7/30/2019 Dasar DasarBalaghah
1/4
Dasar-dasar Balaghah
Shifat kalam yang baliigh
1.
Tanaasuq al-ashwaat (kesesuaian bunyi) : a) derajat terendahnya ialah ketiadaantanaafur huruf, b) derajat tertingginya ialah kesesuaian antara bunyi dan makna.
2. Tarkib lughawi yang sesuai : a) shahih (bebas dari khatha dan syadzdz), b)merepresentasikan makna secara efektif
3. Mengandung unsur-unsur imajinatif yang berkesan.Unsur-unsur kalam :1) Madhmun = makna
2) Syakl = lafazh
Hubungan diantara keduanya ibarat jasad dengan ruh.
Definisi Ilmu BalaghahIlmu Balaghah ialah ilmu untuk menerapkan (mengimplementasikan) makna dalam lafazh-
lafazh yang sesuai (muthabaaqah al-kalaam bi muqtadhaa al-haal).
Tujuan ilmu balaghah :mencapai efektifitas dalam komunikasi antara mutakallim dan mukhathab.
Jenis-jenis Ilmu Balaghah :Ilmu Maani : ilmu yang mempelajari susunan bahasa dari sisi penunjukan maknanya, ilmu
yang mengajarkan cara menyusun kalimat agar sesuai dengan muqtadhaa al-haal.
Ilmu Bayan : ilmu yang mempelajari cara-cara penggambaran imajinatif. Secara umum
bentuk penggambaran imajinatif itu ada dua. Pertama, penggambaran imajinatif denganmenghubungkan dua hal. Kedua, penggambaran imajinatif dengan cara membuat metafora
yang bisa diindera.
Ilmu Badii : ilmu yang mempelajari karakter lafazh dari sisi kesesuaian bunyi atau
kesesuaian makna. Kesesuaian tersebut bisa dalam bentuk keselarasan ataupun kontradiksi.
FashahahBerarti implementasi makna melalui lafazh-lafazh yang jelas.
Fashahah meliputi : 1) Kemudahan pelafalan. 2) Kejelasan makna (tidak gharib). 3)
Ketepatan sharaf. 4) Ketepatan nahwu.
Setiap kalimat yang baliigh mesti fashiih, namun tidaklah kalimat yang fashiih itu selalu
baliigh.
ILMU BAYAN
Tasybih : uslub yang menunjukkan perserikatan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam
sifatnya.
Rukun-rukun atau unsur-unsurnya ialah :
1) Musyabbah : obyek yang ingin disifati
2) Musyabbah bihi : sesuatu yang dijadikan sebagai model untuk perbandingan3) Wajh al-syibh : sifat yang terdapat dalam perbandingan
7/30/2019 Dasar DasarBalaghah
2/4
4) Aadaat al-tasybih : kata yang dipakai untuk menunjukkan adanya tasybih. Bisa berupa
huruf (kaaf, ka-anna), fiil (hasiba, zhanna, khaala, dsb), atau isim (matsal, syibh,
syabiih,dsb).
Tasybih Baliigh : tasybih yang unsur-unsurnya tinggal dua saja yaitu musyabbah dan
musyabbah bih.
Tasybih Tamtsili (Tasybih al-Tamtsil, Matsal) : jenis tasybih yang wajh al-syibh nya
murakkab dari beberapa sifat, dan biasanya aqli.
Tasybih Dhamni : tasybih yang dipahami dari siyaq (konteks) kalimat, dan biasanya
dilakukan dengan dua jumlah atau lebih sebagai ganti dari satu jumlah.
Tasybih Maqlub (Tasybih Yang Dibalik)Asalnya, sifat yang ada pada musyabbah bih mesti lebih kuat daripada sifat pada musyabbah.
Namun dalam tasybih maqlub, kondisi tersebut dibalik yakni sifat yang ada pada musyabbah
lebih kuat daripada yang ada pada musyabbah bih. Pembalikan ini dilakukan untuk tujuanmubalaghah, yakni untuk menunjukkan bahwa sifat yang ada pada musyabbah sudah sangat
kuat dan agar perhatian memang tertuju pada musyabbah.
Tujuan-tujuan Tasybih :Secara umum tujuan tasybih ialah untuk menjadikan suatu sifat lebih mudah diindera.
Adapun secara terperinci tujuan-tujuan tasybih ialah :
1) Bayaan miqdaar al-shifat (menjelaskan kualitas sifat)
2) Taqriir al-shifat (meneguhkan sifat)
3) Tahsiin al-musyabbah (memperindah musyabbah)
4) Taqbiih al-musyabbah (memperburuk musyabbah)
5) Tashwiir al-musyabbah bi shuurah al-thariifah
6) Itsbaat qadhiyyah al-musyabbah
Majaz : Penggunaan suatu kata dengan makna yang lain daripada maknanya yang lazim.
Kebalikan dari majaz ialah haqiqah.
Majaz ada dua macam :
1) Majaz Mursal : majaz yang tidak dibangun diatas tasybih
2) Istiarah : majaz yang dibangun diatas tasybih, atau penggunaan kata tidak dalam makna
haqiqinya karena adanya hubungan keserupaan (syibh) antara makna yang dipakai tersebut
dan makna haqiqinya.
Istiarah Tashrihiyah : mengemukakan maksud musyabbah dengan menggunakan lafazh
musyabbah bih, dan setiap orang mesti akan memahami bahwa maksud yang sebenarnya
ialah musyabbah berdasarkan konteks kalimatnya. Dalam hal ini sang penutur menggunakan
musyabbah bih dengan menghilangkan musyabbahnya. Konteks kalimat harus benar-benar
menunjukkan bahwa musyabbah bih tidaklah digunakan dalam makna hakikinya, tetapi
sebaliknya yakni mengandung makna musyabbah. Indikasi yang demikian ini disebut sebagai
qarinah al-istiarah.
Istiarah Makniyah : Dalam istiarah ini, musyabbah bih tidak muncul dengan jelas akan
tetapi sedikit samar. Lafazh yang menunjukkan istiarah dengan demikian bukanlah lafazh
musyabbah bih melainkan lafazh-lafazh yang mengiringinya atau lafazh-lafazh yangmenunjukkan sifat-sifatnya. Lafazh-lafazh ini dinisbatkan kepada musyabbah bih. Jadi,
7/30/2019 Dasar DasarBalaghah
3/4
tasybih yang ditimbulkan bersifat mudhmar didalam pikiran.
Apabila suatu istiarah makniyah menyerupakan sesuatu dengan manusia maka ia disebut
tasykhish (personifikasi).
Kinayah : penunjukan terhadap suatu makna yang dimaksud dengan secara tidak langsung,
dimana lafazh yang dipakai tidak sampai keluar dari makna haqiqinya ke makna majazinya.Macam-macam kinayah :
1) Kinayah dari shifat
2) Kinayah dari dzat
3) Kinayah dari nisbah
ILMU MAANIAsas dari jumlah ialah isnad. Jumlah terbagi dua : jumlah khabariyah dan jumlah insya-iyah.
Khabar dan Insya
Jenis-jenis insya yang terpenting : amr, nahy, istifham, dan tamanniy
Tujuan-tujuan Khabar1) Tujuan asal dan yang lazim ialah untuk memberitahu kepada mukhathab sesuatu yang
belum ia ketahui.
2) Tujuan lainnya ialah tatsir nafsi (memberikan kesan kejiwaan) yang meliputi : izhah
(nasihat), sikhriyah(olok-olok), istihtsaats (membangkitkan semangat), dan madh (pujian).
Bentuk-bentuk Khabar1) Uslub (dharb) ibtida-iy : tanpa adat takid, digunakan apabila mukhathab dalam keadaan
khaliy al-dzihni.
2) Uslub (dharb) thalabiy : menggunakan satu takid, digunakan apabila mukhathab ragu-ragu
sehingga membutuhkan penegasan.
3) Uslub (dharb) inkariy : menggunakan dua takid atau lebih, digunakan jika mukhathab
mungkir terhadap khabar.
Amar dan NahyShighat-shighat amar : 1) Fil amar. 2) Fiil mudhari yang didahului oleh laam amr. 3)
Mashdar sebagai pengganti fiil amar
Makna amar : talab al-fiil dari otoritas yang lebih tinggi kepada otoritas yang lebih rendah.
Makna nahy : talab tark al-fiil dari otoritas yang lebih tinggi kepada otoritas yang lebih
rendah.Namun terkadang amar dan nahy mempunyai makna lain: 1) Doa. 2) Tahqiir. 3) Tahdiid. 4)
Nasihat. 5) Sikhriyyah (olok-olok)
Istifham : Adat-adatnya1) Dua huruf : hamzah dan hal. Perbedaan antara hamzah dan hal : a) Hamzah bisa digunakan
untuk menuntut penentuan pilihan. Dalam hal ini hamzah disertai dengan huruf am (atau).
b) Pertanyaan dengan hamzah cocok jika digunakan menghadapi orang yang ragu-ragu atau
mendustakan.
2) Sembilan isim : 1.Maa : menuntut definisi hakikat yang ditanyakan. 2.Man : menuntut
penentuan yang ditanyakan berupa isim atau shifat yang berakal. 3.Ayyu : menuntut
penentuan salah satu dari hal-hal yang di-idhafah-kan kepadanya. 4.Kam : menanyakanjumlah. 5.Kaifa : menanyakan hal (keadaan). 6.Aina : menanyakan tempat. 7.Annaa :
7/30/2019 Dasar DasarBalaghah
4/4
terkadang bermakna darimana (min aina) dan terkadang bermakna bagaimana (kaifa).
8.Mataa : menanyakan waktu. 9.Ayyaana : menanyakan waktu
Istifham : Makna-makna Yang Ditimbulkannya
Terkadang istifham bisa menimbulkan makna yang bukan makna asli istifham. Makna-makna
tersebut ialah:1) Taajjub
2) Taubikh
3) Istihzaa
4) Waiid
4) Tamanniy
5) Taqriir
6) Istibthaa
7) Istihtsaats
8) Tahwiil
Tamanniy1) Laita
2) Hal
3) Laalla
4) Lau laa
5) Lau maa
ILMU BADII
Thibaaq wa MuqaabalahThibaaq : menggabungkan dua hal yang saling bertentangan dalam sebuah kalam.
Muqabalah : jenis thibaq dimana terdapat dua makna atau lebih yang diikuti (disusul) dengan
lawannya secara urut.
Sajak: kesesuaian pada akhir dari hentian-hentian (waqaf) pada natsr. Dalam syir, yang
demikian ini disebut dengan qafiyah.
Sebagian ulama tidak sepakat apabila dikatakan bahwa kebanyakan ayat Al-Quran
merupakan sajak-sajak. Dalam hal ini mereka lebih suka menyebutnya sebagai faashilah
(jamak : fawaashil). Mereka mengemukakan dua alasan :
1) Sajak itu mesti berulang-ulang sebagaimana qafiyah dalam syir. Sementara, apa yang
terdapat dalam Al-Quran tidaklah seluruhnya demikian.2) Sajak itu dibuat dengan mengalahkan makna dalam rangka kesesuaian bunyi atau lafazh.
Sementara, Al-Quran sangat memelihara makna atau menjadikan makna sebagai hal ang
terpenting diatas yang lainnya.
Jinas : keserupaan lafazh antara dua kata atau lebih tanpa disertai keserupaan makna.
Jinas ada dua : taamm dan naaqish
Tauriyah : penggunaan dua kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Sumber internet: http://menaraislam.com/