pembentukan konsep
Membentuk konsep siswa dengan menggunakan metode demonstrasi,
menampilkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
c. Tahap aplikasi konsep
Siswa membuat teknologi sederhana dari materi yang didapatkan,
teknologi sederhana berupa poster himbauan dan kartu motivasi yang dapat
diaplikasikan kedalam lingkungan sekitar sekolah.
d. Tahap pemantapan konsep
Siswa diberikan penekanan tentang bagaimana teknologi yang telah
siswa kembangkan dapat bermanfaat didalam lingkungan masyarakat serta
bagaimana keterkaitan antara teknologi yang telah dibuat terhadap materi
yang sudah disampaikan. Serta meluruskan jika terjadi miskonsepsi selama
pembelajaran berlagsung.
21
e. Tahap penilaian
Guru menilai siswa dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
dengan menggunakan instrumen soal guna mengetahui kemampuan
kognitif, menggunakan lembar observasi guna mengetahui perubahan
aktifitas siswa, serta penilaian sikap dan hasil diskusi guna mengetahui
ketrampilan siswa.
2.3. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sitematis dari hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan atau
sesuai dengan substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan
penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang dianggap relevan dengan
penelitiannya antara lain:
Hasil penelitian Heru Santoso yang berjudul Pengaruh Science,
Environment, Technology, and Society terhadap aktivitas belajar IPA pada
Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Kaliwuluh Kebakkramat Tahun Pelajaran
2012/2015 Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas
belajar IPA melalui penerapan pembelajaran SETS pada siswa kelas IV
sekolah Dasar Negeri 03 Kaliwuluh Kebakkramat Karanganyar Tahun
Pelajaran 2012/2013. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK), melalui
model siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan
aktivitas belajar IPA melalui penerapan pendekatan SETS. Peningkatan
aktivitas belajar dapat dilihat dari indikator pada masing-masing siklus
sebagai berikut: (1) Siswa yang bekerja sama sebanyak 9 siswa pada kondisi
awal, meningkat menjadi 16 siswa atau 80% pada kondisi akhir; (2) Siswa
yang mengerjakan soal dengan hasil benar 10 siswa pada kondisi awal
meningkat menjadi 17 siswa atau 85% pada kondisi akhir; (3) Siswa yang
menjawab pertanyaan dan mau bertanya kepada guru dari 12 siswa pada
kondisi awal meningkat menjadi 18 siswa atau 90% pada kondisi akhir;(4)
Siswa yang berani menyampaikan pendapat dari 10 siswa pada kondisi awal
22
meningkat menjadi 17 siswa atau 85% pada kondisi akhir. Dengan demikian
besarnya peningkatan rata-rata pada semua indikator siswa sebesar 33,75%,
sehingga hipotesis tindakan yang telah dirumuskan yakni: Penerapan
pendekatan pembelajaran SETS dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA
pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 03 Kaliwuluh Kebakkramat
Karanganyar Tahun Pelajaran 2012 / 2013, dapat terjawab atau diterima
Irma Azizatul, dkk (2014) dari penelitian yang berjudul Penerapan
Pendekatan SETS Pada Tema“Media Tanam Arang Sekam Padi” Untuk
Meningkatkan Kinerja Ilmiah Dan Penguasaan Konsep Pada Siswa SMP.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan kinerja ilmiah,
penguasaan konsep dan respon siswa terhadap penerapan pendekatan SETS
pada pembelajaran IPA Terpadu Tema Media Tanam Arang Sekam Padi.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental semu dengan
rancangan one-group pretest and posttest. Sampel yang digunakan adalah
33 siswa kelas VII-G SMP Negeri 1 Jetis Ponorogo. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh data (1) kinerja ilmiah dengan peningkatan nilai rata-
rata hasil tes sebesar 2,36 yaitu dari rata-rata nilai pretest sebesar 0,42 dan
nilai posttest sebesar 2,77. Berdasarkan hasil uji t dua pihak diperoleh thitung
sebesar 8,18 dan ttabel sebesar 1,69, sehingga untuk thitung>ttabel berarti H0
ditolak dan Hi diterima yaitu terdapat perbedaan nilai rata-rata pretest dan
nilai rata-rata posttest kinerja ilmiah, sedangkan dengan analisis Gain
diperoleh peningkatan kinerja ilmiah rata-rata sebesar 0,66 dengan kategori
peningkatan sedang. (2) Penguasaan konsep siswa yang diperoleh melalui
tes penguasaan konsep diperoleh nilai rata-rata pretest sebesar 1,77 dan nilai
rata-rata posttest sebesar 3,34 dengan ketuntasan klasikal sebesar 79 %.
Berdasarkan hasil uji t dua pihak diperoleh thitung sebesar 33,0 dan ttabel
sebesar 1,69, sehingga untuk thitung>ttabel berarti H0 ditolak dan Hi diterima
yaitu terdapat perbedaan nilai rata-rata pretest dan nilai rata-rata posttest
penguasaan konsep. peningkatan penguasaan konsep dengan analisis Gain
memperoleh skor rata-rata sebesar 0,70 dengan kategori peningkatan tinggi.
(4) Respon siswa yang diperoleh pada penerapan pembelajaran IPA
23
Terpadu dengan pendekatan SETS pada Tema Media Tanam Arang Sekam
Padi ini mendapatkan 100 % respon dengan kriteria sangat baik. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan pendekatan SETS pada tema Media Tanam
Arang Sekam Padi dapat meningkatkan kinerja ilmiah dengan kategori
sedang dan penguasaan konsep siswa dengan kategori tinggi
Indah Ayuning Tyas (2010) dari penelitian yang Berjudul Model
Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan SETS Untuk Meningkatkan
Pemahaman Dan Aktivitas Belajar SiswaPenelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap
siklusnya terdiri atas tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Objek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Ungaran. Data
diambil dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas
belajar siswa dan tes hasil belajar untuk mengetahui pemahaman siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada kelas XI
IPA 1 SMA Negeri 2 Ungaran mengalami peningkatan sebesar 21,02%,
yaitu dari 46,76% pada siklus I menjadi 67,82% pada siklus II. Selain itu,
diperoleh ketuntasan hasil belajar siswa sudah mencapai KKM yang
diterapkan dengan nilai rata-rata kelas meningkat dari 69,44 menjadi 82,78.
tuntasan belajar klasikal mencapai 94,44%. Simpulan dari hasil penelitian
ini adalah model pembelajaran Fisika dengan pendekatan SETS dapat
meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA
Negeri 2 Ungaran.
Zulaika, Siti, dkk (2013) dalam penelitiannya yang Berjudul
Pengaruh Penerapan Pendekatan Science, Environment, Technology, And
Society (Sets) Melalui Kerja Kelompok Berbasis Lingkungan Terhadap
Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Sd N 9 Sesetan, Denpasar. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA
antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan Science,
Environment, Technology and Society (SETS) melalui kerja kelompok
berbasis lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis Penelitian ini
24
adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental). Rancangan
Penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Pretest-Posttest Control
group Design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD N 9 Sesetan,
Denpasar. Sampel diambil dengan menggunakan teknik sampling jenuh
yaitu kelas VA yang berjumlah 40 orang dan kelas VB yang berjumlah 42
orang. Data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar IPA ranah kognitif,
data tersebut dikumpulkan dengan metode tes, jenis tes itu adalah tes
objektif dengan jenis tes pilihan ganda biasa. Selanjutnya data yang
terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji-t. Hasil pengujian normalitas
dan homogenitas terhadap data dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol berdistribusi normal dan homogen. Setelah data berdistribusi
normal dan homogen maka dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-t
dengan taraf signifikan 5% sehingga diperoleh hasil thit=5,75 dan
ttabel=2,00 dengan db=80 (n1+n2-2=40+42–2=80). Berdasarkan pengujian
tersebut, thit>ttabel (5,75>2,000), maka Ha diterima dan H0 ditolak. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendekatan Science,
Environment, Technology, and Society (SETS) melalui kerja kelompok
berbasis lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V
SD N 9 Sesetan, Denpasar.
Beberapa penelitian diatas menunjukan bahwa dengan pendekatan
SETS dapat meningkatkan aktivitas ataupun hasil pembelajaran IPA.
Namun demikian, perlu dibuktikan lagi dengan menggunakan penelitian
tindakan kelas ini. Dalam analisis tersebut peneliti melakukan penelitian
dengan menerapkan pembelajaran kontekstual melalui pendekatan SETS
sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA kelas V SD N
Kalicacing 02 Semester I Tahun ajaran 2016/2017. Yang membedakan
antara penelitian ini dengan penelitian yang telah dikaji adalah peneliti
menerapkan pendekatan pembelajaran SETS dalam upaya meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar IPA sedangkan dalam penelitian sebelumnya
hanya meningkatkan satu variabel.
25
2.4. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan dapat dinyatakan
bahwa pembelajaran kontekstual melalui pendekatan SETS memberi
kesempatan siswa untuk mengaitkan materi pembelajaran dengan keadaan
lingkungan disekitar, serta mengaplikasikan pengetahuan yang didapat
kedalam kehidupan sehari-hari melalui teknologi yang dapat
dikembangkan. Melalui penggunaan pendekatan SETS, diharapkan gagasan
awal siswa dapat dimunculkan, reaksi siswa cukup baik terhadap
pembelajaran, partisipasi siswa menjadi lebih baik, dan guru lebih mudah
merencanakan pengajaran serta hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N
Kalicacing 02 semakin meningkat.
Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan SETS diharapkan
siswa mampu membentuk konsep dengan menggunakan metode
demonstrasi, menampilkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
Dari pembentukan konsep siswa diharap dapat memahami pengetahuan
yang didapat dengan fenomena dilingkungan sekitar. Selain itu hal yang
paling mendasari pendekatan SETS adalah pada pengaplikasiannya kedalam
kehidupan sehari-hari, siswa membuat teknologi sederhana dengan
mengembangkan materi yang telah didapatkan, teknologi sederhana
tersebut berupa poster himbauan dan kartu motivasi yang dapat diterapkan
dalam lingkungan sekolah sebagai bentuk pengaplikasian dari konsep yang
didapatkan. Dan selanjutnya siswa diberikan penekanan tentang bagaimana
teknologi yang telah dikembangkan dapat bermanfaat bagi lingkungan
masyarakat serta meluruskan jika terjadi miskonsepsi selama pembelajaran.
Dengan pendekatan pembelajaran SETS diharapkan siswa lebih tertarik
dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan baik. Dengan ini penggunaan
pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) diharap
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran
IPA.
26
2.5. Hipotesis Penelitian
Dari kerangka berfikir yang telah dikemukakakan dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Pembelajaran kontekstual melalui pendekatan Science, Environment,
Technology, and Society (SETS) dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas 5 SD N Kalicacing 02
Semester I Tahun Ajaran 2016/2017.
2. Aktivitas pembelajaran kontekstual melalui pendekatan Science,
Environment, Technology, and Society (SETS) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas 5
SD Negeri Kalicacing 02 Semester I Tahun Ajaran 2016/2017.