20
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian. Beberapa teori para ahli memiliki pembahasan teori yang sama namun memiliki pendapat yang berbeda. Pembahasan teori ini berisi tentang pembelajaran kontekstual pendekatan Science, environment, technology, and society (SETS) serta aktifitas dan hasil belajar IPA. 2.1.1. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kontekstual menurut Elaine B. Jhonson (2007:67) CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. The Wasington State Consortium for Contextual Teaching Learning and Learning dalam Nurhadi (2004:12) mengungkapkan bahwa pengajaran kontekastual adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan diluar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata. Menurut Wina Sanjaya (2007:253) belajar dengan konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Dari pendapat beberapa ahli pembelajaran kontekstual merupakan suatu cara yang digunakan untuk menghubungkan subjek-subjek akademik dengan kehidupan keseharian siswa, serta menuntut siswa memecahkan sendiri permasalahan yang ada dalam dunia nyata. Dalam pembelajaran kontekstual mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang telah didapatkan dengan penerapannya dalam kehidupan nyata. Salah satu komponen pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme yaitu mengembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori · dan lain-lain. c. Tahap Aplikasi Konsep . Tahap aplikasi konsep yang telah dipahami siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Kajian Teori

    Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung

    penelitian. Beberapa teori para ahli memiliki pembahasan teori yang sama

    namun memiliki pendapat yang berbeda. Pembahasan teori ini berisi tentang

    pembelajaran kontekstual pendekatan Science, environment, technology, and

    society (SETS) serta aktifitas dan hasil belajar IPA.

    2.1.1. Pembelajaran Kontekstual

    Pembelajaran Kontekstual menurut Elaine B. Jhonson (2007:67) CTL

    adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat

    makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara

    menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan

    keseharian mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

    The Wasington State Consortium for Contextual Teaching Learning and

    Learning dalam Nurhadi (2004:12) mengungkapkan bahwa pengajaran

    kontekastual adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa memperkuat,

    memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademisnya

    dalam berbagai latar sekolah dan diluar sekolah untuk memecahkan seluruh

    persoalan yang ada dalam dunia nyata. Menurut Wina Sanjaya (2007:253)

    belajar dengan konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat,

    tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung.

    Dari pendapat beberapa ahli pembelajaran kontekstual merupakan suatu

    cara yang digunakan untuk menghubungkan subjek-subjek akademik dengan

    kehidupan keseharian siswa, serta menuntut siswa memecahkan sendiri

    permasalahan yang ada dalam dunia nyata. Dalam pembelajaran kontekstual

    mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang telah

    didapatkan dengan penerapannya dalam kehidupan nyata. Salah satu komponen

    pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme yaitu mengembangkan

  • 8

    pemikiran siswa untuk mencari makna dari apa yang telah dipelajari.

    Konstruktivisme juga merupakan salah satu karakteristik pendekatan Science,

    Environment, Technology, and Society yang telah dikemukakan oleh

    Rumansyah (2003) yaitu proses belajar-mengajar menganut pandangan

    konstruktivisme, yang pada pokonya menggambarkan bahwa anak membentuk

    atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan.

    2.1.2. Pendekatan Pembelajaran SETS

    SETS merupakan singkatan dari Science, Environment, Technology, and

    Society yang berarti ilmu, lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang sering

    disebut juga sebagai pendekatan Salingtengmas. Definisi SETS menurut the

    NSTA Position Statement 1990 (Kuswati, 2004:11) adalah memusatkan

    permasalahan dari dunia nyata yang memiliki komponen Sains dan Teknologi

    dari perspektif siswa, di dalamnya terdapat konsep-konsep dan proses,

    selanjutnya siswa diajak untuk menginvestigasi, menganalisis, dan menerapkan

    konsep dan proses itu pada situasi yang nyata. Hubungan yang tidak terpisahkan

    antara sains, lingkungan teknologi dan masyarakat ialah suatu hubungan timbal

    balik yang semuanya memiliki keterkaitan didalam kehidupan nyata, dan dapat

    kaji melalui manfaat-manfaat serta kerugian yang dapat ditimbulkan. Menurut

    Amalia Sapriati (2014:2.9) pendekatan salingtengmas merupakan cara pandang

    bahwa siswa belajar, menyusun pengetahuan, melalui interaksi pribadi antara

    pengalaman dan skemata siswa yang tepat. Menurut Anna Poedjiadi (2010:115)

    dari beberapa istilah yang telah dikemukakan oleh para pendidik atau praktisi

    pendidik yakni Science Technology Society yang diterjemahkan dengan Sains

    Teknologi Masyarakat (STM atau SATEMAS atau ITM), Science Environment

    Technology (SET) dan Science Environment Technology Society (SETS) yang

    disingkat dengan salingtengmas yang intinya sebenarnya sama saja.

  • 9

    2.1.2.1. Langkah – Langkah Pendekatan Pembelajaran SETS

    Langkah-langkah pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)

    menurut Poedjiadi (2005) digambarkan dalam sintak secara umum adalah

    sebagai berikut :

    Gambar 2.1. Sintaks Model Pembelajaran STM

    (Poedjiadi, 2005)

    Penjebaran dari sintaks diatas adalah sebagai berikut:

    a. Tahap Inisiasi

    Pada tahap pendahuluan dapat mengunakan tahap inisiasi yaitu

    dikemukakan isu-isu atau masalah-masalah yang ada di masyarakat dapat

    digali dari siswa, tetapi apabila tidak berhasil memperoleh tanggapan dari

    siswa guru dapat mengemukakannya sendiri, selain menggunakan tahap

    inisiasi dapat digunakan tahap apersepsi dalam kehidupan yaitu mengaitkan

    peristiwa yang diketahui siswa, dengan materi yang akan dibahas, sehingga

    tampak adanya kesinambungan pengetahuan, karena diawali dengan hal-hal

    yang telah diketahui siswa sebelumnya yang ditekankan pada keadaan yang

  • 10

    ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan tahap inisiasi memusatkan

    perhatian pada pembelajaran.

    b. Tahap Pembentukan Konsep

    Proses pembentukan konsep dapat dilakukan melalui berbagai

    pendekatan dan metode. Misalnya pedekatan ketrampilan proses,

    pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup, metode demonstrasi,

    eksperimen, eksperimen di laboratorium, diskusi kelompok, bermain peran

    dan lain-lain.

    c. Tahap Aplikasi Konsep

    Tahap aplikasi konsep yang telah dipahami siswa dapat diaplikasikan

    dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi konsep berupa teknologi yang

    diturunkan dari konsep sains dan upaya pemeliharaan produk teknologi

    yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif bagi kehidupan dan

    masyarakat.

    d. Tahap Pemantapan Konsep

    Proses pembentukan konsep, analisis isu, dilaksanakan dengan guru

    meluruskan jika ada miskonsepsi selama kegiatan belajar berlangsung,

    apabila selama kegiatan belajar tidak muncul adanya miskonsepsi yang

    terjadi pada siswa setelah analisis isu dan masalah, guru tetap melakukan

    pemantapan konsep.

    e. Tahap Penilaian

    Guru menilai kemampuan ketrampilan kognitif, psikomotorik dan

    afektif.

    Pada penelitian ini tahap-tahap yang digunakan adalah pendekatan

    pembelajaran SETS atau yang disebut STM dalam Poedjiadi (2005) yang

    memiliki tahapan jelas, serta mudah untuk diterapkan dan dipahami. Dalam

    pembelajaran di sekolah dasar sintaks yang digunakan dibuat secara

    sederhana tetapi tetap sama dengan mengaplikasikan pembelajaran IPA

    dalam kehidupan sehari-hari.

  • 11

    2.1.2.2. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Pembelajaran SETS

    a. Kelebihan Pendekatan SETS

    Menurut Binadja (1999) dianjurkannya visi dan pendekatan SETS

    karena memiliki kelebihan, diantaranya yaitu siswa mendapatkan peluang

    untuk memperoleh pengetahuan sekaligus kemampuan berfikir dan

    bertindak berdasarkan hasil analisis dan sintesis yang bersifat komprehansif

    dengan memperhitungkan aspek sains, lingkungan, teknologi, dan

    masyarakat sebagai satu kesatuan tak terpisah. Menurut Binadja (1999)

    manfaat SETS, antara lain:

    (1) penerapan konsep sains yang dipelajari secara langsung

    dengan mengalihkan kebentuk teknologi tertentu; (2) implikasi

    positif maupun negative dari ahli sains ke bentuk teknologi

    tersebut terhadap lingkungan dan masyarakat; (3) kompetensi

    yang diharapkan diperoleh melalui Kurikulum 2013 secara

    otomatis akan diperoleh melalui model pembelajaran SETS

    sesuai jenjang pendidikan peserta didik; (4) pembelajaran

    menjadi lebih bermakna karena proses pembelajaran tidak

    terfokus pada pembelajran sains murni; (5) peserta didik menjadi

    terbiasa untuk berpikir kritis dan komprehensif melalui model

    pembelajaran SETS; (6) peserta didik menjadi terbiasa untuk

    melakukan kegiatan belajar yang bersifat produktif melalui

    bentuk-bentuk penerapan sains ke produk teknologi yang ramah

    lingkungan; (7) peserta didik masih tetap mempelajari konsep-

    konsep sains secara mendasar sesuai kebutuhan untuk jenjang

    yang dilalui tersebut sebagaimana diharapkan dalam kurikulum.

    b. Kelemahan pendekatan SETS

    Sedangkan kelemahan SETS menurut Achmad Binadja (1999)

    sebagai berikut:

    (1) guru harus benar-benar menguasai hubungan materi dengan

    lingkungan, teknologi dan dampak pada masyarakat yang ada; (2)

    model pembelajaran SETS ini dibutuhkan waktu yang lebih

    panjang untuk dapat membahas secara detail; (3) model

    pembelajaran SETS membutuhkan waktu ekstra bagi siswa

    maupun guru untuk mengetahui dampak yang terjadi pada

    lingkungan maupun masyarakat.

  • 12

    c. Cara mengatasi kelemahan pendekatan SETS

    Mendasar dari kelemahan yang telah dipaparkan maka upaya

    mengatasi kelemahan adalah sebgai berikut:

    1. Guru sebelum memasuki pemelajaran harus menguasai materi serta

    meghubungkan materi kedalam kehidupan sehari-hari, contoh guru

    meminta siswa membersihkan area kelas dan membuang sampah pada

    tempat yang telah disediakan.

    2. Guru meminta siswa berdiskusi guna mempersingkat waktu.

    2.1.1.3. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran SETS

    Menurut Rusmansyah (2003) pendekatan SETS dilandasi oleh tiga hal

    penting yaitu:

    a. Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan

    masyarakat.

    b. Proses belajar-mengajar menganut pandangan

    konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan

    bahwa anak membentuk atau membangun pengetahuannya

    melalui interaksinya dengan lingkungan.

    c. Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri

    atas ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains,

    ranah kreativitas, dan ranah hubungan dan aplikasi.

    Dari karakteristik pendekatan SETS dapat disimpulkan bahwa

    pendekatan SETS merupakan suatu pendekatan yang yang menganut

    pandangan konstruktivisme, dimana keempat unsur yaitu sains, lingkungan,

    teknologi dan sosial saling berkaitan erat. Serta pada dasarnya siswa

    membentuk dan membangun pengetahuannya melalui interaksi lingkungan.

    Didalam pengajaran pendekatan SETS sendiri terkandung lima ranah, yaitu

    ranah pengetahuan, sikap, proses, kreativitas dan hubungan serta aplikasi

    dimana siswa dituntut untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang

    didapat dalam kehidupan sehar-hari.

  • 13

    2.1.3. Aktivitas Belajar

    Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi

    belajar mengajar (Sardiman, 2006: 96). Oemar Hamalik (2009: 179) menyatakan

    bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam

    kegiatan pembelajaran. Pada proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan

    seluruh aspek peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan

    perilakunya dapat berubah dengan cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan

    dengan aspek kognitif afektif maupun psikomotor (Nanang Hanafiah, 2010:23).

    Ngalim Purwanto (2011:107) mengungkapkan dua faktor yang

    memengaruhi aktivitas belajar (proses belajar) siswa, yaitu:

    1. Faktor internal, yaitu seluruh aspek yang terdapat dalam individu yang belajar, baik aspek fisik maupun psikis. Aspek fisik yaitu

    sehat tidaknnya kondisi tubuh memengaruhi aktivitas belajar

    siswa. Aspek psikis meliputi perhatian, pengamatan tanggapan,

    fantasi, ingatan, fikiran, bakat, dn motif.

    2. Faktor eksternal, terdiri dari lingkungan alam, sosial, guru, dan cara mnegajar, bahan pelajaran, sarana dan fasilitas.

    Dari pendapat beberapa ahli yang telah dipaparkan aktivitas belajar

    merupakan kegiatan yang penting dalam pembelajaran dan dipengaruhi oleh

    faktor internal dan faktor eksternal. Dalam aktivitas pembelajar melibatkan

    seluruh aspek peserta didik, yaitu aspek rohani maupun aspek jasmani sehingga

    dapat merubah perilaku dengan cepat, dan benar berkaitan dengan aspek

    kognitif, afektif, dan psikomotor.

    Dalam penelitian ini peningkatan aktivitas belajar dengan menggunakan

    pendekatan SETS diharap mampu memberi perubahan yaitu dengan

    meningkatnya hasil belajar. Untuk mengukur aktivitas belajar menggunakan

    teknik non tes berupa observasi, yaitu dengan menggunakan lembar observasi

    aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Dengan membandingkan

    keterlaksanaan proses pembelajaran sesuai sintak SETS yang berisi kegiatan pra

    pembelajaran, inisiasi, pembentukan konsep, aplikasi konsep, pemantapan

    konsep, dan penilaian pada siklus I dan siklus II.

  • 14

    2.1.4. Hasil Belajar

    Dunia pendidikan selalu berkaitan dengan belajar dan hasil belajar. Nawawi

    (2007 : 39 ) menyatakan bahwa “hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat

    keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

    dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi

    pelajaran tertentu”. Sedangkan menurut Rusman (2012:123) “hasil belajar

    adalah sejumlah pengalaman yang dipeloreh siswa yang mencakup ranah

    kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Hal tersebut senada dengan Omar Hamalik

    (2002:45) yang menyatakan bahwa “hasil belajar dapat terlihat dari terjadinya

    perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perubahan perilaku”.

    Menurut Gagne & Briggs (Suprihatiningrum Jamil, 2014:37) “hasil belajar

    adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan

    belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner performance)”.

    Reigeluth (Suprihatiningrum Jamil, 2014:38) berpendapat bahwa:

    hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh

    yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif

    dalam kondisi yang berbeda.ia juga mengatakan secara spesifik bahwa

    hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan

    sebagai suatu kapabilitas (kemampuan yang telah diperoleh).

    Menurut Arikunto (2013:33) “aspek kognitif dalam hasil belajar siswa

    bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan

    yang telah dikuasai dan menjadi miliknya”. Terdapat beberapa jenis penilaian

    yang dapat digunakan guru untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa

    berkenaan dengan KD tertentu. Jenis-jenis penilaian yang dimaksud berupa tes

    lisan tes tertulis, penugasan (Kosasih, 2014:139). Selain jenis tes, ada pula

    bentuk tes. Menurut Kosasih (2014:139) “yang dimaksud bentuk tes adalah tes

    yang berupa pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, melengkapi isian,

    jawaban singkat, dan uraian. Menurut Widoyoko (2014:51) “tes merupakan

    salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan

    informasi karakteristik suatu objek. Di antara objek tes adalah kemampuan

    siswa”.

  • 15

    Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dipaparkan dapat dinyatakan

    bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat

    belajar dan pengalaman yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor serta

    dapat dilihat melalui adanya perubahan sikap dan bertambahnnya pengetahuan

    serta ketrampilan siswa. Pada penelitian ini diharapakan siswa dapat menyerap

    konsep-konsep, hukum dan teori. Melalui proses ilmiah berupa fisik dan mental

    dan mencermati fenomaena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-

    hari. Siswa dapat menerima dan mengembangkan konsep-konsep dasar IPA

    yang belum terstrukur dapat menjadi pengetahuan IPA yang ilmiah serta

    perubahan skor tes yang semakin meningkat.

    Instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa yaitu

    dengan teknik tes dan non-tes. Teknik tes yaitu meliputi tes tertulis, tes lisan dan

    tes perbuatan. Sedangkan, non tes yaitu meliputi portofolio, jurnal, angket,

    wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini mengukur hasil belajar dengan

    menggunakan teknik tes dan non tes. Bentuk tes yang digunakan berupa pilihan

    ganda dan untuk non tes menggunakan lembar observasi. Tes pilihan ganda

    digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif

    menggunakan lembar observasi, dan hasil belajar psikomotor menggunakan

    rubik penilaian ketrampilan.

    2.1.5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

    Menurut Folwer dalam Trianto (2014:136) “IPA adalah pengetahuan yang

    sistematis yang dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan

    dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi”. Kata IPA merupakan

    singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan terjemahan dari bahasa

    Inggris Natural Science atau Science. Natural artinya alamiah, berhubungan

    dengan alam atau sangkut paut dengan alam. Science artinya Ilmu Pengetahuan.

    Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Science secara harafiah dapat disebut

    sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang

    terjadi di alam (Samantoa, 2011:3). Adapun Wahyana (2014:136) mengatakan

  • 16

    bahwa “IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan

    dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam”.

    Widyastyanto (2011:1) menyatakan bahwa “IPA (sains) merupakan salah

    satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik ilmu

    pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tak

    bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan

    alam serta lingkungan alam buatan”. “IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu

    tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati” (Kardi

    dan Nur, 1994:1.3)

    Depdikas (2006 : 486) menyatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam

    berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis , sehingga Ilmu

    Pengetahuan Alam bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

    fakta – fakta , konsep – konsep atau prinsip – prinsip tetapi juga merupakan suatu

    proses penemuan” . Menurut Hendro Darmojo (dalam Samatowa 2011:2) IPA

    adalah “pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan

    segala isinya”.

    Menurut Trianto (2014:137) “pada hahikatnya IPA dibangun atas dasar

    produk ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk,

    dan sebagai prosedur”. Sebagai proses diartiakan semua kegiatan ilmiah untuk

    menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan

    pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa

    pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan

    bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur

    dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai umtuk mengetahui

    sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific

    method).

    Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dipaparkan dapat dinyatakan

    bahwa Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang bersifat sistematis, yang

    memepelajari tentang peristiwa, gejala, dan seluruh isi alam semesta dari

    mahkluk bernyawa hingga mahkluk tak bernyawa serta IPA dipandang sebagai

  • 17

    proses, produk, dan prosedur. Proses pembelajaran IPA menekankan pada

    pengalaman langsung dan pengaplikasiannya didalam kehidupan sehari-hari.

    2.1.5.1. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam

    Ilmu Pengetahuan Alam juga memiliki karakteristik sebagai dasar untuk

    memahaminya. Karakteristik tersebut menurut Jacobson dan Bergman dalam

    Ahmad Susanto (2013:170), meliputi :

    a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori; b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati

    fenomena alam, termasuk juga penerapannya;

    c. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyikapi rahasia alam;

    d. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja;

    e. Kebenaran IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.

    Dilihat dari karakteristik IPA yang telah dijabarkan diatas, IPA

    merupakan kumpulan suatu konsep, prinsip, hukum serta teori. Penerapan IPA

    melalui proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental dan mencermati sendiri

    fenomena-fenomena yang ada pada alam. Dalam pembelajaran IPA harus

    memiliki sikap keteguhan hati serta ketekunan dalam menyikapi rahasia alam.

    2.1.5.2. Tujuan dan Manfaat Ilmu Pengetahuan Alam

    Berdasarkan karakteristik yang telah diuraikan, maka tujuan mata pelajaran

    IPA secara umum yaitu meningkatkan keyakinan dan ketaqwaan kepada Tuhan

    yang telah menciptakan alam semesta, memahami gejala alam yang ada

    didalam lingkungan, memahami berbagai gejala-gejala alam yang ada dalam

    kehidupan sehari-hari, serta memberi kesadaran untuk pentingnya menjaga

    lingkungan alam. Menurut BSNP (2006) mata pelajaran IPA di SD/MI

    bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

    a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam

    ciptaan-Nya;

    b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

    kehidupan sehari-hari;

  • 18

    c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara

    IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;

    d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan;

    e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam;

    f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan;

    g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MI.

    Dilihat dari tujuan dan manfaat IPA yang telah dipaparkan, dapat

    dipahami bahwa pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang didasari

    oleh rasa keyakinan terhadap kebesaran Tuhan berdasarkan keberadaan,

    keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya. Dalam pembelajaran

    mengembangkan pengetahuan, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya

    hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

    masyarakat serta pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan

    mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga

    pembelajaran IPA mendorong siswa agar memiliki ketrampilan yang

    berhubungan dengan ilmu pengetahuan, lingkungan, teknologi, dan

    masyarakat. Pembelajaran IPA mendorong siswa untuk meningkatkan

    kesadaran tentang bagaimana menghargai alam dan berperan dalam

    memelihara, menjaga, serta melestarikan lingkungan alam.

    2.1.5.3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam

    Menurut BSNP kurikulum 2006 (KTSP) ruang lingkup bahan kajian

    IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut :

    1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan,

    serta kesehatan;

    2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas;

    3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sedrhana

    4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

  • 19

    Dilihat dari ruang lingkup IPA tersebut maka dapat diambil

    kompentensi yang akan dicapai. “ Standar kompetensi dan kompetensi dasar

    menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan

    pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian”

    (KTSP, 2006). Pada penelitian ini diambil Standar kompetensi dan

    kompetensi dasar mata pelajaran IPA kelas 5 semester I yaitu sebagai

    berikut :

    Tabel 2.1

    Standar Kompetensi dan Kompeten Dasar IPA kelas 5 Sekolah Dasar

    Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 Kurikulum KTSP

    Standar

    Kompetensi

    1. Mengidentfikasi organ tubuh manusia dan hewan

    Kompetensi

    Dasar

    1.3.Mengidentifikasi fungsi organ pencernaan

    manusia dan hubungannya dengan makanan

    dan kesehatan

    Menurut Trianto (2014:143) “pembelajaran IPA lebih ditekankan

    pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan

    fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa

    itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses

    pendidikan maupun produk pendidikan” karena dalam pelajaran IPA

    merupakan sekumpulan konsep, prinsip, hukum, teori, dan sikap ilmiah dari

    diri siswa yang dapat memengaruhi kualitas proses pendidikan maupun

    produk pendidikan.

    Berdasarkan standar kompetensi mengidentfikasi organ tubuh

    manusia dan hewan, serta kompetensi dasar mengidentifikasi fungsi organ

    pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan.

    Melalui pendekatan SETS peserta didik dapat membangun konsep-konsep,

    teori-teori dan sikap ilmiah dengan mebuat poster himbauan sebagai

    teknologi yang dikembangkan secara sederhana yang dapat berpengaruh

    positif terhadap lingkungan sekitar. Serta dengan membuat poster himbauan

    dapat memengaruhi kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.

  • 20

    2.2. Penerapan Pendekatan Pembelajaran SETS dalam Pembelajaran

    IPA

    Mengacu dari uraian langkah-langkah pendekatan SETS dari para ahli,

    penulis menerapkan langkah-langkah pendekatan pembelajaran SETS

    kedalam mata pelajaran IPA dengan Standar Kompetensi mengidentifikasi

    organ tubuh manusia dan hewan, Kompetensi Dasar mengidentifikasi

    fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan

    kesehatan dengan langkah-langkah berikut:

    a. Inisiasi

    Siswa diberikan orientasi/apresepsi berupa pertanyaan-pertannyan

    berupa permasalahan yang banyak terjadi dalam lingkungan serta

    penyebabnya, sehingga dapat membangun gagasan siswa mengenai materi

    macam penyakit yang terdapat dalam organ pencernaan yang sering

    menyerang manusia dan sering terjadi dikalangan masyarakat dan

    lingkungan sekitar. Memberi pertanyaan kepada siswa mengenai kegiatan

    yang dilakukan dirumah.

    b. Tahap pembentukan konsep

    Membentuk konsep siswa dengan menggunakan metode demonstrasi,

    menampilkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.

    c. Tahap aplikasi konsep

    Siswa membuat teknologi sederhana dari materi yang didapatkan,

    teknologi sederhana berupa poster himbauan dan kartu motivasi yang dapat

    diaplikasikan kedalam lingkungan sekitar sekolah.

    d. Tahap pemantapan konsep

    Siswa diberikan penekanan tentang bagaimana teknologi yang telah

    siswa kembangkan dapat bermanfaat didalam lingkungan masyarakat serta

    bagaimana keterkaitan antara teknologi yang telah dibuat terhadap materi

    yang sudah disampaikan. Serta meluruskan jika terjadi miskonsepsi selama

    pembelajaran berlagsung.

  • 21

    e. Tahap penilaian

    Guru menilai siswa dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik

    dengan menggunakan instrumen soal guna mengetahui kemampuan

    kognitif, menggunakan lembar observasi guna mengetahui perubahan

    aktifitas siswa, serta penilaian sikap dan hasil diskusi guna mengetahui

    ketrampilan siswa.

    2.3. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

    Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sitematis dari hasil

    penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan atau

    sesuai dengan substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan

    penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang dianggap relevan dengan

    penelitiannya antara lain:

    Hasil penelitian Heru Santoso yang berjudul Pengaruh Science,

    Environment, Technology, and Society terhadap aktivitas belajar IPA pada

    Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Kaliwuluh Kebakkramat Tahun Pelajaran

    2012/2015 Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas

    belajar IPA melalui penerapan pembelajaran SETS pada siswa kelas IV

    sekolah Dasar Negeri 03 Kaliwuluh Kebakkramat Karanganyar Tahun

    Pelajaran 2012/2013. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif

    dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK), melalui

    model siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan

    aktivitas belajar IPA melalui penerapan pendekatan SETS. Peningkatan

    aktivitas belajar dapat dilihat dari indikator pada masing-masing siklus

    sebagai berikut: (1) Siswa yang bekerja sama sebanyak 9 siswa pada kondisi

    awal, meningkat menjadi 16 siswa atau 80% pada kondisi akhir; (2) Siswa

    yang mengerjakan soal dengan hasil benar 10 siswa pada kondisi awal

    meningkat menjadi 17 siswa atau 85% pada kondisi akhir; (3) Siswa yang

    menjawab pertanyaan dan mau bertanya kepada guru dari 12 siswa pada

    kondisi awal meningkat menjadi 18 siswa atau 90% pada kondisi akhir;(4)

    Siswa yang berani menyampaikan pendapat dari 10 siswa pada kondisi awal

  • 22

    meningkat menjadi 17 siswa atau 85% pada kondisi akhir. Dengan demikian

    besarnya peningkatan rata-rata pada semua indikator siswa sebesar 33,75%,

    sehingga hipotesis tindakan yang telah dirumuskan yakni: Penerapan

    pendekatan pembelajaran SETS dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA

    pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 03 Kaliwuluh Kebakkramat

    Karanganyar Tahun Pelajaran 2012 / 2013, dapat terjawab atau diterima

    Irma Azizatul, dkk (2014) dari penelitian yang berjudul Penerapan

    Pendekatan SETS Pada Tema“Media Tanam Arang Sekam Padi” Untuk

    Meningkatkan Kinerja Ilmiah Dan Penguasaan Konsep Pada Siswa SMP.

    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan kinerja ilmiah,

    penguasaan konsep dan respon siswa terhadap penerapan pendekatan SETS

    pada pembelajaran IPA Terpadu Tema Media Tanam Arang Sekam Padi.

    Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental semu dengan

    rancangan one-group pretest and posttest. Sampel yang digunakan adalah

    33 siswa kelas VII-G SMP Negeri 1 Jetis Ponorogo. Berdasarkan hasil

    penelitian diperoleh data (1) kinerja ilmiah dengan peningkatan nilai rata-

    rata hasil tes sebesar 2,36 yaitu dari rata-rata nilai pretest sebesar 0,42 dan

    nilai posttest sebesar 2,77. Berdasarkan hasil uji t dua pihak diperoleh thitung

    sebesar 8,18 dan ttabel sebesar 1,69, sehingga untuk thitung>ttabel berarti H0

    ditolak dan Hi diterima yaitu terdapat perbedaan nilai rata-rata pretest dan

    nilai rata-rata posttest kinerja ilmiah, sedangkan dengan analisis Gain

    diperoleh peningkatan kinerja ilmiah rata-rata sebesar 0,66 dengan kategori

    peningkatan sedang. (2) Penguasaan konsep siswa yang diperoleh melalui

    tes penguasaan konsep diperoleh nilai rata-rata pretest sebesar 1,77 dan nilai

    rata-rata posttest sebesar 3,34 dengan ketuntasan klasikal sebesar 79 %.

    Berdasarkan hasil uji t dua pihak diperoleh thitung sebesar 33,0 dan ttabel

    sebesar 1,69, sehingga untuk thitung>ttabel berarti H0 ditolak dan Hi diterima

    yaitu terdapat perbedaan nilai rata-rata pretest dan nilai rata-rata posttest

    penguasaan konsep. peningkatan penguasaan konsep dengan analisis Gain

    memperoleh skor rata-rata sebesar 0,70 dengan kategori peningkatan tinggi.

    (4) Respon siswa yang diperoleh pada penerapan pembelajaran IPA

  • 23

    Terpadu dengan pendekatan SETS pada Tema Media Tanam Arang Sekam

    Padi ini mendapatkan 100 % respon dengan kriteria sangat baik. Hal ini

    menunjukkan bahwa penerapan pendekatan SETS pada tema Media Tanam

    Arang Sekam Padi dapat meningkatkan kinerja ilmiah dengan kategori

    sedang dan penguasaan konsep siswa dengan kategori tinggi

    Indah Ayuning Tyas (2010) dari penelitian yang Berjudul Model

    Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan SETS Untuk Meningkatkan

    Pemahaman Dan Aktivitas Belajar SiswaPenelitian ini merupakan

    penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap

    siklusnya terdiri atas tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

    Objek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Ungaran. Data

    diambil dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas

    belajar siswa dan tes hasil belajar untuk mengetahui pemahaman siswa.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada kelas XI

    IPA 1 SMA Negeri 2 Ungaran mengalami peningkatan sebesar 21,02%,

    yaitu dari 46,76% pada siklus I menjadi 67,82% pada siklus II. Selain itu,

    diperoleh ketuntasan hasil belajar siswa sudah mencapai KKM yang

    diterapkan dengan nilai rata-rata kelas meningkat dari 69,44 menjadi 82,78.

    tuntasan belajar klasikal mencapai 94,44%. Simpulan dari hasil penelitian

    ini adalah model pembelajaran Fisika dengan pendekatan SETS dapat

    meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA

    Negeri 2 Ungaran.

    Zulaika, Siti, dkk (2013) dalam penelitiannya yang Berjudul

    Pengaruh Penerapan Pendekatan Science, Environment, Technology, And

    Society (Sets) Melalui Kerja Kelompok Berbasis Lingkungan Terhadap

    Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Sd N 9 Sesetan, Denpasar. Penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA

    antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan Science,

    Environment, Technology and Society (SETS) melalui kerja kelompok

    berbasis lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan

    pembelajaran konvensional Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis Penelitian ini

  • 24

    adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental). Rancangan

    Penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Pretest-Posttest Control

    group Design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD N 9 Sesetan,

    Denpasar. Sampel diambil dengan menggunakan teknik sampling jenuh

    yaitu kelas VA yang berjumlah 40 orang dan kelas VB yang berjumlah 42

    orang. Data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar IPA ranah kognitif,

    data tersebut dikumpulkan dengan metode tes, jenis tes itu adalah tes

    objektif dengan jenis tes pilihan ganda biasa. Selanjutnya data yang

    terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji-t. Hasil pengujian normalitas

    dan homogenitas terhadap data dari kelompok eksperimen dan kelompok

    kontrol berdistribusi normal dan homogen. Setelah data berdistribusi

    normal dan homogen maka dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-t

    dengan taraf signifikan 5% sehingga diperoleh hasil thit=5,75 dan

    ttabel=2,00 dengan db=80 (n1+n2-2=40+42–2=80). Berdasarkan pengujian

    tersebut, thit>ttabel (5,75>2,000), maka Ha diterima dan H0 ditolak. Dari

    hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendekatan Science,

    Environment, Technology, and Society (SETS) melalui kerja kelompok

    berbasis lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V

    SD N 9 Sesetan, Denpasar.

    Beberapa penelitian diatas menunjukan bahwa dengan pendekatan

    SETS dapat meningkatkan aktivitas ataupun hasil pembelajaran IPA.

    Namun demikian, perlu dibuktikan lagi dengan menggunakan penelitian

    tindakan kelas ini. Dalam analisis tersebut peneliti melakukan penelitian

    dengan menerapkan pembelajaran kontekstual melalui pendekatan SETS

    sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA kelas V SD N

    Kalicacing 02 Semester I Tahun ajaran 2016/2017. Yang membedakan

    antara penelitian ini dengan penelitian yang telah dikaji adalah peneliti

    menerapkan pendekatan pembelajaran SETS dalam upaya meningkatkan

    aktivitas dan hasil belajar IPA sedangkan dalam penelitian sebelumnya

    hanya meningkatkan satu variabel.

  • 25

    2.4. Kerangka Berpikir

    Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan dapat dinyatakan

    bahwa pembelajaran kontekstual melalui pendekatan SETS memberi

    kesempatan siswa untuk mengaitkan materi pembelajaran dengan keadaan

    lingkungan disekitar, serta mengaplikasikan pengetahuan yang didapat

    kedalam kehidupan sehari-hari melalui teknologi yang dapat

    dikembangkan. Melalui penggunaan pendekatan SETS, diharapkan gagasan

    awal siswa dapat dimunculkan, reaksi siswa cukup baik terhadap

    pembelajaran, partisipasi siswa menjadi lebih baik, dan guru lebih mudah

    merencanakan pengajaran serta hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N

    Kalicacing 02 semakin meningkat.

    Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan SETS diharapkan

    siswa mampu membentuk konsep dengan menggunakan metode

    demonstrasi, menampilkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.

    Dari pembentukan konsep siswa diharap dapat memahami pengetahuan

    yang didapat dengan fenomena dilingkungan sekitar. Selain itu hal yang

    paling mendasari pendekatan SETS adalah pada pengaplikasiannya kedalam

    kehidupan sehari-hari, siswa membuat teknologi sederhana dengan

    mengembangkan materi yang telah didapatkan, teknologi sederhana

    tersebut berupa poster himbauan dan kartu motivasi yang dapat diterapkan

    dalam lingkungan sekolah sebagai bentuk pengaplikasian dari konsep yang

    didapatkan. Dan selanjutnya siswa diberikan penekanan tentang bagaimana

    teknologi yang telah dikembangkan dapat bermanfaat bagi lingkungan

    masyarakat serta meluruskan jika terjadi miskonsepsi selama pembelajaran.

    Dengan pendekatan pembelajaran SETS diharapkan siswa lebih tertarik

    dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan baik. Dengan ini penggunaan

    pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) diharap

    dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran

    IPA.

  • 26

    2.5. Hipotesis Penelitian

    Dari kerangka berfikir yang telah dikemukakakan dapat dirumuskan

    hipotesis tindakan sebagai berikut:

    1. Pembelajaran kontekstual melalui pendekatan Science, Environment,

    Technology, and Society (SETS) dapat meningkatkan aktivitas

    pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas 5 SD N Kalicacing 02

    Semester I Tahun Ajaran 2016/2017.

    2. Aktivitas pembelajaran kontekstual melalui pendekatan Science,

    Environment, Technology, and Society (SETS) dapat meningkatkan

    hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas 5

    SD Negeri Kalicacing 02 Semester I Tahun Ajaran 2016/2017.