UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENULISAN IKLAN SISWAKELAS IX SMPN 6 KURUN DENGAN MEDIA GAMBAR
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
1. PENDAHULUAN
Iklan merupakan salah satu wujud penyampaian gagasan dan pikiran
seseorang yang dituangkan dalam bentuk suatu karya seni sastra. Untuk
menghasilkan iklan yang baik perlu suatu latihan untuk mengasah kemampuan
mereka untuk membentuk kalimat-kalimat yang memiliki keindahan yang
dapat ditangkap oleh indra perasaan pembacanya.
Kemampuan itu tak akan bisa muncul bila seseorang tidak memiliki
kemampuan membuat kalimat dengan baik. Membuat kalimat yang
komunikatif, baik secara lisan maupun tulisan, harus sudah dikuasai oleh
seseorang agar mampu menyampaikan gagasannya kepada orang lain.
Gagasan-gagasan yang dimiliki dan ingin disampaikan kepada pihak lain
harus mampu direspon dengan baik oleh orang lain.
Berdasarkan pengalaman selama mengajar, kemampuan menulis iklan
siswa kelas IX SMPN 6 Kurun, relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain kurangnya dukungan orang tua terhadap cara
belajar peserta didik, latar belakang orang tua yang berpendidikan rendah,
bahkan banyak yang tidak memperoleh pendidikan formal, kesalahan metode
pengajaran yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran
menulis kepada para peserta didik
Melalui media gambar diharapkan siswa kelas IX dapat membuat
kalimat-kalimat apresiatif tentang gambar tersebut, sehingga akan lebih mudah
bagi siswa untuk membuat suatu ik;an baris.
2....PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut:
a. Tepatkah penggunaan media pembelajaran gambar dilakukan di kelas IX
SMPN 6 Kurun?
b. Apakah kemampuan menulis iklan siswa kelas IX SMPN 6 Kurun dapat
ditingkatkan dengan menggunakan media pembelajaran gambar untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia?
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, pemecahan masalah yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Mengadakan kelas tambahan dengan materi pelajaran menulis serta
penggunan fasilitas berupa komputer guna mendukung proses belajar yang
lebih efektif.
b. Melatih keterampilan menulis siswa dengan selalu memberi tugas membuat
cerita pendek yang kemudian akan mereka bacakan di depan umum (di
depan kelas) agar siswa terlatih menulis serta berbicara dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
3....TUJUAN PENELITIAN
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan menggunakan media pembelajaran gambar dengan
memperhatikan ada atau tidaknya peningkatan kemampuan menulis iklan
siswa kelas IX SMPN 6 Kurun.
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Tingkat kemampuan menulis iklan pada siklus 1 siswa kelas IX SMPN 6
Kurun dengan menggunakan media pembelajaran gambar.
b. Tingkat kemampuan menulis iklan pada siklus 2 siswa kelas IX SMPN 6
Kurun dengan menggunakan media pembelajaran gambar.
4....MANFAAT PENELITIAN
Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
profesional, dan metode SAS menjadi alternatif pembelajaran membaca bagi
siswa kelas kecil untuk meningkatkan prestasi siswa. Memberi kesadaran guru
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang disesuaikan
dengan tujuan dan materi, karakteristik siswa dan kondisi pembelajaran. Guru
mempunyai kemampuan dalam merancang model pembelajaran aktif yang
merupakan hal baru bagi guru dan menerapkannya dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Dengan penelitian ini kemampuan guru mengaktifkan siswa dan
memusatkan pembelajaran pada pengembangan potensi diri siswa.
5....KAJIAN PUSTAKA
a. Definisi dan Fungsi Media Pembelajaran
1) Definisi Media Pembelajaran
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium.
Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya
komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002;
Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Media merupakan salah satu
komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator
menuju komunikan (Criticos, 1996). Berdasarkan definisi tersebut,
dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses
komunikasi.
2) Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai
pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa).
Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa
dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan
pembelajaran.
Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan,
fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan
hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga
kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al.,
2001) adalah sebagai berikut:
Pertama, kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap,
menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian.
Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret,
direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan
dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.
Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat
menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam
perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya,
kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.
Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu
menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian
secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
Komunikasi juga mengalami hambatan-hambatan dalam proses
pembelajaran. Hambatan-hambatan tersebut antara lain:
Pertama, verbalisme, artrinya siswa dapat menyebutkan kata
tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru
mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung
hanya menirukan apa yang dikatakan guru.
Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama
diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya
menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media
pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan
sebagainya.
Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena
beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih
menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar
guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi,
kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru.
Keempat, tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki
kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat,
dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai
dari kesadaran hingga timbulnya konsep.
Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan
untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media
tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin
muncul dalam proses pembelajaran. Secara rinci, fungsi media dalam
proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
a) Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa
lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau
media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata
tentang benda/peristiwa sejarah.
b) Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena
jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya, video tentang
kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor
nuklir, dan sebagainya.
c) Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar
diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak
memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya
dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaran yang
jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan
slide dan film siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba,
dan sebaginya.
d) Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara
langsung. Misalnya, rekaman suara denyut jantung dan sebagainya.
e) Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati
secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar,
potret, slide, film atau video siswa dapat mengamati berbagai macam
serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya.
f) Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya
untuk didekati. Dengan slide, film, atau video siswa dapat
mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran, dan sebagainya.
g) Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar
diawetkan. Dengan menggunakan model/benda tiruan siswa dapat
memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh
manusia seperti jantung, paru-paru, alat pencernaan, dan sebagainya.
h) Dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar,
model atau foto siswa dapat dengan mudah membandingkan dua
benda yang berbeda sifat ukuran, warna, dan sebagainya.
i) Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara
lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dari telur sampai
menjadi katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit.
Bunga dari kuncup sampai mekar yang berlangsung beberapa hari,
dengan bantuan film dapat diamati hanya dalam beberapa detik.
j) Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung
secara cepat. Dengan bantuan film atau video, siswa dapat
mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, teknik loncat indah,
yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan.
b. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran
Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media
pembelajaran, antara lain landasan filosofis dan teknologis.
1) Landasan Filosofis
Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai
jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses
pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan
teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Benarkah
pendapat tersebut? Bukankah dengan adanya berbagai media
pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk
digunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya?
Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi
kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar
sesuai dengan kemampuannya.
2) Landasan Teknologis
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan,
pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses dan
sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses
kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan,
dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-
masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan
dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah
dilakukan dalam bentuk: kesatuan komponen-komponen sistem
pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi, dan
dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi sistem
pembelajaran yang lengkap. Komponen-komponen ini termasuk pesan,
orang, bahan, media, peralatan, teknik, dan latar.
c. Karakteristik Media Pembelajaran Dua Dimensi
Media dua dimensi adalah sebutan umum untuk alat peraga yang
hanya memiliki ukuran panjang dan lebar yang berada pada satu bidang
datar. Media pembelajaran dua dimensi meliputi grafis dan media bentuk
papan.
1) Media Grafis
Media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang
menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan,
atau simbul visual yang lain dengan maksud untuk mengihtisarkan,
menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data atau kejadian. Fungsi
umum media grafis adalah untuk menyalurkan pesan dari sumber ke
penerima pesan. Sedangkan fungsi khususnya adalah untuk menarik
perhatian, memperjelas ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang
mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.
Karakteristik media grafis dapat dilihat berdasarkan ciri-cirinya,
kelebihan yang dimilikinya, kelemahannya, unsur-unsur disain dan
kriteria pembuatannya, dan jenisjenisnya.
Ciri-cirinya, media grafis termasuk: media dua dimensi
sehingga hanya dapat dilihat dari bagian depannya saja; media visual
diam sehingga hanya dapat diterima melalui indra mata.
Kelebihan yang dimiliki media grafis adalah: bentuknya
sederhana, ekonomis, bahan mudah diperoleh, dapat menyampaikan
rangkuman, mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, tanpa
memerlukan peralatan khusus dan mudah penempatannya, sedikit
memerlukan informasi tambahan, dapat membandingkan suatu
perubahan, dapat divariasi antara media satu dengan yang lainnya.
Kelemahan media grafis adalah: tidak dapat menjangkau
kelompok besar, hanya menekankan persepsi indra penglihatan saja,
tidak menampilkan unsur audio dan motion.
2) Media Bentuk Papan
Media bentuk papan yang diringkas di sini terdiri dari papan
tulis, papan tempel, papan flanel, dan papan magnet. Fungsi papan
tulis adalah untuk menuliskan pokok-pokok keterangan guru dan
menuliskan rangkuman pelajaran dalam bentuk ilustrasi, bagan, atau
gambar. Keuntungan mengunakan papan tulis adalah: dapat digunakan
di segala jenis tingkatan lembaga, mudah mengawasi keaktifan kelas,
ekonomis, dapat dibalik. Kekurangannya adalah: memungkinkan
sukarnya mengawasi aktivitas murid, berdebu, kurang menguntungkan
bagi guru yang tulisannya jelek.
Papan tempel adalah sebilah papan yang fungsinya sebagai
tempat untuk menempelkan pesan dan suatu tempat untuk
menyelenggarakan suatu display yang merupakan bagian aktivitas
penting suatu sekolah. Keuntungan menggunakan papan tempel
adalah: dapat menarik perhatian, memperluas pengertian anak,
mendorong kreativitas, menghemat waktu, membangkitkan rasa
keindahan, dan memupuk rasa tanggung jawab. Kelemahan-
kelemahannya adalah: sulit memantau apakah semua murid dapat
memperhatikan, kemungkinan terjadi gangguan kenakalan,
membosankan jika terlalu lama dipasang.
Papan flanel sering juga disebut sebagai visual board, adalah
suatu papan yang dilapisi kain flanel atau kain yang berbulu di mana
padanya diletakan potongan gambar-gambar atau simbul-simbul lain.
Gambar-gambar atau simbul-simbul tersebut biasanya disebut item
papan flanel. Kegunaan papan flanel adalah: dapat dipakai untuk jenis
pelajaran apa saja, dapat menerangkan perbandingan atau persamaan
secara sistematis,dapat memupuk siswa untuk belajar aktif.
Keuntungan papan flanel adalah: dapat dibuat sendiri, item-item dapat
diatur sendiri, dapat dipersiapkan terlebih dahulu, item-item dapat
digunakan berkali-kali, memungkinkan penyesuaian dengan
kebutuhan siswa, menghemat waktu dan tenaga. Kelemahannya
adalah: pada umumnya terletak pada kurang persiapan dan kurang
terampilnya para guru.
6. METODE PENELITIAN
a. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMPN 6 Kurun.
SMPN 6 Kurun terletak di Kecamatan Kuala Kurun, Kabupaten Gunung
Mas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Keadaan sekolah yang terletak di daerah marginal menyebabkan
sekolah berada di lingkungan masyarakat yang relatif lebih rendah tingkat
pendidikannya dibandingkan dengan sekolah di daerah tengah kota.
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Class
Action Research). Dasna dan Fatchan (2007: 2) menyatakan bahwa
“Penelitian tindakan kelas adalah bentuk penelitian praktis yang
dilaksanakan oleh guru untuk menemukan solusi dari permasalahan yang
timbul di kelasnya agar dapat meningkatkan proses dan hasil belajar
pembelajaran di kelas”. Hopkins (dalam Setyosari dan Widijoto, 2007:36)
menyatakan bahwa “Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang
dapat kita lakukan dalam situasi praktis, dengan maksud untuk
meningkatkan atau memperbaiki situasi praktis. Penelitian tindakan kelas
dapat kita lakukan secara bersama-sama dengan peneliti profesional
dengan tujuan untuk meningkatkan misalnya strategi, praktek, dan
pengetahuan dalam situasi riil di lapangan. Penelitian tindakan merupakan
suatu proses yang dirancang untuk memberdayakan seluruh partisipan
dalam proses pendidikan (peserta didik, guru, dan pihak-pihak lain)
dengan maksud untuk meningkatkan praktek pendidikan atau
pembelajaran yang dilakukan dalam pengalaman pendidikan.
Tujuan dilakukannya penelitian tindakan kelas adalah sebagai
berikut (Susilo, 2007:17):
1) Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan
peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
2) Perbaikan dan peningkatan pelayanan profesional guru kepada peserta
didik dalam konteks pembelajaran di kelas.
3) Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses
pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru.
4) Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi
permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari.
5) Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai
adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian
itu berlangsung.
c. Rancangan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, maka
rancangan penelitian yang dipergunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu
pendekatan dalam penelitian yang berbasis kelas atau sekolah untuk
melakukan pemecahan berbagai permasalahan yang digunakan dalam
rangka peningkatan kualitas pendidikan (Tim Pelatih Proyek PGSM,
1999:1-2).
Pada dasarnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki
karakteristik yaitu: (1) bersifat situasional, artinya mencoba mendiagnosis
masalah dalam konteks tertentu, dan berupaya menyelesaikannya dalam
konteks itu; (2) adanya kolaborasi-partisipatoris; (3) self-evaluative, yaitu
modifikasi-modifikasi yang dilakukan secara kontinyu – dievaluasi dalam
situasi yang terus berjalan secara siklus, dengan tujuan adanya
peningkatan dalam praktek nyatanya.
d. Tahapan-tahapan Penelitian Tindakan Kelas
Tahap Penelitian Tindakan Kelas secara umum mencakup empat
langkah, yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan atau pelaksanaan, (3)
observasi atau pengamatan, dan (4) refleksi.
1) Siklus Pertama
Siklus pertama yang tersusun atas empat tahap, yaitu:
a) Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi kegiatan:
(1) Observasi awal/refleksi awal
- Melakukan pertemuan awal dengan kepala sekolah dan salah
satu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IX yang
memberikan materi Penulisan iklan.
- Mengamati keaktifan siswa pada waktu proses pembelajaran
- Membagikan gambar sebagai bahan diskusi kelompok untuk
mengukur keaktifan siswa.
- Menentukan sumber data.
- Menetapkan kelompok.
(2) Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan
- Menentukan tujuan pembelajaran.
- Menyusun kegiatan pembelajaran dengan media gambar untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis iklan.
- Menyusun lembar observasi, pedoman wawancara, dan catatan
lapangan.
- Membuat soal yang akan didiskusikan untuk mengukur
keaktifan belajar peserta didik
- Mengkoordinasi program kerja pelaksanaan tindakan dengan
teman sejawat dan salah satu guru.
b) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan tindakan disesuaikan dengan rencana
pembelajaran yang telah disusun. Adapun urutan kegiatan secara
garis besar adalah sebagai berikut:
(1) Penyajian materi
Penyajian materi pada mata pelajaran hubungan
masyarakat dilakukan secara klasikal selama kurang lebih 15-30
menit. Penyajian materi meliputi materi secara garis besar.
(2) Belajar dalam kelompok
Setelah penyajian materi secara klasikal, selanjutnya
siswa akan mengelompok dalam kelompok-kelompok kecil
yang telah ditentukan. Setiap kelompok akan diberikan gambar
saling berdiskusi dalam kelompok untuk membuat empat
kalimat puisi yang tepat berdasarkan gambar yang telah
diterima dari guru. Setiap individu dalam kelompok wajib
berpendapat dalam membuat kalimat puisi. Hasil diskusi
dicocokkan dan dinilai bersama. Skor yang diperoleh dihitung
pada masing-masing kelompok.
(3) Pemberian penghargaan
Setelah melakukan penghitungan skor kelompok, maka
akan diketahui nilai dari masing-masing kelompok. Kelompok
yang mendapat skor tertinggi akan diberikan penghargaan
berupa tambahan nilai dan diberi predikat sebagai kelompok
terbaik.
c) Mengamati (observe)
Mengamati dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan
berlangsung. Proses pengamatan secara intensif dilakukan oleh dua
orang yaitu seorang guru dan teman sejawat. Obyek yang diamati
meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan keaktifan siswa
selama kegiatan pembelajaran. Pengamatan dilakukan berdasarkan
lembar observasi, disediakan catatan lapangan untuk melengkapi
data hasil observasi.
d) Merefleksi (reflect)
Refleksi dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan
tindakan dan hasil pemahaman siswa. Merefleksi adalah
menganalisis data-data yang diperoleh dari tes akhir, observasi,
wawancara dan catatan lapangan. Tahap refleksi meliputi kegiatan
memahami, menjelaskan dan menyimpulkan data. Peneliti bersama
pengamat merenungkan hasil tindakan pertama sebagai bahan
pertimbangan apakah siklus sudah mencapai kriteria atau tidak.
Sebagai pelengkap untuk kriteria tindakan yang telah ditentukan,
dalam refleksi juga dilakukan penelitian terhadap proses
pembelajaran. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini
dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
2) Siklus Kedua
Pada siklus ini memiliki beberapa tahap yang sama seperti
tahap yang ada pada siklus I yaitu:
a) Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi kegiatan:
(1) Observasi awal/refleksi awal
- Menetapkan kelompok.
- Membagikan gambar sebagai bahan diskusi kelompok untuk
mengukur keaktifan siswa
(2) Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan
- Menentukan tujuan pembelajaran.
- Menyusun kegiatan pembelajaran dengan media pembelajaran
gambar untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis iklan.
- Menyusun lembar observasi, pedoman wawancara, dan catatan
lapangan.
- Membuat soal-soal yang akan didiskusikan untuk mengukur
keaktifan belajar peserta didik
- Mengkoordinasi program kerja pelaksanaan tindakan dengan
teman sejawat dan salah satu guru.
b) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan tindakan disesuaikan dengan rencana
pembelajaran yang telah disusun. Adapun urutan kegiatan secara
garis besar adalah sebagai berikut:
(1) Penyajian Materi
Penyajian materi pada mata pelajaran hubungan
masyarakat dilakukan secara klasikal selama kurang lebih 15-30
menit. Penyajian materi meliputi materi secara garis besar.
(2) Belajar dalam kelompok
Setelah penyajian materi secara klasikal, selanjutnya
siswa akan mengelompok dalam kelompok-kelompok kecil
yang telah ditentukan. Setiap kelompok akan diberikan soal-
soal yang harus dijawab oleh siswa dengan cara bekerjasama
dan saling berdiskusi dalam kelompok. Setiap individu dalam
kelompok wajib berpendapat dalam menyelesaikan soal-soal
diskusi. Soal-soal dicocokkan dan dinilai bersama. Skor yang
diperoleh dihitung pada masing-masing kelompok.
(3) Pemberian penghargaan
Setelah melakukan penghitungan skor kelompok, maka
akan diketahui nilai dari masing-masing kelompok. Kelompok
yang mendapat skor tertinggi akan diberikan penghargaan
berupa tambahan nilai dan diberi predikat sebagai kelompok
terbaik.
c) Mengamati (observe)
Mengamati dilakukan selama kegiatan pelaksanaan
tindakan berlangsung. Proses pengamatan secara intensif dilakukan
oleh dua orang yaitu seorang guru dan teman sejawat. Obyek yang
diamati meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan aktivitas
siswa selama kegiatan pembelajaran. Pengamatan dilakukan
berdasarkan lembar observasi, disediakan catatan lapangan untuk
melengkapi data hasil observasi.
d) Merefleksi (reflect)
Refleksi dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan
tindakan dan hasil pemahaman siswa. Merefleksi adalah
menganalisis data-data yang diperoleh dari tes akhir, observasi,
wawancara dan catatan lapangan. Tahap refleksi meliputi kegiatan
memahami, menjelaskan dan menyimpulkan data. Peneliti bersama
pengamat merenungkan hasil tindakan pertama sebagai bahan
pertimbangan apakah siklus sudah mencapai kriteria atau tidak.
Sebagai pelengkap untuk kriteria tindakan yang telah ditentukan,
dalan refleksi juga dilakukan penelitian terhadap proses
pembelajaran. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap
ini dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus
berikutnya.
7....JADWAL PENELITIAN
JULI 2015 : SIKLUS 1
AGUSTUS 2015 : SIKLUS 2
8....DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta :
Rineka Cipta.
------------. 1992. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
------------. 1986. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
------------. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK
Depdikbud. Ditjen Dikti.
------------. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bina
Aksara.
Bahri Syaiful Djamara. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya :
UN.
Darajat Zakiyah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaktif Edukatif. Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Recommended