59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Tindakan
Pada bagian pelaksanaan tindakan ini, akan menguraikan tiga sub
judul yaitu deskripsi Kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II.
Deskripsi Kondisi Awal membahas mengenai kondisi awal siswa sebelum
dilaksanakan Siklus, termasuk di dalamnya psoses pembelajaran dan hasil
belajar mata pelajaran PKn sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian.
Selanjutnya pada deskripsi siklus I menjelaskan tentang pelaksanaan
tindakan penelitian siklus I meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I.
Pada bagian deskripsi siklus II menguraikan tentang tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari
pelaksanaan tindakan siklus II.
4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan observasi terhadap proses pembelajaran dan hasil
belajar anak. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan,
ditemukan beberapa permasalahan yang muncul di dalam pelaksanaan
pembelajaran. Permasalahan yang muncul adalah terkait dengan hasil
belajar PKn yang rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya yaitu faktor dari guru dan siswa itu sendiri.
Tingkat kemampuan siswa terhadap mata pelajaran Pkn dan minat
siswa yang rendah dalam mengikuti setiap proses belajar mengajar
merupakan salah satu faktor dari sisi siswa yang menyebabkan rendahnya
perolehan hasil belajar pada mata pelajaran PKn. Kurangnya minat siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat terlihat dari karakteristik
siswa yang asyik berbicara dengan teman sebangku dan sibuk dengan
permainannya sendiri ketika guru mulai menyampaikan materi, siswa belum
60
bisa fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan cenderung
mengacuhkan proses pembelajaran yang tengah berlangsung.
Faktor penyebab lain yang berasal dari guru yang mengakibatkan hasil
belajar mata pelajaran PKn rendah diantaranya yaitu metode pembelajaran
yang disampaikan guru belum sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai. Pembelajaran yang diterapkan oleh guru selama ini masih
memposisikan guru sebagai subjek yang utama, siswa hanya menjadi objek
pasif untuk menerima semua yang guru sampaikan.
Selain itu, peran media pembelajaran juga belum sepenuhnya
dimanfaatkan oleh guru. Pada hakikat pemanfaatan sebuah media
pembelajaran selain mampu merangsang tingkat ketertarikan siswa untuk
belajar, sebuah media juga dapat membantu guru untuk menyampaikan
materi sehingga pengetahuan yang siswa terima tidak hanya pengetahuan
instan yang diperoleh dari guru tapi siswa juga bisa melakukan aktivitas
pembelajaran yang lebih bermakna dengan adanya media pembelajaran.
Beberapa faktor tersebut menjadi hambatan di dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di kelas 5 B SDN Margorejo 02 Pati, hambatan-
hambatan yang muncul tersebut menyebabkan pembelajaran yang
berlangsung menjadi kurang efektif sehingga siswa merasa kesulitan dalam
memahami materi pelajaran, siswa cenderung jenuh dan bosan di dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, konsentrasi siswa juga lebih mengarah
pada aktivitas yang ada diluar kegiatan pembelajaran dan bukan kepada
materi pelajaran yang tengah sampaikan oleh guru. Kondisi yang demikian
berdampak pada perolehan hasil belajar mata pelajaran PKn yang masih
kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal. Batas nilai KKM ≥ 75 merupakan
KKM mata pelajaran PKnKelas 5 B SDN Margorejo 02 Pati yang telah
ditentukan oleh guru.
Adapun proses pembelajaran dan hasil belajar PKn siswa pada kondisi
awal akan diuraikan pada sub-sub judul di bawah ini.
61
4.1.1.1. Deskripsi Proses
Pengamatan Kondisi awal dilaksanakan pada mata pelajaran PKn
dengan SKMemahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), KDMenjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengucapkan
salam, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa,
dilanjutkan dengan guru melakukan presensi. Sebelum kegiatan
pembelajaran berlangsung guru meminta siswa untuk mempersiapkan buku
catatan. Selanjutnya guru melakukan kegiatan apersepsi.
Selama proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode
ceramah tanpa adanya media pembelajaran. Pada saat itu siswa mulai
merasa bosan karena pembelajaran didominasi oleh guru. Siswa hanya
menerima informasi dari guru. Kemudian dilanjutkan dengan latihan soal.
Setelah selesai melaksanakan latihan soal, guru bersama siswa membuat
kesimpulan. pembelajaran diakhiri dengan doa dan salam penutup.
4.1.1.2. Deskripsi Hasil Tindakan
Data dari analisis hasil belajar PKN pada tes evaluasi dengan dengan
KD Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia., memperoleh
hasil dengan nilai tertinggi 100, nilai terendah 40, nilai rata-rata 69. Siswa
yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya siswa (40 %)
dari 20 siswa. Analisis nilai hasil tes formatif pra siklus/ kondisi awal dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut:
62
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Nilai PKn Kondisi Awal
No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase
1. 40 – 51 2 10 %
2. 52 – 63 2 10 %
3. 64 – 75 9 45 %
4. 76 – 87 3 15 %
5. 88 – 100 4 20 %
Jumlah Siswa 20 100 %
Nilai Rata-rata 69
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 40
Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai ulangan mata pelajaran
PKn dapat dilihat hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran
PKn masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75), sebagian besar
siswa masih memperoleh nilai dibawah KKM. Sebanyak 12 siswa dari total
keseluruhan 20 siswa masih belum tuntas dalam mata pelajaran PKn, hanya
8 siswa yang berhasil tuntas dengan perolehan nilai melebihi KKM. Dari
tabel tersebut diketahui perolehan nilai siswa pada rentang nilai antara 40-
51 sejumlah 2 siswa dengan persentase 10%, rentang nilai 52-63 sejumlah 2
siswa dengan persentase 10%, rentang nilai 64-75 sejumlah 9 siswa dengan
persentase 45%, rentang nilai antara 76-87 sejumlah 3 siswa dengan
persentase 15%, dan rentang nilai 88-100 sejumlah 4 siswa dengan
persentase 20%. Dari daftar nilai pada kondisi awal diperoleh nilai rata-rata
siswa 69 dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100 dan nilai
terendah 40.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam diagram 4.1 sebagai
berikut:
63
Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai PKn Kondisi Awal
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75) data hasil perolehan nilai
pada kondisi awal/sebelum tindakan disajikan dalam bentuk tabel 4.2.
berikut ini.
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Jumlah Siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 75 8 40
2. Belum Tuntas < 75 12 60
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel 4.2 Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal
dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75) sejumlah 12 siswa atau 60% dari total
keseluruhan siswa, sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal sebanyak 8 siswa dengan persentase 40% dari total keseluruhan
siswa. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa persentase jumlah siswa
yang telah mencapai ketuntasan minimal lebih kecil dibandingkan dengan
jumlah siswa yang belum berhasil mencapai kentutasan minimal.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
40-51 52-63 64-75 76-87 88-100
Series 1
64
Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat pada diagram 4.2
berikut:
Diagram 4.2 Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
4.1.2. Deskripsi Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I ini terdiri dari tiga pertemuan, yaitu
pertemuan 1, 2 dan 3 yang berlangsung pada hari Selasa, Kamis, dan
Selasa pada tanggal 2, 4, 9 Agustus 2016. Hal-hal yang dilakukan dalam
kegiatan ini adalah
Tujuan pembelajaran pada mata pelajaran PKn yang hendak dicapai
pada pertemuan pertama melalui kegiatan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Number Head Together (NHT) ialah: Perencanaan
antara lain: menyusun RPP beserta intrumen penilaian terdiri kisi-kisi soal,
butir soal, kunci jawaban dan kriteria penilaian, lembar observasi kegiatan
pembelajaran, menyiapkan media pembelajaran berupa gambar;
Pelaksanaan, serta Refleksi.
4.1.2.1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini akan diuraikan tentang perencanaan pelaksanaan siklus
I yang meliputi perencanaan pertemuan I, perencanaan pertemuan kedua,
dan perencanaan pertemuan ketiga.
Sebelum melakukan tindakan pembelajaran pada pertemuan pertama
peneliti menyiapkan segala sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran
seperti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan
40%
60%
Tuntas
BekumTuntas
65
model pembelajaran Number Head Together (NHT). Pembelajaran mata
pelajaran PKn dengan SK Memahami pentingnya keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), KD Mendeskripsikan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Selanjutnya peneliti menyiapkan media yang akan digunakan pada
pelaksanaan pembelajarannya. Media pembelajaran yang digunakan ialah
media gambar berupa nomor kepala (number head), materi tentang
kenampakan alam kabupaten Pati, lembar observasi aktivitas guru, lembar
observasi aktivitas siswa, lembar penilaian aktivitas siswa, serta
penghargaan berupa stiker bintang dan evaluasi pembelajaran.
4.1.2.2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan akan diuraikan tentang proses
pelaksanaan tindakan, hasil tindakan, dan hasil observasi.
a) Proses Pelaksanaan Tindakan
Sub unit ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan tindakan
pembelajaran siklus I dari awal hingga akhir pembelajaran pada setiap
pertemuan. Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan sebanyak tiga kali
pertemuan. Berikut ini rincian pelaksanaan tindakan siklus I.
Pelaksanaan Pertemuan I
Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Selasa, 02 Agustus 2016.
Pembelajaran mata pelajaran PKn dengan SK Memahami pentingnya
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), KD
Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Indikator pada
pertemuan ini antara lain: Menjelaskan pengertian dan berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Mengelompokkan jumlah pulau di Indonesia,
Menyebutkan nama-nama ibukota provinsi di Indonesia, Menyebutkan letak
wilayah di Indonesia. Dengan alokasi waktu 2 x 35 menit.
Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan
mengucapkan salam, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk
memimpin doa, dilanjutkan dengan guru melakukan presensi. Sebelum
kegiatan pembelajaran berlangsung guru meminta siswa untuk
66
mempersiapkan buku catatan. Selanjutnya guru melakukan kegiatan
apersepsi. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan
masalah tersebut.Siswa mencari informasi dari berbagai sumber
tentangkenampakan alam kabupaten Pati.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Siswa berkumpul sesuai
dengan kelompoknya. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah yang
utama di dalam pembelajaran Number Head Together (NHT). Siswa
berdiskusi kelompokuntuk mengerjakan LKS. Guru memberikan tugas
kepada siswa untuk mencari sumber informasi yang berkaitan dengan tugas.
Guru menginformasikan kepada siswa untuk pertemuan berikutnya
mendiskusikan tugas dan mempresentasikannya.
Pelaksanaan Pertemuan II
Pembelajaran mata pelajaran PKn dengan SK Memahami pentingnya
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), KD
Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Indikator pada
pertemuan ini antara lain: Menjelaskan pengertian dan berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Mengelompokkan jumlah pulau di Indonesia,
Menyebutkan nama-nama ibukota provinsi di Indonesia, Menyebutkan letak
wilayah di Indonesia. Dengan alokasi waktu 2 x 35 menit.
Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan
mengucapkan salam, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk
memimpin doa, dilanjutkan dengan guru melakukan presensi. Sebelum
kegiatan pembelajaran berlangsung guru meminta siswa untuk
mempersiapkan buku catatan. Selanjutnya guru melakukan kegiatan
apersepsi.
Guru membimbing siswa/kelompok yang mengalami kesulitan. Guru
menyebutkan satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada setiap
siswa di kelas. Guru bersama siswa membahas hasil diskusi
kelompok/diskusi kelas. Guru memberikan umpan balik dan penguatan hasil
67
kerja siswa sebagai konsep dalam pemecahan masalah konstektual. Siswa
memajang hasil karya kelompok pada papan pajangan. Guru dan siswa
melakukan refleksi atas apa yang telah dipelajari. Guru menekankan
kembali konsep materi yaitu Pengelompokan Provinsi dan Ibukota di
Indonesia. Guru memberikan informasi kepada murid untuk evaluasi pada
pertemuan berikutnya.
Pelaksanaan Pertemuan III
Pembelajaran mata pelajaran PKn dengan SK Memahami pentingnya
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), KD
Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Indikator pada
pertemuan ini antara lain: Menjelaskan pengertian dan berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Mengelompokkan jumlah pulau di Indonesia,
Menyebutkan nama-nama ibukota provinsi di Indonesia, Menyebutkan letak
wilayah di Indonesia. Dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Kegiatan awal
pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan mengucapkan salam,
kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa,
dilanjutkan dengan guru melakukan presensi. Sebelum kegiatan
pembelajaran berlangsung guru meminta siswa untuk memberikan kertas
ulangan. Guru memberikan evaluasi kepada siswa. Siswa memajang hasil
ulangan pada papan pajangan. Guru memberikan tindak lanjut berupa PR.
b) Hasil tindakan
Pada bagian ini akan diuraikan tentang hasil tindakan pembelajaran
berupa nilai PKn siswa kelas 5 B SDN Margorejo 02 setelah pelaksanaan
tindakan siklus I. Hasil belajar mata pelajaran PKn diperoleh melalui
pelaksanaan tes evaluasi diakhir siklus yaitu pada pertemuan ketiga siklus I.
Hasil belajar PKn siklus I akan disajikan dalam tabel 4.3 sebagai berikut:
68
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Nilai PKn Siklus I
No Interval Frekuensi Persentase
1 56 – 63 1 5 %
2 64 – 71 5 25 %
3 72 - 79 3 15 %
4 80 – 87 5 25 %
5 88 – 100 6 30 %
Jumlah 20 100 %
Rata-rata nilai 78,8
Nilai tertinggi 96
Nilai terendah 56
Berdasarkan tabel 4.3 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran PKn,
dapat terlihat hasil belajar pada PKn siswa kelas 5 B SDN Margorejo 02
siklus I mempunyai rata-rata nilai 78,8 dengan nilai tertinggi 96 dan nilai
terendah 56.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat digambarkan dalam diagram 4.4 sebagai
berikut:
69
Diagram 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai PKn Siklus I
Berdasarkan tabel 4.4 Ketuntasan belajar siswa pada siklus ke 2(dua)
dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75) naik menjadi 14 siswa atau 70% dari total
keseluruhan siswa, yang semula hanya nencapa 40% sedangkan yang belum
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal turun menjadi 6 siswa dengan
persentase 30% dari total keseluruhan siswa yang semula mencapai 60%.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa persentase jumlah siswa yang
telah mencapai ketuntasan minimal lebih lebih besar jumlah siswa yang
belum berhasil mencapai kentutasan minimal. Dan nilai rata prestasi siswa
juga mengalami kenaikan dari rata-rata prestasi awal yang hanya mencapai
nilai 69 naik menjadi 78,8.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75) data hasil perolehan nilai
PKn siklus I disajikan dalam bentuk tabel 4.4 berikut ini:
0
1
2
3
4
5
6
56-63 64-71 72-79 80-87 88-100
Series1
70
Tabel 4.4
Ketuntasan Belajar Siklus I
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Jumlah Siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 75 14 70 %
2. Belum Tuntas < 75 6 30 %
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel 4.4 Ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat
diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM ≥ 75) sejumlah 6 siswa atau 30% dari total keseluruhan
siswa, sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
sebanyak 14 siswa dengan persentase 70% dari total keseluruhan siswa.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa persentase jumlah siswa yang
telah mencapai ketuntasan minimal lebih kecil dibandingkan dengan jumlah
siswa yang belum berhasil mencapai kentutasan minimal.
Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.4 dapat dilihat pada diagram 4.5
berikut:
Diagram 4.5 Ketuntasan Belajar Siklus I
70%
30%
Tuntas Belum tuntas
71
4.1.2.3. Refleksi Siklus I
Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I baik
pertemuan pertama, ke dua, maupun ke tiga selesai, maka peneliti
melakukan refleksi terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kelebihan dan kelemahan
dari tindakan pembelajaran yang telah dilakukan, hasil tindakan, serta
hambatan – hambatan yang dihadapi. Hasil refleksi berguna untuk
menentukan apakah tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil atau
belum berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Selain itu, juga sebagai dasar untuk menyusun rencana kegiatan pada siklus
II.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran
NHT pada siklus I masih banyak kendala. Kendala tersebut antara lain :
1. Guru
a) Guru belum melakukan tanya jawab terhadap siswa tentang materi yang
disampaikan dengan baik.
b) Guru masih mengalami kebingungan dalam menjelaskan langkah-langkah
dalam pembelajaran NHT.
c) Guru belum maximal dalam mengawasi aktivitas siswa dan memberikan
bantuan siswa dalam melakukan permainan.
2. Siswa
a) Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru selama proses pembelajaran
berlangsung.
b) Siswa tidak mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi
kepada guru.
c) Siswa tidak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan baik
d) Siswa tidak berkelompok sesuai yang ditentukan guru.
e) Siswa dalam melaksanakan game turnamen tidak sesuai aturan yang telah
dibacakan guru.
72
Untuk mengatasi kendala pada siklus I, maka dapat dilakukan
perbaikan sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II berjalan
lebih baik. Perbaikan tersebut antara lain:
1. Bagi Guru
a) Selain memberikan pertanyaan atau tanya jawab secara klasikal, guru
sebaiknya juga memberikan pertanyaan untuk dijawab oleh masing-masing
siswa.
b) Guru harus lebih memahami prosedur atau cara pelaksanaan pembelajaran
NHT sehingga pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan
lancar.
c) Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model NHT, guru harus
mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa dengan baik agar siswa
tidak bingung.
2. Bagi Siswa
a) Siswa hendaknya memperhatikan penjelasan dari guru selama proses
pembelajaran berlangsung.
b) Siswa hendaknya mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi
dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan baik.
c) Siswa hendaknya berkelompok sesuai dengan kelompok yang sudah
ditentukan oleh guru
Dari segi hasil belajar siswa persentase ketuntasan belajar siswa siklus
I dibandingkan dengan hasil belajar evaluasi PKn pada kondisi awal
mengalami peningkatan. Pada kondisi awal yang diperoleh dari ulangan
PKn hanya ada 12 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM≥75) dengan persentase 60%. Sedangkan pada evaluasi siklus I ada
14 siswa yang mencapai KKM dengan persentase 70%. Ini berarti hasil
belajar siswa pada mata pelajaran PKn sudah mencapai indikator kinerja
yang ditetapkan oleh peneliti.
73
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Nilai PKn Siklus I
No Interval Frekuensi Persentase
1 56 – 63 1 5 %
2 64 – 71 5 25 %
3 72 - 79 3 15 %
4 80 – 87 5 25 %
5 88 – 100 6 30 %
Jumlah 20 100 %
Rata-rata nilai 78,8
Nilai tertinggi 96
Nilai terendah 56
4.1.3. Deskripsi Siklus II
Seperti pada Siklus I, pelaksanaan tindakan siklus II terdiri dari tiga
pertemuan, yaitu pertemuan 1, 2 dan 3 yang berlangsung pada hari Kamis,
Selasa, dan Kamis pada tanggal 11, 16, dan 18 Agustus 2016. Hal-hal yang
dilakukan dalam kegiatan ini adalah Perencanaan antara lain: menyusun
RPP beserta intrumen penilaian terdiri kisi-kisi soal, butir soal, kunci
jawaban dan kriteria penilaian, lembar observasi kegiatan pembelajaran,
menyiapkan media pembelajaran; Pelaksanaan, serta Refleksi.
4.1.3.1.Tahap Perencanaan
Pada tahap ini akan diuraikan tentang perencanaan pelaksanaan siklus
II yang meliputi perencanaan pertemuan I, perencanaan pertemuan II, dan
perencanaan pertemuan III.
Perencanaan Pertemuan I
Sebelum melakukan tindakan pembelajaran pada pertemuan pertama
peneliti menyiapkan segala sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran
seperti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan
model pembelajaran Number Head Together (NHT). Pembelajaran mata
pelajaran PKn Selanjutnya peneliti menyiapkan media yang akan digunakan
pada pelaksanaan pembelajarannya. Peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran seperti daftar presensi siswa, lembar observasi aktivitas guru,
74
lembar observasi aktivitas siswa, topi bernomor, serta penghargaan berupa
stiker bintang dan evaluasi pembelajaran.
4.1.3.1 Pelaksanaan Tindakan
Seperti halnya pada siklus I, pada tahap pelaksanaan tindakan ini juga
akan diuraikan tentang proses pelaksanaan tindakan, hasil tindakan, dan
hasil observasi pada siklus II.
a) Proses Pelaksanaan Tindakan
Sub unit ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan tindakan
pembelajaran siklus II dari awal hingga akhir pembelajaran pada setiap
pertemuan. Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan sebanyak tiga kali
pertemuan.
Pelaksanaan Pertemuan I
Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Kamis, 11 Agustus 2016 SK
Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). KD Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan
mengucapkan salam, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk
memimpin doa, dilanjutkan dengan guru melakukan presensi. Sebelum
kegiatan pembelajaran berlangsung guru meminta siswa untuk
mempersiapkan buku catatan. Selanjutnya guru melakukan kegiatan
apersepsi. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Siswa berkumpul
sesuai dengan kelompoknya. Guru memberi nomor kepada setiap siswa
dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah
yang utama di dalam pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
Siswa berdiskusi kelompok untuk mengerjakan LKS. Guru memberikan
tugas kepada siswa untuk mencari sumber informasi yang berkaitan dengan
tugas. Guru menginformasikan kepada siswa untuk pertemuan berikutnya
mendiskusikan tugas dan mempresentasikannya.
75
Pelaksanaan Pertemuan Kedua
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Agustus 2016.
Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan
mengucapkan salam, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk
memimpin doa, dilanjutkan dengan guru melakukan presensi. Sebelum
kegiatan pembelajaran berlangsung guru meminta siswa untuk
mempersiapkan buku catatan. Selanjutnya guru melakukan kegiatan
apersepsi. Guru membimbing siswa/kelompok yang mengalami kesulitan.
Guru menyebutkan satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada
setiap siswa di kelas. Guru bersama siswa membahas hasil diskusi
kelompok/diskusi kelas. Guru memberikan umpan balik dan penguatan hasil
kerja siswa sebagai konsep dalam pemecahan masalah konstektual. Siswa
memajang hasil karya kelompok pada papan pajangan. Guru dan siswa
melakukan refleksi atas apa yang telah dipelajari. Guru menekankan
kembali konsep materi yaitu. Guru memberikan post test dan tindak lanjut
berupa PR.
Pelaksanaan Pertemuan Ketiga
Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Kamis 18 Agustus 2016.
Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan
mengucapkan salam, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk
memimpin doa, dilanjutkan dengan guru melakukan presensi. Sebelum
kegiatan pembelajaran berlangsung guru meminta siswa untuk
mempersiapkan diri untuk mengikuti evaluasi. Guru memberikan evaluasi.
Siswa memajang hasil karya kelompok pada papan pajangan. Guru dan
siswa melakukan refleksi atas apa yang telah dipelajari. Guru menekankan
kembali konsep materi tentang Persatuan dan Kesatuan. Guru memberikan
tindak lanjut berupa PR.
76
b) Hasil Tindakan
Seperti pada siklus I, bagian ini menguraikan tentang hasil tindakan
pembelajaran berupa nilai PKn siswa kelas 5 SDN Margorejo 02 telah
pelaksanaan tindakan siklus II. Hasil belajar mata pelajaran PKn diperoleh
melalui pelaksanaan tes evaluasi diakhir siklus yaitu pada pertemuan ketiga
siklus II.
Hasil belajar distribusi frekuensi nilai PKn siklus II akan disajikan
dalam tabel 4.13 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Nilai PKn Siklus II
No Interval Frekuensi Persentase
1 78-81 2
10 %
2 82-85 5 25 %
3 86-89 6 30 %
4 90-93 6 30 %
5 94-100 1 5%
Jumlah 20 100 %
Rata-rata nilai 86,75
Nilai tertinggi 96
Nilai terendah 78
Berdasarkan tabel 4.5 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran PKn
dapat terlihat hasil belajar pada PKn siswa kelas 5 SDN Margorejo 02 siklus
II mempunyai rata-rata nilai 96,5 dengan nilai tertinggi 96 dan nilai
terendah 76 jadi sungguh siknifikan kenaikan prestasi belajarnya.
Berdasarkan tabel 4.5 dapat digambarkan dalam diagram 4.6 sebagai
berikut:
77
Diagram 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai PKn siklus 2
Berdasarkan tabel 4.6 Ketuntasan belajar siswa pada siklus ke 2(dua)
dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75) mengalami kenaikan kembali yang
semula nilai terendah sebesar 56 naik menjadi 78, rata-rata nilai yang
semula 78,8 naik menjadi 86,75 walaupun nilai tertingginya masih relatif
sama yaitu 96, dan prosentase ketuntasannya juga mengalami kenaikan yang
sangat mengejutkan.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75) data hasil perolehan nilai
PKn siklus II disajikan dalam bentuk tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7
Ketuntasan Belajar Siklus II
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Jumlah Siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 75 20 100%
2. Belum Tuntas < 75 0 0%
Jumlah 20 100%
0
1
2
3
4
5
6
78-81 82-85 86-89 90-93 94-100
Series1
78
Berdasarkan tabel 4.7 Ketuntasan belajar siswa pada Siklus II dapat
diketahui bahwa siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75)
sejumlah 20 siswa atau dengan kata lain ketuntasan belajar siswa telah
mencapai 100%.
Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.7 dapat dilihat pada diagram 4.7
berikut:
Diagram 4.7 Ketuntasan Belajar Siklus II
4.1.3.4 Refleksi Siklus II
Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran selama tiga kali
pertemuan maka peneliti melakukan refleksi terhadap semua kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru telah melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran NHT dengan baik. Proses
pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran NHT dapat membuat siswa
benar-benar aktif. Peningkatan aktivitas siswa terlihat selama proses
pembelajaran, tidak hanya siswa yang aktif saja yang memberikan
pendapatnya, tetapi siswa yang biasanya hanya duduk diam mampu
memberikan pendapatnya. Dari hasil evaluasi ketuntasan belajar
Matematika yang diperoleh siswa pada siklus II dengan KKM ≥ 75 dari 20
siswa, semua siswa sudah tuntas dengan persentase 100%. Hal ini
menunjukkan bahwa, hasil belajar PKn siswa sudah mencapai indikator
kinerja yang sudah ditetapkan penulis yaitu 100% siswa mencapai KKM.
100%
0%
KETUNTASAN BELAJAR SIKLUS II
tuntas belum tuntas
79
Secara keseluruhan, keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan pembelajaran NHT pada siklus II diperoleh hasil pengamatan
sebagai berikut:
1. Langkah-langkah pembelajaran NHT sudah dilaksanakan dengan baik
dan runtut oleh guru.
2. Guru sudah tidak bingung lagi dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran NHT sehingga pembelajaran berjalan dengan lancar.
3. Guru mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa dengan baik
saat permainan kartu NHT berlangsung.
4. Siswa sudah tidak bingung lagi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan pembelajaran NHT.
5. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika mengalami
peningkatan.
4.1.3.1. Pembahasan
Sub bab ini akan menjelaskan mengenai analisis data hasil observasi
aktivitas guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan siklus I dan II dengan
menerapkan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) yang
terdiri dari analisis hasil observasi pada setiap pertemuan yaitu pertemuan
pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga.
Pada sub bab ini, akan menjelaskan mengenai analisis data hasil
observasi aktivitas guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan siklus I dan
II dengan menerapkan model pembelajaran Number Head Together (NHT)
yang terdiri dari analisis hasil observasi pada setiap pertemuan yaitu
pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga.
Kegiatan observasi dilakukan oleh guru observer untuk mengamati
aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung, baik itu aktivitas guru
maupun aktivitas siswa. Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh
dari lembar observasi yang terdiri dari 30 indikator aktivitas guru dan 20
indikator aktivitas siswa. masing-masing indikator dalam lembar observasi
tersebut diberi skor 1-4. Skor 1 berarti kurang, skor 2 berarti cukup, skor 3
80
berarti baik, dan skor 4 berarti sangat baik. Dari pensekoran tersebut berarti
perolehan skor tertinggi dari hasil opservasi siswa adalah 80 sedangkan
hasil opservasi guru adalah 120. Kemudian skor akan dijumlahkan dan
diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian dengan menggunakan
rumus:
Nilai = ∑ perolehan skor : ∑ perolehan skor tertinggi x 100
Kriteria penilaian pada lembar observasi guru yaitu untuk total skor 0-
20 berada pada kriteria sangat kurang, skor 21–40 berada pada kriteria
kurang, skor 41–60 termasuk ke dalam kriteria cukup baik, skor 61–80
termasuk kedalam kriteria baik, dan skor 81–100 pada kriteria sangat baik.
Berdasarkan tabel penilaian hasil observasi untu guru dan untuk
siswa:
Tabel 4.8
Hasil observasi penilaian untuk guru dan siswa Siklus I dan II
No Siklus I Siklus II Kenaikan
Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa
1 78 63 93 89 15 16
Hasil observasi pada siklus I dan II , baik observasi untuk guru
maupun observasi untuk siswa telah mengalami kenaikan, untuk guru
mengalami kenaikan dengan memperoleh skor sebesar dari 15 hasil
observasi siklus I. Dan penilaian hasil observasi untuk siswa juga
mengalami kenaikan perolehan skor sebesar 16 dari siklus I. Sedangkan
dilihat dari kriteria penilaian pada siklus II menunjukkan sikap dan
keaktifan siswa menjadi sangat baik. Ini merupakan dampak dari model
pembelajaran yang penulis lakukan.
Berdasarkan diagram tentang peningkatan skor observasi aktivitas
guru dan siswa terlihat bahwa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
diagram sebagai berikut:
81
Diagam 4.8 Peningkatan nilai Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
pada siklus I dan siklus II
Berdasarkan diagram tentang peningkatan skor observasi aktivitas
guru dan siswa terlihat bahwa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
diagram setiap siklusnya baik aktivitas guru maupun aktivitas siswa
mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata skor observasi guru dan
siswa selama pelaksanaan tindakan siklus I dan II dengan menerapkan
Model Pembelajaran NHT tersebut berdampak pada peningkatan hasil
belajar PKn siswa kelas 5 SDN Margorejo 02. Dapat diketahui bahwa
setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan Model
Pembelajaran PKn yang diperoleh siswa semakin baik dan mencapai KKM
≥ 75. Kondisi tersebut terbukti dari nilai hasil tes evaluasi dari masing-
masing siklus, baik siklus I maupun siklus II. Peningkatan rata-rata hasil
belajar PKn siswa kelas 5 SDN Margorejo 02 setelah pelaksanaan tindakan
siklus I dan siklus II dapat diketahui dalam tabel 4.21 sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Siklus I Siklus II
Guru
Siswa
82
Tabel 4.9
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Prasiklus, Siklus 1 dan Siklus II
Kategori Nilai Prasiklus Siklus I Siklus II
Jumlah
Siswa
Persentase Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
Tidak
Tuntas
83
Gambar 4.11
Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Perolehan rata-rata hasil belajar tiap siklus juga mengalami
peningkatan. Pada prasiklus, perolehan rata-rata hasil belajar adalah 69,
setelah dilaksanakan siklus I rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 70.
Setelah dilaksanakan siklus II rata-rata hasil belajar meningkat lagi menjadi
86,75. Berikut disajikan gambar mengenai perbandingan rata-rata hasil
belajar PKn prasiklus, siklus I dan siklus II.
Tabel 4.10
Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar PKn
Siklus I dan Siklus II
Hasil Tindakan Siklus I Siklus II
Hasil Belajar PKn 78,8 86,75
Pada pelaksanaan tindakan siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 78,8
mengalami peningkatan dari kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh
siswa hanya 69 dengan pencapaian ketuntasan belajar PKn siswa mencapai
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
prasiklus siklus I siklus II
Tuntas
Tidak Tuntas
84
40 %. Dari perolehan data hasil tindakan penelitian tersebut dapat
dinyatakan bahwa tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I
sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar muatan PKn, tetapi hasil yang
diperoleh tersebut masih belum maksimal, maka dari itu masih diperlukan
perbaikan pada siklus II.
Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa hasil
belajar PKn semakin menunjukkan peningkatan, nilai rata-rata hasil belajar
PKn yang diperoleh siswa 86,75 dengan pencapaian ketuntasan belajar PKn
siswa mencapai 100 %. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil
pelaksanaan tindakan pada siklus II telah berhasil karena siswa tuntas sudah
mencapai 100 % seperti indikator keberhasilan yang diharapkan. Untuk
memperjelas peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siklus I dan siklus II
dapat diketahui melalui diagram 4.26 sebagai berikut:
Gambar 4.12
Perbandingan Analisis Rata-rata Hasil Belajar PKn
Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan
pembelajaran pada siklus I dan siklus II terlihat rata-rata kemampuan siswa
74
76
78
80
82
84
86
88
rata- ratasiklus I
rata- ratasiklus II
siklus I
siklus II
85
maupun hasil tindakan pembelajaran kooperatif tipe NHT semakin baik dan
mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Siswa lebih antusias dan
aktif mengikuti setiap proses pembelajaran, lebih berani di dalam
menyampaikan gagasan dan melakukan kegiatan tanya jawab bersama guru,
dengan penerapan model NHT pembelajaran yang berlangsung menjadi
lebih menarik dan bermakna bagi siswa, proses pembelajaran tidak hanya
terpusat pada guru melainkan siswa juga ikut terlibat dalam proses
pembelajarannya.
Pada siklus I masih terdapat kekurangan yaitu tingkat ketuntasan
masih kurang dari 100% atau masih dikatakan kurang dari indikator
keberhasilan yang diharapkan, sehingga peneliti harus melakukan penelitian
pada siklus II. Hasil dari siklus II lebih baik dari pada siklus I dan sudah
bisa dikatakan berhasil karena persentase ketuntasan mencapai 100%,
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan lewat hasil nilai evaluasi, siswa
mencapai KKM. Secara garis besar, penerapan Model Pembelajaran NHT
sudah memberikan banyak hal positif bagi siswa, dapat dibuktikan dengan
adanya peningkatan hasil belajar mata pelajaran PKn. Dengan melakukan
penerapan Model Pembelajaran NHT, siswa mampu mengidentifikasi materi
dan mampu menemukan konsep pembelajaran yang ada dalam
pembelajaran PKn. Dapat dikatakan bahwa Model Pembelajaran NHT dapat
meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas 5 B SDN Margorejo 02
setelah dilaksanakannya tindakan penelitian menggunakan Model
Pembelajaran NHT.
Berdasarkan uraian penelitian, maka penerapan Model Pembelajaran
NHT dalam materi NKRI pelajaran PKn pada siswa kelas 5 B Semester I
SDN Margorejo 02 Tahun Pelajaran 2016/2017 ini selaras dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Penelitian Ainun Nur
Firdaniah dan Mungit Sudianto yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Tema Ekosistem Pada Siswa Kelas V Sdn
Lidah Wetan IV/566 Surabaya”. Hasil penelitiannya adalah berdasarkan
86
hasil penelitian dari 34 siswa pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata
kelas sebesar 70,94 dengan prosentase ketuntasan klasikal mencapai 64,7%,
dan pada siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi 86,7 dengan prosentase
ketuntasan klasikan mencapai 85,29%. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT dalam pembelajaran tematik dengan tema ekosistem dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Lidah Wetan IV Surabaya.
Selain itu, dengan menggunakan model,pembelajaran NHT, pembelajaran
menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
Selanjutnya Penelitian Anisah Rahmawati Hadi Mulyono, Sularmi
yang berjudul "Peningkatan Hasil Belajar Ipa Tentang Jenis-Jenis Tanah
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT) Berbasis Eksperimen”. Hasil penelitiannya adalah berdasarkan hasil
penelitian dari 16 siswa. Pada siklus I siswa yang mendapatkan nilai di atas
KKM sebanyak 11 siswa atau 68,75%. Nilai rata-rata siswa adalah 72,5.
Pada siklus II siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 14 siswa
atau 87,5%. Nilai rata-rata siswa adalah 78,75. Dengan demikian model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbasis
eksperimen cocok digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang
jenis-jenis tanah pada siswa kelas V semester 2 SDN Sugihan 02 tahun
ajaran 2012/2013. Kemudian Penelitian Siti Maria Ulfa dan Siradjuddin
yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Ips Kelas V Sekolah Dasar”. Simpulan
penelitian ini adalah Model Pembelajaran Number Head Together dapat
meningkatkan pemahaman Ips Kelas V Sekolah Dasar. Dari hasil penelitian
tersebut terbukti bahwa Model Pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil
belajar.