33
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil angket siswa dan lembar observasi.
Sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan
berpikir kritis matematik siswa di kelas MMP dan kelas konvensional.
Pengolahannya dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 17.0 for
Windows.
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa
Data pretes diperoleh dengan memberikan tes awal kepada siswa sebelum
mendapatkan materi tersebut dengan menggunakan model pembelajaran MMP.
Pretes dilakukan di kelas MMP maupun kelas konvensional. Tujuan dilakukan
tes awal ini adalah untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kritis matematik
siswa kedua kelas serta untuk mengetahui kesiapan siswa pada kedua kelas
dalam menerima materi baru. Setelah dilakukan pengolahan data hasil pretes,
diketahui skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata (mean), varians dan standar
deviasi untuk kelas MMP maupun kelas konvensional. Berikut disajikan statistik
deskriptif data hasil pretes kelas MMP dan kelas konvensional.
34
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Data Pretes
Kelas N Sum Mean Minimum Maximum Variance Std.
Deviation
MMP 36 387,00 10,7500 2,00 19,00 21,393 4,62524
Konvensional 31 229,00 7,3871 2,00 22,00 29,112 5,39554
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata skor pretes
kelas MMP adalah 10,7500 sedangkan untuk kelas konvensional 7,3871. Varians
untuk kelas MMP sebesar 21,393 dengan standar deviasi sebesar 4,62524 dan
varians untuk kelas konvensional sebesar 29,112 dengan standar deviasi 5,39554.
Dengan demikian dari data pretes terlihat bahwa rata-rata kelas MMP dan kelas
konvensional relatif berbeda. Rata-rata pretes kelas MMP lebih tinggi dari kelas
konvensional. Pengujian secara statistik dilakukan dengan pengujian hipotesis
sebagai berikut.
a. Uji Normalitas Data Pretes
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel-sampel data
yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Jika data
yang diperoleh berdistribusi normal maka langkah selanjutnya adalah dilakukan
uji homogenitas. Namun, jika sebaliknya, maka dilakukan uji non-parametrik.
Hipotesis dalam uji normalitas ini adalah sebagai berikut:
H0 : Data pretes kelas MMP dan konvensional berasal dari populasi yang
berdistribusi normal
35
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
H1 : Data pretes kelas MMP dan konvensional berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berukuran lebih dari 30
siswa yaitu kelas MMP sebanyak 36 siswa dan kelas konvensional sebanyak 31
siswa sehingga uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk
dengan taraf signifikansi 5% dengan kriteria pengambilan keputusan dari uji
normalitas ini adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05, maka H0 diterima.
2) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak
Output dari analisis uji Shapiro-Wilk ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.2
Uji Normalitas Pretes
Kelas Shapiro-Wilk Keterangan
Statistic df Sig.
Pretes MMP .966 36 .331 H0 diterima
Konvensional .879 31 .002 H0 ditolak
Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk di atas diperoleh nilai signifikansi
kelas MMP adalah 0,331 artinya nilai signifikansi kelas MMP lebih besar dari
0,05, sehingga H0 diterima atau dengan kata lain kelas MMP berdistribusi normal.
Sedangkan nilai signifikansi untuk kelas konvensional sebesar 0,002, nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 artinya H0 ditolak atau dengan kata lain kelas
konvensional tidak berdistribusi normal.
36
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan uraian di atas kelas MMP berasal dari populasi yang
berdistribusi normal sedangkan kelas konvensional berasal dari populasi yang
tidak berdistribusi normal. Salah satu kelas berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians. Pengujian
selanjutnya adalah uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji non-
parametrik yaitu uji Mann-Whitney.
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretes
Uji perbedaan dua rata-rata (dua pihak) dilakukan terhadap data skor
pretes kedua kelas. Hipotesis dalam uji perbedaan dua rata-rata ini adalah sebagai
berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal berpikir kritis
matematik siswa kelas MMP dan kelas konvensional
H1 : Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal berpikir kritis matematik
siswa kelas MMP dan kelas konvensional
Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji non
parametrik Mann-Whitney dengan taraf signifikansi 5% dengan kriteria
pengambilan keputusan dari uji Mann-Whitney ini adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05, maka H0 diterima
2) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak.
Adapun output dari hasil uji Mann-Whitney disajikan sebagai berikut:
37
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.3
Uji Mann-Whitney Data Pretes
Pretes Keterangan
Mann-Whitney U 339.000
H0 ditolak Wilcoxon W 835.000
Z -2.772
Asymp. Sig. (2-tailed) .006
a. Grouping Variable: Kelas
Berdasarkan data pada Tabel 4.3 diperoleh bahwa pada uji Mann-Whitney
nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,006. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0
ditolak. Artinya terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal berpikir kritis
matematik siswa kelas MMP dan kelas konvensional. Selanjutnya karena data
pretes menunjukkan kemampuan awal berpikir kritis matematik siswa yang
berbeda, maka untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematik siswa digunakan data gain ternormalisasi.
2. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik
Siswa.
Analisis data peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa ini
menggunakan data indeks gain (gain ternormalisasi). Rumus gain ternormalisasi
menurut Meltzer & Hake (Suhendar, 2011 : 44) sebagai berikut: .
postes-pretesindeks gain =
skor maks-pretes
38
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hasil statistik deskriptif data gain ternormalisasi, baik kelas MMP
maupun kelas konvensional ditunjukkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Data Gain Ternormalisasi
Kelas N Sum Mean Minimum Maximum Variance Std.
Deviation
MMP 36 25,887 0,7191 0,05 0,86 0,027 0,16504
Konvensional 31 20,848 0,6725 0,39 0,80 0,013 0,11282
Berdasarkan data pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa rata-rata skor gain
ternormalisasi kelas MMP adalah 0,7191 sedangkan untuk kelas konvensional
0,6725. Varians untuk kelas MMP sebesar 0,027 dengan standar deviasi sebesar
0,16504 dan varians untuk kelas konvensional sebesar 0,013 dengan standar
deviasi 0,11282. Dengan demikian dari data tersebut dapat dikatakan bahwa rata-
rata data gain ternormalisasi kelas MMP lebih tinggi dari kelas konvensional.
Data skor pretes, postes dan gain ternormalisasi selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran D.1 dan D.2. Pengujian secara statistik dilakukan dengan pengujian
hipotesis sebagai berikut.
a. Uji Normalitas Data Gain Ternormalisasi
Sama seperti uji normalitas pada hasil pretes, uji normalitas dilakukan
untuk mengetahui apakah sampel-sampel data gain ternormalisasi yang diambil
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Jika data yang
diperoleh berdistribusi normal maka langkah selanjutnya adalah dilakukan uji
39
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
homogenitas. Namun, jika sebaliknya maka dilakukan uji non-parametrik.
Hipotesis dalam uji normalitas ini adalah sebagai berikut:
H0 : Data gain ternormalisasi kelas MMP dan konvensional berasal dari populasi
yang berdistribusi normal
H1 : Data gain ternormalisasi kelas MMP dan konvensional berasal dari populasi
yang tidak berdistribusi normal.
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan
taraf signifikansi 5% dengan kriteria pengambilan keputusan dari uji normalitas
ini adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima.
2) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak.
Output dari analisis uji Shapiro-Wilk ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.5
Uji Normalitas Data Gain Ternormalisasi
Kelas
Shapiro-Wilk Keterangan
Statistic df Sig.
Gain
Ternormalisasi
MMP .711 36 .000 H0 ditolak
Konvensional .899 31 .007 H0 ditolak
Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk di atas diperoleh nilai signifikansi
kelas MMP adalah 0,000 artinya nilai signifikansi kelas MMP lebih kecil dari
0,05, sehingga H0 ditolak atau dengan kata lain kelas MMP tidak berdistribusi
normal. Sedangkan nilai signifikansi untuk kelas konvensional sebesar 0,007,
40
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 artinya H0 ditolak atau dengan kata lain
kelas konvensional tidak berdistribusi normal.
Berdasarkan uraian di atas baik kelas MMP maupun kelas konvensional
berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji
homogenitas varians. Pengujian selanjutnya adalah uji perbedaan dua rata-rata
satu pihak dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.
b. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Gain Ternormalisasi
Uji perbedaan dua rata-rata (satu pihak) dilakukan terhadap data gain
ternormalisasi kedua kelas. Hipotesis dalam uji perbedaan rata-rata (satu pihak)
ini adalah sebagai berikut:
H0 : Rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa pada
kelas MMP tidak lebih baik secara signifikan daripada kelas
konvensional
H1 : Rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa pada
kelas MMP lebih baik secara signifikan daripada kelas konvensional
Uji perbedaan rata-rata satu pihak (kanan) dilakukan dengan
menggunakan uji non parametrik Mann-Whitney dengan taraf signifikansi 5%
dengan kriteria pengambilan keputusan dari uji Mann-Whitney ini adalah sebagai
berikut:
1) Jika setengah dari nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama
dengan 0,05, maka H0 diterima
41
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2) Jika nilai setengah dari nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0,05,
maka H0 ditolak.
Adapun output dari hasil uji Mann-Whitney disajikan sebagai berikut.
Tabel 4.6
Uji Mann-Whitney Data Gain Ternormalisasi
Postes Keterangan
Mann-Whitney U 356,500
H0 ditolak Wilcoxon W 852,500
Z -2,534
Asymp. Sig. (2-tailed) ,011
a. Grouping Variable: Kelas
Berdasarkan data pada Tabel 4.6 diperoleh bahwa pada uji Mann-Whitney
nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,011, sehingga nilai signifikansi yang digunakan
adalah setengah dari 0,011 yaitu 0,0055. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil
dari 0,05 maka H0 ditolak. Artinya rata-rata peningkatan kemampuan berpikir
kritis matematik siswa pada kelas MMP lebih baik secara signifikan daripada
kelas konvensional.
Berdasarkan analisis data gain ternormalisasi, rata-rata gain
ternormalisasi untuk kelas MMP dan konvensional masing-masing sebesar
0,7191 dan 0,6725. Artinya kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematik siswa pada kelas MMP tergolong tinggi dan untuk kelas konvensional
tergolong sedang.
42
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Analisis Hasil Angket Siswa
Pada akhir penelitian, siswa pada kelas MMP diberikan angket untuk
mengetahui respon siswa terhadap matematika dan pembelajarannya secara
umum, pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran
MMP dan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Angket ini
diisi oleh 36 siswa dari kelas MMP. Berikut hasil analisis angket tersebut:
a. Respon Siswa terhadap Matematika dan Pembelajarannya
Tabel 4.7
Kriteria Hasil Angket Respon Siswa terhadap Matematika dan
Pembelajarannya
Aspek yang
diukur
Indikator No dan
Sifat
Frekuensi
dan persentasi
Rata-
rata
SS S TS STS
Respon terhadap
mata pelajaran
matematika dan
pembelajarannya
Pandangan/pendapat
siswa terhadap mata
pelajaran matematika
1
Positif
9
25
20
55,56
4
11,11
3
8,33
3,78
16
Positif
9
25
23
63,89
3
8,33
1
2,78
4
11
Negatif
3
8,33
9
25
13
36,11
11
30,56
3,56
Rata-rata keseluruhan 3,78
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki
respon positif terhadap matematika dan pembelajarannya. Hal ini ditunjukkan
dari rata-rata hasil skor angket secara keseluruhan sebesar 3,78 dan rata-rata
setiap pernyataan yang lebih besar dari tiga. Gambaran respon siswa terhadap
matematika dan pembelajarannya dari masing-masing pernyataan sebagai berikut:
43
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1) Sebagian kecil (25%) siswa menyatakan sangat setuju jika mereka menyukai
pelajaran matematika. Sebagian besar (55,56%) siswa menyatakan setuju,
sebagian kecil (11,11%) dan (8,33%) siswa menyatakan tidak setuju dan
sangat tidak setuju jika mereka menyukai pelajaran matematika.
2) Sebagian kecil (25%) siswa menyatakan sangat setuju dengan pernyataan
bahwa matematika memberikan banyak manfaat terhadap kehidupan sehari-
hari. Sebagian besar (63,89%) setuju dan sebagian kecil (8,33%) siswa
menyatakan tidak setuju jika matematika banyak memberikan manfaat pada
kehidupan sehari-hari.
3) Sebagian kecil (8,33%) siswa menyatakan sangat setuju dengan pernyataan
bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan. Hampir
setengah (36,11%) siswa tidak setuju dan sebagian kecil (13,56%) siswa
sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
b. Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran MMP
Tabel 4.8
Kriteria Hasil Angket Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran MMP
Aspek yang
diukur
Indikator No dan
Sifat
Frekuensi
dan persentasi
Rata-
rata
SS S TS STS
Respon terhadap
model
pembelajaran
MMP
Respon siswa
terhadap kegiatan
pembelajaran
menggunakan model
pembelajaran MMP
2
Positif
19
52,78
17
47,22
0
0
0
0
4,53
4
Positif
15
41,67
21
58,33
0
0
0
0
4,42
5
Positif
17
47,22
19
52,78
0
0
0
0
4,47
44
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Aspek yang
diukur
Indikator No dan
Sifat
Frekuensi
dan persentasi
Rata-
rata
SS S TS STS
Respon terhadap
model
pembelajaran
MMP
Respon siswa
terhadap kegiatan
pembelajaran
menggunakan model
pembelajaran MMP
10
Positif
4
11,11
16
44,44
11
30,56
5
13,89
3,08
3
Negatif
4
11,11
7
19,44
24
66,67
1
2,78
3,31
6
Negatif
0
0
7
19,44
23
63,89
6
16,67
3,78
7
Negatif
0
0
4
11,11
19
52,78
12
33,33
4
9
Negatif
0
0
6
16,67
20
55,56
10
27,78
3,94
12
Negatif
15
41,67
17
47,22
2
5,56
2
5,56
1,86
17
Negatif
3
8,33
10
27,78
19
52,78
4
11,11
3,31
8
Positif
18
50
18
50
0
0
0
0
4,5
19
Negatif
1
2,78
9
25
17
47,22
9
25
3,67
Rata-rata keseluruhan 3,74
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, semua pernyataan direspon positif oleh
siswa, ditunjukkan dengan rata-rata masing-masing pernyataan yang lebih dari
tiga kecuali pernyataan nomor 12 yang direspon negatif oleh siswa. Walaupun
terdapat satu pernyataan yang direspon negatif, namun rata-rata secara
keseluruhan diperoleh 3,74, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki
respon positif terhadap model pembelajaran MMP. Gambaran respon siswa
terhadap model pembelajaran MMP dari masing-masing pernyataan sebagai
berikut:
45
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1) Sebagian besar (52,78%) siswa menyatakan sangat setuju jika pembelajaran
dengan model MMP menarik karena memberikan semangat untuk
mengerjakan soal. Sebagian kecil (47,22%) siswa menyatakan setuju dan
tidak ada (0%) siswa yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
2) Hampir setengah (41,67%) siswa menyatakan sangat setuju dengan
pernyataan bahwa Latihan Kelompok dan Latihan Mandiri yang diberikan
membimbing dalam menemukan konsep matematika yang akan dipelajari.
Sebagian besar (58,33%) siswa setuju dan tidak ada (0%) siswa yang tidak
setuju dengan pernyataan tersebut.
3) Hampir setengah (47,22%) siswa sangat setuju dengan pernyataan bahwa
mereka senang bertukar pendapat dengan teman dalam menyelesaikan tugas
yang diberikan. Sebagian besar (52,78%) siswa setuju dan tidak ada (0%)
siswa yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
4) Sebagian kecil (11,11%) siswa menyatakan sangat setuju jika mereka lebih
lama mengingat konsep matematika dengan pembelajaran MMP. Hampir
setengah (44,44%) siswa menyatakan setuju dan hampir setengahnya pula
(30,56%) yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hanya
sebagian kecil (13,89%) siswa yang menyatakan sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut.
5) Sebagian kecil (19,44%) siswa menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa
mereka lebih suka mencatat daripada berdiskusi ketika mengerjakan soal.
46
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sebagian besar (66,67%) siswa tidak setuju dan sebagian kecil (2,78%)
siswa sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
6) Sebagian kecil (19,44%) siswa menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa
pembelajaran dengan model MMP menghabiskan waktu yang cukup lama
hanya untuk menemukan suatu konsep. Sebagian besar (63,89%) siswa tidak
setuju dan sebagian kecil (16,67%) siswa sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut.
7) Sebagian kecil (11,11%) siswa menyatakan setuju jika Latihan Kelompok
dan Latihan Mandiri yang diberikan tidak dapat dipahami dan sulit. Sebagian
besar (52,78%) siswa tidak setuju dan hampir setengah (33,33%) siswa
sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
8) Sebagian kecil (16,67%) siswa menyatakan setuju jika mereka merasa tidak
nyaman bekerja sama dengan teman dalam menyelesaikan tugas. Sebagian
besar (55,56%) siswa tidak setuju dan hampir setengah (27,78%) siswa
sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
9) Hampir setengah (41,67%) siswa menyatakan sangat setuju jika mereka
lebih suka guru menjelaskan konsep matematika yang akan dipelajari.
Sebagian kecil (5,56%) siswa tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
10) Sebagian kecil (8,33%) siswa menyatakan sangat setuju jika mereka merasa
kurang percaya diri jika harus mempresentasikan hasil kerja di depan kelas.
Sebagian besar (52,78%) siswa tidak setuju dan sebagian kecil (11,11%)
siswa tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
47
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11) Setengah (50%) dari jumlah siswa menyatakan sangat setuju jika bimbingan
dan arahan dari guru membantu dalam memahami konsep dan
menyelesaikan tugas. Setengah (50%) dari jumlah siswa setuju dan tidak ada
siswa yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
12) Sebagian kecil (25%) siswa menyatakan setuju jika guru kurang
memperhatikan kesulitan yang dihadapi siswa sehingga membuat mereka
kesulitan dalam mempelajari matematika dengan baik. Hampir setengah
(47,22%) siswa tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
c. Respon Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Matematik Siswa.
Tabel 4.9
Kriteria Hasil Angket Respon Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis Matematik Siswa
Aspek yang
diukur
Indikator No dan
Sifat
Frekuensi
dan persentasi
Rata-
rata
SS S TS STS
Peningkatan
kemampuan
berpikir kritis
matematik
siswa
Manfaat model
pembelajaran MMP
terhadap peningkatan
kemampuan berpikir
kritis matematik
siswa
14
Positif
16
44,44
18
50
1
2,78
1
2,78
4,31
15
Positif
11
30,56
22
61,11
3
8,33
0
0
4,14
18
Positif
12
33,33
24
66,67
0
0
0
0
4,33
20
Positif
19
52,78
16
44,44
1
2,78
0
0
4,47
13
Negatif
1
2,78
1
2,78
20
55,56
13
36,11
4,11
Rata-rata keseluruhan 4,27
48
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki
respon positif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa.
Hal ini ditunjukkan dari rata-rata hasil skor angket secara keseluruhan sebesar
4,27 dan rata-rata setiap pernyataan yang lebih besar dari tiga. Gambaran respon
siswa terhadap matematika dan pembelajarannya dari masing-masing pernyataan
sebagai berikut:
1) Hampir setengah (44,44%) siswa menyatakan sangat setuju jika
pembelajaran MMP dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang
belum mereka temui sebelumnya. Sebagian kecil (2,78%) siswa tidak setuju
dengan pernyataan tersebut.
2) Hampir setengah (30,56%) siswa menyatakan sangat setuju dengan
pernyataan bahwa melalui pembelajaran MMP kemampuan berpikir kritis
mereka semakin berkembang. Sebagian besar (61,11%) siswa setuju dan
sebagian kecil (8,33%) siswa tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
3) Sebagian besar (66,67%) siswa menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa
pembelajaran MMP membuat mereka berpikir logis dan kritis dan tidak ada
(0%) siswa yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
4) Sebagian besar (52,78%) siswa menyatakan sangat setuju jika melalui
pembelajaran MMP, pemahaman konsep matematika semakin baik. Hampir
setengah (44,44%) siswa menyatakan setuju dan sebagian kecil (2,78%)
siswa menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
49
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5) Sebagian kecil (2,78%) siswa menyatakan sangat setuju dengan pernyataan
bahwa soal-soal yang diberikan tidak menarik dan tidak menantang untuk
diselesaikan. Sebagian besar (55,56%) siswa tidak setuju dan hampir
setengah (36,11%) siswa sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
4. Analisis Hasil Lembar Observasi
a. Hasil Observasi Aktifitas Guru
Lembar observasi diisi oleh satu orang observer pada setiap pertemuan.
Observasi difokuskan pada langkah-langkal model pembelajaran MMP. Berikut
disajikan hasil rekapitulasi hasil observasi.
Tabel 4.10
Hasil Observasi terhadap Aktivitas Guru
No. Uraian Kegiatan Pertemuan
1 2 3
1. Review
a. Menyampaikan apersepsi √ √ √
b. Membahas PR/tugas - √ √
c. Memotivasi Siswa √ - √
2. Pengembangan
a. Kejelasan dalam memberikan penjelasan materi √ √ √
b. Mendorong siswa untuk aktif bertanya - √ √
3. Latihan Terkonvensional
a. Memantau kegiatan belajar dalam kelompok √ √ √
b. Memberikan arahan/bimbingan pada
kelompok yang mengalami kesulitan
√ √ √
50
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Uraian Kegiatan Pertemuan
1 2 3
4. Latihan Mandiri
a. Memberikan soal latihan mandiri √ √ √
b. Memantau kinerja siswa √ √ √
5. Penugasan
Memberikan tugas/PR √ √ √
Berdasarkan Tabel 4.10 mengenai hasil observasi yang telah dilakukan
terhadap aktivitas guru dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama guru tidak
membahas PR dan tidak mendorong siswa untuk aktif bertanya. Guru tidak
membahas PR karena pada pertemuan pertama materi baru diberikan sehingga
tidak diberikan PR pada pertemuan sebelumnya. Guru juga tidak mendorong
siswa untuk bertanya karena pada saat itu waktu yang disediakan oleh sekolah
sedikit karena separuh waktunya digunakan untuk remedial materi sebelumnya
sehingga guru hanya memfokuskan untuk mengisi LKS dan Lembar Kerja
Mandiri.
Pada pertemuan kedua semua langkah terlaksana dengan baik namun
guru tidak memotivasi siswa. Semua langkah model pembelajaran MMP pada
pertemuan ketiga dilaksanakan dengan baik. Hal ini karena guru belajar dari
pertemuan-pertemuan sebelumnya.
51
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Observasi aktivitas siswa ini juga difokuskan pada langkah-langkal model
pembelajaran MMP. Berikut disajikan hasil rekapitulasi hasil observasi.
Tabel 4.11
Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa
No. Uraian Kegiatan Pertemuan
1 2 3
1. Review
Memperhatikan penjelasan guru √ √ √
2. Pengembangan
a. Menyimak penjelasan √ √ √
b. Aktif bertanya/menjawab pertanyaan √ √ √
3. Latihan Terkonvensional
a. Berdiskusi dengan anggota kelompok √ √ √
b. Bertanya ketika mengalami kesulitan √ √ √
c. Mengerjakan soal dalam kelompok √ √ √
4. Latihan Mandiri
Mengerjakan soal sendiri √ √ √
5. Penugasan
Menerima tugas/PR √ √ √
Berdasarkan Tabel 4.11, dapat dilihat bahwa selama tiga pertemuan siswa
melaksanakan langkah-langkah pembelajaran MMP.
52
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Pembahasan
1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa
Berdasarkan hasil analisis pretes terlihat bahwa kemampuan awal kedua
kelas berbeda. Rata-rata skor pretes kelas MMP adalah 10,7500 sedangkan untuk
kelas konvensional 7,3871. Rata-rata dari kelas MMP lebih tinggi dari kelas
konvensional. Setelah dilakukan uji normalitas hasilnya menunjukkan bahwa
salah satu kelas berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal sehingga
tidak dilakukan uji homogenitas tetapi dilakukan uji perbedaaan dua rata-rata
Mann-Whitney dimana hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan awal kedua
kelas berbeda. Setelah diberikan perlakuan model pembelajaran yang berbeda
yaitu kelas MMP mendapat perlakuan model pembelajaran MMP dan kelas
konvensional menggunakan model pembelajaran konvensional diberikan tes
akhir kemampuan berpikir kritis matematik atau postes. Karena hasil pretes
menunjukkan kemampuann awal yang berbeda, maka untuk menguji hipotesis
dan untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematik siswa digunakan data gain ternormalisasi.
Berdasarkan data gain ternormalisasi yang diperoleh, rata-rata skor gain
ternormalisasi kelas MMP adalah 0,7191 sedangkan untuk kelas konvensional
0,6725. Setelah dilakukan uji normalitas hasilnya menunjukkan bahwa kedua
kelas berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal sehingga dilakukan uji
dua rata-rata satu pihak (kanan) Mann Whitney. Hasil signifikansi yang diperoleh
dari uji dua rata-rata tersebut sebesar 0,0055. Artinya kemampuan berpikir kritis
53
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
matematik kelas MMP lebih baik daripada kelas konvensional. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa model pembelajaran MMP ini dapat memfasilitasi siswa
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik.
Dalam setiap pertemuan menggunakan model pembelajaran MMP ini
selalu diberikan Lembar Tugas Proyek yaitu LKS dan Lembar Kerja Mandiri
kepada siswa. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari model MMP menurut
Gitaniasari (Puspitasari, 2010 : 4) yaitu model pembelajaran MMP merupakan
suatu program yang didesain untuk membantu guru dalam hal efektivitas
penggunaan latihan-latihan agar siswa mencapai peningkatan yang luar biasa dan
latihan yang dimaksud menurut Rohaeti (2009 : 13) adalah Lembar Tugas Proyek.
Rosani (Rohaeti, 2009: 4) menyatakan bahwa ‘Tugas proyek ini antara lain
dimaksudkan untuk : memperbaiki komunikasi, penalaran, hubungan
interpersonal, keterampilan membuat keputusan, dan keterampilan memecahkan
masalah’. Keterampilan membuat keputusan dan keterampilan memecahkan
masalah adalah salah satu indikator dari kemampuan berpikir kritis matematik
seperti yang dikemukakan Mulyana (2008 : 33)
Kemampuan berpikir kritis mencakup: (1) Kemampuan mengidentifikasi
asumsi yang diberikan; (2) Kemampuan merumuskan pokok-pokok
permasalahan; (3) Kemampuan menentukan akibat dari suatu ketentuan yang
diambil; (4) Kemampuan mendeteksi adanya bias berdasarkan pada sudut
pandang yang berbeda; (5) Kemampuan mengungkap data/definisi/teorema
dalam menyelesaikan masalah; (6) Kemampuan mengevaluasi argumen yang
relevan dalam penyelesaian suatu masalah.
Selain itu pada tahap pengembangan dan latihan terkontrol yaitu ketika
siswa mempresentasikan hasil jawaban LKS, siswa memberikan alasan atas
54
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
jawaban yang mereka hasilkan, pada saat tersebut siswa telah melakukan
kegiatan berpikir kritis matematik sebab Ennis (Mulyana, 2008 : 29) mengatakan
bahwa ‘Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan
menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
dilakukan’.
Dengan demikian model pembelajaran MMP ini dapat memfasilitasi
siswa dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik dan hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
MMP lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik
siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional.
2. Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran MMP
Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil angket respon siswa dapat dilihat
bahwa siswa memiliki respon positif terhadap model pembelajaran MMP. Secara
umum siswa memberikan respon positif terhadap pernyataan yang berkaitan
dengan tahapan model pembelajaran MMP. Namun terdapat satu pernyataan
yang direspon negatif oleh siswa yaitu pernyataan bahwa siswa lebih suka guru
menjelaskan konsep matematika yang akan dipelajari. Dengan demikian siswa
lebih suka jika guru menjelaskan konsep matematika yang akan dipelajari. Hal
ini terjadi karena siswa sudah terbiasa mendapatkan pembelajaran dengan model
55
Ririn Kurniawati,2013
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
konvensional dimana guru selalu menjelaskan terlebih dahulu materi yang akan
dipelajari. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Hidayat (2011 : 4)
... pembelajaran hingga dewasa ini masih didominasi guru dan kurang
memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui
kegiatan belajar yang mengutamakan penemuan konsep. Para siswa
cenderung hanya menghapalkan sejumlah rumus, perhitungan dan langkah-
langkah penyelesaian soal yang telah dikerjakan guru atau yang ada di buku
teks.
Respon siswa tehadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik
pun direspon positif. Pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap
setiap pernyataan yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan berpikir
kritis matematik.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa siswa memiliki respon
positif terhadap model pembelajaran MMP dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematik.