Catatan-Neurologi-Polri.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    1/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    1

    CATATAN NEUROLOGI

    RS POLRI

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    2/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    2

    FOLLOW UP HARIAN PASIEN

    (SOAP)

    S : (KELUHAN)

    O : (PEMERIKSAAN)

    TENSI NADI

    RR (RESPIRASI RATE) T (SUHU)

    GCS : E4 M6 V5

    PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

    PemeriksaanMeningeal sign (kaku kuduk dkk)

    NC (NERVI CRANIALIS) N ii dan N III : PUPIL

    NCL (Nervi Cranialis Lain) I s/d XII (selain N II dan N III)

    Motorik: D S Sensorik: D S

    NB: Sensorik menentukkan lesi(dermatom setinggi apa?)

    Refleks Fisiologis: D S Refleks patologis D S

    SISTEM OTONOM BAB : terkontrol BAK : terkontrol Keringat : normal

    Hasil Pemeriksaan Penunjang

    A : Klinis : DD:

    Topis :

    Etiologi

    P : - Pemeriksaan tambahan

    - Terapi

    - KIE

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    3/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    3

    Keterangan

    Pemeriksaan meningeal sign

    y Kaku kuduk

    y Lasequey Kerniq

    y Brudzinsky I

    y Brudzinsky II

    SARAF KRANIALIS

    N. I: normal, pasien masih dapat mencium bau makanan, sabun, jeruk

    N. II:

    Visus dan lapang pandang normal.

    Pupil bulat, isokor, ukuran 2mm / 2mm.

    Refleks cahaya langsung +/+.

    N. III, N. IV, dan N. VI:

    Pergerakan bola mata normal baik ke segala arah, baik ke medial dalam dan lateral.

    Tidak ada nistagmus.

    Tidak terdapat ptosis.

    N. V

    Sensorik: V1 : baik

    V2 : baik

    V3 : baik

    Motorik:

    inspeksi: tidak terlihat hipotrofi

    palpasi: saat menggigit keras, kontraksi otot maseter kiri dan kanan sama keras.

    N. VII:

    Inspeksi : Wajah pasien kiri dan kanan simetris. Celah palpebra kiri dan kanan normal.

    Plica nasolabialis kiri dan kanan simetris.

    Pasien dapat memejamkan mata dengan kuat ketika pemeriksa berusaha mengangkat

    kedua kelopak mata pasien.

    Pasien mampu mengangkat alisnya, kerutan di dahi tampak

    Pada saat menyeringai, tidak sisi yang tertinggal

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    4/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    4

    Pada saat menggembungkan pipi, mengembang sempurna

    N. VIII:

    Fungsi pendengaran: suara gesekan jari terdengar.

    N. IX

    Sensorik : pengecapan 1/3 posterior lidah dalam batas normal.

    Motorik : fungsi menelan baik.

    N.X:

    Tidak ada disfoni dan disfagi.

    Arkus faring terlihat simetris.

    Uvula berada di tengah.

    N. XI

    Pasien dapat menoleh ke kanan dan ke kiri. Pasien dapat mengangkat bahu dengan baik.

    N. XII

    Di dalam mulut lidah terlihat normal, tidak ada deviasi, dan atrofi.

    Saat menjulurkan lidah, tidak terlihat deviasi.

    Kesimpulan:

    y kalau tidak ditemukan kelainan NC NC tidak ditemukan kelainan

    y Kalau ada salah satu (contoh N VII) ada kelainan N VII perifer/ sentral sin/dextra

    MOTORIK

    Inspeksi : ekstremitas atas dan bawah tidak tampak atrofi dan tidak terdapat fasikulasi

    Tonus : Ekstremitas atas : normotonus / normotonus

    Ekstremitas bawah: normotonus / normotonus

    Kekuatan: Kanan Kiri

    Lengan atas 5 5

    Lengan bawah 5 5

    Tangan 5 5

    Jari tangan 5 5

    Tungkai atas 5 5

    Tungkai bawah 5 5

    Kaki 5 5

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    5/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    5

    Kesimpulan motorik: 5 5

    5 5

    Refleks fisiologis: Kanan Kiri

    Biseps 2+ 2+

    Triseps 2+ 2+

    Patella 2+ 2+

    Achilles 2+ 2+

    Keterangan: 2 hiperrefleks, 1 normorefleks, 0 hiporefleks

    Kesimpulan : RF 2+ 2+

    2+ 2+

    Refleks patologis: Kanan Kiri

    Hoffman-Trommer - -

    Babinski - -

    Oppenheim - -

    Gordon - -

    Schaefer - -

    Chaddock - -

    Kesimpulan RP -- --

    -- --

    SENSORIK Kanan Kiri

    Rangsang nyeri

    Ekstremitas atas normoalgesia normoalgesia

    Ekstremitas bawah normoalgesia normoalgesia

    Rangsang raba

    Ekstremitas atas normoestesia normoestesia

    Ekstremitas bawah normoestesia normoestesia

    Rangsang Suhu

    Ekstremitas atas tidak diperiksa tidak diperiksa

    Ekstremitas bawah tidak diperiksa tidak diperiksa

    Rangsang getar

    Ekstremitas atas tidak diperiksa tidak diperiksa

    Ekstremitas bawah tidak diperiksa tidak diperiksa

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    6/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    6

    Lokasi anatomi Pola kelainan Penyakit

    Motor neuron -Parese otot, fasikulasi.

    -Tonus : flaccid

    -Polio mielitis acuta anterior

    -A.L.S.

    -SMA

    Mono radikulopati - Distribusi pada satu akar saraf sesuai

    dermatom

    -HNP Cervical (eg : C6, C7)

    -HNP Lumbal (eg: L5,S1)

    Poli radikulopati - Distribusi pada banyak akar saraf -Sy Cauda Equina

    - Sy Guillain Barre

    Plexus - Distribusi Plexus -Brachialgia

    - Ischialgia

    Mono neuropati - Distribusi Satu Saraf Tepi -Carpal Tunnel Sy

    - Saturday Night Palsy

    Mono neuropati

    Multiplex

    - Distribusi beberapa saraf tepi - Lepra

    Poli neuropati - Banyak saraf tepi : Difus, Simetrik, Reflexdistal menurun

    Poli neuropati D.M.

    Neuro Muscular

    JunctionParese otot yang berfluktuasi Myasthenia gravis

    Miopati - Kelemahan otot Proximal yang progresif Polimiositis, Distrofi Moscular Progressiva

    Kelainan Neurologi

    V : Vaskular

    I : Infeksi

    T : TraumaA : Autoimune

    M : Metabolik

    I : Iatrogenik

    N : Neoplasma

    D : Degeneratif

    S : Serebro vascular (stroke)

    E : Epilepsi

    M : Metabolik

    E : ElektroliteN : Neoplasma

    I : Infeksi

    T : Trauma

    E : Endokrine

    (versi dr.Marjanti SpS)

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    7/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    7

    VERTIGO

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    8/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    8

    STROKE

    STROKEdefisit neurologis yang tiba yang bersifat fokal/global yang belangsung cepat > 24 Jam

    yang bahkan meninggal yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah di otak.

    Komponen :

    1. Jantung ( MCI, AF, Infark, dll)

    2. Pembuluh darah (AVM, aneurisma, dll)

    3. Darah (viskositas, komp.kolesterol, gula)

    Kelainan:

    1. PA

    y Stroke Hemorragik (intraserebral, subarachnoid)

    y Stroke non hemorragik (Emboli, thrombus)

    2. Pembuluh darah

    y Sistem Karotis

    y Sistem vertebrobasiler

    3. Onset

    y TIA

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    9/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    9

    SKOR SIRIRAJ (SKORE STROKE)

    (2,5 x S) + (2 x M) + (2 x N) + (0,1 x Diastole) (3 x A) 12

    Keterangan

    S = Sadar 0 = Compos mentis 1 = somnolen 2 = spoor/koma

    M = Muntah 0 = tidak ada 1 = ada

    N = Nyeri kepala 0 = tidak ada 1 = ada

    A = Ateroma 0 = tidak ada

    1 = ada, salah satu/lebih (DM, angina, penyakit PD)

    12 = konstanta

    Kesimpulan: > 1 = Perdarahan supratentorial

    < -1 = Infark/iskemik

    -1 s/d 1 = Meragukan

    MABP = Mean Arteri Blood Pressure

    S + 2 D

    3

    Aspilet dosis kecil fungsinya sebagai antiagregasi

    Aspilet dosis besar fungsinya sebagai analgetik.

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    10/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    10

    Aliran LSS :

    ventrikel lateralisfor.monroe

    ventrikel IIIaqueductus sylvii

    ventrikel IVfor.luschka&magendi

    cysterna magna

    ruang subarahnoid

    villi arahnoid

    aliran darah

    KOMA

    Perbedaan koma neurologi dan non neurologi/metabolic

    Neurologi Non neurologi/Metabolik

    Anamnesa

    y Onset

    y Riwayat penyakit

    dahulu

    Mendadak

    -

    Kronik progressive

    DM/ Ginjal/ Hati

    Pemeriksaan fisik

    y Pupil

    y Reflek cahaya

    y Reflek kornea

    y Adanya lateralisasi

    y Refleks fisiologis

    y Refleks patologis

    Adanya deficit neurologis

    Isokhor

    Lambat

    -

    (kemungkinan MBO)

    Kejang Partial

    Meningkat

    +

    Tidak ada deficit

    Anisokhor

    + Normal

    + Normal

    Kejang umum

    + Normal

    -

    Laboratorium Hiperkolesterol

    Hiperglikemia

    Ureum/kreatinin naik

    Bilirubin meningkat

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    11/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    11

    SINKOP

    II.1 Definisi

    Sinkop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata syn dan koptein

    yang artinya memutuskan. Sehingga definisi sinkop (menurut European Society of

    Cardiology:ESC), adalah suatu gejala dengan karakteristik klinik kehilangan

    kesadaran yang tiba-tiba dan bersifat sementara, dan biasanya menyebabkan jatuh.

    Onsetnya relatif cepat dan terjadi pemulihan spontan. Kehilangan kesadaran tersebut

    terjadi akibat hipoperfusi serebral.3,4

    II.2 Etiologi

    Kegiatan sebelum sinkop dapat memberikan petunjuk mengenai penyebab

    gejala. Sinkop dapat terjadi pada saat istirahat, dengan perubahan postur, pada

    tenaga, setelah latihan, atau dengan situasi tertentu seperti batuk, atau berdiri lama.

    Sinkop terjadi dalam waktu 2 menit berdiri menunjukkan hipotensi ortostatik.3

    Secara garis besar, penyebab sinkop dibagi menjadi dua. Akibat kelainan

    jantung (cardiac sinkop) dan penyebab bukan kelainan jantung. Pembagian ini sangat

    penting, karena berhubungan dengan tingkat risiko kematian. Penyebab sinkop dapat

    diklasifikasikan dalam lima kelompok yaitu vascular-cardiac, neurologi, sinkop

    refleks, sinkop metabolik dan sinkop lain-lain.4

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    12/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    12

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    13/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    13

    TRAUMAMEDULA SPINALIS

    A. GAMBARAN KLINIS

    Trauma Medula spinalis akut dapat mengakibatkan renjatan spinal (spinal shock).

    Renjatan spinal (RS) merupakan sindrom klinik yang sering dijumpai pada sebagian besar

    kasus TMS di daerah servikal dan torakal. RS ditandai oleh adanya gangguan menyeluruh

    fungsi saraf somatomotorik, somatosensorik, dan otonomik simpatik. Gangguan somatik

    berupa paralisis flaksid, hilangnya refleks kulit dan tendon, serta anastesi sampai setinggi

    distribusi segmental medula spinalis yang terganggu. Sedangkan gangguan otonomik berupa

    hipotensi sistemik, bradikardia, dan hiperemia pada kulit. RS dapat berlangsung selama

    beberapa hari sampai beberapa bulan. Semakin hebat trauma MS yang terjadi, semakin lama

    dan semakin hebat pula RS yang terjadi.

    Sebagian besar trauma MS terjadi di daerah servikal. Akan tetapi yang paling

    sering mengakibatkan cedera berat adalah trauma di daerah torakal. Hal ini berkaitan dengan

    penampang melintang kanalis spinalis di daerah torakal yang lebih sempit dibanding servikal.

    Trauma MS di segmen torakal dapat mengakibatkan paraplegia, disertai kelemahan otot

    interkostal yang dapat mengganggu kemampuan inspirasi dan ekspirasi. Semakin tinggi

    segmen medula spinalis yang terkena, semakin berat pula gangguan fungsi respirasi yang

    terjadi. Cedera setinggi segmen servikal (C4-C8) dapat mengakibatkan tetraplegia dan

    kelemahan otot interkostal yang lebih berat, sehingga otot diafragma harus bekerja lebih

    keras. Cedera servikal di atas segmen C4 dapat mengakibatkan pentaplegia, yaitu tetraplegia

    disertai kelumpuhan otot diafragma dan otot leher. Pada keadaan terakhir ini, diperlukan

    ventilator untuk membantu kelangsungan hidup penderita.

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    14/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    14

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    15/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    15

    Kelumpuhan berdasarkan letak lesi dibagi menjadi 2

    1 . Lesi Upper Motor Neuron/UMN/Central

    a. Hemispher Cerebri : - Korteks Precentralis

    - Kapsula Interna

    b. Batang Otak : - Mesencephalon- Pons

    - Medulla oblongata

    c. Medulla Spinalis

    2 . Lesi Lower Motor Neuron / LMN / Perifer

    a . Motor neuron

    b . Radix ventralis

    c . Saraf tepi

    d . Motor end plate

    e . Otot

    Ciri-ciri Kelumpuhan Upper Motor Neuron/ Sentral

    Tonus

    Hiperrefleksi

    Refleks patologis

    Tidak ada atrofi otot

    Ciri-ciri Kelumpuhan Lower Motor Neuron/Perifer

    Tonus (atoni) Arefleksi

    Reflek patologis (-)

    Atrofi

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    16/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    16

    SISTEM OTONOM

    FUNGSI SIMPATIS PARASIMPATISDENYUT JANTUNG MEMACU MENAHAN

    IRIS DILATASI KONTRIKSI

    BRONCHI DILATASI KONTRIKSI

    PERISTALTIK GI MENGHAMBAT MEMACU

    SEKRESI GI ------- , , -------- ---- ,, ------

    PENGOSONGAN VU -------- ,, -------- ---- ,, ------

    SPHINCTER GI KONTRIKSI RELAKSASI

    SPHINTER VU ----- ,, ------ ------ ,, -------

    SALIVA KENTAL > CAIR

    SEKRESI ADRENAL MEMACU EFEK KECIL / ---

    A.CORONARIA DILATASI ---------- ,, --------

    ARTERI PD. UMUMNYA KONTRIKSI ---------- ,, --------

    KLJ. KERINGAT STIMULASI ---------- ,, --------

    PILOMOTOR STIMULASI TAK ADA SARAF

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    17/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    17

    PARKINSON

    I. PendahuluanPenyakit parkinson adalah gangguan gerak kronis progresif yang ditandai dengan adanya tremor,

    bradikinensia, rigiditas dan ketidakstabilan posturall akibat degenerasi sel-sel yang menghasilkan

    dopamin di substansia nigra.

    Terjadinya degenerasi sel-sel tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada sistim motor dan sistimlimbik.

    II. Klasifikasip Penyebaba. Primer atau idiopatik

    - Penelitian terakhir membuktikan adanya peran toksin lingkungan

    b. Sekunder atau akuisita- Paparan kronis zat kimia (Mn, CO, Reserpin, Antipsikotik)- Penyakit (Ensefalitis, CKB, Alfametildopa, kaptopril)

    c. Sindrom Parkinson Plus- Gejala yang timbul bersamaan dengan penyakit lain (Alzheimer)

    III. Stadium Penyakit ParkinsonStadium I : Unilateral, ekspresi wajah berkurang, lengan yang terkena dalam posisi

    flexi dengan tremor dan ayunan lengan agak berkurang atau normalStadium II : Bilateral, postur tubuh bungkuk ke depan, gaya berjalan lambat, langkah

    kecil, sukar membalikkan badanStadium III : Gangguan gaya berjalan, ketidakstabilan postural, jarang tarjatuh

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    18/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    18

    Stadium IV : Disabilitas, berjalan terbatas tanpa bantuan, sulit berdiri, kecenderungan

    terjatuh oStadium V : Tidak mampu berdiri atau jalan, bicara tidak jelas, wajah tanpa ekspresi,

    jarang berkedipKriteria Diagnosis

    1. Secara klinis :

    - Dua dari tiga tanda kardinal gangguan motorik tremor, rigiditas dan bradikinensia postural- Tiga dari empat tanda motorik : tremor, rigiditas, bradikinensia dan ketidakstabilan

    psotural2. Kriteria Koller

    - Dua dari tiga tanda kardinal selama 1 tahun atau lebih- Respon terapi Levedopa sampai perbaikan sedang atau bermakna dan lama perbaikan

    selama 1 tahun atau lebih

    3. Kriteria Hughes- Klinis possible terhadap satu dari : Tremor (conset baru atau istirahat), rigiditas,

    bradikinensia

    - Klinik probable bila terdapat dua dari : tremor postural, rigiditas, bradikinensia, reflekpostural terganggu

    - Klinis definit terdapat kombinasi dari 3 tanda kardinalIV. Terapi

    1. Dopamin agnoist2. Levedopa3. Selegilin4. Amatidine5. COMT inhibitor

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    19/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    19

    Rangkuman

    SGB((SINDROMAGUILLAIN-BARRE)Suatu penyakit akut dimana terjadi polineuropati karena proses demielinisasi akibat inflamasi

    pada saraf kranial, akar saraf bagian ventral atau dorsal ataupun sepanjang perjalanan saraf

    perifer, dan dengan manifestasi klinis utama berupa kelumpuhan LMN.

    Etiologi SGB Imunologik dan Sering dihubungkan dengan virus Epstein-Barr atau virus

    sitomegalo ( CMV ).

    y Klinis utama berupa kelemahan LMN, biasanya simetris.

    y Periode perjalanan penyakitnya mulai beberapa hari sampai 2 minggu.

    y Kelemahan proksimal sama dengan distal, bagian tungkai lebih dulu dibanding lebih atasnya

    ( lengan, badan, interkostal dan leher ), kemudian nervi kraniales.

    y Dapat terjadi paralisis motorik total, dengan gagal nafas dan mengalami kematian.

    y Gangguan sensorik ( baal dan kesemutan )tetapi tidak menonjol.

    y Gangguan autonom juga sering terjadi ( pada kasus yang berat terjadi disautonom ;

    hipertensi / hipotensi.

    Miastenia Gravis ( MG ) adalah penyakit autoimun yang didapat dan mengganggu transmisi

    neuromuskular pada NMJ akibat kekurangan / kerusakan reseptor ACh.

    Gambaran klinis MG

    y Onset : insidious dapat juga presipitous

    y Keluhan khas : kelemahan otot setelah/ssaat digunakan dan membaik saat istirahat

    y Gejala inisial :

    y Fokal

    y Otot bulbary Otot ekstremitas ( 10% )

    y Otot mata ( 60% ) ; diplopia, ptosis.

    y Perkembangan :

    y 10% pada otot

    y 90% ke umum.

    Epilepsi gangguan neurologi yang berulang,serangannya sama dengan yang pertama yang

    disebabkan oleh aliran listrik yang diotak berlebihan.

    Tumor otak (kronik progresif)

    Gejalanya:

    Nyeri kepala: biasanya muncul pada pagi hari setelah bangun tidur, nyeri tepat bertambah

    berat waktu posisi berbaring dan berkurang bila duduk.

    Muntah proyektil

    Edema papil (funduskopi)

    Kejang ini terjadi bila tumor berada dihemisfer serebri serta merangsang korteks motorik.

    Lobus frontalis daerah preprontalis (gejala gangguan mental (euphoria)), refleks memegang

    (grasp refleks)

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    20/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    20

    Area broka afasia motorik (kiri)

    Lobus presentralis (area motorik), bila terdapat SOL kejang fokal, kejang pada sisi kontralateral,

    lumpuh jika ada penekanan terhadapa jalur kortikospinal.

    Tumor dikelenjar hipofisis akromegali

    Lobus temporalis

    diunkus gejala halusinasi pembauan dan pengecapan.

    dimedia dejavu

    korteks dibagian belakang temporal pendengaran.

    tumor dihemisfer dominan bagian belakang (area wernicke)afasia sensoris.

    kortikospinal kelumpuhan anggota badan sisi kontralateral.

    Lobus parietalis gangguan sensorik (post sentralis)hilangnya kebal,berbagai sensasi.

    Tumor dilobus oksipitalis nyeri kepala (gangguan awal utama) defek lapang pandang

    penglihatan. Lesi dihemisfer dominan visual object agnosta (tdk mengenal object)

    Tumor di mesensepalon sering menekan jalur supra nuclear dari nucleus N III, dan N IV

    gangguan konjugasi bola mata. Juga terjadi dilatasi pupil sebelah mata (anishokor), yg bereaksi

    negative pada rangsang cahaya.

    Tumor didaerah pons dan medulla oblongata paresis N VI unilateral dan hemiparesis

    alternans.

    Tumor diserebelum (biayanya menyerang anak-anak) TIK menekan LCS hidrosephalus.

    ETIOLOGI LBP

    Kongenital

    Trauma

    Inflamasi

    Tumor

    Ggn. Metabolik

    Degenerasi

    Kelaian alat viscera / retroperitoneal

    Psikogenik

    Kelainan sikap

    Jenis-jenis nyeri

    Nyeri lokal

    Referred pain

    Nyeri Radikuler

    Nyeri akibat kontraksi otot / spasme untuk proteksi

    Klasifikasi berdasarkan lokasi :

    1. Meningitis : Infeksi meningen

    2. Ensefalitis : Infeksi parenkhim otak

    3. Myelitis : Infeksi medula spinalis.

    Patogenesis: Masuknya mikroba ke SSP dapat secara :

    1. Hematogen

    2. Implantasi langsung. mis.: pungsi lumbal, VP Shunt.

    3. Perluasan lokal mis.: mastoiditis

    4. Melalui saraf tepi mis.: rabies, herpes simpleks

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    21/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    21

    MENINGITIS SEPTIK AKUT

    Kuman penyebab :

    1. Haemophilus Influenzae

    2. Meningococcal

    3. Pneumococcal & gram positif lain

    - Streptococcal

    - Staphylococcal

    4. Kuman gram negatif

    - Listeria monocytogenesis

    - Klebsiela pneumonia

    - Pseudomonas aerogenesis, dll

    Apakah spondylosis itu?

    Spondylosis merupakan penyakit degeratif pada tulang belakang dimana terdapat osteofit di

    sepanjang bagian anterior dan lateral dari kolom vertebral.

    Osteofit merupakan taji atau penonjolan tulang yang terbentuk di sepanjang sendi. Osteofit

    biasanya terbentuk akibat kerusakan pada permukaan sendi. Hal tersebut menyebabkan batasan

    pada pergerakan sendi bersamaan dengan berbagai tingkatan rasa sakit.

    Bagian tulang belakang manakah yang terkena dampak spondylosis?

    Bagian tulang belakang manapun dapat terkena dampak dari spondylosis, namun biasanya bagianservik dan lumbar cenderung yang lebih umum mengalami gejalanya. Istilah-istilah Cervical

    Spondylosis, Thoracic Spondylosis, dan Lumbar Spondylosis menerangkan bagian tulang

    belakang yang terkena dampaknya.

    Apakah yang menyebabkan spondylosis?

    Spondylosis diyakini merupakan akibat dari masalah pada diskus sirkuler antara dua tulangvertebral. Diskus tersebut dinamakan Annulus fibrosus. Hal ini mengarah ke perubahan yang

    bersifat degeneratif seiring dengan usia. Seiring penuaan, diskus tersebut akan kehilangan air,

    terbagi menjadi beberapa bagian, dan lalu hancur.

    Kondisi tersebut menyebabkan adanya wear and tear (rusaknya sendi akibat sering digunakan)diantara tulang-tulang punggung atau vertebra. Hasilnya adalah pembentukan osteofit yang

    menyebabkan rasa sakit dan keterbatasan gerakan sendi. Selain bertambahnya usia, kondisi

    seperti arthritis dan trauma juga terlibat sebagai penyebab spondylosis.

    Apasajakah gejala spondylosis?

    Pasien yang menderita spondylosis dapat mengalami:

    y Nyeri leher yang menyebar ke bahu, atau sakit punggung. Lokasi nyeri atau rasa sakitberhubungan dengan seberapa banyak tulang belakang yang terlibat.

  • 7/22/2019 Catatan-Neurologi-Polri.pdf

    22/22

    Mohamad Fikih/FK UPNVeteran

    22

    y Sensasi abnormal atau kehilangan sensasi yang mengacu pada segmen tulang belakang

    yang terlibat.y Otot terasa lemah (khususnya pada lengan dan tungkai).y Kehilangan keseimbangan.

    y Kehilangan kendali kandung kemih dan/atau usus bagian bawah (kondisi darurat medis).

    Apasajakah yang menjadi pilihan perawatan dan penanganan standar untuk spondylosis?

    Banyak pasien yang mengalami spondylosis merasa bahwa perawatan yang mereka lakukan tidak

    ideal. Perawatan dan penanganan konservatif serta perubahan gaya hidup memberikan beberapahasil pada banyak kasus. Tujuan akhir dari penanganan ini adalah untuk memperlambat proses

    pada spondylosis dan meningkatkan kualitas hidup dengan memulihkan tanda dan gejala-gejala

    spondylosis.

    Di bawah ini merupakan beberapa bentuk penanganan spondylosis:

    Penanganan konservatif:

    y Analgesik (penghilang rasa sakit) dan pengobatan anti-peradangan seperti NSAID.y Obat untuk merelaksasi otot.y Terapi panas.y Stimulasi listrik.

    y Terapi pijat.y Fisioterapi dan latihan untuk menguatkan otot.

    y Suntikan di sendi tulang belakang pada kondisi parah.

    Penanganan melalui operasi/bedah:

    y Jika metode-metode di atas tidak memberikan hasil yang diperlukan atau jika tingkat

    keparahan penyakit di luar batas kemampuan penanganan konservatif, maka keterlibatanoperasi atau bedah dapat menjadi penting.y Jika tidak dapat diperbaiki, penanganan melalui operasi melibatkan perbaikan atau

    pelepasan (di buang) diskus intervertebral yang terkena dampak spondylosis.y Kadang dua tulang vertebral digabungkan dengan menggunakan serpihan-serpihan tulang

    dan hasil penggabungan ini disisipkan di antara dua tulang vertebral yang berdekatan.