FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS
EMISI CO2 DALAM MEREPRESENTASIKAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN DI INDONESIA TAHUN 1992-2018
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh:
Rizky Nurul Ihsan
11150840000006
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2019 M
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
l
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Rizky Nurul Ihsan
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Oktober 1997
3. Alamat : Jalan Swakarsa No. 109 RT 04/03
Kelurahan Kreo, Kecamatan Larangan, Kota
Tangerang, Banten
4. Telepon : 081296863828
5. Email : [email protected]
II. Pendidikan Formal
1. SDN 05 Joglo : Tahun 2004-2009
2. SMPN 206 Jakarta : Tahun 2010-2012
3. SMAN 63 Jakarta : Tahun 2013-2015
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2015-2019
III. Pengalaman Bekerja
1. Enumerator Lembaga Survei Charta Politica pada Pilkada DKI Jakarta
tahun 2016
2. Enumerator Lembaga Survei Poltrakcing pada Pemilihan Presiden dan
Pemilihan Legislatif 2019
vi
IV. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Biasa Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas
Ekonomi Bisnis 2015- sekarang
2. Anggota Divisi kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi
Pembangunan UIN Jakarta 2016-2017
3. Koordinator Penyelenggara Pemungutaan Suara (KPPS) UIN Jakarta
2017
4. Sekretaris Bidang Perekonomian Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN
Jakarta 2017-2018
V. Seminar dan Workshop
1. Talkshow & Diskusi Publik “I’m Talking Bussiness” Objektivitas
Dinamika Bisnis Pertambangan Minyak dan Gas di Indonesia. DEMA
FISIP UIN Jakarta 2015.
2. Diskusi Publik “Peran Generasi Muda dalam mensukseskan Pilkada
Serentak 2015” DEMA FEB UIN Jakarta 2015.
3. Dialog Publik “Menyikapi Gerakan ISIS di Indonesia dan Menyikapi
Serangan Terorisme di Paris” DEMA FISIP UIN Jakarta 2015.
4. Seminar Nasional “Transgender: Problematika Wacana atau Gerakan”
HMJ KPI FIDKOM 2015.
5. Company Visit “Road To Bank Indonesia” HMJ EP, 2015.
6. Seminar Nasional “Recent Issues In Public Finance” HMJ EP, 2017.
vii
7. Seminar Nasional Ekonomi Digital “Menjawab Peluang dan Tantangan
Perkembangan Financial Teknologi di Indonesia” oleh HMJ EP UIN
Jakarta, 2018.
8. Workshop Edukasi Keuangan “Edukasi Keuangan bagi Mahasiswa FEB
UIN Jakarta dalam rangka meningkatkan literasi dan inklusi keuangan
di kalanagan akademisi” Otoritas Jasa Keuangan, 2018.
9. “Sosialisasi Empat Pilar MPR RI” DEMA UIN Jakarta, 2018.
10. Workshop “Yang Muda, Yang Toleran & Bertanggung Jawab”
Akademi CIPS, 2019.
viii
ABSTRACT
This research aims to analyze the socio-economic factors that affect the
intensity of CO2 emissions in representing sustainable development in Indonesia in
1992-2018. The research was conducted using data analysis of Ordinary Least
Square (OLS). The results of this research show that socio-economic factors, like
electricity consumption, growth of foreign direct investment, and resident
population simultaneously have significant effect on environmental damage in
Indonesia. Partially, increased consumption of electrical energy, FDI growth, and
population populations will increase environmental damage. This indicates that the
increase in electricity consumption, foreign direct investment growth, and the same
population population will have an effect on environmental damage and impede in
creating sustainable development Represented by the CO2 emissions.
Keywords: Sustainable Development, Electricity Energy Consumption, Foreign
Direct Investment, Population, Ordinary Least Square (OLS).
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor sosial ekonomi yang
mempengaruhi intensitas emisi CO2 dalam merepresentasikan pembangunan
berkelanjutan di Indonesia tahun 1992-2018. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan analisis data Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi, yaitu konsumsi energi listrik,
pertumbuhan foreign direct investment, dan populasi penduduk secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap kerusakan lingkungan di Indonesia. Secara parsial,
peningkatan konsumsi energi listrik, pertumbuhan FDI, dan populasi penduduk
akan meningkatkan kerusakan lingkungan. Hal ini mengindikasikan bahwa
peningkatan konsumsi energi listrik, pertumbuhan foreign direct investment, dan
populasi penduduk yang bersamaan akan berpengaruh terhadap kerusakan
lingkungan dan menghambat dalam menciptakan pembangunan berkelanjutan di
Indonesia yang direpresentasikan dengan emisi CO2.
Kata Kunci: Pembangunan Berkelanjutan, Emisi CO2, Konsumsi Energi
Listrik, FDI, Penduduk, Odinary Least Square (OLS)
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Segala Puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala nikmat dan
keberkahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaiakan skripsi yang
berjudul “FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS
EMISI CO2 DALAM MEREPRESENTASIKAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN DI INDONESIA TAHUN 1992-2018” dengan baik . Shalawat
serta salam penulis sampaikan kepada baginda nabi besar Muhammad SAW, yang
telah membimbing umat nya dari zaman jahiliah menuju zaman kebaikan, zaman
yang penuh dengan ilmu pengetahuan, semoga kelak kita semua bisa berkumpul di
Yaumul Qiyamah kelak dan mendapatkan Syafa’at dari beliau.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selesainya Skripsi ini tentu dengan dukungan, bimbingan,
dan bantuan serta doa dari orang-orang di sekeliling penulis selama proses
pengerjaan skripsi ini. Oleh karena itu, izinkanlah penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Orang tua penulis, Ibu HJ. Rokoyah dan Bapak Majuk yang selalu
memberikan doanya yang tiada henti di setiap langkah dan hembusan
nafasnya, dukungan dan motivasi selalu membuat diri penulis semakin
semangat untuk menyelesaikan tugas Akhir ini, sehingga skripsi ini
terselesaikan dengan baik. Serta kakak penulis Maryati, Nurmah, Fitri,
Wiwi, Annisa, Azizah yang selalu memberikan dukungan serta motivasi
juga. Semoga Allah selalu menjaga kita semua dan mencurahkan kasih
sayang-Nya pada kita.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE.,Ak.,M.Si.,CA.,QIA.,BKP.,CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Hartana Iswandi Putra. M.Si dan Bapak Deni Pandu Nugraha
SE. M.Sc selaku Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xi
4. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Dr. Sofyan Rizal, M.Si, terimakasih
atas seluruh kesediaan waktu, tenaga, pikiran dan ilmu yang bermanfaat
yang telah diberikan hingga penulisan skripsi ini selesai. Semoga bapak
beserta keluarga selalu diberikan kesehatan dan keberkahan oleh Allah
SWT.
5. Seluruh Jajaran Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan yang telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama perkuliahan ini, dan
menjadi tempat berdiskusi, yang banyak memberikan pengetahuan baru
dan wawasan lebih luas.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat serta karyawan, maupun staf dari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah melayani dan membantu
penulis selama perkuliahan.
7. Sri Wahyuni yang selalu menemani hari-hari penulis selama tiga tahun
ini, memberikan doa, dukungan dan motivasi tiada henti, serta selalu
membuat diri penulis semakin semangat dalam menyelesaikan tugas
Akhir ini, sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. Semoga kita
senantiasa bersama dalam segala kebaikan. dan diberkahi Allah SWT.
8. Kawan Kawan Seperjuangan di “SuperStar”, Alfin, Bagus, Bang Ali,
Fiqi, Imanta, Lutfi, Retzhi, Bos Huda, Rama, Reza, Dewa Septian,
Rizal, Khasan, dan Tholib. Terima Kasih telah banyak memberi
motivasi, serta penghilang penat dikala sedang suntuk, terima kasih atas
segala kenangan yang kita lalui bersama semenjak semester awal hingga
sekarang. Semoga kita senantiasa berjuang dalam segala kebaikan.
9. Kawan-kawan Sepermainan “Yakaliengga”, Agung, Nisha, Melinda,
dan Rana. Terima kasih telah menemani dan membersamai selama dari
masa SMA.
10. Abang-abang, kakak-kakak dan adik-adik di HMI kafeis, terima kasih
atas segala kebersamaan, kebaikan dan segala perjuangan yang telah
dilalui. Teruslah berjuang untuk kedepannya, YAKUSA!
xii
11. Kakak-kakak tingkat dan kawan-kawan Seperjuangan di Ekonomi
Pembangunan Angkatan 2015 terima kasih atas kebersamaan,
keceriaan, suka duka yang pernah kita lalui bersama. Semoga kita semua
di pertemukan dengan kesuksesan.
Penulis Menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk
pencapaian dan hasil yang lebih baik.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, November 2019
Rizky Nurul Ihsan
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1
B. Batasan Masalah .......................................................................................... 8
C. Rumusan Masalah ....................................................................................... 9
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12
A. Ekonomi Lingkungan ................................................................................ 12
B. Pembangunan Berkelanjutan ..................................................................... 12
C. Degredasi Lingkungan .............................................................................. 17
D. Pollution Haven Hyphotesis ...................................................................... 18
E. Eksternalitas .............................................................................................. 20
F. Energi Listrik ............................................................................................. 21
G. Foreign Direct Investment ......................................................................... 22
H. Penduduk ................................................................................................... 25
xiv
I. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 29
J. Hubungan Antar Variabel ......................................................................... 35
1. Kerusakan Lingkungan dan Konsumsi Energi Listrik ........................... 35
2. Kerusakan Lingkungan dan Pertumbuhan Foreign Direct Investment
(FDI) .............................................................................................................. 35
3. Kerusakan Lingkungan dan Populasi Penduduk .................................... 36
K. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 37
L. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 39
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 39
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................ 39
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 39
D. Metode Analisis Data ................................................................................ 41
E. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................... 42
F. Uji Statistik ................................................................................................ 44
G. Operasional Variabel penelitian ................................................................ 46
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 48
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 48
1. Kerusakan Lingkungan ........................................................................... 48
2. Konsumsi Energi Listrik ........................................................................ 50
3. Pertumbuhan Foreign Direct Investment................................................ 51
4. Populasi Penduduk ................................................................................. 53
B. Temuan Hasil Penelitian ........................................................................... 54
1. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 54
2. Analisis Model ....................................................................................... 57
3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 59
4. Analisis Ekonomi ................................................................................... 62
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 68
A. Kesimpulan ................................................................................................ 68
B. Saran .......................................................................................................... 69
xv
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72
LAMPIRAN ......................................................................................................... 76
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Dominasi Produksi Energi Listrik dari Bahan Bakar Fosil................... 4
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 29
Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Variabel .................................................................. 40
Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian.......................................................... 46
Tabel 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 56
Tabel 4.2 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 56
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................. 57
Tabel 4.4 Hasil Regresi Model Ordinary Least Square (OLS) .......................... 58
Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................................. 59
Tabel 4.6 Hasil Uji F-Statistik ............................................................................ 60
Tabel 4.7 Hasil Uji t-Statistik.............................................................................. 61
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan .......................................... 14
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ........................................................................... 37
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas........................................................................ 55
xviii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Emisi Karbon CO2 dan Konsumsi Energi Listrik di Indonesia ........... 5
Grafik 1.2 Foreign Direct Investment di Indonesia .............................................. 6
Grafik 1.3 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Indonesia ............................... 7
Grafik 4.1 Intensitas Emisi CO2 di Indonesia ..................................................... 49
Grafik 4.2 Bahan Bakar Input Energi di Indonesia ............................................. 50
Grafik 4.3 Konsumsi Energi Listrik di Indonesia ............................................... 51
Grafik 4.4 Pertumbuhan Foreign Direct Investment di Indonesia ...................... 52
Grafik 4.5 Populasi Penduduk di Indonesia ........................................................ 54
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I: Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 76
A. Uji Normalitas ......................................................................................... 76
B. Uji Heterokedastisitas ............................................................................. 77
C. Uji Autokorelasi ...................................................................................... 78
D. Uji Multikolineritas ................................................................................. 79
Lampiran I: Pengujian Model ............................................................................. 80
A. Hasil Olah Data Ordinary Least Square ................................................ 80
Lampiran III: Data Penelitian.............................................................................. 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Salah satu masalah penting yang dihadapi dalam pembangunan ekonomi
adalah bagaimana pembangunan tersebut dapat dijalankan dan dinikmati secara
terus menerus atau berkelanjutan (sustainable). Hal yang dimaksud di sini adalah
kegiatan ekonomi harus dapat berjalan secara bersamaan dengan lingkungan untuk
menciptakan keseimbangan ekologis (Mehrizi et al., 2012). Pembangunan ekonomi
yang tidak memperhatikan kapasitas sumber daya alam dan lingkungan, akan
menyebabkan permasalahan pembangunan di kemudian hari. Dengan demikian,
tolak ukur pembangunan yang berhasil, yang awalnya hanya memberikan tekanan
pada produktivitas ekonomi, kini menjadi semakin kompleks.
Kebutuhan manusia yang semakin meningkat seiring dengan semakin
terbatasnya sumber daya alam mengharuskan pendekatan pemanfaatan sumber
daya alam yang lebih efisien. Namun mesti dicermati, bahwa pembangunan
semestinya memberikan efek kesejahteraan yang tidak hanya di lihat dari sudut
pertumbuhan ekonomi saja, melainkan juga dari sudut lainnya yang juga tidak kalah
penting yaitu kelestarian lingkungan yang akan mempengaruhi taraf kualitas
kehidupan masyarakat (Ariesa, 2016). Namun pada kenyataannya, banyak
pembangunan ekonomi yang dilakukan seringkali hanya untuk mengejar
pendapatan, tanpa memperdulikan permasalahan lingkungan sehingga muncul
kerusakan lingkungan yang diakibatkannya.
Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan tanpa memperhatikan
aspek pelestariannya akan berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan dan
menyebabkan degradasi lingkungan baik untuk generasi sekarang maupun generasi
yang akan datang. Menurut Todaro (2003), degradasi lingkungan dapat
menurunkan laju pembangunan ekonomi dan tingkat produktivitas sumber daya
alam serta munculnya berbagai macam masalah kesehatan dan gangguan
kenyamanan hidup. Salah satu gejala degradasi lingkungan yang dihadapi oleh
negara berkembang seperti Indonesia adalah pencemaran udara. Menurut Haryanto
2
(2008), penyebab pencemaran udara bisa disebabkan oleh dua sumber, yaitu
kegiatan manusia dan sumber alami. Sumber dari kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan pencemaran udara adalah kegiatan dari sektor transportasi, industri,
pembakaran yang meliputi kompor, insinerator, perapian dan rokok, serta
pembangkit listrik yang didominasi penggunaannya menggunakan bahan bakar
fosil seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) dan batu bara. Kemudian sumber alami
yang dapat menyebabkan pencemaran udara adalah kebakaran hutan dan letusan
gunung berapi.
Berbicara mengenai pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar
fosil, tentunya tidak dapat dipisahkan dengan efek atau dampak dari
penggunaannya. Penggunaan semua bahan bakar fosil tentunya akan menghasilkan
karbon, dan ketika bahan bakar fosil tersebut mengalami pembakaran, maka karbon
tersebut akan lepas ke atmosfer sebagai karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida
adalah salah satu jenis emisi gas rumah kaca yang merupakan kontributor terhadap
sesuatu yang dikenal dengan pemanasan global atau lebih tepatnya perubahan iklim
(Tietenberg and Lewis, 2011).
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh para ilmuwan yang tergabung
dalam Intergovernment Panel on Climate Change (IPCC), disimpulkan bahwa
karbon dioksida yang merupakan salah satu kontributor dalam pemanasan global
atau perubahan iklim yang terjadi dapat mendorong pemanasan global yang terlihat
secara nyata pada 150 tahun terakhir yang ditunjukkan melalui hadirnya anomali
kondisi alam, seperti naiknya suhu rata-rata baik di udara maupun di laut, cairnya
salju es di beberapa tempat, dan meningkatnya permukaan air laut secara global.
Kajian ini juga menyatakan bahwa perubahan iklim disebabkan oleh ulah
kelakuan manusia (anthropogenic intervention) yang mengakibatkan pelepasan
Gas Rumah Kaca (GRK) atau greenhouse gas ke udara yang kemudian menumpuk
di lapisan atmosfer. Penumpukan GRK di atmosfer inilah yang nantinya dapat
menyebabkan peningkatan suhu bumi. Jika tidak ada langkah ekstrem yang diambil
untuk mencegah, mengatasi dan menstabilkan tingkat GRK di atmosfer, maka bisa
diperkirakan dalam kurun waktu 50 sampai dengan 100 tahun ke depan, bumi akan
mengalami peningkatan suhu rata-rata sebesar 1.1 hingga 5 derajat celcius.
3
Peningkatan suhu ini, kedepannya tentu akan memberikan dampak yang sangat
besar bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lain di seluruh dunia (Solomon
& IPCC, 2007).
Indonesia sendiri pun bukan tanpa upaya dalam memerangi kondisi
perubahan iklim. Berbagai upaya dilakukan dan salah satu langkah besar Indonesia
dalam menjaga kondisi lingkungan dan melawan perubahan iklim adalah dengan
meluncurkan Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-
GRK) pada tahun 2011 yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 61 Tahun 2011 dan Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim
(RAN-API) yang dirilis pada tahun 2014.
Dibalik langkah tersebut, sejatinya juga Indonesia memiliki misi nasional
bersama dengan pihak internasional yang tertuang dalam Kyoto Protocol untuk
menciptakan greenhouse strategy di bidang energi, termasuk di dalamnya adalah
bidang energi listrik. Persetujuan diplomatik ini berkomitmen untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca, khususnya pada emisi karbon CO2 yang memungkinkan
bertambah buruknya pemanasan global atau perubahan iklim. Emisi karbon yang
di maksud adalah emisi karbon dari hasil pembakaran energi yang bersumber dari
bahan bakar fosil, sehingga dalam hal ini disepakatkan untuk menargetkan negara-
negara industri besar dapat mengurangi penggunaan bahan bakar yang bersumber
dari bahan bakar fosil tersebut.
Di sisi ini Indonesia sudah tepat kerena termasuk ke dalam salah satu negara
yang menandatangani Kyoto Protocol, namun sangat disayangkan nyatanya kondisi
daur hidup kelistrikan Indonesia masih sangat bertentangan dengan misi nasional
dan internasional tersebut. Hal ini bisa dibuktikan dengan masih sangat
didominasinya penggunaan bahan bakar fosil sebagai input energi listrik utama di
indonesia yang bisa dilihat dalam (Tabel 1.1).
4
Tabel 1.1
Dominasi Produksi Energi Listrik dari Bahan Bakar Fosil
Tahun
Produksi Listrik (GWh) Jumlah Total
Produksi
Bauran
Energi BBM Batu Bara Gas Alam
2011 29.713 54.950 30.369 115.032 128.836 88,03
2012 14.570 66.633 36.395 117.598 131.684 88,76
2013 11.307 74.269 41.254 126.830 144.220 87.66
2014 9.491 83.373 44.398 137.262 152.853 88,54
2015 5.783 90.275 46.039 142.097 156.631 89,35
2016 4.673 91.701 51.890 148.264 166.457 87,19
2017 3.612 101.244 46.356 151.212 167.978 87,47
2018 6.057 109.563 47.360 162,980 178.194 88,14
Sumber: Laporan Tahunan PLN 2011-2018 (diolah)
Masih didominasi penggunaan bahan bakar fosil inilah yang tentunya dapat
meningkatkan intensitas emisi CO2. Seperti yang diketahui bahwa proses produksi
energi listrik melalui pembakaran dengan input bahan bakar fosil berimplikasi pada
timbulnya emisi CO2. Sehingga dalam pandangan sederhana, pertambahan
intensitas CO2 tersebut dikarenakan adanya konsumsi energi listrik yang didominasi
oleh bahan bakar fosil.
Peningkatan emisi CO2 dan konsumsi energi listrik ini dibuktikan melalui
data serial tahunan yang dipublikasikan oleh Enerdata, mulai dari tahun 1990
sampai dengan 2018 (Grafik 1.1). Peningkatan ini tentunya akan menyebabkan
terjadinya eksternalitas negatif terhadap kualitas lingkungan. Karena seperti yang
diketahui sebelumnya, energi listrik yang dikonsumsi tersebut didominasi berasal
dari bahan bakar fosil, sehingga akan meningkatkan intensitas emisi CO2 dan
memperburuk kualitas lingkungan.
5
Grafik 1.1
Emisi Karbon CO2 dan Konsumsi Energi Listrik di Indonesia
Sumber: Enerdata, 2019 (diolah)
Meningkatnya produksi listrik ini tidak terlepas dari permintaan atas listrik
yang berkonstribusi baik untuk konsumsi maupun produksi yang pada akhirnya
memberi dampak terhadap lingkungan dengan meningkatnya emisi CO2.
Permintaan listrik ini mencakup sektor rumah tangga, bisnis, industri, pemerintah,
komersial dan sektor perekonomian lainnya. Oleh karena itu, energi listrik
merupakan sesuatu yang sangat fundamental di dalam kehidupan aktivitas manusia,
khususnya dalam suatu perekonomian.
Kinerja suatu perekonomian juga tidak dapat dipisahkan dari proses
globalisasi, di mana keterkaitan perekonomian suatu negara semakin erat sebagai
akibat dari berkurangnya batasan-batasan perdagangan dan tingginya arus modal
lintas perekonomian. Investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment
(FDI) diyakini merupakan salah satu sumber penting pembiayaan bagi suatu negara,
khususnya negara-negara berkembang. Menurut Soekro dan Widodo (2015) FDI
merupakan arus masuk modal jangka panjang dan relatif tidak rentan terhadap
gejolak perekonomian, sehingga hal ini sangat diharapkan untuk dapat membantu
mendorong pertumbuhan investasi yang berkesinambungan (sustainable) di
negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
0
100
200
300
400
500
600
CO2 emissions (in million MtCO2) Electricity Consumption (TWh)
6
Foreign Direct Investment (FDI) akan memberikan dampak pada
pembangunan suatu negara, baik itu infrastruktur ataupun industrinya, sehingga
dapat memberikan dampak positif sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data Bank Dunia tahun 2019 pada Grafik 1.2, foreign direct investment
(net inflows) Indonesia di tahun 2018 mencapai 20,17 miliar USD, meningkat pesat
dibandingkan di tahun 1990 yang hanya 1,09 miliar USD. Hal ini cukup sejalan
dengan perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia, di mana menurut data
Bank Dunia sejak tahun 1990 sampai dengan 2018 cenderung mengalami
peningkatan dan cukup stabil, walaupun sempat bergejolak dan anjlok di tahun
1998 di angka -13% akibat krisis ekonomi yang terjadi.
Grafik 1.2
Foreign Direct Investment di Indonesia
Sumber: World Bank, 2019.
Hal Ini menandakan bahwa aktivitas ekonomi Indonesia terus bergerak
maju. Namun, selain memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan FDI juga dapat memberikan dampak negatif yaitu berupa kerusakan
lingkungan atau peningkatan emisi karbon jika investasi yang masuk tidak diiringi
dengan penggunaan teknologi yang lebih modern atau dengan kata lain teknologi
yang ramah lingkungan. Beberapa studi juga menunjukan bahwa teknologi
memiliki peran yang penting dalam mengurangi emisi CO2 (Neumayer, 2004, dan
Martinez-Zarzoso et al, 2006), dengan teknologi yang lebih ramah lingkungan
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
Foreign Direct investment, Net inflows (Billions USD)
7
diharapkan emisi udara dapat lebih diminimalkan. Hal ini mengingat FDI yang
masuk juga akan berpengaruh terhadap peningkatan alih fungsi lahan, pembabatan
hutan dan intensitas proses produksi atau kegiatan industri yang nantinya akan
mendorong kerusakan lingkungan dengan meningkatnya emisi CO2.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ren et al (2014)
dengan studi kasus negara China, di mana penelitian itu menemukan bukti bahwa
besarnya aliran FDI akan memperburuk emisi CO2. Namun, hasil penelitian ini juga
berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleng Tang and Tan (2015)
di Vietnam, di mana hasilnya FDI meningkatkan kualitas lingkungan dengan
menurunkan emisi CO2. Oleh karena itu, FDI yang masuk ke Indonesia perlu untuk
diteliti hubungan pengaruhnya terhadap intensitas emisi CO2.
Selanjutnya, faktor lain yang memiliki pengaruh dalam terciptanya
pembangunan berkelanjutan adalah semakin bertambahnya populasi penduduk.
Berdasarkan data Bank Dunia (2019), pertumbuhan penduduk di Indonesia dari
tahun ke tahun, tercatat dari tahun 1990 sampai dengan 2018 terus mengalami
penurunan, akan tetapi dibalik penurunan tersebut, tren penduduk jika di lihat dalam
jumlah total (dalam ratusan juta) terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
(Grafik 1.2).
Grafik 1.2
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Indonesia
Sumber:Databank World Bank, 2019 (diolah)
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
Population Growth (%) Total Population (in hundred millions)
8
Penduduk merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan, karena penduduk merupakan salah satu penggerak roda
perekonomian di mana sebagai pelaku ekonomi dan juga konsumen di suatu negara.
Suparmoko (1997) berpendapat bahwa dengan bertambahnya populasi penduduk
akan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa yang harus disediakan
untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Dengan demikian, hal ini akan menuntut
lebih banyak produksi sumber daya alam karena permintaan akan barang dan jasa
terus mengalami peningkatan. Sebagai akibatnya, sumberdaya alam akan semakin
menipis dan pencemaran lingkungan semakin meningkat seiring dengan semakin
pesatnya pertumbuhan penduduk.
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan di atas, secara keseluruhan konsumsi
energi listrik, foreign direct Investment, dan populasi penduduk dapat
mempengaruhi peningkatan intensitas emisi karbon CO2 yang tentunya tidak sesuai
dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development),
meskipun dalam hal ini FDI terdapat dua pandangan yang berbeda. Oleh karena itu,
berdasarkan pemaparan dan juga penelitian yang dilakukan sebelumnya, peneliti
tertarik untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan emisi
CO2 di Indonesia, yaitu konsumsi energi listrik, foreign direct investment dan
populasi penduduk yang kemudian menyebabkan semakin sulitnya menciptakan
pembangunan berkelanjutan di Indonesia karena semakin hilangnya kelestarian
lingkungan yang merupakan salah satu daya dukung dalam menciptakan
pembangunan yang berkelanjutan.
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti memberlakukan pembatasan masalah, hal ini
dilakukan agar penelitian dapat lebih terfokus dan tidak keluar dari pokok
permasalahan penelitian yang ingin dibahas. Penelitian yang terkait dengan
pembahasan ekonomi lingkungan yang merepresentasikan pembangunan
berkelanjutan ini akan dibatasi variabel tingkat emisi CO2 dari pembakaran energi,
total konsumsi energi listrik, pertumbuhan foreign direct investment (net inflows),
9
dan total populasi penduduk. Penelitian ini menggunakan data dari tahun 1992
sampai dengan 2018 sebagai batasan waktu.
Kemudian, dalam merepresentasikan pembangunan berkelanjutan, peneliti
menggunakan indikator tiga pilar yang berdasar pada United States Environmental
Protection Agency (USEPA, 2013), yaitu pilar lingkungan, sosial dan ekonomi. Di
mana selanjutnya peneliti akan lebih memfokuskan pada pilar lingkungan yang
diwakili oleh intensitas peningkatan emisi CO2.
C. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, terlihat bahwasannya peningkatan
intensitas emisi CO2 di Indonesia semakin meningkat di setiap tahunnya.
Peningkatan intensitas emisi CO2 ini akan menyebabkan terjadinya eksternalitas
negatif atau kerusakan terhadap lingkungan baik untuk generasi sekarang ataupun
generasi mendatang. Hal ini tentunya tidak mencerminkan prinsip pembangunan,
yaitu pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan di samping pemenuhan kebutuhan
pembangunan yang intensitasnya semakin meningkat.
Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana faktor
sosial ekonomi seperti konsumsi energi listrik, pertumbuhan foreign direct
investment, dan populasi penduduk mempunyai keterkaitan terhadap intensitas
emisi CO2 yang kemudian menyebabkan semakin sulitnya menciptakan
pembangunan yang berkelanjutan karena semakin hilangnya kelestarian
lingkungan yang ada untuk generasi mendatang. Kemudian, dengan mengetahui
kontribusi setiap jenis variabel, maka dapat diketahui jenis variabel mana yang
memberikan pengaruh yang besar terhadap kerusakan lingkungan di Indonesia.
Sehingga dapat ditentukan arah kebijakan pemerintah dalam menciptakan
pembangunan yang berkelanjutan khususnya dalam mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan yang disebabkan emisi CO2 di Indonesia.
10
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan dalam
pertannyaan penelitian sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh konsumsi energi listrik terhadap intensitas emisi CO2
dalam merepresentasikan pembangunan berkelanjutan?
2. Seberapa besar pengaruh pertumbuhan forein direct investment terhadap
intensitas emisi CO2 dalam merepresentasikan pembangunan berkelanjutan?
3. Seberapa besar pengaruh populasi penduduk terhadap intensitas emisi CO2
dalam merepresentasikan pembangunan berkelanjutan?
4. Seberapa besar pengaruh konsumsi energi listrik, pertumbuhan foreign direct
investment, dan populasi penduduk secara simultan terhadap intensitas emisi
CO2 dalam merepresentasikan pembangunan berkelanjutan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, Maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh konsumsi energi listrik terhadap
intensitas emisi CO2 dalam merepresentasikan pembangunan berkelanjutan.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pertumbuhan foreign direct
investment terhadap intensitas emisi CO2 dalam merepresentasikan
pembangunan berkelanjutan.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh populasi penduduk terhadap
intensitas emisi CO2 dalam merepresentasikan pembangunan berkelanjutan.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh konsumsi energi listrik,
pertumbuhan foreign direct investment, dan populasi penduduk terhadap
intensitas emisi CO2 dalam merepresentasikan pembangunan berkelanjutan.
11
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi
sumbangan terhadap perkembangan teori ekonomi, khususnya pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan, dalam hal ini adalah lingkungan.
2. Manfaat kebijakan, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan yang bermanfaat bagi pemerintah Indonesia dalam upaya mengurangi
intensitas emisi CO2.
3. Manfaat praktis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi peneliti lain di bidang pembangunan ekonomi terkhusus dalam
ekonomi lingkungan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekonomi Lingkungan
Ekonomi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan
manusia dalam memanfaatkan lingkungan yang sedemikian rupa sehingga
fungsi/peranan lingkungan dapat dipertahankan atau bahkan dapat ditingkatkan
dalam penggunaannya dalam jangka panjang. Kemudian, yang dimaksud dengan
lingkungan hidup seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang Pengelolaan
Lingkungan Hidup No. 23/1997 adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhuk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Selanjutnya, fungsi/peranan lingkungan yang utama adalah sebagai sumber
bahan mentah untuk diolah menjadi barang jadi atau untuk langsung dikonsumsi,
atau sebagai assimilator yaitu sebagai pengelola limbah secara alami, dan sebagai
sumber kesenangan (amenity). Seiring berkembangnya waktu dan semakin
meningkatnya pembangunan demi meningkatkan kesejahteraan manusia, ternyata
hal ini berdampak terhadap fungsi atau peranan lingkungan yang telah menurun
dari waktu ke waktu. Jumlah bahan mentah yang dapat disediakan lingkungan alami
telah semakin berkurang dan menjadi langka. Kemampuan alam untuk mengelola
limbah juga semakin berkurang karena banyaknya limbah yang harus ditampung
melebihi daya tampung lingkungan, dan kemampuan alam menyediakan
kesenangan juga semakin berkurang karena banyak sumber daya alam dan
lingkungan yang telah diubah fungsinya atau karena meningkatnya pencemaran
(Suparmoko, 2000).
B. Pembangunan Berkelanjutan
Dewasa ini lingkungan hidup dan pelestarian alam merupakan isu penting
di dalam dunia internasional. Sebagai bagian dari masyarakat internasional,
tentunya Indonesia yang mempunyai sumberdaya alam yang begitu melimpah
13
mempunyai kewajiban moral untuk mengelola sumberdaya alam yang dimilikinya
secara arif dan bijaksana. Selain itu tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam negeri
bahwa kelestarian lingkungan sudah merupakan sebuah keharusan dan sudah
merupakan kebutuhan hidup. Di dalam skala negara, implementasi kewajiban dan
kesadaran akan kelestarian lingkungan dapat diterjemahkan dalam kebijakan
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable). Kebijakan ekonomi hijau dan
ekonomi biru menjadi salah satu contohnya. Pembangunan berkelanjutan berinti
pada pencapaian keseimbangan antara pembangunan sektor ekonomi,
pembangunan sektor sosial, serta perlindungan lingkungan.
1. Definisi Pembangunan Berkelanjutan
International Union for Conservation of Nature and Natural Resources
(IUCN) (1980) dalam world conservation strategy mendefinisikan untuk
menjadi sebuah pembangunan berkelanjutan, pelaksanaan pembangunan harus
mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan, sosial maupun ekonomi yang
berbasis pada sumberdaya kehidupan dan mempertimbangkan keuntungan
ataupun kerugian baik jangka panjang maupun jangka pendek dari sebuah
tindakan alternatif.
Sementara itu, berdasarkan President’s Council on Sustainable
Development in the United States as (USEPA, 2013), pembangunan yang
berkelanjutan merupakan suatu proses perkembangan yang dapat meningkatkan
tingkat perekonomian, menjaga kelestarian lingkungan, dan keadaan sosial
untuk kebermanfaatan generasi sekarang dan juga generasi di masa depan.
Sedangkan, di dalam Undang–undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pembangunan berkelanjutan
diartikan sebagai upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek
lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk
menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
Berpijak dari pengertian-pengertian di atas, paradigma pembangunan yang
bermula memfokuskan pada pertimbangan ekonomi semata, kini bergeser
14
kepada paradigma pembangunan dengan sektor lingkungan dan sosial sebagai
sektor yang tidak bisa ditinggalkan.
2. Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Pada tahun 2002, Konferensi Dunia dalam agenda Pembangunan
Berkelanjutan yang di laksanakan di Johannesburg untuk memperbaharui
komitmen dunia dalam menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.
Konferensi tersebut menyetujui rencana Johannesburg untuk
mengimplementasikan nilai-nilai keberlanjutan dalam pembangunan yang
berkelanjutan. Hal ini menandakan pendekatan dalam tiga pilar pembangunan
berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan mecoba untuk mencapai
kesetaraan dalam pembangunan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan pelestarian
lingkungan dalam suatu sistem pembangunan yang berkaitan erat satu dengan
yang lainnya.
Oleh sebab itu, pembangunan berkelanjutan ini bergantung kepada
pendekatan sistem dasar yang mencoba untuk memahami interaksi yang ada
dari tiga pilar (lingkungan, sosial, dan ekonomi) dalam suatu upaya
mewujudkan konsekuensi yang lebih baik dari perbuatan kita (USEPA, 2013).
Berdasarkan, United States Environmental Protection Agency (USEPA)
memiliki wawasan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan
melalui enam aspek yang ada di dalam setiap pilar pembangunan.
Gambar 2.1
Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Sumber: USEPA (2013) dalam Chang (2015).
Sosial
Ekonomi
Lingkungan
15
a. Pilar Lingkungan
1. Pelayanan ekosistem: Melindungi, keberlanjutan dan memperbaiki
kualitas lingkungan hidup dari habitat dan ekosistem, seperti dampak
dari patahan hidrolik.
2. Teknik dan bahan kimia yang berwawasan lingkungan: Membangun
produk kimia dan proses untuk mengurangi bahaya dari bahan kimia,
guna ulang atau daur ulang bahan kimia, mengurangi dampak dari
bahaya bahan kimia, dan mengatur kadar bahan kimia sewajarnya.
Seperti hubungan dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan.
3. Kualitas udara: Mencapai dan memelihara standar kualitas udara yang
berisiko untuk terkena polusi udara. Seperti strategi untuk mengurangi
dampak dari emisi gas.
4. Kualitas air: Mengurangi dampak untuk kontaminasi negatif terhadap
air minum, termasuk melindungi dari sumber air seperti ikan dan kerang
dan hal lain yang berkaitan dengan reaksi air
5. Tekanan: Mengurangi efek tekanan terhadap masyarakat (misalnya,
polusi, emisi gas rumah kaca, organisme hasil rekayasa genetika) ke
ekosistem (misalnya, nasib nano partikel dimodifikasi dalam media air).
6. Integritas sumber daya: Mengurangi dampak yang merugikan dari
pengurangan emisi gas, meningkatkan penggunaan eneri terbarukan,
memperbaiki sumber daya dengan mengurangi dan membersihkan
kecelakaan yang disengaja maupun tidak.
b. Pilar Ekonomi
1. Pekerjaan: Membuat atau mempertahankan pekerjaan dimasa sekarang
atau dimasa depan.
2. Insentif: Menghasilkan insentif yang bekerja dengan sifat manusia
untuk mendorong praktek-praktek berkelanjutan (misalnya, Program
cadangan konservasi, mendorong praktik penebangan berkelanjutan).
3. Supply and demand: Memajukan harga atau perubahan terhadap
peningkatan ekonomi, kesehatan lingkungan dan kesejahteraan sosial.
16
4. Perhitungan sumber daya alam: Menggabungkan penyusutan modal
alam di indeks akuntansi dan jasa ekosistem dalam analisis biaya-
manfaat (CBA) (misalnya, produk nasional yang berwawasan
lingkungan).
5. Biaya: Dampak positif biaya proses, layanan, dan produk.
6. Harga: Mempromosikan struktur biaya yang menyumbang eksternalitas
produksi.
c. Pilar Sosial
1. Keadilan lingkungan: Melindungi kesehatan masyarakat yang terlalu
dibebani oleh polusi dengan memberdayakan mereka untuk mengambil
tindakan untuk meningkatkan kesehatan dan lingkungan mereka.
2. Kesehatan manusia: Melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan
kesehatan manusia.
3. Partisipasi: Menggunakan proses yang terbuka dan transparan yang
melibatkan pemangku kepentingan terkait
4. Pendidikan: Meningkatkan pendidikan pada keberlanjutan untuk
masyarakat umum, para pemangku kepentingan, dan kelompok-
kelompok yang berpotensi terkena dampak.
5. Keamanan sumber daya: Melindungi, memelihara, dan memulihkan
akses ke sumber daya dasar (misal, makanan, tanah, dan energi, dan
mempelajari dampak dari dispersan / kombinasi minyak di atas saluran
air alami).
6. Masyarakat yang berkelanjutan: Mempromosikan pengembangan,
perencanaan, pembangunan, atau modifikasi dari masyarakat untuk
mempromosikan hidup yang berkelanjutan.
3. Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan berkonsenterasi pada tiga buah pilar yakni
pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Untuk menjamin tercapainya
keharmonisan antara ketiga buah pilar tersebut, maka pelaksanaan
pembangunan haruslah mengacu kapada prinsip-prinsip pembangunan
17
berkelanjutan. Menurut Zulkifli (2013), setidaknya ada empat poin prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:
a. Pemerataan dan keadilan sosial. Prinsip pertama ini mempunyai makna
bahwa proses pembangunan harus tetap menjamin pemerataan sumber daya
alam dan lahan untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
Pembangunan juga harus menjamin kesejahteraan pada semua lapisan
masyarakat.
b. Menghargai keanekaragaman (diversity). Keanekaragaman hayati dan
keanekaragaman budaya perlu dijaga demi menjamin keberlanjutan. Di
mana keanekaragaman hayati berhubungan dengan keberlanjutan
sumberdaya alam, sedangkan keanekaragaman budaya berkaitan dengan
perlakuan merata terhadap setiap orang.
c. Menggunakan pendekatan integratif. Pembangunan berkelanjutan
mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam. Di mana manusia
dan alam merupakan unsur yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan
saling berdampingan.
d. Perspektif jangka panjang. Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan
berorientasi tidak hanya di masa sekarang akan tetapi di masa depan. Hal
ini untuk menjamin generasi mendatang mendapatkan kondisi lingkungan
yang sama atau bahkan lebih baik.
C. Degredasi Lingkungan
Pemanasan global dan perubahan iklim akan berdampak terhadap kualitas
lingkungan dan sistem sosial-ekonomi yang bergantung pada kondisi lingkungan
sekitar (Warner et al, 2010). Dikarenakan terjadinya perubahan iklim, maka akan
muncul dampak-dampak yang kemudian mampu mengubah tatanan sebuah
kehidupan, baik itu secara fisik maupun non fisik. Salah satu dampak dari adanya
perubahan iklim tersebut adalah munculnya degradasi lingkungan. Degradasi
lingkungan adalah kerusakan lingkungan akibat terjadinya penipisan sumber daya
seperti udara, air, dan tanah; kerusakan ekosistem; kerusakan habitat; serta polusi.
Degradasi lingkungan didefinisikan juga sebagai perubahan atau gangguan
terhadap lingkungan yang dianggap bersifat merusak.
18
Menurut Dinda (2004), terdapat beberapa indikator kerusakan lingkungan
yang sering dipergunakan dalam penelitian terdahulu, yaitu:
1. Indikator kualitas udara yang umumnya menggunakan satuan CO2, SO2, CO,
ataupun NOx.
2. Indikator kualitas air, yang menggunakan tiga kategori indikator yaitu a) tingkat
konsentrasi pathogen dalam air, b) tingkat logam berat dan pembuangan zat
kimia beracun di air yang disebabkan oleh manusia, dan c) Tingkat kerusakan
oksigen yang terkandung di dalam air.
3. Indikator lingkungan lainnya seperti tingkat sampah perkotaan, sanitasi
perkotaan, akses terhadap air minum bersih, tingkat penggunaan energy dan
sebagainya(Dinda, 2004).
Salah satu dampak yang paling berbahaya dari adanya degradasi lingkungan
adalah akan timbul terjadinya penipisan sumber air di dunia. Menurut Climate
Institute, diperkirakan hanya sekitar 2.5% dari seluruh air yang ada di dunia yang
tergolong sebagai air tawar, dengan sisanya tergolong sebagai air asin. Di mana
69% dari air tawar merupakan bagian dari es yang berada di Antartika dan
Greenland, sehingga hanya sekitar 30% dari 2.5% air tawar yang tersedia untuk
dikonsumsi. Air tawar sendiri merupakan aspek lingkungan yang sangat penting
bagi kehidupan, karena hampir seluruh makhluk hidup di atas bumi bergantung
terhadap ketersediaan air tawar.
D. Pollution Haven Hyphotesis
Pollution Haven Hyphotesis pertama kali diperkenalkan oleh Copeland dan
Taylor (1994) dalam konteks Perdagangan Utara-Selatan (north-south trade) dalam
studi kasus NAFTA. Penelitian ini juga merupakan penelitian pertama yang
mencoba untuk mencari hubungan antara keketatan regulasi lingkungan serta pola
perdagangan dengan tingkat polusi di suatu negara (Gill, Viswanathan, & Karim,
2018). Copeland dan Taylor (1994) menyebutkan bahwa di bawah liberalisasi
perdagangan, perusahaan atau industri yang menghasilkan output berpolusi akan
berpindah dari negara kaya yang memiliki peraturan dan kebijakan yang ketat di
bidang lingkungan menuju negara-negara berkembang yang cenderung lebih
miskin dan memiliki regulasi yang lemah di bidang lingkungan.
19
Ketika terjadi pelemahan regulasi lingkungan, pada prakteknya komponen
pengelolaan polusi tidak termasuk atau hanya sebagian kecil saja yang
diperhitungkan sebagai komponen biaya (cost). Akibatnya, ini dapat memperkecil
biaya produksi suatu usaha. Ketiadaan pengelolaan sampah industri atau polusi itu
kemudian memberikan dampak luaran yag negatif, yaitu polusi yang tidak ditangani
dengan baik. Disiplin ilmu hukum ekonommi menyebut konsisi ini sebagai
eksternalitas negatif atau kegagalan pasar. Maka, dalam perdagangan terbuka,
negara berkembang akan cenderung menjadi pollution haven untuk industri kotor
dari negara yang lebih maju (Gill dkk., 2018).
Beberapa ahli menyatakan bahwa Pollution Haven ini merupakan penyebab
dari kerusakan lingkungan. Suatu negara akan mulai menjadi lebih bersih dari
barang-barang olahan dan industri-industri polutan dikarenakan industri-industri
yang terbilang kotor di dalam negara tersebut telah ‘diekspor’ kepada negara-
negara berkembang yang belum memiliki regulasi lingkungan yang kuat seperti
negara maju. Sehingga, negara yang telah ‘mengekspor’ industri-industri kotor
tersebut akan mulai mengalami pergeseran struktur menjadi negara yang berbasis
jasa (service economy).
Meskipun demikian, dalam hal ini Dinda (2004) kurang sejalan dengan
hipotesis Pollution Haven. Karena menurutnya, meskipun industri polutan
cenderung berlokasi di negara-negara berkembang, situasi ini juga akan berdampak
dengan meningkatkan tingkat pendapatan dari negara yang ditinggali oleh si
industri polutan tersebut. Hasilnya, negara yang ditinggali industri polutan akan
mulai memprioritaskan regulasi di bidang lingkungan. Sehingga jika skema ini
dilanjutkan, maka kelak tidak akan ada lagi negara yang dapat menjadi ”Pollution
Haven” untuk industri-industri polutan, hal ini dikarenakan seluruh negara akan
berada pada tingkat atau level yang sama.
Lebih lanjut lagi, terdapat pula berbagai argumen yang melawan argumen
hipotesis Pollution Haven ini. Menurut Gill dkk (2018), beberapa argumen tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Negara yang memiliki regulasi yang lemah terhadap lingkungan
biasanya memiliki pondasi hukum dan hukum komersial yang tidak
20
jelas. Namun, investor dari negara-negara berkembang cenderung untuk
memilih negara dengan pondasi hukum yang kuat dan juga kejelasan
hukum dalam berniaga. Hal ini yang mendorong investor untuk lebih
cenderung menghindari negara-negara dengan regulasi yang lemah di
bidang lingkungan tersebut.
b. Beberapa mengatakan bahwa ketika sebuah perusahaan berpindah
menuju negara yang memiliki regulasi lingkungan yang lemah dan tidak
kuat, perusahaan tersebut juga akan mempertimbangkan adanya aspek
penurunan produktifitas pekerja yang kemudian akan membuat
perusahaan mengeluarkan biaya tambahan agar bisa menutupi
produktifitas pekerja yang hilang karena polusi yang ditimbulkan
perusahaan.
c. Lebih lanjut, perusahaan juga akan mempertimbangkan berbagai biaya
yang hilang karena melakukan perpindahan ke negara lain.
E. Eksternalitas
Eksternalitas merupakan dampak dari suatu tindakan yang dilakukan oleh
pihak tertentu terhadap pihak lain baik dampak yang menguntungkan maupun yang
merugikan. Eksternalitas terjadi apabila tindakan seseorang menimbulkan dampak
terhadap orang lain atau sekelompok orang tanpa ada kompensasi apapun sehingga
timbul inefisiensi dalam alokasi faktor produksi. Eksternalitas timbul pada dasarnya
karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti prinsip-prinsip ekonomi yang
berwawasan lingkungan (Daraba, 2001).
Menurut Daraba (2001), menyebutkan bahwa jika ditinjau dari dampaknya,
eksternalitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu eksternalitas positif dan eksternalitas
negatif. Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan pihak lain tanpa
adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan. Sedangkan eksternalitas negatif
adalah dampak dari suatu kegiatan yang merugikan pihak lain tanpa adanya
kompensasi dari pihak yang melaksanakan kegiatan.
21
Di mana dalam penelitian ini yang terjadi adalah eksternalitas negatif yang
hadir karena timbulnya emisi CO2 sebagai akibat dari proses produksi industri, yaitu
pembakaran bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi. Untuk menanggulangi
eksternalitas ini, dari pihak pemerintah dan institusi terkait harus malakukan upaya
internalitas. Di mana dalam hal ini Internalitas diberlakukan agar transaksi dapat
menyeimbangkan setiap biaya dan keuntungan antar seluruh pelaku ekonomi.
Langkah paling umum yang diberlakukan pemerintah adalah dengan menjalankan
kebijakan reformasi pajak lingkungan. Selain itu, internalitas juga dapat
dilaksanakan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) dan
kesepakatan sosial. Setelah eksternalitas berhasil diinternalkan, ekuilibrium
kompetitif akan menjadi Pareto Optimal.
F. Energi Listrik
Menurut Sulasno (2009) Energi merupakan bagian utama dalam kegiatan
makluk hidup, termasuk manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang selalu
memerlukan energi. Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
melakukan kerja, oleh karena itu sifat dan bentuk energi dapat berbeda sesuai
dengan fungsinya, antara lain energi kinetik, potensial, termal, kimia, nuklir, listrik,
dan energi elektromagnetik. Kemudian, konsumsi energi dapat dibedakan atas
beberapa kelompok sektor, yaitu kelompok pembangkit listrik, pemakaian industri,
transportasi, komersial dan rumah tangga. Sumber-sumber energi yang utama
adalah air, angin, batubara, minyak bumi, gas alam, matahari, uranium, biomassa,
dan bio gas. Salah satu bentuk energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia
adalah energi listrik. Sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan manusia, maka
kebutuhan energi listrik juga akan semakin meningkat.
Energi Listrik merupakan suatu sumber energi yang sangat diperlukan bagi
kelangsungan kehidupan di dunia. Dengan adanya energi listrik, pekerjaan atau
hal apapun akan lebih mudah dan praktis dijalankan karena diimbangi
perkembangan laju pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Listrik menjadi salah
satu bentuk energi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk menjalankan
berbagai macam alat-alat elektronik. Selain itu, energi listrik mempunyai peranan
sebagai pendorong perekonomian. Sebab pertama, karena energi listrik merupakan
22
bahan bakar bagi sektor industri, sehingga akan memudahkan perkembangan
industri dan meningkatkan pertumbuhan ekononomi.
Kedua, listrik merupakan sumber penerangan bagi masyarakat dan
memudahkan masyarakat dalam melakukan pekerjaan, sehingga listrik merupakan
faktor penting yang berperan pada produktivitas yang akan mempengaruhi laju
perekonomian. Energi listrik merupakan energi yang sangat mudah digunakan.
Sehingga energi listrik banyak dibutuhkan dalam kebutuhan hidup terutama pada
sektor rumah tangga maupun sektor industri, komersil dan pemerintahan.
G. Foreign Direct Investment
Foreign Direct Investment (FDI) dapat diartikan dengan sejumlah
penanaman modal dalam jangka panjang ke sebuah perusahaan di negara lain.
Foreign direct investment merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi yang
mengglobal. Foreign direct investment dianggap lebih berguna bagi suatu negara
dibandingkan investasi pada ekuitas suatu perusahaan, karena investasi ekuitas
berpotensi terjadinya capital outflow sebab investasi ekuitas ini lebih bersifat
jangka pendek dan sewaktu-waktu dapat ditarik secara tiba-tiba dan akan
menimbulkan kerentanan ekonomi.
Menurut Krugman dalam Sarwedi (2002) yang dimaksud dengan Foreign
Direct Investment (FDI) adalah arus modal internasional di mana perusahaan dari
suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh
karena itu, tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi
pemberlakukan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri. UU Penanaman Modal
Asing (UU No. 1/1967) dikeluarkan untuk menarik investasi asing guna
membangun ekonomi nasional. Di Indonesia dalam hal ini merupakan wewenang
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memberikan persetujuan dan
ijin atas investasi langsung luar negeri.
Foreign direct investment untuk membantu pertumbuhan ekonomi dan
membina sektor-sektor industri yang berdaya saing di tingkat internasional.
Foreign direct investment tidak hanya mencakup transfer kepemilikan dari dalam
negeri menjadi kepemilikan asing saja, melainkan juga mekanisme yang
23
memungkinkan investor asing dapat mempelajari manajemen dan kontrol dari
perusahaan dalam negeri, khususnya dalam corporate governance mechanism.
Investasi asing di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu : Portofolio, Foreign
Direct Investment (FDI) dan credit ekspor. Foreign direct investment dalam
operasional usaha pelaksanaannya melibatkan pihak investor secara langsung,
sehingga dinamika usaha yang menyangkut tujuan perusahaan tidak lepas dari
pihak yang berkepentingan/investor asing (Purnomo dan Ambarsari, 2005).
Portofolio merupakan investasi keuangan yang dilakukan di luar negeri dengan cara
investor membeli utang atau sekuritas dengan harapan mendapat manfaat financial
dari investasi tersebut.
Foreign direct investment terdiri dari inflows dan outflows. Inflows foreign
direct investment adalah investasi dari mancanegara ke dalam negeri, sedangkan
outflows foreign direct investment merupakan investasi ke negara lain. Foreign
direct investment bermula saat sebuah perusahaan dari suatu negara menanamkan
modalnya dalam jangka panjang ke sebuah perusahaan di negara lain. Dengan cara
ini perusahaan yang ada di negara asal (home country) bisa mempengaruhi
perusahaan yang ada di negara tujuan investasi (host country) baik sebagian atau
seluruhnya. Negara penerima (host country) foreign direct investment akan
menerima keuntungan antara lain adanya dalih teknologi dalam bentuk varietas
baru dari capital inputs yang tidak dapat dicapai melalui investasi keuangan
(financial investment) atau perdagangan barang dan jasa. Foreign direct investment
juga dapat mempromosikan kompetisi pada pasar domestik (domestic output
market).
Penerima foreign direct investment memberikan pelatihan bagi karyawan
yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan sumberdaya manusia di host
country. Laba yang dihasilkan oleh foreign direct investment juga memberikan
kontribusi terhadap pajak pendapatan (Razin dan Sakda, 2002). Indonesia dapat
juga menjadi kedua-duanya yaitu sebagai home dan host country. Sebagai host
country atau negara tujuan, investasi di Indonesia terus meningkat dari tahun ke
tahun.
24
Foreign direct investment (FDI) dapat dilakukan dengan membeli
perusahaan di luar negeri yang sudah ada atau menyediakan modal untuk
membangun perusahaan di negara tujuan. Menurut Sarwedi (2002), tiga kondisi
perusahaan ingin melakukan Foreign Direct Investment (FDI) antara lain :
1. Perusahaan harus memiliki keunggulan kepemilikan dibanding perusahaan lain
2. Keputusan Foreign Direct Investment (FDI) tersebut harus lebih
menguntungkan daripada menjual atau menyewakan
3. Keputusan Foreign Direct Investment (FDI) harus lebih menguntungkan
dengan menggunakan keunggulan tersebut dalam kombinasi dengan paling
tidak beberapa input yang beralokasi di luar negeri.
Menurut Feldein (2002) aliran Foreign Direct Investment (FDI) memiliki
beberapa keuntungan, yaitu :
1. Aliran modal tersebut mengurangi resiko dari kepemilikan modal dengan
melakukan deversifikasi melalui investasi;
2. Integrasi global pasar modal dapat memberikan spread terbaik dalam
pembentukan corporate governance, accounting rules, dan legalitas; dan
3. Mobilitas modal secara global membatasi kemampuan pemerintah dalam
menciptakan kebijakan yang salah.
Dengan dibukanya pintu bagi modal asing melalui Undang-Undang
Penanaman Modal Asing (PMA) Nomor 1 Tahun 1967, peningkatkan arus modal
asing meningkat pesat dan dapat meningkatkan pembangunan dalam negeri.
Peraturan UU tersebut sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang tentang
Penanaman Modal No 25 Tahun 2007. Adapun dengan adanya UU PM No.25/2007
ini harus diakui merupakan sebuah kemajuan besar dalam upaya selama ini
menyederhanakan proses perizinan penanaman modal untuk meningkatkan
investasi di dalam negeri. Foreign direct investment mempunyai pengaruh positif
terhadap upah tenaga kerja pada industri-industri penerima (receipt industry).
Foreign direct investment dapat berbentuk penyertaan modal secara langsung,
teknologi dan keterampilan manajerial atau secara tidak langsung melalui efek
spillover (penyebaran) pengetahuan pada perusahaan lokal.
25
Menurut David K Eitman ( 1994) menyatakan bahwa motif yang mendasari
kegiatan penanaman modal asing adalah motif strategis, motif perilaku dan juga
motif ekonomi. Beberapa hal yang termasuk ke dalam motif strategis adalah usaha
mencari pasar, mencari pengetahuan dan mencari keamanan politik. Beberapa hal
yang termasuk ke dalam motif perilaku adalah rangsangan bagi lingkungan
eksternal yang berdasarkan pada kebutuhan dan komitmen individu, sedangkan
yang termasuk ke dalam motif ekonomi adalah usaha mencari keuntungan dengan
cara memaksimalkan keuntungan jangka panjang dan harga saham perusahaan.
Motif-motif lain untuk menggunakan foreign direct investment biasanya terkait
dengan efisiensi biaya, seperti halnya menggunakan faktor-faktor produksi asing,
bahan baku ataupun teknologi. Selain terlibat dalam perusahaan multinasional,
foreign direct investment dipakai untuk melindungi market share luar negeri, untuk
bereaksi terhadap pergerakan nilai tukar, ataupun untuk menghindari hambatan
dalam perdagangan.
H. Penduduk
Penduduk adalah orang yang dalam matranya sebagai pribadi, anggota
keluarga, anggota masyarakat, warga negara dan himpunan kuantitas yang
bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah tertentu (Mantra, 2009).
Beberapa teori-teori tentang kependudukan mutakhir yang merupakan
reformulasi teori kependudukan yang ada :
1. Teori Maltusian
Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, seorang pendeta Inggris,
hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Pada permulaan tahun 1798 lewat
karangannya yang berjudul: “ Essai on Principle of Populations as it Affect the
Future Improvement of Society, with Remarks on the Speculation of Mr.
Godwin, M. Condorcet, and Other Writers”, menyatakan bahwa penduduk
(seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan,
akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa
bagian dari permukaan bumi ini. Tingginya pertumbuhan penduduk ini
26
disebabkan karena hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak bisa
dihentikan.
Disamping itu Malthus berpendapat bahwa manusia untuk hidup
memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh
lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Apabila tidak
diadakan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan
mengalami kekurangan bahan makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan
kemiskinan manusia. Menurut Malthus pembatasan tersebut dapat dilaksanakan
dengan preventive checks dan positive checks. Preventive checks ialah
pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran. Preventive checks dapat
dibagi menjadi dua, yaitu: moral restraint dan vice. Moral restraint
(pengekangan diri) yaitu segala usaha untuk mengekang nafsu seksual, dan vice
pengurangan kelahiran seperti: pengguguran kandungan, penggunaan alat-alat
kontrasepsi, homoseksual, promiscuity, adultery. Sedangkan Positive checks
adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian (Mantra, 2009).
2. Teori Neo-Malthusians
Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, teori Maltus mulai
diperdebatkan oleh kelompok Neo-Malthusians mereka tidak sependapat
dengan Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan moral
restraint saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus mereka menganjurkan
menggunakan cara preventive cheks. Menurut kelompok ini yang dipelopori
oleh Garrett Hardin dan Paul Ehrlich pada abad ke-20 (pada tahun 1950), dunia
baru yang pada jaman Maltus masih kosong kini sudah mulai dengan manusia.
Paul Ehrlich dalam bukunya “The Population Bomb” pada tahun 1971
menggambarkan penduduk dan lingkungan yang ada pada saat ini. Dunia ini
sudah terlalu banyak manusia, Keadaan bahan makanan sangat terbatas dan
Lingkungan sudah banyak yang rusak dan tercemar.
27
3. Teori Marxist
Menurut Marxist tekanan penduduk yang terdapat disuatu negara bukan
tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan penduduk karena
kesempatan kerja. Kemiskinan terjadi bukan disebabkan karena pertumbuhan
penduduk yang terlalu cepat, melainkan karena kesalahan masyarakat itu
sendiri seperti yang terdapat pada negara-negara kapitalis.
Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara
kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi
jumlah penduduk. Secara terus menerus penduduk disuatu wilayah dipengaruhi
oleh besarnya kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), in-migration (migrasi
masuk) dan out-migration (migrasi keluar). Besar kecilnya laju pertambahan
penduduk disuatu wilayah sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya komponen
pertumbuhan penduduk.
1. Ciri Penduduk (The Three General Population)
Berdasarkan pada komposisi umur dan jenis kelamin, maka karateristik
penduduk dari suatu negara dapat dibedakan atas 3 ciri, yaitu:
1. Expansive
Expansive merupakan sebagian besar penduduk yang berada dalam
kelompok umur termuda. Contoh Indonesia.
2. Constrictive
Constrictive merupakan sebagian kecil penduduk yang berada dalam
kelompok umur termuda. Contoh Amerika Serikat.
3. Stationary
Stationary merupakan banyaknya penduduk dalam setiap kelompok umur
hampir sama banyaknya dan mengecil pada usia tua kecuali pada kelompok
umur tertentu. Contoh Negara Swedia (Prayoga, 2007).
28
2. Faktor yang Mempengaruhi PertumbuhanPenduduk
1. Kelahiran (fertilitas)
Fertilitas sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi
dari rahim seorang perempuan dengan ditandai adanya tanda-tanda kehidupan,
misalnya bernafas, berteriak, menangis dan jantung berdenyut atau kemampuan
seorang wanita untuk melahirkan dicerminkan dalam jumlah bayi yang
dilahirkannya (Mantra, 2009 dan Prayoga, 2007).
2. Kematian (Mortalitas)
Kematian merupakan pristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran itu hidup.
3. Perpindahan penduduk (migrasi)
Migrasi merupakan perpindahan penduduk yang relatif permanen dari suatu
daerah ke daerah lainnya. Orang yang melakukan migrasi ini disebut dengan
migran.
29
I. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Penulis dan Tahun Judul Variabel dan Alat Analisis Hasil Penelitian
1. Ersalina Tang (2017) Pengaruh Penanaman Modal
Asing, Pendapatan Domestik
Bruto, Konsumsi Energi,
Konsumsi Listrik, dan
Konsumsi Daging terhadap
Kualitas Lingkungan pada 41
Negara di Dunia dan 17 Negara
di Asia Periode 1999-2003.
Variabel: Kualitas Lingkungan
Penanaman Modal Asing,
Pendapatan Domestik Bruto,
Konsumsi Energi, Konsumsi
Listrik, dan Konsumsi Daging.
Alat Analisis: Ordinary Least
Square (OLS).
Hasil penelitian pada 41 negara di
dunia menunjukkan bahwa
penanaman modal asing, produk
domestik bruto, konsumsi energi, dan
konsumsi daging berpengaruh
signifikan terhadap kualitas
lingkungan yang diukur dengan emisi
CO2. Sedangkan hasil penelitian
terhadap 17 negara di Asia
menunjukkan bahwa penanaman
modal asing, konsumsi energi, dan
konsumsi listrik berpengaruh
terhadap kualitas lingkungan. Namun
produk domestik bruto dan konsumsi
30
daging tidak berpengaruh terhadap
kualitas lingkungan.
2. Murniati (2018) Pengujian Hipotesis
Environmental Kuznets Curve
(EKC) di Asia Timur dan Asia
Tenggara.
Variabel: Emisi CO2,
Pertumbuhan Ekonomi,
Foreign Direct Investment, dan
Keterbukaan Ekonomi.
Alat Analisis: Generalized
Least Square (GLS), dan
Ordinary Least Square (OLS).
Hipotesis Environmental Kuznets
Curve (EKC) terbukti berlaku baik
pada negara high income di Asia
Timur maupun negara lower middle
income di Asia Tenggara, meskipun
belum mencapai titik balik.
Sedangkan untuk Foreign Direct
Investment (FDI) dan Keterbukaan
Ekonomi (OPEN) berpengaruh
signifikan terhadap emisi CO2 baik
di Asia Timur maupun di Asia
Tenggara. Hasil estimasi untuk
semua variabel adalah positif, kecuali
untuk Keterbukaan Ekonomi (OPEN)
di Asia Timur yang menunjukkan
tanda negatif.
31
3. Mira Tri Wulandari,
Hermawan dan
Purwanto (2013)
Kajian Emisi CO2 Berdasarkan
Penggunaan Energi Rumah
Tangga Sebagai Penyebab
Pemanasan Global.
Variabel: Data Primer,
mengenai penggunaan energi
dalam rumah tangga meliputi
LPG/Minyak tanah, BBM
untuk kendaraan bermotor dan
Listrik.
Alat Analisis: Kuesioner,
dengan analisis deskriptif
kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa peningkatan perumahan atau
pemukiman berpengaruh dalam
penggunaan energi rumah tangga.
Kemudian, Perumahan kelas atas
atau dengan kata lain tingkat
ekonomi yang lebih tinggi,
menggunakan energi rumah tangga
yang lebih besar sehingga
menghasilkan emisi CO2 yang lebih
besar.
4. M. Syaikhuddin Zuhri
(2014)
Pengaruh Faktor-Faktor
Demografi terhadap Emisi
Udara di Indonesia.
Variabel: Emisi CO2,
Kepadatan Penduduk, Tingkat
Pendidikan, dan Tingkat
Urbanisasi.
Alat Analisis: Ordinary Least
Square (OLS).
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kepadatan penduduk dan
tingkat urbanisasi mempengaruhi
emisi udara secara positif dan
signfikan, sedangkan tingkat
pendidikan tidak secara signifikan
mempengaruhi emisi udara di
Indonesia. secara simultan kepadatan
32
penduduk, tingkat urbanisasi, dan
tingkat pendidikan mempengaruhi
emisi udara di Indonesia.
5. Phu Nguyen Van
(2002)
Endogenous Population and
Environmental Quality.
Variabel: Environmental
Quality, Deforestasion, GDP
per Capita and Population.
Alat Analisi: Ordinary Least
Square (OLS).
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi tidak
berpengaruh terhadap kualitas
lingkungan, sedangkan tekanan
penduduk memiliki pengaruh negatif
terhadap kualitas lingkungan.
6. Inmaculada Martinez-
Zarzoso, Aurelia
Bengochea-Morancho,
and Rafael Morales-
Lage (2006)
The Impact of Population on
CO2 Emissions: Evidence from
European Countries.
Variabel: CO2 Emissions,
Population Growth.
Alat Analisis: Pooled Mean
Group.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa adanya dampak yang berbeda-
beda dari perubahan penduduk
terhadap emisi CO2 di negara-negara
anggota Uni Eropa. Di mana dampak
tersebut ada yang positif maupun
negatif mempengaruhi emisi CO2.
33
7. Hooi Hooi Lean,
Russell Smyth (2009)
CO2 Emissions, Electricity
Consumption and Output in
ASEAN.
Variabel: CO2 Emissions,
Electricity Consumption, GDP.
Alat Analisis: Dynamic
Ordinary Least Square (DOLS)
long-run estimates.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa satu persen kenaikan pada
konsumsi listrik per kapita dapat
mempengaruhi meningkatnya emisi
karbon CO2 per kapita, dan elastisitas
emisi karbon CO2 per kapita yang
berhubungan dengan PDB rill per
kapita dalam jangka panjang.
8. Ren et al (2014) International Trade, FDI
(Foreign Direct Investment)
and Embodied CO2 Emissions:
A Case Study of Chinas
Industrial Sectors.
Variabel: CO2 Emissions,
Export Import, Foreign Direct
investment, dan GDP.
Alat Analisis: Input-Output
(IO), Two-Step GMM.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan perdagangan
internasional yang surplus akan
berdampak pada peningkatan emisi
CO2, dan aliran FDI juga ikut
memperburuk emisi CO2.
9. Tang and Tan (2015) The Impact of Energy
Consumption, Income and
Foreign Direct Investment on
Carbon Dioxide Emissions in
Vietnam.
Variabel: CO2 Emissions,
Energy Consumption, FDI, and
Economic Growth.
Hasil Penelitian ini menunjukkan
bahwa konsumsi energi dan
pendapatan secara positif
mempengaruhi emisi CO2,
sedangkan FDI ditemukan secara
34
Alat Analisis: Vector Error
Correction Model (VECM)
negatif mempengaruhi emisi CO2
yang berarti masuknya FDI dapat
meningkatkan standar lingkungan
yang lebih tinggi
10. Chuanguo Zang and
Xiangxue Zhou (2016)
Does Foreign Direct
Investment Lead to Lower CO2
Emissions? Evidence from A
Regional Analysis in China
Variabel: CO2 Emissions,
Population, GDP per Capita,
Technology Level, Industrial
Structure, FDI, Urbanization.
Alat Analisis: STIRPAT model
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa FDI berkontribusi terhadap
pengurangan emisi CO2 di Cina.
35
J. Hubungan Antar Variabel
1. Kerusakan Lingkungan dan Konsumsi Energi Listrik
Hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan kerusakan lingkungan
yang dilihat dari pencemaran lingkungan bersifat sejalan atau dikatakan positif.
Dengan catatan bahwa, jenis energi yang digunakan masih didominasi oleh
jenis energi dari bahan bakar fosil yang berdampak buruk terhadap lingkungan
atau jenis energi yang tidak termasuk ke dalam Energi Baru Terbarukan (EBT).
Hal ini dikarenakan tingkat penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan
akan meningkatkan kerusakan lingkungan dengan cara meningkatkan
akumulasi intensitas emisi yang dapat merusak lingkungan dan dapat
mengurangi daya dukung lingkungan dalam menciptakan pembangunan yang
berkelanjutan. Konsumsi energi listrik dapat dianggap sebagai salah satu faktor
utama dalam kontribusinya terhadap emisi CO2. Namun, konsumsi energi listrik
dapat dianggap juga sebagai upaya yang turut mendorong tingkat kesejahteraan
masyarakat serta meningkatkan kinerja perekonomian suatu Negara.
2. Kerusakan Lingkungan dan Pertumbuhan Foreign Direct Investment (FDI)
Foreign Direct Investment (FDI) merupakan salah satu penggerak
perekonomian suatu negara, serta memberikan dampak positif dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pada dasarnya,
hubungan antara tingkat pertumbuhan FDI dengan kerusakan lingkungan yang
dilihat dari pencemaran lingkungan bersifat sejalan atau dikatakan positif.
Dengan catatan bahwa, masuknya FDI dengan regulasi yang lemah ke sektor-
sektor produksi kemudian diikuti dengan penggunaan teknologi yang tidak
ramah lingkungan, sehinga berdampak buruk terhadap lingkungan. Dengan kata
lain tidak menggunakan teknologi yang modern dan ramah lingkungan dalam
proses kegiatan produksi barang dan jasa. Hal ini dikarenakan tingkat
penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan akan meningkatkan
kerusakan lingkungan dengan cara meningkatkan akumulasi intensitas emisi
CO2 yang dapat merusak lingkungan dan dapat mengurangi daya dukung
lingkungan dalam menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Beberapa
studi juga menunjukan bahwa teknologi memiliki peran yang penting dalam
36
mengurangi emisi CO2 (Neumayer, 2004, dan Martinez-Zarzoso et al, 2006),
dengan teknologi yang lebih ramah lingkungan diharapkan emisi udara dapat
lebih diminimalkan, sehingga meningkatkan daya dukung lingkungan dalam
menciptakan pembangunan berkelanjutan.
3. Kerusakan Lingkungan dan Populasi Penduduk
Todaro (2003) menyatakan bahwa degradasi lingkungan hidup yang
semakin parah di berbagai tempat yang diakibatkan oleh tekanan lonjakan
pertumbuhan penduduk terhadap lahan yang ada, telah menyusutkan tingkat
produktivitas lahan pertanian produksi pangan perkapita. Cepatnya laju
pertumbuhan penduduk dan perkembangan kegiatan ekonomi di negara-negara
berkembang, seperti Indonesia cenderung mengakibatkan kerusakan
lingkungan hidup yang sangat luas dan semakin luas. Tidak dipungkiri juga
bahwa daya dukung sumber daya yang ada di bumi ini serba terbatas
persediaannya. Jika jumlahnya melebihi sumber daya alam yang ada, maka
kebutuhan dari sebagian manusia tidak akan terpenuhi karena sumber daya yang
ada tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup penduduk yang begitu besar.
laju pertumbuhan penduduk mempunyai pengaruh terhadap pencemaran
lingkungan. Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk nantinya akan
meningkatkan kepadatan penduduk yang kemudian dapat meningkatkan
permintaan terhadap barang dan jasa (Suparmoko, 1997). Meningkatnya
permintaan ini secara otomatis akan meningkatkan jumlah barang dan jasa yang
diproduksi. Namun, untuk memenuhi meningkatnya permintaan barang dan
jasa tentu diperlukan sumber daya yang lebih banyak untuk menghasilkan
barang dan jasa. Penggunaan sumber daya yang lebih banyak ini akan
menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan berupa kerusakan lingkungan
karena eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam, serta
pencemaran lingkungan sebagai akibat dari pembuangan limbah yang tidak
tepat dan bijaksana dari proses produksi. Sehingga hal ini dapat mengurangi
daya dukung lingkungan dalan menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.
37
K. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penjelasan teori dan juga hasil penelitian sebelumnya,
kerangka pemikiran penulis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Pembangunan Berkelanjutan
Kerusakan Lingkungan
Emisi CO2 (Y)
Konsumsi Energi
Listrik (X1)
Pertumbuhan FDI
(X2)
Populasi Penduduk
(X3)
Alat Analisis:
Ordinary Least Square (OLS)
Uji Asumsi Klasik:
Normalitas
Autokorelasi
Heteroskedastisitas
Multikolinearitas
Kesimpulan dan Saran
Uji Hipotesis:
Uji t
Uji F
Uji R2
38
L. Hipotesis Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, terdapat hipotesis atau dugaan sementara
terkait hasil akhir penelitian yang akan menjadi acuan dalam menganalisis hasil
regresi akhir penelitian. Berdasarkan kerangka pemikiran, acuan teoritis dan studi
empiris dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. H0: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari konsumsi energi listrik
secara parsial terhadap intensitas emisi CO2 dalam merepresentasikan
pembangunan berkelanjutan di Indonesia tahun 1992-2018.
H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan dari konsumsi energi listrik
secara parsial terhadap intensitas emisi CO2 dalam merepresentasikan
pembangunan berkelanjutan di Indonesia tahun 1992-2018.
2. H0: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari pertumbuhan foreign
direct investment secara parsial terhadap intensitas emisi CO2 dalam
merepresentasikan pembangunan berkelanjutan di Indonesia tahun 1992-2018
H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan dari pertumbuhan foreign direct
investment secara parsial terhadap intensitas emisi CO2 dalam
merepresentasikan pembangunan berkelanjutan di Indonesia tahun 1992-2018.
3. H0: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari populasi penduduk
secara parsial terhadap intensitas emisi CO2 dalam merepresentasikan
pembangunan berkelanjutan di Indonesia tahun 1992-2018.
H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan dari populasi penduduk secara
parsial terhadap intensitas emisi CO2 dalam merepresentasikan pembangunan
berkelanjutan di Indonesia tahun 1992-2018.
4. H0: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari konsumsi energi listrik,
pertumbuhan foreign direct investment, dan populasi penduduk secara simultan
terhadap intensitas emisi CO2 dalam merepresentasikan pembangunan
berkelanjutan di Indonesia tahun 1992-2018.
H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan dari konsumsi energi listrik, rasio
pertumbuhan foreign direct investment, dan populasi penduduk secara simultan
terhadap intensitas emisi CO2 dalam merepresentasikan pembangunan
berkelanjutan di Indonesia tahun 1992-2018.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel tidak bebas (dependent
variable) dan tiga variabel bebas (independent variable) yaitu:
a. Variabel tidak bebas yang digunakan yaitu intensitas emisi CO2.
b. Variabel bebas yang digunakan yaitu konsumsi energi listrik, pertumbuhan
foreign direct investment, dan populasi penduduk.
Penelitian ini menggunakan model data time series periode tahun 1992 –
2018.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah Negara Indonesia. Menurut (Ayu, 2015)
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh sebuah
populasi. Sebuah sampel yang ditentukan tidak selalu memenuhi persyaratan dalam
variabel penelitian sehingga diperlukan pula besaran peluang representatifnya
sebuah kelompok sampel dalam sebuah populasi penelitian. Indonesia dijadikan
sampel oleh penulis karena terdapat focus objek yang akan diteliti serta sampel
yang dipilih telah melewati pertimbangan dalam hal pengambilan data yang
berdasarkan dengan maksud dan tujuan tertentu.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal yang harus dilakukan dalam penyusunan
penelitian ini untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian ini.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari
lembaga-lembaga resmi terkait diantaranya World Bank, Enerdata, serta
Perusahaan Listrik Negara, serta studi kepustakaan baik itu jurnal-jurnal, artikel
ataupun skripsi yang terkait. Serta nantinya bisa dilakukan wawancara guna
melengkapi informasi agar lebih baik dan komprehensif.
40
1. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh tidak melalui tangan
pertama, melainkan melalui tangan kedua, ketiga dan seterusnya. Dengan kata
lain, sumber data penelitian yang diperoleh dengan secara tidak langsung. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan periode
waktu dari tahun 1992-2018, yang dapat diperoleh dari sumber berikut:
Tabel 3.1
Jenis dan Sumber Variabel
No Jenis variabel Sumber
1 Emisi CO2 (MtCO2) Enerdata, 2019
2 Konsumsi energi listrik (TWh Enerdata, 2019
3 Pertumbuhan Foreign Direct
Investment (Net Inflows)
World Bank, 2019
4 Populasi penduduk (Total) World Bank, 2019
2. Library Research
Library research dilakukan dengan cara mencari informasi atau data
melalui berbagai literature, jurnal dan lain-lain yang dipublikasikan yang
berhubungan erat dengan obyek penelitian ini. Penulis juga melakukan
penelitian ini dengan cara membaca, memahami, menganalisa dan mengutip
dari berbagai literature yang berkaitan dengan penelitian ini.
3. Internet Research
Internet research adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mencari data melalui internet. Penelitian ini menggunakan internet sehingga
mudah untuk mencari data yang di cari oleh peneliti. Pengumpulan data ini juga
dilakukan untuk mencari referensi dan bahan bacaan seperti artikel atau jurnal
yang diperlukan untuk penelitian.
41
D. Metode Analisis Data
1. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan data yang telah diperoleh maka pendekatan yang sesuai
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang
menekankan pada angka-angka dalam penelitiannya. Dari data angka yang telah
diperoleh maka diharapkan dapat memberikan kesimpulan atau hasil yang tepat.
2. Analisis Regresi Berganda
Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah regresi linier
berganda. Analisis regresi merupakan studi dalam menjelaskan dan
mengevaluasi hubungan antara suatu peubah bebas (independent variable)
dengan satu peubah tak bebas (dependent variable) dengan tujuan untuk
mengestimasi atau meramalkan nilai peubah tak bebas didasarkan pada nilai
peubah bebas yang diketahui (Gujarati, 2003).
Ordinary Least Square (OLS) merupakan salah satu metode yang sering
digunakan karena kemudahannya dalam mengolah data. Gujarati (2003)
menyatakan bahwa ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam model ini
diantaranya adalah:
1. Semua penaksir tak bias linier atau penaksir OLS mempunyai varians
minimum.
2. Varians tiap unsur disturbance ei tergantung (conditional) pada nilai yang
dipilih dari variabel yang menjelaskan adalah suatu angka konstan yang
sama dengan σ2 yang merupakan asumsi homoskedastisitas yaitu varians
yang sama.
3. Tidak ada autokorelasi artinya tidak ada korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deret waktu)
atau seperti dalam data cross sectional.
4. Variabel yang menjelaskan adalah non stokastik yaitu terdiri dari angka
angka yang tetap (fixed) dan ei didistribusikan secara normal.
5. Tidak ada multikolinearitas antara variabel yang menjelaskan X.
42
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga variabel independen (X)
dan juga satu variabel dependen (Y). Pada Penelitian ini dikaji analisis regresi
linier berganda atau sering disebut dengan regresi klasik (Gurajati, 2003).
Metode analisis data yang digunakan adalah regresi model linier dengan model
sebagai berikut:
Y1 = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Dimana:
Y1 : intensitas emisi CO2 di Indonesia
X1 : Jumlah Konsumsi Energi Listrik di Indonesia
X2 : Pertumbuhan Foreign Direct Investment net inflows di
Indonesia
X3 : Jumlah Populasi Penduduk di Indonesia
Β : Konstanta/intersept
β1, β2, β3 : Koefisien regresi pada masing masing variabel bebas
e : error term
E. Uji Asumsi Klasik
Suatu model dikatakan baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila
sudah lolos dari serangkaian uji asumsi dasar yang melandasinya. Pengujian dalam
penelitian ini adalah menggunakan uji asumsi klasik, yang terdiri dari:
1. Uji Normalitas
Kenormalan sisaan diperlukan agar dihasilkan nilai estimasi parameter yang
tidak bias, efisien dan konsisten. Selain itu, pengujian parameter dalam analisis
regresi menggunakan nilai kritis distribusi t dan f yang keduanya berasal dari
distribusi normal. Pengujian asumsi kenormalan secara formal dapat dilakukan
dengan uji Kolmogorov-Smirnov yang merupakan suatu uji mengenai tingkat
kesesuaian antara distribusi serangkaian nilai sisaan dengan distribusi normal.
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0: distribusi sisaan mengikuti distribusi normal
H1: distribusi sisaan tidak mengikuti distribusi normal
43
2. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah kondisi di mana jika variabel random memiliki
variansi yang berbeda. Sifat heteroskedastisitas dalam OLS adalah
mengkibatkan koefisien tidak lagi mempunyai variansi minimum dan terbaik
meskipun koefisien masih bias dan linear. Dampak heteroskedastisitas terhadap
OLS (Nachrowi dan Usman, 2002) adalah:
a. Akibat tidak konstannya variansi, maka salah satu dampaknya adalah lebih
besarnya variansi dari taksiran.
b. Lebih besarnya variansi taksiran akan berpengaruh terhadap uji hipotesis
yang dilakukan (uji t dan f) karena uji tersebut menggunakan besaran
variansi taksiran. Akibatnya kedua uji tersebut menjadi kurang akurat.
Untuk mendeteksi keberadaan heteroskedastisitas, langkah yang harus
dilakukan adalah dengan melakukan uji while heteroscedasticity test di
mana H0 adalah heteroscedasticity, dan jika probabilitas dari R-squared
statistic lebih kecil daripada (α = 0,05), maka kita tolak H0 yang berarti
bahwa ada masalah heteroscedasticity. Sedangkan cara untuk mengatasinya
adalah dengan men-treatment model tersebut dengan menggunakan estimasi
pembobotan (weighted)
3. Autokolerasi
Uji autokorelasi merupakan terjadinya korelasi antara satu variabel error
dengan variabel eror yang lain. Autokorelasi seringkali terjadi pada data time
series dan dapat juga terjadi pada data cross section tetapi jarang (Widarjono,
2007). Jadi Autokorelasi adalah adanya korelasi antara variabel itu sendiri, pada
pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Dampak dari adanya
autokorelasi dalam model regresi adalah sama dengan dampak
heterokedastisitas yang telah diuraian diatas, yaitu walaupun estimator OLS
masih linier dan tidak bias, tetapi tidak lagi mempunyai variansi yang minimum
dan menyebabkan perhitungan standard error metode OLS tidak bias dipercaya
kebenarannya. Akibat dari dampak adanya autokorelasi dalam model regresi
menyebabkan estimator OLS tidak menghasilkan estimator yang BLUE dan
hanya menghasilkan estimator OLS yang LUE (Widarjono, 2007).
44
4. Multikolinearitas
Multikolinier adalah terjadinya hubungan linier antara variabel bebas dalam
suatu model regresi linier berganda. Hubungan linier antara variabel bebas
dapat terjadi dalam bentuk hubungan linier yang sempurna (perfect) dan
hubungan linier yang kurang sempurna (imperfect). Adapun dampak adanya
multikolineritas dalam model regresi linier berganda adalah (Gurajati, 2003 dan
Widarjono, 2007):
1. Penaksir OLS masih bersifat BLUE, tetapi mempunyai variansi dan
kovariansi yang besar sehingga sulit mendapatkan taksiran (estimasi)
yang tepat.
2. Akibat penaksir OLS mempunyai variansi dan kovariansi yang besar,
menyebabkan interval estimasi akan cenderung lebih lebar dan nilai
hitung statistic uji t akan kecil, sehingga membuat variabel bebas secara
statistic tidak signifikan mempengaruhi variabel tidak bebas.
3. Walaupun secara individu variabel bebas tidak berpengaruh terhadap
variabel tidak bebas melalui uji t, tetapi nilai koefisien determinasi (R2)
masih bias relatif tinggi.
Multikolinearitas merupakan suatu kondisi di mana terdapat hubungan
linier antar variabel independen di dalam model regresi. Penelitian ini
menggunakan uji Variance Inflation Factor (VIF) untuk menguji ada atau
tidaknya permasalahan multikolinearitas. Jika nilai hasil pengujian di bawah 10,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat permasalahan multikolinearitas.
Namun sebaliknya, jika nilai di atas 10 maka dapat diartikan bahwa terdapat
permasalahan multikolinearitas
F. Uji Statistik
1. Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial (uji t) digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial
variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui hal
tersebut digunakan uji t hitung atau t statistik dengan t tabel dengan cara
dibandingkan.
45
a. Jika t statistik < t tabel, maka tolak H1 dan terima H0, yang
artinya tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
b. Jika t statistik > t tabel, maka terima H1 dan tolak H0, yang
artinya terdapat pengaruh secara parsial antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
Pengujian ini dilakukan pada taraf signifikansi tertentu yaitu 5%,
yang artinya tingkat kesalahan satu variabel ada 5% atau 0,05 dan tingkat
keyakinan adalah 95% atau 0,95.
2. Uji Simultan (Uji F)
Uji simultan atau uji F adalah uji yang dilakukan untuk melihat
kemampuan menyeluruh variabel independen (X1, X2, X3…) berpengaruh
terhadap variabel dependen (Y). Maka dalam pengujian ini dilakukan
hipotesis sebagai berikut:
a. Jika F - hitung < F tabel atau nilai probabilitas > 0,05, maka tolak
H1 dan terima H0, yang artinya tidak terdapat pengaruh secara
bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel
dependen.
b. Jika F - hitung > F tabel atau probabilitas < 0,05, maka terima
H1 dan tolak H0, yang artinya terdapat pengaruh secara bersama-
sama antara variabel independen terhadap variabel dependen
3. Koefisien Determinasi (Uji R2)
Uji koefisien determinasi R2 digunakan untuk melihat sejauh mana
variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel terikatnya. Nilai
R2 mengukur tingkat keberhasilan model regresi yang digunakan dalam
memprediksi nilai variabel terikatnya.
46
G. Operasional Variabel penelitian
Sugiyono (2007) menjelaskan bahwa variabel penelitian adalah berbentuk
apa saja yang telah dipilih dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
didapatkan informasi mengenai hal tersebut. Seperti yang telah dijelaskan, maka
variabel-variabel yang digunakan dalam peneltian ini dijelaskan dalam tabel 3.2.
Tabel 3.2
Operasional Variabel Penelitian
Jenis
Variabel
Indikator Keterangan
Dependen
(Y)
Emisi CO2 Tolak ukur yang digunakan untuk variabel
Emisi CO2 adalah bagaimana pengaruh Emisi
CO2 dari pembakaran energi di Indonesia yang
menjadi objek penelitian, yang dibandingkan
dari sampel yang lain dengan variabel
independen (konsumsi energi listrik,
pertumbuhan foreign direct investment, dan
populasi penduduk).
Independen
(X1)
Konsumsi
Energi Listrik
Tolak ukur yang digunakan untuk variabel
konsumsi energi listrik adalah jumlah total
konsumsi energi listrik di Indonesia periode
1992-2018 yang berpengaruh terhadap
peningkatan intensitas emisi CO2 dalam
merepresentasikan pembangunan berkelanjutan.
Independen
(X2
Pertumbuhan
Foreign
Direct
Investment
Tolak ukur yang digunakan untuk variabel
pertumbuhan foreign direct investment adalah
rasio pertumbuhan foreign direct investment
(net inflows) di Indonesia periode 1992-2018
yang berpengaruh terhadap peningkatan
47
intensitas emisi CO2 dalam merepresentasikan
pembangunan berkelanjutan.
Independen
(X3)
Populasi
Penduduk
Tolak ukur yang digunakan untuk variabel
populasi penduduk adalah jumlah total populasi
penduduk di Indonesia periode 1992-2018 yang
berpengaruh terhadap peningkatan intensitas
emisi CO2 dalam merepresentasikan
pembangunan berkelanjutan.
48
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Kerusakan Lingkungan
Kerusakan lingkungan, merupakan salah satu permasalahan yang vital
dalam menentukan perencanaan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
(sustainable). Di mana dalam prosesnya, pembangunan umumnya akan diiringi
oleh peningkatan kerusakan lingkungan, baik itu yang disebabkan melalui proses
penggunaan teknologi yang menimbulkan polusi, pembukaan lahan untuk
pengembangan industri, hingga eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali.
Tingkat kerusakan lingkungan umumnya digambarkan oleh tingkat emisi
CO2, karena Berdasarkan World Bank (2018), sebanyak 80% dari total gas rumah
kaca di dunia diwakili oleh tingkat emisi CO2. Hal ini tentu menggambarkan emisi
CO2 sebagai salah satu penyumbang utama terhadap kerusakan lingkungan yang
terjadi di dunia, karena tingginya tingkat gas rumah kaca yang berakumulasi di
dalam atmosfer mampu menyebabkan peningkatan kerusakan lingkungan seperti
kekeringan, kebakaran hutan, kekurangan air, peningkatan tingkat laut, hingga
matinya berbagai bioma dan ekosistem.
Kerusakan lingkungan yang semakin buruk merupakan cerminan dalam
pembangunan yang bisa dikatakan gagal. Hal ini dikarenakan kelestarian
lingkungan merupakan salah satu faktor terciptanya pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable), dan tidak terkecuali dalam hal pengurangan emisi CO2
yang menjadi salah satu penyebabnya. Namun pada kenyataannya, intensitas emisi
CO2 di Indonesia selalu meningkat di setiap tahunnya. Hal tersebut didukung oleh
laporan Enerdata (2019) yang dapat dilihat pada Grafik 4.1, yang menunjukkan
bahwa trend pertumbuhan emisi CO2 di Indonesia terus meningkat, di mana di
tahun 1992 emisi CO2 hanya sebesar 168,32 juta Metrik ton, kemudian meningkat
di tahun 2018 menjadi 522,23 juta Metrik ton. Lonjakan peningkatan emisi CO2 ini
49
tentunya dapat memicu terjadinya pemanasan global dan memperburuk keadaan
lingkungan di Indonesia.
Grafik 4.1
Intensitas Emisi CO2 di Indonesia
Sumber: Enerdata 2019
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa tingginya emisi CO2 jelas
membuktikan bahwa sumber emisi CO2 yang masih berasal dari sumber energi yang
dominan berasal dari penggunaan bahan bakar fosil dapat memberikan kontribusi
nyata terhadap kerusakan lingkungan. Masih didominasinya penggunaan sumber
energi berbahan bakar fosil ini dapat dilihat berdasarkan laporan tahunan PLN
rentang tahun2011 sampai dengan 2018, di mana produksi energi listrik hampir
90% di dominasi oleh sumber pembakaran yang berasal dari bahan bakar fosil, yaitu
minyak bumi, batu bara dan gas alam. Kemudian sisanya berasal dari bahan bakar
panas bumi, air, surya, bayu dan biodiesel. Hal ini dapat terjadi dikarenakan dengan
status Indonesia yang sampai sekarang notabene merupakan salah satu negara
berkembang, sehingga masih dominan menggunakan sumber energi konvensional
tersebut dan belum mampu memaksimalkan penggunaan energi ramah lingkungan.
Hal ini bisa di lihat pada Grafik 4.2.
0
100
200
300
400
500
600
CO2 emissions (in million MtCO2)
50
Grafik 4.2
Bahan Bakar Input Energi di Indonesia
Sumber: Laporan Tahunan PLN 2011-2018 (diolah)
Dapat dilihat bahwa seiring dengan bertambahnya produksi listrik, serta
masih dominannya bauran penggunaan bahan bakar fosil dari total produksi listrik,
maka intensitas emisi CO2 pun juga terus meningkat dalam perkembangannya.
Meskipun seharusnya hal ini tidak terjadi lagi, mengingat Indonesia merupakan
salah satu negara yang menandatangi perjanjian Kyoto Protocol di mana diharuskan
menciptakan greenhouse strategy di bidang energi, termasuk di dalamnya adalah
bidang energi listrik.
2. Konsumsi Energi Listrik
Perputaran roda perekonomian suatu negara tidak terlepas dari penggunaan
energi, di mana salah satunya adalah energi listrik. Konsumsi energi listrik
merupakan input suatu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak
dipungkiri lagi energi listrik merupakan bahan yang vital dalam aktivitas
perekonomian. Di Indonesia sendiri, berdasarkan laporan Enerdata (2019) pada
Grafik 4.3, konsumsi energi listrik terus meningkat dari tahun 1992 sampai dengan
2018.
24,7814,97 12,35 11,37 8,22 6,46 6 5,98
42,3950,38 51,35 52,59 55,79 54,45 58,14 59,91
20,86 23,41 23,96 24,58 25,3426,28 23,33 22,25
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Minyak Bumi Batu Bara Gas Alam
51
Grafik 4.3
Konsumsi Energi Listrik di Indonesia
Sumber: Enerdata 2019
Berdasarkan grafik di atas, menunjukkan fenomena kenaikan konsumsi
energi listrik sertiap tahun selama periode penelitian ini terus mengalami
pergerakan ke atas. Start dimulai pada tahun1992, konsumsi energi listrik Indonesia
tercatat sebesar 35 TWh dan terus berlanjut bergerak meningkat sampai akhir
periode penelitian di tahun 2018 yang mencapai 235 TWh. Tren lonjakan yang
meningkat ini tidak terlepas dari aktivitas perekonomian negara, di mana Indonesia
mulai mendorong pertumbuhan ekonomi yang salah satunya akan berdampak
terhadap konsumsi energi listrik.
3. Pertumbuhan Foreign Direct Investment
Foreign Direct Investment (FDI) merupakan salah satu sumber penting
pembiayaan bagi suatu negara, khususnya negara-negara berkembang. FDI akan
memberikan dampak pada pembangunan suatu negara, baik itu infrastruktur
ataupun industrinya, sehingga dapat memberikan dampak positif dalam
perekonomian. Menurut Soekro dan Widodo (2015) FDI merupakan arus masuk
modal jangka panjang dan relatif tidak rentan terhadap gejolak perekonomian,
sehingga hal ini sangat diharapkan untuk dapat membantu mendorong pertumbuhan
0
50
100
150
200
250
Electricity Consumption (TWh)
52
investasi yang berkesinambungan (sustainable) di negara-negara berkembang,
termasuk juga Indonesia. Berdasarkan laporan World Bank (2019) pada Grafik 4.4,
pertumbuhan FDI net Inflows Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 1992
sampai dengan tahun 2018 meskipun pada periode tersebut menunjukkan
pergerakan fluktuasi yang cukup signifikan.
Grafik 4.4
Pertumbuhan Foreign Direct Investment di Indonesia
Sumber: World Bank, 2019.
Berdasarkan grafik di atas, menunjukkan bahwa FDI net inflows Indonesia
dalam perkembangannya mengalami fluktuatif. Start pada tahun 1992 sampai tahun
1996, FDI Indonesia terus mengalami peningkatan yang positif dengan
pertumbuhan 106% di tahun 1995. Namun, peningkatan tersebut tidak bertahan
lama, di mana pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2003, FDI Indonesia terus
mengalami tren penurunan dan puncak penurunan terbesarnya adalah di tahun 1999
yaitu mencapai -674%. Hal ini disebabkan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia
pada tahun 1998 yang menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dan politik,sehingga
berdampak pada minimnya investasi yang masuk ke Indonesia.
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
Foreign Direct investment (%)
53
Selanjutnya, setelah krisis ekonomi berakhir, di tahun 2004 sampai dengan
tahun 2014, tren pertumbuhan FDI di Indonesia cenderung ke arah yang positif dari
sebesar 1.896.082.770 USD hingga mencapai puncaknya yaitu sebesar 25.120.732.
060 USD di tahun 2014 atau dengan kata lain meningkat 1200%. Kemudian, tren
penurunan kembali terjadi di tahun 2015 dan 2016, di mana terjadi penurunan FDI
yang sangat signifikan pada tahun 2016 yaitu sebesar 77% menjadi 4.541.713.739
USD. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut perekonomian global sedang
melambat, serta ketidakpastian ekonomi membuat investasi asing ke negara
berkembang ikut menyusut, dan tidak terkecuali bagi Indonesia yang terdampak
cukup signifikan.
Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, di mana tren pertumbuhan FDI
kembali menunjukkan tren yang positif di tahun 2017 dengan pertumbuhan
mencapai 351% sampai dengan tahun akhir penelitian secara signifikan dengan
sebesar 20.171.264.435 USD. Hal ini dikarenakan pemerintah telah
memperkenalkan 14 paket stimulus terutama yang berfokus pada deregulasi,
penegakan hukum dan kepastian bisnis, pemotongan pajak suku bunga untuk
eksportir, pemotongan tarif energi untuk industri padat karya, insentif pajak untuk
investasi di zona ekonomi khusus dan penurunan tarif pajak atas properti yang
diperoleh atas kepercayaan investasi real estate local.
4. Populasi Penduduk
Penduduk merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan (sustainable), karena penduduk diketahui merupakan sebagai pelaku
ekonomi dan juga seorang konsumen. Berdasarkan laporan World Bank (2019)
pada Grafik 4.5, populasi penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari
tahun 1992 sampai dengan tahun 2018, meskipun dibalik peningkatan tersebut laju
pertumbuhan penduduk mengalami tren penurunan di setiap tahunnya. Hal ini
dikarenakan di tahun 1990an, Indonesia mulai menggalakan penerapan program
Keluarga Berencana (KB) untuk menekan jumlah populasi penduduk dan hal
tersebut mendapat respon positif dari penduduk itu sendiri.
54
Grafik 4.5
Populasi Penduduk di Indonesia
Sumber: World Bank, 2019.
Berdasarkan grafik di atas, menunjukkan di mana pada tahun 1992 total
penduduk Indonesia berjumlah 187.739.786 jiwa dan mencapai 267.663.435 jiwa
pada tahun 2018. Dengan peningkatan jumlah penduduk yang besar dan dengan
total jumlah populasi penduduk saat ini, Indonesia menempatkan dirinya pada
posisi pertama dengan jumlah populasi penduduk terbanyak di ASEAN, serta posisi
keempat di dunia sebagai penduduk dengan jumlah terbanyak setelah Tiongkok,
India, dan Amerika Serikat.
B. Temuan Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data dalam
penelitian ini berdistribusi normal atau tidak, dengan melihat nilai
probabilitas pada grafik.
0
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
Total Population
55
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
-0.04 -0.03 -0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02 0.03
Series: Residuals
Sample 1992 2018
Observations 27
Mean 2.24e-15
Median 0.001585
Maximum 0.025389
Minimum -0.041882
Std. Dev. 0.018624
Skewness -0.648928
Kurtosis 2.457728
Jarque-Bera 2.225798
Probability 0.328605
Jarque-Bera 2.225798
Probabilitas 0.328605
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9.0
Berdasarkan hasil uji normalitas pada grafik di atas, didapatkan
bahwa nilai probabilitas sebesar 0,328605, yang berarti berada di atas
taraf signifikansi (α = 5%), sehingga data tersebut dinyatakan
terdistribusi normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini dilakukan untuk melihat apakah
terjadi ketidaksamaan varian dari residu pada model regresi linear yang
dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas masing-masing
variabel bebas. Ada beberapa model dalam uji heteroskedastisitas, di
mana dalam penelitian ini peneliti menggunakan Uji White dan taraf
signifikansi (α = 5%).
56
Tabel 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.297206 Prob. F (5, 19) 0.3027
Obs*R-squared 6.371340 Prob. Chi-Square (5) 0.2717
Scaled explained SS 3.369810 Prob. Chi-Square (5) 0.6432
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas, uji heteroskedastisitas diketahui
bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal tersebut
terlihat dari nilai probabilitas Chi-Square(5) yaitu sebesar (0,2717),
yang berarti lebih besar dibandingkan tingkat kesalahan (0,05) dari taraf
signifikansi (α = 5%) sehingga dapat dinyatakan tidak terindikasi
adanya heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan di mana terjadinya korelasi antara
satu variabel error dengan variabel error lainnya. Uji autokorelasi ini
dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi
antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lainnya pada
model regresi.
Tabel 4.2
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.152593 Prob. F (2,21) 0.1411
Obs*R-squared 4.593525 Prob. Chi-Square (2) 0.1006
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas, hasil uji autokorelasi diketahui bahwa
dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi. Hal tersebut terlihat dari
nilai probabilitas Chi-Square(2) yaitu sebesar (0,1006), yang berarti
lebih besar dibandingkan tingkat kesalahan (0,05) dari taraf
57
signifikansini (α = 5%) sehingga dapat dinyatakan tidak terindikasi
adanya autokorelasi.
d. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas ini dilakukan untuk melihat apakah
variabel bebas memiliki korelasi atau tidak. Multikolinearitas terjadi
jika nilai Centered VIF di atas angka 10.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Variable
Coefficient
Variance
Uncentered
VIF
Centered
VIF
C 0.517442 35632.31 NA
LOG_LISTRIK 1.33E-14 1.106397 1.065396
LOG_FDI 8.39E-06 7.533041 1.035952
LOG_POPULASI 0.007377 35447.84 1.080165
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas, hasil uji multikolinearitas diketahui
bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas. Hal tersebut
terlihat dari nilai Centered VIF yang menunjukkan tidak adanya nilai
yang lebih besar dari 10, sehingga dapat dinyatakan dalam model ini
tidak terindikasi adanya permasalahan multikolinearitas.
2. Analisis Model
Pengujian ini dilakukan untuk menguji dan mengetahui hubungan
antar variabel bebas atau independen (konsumsi energi listrik, pertumbuhan
foreign direct investment dan populasi penduduk) terhadap variabel terikat
atau dependen (emisi CO2). Dengan menggunakan model regresi linier
berganda Ordinary Least Square (OLS), hasil regresi nantinya akan
dilakukan pengujian hipotesis signifikansi yang meliputi Uji-t, Uji-F, dan
Koefisien Determinasi R2.
58
Pengolahan data dilakukan menggunakan Eviews 9 sebagai alat
pengujiannya. Hasil estimasi dari model adalah sebagai berikut.
Tabel 4.4
Hasil Regresi Model Ordinary Least Square (OLS)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -22.15168 0.719334 -30.79470 0.0000
LOG_LISTRIK 2.81E-07 1.15E-07 2.441058 0.0228
LOG_FDI 0.007366 0.002897 2.542567 0.0182
LOG_POPULASI 2.949223 0.085887 34.33831 0.0000
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9.0
Berdasarkan pengujian model yang telah dilakukan, maka model
persamaan regresi yang dibentuk dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
LOG_CO2 = -22.15168 + 0.000000281 (LOG_LISTRIK) + 0.007366
(LOG_FDI) + 2.949223 (LOG_POPULASI) + e
Di mana:
LOG_CO2 = Intensitas emisi CO2
LOG_LISTRIK = Jumlah konsumsi energi listrik di Indonesia
LOG_FDI = Pertumbuhan FDI net inflows di Indonesia
LOG_POPULASI = Jumlah populasi penduduk di Indonesia
e = error term
59
3. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dapat dilihat dari
R-squared (jika variabel bebas hanya satu) atau Adjusted R-squared (jika
variabel bebas lebih dari satu).
Berdasarkan hasil analisis regresi data model OLS, maka didapatkan
nilai koefisien determinasi sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
R-squared (R2) 0.981493
Adjusted R-Squared (R2) 0.979079
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas, maka didapatkan nilai Adjusted R-Square
sebesar 0,979079 atau sebesar 97,9079%. Maka dari itu, dapat dikatakan
bahwa 97,9079% variabel emisi CO2 dapat dijelaskan oleh variabel
konsumsi energi listrik, pertumbuhan foreign direct investment, dan
populasi penduduk, sedangkan sisanya yaitu sebesar 2,0921% (100% -
97,9079%) dijelaskan oleh variabel lainnya di luar model penelitian ini.
b. Uji F-statistik dan Interpretasi Hasil Analisis
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh dari semua variabel bebas
yaitu konsumsi energi listrik, pertumbuhan foreign direct investment, dan
populasi penduduk secara simultan terhadap variabel terikat yaitu emisi
CO2. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai F-statistik hasil
regresi dengan F-tabel atau melihat nilai probabilitas F-statistik dengan taraf
signifikansi α = 5%.
60
Berdasarkan hasil analisis regresi data model OLS, maka didapatkan
nilai hasil uji F-statistik sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji F-Statistik
F-statistik Prob(F-statistik)
406.5818 0.000000
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9.0
Berdasarkan hasil uji F yang digambarkan pada tabel di atas,
didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,000000 yang berada di bawah taraf
signifikansi 5%. Maka dari itu, hasil ini menolak H0 dan menerima H1,
sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
konsumsi energi listrik, pertumbuhan foreign direct investment, dan
populasi penduduk secara simultan terhadap kerusakan lingkungan di
Indonesia yang direpresentasikan dengan emisi CO2 dengan tingkat
kepercayaan sebesar 95%.
c. Uji t-Statistik dan Interpretasi Hasil Analisis
Uji t digunakan untuk melihat pengaruh dari masing-masing
variabel bebas yaitu konsumsi energi listrik, pertumbuhan foreign direct
investment, dan populasi penduduk terhadap variabel terikat yaitu emisi
CO2. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai t-statistik hasil
regresi dengan t-tabel atau melihat nilai probabilitas masing-masing
variabel dengan taraf signifikansi.
61
Berdasarkan hasil analisis regresi data model OLS, maka didapatkan
hasil uji t sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji t-Statistik
Variabel koefisien t-Statistik Probabilitas
C -22.15168 -30.79470 0.0000
LOG_LISTRIK 2.81E-07 2.441058 0.0228
LOG_FDI 0.007366 2.542567 0.0182
LOG_POPULASI 2.949223 34.33831 0.0000
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9.0
Berdasarkan hasil uji t pada tabel di atas, maka dalam penelitian ini
semua variabel bebas, yaitu konsumsi energi listrik, pertumbuhan foreign
direct investment, dan populasi penduduk secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap intensitas emisi CO2. Dengan demikian, hipotesis dapat
dibuktikan sebagai berikut:
1) Variabel konsumsi energi listrik memiliki nilai koefisien sebesar
0.000000281 dengan probabilitas 0,0228. Dengan tingkat
kepercayaan sebesar 95%, berarti hasil ini menolak H0 dan
menerima H1. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika konsumsi
energi listrik meningkat sebesar 1%, maka akan meningkatkan emisi
CO2 sebesar 0.000000281 juta metrik ton.
2) Pertumbuhan Foreign Direct Investment (FDI) memiliki nilai
koefisien sebesar 0,007366 dengan probabilitas 0,0182. Dengan
tingkat kepercayaan sebesar 95%, berarti hasil ini menolak H0 dan
menerima H1. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika pertumbuhan
FDI meningkat sebesar 1%, maka akan meningkatkan emisi CO2
sebesar 0,007366 juta metrik ton.
62
3) Populasi Penduduk memiliki nilai koefisien sebesar 2,949223
dengan probabilitas 0,0000. Dengan tingkat kepercayaan sebesar
95%, berarti hasil ini menolak H0 dan menerima H1. Hal ini
mengindikasikan bahwa ketika populasi penduduk meningkat
sebesar 1%, maka akan meningkatkan emisi CO2 sebesar 2,949223
juta metrik ton.
4. Analisis Ekonomi
a. Konsumsi Energi Listrik Terhadap Kerusakan Lingkungan
Sebagai bentuk sebuah pelayanan publik, pemerintah berkewajiban
untuk dapat memenuhi dalam penyediaan kebutuhan masyarakat, salah
satunya adalah penyediaan akan energi listrik, sehingga masyarakat dapat
menikmati hasil dari pembangunan ekonomi. Namun sangat disayangkan,
dalam hal penyediaan akan energi listrik untuk memenuhi segala kebutuhan
masyarakat di Indonesia masih menggunakan bahan bakar fosil yang tidak
ramah bagi lingkungan. Terlebih saat ini pemerintah sedang gencar-
gencarnya ingin mencapai target proyek pembangkit listrik 35.000 MW
yang notabene pembangkit listrik tersebut masih didominasi oleh PLTU.
Tentunya ini menjadi poin penting dikarenakan penggunaan bahan bakar
fosil yang berasal dari PLTU dapat menyebabkan semakin tingginya
intensitas emisi CO2 sebagai akibat dari proses pembakaran tersebut.
Masih masifnya penggunaan bahan bakar fosil dalam penyediaan
energi listrik ini akan berdampak pada kerusakan lingkungan serta dapat
memicu terjadinya pemanasan global yang dapat membahayakan makhluk
hidup. Hal ini bertolak belakang dengan misi pemerintah sendiri yang ingin
menghadirkan pembangunan berjalan secara berkelanjutan (sustainable),
karena salah satu kunci dalam pembangunan berkelanjutan adalah
menciptakan kelestarian lingkungan bagi makhluk hidup.
Kemudian pada dasarnya, faktor yang menyebabkan masih belum
masifnya penggunaan energi ramah lingkungan adalah karena Indonesia
yang sampai sekarang notabene merupakan salah satu negara berkembang,
63
sehingga masih dominan menggunakan sumber energi konvensional
tersebut dan belum mampu memaksimalkan penggunaan energi baru
terbarukan. Hal ini dikarenakan harga sumber energi bahan bakar fosil
relatif lebih murah. Di mana sebelum munculnya teknologi yang mampu
menciptakan energi yang ramah lingkungan secara efektif, sektor energi
seperti fosil metana, batu bara, gas alam dan minyak yang cenderung
menghasilkan emisi yang tinggi merupakan sebuah opsi utama dalam energi
dikarenakan tingkat harga yang relatif lebih murah.
Meskipun demikian, perkembangan teknologi kian lama telah
semakin berkembang dan produksinya juga semakin efisien, yang pada
akhirnya menyebabkan semakin murahnya harga energi yang ramah
lingkungan. Salah satu jenis energi yang semakin murah adalah energi
listrik yang sesuai dengan variabel penelitian ini. Bahkan, berdasarkan
Kaberger (2018), harga dari listrik terbarukan telah lebih murah daripada
harga per unit minyak, namun memang masih lebih mahal dari batu bara.
Berdasarkan World Bank (2018), presentase tingkat konsumsi
energi terbarukan pada 2011 meningkat dari 17.21% menjadi 18.054% di
tahun 2015. Meskipun telah terjadi peningkatan dalam penggunaannya,
rupanya angka ini masih belum mampu untuk menekan tingkat intensitas
emisi CO2. Sehingga, dalam hal ini penelitian ini mencoba untuk melihat
pengaruh hubungan antara konsumsi energi listrik terhadap tingkat
kerusakan lingkungan yang tidak sejalan dalam mengahadirkan
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable) yang direpresentasikan oleh
tingkat intensitas emisi CO2.
Dalam penelitian ini, variabel konsumsi energi listrik memiliki
hubungan yang positif dan signifikam terhadap kerusakan lingkungan.
Sehingga di saat konsumsi energi listrik mengalami peningkatan, maka
kerusakan lingkungan juga akan mengalami peningkatan. Hal ini
mengindikasikan bahwa penggunaan energi listik di Indonesia relatif masih
belum menggunakan jenis energi yang ramah lingkungan. Hal ini
dikarenakan penggunaan energi listrik masih berdampak terhadap output
64
emisi atau polusi yang dihasilkan dari proses penggunaan energi listrik
tersebut. Dengan hasil ini juga, tentunya konsumsi energi listrik dapat
memberikan pengaruh yang negatif bagi kelestarian lingkungan dan
menghambat terciptanya pembangunan berkelanjutan, meskipun konsumsi
energi listrik yang tinggi mengartikan perekonomian yang baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Lean & Smyth (2009) dan Wulandari (2013) yang
menjelaskan bahwa konsumsi energi listrik dapat mempengaruhi secara
positif terhadap intensitas emisi CO2. Namun, hasil estimasi ini berbanding
terbalik dengan yang dilakukan oleh Tang (2017) menunjukkan bahwa
konsumsi listrik yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap intensitas
CO2 dikarenakan berbagai negara di Asia menjalankan program untuk
mereduksi emisi CO2, salah satunya yaitu dengan teknologi.
b. Foreign Direct Investment Terhadap Kerusakan Lingkungan
Foreign Direct Investment (FDI) adalah salah satu ciri penting dari
sistem ekonomi yang semakin mengglobal, serta memainkan peranan
penting dalam proses internasionalisasi bisnis. Dalam dekade terakhir,
perubahan FDI telah terjadi sangat besar baik secara ukuran, cakupan,
maupun metode. Perubahan-perubahan ini terjadi karena semakin
berkembangnya teknologi, pengurangan pembatasan bagi investasi asing
dan akuisisi di banyak negara, serta deregulasi dan juga privatisasi di
berbagai bidang Industri. Berkembangnya sistem teknologi dan informasi,
serta komunikasi global yang kian mudah, memungkinkan manajemen
investasi asing dilakukan dengan jauh lebih mudah.
Lebih lanjut lagi, pada era industri 4.0 saat ini, FDI merupakan salah
satu sumber penting pembiayaan bagi suatu negara, khususnya negara-
negara berkembang seperti Indonesia. Sehingga, dalam hal ini FDI diyakini
akan dapat memberikan dampak jangka panjang pada pembangunan suatu
negara, baik itu infrastruktur ataupun industrinya, dan memberikan dampak
positif dalam perekonomian. Penelitian ini mencoba untuk melihat
pengaruh hubungan antara FDI terhadap tingkat kerusakan lingkungan yang
65
tidak sejalan dalam mengahadirkan pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable) yang direpresentasikan oleh tingkat intensitas emisi CO2.
Dalam penelitian ini, variabel FDI memiliki hubungan yang positif
dan signifikan terhadap kerusakan lingkungan. Sehingga di saat FDI
mengalami peningkatan, maka kerusakan lingkungan juga akan mengalami
peningkatan. Dengan hasil ini, tentunya FDI memberikan pengaruh negatif
bagi lingkungan, meskipun di sisi lain FDI dapat mendorong kinerja
perekonomian negara. Hal ini mengindikasikan bahwa masuknya besaran
aliran FDI di Indonesia ke sektor-sektor industri kemungkinan tidak diikuti
dengan keketatan regulasi dalam menanggulangi dampak lingkungan
seperti penggunaan teknologi yang tidak relatif ramah lingkungan.
Sehingga tidak dapat menekan jumlah output emisi atau polutan yang
dihasilkan dari proses produksi. Meskipun demikian, tentu hal ini masih
perlu dikonfirmasi atau dikaji lebih lanjut dengan menggunakan penelitian
lainnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Ren et al (2014) dan Tang (2017) di mana besarnya aliran
FDI dapat meningkatkan intensitas emisi CO2 dan memperburuk keadaan
lingkungan. Namun, hasil estimasi ini berbanding terbalik dengan yang
dilakukan oleh Tang and Tan (2015), dan Zhang and Zhou (2016) di mana
ditemukan hasil penelitian bahwa besarnya aliran FDI dapat meningkatkan
kualitas lingkungan dengan menurunkan intensitas emisi CO2.
c. Populasi Penduduk Terhadap Kerusakan Lingkungan
Penduduk dalam peranannya merupakan bagian penting atau
dikatakan titik sentral dalam proses menciptakan pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable). Karena penduduk diketahui merupakan sebagai
subjek dan objek dalam pembangunan yang berkelanjutan atau dengan
bahasa ekonominya adalah sebagai pelaku ekonomi dan juga seorang
konsumen. Jumlah populasi penduduk yang besar dan dengan laju
pertumbuhan yang cepat, membuat daya tampung alam dan daya tampung
lingkungan semakin terbatas.
66
Di sisi lain, faktor penduduk merupakan unsur yang dapat menjadi
beban sekaligus dapat menjadi unsur yang menimbulkan dinamika dalam
proses pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini dikarenakan, semakin
bertambahnya populasi penduduk maka kebutuhan akan sumber daya alam
juga akan semakin bertambah, sehingga hal ini dapat membuat semakin
dieksploitasi sumber daya alam yang ada dan semakin terbatas. Penelitian
ini mencoba untuk melihat pengaruh hubungan antara populasi penduduk
terhadap tingkat kerusakan lingkungan yang tidak sejalan dalam
mengahadirkan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable) yang
direpresentasikan oleh tingkat intensitas emisi CO2.
Dalam penelitian ini, variabel populasi penduduk memiliki
hubungan yang positif dan signifikan terhadap kerusakan lingkungan.
Sehingga di saat jumlah populasi penduduk mengalami peningkatan, maka
kerusakan lingkungan juga akan mengalami peningkatan. Hal ini
mengindikasikan bahwa tren peningkatan jumlah penduduk akan membuat
kebutuhan akan sumber daya alam semakin meningkat, sehingga hal ini
dapat membuat semakin dieksploitasi alam yang berdampak pada kerusakan
lingkungan dan menghambat dalam terciptanya pembangunan yang
berkelanjutan di Indonesia.
Selain itu, kesadaran atau perilaku penduduk dalam menjaga
lingkungan juga bisa dikatakan masih rendah. Menurut Dietz dan Rosa
(1997), Tingkat pendidikan dan kesadaran seseorang sangat mempengaruhi
perilaku seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Kualitas penduduk
salah satunya dientukan oleh tingkat pendidikan dan kesadaran. Melalui
tingkat pendidikan, seseorang cenderung memiliki kesadaran yang tinggi
terhadap kualitas lingkungan.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Van (2002) dan Zuhri (2014) yang menjelaskan bahwa
pertumbuhan populasi dan kepadatan penduduk dapat mempengaruhi
secara positif terhadap intensitas emisi CO2 dan memperburuk kualitas
lingkungan. Sedangkan, menurut penelitian Martinez Zarzoso (2006),
67
dampak dari pertumbuhan penduduk terhadap emisi CO2 di Uni Eropa
memiliki dampak yang berbeda-beda. Elastisitas penduduk di Uni Eropa
baru terhadap emisi CO2 adalah uniter, sedangkan di Uni Eropa lama
elastisitas penduduknya adalah kurang dari satu. Jika elastisitas penduduk
di Uni Eropa baru meningkat 1% maka emisi CO2 akan meningkat sebesar
1%, sedangkan bila elastisitas penduduk di Uni Eropa lama meningkat 1%
maka tidak akan berpengaruh terhadap emisi CO2.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini membahas tentang seberapa besar pengaruh konsumsi energi
listrik, pertumbuhan FDI dan dan populasi penduduk dalam mempengaruhi
intensitas emisi CO2 yang berdampak pada gagalnya mengahadirkan pembangunan
yang berkelanjutan di Indonesia tahun 1992-2018. Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis memperoleh kesimpulan
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Konsumsi energi listrik memiliki hubungan yang positif dan signifikan
terhadap kerusakan lingkungan. Sehingga disaat konsumsi energi listrik
mengalami peningkatan, maka kerusakan lingkungan juga mengalami
peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa meningkatnya konsumsi
energi listrik memberikan pengaruh positif terhadap kerusakan
lingkungan dan menghambat terciptanya pembangunan yang
berkelanjutan di Indonesia.
2. Pertumbuhan FDI memiliki hubungan yang positif dan signifikan
terhadap kerusakan lingkungan. Sehingga di saat pertumbuhan FDI
mengalami peningkatan, maka kerusakan lingkungan juga akan
mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa meningkatnya
pertumbuhan FDI memberikan pengaruh positif terhadap kerusakan
lingkungan dan menghambat terciptanya pembangunan yang
berkelanjutan di Indonesia.
3. Populasi penduduk memiliki hubungan yang positif dan signifikan
terhadap kerusakan lingkungan. Sehingga di saat populasi penduduk
mengalami peningkatan, maka kerusakan lingkungan juga akan
mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa bertambahnya
populasi penduduk memberikan pengaruh positif terhadap kerusakan
69
lingkungan dan menghambat terciptanya pembangunan yang
berkelanjutan di Indonesia.
4. konsumsi energi listrik, pertumbuhan foreign direct investment, dan
populasi penduduk berpengaruh signifikan terhadap kerusakan
lingkungan di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan
konsumsi energi listrik, pertumbuhan foreign direct investment, dan
populasi penduduk bersamaan akan berpengaruh terhadap kerusakan
lingkungan dan menghambat terciptanya pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable) di Indonesia yang direpresentasikan dengan
emisi CO2.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan di atas, maka penulis
memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Civitas Akademika
a. Menambahkan atau menggunakan variabel bebas lainnya untuk
mengetahui faktor-faktor selain variabel determinan dalam penelitian
ini yang dapat mempengaruhi kelestarian lingkungan dalam
menghadirkan pembangunan yang berkelanjutan.
b. Menggunakan alat analisis lainnya yang dapat mengetahui apa saja
variabel bebas yang dapat berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan
dalam menghadirkan pembangunan yang berkelanjutan dalam jangka
pendek maupun Panjang.
2. Bagi Pemerintah
a. Pemerintah selaku pihak yang memiliki wewenang dalam menjalankan
kebijakan negara, memiliki peranan yang penting dalam intervensi
terkait kebijakan penanggulangan perubahan iklim, yang salah satunya
adalah melalui pengurangan intensitas emisi CO2. Karena, untuk
mengurangi intensitas emisi CO2 diperlukan intervensi pemerintah
70
melalui penerapan kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong dalam
pengurangan intensitas emisi CO2 tersebut.
b. Terkait dengan upaya dalam meminimalisasi dampak perubahan iklim,
serta tindakan produksi dan konsumsi energi listrik yang tidak ramah
lingkungan dalam kerangka konsep pembangunan berkelanjutan, maka
hal itu dapat dicapai dengan penerapan instrument-instrumen ekonomi.
Penerapan instrumen ekonomi tersebut seperti: pajak, denda, dan
subsidi yang dapat diterapkan untuk meminimalisir eksternalitas negatif
terhadap lingkungan. Selain itu, hal tersebut juga dapat menghasilkan
pengaruh yang cukup signifikan untuk merubah pola produksi dan
konsumsi energi listrik menjadi lebih berkelanjutan.
c. Selanjutnya, dalam menerapkan pajak, pemerintah bisa menerapkan
pajak lingkungan. Namun, penerapan pajak lingkungan ini jika tidak
diimbangi dengan stimulus berupa pengurangan tingkat pajak yang lain,
di satu sisi akan menyebabkan disinsentif bagi kegiatan perekonomian
nasional. Hal ini dikarenakan konsep pajak adalah sebagai tambahan
biaya lain yang harus ditanggung oleh produsen maupun konsumen
akibat terjadinya kenaikan pada tingkat harga barang secara umum,
sehingga akan berpengaruh pada kemampuan atau daya beli masyarakat.
Kemudian, melalui penerapan pajak lingkungan ini, maka pihak
pencemar (polluters) sebenarnya diberikan kebebasan dalam mencemari
lingkungan, namun hal ini disertai konsekuensi dan sanksi berupa harga
yang harus dibayarkan untuk setiap unit residual yang dihasilkan. Selain
itu, esensi dari pendekatan pajak lingkungan adalah memberikan
insentif atau kesempatan bagi pihak pencemar untuk melakukan inovasi
dalam menemukan metode produksi yang paling efisien terkait dampak
negatif dari residual yang dihasilkan.
d. Pemerintah masih harus terus mendorong pengembangan sektor di
bidang energi, salah satunya dengan cara membangun infrastruktur
energi terbarukan agar harga produksi energi listrik terbarukan dapat
semakin menurun. Lalu, pemerintah juga harus mulai memasifkan
program yang dapat mendorong masyarakat untuk berpindah dari
71
penggunaan energi listrik yang tidak ramah lingkungan, menuju ke
penggunaan energi listrik terbarukan. Salah satu cara yang dapat
diimplementasikan adalah dengan mengurangi subsidi terhadap jenis
energi yang tidak ramah lingkungan dan mulai mengalirkan atau
mensubstitusi dana subsidi pada jenis energi terbarukan.
e. Dalam mengatasi cepatnya laju pertumbuhan penduduk, pemerintah
diharapkan lebih menekan laju pertumbuhan penduduk tersebut. Hal ini
bisa dengan cara lebih memaksimalkan dan lebih mensosialisasikan dua
program KB, yaitu keluarga berencana dan keluarga berkualitas. Selain
itu, cara lainnya adalah dengan meningkatkan human capital penduduk.
Sehingga dengan tingginya pertumbuhan penduduk atau banyaknya
penduduk tidak menjadi masalah terhadap ekonomi dan lingkungan,
bahkan akan berdampak positif.
72
DAFTAR PUSTAKA
Ambarsari, Indah dan Didit Purnomo. (2005). “Studi Tentang Penanaman Modal
Asing di Indonesia.” Jurnal Ekonomi pembangunan: Vol 6, No.1.
Ariesa, Yuni. (2016). “Analisis Pengaruh Proses Pembangunan Terhadap
Degradasi Lingkungan di Indonesia.” Jurnal Manajemen Prima Fakultas
Ekonomi Universitas Prima Indonesia: Vol. VI, No. 1.
Chang, Ni-Bin and Ana Pires. (2015). Sustainable Solid Waste Management.
Amerika: IEEE Press Editorial.
Copeland, B. R., & Taylor, M. S. (1994). North-South Trade and the Environment.
The Quarterly Journal of Economics, 109(3), 755–787.
Daraba, Darda. (2001). Eksternalitas dan Kebijakan Publik. Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Dinda, S. (2004). “Environmental Kuznets Curve Hypothesis: A Survey”.
Ecological Economics, 49 (4), 431–455.
Enerdata. (2019). Electricity Final Consumption.
Enerdata. (2019). Total CO2 Consumption.
Feldein, James. (2002). Foreign Direct Investment.
Gill, F. L., Viswanathan, K. K., & Karim, M. Z. A. (2018). The Critical Review of
the Pollution Haven Hypothesis. 8(1), 8.
Gurajati, N.D. (2003). Basic Econometrics. 4th ed. New York: McGraw-Hill
Companies, Inc.
Haryanto, Tri. (2008). Pencemaran Lingkungan. Klaten: Cempaka Putih.
Lean H. H. and R. Smyth. (2009). “CO2 Emissions, Electricity Consumption and
Output in ASEAN.” Development Research Unit Discussion Paper
(DEVDP). 09-13.
Mantra, Ida Bagus. (2009). Demografi Umum. Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
73
Martinez-Zarzosso, Inmaculada., Aurelia Bengochea-Morancho and Rafael
Morales Lage. (2006). “The Impact of population on CO2 Emissions:
Evidence from European Countries.” Nota Di Lavoro 98.
Mehrizi, Masoud Abouie., S. M. Atashi & Marzie Elahi. (2012). “The Effect of
Variables Population Growth, Urbanization and Economic Growth on CO2
Emissions In Iran.” African Journal of Business Management. Vol.6 (28):
8414-8419.
Murniarti. (2018). “Pengujian Hipotesis Environmental Kuznets Curve (EKC) di
Asia Timur dan Asia Tenggara.” Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Universitas Lampung: Bandar Lampung.
Nachrowi, Nchrowi Djalal, dan Hardius Usman. (2002). Penggunaan Teknik
Ekonometri. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Neumayer, Eric. (2004). “Examining The Impact of Demographic Factors and Air
Pollution.” LSE Research Online, originally publish in Population &
Environment, 26(1), pp 5-21.
Perusahaan Listrik Negara. (2014). Laporan Tahunan 2011-2014.
Perusahaan Listrik Negara. (2016). Laporan Tahunan 2014-2016.
Perusahaan Listrik Negara. (2018). Laporan Tahunan 2016-2018.
Prayoga, A.D. (2007). Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ren, Shenggang., Baolong Yuan., Xie Ma. & Xiaohong Chen. (2014).
“International Trade, FDI (Foreign Direct Investment) and Embodied CO2
Emissions: A Case Study of Chinas Industrial Sectors.” China Economic
Review. 28: 123–134.
Sarwedi. (2002). “Investasi Asing Langsung di Indonesia dan Faktor yang
Mempengaruhinya.” Jurnal Akuntansi dan keuanga: Vol. 4, No.1.
74
Soekro, Shinta R.I. & Triono Widodo. (2015). “Pemetaan dan Determinan Intra-
ASEAN Foreign Direct Investment (FDI): Studi Kasus Indonesia.” Working
Paper Bank Indonesia WP/06/2015. 95p.
Solomon, S., & IPCC (Ed.). (2007). Climate Change 2007: The Physical Science
Basis; Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of
the Intergovernmental Panel on Climate Change (1st published). New York:
UNEP.
Sugiyono A. (2006). “Penanggulangan Pemanasan Global di Sektor Pengguna
Energi.” Jurnal Sains & Teknologi, Modif Cuaca 7 (2): 15-19.
Sulasno. (2009). Teknik Konversi Energi LIstrik dan Sistem Pengaturan. Edisi
Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suparmoko. (1997). Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Suatu
Pendekatan Teoritis. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.
Suparmoko. (2000). Ekonomika Lingkungan. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Tang and Tan. (2015). “The Impact of Energy Consumption, Income and Foreign
Direct Investment on Carbon Dioxide Emissions in Vietnam.” Energy 79 (1),
447-454.
Tang, Ersalina. (2017). “Pengaruh Penanaman Modal Asing, Pendapatan Domestik
Bruto, Konsumsi Energi, Konsumsi Listrik, dan Konsumsi Daging Terhadap
Kualitas Lingkungan pada 41 Negara di Dunia dan 17 Negara di Asia Periode
1999-2013.” Jurnal Ilmiah mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 6, No.2.
Tietenberg, T. and L. Lewis. (2011). Environmental and Natural Resource
Economics. Pearson Education, New Jersey, USA.
Todaro, Michael P. (2003). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid satu
Edisi ke tujuh. Jakarta: Erlangga.
Van, Phu Nguyen. (2002). “Endogenous Population and Environmental Quality.”
BETA-THEME, Universite Louis Pasteur.
75
Warner, K., et al. (2010). “Climate Change, Environmental Degradation and
Migration.” Natural Hazards, 55(3), 689–715.
Widarjono, A. (2007). Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan
Bisnis. Edisi Kedua. Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Indonesia.
World Bank. (2019). Foreign Direct Investment (net inflows) Indonesia.
World Bank. (2019). Populasi Penduduk Indonesia.
Wulandari, Mira Tri., Hermawan., Purwanto. (2013). “Kajian Emisi CO2
Berdasarkan Penggunaan Energi Rumah Tangga Sebagai Penyebab
Pemanasan Global.” Disertasi: Universitas Diponegoro, Semarang,
Indonesia.
Zhang, Chuanguo and Xiangxue Zhou. (2016). “Does Foreign Direct Investment
Lead to Lower CO2 Emissions? Evidence from A Regional Analysis in
China.” Renewable and Sustainable Energy Reviews 58, 943-951.
Zuhri, M. Syaikhuddin. (2014). “Pengaruh Faktor-faktor Demografi Terhadap
Emisi Udara di Indonesia.” JIEP. Vol. 14, No. 2: 13-37.
Zulkifli, Arif. (2013). “Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan.” Hal 10-21.
76
LAMPIRAN
Lampiran I: Uji Asumsi Klasik
A. Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
-0.04 -0.03 -0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02 0.03
Series: Residuals
Sample 1992 2018
Observations 27
Mean 2.24e-15
Median 0.001585
Maximum 0.025389
Minimum -0.041882
Std. Dev. 0.018624
Skewness -0.648928
Kurtosis 2.457728
Jarque-Bera 2.225798
Probability 0.328605
77
B. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.297206 Prob. F(5,21) 0.3027
Obs*R-squared 6.371340 Prob. Chi-Square(5) 0.2717
Scaled explained SS 3.369810 Prob. Chi-Square(5) 0.6432
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 01/07/20 Time: 22:01
Sample: 1992 2018
Included observations: 27
Collinear test regressors dropped from specification
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.043842 0.019264 2.275814 0.0335
LOG_LISTRIK^2 -1.30E-14 1.30E-14 -1.006578 0.3256
LOG_FDI^2 2.31E-05 4.12E-05 0.561240 0.5806
LOG_FDI*LOG_POPULA
SI 0.003278 0.001415 2.315623 0.0308
LOG_FDI -0.027565 0.011953 -2.306103 0.0314
LOG_POPULASI^2 -0.000618 0.000273 -2.268079 0.0340
R-squared 0.235976 Mean dependent var 0.000334
Adjusted R-squared 0.054065 S.D. dependent var 0.000411
S.E. of regression 0.000400 Akaike info criterion -12.61870
Sum squared resid 3.35E-06 Schwarz criterion -12.33073
Log likelihood 176.3524 Hannan-Quinn criter. -12.53307
F-statistic 1.297206 Durbin-Watson stat 1.644739
Prob(F-statistic) 0.302686
78
C. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.152593 Prob. F(2,21) 0.1411
Obs*R-squared 4.593525 Prob. Chi-Square(2) 0.1006
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 01/07/20 Time: 22:00
Sample: 1992 2018
Included observations: 27
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.097557 0.695348 0.140300 0.8898
LOG_LISTRIK -5.26E-08 1.13E-07 -0.464470 0.6471
LOG_FDI -0.002333 0.003250 -0.717989 0.4807
LOG_POPULASI -0.010679 0.082926 -0.128775 0.8988
RESID(-1) 0.447225 0.233412 1.916036 0.0691
RESID(-2) 0.019129 0.263590 0.072570 0.9428
R-squared 0.170131 Mean dependent var 2.24E-15
Adjusted R-squared -0.027457 S.D. dependent var 0.018624
S.E. of regression 0.018878 Akaike info criterion -4.908537
Sum squared resid 0.007484 Schwarz criterion -4.620574
Log likelihood 72.26525 Hannan-Quinn criter. -4.822911
F-statistic 0.861037 Durbin-Watson stat 1.540270
Prob(F-statistic) 0.523191
79
D. Uji Multikolinearitas
Variance Inflation Factors
Date: 01/07/20 Time: 22:02
Sample: 1992 2018
Included observations: 27
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
C 0.517442 35632.31 NA
LOG_LISTRIK 1.33E-14 1.106397 1.065396
LOG_FDI 8.39E-06 7.533041 1.035952
LOG_POPULASI 0.007377 35447.84 1.080165
80
Lampiran II: Pengujian Model
A. Hasil Olah Data Ordinary Least Square
Dependent Variable: LOG_CO2
Method: Least Squares
Date: 01/07/20 Time: 21:53
Sample: 1992 2018
Included observations: 27
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -22.15168 0.719334 -30.79470 0.0000
LOG_LISTRIK 2.81E-07 1.15E-07 2.441058 0.0228
LOG_FDI 0.007366 0.002897 2.542567 0.0182
LOG_POPULASI 2.949223 0.085887 34.33831 0.0000
R-squared 0.981493 Mean dependent var 2.511225
Adjusted R-squared 0.979079 S.D. dependent var 0.136897
S.E. of regression 0.019801 Akaike info criterion -4.870199
Sum squared resid 0.009018 Schwarz criterion -4.678223
Log likelihood 69.74768 Hannan-Quinn criter. -4.813114
F-statistic 406.5818 Durbin-Watson stat 1.040933
Prob(F-statistic) 0.000000
81
Lampiran III: Data Penelitian
Data Penelitian
TAHUN LISTRIK FDI FDI (^) POPULASI CO2
1992 35 19,90553 396,2302 187.739.786 168,32
1993 39 12,77434 163,1837 190.851.175 182,99
1994 45 5,239521 27,45258 193.917.462 194,02
1995 50 106,0692 11250,68 196.934.260 216,39
1996 57 42,52186 1808,109 199.901.228 234,04
1997 64 -24,4914 599,8308 202.826.446 253,77
1998 65 -105,149 11056,23 205.724.592 256,25
1999 71 -674,7595 455300,4 208.615.169 277,49
2000 79 -143,9057 20708,84 211.513.823 272,6
2001 85 34,5679 1194,941 214.427.217 290,67
2002 87 104,873 10998,33 217.357.793 296,91
2003 90 -511,429 261559,5 220.309.469 325,34
2004 100 417,642 174425,1 223.285.676 331,91
2005 108 339,6568 115366,8 226.289.470 336,48
2006 113 -41,0503 1685,124 229.318.262 354,94
2007 122 40,98893 1680,092 232.374.245 372,58
2008 129 34,49492 1189,9 235.469.762 365,01
2009 136 -47,659 2271,383 238.620.563 379,06
2010 148 213,5299 45595,01 241.834.215 380,88
2011 160 34,4816 1188,98 245.116.206 402,49
2012 175 3,091866 9,559637 248.452.413 431,2
2013 188 9,815506 96,34416 251.806.402 428,79
2014 199 7,898849 62,39182 255.129.004 466,83
2015 203 -21,2637 452,1461 258.383.256 465,83
2016 216 -77,0378 5934,83 261.554.226 466,01
2017 223 351,5985 123621,5 264.645.886 495,94
2018 235 -1,65305 2,732586 267.663.435 522,23
82
Data Penelitian (LOG)
TAHUN LOG_LISTRIK LOG_FDI LOG_POPULASI LOG_CO2
1992 1,544068 2,597948 8,273556 2,226136
1993 1,591065 2,212677 8,280695 2,262427
1994 1,653213 1,438583 8,287617 2,287847
1995 1,69897 4,051179 8,294321 2,335237
1996 1,755875 3,257224 8,300815 2,36929
1997 180618 2,778029 8,302125 2,40444
1998 1,812913 4,043607 8,313286 2,408664
1999 1,851258 5,658298 8,319346 2,443247
2000 1,897627 4,316156 8,325339 2,435526
2001 1,929419 3,077347 8,33128 2,4634
2002 1,939519 4,041327 8,337175 2,472625
2003 1,954243 5,41757 8,343033 2,512337
2004 2 5,241609 8,348861 2,52102
2005 2,033424 5,062081 8,354664 2,526959
2006 2,053078 3,226632 8,360439 2,550155
2007 2,08636 3,225333 8,366188 2,57122
2008 2,11059 3,07551 8,371935 2,562305
2009 2,133539 3,35629 8,377708 2,578708
2010 2,170262 4,658917 8,383518 2,580788
2011 2,20412 3,075175 8,389372 2,604755
2012 2,243038 0,980441 8,395243 2,634679
2013 2,274158 1,983825 8,401067 2,632245
2014 2,298853 1,795128 8,40676 2,669159
2015 2,307496 2,655279 8,412264 2,668227
2016 2,334454 3,773408 8,417562 2,668395
2017 2,348305 5,092094 8,422665 2,695429
2018 2,371068 0,436574 8,427589 2,717862