7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
1/119
Sanksi pelanggaran Pasal 72:Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 12 Tahun1997 Pasal 44 Tentang Hak Cipta .1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau pasal49 ayat (1)
dan ayat (2) dipidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu jutarupiah) , atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ataudenda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapadengansengajamenyiarkan,memamerkan, mengedarkan,ataumenjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasilpelanggaranhak cipta atau hak terkait, sebagaimana dimaksud ayat (1) dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (I ima) tahun dan/atau dendapaling banyak Rp. 500.000.000,00 (Iima ratus j uta rupiah)
LJ
Kesit Bambang Prakosa
Edisi Revisi
ff iUII Press
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
2/119
Kesit , Bambang Prakosa
Pajak dan Retribusi Daerah/Bambang Kesit: penyunting, Sobirin Malian .-
Yogyakarta: UII Press, 2003; 2005
211 + xiii hlm. ; 15 x 21 x 1 cm
Bibliografi: Wm.
ISBN 97 9 -3 3 3 3-14-6
1. Daerah .: Perp ajakan.
I. Judul. 11. Malian, Sobirin
320 .9598
Cetakan Pertama, Juli 2003
Cetakan Kedua, Maret 2005
Cover-layout : Hasna-Tarisha
Penerbit : UII Press Yogyakarta (anggota lKAPI)
Tel.(0274)547865 , Fax.(0274)547864
e-mail: [email protected] ;[email protected]
Hak cipta e 2003; 2005 pada UII Press dilindungi undang-undang.
Untuk Buah Hatiku:
Isteriku di k Wied da n
Anakku Adri da n Bagas
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
3/119
Kata Pengantar
Bismillahirakhmanirakhimi
PUji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat ridho-Nya buku Pajak dan Retribusi Daerah ini dapatdiselesaikan. Penulis berharap buku ini dapat memberikan
sedikit sumbangan kepada para mahasiswa dan peminat perpajakan
untuk mendalami masalah perpajakan daerah. Hal ini mengingat
masih terbatasnya buku-buku yang membahas masalah perpajakan
daerah, selain itu hadirnya buku ini diharapkan semakin memperluas
wawasan mengenai pajak dan retribusi daerah dalam rangka
meningkatkan penerimaan daerah dari kedua sektor tersebut.
Buku ini dibagi menjadi 13 bab yang terdiri dari : Dasar-dasar
Perpajakan Daerah, Sistem Perpajakan Daerah, Sarana Pelaporan
Pajak Daerah, Kriteria Efektivitas Pajak Daerah, Pajak DaerahTingkat Kabupaten, Pajak Daerah Tingkat Propinsi, Kriteria
Retribusi Daerah, Retribusi Daerah Tingkat Kabupaten, Retribusi
Daerah Tingkat Propinsi, Tatacara Pemungutan Pajak dan Retribusi
Daerah, Kinerja Pajak dan Retribusi Daerah serta Teknik
Penyusunan Peraturan Perpajakan.
Pada kesempatanini penulis menyampaikan terima kasih kepada
teman-teman di UII Press khususnya, Mas Sobirin, Mas Tri Sihonoatas kerjasamanyadalam menerbitkan buku ini. Tak lupa juga terima
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
4/119
viii PajakflanRetribusiDaerah
kasih kepada isteriku tercinta dik Wiwied dan juga anakku Adridan
si bungsu Bagas yang telah banyak berkorban kehilangan waktu
untuk selalu bersama.
Akhirnya penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari
sempurna maka kritik dan saran dari para pembaca yang budiinansangat penulis harapkan baik langsung maupun melalui E_mail:
[email protected] .id untuk dapat memperbaiki buku ini pada
waktu yang akan datang .
Purwomartani, Juni 2003
Penulis.
;"."-,,
Oaftar isi
Persembahan 5
Kata Pengantar ..... . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .. 7
BAB 1 DASAR-DASAR PAJAK DAERAH 1
PENGERTIAN PAJAKDAERAH 1
KRITERIA PAJAKDAERAH 2
JENIS-JENIS PAJAKDAERAH : 3PUNGUTANPAJAK 4
TARIF PAJAK ' 8
UTANG PAJAK 10
BAB 2 KRITERIA EFEKTIVITAS PAJAKDAERAH 13
KECUKUPAN DAN ELASTISITAS 13
KEADILAN :.................................... 15
KEADILAN VERTIKAL 15KEADILAN H C > R I ~ { ) N T A L 16KEADILAN SECARAGEC>GRAFIS 16
KEMAMPUANADMINISTRATIF 18
KESEPAKATANPC>LITIS 19
BAB 3 ADMINISTRASI PAJAKDAERAH 23
PENGENAANPAJAKDANTARIFC>LEHDAERAH 23
PERBEDAAN C>BJEK YANGDlKENAKANPAJAK DANTARIF . 24
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
5/119
x I1PajakdanRetribusiDaerahDqfiar[si11 xi
-PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH 79
PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK 79
PEMBA YARAN DAN PENAGIHAN 81
SURAT KETETAPAN PAJAK ; 82SURAT TAGIHAN PAJAK DAERAH 82
KEBERATAN DAN BANDI NG 82
KEPUTUSAN KEBERATA N 83
PENGAJUAN BANDING : 83
PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN ,
DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI
ADMINISTRASI 84
JAMINAN KERAHASIAAN 84
PENYIDIKAN 85. . .. 1
BAB 7 KETENTUANUMUMRETRIBUSI DAERAH 87
TERMINOLOGI RETRIBUSI DAERAH J 88JENIS-JENISRETRIBUSI DAERAH i 89
SARANA PELAPORAN RETRIBUSI D A E R A 91SURAT SETORAN RETRIBUSI DAERAH ''r y,91SURATKETETAPANRETRIBUSIDAERAH 91
. 1SURAT KETETAPAN RETRIBUSI DAERAH LEBIH BAYAR 91
SURAT TAGIHAN RETRIBUSI DAERAH '" 9 2
TATA CARA PEMUNGUTAN 92
KEBERATAN '" . 92
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN 93
KEDALUWARSA PENAGIHAN 4
PEMBUKUAN DAN P EMERIKSAAN .
KERAHASIAAN .
KETENTUAN PIDANA '" '" 9.
PENYIDIKAN 96
BAB 8 P AJ AK D AE RA H DI T IN GK AT P RO PI NS I 99
PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN KENDARAAN DI BADAN
YANG MENERIMA PE NYERAHAN KENDARAAN BERMOTOR,100
P EN GE NA AN DAN P EM UN GU TA N OLE H D AE RA H 25
MENGUSAHAKAN PEMUNGUTAN PAJAK SECARA EFEKTIF
27
PEMBERIAN HASIL PAJAK UNTUK DAERAH 29
HUBUNGAN ANTARA OBJEK YANG DIKENAKAN PAJAK .. ,30OBJEK YANG DIKENAKAN PAJAK ANTAR PEMERINTAHAN
31
PENGARUH INSENTIF 32
BAB 4 KRITERIA EFEKTIVITAS RETRIBUSI DAERAH
35
DASAR-DASAR RETRIBUSI 36
TINGKA T PENGENAAN RETRIBUSI 39
PERKIRAAN BIAYA 43
RETRIBUSI DI BAWAH BIAYA 49
RETRIBUSI DI ATAS BIAYA 52
PE NI LAI AN: KE CU KUP AN DAN ELAST ISITAS 53
PENILAIAN: KEADILAN 54
PENILAIAN: KEMAMPUAN ADMINISTRASI 56
PENILAIAN: KESEPAKATAN POLITIS :.. 57
PENILAIAN: RETRIBUSI OLEH PEMERINTAH DAERAH 58
KESIMPULAN 59
BAB 5 SISTEM PERPAJAKAN DAERAH 61
PENGERTIAN PERPAJAKAN 61
SISTEM PERPAJAKAN DAERAH 62
KEBIJAKAN PERPAJAKAN 63
HUKUM PAJAK 65
ADMINISTRASI PAJAK 67
IKLIM PERPAJAKAN 67
BAB 6 KETE NTUAN UMUM P AJ AK DAERAH 71
TERMINOLOGI PAJAK DAERAH 72
SARANA PELAPORAN PAJAK DAERAH 77
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
6/119
xii PajakdiJn Retribusi Daerah
PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR 111
PAJAK PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR BAWAHTANAH DAN AIR PERMUKAAN 112
BAB 9 PAJAK DAERAH TINGKAT KABUPATENIKOTA109
PAJAK HOTEL j 116PAJAK RESTORAN , j 118
PAJAK HIBURAN \ 119: ~ ; ~ ~ REKLAME . ........ .... . . . . ... .... \ 121
PENERANGAN JALAN 122PAJAK PENGAMBILAN BAHlAN GALIAN GOLONGAN C 124PAJAK PA'RKIR - 126
I
BAB 10 RETRlBUSI DAERAH 129t
A. Retribusi Jasa Umurn .. i _ 129B. RetribusiJasa Usaha .. t.: .... _.. 131C. RetribusilerizioaD Te rtentu ' 131BAB 11MYlNGUKURKINERJAPAJAKDANRETRIBUSI 133
'" I'j .IJPENGU JJRAN KINEIUA 133f 'PEMU ~ G U T A N POTENSIPENERIMAAN 135
11PAJ!Mi HOTEL DAN RESTORAN 136PMAl KHIBURAN 139
ipAJ) \KREKLAME 142PAl'AKKENDARAAN BERMOTOR (PKB) 142BE A BALIKNAMAKENDARAAN BERMOTOR(BBM - KBM) .. 143tWETRIBUSI KEBERSIHAN 144Ji.ffiTRIBUSI PARKIR.., 145. PENGUKURAN EFISIENSIPAJAKDANRETRIBUSI 146
BAB 12 DESAIN TAX POLI CY DAERAH ................... 149
DaftarIsi ll xiii
-PRINSIP KEBIJAKAN PAJAK YANG BAlK 150
TAX POLICY MERUPAKAN ALAT DARI KEBIJAKAN MONETER
DAN FISKAL 151
SISTEMPERPAJAKAN YANG EFISIEN 153
PERANAN DAN IMPLIKASI SUATU TAX POL iCy " 156
B A B 1 3 T E ~ K P E N Y U S U N A N P E R A T U R A NPERPAJAKAN DAERAH 161
KIATPENYUSUNAN PRODUK HUKUMDAERAH 162
DASARTEKNIKPENYUSUNAN 168
JENIS-JENIS PRODUKHUKUM DAERAH 170
KAIDAH-KAIDAH HUKUM 172
TEKNIKPENYUSUNANPRODUK-PRODUKHUKUM 173
PENCABUTAN PRODUK-PRODUK HUKUMDAERAH 206
RAGAM BAHASA 208
DAFTAR PUSTAKA 215
A
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
7/119
DASARDASAR PAJAK DAERAH
Bab ini akan membicarakan tentang dasar-dasar perpajakan
daerah atau pokok-pokok perpajakan daerah. Bab ini diawali
dengan pembahasan mengenai pengertian secara umum pajak
daerah, kriteria pajak daerah dan pengertian pajak daerah menurut
UU No 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
sebagaimana terakhir telah diubah dengan UU No 34 Tahun 2000.
Selanjutnya, dibahas tentangjenis-jenis pajak daerah, yang dibedakan
menjadi duayaitupajak propinsi dan pajakkabupaten atau kota. Pada
bagian tengah daribab ini membahas tentangazasdanteori pemungutan
pajak, hal ini penting karena untuk mendasari pola berpikir bahwa
memungut pajakituhams bersikap adildan tidakdiskriminatif. Kemudian
bagianakhirdaribab ini membahastarifpajak,utangdan penagihanpajak
serta hapusnya utangpajak.
PENGERTIANPAJAKDAERAH
Secaraumum,pajak adalahiuranwajibanggotamasyarakatkepada
negara karenaundang-undang, dan atas pembayarantersebutpemerintah
tidakmemberikanbalasjasayanglangsung dapatditunjuk. Dalamkonteks
daerah, pajakdaerahadalahpajak-pajakyang dipungutoleh pemerintah
daerah (misal: Propinsi, Kabupaten, Kota) yang diatur berdasarkan
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
8/119
2 Pajakdan RetribusiDaerah , Dasar-dasar PajakDaerah lJ 3
peraturan daerah masing-masing danbasilpemungutannyadigunakanuntukpembiayaan rumahtanggadaerah. Sedangkanmenurut VU No.18Tahun
1997tentangPajak Daerah dan RetribusiDaerah sebagaimana diubah
terakhir dengan VV No. 34 Tahun 2000, PajakDaerah adalah iuran
wajib yangdilakukan olehorangpribadi ataubadankepada Daerahtanpa
imbalan langsungyangseimbang. Pajak Daerahdapat dipaksakanberdasar
peraturan perundang-undangan yangberlaku, dimana basilnyadigunakan
untukmembiayaipenyelenggaraan pemerintahanDaerahdanpembangunan
Daerah.
KRITERIA PAJAKDAERAH
Kriteriapajakdaerahtidakjauhberbedadengan kriteria pajakpusat,
yang membedakankeduanyaadalahpihak pemungutnya. Pajak pusat
yangmemungutadalahPemerintah Pusat,sedangkan pajakdaerahyangmemungutadalah Pemerintah Daerah. Kriteria pajakdaerah secaraspesifikdiuraikanoleh Davey(1988)dalambukunya FinancingRegionalGov-
ernment, yangterdirida d 4 (empat) ha! yaitu:
1. Pajakyang dipungut olehpemerintahdaerahberdasarkanpengaturan
daridaerahsendiri,2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan pemerintah pusat
tetapi penetapan tarifnyadilakukan olehpemerintahdaerah,3. Pajakyang ditetapkan dan ataudipungutoleh pemerintah daerah,
4. Pajak yang dipungutdan diadministrasikan olehpemerintah pusattetapi hasil pungutannya diberikan kepada pemerintah daerah.Dari kriteria pajak tersebut, dapat disimpulkanbahwapengertian
pajak daerah tersebut terdiri dari pajak yang ditetapkan dan atau
dipungut di wilayah daerah dan bagi hasil pajak dengan pemerintah
pusat. Pajak yang dipungut di wilayah daerah ini dikenal sebagai
pajak daerah terdiri dari: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), BeaBalik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar
KendaraanBermotor, Pajak Pengambilan dan PemanfaatanAir Bawah
Tanah dan Air Permukaan, Pajak Hotel, Pajak Restoran, PajakHiburan, Pajak Reklame, Pajak PeneranganJalandan Pajak Pengam
bilanBahan GalianGolonganC. Sedangkanbagi hasilpajak, misalnya
PBB (PajakBumi danBangunan). PBBini pengadministrasian dataobjek
pajak melibatkan PemerintahDaerah, khususnyaditingkatpedesaan.Demikian pula pemungutannya, Pemerintah Desa/Kecamatan juga
terlibat.Hasil pemungutannya disetorke Kas Negara Pajakdaerahyang
dibahas disini hanyapajakyangdipungut di wilayahdaerah saja.
JENIS-JENIS PAJAK DAERAH
Dalam literatur pajak dan public finance, pajak dapatdiklasifikasikan berdasar golongan, wewenang, sifat dan lain
sebagainya. Pajak Daerah termasuk klasifikasi pajak menurutwewenang pemungutnya. Artinya, pihak yangberwenangdan berhak
memungut pajakdaerah adalahpemerintah daerah. Selanjutnya, pajak
daerah ini dapatdiklasifikasikan kembali menurut wilayahkekuasaan
pihak pemungutnya. Menurut wilayah pemungutannya pajak daerahdibagi menjadi:
PajakPropinsi
PajakPropinsi adalahpajak daerah yang dipungutolehpemerintah
daerahtingkat propinsi. PajakPropinsi yang berlaku di Indonesia sampaisaat ini, terdiri dari:
a. PajakKendaraan BermotordanKendaraandi atasAir
b. Bea Balik Nama KendaraanBermotor dan Kendaraan di atas Airc. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Pengambilandan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan AirPermukaan
Pajak Kabupaten/Kota
Pajak Kabupaten/Kota adalah pajak daerah yang dipungut oleh
pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota. Pajak Kabupaten/Kotayang berlaku Indonesia sampai saat ini, terdiri dari:
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
9/119
4 I1 Pajakdon RetribusiDaerah Dasar-dasarPajakDaerah11 5
d. Pajak Reklame
e. Pajak Parkir
f. Pajak Penerangan Jalan
g. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
PUNGUTAN PAJAK
Disadari atau tidak pada hakekatnya pajak daerah merupakan
pungutan yang dikenakan terhadap seluruh rakyat di suatu daerah .
Segala bentuk pungutan yang dilakukan baik oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah sebenarnya merupakan pengurangan hak
rakyat oleh pemerintah. Oleh karena itu, dalam pemungutannya tidak.boleh diskriminatif dan harus diupayakan bersifat adil . Dalam
perpajakan keadilan haruslah obyektif dan dapat dirasakan merata
oleh rakyat. Atas dasar pemikiran tersebut maka diperlukan landasan
berp ikir dalam melakukan pernungutan pajak. Landasan berpikir
ya ng mendasari pemungutan pajak ini dikenal dengan azas
pemungutan pajak. Azas saja tidaklali cukup, perlu justifikasi yang
melandasi konsep berpikir yang rasional dalam pelaksanaan
pemungutan pajak tersebut, konsep inilah yang dikenal de ngan teori
pungutan pajak.
Asa s Pemungutan Pajak
Menurut Adam Smith dalam bukunya The Wealth ofNations
bahwa dalam pemungutan pajak agar diupayakan adanya keadilan
objektij. Artinya, asas pemungutan yang mendasarinya bersifat umum
dan merata. Asas pemungutan pajak ini dikenal The Four Maxims
atau Smith's Cannon, yaitu:
a. Equality, kesamaan dalam beban pajak, sesuai kemampuan wajib
pajak,
b. Certainty, dijalankan secara tegas, jelas dan pasti,
c. Convenience, tidak menekan wajib pajak, wajib pajak membayar
pajakdengan senang dan rela,
d. Efficiency/economy, biaya pemungutannya tidak lebih besar dari
jumlahpenerimaanpajaknya.
Teori Pungutan Pajak
Seperti telah diuraikan sebelumnya, teori pungutan pajak muncul
untuk mencari dasar konseptual pemungutan pajak bagi negara,
sehingga secara teoritis pemungutan pajak yang dilakukan negara
itu dapat dibenarkan baik dipandang dari sisi yuridis maupun sisi
ilmiah. Dengan kata lain bahwa, teori pungutan pajak ada gunamemberi dasarmenyatakan keadilan (justification) kepada hak negara
untuk memungut pajak dari rakyatnya. Berikut ini beberapa teori
pungutan pajak yang pernah ada atau yang masih digunakan sebagai
dasar pemungutan pajak sampai sekarang.
a . Teori Asuransi
Pajak diasumsikan sebagai premi asuransi yang harus dibayar
oleh masyarakat (tertanggung ) kepada negara (penanggung).
Kelemahan teori ini, ji ka rakyat mengalami kerugian seharusnya ada
penggantiandari negara, kenyataannya tidak ada. Selain itu, besarnya
pajak yang dibayar dan jasa yang diberikan tidak ada hubungan
langsung.
b. Teori Kepentingan
Pajak dibebankan atas dasar kepentingan (manfaat) bagi masing
masing orang . Teori ini juga dikenal sebagai Benefit Approach
Theory.
c. Teori Daya Pikul
Kesamaan beban pajak untuk setiap .orang sesuai daya pikul
masing-masing. Ukuran daya pikul ini dapat berupa penghasilandan kekayaan atau pengeluaran seseorang. Teori ini dikenal sebagai
Ability to PayApproach Theory.
d. Teori Bakti
Pajak (kewajiban asli) merupakan bukti tanda bakti seseorang
kepada negaranya.
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
10/119
6 \1 PajakdanRetribusiDaerah . Dasar-dasar PajakDaerahIJ 7
e. Teori Asas Daya Beli
Dasar keadilanpemungutanpajak, pada kepentinganmasyarakat,
bukan pada individu atau negara . Keadilan dipandang sebagai efek
dari pemungutan pajak.
PEMUNGUTAN PAJAK
Pemungutanpajak dapat dilakukanbergantungpada dua hal yaitu
keadaan objek pajak dan kewenangan pungut. Keadaan objek pajak
merupakan dasar pengenaan pajak yang dibatasi oleh waktu atau
periode. Keadaan objek pajak di masa lalu, dengan masa sekarang
bisa sama, bisajuga berbeda. Karena sifatinilah, perlucara penafsiran
keadaan objek pajak yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya
atau mendekati yang sesungguhnya. Cara penafsiran keadaan objek
inilahyang dikenal pengakuandan pengukuranobjek pajakatau stelsel.
Sedangkan kewenangan pungut, menekankanpihak-pihakyangterlibat
dalampembayaranpajak. Artinya, siapayang berhak memungutpajakdan bagaimanacaranyamenghitung besarnyapajakyang harusdibayar.
Kewenangan pungut dan cara menetapkan besarnya pungutan pajak
inilahyang melahirkansistempemungutanpajak.
1. Dasar Pemungutan Pajak
Dasar Pemungutanpajak ini merupakan bentuk operasional dari
pengakuan dan pengukuran keadaan objek pajak atau stelsel. Berikut
ini dasar pemungutan pajak yang dikenal dalam berbagai literatur
perpajakan yaitu:
a. Stelsel Nyata (Riil Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada keadaan objek yang
sesungguhnya (riil atau nyata), sehingga pemungutannya baru dapat
dilakukan pada akhir tahun setelah keadaan sesungguhnya objek
pajak diketahui. Keunggulan stelsel ini sebagai dasar pemungutan
pajak lebih realistis. Kelemahan dari stelsel ini, pajak baru dapat
dibayar atau dikenakan setelah akhir periode, yaitu ketika keadaan
objek pajak secara riil telah diketahui.
b. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada keadaan yang diatur oleh
ketentuan atau peraturan perundang-undanganyang berlaku. Keadaan
yang diatur ini merupakan suatu asumsi atau anggapan yang
ditetapkan oleh ketentuan atau peraturan. Misalnya, keadaan objek
pajak tahun sekarang sama dengan keadaan objek pajak tahun lalu,
sehingga pajak tahun sekarang dapat dikenakan pada awal tahun.
Keunggulan stelsel ini, pajakdapat dibayar selamatahunberjalan, tanpa
harusmenunggu pacta akhir tahun. Kelemahannya, pajakyangdikenakan
atau dibayartidak menggambarkan keadaanpajakyang sebenarnya.
c. Stelsel Campuran
Untuk mengatasi kelemahanmasing-masing stelsel tersebut, maka
dalampelaksanaan pengenaanpajak dilakukan dengandua cara. Di awal
tahun,pajakyangdikenakandidasarkanpada keadaanobjekpajakpacta
tahun lalu,dandi akhir tahunpajak dikenakanberdasar keadaanobjek
pajak sesungguhnya. Karena pelaksanaannya demikian, maka stelsel inidisebut StelselCampuran. Jika pajak yang dibayardi awal tahun lebih
besar daripajakyang dihitung padaakhir tahun,makaterjadi kelebihan
pajak. Kelebihanpajak bayar ini dapatdirestitusi (kelebihannyadapat
diminta kembali). Sebaliknya,jikaakhirtahun yang lebihbesar,makawajib
pajakyangbersangkutan melunasi kekurangannya.
2. Sistem Pemungutan Pajak
Kewenangan pungutdan cara menetapkanbesarnyapungutanpajak
inilah yang melahirkan sistempemungutan pajak. Berikut ini sistem
pemungutanpajakyang dikenal dalam literaturperpajakan, yaitu:
a. Official Assessment System
Sistempemungutan pajakyang mempercayakan kewenangan untuk
menentukan besarnya pajakyangterutang padafiskus (pemerintah) . Sistem
ini meletakkan wajib pajakpacta posisiyanglemahdanpasif,utangpajak
timbul setelah terbitnya suratketetapan pajakolehfiskus. Sistem inihanya
cocokditerapkan pada masyarakat yang berpendidikan rendah dantingkat
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
11/119
8 PajakdanRetribusiDaerahDasar-dasar PajakDaerahIJ 9
Pajak Terutang
Rp 100.000,00
200.000,00
300.000,00400.000,00
Pajak Terutang
Rp 1.500.000,00
10.000.000,0021.000.000,00
Pajak Terutang
Rp 2.000 .000,00
2.700 .000,004.000 .000,00
4.900.000,00
Tarif
10%
10%
10%10%
Tarif
15%
25%35%
Tar if
10%
9%8%
7%
Contoh:
Dasar Pengenaan Pajak
Rp 1.000.000,00
2.000.000,00
3.000.000,004.000.000,00
2. Tarif Progresij
Tarif pajak yang persentasenya meningkat, sesuai besarnya(meningkatnya) dasar pengenaan paj ak
Contoh:
Dasar Pengenaan Pajak
Rp 10.000.000,00
40.000.000,0060.000.000,00
3. Tarij Degresij
Tarif pajak yang persentasenya menurun, sesuai meningkatnyadasar pengenaan pajaknya
Contoh:
Dasar Pengenaan Pajak
Rp 20.000.000,00
30.000.000,00
50.000.000,00
70.000.000,00.
kejujuran aparat pajak tinggi. Jika tidak, bisa menimbulkan
kesewenangan dari aparat pajak dan korupsi.
b. SelfAssessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan,
tanggungjawab da n k e we n an ga n u n tu k me ng hi t un g ,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan pajak yang terutang
atau harus dibayar kepada diri pribadi wajib pajak sendiri. Sistem
ini hanya cocok diterapkan bagi masyarakat yang sudah maju dan
iklim pajaknya sudah baik, tax mindedtinggi, dan tingkat integritas
masyarakat tinggi.
c. Withholding System
Sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan dan
kepercayaan kepada pihak ketiga untuk menghitung, memotong,
atau memungut besarnya pajak yang-terutang oleh wajib pajak.
TARIFPAJAK
Sebagaimana diuraikan dalam azas pemungutan pajak, bahwa
pemungutan pajak dilakukan secara adil, artinya umum dan merata .
Salah satu bentuk operasional penciptaan keadaan pemungutan pajak
yang adil yaitu melalui ta rif pajak: Namun demikian, penerapan
tarif pajak di lapangan bergantung dari tujuan yang ingin dicapai
oleh fiskus. Misalnya, untuk masyarakat yang penghasilannya tidak
merata dan cenderung rendah, maka penerapan tari f pajak progresif
progresif lebih mencerminkan keadilan dibandingkan dengan tarif
paja k lainnya. Tarif pajak, merupakan alat ukur untuk menilaitingkatan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajibpajak. Secara
teoritis terdapat4 macamtarif pajak, yaitu:
1. Tari! ProporsionaI
Tar if pajak yang persentasenya tetap dan tidak bergantung pada
besarnya dasar pengenaanpajak.
4. Tarif Tetap
Jumlah atau angkanya tetap, tidak bergantung besarnya dasarpengenaan pajak
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
12/119
Tarif Pajak Terutang
Rp 1.000.000,00
1.000.000,00
1.000.000,00
1.000.000,00
10 PajakdonRetribusiDaerah
Contoh:
Dasar Pengenaan Pajak
Rp 10.000.000,00 '
20.000.000,00
40.000.000,00
50.000.000,00
UTANGPAJAK
Secara umum, utang timbul karena adanya perikatan antara
debitur dan kreditur. Namun, tidak demikian untuk utang pajak.
Utang pajak timbul karena undang-undang atau peraturan yang
ditetapkan oleh negara. Ada dua konsep teori yang menjelaskan
timbulnya utang pajak:
a. Konsep Materiel
Menurut konsep ini utang pajak timbul karena ada sebab-sebab
yang mengakibatkan seseorang dikenakanpajak. Artinya, utang pajak
timbul karena dipenuhinya syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh
undang-undang, dalam bahasa Belanda disebut tatsbestand. Syarat
syarat tertentu tersebut berupa serangkaian perbuatan, keadaan dan
peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak. Dengan demikian,
menurut konsep ini utang pajak timbul tidak harus menunggu adanya
surat ketetapan pajak.
b. Konsep Formiel
Menurut konsep ini utang pajak timbul bila telah ada ketetapandari fiskus. Artinya, utang pajak timbul karena adanya surat ketetapan
dari fiskus. Meskipun dipenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan
oleh undang-undang t etap ijik a tidak ada surat ketetapan maka belum
terutang pajak atau timbul utang pajak.
Dasar-di1sarPajakDaerahIJ 11
Penagihan Utang Pajak
Tindakan penagihan utang pajak dapat dilakukan dengan 2langkah:
a. Penagihan secara pasif, pada umumnya dilakukan dengan
penyerahan Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak
Tambahan (SKPT) dan Surat Tagihan Pajak (STP) dan terakhirmenggunakan Surat Tegoran,
b. Penagihan secara aktif yaitu penagihan dengan menggunakan
Surat Paksa dan dilanjutkan dengan tindakan sita.
Ber akh im ya Utang Pajak
Setiap perikatan , termasuk pula utang pajak pada waktunya akan
berakhir, dan berakhirnya utang pajakjika terjadi hal-hal berikut ini:
a. Pembayaran
Utang pajak yang melekat pada diri wajib pajak akan hapusdengan sendirinya jika telah ada pembayaran sejumlah pajak yang
terutang. Pembayaran dapat dilakukan ke Kas Negara atau lembaga
lain yang ditunjuk, misalnya Bank atau Kantor Pos dan Giro.
b. Kompensasi
Jika jumlah pembayaran pajak yang dilakukan oIeh wajib pajak
melebihi jumlah pajak yang terutang, maka timbuI selisih lebih.
Selisih lebih inilah yang dapat dikompensasikan dengan utang pajak
lainnya. Kompensasi pajak ini dapat dibedakan menjadi dua:
(1) Kompensasi Horisontal, adalah pengalihan kelebihan pembayaransuatu jenis pajak pada tahun tertentu dengan utang pajak jenisyang sama pada tahun berikutnya .
(2) Kompensasi Vertikal, adalah pengalihan kelebihan pembayaran
suatu jenis pajak pada tahun tertentu dengan utang pajak jenisyang lain pada tahun yang sama.
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
13/119
12 PajakclanRetribusiDaerah
c. DaluwarsaDaluwarsa terjadi jika waktu penagihan utang pajak telah lewat
waktu yang sudah ditentukan, akibatnya utang pajak tersebut tidak
dapat ditagih olehfiskus dan dianggap lunas. Penentuanbatas waktupenagihan utang pajak ini merupakan salah satu bentuk kepastian
hukum dalam undang-undangperpajakan.
d. PembebasanJika utang pajakberakhir dengan tidaksemestinya, tetapi karena
ditiadakan oleh fiskus, maka utang pajak ini disebut dibebaskan.
Pada umumnya pembebasan tidak diberikan terhadap pokok pajak
tetapi terhadap sanksi administrasi.
e. PenghapusanPenghapusan utangpajak samasifatnyadenganpembebasan, hanya
sajapenghapusandiberikan karena keadaanpribadi wajib pajak, misalnya
bangkrut ataupailit.
r!!a
KRITERIA PAJAK DAERAH
B
ab ini membahas karakteristik pajak daerah secara umum.
Tidak semua potensi yang menjadi sumber pendapatanPemerintah Daerah dapat langsung dikenai pajak daerah.
Ada5 (lima) kriteriayangharus dipenuhi suatupotensi pendapatan agar
dapat menjadi obyekpengenaan pajak daerah (Davey, 1988),meliputi
kecukupan dan elastisitas, pemerataan, kemampuan administratife,kesepakatanpolitik, dankecocokan suatupajak. Kriteriapajakdaerahinimenjadi pentingberkaitanperan PemerintahDaerahuntukmeningkatkanpendapatan daerahnya gunamencapai kemandirian pembiayaandaerah.Hat ini diperlukan agarproses pungutan, administrasidanpenetapan tarif
terhadap sumber-sumberpendapatan tersebut tidakmenyalahi kewenangan
Pemerintah Daerah.
KECUKUPANDANELASTISITAS
Kecukupan sumber pendapatan yangdapat dipajaki. Artinya, sumber
tersebuthams menghasilkan pendapatan pajaklebih besardibandingkanseluruh atau sebagian biayapelayanan yang akandikeluarkan. Jikabiaya
pelayanan meningkatmakapendapatan pajaknya jugameningkat. Keadaan
demikianmencerminkan pajakmenunjukkanelastisitasnya,artinya pajak-
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
14/119
14 11PajakdonRetribusiDaerah
pajaktersebut marnpu menghasiIkan tambahan pendapatan untukmenutup
kenaikan pengeluaran Pemerintah. Hal ini secara otomatis berakibat pada
perkembangan besamyadasar pengenaanpajak. Elastisitas merupakan
derajat reaksi atau respons (tanggapan) dari suatu variabel karena
perubahan variabella in (Soetrisno, 1984). Misalnya, harga-harga
meningkat, jumlah penduduk bertambah, dan pendapatan individu
bertambah, maka pendapatan pun sebagai dasar pengenaan pajakbertambah.
Elastisitas pajak mempunyai 2 (dua) dimensi. Pertama adalah
pertumbuhanpotensidari dasar pengenaanpajak. Kedua, kemudahan
untukmemungutpertumbuhanpajaktersebut. Untukmemberi gambaran
perbedaan kedua dimensi tersebut, ditunjukkan pada keterkaitan tingkat
inflasi denganpajakpenjualan dan pajakharta tetap. Ketika harga-harga
barangdanjasa naik, dasarpengenaan pajakpenjualanpunbertambah
jumlahnya. Jika pajaktersebut merupakan persentase tertentu dari harga
barangdanjasa (nilai kotorpenjualan yangdikenakan pajak), maka hasil
pajakakanmeningkat secaraotomatis sesuai denganperkembangan dasarpengenaanpajaknya. Inflasi biasanya mendorong tingkat hargaataunilai
sewahartatetapnaik. Pertumbuhan potensidasarpengenaan pajakatas
harta tetaphanyadapatdigali kalau tarifnya ditingkatkan, atauhartanya
dinilai kembali (revaluasi) secaraadministrasipajak. Dalamha! inielastisitas
pajakditekankanpada kemudahan untukmemungut pertumbuhan pajak
tersebut (dariselisihkenaikan tarifdan selishnilaiharta tetapdarirevaluasi),
jika langkah ini akandiambil tergantung padakepekaanpembuat keputusan
dan kemampuanadministrasinya.
Elastisitas diukurdengan membandingkan (rasio) hasil penerimaan
pajak selama beberapa tahim denganperubahan indeks harga,pendudukatauproduk domestikbruto (PDB). Perhitunganelastisitas dapat pula
dilakukan dengan membandingkandasar pengenaan pajakper kapita
secarariil (denganmemperhitungkan tingkat inflasi) denganperubahan
pendapatan per kapitadalam satu periode. Dasarpengenaan pajakyang
dimaksuddi sini adalahjumlah aktivatetap,pendapatanatau transaksi
komersial yangmenjadi dasarperhitunganpajak.Elastisitas pajakbukan
hanyasekedargambarandatapenerimaanpajaktetapi elastisitas pajak
KriteriaEfektivitasPajakDaerahlJ 15
dapat mencerminkan pertumbuhan potensipajakterlepas dari keputusanuntukmengubah tarifpajak.
KEADILAN
Kriteria ini merupakan konsep keadilan sosial yang secara luas
yang dianut oleh hampir semua negara, namun dalam praktek tidakmudahdilaksanakan. Padaprinsipnya bebanpengeluaran Pemerintah
haruslah dipikul oleh semua golongan masyarakat sesuai dengan
kekayaan dan kesanggupan masing-masing. Konsep ini memandang
pajak merupakan suatu alat redistribusi pendapatan, golongankayamenyumbang lebih besar daripada nilai pelayanan yang diterimanya,
sebaliknya golongan miskin nilai pelayanan yang diperoleh lebih
besar dibanding sumbangan yang ia berikan. Dalam praktek, hal ini
juga dapat dicapai kalau golongan kaya menikmati manfaat layanan
yang sedikit lebih kecil dari pengeluaran layanan Pemerintah.
Keadilan dalam hal perpajakan daerah mempunyai 3 (tiga) dimensi,
yaitu keadilan vertikal, keadilan horisontaldan keadilan geograjis.
KeadiIan vertikal
Secara umum, pajak itu dikatakan baik j ika pajak tersebut
'progresij'. Artinya, persentase pendapatan seseorang yangdibayarkan untuk pajak bertambah sesuai dengan tingkat
pendapatannya. Pembebanan pajak masih dapat dikatakan pula baik
jika pajak yang dikenakan tersebut bersifat proporsional yaitu kalaupersentasependapatanyang dibayarkanuntuk pajaksamauntuk semua
tingkat pendapatan. Pajak dikatakan tidak baikj ika pembebanannya
'regresif"yakni persentase pendapatan yang dibayarkan untuk pajakmenurun dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan. Meskipun
pandangan tersebut diterima secara luas, tetapi tidak selalu demikian
prakteknya. Pandangan lain adalah pajak itu adil kalau bebannya
proporsionalataspendapatanataukekayaan, dansetiappenyimpangan
daripada itu apakah progresif atau regresif akan dapat berakibatnegatif.
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
15/119
16/1. \1PajakdonRetribusi Daerah
.Keadilan horizontalSeseorang yang menerima gaji seharusnya tidak membayar pajak
lebih besar daripada seseorang dengan pendapatan yang sama dari
bisnis atau pertanian, seorang petani yang mengusahakan tanaman
ekspor seharusnya tidak membayar lebih besar daripada petani dengan
pendapatan sama di bidang tanaman pangan. Artinya, dalam jumlahpendapatan yang sama maka besarnya pajak yang dibayar juga sama
tidak memandang sumbernya.
Keadilan geografis
Pemerataan harus dilihat dalam kaitannya dengan penerimaan
dan pengeluaran. Pengenaan pajak atas pendudu kadalah tepat kalau
mereka tinggal di daerah yang memperoleh pelayanan khusus dari
Pemerintah. Hal iniuntuk memberikan keleluasaankepada Pemerintah
Daerah untuk menetapkan tingkat pajak yang dikenakannya, agar
mereka dapat membebani pajak yang berbeda-beda untuk berbagaitingkat pelayanan yang diberikan.
Struktur tari f perpajakan yang progresif dikehendaki berdasarkan
pertimbangan keadilan sosial. Hal itu berarti kelompok
berpendapatan paling rendah harus dikenakan pajak yang paling
ringan atau dibebaskan samasekali dari pungutan pajak. Keadaan
ini lebih mudah dilaksanakan di perekonomian yang telah maju
yang sebagian besar penduduknya berada dalam kelompok
berpendapatan menengah. Golongan ini dapat memberikan
sumbangan untuk mempertahankan pengeluaran Pemerintah tanpa
atau sedikit memerlukan sumbangan dari golongan yangberpendapatan rendah.
Masalah lebih besar akan timbul kalau hal itu dilaksanakan di
masyarakat miskin dengan struktur pendapatan seperti piramida di
mana sebagian besar masyarakat berada di kelompok yang
berpenghasilan paling rendah . Dasar pengenaan pajak dari golongan
berpendapatan atas dan menengah sangat kecil untuk memikul beban
pengeluaran Pemerintah. Hambatanbiasanya timbuldalambentukekonomi .
KriteriaEfektivitasPajakDaerah11 17
dan politis.Hal ini ditunjukkan adanya pembatasanjumlah pendapatan
tertinggi yang dapat dikenakan pajak, dan kekhawatiran pada
pengaruh pajak yang tinggi atas produksi dan investasi.Kekhawatiran
akan akibat buruk terhadap perusahaan dan pertumbuhan ekonomi
selalu dikemukakan oleh kalangan dunia usaha (golongan atas dalam
sistem politik) sungguh merupakan rintangan bagi penetapan tarif
yang progresif.Pembebanan yang adil dari suatu pajak dipengaruhi oleh ruang
lingkupnya siapa yang membayar dan jenis pendapatan, kekayaan
dan struktur tarifnya. Selain itu jug a tergantung metode penetapan
dan tingkat ketepatan perhitungan kekayaan (milik) masing-masing
pemilik. Setiap ketidaktepatan dalam penetapan dapat menyebabkan
ketidakadilan karena orang akan membayar pajak lebih atau kurang
dari yang seharusnya dibayar. Tetapi sejauhmana ketidakadilan
tersebut dirasakan akan tergantung pada tarif pajaknya .Sebagai
contoh pendapatan atau kekayaan seseorang sebesar Rp 200 juta.
Kalau dikenakan pajak dengan tarif pajaknya 5 persen maka ba ikkesalahan pengenaan di bawah atau di atas yang seharusnya akan
berjumlah Rp 10 juta, kalau 30 persen maka akan menjadi Rp 60
juta yang menambah ketidakpuasan lebih besar lagi. Dengan
bertambahnya beban pajak, keluhan juga akan bertambah terhadap
setiap metode pengenaan yang tidak sempurna dan tidak teliti.
Pemerataan diinginkan atas dasar keadilan so sial. Pada prinsip
ketidakadilanperluditekan seminimal mungkin, agar tidakhambatandalam
pembebananpajakdandalammenggalipotensi pendapatan.
KEMAMPUAN ADl\fiNlSTRATIFDalam menilai pajak yang ditetapkan atas sumber pendapatan
pajak memerlukan ketelitian administrasinya. Untuk mengetahui
keuntungan suatu perusahaan yang dapat dikenakan pajak penghasilan
atau untuk menetapkan nilai jual obj ektif gedung di pusat kota dalam
pengenaan pajak bumi dan bangunan memerlukan pengetahuan teknis
yang tinggi. Setiap transaksi antara wajib pajak dengan aparat pajak
dalam menetapkan besarnya pajak, membuka kesempatan untuk
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
16/119
18 PajakdanRetrib1tsiDaerah
mengadakan kerjasama da n korupsi. Seorang pengusaha besar yang
tergantung pada Pemerintah dalam perizinan, . proteksi tarif da n
pembelian dapat mendorong untuk memperoleh keringanan dalam
depresiasi pada saat perhitungan pajak atas keuntungan perusahaan.
Di banyak negara yang sedang berkembang sebagian besar
penduduk hidup di bidang usaha kecil, pedagang keeil, atau tenaga
lepas yang tersebar di daerah pedesaan yang luas dan tidak ada
penghasilan yang jelas yang dapat diperhitungkan dalam pengenaan
pajaknya. Pengenaan dan pemungutan setiap pajakpendapatan atau
pajakatas harta tetap memerlukan kunjungan pada saat-saat mereka
dapat ditemui di rumah dan di musim panen dimana mereka
memperoleh penghasilan. Ongkos administrasi dari kegiatan semacam
itu sangat tinggi meskipunju ml ah rata-rata per kapita dapat dipungut
mungkin rendah.Sebaliknya, sejumlah besar pendapatan yang
diperoleh dari pungutan atas minyakmisalnya dilaksanakan de ngan
ongkos administrasi yang sangat rendah. Di dalam perekonomian
semaeam itu terdapat keeenderungan untuk menempuh administrasiyang mudah dengan menggantungkan pendapatan langsung yang
dapat dipungut pada saat transaksi di sektor komersial formal m elalui
pabrikan besar, importir atau distributor. Namun demikian hal ini
tidak selalu sesuai dengan pertimbangan pembebanan yang adil atau
desentralisasi fiskal.
KESEPAKATAN POLITIS
Tidak ada pajak yang populer. Meskipun demikian kemauan
politis diperlukan dalam mengenakan pajak, menetapkan struktur
tarif, memutuskan siapa yang harus membayar da n bagaimana pajaktersebut ditetapkan, memungut pajakseeara fisik, da n memaksakan
sanksi terhadap para pelanggar. Hal ini pada gilirannya tergantung
pada dua faktor kepekaan dan kejelasan dari pajak tersebut da n
.adanya keleluasaan dalam mengambil keputusan.
Kepekaan politis kadang-kadang memusatkan pada masalah nilai
nilai sosial. Ada masyarakat yang menganggap pajak atas tanah adalah
sensitif oleh karena tanah dipandang sebagai milik bersama tidak
KriteriaEfektivitas PajakDaerahIJ 19
sebagai milik pribadi, demikian pula pajakatas ternaktidak populer
karena ternak dianggap sebagai modal tidak sebagai sumber
pendapatan. Di pihak lain, pengenaan pajak tertentu dapat sensitif
karena berpengaruh terhadap kepentingan golongan berkuasa atau
golongan tertentu. Misal, usul pengenaan pajakatas tanah pertanian
di Inggris yang sudah tertunda lama, atau peningkatan Pajak atas
Bumi da n Bangunan perkotaan di Indonesia tidak dapat dilakukankarena aspek politis tersebut di atas (Devas, 1989)
Unsur penting yang lain yang menentukan kepekaan suatu pajak
adalah kejelasan pajaknya. Pajak atas bumi dan bangunan (PBB)
mungkin merupakan pajak yang paling ringan atas wajib pajak di
Indonesia. Akan tetapi berlainan dengan pajak penghasilan yang
bersumber dari pegawai dan pajakpertamba han nilai yang dikenakan
pada saat penjualan atau penyerahan barang/jasa, pajak atas bum i
dan bangunan hams dibayar dengan eekatau uang kontan. Persyaratan
adanya tindakan pembayaran tersebut menarik perhatiantertentu yang
tidak menjadi kewajiban dari para wajib pajak. Ada saatnya perubahantiba-tiba dalam pajak tidak langsung menjadi penyebab meningkatnya
harga-harga yang langsung dirasakan oleh masyarakat, juga apabila
ketidakpuasan terhadap tingkat inflasi maka perhatian ditujukan pada
pajak-pajak yang memberikan pengaruh terhadap kenaikan harga
harga. Meskipun demikian pajak tida k langsung kurang pengaruhnya
sebab bebannya tidak langsung dirasakan.
Pada semua pajak terlihat kemauan politik. Peranannya tergantung
pacta frekuensi dari keputusan yang bersifat sensitiftersebut harus diambil.
Keputusanyang sangat sulitdan nyatabiasanya menyangkut kenaikantarif.
Pajakdanretribusiakanmudah dipolitisasikalau menghendakipenyesuaiantarifuntuk menjaga dan menambah nilai riilnya. Dalam hal ini, pajak atas
bumi dan bangunan yang tidak didukung dengan penilaian kembali yang
sering dilakukan akan dianggap sangat tidak dikehendaki kalau
dibandingkan dengan pajak pendapatan yang seeara otomatis dapat
menyesuaikan dengan kenaikan tingkat inflasi. Sama halnya dengan
kenaikan tarif pajak penjualan atau eukai yang didasarkanpadajum lah
atau volume, jauh lebih menarik perhatian daripada pertambahan
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
17/119
20 I1PajakdonRetribusiDaerah
secara otomatis yang timbul dari pajak-pajak bumi dan bangunan
dalam menyesuaikan dengan tingkat inflasi.
Kepekaan politis merupakan hambatan atas potensi suatu pajak.Meskipun demikian hal itu berguna untuk pertanggungjawabannya.
Kebutuhan untukmembuat suatukeputusan dalam rangka meningkatkan
tarif pajakyang tinggi dapat memaksa instansiPemerintahlebihteliti
terhadap pertimbangan untuk pengeluaran tertentu atau mengurangipemborosan.
Seringkali diusahakan untuk membuatpajaklebih diterimadenganmengkaitkan penggunaannya secara langsung (eannarking) yaitudengan
meningkatkan suatupungutan untukmembiayai pelayanan tertentu yang
populerseperti pelayananpendidikan. Setiappajakyang dipungut olehsuatubadanpengelola untuktujuantertentu seperti halnya dengan Badan
Pengelola Air "subak" di Balisecaraotomatis dianggap mempunyai ciri
tersebut. Pungutan yang dikaitkan dengan pengeluaran dapatmerupakan
carayangefektifuntukmenghubungkan perpajakandengan pelayananyang
tidakbanyakdipahami masyarakat. Pengalamanmenunjukkan seringkalipajaklangsung dikaitkan denganpemerasan yanghamsdihapuskan dengan
segala carayang memungkinkan. Kaitanlangsung antarabesarnya pajakdenganpengeluaranjugamendorong kebenaran pertanggungjawabannya.
Dalamjangka panjang, pengkaitanpajak dengan pelayananyang
diberikan dapat bersifat tidak produktif. Hal itu akan mengundangorang untuk membandingkan antara jumlah yang mereka bayar
dengan manfaat yang mereka terima, suatu perbandingan yangmungkin tidak diterima oleh mereka. Ongkos pelayanan mungkin
akan lebih tinggi - lebih rendah - biasanya lebih tinggi daripada
hasil pajaknya sehingga timbul kesan yang keliru. Mengkaitkansuatu pajak dengan pelayanan yang diberikan dapat mendorong
Pemerintah untuk menolakbantuan keuangan lainnyauntukpelayanan
dimaksud.
Pungutan yangdikaitkandenganpelayananjuga dapat membuat or
angkurang antusias untukmembayar pajaklainnya yang akandigunakan
untukpengeluaranumum Pemerintah. Misalnya, seseoranghamsmembayar
Kriteria Efektivitas PajakDaerahIJ 21
untuk pelayanankepolisian. Pajak yang dikaitkan dengan pelayanan
merupakanpenambahan pajakyang tidak dikehendaki yang ongkosnya
cukup tinggi tidak saja dalamwaktu dan tenaga tetapijuga kesabaran
para wajib pajak. Pajakyangbermacam-macammalahmempersulituntuk
pengenaan yang adil terhadap masyarakat.
...
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
18/119
22 \1PajakclanRetribusi Daerah
ADMINISTRASI PAJAK
DAERAH
Dalam bab2 terdahulu telah dibahas mengenai kriteriapajakdaerah. Setelah sumberpendapatan daerahdapat dikenai
pajak, maka perlujugadipertimbangkanapakah suatu pajakyang
tclah dapat secara efektifdigali, dikenakan, dinilaiatau dipungut tersebut
mampu diadministrasikan olehPemerintah Daerah . Teoridevelopmentfrombelowberpendapat bahwaorang akan lebihbersedia membayar
pajak kepadaPemerintah Daerah daripada kepada Pemerintah Pusat
karena mereka dapat secara mudah melihat manfaat langsung dalam
pembangunan di daerah mereka (Davey, 1988). Berlandaskan teori
lcrsebut, dapatdiidentifikasi berapa permasalahan dalam administrasipajak
daerah.Pertama, apakah Pemerintah Daerah mempunyai cukup kemauanpolitik untuk mengenakansuatu pajak secara efektifdan adil. Karena
pengenaanpajakdaerah yang adil membutuhkan pengadministrasiandata
pajak yang akurat. Pengadministrasian data pajak yang efektif akan
memudahkan masyarakat dalam membayar pajak. Hatiniakanmendorong
meningkatkan kesadaran masyarakatuntuk membayarpajak. Kedua,apakahPemerintah Daerahmemiliki kemampuan administrasi efektifatassuatu pajak. Hatini sangat penting, dalamrangka transparansi pengelolaan
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
19/119
24 mPajakdonRetribusi Daerahdana yang berasal dari pajak. Bab ini akan menguraian permasalahan
dalamadministrasi pajakdaerah tersebutmeliputipengenaanpajaksecara
efektifdan adil,perbedaanobjekpajak, pengenaandan pemungutanoleh
daerah.
PENGENAANPAJAKYANG EFEKTIFDANADIL
Teori developmentfrombelowyang dikemukakantersebut di atas,menunjukkanbahwamasyarakatlebih cenderungmaumembayarpajak
karenakedekatannya denganmanfaat yang diperolehdarimembayar pajak
tersebut Orangakan lebihbersediamembayarpajakkepadaPemerintah
Daerah daripada kepada Pemerintah Pusat merupakan hal yang logis,
karenaPemerintahDaerah juga lebihdekat dibanding denganPemerintah
Pusat yangkadangmereka tidakdapat melihatmanfaatlangsungsecara
mudah dalam pembangunan di daerah mereka. Dibalik kedekatan ini,
apakah Pemerintah Daerah mempunyai cukup kemauan politik untuk
mengenakansuatupajak secara efektifdan adil./
Semakin rendahtingkatpemerintahanmakasemakindekathubungan
antara rakyatdenganpemerintahnya, sehinggamerekayangmengenakan
pajak dengan mereka yang membayar pajak sangat dekat. Karena
kedekataninilah, dasar pengenaanpajakdan tarifpajak menjadirendah
tingkat keadilannya. Misal,jika PemerintahDaerah mengenakanpajak
bergantung padadukunganpolitik, nilaisosialataukerjasamabisnis dengan
wajibpajakmaka Pemerintah Daerahakan engganuntukmenaikkanpajak
pada saatinflasiatau kebutuhanlain yang diperlukannaikdan mungkiri
malahrnencaripopularitas yaitudengan menurunkanbebanpajak. Dernikian
pulahalnyakalauPemerintahDaerahdidominasiolehgolongan kaya,maka
akan tirnbul penolakanterhadappajak yang progresif.Permasalahan tersebut dikernukakan untuk rnenghindari kesewe
nangansegelintirpolitisidanbirokratdi daerahdalamrnembuat kebijakailperpajakannya. Kebijakan perpajakanyangefektifdanadilperludiupaya
kan olehPernerintah Daerah. Adanyapembebananpajakyang rneningkat
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
20/119
26 mPajakdonRetribusiDaerah
pengeluaran Pemerintah dengan melihat pada implikasi ekonominya.
Jadi, masalahnyaadalahsejauhmanatingkat kerusakanserta akibatnya
terhadap seluruh masyarakat.
KEMAMPUANADMINISTRASI
Pertanyaanberikutnya adalahapakah Pemerintah Daerahmempunyai
kemampuan administratifyangefektifatassuatupajak. Tanggungjawab
atas penilaian atau pemungutan suatu pajak atau retribusi tidak selalu
bersamaandengankemudahanmemperolehhasilnya. Pemerintah Pusat
mungkin lebihbaik dalammelaksanakan ataumembantu pengenaanatau
pemungutan suatupajakdaerah. Tarifpajak- atasBumidanBangunan- .di Indonesiamerupakan contoh yang tepat. Pengenaan dilakukanoleh
Pemerintah Pusat yaitu Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
(KPPB). Sedangkanpemungutanpajaknya dilakukanoleh Pemerintah
Daerah danhasilnyadibagi antaraPemerintah PusatdanPemerintahDaerah
sesuaidenganproporsi masing-masing. Sebaliknya PemerintahDaerah
dapat mengenakanatau memungut suatu pajak atas nama PemerintahPusat. Misal, PemerintahDaerahmemungutPajakKendaraan Bermotor
atas namaPemerintah Pusat.
Ada2 (dua) faktor yang mempengaruhipelaksanaantanggungjawab
pengenaandan pemungutan pajak. Pertama, tingkat kemampuan dan
ketersediaan tenaga trampil di daerah yangdibutuhkan sebagaitenaga
pelaksana administrasi perpajakan di daerah. Kedua, sejauhmana
kedekatan pemungut pajakdenganwajib pajakdaerahataudesakan politis
terhadapkeadilandanketegasan dalamprosespemungutan pajaktersebut.
Tingkat kemampuan dan tersedianya tenaga trampil administrasi
perpajakan sangatdibutuhkan daerah.Tenagaterampil mungkin terbatasdansulitbagi Pemerintah Daerah meskipunadaalternatifsepertimenyewa
konsultan ataubantuantenagadari suatuinstansi lain. Misal,kantor Pusat
StatistikatauJasa Asuransi. Instansiini merupakantempattersedianya
tenaga ahliyangdapatdimanfaatkankeahliannyadanpengalamannyaoleh
daerah.
Kedekatan pelaksanapemungut(penilai) pajakdengan wajibpajak
atau desakan politis dalam proses pemungutan pajak. Keadilan dan
Administrasi PajakDaerah11 27
ketegasan dalam proses pemungutan pajak tersebut akan terganggu
jik a ada kedekatan pelaksana pemungut pajak dengan wajib pajak.
Demikian pula, jika adadesakan secara politis terhadap pelaksana
pemungut pajak. Sulit untuk menghindari dari tindakan yang
meringankan dan memihak wajib pajak apabila mereka pemungut
pajak yang dipekerjakan Pemerintah Daerah terdapat hubungan yang
erat dengan wajibpajak.Hal demikian inijug ajika terdapat hubunganlangsung antara pengambil keputusan (politikus) dengan pemungut '
pajak. Karena politikus sebagaipengambil keputusanakan cenderung
meringankan beban pajak bagi para pemilihnya atau kontituennya ,
agar di masa mendatangdapat dipilih kembali. Meskipun demikian,
situasinyaberbeda,jika pemungut pajaknyadari organisasiprofesional
yang dapat menjamin integritas dan menjaga tekanan politis yang
tidak dikehendaki, walaupun organisasi mereka kecil. Selanjutnya,
pemisahan penilai dan pemungut dapat menyebabkan berkurangnya
rasa tanggung jawab, penilai dan pemungut tidak begitu giat
melakukantugasnyaapabilamerekatidak bekerja untuk instansi yangtergantung pada pendapatan yang mereka kumpulkan.
Administrasi pajakjuga memerlukanjaringan pelaksanapemungut
yang tersebar luas sesuai dengan penyebaran penduduk serta
kemudahanuntuk memperolehdata dan pendapatanpara wajib pajak.
Hal ini penting terutama untuk pajak langsung di negara-negara
sangat luas wilayahnya, seperti Indonesia. Artinya, dalam hal ini
dibutuhkan tingkat pemerintahan yang mempunyai hubungan
administrasi sampai ke tingkat desa. BiasanyaPemerintah Daerah di
Indonesia mempunyai jaringan adminstrasi di lapangan yang paling
luas contohnya camat, lurah, kepala desa, kepala dusun atau kepaladukuh. Kecuali, di India administrasi pendataan atas tanah di daerah
pedesaan India dilaksanakan oleh negara-bagian bukan oleh
Pemerintah Daerah (Davey,1988). Pada tahun 1960-an di Kenya,
Pemerintah Daerah yang berusaha memungut pajak pendapatan
perseorangantetapi mengalami kesulitan karenajaringan administrasi
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat bukan oleh Pemerintah Daerah.
Di negara-negara industri di mana sistem 'bayarlah segera sesudah
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
21/119
28 mPajakdanRetribusiDaerah
memperolehpendapatan', sistem pos dan telepon mencukupi, makasebagianbesar prosespemungutanpajakdapat denganbaikolehkantor
pusat dalammeliput wajib pajakpada umumnya.
Jikaobjekpajakyang dimiliki suatu perusahaanberada di wilayah
melampaui perbatasanbeberapa daerah, makapengenaansecara terpusat
mungkin lebihtepat, dibanding dikenakandi daerah. Artinya administrasipajaknya lebih tepat dilakukan oleh Pemerintah Pusat. Misalnya, sebuahperusahaanmemiliki tanahdan bangunanyangberadapada perbatasan
beberapawilayah Pemerintah Daerah, makaPemerintah Daerahtertentu
hanyaakanmengenakanpajak atastanah danbangunanyangberadadi .wilayahnya saja. Lebihrumit lagi, jika pajakpenghasilanperseorangan
maupun perusahaanpengenaannyadidasarkan padabatas wilayah, padahal
kenyataannya dapat diperoleh dari beberapawilayahdaerah ataulebihdari satudaerah. Pengenaan secaraterpusatmungkin lebih tepatdibanding
pengenaan tiap-tiapdaerah. Halinidapatdilakukanjikadikehendaki untukkeseragaman. Penetapanyang seragam pentingartinyauntukdistribus i
subsidi dari pusatke daerah secaraadil (lihatsubbabbagihasilpajak).
BAGlHASILPAJAK
Bagi hasil suatu pajak kepada Pemerintah Daerah merupakan
permasalahan yang agakpelik. Jika suatupajakdipungutd i m a k s u d ~untuk membiayai prasarana atau pelayanan di daerah setempatmaka
penyerahanbagi hasilpungutanpajak untukdaerah yangbersangkutan
tidakmasalah. Namun, masalah akantimbulapabilapengeluaran ditujukan
pada pelayanan umum yang bersifat personal seperti pendidikan dan
kesehatan.Karena ketidakjelasan antara daerah tempat pembayaran pajak
dilakukandengandaerah yangmemperoleh basil pungutan pajaknya(kecuali
kalau hasil pungutan dipusatkandan dibagi berdasarperhitunganyang tidak
dikaitkan dengandaerah tempatpungutantersebut dilakukan). Kesulitan
timbul, jika objek pajak yang dikenakan berada di beberapa daerah
misalnya, pajakatas labaatau pajakpenjualanyangdikenakan padasuatu
perusahaan yang mempunyai cabangdi beberapa daerah.
AdministrasiPajakDaerahll 29
Seringkali tempat suatu pajak dipungut berbeda dengan tempat
pembayarannya. Pajak penjualanatas pakaianmisalnya dapatdipungut
dari suatu pabrik di daerah A oleh karena tidak praktis untuk
memungut langsung atas pengecer barang tersebut. Meskipun
demikian beban pungutan tersebut dibebankan pada harga eceran
dan akan lebih efektif dibayar oleh konsumen di daerah B. Masalah
yang sama dapat timbul pada pajak penghasilan yang dipungut oleh
perusahaanyang mempunyaikantor pusat di daerah tertentu terhadap
upah seorang pegawainya yang tinggal (dan mungkin juga bekerja)
di daerah lain. Berbeda, dengan pajak atas tanah dan bangunanjelas
tidakada kesulitan dalam menetapkan Pemerintah Daerah yang akan
menerimapembayaranpajakatas harta tetaptersebut,karenakejelasan
dari objeknya yang relatifpermanen.
Apakah daerah tempat pajak dipungut tersebut sebaiknya
mendapatkanbagi hasil pajakberdasarpenetapannilai pungutan per kapitarata-rata seperti yangdilakukandi Inggris ataupenetapan dan pemungutan
pajakpenghasilandilakukanoleh dua atau lebihtingkatanpemerintahasecarabersama-sama (Davey,1988). Misalnya,Pemerintah Federal dan
Pemerintah Propinsi di Canadamenggunakan dasarpengenaan pajak
penghasilan secarabersamaan. Hal yangsamajugadilakukan di negara
negara Skandinavia (kecuali Finlandia), mengenakan pajak penghasilan
dilakukansecara bersama-sama oleh PemerintahPusatdan PemerintahDaerah. -,
Pertentangan yang tajam akan timbul dalam pembayaran pajak
penghasilanperseorangandi mana wajib pajakbekerja dan tinggal ditempatyang berbeda. Setiappemisahanantaradaerah di manapajak dipungut
dan daerah di manapajaktersebutdibayarmakadiperlukansatusistempemindahanuntuk mengatasi kesulitan dalam alokasi hasil pungutan.
Pemindahanmemerlukan suatuproses administrasi yang efektif. Hal itu
juga memerlukankesediaan dari Pemerintah yang harus memberikan
pungutantersebut, sehinggabagi hasilpajak untukPemerintahDaerah
menjadi jelasdasarbagihasilnya, meskipundasarhukumnya telah diatur
denganVU Perpajakan Nasional .
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
22/119
30 11PajakdonRetribusiDaerah
UPAYA PEMUNGUTAN PAJAK SECARA EFEKTIF
Penetapan dan pemungutan pajak harus didukung dengan sistem
pengawasanyangefisien. Keterlambatandalammembayar pajakseringkali
dikenakan dengantindakanmengenakandendadalambentukpersentase
atasjumlah pajak yang terutang. Sanksiapabilatidak membayarpajak
dapatdikenakandalam berbagaibentuk:(1) tindakpidana menyangkut harta kekayaanmelaluipenahanandan
hukumanpenjara;
(2) tindakan perdatayangsamadenganpengembalian utangpribadiyang
dilakukan melaluipenyitaandan penjualan kekayaan;
(3) penyitaandanpenjualanlangsung ataskekayaan;
(4) menghentikanpelayanan misalnya memutuskanpelayananairminum,
telepon,atau listrik, pengusirandari rumah sewa,penolakanuntuk
mengikuti pendidikandan pengobatan atau '(5) tidakada tindakansama sekali.
Tindak pidana , pemutusan pelayanan, atau penyitaa n kekayaanbiasanyamerupakancara yangefektifuntukmeningkatkanpembayaran.
Namun, kadang-kadang beberapa tindakan tersebut seringkali tidak
dilaksanakan. Akibatnya tindakanperdata seringkalimerupakan satu
satunya sanksihukumyang dilakukantetapi seringkali juga tidakefektif.
Prosedur yangberbelit-belitdan kurang perhatianpengadilanterhadap
masalahpelanggaran pembayaranpajakdaerah ini, kadangmerupakan
penyumbang ketidakefektifan sanksihukumditerapkan. Kecenderungan
tingkat ketidakpatuhan membayar pajak yang tinggi dan tidakadanya
tindakan yang tegas untuk memaksakan wajib pajak membayarnya
merupakanpencerminandari kurangnya kemauanpolitis dalampengenaan
pajak. Ketidakpedulianpengadilanterhadapmasalahpemaksaanpajak
merupakan gejala umum di negara berkembang yang lemah dalam
pelaksanaan law-enforcement. Perlindungan pada individu terhadap
kesewenangan Pemerintah dalam tindakan pemaksaan pajak dalam
pelaksanaan hukumperlu dikurangi tetapiperlu diimbangi denganiklim
perpajakan kondusif. Keadaan ini tercapaijika sistem perpajakannya telah
mampu menjadikan masyarakat pembayar pajak rela dan mampu. Di
beberapa negara seperti India, pengadilan khusus untuk pengadilan
AdministrasiPajakDaerah IJ 31
pajak telah dibentuk sebagai upaya untuk pemaksaan yang lebih
keras terhadap tagihan-tagihan.Semuanya membutuhkan usahaadministrasi dan keadilan serta kemampuan politis yang wajar .
Pengenaan bunga atas keterlambatan pembayaran dapat efektif
apabila besarnya lebih tinggi daripada tingkat inflasi. Di Indonesia
pajak atas harta tetap sebesar 5 persen setiap tahun merupakan suatucontoh dari sanksi yang ringan yang memungkinkan wajib pajak
memperoleh keuntunganmelaluipenundaanpembayaran pajak. KOulOttawa sebaliknya mengenakan denda secara otomatis sebesar 2persen atas tagihan yang terlambat satu hari atau lebih.
ADMlNISTRASI BAGI HASIL PAJAK
Pengenaan pajak oleh pemerintah pusat dan pernerintah daerah
kepada seseorang terhadapobjekpajakyangsamadimungkinkan terjadi.
Misalnya,seorangpegawaiperusahaanswastayang berpusatdi Jakarta
ditugaskan ke perusahaananak di daerah,maka
penghasilan yangdierimaoleh pegawaitersebutdapat dipungut pajakoleh PemerintahPusat dan
PemerintahDaerah. Hal inimemangbelumterjadidi Indonesia, karena
semua penghasilan dari pegawai dikenakan pajak penghasilan oleh
Pemerintah Pusat.Namun,dalam perkembanganke depanhal demikian
dimungkinkan terjadi seiringdengan adanya tuntutanotonorni daerah. Jika
demikian maka perlu diatur kewenangan administrasi pengenaannya
terhadap objekpajak tersebut. Karenapegawaitersebutberadadi daerah,
makaadministrasi pajakdilakukanolehPemerintahDaerah, sehingga timbulpertanyaanapakahpembayaranpajak kepada PemerintahDaerah akan
mempengaruhi besarnyaobjekpajakyangakandikenakan olehPemerintah
Pusat. Adatigascenario ataualtematif(Davey,1988) yaitu:
Alternatifpertama, objekpajak dikenakan oleh Pemerintah Pusat
dan PemerintahanDaerah seluruhnya terpisah dan tidak ada potongan
untukpajakserupayang diberikanoleh Pemerintahbaikpusat maupundaerah. Artinya, bilaseseorang telahmembayar pajakpenghasilankepada
PemerintahDaerah, makapembayaran pajak penghasilannyatersebut
tidak bisa mengurangi pajak penghasilan yang dibayarkan kepada
Pemerintah Pusat, demikian sebaliknya. Dengan kata lain besarnya
11
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
23/119
32 11PajakdanRetribusi DaerahAdministrasi Pajak Daerah11 33
pajak yang dibayarkan ke satu pemerintahan tidak akan saling
mengurangi pajak yang dibayarkan kepada pemerintah tingkatan
lainnya.Contoh , di Skandinavia Pemerintah Daerah melakukanpungutantambahanatas pajak penghasilan yang telah dilakukan oleh
Pemerintah Pusat dan semuanya dijumlahkan menjadi satu dengan
pajak penghasilan Pemeritah Pusat. Jika diperlukan dapat juga
ditentukan batas tertinggi untuk seluruh pajak pendapatan yang
dikenakan. Kalaujumlah pajakmelebihi batas tertinggitersebut maka
beberapa pajakharus dikurangi. Misal, di Jepang, PemerintahDaerah
mengenakan pungutantambahan ataspajakPemerintahPusat, namunjika
besarnya pajakyangditarikpemerintah melebihi batas tertinggi makapungutantambahannyayangdikurangi. Lainhalnya, di Skandinaviapajak
pusat yang dikurangi,Alternatif kedua, pajak daerah dapat diperhitungkan sebagai
pengurangpenghasilanbruto wajibpajakbadandalarn menghitung pajak
penghasilan atas badan usaha yang terutang . Perusahaan selalu
memperhitungkanpajakatasharta tetapdanpajakdaerahlainnyasebagaiongkos yangdapat mengurangi pendapatanmereka sebelum pengenaanpajakpenghasilanmereka. Wajibpajakpendapatanperseoranganbiasanyatidakbernasib sebaik itu. Memangada pengecualian. Pembayaran pajak
atashartatetap dapatdikurangi dari pendapatanperseorangan yangkena
pajaktetap seperti diAustralia, Denmark, Norwegia, danJermanBarat.
Baikpembayaran pajak penjualan maupun pajak penghasilan kepada
negara-bagian dan Pemerintah Daerah dapat dikurangi dari pajak
pendapatanuntukPemerintahFederaldi Amerika Serikat.
Alternatif ketiga, pembayaran pajak untuk satu Pemerintah
menghasilkankredit atas pungutanPemerintah lainyaitujumlahpajakyangdibayar kepadaPemerintah A dapat mengurangijumlah yang dibayar
kepadaPemerintahBdenganjumlahyang sarna. Halitutidaklazim, tetapi
ada beberapa negara yang melakukan . Misal, di Canada pajak dari
PemerintahPropinsisebesar 10 persen atas pajakpendapatan perusahaan
yangdikenakan olehPemerintah Federal. PajakPemerintahDaerahatas
perusahaan dan pendapatan perorangan dikredit terhadap jumlah
pajak pendapatannegara bagian di beberapa negara-bagian Amerika
khususnya New York. Pengurangan ini sebenarnya sama dengan
suatu subsidi atau bagi hasil pajak secara langsung.
PAJAK PENGGUNAAN ASSETDAERAH
Pemerintah Daerah sebenarnyabanyak memiliki asset yang bisa
dijadikan sumber penerimaan pajak. Tanah itulah merupakan sumber as
setterbesar. Pemerintah Pusatbanyakmemakai fasilitas daerahtetapi tidakmembayarpajak atastanah tersebut. Demikian pula, untuk pajak atas
pembelianbarang danjasa yang dikenakan terhadap masyarakatdi daerah
sertapajakatastanah dan bangunan.
Biasanya Pemerintahmembeli barang danjasa denganharga yang
sudah sepenuhnya dikenakan pajak dan juga dikenakan pada saat
menjualnya. Perusahaan Telekomunikasi sebagai contoh, harus
membebankansetiapproyek pusat dan daerah yang dikenakan dalam
penjualan pelayanantelepon.
Meskipundemikian PemerintahPusatbiasanya tidakmembayarpajak
atashartatetap kepada Pemerintah Daerahatastanah danbangunannya .
PemerintahPusatdiIndiamembayar pajakyangdikenakanolehPemerintah
Kotauntuk pelayanan tertentuseperti-air, drainase, peneranganjalan,
tetapitidakdengantarif umum. Seringkali Pemerintah Pusat membayar
subsidiyangberkaitan denganpajakatasharta tetapuntukmenghindari
kesansebagai Pemerintah bawahan.
Kebanyakanpengamatmenganggapadil kalau Pemerintah Pusat
membayar pajak dengan dasar yang sama seperti pihak lain yang
mempergunakan pelayananPemerintah Daerah. Laporan BankDunia
menunjukkan bahwa pemerintah kota telah menyediakan berbagai
pelayanan perkotaan kepada PemerintahPusatsebagaimana milikpribadidan setiappembebasan pungutanatas tanahdan bangunan Pemerintah
Pusatmenyebabkan bebanyang beratbagi kota-kota besar. Pembebasan
jugadapat mendorong Pemerintahuntuk membuatpilihan lokasi yang tidakrasional, mempergunakan lokasi komersial yangterbaikuntukbangunan
instalasi yangdapat dilakukan di mana saja. Pendapat yang mendukung
bahwa Pemerintah Pusat memberikan subsidi kepada daerah dalam
bentuk lain bukan merupakanalasan untuk pembebasan karena lebih
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
24/119
34 mPajakdanRetribusiDaerah
baik dan lebih adil suatu daerah menerima pembayaran di luar
kewajiban daripada subsidi atau sumbangan.
Pemerintah Pusat mungkin sangat tidakbertanggungj awab dalam
memenuhi kewajiban pajakkepadaPemerintahDaerah. RichardsBird
(1992) telahmenunjukkankerugian yangsangat besardalamvalorization
taxdariPemerintahKotaBogotakarenapamalsuanhartatetap Pemerintah .
lainnya. Tunggakan penerimaan Pemerintah Pusat dan organisasikemasyarakatan Afrika Timurmenyebabkan krisiskeuangan yangberat
bagi pemerintahan Kota Nairobi pada awal tahun 1970-an.
PENGARUH INSENTIF
Perpajakan mempunyai tujuan ganda, menyediakan dana untuk
kepentingan umum dan mempengaruhi tingkah-laku ekonomi, .
Kebijaksanaan fiskal merupakan suatualatmanajemenekonomidanpajak
dapatdinilaidari segipengaruhnya atas keputusanwajibpajak, ataskemauan
untuk bekerja, memakai, menabung atau investasi. Tarifp ajak dapat
ditingkatkanuntukmenurunkanpermintaan apabilaekonomi 'sedang baik'dan diturunkan kalauinginmeningkatkan permintaan padawaktu resesi.
Pajakatas hartatetap dapatdilihat terutama sebagai alatuntukmendorongataumenghambatpembangunan fisiktertentu.
Beberapa literaturKeuangan Negarabanyakmemusatkan perhatian
pada pengaruh insentif perpajakan terhadap harga,namunbukandimaksudkan olehPemerintahuntukmeningkatkanpajakagardapatmembelanjakannya/membiayaitugas-tugasnya, Perpajakanyangdibahasdandimaksudkan disini perpajakan sebagai alatuntukmeningkatkandana
yangdapatdipergunakanuntukpengeluaran PemerintahDaerah. Masalah
yangmenonjol mengenai pengaruh ekonomi dari perpajakandaerah akandisinggung pula walaupuntidakmerupakantitik perhatianpembahasan
ataupenelaahan.
Ada beberapa alasan untuk menjelaskannya, Pengelolaanekonomisecara makro padaumumnyaadalahtugas PemerintahPusat,
dan terutama pajak-pajak nasionallah yang dimanfaatkan dan
disesuaikansebagai peralatan pengelolaan ekonominya. Perpajakan
/' 11 ,, _35daerah terutamadikaitkan padapembelanjaanpengeluaran Pemerintah
Daerah, perpajakan ini dapat saja diubah guna menghindari akibat
sampingan yang merugikan, tetapi peranannya dalam pengelolaan
ekonomi jarang lebih positif daripada tersebut terakhir ini. Lebih
dari itu, beban perpajakan daerah terhadap dasar-pajak tertentu
lazimnya tidaklah setinggi pungutan-pungutan nasional yang utamaseperti pajak-pajak penghasilan badan (comporate profit taxes) ataubeamasuk,sehinggacenderungkurang untuk mempengaruhiperilaku
ekonomi secara berarti. Bukan tidak lazim, misalnya, bagi suatu
pajakpenghasilan badannasional untukmenyita(appropriate) setengahdari labaperusahaannya. Sebaliknya,pajak atas barang-barangyang
memasuki daerahperkotaan telah berhasilmembelanjai hampir separuh
pengeluarannegara-bagianGujarat, diIndia, selamaakhirtahun 1970-an,
sementara itu hanya mewakili 0,3 persen dari nilai perdagangannegara-bagian tersebut Davey, 1988).
Ada beberapa pengecualian. Penurunan dalam perpajakan ataskekayaan barangtakbergerakdi California,AmerikaSerikat, menurutPeraturanDaerah 13diperkirakantelahmerangsangpeningkatanhakmilik
atas benda takbergerak. Dalampertengahantahun 1970-anp emerintah
setempat Swedia didesak untuk membatasi pengenaan berupa pajak
penghasilan karenadampaknya terhadappendapatanperorangandalam
masa'stagflasi'.Bebanpengenaanpajakatasbarang takbergerakmenurutpemerintahan setempatInggris terhadap biaya pengolahandan komersialmengalami kerisauanyang samaawal tahun 1980-an. Ada kasus-kasus
(peristiwa)yangmenunjukkan bahwapengeluaranpemerintah daerah
merupakan bagian yangbesardariseluruhpengeluaran publikdan yang
mengatakan bahwabesarnyajenis pengeluaran yangtersebut terakhir itudipandang sebagai penambahan beban perekonomian yang tak
tertahankan. Suatugabungan keadaan yang lebihlazimterjadi di negaraBarat yang berindustri daripada di negara Dunia Ketiga...
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
25/119
36 mPajakdonRetribusi Daerah
KRITERIA RETRIBUSI
DAERAH
Bab inimembahas karak.ieristikretribusi daerahsecara umum. Secara teoritis pengertianpajakdanretribusi mudah dibedakan, namundi prakteknyatidakdemikian. Setiap pembayaran pajakmemberi
kontribusi atasjasa-jasa pelayananyang diselenggarakanolehPemerintah,tetapi pembayarnya tidakmenerima kontraprestasi langsung yangdapatdinikmati. Dalam beberapa kasus jasa pelayanan umum yang
diselenggarakan olehPemerintah dibiayai dengan pungutan pajak, namun
padajasapelayananumum lainnya dibiayai melaluipungutan retribusi yanglangsung kepada konsumen. Setiap pembayaran retribusi menerima
kontraprestasi langsung berupajasa-jasapelayanan yang telahdisediakan
ataudibuatuntukitu. Namun, dalampraktekperbedaan-perbedaan inimenjadi kabur(tidakjelas), halinidapatdilihat daridua segi:
1. Retribusi dapatdikenakan lebihbesar melebihi biayajasa-jasa yangdiberikan.Ini merupakan karakterisitk dari banyak retribusi untuk
pengaturandalam rangkamencapaitujuan lisensifee. Retribusi-retribusiyangdemikian praktis merupakan pajak-pajakyang efektif.
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
26/119
38 ~ P a j a k d a n R e t r i b u s i Daerah
2. Suatujasamungkinhanya sebagianchbiayai olehretribusi, sisanyadatang
dari subsidikhusus atauterselubungdaripenerirnaanpajakmnmn.Dariduaperspektiftersebut maka timbul pertanyaan; Jenis danfungsi
pelayanan apa saja yang bisa dibiayai dari sumber pajak atau sumber
retribusi? Apakah sumberpajakatau sumberretribusihanyacocokuntuk
suatufungsi tertentu? Apayangmembedakansuatujasayangdibiayai olehpajakdenganjasayangdibiayai olehretribusi? Berdasar dariduaperspektiftersebut,bab ini akandiawalidenganuraian tentang barangpublikdan
barang privat, tingkatanpengenaan retribusi, pendekatanpembebanan
retribusi, dan diakhiri penilaianpotensipendapatanyangdapatdikenai
retribusi ataudasarpengenaan retribusi.
Barang Publik dan Barang Privat
Untukmenjawab permasalahan ketigapertanyaandiatasmakaperludiuraikanterlebih dahulujenis barang menurut public sectoreconomic
yaitu publicgoods (barang publik) dan privatgoods (barang privatIpribadi). Hal ini diperlukankarena denganmengklasifikasikanke dalam
duajenis barang tersebut, makaakan memudahkanlogikaberpikirnya
untukmenjawab pertanyaan tersebut.Barangpublikadalah suatujasa yang memberikeuntungan kepada
orang secara kolektif dan tidak diskriminatif seperti ketahanan atau
pengontrolanpenyakit. Untukmenjaga orangdari penyakitcacaradalah
merupakankepentingan setiap orang,bukanhanya menguntungkan sipasien
tetapi semuaorang, yangmungkin kenapengaruhnya. Pelayananyangdemikianpantas diwajibkanuntuk dibiayaioleh setiap pembayarpajak
dalamhubungannya dengan kekayaannnya danbukankonsumsinya (yangmungkindalamkasusyanglainmenjaditidakdapatdihitung jumlahatau
besarnya). Pelayanan suatu barang privatjika konsumsi seseorangmemberikankeuntungan kepadadiri sendiridantidakkepadatetangga
tetangganya. Apakah suaturumahtanggayangmempunyai saluran listrik,tidak memberikan pengaruhkepada tetangga-tetangganya dantidakadaalasan bagi mereka untuk turut membayar biaya tersebut; untuk ini
pembebanan yangcocokadalahretribusilangsung.
Kriteria Efektivitas Retribusi DaerahU 39Sekalilagipembedaanbarangpublikdan barangprivat tidakselalu
mudahditerapkandalam praktek. Hal ini didasarkankepadabeberapa
alasan:
Pertama, batasandefinisibarang-barang publikdan barang privatsootdilakukan, misalpendidikan. Pendidikan, dapat dipandang merupakan
barangpublik karenauntukkepentingan umum. Artinya, pendidikanini
dapat dinikmati oleh semuapenduduk, sehingga untuk mendapatkan
penduduk yang dapat membaca dan berhitung secara umum mudah
diperoleh. Padaakhirnya, untuk mendapatkan pegawai yangkualitas tinggiyang mengisi kantor-kantorPemerintah tidak akan kesulitan. Adanya
pendudukyang mampu membaca dan berhitung karena melaluiproses
pendidikan iniakandinikmati secara bersamaataumerupakankeuntungankolektif. Namun, apakahkeuntungankolekt ifiniju ga dinikmati oleh
golongan orangmiskin atauorang-orangjalananyang belajarpada kelaskelas malamuntukbelajarbacatulisdi sanggarsosial?
Disisi lain, pendidikanjuga dapatdipandang sebagai barang privat.
Misalnya, untuk memenuhi tenaga ahlidibidang hukum danekonomi makadiselenggarakan pendidikan tinggi ilmu hukum dan ekonomi.Untuk
memenuhi kebutuhan ekonom danahlihukum tersebut, tidakhams seluruhpenduduk diajar ataudididikuntuk menjadi seorang ekonom atauahli
hukum. Dengankatalain, tidaksemuapendudukyangdapatmenikmati
pendidikan tinggi ini hanyaorang-orang tertentu saja atau pendidikan inimemberikan keuntungan secara pribadiorang-orang yangmenikmatinya.Artinya, pendidikan dalam ha! inimerupakan barang privat, karena adanyapendidikantinggi ini hanyamenguntungkansegelintirorang sajaatau
keuntungan dari pendidikan inibersifatprivatbukankolektif. Akhirnya,
pendidikan inimenghasilkan segelintir orang (para ekonomdanahlihukum)yangakan meningkatkan standarhidupnyajauh lebihtinggi dibanding
komunitas tempat merekaberasal. Haruskah pembayar pajakmembiayaipendidikantinggiyang menghasilkan standar hiduprata-rata yangjauh
lebih tinggi?
Seluruh pertanyaan-pertanyaandiakhir alinea tersebut,menunjukan dan
mengilustrasikan sulitnyamenarik garis pemisah antara keuntungan kolektif
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
27/119
40 11PajakdonRetribusiDaerah
dan keuntungan pribadi. Dalamkonteks negara-negaramiskin atau miskin
kebijakan, biasanya pendidikan tinggimenyediakanjalanuntukmencapaigayakehidupan yanglebihistimewa, setelah selesai ataululuskemudiansarjana-sarjana tersebuthidjrahke luar negerimencari kehidupan yang
lebih layakdibanding negaranya. Hidjrahnyasarjana-sarjana ini berarti
hilangnya keuntungan-keuntungan kolektif dari pendidikan, karena
masyarakat tidakdapatmenikmati layananjasapara lulusantersebut.
Kedua, aplikasi logis dari suatu peraturan atau kewajaranumumseringmengakibatkan pembayar pajak harus membayar sesuatu yang melebihi
baikdarisisi kapasitas maupun sisi batasan logika pikiran sehat. Penampilanluardarisuatu rumah ataupemeliharaandaripada tamandidepannya dapatdengan mudah dianggap sebagai keuntungan umumdaripada keuntungan
pribadi. Kelancaranselokanpembuanganlimbahrumah tangga dan pabrik,
sering puladianggapsebagai keuntunganumumdaripada keuntunganpribadi.
Ketiga, barang-barang pribadiseperti transportuntuk bekerjaatauperumahan yang memadai dapat dianggap sebagai kebutuhan dasar
manusia. Apakah kesempatan untukmemperolehnyadibatasi hanya untukorang-orang yang mampu membayarnya? Secara umum mekanisme
pemerataan memungkinkan untukmembolehkan setiaporang kayadanmiskin mempunyai kesempatan sama untuk membayar kebutuhan
kebutuhan pokok. Namun, karena sebagianbesar negara-negara miskinmempunyaiketerbatasan kapasitas administrasi dan ekonomi untuk
mengoperasikan suatusistemjaminansosial nasional,maka subsidi dari
pajakmungkin tidakdapat dihindarkan, misal kreditpajakatauiurandanapensiun. Apakah mungkinsubsidi-subsidi tersebut dibatasi hanyauntuk
masyarakat yang miskin atauhams diperluas untukmelayani kepentinganumum dalamjumlah yang besar(segi politikdan administratif) .
Keempat, pelayanan-pelayananjasayang tidak dapat dikategorikansebagai barang publik, tetapi karena alasan tertentu ataumempunyaitujuantertentu makapelayanan tersebut harus dilakukan, Misalnya, pengguna
ataupemanfaatan sumberdayaalam. Apalagi, sumber dayaalamyangdimanfaatkan tersebutmerupakansumberdayaalam yang langkamakapemanfaatanyaharusdilakukan secara disiplin. Pelayananpenggunaan atau
Kriteria Efektivitas RetribusiDaerahIJ 41
pemanfaatanlahan yang memilikisumber daya alam tersebut, perludi kelolasecara disiplinagar dampakdari pemanfaatan lahan tersebuttidak merusak sumber daya alam lainnya. Beberapa elemen berupakelangkaan, keterbatasan,kedisiplinan, dan ketertiban, perlu diatur
dengan pengenaan tertentu. Penggunaan retribusi sebagai alat
pembebananlangsung tidak dapat dihindarkan, hal ini dimaksudkanuntuk mengenakan disiplin kepada mereka yang menggunakannya.
Retribusimemaksaorang untuk berhati-hatidi dalam mengkonsumsisumber-sumber yang langkaatau mahal.
Terakhir, karena ada tekanan secara politik atau pertimbanganpraktis (karena mudah dipungut), maka untuk menutup biaya-biaya
pelayanan dilakukan melalui retribusi daripada melalui pajak. Babbab sebelumnya telah membahas kesulitan untuk mencapai perpajakan
daerah yang pantas dan wajar, khususnya di negara-negara DuniaKetiga. Ada suatu kecenderungan di negara-negara Dunia Ketiga
berupa dorongan yang kuat untuk menggunakan retribusi sebagaialat untuk mengendalikan penduduk yang memperoleh fasilitaspelayanan pemerintah. Kadang-kadang mereka harus membayar
retribusisetingkat lebihtinggi daripajakyangdisyaratkan. Rendahnya
keinginan bagi pengenaan pajak langsung di banyak negara miskin
sarnasekali bertolak-belakang dengan tingginya proporsi golongan yangbenar-benar rendahmengeluarkan pendapatannyauntuk uang sekolah,
tagihan air minum dan pelayanan kesehatan. Lebih lanjut ada yang
mempertanyakan (secara kontroversi) bahwa retribusi adalah benarbenar demokratis sebab ia memperkuat pemilihan yang diinginkan:penduduk dapat memilih kepada apa yang harus mereka bayar dan
apa yangtidakperlu dibayar,dan bentuk daripadapengeluaranumumtersebut, setidak-tidaknya sebagian langsung merupakan pilihan mereka.
Di dalam praktek, pungutan retribusi langsung atas konsumenbiasanya dikenakan karena satu atau lebih dari pertimbanganpertimbanganberikut:
(1) Apakahpelayanan tersebut merupakanbarang-barang publik atau
privat, mungkin pelayanan tersebutdapatdisediakan kepadasetiaporang. Olehkarena itutidakwajaruntukmembebankan biaya-biaya
KriteriaEfektivitasRetribusi Daerah 11 43
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
28/119
42 11PajakdanRetribusi Daerah
tersebut kepada pembayar-pembayar pajak yang tidak
mendapatkanjasa/barang tersebut. Hal ini merupakan salah satu
alasanpembebasanretribusi bagi pengadaanair minumatau untuk
pendidikan secara umum. (Alasan ini tidak dapat dilakukanjika
suatu jasa dibiayai oleh pajak kekayaan, dan ketersediaan atau
ketidaktersediaan jasa-jasa tersebut dipengaruhi oleh
penilaiannya).(2) Suatujasayangmelibatkan suatusumberdaya yanglangka ataumaha1
danperlunyadisiplinmasyarakatdalam mengkon-sumsinya. Hal ini
sering menjadi suatu alasan bagi pembebanan retribusi untuk
menyediakanairminum(khususnya melalui sistem meteran).
(3) Ada beberapajenis konsumsi yang dinikmati oleh individu bukan
karena kebutuhan pokok sehingga lebih merupakan pilihan
daripadakeperluan. Contohfasilitas rekreasi.(4) Jasa-jasa dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan mencari
keuntungandisamping memuaskankebutuhan-kebutuhan individu di
dalam negeri. Sebagai contoh,airminum, listrik, pembuangan sarnpah,kantorpos, telepon seluruhnyadigunakansecara luasoleh industri.
(Halinimungkin mengakibatkanpembebanan retribusi kepada seluruh
konsumenatauhanyakepadasektorperdagangandan industri).
(5) Retribusidapatmengetahuiataumenguji arahdan skaladari pennintaanmasyarakatakanjasa, jika kebutuhanpokokataubentuk-bentukdan
standar-standar dari penyediaantidakdapatditentukan secarategas.
Suatu kasus pada setiap pengeluaran Pemerintah, keinginan atau
kemauan masyarakat untuk membayar langsung bagi pelayanan
pelayanantersebut adalah suatupengujian yangpenting bagikeinginan
masyarakatatasjasa pelayanantersebut.
Tingkat Pengenaan Retribusi
Secaragarisbesar adabeberapatingkatanpengenaanretribusiyang
digunakan oleh Pemerintah terhadap masyarakat, yaitu retribusi atasjasa
jasa pelayanan umum atas pemakaian langsung (pelayanan secara
keseluruhan), retribusiuntukjasa-jasapelayanan umumyangmembutuhkan
tingkat pengembalian biaya langsung (direct cost) yang berbeda, dan
Kriteria Efektivitas Retribusi Daerah 11 43
retribusi berdasar kewenangan tertentu Pemerintah atas penerimaan
retribusi tersebut.
Hampirsecara keseluruhan jasa-jasapelayananataspemakai langsung
bersifatumum (universal). Jasa-jasapelayananumum yang dikenakanretribusi atas pemakai langsung (baik dengan atau tanpa subsidi)
antara lain :
(1) Jasapemenuhan kebutuhan airbersih untukindustridapat dihitungmelaluitingkatpenggunaanair yangdikonsumsi dan diukur dengan
meteran kubik,melaluipengkategorianperusahaanindustri dalam
suatutingkattertentu(misal: besar, sedangdan kecil)berdasarkan
penilaian kekayaan, melalui dasar jara k antara lokasi perusahaan
denganpipapenghubungutama, atau melalui penjualan dari pusat
perusahaanairminum(pDAM).
(2) Jasa angkutan umum setidak-tidaknyasebagian ditutup dari biayatiket penumpangatau barang (meskipun ditentukanoleh besamya
peningkatan subsididari penerimaan-penerimaanumum di negara
negaraBarat).(3) Jasa-jasaposdan telepon, umumnya dijualberdasarkanunit daripada
jasa, meskipun pada kasus telepon ada pengecualian. Untuk biayatetapnya(abodemen) tidakdidasarkankepadaunit tetapi didasarkan
padakategori atasnilai kekayaanpemakai.Abonemenuntukrumah
tangga lebihrendahdibandingkan untukusaha.
(4) Gas dan listrikjuga pada dasamya dikenakan pembayaran sesuaidengan besamya volume konsumsi, meskipun biaya-biaya per
unit sering menurun apabilajumlah yang digunakan meningkat.
(5) Penghuniperumahan Pemerintah hampir selalu membayar sewa
(atau penghuni membeli secara cicilan) kecuali apabilaperumahangratis disediakankepada para pegawai sebagai bagian
daripada konsumsi pelayanan mereka.
(6) Beberapa bentuk biaya masuk biasanya dikenakan atas
penggunaanfasilitasfasilitas tertentu yangdimiliki Pemerintah Kotasepertimusium, monumen-monumen bersejarah, kolamrenang dan
fasilitas olahragalainnya, kebun binatang, benda-benda cagarbudaya,
bioskop, meskipun tidakuntuk sepertitaman.
44 11P j k R ib i D h
7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah
29/119
44 11PajakdonRetribusiDaerah
Penyediaan jasa-jasa kepentingan umum seperti air bersih, gas,
listrik dan telepon biasanya didasarkan pada biaya penyambungan
awal, namun kadang-kadangj uga dasar pengenaan biaya bergantung
pada penggunaan/konsumsinya.
Pengenaan retribusi yang didasarkan pada pengembalian biaya
langsung (direct cost) . Ada perbedaan mendasar pengenaan retribusi
antara jasa-jasa pelayanan umum atas pemakaian langsung dengan
jas a-ja sa pel ayana n umu m pen gemb alia n bia ya langs ung. Pengen aan
retribusi yang didasarkan pad a pengembalian biaya langsung (directcost) biasanya d ig u nak an u n tu k jasa-jasa u m um y a ngpenyelenggaraannya menjadi tugas atau kewenangannya berada di
tangan Pemerintah, misalnya :
1. Pendidikan. Dewasa ini Pemerintah di banyak negara dalam
sistem pendidikannya memberikan pembebasan uang sekolah
untuk tingkat sekolah dasar, meskipun pengeluaran (biaya)
tambahan seperti seragam sekolah, makan, buku-buku mungkin
masihjuga ada. Hal ini merup akan suatu beban, khususnya bagi
keluarga-keluarga miskin. Pungut an di sekolah dasar tetap masih
ada terutama, jika jumlah kelas yang disediakan di sekolah tersebut
lebih keeil dari jumlah anak sekolahnya, meskipun biasanya
mendapat subsidi yang lebih tinggi. Sedangkan pada sekolah
tingkat menengah berbeda, pungutan uang sekolah makin
banyak. Pungutan uang sekolah ini merupakan bentuk lain dari
retribusi langsung oleh Pemerintah. Semakin banyak retribusi
yang dikenakan oleh Pemerintah terhadap pendidikan sekolah
menengah menjadi tingkat biaya benar-benar tinggi, maka sering
diimbangi dengan penyediaan yang lebih besar berupa potonganuang sekolah atau bea siswa untuk pelajar-pelajar yang miskin.
Di dalam sekolah yang lebih tinggi, retribusi dimasukkan sekaligus
dalam suatu peraturan sekolah, jadi betapa bervariasinya tingkat
subsidi dan penyediaan bea siswa. Suatu alternatif konsep di
dalam pendidikan yang lebih tinggi adalah membebankan biaya
biaya pendidikan kepada siswa melalui sistem kredit pinjaman
biaya pendidikan. Setiap siswa yang dibiayai dari kredit pinjaman
KriteriaEfektivitasRetribusiDaerah11 45
ini mempunyai suatu accountpinjaman atas nama siswa tersebut.Pinjaman ini akan dikembalikan oleh siswa tersebut jika yang
bersangkutan telah bekerja atau siswa dikenakan angsuran utang
pinjaman biaya pendidikan setelah yang bersangkutan mulai
meniti kariernya. Namun demikian, kontribusi dari orangtua siswa
masih sering dicari atau diperlukan untuk biaya pengadaan
bangunan atau sarana sekolah melalui usaha gotong-royong orang tua siswa (masyarakat).
2. Jalan raya (OOn infrastruktur yang berkaitan).
Pembangunandan pemeliharaanjaIan raya biasanyadibiayaidari pajak
umum. Misalnya,pungutanpajak ataspemakianbahan bakar (bensin)
untuk kendaraan dan pungutan pajak atasbobot kendaraan/alatberat
yangmelewatijalan rayaumum.Kadang-kadang hubunganantarapajak
dengan penggunaannyadapat lebihspesifik, namun adaj uga retribusi
pemakaiantertentu atasjalan. Misalnya,jaIanutama denganakses terbatas seringdioperasikansebagaijalan tal.
Pembangunan perumahan tennasukjalan-jalandi lingkungansekitarnya,saluran air, lampujalanan sering dikenakan retribusi kepada pemilik
kavling yang tanahnya menghadap ke jalan atau pembayaran
pembayaran pajak daerah. Biaya-biaya ini kemungkinanjuga dapat
ditutup oleh pengembang (developer) dan pembeli pada saat
melakukanpembuatanaktet ransaksijual-beliproperty melaluipetugas
PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) atau Notaris . Hal inimerupakansuatupraktekyangsudahbiasadilakukanolehpengembang
pembangunan pertokoan atau perusahaan-perusahaan property
perkotaan baru (new town corporation), atau melalui pengaturan
kembalipertanah