4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Mukaromah et al. (2013) analisis sistem akuntansi persediaan obat-obatan
untuk meningkatkan efektivitas pengendalian internal pada RSUD kota Madiun.
Hasil penelitian menyatakan sistem akuntansi persediaan yang diterapkan belum
mendukung efektivitas pengendalian internal karena ada perangkapan tugas pada
prosedur pengadaan persediaan, belum menggunakan dokumen laporan
penerimaan barang, bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang, serta
formulir belum bernomor urut dan belum dicetak rangkap.
Riskiwati & Widyawati (2014) sistem informasi akuntansi persediaan
obat-obatan terkomputerisasi yang efisien dan efektif pada perusahaan. Hasil dari
penelitian menyatakan sistem informasi akuntansi persediaan obat-obatan berbasis
komputer yang diterapkan oleh Rumah Sakit Umum Haji Surabaya belum
berperan secara baik karena terdapat kelemahan pada penggunaan dan
pengendalian penggunaan komputer serta tidakadanya pemisahan fungsi
penerimaan dan fungsi penyimpanan dalam sistem informasi akuntansi persediaan
obat Riskiwati & Widyawati (2014).
Rizki et al. (2015) Sistem akuntansi persediaan obat untuk mencegah
kehabisan stok obat pada RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.
Penelitiannya menyatakan rumah sakit dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
belum menerapkan sistem informasi akuntansi dengan baik guna mencegah
5
kehabisan stok obat karena masih ditemukan perangkapan tugas oleh bagian
gudang.
Pangadda et al. (2015) Analisis Sistem dan Prosedur Persediaan Obat-
Obatan Dalam Upaya Mendukung Pengendalian Internal. Metode yang digunakan
yaitu metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. hasil penelitian pada
prosedur penghitungan fisik persediaan pihak manajemen belum menetapkan
prosedur yang baku dalam melaksanakan prosedur penghitungan fisik persediaan
ini dapat menyebabkan informasi tentang persediaan yang dibutuhkan pihak
manajemen menjadi kurang akurat. Untuk pengendalian internal pada prosedur
penghitungan fisik persediaan masih kurang, hal ini disebabkan belum adanya
prosedur yang jelas untuk prosedur penghitungan fisik persediaan.
Berdasarkan penelitian diatas dengan objek rumah sakit dapat disimpulkan
bahwa kelemehan yang sering terjadi pada sistem informasi persediaan obat
adalah terletak pada proses yaitu terdapat perangkapan fungsi atau tugas. Seperti
penelitian Mukaromah et al. (2013) terdapat perangkapan fungsi pada prosedur
pengadaan, belum menggunakan dokumen laporan penerimaan barang, bukti
permintaan dan pengeluaran barang gudang, serta formulir belum bernomor urut
dan belum dicetak rangkap. Penelitian Riskiwati & Widyawati (2014) terdapat
kelemahan pada penggunaan dan pengendalian penggunaan komputer serta tidak
adanya pemisahan fungsi penerimaan dan fungsi penyimpanan dalam sistem
informasi akuntansi persediaan obat. Penelitian Rizki et al. (2015) belum
menerapkan sistem informasi akuntansi dengan baik guna mencegah kehabisan
stok obat karena masih ditemukan perangkapan tugas oleh bagian gudang.
6
Penelitian Pangadda et al. (2015) pada prosedur perhitungan fisik persediaan
pihak manajemen belum menetapkan prosedur yang baku dalam melaksanakan
prosedur perhitungan fisik persediaan, ini dapat menyebabkan informasi tentang
persediaan yang dibutuhkan pihak manajemen menjadi kurang akurat dan juga
untuk pengendalian internal pada prosedur perhitungan fisik persediaan masih
kurang, hal ini disebabkan belum adanya prosedur yang jelas untuk prosedur
perhitungan fisik persediaan.
B Landasan Teori
1. Sistem Informasi Akuntansi
a. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Mulyadi (2001) menyatakan bahwa: “ Sistem akuntansi adalah
organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk
menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna
memudahkan pengelolaan perusahaan”.
Widjajanto (2001) Sistem Informasi Akuntansi adalah susunan formulir,
catatan, peralatan termasuk komputer dan perlengkapannya serta alat komunikasi,
tenaga pelaksanaannya dan laporan yang terkoordinasi secara erat yang didesain
untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan
manajemen.
Sistem Informasi adalah suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang
terdiri dari komponen-komponen dalam perusahaan untuk mencapai satu tujuan
yaitu menyajikan informasi. Sistem informasi dalam suatu perusahaan dapat
dilakukan sebagai suatu sistem yang menyediakan informasi bagi semua tingkatan
dalam perusahaan tersebut kapan saja diperlukan Akbar & Perdamaian (2015).
7
2. Persediaan Obat
a. Definisi Persediaan Obat
Persediaan merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan di
Rumah Sakit dan untuk unit pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh
dari pemasok eksternal melalui pembelian dari manufaktur, distributor,
atau pedagang besar farmasi.
Anief (2000) menyatakan yang dimakud dengan obat adalah suatu
bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnose,
mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan baniah dan rohaniah pada
manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia.
b. Jenis Persediaan Obat di Rumah Sakit
Jenis persediaan obat di Rumah Sakit dibagi menjadi :
1) Berdasarkan dari persediaan barang, yaitu :
Persediaan barang dan farmasi
Persediaan bahan dan makanan
Persediaan barang-barang dan logistik
2) Berdasarkan sifat penggunaannya, yaitu :
Bahan baku, misalnya : bahan antibiotika untuk pembuatan salep
Bahan pembantu, misalnya : saccharum lactis untuk pembuatan
racikan puyer
Komponen jadi, misalnya : kapsul gelatin
8
Bahan jadi, misalnya : bukan kapsul antibiotika, cairan infus
3) Berdasarkan waktu persediaan, yaitu :
Pembelian tahunan (Annual purchasing), merupakan pembelian
dengan selang waktu satu tahun.
Pembelian terjadwal (Schedule Purchasing), merupakan
pembelian dengan selang waktu tertentu, misalnya 1 bulan, 3
bulan ataupun 6 bulan
Pembelian tiap bulan. Merupakan pembelian setiap saat dimana
pada saat obat mengalami kekurangan.
Sistem pengadaan perbekalan farmasi adalah penentu utama
ketersediaan obat dan biaya total kesehatan. Manajemen
pembelian yang baik membutuhkan tenaga medis. Proses
pengadaan efektif seharusnya :
a) Membeli obat-obatan yang tepat dengan jumlah yang tepat.
b) Memperoleh harga pembelian serendah mungkin.
c) Yakin bahwa seluruh obat yang dibeli standar kualitas
diketahui.
d) Mengatur pengiriman obat dari penyalur secara berkala
(dalam waktu tertentu), menghindari kelebihan persediaan
maupun kekurangan persediaan.
e) Yakin akan kehandalan penyalur dalam hal pemberian serius
dan kualitas.
9
f) Atur jadwal pembelian obat dan tingkat penyimpanan yang
aman untuk mencapai total lebih rendah.
3. Manajemen Logistik
a. Pengertian Manajemen Logistik
Manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan
yang diinginkan. Menurut Terry (2004) manajemen adalah suatu proses
kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk
mencapai tujuan organisasi. Konsep ini dikenal dengan POAC yaitu
Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating
(pengarahan) Controlling (pengawasan).
Logisitik berasal dari kata Yunani Kuno yaitu logistikos yang
artinya pandai memperkirakan. Logistik merupakan suatu ilmu
pengetahuan dan seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan
kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran, serta penghapusan
material atau alat-alat Aditama (2007). Manajemen logistik adalah
bagian dari instansi yang tugasnya adalah menyediakan bahan atau
barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional instansi tersebut
dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yan tepat (sesuai kebutuhan)
dengan harga serendah mungkin. Kegiatan logistik secara umum
mempunyai tiga tujuan yaitu, tujuan operasional, tujuan keuangan, dan
tujuan keamanan.
b. Fungsi Manajemen Logistik
10
Terdapat beberapa fungsi logistik dalam pemenuhan kegiatan
operasional bagi suatu institusi menurut Subagya (1994). Fungsi-fungsi
tersebut tergambar dalam suatu siklus manajemen logistik, dimana
setiap fungsi dalam siklus tersebut saling berkaitan satu sama lain dan
sangat menentukan keberhasilan kegiatan logistik dan organisasi
tersebut. Berikut adalah fungsi-fungsi manajemen logistik tersebut :
1) Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan
Perencanaan dan penentuan kebutuhan merupakan aktivitas dalam
menerapkan sasaran, pedoman, pengukuran, penyelenggaraan
bidang logistik. Menurut Dirjend Binakefarmasian dan alat
kesehatan RI (2010), pendekatan perencanaan kebutuhan dapat
dilakukan melalui beberapa metode, antara lain metode konsumsi,
metode epidemiologi dan metode kombinasi.
2) Fungsi penganggaran
Penganggaran adalah semua jenis kegiatan dan usaha untuk
merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala
standar tertentu, skala mata uang dan jumlah biaya, dengan
memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku baginya.
3) Fungsi pengadaan
Menurut Kepmenkes No 1997/MENKES/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, pengadaan merupakan kegiatan
untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan
disetujui melalui pembelian, produksi dan sumbangan/hibah
11
4) Fungsi penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk
melakukan pengurusan penyelenggaraan dan pengaturan barang
persediaan di dalam ruang penyimpanan. Penyimpanan berfungsi
untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi-
fungsi sebelumnya dengan pemenahan setepat-tepatnya dan dengan
biaya serendah mungkin.
5) Fungsi penyaluran
Penyaluran merupakan kegiatan menyalurkan barang sesuai
permintaan, tepat waktu, tepat jumlah dan sesuai dengan spesifikasi
Subagya (1994).
6) Fungsi pemeliharaan
Fungsi pemeliharaan merupakan usaha atau proses kegiatan untuk
mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang
inventaris Aditama (2007).
7) Fungsi penghapusan
Fungsi penghapusan yaitu berupa kegiatan dan usaha pembebasan
barang dari pertanggungjawaban sesuai peraturan atau perundang-
undangan yang berlaku Dwiantara et al (2004).
8) Fungsi pengendalian
Pengendalian persediaan adalah berhubungan dengan aktivitas
dalam pengaturan persediaan bahan-bahan agar dapat menjamin
kelancaran proses produksi atau persediaan obat di apotek dan
12
farmasi rumah sakit agar menjamin kelancaran pelayanan pasiennya
secara efektif dan efisien Seto (2004).
c. Tujuan Manajemen Logistik
Tujuan manajemen logistik adalah menyampaikan barang jadi dan
bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu yang
dibutuhkan dan dengan total biaya yang rendah. Penyelenggaraan
logistik memberikan kegunaan waktu dan tempat.
Menurut Aditama (2007), ada 3 tujuan logistik dalam sebuah
organisasi/institusi, yaitu :
a. Tujuan operasional adalah tersedianya barang material dalam
jumlah yang tepat dan kualitas yang baik pada saat dibutuhkan
b. Tujuan keuangan yaitu tercapainya tujuan operasional dengan
biaya yang rendah
c. Tujuan kebutuhan adalah tercapainya persediaan yang tidak
terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak,
pencurian dan penyusutan yang tidak wajar lainnya, serta nilai
persediaan yang tercermin dalam sistem akuntansi.
d. Manajemen Persediaan
Persediaan merupakan salah satu komponen yang mempunyai
peranan penting dalam suatu perusahaan. Setiap perusahaan biasanya
memiliki persediaan untuk dapat melangsungkan kegiatan perusahaannya.
Keberadaan persediaan dalam suatu sistem mempunyai suatu tujuan
13
tertentu. Alasan utamanya adalah karena sumber daya tertentu tidak bisa
didatangkan ketika sumber daya tersebut dibutuhkan. Sehingga untuk
menjamin tersedianya sumber daya tersebut perlu adanya persediaan yang
siap digunakan ketika dibutuhkan. Dengan kata lain, persediaan digunakan
untuk menghadapi ketidakpastian.
Manajemen persediaan berusaha mencapai keseimbangan diantara
kekurangan dan kelebihan persediaan dalam suatu periode perencanaan
yang mengandung resiko dan ketidakpastian. Konsep yang ideal dari
persediaan terdiri dari pengadaan suatu produk yang sesuai dengan
spesifikasi pelanggan. Sistem yang demikian tidak akan membutuhkan
penumpukan bahan mentah atau bahan jadi untuk mengantisipasi
penjualan dimasa depan. Walaupun sistem ini tidak praktis, namun penting
diingat bahwa setiap dollar yang di investasikan dalam persediaan harus
ditujukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
4. Input Persediaan
Menurut Mulyadi (1993) adapun dokumen yang terkait pada sistem
informasi akuntansi persediaan ini khusus pada pembelian adalah :
a. Surat permintaan pembelian
Surat permintaan pembelian ini merupakan formulir yang diisi oleh fungsi
gudang atau fungsi pemakai barang untuk meminta fungsi pembelian melakukan
pembelian barang dengan jenis, jumlah, dan mutu seperti yang tersebut dalam
surat tersebut. Surat permintaan pembelian ini biasanya dibuat 2 lembar untuk
14
setiap permintaan, satu lembar untuk fungsi pembelian, dan tembusannya untuk
arsip fungsi yang meminta barang.
Contoh surat permintaan pembelian menurut Mulyadi (2001:303)
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.1 Surat Permintaan Pembelian
Adakalanya surat permintaan pembelian berupa travelling purchase
requisition (surat permintaan pembeliaan berungkali). Dokumen ini digunakan
jika pesanan berungkali dilakukan secara rutin sehingga tidak diinginkan
berungkali dilakukan penulisan informasi pokok dalam dokumen. Surat
permintaan pembelian berungkali ini disimpan sebagai lampiran kartu gudang.
Jika kartu gudang sudah menunjukkan titik pemesanan kembali, fungsi gudang
mengisi surat permintaan pembelian berungkali ini dan mengirimkannya ke fungsi
pembelian. Jika surat order pembelian telah dibuat, fungsi pembelian kemudian
mengisi informasi nama pemasok, harga, dan nomor surat order pembelian ke
15
dalam surat permintaan pembelian berungkali ini dan mengirim kembali dokumen
tersebut ke fungsi gudang, untuk disimpan lagi sebagai lampiran kartu gudang.
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.2 Surat Permintaan pembeliaan Berungkali
b. Surat Permintaan Penawaran Harga
Dokumen ini digunakan untuk meminta penawaran harga bagi
barang yang pengadaannya tidak bersifat berungkali terjadi (tidak
repetitif), yang menyangkut jumlah rupiah pembelian yang besar.
16
Sumber : Muyadi (2001)
Gambar 2.3 Surat permintaan penawaran harga
c. Surat Order Pembelian
Dokumen ini digunakan untuk memesan barang kepada pemasok
yang telah dipilih.
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.4 Surat Order Pembelian
d. Laporan Penerimaan Barang
Dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan untuk menunjukkan
bahwa barang yang diterima dari pemasok telah memenuhi
jenis,spesifikasi, mutu, dan kuantitas seperti yang tercantum dalam surat
order pembelian.
17
Sumber: Mulyadi (2001)
Gambar 2.5 Laporan Penerimaan Barang
e. Surat perubahan Order
Kadangkala diperlukan perubahan terhadap isi surat order pembelian
yang sebelumnya telah diterbitkan. Perubahan tersebut dapat berupa
perubahan kuantitas, jadwal penyerahan barang, spesifikasi, penggantian
(subtitusi) atau hal lain yang bersangkutan dengan perubahan desain atau
bisnis. Biasanya perubahan tersebut diberitahukan kepada pemasok secara
resmi dengan menggunakan surat perubahan order pembelian. Surat
perubahan order pembelian dibuat dengan jumlah lembar tembusan yang
sama dan dibagikan kepada pihak yang sama dengan yang menerima surat
order pembelian.
18
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.6 Surat Perubahan Order Pembelian
f. Bukti Kas Keluar
Dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar pencatatan
transaksi pembelian. Dokumen ini juga berfungsi sebagai perintah
pengeluaran kas untuk pembayaran utang kepada pemasok dan yang
sekaligus berfungsi sebagai surat pemberitahuan kepada kreditur mengenai
maksud pembayaran (berfungsi sebagai remittance advice).
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.7 Bukti Kas Keluar
19
Selain dokumen adapun beberapa catatan akuntansi yang digunakan
menurut Mulyadi (2001:308) dalam sistem informasi akuntansi pembelian
persediaan, yaitu :
a. Register Bukti Kas Keluar (Voucher Register)
Jika dalam pencatatan utang perusahaan menggunakan voucher
payable procedure, jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi
pembelian adalah register bukti kas keluar.
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.8 Register Bukti Kas Keluar
b. Jurnal pembelian
Jika dalam pencatatan utang perusahaan menggunakan account
payable procedure, jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi
pembelian adalah jurnal pembelian.
20
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.9 Jurnal Pembelian
c. Kartu Utang
Jika dalam pencatatan utang, perusahaan menggunakan account
payable procedure, buku pembantu yang digunakan untuk mencatat utang
kepada pemasok adalah kartu utang. Jika dalam pencatatan utang,
perusahaan menggunakan voucher payable procedure, yang berfungsi
sebagai catatan utang adalah arsip bukti kas keluar yang belum dibayar.
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.10 Kartu Utang
21
d. Kartu Persediaan
Dalam sistem akuntansi pembelian, kartu persediaan ini digunakan
untuk mencatat harga pokok persediaan yang dibeli.
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.11 Kartu Persediaan
5. Proses Persediaan
Menurut mulyadi (2001:299) fungsi , dokumen dan catatan yang terkait
pada sistem akuntansi persediaan khususnya pada pembelian persediaan
adalah:
a. Fungsi Gudang
Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi gudang bertanggung jawab
untuk mengajukan permintaan pembelian sesuai dengan posisi persediaan
yang ada di gudang dan untuk menyimpan barang yang telah diterima oleh
fungsi penerimaan. Untuk barang-barang yang langsung pakai (tidak
diselenggarakan persediaan barang di gudang), permintaan pembelian
diajukan oleh pemakai barang.
b. Fungsi pembelian
Fungsi pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh informasi
mengenai harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam
pengadaan barang, dan mengeluarkan order pembelian kepada pemasok
yang dipilih.
c. Fungsi penerimaan
Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi ini bertanggung jawab
untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenis, mutu, dan kuantitas barang
22
yang diterima dari pemasok guna menentukan dapat atau tidaknya barang
tersebut diterima oleh perusahaan. Fungsi ini juga bertanggung jawab
untuk menerima barang dari pembeli yang berasal dari transaksi retur
penjualan.
d. Fungsi akuntansi
Fungsi akuntansi yang terkait dalam transaksi pembelian adalah fungsi
pencatat utang dan fungsi pencatat persediaan. Dalam sistem akuntansi
pembelian, fungsi pencatat utang bertanggung jawab untuk mencatat
transaksi pembelian ke dalam register bukti kas keluar dan untuk
menyelenggarakan arsip dokumen sumber (bukti kas keluar) yang
berfungsi sebagai catatan utang atau menyelenggarakan kartu utang
sebagai buku pembantu utang. Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi
pencatat persediaan bertanggung jawab untuk mencatat harga pokok
persediaan barang yang di beli ke dalam kartu persediaan.
Menurut Mulyadi (2001:301) jaringan prosedur yang membentuk sistem
akuntansi persediaan pembelian adalah :
a. Prosedur permintaan pembelian
Dalam prosedur ini fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian
dalam formulir surat permintaan pembelian kepada fungsi pembelian. Jika
barang tidak disimpan di gudang, misalnya untuk barang-barang yang
langsung pakai, fungsi yang memakai barang mengajukan permintaan
pembelian langsung ke fungsi pembelian dengan menggunakan surat
pembelian.
b. Prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan pemasok
Dalam prosedur ini, fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan
penawaran harga kepada para pemasok untuk memperoleh informasi
mengenai harga barang dan berbagai syarat pembelian yang lain, untuk
memungkinkan pemilihan pemasok yang akan ditunjuk sebagai pemasok
barang yang diperlukan oleh perusahaan.
c. Prosedur order pembelian
23
Dalam prosedur ini fungsi pembelian mengirim surat order pembelian
kepada pemasok yang dipilih dan memberitahukan kepada unit-unit
organisasi lain dalam perusahaan (misalnya fungsi penerimaan, fungsi
yang meminta barang, dan fungsi pencatat utang) mengenai order
pembelian yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan.
d. Prosedur penerimaan barang
Dalam prosedur ini fungsi pemerimaan melakukan pemeriksaan
mengenai jenis, kuantitas, dan mutu barang yang diterima dari pemasok,
dan kemudian membuat laporan penerimaan barang untuk menyatakan
penerimaan barang dari pemasok tersebut.
e. Prosedur pencatatan utang
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi memeriksa dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan pembelian (surat order pembelian, laporan
penerimaan barang, dan faktur dari pemasok) dan menyelenggarakan
pencatatan utang atau mengarsipkan dokumen sumber sebagai catatan
utang.
f. Prosedur distribusi pembelian
Prosedur ini meliputi distribusi rekening yang didebit dari transaksi
pembelian untuk kepentingan pembuatan laporan manajemen.
24
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.12 Sistem Pembelian Kredit
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.13 Sistem Pembelian Kredit (lanjutan)
25
6. Output Persediaan
a. Laporan penerimaan barang
Dalam transaksi retur penjualan, laporan penerimaan barang
merupakan dokumen pendukung yang melampiri memo kredit. Dokumen
ini dikeluarkan oleh fungsi penerimaan sebagai laporan telah diterima dan
diperiksanya barang yang diterima dari pembeli.
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.14 Laporan Penerimaan Barang
b. Memo Kredit
Dalam pencatatan transaksi retur penjualan, memo kredit merupakan
dokumen sumber (source document) sebagai dasar pencatatan transaksi
tersebut dalam kartu piutang dan jurnal umum atau jurnal retur penjualan.
Dokumen ini dikeluarkan oleh fungsi penjualan yang memberi perintah
26
kepada fungsi penerimaan untuk menerima barang yang dikembalikan
oleh pembeli.
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.15 Memo Debit
c. Bukti Kas Keluar
Dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar pencatatan
transaksi pembelian. Dokumen ini juga berfungsi sebagai perintah
pengeluaran kas untuk pembayaran utang kepada pemasok dan yang
sekaligus berfungsi sebagai surat pemberitahuan kepada kreditur mengenai
maksud pembayaran (berfungsi sebagai remittance advice).
27
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.16 Bukti Kas Keluar
d. Laporan Pengiriman Barang
Dokumen ini dibuat oleh fungsi pengiriman untuk melaporkan jenis
dan kuantitas barang yang dikirimkan kembali kepada pemasok sesuai
dengan perintah retur pembelian dalam memo debit dari fungsi pembelian.
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.17 Laporan Pengiriman Barang
28
e. Bukti Penerimaan dan Pengeluaran Barang Gudang
Bukti penerimaan dan pengeluaran barang gudang merupakan sebuah
bukti yang digunakan oleh bagian gudang dalam mencatat pengurangan
persediaan karena pemakaian intern.bukti penerimaan dan pengeluaran
barang juga berfungsi sebagai dasar dalam pencatatan pemakaian
persediaan kedalam jurnal pemakaian bahan baku atau jurnal umum.
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.18 Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang
Beberapa catatan yang digunakan dalam sistem informasi akuntansi
persediaan, yaitu :
1. Jurnal Umum
Jurnal umum digunakan oleh fungsi gudang untuk mencatat pemakaian
persediaan atau pengembalian persediaan ke dalam gudang.
29
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.19 Jurnal Umum
2. Kartu Persediaan
Kartu persediaan digunakan oleh bagian kartu persediaan untuk
mencatat rincian persediaan yang baru dibeli. Selain itu kartu persediaan
juga digunakan untuk mencatat berkurangnya persediaan akibat dari
adanya transaksi retur, mencatat bertambah dan berkurangnya persediaan
dan harga pokok persediaan akibat dari pengeluaran dan pengembalian
barang digudang.
Sumber : Mulyadi (2001)
Gambar 2.20 Kartu Persediaan