HUBUNGAN ANTARA CASH CONVERSION CYCLE PADA FIRM SIZE
DAN PROFITABILITY PERUSAHAAN DI SEKTOR CONSUMER GOODS
DI BEI PERIODE TAHUN 2009-2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Di era globalisasi saat ini persaingan dunia usaha semakin kuat. Hal ini dapat
berpengaruh dalam perkembangan perekonomian secara nasional maupun
internasional. Adanya persaingan yang semakin kuat tersebut, perusahaan juga
dituntut untuk selalu memperkuat fundamental manajemen sehingga nantinya akan
mampu bersaing dengan perusahaan lain. Kebangkrutan perusahaan dapat terjadi
karena perusahaan mengalami masalah keuangan yang dibiarkan berlarut-larut. Level
piutang, persediaan dan hutang jangka pendek berakibat pada posisi likuiditas secara
signifikan.
Piutang sebagai bagian dari modal kerja, keberadaanya akan selalu berputar,
dalam arti piutang itu akan tertagih pada saat tertentu. Periode perputaran piutang
tergantung pada panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam
syarat pembayaran kredit. Sehingga semakin lama syarat pembayaran kredit berarti
semakin lama terikatnya modal kerja dalam piutang, sebaliknya semakin pendek
syarat pembayaran kredit berarti semakin pendek tingkat terikatnya modal kerja
dalam piutang. Dengan mengetahui tingkat perputaran piutang, maka akan diketahui
tingkat efektivitas modal kerja yang tertanam dalam piutang.
Disamping itu, arus kas juga merupakan laporan yang memberikan informasi
yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam periode waktu
tertentu. Setiap perusahaan dalam menjalankan operasi usahanya akan mengalami
arus masuk kas (cash inflows) dan arus keluar (cash outflows). Apabila arus kas yang
masuk lebih besar daripada arus kas yang keluar maka hal ini akan menunjukkan
positive cash flows, sebaliknya apabila arus kas masuk lebih sedikit daripada arus kas
keluar maka akan tejadi negative cash flows.
Informasi arus kas dibutuhkan pihak kreditor untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam pembayaran hutangnya. Apabila arus kas suatu perusahaan
1
jumlahnya besar, maka pihak kreditor mendapatkan keyakinan pengembalian atas
kredit yang diberikan. Jika arus kas suatu perusahaan bernilai kecil, maka kreditor
tidak mendapatkan keyakinan atas kemampuan perusahaan dalam membayar hutang.
Jika hal ini berlangsung secara terus menerus, kreditor tidak akan mempercayakan
kreditnya kembali kepada perusahaan karena perusahaan dianggap mengalami
permasalahan keuangan atau financial distress. Dengan kondisi demikian maka arus
kas dapat dijadikan indikator oleh pihak kreditor untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan.
Manajemen likuiditas, yaitu manajemen untuk menangani aktiva dan kewajiban
lancar, memainkan aturan yang penting dalam kesuksesan manajemen di suatu
perusahaan. Jika suatu perusahaan tidak menangani posisi likuiditas dengan baik,
maka aktiva lancar tidak dapat memenuhi kewajiban lancar. Perusahaan harus
mencari pendanaan dari luar untuk dapat memenuhi kewajiban lancarnya melalui
hutang jangka pendek. Sayangnya, tidak setiap perusahaan bisa mencari pendanaan
dari luar dengan mudah. Meskipun perusahaan bisa mencari pendanaan dari luar ,
biaya untuk meminjam dana itu sangat mahal.
Kemudian ada suatu pengukuran likuiditas yang dinamis yaitu pendekatan Cash
Conversion Cycle (CCC) diperkenalkan oleh Hager (1976) dan direkomendasikan
oleh Largay dan Stickney (1980), Kamath (1989), dan Moss dan Stine (1993). CCC
mengukur perbedaan waktu antara pembayaran kas untuk membeli persediaan dan
pengumpulan piutang dari konsumen. Pengukuran likuiditas secara tradisional seperti
current ratio dan quick ratio berguna sebagai indikator likuiditas dari perusahaan
tetapi mereka berfokus pada nilai neraca yang statis ( Moss dan Stine, 1993).
Sebaliknya, CCC adalah suatu pengukuran manajemen likuiditas yang secara dinamis
dan berkelanjutan dalam suatu dimensi waktu (Jose et al, 1996).
Sementara analisa CCC perusahaan individu berguna untuk perusahaan itu
sendiri, tolak ukur industri penting untuk suatu perusahaan dalam mengevaluasi
performance CCCnya dan memperkirakan kesempatan untuk pembangunan
(Hutchison et al.,2007). Hal ini disebabkan karena panjangnya CCC berbeda dari satu
industri ke industri yang lain. Cara yang benar untuk membandingkan suatu
perusahaan dalam industri adalah dengan menjalankan prosedur CCC tersebut.
2
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah hubungan panjangnya waktu CCC berpengaruh dari ukuran
perusahaan ?
2. Apakah hubungan panjangnya CCC berpengaruh pada profitabilitas
perusahaan ?
1.3. TUJUAN MASALAH
Tujuan dari proposal ini menguji hubungan panjangnya CCC dengan ukuran
perusahaan dan tingkat profitabilitas. Juga mencari tolak ukur dalam menentukan
CCC dalam perusahaan merchandise dan manufaktur.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
a. Bagi perusahaan
Penelitian ini akan memberikan informasi mengenai hal-hal yang
menjadi hambatan bagi tersedianya likuiditas perusahaan melalui CCC
sehingga bisa menjadi masukan dalam rangka perbaikan kinerja
perusahaan.
b. Bagi ilmu penelitian:
1. Memberikan pemahaman tentang penerapan teori-teori manajemen
keuangan serta analisa laporan keuangan yang telah diterima oleh
peneliti sewaktu kuliah dalam dunia nyata.
2. Memberikan pemahaman dan pengalaman tentang prosedur
penelitian.
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 PENELITIAN TERDAHULU
Perbedaan Penelitian terdahulu dan Penelitian Sekarang
No Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang
1 Sampel yang
digunakan
Laporan keuangan
perusahaan manufaktur dan
merchandise di Turki tahun
2007
Laporan Keuangan perusahaan
consumer goods yang terdaftar
di BEI tahun 2009-2010
2 Obyek lokasi
penelitian
Amerika Serikat Indonesia
3 Teknik analisis yang
digunakan
Anova dan Pearson
Correlation
Uji Komparatif,
Statistika Deskriptif
2.2 LANDASAN TEORI
2.2.1. MODAL KERJA
a. Pengertian Modal Kerja
Setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya pada umumnya
melakukan tiga macam aktivitas pokok yang berurutan, yaitu: mengubah dana
kas menjadi persediaan barang dagangan, menjual barang dagangan tersebut
sehingga terjadi tagihan, dan mengumpulkan tagihan sehingga menjadi dana
kas kembali. Rangkaian kegiatan tersebut disebut dengan siklus operasi.
Pertama kali dana kas yang dimiliki perusahaan dibelanjakan untuk membeli
dan melakukan proses produksi sehingga terbentuk persediaan barang
dagangan. Persediaan barang dagangan kemudian diubah menjadi tagihan
dengan melakukan penjualan tunai, langsung saja merubah persediaan barang
dagangan menjadi dana kas. Kegiatan terakhir adalah tagihan yang terjadi
akibat penjualan kredit dikumpulkan.
Modal kerja adalah aktiva lancar yang digunakan dalam kegiatan
operasional dan selalu berputar dalam periode tertentu. Periode perputaran
modal kerja (working capital turnover periode) dimulai dari saat dimana kas
diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana
kembali lagi menjadi kas. Periode perputaran modal kerja adalah tergantung
pada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari
4
modal kerja tersebut (Riyanto, 1999:62). Elemen modal kerja adalah semua
aktiva lancar. Sedangkan yang dimaksud dengan aktiva lancar adalah seluruh
aktiva yang diharapkan dapat kembali menjadi bentuk asalnya dalam waktu
satu tahun atau siklus kegiatan normal usaha. Dengan demikian, yang
diperhatikan dalam modal kerja adalah kas, piutang, dan persediaan (Baswir,
1997:173). Makin tinggi tingkat perputaran modal kerja maka makin cepat
waktu pengembalian atas modal yang telah diinvestasikan.
Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat
likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada diperusahaan berarti makin
tinggi tingkat likuiditasnya. Menurut H.G. Guthman dalam Bambang Riyanto
(1997:95), yakni bahwa jumlah kas yang sebaiknya dipertahankan oleh
perusahaan adalah tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva
lancar.
Dengan menggunakan modal kerja secara efisien, maka perusahaan
akan memiliki modal kerja yang cukup sehingga memungkinkan perusahaan
untuk memproduksi seoptimal mungkin yang pada gilirannya akan
menguntungkan perusahaan.
Pengertian modal kerja ada beberapa macam tergantung pada konsep
yang digunakannnya, yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitik beratkan pada kuantitas dari dana yang tertanam
dalam unsur-unsur aktiva lancar. Aktiva lancar adalah aktiva yang memiliki
tingkat perputaran pendek yaitu kurang dari satu tahun. Dalam konsep ini
menganggap bahwa modal kerja adalah seluruh jumlah aktiva lancar.
2. Konsep Kualitatif
Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja. Dalam konsep
ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang
jangka pendek, yaitu hutang jangka pendek/ aktiva lancar yang berasal dari
pinjaman jangka pendek dari pemilik perusahaan (Munawir, 2000:115).
3. Konsep Fungsional
Konsep ini menitik beratkan pada dana yang dimiliki dalam rangka
menghasilkan pendapatan dari usaha pokoknya. Pada dasarnya setiap dana
yang dimiliki perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba
sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan
5
untuk menghasilkan laba periode ini (current income), ada sebagian dana yang
akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan
datang. Jadi, besarnya modal kerja adalah besarnya kas dan piutang dikurangi
besarnya keuntungan, dan besarnya sebagian dana yang ditanamkan dalam
aktiva tetap.
Konsep kuantitatif sering digunakan oleh perusahaan yang agresif,
dalam artian perusahaan yang lebih memperhatikan kegiatan operasionalnya
untuk memperoleh keuntungan, tanpa mengindahkan darimana sumberdana
diperoleh. Konsep kualitatif sering digunakan oleh perusahaan yang
konservatif, dalam artian perusahaan yang lebih memperhatikan aspek
likuiditas (kemampuan memenuhi kewajiban finansial yang segera jatuh
tempo) agar kontinuitasnya terjamin (Wibisono, 1992).
b. Fungsi dan Peran Modal Kerja
Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam
operasi tergantung pada sifat aktiva lancar yang dimiliki, seperti: kas, piutang,
dan persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup artinya harus mampu
membiayai pengeluaran-pengeluaran perusahaan sehari-hari, karena dengan
modal yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan untuk beroperasi
secara efisien, juga akan memberi keuntungan antara lain:
1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai
dari aktiva lancar.
2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat
pada waktunya cukup.
3. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk
melayani konsumen.
4. Menjamin dimilikinya kredit perusahaan yang semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi bahaya atau kesulitan
keuangan yang mungkin terjadi.
5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada lagi kesulitan untuk memperoleh barang maupun jasa
yang dibutuhkan (Munawir, 2000:116).
Sebab-sebab timbulnya kekurangan modal kerja adalah:
1. Kerugian usaha, karena dengan adanya kerugian akan mengurangi laba
yang ditahan.
6
2. Adanya kerugian insidentil seperti pencurian dan kebakaran.
3. Kegagalan mendapatkan tambahan modal kerja pada waktu mengadakan
perluasan usaha.
4. Menggunakan modal kerja untuk aktiva tidak lancar
5. Kebijaksanaan pembayaran deviden yang tidak tepat.
6. Kenaikan tingkat harga.
7. Pelunasan hutang yang sudah jatuh tempo.
c. Macam-macam Modal Kerja
Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh
perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar
dalam periode tertentu.
Menurut Indriyo (2002:35), modal kerja dalam suatu perusahaan dapat
digolongkan menjadi:
1. Modal kerja permanen (Permanent-Working Capital)
Yaitu modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan agar dapat
berfungsi dengan baik dalam satu periode akuntansi.
Modal kerja permanen terbagi menjadi dua:
a. Modal kerja primer (Primary-Working Capital) adalah sejumlah modal
kerja minimum yang harus ada pada perusahaaan untuk menjamin
kelangsungan kegiatan usahanya.
b. Modal kerja normal (Normal-Working Capital) yaitu sejumlah modal kerja
yang dipergunakan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan produksi pada
kapasitas normal.
Kapasitas normal mempunyai pengertian yang fleksibel menurut kondisi
perusahaan.
2. Modal kerja variabel (Variable-Working Capital)
Yaitu modal kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu dengan jumlah
yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode.
Modal kerja variabel dapat dibedakan:
a. Modal kerja musiman (Seasonal-Working capital) yaitu sejumlah modal
kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan musim.
b. Modal kerja siklis (Cyclical-Working Capital) yaitu sejumlah modal kerja
yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan permintaan produk.
7
c. Modal kerja darurat (Emergency-Working Capital) yaitu modal kerja yang
besarnya berubah-ubah yang penyebabnya tidak diketahui sebelumnya.
d. Faktor-faktor yang Menentukan Jumlah Modal Kerja
Meskipun banyak metode penghitungan modal kerja atau banyak
pengertian modal kerja yang digunakan, namun ada hal-hal yang tetap sama,
yaitu bahwa kebutuhan modal kerja atau komposisi modal kerja akan
dipengaruhi oleh:
1. Besar kecilnya kegiatan usaha atau perusahaan dimana semakin besar
kegiatan perusahaan semakin besar modal kerja yang diperlukan, apabila hal
lainnya tetap. Selain besar kecilnya usaha, sifat perusahaan juga
mempengaruhi besarnya modal.
2. Kebijaksanaan tentang penjualan (kredit maupun tunai)
3. Faktor-faktor lain:
a. Faktor-faktor ekonomi
b. Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan uang ketat/ kredit ketat.
c. Tingkat bunga yang berlaku
d. Peredaran uang
e. Tersedianya bahan-bahan dipasar
f. Kebijakan perusahaan selain pada nomor b diatas (Kamarudin, 1995:6).
Sedangkan menurut Indriyo (2002:36), besar kecilnya modal kerja
dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Volume penjualan
Faktor ini adalah faktor yang paling utama karena perusahaan memerlukan
modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya yang mana puncak dari
aktivitasnya itu adalah penjualan. Dengan demikian pada tingkat penjualan
tinggi, diperlukan modal kerja yang relatif tinggi dan sebaliknya bila
penjualan rendah dibutuhkan modal kerja yang relatif rendah.
2. Beberapa kebijaksanaan yang ditetapkan oleh perusahaan, antara lain:
a. Politik penjualan kredit
Panjang pendeknya piutang akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja
dalam satu periode.
b. Politik penentuan persediaan besi
Bila diinginkan persediaan tinggi, baik persediaan kas, persediaan bahan baku,
persediaan barang jadi, maka diperlukan modal kerja yang relatif besar dan
8
sebaliknya bila ditetapkan persediaan rendah, maka diperlukan modal kerja
yang relatif rendah.
3. Pengaruh musim
Dengan adanya pergantian musim, akan dapat mempengaruhi besar kecilnya
barang atau jasa, kemudian mempengaruhi besarnya tingkat penjualan.
4. Kemajuan teknologi
Perkembangan teknologi dapat mempengaruhi atau merubah proses produksi
menjadi lebih cepat dan lebih ekonomis, dengan demikian akan dapat
mengurangi besarnya kebutuhan modal kerja.
e. Komponen Modal Kerja
Menurut Soeprihanto (1997:27), modal kerja memiliki unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Uang kas atau yang ada di bank
2. Surat-surat berharga yang cepat dapat dijadikan uang kas
3. Piutang-piutang dagang
4. Persediaan barang
Unsur-unsur modal kerja pada perusahaan industri terdiri dari persediaan
bahan baku, persediaan barang jadi, tagihan. Uang kas, dan surat-surat
berharga. Mengacu konsep kuantitatif modal kerja, yaitu keseluruhan dari
aktiva lancar, maka elemen-elemen yang termasuk dalam aktiva lancar
(Munawir, 2000:14), yaitu:
1. Kas dan bank
2. Investasi jangka pendek
3. Piutang wesel
4. Piutang dagang
5. Persediaan
6. Penghasilan yang masih harus diterima
7. Biaya yang dibayar dimuka
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur atau
komponen modal kerja yang pada hakekatnya merupakan unsur atau
komponen dari aktiva lancar adalah terdiri dari:
1. Uang kas atau yang ada di bank
2. Surat berharga atau investasi jangka pendek
3. Piutang dagang, piutang wesel
9
4. Persediaan
5. Penghasilan yang masih harus diterima
6. Biaya yang dibayar dimuka
Dalam penelitian ini hanya membahas dua unsur dari modal kerja yaitu kas
dan piutang, karena kedua komponen tersebut merupakan komponen pokok
dalam perputaran modal kerja.
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan
yang bersangkutan dalam kegiatan usaha. Periode perputaran modal kerja
dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen
modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek
periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat
perputarannya. Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung
pada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen modal
kerja tersebut.
Tingkat perputaran modal kerja dapat diukur dengan menggunakan rasio, yaitu
diambil dari data laporan rugi laba dan neraca. Menurut Munawir (2000:80),
untuk menilai modal kerja dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan
jumlah modal kerja rata-rata tersebut (Working Capital Turnover). Rasio ini
menunjukkan hubungan antar modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan
banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah
modal kerja.
Rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya angka perputaran modal
kerja adalah:
Perputaran Modal Kerja = Penjualan Bersih
Modal Kerja Rata-rata
(Munawir, 2000:80)
Modal kerja rata-rata dapat dicari dengan menjumlahkan modal kerja tahun
pertama dan modal kerja tahun kedua kemudian dibagi dua.
Penjelasan dari masing-masing perputaran aktiva lancar tersebut adalah:
1. Perputaran Kas
Kas dapat diartikan sebagai nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan
beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai
alat pembayaran kebutuhan finansiil, yang mempunyai sifat paling tinggi
likuiditasnya (Indriyo, 2002:61).
10
Termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para langganan
dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro/ demand deposit, yaitu
simpanan dibank yang dapat diambil kembali setiap saat oleh perusahaan
(Munawir, 2000:14).
Kas merupakan aktiva yang paling likuid untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan, makin besar kas yang ada dalam perusahaan berarti makin tinggi
likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil
untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansiilnya. Tetapi ini tidak berarti
bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang
sangat besar, karena makin besar kas berarti makin banyak uang yang
menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitas saja, maka akan
berusaha agar semua persediaan kasnya dapat diputarkan atau dalam keadaan
bekerja. Jika perusahaan menjalankan tindakan tersebut berarti menempatkan
perusahaan itu dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan
(Riyanto, 1999:94).
Perputaran kas dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus:
Perputaran Kas = Penjualan Bersih
Rata-rata Kas dan Bank
Dimana rata-rata kas dan bank dapat dihitung dari saldo kas dan bank awal
ditambah saldo kas dan bank akhir dibagi dua. Makin tinggi perputaran kas,
berarti makin tinggi efisiensi penggunaan kasnya.
2. Perputaran Piutang
Piutang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur atau langganan)
sebagai akibat penjualan barang secara kredit. Piutang sebagai elemen modal
kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran piutang tergantung
dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat
pembayaran, sehingga semakin lama syarat pembayaran kredit berarti semakin
lama terikatnya modal kerja tersebut dalam piutang dan berarti semakin kecil
tingkat perputaran piutang dalam satu periode dan begitu pula sebaliknya
(Riyanto, 1999:90).
Perputaran piutang dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus:
Perputaran Piutang = Penjualan Kredit
Rata-rata Piutang
11
Penjualan kredit disini adalah semua penjualan kredit sesudah dikurangi
potongan-potongan. Sedangkan rata-rata piutang dihitung dari piutang awal
ditambah piutang akhir dibagi dua (Indriyo, 1999:95).
2.2.2. CASH CONVERSION CYCLE
Dalam textbook yang berhubungan dengan keuangan, CCC disebutkan
dalam konteks manajemen modal kerja (Keown et al, 2003 dan Bodie dan
Merton, 2000). The Cash Conversion Cycle (CCC) digunakan sebagai alat
ukur modal kerja yang menunjukkan beda waktu antara pengeluaran untuk
membeli bahan baku dan pengumpulan penjulaan dari barang jadi (Padachi,
2006, p.49).
Definisi dari CCC tidak konsisten. Definisi dari para ahli dinyatakan
dalam tabel di bawah ini.
Deskripsi Definisi Sumber
Cash Cycle Time Perhitungan hari dimana tanggal mulainya perusahaan
membayar kas kepada pemasok dan tanggal mulainya
kas yang diterima dari konsumen
Bodie dan Merton
(2000, p.89)
Cash Conversion
Cycle
Jumlah hari dari penjualan yang belum dibayar (rata-
rata periode piutang) dan jumlah hari dari persediaan
dikurangi jumlah hari dari hutang
Keown et al. (2003,
p.109)
Cash Cycle Jumlah hari yang dilewati sebelum kita dapat
mengumpulkan uang dari penjualan, yang diukur dari
sejumlah hari dimana kita sesungguhnya membayar
persediaan
Jordan (2003, p.643)
Cash Gap Mengukur panjangnya waktu antara pengeluaran kas
yang sebenarnya pada sumber daya yang produktif dan
penerimaan kas yang sebenarnya dari penjualan
barang dan jasa
Elijelly (2004, p.50)
Jadi dapat dirumuskan bahwa CCC adalah :
CCC = Jumlah hari dari piutang + Jumlah hari dari persediaan – Jumlah hari
dari hutang
Dari rumus diatas, maka tiga variabel dari CCC tergantung pada :
Jumlah hari piutang = Piutang
Penjualan / 365
Jumlah hari persediaan = Persediaan
12
Pembelian persediaan
Penjualan Persediaan
Periode Persediaan
PeriodePiutang
Waktu
PeriodeHutang
Cah Conversion Cycle
Penerimaan Kas
Perputaran Operasi
HPP / 365
Jumlah hari hutang = Hutang dagang
HPP / 365
Dapat digambarkan sebagai berikut :
CCC bisa dalam bentuk positif dan negatif. Kalau positif
mengindikasikan bahwa ada beberapa hari dimana perusahaan harus
meminjam dana atau menekan modal sementara menunggu pembayaran dari
konsumen. Sedangkan kalau negatif mengindikasikan ada beberapa hari
dimana perusahaan menerima kas dari penjualan sebelum membayar kepada
pemasok (Hutchison et al., 2007, p.42). Tentunya tujuan utamanya adalah
CCC yang rendah bahkan kalau memungkinkan negatif. Karena CCC yang
lebih pendek mengindikasikan bahwa perusahaan lebih efisien dalam
menangani arus kasnya.
Dari persamaan CCC diatas, dapat terlihat bahwa perusahaan dapat
mengurangi kebutuhan modal kerjanya dengan cara (Bodie dan Merton, 2000,
p.90) :
Mengurangi jumlah waktu yang diperlukan barang dalam persediaan.
Hal ini dapat dipecahkan dengan membangun proses pengendalian
persediaan atau mempunyai pemasok yang dapat mengirimkan bahan baku
tepat di saat bahan baku itu dibutuhkan dalam proses produksi.
Mengumpulkan piutang lebih cepat.
13
CASHCONVERSION
CYCLE
FIRM SIZE
PROFITABILITY
Diantara metode-metode yang tersedia untuk mempercepat proses
pengumpulan piutang dalam membangun efisiensi proses pengumpulan,
metode penawaran diskon ke konsumen yang membayar lebih cepat dan
memberikan bunga kepada konsumen yang membayar lambat dianggap
sebagai metode yang paling baik.
Membayar hutang lebih lambat
2.3. KERANGKA KONSEPTUAL
Pada penelitian ini, tahap-tahap analisis dilakukan dengan dasar
kerangka pikir yang dapat dilihat sebagai berikut:
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. POPULASI PENELITIAN
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau
pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua
anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan-perusahaan
consumer goods di BEI periode 2009-2010 . Penelitian ini mengenai aspek keuangan
yang telah disajikan dalam laporan keuangan yaitu laporan Laba/Rugi dan Neraca
dengan data tambahan berupa catatan atas laporan keuangan.
3.2. VARIABEL PENELITIAN
14
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang tidak tergantung pada variabel lain,
variabel ini disebut dengan variabel X. variabel bebas dalam penelitian ini
adalah perputaran modal kerja yaitu perputaran yang menunjukan hubungan
antara modal kerja dengan penjualan yang dapat diperoleh perusahaan dalam
(jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja (Munawir, 2000:80). Perputaran
modal kerja dihitung dari perbandingan antara penjualan dengan modal kerja
rata-rata.
Dalam penelitian ini dibahas pula variabel bebas yang terdiri dari dua variabel,
yaitu:
a. Perputaran kas
Adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam dalam kas dan
bank dalam satu periode. Perputaran kas dapat dihitung dari
perbandingan antara penerimaan kas dengan rata-rata kas dan bank
yang dinyatakan dalam perkalian.
b. Perputaran piutang
Adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang
dalam satu periode. Perputaran piutang dagang dapat dihitung dari
perbandingan antara penjualan netto kredit dengan piutang rata-rata
yang dinyatakan dalam perkalian.
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang terjadi karena variabel bebas, variabel ini
disebut variabel Y.
Variabel terikat ini adalah Cash Conversion Cycle yaitu penambahan dari
periode konservasi piutang ditambah konversi periode persediaan dikurangi
dengan rata-rata pembayaran hutang dagang.
3.3. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Keberhasilan pengumpulan data sangat dipengaruhi oleh
metode pengumpulan data yang digunakan. Data yang terkumpul akan
digunakan sebagai bahan analisis dan pengujian.
15
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut metode dokumentasi, metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang laporan keuangan perusahaan-perusahaan
consumer goods berupa Laporan Laba/Rugi dan Neraca tahun 2009-2010.
3.4. METODE ANALISIS DATA
Metode analisis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah uji
komparatif antar perusahaan consumer goods yang ada di BEI selama tahun 2009 –
2010.
16