DAFTAR ISI
Pembuatan Terarium............................................................................... 1 Budidaya Tanaman Sayuran di Lahan Sempit.......................................... 7 Pembuatan Pupuk Organik Cair Ramah Lingkungan............................... 12 Pembuatan Pestisida Nabati (Pes-Nab)................................................... 15 Perbanyakan Tanaman Buah-buahan..................................................... 20 Daftar Pustaka
PEMBUATAN TERARIUM
Terarium adalah cara menanam tanaman di dalam wadah tembus pandang atau
kaca. Seperti halnya akuarium yang berfungsi memamerkan keindahan beragam ikan,
terarium juga memajang satu atau lebih tanaman cantik yang disusun indah di
dalamnya.Terarium atau vivarium adalah media atau wadah yang terbuat dari kaca atau
plastik transparan berisi tanaman, yang diperuntukkan bagi beragam kebutuhan, seperti
untuk penelitian, metode bercocok tanam maupun dekorasi. Dapat dikatakan bahwa
terarium merupakan biosfer buatan yang paling alami karena fungsi biologis yang terjadi
dalam terarium pun mirip dengan yang terjadi di alam. Sehingga terarium dapat juga
dijadikan laboratorium biologi mini. Sebenarnya, terarium sudah lama dikenal. “Tapi
belakangan ini bangkit kembali karena global warming sehingga banyak orang terpicu untuk
melakukan penghijauan di mana-mana,”
Cara Membuat Terarium:
A. Alat dan Bahan:
Kayu untuk mengorek tanah
Sumpit untuk menjepit tanaman
Tisu yang sudah dililit pada sebatang kayu kecil, dan diberi alkohol 70%
Sedotan untuk meniup kotoran di dinding wadah
Corong untuk memasukkan media tanam
Sendok plastik untuk meratakan media tanam
Kuas untuk membersihkan tanaman yang terkena media tanam
Sekop kecil untuk menuang media tanam dan batu hias
Gunting
Semprotan air berujung lancip (jangan pilih yang spray, karena akan merusak
tanaman)
Media tanam: arang (potong kecil-kecil), moss (disemprot air dulu), kompos (yang
sudah steril), zeolit
Batu hias warna warni
B. Proses Pembuatan
1. Siapkan wadah kaca, bersihkan dengan alkohol
2. Masukkan arang ke bagian dasar wadah, lalu moss, kemudian kompos
2
3. Masukkan tanaman yang diinginkan satu persatu. Jika akarnya panjang, potong
sedikit, lalu cuci bersih.
4. Jika ada kotoran yang melekat di pinggir kaca, bersihkan dengan kuas
5. Masukkan zeolit untuk menutupi media tanam, dengan menggunakan corong. Fungsi
zeloit ini agar terarium terlihat lebih artistik.
6. Tambahkan batu hias beragam warna dan bentuk., atau jika suka bisa memberi
lumut di permukaan atasnya
7. Jika ada kotoran menempel pada tanaman, tiup dengan sedotan atau bersihkan
dengan kuas.
8. Semprot kaca dengan air hingga zeolit basah dan berubah warna. Cara ini sekaligus
untuk menyiram tanaman.
9. Terarium siap diletakkan di tempat yang diinginkan.
Merawat Tanaman Terrarium
1. Pengairan
Terarium tertutup biasanya tidak akan membutuhkan air selama 4 sampai 6 bulan atau
ketika tanaman layu. Perlu sesekali menyiram, tetapi tidak houseplants lainnya, kecuali
jenis gurun, perlu sering disiram.
2. Cahaya
Terarium terbuka atau tertutup, seharusnya tidak menerima sinar matahari langsung.
Namun, Jika jenis tanaman membutuhkan cahaya terang, dapat ditempatkan di bawah
sinar matahari langsung. Jika ada gunakan cahaya rendah atau cahaya buatan lampu 100
watt yang ditempatkan dekat dengan terarium atau tabung neon ditempatkan di atas
terarium sampai dengan 16 atau 18 jam setiap hari. Tanaman menerima cahaya dari
jendela secara bertahap akan menyebabkan arah tumbuh tanaman menuju datangnya
cahaya itu.. Untuk menjaga agar terarium menarik dari tampilan yang diinginkan, sesekali
putar untuk menjaga agar tanaman tumbuh normal.
3. Pemangkasan
Banyak tanaman terarium secara bertahap akan menjadi lebih besar. pangkas tanaman
agar tidak terlalu tinggi.. pemangkasan menggunakan gunting kecil yang tajam yg
bergagang panjang jika leher botol sempit. jika tumbuh gulma dari media tumbuh
sebaiknya dibuang untuk mengurangi persaingan dengan tumbuhan terarium.
3
4. Pemupukan
Karena tanaman di terrariums tidak boleh berkembang pesat, terrariums jarang
membutuhkan pupuk. Jika setelah tahun pertama tanaman kekuningan dan tampaknya
kurang semangat, ganti tanah lapisan atasnya.
LANGKAH KERJA DAN GAMBAR
1. Siapkan wadah kaca, bersihkan dengan alkohol
2. Masukkan arang ke bagian dasar wadah, lalu moss (gambut halus), kemudian kompos
4
3. Masukkan tanaman yang diinginkan satu persatu. Jika akarnya panjang, potong sedikit, lalu cuci bersih.
4. Jika ada kotoran yang melekat di pinggir kaca, bersihkan dengan kuas
5
5. Masukkan zeolit untuk menutupi media tanam, dengan menggunakan corong. Fungsi
zeloit ini agar terarium terlihat lebih artistik.
6. Tambahkan batu hias beragam warna dan bentuk., atau kalau suka bisa memberi lumut
di permukaan atasnya
6
7. Jika ada kotoran yang menempel pada tanaman, tiup dengan sedotan atau bersihkan
dengan menggunakan kuas halus
8. Semprot kaca dengan air hingga zeolit basah dan berubah warna. Cara ini sekaligus untuk
menyiram tanaman.
7
BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN DI LAHAN SEMPIT
Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur
Vertikultur merupakan gabungan dari 2 kata bahasa Inggris, yaitu VERTIcal dan Culture,
yang memiliki definisi atau pengertian sebagai sistem budidaya pertanian yang dilakukan
secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian
secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah
perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk
menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman.
Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan merangsang seseorang
untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur
vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak
hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang
menyenangkan.
Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi
dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk
mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa
bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa, karena
salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.
Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang
akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi,
berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara
vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare,
kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya.
Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek
ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan
tanaman. Sedangkan untuk hobiis, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan
memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas.
8
Pembuatan wadah tanam vertikultur
Contoh salah satu wadah tanam dibuat dari dua batang bambu yang masing-masing
panjangnya 120 cm, dengan pembagian 100 cm untuk wadah tanam dan 20 cm sisanya
untuk ditanam ke tanah. Pada setiap bambu akan dibuat lubang tanam sebanyak 10 buah.
Bambu dipilih yang batangnya paling besar, lalu dipotong sesuai dengan ukuran yang
ditetapkan. Semakin bagus kualitas bambu, semakin lama masa pemakaiannya. Di bagian 20
cm terdapat ruas yang nantinya akan menjadi ruas terakhir dihitung dari atas. Semua ruas
bambu kecuali yang terakhir dibobol dengan menggunakan linggis supaya keseluruhan
ruang dalam bambu terbuka. Di bagian inilah nantinya media tanam ditempatkan.
Untuk ruas terakhir tidak dibobol keseluruhan, melainkan hanya dibuat sejumlah
lubang kecil dengan paku untuk sirkulasi air keluar wadah.
Selanjutnya dibuat lubang tanam di sepanjang bagian 100 cm dengan menggunakan
bor listrik. Dapat juga menggunakan alat lain seperti pahat untuk membuat lubang.
Lubang dibuat secara selang-seling pada keempat sisi bambu (asosiasikan permukaan
bambu dengan bidang kotak). Pada dua sisi yang saling berhadapan terdapat masing-masing
tiga lubang tanam, pada dua sisi lainnya masingmasing dua lubang tanam, sehingga
didapatkan 10 lubang tanam secara keseluruhan. Setiap lubang berdiameter kira-kira 1,5
cm, sedangkan jarak antar lubang dibuat 30 cm.
Pengadaan media tanam
Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran.
Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya.
Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam
dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran
hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur
hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran
kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin
tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.
Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk
memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk
mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam bambu
9
diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman
tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam
mempertahankan air dan menjaga kelembaban.
Persiapan bibit tanaman dan penanaman
Sebelum berencana membuat wadah vertikal, terlebih dahulu mempersiapkan sejumlah bibit
tanaman, Ketika tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan, pada dasarnya ada tiga
tahap dalam proses ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan penanaman.
Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media tanam.
Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki lubang di
bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air. Persemaian menggunakan wadah
khusus persemaian benih yang disebut tray dengan jumlah lubang 128 buah (tray lain
jumlah dan ukuran lubangnya bervariasi) atau dapat menggunakan karton bekas wadah
telur. Dapat juga persemaian menggunakan sebuah pot ukuran sedang dan sebuah bekas
tempat kue. Adapun untuk media tanamnya adalah media tanam dari produk jadi yang
bersifat organik.
Jika menggunakan tray, jumlah benih yang dapat disemaikan sudah terukur karena setiap
lubang diisi sebuah benih (walaupun bisa juga diisi 2 atau 3). Jika menggunakan wadah
lain maka jumlah benih yang dapat disemaikan disesuaikan dengan ukuran wadahnya,
dalam hal ini jarak tanam benih diatur sedemikian rupa agar tidak berdempetan. Dua-tiga
minggu setelah persemaian benih sudah berkecambah dan mengeluarkan 3-4 daun.
Idealnya, benih yang sudah tumbuh daun berjumlah 4-5 helai sudah layak dipindah
tanamkan.
Bibit tanaman yang dipindahkan ke wadah vertukultur sudah berumur lebih dari satu
bulan, daunnya pun sudah bertambah. Karena hanya memiliki total 20 lubang tanam dari dua
batang bambu, maka cukup leluasa untuk memilih 20 bibit terbaik. Sebelum bibit-bibit
ditanam di wadah bambu, terlebih dahulu menyiramkan air ke dalamnya hingga jenuh,
ditandai dengan menetesnya air keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah cukup, baru
mulai menanam bibit satu demi satu. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke
dalam tanah. Setiap jenis bibit (cabe merah dan tomat) dikelompokkan di wadah bambu
terpisah.
10
Pemeliharaan tanaman
Tanaman juga memerlukan perawatan, dengan cara melakukan penyiraman setiap hari,
pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit.
Sebaiknya pupuk yang digunakan adalah pupuk organik misalnya pupuk kompos, pupuk
kandang atau pupuk bokashi. Disarankan agar sayuran buah seperti cabe, tomat tidak
mudah rontok sebaiknya menambahkan KCl satu sendok teh atau sendok makan tergantung
besar kecilnya pohon. Pemberian KCl setiap 5 sampai 6 bulan sekali. Di perkotaan, pupuk
kandang atau kompos harganya menjadi mahal. Limbah dapur atau daun-daun kering
bisa dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk bokashi. Pupuk bokashi adalah hasil
fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang, dan lain-lain) dengan
teknologi EM yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi dapat dibuat dalam beberapa
hari dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk.
Kalau di daerah pedesaan, biasanya sampah atau kotoran hewan dimasukkan ke sebuah
lubang. Kalau lubangnya sudah penuh, sampah dibakar dan sebagai pupuk. Dengan catatan,
pupuk kotoran hewan yang akan digunakan hendaknya sudah tidak berbau busuk. Di
swalayan, kios tanaman saat ini sudah banyak dijual pupuk kandang yang sudah kering, tidak
berbau, dan steril.
Saat ini masyarakat mulai banyak mempertimbangkan mengkonsumsi hasil panen yang
Iebih sehat cara penanamannya, yaitu menggunakan pupuk dan pengendalian hama
alami, meskipun harga produk tersebut lebih mahal.
Saran untuk berkebun di rumah sebaiknya tidak menggunakan bahan kimia. Ditekankan pula
jangan menggunakan furadan untuk membunuh hama yang ada di dalam tanah.
Penggunaan furadan bisa mengurangi tingkat kesuburan tanah dan juga mencemari tanaman
kurang lebih selama sebulan. Jadi, sebaiknya untuk tanaman sayuran tidak perlu digunakan
furadan.
Pemanenan
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam, seledri,
kemangi, selada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman sendiri dan
dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil
11
daunnya saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa
panen berulang-ulang.
12
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR RAMAH LINGKUNGAN
Akhir-akhir ini berkembang wacana untuk kembali ke alam (back to nature) dalam
kegiatan pertanian, di antaranya dengan pemanfaatan bahan-bahan alam (sumberdaya hayati)
untuk kebutuhan pupuk dan pestisida (pengendali hama) yang terkenal dengan sistem
pertanian organik yang ramah lingkungan. Sekarang ini banyak dijual di pasaran berbagai
macam pupuk organik dengan harga yang bervariasi, dari yang murah sampai dengan yang
mahal untuk ukuran petani. Pupuk organik tersebut dibuat dari bahan-bahan alami, seperti
kotoran binatang, urin binatang, atau daun-daunan yang sebenarnya banyak terdapat di
lingkungan petani itu sendiri. Oleh karena itu, sebenarnya petani dapat membuat sendiri
pupuk organik dari bahan-bahan alami (sumberdaya hayati) dari lingkungan sekitarnya,
sehingga dapat menghemat biaya produksi, dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan
petani.
Kendala yang dirasakan oleh petani dalam pemakaian pupuk organik adalah harganya
yang cukup mahal, terutama untuk pupuk organik cair buatan pabrik, dan masalah
pengangkutan terutama untuk pupuk kandang dan kompos. Oleh karena itu, para petani perlu
diberi pengetahuan dan keterampilan tentang seluk-beluk pupuk organik dan cara-cara
pembuatannya dari sumberdaya hayati yang banyak terdapat di lingkungan sekitar petani itu
sendiri, sehingga kendala-kendala di atas dapat teratasi.
Cara Pembuatan
Cara pembuatan pupuk organik yang disampaikan pada modul ini adalah cara
pembuatan pupuk organik cair yang kaya unsur Nitrogen (N), pupuk organik cair yang kaya
unsur Fosfor (P), pupuk organik cair yang kaya unsur Kalium (K), dan pupuk organik padat
(kompos bokashi). Pembuatan pupuk organik cair tersebut mengacu pada Andoko (2002).
Semua bahan yang diperlukan untuk pembuatan pupuk cair maupun pupuk bokashi merupakan
sumberdaya hayati yang didapatkan dari lingkungan sekitar lokasi KKN sendiri.
13
A. Pupuk Nitrogen (N)
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk N cair adalah daun salam 1 kg,
daun wedusan (Ageratum conyzoides) 1 kg, air kelapa 1 liter, akar tanaman kacang tanah
dengan bintilnya 1 kg, EM-4 100ml, dan tetes atau gula pasir 10 sendok makan. Cara
pembuatannya adalah dengan mencampurkan daun salam, daun wedusan dan akar kacang
tanah menjadi satu dan ditumbuk sampai halus, kemudian dimasukkan ke dalam ember dan
ditambahkan air kelapa, EM-4, dan tetes atau gula pasir. Setelah itu ember ditutup rapat dan
dibiarkan selama 3 minggu, kemudian disaring dan airnya siap digunakan.
B. Pupuk Fosfor (P)
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk P cair adalah batang pisang 1 kg
dan aren atau nira 1 kg. Batang pisang diris tipis-tipis, kemudian dicelupkan ke dalam ember
yang telah berisi aren atau nira, ember ditutup rapat dan dibiarkan selama 2 minggu. Dua
minggu kemudian batang pisang diremas-remas, disaring, dan airnya siap digunakan.
C. Pupuk Kalium (K)
Untuk pembuatan pupuk K cair diperlukan sabut kelapa 5 kg dan air 100 liter. Cara
pembuatannya adalah; sabut kelapa dicacah dan dimasukkan ke dalam drum yang telah berisi
air, ditutup rapat, dibiarkan selama 2 minggu, kemudian disaring dan airnya siap digunakan.
D. Pupuk Bokashi
Untuk pembuatan pupuk bokashi, diperlukan bahan rendeng (tanaman kacang tanah
setelah dipanen) yang telah dicacah, aren dan EM-4. Semua bahan tersebut dicampur menjadi
satu, ditumpuk pada tempat yang terlindung dan ditutup dengan karung goni, kemudian
didiamkan selama minimal 3 hari sambil dibolak-balik agar panasnya merata. Setelah kompos
matang, dengan ciri bahan dasar sudah tidak tampak wujud aslinya dan berwarna kehitaman,
maka pupuk bokashi siap digunakan sebagai pupuk dasar. Sebagai pupuk dasar, maka pupuk ini
baik digunakan setelah tanah diolah dan siap ditanami.
Aplikasi di lapangan
Nitrogen sangat penting bagi tanaman pada fase pertumbuhan, sehingga pupuk N
organik cair baik digunakan pada tanaman padi saat berumur 0-60 hari, atau dapat juga
14
digunakan pada saat tanaman padi berumur 25-60 hari setelah tanam. Caranya adalah dengan
disemprotkan ke tanaman dengan dosis 1 liter pupuk ditambah 17 liter air, dilakukan seminggu
sekali.
Unsur Fosfor dan Kaliam sangat penting bagi tanaman untuk proses pembungaan dan
pembentukan buah dan biji, sehingga pupuk P dan K cair sangat baik digunakan saat tanaman
mulai bunting. Caranya, dengan disemprotkan pada tanaman secara periodik seminggu sekali,
dengan dosis 3 sendok makan pupuk P cair ditambah 15 liter pupuk K cair. Untuk tanaman
padi, disemprotkan pada saat tanaman padi berumur 60 hari setelah tanam sampai sebagian
besar bulir padi mulai menguning.
Pembuatan pupuk organik dalam modul ini hanya meliputi sebagian kecil saja dari
berbagai macam contoh pupuk organik yang dapat dibuat sendiri oleh petani. Oleh karena itu,
petani perlu mengembangkan sendiri alternatif pupuk organik yang sesuai dengan pola tanam
di lahan pertanian mereka. Dalam hal ini, dinas terkait dapat membantu para petani tersebut.
15
PEMBUATA PESTISIDA NABATI (PES-NAB)
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari biomassa
tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini
diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak
atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian
tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai
pestisida. Beberapa tanaman telah diketahui mengandung bahan- bahan kimia yang dapat
membunuh, menarik, atau menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan racun,
ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus
pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga.
Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama
digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih
dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai
bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada
tahun 1940-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai
pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama belalang dan
penggerek batang padi. Sedangkan petani di India, menggunakan biji Nimba sebagai
insektisida untuk mengendalikan hama serangga. Namun setelah ditemukannya pestisida
sintetik pada awal abad ke-20, pestisida dari bahan tumbuhan atau bahan alami lainnya
tidak digunakan lagi.
Pestisida nabati dapat dibuat dengan menggunakan teknologi yang sederhana
yang dikerjakan oleh kelompok tani atau petani perorangan. Pestisida nabati yang dibuat
secara sederhana hasilnya dapat berupa larutan hasil perasan, rendaman, ekstrak dan
rebusan dari bagian tanaman berupa akar, umbi, batang, daun, buah dan biji. Apabila
dibandingkan dengan pestisida kimia, penggunaan pestisida nabati relatif aman dan
murah. Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati, yang dapat
dibuat melalui teknologi yang sederhana adalah Nimba, biji srikaya, sirih dan lain-lain.
Sampai saat ini telah terinventarisasi sebanyak 2.400 jenis tumbuhan yang terdiri
dari 235 famili berpotensi sebagai bahan pestisida nabati. Famili tumbuhan yang
dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah Meliaceae, Annonaceae,
Asteraceae, Piperaceae, Rutaceae. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan untuk
16
ditemukannya famili tumbuhan yang baru untuk dijadikan sebagai insektisida nabati.
Kelebihan dan Kelemahan Pestisida Nabati
Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Keunggulan
pestisida nabati adalah:
murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani
relatif aman terhadap lingkungan
tidak menyebabkan keracunan pada tanaman
sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama
kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain
menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
Sementara, kelemahan pestisida nabati adalah:
daya kerjanya relatif lambat
tidak membunuh jasad sasaran secara langsung
tidak tahan terhadap sinar matahari
kurang praktis
tidak tahan disimpan
kadang-kadang harus disemprotkan berulang-ulang (Deptan, 2006).
Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit
melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara
tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu:
merusak perkembangan telur, larva dan pupa
menghambat pergantian kulit
mengganggu komunikasi serangga
menyebabkan serangga menolak makan
menghambat reproduksi serangga betina
mengurangi nafsu makan
memblokir kemampuan makan serangga mengusir serangga, dan
menghambat perkembangan patogen penyakit.
BAHAN DAN ALAT
Bahan-bahan yang digunakan yaitu: daun Mimba (Azadirachta indica A.Juss), lengkuas,
17
serai, deterjen, air, daun sirsak, tembakau, daun gamal, daun talas, daun tomat, biji
Mimba, dan minyak tanah. Alat alat yang digunakan yaitu: lumpang, pisau, saringan,
ember, handsprayer, panci dan alat tulis menulis.
CARA PEMBUATAN
A. PESTISIDA NABATI DAUN MIMBA DAN LENGKUAS
Bahan-bahan yang diperlukan yaitu: daun Mimba 8 kg, lengkuas 6 kg, serai 6 kg,
deterjen 20 gram, air 20 liter.
Cara pembuatan: daun Mimba, lengkuas, dan serai ditumbuk. Seluruh bahan diaduk
merata dalam 20 liter air, lalu direndam selama 24 jam. Keesokan harinya larutan
disaring dengan kain halus. Larutan hasil penyaringan ditambah deterjen dan
diencerkan dengan 60 liter air, bisa digunakan untuk luas 1 ha. Semprotkan pada
tanaman.
Cara lainnya: Tumbuklah biji Mimba dan masukkan ke dalam kantong kain.
Masukkan kantong kain ini dalam ember atau drum berisi air selama semalam.
Gunakan 500 gram biji Mimba untuk tiap 10 liter air. Gunakan sebagai semprotan
pada serangga hama dan tanaman yang terserang. Biji Mimba ini lebih efektif
daripada daunnya.
B. PESTISIDA NABATI DAUN SIRSAK
Bahan-bahan: daun sirsak 50 100 lembar, sabun 15 gram, air 5 liter.
Cara pembuatan:daun sirsak dihaluskan, tambahkan sabun lalu direndam dalam air
selama 24 jam. Setelah itu disaring. Sebelum digunakan, encerkan dengan air
sebanyak 10-15 liter, semprotkan pada semua bagian yang terserang hama.
C. PESTISIDA NABATI DAUN SIRSAK DAN TEMBAKAU
Pestisida nabati daun sirsak dan tembakau efektif untuk mengendalikan hama
belalang dan ulat.
Cara pembuatan: sebanyak 50 lembar daun sirsak dan tembakau satu genggam
ditumbuk halus. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam larutan 20 liter air
dan 20 gram detergen (sabun colek), diaduk rata, dan direndam selama semalam,
kemudian disaring. Tiap 1 liter larutan hasil penyaringan diencerkan dengan 50-60
liter air.
Larutan pengenceran siap digunakan.
18
D. PESTISIDA NABATI DAUN NIMBA
Tanaman ini mengandung bahan aktif yang bersifat menolak serangga dan
menghambat kerja syaraf serangga dan respirasi. Bagian tanaman yang dapat
digunakan untuk pengendalian yaitu biji dan daunnya.
Caranya membuatnya yaitu: 150 gram daun basah atau 50 gram daun kering
ditumbuk halus lalu direndam dalam 1 liter air selama 24 jam. Air rendaman lalu
disaring, sebelum digunakan larutan tersebut diencerkan dengan 10 liter air.
Biji Nimba yang segar sebanyak 250 gram ditumbuk halus lalu ditambah 5 liter air
dan 2 sendok makan deterjen. Larutan didiamkan selama 24 jam, setelah disaring
larutan siap digunakan.
E. PESTISIDA NABATI DAUN GAMAL
Kandungan aktif daun gamal adalah tanin. Ekstrak daun gamal efektif untuk
mengendalikan ulat dan hama pengisap. Dalam penggunaannya ekstrak daun
dicampur dengan minyak tanah, namun penggunaan minyak tanah harus hati-hati
karena terlalu sering menggunakan minyak tanah akan mengakibatkan daun
terbakar.
Bahan-bahan yang diperlukan: daun gamal segar 100-150 g, air 250 ml, minyak
tanah 250 ml, dan detergen 50 g. Alat yang digunakan: lumpang 1 buah, alu 1bh,
kain saring 1 buah, ember 1 buah.
Cara pembuatannya: Tumbuk/hancurkan daun gamal dengan penambahan air 250
ml. Larutan tersebut diperas dan disaring, tambahkan minyak tanah dan detergen.
Aduk sampai rata. Tambahkan 8 liter air. Larutan siap digunakan.
F. SEMPROTAN DAUN PEPAYA
Kumpulkan 1 kg daun pepaya (sekitar 1 tas plastik besar), lumatkan, dan
campurkan ke dalam 1 liter air, lalu biarkan selama 1 jam. Saring dan tambahkan 4
liter air lagi dan 1 sendok besar sabun. Semprotkan pada hama serangga.
Semprotan pepaya ini dapat digunakan untuk aphid, rayap, hama kecil, dan ulat
bulu. Untuk rayap, tumbuk buah pepaya muda dan kumpulkan jus/sarinya.
Semprotkan langsung ke rayap-rayap dan kayu-kayu yang rusak.
G. SEMPROTAN DAUN TALAS
Daun-daun talas mengandung asam lisollic. Bila serangga memakannya, ibarat
manusia merasa makan pecahan gelas. Cara meraciknya, tumbuk 10 lembar daun
19
talas dan masukan dalam 3 liter air (1/2 ember), aduk dengan baik.
Percikkan ke tanaman dengan menggunakan sapu lidi. Pastikan masing-masing
tanaman terciprat larutan ini untuk perlindungan yang baik terhadap serangga.
H. SEMPROTAN DAUN TOMAT
Daun tomat merupakan insektisida alami dan fungisida ringan, dapat digunakan
untuk aphid, semut, cacing, ulat bulu, telur serangga, belalang, ngengat,
nematoda, lalat putih, jamur dan bakteri pembusuk.
Cara membuatnya, masaklah 1 kg daun tomat dalam 2 liter air selama 30 menit,
tambahkan lagi potongan 2 genggam daun, batang dan buahnya, dan 2 liter air.
Aduk bahan-bahan tersebut, lalu biarkan selama 6 jam (1/2 hari). Saring dan
tambahkan 1/4 batang sabun. Semprotkan larutan ini setiap 2 hari bila jumlah
serangga, khususnya ngengat, cukup banyak.
Daun tomat ketika dipakai sebagai insektisida bersifat racun bagi manusia. Ini
disebabkan karena unsur kimia yang ada dalam daun tomat menjadi jauh lebih
pekat konsentrasinya. Gunakan sarung tangan dan penutup hidung serta mulut
sekaligus saat menyemprotkannya.
20
PERBANYAKAN TANAMAN BUAH-BUAHAN
Cara perbanyakan tanaman dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu
perbanyakan generatif dan perbanyakan vegetatif:
Perbanyakan generatif (biji)
Keuntungan:
Sistem perakaran lebih kuat.
Lebih mudah diperbanyak.
Jangka waktu berbuah lebih panjang.
Kelemahan:
Waktu untuk mulai berbuah lebih lama.
Sifat turunan tidak sama dengan induk.
Ada banyak jenis tanaman produksi benihnya sedikit atau
benihnya sulit untuk berkecambah.
Cara perbanyakan vegetatif
Keuntungan:
Lebih cepat berbuah.
Sifat turunan sesuai dengan induk.
Dapat digabung sifat-sifat yang diinginkan.
Kelemahan:
Perakaran kurang baik.
Lebih sulit dikerjakan karena membutuhkan keahlian tertentu.
Jangka waktu berbuah lebih pendek.
21
A. Perbanyakan tanaman secara vegetatif
Cara perbanyakan vegetatif yang biasa dilakukan adalah stek (akar,
cabang, dan tunas), cangkok, sambung dan okulasi. Berikut ini
disajikan informasi masing-masing cara perbanyakan vegetatif
tersebut pada tanaman buah-buahan.
1. Perbanyakan dengan cara stek
Perbanyakan dengan stek adalah perbanyakan tanaman dengan cara
menumbuhkan akar dan pucuk dari potongan/bagian tanaman
seperti akar, batang atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru.
Secara garis besar, langkah-langkah perbanyakan stek pucuk adalah
sebagai berikut.
Pilihlah pohon induk yang dikehendaki untuk sumber
pengambilan stek (Gambar 1a). Pilihlah sesuai dengan sifat yang
dikehendaki, sesuai dengan tujuan pertanaman.
Pilihlah cabang yang sehat dan tidak terlalu tua pada pohon
induk yang telah dipilih sebelumnya. Cabang yang yang terlalu
tua atau terlalu muda tidak baik untuk dijadikan sebagai bahan
stek (Gambar 1a).
Potonglah cabang yang terpilih dengan arah potong serong/
miring (Gambar 1b).
Pangkaslah daun sehingga tersisa sepasang daun (Gambar 1c).
Patonglah daun yang tersisa sehingga tertinggal 1/3 – 1/2 bagian
(Gambar 1d).
Rendamlah pangkal stek dengan zat perangsang (Misalnya
Rootone F) untuk mempercepat tumbuhnya akar stek.
22
Gambar 1. Perbanyakan dengan stek pucuk.
23
Tanamlah stek dalam polibag yang telah diisi dengan media
(Gambar 1e dan 1f).
Tempatkanlah polibag dalam naungan.
Siramlah dengan teratur.
Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara cangkok
Delima
Jambu air
Kedongdong
Lain-lain.
2. Perbanyakan dengan cara cangkok
Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara
merangsang timbulnya perakaran pada cabang pohon sehingga
dapat ditanam sebagai tanaman baru. Cara merangsang timbulnya
akar tersebut adalah dengan mengupas kulit luar cabang selanjutnya
cabang yang terkupas tadi diberi media tanah.
a. Beberapa persyaratan pohon yang akan dicangkok tersebut
adalah
Tumbuh baik dan sehat.
Berbuah banyak dan manis.
Rasanya enak.
Setelah persyaratan tersebut di atas terpenuhi dipilihlah satu
cabang atau ranting dengan persyaratan sebagai berikut:
Cabang yang baik untuk dicangkok yang tumbuhnya tegak atau
condong ke kiri 45 derajat.
Besarnya cabang sebesar ibu jari sampai pergelangan tangan
dewasa.
24
Jangan mencangkok cabang yang terlalu muda atau terlalu tua
karena cabang terlalu tua akan sukar keluar akarnya dan yang
terlalu muda akan mudah patah serta lambat berbuah.
Panjang dari ujungnya cabang sampai tempat cangkokan 50-100
cm tergantung besar cabang yang dicangkok.
Waktu yang baik untuk mencangkok adalah pada musim hujan
supaya media selalu basah.
Cabang bukan termasuk tunas air
b. Alat dan bahan yang diperlukan untuk mencangkok (Gambar 2)
Pisau yang tajam dan bersih untuk mengupas kulit cabang.
Plastik putih/sabut kelapa untuk pembungkus kulit pohon.
Tali rafia/tali bambu untuk pengikat.
Tanah yang subur atau mos sabut kelapa yang sudah dihancurkan
untuk media tumbuh akar.
Gambar 2. Alat-alat yang dibutuhkan untuk perbanyakan vegetatif.
c. Langkah-langkah perbanyakan dengan cara cangkok adalah
sebagai berikut:
25
Pilihlah pohon induk sesuai dengan sifat-sifat yang dikehendaki
(Gambar 3a).
Pilihlah cabang pada pohon induk yang terpilih yang tidak
terlalu tua(Gambar 3b).
Kupaslah kulit cabang pada salah satu buku selebar kira-kira 4
cm (Gambar 3c).
Bersihkanlah kambium yang terdapat pada cabang yang
telah dikupas, dan keringkanlah selama 1 hari, untuk
tanaman yang bergetah keringkanlah 3-4 hari.
Buatlah adonan tanah dan pupuk kandang secukupnya.
Tempelkanlah adonan itu pada cabang yang telah dikupas dan
bungkuslah dengan sabut kelapa atau plastik (Gambar 3d).
Ikatlah kedua ujung bungkusan dengan tali (Gambar 3e).
Siramlah cangkokan secara teratur.
Tunggulah sampai akar berkembang (Gambar 3f).
Potonglah cangkokan di bawah bungkusan bila akar sudah
banyak (Gambar 3g).
26
Pindahkanlah cangkokan ke polibag atau ditanam langsung.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan bibit untuk
beberapa jenis tanaman buah.
d. Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara cangkok
Duku.
Durian.
Mangga.
Melinjo.
Gambar 3. Perbanyakan dengan cara cangkok.
27
Rambutan.
Lain-lain
3. Perbanyakan dengan cara menyambung
Menyambung adalah cara perbanyakan tanaman dengan cara
menyambung pucuk (batang atas) yang berasal dari suatu tanaman
induk pada tanaman lain (batang bawah). Batang ataslah yang akan
memberikan hasil sesuai dengan sifat induk yang diinginkan. Batang
bawah hanyalah sebagai tempat untuk tumbuh dan mengambil
makanan dari dalam tanah. Oleh sebab itu kriteria pemilihan batang
atas dan batang bawah berbeda.
a. Pengadaan batang bawah dan batang atas
Batang bawah disiapkan sesuai dengan kriteria batang bawah.
Batang bawah diperoleh dari semai. Pengadaan semai untuk batang
bawah dapat dilihat pada bab perbanyakan tanaman dengan biji.
Batang atas dipilih sesuai dengan kriteria batang atas.
i. Kriteria batang atas
Kriteria tanaman yang digunakan sebagai sumber batang atas
adalah:
Cukup tua, sudah berbuah minimal 3 kali.
Berbuah lebat.
Buah manis.
Buah enak.
Buah besar.
Sehat.
28
ii. Kriteria batang bawah
Sistem perakaran kuat.
Tahan terhadap hama dan penyakit.
Tahan terhadap kekurangan air.
Susuai dengan kondisi setempat.
b. Peralatan yang dibutuhkan untuk sambung pucuk
Pisau tajam dan bersih (diusahakan yang tipis).
Tali plastik pengikat sambungan.
Kantong plastik es atau plastik tipis untuk penutup.
Gunting pangkas.
c. Yang perlu diperhatikan sebelum menyambung adalah
Jangan terlalu banyak terkena sinar matahari.
Jangan menyambung saat hujan.
Keadaan tempat harus lembab.
29
Gambar 4. Perbanyakan dengan cara sambung.
d. Langkah-langkah perbanyakan tanaman dengan cara sambungan
Pilihlah tanaman untuk batang atas dengan sifat yang
dikehendaki (Gambar 4a) dan batang bawah (Gambar 4c).
Batang bawah dan batang atas mempunyai ukuran yang
sama.
Potonglah pucuk untuk batang atas dari pohon induk yang telah
terpilih dan buanglah daunnya sehingga tersisa sepasang
daun (Gambar 4b).
30
Runcingkan bagian bawah batang atas (Gambar 4b).
Potonglah batang bawah pada ketinggian 25 cm di atas
permukaan tanah, dan dibelah di bagian atasnya selebar 2 –3
cm (Gambar 4d).
Masukkan batang atas ke dalam belahan batang bawah
(Gambar 4e).
Ikatlah sambungan pada bagian atas dan dibungkus dengan
sungkup plastik (Gambar 4f dan 4g).
Periksalah sambungan sampai 2-3 minggu, bila batang atas
masih segar sambungan berhasil. Pembungkus dan tali
dapat dibuka.
Tunggu sampai tanaman siap dipindahkan. Waktu yang
dibutuhkan untuk menyiapkan bibit dapat dilihat pada
Tabel Lampiran 2.
e. Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara sambung
Alpokat.
Duku.
Mangga.
Manggis.
Nangka.
Lain-lain
4. Perbanyakan dengan cara okulasi
a. Pengadaan batang bawah dan batang atas
Batang bawah disiapkan sesuai dengan kriteria batang bawah.
Batang bawah diperoleh dari semai. Pengadaan semai untuk batang
bawah dapat dilihat pada bab perbanyakan tanaman dengan biji.
31
Batang atas dipilih sesuai dengan kriteria batang atas.
i. Kriteria batang atas
Kriteria tanaman yang digunakan sebagai sumber batang atas
adalah:
Cukup tua, sudah berbuah minimal 3 kali.
Bukan berasal dari tunas air.
Berbuah lebat.
Buah manis.
Buah enak.
Buah besar.
Sehat.
ii. Kriteria batang bawah
Sistem perakaran kuat.
Tahan terhadap hama dan penyakit.
Tahan terhadap kekurangan air.
Susuai dengan kondisi setempat.
32
b. Peralatan yang dibutuhkan untuk sambung pucuk
Pisau tajam dan bersih (diusahakan yang tipis).
Tali plastik pengikat sambungan.
Gunting pangkas.
Gambar 5. Perbanyakan dengan cara okulasi.
33
c. Langkah-langkah perbanyakan tanaman dengan okulasi adalah:
Pilihlah pohon induk sebagai sumber tunas/batang atas
(Gambar 5a) dan tanaman sebagai batang bawah sesuai
dengan sifat-sifat yang dikehendaki (Gambar 5c).
Kupaslah kulit batang bawah selebar 5-10 cm di atas permukaan
tanah, sesuai dengan ukuran mata tunas dari batang atas
(Gambar 5d).
Kupaslah mata tunas dari batang atas (Gambar 5b) dan
tempelkan pada batang yang telah dikupas secepatnya.
Ikatlah tempelan mata tunas pada bagian atas dan bawah
dengan tali rafia agar mata tunas menempel dengan baik
(Gambar 5e).
Biarkanlah kira-kira 2 – 3 minggu sampai mata tunas menjadi
hijau.
Bukalah ikatan bila mata tunas sudah menjadi hijau.
Potong batang bawah di atas tempelan dan rundukkanlah bila
sudah muncul 2 sampai 3 daun.
Potonglah batang bawah yang dirundukkan bila tunas sudah
kokoh (Gambar 5f).
Bila batang bawah terdapat dibedengan, maka hasil okulasi harus
dipindahkan ke polibag dan menunggu waktu yang tepat untuk
dipindahkan ke lapangan, tetapi bila batang bawah terdapat di
polibag, maka hanya perlu menunggu sampai hasil okulasi cukup
kuat dipindah ke lapangan.
Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara okulasi
Alpokat
34
Belimbing
Jeruk
Mangga
Sirsak
Lain-lain
35
B. Perbanyakan Tanaman Dengan Biji .
1. Persemaian pertama
a. Persiapan media untuk persemaian
Media yang diperlukan untuk persemaian pertama adalah:
Pupuk kandang.
Pasir.
Tanah.
b. Cara pembuatan persemaian
Tanah dibajak dua kali dan digaru satu kali.
Pembajakan kedua dilakukan 7-10 hari setelah pembajakan
pertama supaya rumput mati.
Bedengan dibuat dengan lebar 80-100 cm dan panjang sesuai
keadaan tempat. Tinggi bedengan 20 cm, jarak antar
bedengan 30 cm (selebar cangkul). Pembuatan bedengan
dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pembuatan bedengan persemaian.
Taburkan pupuk kandang dan pasir sampai rata, dengan dosis 1
kaleng minyak tanah untuk setiap 1 m2.
Aduk tanah pupuk kandang dan pasir sampai rata dan
36
siramlah dengan air secukupnya.
Selanjutnya siap untuk menyemaikan benih.
c. Pengadaan benih yang akan disemai
Biji dari buah yang sudah masak (merah).
Memenuhi persyaratan untuk batang bawah.
Dikupas kulitnya dan dihamparkan di tempat yang teduh.
Gambar 7. Cara penebaran benih. Gambar 8. Bedengan diberi naungan.
d. Cara menyemai biji di persemaian pertama
Sebelum disemai benih diberi perlakuan pendahuluan untuk
mempercepat perkecambahan. Jenis perlakuan tergantung
jenis tanaman.
Semaikan benih dengan jarak tanam 2 x 5 cm (Gambar 7 dan 8).
Tutup benih dengan tanah setebal 1/2-1 cm.
Taburkan furadan diatasnya secukupnya untuk mencegah hama.
Siram bedengan sampai basah.
Tutup bedengan dengan plastik tipis sampai rapat.
Satu minggu kemudian tutup dibuka dan bedengan disiram,
37
kemudian plastik ditutupkan kembali.
Lakukan penyiraman seminggu sekali.
Lakukan penyiangan bila banyak gulma dan penyemprotan
dengan Delsin 2-5 gr/l untuk mencegah serangan jamur.
Setelah satu bulan kemudian plastik penutup pada kedua
ujungnya dibuka.
2. Persemaian kedua
a. Pembuatan persemaian kedua
Persemaian kedua dilakukan pada polibag yang diisi media campuran
pupuk kandang, sekam padi dan tanah. Ketiga media tersebut diaduk
dengan perbandingan 1:1:1 dan dimasukkan ke dalam polibag.
Polibag berisi media disusun 5 barisan memanjang.
b. Memindahkan bibit ke persemaian kedua
Sebelum bibit dipindahkan ke persemaian kedua atau di
polibag, sebaiknya polibag yang sudah terisi tanah lebih dulu
disusun 5 buah memanjang (berderet-deret) untuk
memudahkan perawatan.
Buatlah naungan.
Siramlah polibag yang sudah dipersiapkan dengan air
secukupnya
Ketika mencabut bibit, diusahakan biji jangan sampai lepas,
pilihlah semai yang sudah berdaun 2- 4 helai.
Tanamlah semai satu persatu ke dalam polibag dan diusahakan
agar tertanam dengan tegak lurus.
Siramlah 2 hari sekali.
Lakukan pemberantasan hama dan penyakit bila diperlukan.
38
Untuk merangsang pertumbuhan bisa diberi pupuk daun
Gandasil D.
Setelah 2 -3 bulan dipersemaian, bibit sudah siap untuk
penyambungan maupun okulasi.
3. Peralatan yang digunakan untuk persemaian
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan persemaian adalah
penggali lubang, cangkul, sekop, garpu, gembor, arit dan parang
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.
Gambar 9. Alat-alat yang diperlukan untuk persemaian.
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, A. 2008. Budidaya Padi Secara Organik. Jakarta: Penebar Swadaya
Anonim. 1990. UURI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Suberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
Australia Goverment Department of Industry Tourism and Resources. 2007. Pengelolaan
Keanekaragaman Hayati. Translated by Global Village Translation Pty. Ltd.
Purnomosidhi P, Suparman, JM Roshetko dan Mulawarman. 2002. Perbanyakan Dan
Budidaya Tanaman Buah-Buahan Dengan Penekanan Pada Durian, Mangga, Jeruk,
Melinjo, Dan Sawo: Pedoman Lapang. International Centre for Research in
Agroforestry (ICRAF) dan Winrock International. Bogor.
Setyaningrum, Hesti Dwi, Saparinto, Cahyo. 2011. Panen Sayuran Secara Rutin di Lahan
Sempit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soenandar, M; M. N. Aeni; A. Rahardjo., 2010. Petunjuk Praktik Membuat Pestisida Organik.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Soerjani, M., Rofiq Ahmad, dan Rozy Munir. 1987. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan
Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta: Penerbit UI Press.
Tandjung, S.D., 2003. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Laboratorium Ekologi, Fakultas Biologi,
Universitas Gadjah Mada