39
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Badan Narkotika Nasional Kota Batu
1. Profil Badan Narkotika Nasional Kota Batu
Badan Narkotika Nasional kota Batu merupakan lembaga yang
menangani permasalahan terkait penyalahgunaan narkotika dan bahan
berbahaya lainnya di tingkat Kota. Berdiri secara resmi di Kota Batu
sebagai bagian vertikal dari Badan Narkotika Nasional tahun 2009.
Sebelumnya, BNNK Batu hanya dikenal sebagai BNK (Badan
Narkotika Kota) sejak tahun 2007 dan telah menangani terkait masalah
penyalahgunaan narkotika di tingkat kota. Namun semenjak
diresmikanya Undang-Undang Narkotika No 35 tahun 2009, lembaga
yang tadinya merupakan bagian dari Kota berubah menjadi lembaga
vertikal yang secara bersama-sama mempunyai visi dan misi untuk
menangani penyalahgunaan narkotika.
Dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut BNNK Batu secara
nyata melakukan berbagai upaya di dalam rangka melakukan tindakan
sosilisasi, advokasi dan mengkampanyekan tentang bahaya peredaran
gelap dan bahaya penyalahgunaan Narkoba hingga ke pemberdayaan
masyarakat agar ikut turut serta memerangi penyalahgunaan Narkoba.
Selain itu, BNNK Batu juga secara aktif melakukan edukasi Anti
Narkoba yang berkenaan dengan tindakan-tindakan preventif tentang
bahaya penyalahgunaan Narkoba. Diharapkan dengan berbagai upaya
40
tersebut, masyarakat menjadi sadar dan mampu memahami dampak
dari penyalagunaan Narkoba sehingga terwujudnya masyarakat
Indonesia yang bebas dari penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan
terlarang BNNK Batu saat ini, juga mengupayakan terkait pembenaran
pemahaman persepsi yang sama kepada masyarakat maupun para
penegak hukum bahwa pidana rehabilitasi adalah hukuman yang
paling tepat dan bermanfaat bagi pengguna dalam menyongsong
kehidupan masa depannya. Dan BNNK Batu berharap menjadi wadah
masyarakat agar mendapatkan informasi berkenaan dengan dampak
dari penyalahgunaan Narkoba dan bahan adiktif lainnya.
2. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyeleng garaan
Pemerintahan yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme.
c. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
e. Peraturan Presiden RI Nomor 23 tahun 2010 tentang Badan
Narkotika Nasional.
41
f. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah.
g. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun
2010 tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional.
h. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 4 Tahun
2010 tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional
Kabupaten / Kota.
3. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan.
a. Kedudukan
Badan Narkotika Nasional Kota Batu (BNNK) adalah Lembaga
Pemerintah Vertikal yang berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada Badan Narkotika Nasional Propinsi dan Badan
Narkotika Nasional, BNNK dipimpin oleh seorang Kepala.
b. Tugas
Melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang BNN dalam Wilayah
Kota Batu yang bertujuan mendukung Tujuan BNNP Melindungi
dan menyelamatkan komponen masyarakat di kota Batu dari
pengaruh penyalah gunaan dan peredaran gelap narkoba.
c. Fungsi.
Dalam melaksanakan tugasnya, BNN Kota Batu menyelenggarakan
fungsi:
42
- Pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan,
pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi;
- Pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pemberantasan
dalam rangka pemetaan jaringan kejahatan terorganisasi
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika,
prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adikktif
untuk tembakau dan alkohol dalam wilayah Kota Batu;
- Pelaksanan penyiapan bantuan hukum dan kerja sama;
- Penyusunan rencana program dan anggaran BNN Kota Batu;
- Evaluasi penyusunan laporan BNN Kota Batu;
- Pelayanan administrasi yang transparan dan akuntabel di BNN
Kota Batu;
d. Kewenangan
Kewenangan BNNK secara umum terlihat secara implisit pada
tugas nya, namun kewenangan yang dikhususkan oleh undang-
undang adalah tugas dalam melaksanakan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika, BNNK berwenang melakukan penyelidikan. Penyu
sunan Standar Operasional Prosedur Di Lingkungan Badan Na
rkotika Nasional
43
4. Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional Kota Batu
Struktur Organisasi sebagaimana disebut dalam Peraturan Kepala
BNN Nomor 03 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja BNNP
dan BNNK adalah sebagai berikut:
1. Kepala.
2. Kasubbag Umum.
3. Seksi Pencegahan dan Pemberdayaan.
4. Seksi Rehabilitasi.
5. Seksi Pemberantasan
Bagan 1
Struktur Organisasi
Badan Narkotika Nasional Kota Batu
Sumber: Data Primer dokumen Badan Narkotika Nasional Kota Batu, diolah, pada tanggal 6
Desember 2016
SEKSI
REHABILITASI
ROSE
IPTRIWULANDHANI
. S.Psi.,MM
SEKSI
PEMBERANTASAN
KOMPOL.
PURWITO
SEKSI
PENCEGAHAN DAN
PEMBERDAYAAN
KOMPOL. EDI HARI
ADI KARTIKA
KASUBBAG UMUM USAHA
YUDHA WIRAWAN S.E.,MM
KEPALA BNN:
HERU CAHYO WIBOWO, SH, MN
44
5. Sasaran strategis BNN Kota Batu sebagai berikut:
a. Seksi Pencegahan Dan Seksi Pembardayaan
1. Meningkatnya lembaga pendidikan, Instansi pemerintah, swasta
dan organisasi kemasyarakatan yang memiliki pengetahuan,
pemahaman dan kesadaran tentang bahaya penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba.
2. Meningkatnya lembaga pendidikan, Instansi pemerintah, swasta
dan organisasi kemasyarakatan sebagai kader anti narkoba yang
memiliki ketrampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba.
3. Meningkatnya peranan lembaga pendidikan, Instansi
pemerintah, swasta dan organisasi kemasyarakatan dalam
mendukung pelaksanaan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba. (Advokasi tujuanya mampu
mempengaruhi kebijakan untuk melakukan kebijakan P4GN di
instansinya)
4. Meningkatnya peranan lembaga pendidikan , lingkungan kerja
lingkungan kerja pemerintah, masyarakat desa yang
mendapatkan pengembangan dalam mendukung pelaksanaan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
(Advokasi tujuanya mampu mempengaruhi kebijakan untuk
melakukan kebijakan P4GN di instansinya)
45
5. Meningkatnya peranan lembaga pendidikan, Instansi
pemerintah, swasta dan organisasi kemasyarakatan dalam
mendukung pelaksanaan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba. (Advokasi tujuanya mampu
mempengaruhi kebijakan untuk melakukan kebijakan P4GN di
instansinya)
6.Memberikan informasi dalam mendukung pelaksanaan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
(Advokasi tujuanya mampu mempengaruhi kebijakan untuk
melakukan kebijakan P4GN di instansinya) di wilayah kerja
BNN Kota Batu
b. Seksi Rehabilitasi
1. Meningkatnya pecandu narkoba mengikuti program wajib
lapor.
2. Meningkatnya pecandu dan penyalahguna narkoba yang
mengikuti rawat jalan.
3. Meningkatnya mantan pecandu dan penyalah guna narkoba
yang mengikuti program pendampingan pasca rehabilitasi.
c. Seksi Pemberantasan
1. Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan gelap
narkoba
2. Pengungkapan sel jaringan narkoba / Meningkatnya sel
jaringan narkoba
46
B. Analisis Efektifitas pelaksanaan Rehabilitasi Medis Rawat Jalan bagi
Pecandu Narkotika di Badan Narkotika Nasional Kota Batu
Berdasarkan Pasal 54 Undang–Undang No 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika menentukan bahwa Pecandu Narkotika dan korban
penyalahgunaan narkotika wajib menjalani Rehabilitasi medis dan
Rehabilitasi sosial. Yang dimaksud dengan Korban penyalahgunaan
narkotika adalah seseorang yang tidak sengaja menggunakan narkotika
karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa, dan / atau diancam untuk
menggunakan narkotika. Sehingga mereka diwajibkan mendapatkan
rehabilitasi baik medis maupun sosial. Implementasi dalam pasal 54, yakni
mewajibkan rehabilitasi yang diperuntukan terhadap pecandu dari
penyalahgunaan narkotika yang ketergantungan dengan narkotika terutama
golongan I, sehingga ada upaya oleh BNN bagi para pecandu guna
mendapatkan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial dengan tujuan dapat
memulihkan serta mengembalikan pecandu agar bisa berada dalam
lingkungan masyarakat secara normal dan terbebas dari ketergantungan
bahaya narkotika.
Kemudian dengan turunnya Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun
2011 Tentang Wajib Lapor Bagi Penyalahguna Narkotika, merupakan
wujud komitmen negara untuk mengakomodir hak pecandu dalam
mendapatkan layanan terapi dan rehabililtasi dan juga sebagai wujud
implementasi dari pada pasal 54 Undang-undang nomor 35 tahun 2009
tentang narkotika. Dengan adanya upaya rehabilitasi oleh BNN Kota Batu
47
ini diharapkan bisa memulihkan serta mengembalikan pecandu agar bisa
berada dalam lingkungan masyarakat secara normal dan terbebas dari
ketergantungan bahaya narkotika dan yang paling penting agar pecandu
tidak kembali menyalahgunakan narkotika atau Relapse.
Kemudian apabila kita melihat data yang diperoleh peneliti. Di
Badan Narkotika Nasional Kota Batu, peneliti mendapatkan data terkait
alasan pecandu dalam menyalahgunakan narkoba. Dalam melaksanakan
penelitian, peneliti mengambil 3 (tiga) responden yang secara random dari
korban dan pecandu penyalahgunaan narkotika.
Tabel 1
Data identitas Responden Pecandu Narkotika
Data Identitas
pecandu Narkoba
DATA PRIBADI SUBYEK
Nama Feby
Setyawati
Novita
Indahsari
Verian Ilham
TTL Malang, 26
Februari
1999
Batu, 13
Oktober 1998
Malang, 22 Juni
1999
Umur 17 18 16
Agama Islam Islam Islam
Pekerjaan Pelajar Pelajar Pelajar
Status Rawat RawatJalan Rawat Jalan Rawat Jalan
Jenis Narkoba LL LL BZO
Cara Pakai Oral Oral Oral
Data Primer : Data di Dapat Dari Wawancara Dengan Pecandu Narkotika24
24 Wawancara dari ketiga Pecandu Narkotika. 28 November 2016
48
FS,NI dan VI ketiganya adalah merupakan korban penyalahguna narkotika
yang sedang menjalani program rehabilitasi rawat jalan yang
diselengarrakan oleh BNN Kota Batu. FS dan NI adalah teman satu
sekolah sedangkan VI adalah pelajar dari SMP lain yang tetdapat di Kota
Batu. Mereka bertiga pada dasarnya masih berstatus pelajar Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Masuknya FS, NI dan VI ke dalam program
rehabilitasi rawat jalan BNN Kota Batu bukan atas dasar sukarela
(Voluntery) akan tetapi melaui proses penjangkauan dari pihak sekolah
masing-masing. FS dan NI masuk ke dalam lembaga rehabilitasi medis
rawat jalan pada tanggal 25 April 2016 sedangkan VI masuk pada tanggal
27 April 2016. Rata-rata dari mereka menegaskan bahwa orang tua mereka
tidak tau jika mereka menggunakan narkoba, menurut pengakuan FS dan
NI kepada saya bahwa mereka mulai menyalahgunakan narkoba adalah
karna dijebak atau diracuni oleh ketua kelasnya sendiri pada jam istirahat
dengan modus yang dilakukan oleh ketua kelas tersebut adalah mentraktir
semua teman dikelasnya dengan membelikan es jeruk dan pada es jeruk
tersebut dicampuri oleh pil Double L atau LL, pada saat itulah mereka
mulai coba pakai dan akhirnya ketagihan mengkonsumsi narkoba jenis LL
tersebut. Sedangkan VI mulai menyalahgunakan narkoba adalah karena
ada iming-iming dari temannya. NS dan Ni menuturkan bahwa tidak susah
untuk mendapatkan obat-obatan tersebut, hanya dengan harga mulai Rp
8000 sampai dengan Rp 10.000 mereka bisa mendapatkan obat tersebut
melalui temanya disekolah yang mempunyai jaringan langsung kepada
49
bandar narkoba yang ada di Kota Batu. Dengan adanya penjaringan yang
dilakukan oleh pihak sekolah tersebut, pihak sekolah berharap agar anak
didiknya mendapat rehabilitasi medis yang sesuai dan bisa berhenti
menngunakan narkoba, pihak sekolah pun juga mengegaskan bahwa
mereka bertiga tidak dikeluarkan, dan bahkan identitas mereka pun akan
dilindungi. FS, NI dan VI adalah hanya beberapa korban dan pecandu
yang sedang dilakukannya rehabilitasi medis rawat jalan oleh BNN Kota
Batu. pada dasarnya BNN Kota Batu hari ini sedang giat-giatnya dalam
melakukan rehabilitasi baik melalui proses suarela (Voluntery) maupun
dalam proses penjangkauan (Compulsory). Berdasarkan data yang
diperoleh oleh peneliti bahwa jumlah pecandu yang sedang di rehabilitasi
oleh pihak BNN adalah:
Tabel 2
Data Pecandu yang yang di Rehabilitasi pada tahun 2016
NO Jumlah
Pecandu
Target
Rehabilitasi
Pecandu yang Relapse
1 50 Pecandu 50
Pecandu
10 Pecandu
Data Primer : Data di Dapat Dari Wawancara Dengan tenaga Medis BNNK Batu.25
Sedangkan pada tahun 2015 yang di Rehabilitasi oleh BNN Kota Batu
adalah sebesar 115 pecandu dari target yang ditetapkan oleh pusat yaitu
100.000 pecandu. Terdapat 5 orang yang kembali coba pakai lagi dan 3
orang yang Relapse ( Kambuh menyalahgunakan narkoba ) .26
25 Hasil Wawancara Dengan tenaga Medis BNNK Batu.31 Januari 2017 26 Ibid
50
Alur mekanisme dalam melakukan Rehabilitasi Medis Rawat jalan
di BNN Kota Batu adalah
Bagan 2
TAHAPAN REHABLITASI DI BNN KOTA BATU
Sumber: Hasil wawancara dengan Konselor Sie Rehabilitasi BNN Kota Batu27
1. Assesment
Assesmen adalah tahapan pertama yang dilakukan oleh Tim
Assesmen terpadu untuk mendapatkan suatu informasi terhadap
residen/korban yang akan ditangani. Tim Assesmen ini betugas untuk
Pertama Assesmen dan analisis medis, psikososial, serta
merekomendasi rencana terapi dan rehabilitasi seseorang yang
ditangkap dan/atau tertangkap tangan. Kedua yaitu analisis terhadap
seseorang yang ditangkap dan/atau tertangkap tangan dalam kaitan
peredaran gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika.28 Tim
Assesmen Terpadu ini dibagi menjadi 2 tim yaitu yang pertama adalah
Tim Assesmen Medis yang terdiri dari pihak Dokter yaitu dr. Fenny
dan pihak Psikiater yaitu Ibu Nining S.Psi. Kemudian yang kedua
27 Hasil wawancara dengan Konselor Sie Rehabilitasi BNN Kota Batu tanggal 13
Februari 2017 28 Lihat pasal 12 ayat 1 Peraturan Kepala BNN Nomor 11 Tahun 2014 tentang Tata Cara
penanganan tersangka dan/atau terdakwa pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
ke dalam lembaga Rehabilitasi
ASSESMENT TES URINE WAWANCARA
MOTIVASIONAL
51
adalah Tim Hukum yang terdiri Pihak BNNK Batu sendiri dan juga dari
pihak Balai Pemasyarakatan yaitu Bapak Sugeng.S.H. Dalam tahapan
pertama proses Assesmen ini, Tim Assesmen membagi residen tersebut
kedalam tiga golongan yaitu yang pertama Residen yang memang
benar-benar murni sebagai korban penyalahguna narkoba, kedua
terdapat indikasi terlibat kedalam jaringan narkotika akan tetapi juga
sebagai penyalahguna narkotika dan yang terakhir residen yang benar-
benar terlibat murni sebagai bandar narkotika.29
Residen yang murni sebagai korban penyalahguna narkotika
langsung ditetapkan oleh tim Assesemen untuk direhabilitasi tanpa
menjalani proses hukum terlebih dahulu, berbeda sebaliknya dengan
residen yang terdapat indikasi dengan jaringan narkotika yang juga
sebagai penyalahguna narkotika wajib menjalani proses hukum terlebih
dahulu. Residen yang murni sebagai korban penyalahguna Narkotika
oleh Tim Assesmen dibedakan menjadi tiga, yaitu penyalahguna yang
masih bersifat ketergantungan ringan, kedua penyalahguna yang tingkat
ketregantungan sedang dan penyalahguna yang tingkat ketergantungan
Berat (Pecandu). Apabila penyalahguna dalam kondisi tingkat
ketergantungan ringan dan sedang dilaksanakan rehabilitasi medis
rawat jalan, sedangkan apabila penyalahguna dalam tingkat
ketergantungan yang sangat berat (Pecandu) maka dilakukanlah
rehabilitasi Medis Rawat Inap. Lembaga rehabilitasi bagi korban
29 Hasil wawancara dengan Kasie Rehabilitasi BNN Kota Batu tanggal 13 Februari 2017
52
penyalahguna dapat di rehab di Lemabaga Rehabilitasi Instansi
Pemerintah (LRIP) seperti Dinsos, Lapas, Klinik Pratama BNNK Batu
atau dapat juga dilakukan Rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi
Komponen Masyarakat (LRKM) seperti Hayunanto Medical Cnter,
Dulos, atau LSM yang terdapat di Kota Batu.30 Berdasarkan dari hasil
wawancara peneliti dengan responden, peneliti mengambil satu
respoden untuk melihat proses pelakasanaan Assesmen
Tabel 3
Laporan Tim Assesmen Terpadu
NO NAMA PASIEN USIA
PASIEN
JENIS
NARKOBA
JENIS
RAWAT
1 Sugi Wanto 28 Tahun LL Rawat
Inap
Sumber Primer: Hasil wawancara dengan Tim Assesmen BNN Kota Batu31
Dari proses tes urine ditemukn bahwa Sadara Sugi positif menggunakan
pil koplo, dan morphin tetapi samar. Sugi adalah pecandu yang mengalami
gejala putus NAPZA. Pecandu menggunakan narkotika sudah selama 7
tahun, dan pelaku ketergantungan menggunakan pil koplo, apabila tidak
mengkonsumsi pil koplo pecandu merasa pusing dan tidak nyaman.
Pecandu mengaku bahwa narkotika adalah seperti makanan sehari-hari.
Pecandu juga mengkonsumsi alkohol dan sempat mengkonsumsi sabu.
30 Hasil wawancara dengan Tim Medis BNN Kota Batu tanggal 13 Februari 2017 31 Hasil wawancara dengan Tim Assesmen BNN Kota Batu tanggal 13 Februari 2017
53
Tabel 4
Laporan Dari Tim Assesmen Terpadu BNN Kota Batu
NO Hasil Psikotes Hasil Medis
1 Residen diminta menggambar
orang dan hasilnya masih standar.
Kepala dan bagian tubuh lainnya
terlihat jelas.
Mengaku mendapat atau
membeli pil koplo di Apotek
dekat karangploso
2 Menjawab dengan jelas identitas
yang ditanyakan.
Sering mengalami halusinasi
3 Mengaku jarang mandi Mengaku setelah mengkonsu
msi pil koplo yang dirasakan
adalah rabun
4 Mengaku mampu makan sendiri Mengkonsumsi miras sejak
tahun 2002
5 Setiap hari pelaku tidur setiap
jam 12 malam
Sehari mampu menghabiskan
100 pil double L atau LL
6 Mengaku sering dimarahi
bapaknya
Pandangan korban sudah Kabur
7 Mengaku tidak pernah pacaran
dan enggan mencari pacar
Mengalami Kerusakan saraf
pada Otak
Sumber Primer: Hasil wawancara dengan Tim Assesmen BNN Kota Batu32
2. Tes urine
Kemudian tahap selanjutnya adalah melakukan tes urine yang mana
tujuan dari dilakukannya tes urine ini adalah untuk mengidentifikasi
32 Hasil wawancara dengan Tim Assesmen BNN Kota Batu tanggal 13 Februari 2017
54
narkoba jenis apa yang digunakan oleh pecandu. Dalam hal Tata cara
melakukan tes urine yaitu pertama petugas Medis dari BNN kota Batu
yaitu Bu Eka Putri, A.Md dan Bu Tika, S.Kep menyiapkan botol kecil
yang berbentuk seperti tabung, yang digunakan untuk air kencing para
residen dan alat drug abuse test yang keduanya sudah disiapkan oleh
seksi rehabilitasi, kemudian para residen dipanggil untuk melakukan
test urine, tahap selanjutnya adalah memasukan drug abuse test tersebut
kedalam botol berisi air kencing residen tersebut. Didalam drug abuse
test tersebut terdapat 5 kolom yang mana kolom tersebut menunjukan
jenis zat narkoba. Apabila terdapat garis pada kolom alat tes urine
tersebut, maka residen tersebut positif menggunakan narkotika, akan
tetapi perlu menjadi catatan bahwa, positifnya alat tersebut bukan
berarti dapat disimpulkan bahwa orang tersebut positif
menyalahgunakan narkoba, karena bisa saja orang tersebut sedang
dalam masa pengobatan dokter. Tes urine disini bertujuan untuk
mengetahui residen positif menggunakan narkotika atau tidak (negatif).
Sehingga pada tahapan ini lah yang menjadi penentu residen dapat
ditindak lanjuti atau tidak
3. Wawancara motivasional
Kemudian pada tahapan terakhir adalah Wawancara motivasional.
Wawancara motivasional ini dilakukan oleh Tenaga Konselor dari BNN
55
Kota Batu yaitu oleh Bapak Benny.,S.Sos33 dalam bidang rehabilitasi
medis yaitu wawancara dimana interaksinya berpusat kepada klien dan
bertujuan untuk menggali dan mengatasi ambivalensi tentang
penggunaan zat/narkotika melalui tahapan perubahan. Wawancara
motivasional ini dilakukan selam 8 kali pertemuan, dengan durasi 15-30
menit per residen. Materi pada wawancara motivasional adalah
Konseling kelompok dan pemberian materi oleh Konselor tentang
bagaiman cara menjauhi narkoba.
Kemudian apabila kita melihat ke dalam Petunjuk Teknis Rawat
Jalan BNN bahwasannya komponen dalam pelaksanaan diatas belumlah
seluruhnya sesuai dengan Petunjuk Teknis rawat Jalan Badan Narkotika
Nasional Republik Indonesia. Apabila kita melihat didalam Petunjuk
Teknis Rehabilitasi Medis Rawat Jalan Badan Narkotika Nasional
Republik Indonesia yang pertama yaitu
1. Assesmen
Asesmen narkotika adalah suatu proses mendapatkan informasi
menyeluruh pada individu dengan gangguan penggunaan
zat/narkotika, baik pada saat awal masuk program, selama
menjalani program dan setelah selesai program
2. Pemerikasaan fisik
pemeriksaan fisik secara menyeluruh oleh dokter pada klien
yang datang
33 Hasil Wawancara Dengan Tim Rehabilitasi Medis BNN Kota Batu tanggal 13 Februari
2017
56
3. Pemeriksaan urin zat
pemeriksaan urin pada klien untuk mendeteksi zat spesifik
yang digunakan
4. Layanan medis
Pemberian pengobatan yang diberikan kepada klien atas
indikasi medis atau berdasarkan diagnosa yang ditetapkan
dokter
5. Detoksifikasi
Detoksifikasi merupakan langkah awal proses terapi
ketergantungan zat/narkotika dan merupakan intervensi medik
jangka singkat, yang bertujuan untuk mengurangi, meringankan
atau meredakan keparahan gejala- gejala putus zat
6. Layanan kesehatan fisik dan psikis lainnya
Adalah konseling pada klien yang akan melakukan tes HIV
7. Konseling adiksi
intervensi psikologis berupa pendekatan melalui suatu
kolaborasi antara konselor adiksi dengan klien dalam
perencanaan yang didiskusikan dan disetujui bersama
8. Wawancara motivasional
wawancara dimana interaksinya berpusat kepada klien dan
bertujuan untuk menggali dan mengatasi ambivalensi tentang
penggunaan zat/narkotika melalui tahapan perubahan
9. Cognitive Behavioral therapy
57
psikoterapi yang digunakan dalam menghadapi berbagai
persoalan-persoalan psikologis individual dalam konteks juknis
ini adalah Adiksi
10. Pecegahan kekambuhan
Pengertian adalah Adalah pencegahan kekambuhan yang
terjadi dalam proses pemulihan pada klien pengunaan
zat/narkotika.34
Tahapan pertama yang dilakukan oleh pihak BNN Kota Batu adalah
dengan melakukan Assesmnen, yang mana dalam melakukan assesmen ini
kita bisa melihat kedalam ketentuan pasal 9 Peraturan Kepala BNN No 11
tahun 2014 yang berbunyi bahwa Tim Asesmen terpadu sebagaimana
dimaksud terdiri dari :
a. Tim Dokter yang meliputi Dokter dan Psikolog yang telah memiliki
sertifikasi asesor dari Kementerian Kesehatan;
b. Tim Hukum yang terdiri dari unsur Polri, BNN, Kejaksaan dan
Kementerian Hukum dan HAM .35
Berdasarkan dari hasil penelitian Tim Assesmen dari BNN Kota Batu
tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya di dalam melakukan
assesmen di BNNK Batu tidak terdapatnya tim hukum seperti pihak dari
Polri dan juga pihak Kejakasaan, mengingat bahwa tim hukum ini
34 Petunjuk Teknis Dasar Rehabilitasi Medis Rawat Jalan BNN 35 Lihat pasal 9 ayat 2 Peraturan Kepala BNN Nomor 11 Tahun 2014 tentang Tata Cara
penanganan tersangka dan/atau terdakwa pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
ke dalam lembaga Rehabilitasi
58
berperan untuk analisis terhadap seseorang yang ditangkap dan/atau
tertangkap tangan dalam kaitannya dengan peredaran gelap Narkotika dan
penyalahgunaan Narkotika. maka dari itu sangat disayangkan apabila
dalam melakukan pelakasanaan assesmen ini tidak bisa maksimal karena
tidak terdapatnya tim hukum seperti pihak Polri dan juga pihak kejaksaan.
Kesepuluh komponen yaitu Assesment, Pemeriksaan fisik,
Pemeriksaan Urine Zat, Layanan Medis, Detoksifikasi, Layanan Psikis
lainnya, Konseling adiksi, Wawancara Motivasional, Cognitive Behavioral
Therapy, dan Pencegahan Kekambuhan wajib dilaksanakan pada saat
melakukan Rehabilitasi Medis rawat jalan. Sepuluh komponen tersebut
saling berkaitan satu sama lain guna prose penyembuhan pecandu narkoba.
Berdasarkan hasil penelitian, BNNK Batu hanya melaksanakan 3 dari 10
komponen yang diwajibkan yaitu Assesment, Tes urine, wawancara
motivasional. Dalam melakukan rehabilitasi medis rawat jalan, pada
dasarnya seperti yang di jelaskan di atas bahwa 10 komponen tersebut
saling keterkaitan satu sama lain, dan ketika hanya beberapa saja yang
dilaksanakan, menurut Penulis maka sangat tidak efektif hasilnya. BNNK
Batu tidak melaksanakan program layananan Kesehatan Fisik dan psikis.
Pada prinsipnya layanan tersebut bertujuan untuk melihat apakah pecandu
mempunyai penyakit lain ataukah tidak, misalnya penyakit HIV, Hal ini
sangat penting sekali karena apabila tidak diketahui adanya penyakit lain
terlebih dahulu tentunya akan sangat membahayakan bagi pecandu. BNN
Kota Batu juga tidak menerapkan pencegahan kekambuhan, yang mana
59
tahap ini sangat penting dan menjadi ujung tombak pengobatan melalui
rehabilitasi.
Pencandu bisa saja Relapse (Kambuh) apabila tidak dipantau dan
diberi pencegahan sejak awal pengobatan. Tetapi di BNN Kota Batu
memberikan motivasi dan pandangan kepada pecandu tentang buruknya
narkotika bagi kesehatan maupun pandangan masyarakat tentang pecandu
apabila masih terus menggunakan narkotika. Layanan medis pun
seharusnya diterapkan dan dilakukan secara teratur untuk memantau
perkembangan kesehatan fisik maupun psikis. Pada dasarnya narkotika
dapat memicu adanya kerusakan syaraf. Apabila pecandu tersebut telah
pulih, tetapi kesehatan fisiknya belum terobati kiranya akan sama saja.
Karena pemantauan kesehatan medis itu perlu. Seperti halnya kesehatan
jantung, pecandu narkotika akan terganggu peredaran darah yang berpusat
pada jantung sebagai pompa darah keseluruh tubuh. Hal ini sangat perlu
diperhatikan mengingat angka kematian akibat penyakit jantung ialah
tidak sedikit
Kemudian BNNK Batu dalam melakukan ketiga komponen diatas
pun tentunya dirasa juga jauh dari kata maksimal, karena seperti yang kita
ketahui bersama bahwa dalam hal wawancara motivasional ini intensitas
pertemuannya antara konselor dengan residen adalah 1 jam per residen,
akan tetapi yang terjadi dilapangan justru hanya 15-20 menit per residen,
karena kurangnya Tenaga Konselor di BNNK Batu yang seharusnya
terdapat 2 tenaga Konselor. Karena yang seperti kita tahu bahwa di BNN
60
Kota Batu sangat minim akan Tenaga Konselor, maka pengawasan berkala
oleh konselor yang seharusnya dilakukan pada saat pasca rehabilitasi
terhadap pecandu hanya 3 kali saja dari yang seharusnya ditetapkan.
Kemudian bukan hanya itu saja dalam segi sarana dan prasarana pun bisa
dikatakan sangat tidak efektif yang mana di dalam Klinik Pratama BNNK
Batu tidak terdapatnya instalasi farmasi yang diselenggarakan oleh
apoteker, tidak terdapatnya alat untuk mendetoksifikasi dan salah syarat
suatu Klinik Pratama yaitu adalah terdapatnya paling sedikit 2 Tim
dokter36. Dengan tidak maksimalnya suatu pelaksanaan rehabilitasi rawat
jalan, sarana-prasarana dan SDM yang ada di BNN Kota Batu, tentunya
juga akan mempengaruhi hasil dari rehabilitasi tersebut, seperti yang sudah
saya jelaskan diatas bahwasannya dari data diatas tahun 2016 menunjukan
dari pencapaian target 50 pecandu yang direhab, yang Relapse atau
kembali menggunakan narkoba adalah 10 pecandu. Maka dari itu dapat
kita tarik kesimpulan bahwa pelaksanaan rehabilitasi medis rawat jalan di
BNNK Batu tidak efektif.
Berdasarkan Informasi yang peneliti dapatkan bahwa kendala yang
utama dalam melakukan rehabilitasi rawat jalan adalah kurangnya SDM
dan juga kurangnya dana. SDM ini sangat berperan dalam melakukan
pengawasan berkala pada pecandu narkoba, dan juga kekurangan SDM ini
sangat dirasa memberatkan dalam hal melakukan melakukan program
motivasional tersebut, dikarenakan kurangnya tenaga konselor dan juga
36 Peraturan Menteri Kesehatan nomor 9 tahun 2014 tentang Klinik
61
tim dokter, sehingga intensitas waktu pertemuan yang seharusnya
dilaksanakan 60 menit justru karena kurangnya tenaga konselor intensitas
waktu tersebut hanya 15-20 menit saja, kemudian kendala yang berikutnya
adalah dana, dana ini tentunya akan sangat mempengaruhi dalam proses
melakukan rehabilitasi tersebut. Kendala yang selanjutya yaitu berasal dari
kurangnya sarana-prasarana37
C. Upaya yang seharusnya dilakukan oleh BNN Kota Batu dalam
meningkatkan efektivitas pelaksanaan rehabilitasi medis bagi
pecandu narkotika
Dalam hal upaya apa yang seharusnya dilakukan oleh BNN Kota
Batu adalah :
1. Melakukan Kompenen Rehabilitasi Medis Rawat jalan Sesuai
dengan petunjuk Teknis rawat jalan BNN
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 422 tahun 2010
tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan Napza
bahwa syarat utama dalam melakukan Rehabilitasi Medis rawat jalan
adalah dengan melakukan ke Sepuluh Komponen Rehabilitasi Medis
Rawat Jalan yaitu yang Pertama Assesmen, Kedua Pemerikasaan fisik,
Ketiga Pemeriksaan urin zat, keempat Layanan medis, Kelima
Detoksifikasi, keenam Layanan kesehatan fisik dan psikis lainnya, ketujuh
Konseling adiksi, Kedelapan Wawancara motivasional, kesembilan
37 Hasil wawancara dengan Tenaga Konselor BNN Kota Batu, 31 Januari 2017
62
Cognitive Behavioral therapy, dan yang terakhir kesepuluh yaitu
Pecegahan kekambuhan
Seperti yang kita ketahui bahwa komponen tersebut tidak bisa
hanya dijalankan beberapa saja, karena pada prinsipnya komponen
tersebut berbeda satu sama lain dan juga saling berkaitan satu sama lain,
apabila hanya dilakukan beberapa komponen saja dirasa akan tidak efektif
mengingat pentingnya per komponen tersebut sangat berperan besar dalam
menentukan berhasil atau tidaknya suatu rehabilitasi tersebut.
2. Bekerjasama dengan Perguruan Tinggi dan Organisasi
Masyarakat
Salah satu kendala dalam melakukan Rehabilitasi medis adalah
karena kurangnya SDM yang berada di BNNK Batu, maka dari itu dengan
adanya dengan Perguruan tinggi diharapkan mampu mengatasi
permasalahan minimnya SDM yang terdapat di BNN Kota Batu.
Perjanjian ini lebih dikhususkan pada Fakultas yang memang mempunyai
arah ke bidang rehabilitasi medis, kemudian ketika memang sudah
terdapat perjanjian antara kedua belah pihak maka selanjutnya adalah
memberikan pelatihan kepada mahasiswa tersebut agar bisa membantu
dalam proses melakukan Rehabilitasi medis rawat jalan.
Kemudian yang selanjutnya adalah membuat perjanjian dengan
ormas yang terdapat di BNNK Batu, karena seperti yang kita ketahui
bersama bahwa di dalam Undang-undang nomor 35 tahun 2009 pasal 27
berbunyi Selain melalui pengobatan dan/atau rehabilitasi medis,
63
penyembuhan Pecandu Narkotika dapat diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan
tradisional, artinya adalah bahwa dengan melakukan kerjasama dengan
Ormas (Organisasi Masyarakat) yang terdapat di Kota Batu tentunya akan
sangat berperan sekali dalam melakukan rehabilitasi medis rawat jalan,
karena dengan adanya kerjasama tersebut tentunya akan bisa mengatasi
kurangnya SDM yang terdapat di BNNK Batu, Selain itu pengawasan dan
pemantauan terhadap residen akan lebih intens dan bisa lebih efektif.
3. Bekerjasama dengan Instansi lain yang terdapat di Kota Batu
Dengan adanya kerjasama dengan instansi lain yaitu dengan
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat, Hayunanto Medical
Centerd, Dulos, Dinas Sosial, diharapkan mampu membantu pelakasanaan
rehabilitasi medis rawat jalan di Badan Narkotika Nasional Kota Batu.
kerjasama dengan Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat atau
yang lebih dikenal sebagai Rumah Sakit Jiwa Lawang. Kerjasama ini yaitu
kerjasama dalam bentuk penanganan pada saat melakukan pelaksanaan
Rehabilitasi medis rawat jalan, jadi bukan hanya sekedar kerjasama dalam
hal BNNK merkomendasikan residennya kesana, akan tetapi juga
membantu dan turut serta dalam melakukan pelaksanaan narkoba. Karena
pada dasarnya sebenarnya kerjasama antar instansi di kota batu sudah
terjalin yaitu dengan Hayunanto Medical Centre pada tahun 2015 dan juga
pada saat ini pada tahun 2016 BNN Kota Batu bekerjasama dengan
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat. Akan tetapi bentuk
64
kerjasama antar instansi ini hanya sekedar BNN Kota Batu
merekomendasikan pasiennya untuk di lakukkan rehabilitasi dan disini
menurut peneliti bahwa BNNK Batu hanya sekedar melimpahkan
residennya ke Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat dan setelah
melakukan rekomendasi setelah itu tidak ada hubungan lagi antara BNNK
Batu dengan Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat menurut
penulis hal ini sangat lah tidak efektif dikarenakan tidak terjadinya
kerjasama yang benar-benar nyata pada kedua instansi tersebut. maka dari
itu yang dimaskudkan oleh penulis disini terkait dengan kerjasama antar
instansi tersebut yaitu turut serta dalam melakukan pelaksanaan
rehabilitasi medis rawat jalan di BNN Kota Batu. Kerjasama ini dirasa
sangat penting sekali karena mengingat tenaga Medis di BNNK Batu
sangat kurang yaitu hanya 1 tenaga konselor dan 1 tim dokter. Maka dari
itu dengan adanya kerjasama antar instansi ini mampu membuat
pelaksanaan rehabilitasi medis rawat jalan di BNN Kota Batu bisa lebih
efektif.
4. Membentuk SATGAS Relawan anti Narkoba
Satgas ini dibentuk dan juga diberikan pelatihan terkait dengan
rehabilitasi medis rawat jalan, agar nantinya satgas ini mampun membantu
tenaga konselor dalam melakukan pengawasan berkala terhadap para
residen. Pada dasarnya kita mengetahui bahwa Rehabilitasi medis rawat
jalan ini berbeda dengan rehab rawat inap yang mana rehabilitasi rawat
inap ini lebih banyak aktivitas yang dilakukan pada lembaga rehabilitasi,
65
kemudian juga didalam rawat inap tersebut para residen bisa dipantau
dengan mudah oleh para konselor maka dari itu pengawasan dalam rawat
inap ini sangat intens sekali. Berbeda sebaliknya dengan Rehabilitasi
Medis rawat jalan yang mana lebih banyak aktivitas residen yang tidak
terpantau oleh konselor dikarenakan pada rehab rawat jalan ini para
residen hanya diwajibkan wajib lapor saja, sekali dalam melakukan wajib
lapor ini yaitu 8 kali pertemuan dan seminggu hanya 2-3 kali intensitas
tatap muka dengan konselor, setelah itu lebih banyak waktu mereka berada
di rumah yang tidak bisa langsung terpantau oleh para konselor. Kemudian
dengan adanya SATGAS ini diharapkan mampu secara efektif melakukan
rehabilitasi medis rawat jalan dengan program home visit, yang mana
home visit ini adala para kornselor mengunjungi rumah mereka satu
persatu guna melihat perkembangan dari para residen. Akan tetapi
menurut informasi yang saya terima bahwa mereka tidak nyaman apabila
rumah mereka di datangi oleh petugas BNN38 maka dari itu untuk
mengatasi permasalahan diatas dirasa pembentukan satgas ini dirasa akan
mampu dengan efektif dalam menangani permasalahan tersebut.
6. Melakukan Konsolidasi antar bidang di BNNK Batu
Dalam melakukan rehabilitasi tentunya tidak bisa hanya
mengandalkan satu bidang saja yaitu bidang rehabilitasi. Agar suatu
rehabilitasi tersebut berjalan dengan baik dan efektif maka dengan itu
diperlukan adanya kerjasama antar bidang yaitu kerjasama dengan bidang
38 Wawancara dengan tenaga konselor BNN Kota Batu.31 Januari 2017
66
pencegahan. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tugas pokok bidang
pencegahan adalah yaitu melakukan Diseminasi P4GN (Pencegahan,
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika).
Diseminasi P4GN ini melalui Media Cetak, Media Penyiaran, Media tatap
muka, Media luar ruang, Media tradisional, dan yang terakhir yaitu media
online. Dengan adanya konsolidasi antar bidang diharapkan bidang
pencegahan dalam melakukan diseminasi pada masyarakat menyertakan
juga terkait pentingnya rehabilitasi, manfaat rehabilitasi dan tujuan dari
adanya rehabilitasi tersebut, sehingga dengan adanya penyuluhan yang
dilakukan oleh pihak sie cegah tersebut mampu mendorong para pecandu
untuk melaporkan diri secara sukarela ke BNNK Batu guna mendapatkan
rehabilitasi. Sehingga tidak perlu adanya penjaringan terhadap para
pecandu yang membutuhkan dana yang lebih. Kemudian juga dengan
adanya penyuluhan tersebut mampu merubah mindset dari masyarakat
terhadap pecandu agar masyarakat tidak menjauhi pecandu dan
mengucilkan para pecandu dan korban penyalahguna narkoba