11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja
Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang
dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar,
keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Menurut
Mangkunegara (2008:162) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja,
yaitu:
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang
diperhitungkan keamanannya.
b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
2. Pengaturan Udara
a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor,
berdebu, dan berbau tidak enak).
b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan Penerangan
a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
4. Pemakaian Peralatan Kerja
a. Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
Universitas Sumatera Utara
12
b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.
5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a. Stamina pegawai yang tidak stabil.
b. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah,
sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan
dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa
risiko bahaya.
Pendapat Dessler (2007:278) tidak jauh berbeda, kondisi tidak aman
merupakanalasan utama dari kecelakaan. Termasuk faktor-faktor seperti:
a. Peralatan yang tidak terjaga dengan baik.
b. Peralatan rusak.
c. Prosedur yang berbahaya di dalam, pada, atau di sekitar mesin atau peralatan.
d. Penyimpanan yang tidak aman-kepadatan dan kelebihan beban.
e. Penerangan yang tidak tepat-cahaya yang menyorot, tidak cukup penerangan
f. Ventilasi yang tidak baik-pertukaran udara yang tidak cukup, sumber udara
yang tidak murni.
Menurut Fathoni (2003:170) pencegahan yang harus dilakukan untuk
menghindari kecelakaaan antara lain mencakup tindakan:
a. Memperhatikan faktor-faktor keselamatan kerja.
b. Melakukan pengawasan yang teratur.
c. Melakukan tindakan koreksi terhadap kejadian, dan
Universitas Sumatera Utara
13
d. Melaksanakan program diklat keselamatan kerja dan menghindari cara
kecelakaan dan menghadapi kemungkinan timbulnya kecelakaan.
Menurut Mangkunegara (2009:160) keselamatan dan kesehatan kerja
adalah kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian
ditempat kerja. Resiko keselamatan kerja merupakan aspek-aspek dari lingkungan
kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik yang terpotong,
luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan
pendengaran.
Keselamatan kerja menurut Mondy (2009:360) adalah perlindungan
karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan
pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja
yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka
memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran.
Keselamatan kerja menurut Sugeng dalam Lambrie (2010:235) diartikan
sebagai “Bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan
yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.” Sedangkan menurut
(Swasto, 2011:107) mengemukakan bahwa ”Keselamatan kerja menyangkut
segenap proses perlindungan tenaga kerja terhadap kemungkinan adanya bahaya
yang timbul dalam lingkungan pekerjaan.”
2.1.2 Pengertian Kesehatan Kerja
Menurut Meily (2010:72), “Kesehatan kerja adalah upaya
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan
kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-tingginya.” Mencegah gangguan
Universitas Sumatera Utara
14
kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari faktor
risiko pekerjaan yang merugikan kesehatan, penempatan pemeliharaan pekerja
dalam lingkungan kerja disesuaikan dengan kapabilitas fisiologi, psikologinya,
dan disimpulkan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia
kepada pekerjaannya. . Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang
bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja (Mangkunegara, 2009:161). Resiko kesehatan merupakan factor-
faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang
ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress, emosi atau gangguan fisik.
Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna
ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan.
b. Mencengah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.
c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, sertakeserasian lingkungan kerja.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Banyak
faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungapn, perilaku, dan pelayanan
kesehatan. Keempat faktor tersebut saling berpengaruh satu sama lainnya,
bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang
optimal, maka status kesehatan akan tercapai dengan baik Sedangkan menurut
Swasto (2011:110) mengemukakan bahwa “Kesehatan kerja menyangkut
Universitas Sumatera Utara
15
kesehatan fisik dan mental.” Kesehatan mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia termasuk lingkungan kerja.
Swasto (2011:110) juga mengemukakan bahwa ada beberapa faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan kerja antara lain :
1. Kondisi Lingkungan Tempat Kerja
Kondisi ini meliputi :
a. Kondisi fisik
Berupa penerangan, suhu udara, ventilasi ruangan tempat kerja, tingkat
kebisingan, getaran mekanis, radiasi dan tekanan udara.
b. Kondisi fisiologis
Kondisi ini dapat dilihat dari konstruksi mesin/peralatan, sikap badan dan cara
kerja dalam melakukan pekerjaan, hal-hal yang dapat menimbulkan kelelahan
fisik dan bahkan dapat mengakibatkan perubahan fisik tubuh karyawan.
c. Kondisi khemis
Kondisi yang dapat dilihat dan uap gas, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda
padat.
2. Mental Psikologis
Kondisi ini meliputi hubungan kerja dalam kelompok/teman sekerja, hubungan
kerja antara bawahan dengan atasan dan sebaliknya, suasana kerja, dan lain-lain.
Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap karyawan ini
bertujuan agar tidak terjadi kecelakaan ditempat kerja atau paling tidak
mengurangi tingkat kecelakaan di tempat kerja,sehingga proses produksi dapat
berjalan dengan semestinya. Mangkuprawira (2009:75) menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
16
kesehatan dan keselamatan kerja, merupakan suatu upaya untuk menekan atau
mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada hakikatnya
tidak dapat dipisahkan antara keselamatan dan kesehatan.
Perhatian pada kesehatan karyawan dapat mengurangi terjadinya
kecelakaan dalam melaksanakan pekerjaannya, jadi antara kesehatan dan
keselamatan kerja bertalian dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan di tempat
kerja. Yuli (2005:135) Keselamatan dan kesehatan kerja, adalah suatu sistem
program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan
(preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam
lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dan tindakan antisipatif bila
terjadi hal yang demikian.Sedangkan Malthis dan Jackson (2002:245) menyatakan
bahwa Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan
fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah
merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
Keselamatan dan kesehatan kerja meruapakan suatu spesialisasi tersendiri,
karena di dalam pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundang-
undangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik.
Demikian pula keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang
mengandung banyak aspek, misalnya: hukum, ekonomi maupun sosial.
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dilakukan
secara bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga
kerja. Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas
Universitas Sumatera Utara
17
keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Perugas
keselamatan dan kesehatan kerja adalah karyawan yang mempunyai pengetahuan
atau keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dan ditunjuk oleh
pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Departemen Tenaga Kerja.
Sedangkan yang bertugas mengawasi atas ditaati atau tidak peraturan perundang-
undangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja ini menurut Husni
(2005:133) adalah:
a. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis
berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja.
b. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian
khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja.
2.1.3 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengertian program keselamatan kerja menurut Mangkunegara (2002:161)
Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Keselamatan kerja adalah
keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat
keselamatan kerja yang menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
Universitas Sumatera Utara
18
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi alat-alat perlindungan kepada para pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin , cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik
maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
13. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkatan orang, binatang, tanaman
atau barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
19
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya.
Undang – Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi pasal 86 ayat
1 Undang – Undang No.13 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap
pekerja/buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan
Banyak elemen dan faktor-faktor uang mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan kerja agar pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
dalam perusahaan dapat berjalan efektif. Berikut adalah elemen-elemen
pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja.
1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja para tenaga
kerja harus diprioritaskan atau diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga
kerja merasa ada jaminan atas pekerjaan yang mereka lakukan, baik yang
beresiko maupun tidak.
2. Pelatihan Keselamatan dan kesehatan Kerja
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang
disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan
untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja.
3. Alat Pelindung Diri (APD)
Universitas Sumatera Utara
20
Yang menjadi dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 Tentang Kewajiban Bila
Memasuki Tempat kerja yang berbunyi: “Barangsiapa akan memasuki
sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan
kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.”
Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari:
a. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang
bisa mengenai kepala secara langsung.
b. Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika
menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa
(mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain)
c. Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat
bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.
d. Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah
kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau
berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.
e. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan saat bekerja di
tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.
f. Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat
bekerja di ketinggian
g. Penutup Telinga (Ear Plug/Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung
telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
Universitas Sumatera Utara
21
h. Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung
mata ketika bekerja (misal mengelas).
i. Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup
saat bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal
berdebu, beracun, berasap, dan sebagainya).
j. Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah
dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).
k. Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat
bekerja (misal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat).
4. Beban Kerja
Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus
diselesaikan oleh unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka
waktu tertentu
5. Jam Kerja
Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah
7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk
karyawan dengan 5 hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja
mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2002:162) usaha-usaha dalam
meningkatkan keselamatan dan kesehatan keja adalah sebagai berikut:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan.
2. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja
pada lingkungan yang menggunakan peralatan yang berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
22
3. Mengatur suhu, kelembapan, kebersihan udara, penggunaan warna
ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan dan
mencegah kebisingan.
4. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.
5. Memelihara kebersihan dan ketertiban serta keserasian lingkungan kerja
6. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja pegawai.
Keselamatan dan kesehatan kerja meruapakan suatu spesialisasi tersendiri,
karena di dalam pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundang-
undangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik.
Demikian pula keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang
mengandung banyak aspek, misalnya: hukum, ekonomi maupun sosial.
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dilakukan
secara bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga
kerja. Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas
keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Perugas
keselamatan dan kesehatan kerja adalah karyawan yang mempunyai pengetahuan
atau keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dan ditunjuk oleh
pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Departemen Tenaga Kerja.
Sedangkan yang bertugas mengawasi atas ditaati atau tidak peraturan perundang-
undangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja ini menurut Husni
(2005:133) adalah:
Universitas Sumatera Utara
23
a. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis
berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja.
b. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian
khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja.
2.1.4 Tujuan dan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan utama dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sedapat
mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap
karyawan dan untuk melindungi sumber daya manusianya. Mangkunegara
(2002:98) menyatakan bahwa, tujuan kesehatan kerja adalah:
1. Meningkatkan dan memelihara derajatkesehatan tenaga kerja yang
setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial.
2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.
3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan
tenaga kerja.
4. Meningkatkan kinerja.
Dengan demikian maksuddan tujuan tersebut adalah bagaimana
melakukan suatu upaya dan tindakan pencegahan untuk memberantas penyakit
dan kecelakaan akibat kerja, bagaimanaupaya pemeliharaan serta peningkatan
kesehatan gizi, serta bagaimana mempertinggi efisiensi dan kinerja karyawan
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai denganbaik.Hasibuan (2002:89),
Universitas Sumatera Utara
24
Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus ditanamkan padadiri masing-masing
individu karyawan, dengan penyuluhan dan pembinaan yang baikagar mereka
menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan.
Apabila banyak terjadi kecelakaan, karyawan banyak yang menderita, absensi
meningkat, produksi menurun, dan biaya pengobatan semakin besar. Inisemua
akan menimbulkan kerugian bagi karyawan maupun perusahaan
bersangkutan,karena mungkin karyawan terpaksa berhenti bekerja sebab cacat dan
perusahaan kehilangan karyawannya.
Rivai (2009:29) Perusahaan dapat melaksanakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dengan baik, maka perusahaan akan mendapat manfaat-manfaat
menjalankan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu:
1. Meningkatkan kinerja karyawan sehingga menurunnya jumlah hari kerja
yang hilang.
2. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi kerja yang telah ditetapkan
olehperusahaan.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung lebih rendah karena
menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
meningkatnya partisipasi dan rasa memiliki,
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan,dan
7. Meningkatkan keuntungannya secara substansial.
Universitas Sumatera Utara
25
Tujuan dan manfaat dari kesehatan dan keselamatan kerja ini tidak dapat
terwujud dan dirasakan manfaatnya, jika hanya bertopang pada peran tenaga kerja
saja tetapi juga perlu peran dari pimpinan.
2.1.5Alasan Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Sunyoto (2012:242) ada tiga alasan pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja:
1. Berdasarkan Perikemanusiaan
Pertama-tama para manajer mengadakan pencegahan kecelakaan atas
dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian
untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit, dan pekerja yang
menderita luka serta keluarganya sering diberi penjelasan mengenai akibat
kecelakaan.
2. Berdasarkan undang-undang
Karena pada saat ini di Amerika terdapat undang-undang federal, undang-
undang negara bagian dan undang-undang kota praja tentang keselamatan
dan kesehatan kerja dan bagi mereka yang melanggar dijatuhkan denda.
3. Ekonomis
Yaitu agar perusahaan menjadi sadar akan keselamatan kerja karena biaya
kecelakaan dapat berjumlah sangat besar bagi perusahaan.
2.1.6 Undang-Undang Tentang K3
Undang - Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003, paragraf 5:
Keselamatan dan Keselamatan Kerja,
Universitas Sumatera Utara
26
Pasal 86
1. Setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk perlindungan atas:
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan, dan
c. Perilakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai agama
2. Untuk melindungi keselamatan pekerja atau buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja
3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 87
1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atur dalam
peraturan pemerintah.
Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1970, Bab IX kewajiban bila
memasuki tempat kerja.
Universitas Sumatera Utara
27
Pasal 13
Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua
petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan.
2.2 Motivasi
2.2.1 Pengertiam Motivasi
Pada dasarnya manusia mau melakukan sesuatu karena adanya suatu
dorongan baik dari dalam dirinya ataupun dari luar untuk memenuhi
kebutuhannya. Peran karyawan yang memiliki motivasi tinggi dan didukung
ketrampilan dan pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaan sangat diperlukan.
Hal ini berarti bahwa salah satu faktor penentu tingkat keberhasilan perusahaan
adalah motivasi karyawan.
Menurut Sholehuddin (2008:6), “Motivasi merupakan keadaan dalam diri
individu atau organisasi yang mendorong perilaku ke arah tujuan.” Robbins
(2003:214) menyatakan “Motivasi sebagai proses yang berperan pada intensitas,
arah, dan lamanya berlangsung upaya individu ke arah pencapaian tujuan.”
Sementara itu menurut Rivai (2004:455), “Motivasi adalah serangkaian sikap dan
nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai
dengan tujuan individu.” Menurut Ranupandojo dan Husnan (2002:197), “Motivasi
kerja merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan
sesuatu yang kita inginkan.” Motivasi (motivation) berasal dari kata motif (motive)
yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu.
Motivasiterbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi
kerja di perusahaan (situation). Di dalam perusahaan motivasi berperan sangat
Universitas Sumatera Utara
28
penting dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan. Tujuan
dalam memberikan motivasi kerja terhadap karyawan agar karyawan dapat
melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Dengan demikian berarti juga
mampu memelihara dan meningkatkan moral, semangat dan gairah kerja,
karena dirasakan sebagai pekerjaan yang menantang.
Menurut Arep dan Tanjung (2003:12)motivasi adalah sesuatu yang pokok,
yang menjadi dorongan seseorang untuk berkerja. Hasibuan (2005:95)
menyatakan bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Sedangkan
menurut Siagian (2005:143) motivasi adalah suatu keberhasilan, dalam
mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga
keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus akan sekaligus tercapai.
Dari definisi motivasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi
adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan
pada tujuan untuk memperoleh kepuasan dari apa yang dibutuhkannya.
Dalam memotivasi karyawan, manajer harus mengetahui motif dan motivasi yang
diinginkan karyawan sehingga karyawan mau bekerja ikhlas demi tercapainya
tujuan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
29
2.2.2 Jenis-Jenis Motivasi
Menurut Hasibuan (2005:149) ada dua jenis motivasi, yaitu:
1. Motivasi Positif
2. Pimpinan memotivasi (merangsang) karyawan dengan memberikan hadiah
kepada para karyawan yang berprestasi di atas prestasi standar. Dengan
motivasi positif, semangat kerja karyawanakan meningkat karena umumnya
manusia senang menerima hal yang baik-baik saja.
3. Motivasi Negatif
Pimpinan memotivasi para karyawan dengan memberikan suatu hukuman
bagi karyawan yang prestasi kerjanya di bawah standar. Dengan motivasi
negatif ini, semangat karyawan dalam jangka waktu pendek akan meningkat
dikarenakan karyawan takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang
dapat berakibat kurang baik.
Dalam prakteknya, kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh
suatu perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang supaya dapat
meningkatkan semangat dan produktivitas kerja karyawan.Motivasi positif efektif
untuk jangka waktu panjangsedangkan motivasi negatif efektif untuk jangka
waktu pendek.
2.2.3 Metode Motivasi
Menurut Hasibuan (2005:48) ada dua metode motivasi, yaitu:
1. Motivasi Langsung
Motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan secara langsung
kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta
Universitas Sumatera Utara
30
kepuasannya. Misalnya : pemberian pujian, penghargaan, tunjangan hari
raya, bonus, dan tanda jasa.
2. Motivasi Tidak Langsung
Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya berupa
fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang kelancaran tugas sehingga
para karyawan betah dan bersemangat dalam melaksanakan
tugas/pekerjaannya. Misalnya : kursi yang empuk, mesin-mesin yang
baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman serta penempatan kerja yang
tepat.
2.2.4 Alat-Alat Motivasi
Alat-alat motivasi (daya perangsang) yang diberikan kepada karyawan
dapat berupa material incentive dan nonmaterial incentive (Hasibuan, 2005:48) :
1. Material Incentive
Material incentive adalah motivasi yang bersifat materiil sebagai imbalan atas
prestasi kerja karyawan.Yang termasuk dalam material incentive adalah yang
berbentuk uang dan barang-barang.
2. Nonmaterial Incentive
Nonmaterial Incentive adalah motivasi yang tidak berbentuk materiil.
Yang termasuk dalamnonmaterial incentive adalah perlakuan yang wajar,
penempatan kerja yang tepat, dan hal lain yang sejenis.
Universitas Sumatera Utara
31
2.2.5 Asas-Asas Motivasi
Menurut Hasibuan (2005:145), asas-asas motivasi mencakup dalam
lima bagian yaitu : asas mengikutsertakan, asas komunikasi, asas pengakuan,
asas wewenang yang didelegasikan, dan asas perhatian timbal balik.
1. Asas Mengikutsertakan
Asas mengikutsertakan maksudnya adalah mengajak karyawan untuk ikut
berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada karyawan mengajukan ide,
kritikan, dan rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan cara
ini, karyawan merasa ikut bertanggungjawab atas pencapaian tujuan
perusahaan sehingga moral dan kegairahan kerja karyawan semakin
meningkat.
2. Asas Komunikasi
Asas komunikasi maksudnya adalah menginformasikan secara jelas
tentang tujuan yang ingin dicapai, cara pelaksanaannya dan kendala yang
dihadapi. Dengan asas komunikasi, motivasi karyawanakan meningkat. Sebab
semakin banyak seseorang mengetahui suatu, semakin besar pula minat
dan perhatiannya terhadap soal tersebut.
3. Asas Pengakuan
Asas pengakuan maksudnya adalah memberikan penghargaan yang tepat dan
wajar kepada karyawan atas prestasi kerja yang telah dicapainya.
Karyawanakan semakin rajin dan lebih bekerja keras, jika usaha-usaha
yang telah mereka laksanakan diberi penghargaan sehingga para
karyawan merasa sebagai bagian penting dalam perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
32
4. Asas Wewenang yang Didelegasikan
Yang dimaksud dengan asas wewenang yang didelegasikan adalah
mendelegasikan sebagian wewenang serta kebebasan untuk mengambil
keputusan dan berkreatifitas. Dalam pendelegasian wewenang ini, pihak
pimpinan/manajer harus meyakinkan bawahannya mampu dan dipercaya dapat
menyelesaikan tugas-tugas dengan baik.
5. Asas Perhatian Timbal Balik
Asas perhatian timbal balik ini adalah memotivasi bawahan dengan
mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan di samping berusaha
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan karyawan. Misalnya,
pimpinan meminta supaya karyawan meningkatkan prestasi kerjanya sehingga
perusahaan memperoleh laba yang banyak. Apabila laba semakin banyak,
maka balas jasa mereka akan dinaikkan.
2.2.6 Teori Motivasi
Motivasi dapat dikatakan sebagai hal yang sulit, sebab untuk mengamati
dan mengukur motivasi setiap karyawan belum ada kriterianya, karena motivasi
setiap karyawan berbeda satu sama lain. Menurut Arep dan Tanjung (2003:222-
230) teori-teori motivasi dikelompokkan atas :
1. Teori Kebutuhan Maslow
Salah satu teori motivasi yang paling banyak dijadikan acuan yaitu teori
"Hirarki Kebutuhan" yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Maslow
memandang kebutuhan manusia berdasarkan suatu hirarki kebutuhan dari
kebutuhan yang paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
33
pokok manusia yang diidentifikasi Maslow dalam urutan kadar pentingnya
adalah sebagai berikut:
Sumber : Arep dan Tanjung (2003:26)
Gambar 2.1 Tingkatan Kebutuhan Menurut Maslow
a. Kebutuhan fisik (Basic Needs) yang merupakan kebutuhan pertama dan
utama yang wajib dipenuhi oleh setiap individu. Yang terdiri dari sandang,
pangan, papan dan kesejahteraan individu.
b. Kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs) dimana setelah kebutuhan
pertama (kebutuhan fisik) terpenuhi, timbul perasaan perlunya pemenuhan
kebutuhan keamanan. Misalnya, jika dikaitkan dengan pekerjaan maka
kebutuhan akan keamanan sewaktu bekerja, perasaan aman yang
menyangkut masa depan karyawan.
c. Kebutuhan Sosial (Social Needs). Yang termasuk kedalam kebutuhan ini
yaitu kebutuhan akan perasaan diterima dimana ia bekerja, kebutuhan akan
perasaan dihormati, kebutuhan untuk bisa berprestasi dan kebutuhan untuk
bisa ikut serta.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan Sosial
Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan Fisik
Universitas Sumatera Utara
34
d. Kebutuhan penghargaan (Esteem Needs). Yang termasuk dalam
kebutuhan ini antara lainkebutuhan akan status, pengakuan, apresiasi
terhadap dirinya dan respek/tanggapan yang diberikan oleh pihak lain.
Untuk memenuhi kebutuhan ini,seseorang akan berusaha melakukan
pekerjaan/kegiatan yang memungkinkan ia mendapatkan
penghormatan/penghargaan dari orang lain.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization Needs). Kebutuhan
aktualisasi merupakan kebutuhan puncak. Bentuk khusus kebutuhan ini
akan berbeda-beda setiap individu. Misalnya, pemenuhan kebutuhan
aktualisasi diri antara lain membesarkan anak-anak dengan baik dan
memiliki pendidikan tinggi, berhasil mengatur sebuah perusahaan dengan
tercapainya tujuan organisasi/perusahaan, atau dipilih menjadi pejabat
tinggi.
2. Teori Motivasi Mc Cleland
Teori ini lebih dikenal dengan Mc Cleland’s Archievement
Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi Mc Cleland yang
merupakan pengembangan dari Teori Kebutuhan Maslow. Dalam Teori
Motivasi Berprestasi Mc Cleland ada tiga kebutuhan yang paling penting, yaitu :
a. Kebutuhan akan prestasi (needs for achievement)
Artinya adanya keinginan untuk mencapai tujuan yang lebih baik daripada
yang sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
35
b. Kebutuhan akan kekuasaan (needs for power)
Artinya adanya kebutuhan untuk berkuasa/mendapatkan kedudukan yang
lebih baik.
c. Kebutuhan akan afiliasi (needs for affiliation)
Artinya adanya kebutuhan untuk berinteraksi/bersosialisasi dengan
orang/pihak lain.
3. Teori Dua Faktor Herzberg
Teori Herzberg ini lebih dikenal dengan istilah Two-Factor View. Di
dalam teori ini terdapat dua faktor, yaitu Motivator (kepuasan kerja atau
perasaan positif) dan Hygiene (ketidakpuasan kerja atau perasaan negatif) yang
dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Hygiene Factors, yang meliputi gaji, kehidupan pribadi, kualitas
supervisi, kondisi kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi,
kebijaksanaan dan administrasi perusahaan (eksternal).
b. Motivator Factors, yang dikaitkan dengan isi pekerjaan mencakup
keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan dan
pertumbuhan dalam pekerjaan (internal).
4. Teori Kebutuhan ERG Alderfer
Teori ERG Alderfer (Existence, Relatedness, Growth) adalah teori
motivasi yang dikemukakan oleh Clayton P. Alderfer. Teori Alderfer menemukan
adanya 3 kebutuhan pokok manusia, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
36
a. Existence Needs (Kebutuhan Keadaan) yaitu kebutuhan-kebutuhan
akan eksistensi(tetap bisa hidup sesuai dengan tingkat kebutuhan rendah)
yang meliputi kebutuhan fisiologis dan kebutuhan material.
b. Relatedness Needs (Kebutuhan Berhubungan), yaitu kebutuhan-
kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
c. Growth Needs (Kebutuhan Pertumbuhan) Yaitu kebutuhan-kebutuhan
akan pertumbuhan. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan untuk
tumbuh sebagai manusia yang kuat, dan memanfaatkan kemampuan-
kemampuan pribadi untuk mencapai potensi/keunggulan yang maksimal.
5. Teori Motivasi Ekspektansi
Teori harapan menyatakan bahwa motivasi kerja dideterminasi oleh
keyakinan-keyakinan individual sehubungan dengan hubungan upaya kinerja,
dan di dambakannya berbagai macam hasil kerja, yang berkaitan dengan
tingkat kinerja yang berbeda-beda sehingga dapat dikatakan bahwa teori tersebut
berlandaskan logika.
Menurut Hasibuan (2003:23) berpendapat bahwa kekuatan yang
memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya
tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan
butuhkan dari hasil pekerjaan itu. Berapa besar ia yakin perusahaan akan
memberikan pemuasan bagi keinginannya sebagai imbalan atas usaha yang
dilakukannya. Teori harapan terdiri atas :
Universitas Sumatera Utara
37
a. Harapan (Expectancy)
Adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku.
Harapan positif menunjukkan kepastian bahwa hasil tertentu akan
munculmengikuti suatu tindakan atau perilaku yang telah dilakukan.
Harapan ini dinyatakan dalam kemungkinan (probabilitas).
b. Nilai (Valency)
Adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai/martabat tertentu
(daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu bersangkutan.
c. Pertautan (Instrumentality)
Adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan
dihubungkan dengan hasil tingkat kedua.
d. Motivasi (Motivation)
Adalah menilai besarnya dan arahnya semua kekuatan yang
mempengaruhi perilaku individu. Tindakan yang didorong oleh kekuatan
yang paling besar adalah tindakan yang paling mungkin dilakukan.
e. Kemampuan (Ability)
Adalah menunjukkan potensi orang untuk melaksanakan pekerjaan;
kemampuan ini mungkin dimanfaatkan sepenuhnya atau mungkin juga
tidak. Kemampuan ini berhubungan erat dengan totalitas daya pikir dan
daya fisik yang dimiliki sesorang untuk melaksanakan pekerjaan.
Dengan demikian bahwa kemampuan setiap orang belum tentu dapat
mengerjakan setiap pekerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
38
2.3 Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Motivasi Kerja
Mangkunegara menyatakan (2002:162), “Selain bertujuan untuk
menghindari kecelakaan dalam proses produksi perusahaan, keselamatan dan
kesehatan kerja juga bertujuan untuk meningkatkan kegairahan, keserasian kerja
dan pertisipasi kerja karyawan”. Dengan meningkatnya kegairahan, keserasian
kerja dan pertisipasi kerja karyawan maka dapat dipastikan motivasi kerja
karyawan dapat meningkat. Berdasarkan uraian yang telah ditetapkan sebelumnya
dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berkontribusi terhadap
motivasi kerja karyawan.
Siagian (2002:263) bahwa “Pentingnya pemeliharaan kesehatan dan
kebugaran para anggota organisasi sudah diakui secara luas di kalangan manajer
karena para karyawan yang sehat dan bugar, dalam arti fisik maupun dalam
artimental psikologi, akan mampu menampilkan kinerja yang prima, produktifitas
yang tinggi dan tingkat kemangkiran yang rendah.” Adanya program kesehatan
yang baik dan memenuhi syarat akan menguntungkan pegawai secara material,
karena pegawai jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih
menyenangkan, sehingga secara keseluruhan akan mampu bekerja lebih lama,
lebih produktif.Dengan adanya keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan
oleh perusahaan maka diharapkan motivasi kerja dari karyawan dapat berjalan
sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
39
2.4 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Judul Hasil 1. Marlina
Simbolon (2013)
Pengaruh Komunikasidan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Di Dinas Perkebunan Jawa Barat
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara parsial, komunikasi memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap motivasi kerja pegawai. Begitu halnya dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang berpengaruh signifikan dan positif dalam meningkatkan motivasi kerja pegawai. Secara simultan kedua variabel bebas tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja karyawan. Sedangkan kemampuan kedua variabel independen secara simultan dalam menjelaskan variasi perubahan motivasi kerja pegawai sebesar 41,8%% dan sisanya sebesar 58,2% ditentukan oleh faktor-faktor lain diluar penelitian. Secara parsial keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai peran atau kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan komunikasi terhadap motivasi kerja pegawai Dinas Perkebunan Jawa Barat.
2. Ria Nur Aisyah (2013)
Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Motivasi Kerja Karyawan(Studi pada Karyawan Bagian Instalation dan Maintenance PT. Berca Schindler Lifts Surabaya)
Berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai mean variabel Keselamatan Kerja sebesar 4,22, variabel Kesehatan Kerja sebesar 4,25 dan variabel Motivasi Kerja Karyawan sebesar 4,13 yang berarti bahwa variabel Keselamatan Kerja, variabel Kesehatan Kerja dan variabel Motivasi Kerja Karyawan di PT. Berca Schindler Lifts Surabaya sudah dikatakan baik
3. Liera Mutia Winarji (2009)
Pengaruh Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Bagian TeknikPada PT PLN (Persero) Cabang
Hasil analisis data menunjukkan besarnya pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan (K3) terhadap motivasi kerja karyawan (R2) sebesar 51,7%. Dan korelasi yang kuat antara program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap motivasi kerja karyawan dengan taraf korelasi (R) sebesar
Universitas Sumatera Utara
40
Tanjung KarangBandarlampung
71,9%. Hasil regresi menunjukkan Y = 8,128 + 0,644 X. Hal ini menunjukkan bila ada kenaikan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebesar 1% maka motivasi kerja karyawan akan meningkat sebesar 64,4%.
2.5 Kerangka Konseptual
Menurut Gomes (2003:161) keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi
yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja,
terdiri atas: mengganti alat atau sarana yang berbahaya, pemakaian alat pelindung
perorangan, petunjuk dan peringatan ditempat kerja, dan pelatihan serta
pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja. Sementara kesehatan kerja
menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau
rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja, terdiri dari mengatur suhu,
kelembaban, kebersihan udara, penggunanaan warna ruangan kerja, penerangan
yang cukup terang dan menyejukkan, mencegah kebisingan, mencengah dan
memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit, dan memelihara kebersihan
dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.
Hasibuan (2005:95) menyatakan motivasi adalah pemberian daya
penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau
bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk
mencapai kepuasan. Dalam memotivasi karyawan, manajer harus mengetahui
motif dan motivasi yang diinginkan karyawan sehingga karyawan mau bekerja
ikhlas demi tercapainya tujuan perusahaan.Berdasarkan uraian tersebut maka
dibuat kerangka konseptualnya yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:
Universitas Sumatera Utara
41
Sumber : Gomes (2003) dan Hasibuan (2005), (Data Diolah)
Gambar 2.2Kerangka Konseptual 2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dari tinjauan teoritis yang
mencerminkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti dan merumuskan
hipotesis yang berbentuk alur yang dilengkapi dengan penjelasan
kualitatif.Berdasarkan kerangka konseptual, peneliti merumuskan hipotesis
sebagai berikut: “Keselamatan kerja dan kesehatan kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap motivasi karyawan pada bagian pengolahanPTPN III (Persero)
PKS Rambutan Tebing Tinggi”.
Keselamatan Kerja (X1)
Kesehatan Kerja (X2)
Motivasi (Y)
Universitas Sumatera Utara