Kemampuan Penutupan Koronal Dari Bahan Pengisi Saluran Akar Yang Baru
Emre Bodrumlu, DDS, PhD; Umut Tunga, DDS, PhD
ABSTRAK
Latar belakang dan Tujuan: Sampai saat ini, banyak bahan yang berbeda telah
diusulkan untuk pengisian saluran akar, namun guta perca (yang digunakan
dengan berbagai jenis sealers) tetap menjadi bahan pilihan selama lebih dari satu
abad. Sistem obturasi saluran akar yang baru, yaitu sistem obturasi endodontik
Epiphany, telah dikembangkan untuk menggantikan guta perca dan sealer
tradisional untuk obturasi saluran akar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi kemampuan penutupan koronal dari sistem obturasi endodontik
yang baru.
Bahan dan Metode: Digunakan tujuh puluh dua gigi akar tunggal dari rahang
atas dan rahang bawah manusia yang diekstraksi karena alasan periodontal.
Saluran akar diinstrumentasi menggunakan teknik step-back dan diirigasi dengan
Natrium hipoklorit 5,25%. Smear layer dihilangkan dengan menggunakan 10 ml
17% EDTA (ethylenediamine tetra-acetic acid, asam asetat tetra ethilenediamin).
Spesimen secara acak dibagi ke dalam 3 kelompok (kelompok 1 diisi dengan guta
perca dan sealer AH 26, kelompok 2 dengan guta perca dan sealer AH Plus, dan
kelompok 3 dengan self etch sealer Epiphany dan bahan obturasi Resilon) dan
diobturasi dengan kondensasi lateral. Gigi disentrifugasi pada 30 g selama 5
menit dalam 2% larutan pewarna methylen blue untuk evaluasi kebocoran
koronal. Akar gigi dibuat alur secara longitudinal dengan diamond disk dan
dibelah dengan chisel. Penetrasi pewarna diukur dari bagian koronal ke bagian
apikal saluran akar menggunakan stereomikroskop dengan mikrometer okuler,
dan nilai rata-rata kebocoran untuk masing-masing kelompok dihitung dan
dicatat.
Hasil: Enam spesimen kontrol positif mengalami penetrasi pewarna sistem
saluran akar secara total, sedangkan 6 gigi kontrol negatif tidak mengalami
penetrasi sampai ke akar. Semua kelompok eksperimen menunjukkan beberapa
derajat kebocoran koronal. Kebocoran koronal yang paling besar terjadi pada gigi
yang diisi dengan guta perca dan sealer AH 26, sedangkan kebocoran koronal
yang terkecil terjadi pada gigi yang dirawat dengan sealer Epiphany dan bahan
inti Resilon. Perbedaan-perbedaan dalam kebocoran koronal ini adalah signifikan
secara statistik (p < 0,05).
Simpulan: Semua bahan pengisi saluran akar yang diuji dalam evaluasi ini
menghasilkan penutupan yang memuaskan; walaupun sistem pengisi saluran
akar Epiphany memperlihatkan kebocoran koronal yang paling kecil.
Obturasi saluran akar merupakan bagian perawatan endodontik yang
penting dan harus dilakukan dengan standar klinis yang paling tinggi. Bahan yang
dipilih untuk pengisian akar adalah salah satu penentu kritis untuk keberhasilan
atau kegagalan perawatan endodontik. Sifat penutupan yang dimiliki bahan
pengisi saluran akar merupakan faktor penting lain yang dapat mempengaruhi
keberhasilan perawatan. Beberapa penelitian secara in vitro telah
mendemonstrasikan bahwa beberapa jenis mikroorganisme dapat berpenetrasi
ke bagian koronal pengisi saluran akar dan akhirnya, dalam beberapa kasus,
berhasil mencapai daerah apikal. Oleh karena itu, mencegah kebocoran koronal
adalah hal yang penting untuk keberhasilan perawatan saluran akar.
Sampai saat ini, banyak bahan yang berbeda telah diusulkan untuk
pengisi saluran akar, namun guta perca (yang digunakan dengan berbagai jenis
sealers) tetap menjadi bahan pilihan selama lebih dari satu abad. Banyak
penelitian telah menunjukkan bahwa bahan ini tidak dapat mencegah
kebocoran, sekalipun digunakan bersamaan dengan sealer.
Berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi sifat penutupan
koronal dari berbagai bahan pengisi saluran akar. Penilaian penetrasi pewarna
linear secara apikal atau secara koronal adalah metode in vitro yang paling
umum untuk memeriksa adaptasi pengisi akar ke dinding saluran, karena
kepekaan dan kemudahan penggunaan metode ini. Metode ini didasarkan pada
anggapan bahwa kedalaman penetrasi pewarna menunjukkan adanya celah
antara pengisi akar dan dinding saluran.
Sistem obturasi saluran akar yang baru, yaitu sistem obturasi
endodontik Epiphany (Pentron Clinical Technologies, Wallingford, Conn.), telah
dikembangkan untuk menggantikan guta perca dan sealer tradisional sebagai
obturasi saluran akar. Sistem tersebut menggunakan self etch sealer Epiphany
yang dikombinasikan dengan Resilon, suatu bahan pengisi saluran akar yang
berbasis polimer sintesis thermoplastis. Sealer Epiphany adalah sealer komposit
resin dental dual cure.
Tujuan dari penelitian ini adalah evaluasi in vitro kebocoran koronal
yang terkait dengan sistem obturasi endodontik Epiphany.
Bahan dan Metode
Untuk penelitian ini, dipilih tujuh puluh dua gigi anterior rahang atas dan
rahang bawah manusia dengan saluran akar tunggal yang lurus. Akar dengan
apeks terbuka, retak dan cacat resorptif merupakan pengecualian. Gigi
dibersihkan secara hati-hati dengan kuret untuk menghilangkan sisa-sisa jaringan
lunak dan disimpan dalam larutan garam sebelum diinstrumentasi.
Mahkota gigi dipotong pada CEJ (cemento enamel junction)
menggunakan diamond disk yang didinginkan dengan air. Panjang saluran
dibentuk secara visual dengan menempatkan K file ukuran 15 (Kerr, Romulus,
Mich) ke setiap saluran akar sampai ujung file terlihat di ujung foramen apikal.
Panjang kerja ditetapkan 1 mm dekat apeks. Sistem saluran diinstrumentasi
sampai panjang kerja dengan K file ukuran 40 menggunakan teknik step back.
Sepertiga koronal setiap akar diperbesar dengan bur Glidden Gates 2-4
(Dentsply, Maillefer, Swiss) (ukuran ISO 70-150) dengan handpiece low speed.
Saluran akar diirigasi dengan 10 mL 5,25% Natrium hipoklorit (NaOCl) setelah
masing-masing pengisian. Smear layer dihilangkan dengan 10 mL EDTA 17%
(Canal +, Septodont, Saint-Maur-des-Fossés, Prancis) selama 10 menit, diikuti
dengan 10 mL NaOCl 5,25%. Akhirnya, saluran akar diirigasi dengan 3 mL larutan
garam dan dikeringkan dengan paper point.
Spesimen secara acak dibagi menjadi 3 kelompok yang sama, masing-
masing kelompok berisi 20 sampel, dengan 6 gigi disisihkan sebagai kontrol
negatif (diisi dengan guta perca dan sealer) dan 6 gigi lagi disisihkan sebagai
kontrol positif (3 akar diisi dengan guta perca tanpa sealer apapun dan 3 akar
diisi dengan bahan inti Resilon tanpa sealer Epiphany).
Akar dalam kelompok 1 diisi dengan teknik kondensasi lateral dengan
gutta percha dan sealer saluran akar AH 26 (Dentsply DeTrey GmbH, Konstanz,
Jerman). Akar dalam kelompok 2 diisi dengan metode yang sama dengan guta
perca dan sealer AH Plus (Dentsply DeTrey GmbH). Akar dalam kelompok 3
disiapkan sebagai berikut. Pertama, bonding Epiphany diaplikasikan ke saluran
akar, dan kelebihan bonding dihilangkan dengan paper point. Selanjutnya master
cone Resilon yang dilapisi dengan sealer Epiphany ditempatkan dalam saluran
akar dengan teknik kondensasi lateral. Kelebihan cone dipotong pada orifis
dengan burnisher bundar panas. Dilakukan penyinaran selama 40 detik dengan
menggunakan unit light-curing (Hilux, Ledmax-550, Benlioglu, Turki) sesuai
petunjuk produsen.
Permukaan akar gigi dalam tiga kelompok ini ditutup dengan 2 lapis cat
kuku, kecuali permukaan koronal 2 mm. Kontrol negatif sepenuhnya dilapisi
dengan 2 lapis cat kuku, sedangkan kontrol positif dilapisi dengan 2 lapis cat kuku
kecuali pada bagian koronal 2 mm.
Setelah proses pengisian, semua sampel disimpan dalam larutan salin
pada suhu 37°C selama 72 jam.
Semua spesimen disentrifugasi pada 30 g selama 5 menit dalam 2%
larutan pewarna methylen blue untuk dilakukan evaluasi kebocoran koronal.
Spesimen-spesimen tersebut dicuci di bawah air keran yang mengalir selama 5
menit. Akar gigi dibuat alur secara longitudinal dengan diamond disk dan dibelah
dengan chisel, untuk memastikan bahwa pengisi saluran akar belum dipenetrasi,
dan kemudian dibagi menjadi dua bagian dengan menggunakan pisau plester.
Penetrasi pewarna diukur dari bagian koronal ke bagian apikal saluran akar
menggunakan stereomikroskop dengan mikrometer okuler, dan nilai rata-rata
kebocoran untuk masing-masing kelompok dihitung dan dicatat. Data kemudian
menjadi subyek analisis varian (ANOVA). Perbedaan antar bahan diidentifikasi
dengan uji U Mann-Whitney.
Hasil
Enam spesimen kontrol positif mempunyai penetrasi pewarna total
pada sistem saluran akar, sedangkan gigi kontrol negatif tidak mempunyai
penetrasi pewarna ke dalam akar. Semua kelompok eksperimen menunjukkan
beberapa derajat kebocoran koronal (tabel 1). Gigi yang menggunakan sealer
Epiphany (kelompok 3) menunjukkan lebih sedikit kebocoran koronal (rata-rata
1,4 mm; standar deviasi [SD] 0,43) dibandingkan gigi yang diisi dengan guta perca
dengan sealer AH Plus (kelompok 2; rata-rata 1,9 mm; SD 0,5) atau sealer AH 26
(kelompok 1, rata-rata 2,5 mm; SD 0,52). Rata-rata kebocoran dalam gigi
kelompok 3 berbeda secara signifikan dari gigi di kelompok 1 dan 2 (p <0,05), di
samping itu, hasil untuk kelompok 2 berbeda secara signifikan dari kelompok 1 (p
<0,05).
Tabel 1. Rata-rata kebocoran dan standar deviasi untuk bahan-bahan yang diuji.
Bahan Tingkat kebocoran rata-
rata (mm)
SD
Kelompok 1: Guta Perca dengan sealer
AH 26
2,5 0,52
Kelompok 2: Guta Perca dengan sealer
AH Plus
1,9 0,50
Kelompok 3: Inti Resilon dengan sealer
Epiphany
1,4 0,43
a. Tingkat kebocoran pada gigi diisi dengan inti Resilon dan sealer Epiphany
secara signifikan berbeda dari tingkat kebocoran dalam 2 kelompok gigi lainnya
(analisis varians; p <0,05).
Pembahasan
Mencapai penutupan koronal yang adekuat merupakan salah satu
tujuan yang paling penting dalam Endodontik. Terdapat variasi kemampuan
penutupan dari bahan endodontik yang berbeda. Van der Sluis dan lainnya
memperlihatkan perbedaan kebocoran antara saluran oval dan saluran bundar.
Oleh karena itu, untuk konsistensi dalam evaluasi, gigi dengan saluran akar
tunggal yang lurus dan bulat digunakan dalam penelitian ini.
Evaluasi kebocoran secara in vitro mungkin tidak berkorelasi langsung
dengan hasil klinis, namun evaluasi semacam itu dibenarkan untuk tujuan
perbandingan sederhana dan teknik skrining. Tidak satupun pun dari metode
evaluasi kebocoran yang digunakan saat ini telah divalidasi, dan karenanya
metode terbaik belum ditetapkan. Namun, dalam penelitian-penelitian
sederhana yang menggunakan penetrasi pewarna, penetrasi pewarna bisa jadi
metode yang paling dapat diandalkan untuk memvisualisasikan tingkat
kebocoran. Selain itu, Pitt Ford yang membandingkan kebocoran pewarna dalam
kaitannya dengan beberapa sealer in vitro, menemukan bahwa perbedaan yang
teramati tidak sesuai dengan respon jaringan in vivo yang nampak berbeda.
Banyak metode in vitro telah digunakan untuk mengevaluasi kualitas
penutupan bahan pengisi endodontik, tapi sebagian besar penelitian telah
menggunakan pewarna methylen blue. Pewarna ini juga digunakan dalam studi
ini karena mempunyai berat molekul yang rendah dan mempenetrasi lebih
dalam dibandingkan pewarna lainnya sepanjang pengisi saluran akar. Selain itu,
ukuran molekulernya serupa dengan produk yang dihasilkan bakteri, seperti
asam butirik, yang dapat bocor ke luar dari saluran akar yang terinfeksi dan
menimbulkan iritasi pada jaringan periapikal. Sebaliknya, metode transport fluida
tidak efektif untuk memperlihatkan kebocoran dalam bagian koronal dan bagian
apikal saluran akar. Bagaimanapun, teknik filtrasi fluida memberikan hasil yang
mirip dengan teknik penetrasi pewarna aktif karena, seperti metode penetrasi
aktif, teknik filtrasi fluida memperhitungkan semua porositas permukaan antara
bahan pengisi dan akar.
Udara yang terjebak dalam bahan pengisi saluran akar atau di dalam
sistem saluran akar dapat menghambat penetrasi pewarna ke dalam pori-pori
dan celah-celah. Oliver dan Abbott menyatakan bahwa setelah sentrifugasi pada
3.000 rpm selama 5 menit, penetrasi pewarna adalah 91,7%; penetrasi pewarna
dengan perendaman pasif adalah 20,7%. Oleh karena alasan ini,
direkomendasikan uji penetrasi pewarna aktif, dimana udara yang terperangkap
dihilangkan dalam kondisi vakum atau uji penetrasi pewarna dilakukan dalam
kondisi tekanan tinggi. Dalam penelitian ini digunakan sentrifugasi.
Penghilangan smear layer dapat dipertimbangkan sebagai langkah yang
penting untuk suksesnya perawatan saluran akar. Karena alasan ini, maka dalam
penelitian ini smear layer dihilangkan sebelum evaluasi penetrasi dan adaptasi
bahan pengisi saluran akar.
Penyelesaian restorasi koronal harus dilakukan dengan segera, untuk
memastikan keberhasilan dalam terapi saluran akar. Sejumlah penelitian telah
menunjukkan bahwa kontaminasi koronal oleh mikroorganisme mengakibatkan
penetrasi mikroogranisme tersebut ke seluruh sistem saluran akar. Perlindungan
saluran akar dan dasar ruang pulpa dari kebocoran dapat dicapai dengan
menempatkan glass ionomer dan semen seng oksida-eugenol pada area
tersebut, sebagai suatu lapisan. Kegagalan berbagai sealer dapat disebabkan
oleh komposisi kimianya dan sifat-sifat fisiknya (misal, daya adesif, stabilitas
dimensi, aliran, dan solubilitas). Juga, teknik obturasi, kemungkinan adanya
smear layer, ketidakteraturan bentuk saluran, dan keberadaan saluran aksesori
dapat menimbulkan adanya kegagalan penutupan ini.
Hasil-hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ketiga sealer yang diuji
(Epiphany, AH 26, dan AH Plus) memungkinkan terjadinya kebocoran koronal.
Rata-rata kebocoran sealer Epiphany secara signifikan relatif lebih rendah
dibandingkan sealer AH Plus. Hal ini mungkin berhubungan dengan rendahnya
adaptasi dan kemampuan penetrasi guta perca dengan AH 26 dan AH Plus di
seluruh saluran akar. Hal ini bisa juga disebabkan penyusutan dan ekspansi sealer
AH 26 dan sealer AH Plus. Dalam sistem obturasi endodontik Epiphany,
perlekatan sealer ke dinding saluran akar dan ke bahan inti Resilon nampak lebih
baik dibandingkan sealer lainnya.
Penutupan koronal yang baik untuk obturasi saluran akar seharusnya
sealers dapat melekat ke dentin maupun ke bahan pengisi ini. Kemampuan
penutupan sealer Epiphany dapat dikaitkan dengan integritasnya yang
disebabkan oleh adhesi bahan pengisi Resilon ke sealer Epiphany dan juga adhesi
sealer ke dinding dentin dalam sistem saluran akar.
Dalam penelitian ini, sistem obturasi endodontik Epiphany menghasilkan
penutupan yang adekuat. Hasil-hasil yang serupa telah dilaporkan oleh Shipper
dan lain-lain. Sebaliknya, Tay dan lain-lain menyimpulkan bahwa kualitas
penutupan apikal yang dicapai dengan bahan inti Resilon dan sealer Epiphany
tidak lebih baik dibandingkan yang dicapai dengan guta perca dan sealer epoxy
resin konvensional. Perbedaan antara 2 penelitian tersebut mungkin karena
perbedaan metodologi dan area kebocoran yang dievaluasi. Bagaimanapun,
kebocoran koronal yang terkait dengan materi inti Resilon dan sealer Epiphany
belum dilaporkan pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Banyak yang setuju bahwa guta perca harus diganti dengan bahan yang
dapat menutup saluran dengan lebih baik. Hasil-hasil dari penelitian ini
mengindikasikan bahwa sistem pengisian akar Epiphany menunjukkan lebih
sedikit kebocoran mikro koronal dibandingkan sistem yang menggunakan guta
perca. Meskipun sealer Epiphany dapat memberikan penutupan yang lebih baik
dalam studi in vitro ini, namun hasil-hasil in vivo bisa berbeda karena faktor-
faktor seperti smear layer pada dentin yang telah dikenal mengubah sifat
penutupan semen endodontik. Penelitian ini tidak membahas performa klinis
bahan penutupan yang baru. Sebagai tambahan untuk penelitian-penelitian in
vitro, penelitian klinis yang menggunakan sistem obturasi endodontik Epiphany
perlu dilakukan.