8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Profesionalisme pustakawan mempunyai arti pelaksanaan kegiatan
perpustakaan yang didasarkan pada keahlian dan rasa tanggung jawab sebagai
pengelola perpustakaan. Pustakawan sebagai sumber daya manusia dalam
perpustakaan harus bekerja secara professional, sesuai dengan
profesionalisme pustakawan yang tercermin pada kemampuannya. Maka dari
profesionalnya, pustakawan mampu memberikan layanan yang sesuai dengan
kebutuhan, karakter dan keinginan pengguna, sehingga pengguna dapat
merasa puas ketika datang ke perpustakaan.
Terdapat beberapa jurnal yang pernah membahas tentang profesionalisme
pustakawan.
Pertama, dari Jurnal yang berjudul Profesionalisme Pustakawan oleh
Hendry Gunawan dan Novita Vitriana Pustakawan Trampil UPT
Perpustakaan Universitas Sriwijaya (2012:1). Tujuannya adalah Pustakawan
sebagai SDM dalam perpustakaan harus bekerja secara professional, sesuai
dengan profesionalisme pustakawan yang tercermin pada kemapuan
(pengetahuan, pengalaman, keterampilan) dalam mengelola dan
mengembangkan pelaksanaan pekerjaan di bidang kepustakawanan dan
kegiatan lainnya secara mandiri. Profesionalisme pustakawan pun harus terus
ditingkatkan jika perpustakaan ingin terus tumbuh dan berkembang dalam
lingkungannya yang terus berubah.
8
9
Pustakawan sebagai profesi juga harus memiliki beberapa keterampilan
antara lain:
1. Adaptability
2. People Skills (Soft Skill)
3. Berpikir Positif
4. Personal Added Value
5. Berwawasan Enterpreneurship (Kewirausahaan)
6. Team Work-Sinergi
Kedua dari jurnal Iqra’ Volume 03 No.02 yang berjudul Masyarakat
Informasi Dan Profesionalisme Pustakawan Oleh Triana Santi, Pustakawan
Muda IAIN Sumatera Utara (2009:12). Pustakawan sebagai seorang yang
berbaur dalam masyarakat informasi, harus berupaya meningkatkan aspek
profesionalisme dengan cara memberikan pelayanan seoptimal mungkin,
dengan meningkatkan citra dirinya sebagai pustakawan dan harus berani
mengubah pola perilaku di dalam memberikan pelayanan di bidang
keahliannya. Profesioanalisme pustakawan yang didukung oleh industri
informasi harus sungguh-sungguh memperhatikan kepentingan pemakai,
yang tercermin dalam pelayanan perpustakaan yang cepat, tepat dan akurat.
Sebagai seorang pustakawan harus bersifat interaktif dan proaktif dalam
mengikuti tantangan globalisasi, sebagai seorang yg professional yang
memiliki skill yang tinggi, harus memiliki pengetahuan dan informasi dengan
menguasai data transmisi dan komputer. Sebuah tantangan yang penting bagi
pustakawan adalah meningkatkan pengetahuan dengan memanfaatkan
10
Teknologi informasi dan mengaplikasikannya pada perpustakaan untuk
meningkatkan pelayanan perpustakaan.
Ketiga dari Jurnal Iqra’ Volume 06 No. 02 yang berjudul Profesionalisme
Pustakawan oleh H. Sapril Pustakawan Muda IAIN-SU (2012:36).
Pustakawan adalah sumber daya manusia (SDM) yang ada di perpustakaan,
baik pustakawan yang disajikan perpustakaan perguruan tinggi, sekolah atau
lembaga. Pustakawan adalah profesi yang membutuhkan pendidikan atau
pelatihan untuk mengelola perpustakaan. Pustakawan profesionalisme harus
ditingkatkan karena pustakawan diterdepan dalam perpustakaan. Jika
perpustakaan ingin terus maju dan berkembang, perpustakaan harus memiliki
pustakawan profesional. Seorang pustakawan profesional, tidak cukup
lulusan diploma tetapi harus mendapatkan pelatihan yang sesuai untuk
profesi.
Profesional pustakawan yang penting adalah sebagai penyaji informasi
yang relevan dan berkualitas. Pustakawan harus mampu menyediakan
fasilitas, suasana, dan sistem yang terencana sesuai dengan manajemen
perpustakaan. Oleh karena itu lembaga perpustakaan harus bekerja sama
dengan pustakawan, supaya tercipta profesionalime pustakawan. Tentu saja
melalui pendidikan-pendidikan atau pelatihan-pelatihan tentang kemajuan
dan perkembangan perpustakaan.
Perbedaan antara beberapa jurnal yang pernah membahas tentang
profesionalisme pustakawan dengan pengamatan yang dilakukan oleh penulis
adalah pustakawan memang diharuskan untuk meningkatkan pengetahuan
11
dan keterampilan. Sedangkan pustakawan di KEJARI Surakarta dalam
mengelola perpustakaan belum maksimal dan belum dikatakan professional
karena kurangnya pengetahuan tentang perpustakaan. Dengan pustakawan
yang sudah professional pasti perpustakaan akan dapat berkembang.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Perpustakaan
Pepustakaan perlu diolah dan diatur dengan baik supaya informasi
yang tersimpan di dalam koleksinya dapat disimpan dan ditemukan
kembali secara cepat dan tepat ketika ada pemustaka yang membutuhkan
informasi tersebut. Menurut UU No. 43 Tahun 2007 Pasal 1, perpustakaan
adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, cetak, dan atau karya rekam
secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para
pemustaka.
Definisi lain menyatakan bahwa, perpustakaan adalah sebuah ruangan
bagian suatu gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk
menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut
tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual
(Sulistyo-Basuki, 1991:3).
Perpustakaan memiliki arti sebagai institusi yang menyediakan
koleksi bahan pustaka tertulis, tercetak dan terekam sebagai sumber
informasi yang diatur menurut sistem aturan dan didayagunakan untuk
12
keperluan pendidikan, penelitian serta rekreasi intelektual bagi pengguna
(Kanisius, 2008:15).
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulakan bahwa
perpustakaan adalah sebuah tempat yang berisi kumpulan buku atau
bangunan fisik tempat buku dikumpulkan, disusun menurut sistem tertentu
untuk kepentingan pemakai. Setiap perpustakaan dibuat dengan maksud
dan tujuan tertentu. Oleh karena itu terdapat beberapa fungsi yang sifatnya
lebih spesifik pada setiap jenis perpustakaan.
Menurut Purwono (2013:3), beberapa fungsi perpustakaan tersebut
meliputi penyimpanan, pendidikan, penelitian, informasi, rekreasi kultural.
Tujuan perpustakaan menurut Sulistyo-Basuki (1993 : 52) adalah sebagai
berikut:
1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat luas.
2. Menyediakan bahan pustaka (referensi) pada semua tingkatan
pendidikan.
3. Menyediakan ruangan belajar bagi pemakai perpustakaan.
4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis
pemakai.
Perpustakaan dilihat dari segi manfaatnya, memiliki tiga manfaat sebagai
berikut:
1. Perpustakaan dapat menimbulkan kecintaan terhadap membaca.
2. Perpustakaan dapat memperkaya pengalaman pemakai.
3. Perpustakaan dapat menanamkan kebiasaan balajar mandiri.
13
Menurut UU No. 43 Tahun 2007 Pasal 20 Perpustakaan terdiri atas
beberapa jenis, yaitu :
a. Perpustakaan Nasional
b. Perpustakaan Umum
c. Perpustakaan Sekolah/Madrasah
d. Perpustakaan Perguruan Tinggi
e. Perpustakaan Khusus
2. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan Kejaksaan Negeri Surakarta merupakan perpustakaan
khusus milik instansi atau lembaga pemerintahan. Maka dari itu, definisi
perpustakaan khusus menurut Peraturan Jaksa Agung RI No: PER-
038/A/JA/09/2011 tentang pengelolaan perpustakaan hukum dan
dokumentasi peraturan perundang-undangan di lingkungan Kejaksaan RI
menyatakan bahwa, perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang
diperuntukkan secara terbatas bagi pemustaka di lingkungan lembaga
pemerintahan, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga
keagamaan, rumah ibadah atau organisasi lain.
Sulistyo-Basuki (2009:2.11) mengemukakan bahwa perpustakaan
khusus adalah koleksi fisik informasi, pengetahuan dan opini yang terbatas
pada satu subyek atau sekelompok subyek yang berkaitan atau pada
sebuah format tunggal produk informasi atau sekelompok format yang
berhubungan, dikelola di bawah payung sebuah lembaga yang
14
menyediakan dana untuk kelanjutan hidup perpustakaan, dikelola oleh
pustakawan atau spesialis dalam sebuah subyek atau lebih, serta membawa
misi memperoleh, mengorganisasi dan menyediakan akses ke informasi
dan pengetahuan guna menunjang tujuan badan induk yang membawahi
perpustakaan.
Perpustakaan khusus menyediakan bahan pustaka sesuai dengan
kebutuhan pemustaka di lingkungannya, serta memberikan layanan kepada
pemustaka di luar lingkungannya. Perpustakaan khusus memiliki koleksi
pada subyek-subyek khusus. Ada pun ciri-ciri perpustakaa khusus
diantaranya sebagai berikut :
a. Memberi informasi pada badan induknya, di mana perpustakaan itu
berada (didirikan).
b. Tempatnya di gedung-gedung pusat penelitian, asuransi, agen-agen
serta badan usaha yang mengarah ke kegiatan bisnis.
c. Melayani pemakai khusus pada organisasi induknya.
d. Cakupan subyeknya terbatas (khusus).
e. Ukuran perpustakaannya relatif kecil.
f. Jumlah koleksinya relatif kecil.
Berdasar ciri-ciri tersebut maka yang termasuk kelompok
perpustakaan khusus menurut Sulistyo-Basuki (2008:2.12), adalah:
1. Perpustakaan Museum dan Seni
2. Perpustakaan Departemen Pemerintah, Lembaga Negara dan Lembaga
Tinggi Negara
15
3. Perpustakaan Hukum
4. Perpustakaan Badan Industri dan Komersial
5. Perpustakaan Lembaga Penelitian, Ilmiah dan Profesi
6. Perpustakaan Media
7. Perpustakaan Kedokteran
8. Perpustakaan Musik
9. Perpustakaan Keagamaan
Faktor-faktor yang mendorong timbulnya perpustakaan khusus di
antaranya berdasarkan kebutuhan jasa informasi dan kemampuan
pemenuhan kebutuhan jasa informasi yang dihasilkan. Beberapa jasa yang
dikerjakan perpustakaan khusus bervariasi tergantung dari organisasinya,
selain itu tergantung juga pada dana, staf pelaksana, peralatan, serta tempat
yang digunakan untuk perpustakaan.
3. Pustakawan
Pandangan umum tentang pustakawan yakni sebagai manusia aneh
dengan kaca mata minus tanpa keramahtamahan. Hal ini dikarenakan
asumsi lain bahwa seorang pustakawan berkutat dengan kumpulan buku-
buku usang dengan ruangan remang-remang dan tidak sedap dipandang.
Akan tetapi, ada juga yang berpendapat sebaliknya bahwa pustakawan
laksana kamus berjalan atau dengan kata lain sebagai tempat bertanya
segala informasi. Dengan perkembangan teknologi informasi, maka peran
pustakawan pada sebuah perpustakaan sebagai media penyampaian
16
informasi dapat dengan menggunakan berbagai program kemasan
informasi dengan aneka penyajian.
Perpustakaan merupakan institusi pengelola koleksi karya tulis, karya
cetak dan karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan para pemustaka. Sebagai sebuah institusi, maka
keberadaan perpustakaan tidak lepas dari struktur yang membentuknya,
salah satunya yaitu pustakawan. Dalam UU No. 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan, pustakawan adalah seorang yang memiliki kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kepustakawanan, serta
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan
dan pelayanan perpustakaan. Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) sebagai
organisasi yang menghimpun para pustakawan dalam kode etiknya
menyatakan bahwa pustakawan adalah seorang yang melaksanakan
kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu
pengetahuan, dokumentasi, dan informasi yang dimilikinya melalui
pendidikan. Pustakawan adalah seorang yang berkarya secara professional
di bidang perpustakaan dan informasi.
Dalam Undang–Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 pasal 29
ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa pustakawan sebagaimana dimaksud harus
memenuhi kualifikasi sesuai dengan standar nasional perpustakaan.
Artinya pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kepustakawanan serta
17
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan
dan layanan perpustakaan. Jadi peran dan tanggug jawab pengelola sebuah
perpustakaan sangatlah penting yang berpengaruh terhadap majunya
lembaga perpustakaan itu.
Menurut Soeatminah (1992:161) pustakawan adalah pegawai negeri
sipil yang berijazah di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi
yang diberi tugas secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan perpustakaan dan dokumentasi pada unit-unit
perpustakaan instansi pemerintah atau unit lainnya. Pengertian lain dari
pustakawan adalah staf perpustakaan (sumber daya manusia) yang bekerja
di perpustakaan sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan
eksistensinya. Dan berfungsi sebagai modal nonmaterial atau nonfinansial
di dalam organisasi yang dapat diwujudkan menjadi potensi yang nyata
secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi
tersebut.
Berikut ini beberapa catatan penting yang harus dimiliki oleh seorang
pustakawan, antara lain :
a. Pustakawan hendaknya cepat berubah menyesuaikan keadaan yang
menantang.
b. Pustakawan adalah mitra intelektual yang memberikan jasanya kepada
pemakai dan pustakawan harus pandai berkomunikasi baik lisan
maupun tertulis dengan pemakai.
c. Seorang pustakawan harus selalu berpikir positif.
18
d. Pustakawan tidak hanya ahli dalam membuat katalog, mengindeks,
mengklasifikasi koleksi.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pustakawan
adalah seorang yang memiliki kompetensi dalam memberikan dan
melaksanakan kegiatan perpustakaan dalam usaha pemberian layanan
kepada pemustaka sesuai dengan misi yang diemban oleh badan induknya
berdasarkan ilmu perpustakaan.
Pustakawan memiliki berbagai sarana akses dan mengetahui berbagai
sumber informasi serta strategi untuk mengetahui dan mendapatkannya.
Ini hanya dapat dilakukan bila pustakawan selalu mengembangkan
wawasan atau pendidikan, mengikuti pelatihan, studi banding dan berbagi
informasi sesama pustakawan dalam maupun luar negeri serta trampil
menggunakan sarana teknologi informasi dan kemampuan komunikasi,
terutama bahasa Inggris. Selain melayani, pengolahan, dan pengadaan,
seorang pustakawan era globalisasi juga harus mampu memasarkan atau
promosi kepada masyarakat, mampu mengikuti trend.
I. Peranan pustakawan
Hermawan, Rachman (2006:57) peranan pustakawan dalam
melayani penggunanya dan sangat beragam, misal saja perpustakaan
khusus di samping menjadi pustakawan dapat pula sebagai peneliti,
minimal sebagai mitra peneliti. Dalam banyak hal pustakawan
19
memainkan berbagai peran (berperan ganda) yang dapat disingkat
EMAS dengan rincian sebagai berikut :
1) Edukator
Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam
melaksanakan tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai
pendidik. Mendidik adalah mengembangkan kepribadian,
mengajar adalah mengembangkan kemampuan berpikir dan
melatih adalah membia dan mengembangkan keterampilan. Oleh
karena itu, pustakawan harus memiliki kecakapan mengajar,
melatih mengembangkan, baik para pegawai maupun para
pengguna jasa yang dilayaninya.
Perbedaan yang mencolok dengan guru atau pendidik lainnya
adalah dalam sistem pemberian pelajaran atau informasi.
Pustakawan umumnya menyediakan informasi melalui kegiatan
penyediaan berbagai sumber informasi, sedikit bicara tetapi
banyak informasi. Sedangkan guru banyak memberikan pelajaran
atau informasi melalui lisan dan bersifat langsung.
2) Manajer
Pada hakikatnya pustakawan adalah “manajer informasi”
yang mengelola informasi pada satu sisi, dengan pengguna
informasi pada sisi lain. Informasi yang banyak dan terdapat
dalam berbagai wadah yang jumlah selalu bertambah harus
dikelola dengan baik. Bila dikaitkan dengan lembaga jasa lainnya,
20
maka pustakawan memiliki kedudukan yang sama dengan manajer
sebuah toko buku, restoran, hotel dan sebaginya.
Sebagai manajer, pustakawan harus mempunyai jiwa
kepemimpinan, kemampuan memimpin dan menggerakan serta
mampu bertindak sebagai koordinator dan integrator dalam
melaksanakan tugas sehari-hari. Pustakawan dalam perannya
sebagai manajer juga harus dapat mengoptimalkan semua sumber
daya yang tersedia di perpustakaan, baik yang berupa sumber daya
manusia, sumber daya informasi, dana, termasuk sarana dan
prasarana untuk mendukung tercapainya visi dan misi
perpustakaan.
3) Administrator
Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun,
melaksanakan dan dicapai, kemudian upaya-upaya perbaikan
untuk mencapai hasil yang lebih mengevaluasi program
perpustakaan, serta dapat melakukan analisis atas hasil yang telah
baik. Oleh karena itu, seorang pustakawan harus mempunyai
pengetahuan yang luas dibidang oraganisasi, sistem dan prosedur
kerja.
4) Supervisor
Sebagai supervisor pustakawan harus :
a. Dapat melaksanakan pembinaan professional, untuk
mengembangkan jiwa kesatuan dan persatuan antar sesama
21
pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan peningkatan
semangat kerja dan kebersamaan.
b. Dapat meningkatkan prestasi, pengetahuan dan keterampilan,
baik rekan-rekan sejawat maupun masyarakat pengguna yang
dilayani.
c. Mempunyai wawasan luas, pandangan jauh kedepan,
memahami beban kerja, hambatan-hambatan, serta bersikap
sabar, tetapi tegas, adil, obyektif dalam melaksanakan
tugasnya.
d. Mampu berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan
maupun dengan para pembinanya dalam menyelesaikan
berbagai persoalan dan kendala, sehingga mampu
meningkatkan kinerja unit organisasinya.
Dari uraian diatas maka peranan pustakawan sangat penting,
karena mereka dapat mengatur alokasi sumber daya bagi
perkembangan memenuhi seluruh sarana prasarana dan
perlengkapan yang diperlukan dan merekalah sebagai penentu
yang dapat mengantisipasi berbagai gambaran dan imajinasi untuk
perkembangan perpustakaan yang akan dicapai dimasa
mendatang.
Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa dalam suatu
perpustakaan, sumber daya manusia merupakan titik sentral dari
penyelenggaraan seluruh fungsi-fungsi manajerial. Artinya bahwa
22
teknik, gaya dan mekanisme penyelenggaraan berbagai fungsi
manajerial harus berangkat dan tiba pada pengakuan bahwa
manusia merupakan unsur terpenting dalam seluruh proses
oraganisasi tersebut.
Peran pustakawan tidaklah ringan seperti pendapat pada
umumnya yang mengatakan bahwa seorang pustakawan
merupakan pegawai tak bermutu yang kerjanya menunggu
tumpukan buku-buku. Pustakawan sudah saatnya
mengekspresikan diri sebagai media informasi yang berkualitas.
Pustakawan harus mampu membuang stempel kutu buku yang
sudah melekat begitu lama. Pustakawan dituntut untuk aktif dan
giat bekerja dlam menyampaikan informasi dalam aneka produk
kemasan-kemasan yang menarik dan sampai kepada pemakai.
II. Kinerja Pustakawan
Jabatan pustakwan merupakan tantangan bahwa
pustakawan merupakan pekerja professional, yang jelas
memerlukan keahlian dan keterampilan tertentu, sehingga
kinerja yang terbentuk merupakan jati diri pustakawan
memberdayakan dinamika informasi dalam era globalisasi.
Kembali kepada profesionalisme, maka profesi berarti memiliki
etos kerja dan keterikatan atu komitmen sesuai dengan bidang
keahlian dan keterampilan, antara lain : komitmen untuk
mengembangkan diri, untuk menggunakan hal-hal baru,
23
bersikap eksperimental dan inovatif, member pelayanan standar
kualifikasi dan prestasi serta pengakuan.
4. Profesionalisme
Menurut Sulistyo-Basuki (1991:147) profesi merupakan sebuah
pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus yang
diperoleh dari teori dan bukan saja dari praktek, dan diuji dalam bentuk
ujian dari sebuah universitas atau lembaga yang berwenang serta
memberikan hak pada orang yang bersangkutan untuk berhubungan
dengan klien. Sedangkan profesionalisme menunjukkan ide, aliran, isme
yang bertujuan mengembangkan profesi, agar profesi dilaksanakan oleh
profesional dengan mengacu norma-norma, standar dan kode etik serta
memberikan layanan yang terbaik kepada klien.
Istilah profesionalisme biasanya dikaitkan dengan penguasaan
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku dalam mengelola dan
melaksanakan pekerjaan/tugas dalam bidang tertentu. Profesionalisme
adalah rasa kepemilikan akan sesuatu, yang mana dari rasa ini ia benar-
benar merasa bahwa sesuatu itu harus dijaga. Adapun profesionalisme
pustakawan hanya dapat dimiliki oleh seorang pustakawan tingkat
ahli/profesional atau pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk
pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya Sarjana Perpustakaan,
Dokumentasi dan Informasi atau Sarjana bidang lain yang disetarakan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesionalisme mempunyai
makna mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi
24
atau yang professional. Penggunaan kata profesionalisme menunjuk pada
derajat penampilan seseorang sebagai professional atau penampilan suatu
pekerjaan sebagai suatu profesi, ada yang profesionalismenya tinggi,
sedang, dan rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan
komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi
dan kode etik profesinya.
Menurut Purwono dalam (Wignjosoebroto, 1999:48) profesionalisme
adalah suatu faham yang menciptakan dilakukannya kegiatan-kegiatan
kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan
berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar untuk menerima panggilan
tersebut untuk dengan pengabdian selalu siap memberikan pertolongan
kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah gelapnya
kehidupan.
Ciri-ciri profesionalisme seorang pustakawan dapat dilihat
berdasarkan karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a. Memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan keahlian
yang mumpuni dalam bidangnya.
b. Memiliki tingkat kemandirian yang tinggi.
c. Memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dan bekerja sama.
d. Senantiasa berorientasi pada jasa dan menjunjung tinggi kode etik
pustakawan.
e. Senantiasa melihat ke depan atau berorientasi pada masa depan.
25
Profesionalisme dalam setiap pekerjaan pustakawan saat ini mutlak
dibutuhkan , dengan memiliki cara kerja pelayanan dengan berprinsip pada
people based service (berbasis pengguna) dan service excellence (layanan
prima) yang hasilnya diharapkan dapat memenuhi kepuasan penggunanya.
Dampak positifnya adalah peran pustakawan semakin diapresiasi oleh
banyak kalangan dan citra lembaganya (perpustakaan) akan menjadi naik.
Ironinya, pustakawan masa kini, profesionalisme itu hanya untuk
memperkaya diri dan bukan untuk kemajuan lembaganya. Faktanya, setiap
keahlian yang dimilikinya hanya berorientasi pada nilai ekonomi semata.
Sedangkan untuk kemajuan lembaganya hanya sebagian kecil saja yang
bisa disumbangkan. Hal ini tentunya menjadi tantangan bersama untuk
membenahi sistem kebijakan pola karir dan manajemen dalam
pengembangan sumber daya pustakawannya. Tuntutan itu adalah hal yang
wajar, karena profesi pustakawan ini masih disetarakan, baik dari segi
ekonomi (kesejahteraan), keilmuan, maupun perhatian dari pemerintah.
Secara kelembagaan, pengembangan karir bagi pustakawan profesional ini
harus direkonstruksi sebagai upaya pembenahan diri profesinya yang
lebih berkualitas.
Pustakawan sebagai profesi semestinya memiliki keinginan tinggi
meningkatkan produktivitas dan kinerjanya untuk memberikan manfaat
bagi yang membutuhkan. Keinginan yang tidak terlepas dari kebutuhan
dan harapan individu dimana dia bekerja. Oleh sebab itu perilaku
26
kompetisi dan profesionalisme ini menjadi salah satu cara untuk mencapai
keinginan tersebut.
Profesionalisme pustakawan mengandung arti pelaksanaan kegiatan
perpustakaan yang didasarkan pada keahlian, rasa tanggung jawab dan
pengabdian, mutu hasil kerja yang tidak dapat dihasilkan oleh tenaga yang
bukan pustakawan. Serta selalu mengembangkan kemampuan dan
keahliannya untuk memberikan hasil kerja yang lebih bermutu dan
sumbangan yang lebih besar kepada pemakai perpustakaan.
Sikap seorang profesionalisme, termasuk pustakawan yaitu :
a. komitmen tinggi
b. tanggung jawab
c. berfikir sistematis
d. penguasaan materi
e. menjadi bagian masyarakat professional
Pustakawan sebagai profesi juga harus memiliki beberapa keterampilan
antara lain:
1. Adaptability
Pustakawan hendaknya cepat berubah menyesuaikan keadaan yang
menantang. Sudah saatnya adaptif memanfaatkan teknologi informasi.
Pustakawan dalam memberikan informasi tidak lagi bersandar pada
buku teks dan jurnal di rak, tetapi dengan memanfaatkan internet
untuk mendapatkan informasi yang aktual bagi penggunanya.
27
2. People Skills (Soft Skill)
Pustakawan adalah mitra intelektual yang memberikan jasa kepada
pengguna. Mereka harus lihai berkomunikasi baik lisan maupun
tulisan dengan penggunanya. People Skills ini dapat dikembangkan
dengan membaca, mendengarkan kaset-kaset positif, berkenalan
dengan orang-orang positif, bergabung dengan organisasi positif lain
dan kemudian diaplikasikan dalam aktivitas sehari-hari.
3. Berpikir Positif
Ketika kita dihadapkan pada suatu pekerjaan yang cukup besar
maka pada umumnya kita berkata: “wah…..tidak mungkin;
aduh…..sulit!!!!” Pustakawan diharapkan menjadi seorang pemenang
yaitu sebagai pemenang yang berpikiran positif sehingga jika
dihadapkan pada pekerjaan besar seharusnya berkata: “Yes, kami
bisa.”
4. Personal Added Value
Pustakawan harus mempunyai nilai tambah. Pustakawan tidak
hanya lihai dalam mengindeks, mengkatalog, mengadakan bahan
pustaka, dan pekerjaan rutin lainnya. Harus ada nilai tambah misalnya
dapat mencarikan informasi yang rinci di internet dan tahu bagaimana
cara cepat mancari informasi tersebut di internet.
28
5. Berwawasan Enterpreneurship (Kewirausahaan)
Informasi adalah kekuatan, informasi adalah mahal. Maka
sebaiknya pustakawan harus sudah mulai berwawasan
enterpreneurship agar dalam perjalanan sejarahnya nanti dapat
bertahan. Lebih-lebih di era otonomi, maka perpustakaan secara
perlahan harus menjadi income generation unit. Memang sudah ada
pustakawan yang berwawasan bisnis, tapi masih belum semuanya.
Paradigma lama bahwa perpustakaan hanya pemberi jasa yang
notabene tidak ada uang harus segera ditinggalkan.
6. Team Work-Sinergi
Di dalam era global yang ditandai dengan ampuhnya internet dan
membludaknya informasi, pustakawan seharusnya tidak lagi bekerja
sendiri, mereka harus membentuk team work untuk bekerja sama
mengolah informasi.
Pustakawan profesional dituntut menguasai bidang ilmu
kepustakawanan, memiliki keterampilan dalam melaksanakan tugas
atau pekerjaan kepustakawanan, melaksanakan tugas/pekerjaannya
dengan motivasi yang tinggi yang dilandasi oleh sikap dan
kepribadian yang menarik, demi mencapai kepuasan pengguna.
Profesionalisme pustakawan harus terus ditingkatkan karena
merupakan suatu hal yang amat penting dan harus dimiliki oleh para
pustakawan jika perpustakaan ingin terus tumbuh dan berkembang
dalam lingkungannya yang terus berubah.
29
5. Perkembangan Perpustakaan
Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang
terjadi karena adanya proses kematangan dan belajar. Makin majunya
ilmupengetahuan dan teknologi informasi, tentu setiaporganisasi termasuk
dalam hal ini perpustakaan memerlukan tenaga kerja ataukaryawan yang
mempunyai kemampuan profesional.
Kemampuan professional dimaksud adalah sumber daya manusia
berkualitas yang menguasai keterampilandan pengetahuan serta sikap yang
menunjang perkembangan di segala bidang, mampu menempatkan
berbagai peluang dan tangguh dalam menghadapi tantangan.
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang
terus berkembang memerlukan pustakawan yang kreatif dan inovatif, serta
terus menerus membuka diri. Pustakawan yang kreatif dan inovatif mampu
mendayagunakan modal intelektual dan keterampilan dalam melaksanakan
tugas-tugas sesuai dengan tanggung jawabnya, akan dapat memberikan
nilai lebih bagi kepentingan perpustakaan maupun bagi para pemakain di
tempatnya bekerja. Hal ini berarti pustakawan selalu berupaya untuk
membangun kinerja ke arah yang lebih baik dan produktif dalam
melaksanakan tugas-tugasnya. Perkembangan perpustakaan akan dapat
terwujud jika pustakawan berperan dalam proses yang ada di
perpustakaan.