7
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Penelitian Terdahulu
Febrika (2016), menggunakan analisis regresi data panel model random
effect. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan seluruh
variabel bebas (IHK, tingkat partisipatif angkatan kerja, pertumbuhan
ekonomi, dan pendapatan perkapita) berpengaruh terhadap upah minimum
provinsi. Secara parsial, IHK tidak berpengaruh terhadap upah minimum
provinsi, tingkat partisipatif angkatan kerja berpengaruh terhadap upah
minimum provinsi, PDRB berpengaruh positif terhadap upah minimum
provinsi, dan pendapatan perkapita berpengaruh terhadap upah minimum
provinsi. Hasil berikutnya menunjukkan kontribusi seluruh variabel bebas
sebesar 86,73%.
Penelitian yang dilakukan Kristanto (2011) menggunakan data sekunder
yang terbentuk dalam runtun waktu (time series). Data yang digunakan
meliputi Kebutuhan Hidup Layak (KHL), Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), dan tingkat inflasi dari tahun 1990-2011 di Kabupaten Jember, yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), dan Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Disnakertrans). Penelitian ini menggunakan analisis regresi
linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel
Kebutuhan Hidup Layak (KHL), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
dan inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap upah minimum.
Namun, secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan dan positif hanya
8
variabel Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB).
Penelitian yang dilakukan Noviani (2013) menggunakan metode analisis
regresi data panel yang menggunakan random effect model (REM). Variabel
yang digunakan yaitu pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Jenis data yang
digunakan berupa gabungan dari data time series periode 2008-2011, dan
cross section 35 kabupaten/kota yang bersumber dari Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Tengah. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi dan inflasi secara parsial berpengaruh terhadap upah
minimum.
Agustiana (2007) menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel
produk domestik regional bruto, jumlah penduduk, kebutuhan hidup minimum
dan dummy krisis berpengaruh terhadap penetapan upah minimum provinsi
Jawa Barat sebesar 55,55% dan sisanya dijelaskan variabel lain. Uji-t untuk
variabel produk domestik regional bruto dan dummy krisis berpengaruh secara
negatif dan nyata terhadap upah minimum provinsi. Sedangkan kebutuhan
hidup minimum dan jumlah penduduk berpengaruh secara positif terhadap
upah minimum provinsi Jawa Barat.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah sama-
sama melakukan analisis yang mempengaruhi upah minimum. Perbedaan
terletak pada penggunaan variabel yang mempengaruhi upah minimum,
analisa data dan lokasi yang diteliti. Penelitian sekarang menggunakan
variabel bebas Tenaga Kerja dan Produk Domestik Regional Bruto, yang
9
menggunakan analisis data panel pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat
tahun 2012-2015.
B. Landasan Teori
1. Teori Upah
Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja atau buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan
bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa
yang telah atau akan dilakukan. (Undang Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun
2000, Bab I, pasal 1, Ayat 30).
Menurut Sukirno (2005: 351), upah dapat diartikan sebagai pembayaran
yang diberikan kepada tenga kerja atau buruh atas jasa-jasa fisik maupun
mental yang disediakan oleh para pengusaha dan jumlah keseluruhan yang
ditetapkan sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja
meliputi masa atau syarat-syarat tertentu.
Sukirno (2005: 351), membuat perbedaan diantara dua pengertian upah :
a. Upah Nominal (upah uang) adalah jumlah uang yang diterima para
pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga mental
dan fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi.
b. Upah Rill adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut
kemampuan upah tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja.
10
As’ad (2004: 92) menyatakan bahwa upah merupakan harga yang
diberikan oleh pemilik perusahaan kepada para karyawan atas dasar jasa yang
telah diberikan oleh karyawan. Dari pengertian ini upah dapat diartikan bahwa
upah merupakan penghargaan dari tenaga karyawan sebagai hasil produksi
yang berwujud uang, atau suatu jasa yang dianggap sama dengan itu, tanpa
suatu jaminan yang pasti dalam tiap-tiap minggu atau bulan.
Sumarsono (2009: 12-13) mengemukakan perubahan tingkat upah akan
mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila
digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik, maka akan terjadi hal-hal sebagai
berikut:
1) Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi
perusahaan, yang selanjutnya akan meningkatkan harga per unit
barang yang diproduksi. Konsumen akan memberikan respon apabila
terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau
bahkan tidak lagi mau membeli barang yang bersangkutan.
Akibatnya banyak barang yang tidak terjual, dan terpaksa produsen
menurunkan jumlah produksinya.
2) Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang modal lainnya
tidak berubah), maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan
teknologi padat modal untuk proses produksinya.
2. Upah Minimum
Menurut UU No 13 Tahun 2003 upah minimum adalah suatu standar
minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk
11
memberikan upah kepada pekerja didalam lingkungan usaha atau kerjanya.
Pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap kabupaten/kota berbeda-beda,
maka disebut upah minimum kabupaten/kota. Sebagaimana yang telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 upah minimum dapat
ditetapkan secara minimum regional, sektoral regional maupun subsektoral,
meskipun saat ini baru upah minimum regional yang dimiliki oleh setiap
daerah.
Berdasarkan Undang Undang No. 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa
upah minimum hanya ditunjukan bagi pekerja dengan masa kerja 0 (nol)
sampai dengan 1 (satu) tahun. Definisi tersebut terdapat dua unsur penting dari
upah minimum (Sumarsono, 2003) yaitu:
a. Upah permulaan adalah upah terendah yang harus diterima oleh buruh
pada waktu pertama kali dia diterima bekerja.
b. Jumlah upah minimum haruslah dapat memenuhi kebutuhan hidup
buruh secara minimal yaitu kebutuhan untung sandang, pangan dan
keperluan rumah tangga.
Upah minimum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pekerja agar
sampai pada tingkat pendapatan, yang berarti bahwa orang yang bekerja akan
mendapatkan pendapatan yang layak untuk hidupnya. Upah minimum dapat
mencegah pekerja dari eksploitasi tenaga kerja terutama yang low skilled.
Upah minimum dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan
mengurangi konsekuensi pengangguran.
12
Upah minimum kabupaten/kota adalah suatu standar minimum yang
digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah
kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau
kerjanya pada suatu kabupaten/kota pada suatu tahun tertentu (Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 Tanggal 29 Mei 1989).
3. Faktor Yang Mempengaruhi Upah
Winarni dan Sugiyarso (2006: 16-17), menyatakan bahwa faktor-faktor
penting yang dapat mempengaruhi tingkat upah antara lain:
a. Ketetapan Pemerintah
Dalam penentuan gaji dan upah yang perlu diingat adalah bahwa setiap
pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Untuk mewujudkan penghasilan yang
memenuhi penghasilan yang layak bagi kemanusiaan, pemerintah
menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja.
Kebijaksanaan pengupahan yang melindungi pekerja meliputi: 1) Upah
minimum, 2) Upah kerja lembur, 3) Upah tidak masuk kerja karena
berhalangan, 4) Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan
lain diluar pekerjaannya, 5) Upah karena menjalankan hak waktu
istirahat kerjanya, 6) Bentuk dan cara pembayaran upah, 7) Denda dan
potongan upah, 8) Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah, 9)
Struktur dan skala pengupahan yang proporsional, 10) Upah untuk
pembayaran pesangon, 11) Upah untuk perlindungan pajak
penghasilan.
13
b. Tingkat Upah Dalam Pasar
Besarnya upah yang dibayarkan oleh perusahaan-perusahaan lain yang
sejenis, yang beroperasi dalam sektor yang sama digunakan sebagai
acuan untuk menentukan besarnya upah pada perusahaan tersebut.
Tingkat upah yang berlaku di pasaran dapat diperoleh melalui survei.
Perusahaan dapat memutuskan untuk memberikan besarnya upah pada
karyawannya dengan cara menyamakan atau melebihkan sedikit dari
harga pasar yang berlaku, tergantung pada strategi perusahaan tersebut.
c. Kemampuan Perusahaan
Kemampuan perusahaan untuk membayar upah tergantung daripada
kemampuan finansial perusahaan. Untuk mempertahankan karyawan,
perusahaan akan mungkin membayar upah yang sama atau lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan lain, akan tetapi hal itu akan
tergantung daripada kondisi finansial perusahaan.
d. Kualifikasi SDM yang digunakan
Saat ini tingkat teknologi yang dipergunakan oleh perusahaan
menetukan tingkat kualifikasi sumber daya manusia yang berkualitas.
Di samping itu segmen pasar dimana perusahaan itu bersaing juga
menentukan tingkat kualifikasi sumber daya manusianya.
e. Kemauan Perusahaan
Perusahaan kadang tidak ingin repot dengan faktor-faktor seperti harga
pasar dan lain-lain, perusahaan hanya akan berpegang pada apa yang
menurutnya wajar.
14
f. Tuntutan Pekerja
Tuntutan para pekerja dan kemauan perusahaan biasanya dipertemukan
dalam meja perundingan dengan cara musyawarah atau tawar
menawar. Organisasi pekerja dan pengusaha secara sendiri-sendiri atau
gabungan organisasi pekerja dan gabungan perusahaan dapat
melakukan ini.
Penetapan upah minimum bergantung pada situasi dan kondisi
pendapatan nasional, juga dikaitkan dengan keadaan perekonomian di
setiap provinsi atau kabupaten. Aspek-aspek yang menjadi acuan
dalam upah minimum antara lain (Jehani, 2008: 16):
1) Kebutuhan Hidup Minimum
2) Indeks harga Konsumen
3) Kemampuan dan perkembangan serta kelangsungan perusahaan
4) Upah pada umumnya yang berlaku di daerah yang berlaku tertentu
dan antar daerah
5) Kondisi pasar kerja dan tingkat perkembangan perekonomian dan
pendapatan perkapita
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam penetapan
kebijaksanaan struktur dan tingkat gaji dan upah oleh perusahaan kepada
pegawainya adalah sebagai berikut (Isyandi, 2004: 108-109):
a) Kondisi Pasar Kerja
Tingkat gaji dan upah dapat dipengaruhi oleh permintaan dan
penawaran tenaga kerja.
15
b) Peraturan Pemerintah
Berbagai regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, misalnya
dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah dan keputusan
menteri tenaga kerja atau peraturan lainnya, harus diperhatikan
oleh setiap organisasi yang kan merancang sistem kompensasinya.
Di Indonesia salah satu ketentuan yang harus diikuti adalah
peraturan tentang Upah Minimum Regional (UMR) yang secara
berkala direvisi oleh pemerintah sesuai dengan kondisi yang
berkembang.
c) Kesepakatan Kerja
Keberadaan serikat pekerja memungkinkan terjadinya perundingan
antara pekerja dengan pihak manjemen, baik tentang jenis, struktur
maupun tingkat upah.
d) Sikap Manajemen
Keinginan pihak manajemen mempertahankan atau meningkatkan
semangat kerja, menarik pekerja – pekerja yang berkualitas tinggi,
mengurangi turnover, meningkatkan standar hidup pekerja, juga
mempengaruhi struktur dan besaran gaji dan upah.
e) Kemampuan Membayar
Gaji dan upah yang dibayarkan kepada pegawai merupakan
komponen biaya produksi, yang harus dihitung secara cermat oleh
setiap perusahaan.
16
f) Biaya Hidup
Pemberian gaji dan upah perlu mempertimbangkan komponen
biaya hidup di suatu daerah, seperti: Indeks Kebutuhan Fisik
Minimum (KFM), Kebutuhan Hidup Minimum (KHM).
4. Tenaga Kerja
Berdasarkan Badan Pusat Statistik, pekerja atau tenaga kerja adalah
semua orang yang biasanya bekerja di perusahaan atau usaha tersebut, baik
berkaitan dengan produksi maupun administasi. Sedangkan, menurut undang-
undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 1, tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam
maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara
bisa dibagi menjadi dua kelompok, yakni tenaga kerja. Populasi
diklasifikasikan sebagai pekerja bila warga yang sudah memasuki usia kerja.
Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia yaitu 15 tahun – 64 tahun. Dalam
hal ini, setiap orang yang dapat bekerja disebut dengan tenaga kerja.
Menurut Simanjuntak dalam Sutrisno (2011: 86) menyatakan bahwa
tenaga kerja ialah (man power) yaitu produk yang sudah atau sedang bekerja.
Atau sedang mencari pekerjaan, serta yang sedang melaksanakan pekerjaan
lain. Seperti bersekolah, ibu rumah tangga. Secara praktis, tenaga kerja terdiri
atas dua hal, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja: a) angkatan kerja
(labour force) terditi atas golongan yang bekerja dan golongan penganggur
atau sedang mencari kerja; b) kelompok yang bukan angkatan kerja terdiri atas
17
golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan
golongan lain-lain atau menerima penghasilan dari pihak lain, seperti
pensiunan .
5. Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja berbeda dengan
permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang
karena barang itu memberikan nikmat (utility) kepada si pembeli. Sementara
pengusaha mempekerjakan seseorang karena membantu memproduksikan
barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu, kenaikan
permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja tergantung dari kenaikan
permintaan masyarakat akan barang yang diproduksinya. Permintaan akan
tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand (Simanjuntak, 2001: 89).
Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh perusahan atau instansi tertentu, dimana keuntungan usaha
yang didapat akan memberikan hasil yang maksimum. Secara umum
permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh (Sumarsono,2003:32):
a. Perubahan tingkat upah
Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya
produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi tingkat upah naik
maka akan terjadi peningkatan biaya produksi perusahaan, selanjutnya
akan meningkatkan pula harga per unit produksi. Dalam jangka pendek
kenaikan upah diantisipasi perusahaan dengan mengurangi
produksinya. Turunnya target produksi mengakibatkan bekurangnya
18
tenaga kerja yang dibutuhkan. Penurunan jumlah tenaga kerja karena
turunnya skala produksi disebut dengan efek skala produksi atau scale
effect.
b. Perubahan permintaan hasil produksi oleh konsumen
Apabila permintaan akan hasil produksi perusahaan meningkat,
perusahaan cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk
maksud tersebut perusahaan akan menambah penggunaan tenaga
kerjanya.
c. Harga barang modal turun
Apabila harga barang modal turun, maka biaya produksi turun dan
tentunya mengakibatkan harga jual barang per unit ikut turun. Pada
keadaan ini perusahaan akan cenderung meningkatkan produksi karena
permintaan hasil produksi bertambah besar, akibatnya permintaan
tenaga kerja meningkat pula.
Permintaan terhadap tenaga kerja bergantung pada permintaan terhadap
output. Adanya penurunan permintaan terhadap output akan menurunkan
permintaan terhadap tenaga kerja, dan sebaliknya. Faktor yang menentukan
permintaan tenaga kerja adalah produk marjinal tenaga kerja dan harga output
(McConnell et al., 2003 : 127).
Penambahan seorang pekerja akan menambah output sebesar produk
marjinal tenaga kerja (Marginal Product of Labor = MPL). Pada pasar
persaingan sempurna, dengan tingkat harga produk setinggi PQ, maka nilai
produk marjinal tenaga kerja (Marginal Value Product of Labor = MVPL)
19
adalah harga output dikalikan produk marjinal (MVPL = PQ x MPL). Di sisi
lain, penambahan seorang pekerja membebani biaya perusahaan sebesar
tingkat upah nominal pekerja W. Apabila nilai produk marjinal tenaga kerja
(MVPL) lebih tinggi daripada tingkat upah nominal W, maka perusahaan akan
menambah jumlah pekerja, dan sebaliknya.
Penambahan jumlah pekerja diikuti dengan penurunan nilai produk
marjinal pekerja sehingga upah nominal juga mengalami penurunan. Dengan
demikian kurva permintaan tenaga kerja juga berlereng negatif. Kenaikan
upah nominal akan mengurangi jumlah tenaga kerja yang diminta, dan
sebaliknya. Pada tingkat upah nominal setinggi OWA, jumlah tenaga kerja
yang diminta sebesar OLA. Apabila upah nominal naik menjadi setinggi
OWB, jumlah tenaga kerja diminta turun menjadi OLB.
Gambar 2.1. Kurva Permintaan Tenaga Kerja Terhadap Upah
Sumber: McConnell et al, 2003: 134
6. Pasar Tenaga Kerja
Pasar tenaga kerja dipengaruhi oleh permintaan tenaga kerja dan
penawaran tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan produksi
20
barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan atau lembaga pemerintah.
Perusahaan membutuhkan faktor-faktor produksi dalam melakukan
kegiatannya. Sedangkan, penawaran tenaga kerja sumbernya adalah rumah
tangga. Rumah tangga menyediakan tenaga kerja dimana keahlian dan
kemampuan mereka tersedia untuk digunakan perusahaan atau lembaga
pemerintah dalam proses produksi.
Gambar 2.2. Kurva Pasar Tenaga Kerja Terhadap Upah
Sumber: Borjas, 2005
7. Penyerapan Tenaga Kerja
Ada perbedaan antara permintaan tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja
yang diminta atau dalam hal ini tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan
atau suatu sektor. Permintaan tenaga kerja adalah keseluruhan hubugan antara
berbagai tingkat upah dan jumlah orang yang diminta untuk dipekerjakan.
Sedangkan jumlah tenaga kerja yang diminta lebih ditunjukkan kepada
kuantitas atau banyaknya permintaan tenaga pada tingkat upah tertentu
(Sukirno, 2004: 356).
21
Penduduk yang terserap, tersebar di berbagai sektor yang
memperkerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa yang
relatif besar. Setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda.
Demikian pula dengan kemampuan setiap sektor dalam menyerap tenaga
kerja. Pertama, terdapat perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja di
masing-masing sektor. Kedua, secara berangsur-angsur terjadi perubahan
sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun kontribusinya dalam
pendapatan nasional (Simanjuntak, 2001: 97).
8. Hubungan Upah Minimum dengan Tenaga Kerja
Dalam teori ekonomi, upah dapat diartikan sebagai pembayaran atas
jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada pada
para pengusaha (Sukirno, 2004: 195). Berdasarkan UU no.13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan, pengertian dari upah adalah hak pekerja/buruh yang
diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha
atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan, termasuk tunjungan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Kenaikan upah nominal tidak akan mengubah penawaran tenaga kerja
apabila kenaikan tersebut disertai dengan kenaikan tingkat harga yang
sepadan. Orang yang merasa kaya karena kenaikan upah nominal dan
kenaikan tingkat harga yang sama dikatakan karena money illusion. Orang
yang rasional tidak akan mengalami ilusi uang, karena mereka hanya mau
22
mengubah penawaran tenaga kerja apabila terjadi perubahan dalam upah
nominal.
9. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
indikator yang amat penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian,
terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang
telah dilaksanakan suatu negara atau suatu daerah. PDRB dikatakan
mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari
tahun sebelumnya.
Kuncoro (2004: 231) menyatakan bahwa pendekatan pembangunan
tradisional lebih dimaknai sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan
pada peningkatan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) suatu provinsi,
kabupaten, atau kota. Sedangkan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari
pertumbuhan angka PDRB.
Produk domestik regional bruto menurut BPS didefinisikan sebagai
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu
wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Cara perhitungan
PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan (Tarigan, 2008: 44), yaitu:
a. Pendekatan Produksi
Pendekatan ini menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu kegiatan ekonomi di daerah tersebut dikurangi
biaya antar masing-masing total produksi bruto tiap kegiatan subsektor
23
atau sektor dalam jangka waktu tertentu. Nilai tambah merupakan
selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara yait bahan
baku/penolong dari luar yang dipakai dalam proses produksi.
b. Pendekatan Pendapatan
Pendekatan ini nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan
dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi,
yaitu upah, gaji, dan surplus usaha, penyusutan, pajak tidak langsung
neto pada sektor pemerintah dan usaha yang sifatnya tidak mencari
untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Surplus usaha meliputi
bunga yang dibayarkan neto, sewa tanah, dan keuntungan.
c. Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan ini menjumlahkan nilai penggunaan akhir dari barang dan
jasa yang diproduksi di dalam negeri. Jika dilihat dari segi penggunaan
maka total penyediaan atua produksi barang dan jasa itu digunakan
untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak
mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto
(investasi), perubahan stok, dan ekspor neto.
Menurut BPS, cara penyajian produk domestik regional bruto disusun
dalam dua bentuk, yaitu:
1) Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan
Jumlah nilai produksi atau pengeluaran atau pendapatan yang
dihitung menurut harga tetap. Dengan cara meniai kembali atau
mendefinisikan berdasarkan harga-harga pada tingkat dasar dengan
24
menggunakan indeks harga konsumen. Dari perhitungan ini
tercermin tingkat kegiatan ekonomi yang sebenarnya melalui PDRB
riilnya.
2) Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku
Jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah. Yang dimaksud nilai tambah yaitu
nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh
unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang
ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor
produksi dalam proses produksi.
10. Hubungan Upah Minimum dengan PDRB
Sukirno (2004) menjelaskan bahwa PDRB adalah merupakan nilai dari
seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam waktu satu tahun disuatu
wilayah tertentu tanpa membedakan kepemilikan faktor produksi, tapi lebih
memerlukan keberadaan faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi itu, PDRB merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi
suatu daerah. Kenaikan PDRB akan menyebabkan pendapatan daerah dari
sektor pajak dan retribusi meningkat. Hal tersebut berdampak pada
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di daerah tersebut. Penelitian data
produk domestik bruto yang digunakan berdasarkan wilayah regional
kabupaten/kota yang biasanya disebut Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Data PDRB yang digunakan adalah PDRB atas dasar harga konstan
2010 pada semua sektor industri karena penelitian ini menganalisis mengenai
25
upah minimum kabupaten/kota. Dalam penetapan upah minimum pihak
Pemerintah dan Dewan Pengupahan akan tetap mempertimbangkan faktor lain
yaitu PDRB dalam proses penetapan upah minimum kabupaten (Pratomo dan
Saputra, 2011: 269). Apabila terjadi peningkatan produktivitas tenaga kerja
yang diukur dengan output PDRB maka upah minimum selayaknya
ditingkatkan (Gaol, 2006).
Peningkatan output PDRB merupakan sebuah pertumbuhan ekonomi
bagi suatu daerah. Teori pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai
penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output
perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-
faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono 1999).
Sehingga persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari
persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam
jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan terus berlanjut. Beberapa pakar
ekonomi membedakan pengertian antara pembangunan ekonomi dengan
pertumbuhan ekonomi. Para pakar ekonomi yang membedakan kedua
pengertian tersebut mengartikan istilah pembangunan ekonomi sebagai :
a. Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat yaitu tingkat
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)/Produk Nasional Bruto
(PNB) pada suatu tahun tertentu dibagi dengan tingkat pertumbuhan
penduduk.
b. Perkembangan PDB/PNB yang terjadi dalam suatu negara dibarengi
oleh perombakan dan modernisasi struktur ekonominya. Sedangkan
26
pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari
tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perluasan struktur
ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999).
C. Kerangka Pikiran Penelitian
Penelitian tentang pengaruh tenaga kerja dan PDRB terhadap upah
minimum dapat dirumuskan model kerangka pikir sebagai berikut:
Secara umum upah merupakan hak pekerja yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang maupaun barang sebagai imbalan dari
pengusaha kepada pekerja atas suatu pekerjaan atau jasa akan dilakukan.
Besarnya upah minimum berhubungan dengan jumlah permintaan dan
penawaran tenaga kerja yang terjadi disuatu daerah, perubahan permintaan
dan penawaran tenaga kerja juga akan diikuti dengan perubahan upah
minimum suatu daerah.
Penambahan jumlah pekerja diikuti dengan penurunan nilai produk
marjinal pekerja sehingga upah nominal juga mengalami penurunan. Dengan
demikian kurva permintaan tenaga kerja juga berlereng negatif. Kenaikan
upah nominal akan mengurangi jumlah tenaga kerja yang diminta, dan
sebaliknya.
Tenaga kerja
Upah minimum
PDRB
27
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu faktor
dalam perubahan upah minimum suatu daerah, pada umumnya jika PDRB
suatu daerah meningkat, akan menyebabkan upah minimum suatu daerah juga
akan meningkat, akan tetapi hal ini tidak berlaku jika PDRB yang baik juga
diikuti dengan kenaikan harga kebutuhan pokok di suatu daerah.
Gambar 2.4. Kurva Permintaan Tenaga Kerja dan PDRB Terhadap
Tingkat Upah
Faktor yang menentukan permintaan tenaga kerja adalah produk
marjinal tenaga kerja dan harga output (McConnell et al., 2003 : 127).
Penambahan seorang pekerja akan menambah output sebesar produk marjinal
tenaga kerja (Marginal Product of Labor = MPL). Pada pasar persaingan
sempurna, dengan tingkat harga produk setinggi PQ, maka nilai produk
marjinal tenaga kerja (Marginal Value Product of Labor = MVPL) adalah
harga output dikalikan produk marjinal (MVPL = PQ x MPL). Di sisi lain,
penambahan seorang pekerja membebani biaya perusahaan sebesar tingkat
AS1
1
AS2
Sumber: McConnell et al., 2003: 134
28
upah nominal pekerja W. Apabila nilai produk marjinal tenaga kerja (MVPL)
lebih tinggi daripada tingkat upah nominal W, maka perusahaan akan
menambah jumlah pekerja, dan sebaliknya.
Output agregat yang dihasilkan di dalam suatu ekonomi (atau negara)
selanjutnya membentuk pendapatan nasional. Apabila pada periode awal (t =
0) output adalah Y, maka yang dimaksud dengan PDRB adalah apabila pada
periode berikutnya output = Y1, di mana Y1 > Y0. Melalui analisis gambar ini
bisa dilihat bahwa PDRB bisa disebabkan oleh pergeseran kurva penawaran
(AS1) sepanjang kurva permintaan.
Tingkat upah yang berlaku, menurut Adam Smith, ditentukan oleh tarik-
menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat
upah yang tinggi dan meningkat jika permintaan akan tenaga kerja (D)
tumbuh lebih cepat daripada penawaran tenaga kerja (S).
D. Hipotesis Penelitian
1. Diduga jumlah tenaga kerja berpengaruh terhadap upah minimum di
Kabupaten/Kota Jawa Barat.
2. Diduga PDRB berpengaruh terhadap upah minimum di Kabupaten/Kota
Jawa Barat.