DIREKTORAT BINA REHABILITASI HUTAN DAN LAHANDIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAS DAN PERHUTANAN SOSIAL
KEMENTERIAN KEHUTANAN
SERANG, OKTOBER 2014
KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN KEHUTANAN
2
Kebijakan Prioritas
Pro-growthPro-poorPro-job
Pro-Environment
Hutan
Lestari
Masyarakat
Sejahtera
Pembangunan
Kehutanan
Pemberantasan Illegal
LoggingRevitalisasi
Sektor
Kehutanan
Rehabilitasi
& Konservasi
SDH Hutan
Pemberda-
yaan Ekon
Masy.Skt
Hutan
Pemantapan
Kawasan
Hutan
•PeraturanPerundangan
•KomitmenInternasional
Sasaran Pembangunan Nasional
• Menurunnya jumlah penduduk miskin
•Berkurangnya kesenjangan antar wilayah
•Membaiknya mutu LH dan pengelolaan SDA
yang mengarah pada prinsip berkelanjutan
3
1. Lahan Kritis adalah lahan di dalam maupun di luar kawasanhutan yang telah mengalami kerusakan, sehingga kehilangan atauberkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan ataudiharapkan (Perdirjen BPDASPS Nomor P. 4/V-SET/2013 tanggal26 Juli 2013).
2. Peta dan Data Lahan Kritis adalah produk yang sangat pentingdalam penyusunan program rehabilitasi hutan dan lahan agarefektifitas dan efisiensi penanganan lahan kritis optimal, jugauntuk harmonisasi program antar sektor yang terkait denganrehabilitasi hutan dan lahan.
Fakta
Luas Lahan kritis 27,2 juta Ha
Dalam Kawasan : 14,8 juta Ha Luar Kawasan : 12,4 juta Ha
Regulasi : • HL dan HP kewenanganPemkab/PemkotHK Kewenangan Pemerintah
•APBN Dephut digunakan untuk pinjaman bergulir (HTI dan HTR)•Presiden mencanangkan penurunan emisi 26% tahun 2020, porsi kehutanan 14% atau 54% target total.
Sumber Anggaran RHL : • APBN• DAK Bid. Kehutanan• DBH DR• DBH PSDH• APBD• Bantuan Luar Negeri• Swadaya Masyarakat• LSM• CSR
(perusahaan/BUMN/BUMD)
Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera
4
Peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500.000 Ha/Tahun
Penghentian kerusakan lingkungan di 14 DAS yangrawan bencana mulai 2010 dan seterusnya (DASKampar, Batanghari, Musi, Way Seputih, Ciliwung,Citarum, Cisadane, Cimanuk, Citanduy, Solo, Progo,Brantas, Barito, Mamasa).
5
No. Kegiatan 2010 2011 2012 2013 2014***) Jumlah Total
Realisasi
(Ha)
Realisasi
(Ha)
Realisasi
(Ha)
Realisasi
(Ha)
Target
(Ha)
1. Rehabilitasi Ht
Konservasi
/Lindung
100.738 100.743 100.986 105.656 40.500 448.623
KPHL 17.857 17.857
2. Hutan Kota 1.173 1.395 1.032 1.036 498 5.124
3. Rehabilitasi Ht
Mangrove/
Pantai
10.401 8.871 **) 12.403 - 31.675
4. Rehabilitasi Lahan
Kritis
51.504 *) 400.608 398.629 557.517 776.789 2.185.047
Jumlah 153.415 513.147 509.518 676.612 836.479 2.689.200
Realisasi Kumulatif 153.415 666,562 1,176.080 1.852.692 2.689.200
(+/-) Renstra 2010-2014 seluas 2.500.000 Ha 189.200
Ket : *) Hutan Rakyat
**) Rehabilitasi H. Mangrove/Pantai tahun 2012 melalui penanaman bibit KBR
***) Target minimal untuk mencapai Renstra Kemenhut 2010-2014
Progres Capaian Kontrak Kinerja Kementerian Kehutanan dalam PelaksanaanKegiatan RHL Tahun 2010-2013 dan Rencana Tahun 2014
6
PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN
REHABILITASI REKLAMASI
POLA UMUM, KRITERIA, STANDAR
9
STRUKTUR RHL (PP.76/2008)
Rehabilitasi Hutan
Reboisasi
Pemeliharaan Tanaman
Pengayaan Tanaman
Penerapan Konservasi Tanah
Rehabilitasi Lahan
Penghijauan
Pemeliharaan Tanaman
Pengayaan Tanaman
Penerapan Konservasi Tanah
10
Reboisasi
Hutan Lindung
Hutan Konservasi
Hutan Produksi
Penghijauan
Hutan Rakyat
Hutan Kota
Penghijauan Lingkungan
Masukan(Input)
-Rencana Kehutanan
-RTRW
-Rencana Pengelolaan
DAS Terpadu
-Rencana Pengelolaan
Sumber Daya Air
Survey Site Lapangan
-Wilayah administratif
-Rencana Pengelolaan Htn
(berdasarkan Kesatuan
Pengelolaan Hutan)
-Potensi SD yang tersedia
(tenaga, sarpras dan dana)
Hirarki Perencanaan RHL
Pola Umum RHL
RTnRHL
RTkRHL DAS/Sub DAS
(Technical Plan)
RPRHL
(Management Plan)
1. RPRHL Kawasan
Konservasi kecuali Tahura
2. RPRHL pada Tahura
3. RPRHL pada HL, HP dan
Di Luar Kawasan Lindung
Rancangan Kegiatan RHL
(Site Design)
Penyusun
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Provinsi
Kab/Kota
1. Pemerintah
2. Provinsi
3. Kab/Kota
1. Pemerintah
2. Provinsi
3. Kab/Kota
RENCANA TEKNIK RHL DAS
RENCANA PENGELOLAAN RHL
RENCANA TAHUNAN RHL
RENCANA TEKNIK RHL DAS
Satuan DAS
Rencana RHL 15 Tahunan
Ditetapkan Pemerintah
RENCANA PENGELOLAAN RHL
Satuan Kab/Kota –Pemangkuan Hutan
Rencana 5 tahunan
Ditetapkan Bupati/Walikota
RENCANA TAHUNAN RHL
Satuan site/lokasi dalam wilayah administratif/
kesatuan pemangkuan hutan
Rencana tahunan
Disusun SKPD disahkan
Bupati/Walikota
Penggunaan teknologi insudtri, transportasi, penggunaan air
conditioner (AC) meningkatkan keluaran asap gas beracun, debu timbal dan material beracun lainnya, serta perubahan suhu udara sekitar....
....selain itu, timbulnya penyakit ISPA, bencana alam, seperti banjir, tsunami yang dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup masyarakat perkotaan.....
15
Permasalahan Wilayah Perkotaan
PENGHIJAUAN sebagai solusi cerdas
dan inovatif untuk menjawab tantangan
permasalahan kota dan perubahan iklim...
16
Penghijauan Lingkungan
“penanaman pohon di luar kawasan
hutan untuk meningkatkan kualitas
lingkungan antara lain pada areal
fasilitas sosial/umum, ruang terbuka
hijau, jalur hijau, pemukiman, taman”
pada areal ruang terbuka hijau
dan lahan kosong yang
diperuntukkan sebagai fasilitas umum
dan fasilitas sosial, disesuaikan
dengan keinginan masyarakat
dan kondisi fisik setempat.Sasaran penghijauan diutamakan pada lahan kritis/LMU terpilih dan atau
sasaran RHL yang ditetapkan pada RP RHL di luar kawasan hutan negara,
yang berfungsi sebagai kawasan lindung dan atau kawasan budidaya
UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007
TENTANG PENATAAN RUANG
Penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) dengan luas paling sedikit 30 % dariluas kawasan perkotaan, disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarkidengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang, yang berada pada KawasanLindung Nasional yaitu di kawasan perlindungan setempat, salah satunya hutan kota,taman kota dan jalur hijau di sepanjang jaringan jalan
17
fungsi tambahan (ekstrinsik)fungsi utama (intrinsik)
definisi
RTH adalah area memanjang/ jalur dan/ atau mengelompok, yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam
a) meningkatkan mutu lingkungan perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih dan
sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan;
b) menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna
untuk kepentingan masyarakat dan keseimbangan edapis
ekologis
tujuan
arsitektural sosial ekonomi
Definisi, Tujuan, dan Fungsi RTH
18
• Luas hutan kota paling sedikit 10% dari wilayah perkotaan.
Luas hutan kota dalam satu hamparan yang kompak paling sedikit
0,25 hektar. (PP. 63/2002) dan Permenhut 71 Tahun 2009
• Luas ideal hutan kota sebagai salah satu jenis Ruang Terbuka
Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) minimal 20 %(Permendagri No. 1/2007 ttg Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan)
• Salah satu peruntukan RTH adalah Hutan Kota dan mengatur
polanya dengan berbagai strata (Permen PU No. 05/PRT/M/
2008 ttg Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan
Perkotaan)
Ketentuan RTH
19
Suatu hamparan lahan yang bertumbuhanpohon-pohon yang kompak dan rapat didalam wilayah perkotaan, baik pada tanahnegara maupun tanah hak yang ditetapkansebagai hutan kota oleh pejabat yangberwenang.
Hutan Kota
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.71/Menhut-II/2009
tentang Penyelenggaraan Hutan Kota
TU
JU
AN
Untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya
MA
KS
UD
Menekan/mengurangi peningkatan suhu udara di perkotaan;
Menekan/mengurangi pencemaran udara (CO, Ozon, karbondioksida, oksida nitrogen, belerang dan debu)
Mencegah terjadinya penurunan air tanah dan permukaan tanah;
Mencegah terjadinya banjir atau genangan, kekeringan, intrusi air laut, meningkatnya kandungan logam berat dalam air
Maksud dan Tujuan
Hutan Kota
21
1. Memperbaiki dan menjaga iklim
mikro dan nilai estetika
2. Meresap air
3. Menciptakan keseimbangan dan
keserasian lingkungan fisik kota
4. Mendukung pelestarian
keanekaragaman hayati Indonesia
Fungsi Hutan Kota
Luas Hutan Kota pada 1 hamparan kompak
minimal 2.500 m2 atau 0,25 Ha.
Presentase hutan kota paling sedikit 10% dari wilayah
perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi
setempat.
Penentuan luas hutan kota dalam suatu wilayah
perkotaan harus proporsional didasarkan luas
wilayah, jumlah penduduk, tingkat polusi dan
kondisi fisik kota.
Walikota/ Bupati
Berdasarkan RTRWKPENUNJUKAN LOKASI DAN LUAS
HUTAN KOTAGubernur Provinsi DKI
Jakarta
Berdasarkan RTRWP
(khusus DKI Jakarta )
24
Penanaman Hutan Kota minimal 1.600 batang/ha
dan saat penyerahan persen tumbuh tanaman minimal 80%
PEMBANGUNAN
HUTAN KOTA
PENETAPAN
HUTAN KOTA
Pengelolaan Hutan Kota meliputi PenyusunanRencana Pengelolaan, Pemeliharaan, Perlindungan danPengamanan, Pemanfaatan, Pemantauan dan Evaluasi,pada tanah negara dapat dilakukan olehPemda dan Masyarakatyang diberikan oleh Pemda melalui hak pengelolaan, sedangkan pada
tanah hak dilakukan oleh pemegang hak atau masyarakat bukanpemegang hak atau Pemerintah Daerah melalui perjanjian denganpemegang hak.
25
Pemegang hak
memperoleh insentif atas
tanah hak yang ditetapkan
sebagai hutan kota, yang
berupa :
1. Insentif langsung :
subsidi finansial dan
atau natura,
infrastruktur, bimbingan
teknis
2. Insentif tak langsung :
kebijakan finansial
Peran Pemerintah
Pusat • Menyusun Pedoman, kriteria dan standar
penunjukan hutan kota.
• Menyusun Pedoman, kriteria dan standar pembangunan hutan kota.
• Menyusun Kriteria dan standar pengelolaan hutan kota.
• Melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan hutan kota yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
• Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan hutan kota yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
• Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan hutan kota.
27
Peran Pemerintah
Provinsi
• Melakukan pembinaan terhadap
penyelenggaraan hutan kota yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah (pelimpahan
wewenang dari pemerintah).
• Melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan hutan kota di wilayah
kerjanya.
• Mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan hutan kota.
28
Peran Pemerintah
Kabupaten/Kota• Malakukan penunjukan lokasi dan luas hutan kota.
• Menyusun Perda tentang tata cara penunjukanlokasi dan luas hutan kota.
• Melaksanakan pembangunan hutan kota.
• Menyusun Perda tentang tata cara pembangunanhutan kota.
• Menetapkan hutan kota dengan Peraturan Daerah.
• Menyusun Perda tentang pemberian insentif dalampembangunan hutan kota.
• Menetapkan dan merubah peruntukan tanah haksebagai hutan kota.
• Menyusun Perda tentang perubahan peruntukanhutan kota yang berada pada tanah negara.
• Melakukan pengelolaan hutan kota yang berada pada tanah negara
29
Peran Pemerintah
Kabupaten/Kota
Lanjutan...
• Menyusun Perda tentang pedoman pengelolaan hutan kota.
• Melakukan pembinaan terhadap pengelolaan hutan kota yang dilakukan oleh masyarakat.
• Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan hutan kota di wilayah kerjanya.
• Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan hutan kota.
• Menyusun Perda tentang tata cara peran serta masyarakat.
• Menyusun Perda tentang pengaturan pemberian bantuan teknis dan insentif dalam pembangunan hutan kota.
• Menyusun Perda tentang tata cara peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan hutan kota.
• Menyediakan biaya penyelenggaraan hutan kota berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau sumber dana lainnya yang sah.
30
Peran Swasta
• Dalam membangun lokasi usaha dengan areal yang cukup
luas, maka perlu menyertakan konsep pembangunan RTH
termasuk hutan kota;
• Menjalin kerjasama dengan pemerintah dan masyarakat
dalam membangun dan memelihara RTH termasuk hutan
kota;
• Memfasilitasi proses pembelajaran kerjasama pemerintah,
swasta dan masyarakat untuk memecahkan masalah yang
berhubungan dengan penyusunan RTH perkotaan
termasuk hutan kota
• Berperan aktif dalam diskusi dan proses pembangunan
sehubungan dengan pembentukan kebijakan publik dan
proses pelibatan masyarakat dan swasta;
• Mengupayakan bantuan pendanaan bagi masyarakat dalam
realisasi pelibatan dalam pemanfaatan dan pemeliharaan
RTH;
• Menjamin tegaknya hukum dan peraturan yang telah
ditetapkan dan disepakati oleh semua pihak dengan
konsisten tanpa pengecualian
31
Peran Serta
Masyarakat Penyediaan lahan
Penyandang dana
Pemberian masukan dalam penentuan
lokasi
Bantuan dalam mengidentifikasi
potensi/masalah
Kerjasama litbang
32
1. Pendidikan dan Pelatihan
2. Penyuluhan
3. Bantuan Teknis dan Insentif
Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Pemantauan dan Evaluasi
....untuk meningkatkan kinerja pengelola melalui penilaian kegiatan pengelolaan secara menyeluruh...
Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara periodik oleh
Instansi yang berwenang...
...dilakukan terhadap tahapan-tahapan dan penyelesaian kegiatan
berdasarkan rencana dan tata waktu yang telah disusun, meliputi :
Pemeliharaan, Perlindungan dan
Pengamanan Pemanfanfaatan
33
34
HUTAN
KOTA
APBN
APBDDAK BIDANG
KEHUTANAN
SUMBER
DANA LAIN
SUMBER ANGGARAN
Poin-Poin Konsep Peraturan Daerah1. Tata cara penunjukan lokasi dan luas hutan kota, yang memuat antara lain
inventarisasi, analisis penelitian, kompenssasi atau ganti rugi dan koordinasi;
2. Tata cara pembangunan hutan kota, yang memuat antara lain perencanaan
pembangunan dan tata cara pelaksanaan pembangunan;
3. Penetapan hutan kota, yang berdasarkan hasil pelaksanaan pembangunan hutan
kota
4. Pemberian insentif terhadap pemegang hak atas tanah hak yang ditetapkan sebagai
hutan kota;
5. Perubahan peruntukan hutan kota yang berada pada tanah negara disesuaikan
dengan RTRWK (tingkat Kabupaten/Kota) atau RTRWP (khusus DKI Jakarta);
6. Pedoman pengelolaan hutan kota;
7. Ketentuan tentang tata cara peran serta masyarakat dalam mengelola hutan kota;
8. Tata cara pengaturan bantuan teknis dan insentif dalam peran serta masyarakat yang
mengelola hutan kota;
9. Tata cara peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan hutan kota
37
38
Hutan Kota Jepara
Kunci Sukses Keberhasilan RHL
Komitmen bersama pemerintah,
pemerintah daerah, swasta, perguruantinggi dan pihak lainnya.
Andil biaya (cost sharing)
Andil masyarakat
Tekat bulat keberhasilan
Email :