digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI
A. Akad
1. Pengertian Akad
Secara bahasa akad (al ‘aqd) adalah ikatan, mengikat. Dikatakan
ikatan (al rabth) akad itu menghimpun atau mengumpulkan dua ujung
tali dan mengikatkan salah satunya pada yang lain hingga keduanya
bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu.1 Sedangkan
menurut para ahli Hukum Islam (jumhur ulama) mendefinisikan, akad
sebagai pertalian ijab dan qabu>l yang dibenarkan oleh syara‟ yang
menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.
Mustafa Ahmad al Zarqa‟ menyatakan bahwa dalam pandangan
syara‟ suatu akad merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan oleh
dua orang atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan untuk
mengikatkan diri. Kehendak atau keinginan pihak-pihak yang
mengikatkan diri itu sifatnya tersembunyi dalam hati. Oleh sebab itu,
untuk menyatakan kehendak masing-masing harus diungkapkan dalam
suatu pernyataan. Pernyataan pihak-pihak yang berakad itu disebut
dengan ijab dan qabu>l.2 Setiap pernyataan pertama yang dikemukakan
oleh salah satu pihak yang ingin mengikatkan diri dalam suatu akad
disebut dengan mujib (pelaku akad) dan setiap pernyataan kedua yang
1 Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, 51.
2 Mustafa Ahmad Al Zarqa‟, Al Madkha >l Al Fiqhi Al ‘Am Al Isla >mi fi> Thaubihi Al Jadi >d, Jilid I,
(Beirut: Da >R Al Fikr, th. 1968), 329.
24
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
diungkapkan oleh pihak lain setelah ijab disebut dengan qabil (pelaku
qabu>l) tanpa membedakan antara pihak mana yang memulai pernyataan
pertama itu. Ijab dan qabul ini, dalam istilah fiqh disebut juga dengan
s}igatu al ‘aqad (ungkapan/pernyataan akad).
Dari definisi tersebut dapat diperoleh tiga unsur yang terkandung
dalam akad, yaitu sebagai berikut:
a. Pertalian ijab dan qabu>l
Ijab adalah perrnyataan kehendak oleh satu pihak untuk
melakukan sesuatu. Qabu>l adalah pernyataan menerima atau
menyetujui kehendak tersebut oleh pihak lainnya. Ijab dan qabu>l ini
harus ada dalam melaksanakan suatu perikatan.
b. Dibenarkan oleh syara‟
Akad yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan
syariah atau hal-hal yang diatur oleh Allah SWT dalam al qur‟an dan
hadith. Pelaksanaan akad, objek, maupun tujuan akad tidak boleh
bertentangan dengan syariah. Jika bertentangan, akan mengakibatkan
akad itu tidak sah.
c. Mempunyai akibat hukum terhadap objeknya
Akad merupakan salah satu dari tindakan hukum. Adanya
akad menimbulkan akibat hukum terhadap objek hukum yang
diperjanjikan oleh para pihak dan juga memberikan konsekuensi hak
dan kewajiban yang mengikat para pihak.3
3 Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, 54.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
2. Rukun dan Syarat Akad
Dalam melaksanakan suatu perikatan, terdapat rukun dan syarat
yang harus dipenuhi. Secara bahasa, rukun adalah yang harus dipenuhi
untuk sahnya suatu pekerjaan. Sedangkan syarat adalah ketentuan
(peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan dilakukan. Dalam
syariah, rukun dan syarat sama-sama menentukan sah atau tidaknya suatu
transaksi.
Secara terminologi, rukun adalah suatu unsur yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang
menentukan sah atau tidaknya perbuatan tersebut. Sedangkan syarat
adalah sesuatu yang tergantung padanya keberadaan hukum syar‟i dan ia
berada di luar hukum itu sendiri, yang ketiadaannya menyebabkan
hukum pun tidak ada.4
a. Rukun Akad
Pendapat mengenai rukun akad dalam hukum islam, ada
beberapa perbedaan di kalangan para ahli fiqh.
Kalangan madzab hanafi berpendapat hanya sighat al ‘aqd (ijab
dan qabu>l) yang menjadi rukun akad
Kalangan madzab syafi‟i dan kalangan madzab maliki
berpendapat al aqidatain dan mahallul ‘aqd termasuk rukun
akad karena kedua hal termasuk pilar utama dalam tegaknya
akad
4 Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia,55.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
Jumhur ulama berpendapat, sighat al ‘aqd (ijab dan qabu>l), al
aqidatain dan mahallul ‘aqd termasuk rukun akad
Musthafa al zarqa menambah maudlu>ul ‘aqd (tujuan akad) dia
tidak menyebut keempat hal tersebut dengan rukun, tetapi
dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad)
T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat keempat hal tersebut
merupakan komponen-komponen yang harus dipenuhi untuk
tebentuknya akad.5
Dapat juga dilihat pada tabel berikut ini tentang rukun jual beli:
Tabel 2.1 Rukun Jual Beli Menurut Berbagai Ulama
Ulama Shighat Aqidatain Mahallul
„aqd
Mauddlu
ul „aqd
Madzab Hanafi
Madzab Syafi‟i
Jumhur Ulama
Mustafa Al Zarqa‟
T. M Hasbi Al Shiddiqiy
Islam begitu mengedepankan hasil yang baik dan maksimal.
Al aqi>d adalah orang yang melakukan akad. Keberadaannya
sangat penting sebab tidak dapat dikatakan akad jika tidak ada aqi>d,
begitu pula tidak akan terjadi ijab qabu>l tanpa adanya aqid.
5 Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, 57.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
Secara umum, aqi>d disyaratkan harus ahli dan memililki
kemampuan untuk melakukan akad atau mampu menjadi pengganti
orang lain jika ia menjadi wakil.6 Dari pihak ‘a>qidain (antar pelaku
akad atau pembeli dan penjual), ada tiga hal yang harus diperhatikan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Ahliyah (kecakapan), yaitu kecakapan seseorang untuk
memiliki hak dan dikenakan kewajiban atasnya. Ahliyah terbagi
menjadi dua macam: (a) ahliyah wuju>b, yaitu kecakapan untuk
memiliki suatu hak kebendaan. Manusia dapat memiliki hak
sejak dalam kandungan untuk hak tertentu, yaitu hak waris. Hak
ini akan selalu ada selama manusia masih hidup; (b) ahliyah
ada>’ yaitu kecakapan memiliki tas}arruf7 dan dikenakan
tanggung jawab atau kewajiban. Baik berupa hak yang kembali
kepada Allah, maupun hak yang kembali kepada manusia.8
2. Wila>yah (kewenangan),9 yaitu kekuasaan hukum yang
pemiliknya dapat ber-tas}arruf, melakukan akad, dan
6 Syafe‟i Rachmat, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 53.
7 Tas}arruf adalah setiap sesuatu yang timbul dari seseorang dengan kehendaknya, baik berupa
ucapan maupun perbuatan, yang oleh syara‟ dipandang menimbulkan akibat-akibat hukum, baik
untuk kepentingan orang tersebut atau bukan. Tas}arruf yang timbul berupa ucapan seperti akad
jual beli, hibah, perjanjian bagi hasil, dan wakaf. Sedangkan tas}arruf yang timbul dari perbuatan
seperti menguasai benda mubah, perusakan, dan pemanfaatan. Wahbah Zuhaili, al Fiqh al Isla >my
wa Adillatuh, Juz IV, 82-83. 8 Ahliyah ada>’ dibagi menjadi dua yaitu (1) ahliyah ada>’ al na>qis}ah, kecakapan bertindak yang
tidak sempurna yang terdapat pada mumayyiz dan berakal sehat. Seseorang dalam kondisi ini bisa
ber-tas}arruf akan tetapi tidak cakap melakukan akad; (2) ahliyah ada>’ al ka >milah, kecakapan
bertindak yang sempurna yang terdapat pada ‘a>qil ba>lig dan berakal sehat, ia dapat ber-tas}arruf
dan cakap melakukan akad. Wahbah Zuhaili, al Fiqh al Isla>my wa Adillatuh, Juz IV, 92. 9 Wila >yah terbagi menjadi dua bagian yaitu (a) niyabah asliyah, dalam arti seseorang mempunyai
kekuasaan untuk melakukan akad bagi dirinya karena ia memiliki ahliyah ada>’ al ka >milah, (b)
niyabah shar’iyyah (wila >yah niya >biyyah [perwakilan]), dalam arti seseorang mendapat kekuasaan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
memnunaikan segala akibat hukum yang ditimbulkan. Syarat
seseorang untuk mendapatkan wila>yah akad adalah orang yang
cakap ber-tas}arruf secara sempurna. Sedangkan orang yang
kecakapannya dalam bertindak tidak sempurna, maka tidak
memiliki wila>yah, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain
untuk melakukan tas}arruf.
3. Waka>lah (perwakilan), yaitu pengalihan kewenangan perihal
harta dan perbuatan tertentu dari seseorang kepada orang lain
untuk mengambil tindakan tertentu dalam hidupnya. Dalam hal
waka>lah ini, waki>l (yang mewakili), dan muwakkil (yang
diwakili) harus mempunyai kecakapan ber-tas}arruf yang
sempurna dan dilaksanakan dalam bentuk akad berupa ijab dan
qabu>l. Dengan demikian harus jelas obyek dan tujuan akad
tersebut. Biasanya wakil memiliki hak untuk mendapatkan
upah.10
Adapun tujuan akad adalah untuk melahirkan suatu akibat
hukum atau lebih tegas lagi tujuan akad adalah maksud bersama
yang akan dituju dan hendak diwujudkan oleh para pihak melalui
pembuatan akad.11
Menurut para ulama fiqh, setiap akad mempunyai
tujuan hukum, yaitu tercapainya sasaran yang ingin dicapai sejak
untuk mengurus kepentingan orang lain. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta:
Amzah, Cet II, 2013), 118. 10
Muhammad Yasin Isa Fadani, al Fawa>id al Jamiyah, (Lebanon: Da >r Al Fikr, 1997), 619: Kayl
Musa, Ahkam al Mua >mala>t, (Beirut: Muassasah Al Risa >lah, 1994), 20. 11
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalah
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,. 2007), 68-69.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
semula, seperti pemindahan hak milik dari penjual kepada pembeli
dan akad itu bersifat mengikat bagi pihak-pihak yang berakad tidak
boleh dibatalkan kecuali disebabkan hal-hal yang dibenarkan syara‟,
seperti terdapat cacat pada obyek akad atau akad itu tidak memenuhi
salah satu rukun atau syarat akad.12
Para ulama fiqh menetapkan bahwa akad yang telah
memenuhi rukun dan syaratnya mempunyai kekuatan mengikat
terhadap pihak-pihak yang melakukan akad. Setiap manusia
memiliki kebebasan untuk mengikatkan diri pada suatu akad dan
wajib dipenuhi segala akibat hukum yang ditimbulkan oleh akad itu.
B. Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli (al bai’) secara bahasa artinya memindahkan hak milik
terhadap benda dengan akad saling mengganti.13
Adapun secara istilah
terdapat beberapa definisi yang dikemukakan ulama fiqih yaitu tukar-
menukar barang dengan cara tertentu atau tukar-menukar sesuatu dengan
yang sepadan menurut cara yang dibenarkan. Jual beli artinya
menukarkan barang dengan barang atau barang dengan uang, dengan
jalan melepaskan hak milik dari seseorang terhadap orang lainnya atas
dasar kerelaan kedua belah pihak.14
12
Wahbah Zuhaili, Al Fiqh al Isla >my, 231. 13
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam, (Jakarta:
Amzah, 2010), 25. 14
Ibnu Mas‟ud & Zainal Abidin. S, Fiqih Madzab Syafi’i, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), 22.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
Sebagian ulama mendefinisikan
Ulama Hanafiyah mendefinisikan dengan saling menukar harta
dengan harta melalui cara tertentu atau tukar menukar sesuatu yang
diinginkan dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.15
Menurut Imam Nawawi dalam kitab al majmu‟ adalah pertukaran
harta dengan harta untuk kepemilikan.
Menurut ibnu qudamah dalam kitab al mughni adalah pertukaran
harta dengan harta untuk saling menjadikan milik.
Menurut idris ahmad adalah menukar barang dengan barang atau
barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu
kepada yang lain atas dasar saling ridla.
Sayyid Sabiq mendefinisikan jual beli sebagai saling menukar
harta dengan harta atas dasar suka sama suka.16
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli
adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai secara ridla diantara kedua belah pihak, yang satu
menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai perjanjian
atau ketentuan yang dibenarkan syara‟ dan disepakati.
Inti dari beberapa pengertian tersebut mempunyai kesamaan dan
mengandung hal-hal antara lain:
Jual beli dilakukan oleh dua orang yang saling melakukan tukar
menukar
15
Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis, (Malang:UIN Press, 2009), 172 16
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, 1996.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
Tukar menukar tersebut atas suatu barang atau sesuatu yang
dihukumi seperti barang, yakni kemanfaatan dari kedua belah pihak
Tukar menukar tersebut hukumnya tetap berlaku. Yakni kedua belah
pihak memiliki sesuatu yang diserahkan kepadanya dengan adanya
ketetapan jual beli dengan kepimilikan abadi.
2. Rukun dan Syarat Jual Beli
Rukun jual beli terdiri 3 macam yaitu:
a. Akad (ijab qabu>l)
b. Orang yang berakad (pembeli dan penjual)
c. Ma‟kud alaihi (uang dan barang)
1) Akad
Jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab qabu>l dilakukan,
hal ini karena ijab qabu>l menunjukkan kerelaan kedua belah pihak.
Pada dasarnya ijab qabu>l itu harus dilakukan dengan lisan. Akan
tetapi, kalau tidak mungkin misalnya karena bisu, jauhnya barang
yang dibeli, atau penjualnya jauh, boleh dengan perantaraan surat
menyurat.17
Rasulullah SAW bersabda:
خت ػ ظت لزصغ٠ : الي ص. لثدت ػ ػ تهلل ػر ذز٠ز )رت تعزش ػ الت ث
تخدتد تصزذ(
Artinya: “dari abu hurairah r.a. dari nabi SAW beliau bersabda: dua
orang yang jual beli belumlah boleh berpisah, sebelum
mereka berkerelaan. (HR. Abu Dawud Dan Tirmidzi).18
Dalam firman Allah SWT:
17
Ibnu Mas‟ud & Zainal Abidin. S, Fiqih Madzab Syafi’i, 22. 18
Al Al Imam Al Hafidz Muhammad Bin Isa Bin Tsaurah Al Trirmidzi, Sunan At Tirmidzi,
Riyadh: Maktabah al Ma‟arif, tt,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
Artinya: kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. (Q.S. an nisa‟:29)19
Hakikat jual beli yang sebenarnya ialah tukar menukar yang
timbul dari kerelaan hati masing-masing, sebagaimana yang di
pahamkan dari ayat dan hadith. Karena itu tersembuyi dalam hati,
kerelaan harus diketahui dengan tanda-tanda, yang diantaranya
dengan ijab qabu>l.
Syarat sah ijab qabu>l
a) Tidak ada yang membatasi (memisahkan). Si pembeli tidak
boleh diam saja setelah si penjual menyatakan ijab, atau
sebaliknya.
b) Tidak diselingi oleh kata-kata lain
c) Tidak dita‟likkan
d) Tidak dibatasi waktunya. Umpamanya ” aku jual barang ini
kepadamu sebulan saja.
2) Orang Yang Berakad
Ada beberapa syarat bagi orang yang berakad
a) Balig (berakal) agar tidak mudah ditipu orang. Tidak sah akad
anak kecil, orang gila, atau orang bodoh. Oleh sebab itu, harta
benda yang dimiliki sekalipun tidak boleh diserahkan
kepadanya. Allah berfirman:
19
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2005.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
Artinya: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang
yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang
ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah
sebagai pokok kehidupan. (Q.S. an nisa>‟: 5).20
3) Ma’kud Alaihi
Syarat barang yang diperjual belikan adalah sebagai berikut:
a) Suci atau disucikan. Tidaklah sah menjual barang yang najis,
seperti anjing, babi, dll.
b) Memberi manfaat menurut syara‟. Tidaklah sah memperjual
belikan jangkrik, ular, semut, atau binatang buas.
c) Dapat diserahkan secara cepat atau lambat. Tidak sah menjual
suatu barang yang tidak dapat diserahkan kepada yang membeli,
misalnya ikan dalam laut, baran rampasan yang masih ditangan
oang yang merampasnya.
d) Barang tersebut merupakan kepunyaan si penjual, kepunyaan
yang diwakilinya , atau yang mengusahakan.
e) Barang tersebut diketahui oleh si penjual dan si pembeli zat,
bentuk, kadar (ukuran), dan sifat-sifatnya jelas sehingga antara
keduanya tidak terjadi saling mengecoh. Yang wajib diketahui
zatnya bila barang itu tertentu ialah kadarnya.21
Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan persyaratan
jual beli
20
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2005. 21
Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia,
114.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
1. Menurut ulama Hanafiyah
Persyaratan yang di tetapkan oleh ulama hanafiyah
berkaitan dengan jual beli adalah:
a. Syarat terjadinya akad
Adalah syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh syara‟. Jika
persyaratan ini tidak dipenuhi , maka jual beli batal.
1) Syarat Aqid (orang yang berakad)
a) Berakal dan mumayyiz
b) Aqid harus berbilang, sehingga tidak sah akad yang
dilakukan seorang diri. Minimal dua orang
2) Syarat dalam akad
Syarat ini hanya satu, yaitu harus sesuai antara ijab dan
qabu>l.22
3) Tempat akad
Harus bersatu atau berhubungan antara ijab dan qabu>l.
4) Ma‟qud „alaih (objek akad)
a) Ma‟qud „alaih harus ada.
b) Harta harus kuat, tetap dan bernilai akni
bermanfaat
c) Benda tersebut milik sendiri
d) Dapat diserahkan
22
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 77
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
b. Syarat pelaksaan akad (nafadz)
1) Benda dimiliki aqid atau berkuasa untuk akad
2) Pada benda tidak terdapat milik orang lain.23
2. Menurut madzab Syafi‟i
Ulama syafiiyah mensyaratkan 22 syarat, yang berkaitan
dengan akid, sighat, dan ma‟qud alaih yaitu:
a. Syarat aqid
1) Dewasa atau sadar
Aqid harus baligh dan berakal , menyadari dan mampu
memelihara agama dan hartanya, dengan demikian,
akad anak mumayyiz belum sah.24
2) Tidak dipaksa atau tanpa hak
3) Islam , dipandang tidak sah orang kafir membeli kitab
al qur‟an atau kitab-kitab yang berkaitan dengan agama
4) Pembeli bukan musuh
b. Syarat shighat
1) Berhadap hadapan
2) Ditujukan kepada seluruh badan akad
3) Qabu>l diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijab
4) Harus menyebutkan barang atau harga
5) Ketika mengucapkan shighat harus disertai niat
23
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 79 24
Ibid., 81
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
6) Pengucapan ijab dan qabu>l harus sempurna
7) Ijab dan qabu>l tidak terpisah
8) Antara Ijab dan qabu>l tidak terpisah dengan pernyataan
lain
9) Tidak berubah lafadz
10) Bersesuaian antara ijab dan qabu>l secara sempurna
11) Tidak dikaitkan dengan sesuatu
12) Tidak dikaitkan dengan waktu.25
c. Syarat ma‟qud alaih
1) Suci
2) Bermanfaaat
3) Tidak diserahkan
4) Barang milik sendiri
5) Barang milik sendiri atau menjadi wakil orang lain
6) Jelas dan diketahui oleh kedua orang yang melakukan
akad.26
C. Bentuk-Bentuk Jual Beli
Menurut pendapat Imam Taqiyuddin, jual beli ditinjau dari segi
benda yang dijadikan objek jual beli dapat dibagi menjadi tiga bentuk: 1. Jual
beli benda kelihatan 2. Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji 3.
Jual beli benda yang tidak ada.27
25
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 83 26
Ibid., 82. 27
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 75.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
Para ulama membagi jual beli dari segi sah atau tidaknya menjadi tiga
bentuk:
1. Jual Beli Sahih
Jual beli dikatakan sahih apabila jual beli itu disyariatkan,
memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan. Namun, jual beli yang sah
dapat juga dilarang dalam syariat bila melanggar ketentuan pokok berikut
: a. menyakiti si penjual, pembeli, atau orang lain, b. menyempitkan
gerakan pasar, dan c. Merusak ketentraman umum. Contohnya antara
lain,28
1) Membeli barang dengan harga yang lebih mahal daripada harga
pasar, sedangkan dia tidak menginginkan barang itu, tetapi semata-
mata supaya orang lain tidak dapat membeli barang itu.
2) Membeli barang yang sudah dibeli orang lain yang masih dalam
masa khiya>r.
3) Mencegat orang-orang yang datang dari desa di luar kota, lalu
membeli barangnya sebelum mereka sampai ke pasar dan sewaktu-
waktu mereka belum mengetahui harga pasar.
4) Membeli barang untuk ditahan agar dapat dijual dengan harga yang
lebih mahal, sedangkan masyarakat umum memerlukan barang itu.
5) Menjual suatu barang yang berguna, tetapi kemudian dijadikan alat
maksiat oleh yang membelinya.
28
Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di
Indonesia,113
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
6) Jual beli yang disertai tipuan. Berarti dalam urusan jual beli itu ada
tipuan , baik dari pihak pembeli maupun dari penjual, pada barang
ataupun ukuran dan timbangannya.29
2. Jual Beli Batal
Jual beli menjadi tidak sah (batal) apabila salah satu atau seluruh
rukunnya tidak terpenuhi, atau jual beli itu dasar dan sifatnya tidak
sesuai dengan syarat, seperti jual beli yang dilakukan anak-anak, orang
gila, atau barang yang dijual dilarang syariat. Bentuknya antara lain:
1) Jual beli sesuatu yang tidak ada. Misalnya memperjual belikan buah-
buahan yang putiknyapun belum muncul di pohonnya.
2) Menjual barang yang tidak dapat diserahkan pada pembeli.
Misalnya, ikan dalam laut.
3) Jual beli benda yang dkategorikan najis. Semua benda yang
termasuk najis dan tidak bernilai menurut syariat tidak boleh
diperjualbelikan.
4) Jual beli „urbun adalah menjual suatu barang dengan lebih dulu
membayar panjar kepada pihak penjual (sebelum benda yang dibeli
diterima). Dengan ketentuan jika jual beli jadi dilaksanakan, uang
panjar itu dihitung sebagian dari harga, dan jika pihak pembeli
mengundurkan diri, maka uang panjar itu menjadi milik pihak
penjual.
29
Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di
Indonesia,114
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
5) Memperjual belikan hak bersama umat manusia (kepemilikan
kolektif) dan tidak boleh diperjualbelikan. Misalnya air sungai, air
laut, dan yang tidak boleh di miliki seseorang.30
3. Jual beli fa>sid
Ulama Hanafi membedakan jual beli fa>sid dengan jual beli batal.
Apabila kerusakan dalam jual beli terkait dengan barang yang
dijualbelkan, maka hukumnya batal. Misalnya jual beli benda-benda
haram. Apabila kerusakan pada jual beli itu menyangkut harga barang
dan boleh diperbaiki, maka jual beli dinamakan fa>sid. Yang termasuk
kategori jual beli fa>sid adalah:
a. Jual beli al majhul (barangnya secara global tidak diketahui) atau
ketidakjelasannya bersifat total. Akan tetapi jika ketidakjelasan itu
sedikit, jual belinya sah, karena itu tidak akan membawa
perselisihan. Ulama hanafi mengatakan sebagai tolok ukur untuk
unsur majhul itu diserahkan sepenuhnya kepada „urf.31
b. Jual beli yang dikaitkan dengan suatu syarat. Misalnya ucapan
penjual kepada pembeli, “saya jual kereta saya ini kepada engkau
bulan depan setelah gajian”. Menurut Ulama Hanafi, jual beli ini
dianggap sah pada saat syaratnya terpenuhi atau tenggang waktu
yang disebutkan dalam akad jatuh tempo. Artinya, jual beli ini baru
30
Gemala Dewi,Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia,
116. 31
Ibid., 116.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
sah apabila masa yang ditentukan “bulan depan” itu telah jatuh
tempo.
c. Menjual barang yang tidak ada di tempat atau tidak dapat diserahkan
pada saat jual beli berlangsung, sehingga tidak dapat dilihat oleh
pembeli. Ulama Maliki membolehkannya, apabila sifat-sifatnya
disebutkan dengan syarat sifat-sifatnya tidak akan berubah sampai
barang yang diserahkan.
d. Jual beli yang dilakukan oleh orang buta. Jumhur ulama mengatakan,
bahwa jual beli orang buta adalah sah apabila orang buta itu
memiliki hak khiyar kemampuan meraba atau mengindra.
e. Jual beli dengan barter harga yang diharamkan. Umpamanya
menjadikan barang-barang yang diharamkan sebagai harga, seperti
babi, khamr, darah dan bangkai.
f. Jual beli „ajal, yaitu jual beli dengan pembayaran tangguh kemudian
dibeli kembali dengan tunai. Misalnya, seseorang menjual barangnya
dengan harga Rp. 100.000,- yang pembayarannya ditunda selama
satu bulan, kemudian setelah pembayaran barang kepada pembeli,
pemilik barang pertama membeli kembali barang itu dengan harga
yang lebih rendah, seperti Rp. 75.000.-sehingga pembeli pertama
tetap berhutang sebanyak Rp. 25.000. jual beli ini dikatakan fa>sid,
karena menyerupai dan mengarah kepada riba.32
32
Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia,
117
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
g. Jual beli anggur dan buah-buahan lain untuk tujuan pembuatan
khamar, apabila penjual anggur itu mengetahui bahwa pembeli itu
adalah produsen khamar.
h. Menggabungkan dua syarat dalam satu penjualan. Misalnya,
seseorang menjual sebuah barang pada pembeli dengan syarat
pembeli tidak boleh menjualnya kepada orang tertentu, atau pembeli
tidak boleh mewakafkan atau menghibahkannya.
i. Jual beli sebagian barang yang sama sekali tidak dapat dipisahkan
dari satuannya. Seperti menjual daging yang diambilkan dari kambin
yang masih hidup, dan sebelah sepatu.
j. Jual beli buah-buahan atau padi-padian yang belum sempurna
matangnya untuk dipanen. Jumhur ulama mengatakan memperjual
belikan buah-buahan yang belum layak panen, hukumnya batal, aan
tetapi apabila buah-buahan itu telah matang tapi belum layak, maka
jual beli sah, sekalipun diisyaratkan menunggu sampai benar-benar
layak panen atau di isyaratkan harus panen ketika itu juga.33
D. Jual Beli Dalam Bentuk Khusus
1. Jual beli pesanan (al sala>m)
Pada zaman modern jual beli pesanan atau al sala>m lebih terlihat
dalam pembelian alat-alat furniture seperti kursi tamu, tempat tidur,
33
Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia,
118.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
lemari pakaian, dan lemari dapur. Barang-barang seperti ini biasanya
dipesan sesuai dengan selera konsumen. Dasar hukum jual beli pesanan
yaitu firman Allah:
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya”. (Q.S. al Baqarah: 282).34
Rasulullah SAW menyatakan bahwa ayat ini mengandung hukum
jual beli pesanan yang ketentuan waktunya harus jelas. Alasan lainnya
adalah sabda Nabi SAW:
فطت ؼ ت تج ؼ س ؼ ١ظف ف و١ ف ش١ا ف
(ج ػ تخ ػدثص)رت تدخثر ظ تخ دتد تظثب تصزذ تخ ث
Artinya: jika kamu melakukan jual beli salam, maka lakukanlah dalam
ukuran tertentu, timbangan tertentu, dan waktu tetentu.(HR Al
Bukha>Ri,Muslim, Abu Dawud, Dan Ibn Majah Dari Ibn
Abba>S).35
Jika ditinjau secara metodologi ushul fiqh, jual beli pesanan ini
tidak sejalan dengan kaidah umum yang berlaku dalam jual beli, karena
salah satu unsur jual beli tidak terpenuhi ketika berlangsungnya akad jual
beli, yaitu barang yang diperjualbelikan. Akan tetapi menurut Ibnu
Qayyim al Jauziyyah bahwa penundaan penyerahan barang dalam jual
beli pesanan ini sama saja dengan penundaan pembayaran harga barang
yang diperjualbelikan. Jika harga barang boleh berutang, kenapa barang
yang dipesan juga tidak boleh ditunda penyerahannya.
34
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. 35
Al Bukhori, Sahih al Bukhari II, (Beirut: Da>r Ibn Kasir, 1987), 781.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
Ibnu Qayyim al Jauziyyah memandang bahwa kata dain dalam
surat al Baqarah: 282 di atas mengandung pengertian utang, yang terdiri
atas utang uang (harga suatu barang) dan utang barang (penundaan
penyerahan barang yang diperjualbelikan). Oleh karena itu, menurutnya
teks hadith tentang kebolehan jual beli pesanan sejalan dengan kaidah
umum.36
2. Jual Beli Ghara>r
Ghara>r artinya keraguan, tipuan atau tindakan yang bertujuan
untuk merugikan pihak lain. Menurut Imam Nawawi, ghara>r merupakan
unsur akad yang dilarang dalam syari‟at islam. Imam Al qarafi
berpendapat gharar adalah suatu akad yang tidak diketahui dengan tegas,
apakah efek akad terlaksana atau tidak, seperti melakukan jual beli ikan
yang masih dalam air (tambak).37
Diantara bentuk-bentuk gharar yang dilarang adalah
a. Tidak ada kemampuan penjual untuk menyerahkan obyek akad pada
waktu terjadi akad, baik obyek akad itu sudah ada maupun belum
ada. Misalnya: menjual janin yang masih dalam perut binatang
ternak tanpa menjual induknya.
b. Menjual sesuatu yang belum berada di bawah penguasaan penjual.
Apabila barang yang sudah dibeli dari orang lain belum diserahkan
kepada pembeli, maka pembeli itu belum boleh menjual barang itu
36
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 148. 37
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), 147
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
kepada pembeli lain. Akad semacam ini mengandung gharar, karena
terdapat kemungkinan rusak atau hilang obyek akad, sehingga akad
jual beli pertama dan yang kedua menjadi batal.
c. Tidak ada kepastian tentang jenis pembayaran atau jenis benda yang
dijual. Wahbah al Zuhaili berpendapat, bahwa ketidakpastian
tersebut merupakan salah satu bentuk gharar yang terbesar
larangannya.
d. Tidak ada kepastian tentang sifat tertentu dari barang yang dijual.
Misalnya: penjual berkata:”saya jual sepeda yang ada di rumah saya
kepada anda”, tanpa menentukan ciri-ciri sepeda tersebut secara
tegas. Termasuk kedalam bentuk ini adalah menjual buah-buahan
yang masih di pohon dan belum layak dikonsumsi.
e. Tidak ada kepastian tentang jumlah harga yang harus dibayar.
Misalnya: orang berkata: ”saya jual beras kepada anda sesuai dengan
harga yang berlaku pada hari ini”. Padahal jenis beras juga
bermacam-macam dan harganya juga tidak sama.
f. Tidak ada ketegasan bentuk transaksi, yaitu ada dua macam atau
lebih yang berbeda dalam satu obyek akad tanpa menegaskan bentuk
transaksi mana yang dipilih waktu terjadi akad. Misalnya, sebuah
motor dijual dengan harga Rp. 10.000.000,- dengan harga tunai dan
Rp. 12.000.000,- dengan harga kredit. Namun, sewaktu terjadi akad,
tidak ditentukan bentuk transaksi mana yang akan dipilih.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
g. Tidak ada kepastian tentang waktu penyerahan obyek akad.
Misalnya, setelah seseorang meninggal. Jual beli semacam ini
termasuk gharar, karena obyek akad dipandang belum ada.
h. Tidak ada kepastian obyek akad, karena ada dua obyek akad yang
berbeda dalam satu transaksi. Misalnya, salah satu dari dua potong
pakaian yang berbeda mutunya, dijual dengan harga yang sama.
i. Kondisi obyek akad, tidak dapat dijamin kesesuaiannya dengan yang
ditentukan dalam transaksi. Misalnya, menjual seekor kuda pacuan
yang sedang sakit.38
3. Bai>’al-wafa’
Secara etimologi, al bai>’ berarti jual beli, dan al wafa’ berarti
pelunasan/penunaian hutang. Bai>’al-wafa’ adalah salah satu bentuk
transaksi (akad) yang muncul di Asia Tengah (Bukhara dan Balkh) pada
pertengahan abad ke 5 Hijriyah dan merambat ke Timur Tengah.
Secara terminology, Bai>’al-wafa’ di definisikan para ulama fiqh
dengan: jual beli yang dilangsungkan dua pihak yang dibarengi dengan
syarat bahwa barang yang dijual itu dapat dibeli kembali oleh penjual,
apabila tenggang waktu yang ditentukan telah tiba. Artinya, jual beli ini
mempunyai waktu yang terbatas, misalnya satu tahun, sehingga apabila
waktu satu tahun telah habis, maka penjual membeli barang itu kembali
dari pembelinya.
38
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), 148.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
Misalnya, Ruslan sangat memerlukan uang saat ini, lalu ia
menjual sawahnya seluas dua hektar kepada Riadi seharga Rp.
10.000.000 dalam waktu 2 Tahun. Mereka sepakat menyatakan bahwa
apabila tenggang waktu 2 tahun itu telah habis, maka Ruslan akan
membeli sawah itu kembali seharga penjualan semula, yaitu Rp.
10.000.000 kepada Riadi. Disebabkan akad yang digunakan adalah akad
Jual beli, maka tanah sawah boleh dieksploitasi Riadi selama 2 tahun itu
dan dapat ia manfaatkan sesuai dengan kehendaknya, sehingga sawah itu
menghasilkan keuntungan baginya. Akan tetapi sawah itu tidak boleh
dijual kepada orang lain.39
Musthafa al Zarqa‟ mengatakan bahwa biasanya barang yang
diperjual belikan dalam Bai>’al-wafa’ adalah benda tidak bergerak, seperti
tanah perkebunan, rumah, tanah perumahan, dan sawah.40
Jual beli ini muncul pertama kali di Bukhara dan Balkh pada
sekitar abad ke 5 Hijriyah, dalam rangka menghindari terjadinya Riba
dalam pinjam meminjam. Banyak diantara orang kaya ketika itu tidak
mau meminjamkan uangnya tanpa ada imbalan yang mereka terima.
Sementara banyak pula para peminjam uang tidak mampu melunasi
hutangnya akibat imbalan yang harus mereka bayarkan bersamaan
dengan sejumlah uang yang mereka pinjam. Di sisi lain imbalan yang
diberikan atas dasar pinjam meminjam uang ini, menurut para Ulama
Fiqh termasuk riba. Dalam menghindarkan dari riba itu, masyarakat
39
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, 152. 40
Ibid., 152.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
Bukhara dan Balkh ketika itu merekayasa sebuah bentuk jual beli yang
dikenal kemudian dengan Bai>’al-wafa’.41
4. Ikhtika>r
Para ulama mengemukakan definisi ikhtika>r adalah ada upaya
dari seseorang untuk menimbun barang pada saat barang itu langka atau
diperkirakan harga akan naik. Barang-barang yang ditimbun biasanya
barang yang dibutuhkan masyarakat sehari-hari dengan tujuan
menjualnya ketika harga telah melonjak, barang itu baru dipasarkan.
Ulama madzab Maliki, sebagian Ulama Hanbali, Imam Abu
Yusuf Dan Ibnu Abidin (ahli fiqh Madzab Hanafi) berpendapat, bahwa
larangan ihtika>r tidak terbatas pada makanan, pakaian atau hewan, tetapi
meliputi seluruh produk yang diperlukan masyarakat. Menurut mereka
yang menjadi illat dalam larangan ihtika>r tersebut adalah “kemudlaratan
yang menimpa orang banyak”. Dengan demikian dapat dipahami, bahwa
kemudlaratan yang menimpa orang banyak tidak hanya terbatas pada
makanan, pakaian dan hewan saja, tetapi mencakup seluruh produk yang
diperlukan orang banyak. Bahkan imam al Syaukani tidak membedakan
apakah penimbunan itu terjadi ketika pasar berada dalam keadaan normal
(pasar stabil), ataupun dalam keadaan pasar tidak stabil.
Hal ini perlu dibedakan, karena menurut Jumhur Ulama, jika
sikap para pedagang dalam menyimpan barang tersebut bukan untuk
merusak harga pasar, tentu tidak ada larangan.42
41
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, 153.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
E. Dasar Hukum Jual Beli
1. Al Qur‟an
Jual beli pada dasarnya merupakan kegiatan saling bantu antara
yang satu dengan yang lain dengan prinsip saling menguntungkan sesuai
ketentuan syariat dan peraturan perundangan yang berlaku. Adapun dasar
hukum jual beli adalah:
Artinya: Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. (Q.S. al baqarah: 275)43
Artinya: Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil
perniagaan) dari Tuhanmu. (Q.S al baqarah: 198)44
Artinya: dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli (Q.S. al baqarah:
282)45
Sisi lain yang diajarkan dalam syariat Islam bahwa jual beli
(perdagangan) yang dilakukan sesuai dengan ketentuan syariat akan
mendapatkan rezeki yang berkah, bahkan dijanjikan pahala akhirat bagi
pelaku bisnis yang jujur yakni akan bersama para nabi, para siddiqi>n, dan
para syuhada>’ kelak di surga.46
42
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), 152. 43
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2005. 44
Ibid. 45
Ibid. 46
Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis, (Malang : UIN Press, 2009) 176.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
Artinya : ”kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama
suka”.47
2. Al sunnah
خ١ذ تزج تىظح تط١ح؟ فمثي: ػ ص.. : ت تد رطة دز خ١غ و
)رت تدشتر طذذ تذثو ػ رفث ػر تخ تزتفغ(
Artinya: Nabi Muhammad SAW ditanya tentang mata pencaharian yang
paling baik. Beliau menjawab, seseorang bekerja dengan
tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.48
Maksud mabrur dalam hadith di atas adalah jual beli yang
terhindar dari usaha tipu menipu dan merugikan orang lain.
Rasulullah bersabda, yang artinya: ”pedagang yang jujur
(terpercaya) bersama di akhirat dengan para Nabi, siddiqin dan syuhada‟.
(HR. al tirmidzi)” .
3. Ijma‟
Ulama sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan
bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya tanpa
bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang
lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang
sesuai.49
Hukumnya berubah menjadi haram apabila meninggalkan
kewajiban karena terlalu sibuk, sampai dia tidak menjalankan kewajiban
ibadahnya.
47
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2005. 48
Al Ha >fidz Ibnu Hajar al Asqala >lani, Bulu >g al Mara >m, Al Haramain. 49
Rachmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah, 75.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
Allah SWT berfirman, “hai orang-orang yang beriman, apabila diseru
untuk menunaikan shalat jum‟at, maka bersegeralah kamu mengingat
allah dan tinggalkanlah jual beli.50
Yang demikian itu lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui, apabila telah ditunaikan shalat maka
bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia allah dan ingatlah
Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
Hukumnya berubah menjadi haram apabila melakukan jual beli
dengan tujuan membantu kemaksiatan atau melakukan perbuatan haram.
Allah berfirman:”dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya allah
amat berat siksanya.”
Menurut imam al syatibi (ahli fiqih bermadzab maliki) ,
hukumnya bisa menjadi wajib dalam kondisi tertentu seperti apabila
terjadi ihtikar (penimbunan barang) sehingga persediaan barang hilang
dari pasar dan harga melonjak naik.51
F. Adab-adab dalam jual beli
Dalam operasional jual beli terdapat adab-adab yang wajib untuk
diperhatikan, antara lain:
1) Tidak menjual sesuatu yang haram
Tidak boleh menjual sesuatu yang haram, seperti khamr, majalah
porno dan lain-lain yang diharamkan Allah SWT.52
2) Tidak melakukan system perdagangan terlarang
50
Apabila imam naik mimbar, dan muadzin telah azan di hari Jum‟at, maka kaum muslim wajib
bersegera memenuhi panggilan muadzzin itu dan meninggalkan semua pekerjaannya. 51
http//www. KoperasiJUJUR/fiqih-muamalah-bab-3-murabahah-jual.html 52
Abdul Aziz bin Fathi As Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam Menurut Al Qur’an dan As
Sunnah, (Jakarta: Pustaka Imam Al Syafi‟i, 2007), 179
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
Salah satu contoh sistem perdagangan terlarang ialah menjual sesuatu
yang tidak ia miliki berdasarkan sabda Rasulullah:
دذظث لص١در دذظث ش١ خشز أخ ػ ٠طف ػ ه خ ث ػ دى١ خ أش١س لثي دشت
رطي ط ت ت ػ١ ٠ؤش١ فمس ط ٠ظؤ تزج ذ ١ض ث تد١غ أخصثع ػ
تظق ظ ذن ١ض ث شدغ ث لثي أخ١ؼ ػ
)رت تصزذ( 53
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan
kepada kami Husyaim dari Abu Bisyr dari Yusuf bin Mahak dari
Hakim bin Hizam ia berkata; Aku datang menemui Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, lalu aku katakan; ada seorang laki-laki
yang datang kepadaku dan memintaku untuk menjual sesuatu yang
tidak ada padaku, bolehkah aku membeli untuknya dari pasar
kemudian aku menjual kepadanya? Beliau bersabda: "Jangan kamu
menjual sesuatu yang tidak ada padaku." (H.R. Al Tirmidzi)
3) Tidak terlalu banyak mengambil untung
Seharusnya penjual tidak terlalu banyak mengambil untung, tetapi
ambillah keuntungan dengan wajar. Hendaklah mengasihi orang lain
dan jangan hanya berambisi mengumpulkan harta saja.
4) Tidak membiasakan bersumpah ketika menjual dagangan
Hendaklah tidak bersumpah untuk melariskan dagangannya dan
bersumpah bahwa kualitas barang tersebut seperti barang ini dan itu.54
Rasulullah SAW bersabda:
تفظ ١ إخزت إطذك خ أخ وز٠ح أخ ش١در أخ ش١در لثي إطذك دذظث أخ خىز خ ثخ
ثه وؼح خ ؼدذ خ وع١ز ػ ١ذ خ ت ر ػ دذظث أخ أطث لثي تآخزت أخ أخدزث ػ
53
Tirrmidzi, Al Imam Al Hafidz Muhammad bin Isa Bin Tsaurah Al, Sunan At Tirmidzi, 293. 54
Abdul Aziz bin Fathi As Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam Menurut Al Qur’an dan As
Sunnah, 180
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
ظثر لصثدذ تؤ ػ١ ط ت غ رطي ت ط وعزذ تذف ف تد١غ أ ٠مي إ٠ثو ط
ذك ٠ ٠فك ظ )ظ رت ( فإ55
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan
Abu Kuraib dan Ishaq bin Ibrahim, dan ini adalah lafadz Ibnu Abu
Syaibah. Ishaq berkata; telah mengabarkan kepada kami, sedangkan
yang dua berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari
Al Walid bin Katsir dari Ma'bad bin Ka'ab bin Malik dari Abu
Qatadah Al Anshari, bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Jauhilah oleh kalian banyak bersumpah
dalam berdagang, karena ia dapat melariskan (dagangan) dan
menghilangkan (keberkahan)."
5) Tidak berbohong ketika berdagang
Termasuk berbohong adalah menjual barang yang ada cacatnya dan
hal itu tidak diberitahukan kepada si pembeli. Nabi SAW pernah
bersabda kepada pedagang yang menyembunyikan makanan yang
basah, Nabi bersabda:
أ٠ج د جؼفز لثي تخ خ ؼ١ إط ١ؼث ػ دجز ج تخ لص١در أ٠ج ظث ذ دذظ ٠ذ١ خ
ز٠زذ أخ ػ أخ١ لثي أخدز تؼثء ػ ؼ١ ز إط ط ػ١ ط ت رطي ت أ
ذت ٠ث طثدح ت ث خث فمثي ث فثس أطثخؼ ف١ ٠ذ فؤدخ ػ طدزذ طؼث لثي أطثخص طؼث
غش ف١ض تثص ٠زت و ق تطؼث ف لثي أفث جؼص ثء ٠ث رطي ت رت( تظ
)ظ56
Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah
serta Ibnu Hujr semuanya dari Ismail bin Ja'far, Ibnu Ayyub berkata,
telah menceritakan kepada kami Ismail dia berkata, telah
mengabarkan kepadaku al-Ala' dari bapaknya dari Abu Hurairah
bahwa Rasulullah melewati setumpuk makanan, lalu beliau
memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau
menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya: "Apa ini
wahai pemilik makanan?" sang pemiliknya menjawab, "Makanan
tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah." Beliau bersabda:
55
Al Imam Muslim Bin Al Hajjaj, Shahih Muslim, (Libanon: Da>r al Kutub al ‘Ilmiyati, 2008), 64. 56
Ibid., 99.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
"Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar
manusia dapat melihatnya. Barang siapa menipu maka dia bukan dari
golongan kami."
Apabila si penjual menyembunyikan cacat yang terdapat pada barang
dagangannya, maka si pembeli berhak untuk mengembalikan barang
tersebut atau menuntut agar harganya diturunkan sesuai dengan cacat
tersebut.
6) Penjual harus melebihkan timbangan
Apabila penjual menimbang barang dagangannya, maka ia harus
memberi lebih dari berat timbangan yang telah ditentukan.
“kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-
orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang
lain, mereka mengurangi.”57
7) Pemaaf, mempermudah, dan lemah lembut dalam jual beli
Seharusnya penjual dan pembeli memiliki sifat-sifat ini. Jangan
sampai salah seorang keras pada yang lain. Jangan terlalu banyak
tawar menawar dan berdebat, tetapi hendaknya mereka saling
memaklumi seperti dalam Hadits yang artinya “Allah azza wajalla
57
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2005.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
memasukkan ke dalam surga orang yang mudah dalam membeli,
menjual, melunasi, dan menuntut haknya”.
8) Menjauhkan sebab-sebab munculnya permusuhan dan dendam
kusumat.
Diantara sebab yang dapat memunculkan permusuhan dan dendam
ialah seseorang membeli barang yang telah dibeli saudaranya, seperti
jual beli jenis Najasy dan lain-lain yang diharamkan dalam syari‟at
Islam.
ػ أخ طؼ١ذ ل١ض ػ د ٠ؼ تخ لؼح دذظث دت ر خ ظ خ دذظث ػدذ ت ز خ ث
أخ ث ز٠زذ لثيوز٠ش ػ ث شثجشت ث شذثطذت ط ػ١ ط ت لثي رطي ت
أ ظ تث ت إخ وت ػدثد ت ػ خ١غ خؼغ ث ٠دغ خؼؼى ث شذتخزت خ شدثغؼت
ظ زتز خذظح ت ظثض ٠ش١ز إ طذر ث ث تصم ث ٠ذمز ث ٠خذ ث ٠ظ
ػزػ ث د دزت ظ ػ ت ظ ت و ظ ت ٠ذمز أخث تشز أ زئ دذظ ت
غ ط س٠ذ أ تخ ر أطث ح ػ طزح دذظث تخ ز خ ػ ذ خ ز أد أخث أخ تطث
ط ز٠زذ ٠مث لثي رطي ت ؼس أخث وز٠ش ٠مي ط ز خ ػث خ ػدذ ت طؼ١ذ
ظز إ ث ٠ ت إ ث ستد ف١ مض ستد د دذ٠ط دت فذوز ذ ط ػ١ ت أجظثدو
إ طذر أشثر خؤطثخؼ ظز إ لخى ٠ ى رو ت ث شذث إ ط ث شثجش ت ثطذ
ث ٠دغ ت ث شدثدر ت تث ث شدثغؼ ت ػدثد تهلل إخ و ػ خ١غ خؼغ رت (خؼؼى
)ظ58
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab;
Telah menceritakan kepada kami Dawud yaitu Ibnu Qais dari Abu
Sa'id budak 'Amir bin Kuraiz dari Abu Hurairah dia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Janganlah kalian
saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan saling
58
Al Imam Muslim Bin Al Hajjaj, Shahih Muslim, 1986.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kalian yang berjual beli
sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya dan jadilah
kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu
dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti,
merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah
menunjuk dadanya), Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali.
Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia menghina
saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang Iainnya
haram darahnya. hartanya, dan kehormatannya." Telah menceritakan
kepadaku Abu At Thahir Ahmad bin Amru bin Sarh Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Wahab dari Usamah yaitu Ibnu Zaid
Bahwa dia mendengar Abu Sa'id -budak- dari Abdullah bin Amir bin
Kuraiz berkata; aku mendengar Abu Hurairah berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: -kemudian perawi menyebutkan
Hadits yang serupa dengan Hadits Daud, dengan sedikit penambahan
dan pengurangan. Diantara tambahannya adalah; "Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kalian, akan tetapi Allah
melihat kepada hati kalian. (seraya mengisyaratkan telunjuknya ke
dada beliau). “janganlah kalian saling mendengki, saling melakukan
perdagangan dengan najasy, saling membenci, saling bermusuhan,
dan janganlah sebagian kalian membeli barang yang sudah dibeli
orang lain. Jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang
bersaudara”.
9) Penjual dan pembeli boleh menentukan pilihan selama mereka belum
berpisah kecuali jual beli khiyar.
Penjual dan pembeli masih memiliki pilihan selama mereka belum
berpisah di tempat jual beli. Yakni pembeli masih berhak untuk
meneruskan proses pembelian atau membatalkannya. Hak yang sama
juga dimiliki oleh penjual. Akan tetapi, apabila penjual dan pembeli
sudah sepakat untuk barang tertentu dan mereka berpisah di tempat
penjualan, maka barang tersebut tidak boleh dikembalikan. Kecuali
jual beli khiyar.
لص دزج دذظث شؼدر ػ خ ث تذثرض دذظث ط١ خ ػدذ ت ػ طثخ أخ تخ١ ثدذ ػ
تد ط ػ١ ط ت لثي لثي رطي ت ػ ت رػ دشت خ إ دى١ رفؼ ١ؼث
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
لثي دص ٠صفزلث أ ث وذخث خثخ١ثر ث وص إ ث ث ف خ١ؼ خ١ث خرن طذلث ٠صفزلث فإ
ث ذمس خزور خ١ؼ إ ث، خ١ؼ ث ف رن خ١ث خ طذلث ٠صفزلث، فإ ث خثخ١ثر تد١ؼث
ث ذمس خزور خ١ؼ وذخث ث تدخثر رت( وص59
(
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dari Qatadah dari Shalih Abu AL
Khalil dari 'Abdullah bin Al Harits yang dinisbatkannya kepada
Hakim bin Hizam radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Dua orang yang melakukan jual beli boleh
melakukan khiyar (pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan
jual beli) selama keduanya belum berpisah", Atau sabda Beliau:
"hingga keduanya berpisah. Jika keduanya jujur dan menampakkan
dagangannya maka keduanya diberkahi dalam jual belinya dan bila
menyembunyikan dan berdusta maka akan dimusnahkan keberkahan
jual belinya".
10) Tidak boleh menimbun dan memonopoli barang dagangan tertentu.
Tidak boleh menimbun atau memonopoli dagangan tertentu untuk
menguasai harga barang.
ذ ػ ػجث ذ خ ذ ػ ؼ١ إط خ دذظث دثش ز تؤشؼع ػ دذظث طؼ١ذ خ ذ خ
ػطثء ػ ز خ ػ ػ١ ط ت رطي ت ؼ ػدذ ت ز خ ؼ ظ١ح ػ ت طؼ١ذ خ
لثي ث ٠ذصىز إث خثطا ط ز خ ػ ظ دذظ خؼغ أطذثخث ػ لثي ١ لثي إخزت
أخدزث خث ػ طؼ١ذ خ ز ػ ػ ذ خ ذ ٠ذ١ ػ ز خ ػ ػ ػدذ ت ذ خ
ػ ط ت وؼح لثي لثي رطي ت خ ز أدذ خ ػذ ؼ أخ ز خ ؼ ظ١ح ػ ت ١
ع فذوز خ ٠ذ١ ط خثي ػ خ ث ظ رت(دذ٠ط ط١60
(
Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Amru Al Asy'ats telah
menceritakan kepada kami Hatim bin Isma'il dari Muhammad bin
'Ajlan dari Muhammad bin 'Amru bin 'Atha dari Sa'id bin Musayyab
dari Ma'mar bin Abdullah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
beliau bersabda: "Tidaklah orang yang menimbun barang, melainkan
ia berdosa karenanya." Ibrahim berkata; Muslim berkata; dan telah
menceritakan kepadaku sebagian sahabat kami dari Amru bin Aun
59
Bukhori, Al. Sahih Al Bukhari, (Beirut: Da>r Ibn Kasir, 1987), 501. 60
Al Imam Muslim Bin Al Hajjaj, Shahih Muslim, 1228.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
telah mengabarkan kepada kami Khalid bin Abdullah dari Amru bin
Yahya dari Muhammad bin Amru dari Sa'id bin Musayyab dari
Ma'mar bin Abu Ma'mar salah seorang Bani Adi bin Ka'ab, dia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda….kemudian dia menyebutkan hadits seperti hadits Sulaiman
bin Bilal, dari Yahya." “tidaklah seseorang menimbun barang,
melainkan pelaku maksiat”.
G. Prinsip-prinsip ekonomi Islam
Menurut Juhaya S. Praja ada 5 yaitu:
1. Tijarah an taradlin, yaitu melaksanakan transaksi bisnis berdasarkan
suka rela diantara masing-masing pihak.
2. Perikatan dan transaksi bisnis dilakukan secara tertulis dan
transparan
3. Amanah dalam laporan neraca.
4. Pertukaran manfaat dalam kerangka, yaitu tolong menolong dalam
kebajikan dan ketakwaan.
5. Tidak mengandung unsur riba, tidak ada tipu daya, dan tidak
mengandung unsur judi.61
Menurut Sjaichul Hadi Permono dalam salah satu karyanya,
Formula Zakat, Menuju Kesejahteraan Sosial, mengidentifikasikan
beberapa prinsip hukum Islam, antara lain:
1. Prinsip kejujuran dan kebenaran yang merupakan sendi akhlak
karimah
61
Juhaya S. Praja, Tafsir Hikmah: Seputar Ibadah, Muamalah, Jin & Manusia, (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2000), 167
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
a. Prinsip transaksi yang meragukan dilarang, akad transaksi harus
tegas, jelas, dan pasti. Baik benda yang menjadi objek akad,
maupun harga barang yang diakadkan.
b. Prinsip transaksi yang merugikan dilarang. Setiap transaksi yang
merugikan diri sendiri maupun pihak kedua dan pihak ketiga
dilarang.
c. Prinsip mengutamakan kepentingan sosial. Prinsip ini
menekankan pentingnya kepentingan bersamayang harus
didahulukan tanpa menyebabkan kerugian individu.
d. Prinsip manfaat. Objek transaksi harus memiliki manfaat,
transaksi terhadap objek yang tidak bermanfaat menurut syariat.
e. Prinsip yang mengandung riba dilarang.
f. Prinsip suka sama suka (antaradlin) .
g. Prinsip tiada paksaan. Setiap orang memiliki kehendak yang
bebas dalam menetapkan akad, tanpa tunduk kepada paksaan
transaksi apapun, kecuali hal yang diharuskan oleh norma
keadilan dan kemaslahatan masyarakat.62
62
Sjaichul Hadi Permono, Formula Zakat, Menuju Kesejahteraan Sosial, (Surabaya: Aulioa,
2005), 44-45