13
Kemampuan Penutupan Koronal Dari Bahan Pengisi Saluran Akar Yang Baru Emre Bodrumlu, DDS, PhD; Umut Tunga, DDS, PhD ABSTRAK Latar belakang dan Tujuan: Sampai saat ini, banyak bahan yang berbeda telah diusulkan untuk pengisian saluran akar, namun guta perca (yang digunakan dengan berbagai jenis sealers) tetap menjadi bahan pilihan selama lebih dari satu abad. Sistem obturasi saluran akar yang baru, yaitu sistem obturasi endodontik Epiphany, telah dikembangkan untuk menggantikan guta perca dan sealer tradisional untuk obturasi saluran akar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kemampuan penutupan koronal dari sistem obturasi endodontik yang baru. Bahan dan Metode: Digunakan tujuh puluh dua gigi akar tunggal dari rahang atas dan rahang bawah manusia yang diekstraksi karena alasan periodontal. Saluran akar diinstrumentasi menggunakan teknik step-back dan diirigasi dengan Natrium hipoklorit 5,25%. Smear layer dihilangkan dengan menggunakan 10 ml 17% EDTA (ethylenediamine tetra-acetic acid, asam asetat tetra ethilenediamin). Spesimen secara acak dibagi ke dalam 3

Coronal Sealing Ability of a New Root Canal Filling Material

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal endo

Citation preview

Page 1: Coronal Sealing Ability of a New Root Canal Filling Material

Kemampuan Penutupan Koronal Dari Bahan Pengisi Saluran Akar Yang Baru

Emre Bodrumlu, DDS, PhD; Umut Tunga, DDS, PhD

ABSTRAK

Latar belakang dan Tujuan: Sampai saat ini, banyak bahan yang berbeda telah

diusulkan untuk pengisian saluran akar, namun guta perca (yang digunakan

dengan berbagai jenis sealers) tetap menjadi bahan pilihan selama lebih dari satu

abad. Sistem obturasi saluran akar yang baru, yaitu sistem obturasi endodontik

Epiphany, telah dikembangkan untuk menggantikan guta perca dan sealer

tradisional untuk obturasi saluran akar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengevaluasi kemampuan penutupan koronal dari sistem obturasi endodontik

yang baru.

Bahan dan Metode: Digunakan tujuh puluh dua gigi akar tunggal dari rahang

atas dan rahang bawah manusia yang diekstraksi karena alasan periodontal.

Saluran akar diinstrumentasi menggunakan teknik step-back dan diirigasi dengan

Natrium hipoklorit 5,25%. Smear layer dihilangkan dengan menggunakan 10 ml

17% EDTA (ethylenediamine tetra-acetic acid, asam asetat tetra ethilenediamin).

Spesimen secara acak dibagi ke dalam 3 kelompok (kelompok 1 diisi dengan guta

perca dan sealer AH 26, kelompok 2 dengan guta perca dan sealer AH Plus, dan

kelompok 3 dengan self etch sealer Epiphany dan bahan obturasi Resilon) dan

diobturasi dengan kondensasi lateral. Gigi disentrifugasi pada 30 g selama 5

menit dalam 2% larutan pewarna methylen blue untuk evaluasi kebocoran

koronal. Akar gigi dibuat alur secara longitudinal dengan diamond disk dan

dibelah dengan chisel. Penetrasi pewarna diukur dari bagian koronal ke bagian

apikal saluran akar menggunakan stereomikroskop dengan mikrometer okuler,

dan nilai rata-rata kebocoran untuk masing-masing kelompok dihitung dan

dicatat.

Page 2: Coronal Sealing Ability of a New Root Canal Filling Material

Hasil: Enam spesimen kontrol positif mengalami penetrasi pewarna sistem

saluran akar secara total, sedangkan 6 gigi kontrol negatif tidak mengalami

penetrasi sampai ke akar. Semua kelompok eksperimen menunjukkan beberapa

derajat kebocoran koronal. Kebocoran koronal yang paling besar terjadi pada gigi

yang diisi dengan guta perca dan sealer AH 26, sedangkan kebocoran koronal

yang terkecil terjadi pada gigi yang dirawat dengan sealer Epiphany dan bahan

inti Resilon. Perbedaan-perbedaan dalam kebocoran koronal ini adalah signifikan

secara statistik (p < 0,05).

Simpulan: Semua bahan pengisi saluran akar yang diuji dalam evaluasi ini

menghasilkan penutupan yang memuaskan; walaupun sistem pengisi saluran

akar Epiphany memperlihatkan kebocoran koronal yang paling kecil.

Obturasi saluran akar merupakan bagian perawatan endodontik yang

penting dan harus dilakukan dengan standar klinis yang paling tinggi. Bahan yang

dipilih untuk pengisian akar adalah salah satu penentu kritis untuk keberhasilan

atau kegagalan perawatan endodontik. Sifat penutupan yang dimiliki bahan

pengisi saluran akar merupakan faktor penting lain yang dapat mempengaruhi

keberhasilan perawatan. Beberapa penelitian secara in vitro telah

mendemonstrasikan bahwa beberapa jenis mikroorganisme dapat berpenetrasi

ke bagian koronal pengisi saluran akar dan akhirnya, dalam beberapa kasus,

berhasil mencapai daerah apikal. Oleh karena itu, mencegah kebocoran koronal

adalah hal yang penting untuk keberhasilan perawatan saluran akar.

Sampai saat ini, banyak bahan yang berbeda telah diusulkan untuk

pengisi saluran akar, namun guta perca (yang digunakan dengan berbagai jenis

sealers) tetap menjadi bahan pilihan selama lebih dari satu abad. Banyak

penelitian telah menunjukkan bahwa bahan ini tidak dapat mencegah

kebocoran, sekalipun digunakan bersamaan dengan sealer.

Page 3: Coronal Sealing Ability of a New Root Canal Filling Material

Berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi sifat penutupan

koronal dari berbagai bahan pengisi saluran akar. Penilaian penetrasi pewarna

linear secara apikal atau secara koronal adalah metode in vitro yang paling

umum untuk memeriksa adaptasi pengisi akar ke dinding saluran, karena

kepekaan dan kemudahan penggunaan metode ini. Metode ini didasarkan pada

anggapan bahwa kedalaman penetrasi pewarna menunjukkan adanya celah

antara pengisi akar dan dinding saluran.

Sistem obturasi saluran akar yang baru, yaitu sistem obturasi

endodontik Epiphany (Pentron Clinical Technologies, Wallingford, Conn.), telah

dikembangkan untuk menggantikan guta perca dan sealer tradisional sebagai

obturasi saluran akar. Sistem tersebut menggunakan self etch sealer Epiphany

yang dikombinasikan dengan Resilon, suatu bahan pengisi saluran akar yang

berbasis polimer sintesis thermoplastis. Sealer Epiphany adalah sealer komposit

resin dental dual cure.

Tujuan dari penelitian ini adalah evaluasi in vitro kebocoran koronal

yang terkait dengan sistem obturasi endodontik Epiphany.

Bahan dan Metode

Untuk penelitian ini, dipilih tujuh puluh dua gigi anterior rahang atas dan

rahang bawah manusia dengan saluran akar tunggal yang lurus. Akar dengan

apeks terbuka, retak dan cacat resorptif merupakan pengecualian. Gigi

dibersihkan secara hati-hati dengan kuret untuk menghilangkan sisa-sisa jaringan

lunak dan disimpan dalam larutan garam sebelum diinstrumentasi.

Mahkota gigi dipotong pada CEJ (cemento enamel junction)

menggunakan diamond disk yang didinginkan dengan air. Panjang saluran

dibentuk secara visual dengan menempatkan K file ukuran 15 (Kerr, Romulus,

Page 4: Coronal Sealing Ability of a New Root Canal Filling Material

Mich) ke setiap saluran akar sampai ujung file terlihat di ujung foramen apikal.

Panjang kerja ditetapkan 1 mm dekat apeks. Sistem saluran diinstrumentasi

sampai panjang kerja dengan K file ukuran 40 menggunakan teknik step back.

Sepertiga koronal setiap akar diperbesar dengan bur Glidden Gates 2-4

(Dentsply, Maillefer, Swiss) (ukuran ISO 70-150) dengan handpiece low speed.

Saluran akar diirigasi dengan 10 mL 5,25% Natrium hipoklorit (NaOCl) setelah

masing-masing pengisian. Smear layer dihilangkan dengan 10 mL EDTA 17%

(Canal +, Septodont, Saint-Maur-des-Fossés, Prancis) selama 10 menit, diikuti

dengan 10 mL NaOCl 5,25%. Akhirnya, saluran akar diirigasi dengan 3 mL larutan

garam dan dikeringkan dengan paper point.

Spesimen secara acak dibagi menjadi 3 kelompok yang sama, masing-

masing kelompok berisi 20 sampel, dengan 6 gigi disisihkan sebagai kontrol

negatif (diisi dengan guta perca dan sealer) dan 6 gigi lagi disisihkan sebagai

kontrol positif (3 akar diisi dengan guta perca tanpa sealer apapun dan 3 akar

diisi dengan bahan inti Resilon tanpa sealer Epiphany).

Akar dalam kelompok 1 diisi dengan teknik kondensasi lateral dengan

gutta percha dan sealer saluran akar AH 26 (Dentsply DeTrey GmbH, Konstanz,

Jerman). Akar dalam kelompok 2 diisi dengan metode yang sama dengan guta

perca dan sealer AH Plus (Dentsply DeTrey GmbH). Akar dalam kelompok 3

disiapkan sebagai berikut. Pertama, bonding Epiphany diaplikasikan ke saluran

akar, dan kelebihan bonding dihilangkan dengan paper point. Selanjutnya master

cone Resilon yang dilapisi dengan sealer Epiphany ditempatkan dalam saluran

akar dengan teknik kondensasi lateral. Kelebihan cone dipotong pada orifis

dengan burnisher bundar panas. Dilakukan penyinaran selama 40 detik dengan

menggunakan unit light-curing (Hilux, Ledmax-550, Benlioglu, Turki) sesuai

petunjuk produsen.

Permukaan akar gigi dalam tiga kelompok ini ditutup dengan 2 lapis cat

kuku, kecuali permukaan koronal 2 mm. Kontrol negatif sepenuhnya dilapisi

Page 5: Coronal Sealing Ability of a New Root Canal Filling Material

dengan 2 lapis cat kuku, sedangkan kontrol positif dilapisi dengan 2 lapis cat kuku

kecuali pada bagian koronal 2 mm.

Setelah proses pengisian, semua sampel disimpan dalam larutan salin

pada suhu 37°C selama 72 jam.

Semua spesimen disentrifugasi pada 30 g selama 5 menit dalam 2%

larutan pewarna methylen blue untuk dilakukan evaluasi kebocoran koronal.

Spesimen-spesimen tersebut dicuci di bawah air keran yang mengalir selama 5

menit. Akar gigi dibuat alur secara longitudinal dengan diamond disk dan dibelah

dengan chisel, untuk memastikan bahwa pengisi saluran akar belum dipenetrasi,

dan kemudian dibagi menjadi dua bagian dengan menggunakan pisau plester.

Penetrasi pewarna diukur dari bagian koronal ke bagian apikal saluran akar

menggunakan stereomikroskop dengan mikrometer okuler, dan nilai rata-rata

kebocoran untuk masing-masing kelompok dihitung dan dicatat. Data kemudian

menjadi subyek analisis varian (ANOVA). Perbedaan antar bahan diidentifikasi

dengan uji U Mann-Whitney.

Hasil

Enam spesimen kontrol positif mempunyai penetrasi pewarna total

pada sistem saluran akar, sedangkan gigi kontrol negatif tidak mempunyai

penetrasi pewarna ke dalam akar. Semua kelompok eksperimen menunjukkan

beberapa derajat kebocoran koronal (tabel 1). Gigi yang menggunakan sealer

Epiphany (kelompok 3) menunjukkan lebih sedikit kebocoran koronal (rata-rata

1,4 mm; standar deviasi [SD] 0,43) dibandingkan gigi yang diisi dengan guta perca

dengan sealer AH Plus (kelompok 2; rata-rata 1,9 mm; SD 0,5) atau sealer AH 26

(kelompok 1, rata-rata 2,5 mm; SD 0,52). Rata-rata kebocoran dalam gigi

kelompok 3 berbeda secara signifikan dari gigi di kelompok 1 dan 2 (p <0,05), di

Page 6: Coronal Sealing Ability of a New Root Canal Filling Material

samping itu, hasil untuk kelompok 2 berbeda secara signifikan dari kelompok 1 (p

<0,05).

Tabel 1. Rata-rata kebocoran dan standar deviasi untuk bahan-bahan yang diuji.

Bahan Tingkat kebocoran rata-

rata (mm)

SD

Kelompok 1: Guta Perca dengan sealer

AH 26

2,5 0,52

Kelompok 2: Guta Perca dengan sealer

AH Plus

1,9 0,50

Kelompok 3: Inti Resilon dengan sealer

Epiphany

1,4 0,43

a. Tingkat kebocoran pada gigi diisi dengan inti Resilon dan sealer Epiphany

secara signifikan berbeda dari tingkat kebocoran dalam 2 kelompok gigi lainnya

(analisis varians; p <0,05).

Pembahasan

Mencapai penutupan koronal yang adekuat merupakan salah satu

tujuan yang paling penting dalam Endodontik. Terdapat variasi kemampuan

penutupan dari bahan endodontik yang berbeda. Van der Sluis dan lainnya

memperlihatkan perbedaan kebocoran antara saluran oval dan saluran bundar.

Oleh karena itu, untuk konsistensi dalam evaluasi, gigi dengan saluran akar

tunggal yang lurus dan bulat digunakan dalam penelitian ini.

Evaluasi kebocoran secara in vitro mungkin tidak berkorelasi langsung

dengan hasil klinis, namun evaluasi semacam itu dibenarkan untuk tujuan

perbandingan sederhana dan teknik skrining. Tidak satupun pun dari metode

evaluasi kebocoran yang digunakan saat ini telah divalidasi, dan karenanya

Page 7: Coronal Sealing Ability of a New Root Canal Filling Material

metode terbaik belum ditetapkan. Namun, dalam penelitian-penelitian

sederhana yang menggunakan penetrasi pewarna, penetrasi pewarna bisa jadi

metode yang paling dapat diandalkan untuk memvisualisasikan tingkat

kebocoran. Selain itu, Pitt Ford yang membandingkan kebocoran pewarna dalam

kaitannya dengan beberapa sealer in vitro, menemukan bahwa perbedaan yang

teramati tidak sesuai dengan respon jaringan in vivo yang nampak berbeda.

Banyak metode in vitro telah digunakan untuk mengevaluasi kualitas

penutupan bahan pengisi endodontik, tapi sebagian besar penelitian telah

menggunakan pewarna methylen blue. Pewarna ini juga digunakan dalam studi

ini karena mempunyai berat molekul yang rendah dan mempenetrasi lebih

dalam dibandingkan pewarna lainnya sepanjang pengisi saluran akar. Selain itu,

ukuran molekulernya serupa dengan produk yang dihasilkan bakteri, seperti

asam butirik, yang dapat bocor ke luar dari saluran akar yang terinfeksi dan

menimbulkan iritasi pada jaringan periapikal. Sebaliknya, metode transport fluida

tidak efektif untuk memperlihatkan kebocoran dalam bagian koronal dan bagian

apikal saluran akar. Bagaimanapun, teknik filtrasi fluida memberikan hasil yang

mirip dengan teknik penetrasi pewarna aktif karena, seperti metode penetrasi

aktif, teknik filtrasi fluida memperhitungkan semua porositas permukaan antara

bahan pengisi dan akar.

Udara yang terjebak dalam bahan pengisi saluran akar atau di dalam

sistem saluran akar dapat menghambat penetrasi pewarna ke dalam pori-pori

dan celah-celah. Oliver dan Abbott menyatakan bahwa setelah sentrifugasi pada

3.000 rpm selama 5 menit, penetrasi pewarna adalah 91,7%; penetrasi pewarna

dengan perendaman pasif adalah 20,7%. Oleh karena alasan ini,

direkomendasikan uji penetrasi pewarna aktif, dimana udara yang terperangkap

dihilangkan dalam kondisi vakum atau uji penetrasi pewarna dilakukan dalam

kondisi tekanan tinggi. Dalam penelitian ini digunakan sentrifugasi.

Page 8: Coronal Sealing Ability of a New Root Canal Filling Material

Penghilangan smear layer dapat dipertimbangkan sebagai langkah yang

penting untuk suksesnya perawatan saluran akar. Karena alasan ini, maka dalam

penelitian ini smear layer dihilangkan sebelum evaluasi penetrasi dan adaptasi

bahan pengisi saluran akar.

Penyelesaian restorasi koronal harus dilakukan dengan segera, untuk

memastikan keberhasilan dalam terapi saluran akar. Sejumlah penelitian telah

menunjukkan bahwa kontaminasi koronal oleh mikroorganisme mengakibatkan

penetrasi mikroogranisme tersebut ke seluruh sistem saluran akar. Perlindungan

saluran akar dan dasar ruang pulpa dari kebocoran dapat dicapai dengan

menempatkan glass ionomer dan semen seng oksida-eugenol pada area

tersebut, sebagai suatu lapisan. Kegagalan berbagai sealer dapat disebabkan

oleh komposisi kimianya dan sifat-sifat fisiknya (misal, daya adesif, stabilitas

dimensi, aliran, dan solubilitas). Juga, teknik obturasi, kemungkinan adanya

smear layer, ketidakteraturan bentuk saluran, dan keberadaan saluran aksesori

dapat menimbulkan adanya kegagalan penutupan ini.

Hasil-hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ketiga sealer yang diuji

(Epiphany, AH 26, dan AH Plus) memungkinkan terjadinya kebocoran koronal.

Rata-rata kebocoran sealer Epiphany secara signifikan relatif lebih rendah

dibandingkan sealer AH Plus. Hal ini mungkin berhubungan dengan rendahnya

adaptasi dan kemampuan penetrasi guta perca dengan AH 26 dan AH Plus di

seluruh saluran akar. Hal ini bisa juga disebabkan penyusutan dan ekspansi sealer

AH 26 dan sealer AH Plus. Dalam sistem obturasi endodontik Epiphany,

perlekatan sealer ke dinding saluran akar dan ke bahan inti Resilon nampak lebih

baik dibandingkan sealer lainnya.

Penutupan koronal yang baik untuk obturasi saluran akar seharusnya

sealers dapat melekat ke dentin maupun ke bahan pengisi ini. Kemampuan

penutupan sealer Epiphany dapat dikaitkan dengan integritasnya yang

Page 9: Coronal Sealing Ability of a New Root Canal Filling Material

disebabkan oleh adhesi bahan pengisi Resilon ke sealer Epiphany dan juga adhesi

sealer ke dinding dentin dalam sistem saluran akar.

Dalam penelitian ini, sistem obturasi endodontik Epiphany menghasilkan

penutupan yang adekuat. Hasil-hasil yang serupa telah dilaporkan oleh Shipper

dan lain-lain. Sebaliknya, Tay dan lain-lain menyimpulkan bahwa kualitas

penutupan apikal yang dicapai dengan bahan inti Resilon dan sealer Epiphany

tidak lebih baik dibandingkan yang dicapai dengan guta perca dan sealer epoxy

resin konvensional. Perbedaan antara 2 penelitian tersebut mungkin karena

perbedaan metodologi dan area kebocoran yang dievaluasi. Bagaimanapun,

kebocoran koronal yang terkait dengan materi inti Resilon dan sealer Epiphany

belum dilaporkan pada penelitian-penelitian sebelumnya.

Banyak yang setuju bahwa guta perca harus diganti dengan bahan yang

dapat menutup saluran dengan lebih baik. Hasil-hasil dari penelitian ini

mengindikasikan bahwa sistem pengisian akar Epiphany menunjukkan lebih

sedikit kebocoran mikro koronal dibandingkan sistem yang menggunakan guta

perca. Meskipun sealer Epiphany dapat memberikan penutupan yang lebih baik

dalam studi in vitro ini, namun hasil-hasil in vivo bisa berbeda karena faktor-

faktor seperti smear layer pada dentin yang telah dikenal mengubah sifat

penutupan semen endodontik. Penelitian ini tidak membahas performa klinis

bahan penutupan yang baru. Sebagai tambahan untuk penelitian-penelitian in

vitro, penelitian klinis yang menggunakan sistem obturasi endodontik Epiphany

perlu dilakukan.