30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Daerah Penelitian
1. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Supul
Desa Supul berada di Kecamatan Kuatnana, Kabupaten Timor
Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Desa Supul merupakan
salah satu Desa dari 32 Desa yang ada di Kecamatan Kuatnanan. Secara
administratif Desa Supul berbatasan dengan daerah lain yaitu :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tetaf
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tubmonas
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Noebesa
- Sebelah Berat berbatasan dengan Desa Lakat
Desa Supul, Kecamatan Kuatnana mempunyai Luas Wilayah
298,72 Ha yang terdiri :
- Sawah : 105 Ha
- Tegalan : 1.312 Ha
- Pekarangan : 2,5 Ha
- Lain-lain : 8,200 Ha
31
Letak Desa Supul sangat strategis, karena selain jarak dengan
pusat kota tidak terlalu jauh, juga sarana dan prasarana transportasi yang
sudah memadai sehingga memudahkan masyarakat Desa Supul dalam
menjalankan roda perekonomian.
- Jarak dari Desa Supul ke Kecamatan Kuatnana : 1,5 km
- Jarak dari Desa Supul ke Pemerintahan Kota Soe : 22 km
- Jarak Dari Desa Supul ke Provinsi Nusa Tenggara Timur : 133 km
Jumlah penduduk Desa Supul sampai dengan bulan Oktober 2012
adalah 2,073 jiwa dengan perincian menurut jenis kelamin sebagai berikut :
Tabel 1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Laki – laki 1,074 Jiwa
Perempuan 999 Jiwa
Sumber : Buku Administrasi Desa Supul Tahun 2012
Dari jumlah penduduk Desa Supul yang terdiri dari : 472KK
32
Keadaaan penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin nampak
pada table berikut :
Tabel 2
Daftar Jenis Kelamin Berdasarkan Usia
No Kelompok Umur
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1. 0 – 4 133 109 242
2. 5 – 9 127 112 239
3. 10 – 14 114 86 200
4. 15 – 19 81 82 163
5. 20 – 24 107 100 207
6 25 – 29 65 78 143
7 30 – 39 132 141 273
8 40 – 49 132 131 263
9 50 – 59 95 98 193
10 60- 69 49 59 108
11 70 – 75 14 19 33
12 75 + 11 9 20
Jumlah 1,060 1,024 1,051
Sumber : Buku Administrasi Desa Supul Tahun 2012
33
2. Kondisi Sosial dan Ekonomi
Untuk meningkatkan kualitas penduduk, masyarakat desa selalu
memperhatikan fasilitas pendidikan baik yang bersifat fisik maupun yang non
Fisik. Adapun sarana pendidikan yang ada di Desa Supul meliputi :
Tabel 3
Lembaga Pendidikan Formal Desa Supul
TK 2 buah
SD 4 buah
SMP 1 buah
SMA 1 buah
Keadaan Penduduk Berdasarkan tingkat pendidikan nampak pada
Tabel berikut :
34
Tabel 4
Tingkat Pendidikan Desa Supul
NO PENDIDIKAN JUMLAH
1 TIDAK/ BELUM SEKOLAH 62
2 BELUM TAMAT SD/ SEDERAJAT 146
3 TAMAT SD/ SEDERAJAT 752
4 SLT/ SEDERAJAT 163
5 SMA/ SEDERAJAT 182
6 DIPLOMA I 8
7 DIPLOMA II 4
8 DIPLOMA III 8
9 STRATA I 20
10 TAMAT SLB 47
JUMLAH 1, 392
Sumber : Buku administratif Desa Supul 2012
Berdasarkan tabel di atas, pendidikan merupakan suatu faktor sosial
yang dapat mempengaruhi suatu sistem perkembangan masyarakat dalam
suatu wilayah. Melalui pendidikan formal maupun non formal, seseorang
akan mendapat pengetahuan serta ketrampilan.
Dengan demikian seorang yang mempunyai potensi dan kemampuan
diharapkan dapat mengembangkan segala sumber daya yang tersedia di
daerahnya untuk mewujudkan kesejahteraaan penduduk, di samping tingkat
pendidikan seseorang dapat digunakan sebagai petunjuk yang mencerminkan
35
status sosial dalam pencarian pekerjaan, walaupun pendidikan bukanlah satu-
satunya tolak ukur kualitas tenaga kerja. Data diatas terlihat bahwa sebagian
masyarakat suku Timor telah banyak mengenyam pendidikan, sesuai dengan
kemampuannya masing – masing.
Keadaan Penduduk berdasarkan tingkat Sosial Ekonomi dapat dilihat
dalam tabel berikut :
Tabel 5
Profesi Masyarakat Desa Supul
NO KATEGORI JUMLAH
1
2
Pegawai Negeri Sipil ( PNS)
Tentara Nasional Indonesia (TNI)
42
8
3 Pensiunan 7
4 Kepolisian RI (POLRI) 3
5 Petani/Perkebunan 506
6 Sopir 4
7 Guru 74
8 Wiraswasta 23
JUMLAH 667
Sumber : Buku administratif Desa Supul Tahun 2012
Pada umumnya, penduduk Desa Supul hidup sebagai petani walaupun
ada anggota masyarakat yang bekerja sebagai PNS, Guru dan sebagainya.
36
Masyarakat Desa Supul pada prinsipnya memiliki dua macam mata
pencaharian, yaitu : mata pencaharian pokok dan mata pencaharian sampingan,
yang ditentukan oleh jenis lapangan kerja. Berdasarkan tabel di atas sebagian
besar penduduk Desa Supul bekerja sebagai Petani dan Guru sebagai sumber
pendapatan sehari-hari.
Berdasarkan data di atas, mata pencaharian Petani penduduk Desa
Supul dapat memberikan gambaran tentang budaya masyarakat, karena mata
pencaharian merupakan suatu kebudayaan yang universal. Mata pencaharian
merupakan aktivitas manusia untuk mempertahankan hidupnya dan bertujuan
untuk memperoleh kehidupan yaang lebih baik.
Adapun data penduduk menurut Agamanya adalah sebagai berikut :
Tabel 6
Agama di Desa Supul, Kecamatan Kuatnana
NO AGAMA YANG DIANUT JUMLAH
1. Islam 19
2. Katholik 35
3. Kristen Protestan 1,972
4. Hindu 4
5. Budha 2
JUMLAH 2,132
Sumber : Buku Administratif Desa Supul Tahun 2012
37
Dalam sisi kehidupan manusia agama menjadi landasan dan pedoman
utama untuk bermasyarakat. Pada dasarnya manusia tidak bisa dilepaskan dari
naungan agama sebab tanpa adanya identitas seseorang dalam beragama dapat
dikatakan tidak ada arah dan tujuan serta pedoman bagi dirinya. Di Desa
Supul sebagian besar memeluk agama Kristen Protestan. Namun dalam
kehidupan sehari-hari baik masyarakat Kristen Protestan maupun non Kristen
tetap dapat hidup secara damai dan tidak pernah ada konflik. Walaupun
dikalangan masyarakat Desa Supul terdapat beragam agama, namun
masyarakat tetap menjaga hubungan persaudaraan antar sesama dan selalu
menghargai kerukunan dengan pemeluk agama lain. Hal ini dibuktikan
dengan upacara serta peringatan hari besar agama yang diselenggarakan
masyarakat menurut keyakinan masing-masing.
3. Struktur Organisasi Pemerintahan
Dalam upaya menciptakan organisasi yang efektif dan efisien guna
tercapainya perencanaan, pengawasan, serta peningkatan pelaksanaan
pembangunan maka struktur organisasi sangat diperlukan dalam suatu instansi
karena untuk mengetahui masing-masing kedudukan atau kepemimpinan
dalam suatu organisasi pemerintahan baik itu dari atasan sampai bawahannya.
Struktur organisasi berdasarkan PP No. 10 Tahun 2004, terdiri dari 1
orangKepala Desa, 1 orang Sekertaris Desa, 4 orang kepala Seksi dan dibantu
38
oleh 2 orang kepala urusan lainya dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
bagan struktur sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI DESA SUPUL
KECAMATAN KUATNANA
KEPALA
Desa
Asal-Usul
kerajaanam
anatun
Sekretaris
Desa
Asal-Usul
kerajaanam
anatun
KASI
PEMERINTAHAN
KASI
KESRA
Ka, UR
UMUM
KASI
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
KASI
PEMBANGUNAN
Ka,UR
KEUANGAN
39
Tabel 7
Daftar Pegawai Desa Supul
NO NAMA JABATAN
1. Dominggus Banu Kepala Desa
2. Willem. H. Betty Sekretaris Desa
3 Oktofianus Betty Ka. Sie Pemerintahan
4 Dominggus Sanam Ka. Sie Pembangunan
5 Oktofianus Bulla Ka. Sie Pemberdayaan Masyarakat
6 Adriana Betty Ka. Sie Kesra
7 Dups Betty Ka. Ur Keuangan
8 Samuel Kase Ka. Ur Umun
Sumber : Buku Administratif Desa Supul Tahun 2012.
Dari data di atas, daftar nama pegawai yang bekerja di kantor Desa
Supul baik dari Kepala Desa, Sekretaris, Bendahara, Kepala Urusan seksi,
sampai Kepala Urusan biasanya di pilih langsung oleh seluruh masyarakat
yang bermukim di wilayah Desa Supul.
40
A. Perkawinan Dalam Masyarakat Timor
Pada prinsipnya perkawinan terjadi karena keputusan dua insan
yang saling jatuh cinta. Hal ini merupakan hal yang paling mendasar
dalam suatu perkawinan. Di tiap daerah maupun suku bangsa tentunya
mempunyai tata upacara perkawinannya sendiri yang sesuai dengan adat
istiadat setempat. Tata cara perkawinan tiap suku bangsa juga memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang sangat dijunjung tinggi. Upacara
perkawinan pasti dilaksanakan oleh setiap masyarakat didaerah manapun
dan oleh berbagai lapisan masyarakat, yang tergolong kelas ekonomi
bawah maupun golongan ekonomi kelas atas.(Banunaek, 1991 : 151)
Perkawinan di kalangan suku Timor mempunyai keunikan
tersendiri yang diawali dengan surat menyurat antara keluarga dari kedua
belah pihak yang dimulai dari tahapan perkenalan antar dua anggota
keluarga yang akan berbesan. Sebelum kedua keluarga itu bertemu,
biasanya keluarga calon pengantin pria (CPP) terlebih dahulu akan
mengirimkan utusan untuk datang ke rumah calon pengantin wanita (CPW)
guna bertemu dan berkenalan dengan anak gadis yang akan dipinang.
Pada kesempatan itu juga, utusan akan menyampaikan maksud hati
keluarga CPP untuk segera meminang anak gadis tersebut. Setelah
mendapatkan jawaban dari pihak keluarga CPW, sang utusan segera
pulang dan menyampaikan hasil pertemuannya kepada keluarga CPP.
41
Lalu mereka akan berunding untuk menetapkan waktu yang tepat untuk
mengadakan pertemuan dua keluarga lagi guna membahas kelanjutan
rencana acara pinangan. Tetapi sebelum pertemuan itu terlaksana,
keluarga CPP diharuskan membuat surat yang ditujukan kepada keluarga
CPW. Isinya menyampaikan maksud kedatangan keluarga CPP yang ingin
bertemu dengan keluarga CPW untuk meminang anak gadis mereka. Dan
setelah keluarga CPW menerima surat tersebut maka mereka akan segera
mengadakan pertemuan antara keluarga dekat yang melibatkan saudara
laki-laki dari ibu kandung CPW yang disebut Atoni amaf (oom dalam
bahasa Timor) atau To’o (dalam bahasa Rote). Pertemuan keluarga CPW
ini dilakukan untuk merancang penerimaan kedatangan keluarga CPP
dalam acara pinangan nanti.
Selanjutnya uraian mengenai tata upacara perkawinan suku Timor
dapat dibagi menjadi 4 tahap :
a) Perkenalan
b) Persiapan untuk Meminang
c) Meminang
d) Pesta Perkawinan
Keistimewaan dan keunikan tata upacara perkawinan suku Timor
adalah pada waktu persiapan untuk meminang. Dalam upacara ini
tercermin sifat positifnya, yaitu selalu mempergunakan cara
bermusyawarah dalam setiap pengambilan keputusan, serta lemah lembut
42
tutur bahasanya. Tidak sembarang perkataan dilontarkan,tetapi dipih kata
yang lebih sopan, hormat dan tepat, serta selalu hormat kepada yang lebih
tua, terlepas dari pangkat atau jabatan.
Perkawinan merupakan suatu peristiwa sosial yang banyak
melibatkan anggota keluarga, kerabat dan orang tua. Selain memiliki
keunikan tersendiri dalam suatu perkawinan, maka di kalangan suku
Timor masih sangat memegang teguh adat atau kebiasaan yang dilakukan
secara turun temurun dan juga nilai-nilai yang terkandung dalam suatu
perkawinan. Menurut adat suku Timor pengantin yang hendak menikah
harus mematuhi semua peraturan yang sudah ditetapkan seperti, pengantin
yang statusnya adik dalam hubungan kakak beradik tidak boleh menikah
terlebih dahulu karena secara adat pengantin tersebut melanggar aturan
perkawinan yang sudah ditentukan dan pengantin dianggap tidak
menghargai kakaknya sehingga akan dikenakan denda yang seberat-
beratnya.
Di Timor upacara perkawinan sesungguhnya menyimpan makna
yang sangat mendalam, karena dalam upacara perkawinan suku Timor
terdapat didikan dan terkandung nilai-nilai budaya yang terkandung
didalamnya.
43
B. Tata Cara Perkawinan Suku Timor
1. Tempat Upacara Perkawinan Suku Timor
Dalam menentukan lokasi perkawinan biasanya masyarakat desa
tidak hanya melakukan upacara perkawinan di kampung saja, akan tetapi
upacara perkawinan bisa dilakukan di kota maupun tempat lain yang telah
disepakati bersama. Penentuan lokasi perkawinan pada dasarnya
dilaksanakan di rumah mempelai wanita atau tempat di mana mereka
bermukim baik itu di kampung maupun di kota. Kampung sendiri
memiliki beberapa pengertian :
a. Nama alternatif untuk desa atau kelurahan yang merupakan satuan
pembagian administratif daerah yang terkecil di bawah
kecamatan/mukim/distrik/banua (Benua). Kampung sebagai sinonim
dari istilah desa ini dipakai di Papua dan Kalimantan Timur (Luar
Jawa- Nusa Tenggara).
b. Nama alternatif untuk dusun/banjar/padukuhan/rukun kampong
(RK)/anak kampung, yang semuanya ini merupakan bagian dari
sebuah desa/kelurahan. Kampung sebagai sinonim dari dusun ini
dipakai di Jawa, Nusa Tenggara Barat dan tempat – tempat tertentu
(Wikipedia).
44
Masyarakat Timor dalam budaya pemukimannya mengenal atau
memiliki 3 (tiga) jenis rumah,yaitu :
1. Rumah Adat ( Ume) yang berfungsi sebagai pusat dan awal kehidupan,
sehingga disinilah semua kegiatan ritual kepercayaannya berlangsung.
2. Rumah Dusun sebagai Tempat Tinggal sehari – hari.
3. Rumah Kebun berfungsi sebagai tempat tinggal saat berkebun atau
bercocok tanam.
Kampung sebenarnya tidak terlalu padat dengan pemukiman
penduduk dibandingkan dengan rumah – rumah di perkotaan. Kampung akan
ramai jika terdapat acara adat. Misalnya acara adat kematian atau perkawinan.
Lokasi kampung adat pada umumnya terletak di daerah dataran tinggi serta
dikelilingi oleh hutan kecil. Dengan lokasi yang tinggi dan terlindung dari
pepohonan akan memudahkan dalam mengawasi lingkungan sekitarnya.
2. Proses pelaksanaam upacara perkawinan
Masyarakat Suku Timor sebelum melaksanakan prosesi
perkawinan, terlebih dahulu memulainya dengan tahap perkenalan, yang
merupakan tahap awal sebelum peminangan.
45
1. Tahap Pembicaraan
Yaitu tahap pembicaraan antara pihak yang akan mempunyai hajat
mantu dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraan pertama sampai
tingkat melamar dan menentukan hari penentuan.
a. Utusan
Utusan ini merupakan orang yang ditunjuk sebagai juru bicara,
biasanya seorang pria yang mengetahui data setempat dan pandai
bicara secara pantun (Natoni) dalam bahasa daerah pergi ke rumah
wanita untuk mengetahui gadis yang akan dinikahi sudah cukup umur
atau tidak, jika keduanya merasa cocok dan ada rasa saling suka,
maka pinangan akan segera dilakukan.
b. Netelanan
Dalam tahap ini utusan menyampaikan maksud dan tujuan dari
pihak yang berniat meminag gadis itu kepada orang tua sang gadis,
dengan membawa tempat sirih pinang ke rumah si gadis dan
meletakannya di atas meja yang disediakan dengan maksud meminta
keterangan langsung ke pihak orang tua gadis itu. Tempat sirih Pinang
yang dipakai berisi uang kertas dan saat itu juga Nete Lanan
menanyakan “ apakah anak gadisnya sudah ada yang punya?’’kalau
anak gadisnya belum ada yang punya maka pihak keluarga gadis harus
mengambil uang yang telah disimpan di tempat sirih tersebut sebagai
46
jawaban kalau si gadis belum ada yang punya akan tetapi jika si gadis
sudah ada yang punya maka pihak keluarga tidak harus mengambil
uang yang berada di tempat sirih itu.
2. Tahap Kesaksian
Tahapan ini merupakan peneguhan pembicaraan yang akan
disaksikan oleh beberapa pihak, yakni warga kerabat, ketua rukun
tetangga (RT), atau para sesepuh di lingkungan tempat tinggal, melalui
acara- acara sebagai berikut :
a. Sula mnasi atu mnasia
Sula mnasi atu mnasi atau meminang adalah melanjutkan
pembicaraan yang telah dibicarakan sebelumnya. Orang tua dari
pihak laki-laki secara terbuka menyatakan bahwa mereka berniat
menikahkan anak laki-lakinya dengan anak perempuan atau hendak
mengangkat si gadis sebagai menantu. Pada saat peminangan pihak
keluarga laki-laki harus memperhatikan berbagai barang bawaan
untuk kelangsungan peminangan. barang bawaan dari pihak keluarga
laki-laki itu berupa 5-7 tempat sirih yang masing-masing berisi segala
macam perlengkapan si gadis. Adapun Ok Totes (tempat sirih) terdiri
dari :
47
1. Tempat sirih yang berisi uang Belis
2. Sepuluh buah sirih pinang muda, pinang yang harus berkelopak atau
pinang kering, tetapi tidak boleh dibelah, karena hal itu sebagai
lambang bahwa gadis itu masih perawan.
3. Daun sirih yang dibawa disusun rapi dan diikat dengan daun pandan.
4. Sebuah tempat sirih yang disebut Ok Totes, yang berisi uang perak
atau uang kertas
5. Busana sepasang pengantin
6. Sapu tangan wanita yang telah diberi minyak wangi
7. Perhiasan pengantin dan alat-alat kosmetik.
Waktu tiba di rumah keluarga wanita Nete lanan memulai
pembicaraan peminangan. Dua keluarga saling bertukar tempat sirih
pinang (khusus untuk makan bukan Ok Totes atau Ok Tuke yang dibawa
keluarga lelaki), dan makan bersama-sama. Orang tua gadis mulai
mengajukan pertanyaan pada keluarga lelaki yang datang apakah kiranya
yang diinginkan? Keluarga lelaki secara berkias menyatakan
keinginannya untuk mengambil benih sirih dan pinang yang subur-subur
di rumah ini. Jawaban orang tua biasanya 3 atau 4 hari sesudah
48
peminangan sore hari tersebut. Kedua keluarga makan sekedarnya
kemudian pulang.
Keluarga laki-laki pulang dan meninggalkan tempat sirih ok totis
dan Ok Tuke di rumah wanita. Biasanya langsung dijawab lamaranya
diterima atau tidak. Apabila Ok Totes dan Ok Tuke dipulangkan dalam
keadaan lengkap, maka berarti lamaran di tolak. Kalau lamaran diterima
disertai simbol dari keluarga wanita menerima dengan kejujuran sang
gadis masih perawan atau tidak. Simbol untuk wanita yang masih
perawan biasanya dalam Ok Totes daun sirih disusun timbal balik dan
pinang harus yang berkelopak. Jika pinang yang diisi tidak berkelopak
lagi, maka ini berarti wanita yang dipinang sudah tidak perawan lagi.
Seluruh proses ini diketahui oleh kepala adat sebagai lambang
pengresmian sehingga diketahui oleh umum. Belis biasanya ditentukan
oleh kesepakatan bersama-sama sesuai dengan derajat masing-masing
calon dalam pelapisan sosialnya.
b. Bunuk hau nok/menaikan daun kayu
Setelah pihak laki-laki menerima jawaban dari pihak wanita
tentang lamaran, maka pihak laki-laki menyerahkan sejumlah barang
kepada pihak wanita sebagai tanda kesungguhan untuk melangsungkan
perkawinan. Daun kayu tertentu dapat dinaikan sebagai tanda larangan.
49
Larangan disini dimaksudkan agar kedua pengantin tidak boleh menjalin
hubungan lagi dengan orang lain, karena telah mempunyai pasangan.
Kata bunuk hau nok yaitu laki-laki memberikan tanda berupa
barang seperti kain, cincin atau kalung diistilakan dengan “kasih naik
bunuk” kepada pihak wanita dan sebaliknya wanita “ kasih naik bunuk”
berupa selimut, saku sirih pinang (aluk mama), dengan tujuan kedua
pihak laki-laki dan perempuan saling menjaga diri dari orang lain maupun
diantara mereka sendiri. Barang-barang yang menjadi tanda”bunuk” harus
dipakai selama menunggu waktu pernikahan.
c. Pua mnasi, manu mnasi/ Pinang tua, sirih tua
Tahap ini biasanya dilangsungkan sesudah bunuk hau nok. Setelah
melangsungkan proses peminangan dan saling ikat mengikat, maka acara
selanjutnya yaitu kedua pihak baik itu pihak wanita maupun laki-laki
saling memberikan penghargaan kepada orang tua.
Pua mnasi, manu mnasi yaitu pihak laki-laki dan wanita saling
memberikan penghargaan kepada orang tua dan keluarga berupa uang
perak, uang rupiah (uang kertas), selimut, sarung, kebaya, kemeja, sabun
mandi, sabun cuci. Jumlah barang yang diminta pihak wanita tidak
ditargetkan tetapi berdasarkan apa yang telah dipersiapkan oleh keluarga
laki-laki, hanya saja ketika pemberian ini dibalas oleh keluarga pihak
50
wanita dengan jumlah mendekati apa yang telah diberikan oleh pihak
keluarga laki-laki dengan jumlah barang yang sama.
Dalam tahap ini, keluarga dari pihak laki-laki melangsungkan
pemberian Okomama atau ucapan terima kasih kepada pihak keluarga
wanita meliputi beberapa Okomama yaitu :
1. Oe Maputu ai Malala (Air panas, Api Paanas)
Oe maputu ai malala diberikan kepada ibu dari calon pengantin
wanita sebagai tanda terima kasih karena telah merasakan sakitnya
melahirkan dan setelah melahirkan akibat perawatan yang dijalani seperti
memanggang badan di panas api dan mandi air panas.
2. Uki oen, Laku oen (air pisang air ubi)
Uki oen Laku Oen diberikan kepada ibu dari calon pengantin
wanita sebagai tanda terima kasih karena telah merawat anak perempuan
tersebut dari bayi sampai besar seperti membersihkan kotoran bayi pada
pangkuan ibu sehingga tujuannya membersihkan kotoran pada ibu.
3. Afok mate, ma AsaebMate (bambu untuk ambil air dan kayu api untuk
panggang)
Afok mate, ma asaeb mate diberikan kepada bapak dari calon
pengantin wanita karena sejak bayi, bapaknya yang mengurus ibu seperti
51
mengambil kayu api untuk panaskan badan ibu, dan air untuk mandikan
ibu selama proses perawatan paska melahirkan (kira-kira 3 bulan).
4. Tuku Mnuke ( Atukus Mnuke = saudara laki dari calon pengantin
wanita)
Tuku Mnuke diberikan kepada saudara laki-laki dari calon wanita
yang akan menikah karena telah menjaga saudara perempuannya sampai
saatnya dia akan menikah.
5. Tukut nanaf (atoni amaf= saudara laki-laki dari ibu)
Tukut Nanaf diberikan kepada saudara laki-laki dari ibu calon
pengantin wanita karena telah menjaga ibu dari calon pengantin dengan
baik sampai menikah dan melahirkan calon pengantin wanita.
6. Tuku Mnasi (atoni amaf Mnasi)
Tuku mnasi diberikan kepada Om dari ibu calon pengantin wanita
karena sudah menjaga neneknya dengan baik sampai menikah dan
melahirkan ibu calon pengantin wanita dan selanjutnya melahirkan calon
pengantin wanita.
7. Peut uf Oemataf (pohon bambu, mata air = Leluhur) Peut uf Oemataf
Diberikan kepada leluhur dari keluarga wanita dengan tujuan
minta berkat. Biasanya akan tutur untuk mengetahui siapa yang masih
dekat secara kekerabatan untuk menerima Okomama tersebut.
52
d. Antaran
Antaran ini biasanya dilangsungkan setelah acara peminangan.
Yang dimaksud dengan Antaran adalah keluarga dari pengantin laki-laki
berkunjung ke rumah pengantin wanita dengan membawa hadiah. Orang
tua dari pihak laki-laki memberikan barang berupa, cincin emas,
seperangkat busana wanita, perhiasan, tempat sirih pinang + daun sirih
dan buah pinang, uang untuk pelaksanaan upacara perkawinan dan belis.
Adapun makna dan maksud benda-benda tersebut adalah :
1) Cintin Emas : yang mempunyai bentuk bulat tidak ada putusnya,
makna agar cinta mereka tetap abadi tidak bisa terputus selama Hidup.
2) Seperangkat Busana Wanita : sebagai tanda untuk masing- masing
pengantin saling menyimpan rahasia terhadap orang lain.
3) Perhiasan : mengandung arti agar pengantin wanita tetap bersinar dan
bercahaya serta tidak membuat kecewa.
4) Tempat sirih pinang : sebagai pengetuk pintu hati
5) Daun Sirih : daunnya berbeda bentuk dan rupa, tetapi kalau digigit
sama rasanya, ini bermakna satu hati.
6) Belis yang telah ditentukan
7) Uang Belanja untuk pesta pernikahan
53
3. Tahap Siaga
Pada tahap ini, semua keluarga baik itu dari keluarga mempelai
laki-laki dan wanita yang punya acara mengundang para sesepuh dan
sanak saudara untuk melakukan pertemuan keluarga serta membentuk
panitia pesta guna melaksanakan kegiatan acara-acara pada waktu
sebelum dan sesudah acara pesta.
Setelah semua anggota keluarga baik itu orang tua maupun anak
muda berkumpul maka pada saat itu juga masing- masing orang yang
sudah dipilih dan mendapat seksi harus bertanggung jawab terhadap tugas
yang telah diberikan. Biasanya pertemuan keluarga seperti ini dilakukan 1
minggu sebelum hari pernikahan guna menetukan pihak- pihak mana saja
yang akan diundang dan saat dimulainya penyebaran undangan bagi tamu
yang akan diundang pada acara resepsi nanti, juga dibahas mengenai acara
dan penentuan waktu serta pembagian kerja lebih lanjut.
4. Tahap Upacara
a. Pasang Boe Nok
Memasuki hari haa atau hari perkawinan tentu saja segala
macam persiapan yang harus dilaksanakan dan kewajiban yang harus
dipenuhi. Prosesi upacara perkawinan disusun oleh keluarga yang
berbahagia. Upacara perkawinan suku Timor biasanya tiga hari
menjelang hari pernikahan maka di rumah mempelai wanita sudah
54
menampakan berbagai kesibukan, sebab para saudara dan tetangga
sudah mulai berkumpul untuk mempersiapkan segala sesuatu.
Pada tahap ini masyarakat suku Timor selalu menunjukan rasa
solidaritas sosial yang erat dengan selalu bantu-membantu setiap
harinya guna membantu bekerja di tempat pesta. Baik ibu-ibu, bapak-
bapak, juga kaum muda selalu berpartisipasi. Para laki-laki”Atoni”
dapat mendirikan tenda untuk para tamu undangan, para wanita “Bife”
dapat memasak, dan untuk anak-anak atau yang biasa dipanggil “Lian
ana” disuruh untuk menimba air atau melakukan pekerjaan kecil
lainnya.”Penyediaan sarana dan prasarana pendukung upacara
perkawinan yang berupa pembuatan tenda, dapur darurat dan lain
sebagainya. Sebagian kecil dari kebututuhan di atas dapat disiapkan
oleh keluarga atau kerabat terdekat”.( Wawancara dengan Bapak
Chornelius Fa’ot).
b. Pasang Dekorasi
Pada tahap ini, biasanya dipercayakan kepada seseorang yang
ahli dalam menata tempat resepsi termasuk menghias ruang pengantin,
merias pengantin, menata kursi, sound sistem, tempat pelaminan.
penataan dekorasi pada tempat pelaminan, ada yang menggunakan
bahan-bahan berupa tumbuh-tumbuhan, kain sutra putih, dan lain
sebagainya. Sedangkan pada kamar pengantin dihiasi kain satin,
55
berwarna merah muda yang melambangkan kasih sayang. Kain satin
dipakai untuk menghias tempat tidur pengantin, dinding, lemari, meja
rias, jendela dan pintu kamar pengantin.
c. Masak Bersama
Persiapan lainnya yang tidak kalah pentinya penyediaan
konsumsi dengan jumlah yang cukup banyak. Keluarga yang berbahagia
harus pintar mengatur konsumsi makanan yang akan dijamu kepada
tamu para undangan, sehingga dalam hal penyediaan konsumsi biasanya
pada beberapa acara perkawinan lainnya telah dibentuk seksi komsumsi
guna melancarkan upacara perkawinan.
Keluarga yang berbahagia dituntut untuk menyiasati akan segala
kemungkinan terburuk dalam hal komsumsi untuk para tamu undangan.
Misalnya nasi habis sedangkan tamu undangan masih banyak yang
belum makan. Kemungkinan terburuk yang sering terjadi dalam upacara
perkawinan pada suku Timor.
Seperti yang penulis ungkapkan pada pembahasan di atas,
komsumsi adalah hal yang paling penting dalam upacara perkawinan.
Dengan jumlah tamu undangan yang datang silih berganti akan
membutuhkan pasokan komsumsi dengan jumlah yang banyak pula.
Beras adalah pasokan makanan yang tidak boleh kurang dalam pesta
56
perkawinan, keluarga yang berbahagia juga berharap agar beras tidak
hanya cukup tetapi juga harus lebih karena jumlah tamu tidak selalu
diketahui pasti.
d. Pemberkatan Nikah
Pada masyarakat suku Timor, upacara perkawinan tidak dapat
dilepaskan dari kepercayaan agama Kristen yang dianut, sehingga
senantiasa dilakukan dengan memperhatikan prosedur dan
pelaksanaannya, karena jumlah agama Kristen pada masyarakat Suku
Timor begitu tinggi, maka setiap pelaksanaan upacara perkawinan akan
banyak diatur berdasarkan tata cara ibadah agama Kristen. Tata cara
ibadah perkawinan yang penulis peroleh dari Pdt. Yenny Manao,
susunannya adalah sebagai berikut:
1. Pengantar Ibadah
2. Votum/salam
3. Litani
4. Pewartaan Firman
Doa
Pembacaan Firman
Pewartaan Firman
5. Menyanyi KJ
6. Doa syukur/Syafaat
57
7. Persiapan Pemberkatan Nikah
8. Nyanyian Jemaat : KJ
9. Pengakuan Iman Rasuli
10. Nyanyian Jemaat : KJ
11. Berkat
(Tata Ibadah Lengkap dapat dilihat di halaman lampiran)
Setelah ibadah pemberkatan selesai dan kedua mempelai
disahkan sebagai suami istri dalam upacara pemberkatan nikah. Pada
tahap inilah yang merupakan puncak dari seluruh upacara perkawinan
suku Timor. maka pengantin dan semua keluarga pulang bersama-sama
ke rumah mempelai wanita untuk mengikuti resepsi yang akan
dilanjutkan pada malam hari.
e. Malam Resepsi
Dimuka telah disinggung bahwa pemberkatan nikah
merupakan puncak dari seluruh rangkaian upacara perkawinan suku
Timor. Sebab dalam pemberkatan ini seluruh unsur disatukan baik itu
unsur sosial maupun religi. Malam resepsi ini dilangsungkan dengan
acara sebagai berikut :
1. Penyambutan tamu-tamu undangan
58
Tamu undagan terdiri dari tamu yang individu dan tamu
rombongan. Tamu yang individu adalah tamu yang datang secara
pribadi atau per kepala rumah tangga. Undangan rombongan adalah
undagan yang datang secara berkelompok dengan jumlah yang banyak
serta membawa hadiah berupa uang maupun hewan. Tahapan ini
mengambarkan kemeriahan dan kebesaran dari acara pernikahan itu
sendiri.
Penyambutan-penyambutan menggunakan :
- Gong/sene
Gong/sene merupakan alat musik tradisional Suku Timor.
Gong selalu dimainkan oleh anak-anak, pemuda-pemudi, ataupun
orang tua. Gong dalam upacara perkawinan dibunyikan rutin biasanya
pada malam mete. Malam sebelum dan sesudah puncak acara
perkawinan.
- Sirih pinang/mamat
Budaya Timur Indonesia sangat identik dengan mengunyah
sirih pinang. Sebutan sehari-hari sesungguhnya bukan sirih dan pinang,
tetapi masyarakat Timor sudah sangat terbiasa dengan
menyebutnya”sirih pinang” saja. Bahasa Timor sirih – pinang dengan
“mamat”.“Pada umumnya, orang Timor akan mengundang seorang
59
yang lewat di dekat rumah mereka untuk singgah makan sirih- pinang
sebentar. Penolakan terhadap ajakan sirih-pinang adalah suatu sikap
penghinaan terhadap orang Timor karena melanggar tatakrama” (F.D.
Wellem,2004).
Dalam upacara perkawinan sirih-pinang merupakan sambutan
terhormat yang diberikan kepada tamu, sirih pinang yang biasanya
diletakan di Okomama atau di piring akan diterima oleh setiap tamu.
Jumlahnya banyak biasanya dalam satu piring itu di isi sampai penuh
baik itu pinang kering dan sirih. Ini merupakan simbol penerimaan
tamu.
Sirih pinang dikunyah juga dimakan oleh semua kalangan,
tanpa mengenal golongan ataupun status sosial. Tidak hanya acara
perkawinan saja tetapi dalam keseharian masyarakat Timor sangat
identik dengan mengunyah sirih pinang mulai dari anak-anak kecil
sampai orang dewasa. Sirih pinang juga sudah merupakan salah satu
tradisi yang sudah diturunkan oleh leluhur suku Timor. Sirih pinang
yang terdiri dari daun sirih, gambir/pinang, tembakau, dan kapur kalau
dimakan satu persatu tidak enak, tetapi kalau dicampur akan enak
rasanya. jadi mengunyah sirih pinang yang dilengkapi dengan bumbu-
bumbunya melambangkan manusia yang harus bersatu dengan sesama.
60
2. Sambutan Keluarga
Sambutan keluarga yang berbahagia berisi ungkapan terima
kasih atau yang berkaitan dengan hal-hal penting yang berkaitan
dengan jalannya acara perkawinan. Tidak semua dalam upacara
perkawinan terdapat sambutan keluarga, tergantung dari keluarga itu
sendiri.
Dalam acara ini juga disampaikan nasehat bagi mempelai dari
orang tua yang dianggap mampu melakukan itu dan dihormati atau
pejabat lain yang pada intinya agar mempelai merasa dikuatkan
dengan nasehat yang berguna bagi kehidupan mereka kelak.
3. Makan Bersama
Makanan yang biasanya disajikan oleh keluarga biasanya
prasmanan atau makannan yang telah disiapkan oleh keluarga
dengan berbagai macam menu makanan seperti nasi, daging
rendang, tulang babi goreng, rica-rica babi, sayur capcay, sop ayam,
perkedel, mie goreng, sate, kerupuk dan sambal. Dalam hal
menjamu tamu masyarakat suku Timor juga sudah berfikir modern.
misalnya, masyarakat Supul telah berfikir praktis dalam
menyediakan air minum mineral dengan menyediakan air minum
mineral dalam bentuk gelas dan menggunakan piring rotan.
61
Masyarakat suku Timor sangat menjunjung tinggi nilai adat
dan rasa saling menghargai antara satu dengan yang lain. Hal saling
menghargai pada saat makan bersama ini biasanya para tamu
undangan dipersilahkan untuk mengambil makanan terlebih dahulu
seperti pepatah “mengatakan tamu adalah raja”. Tidak hanya saat
upacara perkawin tamu dipersilahkan untuk makan terlebih dahulu
tapi dalam kehidupan sehari-hari juga diberlakukan hal seperti ini.
f. Acara Bebas
Pada tahap ini seluruh rangkaian acara resepsi pernikahan telah
berakhir dan acara bebas ini ditandai dengan acara dugem dan dansa
bersama. Acara dansa akan dipandu oleh kedua pengantin dan diiringi
dengan alunan musik country. Acara bebas akan berlangsung semalam
suntuk untuk menghibur keluarga yang berbahagia.
Acara bebas seperti ini diadakan untuk menghibur keluarga
yang sedang berbahagia dan lebih memperkuat rasa persaudaraan
serta keakrapan di antara seluruh keluarga.
62
C. Nilai Budaya yang terkandung dalam upacara perkawinan suku Timor
Masyarakat merupakan komunitas yang terdiri dari individu-individu.
Aktivitas yang dilakukan pada komunitas tersebut akan menggambarkan
perilaku-perilaku yang tentunya akan berpengaruh pada nilai-nilai yang hidup
pada masyarakat tersebut. Perilaku-perilaku dalam masyarakat tersebut
nantinya yang dapat ditiru dan diambil sebagai suatu pembelajaran.
Sesungguhnya tidak semua yang ada dalam masyarakat itu dipandang sebagai
suatu nilai, akan tetapi ada sesuatu yang dapat ditarik sebagai nilai
pembelajaran.
Nilai juga menggambarkan identitas masyarakat. Sistem nilai juga
merupakan pegangan masyarakat yang dijadikan pedoman untuk bertingkah
laku. Nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat tersebut akan selalu ditanam
dari generasi ke generasi. Harapan-harapan dari masyarakat adalah nilai
tersebut akan selalu terjaga dan tidak akan luntur dengan masuknya pengaruh
dari luar. Hilangnya nilai tersebut dipandang sebagai hilangnya identitas dari
masyarakat itu. Oleh karenanya, masyarakat selalu menjaga baik sistem nilai
tersebut dalam bentuk kebudayaan daerah yang dimiliki.
Berkaitan dengan nilai, upacara perkawinan suku Timor dalam wujud
solidaritasnya dapat diuraikan beberapa nilai yang dapat dijadikan pedoman.
Dalam upacara perkawinan ada nilai-nilai negatif, tetapi ada pula nilai-nilai
positifnya.
63
Nilai-nilai negatif seperti kebanyakan orang beranggapan bahwa
Harta Kawin (belis) yang diberikan kepada keluarga pengantin wanita adalah
sebagai membeli istri, harga pembelian istri. Hal seperti ini perlu dihilangkan
dari anggapan masyarakat.
Segi lain yang dianggap sebagai nilai negatif juga, ialah tentang
pelaksanaan perkawinan yang memakan waktu dan belanja yang belum
sempat dilunasi oleh kedua pengantin sampai bertahun-tahun lamanya. Nilai
negatif seperti ini dapat dilihat umpamanya pada perkawinan dikalangan suku
Timor, berupa harta kawin yang dari pengantin pria yang baru akan dibayar
atau dilunasi oleh cucunya ataupun oleh cicitnya. Itupun kalau ada
kemampuan untuk membayar.
Sebagai nilai negatif yang lain, dapat kita lihat pada pelaksanaan
perkawinan, dimana kedua pengantin, keluarga serta tamu undagan disuguhi
minuman beralkohol, dan diharuskan minum minuman beralkohol itu.
Padahal dari segi kesehatan, dapat membahayakan tubuh serta semua keluarga.
Pada pelaksanaan perkawinan kita dapat melihat nilai positifnya, yaitu
langsung memproklamirkan kepada masyarakat penambahan anggota baru
didalam negeri. Selain nilai-nilai negatif dan positif dalam upacara
perkawinan suku Timor ada nilai-nilai yang diwujudkan dalam bentuk
solidaritas. Nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut.
64
1. Nilai Musyawarah
Di Indonesia sistem pemerintahanya demokrasi yakni setiap warga
negara Indonesia berhak untuk mengeluarkan pendapatnya. Dalam sistem
pemerintahanya juga ada suatu struktur pemerintahan yang dibuat untuk
mengetahui jabatan dan kedudukan masing-masing. Begitu pula di Timor
dalam kehidupan masyarakat yang demokratis pada umumnya mempunyai
struktur masyarakat, dimana ada dewan-dewan adat sebagai lembaga
pengatur, pengembang, dan penyelamat nilai-nilai adat. Itulah sebabnya
terdapat keseragaman/kesamaan nilai dalam lingkungan geografis yang
berbeda.
Dalam kehidupan masyarakat desa Supul dikenal sistem
musyawarah yang diwarisi dari prosedur pengambilan keputusan oleh para
sesepuh. Putusan terakhir itu yang bisa disebut mufakat atau persepakatan
bersama, keputusan bersama. Musyawarah adalah suatu unsur sosial yang
adadalam banyak masyarakat pedesaan di dunia, dan juga di Indonesia
(Konjaraningrat,1972:172)
Pendapat yang dikemukakan oleh Koenjaraningrat dalam
realitanya dapat kita temukan dalam upacara perkawinan suku Timor.
Sebelum mengambil keputusan masyarakat Timor selalu mengedepankan
musyawarah antara keluarga besar. Keluarga besar mengadakan kumpul
65
keluarga lebih dahulu agar menentukan segala macam perlengkapan di
hari perkawinan, tamu undangan, pembuat tenda-tenda, hingga
pembicaraan tentang jalannya prosesi.
2. Nilai Persaudaraan
Persaudaraan dalam masyarakat Timor begitu kuat. Dalam
kebudayaan setempat cara yang paling nampak adalah dalam upacara
perkawinan. Persaudaraan masyarakat dibentuk oleh ikatan-ikatan sosial
masyarakat Timor itu sendiri. Ikatan persaudaraan dalam masyarakat
Timor timbul ketika kerabat, suku atau klaen melakukan perkawinan. Rasa
persaudaraan pun dipererat dengan rasa kesatuan genealogis. ikatan ini
dapat terbentuk ketika masyarakat atau individu memiliki hubungan darah.
Rasa kesatuan sosial dalam masyarakat Timor timbul ketika kerabat, suku
atau dari klaen yang menikah. Rasa persaudaraan muncul disebabkan juga
oleh kesatuan tunggal daerah. Walau tidak memiliki hubungan darah, akan
tetapi yang menikah tersebut adalah anggota masyarakat daerah tersebut,
maka rasa memiliki pun akan muncul.
3. Nilai Toleransi Beragama
Mayarakat Timor yang walaupun memiliki mayoritas agama
Kristen, tetapi nilai toleransi beragamapun telah dijalankan. Toleransi
beragama merupakan unsur penyeimbang hidup yang saling menghargai
66
antar agama. Dengan adanya toleransi beragama maka hidup akan selalu
berjalan tentram dan harmonis. Dalam upacara perkawinan suku Timor
Terlihat jelas yang hadir dalam upacara tidak saja mereka yang beragama
nasrani, tapi juga ada yang dari umat muslim. Realita yang tercermin
dalam upacara ini adalah keluarga selalu menyediakan jamuan khusus
bagi mereka yang beragama muslim atau yang beragama lain yang
diundang. Salah satu contoh toleransi antara masyarakat Timor ditunjukan
dengan rasa saling menghargai ketika ibadah syukuran itu berlangsung,
ketika tamu yang beragama lain hadir pada saat itu contoh ibadah
syukuran berlangsung maka orang tua tetap mengikuti ibadah dan semua
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan menurut ajaran Kristen. Selain itu
tamu yang beragama Islam yang hadir dalam acara syukuran itu juga
diminta untuk memberikan pesan maupun nasehat. Hal seperti inilah yang
dapat menciptakan sikap toleransi dan rasa tanggung jawab manusia
kepada Tuhan dan terhadap seluruh masyarakat.
4. Nilai Tanggung Jawab
Masyarakat Timor terus hidup dalam nilai tanggung jawabnya.
Tanggung jawab yang dimaksud di sini adalah belajar untuk
mengembalikan barang yang telah diterima. Barang yang diterima akan
wajib dikembalikan, tentunya dengan rasa tanggung jawab. Selain itu rasa
tanggung jawab yang ditunjukan dalam acara perkawinan di suku Timor
67
biasanya ditunjukan dengan cara ucapan terima kasih dari keluarga kedua
mempelai kepada semua keluarga yang sudah mengambil bagian sebagai
panitia dalam perkawinan tersebut.
Ucapan terima kasih itu ditandai dengan pemberian tempat sirih
pinang yang berisi uang maupun selendang kepada semua panitia serta
anggota yang telah berjerih lelah membantu untuk menyukseskan acara
pernikahan. Contoh nilai tanggung jawab yang sangat melekat kuat di
kalangan suku Timor adalah dalam hal kerja sama antara pihak keluarga
dan panitia pesta perkawinan. Kerja sama itu ditunjukan dengan cara
mengembalikan barang pinjaman. bagi panitia setelah hari pernikahan
selesai para panitia berkumpul untuk membongkar tenda dan segera
mengembalikan barang-barang pinjaman seperti membongkar dekorasi di
pelaminan maupun di kamar pengantin, mengantar kembali tenda yang
disewa, sound sistem, peralatan dapur, kursi dan lain-lain.
5. Nilai Gotong Royong
Dalam masyarakat pedesaan, nilai gotong royong itu nampak
berakar dalam kehidupan masyarakat Timor, dasar dari tolong menolong
adalah perasaan butuh-membutuhkan, yang ada dalam jiwa warga
masyarakat (Koenjaraningrat, 1972 ; 165). Bantu membantu atau tolong
menolong merupakan suatu aktivitas dalam diri mayarakat Supul Suku
68
bantu membantu dalam hal wujud solidaritas masyarakatnya. Timor
walaupun tidak sepenuhnya bantu-membantu dalam segala hal, karena
bantu membantu yang ditemui di sini adalah
Dalam nilai gotong royong yang dapat ditarik dalam upacara
perkawinan suku Timor ini adalah masyarakat setempat tidak mengenal
status sosial dalam bekerja keras bersama. Misalnya, di dapur kita sering
menemui kepala sekolah sedang bekerja, guru sedang mengiris bawang,
pegawai daerah sedang melayani minum. Seperti halnya perempuan ,
kaum laki-lakipun tidak mengenal status sosial. Selain itu salah satu nilai
gotong royong yang sangat kuat melekat di dalam suku Timor adalah
gotong royong untuk mempersiapkan konsumsi, contoh kecil proses
masak memasak sedang berlangsung, di mana saat masak dan ada
kendala-kendala seperti kehabisan air minum untuk memasak dan
kehabisan kayu bakar semua yang hadir saat itu mengambil alih untuk
menimba air maupun mengambil kayu api untuk dipakai memasak.
6. Nilai Kebersamaan
Bagi masyarakat Supul suku Timor kebersamaan merupakan nilai
yang sangat diutamakan dalam acara perkawinan. Dalam upacara
perkawinan nilai-nilai ini dapat kita temukan selalu dalam setiap
prosesinya.
69
Realita yang dapat diungkap terkait nilai kebersamaan ialah
masyarakat Supul suku Timor selalu bersama-sama berkumpul sambil
bercerita setiap malamnya guna meramaikan suasana kebahagiaan. Acara
ini biasa disebut dalam bahasa Timor sebagai :“Mete” yang diartikan
sebagai kegiatan bergadang semalam di tenda perkawinan secara beramai-
ramai ditemani dengan iringan musik baik itu alat musik tradisional yang
berupa gong, dan iringan musik dansa yang diputar melalui pengeras suara.
kebersamaan seperti ini tidak hanya di kalangan keluarga yang hadir pada
saat itu saja namun kebersamaan itu ditunjukan kepada kerabat dan lain-
lain. Sudah dapat kita simpulkan bahwa nilai kebersamaan dalam upacara
perkawinan sangat diutamakan guna menghibur keluarga.
7. Nilai keadilan
Nilai keadilan mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat
Timor, tetapi sesungguhnya keadilan sudah dijalankan dalam adat Timor.
Keadilan dapat diartikan dengan memberikan seseorang apa yang menjadi
haknya, atau bagi sama rata. Penulis menemukan ini dalam acara makan
bersama. Untuk setiap tamu undangan yang diundang namun tidak hadir,
dari pihak keluarga wajib memberikan daging babi untuk tamu undangan
yang tidak hadir. Hal ini sering sekali dilakukan karena masyarakat suku
Timor beranggapan bahwa tamu yang telah diundang dan keluarga yang
tidak hadir itu turun memberikan kontribusi dalam acara perkawinan
70
tersebut. Oleh karena itu pihak keluarga berinisiatif untuk memberikan
apa yang menjadi bagianya. Selain pemberian daging babi mentah, pihak
keluarga juga memberikan daging babi yang sudah diolah menjadi rica-
rica. Rica-rica maupun daging babi ini diberikan agar supaya undangan
yang tidak hadir juga dapat merasakan salah satu hidangan yang
disediakan oleh keluarga yang berbahagia.
8. Nilai Sopan Santun
Masyarakat Supul suku Timor dalam upacara perkawinan sangat
memperhatikan nilai sopan santun yang tinggi. Nilai sopan santun ini
ditunjukan dalam setiap upacara perkawinan, khususnya pada tahap
peminangan karena pada tahap ini biasanya menggunakan tutur kata yang
halus agar apa yang disampaikan diterima dengan baik dan tidak
menyinggung perasaan. Selain itu sopan santun dengan cara
menyuguhkan sirih pinang kepada para tamu maupun keluarga sebagai
salah satu alat komunikasi masyarakat suku Timor. Biasanya di kalangan
suku Timor untuk menjamu para tamu baik itu di rumah maupun di acara-
acara seperti perkawinan. Kesopanan ditandai saat menyuguhkan tempat
sirih yang berisi sirih pinang kepada para tamu undangan dengan langkah
yang pelan seakan-akan penuh irama, serta tubuh yang sedikit
membungkuk ketika menyuguhkan sirih pinang.
71
9. Nilai Budaya
Budaya memang selalu menyajikan sesuatu yang khas dan unik,
karena pada umumnya budaya merupakan hasil karya manusia yang tanpa
disadari menjadi adat istiadat bahkan menjadi bahkan menjadi suatu
peradaban. Hal ini biasanya tercermin dalam suatu upacara, karena dalam
upacara manusia biasanya mengekspresikan apa yang menjadi kehendak
atau pikiran, dengan pikiran dan perbuatan akhirnya menjadi suatu tradisi.
Salah satu budaya yang tercermin saat acara perkawinan ini adalah budaya
atau tradisi makan sirih pinang yang tidak hanya diperuntukkan untuk
orang tua atau sesepuh saja namun bagi anak- anak juga. Karena menurut
orang Timor sirih pinang merupakan salah satu ekstasi desa yang kalau
dimakan satu persatu tidak enak, tetapi kalau dicampur akan enak rasanya.
Jadi haruslah bersatu dengan sesama. Selain sirih pinang salah satu
budaya lain di kalangan suku Timor yang sudah menyatu dengan
masyarakat adalah Sopi (minuman keras), sopi juga digunakan untuk
acara-acara penting seperti acara perkawinan yang digunakan sebagai alat
pelengkap dalam tahap peminangan bagi suku Timor. Selain sebagai salah
satu alat pelengkap dalam acara penting, sopi biasanya diminum sebagai
penghilang rasa stres bagi orang dewasa di suku Timor dan sudah
membudaya.