Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah. Beras merupakan makanan utama
penduduk di Indonesia, beras sendiri di hasilkan dari tanaman padi. Budidaya
tanaman padi dapat dilakukan di darat dan di sawah. Perbedaan keduanya hanya
terletak pada jenis bibitnya dan kebutuhan airnya saja.
Hingga saat ini Indonesia masih belum dapat mencapai swasembada pangan
karena produksi beras nasional yang terus menurun akibat berkurangnya lahan
untuk sawah yang saat ini telah banyak berubah menjadi bentuk lain seperti
perumahan, kantor, hotel, ruko, swalayan, industri dan lokasi wisata hal ini harus
menjadi perhatian jika ingin kembali mencapai swasembada pangan.
Klasifikasi Tanaman Padi adalah sebagai berikut :
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus: Oryza
Spesies: Oryza sativa L.
Syarat Tumbuh Padi Sawah
- Curah hujan antara 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun
- Ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl.
- Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman padi 23°C.
- Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan.
- Budidaya padi sawah dapat dilakukan disegala musim.
- Air selalu tersedia pada musim kemarau
- Tanah yang baik mengandung pasir, debu dan lempung.
Cara Budidaya Padi Sawah
A. Persiapan Lahan
Persiapan lahan meliputi pembersihan jerami padi atau sisa tanaman lain,
pencangkulan pada pematang sawah untuk memperbaiki pematang-pematang
rusak, pemberian kapur pertanian disesuaikan dengan pH tanah, pemberian pupuk
kandang yang sudah difermentasi sebanyak 4 ton/ha, pembajakan dan penggaruan
tanah. Pada saat penggaruan saluran pembuangan air sebaiknya ditutup, agar
pupuk yang sudah diberikan tidak hanyut.
B. Pembibitan Padi
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan
persemaian memerlukan persiapan sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini
akan menentukan pertumbuhan tanaman padi di sawah, oleh karena itu persemian
harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit
padi yang sehat dan subur dapat tercapai. Yang perlu diperhatikan adalah
penggunaan benih unggul bersertifikat, dengan kebutuhan 25-30 kg/ha. Pilih
lokasi persemaian yang tanahnya subur dan intensitas cahaya matahari sempurna.
Buat bedengan dengan ukuran lebar 1 m, panjang 4 m, dan tinggi 20-30 cm.
Untuk lahan seluas 1 hektar dibutuhkan 4 bedengan. Untuk menghindari serangan
tikus, sebaiknya tempat persemaian dikelilingi pagar plastik. Berikan pupuk NPK
15-15-15 sebanyak 1 kg untuk 4 bedengan. Benih yang telah direndam selama 1
malam siap untuk ditebar.
C. Penanaman Padi Sawah
Bibit yang telah berumur 18 hari siap untuk di tanam. Sebelum ditanam, bibit
yang telah dicabut direndam dalam larutan insektisida berbahan aktif karbofuran
dengan konsentrasi 1 gr/ liter selama 2 jam. Daun bibit dibiarkan utuh, tidak
dipotong seperti kebiasaan petani. Pada saat penanaman lahan dalam kondisi
macak-macak, tidak perlu tergenang air. Penanaman dilakukan dengan jumlah
satu tanaman per titik tanam, dengan sistem jajar legowo 2 -1 dengan jarak 15 x
25 cm dan lebar barisan legowo 50 cm. Keuntungan penanaman dengan sistem
ini adalah memberikan ruang yang cukup untuk pengaturan air dan
mengoptimalkan cahaya matahari, pengendalian hama penyakit lebih mudah, dan
pemupukan lebih berdaya guna.
Pemeliharaan Padi Sawah
A. Penyulaman
Penyulaman dilakukan sampai dengan umur tanaman 2 minggu.
B. Pengendalian Gulma dan Pengairan
Sanitasi lahan pada budidaya padi meliputi : pengendalian gulma/rumput
(penyiangan), dan pencabutan tanaman yang terserang hama penyakit. Penyiangan
dilakukan 2 kali, sebelum pemupukan kedua dan ketiga dengan cara mencabut
gulma atau menggunakan alat gosrok/landak. Bila pertumbuhan gulma cukup
cepat, maka penyiangan bisa dilakukan 3 kali.
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam pengairan budidaya padi sawah adalah
pengaturan air agar tetap dalam kondisi macak-macak. Tinggi air tidak lebih dari
1 cm. Pengaturan air terus dilakukan sampai 10 hari menjelang panen.
C. Pemupukan Padi Sawah
Pupukakar diberikan sebanyak 3 kali. Pemupukan pertama pada umur 7 hari
setelah tanam (HST) menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/ha dan
urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 20 HST
menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/ha dan urea sebanyak 50
kg/ha. Pemupukan ketiga dilakukan pada umur 35 HST dengan menggunakan
pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 250 kg/ha.
Pupukdaun kandungan Nitrogen tinggi diberikan pada umur 14 hst dengan
konsentrasi 2 gr/liter, sedangkan pupuk daun kandungan Phospat dan kalium
tinggi diberikan pada umur 30 hst dan 45 hst. Pemupukan phospat dan kalium
tinggi menggunakan pupuk MKP dengan konsentrasi 2 gr/liter pada umur 30 hst,
dan konsentrasi 4 gr/lliter pada umur 45 hst.
Hama dan Penyakit Padi Sawah
Hama Padi Sawah
Orong-orong
Orong-orong tanaman padi sawah adalah Gryllotalpa orientalis Burmeister.
Orong-orong jarang menjadi masalah pada budidaya padi sawah, tapi sering
ditemukan di lahan pasang surut dan biasanya hanya terdapat di sawah kering
tidak digenangi. Penggenangan lahan menyebabkan orong-orong pindah ke
pematang. Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan hama ini adalah fase
pembibitan sampai anakan. Benih di pembibitan juga dapat dimakannya. Hama ini
merusak akar muda dengan cara memotong tanaman padi pada pangkal batang
yang berada di bawah tanah. Gejala kerusakan demikian terkadang sering dikira
orang disebabkan oleh penggerek batang (sundep). Pertanaman padi muda yang
diserangnya mati sehingga terlihat adanya spot-spot kosong di sawah.
Pengendalian dengan penggenangan sawah 3-4 hari untuk membunuh telur orong-
orong di tanah. Penggunaan umpan (sekam dicampur insektisidaberbahan aktif
metomil), jika diperlukan bisa dengan aplikasi insektisidaberbahan aktif fipronil
atau karbofuran dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Ulat Grayak
Ulat grayak tanaman padi sawah adalah Spodoptera litura. Ulat grayak menyerang
daun tanaman bersama-sama dalam jumlah sangat banyak, ulat ini biasanya
menyerang di malam hari dengan cara memakan daun tanaman padi. Gejala pada
daun berupa bercak-bercak putih dan berlubang, dan hanya meninggalkan tulang
daun. Larva ulat grayak menyerang tanaman padi sejak di persemaian sampai fase
pengisian. Serangan parah terjadi saat musim kemarau dan tanaman kekurangan
air.
Pengendalian dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin,
deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo
dengan dosis/konsentrai sesuai petunjuk pada kemasan.
Penggerek Batang Tanaman Padi
Penggerek batang padi yang menyerang tanaman padi sawah di Indonesia adalah :
· Scirpophaga incertulas
· Scirpophaga innotata
· Chilo suppressalis
· Chilo polychrysus Meyrick
· Chilo auricilius Dudgeon
· Sesamia inferens
· Tryporiza innota
· Tryporiza incertulas
Serangan pada fase vegetatif tidak terlalu mempengaruhi hasil panen karena
tanaman padi masih dapat mengkompensasi dengan membentuk anakan baru.
Gejala serangan berupa daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh
dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang mati akan berwarna
coklat dan mudah dicabut (gejala ini biasa disebut Sundep).
Serangan pada fase generatif ditandai dengan larva penggerek batang memakan
pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna
abu-abu dan bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabut, pada pangkal batang
terdapat bekas gerekan larva penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk).
Pengendalian kimiawi dengan aplikasi insektisida berbahan aktif fipronil,
monosultap, bisultap, bensultap, dimehipo, karbosulfan, karbofuran atau amitraz
dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Hama Putih
Hama putih tanaman padi sawah adalah Nymphula depunctalis. Hama putih
menyerang tanaman padi mulai fase vegetatif di persemaian sampai tanaman padi
berumur kurang lebih satu bulan. Hama putih akan memakan jaringan permukaan
bawah daun sehingga tampak garis-garis memanjang berwarna putih. Tanda
adanya hama ini adalah adanya larva kecil dan ngengat dengan siklus hidup 35
hari.
Stadia hama putih yang merusak adalah stadia larva. Kerusakan pada daun
ditandai daun terpotong seperti digunting. Daun yang terpotong tersebut dibuat
menyerupai tabung yang digunakan larva untuk membungkus dirinya (terbungkus
dengan benang-benang sutranya).
Pengendalian kimiawi dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif
abamektin, imidakloprid, karbosulfan, atau dimehipo dengan dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk pada kemasan.
Hama Putih Palsu
Hama putih palsu tanaman padi sawah adalah Chanaphalocrosis medinalis. Hama
putih palsu menyerang bagian daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan
hijau daun dari dalam lipatan daun, permukaan bawah daun berwarna putih.
Ngengat berwarna kuning coklat, pada bagian sayap depan ada tanda pita hitam
sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap atau terputus. Saat diam, ngengat
berbentuk segitiga.
Pengendalian hama ini tidak diperkenankan melakukan penyemprotan insektisida
sebelum tanaman padi berumur 30 hst atau 40 hari setelah sebar benih. Tanaman
padi sawah yang terserang pada fase ini, dapat pulih apabila air dan pupuk
dikelola dengan baik. Atau dengan mencegah penggenangan lahan secara terus
menerus dan mengeringkan sawah selama beberapa hari untuk membunuh
larvanya. Jika tanaman padi telah berumur lebih dari 30 hst dan serangan tidak
terkendali, bisa dengan aplikasi insektisida berbahan aktif indoksakarb, bensultap,
BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau karbofuran dengan dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk pada kemasan.
Wereng Coklat
Hama wereng coklat tanaman padi sawah adalah Nilaparvata lugens Stal. Wereng
coklat merupakan hama dari golongan insekta yang sangat merugikan pertanaman
padi di Indonesia. Hama ini menyebabkan tanaman padi mati kering dan tampak
seperti terbakar, serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Pemupukan
kandungan N tinggi yang tidak diimbangi dengan P dan K tinggi serta penanaman
dengan jarak tanam rapat sangat rentan terserang wereng coklat. Hama wereng
coklat menyerang tanaman padi mulai dari pembibitan hingga fase masak susu.
Gejala serangan adalah terdapatnya imago wereng coklat pada tanaman,
menghisap cairan tanaman pada pangkal batang, kemudian tanaman menguning
dan mengering.
Pengendalian hama dengan pengaturan jarak tanam, menanam varietas tahan
wereng (bisa meminta informasi ke dinas pertanian terdekat), penggunaan lampu
perangkap, serta memanfaatkan musuh alami (contoh : laba-laba Ophione
nigrofasciata, Paederus fuscifes, Coccinella, dan kepik Cyrtorhinus lividipennis).
Apabila serangan di luar ambang kendali, aplikasikan insektisida berbahan aktif
imidakloprid, bensultap, BPMC, betasiflutrin, buprofezin, dimehipo,
tiametoksam, atau karbofuran dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada
kemasan.
Wereng Hijau
Hama wereng hijau tanaman padi sawah adalah Nephotettix virescens. Hama
wereng hijau merupakan hama penyebar (vektor) virus tungro penyebab penyakit
tungro. Fase persemaian sampai pembentukan anakan maksimum merupakan fase
paling rentan serangan wereng hijau. Gejala kerusakan ditandai dengan tanaman
kerdil, anakan berkurang, serta daun berubah menjadi kuning sampai kuning
oranye.
Pengendalian hama ini sama seperti pengendalian hama wereng coklat.
Walang sangit
Hama walang sangit tanaman padi sawah adalah Leptcorisa oratorius. Walang
sangit adalah hama tanaman padi setelah berbunga, menghisap cairan bulir padi
dan mengakibatkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna,
berubah warna serta mengapur. Fase tanaman padi mulai keluar malai sampai
masak susu merupakan fase paling rentan. Hama walang sangit selain
menurunkan produksi juga menurunkan kualitas gabah padi. Hama ini
menyebabkan meningkatnya Grain dis-coloration.
Pengendalian kimiawi dengan aplikasi insektisida berbahan aktif alfametrin,
bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau betasiflutrin dengan
dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Keong Mas
Hama keong mas tanaman padi sawah adalah Pomacea canaliculata. Keong mas
merusak tanaman padi dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya,
menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman. Keong mas menyenangi
tempat-tempat yang digenangi air.
Pengendalian hama dengan pengamatan di lapangan, Waktu kritis untuk
mengendalikan serangan keong mas adalah pada saat 10 hst atau 21 hari setelah
sebar benih (benih basah). Jika di sawah ditemukan telur berwarna merah muda
dan keong mas dengan berbagai ukuran serta warna, perlu dilakukan pengaturan
air. Pada tanaman padi berumur 15 hst, perlu dilakukan pengeringan kemudian
digenangi lagi secara bergantian (flash flood = intermitten irrigation). Bila petani
menanam dengan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari
setelah sebar benih sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi secara
bergantian. Apabila serangan diluar ambang kendali bisa dengan aplikasi
moluskisida berbahan aktif niclosamida atau saponin dengan dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk pada kemasan.
Tikus Sawah
Hama tikus sawah tanaman padi sawah adalah Rattus argentiventer Rob & Kloss.
Tikus sawah merupakan hama utama tanaman padi dari golongan mamalia
(binatang menyusui). Pengendalian hama tikus memerlukan pendekatan yang
sangat spesifik.
Tikus sawah menyebabkan kerusakan tanaman padi mulai dari persemaian padi
hingga padi siap dipanen, dan bahkan menyerang padi di dalam gudang
penyimpanan. Kerusakan akibat serangan tikus sawah bisa mengakibatkan puso
dengan nilai kerugian yang jauh lebih tinggi dibanding serangan Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) lain.
Cara Pengendalian Tikus Sawah
1. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan bertujuan untuk menjadikan lingkungan sawah menjadi tidak
menguntungkan bagi kehidupan dan perkembangbiakan tikus. Kegiatan sanitasi
dengan pembersihan gulma di areal pertanaman mulai dari pematang sampai
saluran irigasi, terutama pada tanggul tinggi dengan tujuan agar tikus tidak
bersarang di tempat tersebut.
2. Kultur Teknis
Pengaturan pola tanam bertujuan membatasi perkembangbiakan tikus sawah,
karena tikus sawah hanya berkembangbiak saat tanaman padi pada fase generatif.
Pengaturan pola tanam dapat membatasi perkembangbiakan tikus sawah.
Pengaturan jarak tanam lebih lebar dari biasanya, seperti cara tanam legowo,
bertujuan untuk membuat lingkungan lebih terbuka sehingga kurang disukai tikus.
3. Pengendalian Secara Fisik
Tujuan pengendalian dengan cara ini adalah mengubah faktor lingkungan fisik
menjadi tidak sesuai untuk kehidupan tikus sawah. Tikus mempunyai batas
toleransi terhadap beberapa faktor fisik seperti suhu, cahaya, air, dan suara.
Beberapa cara pengendalian dengan menggunakan alat penyembur api (brender)
yang disemprotkan kesarang tikus, memompa air kedalam sarang tikus, mengusir
tikus dengan suara ultrasonik, pemerangkapan (trapping), Gropyokan massal
(community actions), Sistem bubu perangkap linier (linier trap barrier system atau
LTBS), dan Sistem bubu perangkap (trap barrier system atau TBS). Informasi
LTBS dan TBS dapat meminta menjelasan ke instansi pertanian terdekat.
4. Pemanfaatan Musuh Alami
Musuh alami berasal dari kelompok burung, mamalia dan reptilia. Pemangsa dari
kelompok burung antara lain Tito alba javanica (burung hantu putih), Bubo
ketupu (burung hantu cokelat) dan Nyctitorac nyctitorac (burung kowak maling).
Pemangsa dari kelompok mamalia antara lain Verricula malaccensis (musang
bulan atau rase), Herpestes javanicus (garangan), Felis catus (kucing) dan Canis
familiaris (anjing). Pemangsa dari kelompok reptilia antara lain Ptyas koros (ular
tikus), Naja naja (ular kobra), Trimeresurus hagleri (ular hijau), dan Phyton
reticulatus (ular sanca).
Pemangsa terbaik tikus sawah adalah burung hantu, karena burung hantu
mempunyai laju fisiologis besar sehingga mampu mengkonsumsi tikus dalam
jumlah banyak. Pemangsa jenis burung juga mempunyai kemampuan mencari
mangsanya lebih baik dibandingkan jenis pemangsa lain. Walaupun demikian,
burung hantu memerlukan habitat yang sesuai seperti daerah perkebunan,
pegunungan atau perkampungan. Sedangkan pada daerah sawah irigasi yang luas
dan terbuka, burung hantu kurang cocok berdomisili di daerah tersebut. Oleh
karena itu, sangat perlu untuk memberikan lingkungan yang cocok dan
melindungi predator tikus. Pada tubuh tikus sawah terinfeksi berbagai jenis
cacing, sehingga memberikan umpan tikus menggunakan patogen seperti bakteri
salmonella dapat dilakukan, tetapi umpan rodentisida tersebut juga
membahayakan kesehatan manusia.
5. Pengendalian Kimiawi
Rodentisida. Rodentisida yang dipasarkan pada umumnya dalam bentuk siap
pakai, atau mencampur sendiri dengan bahan umpan. Rodentisida digolongkan
menjadi racun akut dan antikoagulan. Racun akut dapat membunuh tikus langsung
ditempat setelah makan umpan, sehingga dapat menyebabkan tikus jera.
Sedangkan rodentisida antikoagulan akan menyebabkan tikus mati setelah lima
hari memakan umpan dengan dosis cukup sehingga tidak menyebabkan jera
umpan. Namun demikian jenis rodentisida antikoaglan mempunyai efek sekunder
negatif terhadap predator tikus.
Fumigasi. Adalah teknik yang ditujukan langsung ke sarang tikus, teknik ini
merupakan teknik efektif dengan membunuh tikus di dalam sarang.
6. Antifertilitas
Adalah cara pemandulan tikus baik untuk tikus jantan maupun tikus betina. Cara
ini lebih efektif karena tikus sawah berkembangbiak sangat cepat. Beberapa jenis
bahan kimia yang digunakan untuk pemandulan manusia juga dapat digunakan
untuk memandulkan tikus sawah.
Pengendalian Penyakit Padi Sawah
Hawar Daun Bakteri
Penyakit hawar daun bakteri tanaman padi sawah adalah Xanthomonas oryzae pv.
oryzae. Penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight = BLB) menyerang di
semua musim, baik musim kemarau maupun musim hujan dan disemua tempat
baik pertanaman padi di dataran rendah maupun dataran tinggi Pada musim hujan
biasanya berkembang lebih baik. Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit
hawar daun bakteri dapat mencapai 60%.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan rotasi tanaman, pengaturan jarak
tanam, penggunaan varietas tahan serangan BLB, pemupukan berimbang.
Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik,
berbahan aktif oksitetrasiklin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, atau
kasugamisin hidroklorida dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Hawar Daun Jingga
Penyakit hawar daun jingga tanaman padi sawah adalah Pseudomonas sp.
Penyakit hawar daun jingga (Bacterial Red Stripe/BRS) tersebar di hampir seluruh
Pulau Jawa dan Sumatera, terutama di dataran rendah (<100 m dpl). Pada musim
kemarau, penyakit ini biasanya menyerang tanaman padi pada fase generatif. Di
Jalur Pantura Jawa Barat penyakit ini dijumpai merata di kabupaten Karawang,
Subang, Indramayu, dan Cirebon. Varietas tahan hawar daun jingga sampai saat
ini belum tersedia. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa
perkembangan penyakit HDJ sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor praktek
produksi yang dilakukan seperti pemupukan, jarak tanam, dan pengairan.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan pemupukan berimbang, jarak tanam
lebar, dan pengeringan secara berkala. Pengendalian kimiawi menggunakan
bakterisida dari golonganantibiotik berbahan aktif oksitetrasiklin, streptomisin
sulfat, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida dengan dosis/ konsentrasi
sesuai petunjuk pada kemasan.
Hawar Pelepah
Penyakit hawar pelepah tanaman padi sawah adalah Rhizoctonia solani kuhn.
Hawar pelepah menyerang tanaman padi baik pada dataran tinggi maupun dataran
rendah. Gejala penyakit dimulai pada bagian pelepah dekat permukaan air, berupa
bercak-bercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna coklat dan
bagian tengah berwarna putih pucat. Penyakit hawar pelepah ini muncul sejak
dikembangkan varietas padi beranakan banyak, didukung oleh pemberian pupuk
kandungan nitrogen tinggi secara berlebihan, serta cara tanam dengan jarak rapat.
Kehilangan hasil padi akibat penyakit hawar pelepah dapat mencapai 30%.
Pengendalian penyakit ini dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan
berimbang, dan aplikasi trichoderma. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi
fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin,
asam fosfit, atau dimetomorf dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada
kemasan.
Busuk Batang
Penyakit busuk batang tanaman padi sawah adalah Helminthosporium
sigmoideum. Penyakit busuk batang merupakan salah satu penyakit utama padi di
Indonesia. Penyakit ini selalu ditemukan pada setiap musim tanam dengan
kategori infeksi ringan sampai sedang. Pada musim hujan, lebih dari 60%
tanaman padi di jalur pantura Jawa Barat mengalami kerebahan akibat diinfeksi
cendawan H. Sigmoideum. Kerebahan menyebabkan persentase gabah hampa
meningkat. Kehilangan hasil padi akibat penyakit busuk batang 25-30%. Busuk
batang ditemukan lebih parah pada varietas padi beranakan banyak yang ditanam
pada lokasi kahat kalium serta berdrainase jelek.
Pengendalian penyakit ini dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan
berimbang, pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal, dan pengeringan sawah
secara berkala. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif
propamokarb hidroklorida, simoksanil, difenokonazol, tebukonazol, atau
dimetomorf dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Blas
Penyakit blas tanaman padi sawah adalah Pyricularia grisea. Blas merupakan
penyakit penting terutama pada padi gogo. Daerah endemik penyakit blas di
Indonesia adalah Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi
Tangah, Sulawesi Tenggara, dan Jawa Barat bagian selatan (Sukabumi dan
Garut). Akhir-akhir ini penyakit blas khususnya blas leher menjadi tantangan
serius karena banyak ditemukan pada beberapa varietas padi sawah di Jalur
Pantura Jawa Barat. Blas menginfeksi tanaman pada semua stadium dan
menyebabkan tanaman puso. Pada fase vegetatif biasanya menginfeksi bagian
daun, disebut blas daun (leaf blast). Pada fase generatif selain menginfeksi daun
juga menginfeksi leher malai disebut blas leher (neck blast). Pemupukan tidak
berimbang, terutama kandungan nitrogen tinggi dan kondisi kekurangan air sangat
disenangi oleh penyakit blas ini. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan
penyakit makin tinggi.
Pengendalian penyakit ini dengan pengaturan jarak tanam, penggunaan benih
bebas infeksi patogen, pemupukan berimbang, pengapuran lahan untuk mencapai
pH ideal, serta pengeringan sawah secara berkala. Pengendalian kimiawi dengan
aplikasi fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol,
mankozeb, atau klorotalonil dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada
kemasan.
Bercak Cercospora
Penyakit blas tanaman padi sawah adalah Cercospora leaf spot. Penyakit bercak
daun cercospora sering disebut bercak coklat sempit (narrow brown leaf spot)
disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae Miyake. Penyakit bercak daun
cercospora merupakan penyakit merugikan terutama pada sawah tadah hujan yang
kahat (kekurangan) kalium. Penurunan hasil akibat penyakit ini disebabkan oleh
keringnya daun sebelum waktunya dan keringnya pelepah daun yang
menyebabkan tanaman rebah. Gejala serangan ditandai adanya bercak-bercak
sempit memanjang pada daun, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu
tulang daun, dengan ukuran panjang kurang lebih 5 mm dan lebar 1-1,5 mm. Pada
saat tanaman padi membentuk anakan, bercak ini semakin meningkat. Infeksi
yang terjadi pada batang dan pelepah meyebabkan batang dan pelepah daun busuk
sehingga tanaman menjadi rebah.
Pengendalian penyakit ini dengan pemberian pupuk NPK berimbang, pengaturan
jarak tanam, pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pengendalian
kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat,
difenokonazol, mankozeb, atau klorotalonil dengan dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk pada kemasan.
Bercak Daun Coklat
Penyakit daun coklat tanaman padi sawah adalah cendawan Helminthosporium
oryzae. Gajala serangan bercak caun coklat ditandai bercak coklat pada daun
berbentuk oval merata di permukaan daun dengan titik tengah berwarna abu-abu
atau putih. Titik abu-abu di tengah bercak merupakan gejala khas penyakit bercak
daun coklat di lapang. Bercak yang masih muda berwarna coklat gelap atau
keunguan berbentuk bulat. Pada serangan berat, jamur dapat menginfeksi gabah
dengan gejala bercak berwarna hitam atau coklat gelap pada gabah.
Pengendalian kimiawi dengan pemberian pupuk NPK berimbang, pengaturan
jarak tanam, pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pengendalian
kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif azoxistrobin, belerang,
difenokonazol, tebukonazol, karbendazim, metil tiofanat, atau klorotalonil dengan
dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Tungro
Penyakit tungro tanaman padi sawah adalah virus batang tungro padi (rice tungro
bacilliform virus, RTBV) dan virus bulat tungro padi (rice tungro spherical virus,
RTSV). Tungro merupakan penyakit padi yang kompleks, kedua virus ditularkan
secara semipersisten oleh beberapa spesies wereng hijau dan wereng daun lainnya.
Infeksi virus tungro menyebabkan tanaman kerdil, daun muda berwarna kuning
dari ujung daun, daun kuning nampak sedikit melintir dan jumlah anakan lebih
sedikit dari tanaman sehat. Secara umum hamparan tanaman padi terlihat
berwarna kuning dan tinggi tanaman tidak merata, terlihat spot-spot tanaman
kerdil.
Virus tugro dapat dikendalikan dengan cara mengendalikan serangga vektor
penular virus, terutama pengendalian wereng hijau. Aplikasi insektisida untuk
mematikan secara cepat wereng hijau agar efisien dengan memperhatikan dampak
pestisida terhadap lingkungan, sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil pengamatan
tentang kondisi ancaman tungro.
Panen Padi Sawah
Buah padi dapat dipanen saat 95% malai menguning. Ketepatan waktu panen
sangat mempengaruhi kualitas bulir padi dan kualitas beras. Panen terlalu cepat
menyebabkan persentase butir hijau tinggi, berakibat sebagian biji padi tidak terisi
atau rusak saat digiling. Sedangkan pemanenan terlambat menyebabkan hasil
berkurang karena butir padi mudah lepas dari malai dan beras pecah saat digiling.
Perontokan padi dilakukan segera setelah padi dipotong menggunakan sabit, agar
kualitas gabah dan beras giling tinggi. Perontokan lebih dari 2 hari menyebabkan
kerusakan beras. Beras menjadi kurang bersih.