CORING DAN CORING TOOLS
Oleh :
BAYU ADI SAMUDRA 14/BPS-DSH/2007 JURUSAN : DRILLING SERVICES HULU
PERTAMINA LEARNING CENTER (PLC)
BIMBINGAN PROFESI SARJANA PT.PERTAMINA TAHUN 2007 JAKARTA, 15 JANUARI 2007 11 JANUARI 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nyalah penulis mampu menyelesaikan penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini dengan baik guna memenuhi salah satu tugas yang diberikan kepada seluruh peserta pendidikan sebelum menyelesaikan program Bimbingan Profesi Sarjana Pertamina 2007 (BPS DSH 2007).
Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tinginya kepada : 1. Vice President Pertamina Drilling Services Indonesia beserta seluruh Staff dan
Pekerja. 2. General Manajer Pertamina Learning Center (PLC) beserta seluruh Staff dan
Pekerja. 3. Bapak Danny Retnadi selaku Kepala Drilling Area Jawa beserta seluruh Staff
dan Pekerja 4. Bapak Sutrisno dan Bapak Agus Harmadi selaku Pembimbing seluruh peserta
BPS-DSH 2007. 5. Bapak H. Andjar Sutijono selaku Pembimbing yang banyak memberikan
arahan dan masukan serta saran-saran kepada penulis sehubungan dengan penyusunan Kertas Kerja Wajib ini.
6. Bapak bapak Rig Supt yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukkan selama melaksanakan OJT .
7. Rekan-rekan Crew Rig, Driver, Catering dan pekerja lainnya yang telah banyak membantu penulis selama pelakanaan OJT baik berupa materil maupun moril.
8. Saudara-saudaraku seluruh Peserta Bimbingan Profesi Sarjana Pertamina Drilling Services Hulu 2007 yang telah banyak membantu dan sama-sama berjuang selama Pendidikan dan OJT di Pertamina.
9. Secara khusus kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta dan kedua saudara terkasih yang banyak memberikan bantuan, arahan, dan doa restu selama Pendidikan dan OJT hingga selesainya Kertas Kerja Wajib ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis akan menerima kritikan berupa saran-saran dan petunjuk-petunjuk demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkenan untuk membacanya. Jakarta, 1 Desember 2007 Penulis Bayu Adi Samudra
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................. i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................... iii
Daftar Gambar............................................................................................... iv
Ringkasan...................................................................................................... v
BAB I Pendahuluan................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Ruang Lingkup Masalah ....................................................... 1
1.3 Maksud dan Tujuan............................................................... 2
1.4 Metode Penulisan.................................................................. 2
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................... 2
BAB II Identifikasi Permasalahan ........................................................... 4
2.1 Deskripsi Keadaan dan Gejala Permasalahan....................... 4
2.2 Dimensi Permasalahan.......................................................... 8
2.3 Perumusan Pokok Permasalahan .......................................... 9
BAB III Pembahasan Masalah .................................................................. 10
3.1 Metode-metode Pelaksanaan Coring .................................... 10
3.2 Prosedur Umum Pelaksanaan Coring ................................... 12
3.3 Perlengkapan Coring (Coring Tools).................................... 13
3.4 Pelaksanaan Coring Secara Umum....................................... 14
3.5 Pelaksanaan Coring di rig OW 760/20 ................................. 17
BAB IV Penutup ....................................................................................... 19
4.1 Kesimpulan ........................................................................... 19
4.2 Saran-saran/Rekomendasi..................................................... 20
Daftar Pustaka
Lampiran
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Situasi Lapangan Karangbaru ............................................. 4
Gambar 2. Stratigrafi Usulan Bor Sumur KRB-X ........................................ 8
Gambar 3. Sidewaal Coring.......................................................................... 11
Gambar 4. Master Log .................................................................................. 18
iv
RINGKASAN
Pengintian adalah suatu rangkaian pekerjaan yang bertujuan memperoleh contoh batuan formasi dari bawah permukaan pada kedalaman yang dikehendaki secara langsung. Pekerjaan pengintian ini lebih dikenal dengan istilah Coring, sedangkan hasil dari contoh batuan formasi yang didapatkan dikenal dengan nama Core. Tujuan dari coring adalah untuk mendapatkan core dari batuan reservoir yang diduga mengandung hidrokarbon untuk pemboran migas. Karena jumlahnya sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah batuan reservoirnya, maka pekerjaan coring harus dilaksanakan secara benar dan teliti agar analisa dari core yang didapatkan secara kualitatif sedapat mungkin mewakili jenis batuan yang terdapat di bawah permukaan pada kedalaman yang kita kehendaki tersebut. Analisa dari core tersebut dilakukan di laboratorim dan data yang dihasilkan antara lain porositas, permeabilitas dan lain sebagainya.
Pada penulisan Kertas Kerja Wajib ini, penulis mengambil contoh pelaksanaan Coring di lokasi sumur Karangbaru atau disebut KRB-X yang dilakukan oleh Rig OW 760/20 dengan perkiraan stratigrafinya berturut-turut sebagi berikut : Formasi Jatibarang, Formasi Talangakar, Formasi Baturaja, Formasi Cibulakan Atas, Formasi Parigi, dan Formasi Cisubuh. Dimana yang menjadi lapisan target Coring adalah lapisan Baturaja.
Tergantung dari kondisi batuan dan tujuannya ada beberapa cara yang dipergunakan untuk coring dan metoda yang lazim dilakukan dapat diklasifikasikan menjadi: Bottom Coring, Wireline Retrievable Coring, Sidewall Coring. Pada pelaksanaan Coring oleh Rig OW 760/20 menggunakan metode Bottom Coring yaitu dengan Christensen Type 250 P. Core Barrel Assy. Core yang didapat dipotong-potong sesuai prosedur dan kemudian dibungkus dengan aluminium foil dan dilapisi lilin untuk menghindari kontaminasi agar hasil analisa dari core tersebut maksimal.
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pengintian adalah suatu rangkaian pekerjaan yang bertujuan memperoleh
contoh batuan formasi dari bawah permukaan pada kedalaman yang
dikehendaki secara langsung. Pekerjaan pengintian ini lebih dikenal dengan
istilah Coring, sedangkan hasil dari contoh batuan formasi yang didapatkan
dikenal dengan nama Core. Tujuan dari coring adalah untuk mendapatkan
core dari batuan reservoir yang diduga mengandung hidrokarbon untuk
pemboran migas. Karena jumlahnya sangat kecil bila dibandingkan dengan
jumlah batuan reservoirnya, maka pekerjaan coring harus dilaksanakan secara
benar dan teliti agar analisa dari core yang didapatkan secara kualitatif sedapat
mungkin mewakili jenis batuan yang terdapat di bawah permukaan pada
kedalaman yang kita kehendaki tersebut. Analisa dari core tersebut dilakukan
di laboratorim dan data yang dihasilkan antara lain porositas, permeabilitas
dan lain sebagainya.
1.2 Ruang Lingkup Untuk lebih memfokuskan permasalahan pada tujuan penulisan, maka kami
membatasi ruang lingkup masalah pada :
1. Apa tujuan dilakukannya proses Coring.
2. Apa saja yang harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan Coring.
3. Apa metode dan teknik yang digunakan dalam proses Coring tersebut.
4. Kegiatan yang dilakukan pasca Coring (Perlakuan pada hasil Coring itu
sendiri).
1.3 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan penulisan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tahapan tahapan Coring.
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 1
2. Untuk mengetahui peralatan-peralatan Coring (Coring Tools) dan cara
kerjanya.
3. Untuk mengetahui metode dan teknik pelaksanaan Coring tersebut.
Sedangkan manfaat yang ingin kami capai yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai tahap pembelajaran dalam kegiatan pemboran khususnya Proses
Coring.
2. Menambah wawasan tentang kegiatan pemboran disamping banyaknya
kegiatan pemboran lainnya.
1.4 Metode Pendekatan Dalam penulisan KKW (Kertas Kerja Wajib) ini, metode pendekatan yang
digunakan penulis adalah dengan menggunakan data laporan kegiatan
pemboran sumur KRB-X oleh RIG OW-760 serta buku-buku referensi yang
berkaitan langsung dengan judul ini dan juga berasal dari catatan hasil diskusi
dengan nara sumber dan pembimbing yang mendampingi selama OJT.
1.5 Sistematika Penyajian materi penulisan ini akan diuraikan dalam kerangka penulisan
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ruang Lingkup Masalah
Maksud dan Tujuan
Metode Penulisan
Sistematika Penulisan
BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Deskripsi Keadaan dan Gejala Permasalahan
Dimensi Permasalahan
Perumusan Pokok Permasalahan
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 2
BAB III PEMBAHASAN MASALAH
Metode-metode Pelaksanaan Coring
Prosedur Umum Pelaksanaan Coring
Perlengkapan Coring (Coring Tools)
Pelaksanaan Coring Secara Umum
Pelaksanaan Coring di Rig OW 760/20
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Saran-saran / Rekomendasi
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 3
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
2.1 Deskripsi Keadaan dan Gejala Permasalahan a. Deskripsi Keadaan
Usulan pemboran lokasi KRB-X terletak pada Lapangan Karangbaru
dengan lokasi cluster KRB-C. Pemboran sumur KRB-X ini bertujuan
untuk menambah titik serap minyak dan gas bumi di lapisan Eq. BRF.
Jenis pemboran sumur adalah vertikal dengan rencana kedalaman akhir
2387 mblb dan diharapkan menembus top lapisan eq. BRF di 2237 mblb.
Gambar 1. Peta Situasi Lapangan Karang Baru
Pemboran sumur KRB-X bertujuan untuk menambah titik serap
hidrokarbon pada lapisan reservoir batu gamping formasi setara Baturaja.
Sumur ini direncanakan di bor tegak dari cluster KRB. Dari hasil
pemboran sumur eksplorasi KRB-Y dan pengembangan KRB-Z terbukti
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 4
menghasilkan minyak dan gas dari lapisan BRF. Berdasarkan dari data
sumur lapisan BRF tersusun oleh batu gamping dengan sumbu
build-upnya berarah utara-selatan. Sumur ini diperkirakan akan menembus
puncak lapisan BRF di 2237 mblb.
Target utama dari pemboran sumur ini adalah lapisan reservoir batu
gamping dari formasi setara Baturaja, yang telah terbukti menghasilkan
hidrokarbon di sumur KRB-Y dan KRB-Z. Hasil analisa dari data seismik,
petrofisika dan well testing, untuk lapisan batu pasir (TAF) dan
konglomerat memiliki distribusi cukup luas di sebelah tenggara selatan
dari KRB-Y, sementara ke arah utara timur KRB-Y distribusi lapisan ini
relatif tidak berkembang. Secara struktural lapisan batu pasir dan
konglomerat ke arah utara timur relatif down-dip, sehingga potensi
keberadaan hidrokarbon semakin berkurang. Pemboran direncanakan
berlangsung dalam waktu 35 hari operasi dengan pelaksanaan yang
seefektif dan seefisien mungkin tanpa kecelakaan kerja, kerusakan alat,
dan kerusakan lingkungan, serta dalam rangka meningkatkan / menambah
perolehan sehingga nantinya akan meningkatkan produksi minyak dan gas
di PERTAMINA.
Hal di atas mencakup:
Bor formasi sampai kedalaman akhir sesuai program dengan menembus
semua lapisan target.
Perekaman data bawah tanah (logging) dan Uji Kandung Lapisan pada
lapisan prospek.
Pelaksanaan Coring pada target utama pemboran yaitu pada lapisan
reservoir batu gamping setara Baturaja dimana puncak lapisan BRF
diperkirakan di 2237 mblb.
Operasi pemboran berpedoman pada aspek Kesehatan, Keselamatan
Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL).
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 5
Perkiraan Stratigrafi Karangbaru (KRB)-X
Stratigrafi umum Jawa Barat Utara berturut-turut dari tua ke muda adalah
sebagai berikut :
Formasi Jatibarang
Formasi ini yang merupakan early synrift, telah banyak pemboran
dilakukan menembus Formasi Jatibarang ini, terutama dijumpai di bagian
tengah (Cipunegara) dan timur (Jatibarang) dari Cekungan Jawa Barat
Utara, sedangkan pada bagian barat Formasi Jatibarang dijumpai di daerah
Ciputat. Di daerah Tambun-Rengasdengklok formasi ini tidak terlalu tebal
dijumpai. Formasi ini terdiri dari tufa, breksi, aglomerat dan konglomerat
alas. Formasi ini diendapkan pada fasies fluvial/non marine-marine.
Formasi Talangakar
Pada fase synrift berikutnya diendapkan Formasi Talangakar. Pada awalnya
berfasies Fluvio-deltaic sampai fasies marin. Litologi formasi ini diawali
oleh perselingan sedimen batupasir dengan serpih non marine dan diakhiri
oleh perselingan antara batu gamping, serpih dan batu pasir dalam fasies
marine. Ketebalan Formasi ini sangat bervariasi dari beberapa meter di
Tinggian Rengasdengklok (MB-4 & RDK-2) sampai 254 m di tinggian
Tambun - Tangerang hingga diperkirakan 1500 m lebih untuk di pusat
dalaman Ciputat. Pada akhir sedimentasi Formasi Talangakar ini ditandai
juga berakhirnya sedimentasi synrift.
Formasi Baturaja
Pengendapan Formasi Baturaja yang terdiri dari batu gamping baik yang
berupa paparan maupun yang berkembang sebagai reef buildup menandai
fase post rift yang secara regional menutupi seluruh sedimen klastik
Formasi Talangakar marine di Cekungan Jawa Barat Utara. Perkembangan
batu gamping terumbu umumnya dijumpai pada daerah Tinggian
Rengasdengklok, Tinggian Cilamaya (CLU-1) dan Tinggian Tambun
Tangerang (TBN-1 & TBB-1). Namun dari data pemboran terakhir
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 6
(MLD-1), ternyata batu gamping terumbu juga berkembang pada daerah
yang pada saat sekarang diketahui sebagai daerah dalaman.
Formasi Cibulakan Atas
Formasi ini terdiri dari perselingan antara serpih dengan batu pasir dan batu
gamping baik yang berupa batu gamping klastik maupun secara setempat-
setempat berkembang juga batu gamping terumbu (RDL-1 & MB-3) yang
dikenal sebagai Mid Main Carbonate (MMC).
Formasi Parigi
Formasi Parigi terdiri dari batu gamping baik klastik maupun batu gamping
terumbu. Pengendapan batu gamping ini menghampar di seluruh Cekungan
Jawa Barat Utara dan pada umumnya berkembang sebagai batu gamping
terumbu menumpang secara selaras di atas Formasi Cibulakan Atas.
Formasi Cisubuh
Di atas Formasi Parigi diendapkan sedimen klastik serpih, batu lempung,
batu pasir dan di tempat yang sangat terbatas diendapkan juga batu
gamping tipis, yang dikenal sebagai Formasi Cisubuh. Seri sedimentasi ini
sekaligus mengakhiri proses sedimentasi di Cekungan Jawa Barat Utara.
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 7
Gambar 2. Stratigrafi Usulan Bor Sumur KRB-X
b. Gejala Permasalahan
Untuk mengetahui kandungan hidrokarbon yang terdapat dalam lapisan
prospek tersebut (Lapisan BRF) maka dilakukanlah Proses Coring.
2.2 Dimensi Permasalahan
Dimensi dari permasalahan Coring tersebut adalah Proses Coring dan Coring
Tools yang diperlukan pada pelaksanaannya di lapangan yaitu di Lapangan
Sumur KRB-X yang dilakukan oleh Rig OW 760/20.
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 8
2.3 Perumusan Pokok Permasalahan Coring Tools apa saja yang diperlukan dan pelaksanaan Coring itu sendiri.
Pelaksanaan Coring harus dilakukan dengan benar dan teliti karena jumlah
core yang didapat sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah batuan
reservoirnya agar analisa dari core yang didapatkan secara kualitatif sedapat
mungkin mewakili jenis batuan yang terdapat di bawah permukaan pada
kedalaman yang kita kehendaki tersebut.
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 9
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
1.1 Metode-metode Pelaksanaan Coring
Tergantung dari kondisi batuan dan tujuannya ada beberapa cara dan peralatan
yang dipergunakan untuk coring dan metoda yang lazim dilakukan dapat
diklasifikasikan menjadi:
Bottom coring
Wireline retrievable coring
Sidewall coring
Masing-masing secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Bottom Coring Metoda bottom coring menggunakan pahat yang berlubang dibagian
tengahnya (biasa disebut dengan core head) yang dapat membuat lubang
berbentuk lingkaran sehingga menghasilkan core yang berbentuk silinder
di tengah. Begitu pemboran berlanjut, core yang berbentuk silinder naik
dan masuk ke dalam pipa atau core barrel yang dipasang di atas pahat.
Suatu kekurangan dari metoda ini adalah bahwa setiap akan mengambil
core dari core barrel harus dilakukan round-trip, namun demikian metoda
ini mempunyai suatu keuntungan yaitu bahwa core yang dihasilkan cukup
besar dan banyak. Dari metoda ini dapat dihasilkan core dengan diameter
3 sampai 5 dengan panjang 30 ft sampai 55 ft untuk satu kali round-trip
dengan diameter yang umum dipakai adalah 3.
b) Wireline retrievable coring Dalam metoda ini peralatan yang digunakan pada dasarnya tidak berbeda
dengan peralatan yang dipakai pada metoda conventional, tetapi core head
yang digunakan lebih kecil. Pada metoda wireline core, inner barrel dapat
diambil tanpa harus mencabut rangkaian pipa bor. Dengan menggunakan
alat pancing overshot yang dimasukkan dengan wireline melalui rangkaian
pipa bor, rangkaian peralatan dapat dipancing. Core yang diperoleh dengan
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 10
metoda ini lebih kecil yang umumnya berdiameter 1-1/8 sampai 1-
dengan panjang 10 ft sampai 20 ft. Keuntungan dari metoda ini adalah
penghematan waktu untuk round-trip terutama untuk lapisan tebal dan atau
sumur yang dalam.
c) Sidewall Coring Sidewall coring sering dikehendaki untuk mendapatkan core dari zone-
zone yang telah dibor. Alat yang digunakan seperti tampak pada gambar
dibawah ini. Alat ini dimasukkan dengan kabel listrik dimana core barrel
ditembakkan dengan menggunakan peluru yang dikontrol dari panel listrik
yang ditempatkan di permukaan.
Gambar 3. Sidewall Coring
Pada umumnya core yang diperoleh dari metoda ini berukuran diameter
7/8 dan panjangnya 1- sampai 2-. Sidewall coring banyak
digunakan pada daerah yang batuannya lunak yang diseleksi dari electric
logs.
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 11
Karakteristik peralatan sidewall coring tersebut adalah :
o Number of shots (1 run) : Large Gun = 30
Small Gun = 21
In Combination = up to 66
o Max hole diameter : 25 (Large Gun)
o Min hole diameter : 6-1/8 (Small Gun)
o Max Pressure : 20.000 psi
o Max Temperatur : Std power 2800F
Ht power 3500F
o Positioned with an SP or a gamma ray curve
o The gun should be centralized
o Bullet type and power charge are chosen according to the formation to
be cored
o Pulling out speed must be low enough not wash the samples out of the
bullets
o Core size obtained : 1 x 2-1/4 max (for the large gun)
7/8 x 1-3/4 max (for the small gun)
1.2 Prosedur Umum Pelaksanaan Coring Secara garis besar berikut adalah prosedur operasi yang perlu diperhatikan
dalam melaksanakan coring:
- Yakinkan bahwa di dalam lubang bor benar-benar bersih dari
kemungkinan potongan-potongan baja misalnya gigi pahat dan lain
sebagainya.
- Disarankan waktu bor dengan pahat terakhir sebaiknya dilengkapi dengan
junk sub. Sebelum rangkaian coring dimasukkan terlebih dahulu lubang
bor dibersihkan dengan alat pancing junk basket atau magnit bila
diperlukan.
- Gunakan drill collar secukupnya untuk memberi beban pada pahat dan
gunakan stabilizer supaya core head pada posisi center dan flat pada dasar
lubang.
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 12
- Pada waktu memasukkan usahakan kecepatan sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi benturan yang dapat mengakibatkan rusaknya core head.
- Pilih core head yag sesuai dengan batuan yang akan di core.
- Jika menggunakan diamond core head harus lebih kecil (1/32 1/16)
dari diameter bit terakhir.
- Selama coring, beratan pada pahat harus diusahakan konstan.
- Saat permulaan mengebor, lakukan dengan hati-hati pada WOB kecil dan
putaran rendah (30 60) hingga core head membuat pola atau bentuk di
dasar lubang (10 15 cm). Kemudian secara bertahap beban dan putaran
dapat ditambah hingga pemboran dapat dilaksanakan secara normal sesuai
dengan ketentuan pabrik pembuat core head.
- Perhatikan tekanan pompa dengan seksama untuk menghindarkan
terjadinya kebuntuan.
- Perhatikan penetrasi dengan seksama untuk menghindari kemungkinan
barrel sudah penuh, hal ini bisa terjadi bila ada kesalahan ukur.
- Bila mencabut rangkaian coring jangan terlalu cepat.
1.3 Perlengkapan Coring (Coring Tools) Pada umumnya coring tool terdiri dari:
1. Core bit (core head)
2. Core catcher (Hard / Soft) termasuk core catcher sub
3. Outer & inner barrel termasuk inner barrel sub
4. Bearing assy
5. Safety joint
6. Bit sub
7. Drop ball (Ball check valve + ball seat)
8. Stabilizer
Peralatan Coring yang akan dikemukakan disini adalah tipe-tipe peralatan
coring yang ada dan biasanya dipergunakan di Pertamina, diantaranya:
Christensen Type 250 P. Core Barrel Assy
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 13
1.4 Pelaksanaan Coring Secara Umum Christensen Type 250 P. Core Barrel Assy
- Persiapan untuk masuk core assembly perlu dipersiapkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Dasar lubang bor bersih dari potongan-potongan logam (junk) dan
gram-gram besi.
2. Bongkar/periksa semua komponen core assembly harus dalam
kondisi baik.
3. Cek kondisi tempat dudukan bola harus dalam kondisi baik.
4. Catat/ukur/gambar semua data teknik dari core assembly
5. Handling core assembly sesuai dengan rekomendasi.
- Operasi Coring
1. Lakukan sirkulasi + 1 meter dari dasar lubang, sambil turunkan
rangkaian core pelan-pelan sampai dasar lubang bor, selanjutnya
lakukan sirkulasi di dasar sampai bersih.
2. Jatuhkan bola ke dalam string, tunggu beberapa saat tekanan
pompa akan naik sekitar 200 sampai 300 psi setelah bola duduk
pada ball seat.
3. Lakukan drill off test sepanjang 1 ft pertama dengan WOB 300 lbs
dan RPM 30.
4. Selanjutnya operasi coring dapat dilakukan dengan parameter
sebagi berikut:
a) Beban pada pahat
- Perhitungkan jumlah Drill Collar yang digunakan sesuai
dengan beban pada pahat yang diperlukan. Berdasarkan
perhitungan drill string design dan rekomendasi, beban
pada pahat yang efektif adalah 10000 lbs untuk medium to
hard formation dan 10000 sampai 20000 lbs untuk hard to
very hard formation. Pembebanan dilakukan secara konstan
agar hasil core tidak terputus-putus.
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 14
b) Aliran Sirkulasi
- Besarnya aliran sirkulasi tergantung dari besar kecilnya
water course dari core head yaitu 200 sampai 500 gpm. Hal
ini untuk menghindari terkikisnya core bit matrik dan untuk
mendapatkan optimum penetration rate.
c) Putaran meja
- Besarnya putaran tergantung dari besarnya beban pada
pahat yang menurut rekomendasi antara 50 sampai 100
rpm.
- Putaran yang lebih besar mengandung resiko dan tidak
menambah penetration rate secara optimum.
d) Potong core
- Putuskan core dengan cara sebagai berikut:
Biarkan beban pada pahat turun sampai dengan nol, kurangi
SPM pompa sampai minimum. Perhatikan berat string,
hentikan putaran meja dan angkat rangkaian pelan 0,5
sampai 1 ft, kemudian turunkan kembali, putar berkala dan
diangkat kembali, dalam kondisi normal core dengan
mudah akan putus, tetapi bila formasi extra keras dan core
belum putus berikan over pull antara 15000 sampai 30000
lbs dan putar berkala sampai core putus.
Setelah core putus angkat string setinggi 15 sampai 20 ft
dari dasar lubang. Kemudian turunkan kembali pelan-pelan
sampai 1 ft dari lubang rasakan bahwa core telah benar-
benar putus. Hentikan sirkulasi dan core assy cabut tanpa
putar meja.
- Cabut dan cara mengeluarkan hasil core
1. Sebelum cabut lakukan observasi, lubang harus dalam keadaan
aman, cabut jangan terlalu cepat dan jangan putar meja.
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 15
2. Setelah core barrel sampai dipermukaan, tutup blind ram, ambil
bola dengan ball pick up tool, pasang lifting sub.
3. Angkat core barrel, slack (kendorkan ikatan) setiap sambungan
termasuk core head.
4. Buka core head ganti dengan core barrel protector dan masukkan
core barrel ke dalam single hole, lepas sambungan pada safety joint
dan angkat ke atas inner barrel, gantung vertical di atas meja bor
yang sudah ditutup.
5. Gunakan core support pin sebagai penahan core, buka inner sub
tube clamp dan core handle pada inner barrel tersebut.
6. Angkat inner barrel pelan-pelan, jepit tong core handle pada hasil
core sesuai dengan panjang core yang kita kehendaki untuk
dipotong.
7. Apabila hasil core sulit untuk dikeluarkan dari inner yang
disebabkan karena sifat dari batuan yang lekat pada dinding bagian
dalam barrel sehingga diperlukan cara sebagai berikut :
- Lay down inner-barrel di atas pipe bridge.
- Buka inner tube shoe, core cather dan pasang pump out
connector pada inner barrel.
- Sambungkan pump out connector pada pump out plunger, dan
pompa pelan sampai hasil core keluar dari inner barrel.
- Masukkan hasil core ke dalam core box dengan urutan yang
benar sesuai kedalaman dan catat persentasi hasil core yang
diperoleh.
3.4 Pelaksanaan Coring di Rig OW 760/20 Pada pelaksanaan di lapangan yaitu lapangan sumur Karangbaru atau disebut
KRB-X, Coring dilakukan oleh Rig OW 760/20 yang direncanakan pada
kedalaman 2264 2273 m. Berikut ini secara ringkas pelaksanaannya :
Setelah selesai dilakukan penyemenan casing 9-5/8, kegiatan dilanjutkan
dengan mengebor plug, collar, semen dan shoe dari 2220 2264 m (Coring
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 16
depth). Sirkulasi bersih dan cabut rangkaian pahat PDC 8-1/2 dari 2264 m
sampai permukaan dan persiapan masuk rangkaian Coring dengan susunan
sebagai berikut :
Core Head 7 5/8" + Core Barrel 6.3/4" + FS 6.3/4" + DC 6.1/4" + String Stab 8.1/4" +
3 jts DC 6.1/4" + 15 jts HWDP 5" + Jar 6.3/4" + 6 jts HWDP 5"
Lanjut masuk rangkaian Coring sampai 2664 m dan lakukan SPR (P1 = 70
spm/350 psi, P2 = 70 spm/307 psi, P3 = 70 spm/342 psi). Setelah itu di drop
bola dan lanjut sirkulasi dengan P2 = 70 spm (tekanan naik dari 307 psi 400
psi). Lakukan coring dari kedalaman 2264 2273 m (WOB = 7-10 klbs; RPM
= 50-60, SPM = 70). Setelah mencapai kedalaman target putuskan core dan
cabut rangkaian coring sampai permukaan (Core recovery = 100%). Pada saat
core tersebut dikeluarkan dari inner barrel, dipotong-potong dan diurutkan
sesuai kedalamannya serta diberi keterangan setiap 1 meternya. Setelah
pengerjaan selesai core tersebut kemudian dibungkus dengan aluminium foil
dan dibagian luarnya dilapisi dengan lilin untuk menghindari kontaminasi
yang dapat mempengaruhi hasil analisanya. Kemudian core dibawa ke
laboratorium untuk dianalisa kandungan hidrokarbonnya dan sifat-sifat lain
dari batuan yang diperlukan.
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 17
Gambar 4. Master LOG
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan 1. Salah satu metode untuk mengetahui kandungan hidrokarbon pada lapisan
prospek yang kita inginkan bisa dilakukan dengan Coring.
2. Ada beberapa jenis metode coring diantaranya :
Bottom coring
Wireline retrievable coring
Sidewall coring
3. Pelaksanaan Coring harus dilakukan dengan benar dan teliti karena jumlah
core yang didapat sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah batuan
reservoirnya agar analisa dari core yang didapatkan secara kualitatif
sedapat mungkin mewakili jenis batuan pada kedalaman yang kita
kehendaki tersebut.
4. Core yang didapat dari berbagai metode diatas :
Bottom coring : d = 3 5 , L = 30 55 ft
Wireline retrievable coring : d = 1-18 1-34 , L = 10 20 ft
Sidewall coring : d = 7/8 , L = 1-3/4 2-1/4
5. Sebelum melaksanakan Coring kita harus meyakini terlebih dahulu
keadaan lubang bor benar-benar bersih.
6. Pada pelaksanaan Coring diusahakan WOB selalu uniform.
7. Core yang telah dipotong diberi tanda sesuai urutan kedalaman.
8. Core yang telah dipotong dibungkus dengan alumnium foil dan dibagian
luarnya dilapisi dengan lilin untuk menghindari kontak dengan udara.
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 19
4.2 Saran/Rekomendasi 1. Untuk membersihkan lubang sebelum pelaksanaan Coring harus dilakukan
sirkulasi sampai bersih.
2. Dari berbagai metode yang ada, penulis lebih menyarankan untuk
menggunakan Metode Bottom Coring dimana core yang didapat dari
metode ini cukup panjang dan besar untuk mewakili lapisan batuan di
bawah permukaan yang kita inginkan tersebut.
3. Sebelum rangkaian coring dimasukkan ke dalam lubang bor terlebih
dahulu dibersihkan dengan alat pancing junk basket atau magnit bila
diperlukan.
Coring dan Coring Tools
14/BPS-DSH/2007 20
DAFTAR PUSTAKA
Adm Rig OW 760/20, Laporan Harian Pemboran Sumur KRB, PT. Pertamina
(Persero), 2007. Adm Rig OW 760/20, Program Umum Pemboran Sumur KRB, PT. Pertamina
(Persero), 2007. Erwin, Bambang, Coring & Coring Tools (Materi Kuliah Bimbingan Profesi
Sarjana), PT. Pertamina (Persero), 2006.
Recommended WOB
Recommended Pump Discharge
Recommended Rotary Speed
Handling Tools for Coring
Bottom Hole Assembly for Coring Job
`
Foto-foto Core Hasil Coring oleh Rig OW 760/20 di Sumur KRB-X