7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
1/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
1
CATATAN NEUROLOGI
RS POLRI
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
2/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
2
FOLLOW UP HARIAN PASIEN
(SOAP)
S : (KELUHAN)
O : (PEMERIKSAAN)
TENSI NADI
RR (RESPIRASI RATE) T (SUHU)
GCS : E4 M6 V5
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
PemeriksaanMeningeal sign (kaku kuduk dkk)
NC (NERVI CRANIALIS) N ii dan N III : PUPIL
NCL (Nervi Cranialis Lain) I s/d XII (selain N II dan N III)
Motorik: D S Sensorik: D S
NB: Sensorik menentukkan lesi(dermatom setinggi apa?)
Refleks Fisiologis: D S Refleks patologis D S
SISTEM OTONOM BAB : terkontrol BAK : terkontrol Keringat : normal
Hasil Pemeriksaan Penunjang
A : Klinis : DD:
Topis :
Etiologi
P : - Pemeriksaan tambahan
- Terapi
- KIE
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
3/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
3
Keterangan
Pemeriksaan meningeal sign
y Kaku kuduk
y Lasequey Kerniq
y Brudzinsky I
y Brudzinsky II
SARAF KRANIALIS
N. I: normal, pasien masih dapat mencium bau makanan, sabun, jeruk
N. II:
Visus dan lapang pandang normal.
Pupil bulat, isokor, ukuran 2mm / 2mm.
Refleks cahaya langsung +/+.
N. III, N. IV, dan N. VI:
Pergerakan bola mata normal baik ke segala arah, baik ke medial dalam dan lateral.
Tidak ada nistagmus.
Tidak terdapat ptosis.
N. V
Sensorik: V1 : baik
V2 : baik
V3 : baik
Motorik:
inspeksi: tidak terlihat hipotrofi
palpasi: saat menggigit keras, kontraksi otot maseter kiri dan kanan sama keras.
N. VII:
Inspeksi : Wajah pasien kiri dan kanan simetris. Celah palpebra kiri dan kanan normal.
Plica nasolabialis kiri dan kanan simetris.
Pasien dapat memejamkan mata dengan kuat ketika pemeriksa berusaha mengangkat
kedua kelopak mata pasien.
Pasien mampu mengangkat alisnya, kerutan di dahi tampak
Pada saat menyeringai, tidak sisi yang tertinggal
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
4/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
4
Pada saat menggembungkan pipi, mengembang sempurna
N. VIII:
Fungsi pendengaran: suara gesekan jari terdengar.
N. IX
Sensorik : pengecapan 1/3 posterior lidah dalam batas normal.
Motorik : fungsi menelan baik.
N.X:
Tidak ada disfoni dan disfagi.
Arkus faring terlihat simetris.
Uvula berada di tengah.
N. XI
Pasien dapat menoleh ke kanan dan ke kiri. Pasien dapat mengangkat bahu dengan baik.
N. XII
Di dalam mulut lidah terlihat normal, tidak ada deviasi, dan atrofi.
Saat menjulurkan lidah, tidak terlihat deviasi.
Kesimpulan:
y kalau tidak ditemukan kelainan NC NC tidak ditemukan kelainan
y Kalau ada salah satu (contoh N VII) ada kelainan N VII perifer/ sentral sin/dextra
MOTORIK
Inspeksi : ekstremitas atas dan bawah tidak tampak atrofi dan tidak terdapat fasikulasi
Tonus : Ekstremitas atas : normotonus / normotonus
Ekstremitas bawah: normotonus / normotonus
Kekuatan: Kanan Kiri
Lengan atas 5 5
Lengan bawah 5 5
Tangan 5 5
Jari tangan 5 5
Tungkai atas 5 5
Tungkai bawah 5 5
Kaki 5 5
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
5/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
5
Kesimpulan motorik: 5 5
5 5
Refleks fisiologis: Kanan Kiri
Biseps 2+ 2+
Triseps 2+ 2+
Patella 2+ 2+
Achilles 2+ 2+
Keterangan: 2 hiperrefleks, 1 normorefleks, 0 hiporefleks
Kesimpulan : RF 2+ 2+
2+ 2+
Refleks patologis: Kanan Kiri
Hoffman-Trommer - -
Babinski - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaefer - -
Chaddock - -
Kesimpulan RP -- --
-- --
SENSORIK Kanan Kiri
Rangsang nyeri
Ekstremitas atas normoalgesia normoalgesia
Ekstremitas bawah normoalgesia normoalgesia
Rangsang raba
Ekstremitas atas normoestesia normoestesia
Ekstremitas bawah normoestesia normoestesia
Rangsang Suhu
Ekstremitas atas tidak diperiksa tidak diperiksa
Ekstremitas bawah tidak diperiksa tidak diperiksa
Rangsang getar
Ekstremitas atas tidak diperiksa tidak diperiksa
Ekstremitas bawah tidak diperiksa tidak diperiksa
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
6/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
6
Lokasi anatomi Pola kelainan Penyakit
Motor neuron -Parese otot, fasikulasi.
-Tonus : flaccid
-Polio mielitis acuta anterior
-A.L.S.
-SMA
Mono radikulopati - Distribusi pada satu akar saraf sesuai
dermatom
-HNP Cervical (eg : C6, C7)
-HNP Lumbal (eg: L5,S1)
Poli radikulopati - Distribusi pada banyak akar saraf -Sy Cauda Equina
- Sy Guillain Barre
Plexus - Distribusi Plexus -Brachialgia
- Ischialgia
Mono neuropati - Distribusi Satu Saraf Tepi -Carpal Tunnel Sy
- Saturday Night Palsy
Mono neuropati
Multiplex
- Distribusi beberapa saraf tepi - Lepra
Poli neuropati - Banyak saraf tepi : Difus, Simetrik, Reflexdistal menurun
Poli neuropati D.M.
Neuro Muscular
JunctionParese otot yang berfluktuasi Myasthenia gravis
Miopati - Kelemahan otot Proximal yang progresif Polimiositis, Distrofi Moscular Progressiva
Kelainan Neurologi
V : Vaskular
I : Infeksi
T : TraumaA : Autoimune
M : Metabolik
I : Iatrogenik
N : Neoplasma
D : Degeneratif
S : Serebro vascular (stroke)
E : Epilepsi
M : Metabolik
E : ElektroliteN : Neoplasma
I : Infeksi
T : Trauma
E : Endokrine
(versi dr.Marjanti SpS)
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
7/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
7
VERTIGO
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
8/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
8
STROKE
STROKEdefisit neurologis yang tiba yang bersifat fokal/global yang belangsung cepat > 24 Jam
yang bahkan meninggal yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah di otak.
Komponen :
1. Jantung ( MCI, AF, Infark, dll)
2. Pembuluh darah (AVM, aneurisma, dll)
3. Darah (viskositas, komp.kolesterol, gula)
Kelainan:
1. PA
y Stroke Hemorragik (intraserebral, subarachnoid)
y Stroke non hemorragik (Emboli, thrombus)
2. Pembuluh darah
y Sistem Karotis
y Sistem vertebrobasiler
3. Onset
y TIA
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
9/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
9
SKOR SIRIRAJ (SKORE STROKE)
(2,5 x S) + (2 x M) + (2 x N) + (0,1 x Diastole) (3 x A) 12
Keterangan
S = Sadar 0 = Compos mentis 1 = somnolen 2 = spoor/koma
M = Muntah 0 = tidak ada 1 = ada
N = Nyeri kepala 0 = tidak ada 1 = ada
A = Ateroma 0 = tidak ada
1 = ada, salah satu/lebih (DM, angina, penyakit PD)
12 = konstanta
Kesimpulan: > 1 = Perdarahan supratentorial
< -1 = Infark/iskemik
-1 s/d 1 = Meragukan
MABP = Mean Arteri Blood Pressure
S + 2 D
3
Aspilet dosis kecil fungsinya sebagai antiagregasi
Aspilet dosis besar fungsinya sebagai analgetik.
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
10/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
10
Aliran LSS :
ventrikel lateralisfor.monroe
ventrikel IIIaqueductus sylvii
ventrikel IVfor.luschka&magendi
cysterna magna
ruang subarahnoid
villi arahnoid
aliran darah
KOMA
Perbedaan koma neurologi dan non neurologi/metabolic
Neurologi Non neurologi/Metabolik
Anamnesa
y Onset
y Riwayat penyakit
dahulu
Mendadak
-
Kronik progressive
DM/ Ginjal/ Hati
Pemeriksaan fisik
y Pupil
y Reflek cahaya
y Reflek kornea
y Adanya lateralisasi
y Refleks fisiologis
y Refleks patologis
Adanya deficit neurologis
Isokhor
Lambat
-
(kemungkinan MBO)
Kejang Partial
Meningkat
+
Tidak ada deficit
Anisokhor
+ Normal
+ Normal
Kejang umum
+ Normal
-
Laboratorium Hiperkolesterol
Hiperglikemia
Ureum/kreatinin naik
Bilirubin meningkat
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
11/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
11
SINKOP
II.1 Definisi
Sinkop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata syn dan koptein
yang artinya memutuskan. Sehingga definisi sinkop (menurut European Society of
Cardiology:ESC), adalah suatu gejala dengan karakteristik klinik kehilangan
kesadaran yang tiba-tiba dan bersifat sementara, dan biasanya menyebabkan jatuh.
Onsetnya relatif cepat dan terjadi pemulihan spontan. Kehilangan kesadaran tersebut
terjadi akibat hipoperfusi serebral.3,4
II.2 Etiologi
Kegiatan sebelum sinkop dapat memberikan petunjuk mengenai penyebab
gejala. Sinkop dapat terjadi pada saat istirahat, dengan perubahan postur, pada
tenaga, setelah latihan, atau dengan situasi tertentu seperti batuk, atau berdiri lama.
Sinkop terjadi dalam waktu 2 menit berdiri menunjukkan hipotensi ortostatik.3
Secara garis besar, penyebab sinkop dibagi menjadi dua. Akibat kelainan
jantung (cardiac sinkop) dan penyebab bukan kelainan jantung. Pembagian ini sangat
penting, karena berhubungan dengan tingkat risiko kematian. Penyebab sinkop dapat
diklasifikasikan dalam lima kelompok yaitu vascular-cardiac, neurologi, sinkop
refleks, sinkop metabolik dan sinkop lain-lain.4
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
12/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
12
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
13/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
13
TRAUMAMEDULA SPINALIS
A. GAMBARAN KLINIS
Trauma Medula spinalis akut dapat mengakibatkan renjatan spinal (spinal shock).
Renjatan spinal (RS) merupakan sindrom klinik yang sering dijumpai pada sebagian besar
kasus TMS di daerah servikal dan torakal. RS ditandai oleh adanya gangguan menyeluruh
fungsi saraf somatomotorik, somatosensorik, dan otonomik simpatik. Gangguan somatik
berupa paralisis flaksid, hilangnya refleks kulit dan tendon, serta anastesi sampai setinggi
distribusi segmental medula spinalis yang terganggu. Sedangkan gangguan otonomik berupa
hipotensi sistemik, bradikardia, dan hiperemia pada kulit. RS dapat berlangsung selama
beberapa hari sampai beberapa bulan. Semakin hebat trauma MS yang terjadi, semakin lama
dan semakin hebat pula RS yang terjadi.
Sebagian besar trauma MS terjadi di daerah servikal. Akan tetapi yang paling
sering mengakibatkan cedera berat adalah trauma di daerah torakal. Hal ini berkaitan dengan
penampang melintang kanalis spinalis di daerah torakal yang lebih sempit dibanding servikal.
Trauma MS di segmen torakal dapat mengakibatkan paraplegia, disertai kelemahan otot
interkostal yang dapat mengganggu kemampuan inspirasi dan ekspirasi. Semakin tinggi
segmen medula spinalis yang terkena, semakin berat pula gangguan fungsi respirasi yang
terjadi. Cedera setinggi segmen servikal (C4-C8) dapat mengakibatkan tetraplegia dan
kelemahan otot interkostal yang lebih berat, sehingga otot diafragma harus bekerja lebih
keras. Cedera servikal di atas segmen C4 dapat mengakibatkan pentaplegia, yaitu tetraplegia
disertai kelumpuhan otot diafragma dan otot leher. Pada keadaan terakhir ini, diperlukan
ventilator untuk membantu kelangsungan hidup penderita.
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
14/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
14
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
15/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
15
Kelumpuhan berdasarkan letak lesi dibagi menjadi 2
1 . Lesi Upper Motor Neuron/UMN/Central
a. Hemispher Cerebri : - Korteks Precentralis
- Kapsula Interna
b. Batang Otak : - Mesencephalon- Pons
- Medulla oblongata
c. Medulla Spinalis
2 . Lesi Lower Motor Neuron / LMN / Perifer
a . Motor neuron
b . Radix ventralis
c . Saraf tepi
d . Motor end plate
e . Otot
Ciri-ciri Kelumpuhan Upper Motor Neuron/ Sentral
Tonus
Hiperrefleksi
Refleks patologis
Tidak ada atrofi otot
Ciri-ciri Kelumpuhan Lower Motor Neuron/Perifer
Tonus (atoni) Arefleksi
Reflek patologis (-)
Atrofi
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
16/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
16
SISTEM OTONOM
FUNGSI SIMPATIS PARASIMPATISDENYUT JANTUNG MEMACU MENAHAN
IRIS DILATASI KONTRIKSI
BRONCHI DILATASI KONTRIKSI
PERISTALTIK GI MENGHAMBAT MEMACU
SEKRESI GI ------- , , -------- ---- ,, ------
PENGOSONGAN VU -------- ,, -------- ---- ,, ------
SPHINCTER GI KONTRIKSI RELAKSASI
SPHINTER VU ----- ,, ------ ------ ,, -------
SALIVA KENTAL > CAIR
SEKRESI ADRENAL MEMACU EFEK KECIL / ---
A.CORONARIA DILATASI ---------- ,, --------
ARTERI PD. UMUMNYA KONTRIKSI ---------- ,, --------
KLJ. KERINGAT STIMULASI ---------- ,, --------
PILOMOTOR STIMULASI TAK ADA SARAF
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
17/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
17
PARKINSON
I. PendahuluanPenyakit parkinson adalah gangguan gerak kronis progresif yang ditandai dengan adanya tremor,
bradikinensia, rigiditas dan ketidakstabilan posturall akibat degenerasi sel-sel yang menghasilkan
dopamin di substansia nigra.
Terjadinya degenerasi sel-sel tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada sistim motor dan sistimlimbik.
II. Klasifikasip Penyebaba. Primer atau idiopatik
- Penelitian terakhir membuktikan adanya peran toksin lingkungan
b. Sekunder atau akuisita- Paparan kronis zat kimia (Mn, CO, Reserpin, Antipsikotik)- Penyakit (Ensefalitis, CKB, Alfametildopa, kaptopril)
c. Sindrom Parkinson Plus- Gejala yang timbul bersamaan dengan penyakit lain (Alzheimer)
III. Stadium Penyakit ParkinsonStadium I : Unilateral, ekspresi wajah berkurang, lengan yang terkena dalam posisi
flexi dengan tremor dan ayunan lengan agak berkurang atau normalStadium II : Bilateral, postur tubuh bungkuk ke depan, gaya berjalan lambat, langkah
kecil, sukar membalikkan badanStadium III : Gangguan gaya berjalan, ketidakstabilan postural, jarang tarjatuh
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
18/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
18
Stadium IV : Disabilitas, berjalan terbatas tanpa bantuan, sulit berdiri, kecenderungan
terjatuh oStadium V : Tidak mampu berdiri atau jalan, bicara tidak jelas, wajah tanpa ekspresi,
jarang berkedipKriteria Diagnosis
1. Secara klinis :
- Dua dari tiga tanda kardinal gangguan motorik tremor, rigiditas dan bradikinensia postural- Tiga dari empat tanda motorik : tremor, rigiditas, bradikinensia dan ketidakstabilan
psotural2. Kriteria Koller
- Dua dari tiga tanda kardinal selama 1 tahun atau lebih- Respon terapi Levedopa sampai perbaikan sedang atau bermakna dan lama perbaikan
selama 1 tahun atau lebih
3. Kriteria Hughes- Klinis possible terhadap satu dari : Tremor (conset baru atau istirahat), rigiditas,
bradikinensia
- Klinik probable bila terdapat dua dari : tremor postural, rigiditas, bradikinensia, reflekpostural terganggu
- Klinis definit terdapat kombinasi dari 3 tanda kardinalIV. Terapi
1. Dopamin agnoist2. Levedopa3. Selegilin4. Amatidine5. COMT inhibitor
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
19/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
19
Rangkuman
SGB((SINDROMAGUILLAIN-BARRE)Suatu penyakit akut dimana terjadi polineuropati karena proses demielinisasi akibat inflamasi
pada saraf kranial, akar saraf bagian ventral atau dorsal ataupun sepanjang perjalanan saraf
perifer, dan dengan manifestasi klinis utama berupa kelumpuhan LMN.
Etiologi SGB Imunologik dan Sering dihubungkan dengan virus Epstein-Barr atau virus
sitomegalo ( CMV ).
y Klinis utama berupa kelemahan LMN, biasanya simetris.
y Periode perjalanan penyakitnya mulai beberapa hari sampai 2 minggu.
y Kelemahan proksimal sama dengan distal, bagian tungkai lebih dulu dibanding lebih atasnya
( lengan, badan, interkostal dan leher ), kemudian nervi kraniales.
y Dapat terjadi paralisis motorik total, dengan gagal nafas dan mengalami kematian.
y Gangguan sensorik ( baal dan kesemutan )tetapi tidak menonjol.
y Gangguan autonom juga sering terjadi ( pada kasus yang berat terjadi disautonom ;
hipertensi / hipotensi.
Miastenia Gravis ( MG ) adalah penyakit autoimun yang didapat dan mengganggu transmisi
neuromuskular pada NMJ akibat kekurangan / kerusakan reseptor ACh.
Gambaran klinis MG
y Onset : insidious dapat juga presipitous
y Keluhan khas : kelemahan otot setelah/ssaat digunakan dan membaik saat istirahat
y Gejala inisial :
y Fokal
y Otot bulbary Otot ekstremitas ( 10% )
y Otot mata ( 60% ) ; diplopia, ptosis.
y Perkembangan :
y 10% pada otot
y 90% ke umum.
Epilepsi gangguan neurologi yang berulang,serangannya sama dengan yang pertama yang
disebabkan oleh aliran listrik yang diotak berlebihan.
Tumor otak (kronik progresif)
Gejalanya:
Nyeri kepala: biasanya muncul pada pagi hari setelah bangun tidur, nyeri tepat bertambah
berat waktu posisi berbaring dan berkurang bila duduk.
Muntah proyektil
Edema papil (funduskopi)
Kejang ini terjadi bila tumor berada dihemisfer serebri serta merangsang korteks motorik.
Lobus frontalis daerah preprontalis (gejala gangguan mental (euphoria)), refleks memegang
(grasp refleks)
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
20/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
20
Area broka afasia motorik (kiri)
Lobus presentralis (area motorik), bila terdapat SOL kejang fokal, kejang pada sisi kontralateral,
lumpuh jika ada penekanan terhadapa jalur kortikospinal.
Tumor dikelenjar hipofisis akromegali
Lobus temporalis
diunkus gejala halusinasi pembauan dan pengecapan.
dimedia dejavu
korteks dibagian belakang temporal pendengaran.
tumor dihemisfer dominan bagian belakang (area wernicke)afasia sensoris.
kortikospinal kelumpuhan anggota badan sisi kontralateral.
Lobus parietalis gangguan sensorik (post sentralis)hilangnya kebal,berbagai sensasi.
Tumor dilobus oksipitalis nyeri kepala (gangguan awal utama) defek lapang pandang
penglihatan. Lesi dihemisfer dominan visual object agnosta (tdk mengenal object)
Tumor di mesensepalon sering menekan jalur supra nuclear dari nucleus N III, dan N IV
gangguan konjugasi bola mata. Juga terjadi dilatasi pupil sebelah mata (anishokor), yg bereaksi
negative pada rangsang cahaya.
Tumor didaerah pons dan medulla oblongata paresis N VI unilateral dan hemiparesis
alternans.
Tumor diserebelum (biayanya menyerang anak-anak) TIK menekan LCS hidrosephalus.
ETIOLOGI LBP
Kongenital
Trauma
Inflamasi
Tumor
Ggn. Metabolik
Degenerasi
Kelaian alat viscera / retroperitoneal
Psikogenik
Kelainan sikap
Jenis-jenis nyeri
Nyeri lokal
Referred pain
Nyeri Radikuler
Nyeri akibat kontraksi otot / spasme untuk proteksi
Klasifikasi berdasarkan lokasi :
1. Meningitis : Infeksi meningen
2. Ensefalitis : Infeksi parenkhim otak
3. Myelitis : Infeksi medula spinalis.
Patogenesis: Masuknya mikroba ke SSP dapat secara :
1. Hematogen
2. Implantasi langsung. mis.: pungsi lumbal, VP Shunt.
3. Perluasan lokal mis.: mastoiditis
4. Melalui saraf tepi mis.: rabies, herpes simpleks
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
21/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
21
MENINGITIS SEPTIK AKUT
Kuman penyebab :
1. Haemophilus Influenzae
2. Meningococcal
3. Pneumococcal & gram positif lain
- Streptococcal
- Staphylococcal
4. Kuman gram negatif
- Listeria monocytogenesis
- Klebsiela pneumonia
- Pseudomonas aerogenesis, dll
Apakah spondylosis itu?
Spondylosis merupakan penyakit degeratif pada tulang belakang dimana terdapat osteofit di
sepanjang bagian anterior dan lateral dari kolom vertebral.
Osteofit merupakan taji atau penonjolan tulang yang terbentuk di sepanjang sendi. Osteofit
biasanya terbentuk akibat kerusakan pada permukaan sendi. Hal tersebut menyebabkan batasan
pada pergerakan sendi bersamaan dengan berbagai tingkatan rasa sakit.
Bagian tulang belakang manakah yang terkena dampak spondylosis?
Bagian tulang belakang manapun dapat terkena dampak dari spondylosis, namun biasanya bagianservik dan lumbar cenderung yang lebih umum mengalami gejalanya. Istilah-istilah Cervical
Spondylosis, Thoracic Spondylosis, dan Lumbar Spondylosis menerangkan bagian tulang
belakang yang terkena dampaknya.
Apakah yang menyebabkan spondylosis?
Spondylosis diyakini merupakan akibat dari masalah pada diskus sirkuler antara dua tulangvertebral. Diskus tersebut dinamakan Annulus fibrosus. Hal ini mengarah ke perubahan yang
bersifat degeneratif seiring dengan usia. Seiring penuaan, diskus tersebut akan kehilangan air,
terbagi menjadi beberapa bagian, dan lalu hancur.
Kondisi tersebut menyebabkan adanya wear and tear (rusaknya sendi akibat sering digunakan)diantara tulang-tulang punggung atau vertebra. Hasilnya adalah pembentukan osteofit yang
menyebabkan rasa sakit dan keterbatasan gerakan sendi. Selain bertambahnya usia, kondisi
seperti arthritis dan trauma juga terlibat sebagai penyebab spondylosis.
Apasajakah gejala spondylosis?
Pasien yang menderita spondylosis dapat mengalami:
y Nyeri leher yang menyebar ke bahu, atau sakit punggung. Lokasi nyeri atau rasa sakitberhubungan dengan seberapa banyak tulang belakang yang terlibat.
7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf
22/22
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran
22
y Sensasi abnormal atau kehilangan sensasi yang mengacu pada segmen tulang belakang
yang terlibat.y Otot terasa lemah (khususnya pada lengan dan tungkai).y Kehilangan keseimbangan.
y Kehilangan kendali kandung kemih dan/atau usus bagian bawah (kondisi darurat medis).
Apasajakah yang menjadi pilihan perawatan dan penanganan standar untuk spondylosis?
Banyak pasien yang mengalami spondylosis merasa bahwa perawatan yang mereka lakukan tidak
ideal. Perawatan dan penanganan konservatif serta perubahan gaya hidup memberikan beberapahasil pada banyak kasus. Tujuan akhir dari penanganan ini adalah untuk memperlambat proses
pada spondylosis dan meningkatkan kualitas hidup dengan memulihkan tanda dan gejala-gejala
spondylosis.
Di bawah ini merupakan beberapa bentuk penanganan spondylosis:
Penanganan konservatif:
y Analgesik (penghilang rasa sakit) dan pengobatan anti-peradangan seperti NSAID.y Obat untuk merelaksasi otot.y Terapi panas.y Stimulasi listrik.
y Terapi pijat.y Fisioterapi dan latihan untuk menguatkan otot.
y Suntikan di sendi tulang belakang pada kondisi parah.
Penanganan melalui operasi/bedah:
y Jika metode-metode di atas tidak memberikan hasil yang diperlukan atau jika tingkat
keparahan penyakit di luar batas kemampuan penanganan konservatif, maka keterlibatanoperasi atau bedah dapat menjadi penting.y Jika tidak dapat diperbaiki, penanganan melalui operasi melibatkan perbaikan atau
pelepasan (di buang) diskus intervertebral yang terkena dampak spondylosis.y Kadang dua tulang vertebral digabungkan dengan menggunakan serpihan-serpihan tulang
dan hasil penggabungan ini disisipkan di antara dua tulang vertebral yang berdekatan.