BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang berada dibawah
pengawasan dan dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan utama yakni membantu
perguruan tinggi mencapai tujuannya. Kemudian perpustakaan perguruan tinggi tersebut
disebut dengan perpustakaan akademik.
Menurut Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:3) yang di maksud dengan
perguruan tinggi adalah universitas, institute, sekolah tinggi, akademi, politeknik, dan
perguruan tinggi lain yang sederajat.
Sedangkan menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000:5), “Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademik, perpustakaan sekolah tinggi”.
Selain pendapat diatas Hasugian (2000:79), “Perpustakaan perguruan tinggi adalah sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang dibangun, diadministrasikan dan didanai oleh sebuah universitas untuk memenuhi kebutuhan informasi, penelitian dan kurikulum dari mahasiswa, fakultas dan stafnya”.
Menurut Sulistyo-Basuki (1993-51) dalam Pengantar Ilmu Perpustakaan menyatakan bahwa ”Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya”.
Universitas Sumatera Utara
Perpustakaan Perguruan Tinggi memiliki tugas-tugas yang khas yang meliputi:
a. Memenuhi kebutuhan informasi masyarakat Perguruan Tinggi yang lazimnya mencakup staf pengajar, mahasiswa dan staf administrasi Perguruan Tinggi.
b. Menyediakan bahan rujukan atau referensi pada semua tingkat akademis, mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga mahasiswa program pasca sarjana.
c. Menyediakan jas apeminjaman yang tepat, guna bagi berbagai pemakai serta menyediakan ruang belajar bagi pemakai perpustakaan.
d. Menyediakan jas ainformasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan Perguruan Tinggi, tetapi juga lembaga industri lokal yang ada di sekitar Perguruan Tinggi tersebut. Keberadaan perpustakaan perguruan tinggi, adalah merupakan pelaksanaan Tri
Dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Mahasiswa datang ke perpustakaan pada dasarnya untuk membaca literatur
bagi perkuliahannya. Tidak hanya itu, mereka juga ingin mendapatkan informasi yang
lebih untuk keperluan riset Disinilah letak tanggungjawab perpustakaan untuk
menyediakan informasi yang diperlukannya, sehingga dengan koleksi itu akan nampak
efektifitas perpustakaan. Perpustakaan akan gagal dalam membawakan misinya, apabila
koleksinya tak mencukupi sehingga mahasiswa tidak menemukan apa-apa di
perpustakaan.
Lain halnya dengan staf pengajar, mereka datang ke perpustakaan untuk keperluan
mencari informasi yang up-to-date bagi perkuliahan yang mereka berikan, ataupun untuk
keperluan riset. Membangun sebuah perpustakaan untuk riset sangat mahal, karena
tentunya para pengajar menginginkan jumlah koleksi yang besar.
Perpustakaan yang termasuk ke dalam jenis perpustakaan perguruan tinggi adalah
perpustakaan jurusan, fakultas, universitas, institute, maupun sekolah tinggi, misalnya
lembaga penelitian dan lembaga pengabdian masyarakat, juga dimasukkan ke dalam
kelompok perpustakaan perguruan tinggi
Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Menurut Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 27) sebagai unsur
penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan misinya, perpustakaan perguruan
tinggi memiliki berbagai fungsi yaitu:
1. FungsiEdukasi Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, dan oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran dalam setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
2. Fungsi Informasi Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah di akses oleh pencari
3. Fungsi Riset Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi yang mutlak, dikarenakan pengaplikasiannya dipakai untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang
4. Fungsi Rekreasi Perpustakaan harus menyediakan koleksi yang bersifat rekreatif yang berarti untuk membangun dan mengembangkan kreativitas , minat, dan daya inovasi pengguna perpustakaan.
5. Fungsi Publikasi Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non akademika.
6. Fungsi Deposit Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.
7. Fungsi Interprestasi Perpustakaan ini sudah seharusnya memiliki kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi
Secara umum tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah menyusun kebijakan
dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan, mengolah, dan merawat pustaka serta
mendayagunakannya baik bagi civitas academica maupun masyarakat luar kampus.
Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:3), tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah :
1. Mengembangkan koleksi
2. Mengolah dan merawat bahan perpustakaan
3. Memberi layanan
4. Melaksanakan administrasi perpustakaan. Menurut Yuven (2010), tugas perpustakaan perguruan tinggi dapat dirinci sebagai
berikut: 1. Mengikuti perkembangan kurikulum serta perkuliahan dan menyediakan bahan-
bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran atau proses pembelajaran 2. Menyediakan pustaka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam
rangka studi 3. Mengikuti perkembangan mengenai program-program penelitian yang
diselenggarakan di lingkungan perguruan tinggi induknya dan berusaha menyediakan literatur ilmiah dan bahan lain yang diperlukan bagi peneliti.
4. Memutakhirkan koleksi dengan mengikuti terbitan-terbitan yang baru baik berupa tercetak maupun tidak tercetak
5. Menyediakan fasilitas, yang memungkinkan pengguna mengakses perpustakaan lain maupun pangkalan-pangkalan data melalui jaringan lokal (intranet) maupun global (internet) dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi yang diperlukan.
Menurut Sjahrial Pamuntjak (2000:5) menyatakan “tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk melayani keperluan mahasiswa dari tingkat persiapan sampai pada mahasiswa yang sedang menghadapi ujian sarjana dan menyusun skripsi, para staf dalam persiapan bahan perkuliahan serta para peneliti yang bergabung dalam perguruan tinggi yang bersangkutan”.
2.1.3 Tujuan Perpustakaan Tinggi
Menurut Sulistyo-Basuki (1993:51) dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan,
secara umum tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah:
a. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya stsf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga administrasi perguruan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
b. Menyediakan bahan pustaka rujukan (referens) pada semua tingkat akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa program pasca sarjana dan pengajar.
c. Menyediakan ruangan belajar untuk pemakai perpustakaan. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai. d. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pa lingkungan
perguruan tinggi tetapi juga lembaga industrial lokal.
Menurut Yuven (2010), menyatakan tugas perpustakaan perguuan tinggi dapat dirinci sebagai berikut:
1. Mengikuti perkembangan kurikulum serta perkuliahan dan menyediakan bahan bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran atau proses pembelajaran
2. Menyediakan pustaka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tugas dalam rangka studi
3. Mengikuti pekembangan mengenai progrram-progam penelitian yang diselenggarakan di lingkungan perguruan tinggi induknya dan berusaha menyediakan literatur ilmiah dan bahan lain yang diperlukan bagi peneliti.
4. Memutakhirkan koleksi dengan mengikuti tebitan-terbitan yang baru baik berupa tercetak maupun tidak tercetak.
5. Menyediakan fasilitas yang memungkinkan pengguna mengakses perpustakaan lain maupun pangkalan-pangkalan data melalui jaringan lokal (intranet) maupun global (internet) dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi yang diperlukan.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi harus
mampu memenuhi keperluan informasi bagi pengguna, menyediakan bahan pustaka yang
universal pada semua tingkat akademis, ruang belajar untuk pengguna serta pelayanan
yang cepat dan tepat.
2.2 Koleksi Perpustakaan
Salah satu unsur pokok perpustakaan adalah koleksi, karena pelayanan tidak dapat
dilaksanakan secara maksimal apabila tidak didukung oleh adanya koleksi yang memadai.
Koleksi bahan pustaka haruslah relevan dengan kebutuhan setiap program studi dari
perguruan tinggi tersebut. demi terwujudnya pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Untuk memberikan pelayanan informasi dalam rangka mencapai tujuan perpustakaan
perguruan tinggi, Perpustakaan harus berusaha untuk menyediakan berbagai informasi dan
bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan perguruan tinggi dimana
perpustakaan berada.
Universitas Sumatera Utara
Suatu perguruan tinggi menyediakan informasi dan koleksi-koleksinya dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi dan pengetahuan ilmiah
lainya, untuk mendukung seluruh kegiatan sivitas akademi masyarakat perguruan tinggi
tersebut.
2.2.1 Pengertian Koleksi
Darmono (2001: 60) “Koleksi adalah sekumpulan rekaman informasi dalam
berbagai bentuk tercetak (buku, majalah, surat kabar) dan bentuk tidak tercetak (bentuk
mikro, bahan audio visual, peta)”.
2.2.2 Fungsi Koleksi
Koleksi yang dimiliki perpustakaan memiliki fungsi sebagaimana yang
dinyatakan dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 30) bahwa
fungsi koleksi adalah:
1. Fungsi pendidikan Untuk Menunjang program pendidikan dan pengajaran, perpustakaan mengadakan bahan pustaka yang sesuai atau relevan dengan jenis dan tingkat program yang ada.
2. Fungsi penelitian Untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi, perpustakaan menyediakan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan mutakhir.
3. Fungsi referensi Fungsi ini melengkapi fungsi yang di atas dengan menyediakan bahan bahan
referensi diberbagai bidang dan alat-alat bibliografis yang diperlukan untuk menelusur informasi.
4. Fungsi umum Perpustakaan perguruan tinggi juga merupakan pusat informasi bagi masyarakat di sekitarnya, fungsi ini berhubungan dengan program pengabdian masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia yang lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan mempunyai
fungsi pendidikan, penelitian, referensi dan umum. Maka jelaslah bahwa koleksi
perpustakaan adalah unsur pokok perpustakaan yang harus dibina secara teratur dan
terencana.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Bentuk-Bentuk Koleksi
Menurut Massofa (2008), beberapa jenis bahan pustaka yang tercakup dalam koleksi perpustakaan yaitu (1) karya cetak, (2) karya noncetak; (3) bentuk mikro; dan (4) karya dalam bentuk elektronik. 1. Karya Cetak
Karya cetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak,
seperti:
a. Buku
Buku adalah bahan pustaka yang merupakan suatu kesatuan utuh dan yang paling
utama terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar UNESCO tebal
buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku.
Dalam buku perpustakaan sebagai ilmu (2009), menyatakan ciri-ciri buku adalah
sebagai berikut:
1) Isinya membahas satu permasalahan pokok, kalaupun terdiri dari beberapa
makalah (misalnya dalam prosiding seminar) maka semua makalah berhubungan
dengan tema pokok dari seminar tersebut
2) Berjilid
3) Mempunyai halaman judul
4) Terdapat daftar isi
5) Teks yang dibagi dalam bab-bab
6) Terdapat lembar pendahuluan dan/atau kata pengantar
7) Terbit dalam satu jilid atau beberapa volume dengan bentuk jilid sama
8) Umumnya memiliki ISBN (International Standard Book Number).
b. Terbitan berseri
Dalam buku perpustakaan sebagai ilmu (2009), menyatakan contoh-contoh
terbitan berseri adalah:
1) Majalah, magazin, buletin, warta, journal, newsletter, warkat warta,
risalah
2) laporan tahunan, bulanan, mingguan
3) Buku tahunan, yearbook
4) Serial
5) Seri monograf, monograf berseri
Universitas Sumatera Utara
Ciri-Ciri terbitan berseri adalah sebagai berikut:
a) Memiliki judul seri, yang selalu sama pada setiap nomor penerbitan
b) -Publikasi yang diterbitkan secara berturut-turut, bernomor, bervolume,
c) Umumnya berjangka waktu terbit (frekuensi) tertentu
d) Isinya terdiri dari artikel-artikel, ada pula yang berartikel tunggal
e) Terdapat halaman editor/redaksi
f) Daftar isi merupakan daftar artikel yang dimuat.
2. Karya Noncetak
Menurut Siregar (1999), menyatakan karya noncetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan tidak dalam bentuk cetak seperti buku atau majalah, melainkan dalam bentuk lain seperti rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar dan sebagainya. Istilah lain yang dipakai untuk bahan pustaka ini adalah bahan non buku, ataupun bahan pandang dengar. Karya noncetak terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Rekaman suara
Yaitu bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam. Sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah buku pelajaran bahasa inggris yang dikombinasikan dengan pita kaset.
b. Gambar hidup dan rekaman video Gambar hidup dan rekaman suara terdiri dari film dan kaset video. Kegunaannya selain bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan. Misalnya untuk pendidikan pemakai, dalam hal ini bagaimana cara menggunakan perpustakaan.
c. Bahan Grafika Ada dua tipe bahan grafika yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung (misalnya lukisan, bagan, foto, gambar, teknik dan sebagainya) dan yang harus dilihat dengan bantuan alat (misalnya slide, transparansi, dan filmstrip.
3. Bentuk Mikro
Menurut Siregar (1999), menyatakan bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan microreder. Bahan pustaka ini digolongkan tersendiri, tidak dimasukkan bahan noncetak. Hal ini disebabkan informasi yang tercakup di dalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebagainya. Ada tiga macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi perpustakaan yaitu: a. Mikrofilm, bentuk mikro dalam gulungan film. Ada beberapa ukuran film yaitu 16
mm, dan 35 mm. b. Mikrofis, bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm x 148 mm
(standar) dan 75 mm x 125 mm. c. Microopaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak kedalam kertas yang
mengkilat tidak tembus cahaya ukuran sebesar mikrofis.
Universitas Sumatera Utara
4. Karya Dalam Bentuk Elektronik
Dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan ke dalam
media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya
diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD-ROM player, dan sebagainya.
Karya dalam bentuk elektronik ini biasanya disebut dengan bahan pandang dengar (audio
visual) juga merupakan koleksi perpustakaan. Bahan pandang dengan merupakan koleksi
perpustakaan. Bahan pandang dengan memuat informasi yang dapat ditangkap secara
bersamaan oleh indra mata dan telinga. Oleh sebab itu bahan pandang dengar merupakan
media pembawa pesan yang sangat kuat untuk bisa ditangkap oleh manusia.
Sedangkan menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 38)
menyatakan bahwa yang termasuk ke dalam koleksi perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut 1. Buku teks, baik untuk mahasiswa maupun dosen, baik yang diwajibkan maupun yang
dianjurkan untuk mata kuliah tertentu. 2. Buku referensi, termasuk buku referensi umum, referensi bidang studi kasus, alat-alat
bibliografi seperti indeks, abstrak, laporan tahunan, kamus, ensiklopedia, katalog, dan lain-lain..
3. Pengembangan ilmu, yang melengkapi dan memperkaya pengetahuan pemakai selain dari bidang studi dasar.
4. Penerbitan berkala seperti majalah, surat kabar dan lain-lain. 5. Penerbitan perguruan tinggi, baik perguruan tinggi dimana perpustakaan bernaung,
maupun penerbitan perguruan tinggi lainya. 6. Penerbitan pemerintah, terutama penerbitan resmi, baik yang bersifat umum maupun
yang menyangkut kebutuhan khusus perguruan tinggi yang bersangkutan. 7. Koleksi khusus, yang berhubungan dengan minat khusus perpustakaan, seperti koleksi
tentang kebudayaan tertentu, subjek tertentu, dan sebagainya. 8. Koleksi bukan buku yang berupa koleksi audio visual (film, tape, kaset, video tape,
piringan hitam, dan sebagainya).
2.3 Pengembangan Koleksi
Secara definitif pengertian pengembangan koleksi perpustakaan mencakup semua
kegiatan untuk memperluas koleksi yang ada di perpustakaan, terutama untuk kegiatan
yang berkaitan dengan pemilihan dan evaluasi bahan pustaka. Kegiatan ini meliputi
berbagai aktivitas seperti penyusunan kebijaksanaan, penetapan prosedur seleksi,
pengadaan koleksi, serta evaluasi. Kegiatan ini biasanya tertuang dalam program
Universitas Sumatera Utara
pengembangan koleksi yang isinya berbeda-beda antara satu perpustakaan dengan
perpustakaan lainnya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
kebijaksanaan pendanaan, suasana dan lingkungan pendidikan, keadaan pennerbitan,
kebiasaan pemakai, sikap masyarakat, serta faktor-faktor lain yang besifat lokal (kondisi
setempat)” (Darmono 2001 : 45 ).
2.3.1 Kebijakan Pengembangan Koleksi
Koleksi yang baik hanya berasal dari pemilihan bahan perpustakaan yang baik
pula. Untuk itu, diperlikan kebijakan yang memandu pengembangan koleksi. Dengan
kebijakan pengembangan koleksi, yang secara resmi disahkan oleh pimpinan perguruan
tinggi, perpustakaan memiliki pegangan untuk mengembangkan koleksinya. Selain itu,
perpustakaan juga akan memiliki kekuatan resmi untuk menjalin hubungan dengan berbagai
pihak , baik di dalam maupun di luar lembaganya. Pengembangan koleksi haruslah selalu
didasari asas tertentu, yang harus di pegang teguh, perpustakaan harus menjaga agar
koleksinya berimbang sehingga mampu memenuhi kebutuhan dosen , mahasiswa, dan
peneliti. Demikian pula kebutuhan kurikulum perlu di perhatikan.sebab itu, asas
pengembangan koleksi perlu di perhatikan dalam memilih bahan perpustakaan, antara lain,
kerelevanan, berorientasi kepada kebutuhan pengguna, kelengkapan, kemutakhiran dan kerja
sama.
Berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan, perpustakaan memilih dan
mengadakan bahan perpustakaan. Kegiatan ini melibatakan pustakawan, dosen, peneliti,
mahasiswa, serta pihak lain yang berkepentingan dengan perpustakaan. Pemilihan bahan
perpustakaan harus cermat sebelum sampai kepada langkah pengadaanya. Setiap judul yang
diusulkan untuk dipesan harus diperiksa kebenaran data bibliografinya agar tidak
Universitas Sumatera Utara
menyulitkan pengadaan bahan pustaka tersebut. Pengadaan bahan perpustakaan merupakan
proses yang panjang dan mahal karena melibatkan berbagai pihak, disamping harga buku
yang terus meningkat. Proses yang panjang dan mahal ini biasanya tidak didasari oleh
pengguna. Bahan perpustakaan yang diterima dibuatkan kedalinya yang berupa katalog.
Dengan katalog, perpustakaan dapat mengenali seluruh koleksinya. Melalui katalog,
pengguna dapat mengetahui koleksi perpustakaan. Di sinilah peranan penting pengatalogan
dan pengklasifikasian bahan pustaka perpustakaan. Selain mengendalikan koleksi, kedua hal
itu juga sekaligus juga menginformasikan koleksi bahan perpustakaan. Setelah selesai diolah,
bahan perpustakaan diserahkan ke bagian pelayanan.
Menurut Akbar, ( 2008:1 ). Kebijakan pengembangan koleksi tertulis berfungsi
sebagai pedoman, sarana komunikasi, dan perencanaan , sebagai berikut :
1. Menjelaskan cakupan koleksi yang telah ada dan rencana pengembangan selanjutnya, agar diketahui oleh staf perpustakaan, pemakai, administrator, dan dewan pembina perpustakaan.
2. Member deskripsi yang sistematis tentang strategi pengelolaan dan pengembangan koleksi yang diterapkan diperpustakaan.
3. Menjadi pedoman bagi para pustakawan sehingga ketaatan dalam proses seleksi terjamin.
4. Menjadi standar atau tolok ukur untuk menilai sejauh mana sasaran pengembangan koleksi tercapai.
5. Membantu mempertanggung jawabkan alokasi anggaran. 6. Menjadi sarana komunukasi baik dengan masyarakat yang harus dilayani maupun
pihak luar lain yang memerlukan informasi mengenai tujuan dan rencana pengembangan koleksi.
Berdasarkan Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ( 2004 : 43 )
kebijakan pengembangan koleksi didasari oleh asas berikut:
1. Kerelevanan. Koleksi hendaknya relevan dengan program pendidikan , pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat perguruan tinggi. Karena itu, perpustakaan perlu memperhatikan jenis dan jenjang program yang ada. Jenis program berhubungan dengan jumlah dan besar fakultas, jurusan. Program studi, lembaga dan seterusnya . jenjang program meliputi program diploma, sarjana (S1), pasca sarjana (S2), spesialisasi dan seterusnya. Arah pengembangan
Universitas Sumatera Utara
pembelajaran jarak jauh (distance learning) atau pembelajaran maya (e-learning) juga akan sangat berpengaruh pada pilihan jenis media dari bahan perpustakaan yang perlu dikembangkan.
2. Berorientasi kepada kebutuhan pengguna. Pengembangan koleksi harus ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan pengguna. Pengguna perpustakaan perguruan tinggi adalah tenaga pengajar, tenaga peneliti, tenaga administrasi, mahasiswa dan alumni yang kebutuhannya akan informasi berbeda – beda.
3. Kelengkapan. Koleksi hendaknya jangan hanya terdiri atas buku ajar yang langsung dipakai dalam perkuliahan, tetapi juga meliputi bidang ilmuyang berkaitan erat dengan program yang ada secara lengkap (lihat Kep. Mendiknas, No. 023/U/2000, tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi).
4. Kemuthakiran. Koleksi hendaknya mencerminkan kemuthakiran. Ini berarti bahwa perpustakaan harus mengadakan dan memperbaharui bahan perpustakaan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
5. Kerja sama. Koleksi hendaknya merupakan hasil kerja sama semua pihak yang berkepentingan dalam pengembangan koleksi, yaitu antara pustakawan, tenaga pengajar dan mahasiswa. Dengan kerja sama, diharapkan pengembangan koleksi dapat berdaya guna dan berhasil guna.
Untuk mengadakan koleksi harus berpedoman kepada kebijakan pengembangan
koleksi yang dilakukan untuk mempermudah proses kerja pengembangan koleksi dan
kebijakan ini perlu diperlukan untuk mencapai hasil yang memuaskan, dan mampu
memenuhi kebutuhan pemakai.
Tujuan pengembangan koleksi perpustakaan perlu dirumuskan dan disesuaikan
dengan kebutuhan sivitas akademika di perguruan tinggi agar perpustakaan dapat secara
rencana mengembangkan koleksinya.
Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 44 ) yang perlu
dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan pengembangan koleksi, antara lain:
1. Program lembaga. 2. Model pembelajaran yang dijalankan. 3. Kebutuhan pengguna 4. Jenis koleksi 5. Kriteria bahan pustaka. 6. Jumlah eksemplar. 7. Bahasa.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Kegiatan Pengembangan Koleksi
Pengembangan koleksi meliputi kegiatan pemilihan bahan pustaka, pengadaan
bahan pustaka, inventarisasi bahan pustaka, stock opname, dan wedding. Pada kegiatan
pengembangan koleksi ini akan dijelaskan siapa yang berwenang, untuk memilih
pertimbangan yang dipakai dan siapa yang bertanggung jawab untuk memutuskan pengadaan
bahan pustaka.
Menurut Buku Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 44 ) pada
umumnya pengembangan koleksi meliputi rangkaian sebagai berikut:
1. Menentukan kebijakan umum pengembangan koleksi berdasarkan identifikasi kebutuhan pengguna. Kebijakan ini disusun bersama oleh sebuah tim yang dibentuk dengan keputusan rector dan anggotanya yang terdiri atas unsur perpustakaan, fakultas atau jurusan, dan unit lain.
2. Menentukan kewenangan, tugas, dan tanggung jawab semua unsur yang terlibat dalam pengembangan koleksi.
3. Mengidentifikasi kebutuhan akan informasi dari semua anggota sivitas akademika yang dilayani. Hal ini dapat dilakukan dengan cara, antara lain: a. Mempelajari kurikulum setiap program studi. b. Member kesempatan sivitas akademika untuk memberikan usulan melalui
berbagai media komunikasi. c. Menyediakan formulir usulan pengadaan buku, baik secara tercetak maupun
maya. 4. Memilih dan mengadakan pustaka lewat pembelian, tukar-menukar,
hadiah/sumbangan, dan penerbitan sendiri. 5. Merawat bahan pustaka. 6. Menyiangi koleksi. 7. Mengevaluasi koleksi.
2.4 Pemilihan Bahan Pustaka
Dalam pemilihan atau seleksi bahan pustaka perpustakaan harus berpedoman
pada prisip-prinsip seleksi. Prinsip seleksi merupakan salah satu acuan yang digunakan
perpustakaan untuk mengisi koleksi perpustakaanya. Menurut Darmono dalam Buku
Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah ( 2001 : 58 ) beberapa prinsip dasar
dalam pemilihan koleksi perpustakaan adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Semua bahan pustaka harus dipilih secara cermat, disesuaikan dengan keperluan pemakai dan menurut skala prioritas yang telah ditetapkan. Skala prioritas untuk masing-masing perpustakaan pada umumnya berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh jenis perpustakaan dan karakteristik masyarakat yang dilayani.
2. Pengadaan bahan pustaka didasarkan atas peraturan tertulis yang merupakan kebijakan pengembangan koleksi yang disahkan oleh penangguna jawab lembaga dimana perpustakaan bernaung.
Menurut Buku Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi, ( 2004 : 47 ) ada
beberapa asas yang dipertimbangkan dalam pemilihan bahan pustaka perpustakaan yaitu:
1. Wibawa seorang penulis buku dan pentingnya buku tersebut untuk bidang tertentu.
2. Isi bahan perpustakaan cukup bermakana bagi pengembangan bidang studi. 3. Bahasan bahan perpustakaan memuat pandangan yang seimbang, khususnya buku
yang memuat masalah yang kontroversial. 4. Kualitas isi bahan perpustakaan. 5. Harga. 6. Pemakaian bahasa. 7. Terbitan terbaru memperoleh prioritas di atas terbitan lama. Bahan perpustakaan
yang lama bisa diadakan sejauh tersedia dananya, dan bisa mengisi kekurangan koleksi bidang studi tertentu.
8. Bahan perpustakaan renik, misalnya mikrofis, jangan dirangkapi dengan bentuk buku kecuali jika ada lasan tertentu yang dapat diterima.
9. Tiap bahan perpustakaan rujukan, misalnya ensklopedi, cukup diadakan satu perangkat.
10. Buku ajar yang diadakan dalam jumlah eksemplar terbatas. Mahasiswa hendaknya melengkapai diri dengan buku ajar yang diperlukannya.
11. Media bahan perpustakaan dipilihn sesuai dengan kebutuhan pengguna, jika lembaga induk juga menyelenggrakan pembelajaran jarak jauh ( distance learning ) maka jumlah bahan perpustakaan dalam media elektronik/digital peril diperhatikan.
Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 46 ) untuk
mengembangakanseleksi, diperlukan pustakawan yang mampu:
1. Memahami kurikulum semua program studi yang ada. 2. Menyediakan formulir atau angket usulan pengadaan buku. 3. Mengadakan kegiatan survey kepada pengguna dengan cara menyebarkan angket
kepada pengguna perpustakaan mengenai koleksi yang ada di perpustakaan. 4. Mengadakan evaluasi koleksi yaitu menilai koleksi perpustakaan baik dari segi
ketersediaan koleksi itu bagi pengguna maupun pemanfaatan koleksi itu oleh pengguna.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian tersebut pemilihan bahan pustaka bertujuan untuk memenuhi
keinginan pemakai. Dengan adanya proses pemilihan bahan pustaka yang baik maka diharapkan
koleksi perpustakaan harus sesuai dengan kurikulum yang digunakan.
2.4.1 Alat Bantu Pemilihan Bahan Pustaka
Sebagai seorang pustakawan untuk mencari informasi yang tepat, maka pustakawan
tersebut harus mampu memahami seluk beluk bahan pustaka tersebut. Oleh karena itu dalam
melaksanakan pemilihan bahan pustaka, pustakawan sangat terbantu dengan adanya alat bantu
pemilihan bahan pustaka.
Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ( 2004 : 53 ) alat bantu
yang biasanya digunakan untuk memilih bahan perpustakaan yaitu:
1. Silabus mata kuliah. 2. Bibliografi. 3. Tinjauan dan resensi buku. 4. Pangkalan data perpustakaan lain. 5. Sumber-sumber lain dari internet. 6. Books in print. 7. Katalog penerbit.
Dengan adanya alat bantu tersebut, maka pengguna dapat mengajukan usulan kepada
perpustakaan untuk memesan bahan.
2.4.2 Prinsip Pemilihan Bahan Pustaka
Dalam pemilihan bahan pustaka harus memiliki beberapa prinsip, dan mampu memenuhu
kebutuhan pengguna secara efisien dan optimal. Menurut Soetimah (1992:76) ada empat prinsip
dalam pemilihan bahan pustaka yang harus di pilih secara cermat dan disesuaikan dengan:
1.Tujuan fungsi dan ruang lingkup layanan perpustakaan. 2.Kemajuan pengetahuan dan kekayaan jiwa dalam arti yang positif. 3.Minat dan kebutuhan masyarakat pemakai. 4.Pustaka yang memenuhi kualitas dan persyaratan.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Kewenangan Pemilihan Bahan Pustaka
Pemilihan bahan pustaka adalah salah satu usaha bersama antara staf pengajar dan staf
perpustakaan. Berdasarkan Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ( 2004 : 45 ) berhak
dalam melakukan pemilihan bahan pustaka ini adalah:
1. Pustakawan. 2. Wakil sivitas akademika. 3. Wakil unit penelitian dan unit lain yang terkait.
Dan yang berhak untuk mengusulkan pembelian bahan perpustakaan adalah:
1. Pustakawan. 2. Tenaga kerja dan peneliti. 3. Mahasiswa. 4. Pihak atau unsur unit kerja lain, bila diperlukan.
2.5 Pengadaan Bahan Pustaka
Pengadaan bahan pustaka merupakan rangkaian dari kebijkan pengembangan koleksi
perpustakaan. Semua kebijakan pengembangan koleksiakhirnya muaranya adalah pengadaan
bahan pustaka. Dalam kegiatan pengadaan bahan pustaka, perpustakaan terikat dan sekaligus di
pandu oleh rambu-rambu yang tertuang dalam kebijakan pengembangan koleksi. Koleksi mana
yang menjadi prioritas pengadaan pengadaan sudah ditentukan dalam kebijakan pengembangan
koleksi. Dengan demikian arah pengembangan koleksisudah jelas. Hal ini penting
dilaksanakan dengan tujuan untuk menghindari buku atau jenis lainnya yang sebenarnya
kurang bermanfaat bagi pengguna perpustakaan masuk ke dalam jajaran koleksi.
Menurut Darmono (2001 : 58 ) secara umum pengadaan bahan pustaka di lingkungan
perpustakaan mencakup 3 kegiatan utama yaitu :
1. Pemilihan atau seleksi bahan pustaka. 2. Pengadaan bahan pustaka melalui pembelian, tukar – menukar,penerimaan hadiah dan
penerbitan sendiri oleh perpustakaan. 3. Inventarisasi bahan yang telah diadakan serta statistik pengadaan bahan pustaka.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum pengadaan bahan pustaka di lingkungan perpustakaan dilakukan melalui
pembelian, hadiah, maupun melalui tukar-menukar. Hadiah dapat dari perorangan ataupun dari
lembaga.
Menurut Akbar, ( 2008:1 ) pengadaan atau akuisisi dilakukan oleh bagian pengadaan.
Bagian ini tidak semata-mata betanggung jawab terhadap pengadaan koleksi saja, tetapi juga
bertanggung jawab atas hal-hal berikut:
a. Pengadaan atau pengembangan koleksi. b. Pemecahan persoalan-persoalan yang muncul dalam pemesanan bahan pustaka. c. Pembuatan rencana pemilihan bahan pustaka yang terus-menerus penerbitan-penerbitan
bibliografi. d. Berusaha memperoleh bahan-bahan reproduksi apabila bahan aslinya sudah tidak
diperboleh (buku-buku out of print),tetapi sangat diperlukan pemakai. e. Mengadakan hubungan dengan para pedagang atau penyalur buku. f. Mengawasi penerimaan hadiah dan tukar-menukar bahan pustaka.
Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ( 2004 : 54 ) cara pengadaan
seleksi yang biasa di gunakan adalah:
1. Pembelian. 2. Sumbangan/hadiah. 3. Tukar menukar.
2.5.1 Pembelian
Proses pembelian adalah salah satu cara yang efektif karena perpustakaan memilih bahan
pustaka apa yang paling cocok untuk dijadikan sebagai koleksi. Menurut Akbar, (2008:1)
pembelian ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
1. Toko Buku Pembelian bahan pustaka secara langsung ke toko buku banyak dilakukan oleh perpustakaan yang jumlah dananya relative sediktit. Pembelian dengan cara ini biasanya dilakukan untuk judul dan eksemplar yang tidak banyak. Kekurangan yang umumnya terjadi pada pembelian bahan pustaka ke toko buku adalah : a. Tidak semua subjek atau judul yang dibutuhkan perpustakaan tersedia di toko buku. b. Toko buku tida selalu bisa ditemukan di setiap kabupaten sehingga tidak mampu
melayani kebutuhan perpustakaan.
Universitas Sumatera Utara
c. Toko buku yang terdapat di kota kecil pada umumnya hanya menyediakan bahan pustaka yang berbahasa Indonesia.
d. Tidak semua pesanan bahan pustaka dari satu perpustakaan dapat dipenuhi dari satu toko buku saja.
2. Penerbit Pembelian bahan pustaka juga dapat dilakukan melalui penerbit, baik dalam negeri maupun luar negeri. Penerbit di Indonesia biasanya melayani pemesanan dari perpustakaan. Akan tetapi, penerbit asing umumnya tidak melayani perpustakaan. Biasanya hanya melayani pembelian dari toko buku ataupun penjaja sehingga perpustakaan Indonesia harus membeli melalui toko buku. Pemesanan bahan pustaka secara langsung ke penerbit dapat dilakukan apabila judul-judul yang dibutuhkan betul-betul diterbitkan oleh penerbit tersebut. Untuk mengetahui hal ini perpustakaan dapat memanfaatkan katalog penerbit yang dikeluarkan penerbit sehingga bahan pustaka yang akan diadakan dapat dipesan langsung dari penerbitnya.
3. Melalui agen buku Selain pembelian ke toko buku dan penerbit, perpustakaan juga dapat membeli buku melalui agen buku yang biasa disebut dengan jobber atau vendor. Agen buku ini berperan sebagai mediator antara perpustakaan dan penerbit, terutama untuk pengadaan bahan pustaka terbitan luar negeri.
2.5.2 Sumbangan/Hadiah
Bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan kadang-kadang diperoleh melalui hadiah.
Bahan pustaka yang diperoleh lewat hadiah sangat penting untuk mengembangkan koleksi
perpustakaan. Perpustakaan yang menerima bahan pustaka berupa hadiah dapat menghemat
biaya pembelian.
Koleksi bahan pustaka yang berupa hadiah yang diperoleh secara langsung dari
penyumbang atau diminta. Menurut Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ( 2004 : 55 )
perpustakaan yang menerima bahan hadiah secara langsung perlu :
1. Meneliti semua kiriman bahan perpustakaan dan mencocokkanyadengan surat pengantarnya.
2. Memilih bahan perpustakaan hadiah yang di butuhkan. 3. Menyisihkan bahan perpustakaan hadiah yang tidak diperlukan.
Perpustakaan yang meminta hadiah bahan perpustakaan perlu : 1. Menyusun daftar bahan perpustakaan yang diperlukan. 2. Mengirimkan surat permohonan bahan perpustakaan hadiah dan setelah bahan
perpustakaan diterima.
Universitas Sumatera Utara
3. Memerikasa dan mencocokkan daftar kiriman bahan perpustakaan hadiah dengan surat pengantarnya.
4. Mengirimkan kembali surat pengantar disertai ucapan terima kasih. 5. Mengolah bahan perpustakaan hadiah yang diterima seperti pengolahan bahan
perpustakaan biasa.
2.5.3 Tukar-Menukar
Pengadaan bahan pustaka ini dilakukan secara terencana karena biasanya pertukaran
dilakukan adanya kerjasama antar perpustakaan. Pertukaran bahan pustaka dapat dilakukan
apabila perpustakaan memiliki jumlah eksemplar yang terlalu banyak dan sejumlah koleksi
yang tidak dapat diperlukan lagi tetapi dibutuhkan oleh perpustakaan lain. Proses tukar-menukar
sangat jarang dilakukan bila dibandingkan dengan pengadaan bahan pustaka dengan cara
pembelian, hadiah dan sumbangan.
Pertukaran bahan pustaka antar perpustakaan mempunyai beberapa tujuan, yaitu Untuk
memperoleh bahan pustaka tertentu yang tidak dapat dibeli di toko buku, penerbit, agen, atau
yang tidak dapat diperoleh karena alas an lain sehingga hanya bisa didapatkan melalui
pertukaran.
1. Melalui pertukaran akan member jalan bagi perpustakaan untuk memanfaatkan bahan
pustaka yang duplikasi.
2. Dengan pertukaran akan member peluang untuk mengembangkan kerja sama yang baik
antar perpustakaan.
Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:55) perpustakaan yang
melakukan pertukaran bahan perpustakaan perlu:
1. Mendaftar bahan perpustakaan yang akan dipertukarkan. 2. Mengirimkan daftar penawaran disertai persyaratannya. 3. Menerima kembali daftar penawaran yang sudah dipilih pemesan. 4. Mencatat alamat pemesanan.
Universitas Sumatera Utara
5. Menyampaikan bahan perpustakaan yang dipilih oleh perpustakaan atau lembaga yang memesannya.
2.6 Inventarisasi Bahan Pustaka
Tiap bahan pustaka yang telah masuk menjadi milik perpustakaan hendaknya dicatat
dalam buku inventarisasi. Inventarisasi bahan pustaka merupakan alur kerja terpenting dari
kegiatan di pengadaan.
Menurut Soetminah ( 1992 : 81 ) dalam Perpustakaan dan Kepustakawanan dan
Pustakawan, inventarisasi adalah :
1. Mencatat setiap eksemplar buku dalam buku induk. 2. Memberi nomor induk/inventarisasi setiap eksemplar buku dan mencatatnya dalam buku
yang bersangkutan. 3. Majalah di catat dalam kartu majalah dalam kartu majalah agar mudah diketahui volume
dan nomor edisi yang diterima. 4. Majalah yang dijilid diperlakukan sebagai buku. 5. Member cap/stempel milik pada setiap buku pada halaman tertentu yang telah
ditentukan sebelumnya.
Jadi inventarisasi bahan pustaka adalah aktivitas pendapatan koleksi perpustakaan yang
dibuat ke dalam buku inventarisasi. Pendapatan koleksi perpustakaan koleksi dilakukan untuk
memudahkan perpustakaan mengetahui koleksi yang menjadi hak milik perpustakaan dengan
jelas mengenai informasi yang ada dalam buku induk mulai dari nomor induk , judul, pengrang,
tahun, bahasa,jumlah harga dan keterangan lainnya.
Setelah melakukan stempel kepemilikan dan inventarisasi pada bahan pustaka, maka
selanjutnya mencatatnya.
Beberapa tugas pokok petugas inventarisasi adalah:
1. Menetapkan jenis dan jumlah buku inventarisasi yang diperlukan, sesuai dengan jenis bahan
pustaka (masing-masing satu untuk judul majalah dan jenis bahan pustaka laiinya).
Universitas Sumatera Utara
2. Menentukan macam dan ukuran kolom-kolom dalam buku inventarisasi dan petunjuk untuk
mengisinya.
3. Melaksanakan pencatatan menurut cara yang telah ditetapkan.
Setelah kegiatan pokok, petugas inventarisasi harus melakukan kegiatan-kegiatan yang
menjadi kegiatan inventarisasi bahan pustaka yang diantaranya sebagai berikut:
1. Memberikan stempel pada bahan pustaka.
2. Setiap bahan pustaka yang setelah di stempel dengan stempel perpustakaan perlu di tambah
dengan stempel inventarisasi.
3. Mendaftar bahan pustaka ke dalam buku induk.
Pencatatan kolom yang terdapat dalam buku inventarisasi adalah:
1. Tanggal terima. Catat saat buku diterima oleh bagian penerimaan.
2. Nomor induk. Dimana tiap eksemplar buku mempunyai 1 nomor induk.
3. Pengarang. Menuliskan nama pengarang yang sudah dibalik.
4. Judul. Jika judul buku telalu panjang tidak perlu ditulis lengkap, hanya diberi tanda titik
sebanyak 3 buah (...)
5. Asal perolehan. Apakah buku diperoleh dari “B” untuk pembelian , “H” untuk hadiah, dan
“T” untuk tukar-menukar.
6. Penerbit. Nama penerbit buku yang terdapat dalam halaman judul.
7. Tahun terbit. Kapan buku tersebut diterbitkan.
8. Harga buku.
9. Bahasa ( Inggris , Indonesia, Bahasa asing lainnya).
10. Keterangan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan adanya buku inventarisasi, maka kita dapat mengetahui jumlah koleksi yang
dimiliki perpustakaan, jumlah eksemplar dan judul, jumlah eksemplar yang berbahasa
Indonesia, asing dan lain-lain.
Kegiatan inventarisasi bertujuan untuk mengontrol kepemilikan koleksi dan jumlah
koleksi yang dimiliki perpustakaan. Dengan inventarisasi ini perpustakaan dapat menyusun
statistic bahan pustaka yang sudah atau belum dimiliki perpustakaan.
2.7 Stock Opname
Dalam kegiatan pengembangan koleksi suatu perpustakaan didasarkan pada profil
seleksi dan kebutuhan pengguna akan bahan pustaka tersebut. Dimana kegitan untuk mengetahui
bagaimana profil koleksi suatu perpustakaan yang merupakan kegiatan pengumpulan data yang
jumlah koleksinya menurut subjek yang sesuai dengan subjek yang mencakup disebut “stock
opname”
Menurut Yulia (1993:1998) tujuan dilakukan kegiatan stock opname adalah: 1. Mengetahui keadaan koleksi bahan pustaka yang ada di perpustakaan. 2. Mengetahui jumlah buku ( judul/eksemplar) koleksi bahan pustaka menurut
golongan klasifikasi dengan tepat. 3. Menyediakan jajaran katalog yang tersusun rapi yang menandakan kondisi koleksi
bahan pustaka. 4. Untuk mengetahui dengan tepat bahan pustaka yang tidak ada katalognya. 5. Untuk mengetahui pustaka yang dinyatakan hilang. 6. Untuk mengetahui dengan tepat kondisi bahan pustaka, apakah dalam keadaan rusak
atau tidak lengkap. Keuntungan diadakan stock opname yaitu: 1. Dapat disusun dari daftar bahan pustaka yang disiangi karena sudah tidak sesuai
dengan subjek, tahun, kondisi bahan pustaka dan susunan bahan pustaka yang muthakir.
2. Mengetahui bahan pustaka yang paling banyak diminati oleh pengguna informasi. Hal ini berarti stock opname digunakan sebagai petunjuk pemilihan bahan pustaka.
3. Mengetahui tingkat hilangnya bahan pustaka di perpustakaan. 4. Dapat diperolehnya susunan bahan pustaka yang rapi dan baik. 5. Mudah membersihkan bahan pustaka dari debu dan kotoran lain.
Universitas Sumatera Utara
Stock opname memiliki beberapa prosedur dan metode antara lain:
1. Daftar pengadaan (accession list) Daftar pengadaan dicocokkan langsung dengan buku dalam rak. Dibutuhkan 2 orang petugas dimana seseorang memeriksa buku satu persatu kemudian menyebutkan nomor induknya, dan petugas lainnya memeriksa dan member tanda pada daftar pengadaan.
2. Buku inventaris melalui daftar register bahan pustaka. Member tanda pada register, untuk buku-buku yang sedang dipinjam, diperbaiki atau yang tak diketahui.
3. Lembar lepas yang berasal dari buku induk. Lembar lepas ini berisi nomor induk yang dibatasi sampai 100 nomor.
4. Menghitung bahan pustaka. Buku-buku dalam rak langsung dihitung dan ditambahkan dengan buku yang sedang dipinjam, dijilid, dan diperbaiki. Kemudian dikurangi dengan jumlah koleksi yang didasarkan pada buku induk. Selisih dari kedua angka merupakan jumlah buku yang diketahui atau hilang.
5. Jajaran katalog yang disusun berdasarkan nomor kelas (self list ). 6. Kartu uji ( check card )
Kartu uji ini menggunakan kartu katalog dimana tiap rak berisi buku yang diberi nimor atau simbol. Kemudian tiap buku dibuatkan satu kartu uji yang berisi nomor induk atau simbol lokasi. Kartu ini dibuat untuk buku-buku yang dipinjam, dijilid atau diperbaiki.
7. Bantuan computer. Metode ini membandingkan nomor-nomor induk yang ada di buku dalam jajaran rak, dengan nomor induk buku yang terdaftar dalam buku induk. Tetapi perbandingan nomor induk dilakukan dengan bantuan komputer yaitu dengan lebih dulu memasukkan data-data nomor induk buku yang ada dalam buku induk.
8. Stock opname berdasarkan contoh/sampel. Dengan menggunakan contoh/sampel akan didapat angka laju kehilangan buku per tahun berdasarkan perhitungan rata-rata.
2.8. Weeding
Weeding atau penyiangan adalah salah satu bagian yang penting dalam kegiatan
perpustakkan apabila tidak menginginkan koleksinya hanya merupakan tumpukan materi yang
kelanjutan dalam proses kegiatan perpustakaan.
Menurut Yulia (1993:199) pedoman umum penyiangan koleksi adalah:
1. Subjek tidak sesuai lagi dengan kebutuhan pengguna perpustakkan. 2. Bahan pustaka yang sudah using isinya.
Universitas Sumatera Utara
3. Edisi terbaru sudah ada sehingga yang lama dapat dikeluarkan dari koleksi. 4. Bahan pustaka yang sudah terlalu rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi. 5. Bahan pustaka yang isinya tidak lengkap lagi dan tidak dapat diusahakan gantinya. 6. Bahan pustaka yang jumlah kopinya terlalu banyak, frekuensi pemakaiannya rendah. 7. Bahan pustaka yang terlarang.
Menurut Akbar (2008: 1) penyiangan yang dilakukan diperpustakaan mempunyai
tujuan sebagai berikut:
1. Memperoleh tambahan tempat untuk koleksi baru. 2. Membuat koleksi lebih dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi yang akurat,
relevan, up to date, serta menarik. 3. Memberikan kemudahan pada pemakai dalam menggunakkan koleksi. 4. Memungkinkan staff perpustakaan mengelola koleksi secara efektif dan efisien.
Universitas Sumatera Utara