TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
PERENCANAAN GEOMETRIS AREAL PENDARATAN
1. Analisa angin
Analisa angin adalah dasar dari perencanaan lapangan
terbang sebagai pedoman pokok. Pada umumnya, Run Way (R/W)
dibuat sedapat mungkin harus searah dengan arah angin yang
dominan (Prevalling Wind), agar gerakan pesawat pada saat
take off dan landing dapat bergerak bebas dan aman, sejauh
komponen angin samping (Cross Wind) yang tegak lurus arah
bergeraknya pesawat. Maksimum Cross Wind yang diijinkan
tidak hanya tergantung pada ukuran pesawat, tapi juga pada
konfigurasi sayap dan kondisi perkerasan landasan.
Persyaratan FAA (Federal Aviation Administration) untuk
Cross Wind semua lapangan terbang (kecuali utility) :
o Run Way harus mengarah sedemilkian sehingga pesawat
take off dan landing pada 95% dari waktu dan Cross
Wind.
o Cross Wind tidak melebihi 13 knots (15 mph), untuk utility
Cross Wind diperkecil menjadi 11,5 mph.
Persyaratan ICAO (International Civil Aviation Organization) :
Pesawat dapat take off dan landing pada sebuah
lapangan terbang, minimal 95 % dari waktu dan komponen
Cross Wind.
Berikut ini adalah klasifikasi panjang landasan pacu (ARFL /
Aeroplane Reference Field Length) ICAO (Tabel 2):
o Cross Wind 20 knots (37 km/jam) AFRL = 1500 m atau
lebih
o Cross Wind 13 knots (24 km/jam) AFRL = 1200 s.d 1499
o Cross Wind 10 knots (19 km/jam) AFRL = < 1200 m
Menurut ICAO dan FAA, penentuan arah runway harus
dibuat berdasarkan arah yang memberikan wind coverage yang
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
sedemikian rupa, sehingga pesawat dapat take off dan landing
minimal 95 % dari waktu dan cross wind.
Dari data table frekuensi angin yang diberikan dapat
dilakukan analisa angin untuk setiap arah angin dan
kecepatannya.
Untuk perhitungan prosentase angin sebagai berikut :
Contoh :
CALM = 375 Maka = (375 / 5153) x 100 % = 7,28 %
Kecepatan 4-6 knots arah NMaka = (312 / 5153) x 100 % = 6,05 %
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Data persentasi angin diatas kemudian digunakan untuk
menentukan arah Runway dengan memepertimbangkan jenis tipe
pesawat yang akan menggunakan airport dan menganggap bahwa
komponen Cross Wind bertiup dalam dua arah.
LEBAR JALUR KONTROL ANGIN
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Pesawat B – 720
Kode angka huruf = 4D
ARFL = 1981 m
Jarak terluar roda pendaratan = 7.5 m
Wingspan = 39.9 m
Nilai maksimum permissible
Crosswind component = 20 knots
Lebar jalur kontrol angin = 2 x crosswind
(20)
= 40 knots
Pesawat DC - 10 - 40
Kode angka huruf = 4D
ARFL = 3124 m
Jarak terluar roda pendaratan = 12.6 m
Wingspan = 50.4 m
Nilai maksimum permissible
crosswind component = 20 knots
Lebar jalur kontrol angin = 2 x cross wind
(20)
= 40 knots
Pesawat B - 747 - 200
Kode angka huruf = 4E
ARFL = 3150 m
Jarak terluar roda pendaratan = 12.4 m
Wingspan = 59.6 m
Nilai maksimum permissible
crosswind component = 20 knots
Lebar jalur kontrol angin = 2 x cross wind
(20)
= 40 knots
Jadi pesawat rencana adalah : B – 747 - 200
Karena mempunyai ARFL terbesar / terpanjang.
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
KONFIGURASI RUNWAY
~ Arah N – S (Utara – Selatan)
7,28+[6,05+8,93+10,79+13,82+8,21+6,31+5,82+4,99]+[2,45+3,88
+3,05+4,17+3,69+2,17+1,86+1,94]+[0,49+0,29+0,39+0,62+0,41+
0,35+0,33+0,39]+[0,17+
(0,998x0,14)+(0,626x0,12)+(0,998x0,23)+0,10+(0,998x0,08)+(0,62
6x0,12)+
(0,998x0,19)]+[0,04+(0,883x0,04)+0,06 = 99,8784
~ Arah E – W (Timur – Barat)
7,28+[6,05+8,93+10,79+13,82+8,21+6,31+5,82+4,99]+[2,45+3,88
+3,05+4,17+3,69+2,17+1,86+1,94]+[0,49+0,29+0,39+0,62+0,41+
0,35+0,33+0,39]+
[(0,626x0,17)+(0,998x0,14)+0,12+(0,998x0,23)+(0,626x0,10)+(0,99
8x0,08)+0,12+
(0,998x0,19)]+[(0,883x0,04)+0,06 = 99,0153
~ Arah NE – SW (Timur Laut – Barat Daya)
7,28+[6,05+8,93+10,79+13,82+8,21+6,31+5,82+4,99]+[2,45+3,88
+3,05+4,17+3,69+2,17+1,86+1,94]+[0,49+0,29+0,39+0,62+0,41+
0,35+0,33+0,39]+
[(0.998x0,17)+0,14+(0,998x0,12)+(0,626x0,23)+(0,998x0,10)+0,08
+(0,998x0,12)+
(0,626x0,19)]+[(0,883x0,04)+0,04+(0,883x0,06)+(0,883x0,06)]=
99,8532
~ Arah SE – NW (Tenggara – Barat Laut)
7,28+[6,05+8,93+10,79+13,82+8,21+6,31+5,82+4,99]+[2,45+3,88
+3,05+4,17+3,69+2,17+1,86+1,94]+[0,49+0,29+0,39+0,62+0,41+
0,35+0,33+0,39]+
[(0,998x0,17)+(0,626x0,14)+(0,998x0,12)+0,23+(0,998x0,10)+(0,62
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
6x0,08)+(0,998x0,12)+0,19]+
[(0,883x0,04)+(0,883x0,06)+(0,883x0,06)]= 99,8880
Jadi Arah Runway : SE – NW ( 99,8880 % )
KONTROL ARAH SE - NW
~ Kontrol Angin 13 Knots
7,28+[6,05+8,93+10,79+13,82+8,21+6,31+5,82+4,99]+[2,45+3,88
+3,05+4,17+3,69+2,17+1,86+1,94]+
[(0,49x0,938)+(0,29x0,505)+(0,39x0,938)+0,62+(0,41x0,938)+(0,35
x0,505)+(0,33x0,938)+0,39]+
[(0,17x0,464)+(0,12x0,464)+0,23+(0,10x0,464)+(0,12x0,464)+0,19]
+[(0,04x0,284)+(0,06x0,284)+(0,06x0,284)]
= 91,9532 %
~ Kontrol Angin 10 Knots
7,28+[6,05+8,93+10,79+13,82+8,21+6,31+5,82+4,99]+[2,45+3,88
+3,05+4,17+3,69+2,17+1,86+1,94]+
[(0,49x0,630+(0,29x0,035)+(0,39x0,630)+0,62+(0,41x0,630)+(0,35
x0,035)+(0,33x0,630)+0,39]+
[(0,17x0,207)+(0,12x0,207)+0,23+(0,10x0,207)+(0,12x0,207)+0,19]
+[(0,04x0,086)+(0,06x0,086)+(0,06x0,086)]
= 91,4503 %
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
2. Runway (R/W)
Konfigurasi runway (R/W)
Sebagai syarat untuk R/W yang ditetapkan oleh FAA dan
ICAO, prosentasi angin harus menggunakan nilai maksimum
yang berlaku bagi kondisi cuaca maka dalam tugas ini
prosentasi yang menentukan adalah arah SE - NW = 99,8880
%.
Panjang runway
Panjang runway (R/W) biasanya ditentukan berdasarkan
pesawat rencana terbesar yang akan beoperasi pada airport
yang bersangkutan. Dalam tugas ini diambil pesawat rencana B
– 747 - 200 dengan kode 4E dan ARFL = 3150 m
Data tugas :
Elevasi = 16 m
Slope = 0,7 %
Temperature (T)
T1 = (20.8, 20.9, 21.4,21.5, 20.9, 21.0) °C
T2 = (30.2, 30.4, 31.2, 31.4, 30.2, 31.0) °C
Ketiga data diatas dipakai untuk mengoreksi panjang runway.
a) Koreksi terhadap elevasi
Setiap kenaikan 300 m (1000 ft) dari permukaan laut
rata-rata, ARFL bertambah 7 %
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
L1 = Lo (1 + 0.07
E ¿300 ¿
¿¿)
Dimana,
L1 = Panjang runway terkoreksi
Lo = ARFL (m)
E = Elevasi (m)
L1 = 3105 [ 1+ 0,07 16300 ]
= 3116,592 m
b) Koreksi terhadap temperature
T1 = Temperatur rata-rata dari temperature harian
rata-rata tiap bulan
T2 = Temperatur rata-rata dari temperature harian
maksimum tiap bulan.
Tahun T1 (oC) T2 (oC)
1 20,8 30,2
2 20,9 30,4
3 21,4 31,2
4 21,5 31,4
5 20,9 30,2
6 21,0 31,0
∑ 125,5 183,4
T1 = ∑ T1 / n T2 = ∑ T2 / n
= 125,5 / 6 = 183,4 / 6
= 20,92 °C = 30,57 °C
Tr eff = T1 +
T 2−T 13
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
= 20,8 +
30,2−20 ,83
= 23,93 °C
Panjang runway harus dikoreksi terhadap termperatur
sebesar 1 % untuk setiap kenaikan 1 °C, sedangkan untuk
setiap kenaikan 1000 m diatas permukaan laut, temperature
turun 6,5 °C .
L2 = L1 ( 1 + 0,01 ( Tr eff – To)
Dimana,
L2 = Panjang R/W setelah dikoreksi
To = Tempertur standar sebesar 59 °F = 15 °C
To = (15 °C – 0.0065 E)
Maka,
L2 = L1 [ 1+ 0.001 ( Tr eff – ( 15 – 0,065 E ))]
= 3116,592 [ 1 + 0,01 (23,93 – ( 15 – 0,0065 (16)))]
= 3398,1449 m
c) Koreksi terhadap Slope
Bila ARFL lebih besar dari 900 m, panjang runway
bertambah dengan koreksi slope sebesar 1,0 % setiap
kemiringan 1 %
L3 = L2 (1+ 0,10 x S) S = Slope (0,7
%)
L3 = 3398,1449 ( 1+ 0,10 X 0,7)
= 3636,0150 m
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Kesimpulan:
Setelah dikoreksi terhadap elevasi, slope, dan
temperatur, maka panjang runway direncanakan L = 3636,0150
m ≈ 3636 m
Lebar Runway (R/W)
Lebar runway ditentukan berdasarkan Reference Code
dari pesawat rencana ( B – 747 – 200 dengan kode 4E).
ICAO juga member catatan untuk pesawat dengan kode huruf D
dan E harus disediakan bahu yang simetris dikiri kanan dan lebar
keseluruhan minimal 60 m.
Code Code LetterNumber A B C D E F
1a 18 m 18 m 18 m2 23 m 23 m 30 m3 30 m 30 m 30 m 45 m4 - - 45 m 45 m 45 m 60 m
Note : 1a Runway width may reduced to 15 m or 10 m depending on therestrictions placed on small aeroplane aperations. See chapter 13
2 Operations may be permitted for an aircraft to land on, or take off from, a runway whose wigth is less or greater than the minimum width applicable to the aeroplane code letter. Such permission will be determined by DGAC aero nautical study.
Berdasarkan table diatas pesawat rencana B – 747 – 200 kode
4E didapat lebar runway sebesar 45 m.
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
3. Taxiway (T/W)
Taxiway adalah bagian dari lapangan terbang yang telah diberi
perkerasan dan digunakan oleh pesawat yang telah selesai mendarat
maupun yang akan take off.
Fungsi utama taxiway adalah sebagai jalan keluar masuk
pesawat dari landas pacu ke terminal dan sebaliknya atau dari landas
pacu kehangar pemeliharaan.
Taxiway diatur sedemikian hingga pesawat yang baru saja
mendarat tidak mengganggu pesawat lain yang siap menuju landasan
pacu. Rutenya dipilih jarak terpendek dari bangunan terminal menuju
ujung landasan yang dipakai untuk areal lepas landas. Dibanyak
lapangan terbang, taxiway membuat sudut siku-siku dengan
landasan, maka pesawat yang akan mendarat harus diperlambat
sampai kecepatan yang sangat rendah sebelum belok ke taxiway.
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Karena kecepatan pesawat saat ditaxiway tidak sebesar saat
dilandasan pacu, maka persyaratan mengenai kemiringan
memanjang, kurva vertical dan jarak pandang tidak seketat pada
landasan. Oleh sebab itu, lebar taxiway masih tetap bergantung dari
ukuran lebar pesawat.
Salah satu jenis taxiway adalah exit taxiwayyang berfungsi
menekan sekecil mungkin waktu penggunaan runway. Exit taxiway
terdiri dari 2 jenis :
o High Speed Taxiway (membentuk sudut 25˚-45˚dengan
runway)
o High Angel Taxiway (membentuk sudut 90˚ dengan
runway)
a. Lebar Taxiway
ICAO telah menetapkan bahwa lebar taxiway dan lebar
total taxiway (lebar perkerasan dan bahu landasan). Dalam
data tugas didapat pesawat rencana B – 747 - 200 dengan
kode huruf 4E.
Pesawat rencana
B – 747 – 200 masuk kode huruf E
Dengan wheel base : 25,60 m
Wheel track : 11 m
o Dari table, untuk kode huruf E diperoleh : jarak bebas
minimum dari sisi terluar roda utama dengan
perkerasan taxiway 4,5 m.
o Dari table, untuk kode huruf E dipeoleh :
Lebar taxiway (T/W) = 23 m (75 ft)
Lebar total Taxiway = 38 m (125 ft)
b. Kemiringan (Slope) dan Jarak Pandang (Sight Distance)
Persyaratan yang dikeluarkan oleh ICAO untuk taxiway dengan
kode huruf D (table 4-9) adalah :
Kemiringan memanjang maksimum = 1,5 %
Deddy Ritonga 060211029
BahuDaerah Aman
Perkerasan Struktural
Sumbu Perkerasan
23.00 m
38.00 m
7.50 m 7.50 m
5 % 1.5 %
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Perubahan kemiringan memanjang max = 1 % per
30 m
Jarak pandang minimum = 300 m dari
3 m diatas
Kemiringan transversal max.. dari taxiway = 1,5 %
Kemiringan transversal max. dari bagian yang
diratakan pada strip taxiway : - Miring keatas =
2,5 %
- Miring kebawah = 5 %
POTONGAN MELINTANG TAXIWAY
c. Jari-jari Taxiway (T/W)
Dapat dicari dengan 2 cara, yaitu cara analitis (dengan
rumus) dan table 4-10 buku Lapangan Terbang, Ir. H. Basuki
1. Menggunakan Rumus (Analitis)
R =
V 2¿(125 xf ) ¿
¿¿ atau R =
0 .388 xW 2
(T /2)−s
Dimana : V = Kecepatan pesawat saat memasuki taxiway
f = Koefisien gesekan antara ban
pesawatdengan permukaan
perkerasan
s = Jarak antara titik tengah roda pendaratan
utama dengan tepi perkerasan
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
= ½ wheel track + EK (ambil 2,5)
T = Lebar taxiway
W = Wheel base (jarak roda depan dengan roda
pendaratan) utama
Dalam menghitung jari-jari taxiway diambil jenis pesawat
rencana yaitu B – 747 – 200, sehingga didapat :
Lebar wheel track = 11 m
Lebar whell base = 25,60 m
Lebar taxiway (T/W) = 23 m
S = ½ wheel track + EK (ambil 2,5) = ½ x 11 +2,5
= 8 m
Maka jari-jari taxiway (R) =
0 ,388 x 25 ,602
(23/2 )−8 = 72,65 m ≈ 73 m
Deddy Ritonga 060211029
R/W
T/W
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
4. Exit Taxiway
Fungsi exit taxiway adalah menekan sekecil mungkin
waktu penggunaan landasan oleh pesawat yang mendarat.
Exit taxiway dapat ditempatkan dengan membuat sudut
siku-siku terhadap landasan atau kalau terpaksa sudut yang lain
yang juga bisa.
Exit taxiway yang mempunyai sudut 30° disebut “
Kecepatan Tinggi “ atau cepat keluar sebagai tanda bahwa
taxiway tersebut direncanakan penggunaannya bagi pesawat
yang harus cepat keluar.
Apabila lalu lintas rencana pada jam-jam puncak kurang
dari 26 gerakan (mendarat atau lepas landas), maka exit taxiway
menyudut siku cukup memadai. Lokasi exit taxiway ditentukan
oleh titik sentuh pesawat waktu mendarat pada landasan dan
kelakuan pesawat waktu mendarat.
Exit Taxiway Menyudut Siku-Siku (Right Angled Exit Taxiway)
Exit Taxiway
Deddy Ritonga 060211029
R/W
T/W
Jari-jari kurva
Sudut intersection
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Exit Taxiway Kecepatan Tinggi (Rapid Exit Taxiway)
Dalam menentukan lokasi exit taxiway yang harus diperhatikan
adalah:
1. Jarak dari Threshold ke Touchdown
2. Kecepatan waktu Touchdown
3. Kecepatan awal sampai ke titik A
4. Jarak dari Touchdown sampai ke titik A
Untuk menentukan jarak lokasi exit taxiway dari “ Threshold “,
dihitung dengan rumus :
Jarak dari Threshold ke lokasi exit taxiway = jarak
touch down + D
Dimana : D = jarak touch down ke titik A
=
S12−S22
2a
S1 = Kecepatan Touchdown (m/s)
S2 = Kecepatan Awal ketika meninggalkan
landasan(m/s)
a = Perlambatan (m/s)
Dalam tugas ini diketahui pesawat rencana : B – 747 - 200, 4E,
Group D dapat dari table sehingga untuk :
Kec. Touchdown (S1) = 259 km / jam = 72
m/s
Jarak. Touchdown dengan desain Group D = 450 m
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Perlambatan (a) = 1,5
m/s²
Kec. Awal saat meninggalkan Landasan (S2) = 32 m/det
= 9 m/s
a. Letak exit taxiway
Letak exit taxiway ditentukan oleh titik sentuh pesawat
tertentu waktu mendarat pada landasan dan kelakuan
pesawat waktu mendarat. Untuk menentukan jarak exit
taxiway dari ujung runway adalah dengan rumus :
SE = Jarak titik sentuh dari R/W + D
D =
( S12 )−( S22 )2a
Diketahui : S1 = 259 km/jam = 72 m/s
S2 = 9 m/s
Jarak titik sentuh (touch distance) dari ujung R/W untuk Group
D = 450 m
a = 1,5 m/det
D =
(722 )−( 92 )2 (1,5 )
= 1701 m
SE= Jarak titik sentuh dari ujung R/W +D
= 450 + 1701
= 2151 m ≈ Lo
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
b. Koreksi terhadap elevasi
Setiap kenaikan 300 m dari muka laut jarak harus ditambah 3
%, maka :
L1 = Lo [ 1 + (0.03 x
E300 )]
= 2151 [ 1+ (0,03 x
16300 )]
= 2154,44 m
c. Koreksi terhadap temperatur
Setiap kenaikan 5,6 °C dari kondisi standar (15 °C = 59 °F)
jarak bertambah 1 % maka :
L2 = L1 x [ 1+ (0,01 x [
T EFF−15O
5,6 ])]
= 2154,44 [ 1+(0,01 x [
23 ,93−155,6 ])]
= 2188,796 m ≈ 2189 m
Exit taxiway = 2189 m
Deddy Ritonga 060211029
AT/W
Jari-jari kurva
Sudut intersection
Touchdown Speed(S1)
Initial Exit Speed(S2)Treshold
Touchdown Speed(S1)
AEROPLANE(B – 707 - 120B)
T/W
Touchdown Distance
Distance To Exit Taxiway (Lo)(S1)
a
SSD
2
21 22
AU
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
5. Holding Bay
Pada lapangan terbang yang mempunyai lalu lintas padat
perlu dibangun Holding Bay. Dengan disediakannya Holding Bay
maka pesawat dari apron dapat menuju ke landasan dengan
cepat dan memungkinkan sebuah pesawat lain untuk menyalip
masuk ujung landasan tanpa harus menunggu pesawat
didepannya yang sedang menyelesaikan persiapan teknis.
Keuntungan-keuntungan Holding Bay antara lain :
1. Keberangkatan pesawat tertentu yang harus ditunda
karena sesuatu hal, padahal pesawat tersebut sudah
masuk taxiway menjelang sampai ujung landasan, tidak
menyebabkan tertundanya pesawat lain yang ada
dibelakangnya.
Pesawat dibelakangnya bisa melewati pesawat didepannya
diholding bay. Penundaan pesawat depan misalnya untuk
penambahan payload yang sangat penting pada saat
sebelum lepas landas, penggantian peralatan rusak yang
diketahui sesaat sebelum tinggal landas.
2. Pemeriksaan altimeter (alat pengukur tinggi) sebelum
terbang dan memprogram alat bantu navigasi udara
apabila tidak bisa dilaksanakan di apron.
3. Pemanasan mesin sesaat sebelum lepas landas.
Holding Bay bisa juga digunakan sebagai titik pemeriksaan
Aerodrome untuk VOR (Very Omny High), karena untuk
pemeriksaan itu pesawat harus berhenti untuk menerima sinyal
dengan benar.
Ukuran Holding Bay tergantung pada :
1. Jumlah dan posisi pesawat yang akan dilayani ditentukan
oleh frekuensi pemakaiannya.
2. Tipe-tipe pesawat yang akan dilayani.
3. Cara-cara / perilaku pesawat masuk dan meninggalkan
Holding Bay.
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Ditentukan pula bahwa kebebasan antara pesawat yang
sedang diparkir dengan pesawat yang melewatinya, yaitu ujung
sayap pesawat, tidak boleh kurang dari 15 m, apabila pesawat
yang bergerak adalah tipe turbo jet, dan 10 m apabila pesawat
yang bergerak adalah tipe propeller.
Lokasi Holding Bay harus ditempatkan diluar area kritis
yaitu sekitar instalasi ILS (Instrument Landing System) agar
terhindar dari gangguan pada peralatan Bantu pendaratan.
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
PERENCANAAN TERMINAL AREA
Perencanaan Apron
Apron merupakan bagian lapangan terbang yang disediakan
untuk memuat, dan menurunkan penumpang dan barang dari
pesawat, pengisian bahan bakar, parkir pesawat dan pengecekan alat
mesin yang seperlunya untuk pengoperasian selanjutnya.
Dimensi apron dipengaruhi oleh :
Jumlah gate position
Konfigurasi parkir pesawat
Cara pesawat masuk dan keluar
Karakteristik pesawat terbang, termasuk pada saat naik (take
off) dan turun (landing).
Gate Position
Dalam menentukan gate position yang diperlukan, dipengaruhi
oleh :
Kapasitas runway per jam
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Jenis pesawat dan prosentasi jenis pesawat tersebut
Lamanya penggunaan gate position oleh pesawat (gate
occupancy time)
Prosestasi pesawat yang tiba dan berangkat
Jumlah gate position ditentukan dengan rumus :
G =
VTU
Dimana : V = Volume rata – rata
T = Rata – rata gate occupancy time (per jam)
U = Utilization factor (faktor pemakaian)
Untuk penggunaan secara bersama oleh semua pesawat, berlaku U
dengan nilai dari 0,6 – 0,8 (dipakai 0,8). Untuk roda pada gate
occupancy time (T) pada setiap kelas pesawat dibagi per jam (tiap 60
menit).
- Pesawat kelas A = 60 menit
- Pesawat kelas B = 45 menit
- Pesawat kelas C = 30 menit
- Pesawat kelas D & E = 20 menit
Untuk kapasitas runway per jam (V) dibagi 2 per jumlah setiap jenis
pesawat yang dilayani.
Sesuai data tugas ini, jenis pesawat yang dilayani adalah :
- Pesawat B-720 : 6 buah
- Pesawat DC-10-40 : 3 buah
- Pesawat B-747-200 : 2 buah
Untuk nilai T pada jenis masing-masing pesawat (Tabel 8-2 )
a. Pesawat B-720; (kelas A) ----- T = 60 menit
G1 =
(62)x (60
60)
0,8 = 3,75 buah ~ 4 buah
b. Pesawat DC-10-40; (kelas A) ----- T = 60 menit
G2 =
(32)x (60
60)
0,8 = 1,875 buah ~ 2 buah
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
c. Pesawat B-747-200; (kelas A) ------ T = 60 menit
G3 =
(22) x (60
60)
0,8 = 1,25 buah ~ 2 buah
Jumlah gate position untuk semua jenis pesawat yang akan
dilayani adalah :
= G1 + G2 + G3
= 4 + 2+ 2
= 8 buah
Turning Radius (r)
Turning radius untuk masing-masing pesawat dihitung dengan
menggunakan rumus :
r = ½ x (wingspan + wheel track) + fordward roll
Dimana : Fordward roll (pada keadaan standar) = 3,048 m ( 10 ft )
a. Pesawat B-720
Dik :- Wingspan = 39,9 m- Wheel track = 5,72 mMaka :
Turning Radius (r) =
12x (39 ,9+5 ,72 )
+ 3,048 = 25,858 m Luas gate = πr2
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
= π(25,858)2
= 2100,582 m2
b. Pesawat DC - 10 - 40
Dik :- Wingspan = 50,4 m- Wheel track = 10,67 mMaka :
Turning Radius (r) =
12x (50 ,4+10 ,67 )
+ 3.048 = 33,583 m Luas gate = πr2
= π(33,583)2
= 3543,144 m2
c. Pesawat B-747-200
Dik :- Wingspan = 59,6 m- Wheel track = 11 mMaka :
Turning Radius (r) =
12x (59 ,6+11)
+3.048 = 38,348 m Luas gate = πr2
= π(38,348)2
= 4619,930 m2
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Luas Apron
Panjang apron :
Panjang apron dihitung dengan menggunakan rumus :
P = G . W + (G-1) c + 2Pb
Dimana : P = Panjang apron
G = Gate position
W = Wingspan
Pb = Panjang badan pesawat
C = wing tip clearance --- menurut ICAO (table 4-13)
a. Pesawat B-720
Dik : G = 4 buah C = 3 m
W = 39,9 m Pb = 41,68 m
Maka : P1 = G.W +(G-1).C+2.Pb
= 4.(39,88) + (4-1).3 + 2.(41,68)
= 335,24 m
b. Pesawat DC – 10 - 40
Dik : G = 2 buah C = 3 m
W = 50,4 m Pb = 55,34 m
Maka : P1 = G.W +(G-1).C+2.Pb
= 2.(50,4) + (2-1).3+ 2.(55,34)
= 214,48 m
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
c. Pesawat B - 747 - 200
Dik : G = 2 buah C = 3 m
W = 59,6 m Pb = 59,66 m
Maka : P1 = G.W +(G-1).C+2.Pb
= 2.( 59,6) + (2-1).3 + 2.(59,66)
= 241,52 m
Jadi, panjang apron total (P total) adalah :
P total = P1 + P2 + P3
= 335,24 + 214,48 + 241,52
= 791,24 m ≈ 792 m
Lebar Apron
Lebar apron dihitung dengan menggunakan rumus :
L = 2. P b + 3. c
Lebar apron dihitung berdasarkan pesawat rencana yaitu B - 747 -
200
Dengan Pb = 59,66 dan C = 3 , sehingga :
L = 2.(59,66) + 3.(3)
= 128,32 ≈ 129 m
Jadi, akan dibangun apron dengan luas total, yakni :
L = (792 x 129) = 102.168 m2
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Perencanaaan Hanggar
Hangar direncanakan untuk dapat menampung dua
pesawat. Dalam hal ini direncanakan berdasarkan ukuran pesawat
rencana yaitu B - 747 - 200. Luas hangar dihitung dengan rumus :
L = 2 x (wingspan x Panjang badan pesawat)
= 2 ((59,6).(59,66))
= 7111,472 m2
L = 7112 m2
Ruang gerak dan peralatan reparasi diambil 100 m²,
Sehingga total luas hangar adalah : L total = 7212 m2
Passenger Terminal
Luas passenger terminal diperhitungkan terhadap ruang gerak
dan sirkulasi dari penumpang yaitu : untuk pesawat dengan jenis
masing-masing dapat diperkirakan jumlah penumpang per pesawat
dalam 1 jam ( Tabel 1-1, Kolom Payload, Ir.H.Basuki)
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Pesawat B-720
Dik : - Jumlah pesawat 6 buah
- Jumlah penumpang / jam / pesawat diperkirakan 140
orang
Maka : jumlah penumpang = 6 x (140+140) = 1680 orang
Pesawat DC – 10 - 40
Dik : - Jumlah pesawat 3 buah
- Jumlah penumpang / jam / pesawat diperkirakan 340
orang
Maka : jumlah penumpang = 3 x (340+340) = 2040 orang
Pesawat B - 747 - 200
Dik : - Jumlah pesawat 2 buah
- Jumlah penumpang / jam / pesawat diperkirakan 326
orang
Maka : jumlah penumpang = 2 x (326+326) = 1304 orang
Total penumpang = 1680+ 2040 + 1304 = 5024 orang
Asumsi : Jika tiap orang memerlukan ruang gerak 3 m2 dan tiap
penumpang membawa 2 orang pangantar. Maka luas passenger
terminal adalah :
Luas Passenger Terminal = (5024 + 2x5024)x3 = 45216 m2
Parking area
Ada beberapa cara untuk menentukan luas parking area,
walaupun kadang-kadang cara tersebut tidak dapat dilakukan karena
ada perbatasan.
Cara-cara tersebut antara lain :
1. Mendapatkan proyeksi harian penumpang yang masuk (datang)
dan keluar (berangkat) lapangna terbang. Jumlah ini
dikonvorsikan kejumlah kendaraan untuk menentukan akumulasi
puncak dari jumlah kendaraan.
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
2. Menghubungkan akumulasi maksimum jumlah kendaraan dengan
jam-jam sibuk jumlah penumpang pada tahun yang diketahui.
Koreksi ini dipergunakan untuk memproyeksikan permintaan
kendaraan pada jam-jam sibuk dimasa depan.
Batasan dari kedua cara ini adalah : karakteristik sifat kendaraan
sulit untuk menentukan tingkat estimasi kendaran dan lain-lain. Rata-
rata luas ruang parkir untuk 1 mobil adalah lebar 2,60 m dan panjang
5,5 m (Sumber : “Merancang, Merencana Lapangan Terbang” oleh
Ir.H.Basuki, hal 118-121).
Dalam tugas ini telah dihitung :
- Banyaknya penumpang pada jam sibuk = 5024
orang
- Banyaknya pengantar (3 pengantar / penumpang) = 10048
orang
- Total penumpang =
15072 orang
Asumsi : Tiap mobil memuat 3 orang
Sehingga jumlah mobil : 15882/3 = 5294 mobil
Asumsi : Jumlah mobil pengantar = jumlah mobil penjemput
Jadi jumlah mobil keseluruhan : 2x5024 orang = 10048 mobil
Diketahui bahwa ukuran pemakaian ruang parkir yang normal
untuk 1 buah mobil termasuk bagian samping adalah : 3 x 5 = 15
m2
Jadi luas areal parkir yang direncanakan adalah : L = 15 m2 x
10048 = 150720 m2
Ruang gerak sirkulasi dari pada mobil sama dengan luas areal
parkir mobil. Jadi total luas areal parkir adalah :
L total areal parkir = 2x150720 m2 = 301440 m2
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
FASILITAS - FASILITAS NAVIGASI
1. Menara Pengawas (Tower Control)
Tower kontrol ditempatkan pada daerah yang dapat
menjangkau seluruh areal lapangan terbang dan fasilitas-
fasilitas airport lainnya. Tinggi bagunan menara pengawas
harus cukup agar dapat langsung mengamati apron, taxiway,
ujung-ujung runway dan daerah-daerah batas sekitar lapangan
terbang. Penempatannya sesuai dengan keadaan dari lapangan
terbang. Tower kontrol sangat penting bagi kelancaran
penerbangan dimana tower akan menuntun pesawat yang
beroperasi di lapangan tersebut.
2. Tanda Visual landasan (Marking)
Alat bantu ini digunakan untuk membantu pesawat agar
terhindar dari kecelakaan dimana pilot akan mengetahui
posisinya di udara ketika akan mendarat.
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
3. Perlampuan (Lighting).
Untuk penerbangan dimalam hari, maka diperlukan alat bantu
yaitu :
Perlampuan approach untuk melihat rentang kemiringan
pada R/W saat akan take-off ataupun landing.
Perlampuan Threshold berguna untuk pilot sebagai pedoman
apakah pilot bisa mendarat atau tidak pada saat melakukan
approach final untuk mendarat.
Perlampuan landasan agar pilot mengetahui posisi sumbu
landasan terhadap posisi pesawatnya pada malam hari.
4. Generating Station
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dilapangan perlu
adanya tenaga yang besar. Untuk itu dibangun gardu khusus
bagi landasan yang disertai generator cadangan bila lampu
sewaktu-waktu padam.
5. Water Supply and Sanitation
Sebagai bangunan fasilitas pelengkap airport untuk air dan
sanitasi yang harus diatur sedemikian rupa agar kebutuhan air
dilapangan terbang terpenuhi dan pesawat dapat menyuplai
kebutuhan air.
6. Sistem Drainase
Sebagai fasilitas pelengkap airport sistem drainase perlu diatur
sedemikian rupa agar fungsinya untuk mengalirkan air hujan
yang ada pada daerah-daerah perkerasan (Appron, Taxiway,
Holding Bay, Runway) ke daerah-daerah luar lapangan terbang
dapat bekerja dengan baik.
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
7. Aircraft Fuel Depot
Merupakan stasiun yang menyuplai bahan bakar ke pesawat.
Aircraft Fuel Depot harus ditempatkan sedemikan rupa
sehingga dapat menyuplai bahan bakar ke pesawat.
8. Rescue and Fire Fighting
Lokasinya diatur dekat R/W dimana harus memiliki jalan masuk
ke R/W dan seluruh fasilitas airport lainnya. Penjagaan harus
sensitif sehingga harus disesuaikan dengan fasilitas tempat
tinggal bagi pesawat.
Untuk memenuhi segala kebutuhan yang menyangkut kebutuhan
penumpang tersebut di dalam terminal building harus memenuhi
fasilitas-fasilitas antara lain :
a. Fasilitas untuk operasi perusahaan penerbangan
- Ruang perkantoran
- Tempat penerimaan bagasi
- Tempat untuk memproses keberangkatan penumpang
- Ruang kedatangan penumpang
- Loket informasi
- Ruang telekomunikasi
- Ruang petugas keamanan
-
b. Fasilitas untuk kantor pemerintah
- Kantor bead dan cukai
- Kantor pos
- Kantor / Stasiun pengamat cuaca
- Kantor kesehatan
c. Fasilitas untuk kenyamanan penumpang
- Restoran
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
- Pertokoan
- Ruang tunggu
- Ruang VIP
- Telepon umum
- Bank / ATM
- Asuransi
- Tempat penitipan barang
- Dll
PERENCANAAN PERKERASAN STRUKTURAL
Perkerasan adalah struktur yang terdiri dari beberapa lapisan
dengan kekerasan dan daya dukung yang berlainan. Perkerasan
berfungsi sebagai tumpuan rata-rata pesawat. Permukaan yang rata
menghasilkan jalan pesawat yang comfort, maka harus dijamin
bahwa tiap-tiap lapisan dari atas kebawah cukup kekerasan dan
ketebalannya sehingga tidak mengalami “DISTRES” (perubahan
bentuk perkerasan karena tidak mampu menahan beban yang
diberikan diatasnya).
Perkerasan fleksibel adalah perkerasan yang dibuat dari
campuran aspal dan agregat digelar diatas permukaan material
granular mutu tinggi. Perkerasan fleksibel terdiri dari lapisan surfase
course, base course dan subbase course. Masing-masing bisa terdiri
dari satu atau lebih lapisan. Semuanya digelar diatas tanah asli yang
dipadatkan (subgrade) yang bisa terletak diatas tanah timbunan atau
asli.
Perkerasan kaku (rigid) adalah perkerasan yang dibuat dari
slab-slab beton,digelar diatas granular atau subbase course yang
telah dipadatkan dan ditunjang oleh lapisan tanah asli dipadatkan
(subgrade), yang pada kondisi-kondisi tertentu kadang-kadang
subbase tidak diperlukan.
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
A. Perencanaan Perkerasan Struktural fleksibel Runway dan
Taxiway
Dari data yang ada :
- Tipe pesawat dari data : - B - 720
- DC – 10 - 40
- B - 747 - 200
- Maximum Take Off Weight (MTOW) : - B - 720 =104326
kg
- DC – 10 - 40= 268981
kg
- B - 747 –200=352893
kg
- Tipe Roda Pendaratan : - B - 720 = DTWG
- DC – 10 – 40 = DDTWG
- B – 747 – 200=DDWG
- Annual Departure
Annual Departure
B - 720 25000
DC – 10 - 40 6000
B – 747 – 200 15000
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
- CBR Sub Base : 24 %
- CBR Tanah Dasar (Sub Grade)
Titik 1 2 3 4 5 6
CBR 8 7 5 4 3 7
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Perhitungan Nilai CBR
- Cara analitis
Jumlah titik (n) = 6
X=
x in
= (8 + 7 + 5+ 4 + 3+ 7) / 6
= 5,7
Titik (n) CBR ( x i) ( x i−x ) ( x i−x )2
1 8 2,3 5,29
2 7 1,3 1,69
3 5 75 0,49
4 4 -1,7 2,89
5 3 -2,7 7,29
6 7 1,3 1,69
Jumlah 34 -0,2 19,34
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
S = √ ( xi−x )2
n 1 = √19 ,34
5 = 1,967
CBR yang menwakili = X – S
= 5,7 – 1,967
= 3,733
CBR Subgrade berada diantara 3,8 %
CBR subbase = 24 %
Perhitungan Tebal Perkerasan
Menentukan pesawat rencana
PesawatMTOW
(kg)
Tipe Roda
Pendaratan
Forecast
Annual
Departure
Tebal
Perkerasa
n
B - 720 104326 Dual Tandem
Wheel Gear
(DTWG)
25000 49
DC – 10 -
40268981
Double Dual
Tandem Wheel
Gear (DDTWG)
6000 50
B - 747 -
200352893
Double Dual
Tandem Wheel
Gear (DDTWG)
15000 50
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Tebal perkerasan didapat dari grfik
Dari hasil diatas didapat pesawat rencana adalah B – 747 – 200
dengan tebal perkerasan 50 inchi.
Equivalent Annual Departure
Log R1 = Log R2 (w2
w1)12
R1 = 10 log R2 ( W 2
W 1)
12
Dimana : R1 = Equivalent Annual Departure pesawat rencana
: R2 = Equivalent Annual Departure pesawat-pesawat
Campuran dinyatakan dalam roda pendaratan
Pesawat rencana
: W1 = Beban roda dari pesawat rencana
: W2 = Beban roda pesawat yang dinyatakan
Pesawat B – 747 – 200 (DDTWG)
R2 = 15000
W1 = 1/8*(0,95)* (352893) = 41906,04375 kg
W2 = 1/8*(0,95)* (352893) = 41906,04375 kg
log R1=log R2 x (W 2
W 1
)1/2
log R1=log 15000 x (41906,04375 41906,04375
)1 /2
= 4,176091259
R1 = 15000
Pesawat B - 720 (DTWG)
R2 = 25000*(0,6) = 15000
W1 = 41906,04375 kg
W2 = 1/4*(0,95)* (104326) = 24777,425
log R1=log 15000 x (24777 ,42541906,04375
)1 /2
= 4,061981013
R1 = 11534,028
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Pesawat DC – 10 – 40 (DDTWG)
R2 = 6000
W1 = 41906,04375 kg
W2 = 1/4*(0,95)* (268981) = 63882,988 kg
log R1=log R2 x (W 2
W 1
)1/2
log R1=log 6000 x (63882,98841906 ,04375
)1/2
= 3,86970553
R1 = 7408,078
Jadi total Equivalent Annual Departure adalah :
R1 total = 15000 +11534,028 +7408,078
=33942,106
Pesawat
Juml
ah
Roda
Annual
Departure
MTOW
(kg)R2 W1 W2 R1
B-720 8 25000 1043261500
0
41906,04375
24777,42
5
11534,02
8
DC – 10 -
4016 6000 268981 6000
41906,04375
31941,49
47408,078
B-747-200 16 15000 3528931500
0
41906,04375
83812,08
815000
EQUIVALENT ANNUAL DEPARTURE (∑ R1)=33942,10
6=33943
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Jadi Equivalent Annual Departure yang akan digunakan dalam
menghitung tebal perkerasan adalah : 33943
Menghitung Tebal Perkerasan Dengan Pesawat Rencana
Data – data yang diperlukan untuk perhitungan :
- pesawat rencana : B – 747 - 200
- MTOW : 352893 kg
- Tipe roda pendaratan : DDTWG
- Equivalent annual departure : 33943
- CBR Subgrade : 3 ,8 %
- Direncanakan subgrade dengan stsbilitas tanahmencapai
CBR = 7%
- CBR Sub Base : 24 %
Subgrade CBR = 3,8 %
Didapat lebar total = 51 inchi
Subbase CBR = 24 % didapat tebal = 15,045 inchi = 16 inchi
Jadi total subbase = 51 – 16 = 35 inchi
Surface = 4 inchi
Jadi, tebal Base course = 16 – 4 = 12 inchi
SURFACE 4”
BASE COURSE 12”
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
51”
SUB BASE COURSE 35”
SUB GRADE CBR 3,8 %
Sugrade stabilisasi CBR = 7 %
Didapat tebal total = 41,31 inchi
Subbase CBR = 24 % didapat tebal = 16 inchi
Jadi total subbase = 41,31 – 16 = 25,31 inchi
Surface = 4 %
Jadi, tebal Base course = 16 – 4 = 12 inchi
SURFACE 4”
BASE COURSE 12”
41,31”
SUB BASE COURSE 25,31”
Subgrade stabilisasi
(CBR 7 %)
Subgrade tanah asli
(CBR 3,8 %)
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Subgrade stabilisasi CBR = 7 % dengan tebal total = 41,31 inchi
Didapat tebal minimum Base Course dari gambar 4-45 = 15,08 inchi
= 16”
Jadi didapat tebal subbase adalah : 25,31 + 12 – 16 = 21,31 inchi
SURFACE 4”
BASE COURSE 16“
41,31”
SUB BASE COURSE 21,31”
Subgrade Stabilitas
(CBR 7 %)
Subgrade tanah asli
(3,8 %)
Dengan menggunakan rumus :
Z =
y−t ( y−x )( x+ y )
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Dimana : Z = Tebal subbase yang ditentukan
Y = Tebal subbase untuk tanah A
X = Tebal subbase untuk tanah B
T = Tebal subbase stabilitas sari lapisan tanah B
Lapisan Tanah A (CBR 3,8 %)
SURFACE 4”
BASE COURSE 12”
51”
SUB BASE COURSE y=35”
Tanah A CBR 3,8 %
Lapisan Tanah B (CBR 7 %)
SURFACE 4”
BASE COURSE 12“
41,31”
SUB BASE COURSE X=25,31”
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Tanah B (CBR 7 %)
SURFACE 4”
BASE COURSE 16“
41,31”
SUB BASE COURSE z=21,31”
Subgrade Stabilitas t =
(CBR 7 %)
Subgrade tanah asli
(3,8 %)
21,31 = 35−
t (35−25 ,31 )(35+25 ,31 )
21,31 = 35−
t (9 ,69 )(60 ,31 )
T = 85,206 inchi = 216,42 cm
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
B. Perencanaan Perkerasan Kaku Untuk Apron
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketebalan perkerasan rigid antara
lain :
Lalu-lintas pesawat
Ramalan lalu-lintas
Kekuatan subgrade atau kombinasi subbase-subgrade
Perencanaan perkerasan kaku untuk apron dihitung
berdasarkan metode FAA.
Dalam menentukan perkerasan rigid dengan metode FAA (lihat
buku “Merancang, Merencana Lapangan Terbang” hal 356), dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Tentukan ramalan ‘Annual Departure” dari masing-masing
pesawat.
Tentukan tipe roda pendaratan untuk setiap tipe pesawat.
Tentukan maximum take off weight dari maing-masing
pesawat.
Tentukan tipe pesawat rencana,dengan prosedur dibawah
ini ;
- perkirakan harga K dari subgrade (dalam tugas telah
ditentukan)
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
- tentukan flexural strength beton
- gunakan data-data dari flexural strength,harga
k,MTOW,dan annual departure untuk menentukan tebal perkerasan
yang diperlukan,yang akan didapat dengan memakai kurve-kuve
rencana yang sesuai dengan tipe-tipe pesawat.
Konversikan tipe roda pendaratan tiap tipe pesawat yang
diramalkan harus dilayani ke pesawat rencana
Tentukan wheel load tiap-tiap tipe pesawat ,95 % MTOW
ditopang oleh roda pendaratan.
Hitung equivalent annual departure
Hitung total equivalent annual departure.
Gunakan harga-harga flexural strength, harga k, MTOW
pesawat rencana,dan equivalent annual departure total
sebagai data untuk menghitung perkerasan rigid dengan
kurva rencana yang sesuai.
PesawatMTOW
(kg)
Tipe Roda
Pendaratan
Forecast
Annual
Departure
Jumlah
Roda
B - 720 104326Dual Tandem
Wheel Gear
(DTWG)
25000 8
DC – 10 -
40268981
Double Dual
Tandem Wheel
Gear (DDTWG)
6000 16
B - 747 -
200352893
Double Dual
Tandem Wheel
Gear (DDTWG)
15000 16
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Menentukan tipe pesawat rencana
Harga k (modulus of subgrade reaction) adalah 300 psi.
Direncanakan untuk apron menggunakan beton dengan mutu K-250
dimana untuk K-250 = 250 kg/cm2 = 250 x 14,22 lb/in2
= 3555 Psi.
sehingga flexural strength adalah ;
MR = k x (fc’)1
2 ; k = konstanta (8, 9, atau 10)----diambil k
=10
MR = 10 x ( 3555)1
2
= 596,238 Psi
Di plot pada grafik untuk masing – masing pesawat nilai flexural
strength,harga k,MTOW,dan annual departure.
B - 720 tebal perkerasan adalah : 8 inchi
DC – 10 – 40 tebal perkerasan adalah : 8 inchi
B-747-200 tebal perkerasan adalah : 8 inchi
Setelah melihat tebal perkerasan yang dihasilkan oleh masing –
masing pesawat diperoleh bahwa pesawat B-747-200 dengan
konfigurasi roda DTWG yang menghasilkan perkerasan rigid paling
tebal yaitu 8 inchi.
Menghitung Ekuivalent Annual Departure (R1) pesawat
rencana
Hitung R2
R2 = Faktor konversi ke DWG x Annual departure pesawat.
Faktor konversi dari DTWG ke DDTWG (dilampirkan tabel
6-6) = 1,0
Tabel Faktor Konversi
Konversi dari ke Faktor Pengali
Single wheel Dual Wheel 0,80
Single wheel Dual Tandem 0,50
Dual Wheel Dual Tandem 0,60
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Double Dual Tandem Dual Tandem 1,00
Dual Tandem Single wheel 2,00
Dual Tandem Dual Wheel 1,70
Dual Wheel Single wheel 1,30
Double Dual Tandem Dual Wheel 1,70
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Hitung W2
W2 = 1n x 0,95 x MTOW tiap pesawat
n = jumlah roda masing-masing pesawat
Hitung W1
W1 = 1n x 0,95 x MTOW pesawat rencana
n = jumlah roda pesawat rencana
= 8 buah
Hitung R1 dengan rumus = Log R1 = Log R2 (w2
w1)12
R1 = 10 log R2 ( W 2
W 1)
12
B- 747 - 200
R2 = 15000
W1 = 1/16*(0,95)* (352893) = 20953,022 kg
W2 = 1/16*(0,95)* (352893) = 20953,022 kg
log R1=log R2 x (W 2
W 1
)1/2
log R1=log 15000 x (20953 ,02220953 ,022
)1/2
= 4,675907542
R1 = 15000
Pesawat B - 720
R2 = 25000
W1 = 20953,022 kg
W2 = 1/8*(0,95)* (104326) = 12388,713
log R1=log R2 x (W 2
W 1
)1/2
log R1=log 25000 x (12388 ,71320953 ,022
)1/2
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
= 4,28382977
R1 = 19223,381
Pesawat DC – 10 - 40
R2 = 6000
W1 = 20953,022 kg
W2 = 1/16*(0,95)* (268981) = 15970,747 kg
log R1=log R2 x (W 2
W 1
)1/2
log R1=log 6000 x (15970 ,74720953 ,022
)1/2
= 3,719190531
R1 = 5238,302
Jadi total Equivalent Annual Departure adalah :
R1 total = 15000 +19223,381+ 5238,302
= 39461,683 ≈ 39462
Gunakan harga-harga flexural strength, harga k, MTOW pesawat
rencana,dan equivalent annual departure total sebagai data untuk
menghitung perkerasan rigid dengan kurva rencana yang sesuai.
Karena dalam grafik tidak ada equivalent annual departure 39462,
maka digunakan annual departure 25000 sehingga didapat tebal
perkerasan rigid yang dibutuhkan pesawat adalah 8 inchi
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
C. Perhitungan Penulangan (Pembesian)
Jumlah besi yang diperlukan untuk penulangan pada perkerasan
rigid ditentukan dengan rumus :
As =
0 ,64 L √L ×tfs
Dimana : As : luas penampang melintang setiap
lebar/panjang slab (inch)
L : panjang/lebar slab (ft)
t : tebal slab (m), tebal perkerasan rigid yang paling
kritis
Fs : tegangan tarik baja (Psi)
Dari data :
- mutu baja : U – 32
- fs : 3200
kgcm2
- H : 20,32 cm = 8”
- L : 5 m
o Tulangan melintang : As =
0 ,64 x 500 √500 x 20 ,323200 = 10,080
cm²
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Direncanakan menggunakan tulangan D-10 mm, dimana :
Luas penampang (As) =
14πD2
=
14π102
= 78,54 mm2
= 0,7854 cm2
Jumlah tulangan : n =
10 ,0800 ,7854 = 12,83 ≈ 13 buah
Jarak tulangan :
5002 = 250 cm
Jadi tulangan yang dipakai adalah 13D10 mm – 250 cm
D. Joint (Sambungan)
Joint dibuat pada perkerasan kaku agar beton bisa
mengembang dan menyusut sehingga mengurangi tekanan bengkok
akibat gesekan, perubahan temperatur, perubahan kelembaban,
serta untuk melengkapi konstruksi.
Joint dikategorikan menurut fungsinya, yaitu joint yang
berfungsi untuk mengembang (expansion joint) dan susut
(contruction joint).
1. Expansion Joint
Expansion joint berfungsi ruang untuk beton mengembang
sehingga terhindar adanya tegangan tekuk.yang tinggi yang
bisa menyebabkan slab beton menjadi lengkung. Biasanya
expansion joint dibuat pada slab beton yang menyudut pada
satu sama lain.
2. Construction Joint
- Memanjang
Deddy Ritonga 060211029
T
TipeD - Dowel
0.5 T
Dowel diberi gemuk satu sisi
0.5 T
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Joint seperti ini terdapat pada tepi setiap jalur
pengecoran dan dibuat dengan menggunakan tulangan
dowell sebagai pemindah beban pada bagian itu. (Tipe C,
lihat buku “Merancang, Merencana lapangan Terbang”,
hal 383).
- Melintang
Sambungan melintang diperlukan pada akhir pengecoran
setiap harinya, apabila pengecoran diperhitungkan akan
berhenti selama 1
2 jam atau lebih, misalnya karena
hujan akan turun sehingga pengecoran berhenti. Pada
titik penghentian ini harus dibuat construction joint
melintang. Apabila penghentian ini sudah dekat dengan
construction joint rencana, maka disarankan membuat
joint dengan dowell.
3. Constraction Joint (Dummy Joint)
Deddy Ritonga 060211029
T 0.2
0.1
Slope
Tipe C - Kunci
T2
T
TipeH - Dummy
Alurnya digergaji atau dicetak pada acuan
T
Tipe F - Dowel
0.5 T
Dowel diberi gemuk satu sisi
0.5 T
Alurnya digergaji atau dicetak pada acuan
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Yaitu suatu permukaan pada potongan beton yang
sengaja diperlemah sehinga bila terjadi penyusutan slab
beton, tegangan susut bisa diperingan. Dan bila material
beton harus retak, retak terjadi pada bidang yang telah
dipersiapkan itu. Tegangan susut bisa terjadi dikarenakan
perubahan temperature, kelembaban dan geseran.
- Memanjang
Dipakai untuk jalur pengecoran yang lebarnya
melebihi 25 ft dan dibuat diantara 2 construction joint
memanjang, yang menurut joint tipe H.
- Melintang
FAA menyarankan pembesian dowell untuk 2 joint
pertama pada masing-masing sisi dari expansion joint dan
semua construction joint melintang dalam perkerasan rigid
dengan penulangan. Untuk construction joint ini digunakan
menurut construction joint tipe F.
4. Jarak Antar Joint
Jarak anatr joint berdasarkan table 6-14 (dilampirkan)
untuk slab beton dengan tebal lebih besar dari 15” (38,1
cm), maka jarak joint maksimum baik untuk melintang dan
memanjang adalah 25 ft.
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
5. Joint Sealant
Dipakai untuk mencegah menembusnya air dan benda
asing kedalam joint. Dalam perencanaan ini dipakai joint
sealant siap pasang yang sudah diproduksi dari pabrik.
Ukuran joint sealant ini diambil berdasarkan daftar dari PSA
seperti tercasntum pada table 6-17. Untuk jarak joint 25 ft
dipakai lebar joint 1
4 ” dan lebar seal 9
16 ”.
6. Dowell
Besi ini dipasang pada joint. Berfungsi sebagai
pemindah beban melintang sambungan, juga berfungsi
mengatasi penurunan vertical relative pada slab beton
ujung. Ukuran dowell harus proporsional dewngan beban
yang harus dilayani dan direncanakan untuk berbagai tebal
slab seperti tercantum pada table 6-15 (dilampirkan).
Untuk tebal slab beton 15”
- Diameter : 1
14 ” (30 mm)
- Panjang : 20” (51 cm) ≈ 50 cm
- Jarak :15” (38 cm)
(Akan tetapi dalam perencanaan diambil jarak dowel 50 cm
disesuaikan dengan panjang slab beton yaitu 500 cm)
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Tugas :
PERENCANAAN BANDAR UDARA
O
L
E
H
DODDY HIDAYAT
030211049
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2006
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Tugas :
PERENCANAAN BANDAR UDARA
O
L
E
H
DODDY HIDAYAT
030211499
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2006
Deddy Ritonga 060211029
TUGAS PERENCANAAN BANDAR UDARA 2009
Deddy Ritonga 060211029
Recommended