12
BAB II
MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Konsep Dasar Manajemen
1. Pengertian
Secara etimologi management (di Indonesia diterjemahkan sebagai
“manajemen”) berasal dari kata “manus” (tangan) dan “agree”
(melakukan) yang setelah digabung menjadi kata “manage” (bahasa
Inggris) berarti mengurus atau “managiere” (bahasa latin) bebarti melatih.
Menurut Prof. Prajudi, sebagaimana di kutip oleh Inu Kencana
Syafiie menyebutkan manajemen merupakan pengendalian dan
pemanfaatan dari semua faktor serta sumber daya menurut suatu
perencanaan, diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu prapta
atau tujuan kerja tertentu,1 Menurut Hougton sebagaimana di kutip oleh
Muthowi (1996) manajemen diartikan :
رة هي االصطالح الذى يطلق على التوجيه والرقابه ودفع القوى ادإلإان 2ىل العمل ىف املنشاةإملة العا
Manajemen menurut istilah adalah suatu aktivitas yang melibatkan proses pengarahan, pengawasan dan pengarahan segenap kemampuan untuk melakukan suatu aktivitas dalam suatu organisasi.
Sementara itu, Terry mengatakan tentang pengertian manajemen
sebagai penyelenggaraan usaha penyusunan dan pencapaian hasil yang
diinginkan, dengan menggunakan upaya kelompok, terdiri atas
penggunaan bakat-bakat dan sumber daya manusia.3 Jadi manajemen ilmu
dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
1 Inu Kencana Syafiie, al-Quran dan Ilmu Administrasi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000),
hlm.59-60 2Ibrahim Ishmad Muthowi, al-Ushul al-Idariyah li al-Tarbiyah, (Riyadh : dal al-Soriq,
1996), hlm. 13 3 Kartini Kartono, Manajemen Umum Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: BPFE, 1994),
hlm. 148.
13
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Hal tersebut menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan tertentu, maka kita
tidak bergerak sendiri, tetapi membutuhkan orang lain untuk bekerja sama
dengan baik.4
Manajemen juga diartikan sebagai proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha anggota-angota
organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada tiga hal penting yang
perlu diperhatikan dari definisi tersebut, yaitu proses, pendayagunaan
seluruh sumber organisasi dan pencapaian tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
a. Proses, adalah suatu cara yang sistematik dalam mengerjakan sesuatu
manajemen sebagai suatu proses, karena semua manajer sebagaimana
juga dengan ketangkasan dan keterampilan yang khusus,
mengusahakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan tersebut dapat
didayagunakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Kegiatan tersebut meliputi merencana, mengorganisasikan, memimpin,
dan mengendalikan
b. Sumber daya suatu sekolah, meliputi dana, perlengkapan, informasi,
maupun sumber daya manusia yang masing-masing berfungsi sebagai
pemikir, perencana, pelaku serta pendukung untuk mencapai tujuan
c. Mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.5
Pada dasarnya setiap aktifitas atau kegiatan selalu mempunai tujuan yang
ingin dicapai, tujuan individu adalah untuk dapat memenuhikebutuhan-
kebutuhannya berupa materi dan nonmateri dari hasil kerjanya. Tujuan
yang ingin dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana (plan), karena itu
4 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar : Pengertian dan Masalah, (Jakarta : Gunung
Agung, 1995), hlm. 3 5Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 93-95.
14
hendaknya tujuan ditetapkan "jelas, realistis dan cukup menantang" untuk
diperjuangkan berdasarkan padapotensi yang dimiliki.6
2. Fungsi-fungsi Manajemen
Dalam manajemen selain penekanan, dipusatkan kepada
pencapaian fungsi-fungsi manajemen, dan hasil yang dapat diukur.
Tujuan harus diformulasikan dengan suatu ukuran yang dapat dihitung
sehingga jelas perbandingannya antara perencanaan dengan hasil yang
dicapai atas dasar perencanaan. Dengan kata lain manajemen
membutuhkan kata standar sebagai alat ukur keberhasilan.
Fungsi manajemen pada hakekatnya merupakan tugas pokok yang
harus dijalankan pimpinan dalam organisasi apapun. Mengenai macamnya
fungsi manajemen itu sendiri, ada persamaan dan perberdaan pendapat,
namun sebetulnya pendapat-pendapat tersebut saling melengkapi.
• R.D Agarwal
The management process comprises the following six functions :
1) Planning
2) Organizing
3) Staffing
4) Directing
5) Coordinating, and
6) Controlling.
• Luther Gulick
1) Planning
2) Organizing
3) Staffing
4) Directing
5) Coordinating
6) Reporting, and
7) Budgeting.
6 Malayu S.P Hasibuan, op.cit, hlm.18
15
Dengan demikian, maka fungsi manajemen meliputi :
1) Perencanaan (planning)
2) Pengorganisasian (organizing)
3) Penyiapan tenaga (staffing)
4) Pengarahan (directing)
5) Koordinasi (coordinating)
6) Permintaan laporan (reporting)
7) Pengendalian (controlling)
8) Penyempurnaan / peningkatan (improvement). 7
Dalam kenyataannya fungsi-fungsi manajemen yang sering
digunakan adalah sebagai berkut :
a. Perencanaan (Planning)
Definisi mengenai perencanaan luar biasa banyaknya
disebabkan terletak pada kenyataan bahwa kegiatan merencanakan
ditemukan dalam semua ungkapan kehidupan sehari-hari, seseorang
yang selalu tidak merencanakan segala sesuatu yang akan diperbuatnya
dianggap dengan sistematis. Setiap orang yang menyusun rencana
berarti menetapkan sejumlah langkah ke depan dalam pemikirannya,
yang harus menuju ke arah satu hasil tertentu.
Perencanaan merupakan sebuah fungsi manajemen yang
fundamental serta primer. Perencanaan meupakan landasan untuk
pelaksanaan tugas seseorang manajer. Para manajer perlu
menyelenggarakan perencanaan secara cermat sebelum mereka dapat
melaksanakan fungsi-fungsi pengorganisasian, mengaktualisasikan,
dan mengawasi secara nasional. Pengorganisasian dan perencanaan
sumber daya secara efektif hanya dapat dilaksanakan sehubungan
dengan rencana-rencana yang tetap ditetapkan.8
Merencanakan mengandung arti bahwa manajer memikirkan
dengan matang terlebih dahulu sasaran dan tindakan mereka
7 Ibnu Syamsi S.U., Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen, (Jakarta : Rineka Cipta, 1994), hlm. 60-61.
8 Winardi, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: Rineka Cipta, 1987), hlm. 230.
16
berdasarkan perasaan rencana mengarahkan tujuan organisasi dan
menetapkan prosedur terbaik untuk mencapainya, di samping itu
rencana merupakan pedoman untuk:
1) Organisasi memperoleh dan menggunakan sumber daya yang
diperlukan untuk mencapai tujuan
2) Anggota organisasi melaksanakan aktifitas yang konsisten dengan
tujuan dan prosedur yang sudah ditetapkan, dan
3) Memonitor dan mengukur kemajuan untuk mencapai tujuan,
sehingga tindakan korektif dapat diambil bila kemajuan tidak
memuaskan.9
George R. Terry dalam Principle of Management menyatakan
bahwa perencanaan tidak lain adalah pemilihan fakta lainnya.
Kemudian membuat perkiraan dan peramalan tentang keadaan dan
perumusan tindakan untuk masa yang akan datang sekiranya
diperlukan untuk mencapai hasil yang dikehendaki.10
Adapun syarat-syarat perencanaan dan rencana adalah sebagai
berikut :
1) Merumuskan dahulu masalah yang akan direncanakan sejelas-
jelasnya
2) Perencanaan harus didasarkan pada informasi, data dan fakta
3) Menetapkan beberapa alternatif dalam premisnya
4) Putuskanlah suatu keputusan yang menjadi rencana
Jika perencanaan dilakukan dengan baik maka akan dihasilkan
suatu rencana yang baik.11
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian (organizing) berarti penyusunan tugas kerja
dan tanggung jawab. G.R. Terry mengartikan pengorganisasian
9 James A. F. Stoner, Manajemen, alih bahasa Alexander Sindoro, (Jakarta: Bhuana Ilmu
Populer, t.th.), hlm. 1. 10 Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,
(Malang: Bumi Aksara, 1990), hlm. 187. 11 Malayu S.P. Hasibuan, op.cit., hlm. 113
17
sebagai kegiatan mengalokasikan seluruh pekerjaan yang harus
dilaksanakan antara kelompok kerja dan menetapkan wewenang
tertentu serta tanggung jawab masing-masing yang bertanggung jawab
untuk setiap komponen kerja dan menyediakan lingkungan kerja yang
sesuai dan cepat.12
Pengorganisasian adalah proses penentuan, pengelompokan
dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk
mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini,
menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang dengan
secara relatif didelegasikan kepada individu yang akan melakukan
aktivitas tersebut.13
Pengorganisasian adalah : 1) Penentuan sumber daya-sumber
daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi,
2) Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok
kerja yang akan dapat "membawa" hal tersebut kearah tujuan, 3)
Penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian, 4) Pendelegasian
wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk
melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini menyertakan struktur formal
di mana pekerjaan ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan.14
Jadi mengorganiasikan adalah proses mengatur dan
mengalokasikan pekerjaan, wewenang, dan sumber daya diantara
anggota organisasi, sehingga mereka dapat mencapai sasaran
organisasi.15
c. Pengarahan
Pengarahan (directing) berarti memelihara, menjaga, dan
memajukan organisasi melalui setiap personal, baik secara structural
maupun fungsional agar setiap kegiatannya tidak terlepas dari usaha
12 Burhanuddin, op.cit., hlm. 195 13 Malayu S.P. Hasibuan, op.cit., hlm. 41 14 T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi II, (Yogyakarta : BPFE, 1999), hlm. 24 15 James. A.F. Stoner, op.cit., hlm. 1
18
mencapai tujuan.16 Pengarahan disini berfungsi agar kegiatan yang
dilakukan bersama tetap melalui jalur yang telah ditetapkan dan tidak
terjadi penyimpangan.17
Pengarahan merupakan salah satu aspek penting dalam
keseluryhan kegiatan. Berikut ini dikemukakan beberapa konsep
pengarahan. Hatch dan Steffre (1961) mengemukakan pengarahan itu
sebagai berikut :
It is phase of administration concerned with the coordination control, and stimulation of others. It is sometimes thought of as a process and identified as that phase in which commands, are give, or in whiche others are just authorized to act or stimulated to act without command.
Pengarahan sebagai suatu fase administratif yang mencakup
koordinasi, kontrol, dan stimulasi terhadap yang lain. Di satu pihak,
hal itu adakalanya dipikirkan sebagai suatu proses dan merupakan
suatu fase pemberian komando, dan pada sisi lain merupakan
wewenang dalam bertindak atau stimulasi dalam bertindak tanpa
komando.18
Dalam arti luas pengarahan adalah sebagai kegiatan pimpinan
yang berupa pemberian petunjuk yang berupa pemberian bimbingan
dan mengusahakan agar terdapat kesatuan kepentingan sehingga tujuan
bersama dapat tercapai dengan efisien.
Sehingga prinsip-prinsip pengarahan ditujukan pada :
1) Keterpaduan antara tujuan perorangan dan tujuan organisasinya,
2) Keterpaduan antara tujuan kelompok dan tujuan organisasinya,
3) Kerjasama antara pimpinan,
4) Partisipasi dalam pembuatan keputusan,
5) Pelimpahan wewenang yang cukup memadai,
6) Terjalinnya komunikasi yang efektif, dan
16 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung, 1981), hlm. 36 17 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung : al-Fabeta, 2000),
hlm. 58 18 Ibid., hlm. 42
19
7) Pengawasan yang efektif dan efisien.19
d. Supervisi
Supervisi berasal dari bahasa Inggris "Supervision" yang terdiri
dari dua kata "super" dan "vision". Super berarti lebih, sedangkan
vision berarti melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai
dari perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan.20
Dengan supervisi diharapkan adanya jaminan bahwa semua
kegiatan yang dilakukan oleh organisasi dituntun kearah pencapaian
sasaran atau target yang direncanakan. Inti dari proses ini adalah untuk
menentukan apakah suatu kegiatan mencapai hasil-hasil yang
dikehendaki atau tidak.
Dalam dunia pendidikan supervisi merupakan bantuan dari
para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan
kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya didalam
mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Beberapa dorongan,bimbingan
dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru
seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan dalam
pendidikan dan pengajaran, pemilhan alat-alat pelajaran dan metode
mengajar yang baik, cara penilaian yang sistematis terhadap fase
seluruh proses pengajaran.21
Jadi dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah suatu aktifitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
Karena supervisi yang baik adalah mengarahkan perhatiannya kepada
dasar-dasar pendidikan dan cara-cara belajar serta perkembangannya
dalam pencapaian tujuan umum pendidikan.
Adapun tujuan dilakukan supervisi adalah perbaikan dan
perkembangan proses balajar mengajar secara total, ini berarti bahwa
19 Ibnu Syamsi, S.U, op.cit., hlm. 124-125 20 Hadari Nawawi, op.cit , hlm.103 21 Ngalim Purwanto, M.P, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1998), hlm.76
20
tujuan supervisi tidak hanya memperbaiki mutu, tatapi juga membina
pertumbuhan profesi dalam arti luas.
B. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1. Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan
membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat
kehidupan yang lebih baik. Dampak positif dari kondisi global telah
mendorong manusia untuk berfikir dan meningkatkan kemampuan.
Adapun dampak negatif dari globalisasi adalah. (a) keresahan hidup
dikalangan masyarakat yang semakin meningkat karena banyaknya
konflik, stress, kecemasan dan frustasi, (b) adanya kecenderungan
pelanggaran disiplin, kolusi dan korupsi, makin sulit diterapkannya ukuran
baik, jahat dan benar, (c) adanya ambisi kelompok yang dapat
menimbulkan konflik, tidak saja konflik psikis tapi juga konflik fisik, dan
(d) pelarian dari masalah melalui jalan pintas, yang bersifat sementara dan
adiktif seperti penggunaan obat-obatan terlarang.
Untuk menangkal dan mengatasi masalah tersebut perlu
dipersiapkan sumber daya manusia yang sehat jasmani dan rohani,
bermoral, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara professional,
serta dinamis, dan kreatif. Hal ini sesuai dengan visi misi pendidikan
nasional.22
Pendidikan pada umumnya selalu berintikan bimbingan, sebab
pendidikan bertujuan agar anak didik menjadi kreatif, produktif, dan
mandiri. Artinya pendidikan berupaya untuk mengembangkan individu
anak. Segala aspek peserta didik harus dikembangkan seperti intelektual,
moral, sosial, kognitif, dan emosional. Bimbingan dan konseling adalah
22 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nur Ihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 1
21
upaya untuk membantu perkembangan aspek-aspek tersebut menjadi
optimal, harmonis dan wajar.23
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah
lebih banyak menangani kasus-kasus peserta didik bermasalah daripada
pengembangan potensi peserta didik. Disamping itu, konsep
perkembangan optimal harus dalam keseimbangan perkembangan otak
dan agama. Karena itu aspek penting yakni agama harus mendapatkan
tempat yang layak dalam bimbingan dan konseling.
Menurut konsep Islam manusia lahir kedunia dengan dibekali
fitrah beragama sebagaimana firman Allah dalam surat ar-Rum : 30
فأقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله التي فطر الناس عليها لا تبديل لخلق الله ذلك ولكن مالقي ينونالدلماس لا يع30: الروم ( أكثر الن(
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah24 yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.(QS. ar-Rum: 30)25
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dimana
pengembangan potensi peserta didik menjadi sasaran utamanya, tentunya
tidak akan mengesampingkan fitrahnya yaitu fitrah beragama, karena
menurut sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama oleh karena itu
dalam pelaksanaannya bimbingan dan konseling senantiasa
menggabungkan unsur–unsur tersebut demi pencapaian pengembangan
diri yang optimal.26
Bimbingan dan konseling dalam Islam sangat diperlukan saat ini
mengingat akhir-akhir ini telah terjadi keterasingan pada genarasi muslim,
23 Sofyan. S. Willis, Konseling Individu Teori dan Praktek, (Bandung : Alfabeta, 2004), hlm. 5
24 Fitrah Allah maksudnya : adalah ciptaan Allah, manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid maka hal itu tidaklah wajar,mereka beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.
25 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang : Toha Putra, 1989), hlm. 645 26 Syamsu Yusuf dan Juntika Nur Ihsan, op.cit., hlm. 135
22
baik keterasingan secara individu, yang berhubungan dengan kegoncangan
kepribadian dan penyakit jiwa maupun keterasingan sebagai masyarakat
Islam dengan tatanan al-Quran dan al-Sunnah. Apalagi masyarakat Islam
modern telah berusaha mengupayakan dibidang pendidikan maupun
pengajaran agar generasi muda menjadi warga Negara yang baik, yang
berlandaskan al-Quran dan Sunnah.27 seperti dijelaskan dalam surat al-
Isra’, ayat 9 dan surat asy-Syura ayat : 52.
إن هذا القرآن يهدي للتي هي أقوم ويبشر المؤمنني الذين يعملون )9: سراء اال(الصالحات أن لهم أجرا كبريا
“Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (Al-Israa’ : 9).28
وكذلك أوحينا إليك روحا من أمرنا ما كنت تدري ما الكتاب والاإلميان لكن جعلناه نورا نهدي به من نشاء من عبادنا وإنك لتهدي إلى صراط و
)52: الشوراى (مستقيم
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Asy-Syuura : 52)29
Allah telah memberikan wahyu pada nabi-nabi terdahulu sebagai
petunjuk bagi kaum sebelumnya, begitu juga kepada Nabi Muhammad
yang dipilih sebagai penyampai risalah al-Quran untuk menyempurnakan
terhadap kitab-kitab sebelumnya, karena al-Quran berfungsi sebagai
27 Ustman Najati, al-Quran dan Ilmu Jiwa, terj. Ahmad Rofi Utsman, (Bandung :
Pustaka, 1997), hlm. 283 28 Depag RI, op.cit, hlm. 425 29 Ibid., hlm. 791
23
pembimbing bagi penganutnya kepada jalan yang lurus, memberi kabar
gembira kepada orang-orang yang beriman yang melakukan amal saleh
dan juga pemberi peringatan kepada orang-orang yang tidak mempercayai
adanya akhirat.30
Hidayah al-Quran mencakup semua kaum dan generasi tanpa batas
waktu atau tempat, dan mencakup segala macam kebajikan yang diperoleh
manusia setiap tempat dan waktu, ia juga memberi petunjuk bagi yang
paling lurus dan sempurna dalam hal hubungan antara sesama perorangan,
pemerintah, masyarakat dan juga jenis manusia. 31
Disini berarti bahwa bimbingan konseling dalam pelayanannya
dapat memasukkan nilai-nilai keagamaan (nilai-nilai keislaman) yang
dianut oleh peserta didik agar dalam perilaku sehari-harinya sejalan
dengan fitrahnya sebagai hamba Allah, dengan demikian diharapkan
peserta didik dalam mengekspresikan dirinya dan berkembang optimal
sesuai dengan tuntutan yang terdapat dalam al-Quran dan al-Sunnah.
2. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
“guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti
“menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu”.32 Sesuai
dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai
suatu bantuan atau tuntunan.
Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year’s Book
of Education 1955, yang menyatakan : “Guidance is a process of helping
individual through their own effort to discover and develop their
potentialities both for personal happiness and social use fullness.”33
30 Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj. Anshori Umar Sitanggal, (Semarang
Toha Putra, 1989), hlm. 26 31 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan Kesan dan Keserasian al-Quran, (Jakarta
: Lentera Hati, 2002), hlm. 421 32 Hallen, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Ciputat Press,2002), hlm.3 33 Ibid, hlm. 17
24
Artinya bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui
usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya
agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Dari beberapa pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa
bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang
yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak,
remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Secara etimologi istilah konseiling berasal dari bahasa latin yaitu
“conselion” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan
“menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo – Saxon,
istilah konseling berasal dari “sellan” yang bearti “menyerahkan”’ atau
“menyampaikan”.34
Counseling may be defined as a professional relationship between a counselor and client, in which the counselor helps the client to understand himself and his life space in order to make meaningful and informed choiches consonant with his essential nature in those areas where choices are available to him.35
Artinya konseling di definisikan sebagai hubungan profesional di
antara konselor dan klien di mana konselor membantu klien untuk
memahami dirinya dan mengatur kehidupannya serta menginformasikan
pilihan yang sesuai dengan norma, di mana pilihan itu adalah yang sesuai
untuknya.
Konseling juga diartikan sebagai upaya bantuan yang diberikan
seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-
individu yang membutuhkannya, agar individu tersebut mampu mengatasi
34 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1999), hlm. 92 35 Richard C. Nielson, Guidance and Counseling in The Elementary School, (New York:
Halt and Winston, inc, 1972), p. 8
25
masalahnya dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
selalu berubah.36
Dengan demikian konseling adalah proses pemberian bantuan oleh
konselor kepada konselee (klien) melalui wawancara konseling dengan
tujuan agar masalah yang dialami individu tersebut dapat teratasi.
3. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip berasal dari akar kata prinsipia dapat diartikan sebagai
permukaan yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang
keberadaannya tergantung dari pemula itu.37
Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan
yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dirumuskan.38
Guru pembimbing yang telah memahami secara benar dan
mendasar prinsip-prinsip dasar bimbingan konseling ini dapat
menghindarkan diri dari kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan
dalam praktek pemberian layanan bimbingan dan konseling.39
a. Prinsip yang berkenaan dengan sasaran pelayanan
Sasaran pelayanan bimbingan konseling adalah individu-
individu baik secara perorangan maupun kelompok. Bimbingan
konseling berangkat dari prinsip bahwa setiap individu berbeda dengan
yang lain.40 Oleh karena itu sangat wajar jika setiap siswa memiliki
sifat dan keinginan yang berbeda. Berkenaan dengan prinsip tersebut
bimbingan konseling berusaha membantu mengembangkan keunikan
yang ada pada setiap individu agar dapat mencapai hasil optimal sesuai
dengan tahap perkembangan dan tujuan yang hendak diraih.
36 Sofyan S. Willis, op. cit, hlm.18 37 Hallen, op.cit., hlm. 63 38 Prayitno, op.cit., hlm. 218 39 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
Sekolah,(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 22 40 Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Manajemen Sekolah Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar Menengah, Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama, Jakarta, 2000, hlm. 123
26
b. Prinsip berkenaan dengan masalah individu
Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan
kehidupan individu tidaklah selalu positif. Faktor-faktor yang
pengaruhnya negatif akan menimbulkan hambatan terhadap
kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang akhirnya
menimbulkan masalah-masalah pada individu.41 Karena bimbingan
konseling bertolak dari prinsip membantu siswa agar mereka mampu
menolong dirinya sendiri. Oleh karena itu setiap layanan bimbingan
konseling diarahkan agar yang bersangkutan semakin mampu mandiri.
c. Prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan
Bimbingan konseling adalah kegiatan pelayanan, artinya
bimbingan konseling melayani siswa dan bukan menyuruh,
konsekuensinya layanan bimbingan konseling harus disesuaikan
dengan keperluan siswa dan bukan keinginan guru atau sekolah.42
Bimbingan konseling merupakan bagian integral dari proses
pendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu program
bimbingan konseling harus disusun dan dipadukan sejalan dengan
program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh yang
disesuaikan dengan kondisi sekolah, individu, dan masyarakat.
d. Prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan.
Pelaksanaan pelayanan bimbingan konseling baik bersifat
insidental maupun terprogram dimulai dengan pemahaman tentang
tujuan layanan.43 Karena itu bimbingan konseling merupakan bagian
integral pendidikan di sekolah, maka dalam kegiatannya maupun
penanganannya disesuaikan dengan program-program sekolah lainnya
dimana kesesuaian ini mencakup penyusunan program maupun
pelaksanaannya.44
41 Ibid., hlm. 220 42 Ibid., hlm. 123 43 Prayitno, op.cit., hlm. 221 44 Departemen Pendidikan Nasional, loc.cit.,
27
4. Asas-asas Bimbingan Konseling
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, seharusnya ada suatu asas
atau dasar yang melandasi dilakukannya kegiatan tersebut atau dengan
kata lain ada dasar yang dijadikan dasar pertimbangan kegiatan itu.45
Pelayanan bimbingan konseling adalah pekerjaan professional sesuai
dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan dan penyikapan
(yang meliputi unsur-unsur kognisi, afeksi dan perlakuan). Konselor
terhadap kasus, pekerjaan professional itu harus dilaksanakan dengan
mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisiensi, dan efektifitas proses
dan lainnya.
Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan konseling kaidah-
kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan konseling. Yang
meliputi asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian,
kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian
kasus, alih tangan kasus, dan asas tut wuri handayani. 46
a. Asas kerahasiaan
Asas kerahasiaan yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data
dan keterangan tentang klien (peserta didik) yang menjadi sasaran
layanan.47 Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha
bimbingan konseling karena dengan adanya asas kerahasiaan ini dapat
menimbulkan rasa aman dalam diri klien. 48
b. Asas Kesukarelaan
Dalam memahami pengertian bimbingan konseling telah
dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu
individu, perkataan membantu disini mengandung arti bahwa
bimbingan bukan suatu paksaan, oleh karena itu dalam kegiatan
45 Hallen, op.cit., hlm. 65 46 Prayitno, op.cit., hlm. 114-115. 47 Syamsu Yusuf, op.cit., hlm. 22 48 Prayitno, loc.cit.
28
bimbingan konseling diperlukan adanya kerjasama yang demokratis
antara konselor atau guru pembimbing dengan kliennya.49
c. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan yaitu menghendaki agar peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan kegiatan bersifat terbuka dan tidak
berpura-pura, baik didalam memberikan keterangan tentang dirinya
maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang
berguna bagi pengembangan dirinya. Agar peserta didik dapat terbuka,
guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak
berpura-pura.50
d. Asas kekinian
Asas ini menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan
konseling ialah permasalahan klien (peserta didik) dalam kondisinya
sekarang, layanan yang berkenaan dengan “masa depan atau
kondisinya masa lampau pun” dilihat dampak dan atau kaitannya
dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.51
Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor
tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan, dia harus
mendahulukan kepentingan klien daripada yang lain. Jika ada alasan
yang kuat untuk tidak memberikan layanan saat ini, maka semata-mata
itu dilakukan untuk kepentingan klien.52
e. Asas Kemandirian
Asas ini menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan
konseling yakni peserta didik sebagai sasaran layanan bimbingan dan
konseling diharapkan menjadi individu yang mandiri dengan ciri-ciri
mengenal, menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.
Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan
49 Hallen, op.cit., hlm. 65. 50 Syamsu Yusuf, loc.cit. 51 Ibid., hlm. 23 52 Prayitno, op.cit., hlm. 117
29
bimbingan konseling yang diselenggarakannya bagi perkembangan
kemandirian peserta didik.
f. Asas Kegiatan
Asas kegiatan yaitu menghendaki agar peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif didalam
penyelenggaraan layanan atau kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru
pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap
layanan atau kegiatan yang diperuntukkan baginya.53
g. Asas kedinamisan
Usaha bimbingan konseling menghendaki terjadinya pada diri
klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Perubahan
itu tidaklah sekedar mengulang hal lama, yang bersifat monoton,
melainkan perubahan yang selalu menuju kesatu pembaruan, sesuatu
yang lebih maju, dinamis, sesuai dengan arah perkembangan klien
yang dikehendaki.54
h. Asas Keterpaduan
Asas bimbingan konseling ini menghendaki agar berbagai
layanan dan kegiatan bimbingan konseling, baik yang dilakukan oleh
guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis,
dan terpadu. Untuk ini kerjasama antara guru pembimbing dan pihak-
pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan
konseling perlu terus dikembangkan.
i. Asas kenormatifan
Pelayanan bimbingan konseling yang dilakukan hendaknya
tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku didalam
masyarakat dan lingkungan, yaitu norma-norma agama, hukum dan
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku.
53 Ibid., hlm. 22 54 Syamsu Yusuf, loc.cit.
30
j. Asas keahlian kasus
Asas ini menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan
konseling di selenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional.
Dalam hal ini, para pelaksanan bimbingan konseling hendaklah tenaga
yang ahli dalam bidang bimbingan konseling. Keprofesionalan guru
pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis
layanan kegiatan bimbingan konseling maupun dalam penegakan kode
etik bimbingan konseling.
k. Asas Alih tangan kasus
Asas ini menghendaki agar pihak yang tidak mampu
menyelengga-rakan layanan bimbingan konseling secara tepat dan
tuntas, atas suatu permasalahan peserta diri (klien) mengalihtangankan
permasalahan itu kepada pihak yang telah ahli.55
l. Asas Tutwuri handayani
Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan konseling tidak
hanya dirasakan pada waktu tertentu klien mengalami masalah dan
menghadap kepada konselor saja. Namun diluar hubungan proses
bantuan bimbingan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan
manfaat pelayanan bimbingan konseling itu.56
5. Sifat dan fungsi bimbingan dan konseling
a. Pelayanan bimbingan konseling mempunyai sifat sebagai berikut :
1) Pencegahan
Layanan bimbingan bersifat mencegah artinya merupakan usaha
pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam hal ini layanan
yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari
berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya.57
2) Penyembuhan
Sifat bimbingan konseling ini berkaitan erat dengan upaya
pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah,
55 Syamsu Yusuf, op.cit., hlm. 23 56 Dewa Ketut Sukardi, op.cit., hlm. 26 57 Syamsu Yusuf, op.cit., hlm. 16
31
baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.58
Sifat ini menghasilkan keterentaskannya atau teratasinya berbagai
masalah yang dialami peserta didik.
3) Perbaikan
Sifat bimbingan konseling ini untuk memperbaiki kondisi peserta
didik dari permasalahan yang dihadapinya sehingga dapat
berkembang secara optimal. Karena walaupun pencegahan dan
pemahaman telah dilakukan, namun mungkin saja siswa masih
menghadapi masalah-masalah tertentu
4) Pemeliharaan dan pengembangan
Ini berarti bahwa layanan bimbingan konseling yang diberikan
dapat membantu para siswa dalam memelihara dan
mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah
dan berkelanjutan.59 Dan untuk menjaga terpeliharanya kondisi
individu yang sifat baik agar tetap baik.
b. Pada dasarnya bimbingan konseling dilakukan dalam bentuk upaya
pemahaman, pencegahan, pemeliharaan dan penyembuhan. Setiap
bentuk upaya tersebut mengacu kepada empat fungsi bimbingan,
yaitu :
1) Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.
2) Fungsi penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam memilih
jurusan sekolah, jenis sekolah dan lapangan pekerjaan yang sesuai
dengan minat, bakat dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Kegiatan
fungsi penyaluran ini meliputi ketentuan untuk memantapkan
kegiatan belajar di SMA. Dalam melaksanakan fungsi guru
pembimbing atau konselor perlu bekerja sama dengan pendidik
lainnya di SMA maupun di luar SMA.
58 Ahmad Juntika Nur Ihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA,(Jakarta : Grasindo, 2005), hlm. 14
59 Dewa Ketut Sukardi, op.cit., hlm. 27
32
3) Fungsi adaptasi, yaitu membantu petugas sekolah khususnya guru
untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap minat,
kemampuan dan kebutuhan para peserta didik.
4) Fungsi penyesuaian, yaitu membantu peserta didik untuk
memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam
perkembangannya secara optimal. Fungsi ini dilaksanakan dalam
rangka mengidentifikasi, memahami dan memecahkan masalah.
Sesuai dengan tujuan dan fungsinya, bimbingan konseling
diarahkan kepada terselenggaranya dan terpenuhinya keperluan akan
bantuan dalam hal pendataan, informasi dan orientasi, konsultasi, dan
komunikasi kepada peserta didik dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan. Dengan demikian akan tercipta kemudahan bagi
terselenggaranya proses dan tecapainya tujuan program pendidikan di
SMA yang bersangkutan dengan lancar dan berhasil seperti yang
diharapkan.60
6. Bidang Bimbingan dan Jenis Layanan Bimbingan Konseling
Secara umum tujuan penyelenggaraan bantuan pelayanan
bimbingan dan konseling adalah berupaya membantu siswa menemukan
pribadinya, dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya, serta
menerima dirinya secara dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih
lanjut. Lebih khusus, untuk mencapai tujuan tersebut, bidang bimbingan
mencakup seluruh upaya bantuan yang meliputi bidang bimbingan pribadi,
bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir.61
a. Bidang bimbingan pribadi, layanan bimbingan konseling ditujukan
agar siswa memiliki pemahaman diri, rasa percaya diri, harga diri, rasa
tanggung jawab, dan mampu membuat keputusan secara bijak.
b. Bidang bimbingan sosial, layanan bimbingan konseling yang ditujukan
untuk membantu siswa mengembangkan hubungan antar pribadi,
60 Ahmad Juntika Nur Ihsan dan Akur Sudianto, op.cit., hlm. 15-16 61 Dewa Ketut Sukardi, op.cit., hlm. 38
33
menghormati orang lain, dan rasa tanggung jawab sosial
kemasyarakatan.
c. Bimbingan belajar, layanan bimbingan konseling ditujukan untuk
membantu siswa agar menemukan cara belajar yang efektif dan dapat
mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuan dasarnya.
d. Bidang bimbingan karier, layanan bimbingan konseling ditujukan
untuk membantu siswa mengenal ciri-ciri berbagai pekerjaan dan
profesi yang ada, serta merencanakan karier berdasarkan minat dan
kemampuannya.62
Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap sasaran
layanan, yaitu peserta didik. Jenis layanan dan kegiatan tersebut perlu
diselenggarakan sesuai dengan keempat bidang bimbingan yang telah
diuraikan terdahulu. Layanan tersebut adalah :
a. Layanan orientasi, adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk
memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan
yang baru dimasukinya.63 Layanan ini ditujukan kepada siswa baru
atau siswa pindahan untuk memahami situasi sekolah dan lingkungan
b. Layanan informasi, dimaksudkan untuk membantu siswa mendapatkan
informasi yang diperlukan. Ada informasi yang diperlukan oleh
banyak siswa sehingga layanannya dilakukan secara kelompok,
misalnya tentang kesehatan, perkembangan remaja, serta perguruan
tinggi. Tetapi juga ada yang hanya diperlukan oleh siswa tertentu
sehingga layanan diberikan secara individu.
c. Layanan pembelajaran, ditujuan untuk membantu siswa
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan ini
dapat diberikan secara individu, misalnya bagi siswa yang memiliki
kesulitan belajar tertentu atau dapat secara kelompok jika mengalami
kesulitan yang serupa.
62 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., hlm. 123-124 63 Prayitno, op,cit., hlm. 255
34
d. Layanan penempatan dan penyaluran, ditujukan untuk membantu
siswa dalam memperoleh kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai, serta
merencanakan pilihan jurusan di perguruan tinggi atau, lapangan kerja
yang sesuai dengan minat dan bakat serta kepribadian siswa.
e. Layanan konseling, ditujukan untuk membantu siswa secara individu,
khususnya mereka yang mengalami masalah, misalnya problem
dengan orang tua atau teman. Layanan diarahkan untuk memecahkan
masalah dan tidak untuk menyalahkan siswa. Layanan dilakukan
secara individu agar kerahasiaan masalah yang dihadapi siswa terjaga.
f. Layanan konseling kelompok, ditujukan untuk pemecahan masalah
pribadi tetapi mengena pada beberapa orang siswa, misalnya untuk
siswa yang kesulitan membayar uang sekolah.
g. Layanan bimbingan kelompok, ditujukan untuk pemecahan masalah
umum (bukan masalah pribadi), misalnya masalah ketertiban, ujian
dan sebagainya. Karena masalah bersifat umum, maka bimbingan
dilakukan secara kelompok siswa mengalami masalah tersebut.64
C. Manajemen Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah alat yang ampuh dari pendidikan artinya batapapun
baiknya sistem pendidikan tanpa dijalankan bimbingan dan konseling dengan
baik maka program yang baik itu tidak ada gunanya, artinya bahwa program
pendidikan yang baik adalah yang memiliki program bimbingan secara
berancana dan realistik di sekolah. Program yang berancana dan realistik
adalah yang didasarkan kepada kebutuhan-kebutuhan peserta didik di sekolah
itu bukan atas kebutuhan para guru atau atasan dipusat. Jadi, tidak mungkin
satu program bimbingan dan konseling berlaku untuk semua sekolah di
Indonesia, mungkin ada persamaan pada garis-garis besarnya, tetapi tidak
semua aspek akan disamakan.65
64 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., hlm. 124-125 65 Sofyan, S. Willis, op.cit., hlm. 9.
35
Kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif
bilamana dari adanya program yang disusun dengan baik.66 Program yang
baik tidak akan tercipta, terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki suatu
sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara
jelas, sistematis, dan terarah.67 Agar dalam pelaksanaan program bimbingan
dan konseling di sekolah berjalan efektif di perlukan proses manajemen
sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Dalam hubungannya dengan perencanaan program layanan
bimbingan dan konseling di sekolah, maka ada beberapa aspek kegiatan
penting yang perlu dilakukan yaitu:
a. Analisis kebutuhan dan permasalahan peserta didik,
b. Penentuan tujuan program layanan bimbingan yang hendak dicapai,
c. Analisis situasi dan kondisi di sekolah,
d. Penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan,
e. Penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan,
f. Penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang telah ditetapkan,
g. Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan
yang direncanakan, serta
h. Perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usaha-
usaha-usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan-
hambatan.68
Program layanan bimbingan di SMA hendaknya lebih lengkap dan
luas cakupannya dibandingkan dengan program layanan di jenjang
pendidikan di bawahnya. Pada jenjang SMA peserta didik berada dalam
masa remaja, usia mereka berada pada masa transisi, kehidupan kanak-
kanaknya sudah ditinggalkan. Namun, kehidupan sebagai orang dewasa
belum mapan. Dengan demikian, mereka berada di daerah marginal yaitu
66 Ibid, hlm. 21. 67 Ahmad Juntika Nurihsan, op.cit., hlm. 39. 68 Ibid., hlm. 40.
36
daerah kabur. Akibatnya mereka kehilangan identitas, dan berusaha
mencari identitas kembali dengan berbagai cara dan gayanya, kadang-
kadang pola berpikir berperasaan, dan perilakunya menyimpang dari pola
kehidupan anak-anak ataupun orang dewasa.
Dengan demikian, program bimbingan dan konseling di SMA
hendaknya dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi
peserta didik sehingga mereka dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Oleh sebab itu, program bimbingan di SMA hendaknya
beorientasi kepada:
a. Hubungan muda-mudi/hubungan sosial,
b. Pemberian informasi pendidikan dan jabatan,
c. Bimbingan dan konseling.69
Yang juga harus diperhatikan dalam merencanakan program
bimbingan dan konseling adalah faktor waktu, dalam perencanaan
program bimbingan dan konseling, guru pembimbing harus dapat
mengatur waktu untuk menyusun, melaksanakan, menilai, menganaliasis,
dan menindaklanjuti program kegiatan bimbingan dan konseling dengan
memperhatikkan:
a. Semua jenis program bimbingan dan konseling (tahunan, semester,
bulanan, mingguan, dan harian),
b. Kontak langsung dengan siswa yang dilayani,
c. Kegiatan bimbingan dan konseling tidak merugikan waktu belajar di
sekolah,
d. Kegiatan bimbingan dan konseling di luar jam sekolah dapat sampai
50 %.
Di samping itu, guru pembimbing dalam merencanakan program
bimbingan dan konseling harus mampu membuat jadwal kegiatan
bimbingan dan konseling di dalam dan di luar jam belajar sekolah, dan
sekolah agar mengusahakan ada waktu tertentu di dalam jam pelajaran
69 Soetjipto dan Raflis Kosasi, op.cit., hlm. 99-100.
37
sekolah untuk kegiatan bimbingan.70 Dengan adanya perencanaan yan
tersusun dengan baik di harapkan bahwa program yang akan di laksanakan
menjadi sistematis.
2. Pengorganisasian
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab
II pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulai, sehat, ilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratif serta bertanggung jawab.71
Mengingat luasnya tujuan bimbingan bagi para peserta didik, tidak
dapat dibantah bahwa kepala sekolah dan guru-guru memiliki peranan
yang amat besar dibidang bimbingan dan konseling, secara garis besarnya
peranan kepala sekolah adalah mengkoordinir keberhasilan bimbingan dan
konseling disamping kegiatan administrasi dan kurikulum. Sedangkan
guru-guru adalah berperan sebagai pembimbing, artinya dalam pendekatan
kepada siswa harus manusiawi, religius, bersahabat, ramah, mendorong
kreatif, jujur dan asli, memahami, tidak menilai, dan menghargai tanpa
syarat, bukan membuat siswa pasif.72
Personel dan tugas yang berkaitan dengan kegiatan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah, adalah sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai penanggung jawab kegiatan
pendidikan, yang meliputi kegiatan pelajaran, pelatihan dan bimbingan
di sekolah bertugas.
70 Ahmad Juntika Nurikhsan dan Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling
di SMA, op.cit., hlm. 28-29. 71 UU RI. No. 20 Tahun 2003, Sisdiknas, (Bandung : Citra Umbara, 2003). hlm. 7 72 Sofyan S. Willis, op.cit., hlm. 29
38
1) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi
kegiatan pengajaran, pelatihan dan bimbingan.
2) Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam kegiatan bimbingan dan konseling
3) Memberikan kemudahan bagi telaksanakannya program bimbingan
dan konseling
4) Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan
konseling
5) Menetapkan koorninasi guru pembimbing yang bertanggung jawab
atas koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling berdasarkan
kesepakatan bersama guru pembimbing.
6) Mengadakan kerja sama dengan instansi lain yang terkait dalam
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling
7) Melaksanakan bimbingan dan konseling minimal 40 siswa, bagi
kepala sekolah yang berlatar belakang bimbingan dan konseling.73
b. Koordinasi Guru Pembimbing
Tugas-tugas koordinasi guru pembimbing dapat dirinci sebagai
berikut :
1) Mengkoordinasikan para guru pembimbing dalam :
a) Memasyaratkan pelayanan bimbingan,
b) Menyusun program,
c) Melaksanakan program,
d) Mengadministrasi kegiatan bimbingan,
e) Menilai program
f) Mengadakan tindak lanjut;
2) Membuat usulan kepada kepala sekolah dan mengusahakan
terpenuhinya tenaga, sarana dan prasarana;
3) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan bimbingan
kepada kepala sekolah
73 Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, op.cit., hlm. 31-32
39
c. Guru pembimbing
Adapun tugas guru pembimbing adalah :
1) Memasyaratkan kegiatan bimbingan,
2) Merencanakan program bimbingan,
3) Pelaksanaan persiapan kegiatan bimbingan,
4) Melaksanakan layanan bimbingan terhadap sejumlah siswa yang
menjadi tanggung jawabnya.
5) Melaksanakan kegiatan penunjang bimbingan,
6) Menilai proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan,
7) Menganalisis hasil penilaian,
8) Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis penilaian,
9) Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling, dan
10) Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator
guru pembimbing.74
d. Guru mata pelajaran
Sebagai personel, guru mata pelajaran mempunyai tugas yang penting
dalam aktivitas bimbingan, yaitu :
1) Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan kepada siswa
2) Melakukan kerja sama dengan guru pembimbing dalam
mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan
3) Mengalihtangankan siswa yang memerlukan bimbingan kepada
guru pembimbing
4) Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan (program
perbaikan dan program pengayaan)
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan
bimbingan dari guru pembimbing
6) Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam
rangka penilaian layanan bimbingan
7) Ikut serta dalam program layanan bimbingan75
74 Achmad Juntika Nurihsan, op.cit., hlm. 47-48 75 Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, op.cit., hlm. 33-34
40
Terlepas dari peranan personel pendidikan lain di sekolah, guru
mempunyai peranan amat penting dalam pelaksanaan bimbingan di
sekolah. Hal ini disebabkan oleh posisi guru yang memungkinkannya
bergaul lebih banyak dengan siswa sehingga mempunyai kesempatan
tatap muka lebih banyak dibandingkan dengan personal sekolah
lainnya itu. Oleh karenanya, guru dapat memerankan bimbingan
kepada siswa baik didalam maupun diluar kelas.76
3. Pelaksanaan Program
SK Menpan No. 84/1993 Pasal 4 menegaskan bahwa tugas pokok
guru pembimbing adalah “menyusun program bimbingan, melaksanakan
program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil
pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan
terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Unsur-unsur
utama yang terdapat di dalam tugas pokok guru pembimbing meliputi
bidang-bidang bimbingan. (b) jenis layanan bimbingan dan konseling. (c)
jenis-jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, (d) tahapan
pelaksanaan program bimbingan dan konseling, (e) jumlah peserta didik
yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing untuk memperoleh
pelayanan.77
Untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah,
konselor beserta personel lainnya perlu memperhatikan komponen
kegiatan sebagai berikut :
a. Komponen Pemrosesan Data
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling meliputi beberapa
aspek, yaitu : (1) pengumpulan data, (2) pengklasifikasian, (3)
pendokumentasian, (4) penyimpanan, (5) penyediaan data yang
diperlukan, dan (6) penafsiran. Data yang yang perlu diproses adalah
data tentang keadaan siswa di sekolah, yang meliputi : kemampuan
skolastik (bakat khusus, hasil belajar, kepribadian, intelegensi, riwayat
76 Soetjito dan Raflis Kosasi, op.cit., hlm. 113 77 Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, op.cit., hlm. 34
41
pendidikan), cita-cita, hubungan sosial, minat terhadap mata pelajaran,
kebiasaan belajar, kesehatan fisik, pekerjaan orang tua dan keadaan
keluarga.
b. Komponen kegiatan pemberian informasi
Komponen ini terdiri dari, pemberian orientasi kehidupan
sekolah kepada siswa baru, pemberian informasi tentang program studi
kepada siswa yang dipandang memerlukannya. Pemberian informasi
jabatan kepada siswa yang diperkirakan tidak dapat melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan pemberian informasi
pendidikan lanjutan.
c. Komponen kegiatan konseling
Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengalami masalah
yang sifatnya lebih pribadi. Jika ada masalah yang tidak dapat di atasi
oleh petugas yang bersangkutan, perlu dialihtangankan kepada pihak
lain yang lebih ahli.
d. Komponen pelaksana
Pelaksana jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah,
konselor bersama guru bidang studi dan juga kepala sekolah sesuai
dengan fungsi dan peranannya masing-masing.
e. Komponen metode / alat
Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan itu dapat berupa tes psikologis, tes hasil belajar,
dokumen, angket, kartu pribadi, dan lain sebagainya. f. Komponen waktu kegiatan
Jadwal kegiatan layanan dapat dilakukan pada awal tahun
ajaran, secara periodik, bilamana perlu (insidental), akhir masa
sekolah, awal semester atau waktu lain tergantung dari jenis atau
macam kegiatan.
42
g. Komponen sumber data
Data yang diperlukan dapat diperoleh dari siswa yang
bersangkutan, guru, orang tua, teman-teman siswa, sekolah,
masyarakat maupun instansi.78
Program bimbingan yang telah direncanakan atau disusun
dilaksanakan melalui :
1) Persiapan pelaksanaan :
a) Persiapan fisik (tempat dan perabot), perangkat keras,
b) Persiapan bahan, perangkat lunak,
c) Persiapan personel,
d) Persiapan keterampilan menerapkan atau menggunakan
metode, teknik khusus, media dan alat.
e) Persiapan administrasi
2) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana
a) Penerapan metode, teknik khusus, media dan alat,
b) Penyampaian bahan, pemanfaatan sumber alam
c) Pengaktifan nara sumber
d) Efisiensi waktu
e) Administrasi pelaksana.79
4. Pengarahan, supervisi dan penilaian kegiatan bimbingan dan konseling.
Dalam pengalaman kegiatan bimbingan, koordinasi sebagai
pemimpin lembaga atau unit bimbingan hendaknya memiliki sifat-sifat
kepemimpinan yang baik yang dapat memungkinkan terciptanya suatu
komunikasi yang baik dengan seluruh staf yang ada.80
Kata “pemimpin” disini mempunyai arti : memberikan bimbingan,
menuntun, mengarahkan dan berjalan di depan (precede). Sedangkan
kepemimpinan adalah satu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan,
78 Soetjipto, op.cit., hlm. 105-107 79 Achmad Juntika Nurishsan dan Akur Sudiarto, op.cit., hlm. 35. 80 Ibid., hlm. 42
43
oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci
untuk menjadi seorang manajer yang efektif.81
Dalam pengarahan kegiatan bimbingan, koordinator sebagai
pemimpin lembaga atau unit bimbingan hendaknya memiliki sifat-sifat
kepemimpinan yang baik yang dapat memungkinkan terciptanya suatu
komunitas yang baik dengan seluruh staf yang ada, personel-personel yang
terlibat di dalam program, hendaknya benar-benar memiliki tanggung
jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya maupun tanggung
jawab terhadap yang lain, serta memiliki moral yang stabil.
Adapun pentingnya pengarahan dalam program bimbingan
adalah :
1) Untuk menciptakan suatu koordinasi dan komunikasi dengan seluruh
staf bimbingan yang ada.
2) Untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan tugas-
tugasnya, dan
3) Memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan program yang
telah direncanakan.82
Supervisi merupakan salah satu tahap penting dalam manejemen
program bimbingan. Berkenaan dengan supervisi ini, Stephen Robbins
(1978) mengemukakan : “Supervision is traditionally use to refer to the
activity of immediately directing the activities of subordinates”.
Menurut Crow dan Crow (1962) berpendapat bahwa dalam
kegiatan supervisi bimbingan, supervisor hendaknya menerima saran-
saran para konselor dalam hubungannya dengan permasalahan-
permasalahan perubahan dan pengembangan kurikulum, penyesuaian
kurikulum bagi peserta didik, memasukkan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat bagi beberapa peserta didik atau semua peserta didik ke dalam
program sekolah.
81 Wahyu Sumidjo, op.cit., hlm. 104 82 Achmad Juntika Nurihsan, op.cit., hlm. 55
44
Manfaat supervisi dalam program bimbingan yaitu :
1) Mengontrol kegiatan-kegiatan dan para personel bimbingan bagaimana
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing.
2) Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui
oleh para personel bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-
masing.
3) Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan
dan permasalahan-permasalahan yang ditemui.
4) Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar
kearah pencapaian tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan.83
Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program
bimbingan tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan
mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang telah
direncanakan. Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala
upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan
kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di
sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu
sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah
mengacu pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan peserta didik,
penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektifan
layanan bimbingan yang telah dilaksanakan.84
Ada dua macam penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu
penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses untuk mengetahui
sampai sejauh mana keefektifan layanan bimbingan dilihat dari prosesnya,
sedangkan penilaian hasil untuk memperoleh informasi keefektifan
layanan bimbingan dilihat dari hasilnya.
83 Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, op.cit., hlm. 45 84 Achmad Juntika Nurihsan, op.cit., hlm. 57
45
Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain :
1) Kesesuaian antara program dan pelaksanaan,
2) Keterlaksanaan program,
3) Hambatan-hambatan yang dijumpai,
4) Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar,
5) Respon siswa, personel sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap
layanan bimbingan
6) Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan
bimbingan, pencapaian tugas perkembangan, hasil belajar, dan
keberhasilan siswa setelah menamatkan sekolah, baik pada studi
lanjutan maupun pada kehidupannya di masyarakat.85
Penilaian perlu diprogramkan secara sistematis dan terpadu,
kegiatan penilaian baik mengenai proses maupun hasil perlu dianalisis
untuk kemudian dijadikan dasar dalam tindak lanjut untuk perbaikan dan
pengembangan program layanan bimbingan dan konseling. Dengan
dilakukan penilaian secara komprehensif, jelas dan cermat maka diperoleh
data atau informasi, tentang proses dan hasil seluruh kegiatan bimbingan
dan konseling, data dan informasi ini dapat dijadikan bahan untuk
mempertanggungjawabkan akuntabilitas pelaksanaan program bimbingan
dan konseling di sekolah.
85 Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, op.cit, hlm. 45