BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEPRESI
1. Pengetian
Depresi merupakan suatu perasanan sedih yang disertai dengan
perlambatan gerak dan fungsi tubuh ( Hadi, 2004 ).
Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam, yang
bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan
lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus
menerus dirasakan melebihi waktu yang normal (Anonim, 2004 ).
Depresi adalah kecemasan pada banyak cara dan
berkesinambungan( Priest,1994 ).
Depresi adalah masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan
bunuh diri (Roan,1998).
Depresi adalah penyakit mental dan emosional umum yang bisa
terjadi pada siapa saja ( Bambang,1997).
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
2. Jenis Depresi
Menurut Martin ( dalam Hadi, 2004, Budiyanto, 1992, Priest, 1994 )
menyebutkan bahwa ada 3 jenis depresi yaitu :
a. Normal Grief Reaction.
Terjadi karena faktor dari luar dirinya yang merupakan bentuk dari
reaksi kehilangan sesuatu atau seseorang.
b. Endogenous Depresion
Penyebab datang dari dalam tetapi belum jelas. Bisa karena gangguan
hormon, kimia dalam otak atau susunan syaraf yang datang secara
bertahap.
c. Neurotic Depresion
Depresi ini terjadi jika depresi reaktif tidak terselesaikan secara baik
dan tuntas. Depresi ini merupakan respon terhadap stress dan
kecemasan yang telah ditimbun dalam waktu yang lama.
3. Teori Depresi
Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan
munculnya gangguan depresi ( dalam Anonim 3), yaitu:
a. Teori Biologi
Teori biologi ini mempunyai asumsi bahwa penyebab depresi
terletak pada gen atau mal fungsi beberapa faktor fisiologik yang
memungkinkan faktor tersebut.
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
b. Pandangan psikodinamika
Studi psikologik tentang depresi dimulai oleh Sighmund Freud dan
Karl Abraham. Keduanya menggambarkan bahwa depresi
merupakan reaksi kompleks terhadap kehilangan (loss). Freud dalam
bukunya “Mourning and Melancholia” menggambarkan bahwa rasa
sedih yang normal dan depresi sebagai respon dari kehilangan
seseorang atau sesuatu yang dicintainya (Davidson dan Neale, 1997).
Pada orang yang mengalami depresi terjadi pengurangan harga diri
secara luar biasa dan mengalami kemiskinan ego pada skala yang
besar (dalam Sarason dan Sarason,1989).
c. Pandangan Behavioral.
Teori belajar berasumsi bahwa antara depresi dan penguat yang
kurang ( Lack of Reinforcment ) saling berhubungan satu sama lain.
Pandangan Behavioral menjelaskan bahwa orang yang mengalami
depresi kurang menerima penghargaan (rewards) atau dengan kata
lain lebih mengalami hukuman (punishment) dari pada orang yang
tidak mengalami depresi.
d. Pandangan humanistik – eksistansial.
Teori eksistensial memfokuskan kehilangan harga diri sebagai
penyebab depresi utama. Kehilangan harga diri dapat nyata atau
simbolik, misal kehilangan kekuasaan, status sosial atau uang. Teori
humanistic menekankan perbedaan self seseorang dengan keadaan
yang nyata sebagai sumber depresi dan kecemasan. Menurut
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
pandangan ini depresi terjadi jika perbedaan antara ideal self dan
kenyataan terlalu besar.
e. Pandangan Kognitif.
Teori depresi berdasarkan kognitif ini merupakan teori yang paling
sering digunakan dalam penelitian tentang depresi (dalam Susanty,
1997). Hal ini disebabkan karena teori kognitif selama ini sangat
efektif digunakan untuk terapi terhadap depresi. Teori ini
menyatakan bahwa seseorang yang berpikiran negatif tentang dirinya
akan menelusuri lebih lanjut bahwa mereka melakukan interpretasi
yang salah dan menyimpang dari realita. Salah satu teori kognitif
adalah teori depresi beck (Atkinson, 1991). Teori tersebut
menyatakan bahwa seseorang yang mudah terkena depresi telah
mengembangkan sikap umum untuk menilai peristiwa dari segi
negatif dan kritik diri.
4. Penyebab Depresi
Penyebab depresi belum sepenuhnya dimengerti. Sejumlah faktor
dapat menyebabkan seseorang cenderung menderita depresi
diantaranya:
a. Faktor biologik, misalnya faktor genetik, perubahan neuro
transmitter atau neuroendokrin, perubahan struktur otak, vaskular
risk factors, dan penyakit kelemahan fisik.
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
b. Faktor psikologik, yaitu tipe kepribadian dan relasi interpersonal.
Peristiwa kehidupan, misalnya berduka kehilangan orang yang
dicintai, kesulitan ekonomi, dan perubahan situasi.
c. Penggunaan obat-obatan tertentu.
Depresi bisa terjadi atau semakin memburuk tanpa disertai stres
kehidupan yang nyata ataupun berarti. Wanita dua kali lebih mudah
terkena depresi, meskipun alasannya belum diketahui dengan jelas.
Penelitian jiwa menyebutkan bahwa wanita cenderung memberikan
respon terhadap kesengsaraan dengan cara menarik diri dan
menyalahkan dirinya sendiri. Sebaliknya, pria cenderung menolak atau
mengalihkannya kedalam berbagai kegiatan. (Dharmono, 2008)
5. Tanda Dan Gejala Depresi.
Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang
secara spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi. Namun setiap
orang mempunyai perbedaan yang mendasar, yang memungkinkan suatu
peristiwa atau perilaku dihadapi secara berbeda dan memunculkan
reaksi yang berbeda antara satu orang dengan yang lain. Gejala utama
depresi yaitu efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan,
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
dan menurunnya aktifitas. Namun gejala-gejala depresi dapat dilihat dari
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
tiga segi, yaitu gejala dilihat dari segi fisik, psikis dan sosial. Secara lebih
jelasnya, akan diuraikan sebagi berikut :
a. Gejala Fisik
Menurut beberapa ahli, gejala depresi yang kelihatan ini mempunyai
rentangan dan variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya
depresi yang dialami. Namun secara garis besar ada beberapa gejala
fisik umum yang relatif mudah dideteksi.
Gejala itu seperti: gangguan pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau
terlalu sedikit), konstipasi, pusing, makan berlebih, perubahan haid,
perubahan berat badan. Pada umumnya, orang yang mengalami
depresi menunjukkan perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang
tidak melibatkan orang lain seperti nonton TV, makan tidur,
menurunnya efisiensi kerja.
Penyebabnya jelas, orang yang terkena depresi akan sulit
memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan.
Sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal
prioritas. Oleh karena itu, keharusan untuk tetap beraktivitas
membuatnya semakin kehilangan energi karena energi yang ada sudah
banyak terpakai untuk mempertahankan diri agar tetap dapat
berfungsi seperti biasanya. Mereka mudah sekali lelah, capai padahal
belum melakukan aktivitas yang berarti, mudah merasa letih dan sakit.
Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan negatif. Jika seseorang
menyimpan perasaan negatif maka jelas akan membuat letih karena
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
membebani pikiran dan perasaan dan orang tersebut harus
memikulnya dimana saja dan kapan saja, suka tidak suka.
b. Gejala Psikis
Gejala-gejala psikis yang sering muncul adalah sebagai berikut:
1) Kehilangan rasa percaya diri.
Penyebabnya, orang yang mengalami depresi cenderung
memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri
sendiri. Pasti mereka senang sekali membandingkan antara dirinya
dengan orang lain. Orang lain dinilai lebih sukses, pandai,
beruntung, kaya, lebih berpendidikan, lebih berpengalaman, lebih
diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negative lainnya.
2) Sensitif.
Orang yang mengalami depresi senang sekali mengkaitkan segala
sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering
peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang
berbeda oleh mereka, bahkan disalah artikan. Akibatnya, mereka
mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud
orang lain (yang sebenarnya tidak ada apa-apa), mudah sedih,
murung, dan lebih suka menyendiri.
3) Merasa diri tidak berguna.
Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi
orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang
seharusnya mereka kuasai. Misalnya, seorang manajer mengalami
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
depresi karena ia dimutasikan ke bagian lain. Dalam persepsinya,
pemutasian itu disebabkan ketidak mampuannya dalam bekerja dan
pimpinan menilai dirinya tidak cukup memberikan kontribusi
sesuai dengan yang diharapkan.
4) Perasaan bersalah.
Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang
mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang
menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan
mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.
Banyak pula yang merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain
dan menyalahkan diri mereka atas situasi tersebut.
5) Perasaan terbebani.
Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang
dialaminya. Mereka merasa terbebani berat karena merasa terlalu
dibebani tanggung jawab yang berat.
6) Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup.
Tantangan yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak memberikan
kesenangan.
c. Gejala Sosial
Jangan heran jika masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada
akhirnya mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktifitas
rutin lainnya). Bagaimana tidak, lingkungan tentu akan bereaksi
terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umumnya
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih,
mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada
masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah
ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga
seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok
dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal.
Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif
menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.
( Maryam. et all, 2008, Syamsudin, 2008, Idris, 2008, Hadi, 2004 dan
Priest, 1994 )
6. Rentang Depresi
Rentang depresi dapat digolongkan menjadi 3 menurut PPGDJ-III yaitu
a. Depresi Ringan, dengan ciri – ciri :
1) sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi
2) ditambah sekurang – kurangnya 2 dari gejala lainya
3) tidak boleh ada gejala berat diantaranya
4) lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya
sekitar 2 minggu
5) hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan social yang
biasa dilakukan.
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
b. Depresi sedang, dengan cirri - ciri :
1) sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi
seperti pada depresi ringan
2) ditambah sekurang – kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala
lainya
3) lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu
4) menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial
pekerjaan dan urusan rumah tangga
c. Depresi berat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1) Depresi berat tanpa gejala psikotik, ciri – cirinya :
(a) semua 3 gejala depresi harus ada,
(b) ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainya dan
beberapa diantaranya harus berintensitas berat,
(c) bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi
psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau
atau mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci.
(d) episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang –
kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan
beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk
menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2
minggu.
(e) sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan social, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali
pada taraf yang sangat terbatas.
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
2) Depresi berat dengan gejala psikotik, ciri – cirinya:
(a) episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut depresi
berat tanpa gejala psikotic.
(b) disertai waham, halusinasi atau stupor depresif, waham
biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau
malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung
jawab atas hal itu. Halusinasi audiotorik (suara) atau olfaktorik
(penciuman) biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
psikomotorik yang berat dapat menuju pada stupor. Jika
diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai
serasi atau tidak serasi dengan efek (mood congruent).
7. Skala Depresi Lansia menurut Beck & Beck.
Beck memandang individu yang mengalami depresi perasaan dan
perilakunya diakibatkan oleh persepsi negatif mereka dan verbalisme-
mereka. Penelusuran literatur yang dilakukan oleh Beck menemukan
konsistensi yang menarik perhatian mengenai depresi, seperti adanya
penurunan mood, kesedihan, pesimisme tentang masa depan, retardasi
dan agitasi, sulit berkonsentrasi, menyalahkan diri sendiri, lamban dalam
berpikir serta serangkaian tanda vegetatif seperti gangguan dalam nafsu
makan maupun gangguan dalam hal tidur. Beck sendiri membuat
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
simptom-simptom itu menjadi simptom - simptom emosional, kognitif,
motivasional dan vegetatif fisik, yang secara rinci sebagai berikut :
a. Simptom Emosional
Merupakan perubahan perasaan atau tingkah laku yang merupakan
akibat langsung dari keadaan perasaannya. Dalam mengukur manifestasi
emosi, adalah penting untuk menghitung tingkat mood dan tingkah laku
individu. Kondisi berkenaan dengan gejala emosional itu adalah suasana
hati sedih. Suasana hati didefinisikan secara berbeda oleh setiap
penderita. Maka dari itu peneliti harus mengetahui deskripsi dan konotasi
dari kata yang digunakan oleh penderita.
Intensitas deviasi perasaan harus diperhatikan pula sehingga
penggunaan kata yang mewakili durasi harus dipertimbangkan. Penderita
juga mempunyai perasaan yang negatif terhadap diri. Hal ini mungkin
berhubungan dengan perasaan disphoria, tetapi yang cenderung
mengarah pada diri sendiri. Kehilangan kebahagiaan atau kepuasan
merupakan suatu proses yang terus berkembang. Kondisi ini muncul
berawal pada aktivitas tertentu dan seiring dengan perkembangan
depresi, kemudian meluas pada berbagai aktivitas lainnya termasuk
pelaksanaan peran yang menjadi tanggung jawabnya. Kehilangan
keterlibatan emosi kasih sayang diwujudkan dengan menurunnya derajat
ketertarikan pada aktivitas tertentu atau menurunnya perhatian terhadap
orang lain. Penderita juga lebih sering menangis, stimulus yang pada
keadaan sebelumnya tidak membuatnya menangis pada saat ini justru
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
menimbulkan tangisan. Tetapi, pada tahap yang lebih parah, pasien justru
tidak dapat menangis lagi meskipun ia menginginkannya. Hilangnya
respon yang menggembirakan dalam arti hilangnya kemampuan
menangkap humor. Humor tidak lagi memberikan kepuasan, semua
dilihat secara serius bahkan dapat menimbulkan respon tersinggung.
b. Simptom Kognitif
Beck menyatakan manifestasi kognitif yang muncul, antara lain
adanya penilaian diri yang rendah, harapan-harapan yang negatif,
menyalahkan dan mengkritik diri sendiri, tidak dapat memutuskan dan
adanya distorsi body image. Adanya penilaian diri yang rendah muncul
dengan adanya harga diri yang rendah. Ia menilai dirinya sebagai seorang
yang berkekurangan meskipun mempunyai hal-hal spesifik yang penting.
Penderita depresi mempunyai harapan negatif yang ditandai dengan
munculnya pesimisme yang berhubungan erat dengan rasa ketidak
berhargaan. Mereka mempunyai bayangan buruk dan penolakkan
terhadap kemungkinan berbagai perubahan. Mereka berkeyakinan bahwa
kondisi kekurangannya akan berlangsung terus atau akan menjadi
semakin buruk. Gejala lainnya adalah penyalahan terhadap diri atau
memikul tanggung jawab pada diri sebagai penyebab kesulitan atau
masalah yang terjadi. Segala hal yang merugikan dianggap berasal dari
kekurangannya. Bahkan pada kasus yang lebih parah, penderita mungkin
menyalahkan dirinya untuk hal-hal yang sebenarnya tidak berkaitan
dengan dirinya. Penderita juga mengalami kesulitan dalam membuat
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
keputusan, bimbang memilih alternatif yang ada atau keputusannya
sering berubah. Keadaan tersebut terjadi disebabkan; pertama penderita
mengantisipasi membuat keputusan yang salah, kedua karena adanya
kehilangan kemauan dan kecenderungan menghindar atau meningkatkan
ketergantungan pada lingkungannya.
c. Simptom Motivasional
Berkaitan dengan hasrat dan ketergugahan penderita yang cenderung
regresif. Istilah regresif dikaitkan dengan aktivitas yang dilakukan,
dengan derajat tanggung jawab atau dengan banyaknya energi yang akan
digunakan. Penderita melarikan diri dari aktivitas yang menuntut peran
dewasa dan memilih aktivitas yang lebih memiliki karakteristik peran
anak-anak. Kehilangan motivasi positif, kelumpuhan kemauan, adalah
ciri yang menyolok. Untuk melakukan tugas utama, seperti makan,
perawatan diri atau mencari pengobatan merupakan hal yang berat bagi
mereka. Mereka cenderung menghindar dan ingin mengelakkan diri dari
pola yang biasa atau rutin dalam hidupnya. Rutinitas dinilai
membosankan, tidak berarti atau memberatkan. Mereka sangat ingin
mendapat bantuan, bimbingan atau arahan dari orang lain. Lebih parah
lagi mereka dapat berkeinginan bunuh diri yang muncul dalam berbagai
bentuk. Hal ini dialami sebagai harapan yang pasif (“Saya harap, saya
orang mati “), sebagai harapan aktif (“Saya ingin bunuh diri “), atau
sebagai pikiran yang berulang, obsesif, tanpa kualitas kemauan
melakukan aktivitas seperti melamun. Harapan ini kadang-kadang
menetap, tapi ada juga yang timbul dan menghilang.
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
d. Simptom Gejala Fisik – Vegetatif
Perwujudan gejala vegetatif dan fisik benar-benar dipertimbangkan
peneliti sebagai bukti untuk melihat gangguan otonom atau hypothalamic
yang bertanggung jawab terhadap keadaan depresi (Cambell, 1953.
Kraines, 1957). Gejala fisik yang muncul adalah kondisi mudah lelah, hal
tersebut sering dirasakan sebagai fenomena fisik murni dan sebagian
menganggap sebagai kelelahan akibat kehilangan energi. Gejala
kehilangan nafsu makan untuk beberapa penderita bisa merupakan tanda
awal dan kembalinya nafsu makan mungkin menjadi tanda pula bahwa
kehidupannya telah kembali. Penderita juga tidur lebih sedikit daripada
orang normal dan terdapat derajat kegelisahan yang menyolok selama
semalam. Pada beberapa kasus, mereka juga kehilangan minat seksual,
baik pada diri sendiri maupun terhadap lawan jenis. Model kognitif
depresi berkembang dari observasi-observasi klinis yang sistematis dan
pengujian-pengujian eksperimental yang berulang kali (Beck, 1979).
Model kognitif mendalilkan 3 (tiga) konsep spesifik, yaitu :
1) Concept of Cognitive Triad
Cognitive Triad berisi 3 (tiga) pola kognitif utama yang
menyebabkan penderita memandang dirinya, masa depannya dan
pengalamannya secara ideosinkretik, yaitu didominasi oleh pola-pola
kognitif yang negatif.
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
2) Schemas
Unsur utama yang kedua dari Model Kognitif berisi konsep skema.
Konsep ini digunakan untuk menjelaskan mengapa penderita depresi
mempertahankan penyebab rasa sakit dan sikap menyalahkan diri
walaupun terdapat bukti objektif dari faktor-faktor positif dalam
hidupnya.
3) Cognitive Error
Pada individu depresi ditemui karakteristik pemikiran yang
mencerminkan berbagai penyimpangan dari kenyataan. Kesalahan
sistematik dalam pemikiran penderita menambah kepercayaan terhadap
keakuratan konsep negatifnya walaupun bukti yang sebenarnya sangat
berlawanan (Beck, 1967).
Individu yang mempunyai gabungan sifat dari konsep yang telah
dijabarkan diatas, memiliki predisposisi untuk mengembangkan depresi
klinis pada kehidupan selanjutnya. gabungan sifat dari konsep depresi
tersebut dapat menjadi depresi, tergantung pada kondisi yang mampu
mengaktifkan gabungan sifat dari konsep tersebut. Diantaranya adalah :
a) Stres Yang Spesifik
Kondisi atau peristiwa yang memiliki persamaan dengan pengalaman
traumatic pada masa lalu dapat menjadi stres kelompok ini. Kondisi-
kondisi yang dapat menimbulkan stres yang spesifik dikemukakan Beck
antara lain situasi yang dapat menurunkan harga diri (ditolak cinta,
kegagalan dalam studi, mendapat PHK, diasingkan keluarga), situasi yang
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
menghambat tujuan penting atau dilemma yang harus dipecahkan,
penyakit, gangguan fisik atau abnormalitas, kemunduran fisik atau
kematian, rangkaian situasi stres yang berulang sehingga mematahkan
toleransi stresnya terhadap situasi tersebut.
b) Stres Yang Non Spesifik
Individu akan dapat mengembangkan bentuk gangguan psikologis
bila dihadapkan pada stres yang berlebihan. Misalnya : bencana yang
tidak terduga. Tetapi, kadang-kadang depresi tercetus tidak melalui
peristiwa tunggal yang berlebihan melainkan dari serangkaian peristiwa
yang dialami.
c) Faktor-Faktor Lain
Merupakan faktor yang mampu mengembangkan depresi, di luar dua
faktor di atas. Beck menyebut salah satu faktor itu sebagai ketegangan
psikologis, yaitu stimulasinya berlebihan atau berkepanjangan
periodenya. (Iskandarsyah 2006, Saptorini 2008 )
B. KOPING
1. Pengertian
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap
situasi yang mengancam ( Mustikasari, 2008, Keliat,1998).
Sedangkan menurut Rasmun (2004), koping adalah respon individu
terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologi.
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
Koping merupakan suatu proses pengolahan tuntutan eksternal dan
internal yang dinilai sebagai beban atau melebihi sumber yang dimiliki
seseorang. Dalam hal ini koping merupakan proses penyelesaian masalah
menurut Lazarus & Folkman 1984 (dalam Hamid,1997).
Koping adalah respon terhadap ketegangan eksternal yang berfungsi
mencegah menghindari tekanan emosional.( Pearlin & Schooler 1978
dalam Hamid, 1997 ).
Koping merujuk pada pengatasan suatu situasi yang menimbulkan
ancaman terhadap individu sehingga mengatasi perasaan tidak nyaman
seperti ansietas, rasa takut, berduka dan bersedih (Millern,1983 dalam
Hamid,1997 ).
2. Jenis Koping
Menurut Rasmun, ( 2004 ) dan Mustikasari, ( 2008 ) jenis koping ada dua
yaitu:
1. Koping Psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres psikologi
tergantung pada dua faktor yaitu:
a. bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stresor,
artinya seberapa besar ancaman yang dirasakan individu tersebut
terhadap stressor yang diterimanya.
b. keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu, artinya
dalam menghadapi stresor jika strategi yang digunakan efektif maka
menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan fisik maupun psikologis.
2. Koping psikososial
Adalah reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus stres yang
dihadapi oleh klien, menurut Stuart dan Sundeen (1991),
mengemukakan bahwa terdapat dua kategori koping yang dapat
digunakan untuk mengatasi stres dan kecemasan;
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, cara ini digunakan untuk
menyelesaikan masalah konflik dan memenuhi kebutuhan dasar.
Terdapat 3 macam reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu;
1) Perilaku menyerang ( Fight )
Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan
dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya dan perilaku
yang ditunjukkan dapat berupa konstruktif maupun destruktif.
2) Perilaku Menarik Diri ( Withdrawl )
Individu menunjukan perilaku pengasingan diri dari lingkungan
dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologik meninggalkan
lingkungan yang menjadi sumber stressor.
3) Kompromi
Kompromi merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh
individu untuk menyelesaikan masalah yang dilakukan dengan
bermusyawarah atau negoisasi.
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
b. Reaksi yang berorientasi pada Ego.
Reaksi ini digunakan oleh individu dalam menghadapi stres atau
kecemasan sehingga dapat mengurangi kecemasan, tetapi jika
digunakan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan gangguan
orientasi realita dengan memburuknya hubungan interpersonal dan
produktifitas kerja. Adapun mekanisme pertahanan diri yang
bersumber dari ego yaitu;
1) Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan
secara tegas menonjolkan keistimewaan atau kelebihan yang
dimilikinya.
2) Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidak setujuan terhadap realitas dengan berusaha
mengatakan tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Mekanisme
pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.
3) Mengalihkan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau
benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam
dirinya.
4) Disosiasi
Kehilangan kemampuan mengingat peristiwa yang terjadi pada
dirinya.
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
5) Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang dia
kagumi berupaya dengan mengambil atau menirukan pikiran-
pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
6) Intelektualisasi (intelectualization)
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari
pengalaman yang tidak menyenangkan.
7) Introjeksi (introjection)
Perilaku dimana individu menyatukan nilai orang lain atau
kelompok kedalam dirinya.
8) Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu
dapat bersifat sementara atau berjangka lama.
9) Proyeksi
Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi
kepada orang lain karena kesalahan yang dilakukannya sendiri.
10) Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima
masyarakat untuk membenarkan kesalahannya.
11) Reaksi formasi
Pembentukan sikap dan pola perilaku yang bertentangan dengan
apa yang sebenarnya.
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
12) Regresi
Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri
khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
13) Represi
Menekan perasaan atau pengalaman yang menyakitkan dari
kesadaran yang cenderung memperkuat mekanisme ego lainnya.
14) Pemisahan (splitting)
Sikap mengelompokkan orang atau keadaan semuanya baik atau
semuanya buruk, kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif
dan negatif di dalam diri sendiri.
15) Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam
penyalurannya secara normal.
16) Supresi
Menekan perasaan yang menyakitkan ke alam tak sadar sampai dia
melupakan peristiwa yang menyakitkan itu.
17) Undoing
Tindakan atau perilaku atau komunikasi yang menghapuskan
sebagian dari tindakan atau perilaku atau komunikasi sebelumnya
merupakan mekanisme pertahanan primitif.
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
3. Faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping
a. Kesehatan Fisik.
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam
usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga
yang cukup besar.
b. Keyakinan atau pandangan positif.
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting,
seperti keyakinan akan nasib (eksternal locus of control) yang
mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan
(helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi koping
tipe : problem-solving focused coping.
c. Keterampilan Memecahkan masalah.
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,
menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk
menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan
alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan
pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu
tindakan yang tepat.
d. Keterampilan sosial.
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan
bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai
sosial yang berlaku di masyarakat.
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
e. Dukungan sosial.
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi
dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua,
anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat
sekitarnya.
f. Materi.
Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang barang
atau layanan yang biasanya dapat dibeli.( Anonim 2, 2008 )
C. Lanjut Usia.
1. Pengertian.
Lanjut usia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada dasar
kehidupan manusia( Keliat,1999)Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2),(3),(4)
UU No.13 tahun1998 tentang kesehatan disebutkan bahwa lansia adalah
seseorang yang telah berusia lebih dari 60 tahun. Menjadi tua ditandai dengan
adanya kemunduran fisik, kognitif, orientasi, serta tidak mudah menerima hal
baru.
Penuaan menurut Depkes.RI ( dalam Maryam, et all., 2008 ) adalah
suatu proses alami yang tidak dapat dihindari berjalan secara terus menerus,
dan berkesinambungan yang menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan
biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan
tubuh secara keseluruhan. Lansia dapat diklasifikasikan menjadi lima dalam
Maryam,et all ( 2008),yaitu sebagai berikut:
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
a. Pralansia, sesorang yang berusi antara 45 – 59 tahun.
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
dapat menghasilkan barang atau jasa.
e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.
2. Teori penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan penuaan dalam Maryam,et all,
2008 yaitu:
a. Teori – teori biologi
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies- spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul atau
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai
contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin ( terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel). Pada Teori ini terkenal
dengan pemakaian dan rusak yang terjadi karena kelebihan
usaha dan stres sehingga menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
2) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
3) Teori “immunology slow virus”
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh.
4) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
5) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas
ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
6) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
7) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
b. Teori kejiwaan sosial
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial. Ada beberapa pokok-pokok teori aktifitas yaitu; moral dan
kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan
sepenuhnya dari lansia di masyarakat, kehilangan peran akan
menghilangkan kepuasan seseorang lansia.
2) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality
yang dimiliki.
3) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjadi kehilangan ganda (triple loss), yakni : kehilangan peran,
hambatan kontak social, berkurangnya kontak komitmen.
4) Teori perkembangan.
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang dialami
lansia pada saat muda hingga dewasa dan teori ini menjelaskan
bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut
yang dapat bernilai positif atau negatif.
5) Teori Stratifikasi Usia.
Pokok dari teori ini adalah arti usia dan posisi dalam kelompok usia
bagi masyarakat, terdapat transisi yang dialami kelommpok,
terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk.
6) Teori Spiritual.
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu
tentang arti kehidupan.
D. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
1. Kerangka Teori
( Tabel.1.1)
Faktor biologi
Faktor psikologi
Depresi Lansia
Depresi Tidak ada
Depresi Sedang
Depresi Ringan
Depresi Berat
Perilaku Koping
Perilaku Menarik
Perilaku menyera
ng
Kompromi
Penggunaan Obat tertentu
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009
2. Kerangka Konsep
( Tabel. 2 )
( Tabel.3 )
3. Hipotesis.
Ha: Terdapat hubungan antara depresi dengan perilaku koping pada lansia
di Panti Wredha Dewanata Cilacap.
Ho: Tidak ada hubungan antara depresi dengan perilaku koping pada
lansia di Panti Wredha Dewanata Cilacap.
Tidak Depresi Perilaku Koping Lansia
- Perilaku menyerang - Kompromi - Perilaku Menarik Diri
Depresi Lansia - Depresi ringan - Depresi sedang - Depresi berat
Perilaku Koping Lansia
- Perilaku menyerang - Kompromi - Perilaku Menarik Diri
Hubungan Antara Depresi..., Laksana Wahyu Cahya Ningsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2009