70
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung
4.1.1. Sejarah Terbentuknya Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota
Bandung
Otonomi Daerah sebagai manifestasi Undang-Undang (UU) Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, masih memberikan berbagai bentuk
keleluasaan dalam pengimplementasiannya di daerah. Keleluasaan ini, bukan
semata-mata disebabkan oleh keragaman persepsi, tapi juga disebabkan oleh
faktor lain, seperti heterogenitas kondisi sosial dan budaya, beragamnya potensi
dan karakteristik masing-masing daerah. Akibatnya, diperlukan suatu rancangan
bangunan sistem yang adaftik dan handal dalam memenuhi dan menanggulangi
permasalahan yang kompleks dan dinamis. Fenomena ini merupakan sebuah
keharusan dalam rangka merespon dan menghadapi berbagai tuntutan dinamika
yang berkembang dari masyarakat untuk melakukan perubahan sistem
penyelenggaraan berbangsa dan bernegara.
UU Nomor 32 Tahun 2004 tersebut telah dijabarkan kedalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Derah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota, bukan diartikan sebagai suatu pembatasan kewenangan yang
bersifat absolut dan kaku. Namun lebih dapat diimplementasikan sebagai bentuk
interkoreksi antar tingkatan pemerintahan dan lintas sektoral dalam
71
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang mengarah pada
perwujudan pemerintahan yang baik. Upaya mewujudkan kondisi ini, diperlukan
komitmen seluruh komponen masyarakat dan pemerintah.
Pelaksanaan otonomi daerah saat ini telah memberi peluang pada
pemerintah kota untuk melaksanakan berbagai kewenangan yang lebih luas dalam
rangka mengurus rumah tangga daerah. Pada saat yang sama, masyarakatpun
diberikan peluang yang lebih besar untuk mengembangkan aspirasi dan
prakarsanya dalam rangka pembangunan internal maupun eksternal daerah.
Peranan masing-masing pihak ini pada akhirnya harus menjelma menjadi suatu
kekuatan besar untuk mengelola daerah, khususnya dalam mengantisipasi dan
mengatasi isu-isu strategis yang berkaitan dengan perkembangan daerah baik
yang bersifat internal maupun eksternal.
Konsekuensi logis dari kondisi tersebut, maka pemerintah kota harus
mampu meningkatkan kualitas kinerja khususnya dalam memberikan pelayanan
publik baik dalam kerangka perwujudan kesejahteraan masyarakat maupun
strategi untuk menghadapi era persaingan global. Kinerja pelayanan yang baik
pada akhirnya akan menjadi faktor pendorong terhadap pertumbuhan dan
perkembangan kota sesuai dengan rencana kota.
Guna mewujudkan kinerja pelayanan yang baik tersebut, Pemerintah Kota
Bandung membentuk Dinas Tata Ruang dan Permukiman yang kemudian berubah
nama menjadi Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya sebagaimana diatur dalam
Perda Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan
Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung.
72
Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya pertama kali dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah (Perda) Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor
12/PD/1980 dengan nama Dinas Tata Kota. Perda ini kemudian direvisi oleh
Perda Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 8 Tahun 1997 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Bandung yang kemudian direvisi oleh Perda Kota Bandung Nomor 5 tahun 2001
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandung. Perda
ini kemudian direvisi untuk terakhir kalinya oleh Perda Kota Bandung Nomor 13
Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota
Bandung dan berubah nama menjadi Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya.
Dinas Tata Tata Ruang dan Cipta Karya merupakan pecahan dari biro
pembangunan pada Ekbangpal (ekonomi, pembangunan dan peralatan) yang
dibentuk pada tahun 1973 sebagai pengganti Biro Planologi. Biro Planologi
sendiri dibentuk pada tahun 1970 sebagai pengganti dari Dinas Perencanaan dan
Pembangunan Kota (DPPK). DPPK dibentuk pada tahun 1965 yang merupakan
pengembangan dari Seksi Perencanaan dan Gambar pada Dinas PU. Dinas PU
sendiri merupakan pecahan dari Djawatan Teknik yang dalam perkembangannya
dipecah menjadi Dinas PU, Dinas Kebakaran dan Kebersihan Kota (DK3). Dinas
Tata Ruang dan Cipta Karya mempunyai fungsi: pertama, merumuskan kebijakan
teknis bidang tata ruang kota, kedua, melaksanakan tugas operasional bidang tata
kota yang meliputi survey dan pemetaan, perencanaan tata ruang kota dan
perizinan pemanfaatan ruang kota, dan ketiga, melaksanakan pelayanan teknis
73
administratif meliputi administrasi umum dan keuangan serta administrasi
kepegawaian dinas.
4.1.2 Struktur Organisasi
Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah (Perda) Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan Dan
Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung. Struktur Organisasi Dinas Tata
Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung, terdiri dari :
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat, membawahkan:
a. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan
b. Sub Bagian Kepegawaian
c. Sub Bagian Keuangan dan Program
3. Bidang Survey dan Investigasi, membawahkan:
a. Seksi pengukuran dan Pemetaan
b. Seksi Data dan Analisa
4. Bidang Perencanaan Tata Ruang, membawahkan:
a. Seksi Rencana Detail Tata Ruang Kota
b. Seksi Rencana Teknis Prasarana Kota
c. Seksi Peremajaan dan Pengembangan Kota
5. Bidang Dokumentasi dan Pelaporan, membawahkan:
a. Seksi Pelayanan Informasi Rencana Kota
b. Seksi Dokumentasi
74
6. Bidang Tata Bangunan dan Arsitektur Kota, membawahkan:
a. Seksi Penataan Bangunan
b. Seksi Teknik Bangunan Gedung
c. Seksi Teknik Arsitektur Kota
7. Bidang Perumahan, membawahkan:
a. Seksi Pengembangan Perumahan
b. Seksi Teknik Penyehatan Lingkungan
c. Seksi Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum
8. Bidang Pengendalian Tata Ruang dan Bangunan, membawahkan:
a. Seksi Pengawasan Tata Ruang dan Bangunan
b. Seksi Penanganan Pengaduan dan Sengketa
c. Seksi Pengusutan dan Penertiban
9. Unit Pelaksana Teknis Dinas
10. Kelompok Jabatan Fungsional
76
4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian urusan wajib pemerintah di bidang perencanaan
penataan ruang, sebagai bidang pekerjaan umum bidang perumahan sebagian
bidang pekerja umum dan bidang pengendalian dan pengawasan penataan ruang
dan bangunan
Untuk melaksanakan tugas pokok Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya
mempunyai fungsi:
1. Merumuskan kebijakan teknis bidang Tata Ruang dan Pemukiman
2. Penyelenggaraan sebagian urusan pemerintah dan pelayanan umum di
bidang pekerjaan umum penataan ruang dan perumahan
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dan di bidang tata ruang dan
pemukiman meliputi survey, dan pemetaan, perencanaan, pengendalian
perumahan dan pemukiman, dokumentasi dan pelayanan.
4. Pelaksanaan pelayanan teknis ketatausahaan dinas
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
4.1.4 Lingkungan Tugas
Secara umum penyelenggaraan urusan pemerintah bertujuan melindungi,
melayani, memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat. Penyelenggaraan
penataan ruang (menurut UU No .26 Tahun 2007) adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.
77
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan mewujudkan ruang wilayah yang
aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan yaitu mewujudkan :
1. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan
2. Keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan dengan peperhatikan sumber daya manusia
3. Pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang
Penataan bangunan atau penyelengaraan bangunan gedung (menurut UU
No.28 Tahun 2002) adalah kegiatan yang meliputi proses perencanaan teknis dan
pelaksanaan konstruksi, serta kegiatana pemanfaatan, pelestarian dan
pembongkaran. Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk mewujudkan:
1. Bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan
gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya
2. Tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan
teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan
dan kemudahan
3. Kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung
Sedangkan penataan perumahan meliputi kegiatan pembangunan baru,
pemugaran, perbaikan, perluasan ,pemeliharaan, dan pemanfaatannya, sedangkan
yang menyangkut penataan permukiman meliputi kegiatan pembangunan baru,
perbaikan, peremajaan, perluasan, pemeliharaan dan pemanfaatannya (UU No . 04
Tahun 1992). Penataan perumahan dan pemukiman bertujuan untuk:
78
1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia,
dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat
2. Mewujudkan perumahan dan pemukiman yang layak dalam lingkungan
yang sehat, aman, serasi dan teratur
3. Memberi arahan pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk
yang rasional
4. Menujang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang-
bidang lain
Isu strategi lingkup Kota Bandung yang terkait dengan tugas Dinas tata Ruang
dan Cipta Karya adalah :
1. Pengendalian Kawasan Lindung Bandung Utara
2. Optimalisasi fungsi sub pusat pelayanan kota yang ada (pusat sekunder)
3. Intesifikasi pada pusat inti Kota lama (Peremajaan) dan pembangunan
Pusat Primer Gedebage
4. Oprimalisasi peran dan fungsi baru Kota Bandung sebagian kota kreatif
(Creative City)
5. Penyedian prasarana dan sarana yang memadai yang terintegarasi dengan
penataan ruang kota
6. Pola dan hierarki jaringan jalan berkaitan dengan stuktur penataan ruang
79
4.1.5 Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan
4.1.5.1 Kepegawaian
Pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya berjumlah 403 orang, yang
terdiri dari 349 orang pegawai negeri sipil (PNS), 39 orang tenaga kontrak kerja
(TKK) dan 15 orang magang. Pegawai ini terdiri dari 333 orang pria (83%) dan
(70%) orang wanita (17%). Berdasarkan golongan ruang gaji PNS, pegawai Dinas
Tata Ruang dan Cipta Karya terdiri dari 13 orang golongan IV, 206 orang
golongan III, 122 orang golongan II, dan 8 orang golongan I. Sedangkan
berdasarkan keikutsertaan dalam pendidikan penjenjangan, terdiri dari 2 orang
telah mengikuti Diklat Pim. II, 12 orang telah mengikuti Diklat Pim. III, 44 orang
yang telah mengikuti Diklat Pim .IV.
Tingkat pendidikan pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya sangat
bervariasi, yaitu terdiri dari 1 orang berpendidikan S-3, 32 orang berpendidikan S-
2, 127 orang berpendidikan S-1, 35 orang berpendidikan D-3, 105 orang
berpendidikan SMA, 73 orang berpendidikan STM, 12 orang berpendidikan
SMEA, 9 orang berpendidikan SLTP dan 9 orang berpendidikan SD. Gambaran
kepegawaian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya
Uraian Jenis Kepegawaian
Jumlah PNS TKK Magang
Jenis
Kelamin
Pria 295 30 8 333
Wanita 54 9 7 70
DIKLAT
Penjenjangan
PIM II 2 2
PIM III 12 12
PIM IV 44 44
Golongan IV-c 1 1
80
Ruang Gaji IV-b 5 5
IV-a 7 7
III-d 37 37
III-c 24 24
III-b 73 73
III-a 72 72
II-d 15 15
II-c 15 15
II-b 13 13
II-a 79 79
I-d
I-c 4 4
I-b
I-a 4 4
Tingkat
pendidikan
S-3 1 1
S-2 32 32
S-1 112 11 4 127
D-3 26 4 5 35
D-1
SMA 84 18 3 105
STM 68 3 2 73
SMEA 11 1 12
SLTP 8 1 9
SD 7 1 1 9
4.1.5.2 Perlengkapan
Perlengkapan yang menjadi fasilitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi,
terdiri dari : Pertama, sarana mobilitas, yaitu 10 unit kendaraan roda empat dari
berbagai jenis, serta 19 unit kendaraan roda dua. Kedua 7 unit peralatan pengukur
dan pemetaan yaitu, T-0, T-2, DT-4, DT-6, DT-30, T-100, dan 2 buah warer pass,.
Ketiga, 16 unti mesin tik berbagai jenis. Keempat meja dan kursi. Kelima lemari
dan rak arsif. Keenam, komputer, note book, printer dan camera serta proyektor
dan, ketujuh peralatan lainnya seperti pompa air, dan lain-lain.
81
4.2 Pengujian Hasil Hipotesis Penelitian
4.2.1 Pengujian Validitas dan Realibilitas
4.2.1.1 Pengujian Validitas
Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan
pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan.
Pengujian validitas instrumen penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji
korelasi Product moment dari Pearson meliputi tahapan-tahapan berikut:
Penentuan nilai korelasi r dengan rumus sebagai berikut:
( ) ( )
( ) ] ( ) ]
Keterangan:
r = Koefisien validasi item yang dicari
X = Skor yang diperoleh subyek dalam tiap item
Y = Skor total yang diperoleh subyek dari seluruh item
X = Jumlah skor dalam distribusi X
Y = Jumlah skor dalam distribusi Y
X2 = Jumlah kuadrat masing-masing skor X
Y2 = Jumlah kuadrat masing-masing skor Y
Item Instrumen dianggap Valid jika lebih besar dari 0,3 atau bisa juga
dengan membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka valid.
82
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Validitas Varibel Implementasi Kebijakan
No r Hitung r Kritis Kriteria
1 0,553 0,3 Valid
2 0,471 0,3 Valid
3 0,615 0,3 Valid
4 0,518 0,3 Valid
5 0,556 0,3 Valid
6 0,618 0,3 Valid
7 0,545 0,3 Valid
8 0,568 0,3 Valid
9 0,486 0,3 Valid
10 0,529 0,3 Valid
11 0,534 0,3 Valid
12 0,608 0,3 Valid
13 0,525 0,3 Valid
14 0,436 0,3 Valid
15 0,400 0,3 Valid
16 0,427 0,3 Valid
17 0,488 0,3 Valid
18 0,476 0,3 Valid
(Sumber : Hasil Pengujian Validitas Data)
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Validitas Varibel Pengendalian
No r Hitung r Kritis Kriteria
1 0,489 0,3 Valid
2 0,544 0,3 Valid
3 0,463 0,3 Valid
4 0,459 0,3 Valid
5 0,571 0,3 Valid
6 0,665 0,3 Valid
7 0,617 0,3 Valid
8 0,571 0,3 Valid
9 0,554 0,3 Valid
10 0,483 0,3 Valid
(Sumber : Hasil Pengujian Validitas Data)
83
4.2.1.2 Pengujian Reliabilitas
Menurut Mudrajad Kuncoro: “Ujirealibilitas ini dilakukan dengan
menggunakan software SPSS 16. Jika koefisien reliabilitas ≥ 0,7 maka ini
menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan adalah handal dapat dijadikan alat
ukur penelitian dan begitu pun sebaliknya.” Nilai koefisien reliabilitas yang baik
adalah di atas 0,7 (cukup baik), di atas 0,8 (baik). Hasil pengujian realibilitas
menggunakan sofware SPSS 16 dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah :
Tabel 4.4
Pengujian Reliabilitas
Cronbach's
Alpha N of Items
.814 2
(Sumber: Hasil Penelitian)
4.2.2 Pengujian Hipotesis Penelitian Secara Parsial
4.2.2.1 Pengaruh Faktor Komunikasi ( ) Terhadap Pengendalian (Y)
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari faktor komunikasi ( )
terhadap pengendalian (Y) dengan hipotesis:
Ha : Terdapat pengaruh antara faktor komunikasi terhadap pengendalian
alih fungsi lahan pertanian di Kecamatan Cibiru Kota Bandung.
Ho : Tidak terdapat pengaruh faktor komunikasi terhadap pengendalian
alih fungsi lahan pertanian di Kecamatan Cibiru Kota Bandung.
84
Dengan paradigma hipotesis pada gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2
Paradigma Hipotesis Pengaruh Faktor Komunikasi Terhadap Pengendalian
Untuk menjawab hipotesis tersebut maka mengolah datanya yaitu dengan
melakukan uji hipotesis menggunakan analisis korelasi, koefisien determinasi dan
uji signifikansi untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan antara dimensi
terhadap variabel Y, kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi linier
sederhana untuk melakukan prediksi nilai variabel dependen bila variabel
independen (dimensi ) dirubah atau dimanipulasi.
Analisis korelasi product moment digunakan untuk mengetahui hubungan
antara dimensi komunikasi terhadap pengendalian, maka data yang diperoleh akan
diolah dengan memasukan data kedalam tabulasi kemudian menghitung korelasi
masing masing item dalam skor total, yaitu dengan menggunakan rumus korelasi
product moment. Untuk menghitungnya diperlukan tabel penolong(perhitungan
secara lengkap terlampir).
Tabel 4.5
Tabel Penolong Untuk Menghitung Persamaan Koefisien Korelasi
Faktor Komunikasi Terhadap Pengendalian
No X Y X2 Y2 X.Y
80 ... ... ... ... ...
Jumlah 1284 3227 20936 131139 52200
(Sumber : hasil penelitian penulis)
𝑌 X1
85
Perhitungan korelasi product moment sebagai berikut:
( ) ( )
√ ( ) ] ( ) ]
( ) ( )( )
√ ( ) ( ) ] ( ) ( ) ]
√ ] ]
√( )( )
Berdasarkan perhitungan di atas, diketahui bahwa besarnya hubungan
antara dimensi faktor komunikasi kebijakan ( ) terhadap pengendalian (Y)
yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah sebesar . Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara dimensi faktor komunikasi terhadap
pengendalian tersebut bersifat positif dengan kriteria “kuat”.
Selanjutnya untuk mengukur seberapa kuat persentase determinasi atau
pengaruh komunikasi terhadap pengendalian, maka digunakan rumus koefisien
determinasi sebagai berikut:
86
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diartikan varians yang terjadi pada
variabel pengendalian ditentukan oleh varians yang terjadi pada
dimensi komunikasi. Pengertian ini sering diartikan pengaruh dimensi komunikasi
terhadap variabel pengendalian = , dan sisanya 48,016 % ditemukan
faktor lainnya.
Kemudian untuk memastikan apakah harga tersebut signifikan atau tidak
maka perlu diuji signifikansinya dengan rumus t sebagai berikut:
√
( )( )
√
Kemudian harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t
tabel. Maka untuk kesalahan 5% uji dua pihak dengan dk = n-2 = 78, maka
diperoleh t tabel = 1.66462. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.3 seperti berikut:
87
Daerah Penolakan Daerah Penolakan
Daerah Penerimaan
- -1.66462 1.66462
Gambar 4.3
Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Dengan Uji Dua Pihak
Berdasarkan perhitungan dan ditujukan pada gambar, maka dapat
dinyatakan bahwa harga t hitung pada daerah penolakan Ho, yang berarti Ho
ditolak dan hipotesis Ha diterima yang menyatakan “terdapat pengaruh antara
dimensi faktor komunikasi kebijakan terhadap pengendalian alih fungsi lahan
pertanian di Kecamatan Cibiru Kota Bandung” yang signifikan.
Kemudian persamaan regresi dapat dilakukan untuk melakukan prediksi
seberapa tinggi nilai variabel dependen (pengendalian) bila variabel indipenden
(komunikasi) dimanipulasi. Regresi sederhana didasarkan pada hubungan
fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel
dependen. Persamaan umum regresi linier sederhana yaitu:
Untuk menghitung regresi linear sederhana diperlukan tabel mengenai
harga-harga yang diperlukan untuk menghitung regresi linier sederhana
(perhitungan secara lengkap terlampir).
88
Tabel 4.6
Tabel Penolong Untuk Menghitung Persamaan Regresi Linier Sederhana
Faktor Komunikasi Terhadap Pengendalian
No X Y X2 Y2 X.Y
80 ... ... ... ... ...
Jumlah 1284 3227 20936 131139 52200
(Sumber : hasil penelitian penulis)
Setelah diketahui harga-harganya, selanjutnya dicari a dan b dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
( )( ) ( )( )
( )
( )( ) ( )( )
( ) ( )
( )( )
( )
( ) ( )( )
( ) ( )
89
Persamaan regresi yang telah ditentukan dapat digunakan untuk
melakukan prediksi bagaimana individu dalam variabel dependen akan terjadi bila
individu dalam variabel independen ditetapkan misalnya nilai komunikasi = 25 ,
maka nilai rata-rata pengendalian tersebut adalah:
Y = + ( ) (25) = 51,452
Diperkirakan nilai rata-rata dimensi komunikasi adalah 51,452. Dari
persamaan di atas dapat diartikan bahwa, nilai komunikasi bertambah 1, maka
nilai rata-rata pengendalian akan bertambah 1,241. Hal ini berlaku untuk
kelipatannya, misalnya nilai komunikasi ditambah 100 maka nilai pengendalian
tersebut bertambah sebesar 124,1.
4.2.2.2 Pengaruh Sumber Daya ( ) Terhadap Pengendalian (Y)
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari sumber daya ( ) terhadap
pengendalian (Y) dengan hipotesis:
Ha : Terdapat pengaruh antara sumber daya terhadap pengendalian alih
fungsi lahan pertanian di Kecamatan Cibiru Kota Bandung.
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara sumber daya terhadap pengendalian
alih fungsi lahan pertanian di Kecamatan Cibiru Kota Bandung.
Dengan paradigma hipotesis pada gambar 4.4 sebagai berikut:
Gambar 4.4
Paradigma Hipotesis Pengaruh Sumber Daya Terhadap Pengendalian
𝑌 𝑋
90
Untuk menjawab hipotesis tersebut maka mengolah datanya yaitu dengan
melakukan uji hipotesis menggunakan analisis korelasi, koefisien determinasi dan
uji signifikansi untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan antara dimensi
terhadap variabel Y, kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi linier
sederhana untuk melakukan prediksi nilai variabel dependen bila variabel
independen (dimensi ) dirubah atau dimanipulasi.
Analisis korelasi product moment digunakan untuk mengetahui hubungan
antara dimensi sumber daya terhadap pengendalian, maka data yang diperoleh
akan diolah dengan memasukan data kedalam tabulasi kemudian menghitung
korelasi masing masing item dalam skor total, yaitu dengan menggunakan rumus
korelasi product moment. Untuk menghitungnya diperlukan tabel penolong
(perhitungan secara lengkap terlampir).
Tabel 4.7
Tabel Penolong Untuk Menghitung Persamaan Koefisien Korelasi
Sumber Daya Terhadap Pengendalian
No X Y X2 Y2 X.Y
80 ... ... ... ... ...
Jumlah 1271 3227 20551 131139 51614
(Sumber : hasil penelitian penulis)
Perhitungan korelasi product moment sebagai berikut:
( ) ( )
√ ( ) ] ( ) ]
( ) ( )( )
√ ( ) ( ) ] ( ) ( ) ]
√ ] ]
91
√( )( )
Berdasarkan perhitungan di atas, diketahui bahwa besarnya hubungan
antara dimensi sumber daya kebijakan ( ) terhadap pengendalian (Y) yang
dihitung dengan koefisien korelasi adalah sebesar . Hal ini menunjukkan
bahwa hubungan antara dimensi sumber daya terhadap pengendalian bersifat
positif dengan kriteria “cukup kuat”.
Selanjutnya untuk mengukur seberapa kuat persentase determinasi atau
pengaruh sumber daya terhadap pengendalian, maka digunakan rumus koefisien
determinasi sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diartikan varians yang terjadi pada
variabel pengendalian ditentukan oleh varians yang terjadi pada
dimensi sumber daya. Pengertian ini sering diartikan pengaruh dimensi sumber
daya terhadap variabel pengendalian = , dan sisanya 65,661%
ditemukan faktor lainnya.
92
Kemudian untuk memastikan apakah harga tersebut signifikan atau tidak
maka perlu diuji signifikansinya dengan rumus t sebagai berikut:
√
( )( )
√ ( )
√
Kemudian harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t
tabel. Maka untuk kesalahan 5% uji dua pihak dengan dk = n-2 = 78, maka
diperoleh t tabel = 1.66462. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.5 seperti berikut:
Daerah Penolakan Daerah Penolakan
Daerah Penerimaan
- -1.66462 66462
Gambar 4.5
Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Dengan Uji Dua Pihak
Berdasarkan perhitungan dan ditujukan pada gambar, maka dapat
dinyatakan bahwa harga t hitung pada daerah penolakan Ho, yang berarti Ho
ditolak dan hipotesis Ha diterima yang menyatakan “terdapat pengaruh antara
93
dimensi sumber daya kebijakan terhadap pengendalian alih fungsi lahan pertanian
di Kecamatan Cibiru Kota Bandung” yang signifikan.
Kemudian persamaan regresi dapat dilakukan untuk melakukan prediksi
seberapa tinggi nilai variabel dependen bila variabel indipenden dimanipulasi.
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu
variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi
linier sederhana yaitu:
Untuk menghitung regresi linear sederhana diperlukan tabel mengenai
harga-harga yang diperlukan untuk menghitung regresi linier sederhana
(perhitungan secara lengkap terlampir).
Tabel 4.8
Tabel Penolong Untuk Menghitung Persamaan Regresi Linier Sederhana
Sumber Daya Terhadap Pengendalian
No X Y X2 Y2 X.Y
80 ... ... ... ... ...
Jumlah 1271 3227 20551 131139 51614
(Sumber : hasil penelitian penulis)
Setelah diketahui harga-harganya, selanjutnya dicari a dan b dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
( )( ) ( )( )
( )
( )( ) ( )( )
( ) ( )
94
( )( )
( )
( ) ( )( )
( ) ( )
Persamaan regresi yang telah ditentukan dapat digunakan untuk
melakukan prediksi bagaimana individu dalam variabel dependen akan terjadi bila
individu dalam variabel ditetapkan misalnya nilai sumber daya = 10 , maka nilai
rata-rata pengendalian tersebut adalah:
Y = + ( ) (10) = 34,665
Diperkirakan nilai rata-rata sumber daya adalah 34,665. Dari persamaan
di atas dapat diartikan bahwa, sumber daya bertambah 1, maka nilai rata-rata
pengendalian akan bertambah 0,964. Hal ini berlaku untuk kelipatannya, misalnya
nilai sumber daya ditambah 100 maka nilai pengendalian tersebut bertambah
sebesar 96,4.
95
4.2.2.3 Pengaruh Dimensi Disposisi ( ) Terhadap Pengendalian (Y)
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari disposisi ( ) terhadap
pengendalian (Y) dengan hipotesis:
Ha : Terdapat pengaruh antara disposisi terhadap pengendalian alih
fungsi lahan pertanian di Kecamatan Cibiru Kota Bandung.
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara disposisi terhadap pengendalian alih
fungsi lahan pertanian di Kecamatan Cibiru Kota Bandung.
Dengan paradigma hipotesis pada gambar 4.6 sebagai berikut:
Gambar 4.6
Paradigma Hipotesis Pengaruh Disposisi Terhadap Pengendalian
Untuk menjawab hipotesis tersebut maka mengolah datanya yaitu dengan
melakukan uji hipotesis menggunakan analisis korelasi, koefisien determinasi dan
uji signifikansi untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan antara dimensi
( ) terhadap variabel Y, kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi linier
sederhana untuk melakukan prediksi nilai variabel dependen bila variabel
independen (dimensi ) dirubah atau dimanipulasi.
Analisis korelasi product moment digunakan untuk mengetahui hubungan
antara dimensi disposisi terhadap pengendalian, maka data yang diperoleh akan
diolah dengan memasukan data kedalam tabulasi kemudian menghitung korelasi
masing masing item dalam skor total, yaitu dengan menggunakan rumus korelasi
𝑌 𝑋
96
product moment. Untuk menghitungnya diperlukan tabel (penolong perhitungan
secara lengkap terlampir).
Tabel 4.9
Tabel Penolong Untuk Menghitung Persamaan Koefisien Korelasi
Disposisi Terhadap Pengendalian
No X Y X2 Y2 X.Y
80 ... ... ... ... ...
Jumlah 1582 3227 31692 131139 64215
(Sumber : hasil penelitian penulis)
Perhitungan korelasi product moment sebagai berikut:
( ) ( )
√ ( ) ] ( ) ]
( ) ( )( )
√ ( ) ( ) ] ( ) ( ) ]
√ ] ]
√( )( )
Berdasarkan perhitungan di atas, diketahui bahwa besarnya hubungan
antara dimensi disposisi ( ) terhadap pengendalian (Y) yang dihitung dengan
koefisien korelasi adalah sebesar . Hal ini menunjukkan bahwa hubungan
97
antara dimensi disposisi terhadap pengendalian tersebut bersifat positif dengan
kriteria “kuat”.
Selanjutnya untuk mengukur seberapa kuat persentase determinasi atau
pengaruh disposisi terhadap pengendalian, maka digunakan rumus koefisien
determinasi sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diartikan varians yang terjadi pada
variabel pengendalian ditentukan oleh varians yang terjadi pada dimensi
disposisi. Pengertian ini sering diartikan pengaruh dimensi disposisi terhadap
variabel pengendalian = , dan sisanya 59,296% ditemukan faktor
lainnya.
Kemudian untuk memastikan apakah harga tersebut signifikan atau tidak
maka perlu diuji signifikansinya dengan rumus t sebagai berikut:
√
( )( )
√ ( )
√
98
Kemudian harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t
tabel. Maka untuk kesalahan 5% uji dua pihak dengan dk = n-2 = 78, maka
diperoleh t tabel = 1.66462. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.7 seperti berikut:
Daerah Penolakan Daerah Penolakan
Daerah Penerimaan
- -1.66462 1.66462
Gambar 4.7
Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Dengan Uji Dua Pihak
Berdasarkan perhitungan dan ditujukan pada gambar, maka dapat
dinyatakan bahwa harga t hitung pada daerah penolakan Ho, yang berarti Ho
ditolak dan hipotesis Ha diterima yang menyatakan “terdapat pengaruh antara
dimensi disposisi terhadap pengendalian alih fungsi lahan pertanian di Kecamatan
Cibiru Kota Bandung” yang signifikan..
Kemudian persamaan regresi dapat dilakukan untuk melakukan prediksi
seberapa tinggi nilai variabel dependen bila variabel indipenden dimanipulasi.
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu
variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi
linier sederhana yaitu:
Untuk menghitung regresi linear sederhana diperlukan tabel mengenai
harga-harga yang diperlukan untuk menghitung regresi linier sederhana
(perhitungan secara lengkap terlampir).
99
Tabel 4.10
Tabel Penolong Untuk Menghitung Persamaan Regresi Linier Sederhana
Disposisi Terhadap Pengendalian
No X Y X2 Y2 X.Y
80 ... ... ... ... ...
Jumlah 1582 3227 31692 131139 64215
(Sumber : hasil penelitian penulis)
Setelah diketahui harga-harganya, selanjutnya dicari a dan b dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
( )( ) ( )( )
( )
( )( ) ( )( )
( ) ( )
( )( )
( )
( ) ( )( )
( ) ( )
100
Persamaan regresi yang telah ditentukan dapat digunakan untuk
melakukan prediksi bagaimana individu dalam variabel dependen akan terjadi bila
individu dalam variabel ditetapkan misalnya nilai disposisi = 10 , maka nilai rata-
rata pengendalian tersebut adalah :
Y = 20,896 + ( ) (10) = 30,726
Diperkirakan nilai rata-rata disposisi adalah 30,726. Dari persamaan di
atas dapat diartikan bahwa, disposisi bertambah 1, maka nilai rata-rata
pengendalian akan bertambah 0,983. Hal ini berlaku untuk kelipatannya, misalnya
nilai disposisi ditambah 100 maka nilai pengendalian tersebut bertambah sebesar
98,3.
4.2.2.4 Pengaruh Struktur Birokrasi ( ) Terhadap Pengendalian (Y)
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari struktur birokrasi ( )
terhadap pengendalian (Y) dengan hipotesis:
Ha : Terdapat pengaruh antara struktur birokrasi terhadap pengendalian
alih fungsi lahan pertanian di Kecamatan Cibiru Kota Bandung.
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara struktur birokrasi terhadap
pengendalian alih fungsi lahan pertanian di Kecamatan Cibiru
Kota Bandung.
Dengan paradigma hipotesis pada gambar 4.8 sebagai berikut:
Gambar 4.8
Paradigma Hipotesis Pengaruh Struktur Birokrasi Terhadap Pengendalian
𝑌 𝑋
101
Untuk menjawab hipotesis tersebut maka mengolah datanya yaitu dengan
melakukan uji hipotesis menggunakan analisis korelasi, koefisien determinasi dan
uji signifikansi untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan antara dimensi
terhadap variabel Y, kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi linier
sederhana untuk melakukan prediksi nilai variabel dependen bila variabel
independen (dimensi ) dirubah atau dimanipulasi.
Analisis korelasi product moment digunakan untuk mengetahui hubungan
antara dimensi struktur birokrasi terhadap pengendalian, maka data yang
diperoleh akan diolah dengan memasukan data kedalam tabulasi kemudian
menghitung korelasi masing-masing item dalam skor total, yaitu dengan
menggunakan rumus korelasi product moment. Untuk menghitungnya diperlukan
tabel penolong (perhitungan secara lengkap terlampir).
Tabel 4.11
Tabel Penolong Untuk Menghitung Persamaan Koefisien Korelasi
Struktur Birokrasi Terhadap Pengendalian
No X Y X2 Y2 X.Y
80 ... ... ... ... ...
Jumlah 1590 3227 31922 131139 64438
(Sumber : hasil penelitian penulis)
Perhitungan korelasi product moment sebagai berikut:
( ) ( )
√ ( ) ] ( ) ]
( ) ( )( )
√ ( ) ( ) ] ( ) ( ) ]
√ ] ]
102
√( )( )
Berdasarkan perhitungan di atas, diketahui bahwa besarnya hubungan
antara dimensi struktur birokrasi ( ) terhadap pengendalian (Y) yang dihitung
dengan koefisien korelasi adalah sebesar . Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan antara dimensi struktur birokrasi terhadap pengendalian tersebut
bersifat positif dengan kriteria “cukup kuat”.
Selanjutnya untuk mengukur seberapa kuat persentase determinasi atau
pengaruh struktur birokrasi terhadap pengendalian, maka digunakan rumus
koefisien determinasi sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diartikan varians yang terjadi pada
variabel pengendalian ditentukan oleh varians yang terjadi pada dimensi
struktur birokrasi . Pengertian ini sering diartikan pengaruh dimensi struktur
birokrasi terhadap variabel pengendalian = , dan sisanya 70,84%
ditemukan faktor lainnya.
103
Kemudian untuk memastikan apakah harga tersebut signifikan atau tidak
maka perlu diuji signifikansinya dengan rumus t sebagai berikut:
√
( )( )
√ ( )
Kemudian harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t
tabel. Maka untuk kesalahan 5% uji dua pihak dengan dk = n-2 = 78, maka
diperoleh t tabel = 1.66462. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.9 seperti berikut:
Daerah Penolakan Daerah Penolakan
Daerah Penerimaan
- -1.66462 1.66462
Gambar 4.9
Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Dengan Uji Dua Pihak
Berdasarkan perhitungan dan ditujukan pada gambar, maka dapat
dinyatakan bahwa harga t hitung pada daerah penolakan Ho, yang berarti Ho
ditolak dan hipotesis Ha diterima yang menyatakan “terdapat pengaruh antara
104
dimensi struktur birokrasi terhadap pengendalian alih fungsi lahan pertanian di
Kecamatan Cibiru Kota Bandung” yang signifikan.
Kemudian persamaan regresi dapat dilakukan untuk melakukan prediksi
seberapa tinggi nilai variabel dependen bila variabel indipenden dimanipulasi.
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu
variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi
linier sederhana yaitu:
Untuk menghitung regresi linear sederhana diperlukan tabel mengenai
harga-harga yang diperlukan untuk menghitung regresi linier sederhana
(perhitungan secara lengkap terlampir).
Tabel 4.12
Tabel Penolong Untuk Menghitung Persamaan Regresi Linier Sederhana
Struktur Birokrasi Terhadap Pengendalian
No X Y X2 Y2 X.Y
80 ... ... ... ... ...
Jumlah 1590 3227 31922 131139 64438
(Sumber : hasil penelitian penulis)
Setelah diketahui harga-harganya, selanjutnya dicari a dan b dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
( )( ) ( )( )
( )
( )( ) ( )( )
( ) ( )
105
( )( )
( )
( ) ( )( )
( ) ( )
Persamaan regresi yang telah ditentukan dapat digunakan untuk
melakukan prediksi bagaimana individu dalam variabel dependen akan terjadi bila
individu dalam variabel ditetapkan misalnya nilai struktur birokrasi = 10 , maka
nilai rata-rata pengendalian tersebut adalah:
Y = + ( ) (10) = 31,063
Diperkirakan nilai rata-rata struktur birokrasi adalah 31,063. Dari persamaan di
atas dapat diartikan bahwa, struktur birokrasi bertambah 1, maka nilai rata-rata
pengendalian akan bertambah 0,940. Hal ini berlaku untuk kelipatannya, misalnya
nilai struktur birokrasi ditambah 100 maka nilai pengendalian tersebut bertambah
sebesar 94.
106
4.2.3 Pengujian Hipotesis Penelitian Secara Simultan
4.2.3.1 Pengaruh Faktor Komunikasi (X1), Sumber Daya (X2), Disposisi (X3),
dan Struktur Kebijakan (X4) Terhadap Pengendalian (Y)
Dalam mencari pengaruh antara dimensi komunikasi, sumber daya,
disposisi dan struktur kebijakan terhadap variabel pengendalian. Yaitu dengan
hipotesis sebagai berikut:
Ha : Terdapat pengaruh antara faktor komunikasi, sumber daya, disposisi
dan struktur kebijakan terhadap pengendalian alih fungsi lahan
pertanian di Kecamatan Cibiru Kota Bandung.
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara faktor komunikasi, sumber daya,
disposisi dan struktur kebijakan terhadap pengendalian alih fungsi
lahan pertanian di Kecamatan Cibiru Kota Bandung.
Dengan paradigma hipotesis pada gambar 4.10 sebagai berikut:
Gambar 4.10
Paradigma Hipotesis Pengaruh Faktor Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi
dan Struktur Birokrasi Terhadap Pengendalian
𝑌
𝑋
𝑋
𝑋
𝑋
107
Berikut hasil perhitungan persamaan regresi dan korelasi empat prediktor
yaitu , secara bersama sama terhadap Y maka dapat menggunakan
tabel penolong (terlampir). Dari tabel penolong tersebut diperoleh jumlah sebagai
berikut:
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
Persamaan regresi untuk empat prediktor adalah:
Untuk mencari koefisien regresi dapat digunakan persamaan simultan,
sebagai berikut:
∑ ∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑ ∑
108
∑ ∑ ∑ ∑ ∑
Dengan metode skor deviasi diperoleh hasil sebagai berikut:
∑
( )
∑
( )
∑
( )
∑
( )
∑ ( )
∑ ( )( )
∑ ( )( )
∑ ( )( )
∑ ( )( )
∑ ( )( )
∑ ( )( )
∑ ( )( )
∑ ( )( )
109
∑ ( )( )
∑ ( )( )
Hasil skor deviasi dimasukan ke dalam persamaan simultan:
( )
( )
( )
( )
Jika persamaan (1) dibagi 101,5; persamaan (2) dibagi 166,875; persamaan (3)
dibagi 117,75; dan persamaan (4) dibagi 320,75; maka diperoleh:
( )
( )
( )
( )
Jika persamaan (5) dikurangi persamaan (6); persamaan (6) dikurangi persamaan
(7)/ dan persamaan (7) dikurangi persamaan (8) maka diperoleh:
( )
( )
( )
Jika persamaan (9) dibagi 0,952; persamaan (10) dibagi -2,398; persamaan (11)
dibagi 3,098; maka diperoleh:
( )
( )
110
( )
Jika persamaan (12) dikurangi persamaan (13) dan persamaan (13) dikurangi
persamaan (14) maka diperoleh:
( )
( )
Jika persamaan (15) dibagi – 0,452; dan persamaan (16) dibagi maka:
( )
( )
Jika persamaan (17) dikurangi persamaan (18), maka diperoleh :
Jika nilai dimasuka ke dalam persamaan (18), maka diperoleh
( )
Jika nilai dimasukan ke dalam persamaan (14) maka diperoleh:
( ) ( )
111
Jika nilai , dimasukan ke dalam persamaan (8) maka diperoleh:
( ) ( ) ( )
Nilai a diperoleh dari:
( )( ) ( )( ) ( )( )
( )( )
Jadi persamaan regresi adalah:
Dari analisis regresi, koefisien regresi berturut turut diperoleh:
112
Rumus korelasi ganda 4 prediktor:
( )
( )
( ) ( ) ( ) ( )
( )
( )
Koefisien determinasi ( ) ( )
Setelah itu Uji signifikansi koefisien korelasi ganda:
(
( )
( ) (
( ( ) )
( )
( )
113
Jadi harga F hitung = 17,729. Harga ini selanjutnya dibandingkan dengan
F tabel. Untuk dk pembilang = 4 dan dk penyebut = 80 – 4 – 1 = 75, maka
diperoleh untuk a = 5%: Ft = 2.49 dan untuk a = 1%: Ft = 3.58.
Kesimpulan Fh > Ft baik untuk 5% ataupun 1% (17,729 > 2,49 > 3,58).
Maka koefisien korelasi yang diuji adalah signifikan, sehingga dapat diberlakukan
ke populasi.