KASUS
DISPEPSIA
Oleh:Wisnu Bimo Sutopo
G0000151
KEPANITERAAN KLINIK ILMU FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
S U R A K A R T A2008
DISPEPSIA
STATUS PENDERITA
I. ANAMNESA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Umur : 78 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Tlawng Rt 09/03 Sawit Boyolali
No. CM : 92 47 23
B. Keluhan Utama : Nyeri ulu hati
C. Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien laki-laki datang ke RSDM. Kurang lebih 1 bulan
yang lalu pasien sering mengeluh nyeri ulu hati. Nyeri hilang timbul. Nyeri
hilang sesudah makan. Mual muntah +, penurunan Bb +, rasa penuh +, cepat
kenyang kalau makan +, sering sendawa +.
D. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat sakit jantung : disangkal
b. Riwayat stroke : disangkal
c. Riwayat asma : disangkal
d. Riwayat batuk lama : disangkal
e. Riwayat sakit liver : disangkal
f. Riwayat alergi : disangkal
g. Riwayat mondok : disangkal
h. Riwayat diabetes melitus : disangkal
E. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : merokok selama 30 ahun
b. Riwayat minum jamu : disangkal
c. Riwayat minum obat pegal linu : disangkal
d. Riwayat minum minuman keras : disangkal
2
F. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga
a. Riwayat sakit gula : disangkal
b. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
c. Riwayat sakit gula : disangkal
d. Riwayat asma : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal
f. Riwayat batuk lama : disangkal
G. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien sehari-hari bekerja sebagai petani penggarap, berhenti sejak
2001. Mempunyai satu orang istri dan empat orang anak. Pasien makan tiga
kali sehari, porsi sedang dengan lauk pauk tempe, tahu, kadang-kadang telur,
daging ayam atau ikan.
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda Vital
Status Gizi
Tensi : 130/90mmHg
Nadi : 90 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensi Respirasi: 20 x/menit
Suhu : 36.8 0C
BB = 50 kg
TB = 173 cm
IMT = 16,51
C. Kulit Warna sawo matang, turgor menurun (-), hiperpigmentasi
(-), kering (-), teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-),
ekimosis (-), pucat (-)
D. Kepala Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, uban
(+), mudah rontok (-), luka (-)
E. Mata Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan
diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema
palpebra (-/-), strabismus (-/-)
F. Telinga Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan
3
mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)
G. Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi
penghidu baik
H. Mulut Sianosis (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (+), bibir
kering (-), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-),
stomatitis (-), luka pada sudut bibir (-)
I. Leher JVP R+2cm (tidak meningkat), trakea di tengah, simetris,
pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi
cervical (-), leher kaku (-), distensi vena-vena leher (-)
J. Thorax Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan =
kiri, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), pernafasan
torakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran KGB
axilla (-/-)
Jantung :
Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
Palpasi Iktus kordis teraba di SIC V 1 cm medial linea
medioclavicularis
Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis
dekstra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea
medioklavicularis sinistra
Pinggang jantung : SIC II-III parasternalis sinistra
→ konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi HR : 100 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni,
intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-). Bunyi
jantung I > Bunyi jantung II, di SIC V 1 cm medial linea
medioklavikula sinistra dan SIC IV linea parasternal
sinistra. Bunyi jantung II > Bunyi jantung I di SIC II linea
parasternal dextra et sinistra.
Pulmo :
4
Inspeksi Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar
(-). Pengembangan dada kanan = kiri, sela iga melebar,
retraksi intercostal (-)
Palpasi Simetris. Pergerakan dada ka = ki, peranjakan dada ka = ki,
fremitus raba kanan = kiri
Perkusi Sonor / Sonor
Auskultasi Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan
wheezing (-/-), ronchi basah kasar (-/-), ronchi basah halus
basal paru (-/-), krepitasi (-/-)
K. Punggung kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok
kostovertebra (-),
L. Abdomen :
Inspeksi Dinding perut sejajar dari dinding thorak, distended (-),
venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)
Auscultasi Peristaltik (+) normal
Perkusi Timpani, pekak alih (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan (+). Hepar tidak teraba. Lien tidak
teraba.
M Genitourinaria Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)
N. Ekstremitas Kuku pucat (+), spoon nail (-)
Akral dingin Odem
_ _
_ _
_ _
_ _
III.RESUME
Seorang pasien laki-laki Tn S 78 th datang ke RSDM. Kurang lebih 1
bulan yang lalu pasien sering mengeluh nyeri ulu hati. Nyeri hilang timbul. Nyeri
hilang sesudah makan. Mual muntah +, penurunan Bb +, rasa penuh +, cepat
kenyang kalau makan +, sering sendawa +.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan : IMT=16,51, RrR=20x /menit, TD =
130/90, N = 90 x/menit
5
IV. DIAGNOSIS
ULKUS LIKE DISPEPSIA
VII. TUJUAN PENGOBATAN
1 Menetralisir asam lambung yang berlebihan.
2. Menghambat produksi asam lambung.
3. Melindungi sel-sel mukosa lambung.
4. modifikasi gaya hidup
VIII. PENGOBATAN
1. Obat-obatan antasid (obat ini mengandung senyawa basa/alkali untuk
menetralisir asam lambung (HCL) yang berlebihan.
- Antasid DOEN (obat generik), promag, mylanta, rennie, dexanta,
plantacid.
2. H2 blocking agent (untuk menghambat produksi asam lambung / HCL)
- Cimetidin (obat generik), cimet, ranitidine, radin, famotidin.
Ctt: Untuk laki-laki, hindari penggunaan cimetidin untuk jangka
panjag, karena menimbulkan efek samping impotensi dan
gynekomastia.
3. Koloid alumunium (untuk melapisi sel-sel lambung dari serangan asam
lambung.
- sucralfat
4. Penghambat pompa proton (H+)
- omeprazol, OMZ
5. Obat-obat anti mual muntah
- metoklopramid, primperan, compositum, vometa.
6. Analgesik (mengurangi rasa nyeri)
- parasetamol, parasetamol-coles, panadol, hebron. Jangan
menggunakan analgesik yang bersifat asam spt ibuprofen, proris,
aspirin, asam mefenamat.
7. Antiflatulen (untuk mengurangi gas dan kembung)
- simetikon,dimetil polisiloksan
Medikamentosa
6
R/ Ranitidine inj amp no III
cum disposs. Syringe cc 3 No III
S imm
R/ Antrain inj amp No III
cum disposs. Syringe cc 3 No III
S imm
R/ Paracetamol tab mg 500 No.XXI
S 3 dd tab 1 p.r.n.
R/ Antasyda DOEN suspensi cc 60 No I
S 3 dd Cth II pc dan sebelum tidur
R/ Ulsidex tab mg 1000 No III
S 4 dd tab 1 1h ac dan sebelum tidur
R/ Omeprazol tab mg 40 No I
S 0-0-1
DISPEPSIA
1. Definisi
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani "δυς-" (Dys-), berarti sulit , dan "πέψη"
(Pepse), berarti pencernaan (N.Talley, et al., 2005). Dispepsia merupakan kumpulan
keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang
menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa
rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk
dispepsia. Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata
terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari,
radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.
2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai
kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluran pencernaan).
7
Definisi lain, dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas
atau dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit
atau rasa terbakar di perut. Setiap orang dari berbagai usia dapat terkena dispepsia,
baik pria maupun wanita. Sekitar satu dari empat orang dapat terkena dispepsia dalam
beberapa waktu (Bazaldua, et al, 1999)
Tabel 1.1 Diagnosis banding nyeri/ketidaknyamanan abdomen atas
Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional
-Ulkus peptik kronik (ulkus ventrikul, ulkus -Disfungsi sensorik-motorik gastroduodenum duodeni) -Gastroparesis idiopatik/hipomotilitas antrum-Gastro-oesophageal reflux disease (GORD), -Disritmia gaster dengan atau tanpa esofagitis -Hipersensitivitas gaster/duodenum-Obat : OAINS, aspirin -Faktor psikososial-Kolelitiasis simtomatik -Gastritis H.pylori-Gangguan metabolik (uremia, hiperkalsemia, -Idiopatik gastroparesis DM)-Keganasan (gaster, pankreas, kolon)-Insufisiensi vaskula mesentrikus-Nyeri dinding perut
(Mansjoer, et al, 2007)
2. Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux.
Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju
esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam
lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat
anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia
belum dapat ditemukan.
Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
1. Menelan udara (aerofagi)
2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
10. Infeksi Helicobacter pylory
3. Manifestasi Klinis
8
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi
dispepsia menjadi tiga tipe :
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan gejala:
a. Nyeri epigastrium terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodik
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia),
dengan gejala:
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas) (Mansjoer, et
al, 2007).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau
kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan
atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan
sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan
dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi
nyerinya.
Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi
(perut kembung).
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi
respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang
tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.
4. Pemeriksaan
Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang
lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urine. Dari hasil pemeriksaan
9
darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada
pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak
berarti kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga
menderita dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung (Hadi, 2002).
Pada karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa petanda tumor, misalnya
dugaan karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas
perlu diperiksa CA 19-9 (Vilano et al, cit Hadi, 2002).
2. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus
dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah,
penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk
bila penderita makan (Mansjoer, 2007).
3. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus
kecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan
lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk
mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi
merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus
terapeutik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:
a. CLO (rapid urea test)
b. Patologi anatomi (PA)
c. Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan
d. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam
rangka penelitian
4. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengan
kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum
tersedia di Indonesia) (Mansjoer, 2007). Pemeriksaan radiologis dilakukan
terhadap saluran makan bagian atas dan sebaiknya dengan kontras ganda. Pada
refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di esofagusnyang menurun
terutama di bagian distal, tampak anti-peristaltik di antrum yang meninggi
serta sering menutupnya pilorus, sehingga sedikit barium yang masuk ke
intestin (Hadi, 2002). Pada tukak baik di lambung, maupun di duodenum akan
terlihat gambar yang disebut niche, yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi
kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya reguler,
semisirkuler, dengan dasar licin (Vilano et al, cit Hadi, 2002). Kanker di lambung
secara radiologis, akan tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di
10
daerah kanker, bentuk dari lambung berubah (Shirakabe cit Hadi, 2002).
Pankreatitis akuta perlu dibuat foto polos abdomen, yang akan terlihat tanda
seperti terpotongnya usus besar (colon cut off sign), atau tampak dilatasi dari
intestin terutama di jejunum yang disebut sentinal loops (Hadi, 2002).
5. Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi
kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap asam.
5. Penatalaksanaan
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 1996,
ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan
dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi
dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat.
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:
1. Antasid 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir
sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandung Na bikarbonat,
Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus-
menerus, sifatnya hanya simtomatis, unutk mengurangi rasa nyeri. Mg
triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai
adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan
menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang
dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga
memiliki efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik
atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis
respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari
proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI
adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
11
Dispepsia
Usia > 45 tahun atau usia < 45 tahun dengan tanda-tanda alarm
Rujuk
Gastroenterelogis / internis atau dokter
anak dengan fasilitas endoskopi
Rujuk
Rujuk
Usia , 45 tahun tanpa tanda-tanda alarm
Tes serologi Hp
Dispepsia tetap (+)
Hasil (-)
Terapi empiris selama 2 minggu :-Antasida-H2 antagonis/PPI (omeprazol)-Obat-obat prokinetik Dispepsia (-)
Kambuh (maksimal 3x)
Terapi dihentikan
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).
Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel
parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen,
yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi
mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk
lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar
lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan
memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance) (Mansjoer et al, 2007).
7. Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti-
depresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak
jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti
cemas dan depresi (Sawaludin, 2005)
12
Hasil (+)
Skema 5.1. Skema penatalaksanaan pasien dispepsia di masyarakat(Mansjoer et al, 2007)
Skema 5.2. Skema penatalaksanaan pasien dispepsia oleh
gastroenterolog/internis atau dokter anak dengan fasilitas endoskopi
(Mansjoer et al, 2007)
Tabel 5.1. Golongan obat antagonis reseptor H2
Obat Indikasi Dosis Cara, waktu, dan Efek sampinglama pemberian
Simetidin Tukak peptik akut dan 3x200mg, Selama 4 minggu Penekanan eritropoesis,
kronik ditambah sampai pansitopenia 200mg atau
neutropenia sebelum t idur Gastritis kronik dengan 200mg Lanjutan, setiap malam Gangguan SSP seperti hiperskresi HCl konfusi mental,
somnolen,letargi, halusinasiGangguan endokrin
yaituimpotensi,
ginekomastia
Roksatidin Gastritis akut dan kronik 75mg/hari, Oral, malam hari,selama dengan saya selektif disesuaikan 1 minggu reseptor H2 6 kali lebih dengan baik daripada simetidin bersihan setara ranitidin kreatinin
Ranitidin Dispepsia akut dan 2x150mg Selama 4-6 minggu kronik, khususnya lanjutan : tukak duodenum aktif 1x150mg Malam hari
13
Dispepsia
Tes serologi Hp Endoskopi
Hasil (+) Pemeriksaan CLO, PA, kultur (untuk Hp)
Hasil (-)
CLO (+)PA (+)
Kultur (+)
CLO (+)PA (+)
Kultur (+)
CLO (+)PA (+)
Kultur (+)
CLO (+)PA (+)
Kultur (+)
Seleksi kasus
Terapi eradikasi
Tidak dilakukan terapi eradikasi hanya diberikan terapi empiris
sambil dicari penyebab lain
CLO (+)PA (+)
Kultur (+)
(Mansjoer et al, 2007)
Tabel 5.2. Golongan obat penghambat pompa proton Obat Indikasi Dosis Pemberian Efek samping
Omeperazol Tukak peptik
Tukak duodenum
1x20mg/hari
1x20-50mg/hari
Setiap pagi, selama1-2 minggu, oral
Selama 2-4 hari minggu, oral
Sakit kepala, nuase, diare,mabuk, lemas, nyeri epigastrik, banyak gas
Lansoprazol Tukak peptik 1x30mg/hari 4 minggu, oral IdemPantoprazol Tukak peptik,
inhibitor pompa proton yang reversibel
1x40mg/hari Oral Idem
(Mansjoer et al, 2007)
6. Pencegahan
Modifikasi gaya hidup sangat berperan dalam mencegah terjadinya dispepsia
bahkan memperbaiki kondisi lambung secara tidak langsung (Ariyanto, 2007)
Berikut ini adalah modifikasi gaya hidup yang dianjurkan untuk mengelola dan
mencegah timbulnya gangguan akibat dispepsia :
1. Atur pola makan seteratur mungkin.
2. Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung
(coklat, keju, dan lain-lain).
3. Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang,
melon, semangka, dan lain-lain).
4. Hindari makanan yang terlalu pedas.
5. Hindari minuman dengan kadar caffeine dan alkohol.
6. Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung, seperti obat anti-
inflammatory, misalnya yang mengandung ibuprofen, aspirin, naproxen, dan
ketoprofen. Acetaminophen adalah pilihan yang tepat untuk mengobati nyeri
karena tidak mengakibatkan iritasi pada dinding lambung.
7. Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.
8. Jika anda perokok, berhentilah merokok.
9. Jika anda memiliki gangguan acid reflux, hindari makan sebelum waktu tidur.
14
10. Hindari faktor-faktor yang membuat pencernaan terganggu, seperti makan
terlalu banyak, terutama makanan berat dan berminyak, makan terlalu cepat,
atau makan sesaat sebelum olahraga.
11. Pertahankan berat badan sehat
12. Olahraga teratur (kurang lebih 30 menit dalam beberapa hari seminggu) untuk
mengurangi stress dan mengontrol berat badan, yang akan mengurangi
dispepsia.
13. Ikuti rekomendasi dokter Anda mengenai pengobatan dispepsia. Baik itu
antasid, PPI, penghambat histamin-2 reseptor, dan obat motilitas.
PEMBAHASAN OBAT
Ranitidine
Daya menghambat senyawa-furan terhadap sekresi asam. Tidak merintangi
perombakan oksidatif dari obat-obat lain. Resorpsinya pesat dan baik, tidak
dipengaruhi oleh makanan. Efek samping seperti simetidin, diare (sementara),
nyeri otot, pusing-pusing, reaksi kulit. Tapi tdak menyebabkan gynecomastia.
Antrain
Isinya Metamizole Na. Fungsinya sebagai penghilang nyeri akibat colic maupun
pasca operasi. Kontra indikasi pada kehamilan dan menyusui, bayi kurang dari 3
bulan atau berat badan kurang dari 5 kg. Pada penggunaan jangka panjang monitor
fungsi hati dan hitung darah karena dapat menyebabkan kerusakan susunn darah,
gangguan fungsi ginjal dan hati, agranulocitosis, reaksi alergi. Kontraindikasi
pada nyeri otot pada flu, rheumatik, lumbago, bursitis, shoulders-arm sindrom.
Antasida DOEN
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi
asam lambung. Antasid biasanya mengandung Alumunium-magnessium
hidroksida gel. Pemberian antasid jangan terus-menerus, sifatnya hanya
simtomatis, unutk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu
lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun
dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
Indikasi untuk tukak lambung dan usus 12 jari, gastritis, refluk esofgitis,
hiperaciditas lambung, perut kembung karena gas dalam perut.
Ulsidex
15
Berisi sucralfat. Indikasi untuk peptic ulcer. Dapat membentuk suatu komplek
protein pada permukaan tukak yang melindunginya dari HCL, pepsin, dan
empedu.Menetralkanasam, menahan kerja pepsin dan mengadsorpsi asam
empedu. Efek samping obstipasi, mulut kering, dan erythema.
Omeprazole
Merupakan penghambat pompa-proton yang digunakan untuk menurunkan dengan
sangat kuat produksi asam lambung. Efek samping: gangguan lambung-usus,
nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, vertigo, gatal-gatal dan rasa kantuk atau sukar
tidur.
Paracetamol
Mempunyai efek analgesik yaitu menghilangkan rasa nyeri ringan sampai dengan
sedang. Obat ini juga mempunyai efek antipiretik yang diduga melalui efek
sentral.efek anti inflamasinya lemahsehingga tidak digunakan sebagai anti
reumatik. Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah. Efek
iritasi, erosi, dan perdarahan lambung tidak terlihat.
Daftar Pustaka
1. Mansjoer, Arif et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi Ketiga.
Jakarta.: 488-491
2. Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung : 156,159
3. Bazaldua, O.V. et al. 2006. Dyspepsia: What It Is and What to Do About It.
http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/digestive/dyspe
psia.html, Desember 2006
4. Anonim. 2001. Dyspepsia-Symptoms, Treatment, abd Prevention.
http://www.healthscout.com/ency/68/294/main.html, 2001
5. Sawaludin, Diding. 2005. Nyeri Ulu Hati yang Berulang.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/1005/09/hikmah/kesehatan.ht
m, 9 Oktober 2005
6. Ariyanto, W.L. 2007. Mencegah Gangguan Lambung. www.kiatsehat.com, 2007
7. Anonim. 2004. Dispepsia. http://medicastore.com/med/subkategori_pyk.ph
p?idktg=7&UID=20071107122240202.162.33.202, 2004
8. Anonim. 2007. Dyspepsia. http://en.wikipedia.org/wiki/Dyspepsia, 7
Oktober 2007
9. Bazaldua, OV et al.1999. Evaluation and Management of Dyspepsia.
http://www.aafp.org/afp/991015ap/1773.html, 15 Oktober 1999
16
10. Torpy, Janet M. 2006. Dyspepsia.
http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/295/ 13/1612?
maxtoshow=&HITS=10&hits=10&RESULTFORMAT=&fulltext=dysp
epsia&searchid=1&FIRSTINDEX=0&resourcetype=HWCIT, 5 April
2006
11. Holtmann, Gerald. 2006. A Placebo-Controlled Trial of Itopride
in Functional Dyspepsia.
http://content.nejm.org/cgi/content/short/354/8/ 832, 23 Februari 2006
12. Longstreth, George F. 2006. Functional Dyspepsia — Managing the
Conundrum. http://content.nejm.org/cgi/content/short/354/8/791, 23
Februari 2006
17