ANALISIS MENGENAI DAMPAK VERBAL BULLYING TERHADAP
KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA KELAS V SD NEGERI
MARGAJAYA II KOTA BEKASI
Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Nama : Shaeny Pangestu
NIM : 2016820204
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
i
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Skripsi Agustus 2021
Shaeny Pangestu (2016820204)
ANALISIS MENGENAI DAMPAK VERBAL BULLYING TERHADAP
KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA KELAS V SD NEGERI
MARGAJAYA II KOTA BEKASI.
xv + 155 hal, 17 tabel, 21 lampiran
ABSTRAK
Penulisan skripsi ini di latarbelakangi oleh adanya kasus kekerasan yang
masuk ke dalam kategori bully pada ranah verbal terhadap salah seorang
siswa SD Negeri Margajaya II Kota Bekasi dengan inisial MF. Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis mengenai dampak dari
perilaku verbal bullying terhadap kecerdasan interpersonal. Metode
penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal, dengan pendekatan
kualitatif deskriptif. Peneliti melakukan uji validitas dengan triangulasi data,
teori dan metode. Hasil analisis data ditemukan bahwa kasus verbal
bullying yang terjadi menimbulkan beberapa dampak terhadap MF
sebagai korban dari kasus tersebut, diantaranya dampak psikis dan
dampak fisik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya dampak
negatif dari perilaku verbal bullying yang berpengaruh terhadap
kecerdaan interpersonal pada saudara MF. Maka solusi yang seharusnya
dilakukan adalah adanya kerjasama antara guru dan orang tua MF secara
berkala dan tuntas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak yang terkait dan dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya.
Kata Kunci : Bullying Verbal, Kecerdasan Interpersonal.
Daftar Pustaka : 14 (2015 – 2020)
ii
iii
iv
v
vi
vii
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Skripsi ini kupersembahkan terutama untuk Allah SWT yang tak lepas dari segala karunia-
Nya dan pertolongan yang tak terhingga
Untuk Almarhumah Ibu Nani Kuraesin Tercinta yang sangat berarti dalam perjalanan hidup
saya
Untuk Ayah yang berjuang keras memperjuangkan lahir batin demi Pendidikan Saya
Untuk Kakak dan Keluarga Besar saya yang turut memperjuangkan dalam Pendidikan Saya
Serta teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dorongan kuat kepada saya
untuk menyelesaikan Skripsi ini.
viii
MOTTO
“Mengeluhlah, kamu berhak atas itu”.
Keluh kesahku tidak akan pernah berguna saat ku gapai hasilnya kelak
Semua tetap berjalan dalam keterpaksaan pada perputaran waktu
Melalui semua dengan usaha dan iringan do’a
Dengan memegang kepercayaan bahwa semua akan baik-baik saja.
Allah adalah kunci keselamatanku dunia dan akhirat
Dunia tidak akan ada habisnya
Mecari dan terus menggali apa yang menjadi tujuan hidupku
Semua tetap akan berakhir sia sia tanpa niat yang baik
Saat perjuangan diiringi kehilangan orang-orang yang saya cintai
Rasa lelah dan menyerah selalu ada
Namun nyawa ini masih berdetak mengiringi detik jam setiap waktu
Kembali berdiri tegak, memulai kembali, adalah satu-satunya cara memperkokoh sisa perjuangan
Berjuta kuucapkan terimaksih kepada ALLAH SWT
Atas apa yang sudah tercapai dan yang akan saya gapai selanjutnya..
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmannirohim
Alhamdulilah, segala puji bagi Allah, penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya
kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, serta kepada umatnya yang selalu melaksanakan
ajarannya.
Skripsi ini sengaja penulis ajukan sebagai salah satu syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidika (S,Pd.) pada Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam
penulisan skripsi ini tentu masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, untuk itu penulis ingin menyampaikan permohonan
kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tapa
bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan yang baik
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,
terutama kepada :
1. Bapak Dr. Iswan, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti stud di fakutas ini.
2. Bapak Azmi Al Bahij, S.Pd., M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Jakarta yang telah dorongan dan arahan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
3. Ibu Dr. Anita Damayanti, M.Pd., pembimbing skripsi yang telah
mengarahkan dan meluruskan jalan pikiran penulis dalam
x
penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Ibu dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidkan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu
Perndidikan Universitas Muhammadiyah Jarta
5. Bapak Suwaryono, S.Pd, SD., Kepala Sekolah Dasar Ngeri
Margajaya II Kota Bekasi beserta para guru yang telah mengizinkan
penulis melakukan penelitian di sekolah ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang
telah memberikan bantuan dan dukungan serta semangat kepada
penulis dalam rangka penyelesaian studi dan penyusunan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala ketulusan hati yang bersih dan
ikhlas, penulis berdoa semoga segala amal baik yang telah
mereka berikan mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah
SWT. Amin.
Bandung, 1 Mei 2021
Penul
11
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................ii
PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................iv
FAKTA INTEGRITAS ................................................................................. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ...............................vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii
MOTTO .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ix
DAFTAR ISI ...............................................................................................xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 5
C. Batasan Masalah......................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian....................................................................... 6
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .................................................................................. 8
1. Hakikat Verbal Bullying ........................................................... 8
a. Pengertian Bullying ........................................................... 8
b. Kategori Bullying ............................................................. 12
c. Verbal Bullying ................................................................ 14
d. Pelaku Bullying................................................................ 17
e. Korban Bullying ............................................................... 20
f. Faktor Penyebab Bullying ............................................... 25
g. Dampak Bullying ............................................................. 30
h. Pandangan Islam Terhadap Bullying .............................. 34
12
2. Hakikat Kecerdasan Interpersonal................................................35
a. Pengertian Kecerdasan Interpersonal .....................................35
b. Ciri dan Karakteristik Kecerdasan Interpersonal .....................40
c. Unsur-unsur Kecerdasan Interpersonal ..................................48
d. Faktor Kecerdasan Interpersonal ............................................49
e. Dimensi Kecerdasan Interpersonal .........................................50
B. Kerangka Berfikir ...............................................................................52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................55
B. Metode Penelitian ..............................................................................57
C. Desain Penelitian ...............................................................................58
D. Subjek Penelitian ...............................................................................60
E. Tekhnik Pengumpulan Data ...............................................................61
F. Tekhnik Analisis Data ........................................................................74
G. Tekhnik Keabsahan Data ..................................................................74
H. Penyusunan Laporan .........................................................................79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data....................................................................................80
B. Hasil Analisi Data ...............................................................................82
C. Interpretasi Hasil Penelitian ............................................................... 113
BAB V PENUTUP
A. Kesmpulan ......................................................................................... 117
B. Saran ................................................................................................. 119
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-
LAMPIRAN
13
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 Skema Waktu Penelitian .................................................................. 56
TABEL 3.2 Kis Kisi Instrumen Observasi............................................................. 62
TABEL 3.3 Kisi Kisi Pedoman Wawancara (Guru) ............................................... 63
TABEL 3.4 Kisi Kisi Pedoman Wawancara (Orang Tua Korban) ........................... 65
TABEL 3.5 Kisi Kisi Pedoman Wawancara (Korban)............................................ 68
TABEL 3.6 Kisi Kisi Pedoman Wawancara (Teman Sebaya) ................................ 69
TABEL 3.7 Kisi Kisi Pedoman Wawancara (Staf TU) ........................................... 71
TABEL 3.8 Tekhnik Wawancara ......................................................................... 72
TABEL 3.9 Analisis Triangulasi ........................................................................... 75
TABEL 4.1 Instrumen Hasil Observasi Awal Penelitian ....................................... 82
TABEL 4.2 Data Sekolah SDN Margajaya II ........................................................ 86
TABEL 4.3 Data Jumlah Guru, Siswa dan Ruangan............................................. 87
TABEL 4.4 Data Informan Wawancara .............................................................. 87
TABEL 4.5 Data Informan I ................................................................................ 88
TABEL 4.6 Data Siswa Korban Bully ............................................................. 89
TABEL 4.7 Data Orang Tua MF .......................................................................... 95
TABEL 4.8 Data Informan II ............................................................................. 102
TABEL 4.9 Data Informan III & IV .................................................................... 105
TABEL 4.10 Data Informan III & IV .................................................................... 11
15
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 Kerangka Berfikir......................................................................... 54
GAMBAR 3.1 Desain Peneitian ......................................................................... 59
GAMBAR 3.2 Subjek Penelitian......................................................................... 60
GAMBAR 3.3 Triangulasi Sumber Data ............................................................. 77
GAMBAR 3.4 Triangulasi Teori .......................................................................... 78
GAMBAR 3.5 Triangulasi Metode ..................................................................... 78
GAMBAR 4.1 Denah Lokasi Penelitian .............................................................. 81
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian Observasi ................................... 121
Lampiran 2 Instrumen Penelitian Observasi ................................... 122
Lampiran 3 Instrumen Wawancara Guru ........................................ 125
Lampiran 4 Instrumen Validasi Guru .............................................. 127
Lampiran 5 Instrumen Wawancara Staf TU .................................... 130
Lampiran 6 Instrumen Validasi Staf TU .......................................... 131
Lampiran 7 Instrumen Wawancara Siswa ...................................... 132
Lmapiran 8 Instrumen Validas Siswa ............................................. 134
Lampiran 9 Instrumen Wawancara Siswa (Korban) ....................... 136
Lampiran 10 Instrumen Validasi Siswa (Korban) ........................... 138
Lampiran 11 Hasil Wawancara ...................................................... 140
Lampiran 12 Surat Pembimbing Skripsi ......................................... 153
Lampiran 13 Surat Permohonan Penelitian ................................... 154
Lampiran 14 Surat Keterangan Dari Sekolah ................................. 155
Lampiran 15 Surat Bebas Plagiat .................................................. 156
Lampiran 16 Katu Bimbigan Skripsi ............................................... 157
Lampiran 17 Kartu Menyaksikan Sidang Skripsi ............................ 161
Lampiran 18 Lembar Validasi ........................................................ 162
Lampiran 19 Foto Kegiatan Wawancara dan Bangunan ................ 165
Lampiran 20 Kartu Bimbingan Pasca Sidang ................................. 168
Lampiran 21 Biodata Penulis .......................................................... 169
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia berkembang diiringi kualitas yang
semakin dituntut dengan berkembangnya zaman dan teknologi pada
Era Revolusi Industri 4.0 saat ini. Salah satunya adalah
perkembangan teknologi komunikasi dengan menggunakan akses
internet yang semakin berkembang.
Perkembangan zaman pada teknologi saat ini memudahkan
anak untuk mengetahui hal yang terjadi, salah satunya adalah kasus
kasus kekerasan yang terjadi di Indonesia salah satunya dalam
lingkungan pendidikan. Hal ini adalah salah satu pemicu sebagian
anak untuk termotivasi dalam melakukan tindakan tersebut.
Maraknya kasus kekerasan yang terjadi khususnya pada usia anak
sekolah membuat kalangan orang tua dan para pendidik khawatir
terhadap masa depan yang akan terjadi, yang disebut sebagai
bullying. Tentunya perilak bullying ini tidak terlepas dari beberapa
faktor penyebab anak melakukan perbuatan tersebut.
Berbagai strategi dilakukan beberapa peneliti dengan tujuan
mengatasi, mengurangi, hingga menanggulangi permasalahan yang
terjadi, disertai dengan tujuan untuk mengetahui dampak di dalamnya.
2
Maka dari itu kasus bullying ini selalu menjadi berita hangat dalam
media masa, disebabkan kasus ini menjadi kasus yang tidak dapat
dihentikan atau dihilangkan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap
beberapa siswa di SD Negeri Margajaya II Kota Bekasi, bahwa
beberapa anak melihat perlakuan yang mengandung bully dari
beberapa teman di dalam kelas tehadap salah satu siswa yang
menjadi korban dalam kasus tersebut. Hal ini bahkan sangat sulit
dikendalikan disebabkan sebagian besar guru terlalu di sibukkan
dengan administrasi dan mengajar, serta kurangnya kerjasama antara
wali murid dengan pihak sekolah sehingga menjadi kurangnya sebuah
perhatian yang sangat khusus terhadap hal ini.
Kasus yang terjadi di kelas dalam lingkungan sekolah tersebut
memiliki pengaruh kuat terhadap kecerdasan dari sisi korban
penerima bully, yaitu pada kecerdasan sosial atau disebut sebagai
kecerdasan interpersonal.
Perbuatan yang mengandung kekerasan baik verbal maupun fisik
merupakan bullying yang memiliki pengaruh buruk, salah satunya bagi
kelangsungan perkembangan sosial korban. Menimbulkan dampak
buruk dari perbuatan bullying bagi korban maupun pelaku ini tidak
dapat dihindari. Perbuatan bullying sama sekali tidak dibenarkan oleh
faktor apapun dan pihak manapun, termasuk dalam pandangan Islam.
3
نهم ول نساء م ي ن قوم عسى ان يكونوا خيرا م ايها الذين امنوا ل يسخر قوم م ن ن ساء ا انفسكم ول تنابزوا باللقاب بئس ا نهن ول تلمزو لسم الفسوق بعد عسى ان يكن خيرا م
ىك هم الظلمون يمان ومن لم يتب فاول ال
Wahai orang-orang yang beriman ! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena)boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-ngolok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-ngolokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertaubat, maka mereka itu orang-orang yang zalim. (Al- Hujurat Ayat
11)
المين إنه ل يحب الظ وجزاء سي ئة سي ئة مثلها فمن عفا وأصلح فأجره على الل
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memanfaatkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak
menyukai orang-orang yang zalim
Ayat tersebut jelas menyatakan bahwa Allah SWT tidak menyukai
bahkan tidak membenarkan atas perbuatan zalim terhadap sesama
manusia. Perbuatan kejahatan dalam bentuk apapun lambat laun
akan mendapatkan azab yang sesuai dengan perbuatannya.
Disebabkan perbuatan tersebut dapat merugikan manusia lain dan
menimbulkan berbagai dampak buruk dalam jangka panjang.
Terdapat penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti
sebelumnya berkaitan dengan topik yang sama dengan Analisis
Mengenai Dampak Verbal Bullying terhadap Kecerdasan
Interpersonal Siswa Kelas V SD Negeri Margajaya II. Di antaranya
penelitian yang dilakukan oleh Sri Lestari, dkk (2018) dengan Judul
4
Bentuk dan Faktor Penyebab Bullying penelitian ini mengangkat inti
masalah Bullying. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa
bentuk Bullying didominasi oleh verbal, fisik serta cyber bullying
dengan diikuti faktor ligkungan seperti sekolah, keluarga hingga
masyarakat. Maka dapat diamati bahwa faktor yang menyebabkan
terjadinya bullying tidak terlepas dari faktor kepribadian dan budaya.
Selanjutnya, hasil penelitian Zakiyah, dkk (2017) menyatakan
hasil yang didapat dari penelitian yang dilakukan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya bullying bisa datang dari individu,
keluarga, kelompok bermain, hingga lingkungan komunitas pelaku.
Sehingga saat anak berinteraksi dengan teman di sekitar, dapat
terdorong untuk melakukan perbuatan bullying.
Pentingnya penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan
penelitian yang telah ada sebelumnya serta terdapat keunggulan
dalam penelitian Analisis Mengenai Dampak Verbal Bullying Terhadap
Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas V SDN Margajaya II di
antaranya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hingga
mengurangi dampak dari bullying dengan mengembangkan
kecerdasan sosial serta meningkatkan kepercayaan diri pada siswa.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus guna dapat
mengetahui faktor serta untuk mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa yang terjadi saat ini. Hal yang mendukung dilakukan
5
penelitian ini adalah mengangkat kasus bullying yang sampai saat ini
masih menjadi berita hangat di Indonesia salah satunya di lingkungan
pendidikan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan sebelumnya,
diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terjadinya Bullying dalam bentuk verbal yang mempengaruhi
kecerdasan sosial dalam diri siswa.
2. Terjadinya Verbal Bullying yang berdampak pada kepercayaan diri
siswa
3. Perbuatan Verbal Bullying yang mengakibatkan turunnya prestasi
dan motivasi belajar siswa
4. Minimnya motivasi dari guru dan kepala sekolah yang membangun
hingga mempengaruhi peserta didik tidak melakukan perbuatan
yang merugikan orang lain.
5. Minimnya komunikasi yang dibangun antara kepala sekolah, guru
dengan wali murid guna meningkatkan dan menciptakan peserta
didik yang terarah.
C. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, terdapat batasan masalah yang akan di
lakukan, yaitu dalam Analisis Mengenai Dampak Verbal Bullying
6
terhadap Kecerdasan Interpersonal Pada Siswa Kelas V SD Negeri
Margajaya II Kota Bekasi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam batasan masalah di atas, maka
masalah yang timbul dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Apa Dampak dari Verbal Bullying terhadap Kecerdasan
Interpersonal Pada Siswa Kelas V SD Negeri Margajaya II Kota
Bekasi ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis adanya
dampak dari Verbal Bullying terhadap kecerdasan Interpersonal Siswa
Kelas V SDN Margajaya II Kota Bekasi.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dampak dari Verbal Bullying terhadap salah satu siswa
di lingkungan sekolah.
2. Meminimalisasi korban Verbal Bullying yang berpengaruh terhadap
kecerdasan siswa dan kepercayaan diri siswa.
3. Memberikan edukasi serta motivasi kepada peserta didik mengenai
perbuatan bullying yang terjadi
7
4. Memberikan pemecahan masalah akibat kurangnya menerapkan
kebiasaan baik dalam lingkungan sekolah yang berpengaruh
kepada terjadinya perbuatan Verbal Bullying dan hal yang tidak
diinginkan.
5. Mengembangkan penelitian yang telah ada sebelumnya.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, Menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Tujuan, Manfaat dan Sistematika
Penulisan
BAB II Tinjauan Pustaka, Menjelaskan tentang Deskripsi Teori,
Kerangka Berpikir, dan Hipotesis Penelitian.
BAB III Metodologi Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Desain
penelitian, Metode Pengolahan Data Pengolahan dan
Teknik Analisis Data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Menjelaskan tentang
Deskripsi Data, dan Interpretasi Hasil Penelitian
BAB V Penutup, Menjelaskan Kesimpulan dan Saran.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Verbal Bullying
a. Pengertian Bullying
Menurut Zakiyah, Humedi dan Santoso, (2017 ; 326),
menyatakan bahwa bullying merupakan bentuk perlakuan
manusia yang di dalamnya mengandung berbagai kekerasan
yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang terhadap
korban yang dianggap lemah dan tidak memiliki kekuatan untuk
melawan.
Menurut Sejiwa dalam Zakiyah,dkk, (2017 ; 324),
menyatakan bahwa bullying adalah suatu tindakan dengan
menggunakan sebuah kekuasaan yang dimiliki oleh pelaku
yang bertujuan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok
orang yang dianggap tidak memiliki kekuatan dalam dirinya,
Kekerasan dilakukan baik secara verbal berupa kata-kata, fisik,
maupun psikologis sehingga korban akan merasa tertekan,
menimbulkan trauma yang berkepanjangan dan tak berdaya.
Begitupun korban mengalami gangguan yang ber efek tidak
baik dan tidak diinginkan untuk jangka panjang.
9
Menurut Astuti dalam Arya (2018 : 18), menyatakan bahwa
bullying merupakan keinginan dalam diri manusia untuk dapat
menyakiti manusia lain dengan tujuan tertentu. Keinginan untuk
menyakiti ini dilakukan dengan aksi baik fisik, psikis atau verbal
berupa perkataan, dimana perlakuan tersebut menyebabkan
korban menderita baik secara fisik maupun mental.
Zakiyah, dkk, (2017 ; 326), menyatakan bullying adalah
segala bentuk yang mengandung kekerasan dimana terjadi
pemaksaan secara psikologis ataupun fisik terhadap seseorang
atau sekelompok orang yang lebih lemah atau dikatakan
sebagai korban.
Menurut Besag Dalam Syahruddin (2019 : 95),
menyatakan bullying sebagai sebuah yang bersifat memiliki
penyerangan yang dilakukan secara berulang-ulang, baik
secara fisik, psikologis korban serta sosial bagi yang
mempunyai kekuatan tertentu dan posisi yang bertujuan hingga
menyebabkan stress terhadap korban yang menerima
perlakuan tersebut.
Menurut Olweus Dalam Syahruddin (2019 : 96),
mendefinisikan bullying sebagai kejadian yang dilakukan
secara berulang dengan tujuan untuk menyakiti orang lain,
dimana hal tersebut memicu ketidakseimbangan kekuatan
10
antara pelaku dengan korban, sehingga menimbulkan adanya
bullying di dalamnya.
Menurut Permatasari dan Azwar (2017 ; 03), menyebutkan
bahwa bullying tergolong kepada yang jelas tidak baik atau
yang menyimpang, hal ini dikarenakan hal tersebut memiliki
dampak yang cukup serius bagi korban yang menerima bully
tersebut.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberi
pengertian bullying sebagai kekerasan fisik dan psikologis
berjangka panjang baik itu efek pada individu atau lingkungan,
serta yang dilakukan seseorang atau kelompok tersebut
terhadap individu yang tidak memiliki kemampuan untuk
mempertahankan dirinya dalam kondisi dimana ada keinginan
untuk melukai, menyakiti atau menakuti individu hingga
membuat individu tersebut merasa tertekan, terancam, trauma
hingga depresi dan tidak berdaya. Sehingga terjadinya suatu
kekerasan yang sulit untuk diterima, namun dilain hal sebagai
korban juga merasa tidak memiliki kemampuan untuk dapat
melawan.
Berdasarkan pemaparan beberapa ahli di atas, dapat di
simpulkan bahwa perbuatan atau bullying merupakan
perbuatan yang tidak dibenarkan oleh pihak manapun.Bullying
ini merupakan perbuatan yang menyakiti pihak manapun
11
sebagai korban dari seorang pelaku yang dilakukan baik
individu atau kelompok dengan menggunakan kekerasan baik
fisik maupun verbal. Dampak yang ditimbulkan dari perbuatan
ini sangat buruk bagi korban sebab dapat merusak mental diri
korban baik dalam jangka pendek serta dalam jangka panjang.
Dalam jangka panjang, korban bullying dapat menderita
masalah emosional dalam dirinya. Perbuatan atau perlakuan
seperti menghina dalam bentuk caci maki, bersifat
merendahkan, memberikan sebuah perkataan yang berupa
julukan negatif, melukai fisik seperti memukul, mendorong
hingga menendang, serta perilaku seperti menghindar sampai
tidak mau berteman merupakan sebuah bentuk nyata dalam
tindakan bullying. Bullying dalam jangka pendek dapat
menimbulkan perasaan tidak aman, terpenjara, memiliki
perasaan yang merasa harga dirinya yang rendah, mengalami
stress hingga depresi yang mengakibatkan seorang korban
dapat berfikir untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri
sebagai jalan terakhir.
Praktek bullying yang sering terjadi di lingkungan sekolah
merupakan salah satu hal yang sangat disayangkan oleh pihak
manapun. Oleh sebab itu penelitian serta pendapat yang
dipaparkan oleh para ahli, guna untuk mengurangi atau sampai
menuntaskan kasus bullying tersebut.
12
b. Kategori Bullying
Menurut Coloroso dalam Zakiyah, dkk (2017; 328),
menyebutkan beberapa jenis bullying, diantaranya :
1) Bullying Fisik, bullying ini dilakukan pelaku dengan cara
melukai fisik seperti memukul, menendang, mendorong,
merusak benda-benda milik korban, melakukan tindakan
pencurian dan lain-lain. Kekerasan ini mengakibatkan luka
fisik bagi korban yang menerima perlakuan tersebut.
2) Bullying Verbal, yaitu perbuatan kekerasan yang dilakukan
dengan sebuah perkataan negatif seperti mengolok-ngolok
nama panggilan atau mengejek, menghina melecehkan
penampilan atau memberikan penilaian buruk dengan kata
atau kalimat yang tidak pantas, memberikan ancaman
terhadap korban dengan pesan atau ucapan langsung,
menakut-nakuti korban, sehingga korban merasa dirinya
lemah dan tidak ada kekuatan dalam dirinya. Sebab dengan
celotehan atau perlakuan verbal yang dilakukan oleh pelaku
terhadap korban merupakan kata-kata yang diserap dengan
hati oleh korban bully tersebut.
3) Bullying Relasional, yaitu jenis bullying yang tidak mudah
terlihat dari luar atau keadaan yang terjadi. Bullying jenis ini
adanya penindasan yang tidak secara langsung seperti
13
kedua jenis di atas, seperti pengucilan, pengabaian,
diasingkan, penghindaran serta hal lain yang mencangkup
efek negatif yang mungkin terasa tidak secara langsung
oleh korban. Perilaku jenis ini mencakup sikap tersembunyi
seperti halnya helaan nafas, lirikan mata, pandangan
agresif, serta bahasa-bahasa tubuh yang kasar.
4) Cyber Bullying, perilaku dalam hal ini seperti
mempermalukan orang atau korban dengan menyebar
berita tidak benar melalui media atau jejaring sosial yang
berkaitan dengan internet, menyebar foto-foto korban dan
disalahgunakan tanpa izin korban yang bersangkutan, serta
membongkar aib atau rahasia privasi korban dengan cara
tertentu menggunakan jalur internet atau aplikasi lainnya,
guna memenuhi kepentingan pribadinya.
Menurut Riauskina, dkk dalam Zakiyah, dkk, (2017 : 329),
mengelompokkan perilaku bullying ke dalam 5 kategori, yaitu:
1) Kontak fisik langsung, seperti perlakuan yang dilakukan
dengan cara memukul, mendorong, menggigit,
menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam
ruangan (jahil), mencubit, mencakar, juga termasuk
memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang
lain. Hal ini menyebabkan penderita atau korban menjadi
terluka baik fisik maupun mental dalam dirinya.
14
2) Kontak verbal langsung seperti mengancam,
mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi
panggilan nama, mencela/mengejek, memaki,
menyebarkan gosip yang tidak benar, sehingga korban
merasa dirinya tidak nyaman saat berada di lingkungan
tersebut.
3) Perilaku non verbal langsung dengan melihat dengan sinis,
menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang
merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya
disertai oleh bullying fisik atau verbal.
4) Perilaku non verbal tidak langsung seperti mendiamkan
seseorang, merusak persahabatan sehingga retak, sengaja
mengucilkan atau mengabaikan, sehingga perbuatan ini
secara tidak langsung membuat korban merasa terpukul
dan merasa tidak berharga.
5) Pelecehan seksual (kadang-kadang dikategorikan perilaku
agresi fisik atau verbal).
c. Verbal Bullying
Menurut Zakiyah, dkk, (2018 ; 328), menyebutkan
kekerasan verbal adalah bentuk kekerasan atau penindasan
yang paling umum digunakan atau paling sering dan banyak
ditemukan. Perbuatan atau perlakuan kekerasan ini terjadi baik
15
oleh anak perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal
mudah dilakukan dan dapat dilakukan dengan cara-cara halus
dengan sebuah kata-kata atau apapun itu perlakuan buruk
yang dilakukan dengan menggunakan perkataan yang
dilakukan oleh orang dewasa atau teman sebaya, tanpa
terdeteksi.
Menurut Wahyuni, dkk, (2016 ; 37), menyebutkan bahwa
verbal bullying adalah kekerasan/pelecehan dengan
menggunakan kata-kata negatif yang tidak pantas seperti
menghina, mencela, mengejek, mencemooh, memberi julukan
yang tidak disukai oleh seseorang sehingga mengganggu
kenyamanan hidup seseorang tersebut. Verbal bullying
merupakan sebuah bentuk kekerasan yang bisa terjadi dalam
waktu dan tempat yang tidak dapat ditetukan sebab dapat
terjadi kapan saja dan di mana saja. Pelaku sebuah kasus bully
di lingkungan sekolah bisa saja seorang teman, saudara hingga
guru. Verbal bullying tersebut dapat memberikan efek perasaan
yang tidak aman, dan hal ini memiliki dampak negatif pada diri
individu sebagai korban bullying.
Penindasan secara verbal dapat berupa julukan nama,
celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-
pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual
yang membuat korban merasa terhina dan tertekan oleh
16
perbuatan tersebut. Adapun penindasan secara verbal dapat
berupa sebuah perampasan uang jajan hingga barang-barang,
serta dalam bentuk komunikasi, email yang mengintimidasi,
menghina akan segala kekurangan korban yang dimiliki, surat-
surat kaleng yang berisi ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan
yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji, serta gosip yang tidak
benar.
Menurut Sari, Azwar (2017: 343), menyatakan perbuatan
verbal bullying merupakan suatu penindasan atau kekerasan
yang dilakukan pelaku dimana perbuatan yang dilakukan
terdeteksi oleh indera pendengaran. Seperti halnya menghina,
meneriaki, mempermalukan di depan umum, menuduh,
menyebar berita yang tidak benar, memfitnah dan berbagai
perbuatan yang menyakiti dengan sebuah kata-kata yang
menjatuhkan.
Dari beberapa pernyataan yang diuraikan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa perilaku verbal bullying merupakan
tindakan kekerasan berupa kata-kata yang bersifat buruk yang
diterima dengan indera pendengaran. Pihak korban yang
menerima bentuk kekerasan verbal bullying ini akan merasakan
dampak negatif ke dalam dirinya dalam jangka panjang.
Sehingga pengaruh negatif akan terjadi terhadap dirinya
sebagai korban maupun lingkungan sekitar.
17
d. Pelaku Bullying
Menurut Coloroso dalam Syahruddin (2018 : 22),
menyatakan bahwa terdapat beberapa jenis atau tipe pelaku
bullying, di antaranya adalah sebagai berikut :
1) Pelaku Cerdik,
Tipe pelaku ini mempunyai ego yang besar dan percaya diri
yang tinggi. Pelaku kurang mempunyai empati yang tinggi
terhadap siapapun termasuk korban bullying. Pelaku
biasanya sering dikagumi banyak orang, guru karena
memiliki kekuatan dalam kepribadiannya. Namun pelaku
tipe ini dikatakan cerdik dikarenakan dirinya mempunyai
banyak cara untuk menyembunyikan perlakuan yang telah
dilakukan, sehingga orang di sekitarnya tidak percaya apa
yang telah pelaku ini lakukan.
2) Pelaku Sosial,
Tipe pelaku ini banyak menggunakan rumor atau gosip
untuk membatasi korban dari aktivitas sosialnya. Pelaku
tentunya memiliki sifat cemburu terhadap korban, baik dari
sisi positif dari diri korban. Pelaku tipe ini memiliki
kebiasaan atau perlakuan untuk sering berpura-pura dan
bertindak seakan-akan peduli dengan korban, selanjutnya
18
memperdaya korban untuk mendapatkan yang dia
inginkan.
3) Pelaku Hiperaktif,
Tipe pelaku bullying jenis ini adalah seorang yang
mempunyai masalah dengan akademik dan kurang memiliki
keterampilan sosial dalam hidup. Dengan begitu, mereka
melakukan tindakan bullying dan bertindak agresif hanya
dengan tujuan mencari perhatian.
4) Pelaku Korban
Tipe pelaku jenis ini adalah sekaligus korban bullying itu
sendiri. Dimana pelaku ini memiliki pengalaman atau masa
lalu menjadi korban dari perbuatan bullying, sehingga
dirinya merasa memiliki kewenangan dan kewajaran untuk
balas dendam dengan melakukan hal yang sama di
lingkungan dan waktu yang berbeda. Pelaku ini dapat
terjadi apabila dirinya saat menjadi korban tidak segera
diatasi dalam pendekatan keluarga atau psikologis.
5) Pelaku Berkelompok,
Pelaku pada jenis ini, adalah sekelompok pelaku yang
berkumpul dan melakukan tindakan negatif terhadap
korban yang menjadi sasaran mereka. Anggota dari
masing-masing pelaku bullying ini akan sangat agresif
19
ketika power terkumpul untuk melakukan tindakan bullying.
Namun, ketika semuanya berada dalam lingkungan yang
berbeda serta berpisah-pisah, maka individu akan sulit
dilihat perlakuan yang sebenarnya.
6) Pelaku Pasif,
Jenis pelaku tersebut yaitu sebagai individu yang ikut
berpartisipasi dalam bullying tetapi biasanya buka dirinya
yang berinisiatif sendiri untuk melakukan tindakan bullying
tersebut. Umumnya individu atau pelaku pasif ini adalah
mereka yang merasa cemas dan merasa dirinya tidak aman
dalam melakukan tindakan bullying. Sehingga apabila
terdapat teman sejawat yang memberikan pengaruh sangat
kuat terhadap dirinya, maka dirinya akan ikut melakukan
aksinya. Tentunya mereka mempunyai tujuan-tujuan atau
alasan-alasan yang berbeda terhadap korban, sehingga
mereka bergabung untuk melakukan tindak bullying.
Berdasarkan paparan di atas, disimpulkan bahwa pelaku
bullying cenderung memiliki sifat yang kurang baik, seperti
menyukai kekerasan, agresif, suka mendominasi orang lain,
yang dapat terikat dengan status orang tuanya yang merasa
terpandang, sering terlihat perkelahian dengan orang-orang
tertentu atau merasa memiliki popularitas yang tinggi di
20
lingkungan sekolah ataupun lainnya. Sehingga hal ini yang
menjadi penyebab pelaku berbuat hal tersebut.
e. Korban Bullying
Menurut Syahruddin (2018 : 27), menyatakan bahwa siswa
yang sering menjadi target bullying di sekolah juga disebut
korban bullying. Korban bullying ini biasanya memiliki posisi di
luar dari kelompok atau relasi tertentu, dan korban atau mereka
biasanya memiliki perbedaan ciri yang dimilikinya sangat
berbeda dengan orang lain yang mencolok. Sehingga ini yang
menjadi pemicu dan penolakan oleh orang lain.
Korban biasanya memiliki hal yang berbeda atau yang
membuat perbedaannya tersebut mencolok dengan individu
lain yang dimana dirinya menjadi pemicu dalam perbuatan
bullying, sehingga dirinya akan memiliki peluang dalam menjadi
korban bullying baik secara verbal maupun fisik. Korban
bullying akan diberikan asumsi oleh pelaku untuk memandang
bahwa kehidupan dan dunia ini adalah sesuatu yang negatif
bagi korban dan dirinya tidak berharga sama sekali. Perbuatan
ini tentunya akan berdampak buruk bagi kehidupan atau
kepribadian korban dalam jangka waktu yang panjang.
21
Menurut Hazler dalam Syahruddin (2018 : 28),
menyatakan bahwa terdapat beberapa tipe korban bullying, di
antaranya sebagai berikut :
1) Korban bullying pasif
Korban dalam tipe ini menempatkan bahwa dirinya
secara tidak sadar mempersilahkan pelaku untuk
melakukan bullying terhadap pelaku untuk melakukan
bullying terhadap dirinya dan korban tidak melakukan reaksi
apapun saat mengalami perlakuan bullying tersebut.
Karakter korban tipe ini secara umum memiliki karakter
dimana korban memperlihatkan kecenderungan perasaan
tidak aman dan cemas, kurangnya rasa humor dan
keterampilan sosial, mudah menangis, memiliki sedikit
teman dan kurang senang dalam bersosialisasi, secara fisik
lemah, terutama apabila individu ini adalah laki-laki yang
bersikap terlalu patuh.
2) Korban bullying Provokatif
Korban tipe ini tidak banyak dan lebih sulit diidentifikasi
dibandingkan korban pasif. Tipe korban ini memiliki atau
melakukan aksi yang mengundang perlakuan bullying.
Seperti halnya bahasa tubuh mereka menjadi incaran atau
target dari perbuatan bullying. Sebab segala hal yang
22
dilakukan korban mengundang hal-hal yang memungkinkan
terjadinya perbuatan bullying di lingkungan tersebut.
3) Korban bullying terwakili
Tipe korban ini digambarkan seperti anak yang lemah
dan potensial untuk menjadi korban atau target, memiliki
tingkat empati dan sensitive yang tinggi serta merasa malu
terhadap kegagalannya dalam bertindak. Misalnya korban
menjadi saksi atau mendengar tentang terjadinya insiden
bullying di sekolahnya sehingga terpengaruh secara
langsung karena merasa ketakutan terhadap yang
dilakukan pelaku terhadap korban.
Menurut Syahruddin (2018:31), menyebutkan beberapa
tanda-tanda yang diperlihatkan siswa ketika menjadi korban
bullying, di antaranya sebagai berikut :
1) Mereka malas atau enggan untuk ke sekolah
Hal ini disebabkan karena di lingkungan sekolah individu
tersebut menerima kekerasan baik secara verbal maupun
fisik. Sehingga individu sebagai korban akan merasakan
kondisi yang tidak aman bagi dirinya.
2) Ingin selalu diantar atau ditemani ke sekolah
Individu yang memiliki peran sebagai korban akan merasa
dirinya sendiri dan memiliki rasa ketakutan, sehingga dirinya
23
akan merasa aman jika ditemani baik itu dari pihak keluarga
atau lainnya.
3) Mereka memilih pulang lebih awal
Hal ini disebabkan oleh lingkungan dimana tempat individu
tersebut menerima tindakan kekerasan, sehingga mereka
akan merasa dirinya lebih baik apabila meninggalkan
lingkungan tersebut.
4) Melakukan sesuatu yang baru di luar kebiasaanya
Hal ini dilakukan individu disebabkan faktor yang
menyebabkan dirinya tertekan, sehingga memiliki keinginan
untuk keluar dari zona yang tidak aman bagi dirinya.
Sehingga individu ini dapat melakukan hal apa saja yang
menurut dirinya akan menjadi jalan keluar. Maka akan
muncul hal-hal baru atau kebiasaan yang baru dalam diri
korban.
5) Memiliki ketakutan untuk berbicara mengenai teman-teman
Ini disebabkan karena korban berpikir bahwa dirinya akan
mendapatkan hal yang buruk apabila membicarakan hal
yang terjadi apalagi berhubungan dengan teman-temannya
yang berperan sebagai pelaku.
24
6) Terlihat tidak bahagia dan tidak seperti biasanya
Salah satu dari efek negative yang akan timbul dalam diri
korban adalah mengasingkan diri. Hal in mencerminkan dan
menggambarkan bahwa dirinya tidak merasa aman dan sulit
untuk bahagia bahkan ceria sekalipun seperti biasanya.
7) Selalu menyendiri dan meninggalkan aktivitas kelompoknya
Aktivitas yang berkaitan dengan sosialisasi termasuk
dilingkungan sekolah, korban akan merasa tidak nyaman
dalam dirinya. Sehingga korban merasa enggan untuk
bersosialisasi apapun bentuknya.
8) Selalu merendahkan dirinya sendiri ketika berbicara
Disebabkan karena dirinya tidak begitu berharga saat
kekerasan itu diterima dalam dirinya,
9) Tidak tertarik dengan berbagai kegiatan di sekolah
Hal ini disebabkan oleh dirinya yang tidak merasa aman
untuk bertahan dalam waktu yang lama di lingkungan
tersebut. Merasa dirinya tidak berharga juga berpengaruh
kepada ketidaksiapan dirinya untuk masuk ke dalam
berbagai kegiatan di lingkungan sekolah.
Berdasarkan beberapa paparan yang diuraikan di atas,
secara umum, korban digambarkan sebagai individu yang
mengalami depresi, mengalami situasi sosial yang sulit dan
25
memiliki kecenderungan rasa cemas yang tinggi. Korban sering
menilai dirinya sebagai seorang yang gagal, tidak berharga
tidak begitu menarik dan merasa tidak cerdas dari yang lainnya.
Sehingga muncul dalam dirinnya perasaan untuk tidak
melaporkan jika sedang mengalami perlakuan bullying dalam
bentuk apapun. Sehingga dalam sisi buruknya, pelaku bullying
akan merasa mendapatkan sinyal untuk tetap mengulang
perbuatan bullying tersebut.
f. Faktor-Faktor Penyebab Bullying
Menurut Ariesto dalam Zakiyah, dkk, (2017; 327),
menyatakan beberapa faktor penyebab bullying, di antaranya
sebagai berikut :
1) Keluarga.
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang
bermasalah, salah satu contoh seperti orang tua yang
menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah
yang penuh dengan situasi dan kondisi yang menyebabkan
tekanan dan stres pada anak, agresi, dan permusuhan antar
sesama saudara. Terjadinya bullying dapat terjadi ketika
mengamati konflik yang terjadi pada orang tua mereka,
sehingga kemudian menjadi bahan contoh atau di salah
gunakan terhadap teman-temannya. Jika tidak ada tindak
26
lanjut dalam mengurangi atau menangani hal ini, maka yang
akan terjadi memburuknya situasi dan menyebabkan hal
buruk baru terjadi.
2) Sekolah
Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan
manapun, salah satunya yang sering terjadi adalah
lingkungan sekolah. Pihak yang berkaitan dengan sekolah
salah satunya memberikan masukan negatif pada siswanya,
misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga
tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati
dan memperhatikan kemanusiawian di lingkungan sekolah.
3) Faktor Kelompok Sebaya.
Kondisi lingkungan yang bersifat sosial menjadi salah
satu penyebab timbulnya kasus kekerasan yang masuk ke
dalam kategori bullying. Salah satu faktor lingkungan sosial
yang menyebabkan tindakan bullying adalah perlakuan yang
dilakukan guna untuk dapat membuktikan bahwa individu
yang bersangkutan dapat masuk ke dalam kelompok atau
relasi yang dia inginkan. Hal lain yang mempengaruhi yaitu
kemiskinan. Kemiskinan yang dijadikan alasan seseorang
untuk berbuat sesuatu di lingkungan yang mendukung
perbuatan tersebut.
27
4) Tayangan televisi dan media cetak
Tampilan gambar hingga tontonan menjadi salah satu
contoh yang bisa saja diambil hingga dibuat sebagai
peniruan dalam melakukan aksi yang sama dengan apa
yang mereka serap. Mereka dapat meniru hal tersebut
dengan apa yang mereka lihat kemudian mereka lakukan hal
tersebut dengan teman sebaya terhadap korban.
Sri Lestari, dkk, (2018 ; 06), menyebutkan beberapa
factor-faktor terjadinya perilaku bullying, yaitu sebagai berikut :
1) Faktor Keluarga
Keluarga adalah salah satu lingkungan sosial yang
paling kecil. Meskipun demikian, peranannya besar sekali
terhadap perkembangan sosial dalam jiwa individu, terlebih
pada awal-awal perkembangan yang menjadi suatu acuan
bagi perkembangan kepribadian individu selanjutnya. Pola
asuh yang baik maka akan menghasilkan pribadi yang baik
dalam kehidupan individu. Sebaliknya, apabila pola asuh
yang mengagungkan dan memiliki latar belakang
pembiasaan yang arogan, maka hal ini yang akan menjadi
pemicu terjadi perbuatan bullying.
28
2) Faktor Sekolah `
Sekolah adalah lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap kehidupan individu. Sebab lingkungan sekolah
adalah tempat dari perjalanan kehidupan untuk menempuh
pendidikan. Sehingga sekolah adalah lingkungan yang
rentan terjadinya bullying. Lingkungan sekolah yang minim
pengawasan dari guru terlebih untuk siswa yang mendiami
kelas yang berada di belakang atau jauh dari pengawasan
guru.
3) Faktor Teman Sebaya
Pengaruh teman sebaya sangat berdampak bagi
pembentukan kepribadian, sebab berkaitan dengan
lingkungan yang mendukung. Sebab individu akan lebih
banyak menghabiskan waktunya untuk saling bertukar
informasi tentang dunia luarnya dengan teman sebaya. Hal
ini yang menjadi pengaruh dan arahan baik buruknya
bagaimana dirinya mengembangkan perilaku dalam
lingkungan tersebut.
4) Faktor Media
Setiap tayangan dan informasi yang dimuat baik di
media cetak maupun eletronik membawa dampak yang
berbeda bagi setiap individu. Tayangan atau informasi yang
29
menayangkan tentang kekerasan dapat menjadikan contoh
buruk bagi individu yang tidak dapat menyerap dengan baik
untuk melakukan perilaku bullying di manapun dia berada.
5) Faktor Kepribadian
Kepribadian membedakan satu individu dengan
individu lainnya. Faktor yang menjadi salah satu seseorag
memiliki perilaku kurang baik disebabkan dengan tidak
terkendalinya kepribadian dalam dirinya. Kepribadian buruk
yang dimiliki individu dapat menjadi salah satu factor
individu tersebut berbuat hal yang tidak baik.
6) Faktor Budaya
Faktor tersebut yang sangat luas cangkupannya,
menjadi saah satu penyebab perilaku bullying dapat terjadi.
Budaya mempengaruhi anak menjadi anak yang stres,
depresi, dan arogan, apabila budaya tersebut memang
memiliki pengaruh yang buruk bagi individu tersebut.
Menurut Astuti dalam Yuli Permata Sari, dkk, (2017 : 344),
menyebutkan beberapa faktor penyebab terjadinya perbuatan
bullying dalam dunia pendidikan, yaitu sebagai berikut :
1) Adanya perilaku diskriminatif di lingkungan sekolah baik
dilakukan oleh guru maupun siswa yang menyakiti baik
secara langsung maupun tidak langsung.
30
2) Pembinaan dan pengembangan etika di lingkungan sekolah
kurang dan tidak efektif, sehingga hal ini dapat terjadi dan
terus berulang.
3) Adanya kesenjangan yang kuat antara siswa kalangan
menengah ke bawah serta siswa dengam kalangan
menengah ke atas atau disebut dengan kesenjangan status
sosial.
4) Penerapan pola kedisiplinan yang lemah serta kaku,
sehingga tidak mengakibatkan efek yang diharapkan
terhadap siswa.
5) Peraturan yang tidak berjalan baik dan tidak konsisten yang
di lakukan pihak sekolah, sehingga siswa akan memiliki
kekuasaan penuh dalam dirinya untuk melakukan apapun di
lingkungan sekolah tanpa adanya batasan.
g. Dampak Perilaku Bullying
Modecki dalam Kartika, dkk (2019 : 59) menyatakan
kekerasan secara fisik dan verbal yang mereka terima sering
menjadi faktor trauma untuk jangka pendek dan jangka
panjang. Trauma memengaruhi terhadap penyesuaian diri
dengan lingkungan, yaitu dalam hal ini adalah lingkungan
sekolah. Dimana pengaruh yang diterima akan berlanjut dalam
jangka panjang, salah satunya dalam proses pembelajaran.
31
1) Bagi Korban
Menurut Ohsako dalam Lutfi Arya (2018 : 27), dampak
yang ditimbukan bagi korban dari perbuatan bullying ini di
lingkungan sekolah adalah memunculkan rasa takut dalam
diri korban, menimbulkan rasa tidak aman yang menghantui
diri individu korban, mempengaruhi terjadinya perubahan
prestasi akademik, sehingga hal tersebut menjadi penyebab
korban menyebabkan penurunan semangat belajar dan
bersosialisasi.
Dari pendapat di atas diijelaskan bahwa apabila
perbuatan bullying ini tidak secara cepat diatasi, maka akan
rentan terhadap korban dalam menerima efek atau resiko
yang akan diterima dalam jangka panjang. Dampak yang
ditimbulkan antara lain terhadap psikis dan fisik. Hal lain
yang akan ditimbulkan yaitu menarik diri dari lingkungan
yang mulai tidak nyaman bagi korban, hal yang
menyebabkan dirinya merasa tidak aman maka akan rentan
terhadap stres dan depresi. Untuk efek yang lebih parah,
perilaku bullying ini akan membuat korban untuk bertindak
mengakhiri kehidupannya atau mencoba untuk bunuh diri
apabila sudah tidak tahan akan segala tekanan tersebut.
Maka dari itu hal ini akan menimbulkan efek negtif bagi fisik
maupun psikis korban.
32
Perilaku bullying ini akan menyebabkan korban menjadi
memiliki penurunan dari segi absensi di sekolah atau
lingkungan kerja, menurun atau rendahnya prestasi
akademik di sekolah, merasa rendah harga diri, tingginya
depresi, meningkatnya kenakalan remaja dengan kejahatan
orang-orang dewasa. Selain itu juga korban akan
berdampak pada menurunnya dan melemahkan daya dan
kualitas yang ada dalam diri individu atau korban.
2) Terhadap Pelaku
Adanya korban dalam perilaku bullying ini tentunya
juga terdapat pelaku dalam perbuatan ini. Pelaku bullying ini
pada umumnya merasa memiliki percaya diri yang tinggi
serta harga diri yang tinggi pula, cenderung bersikap
medukung atau membenarkan pada kekerasan, tipikal
berwatak keras kepala, serta mudah marah dan memiliki
toleransi yang rendah terhadap sesama.
Menurut Ohsako dalam Arya (2018 : 29), terdapat
dampak yang akan ditimbulkan bagi pelaku jika bullying ini
terjadi di lingkungan sekolah yaitu sebagai berikut:
a) Pelaku dikeluarkan oleh pihak sekolah
Apapun yang terjadi, pelaku adalah sumber utama
penyebab terjadinya perbuatan bullying yang akan
33
berdampak buruk bagi lingkungan. Sehingga pihak
sekolah akan bertindak lebih lanjut untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi, salah satunya dengan
mengeluarkan pelaku dari sekolah.
b) Kekerasan berdampak kepada guru dan kepala sekolah
Hal ini tentunya akan memberikan dampak yang buruk
baik terhadap lingkungan maupun pihak yang terlibat di
dalamnya, seperti guru dan kepala sekolah.
c) Mengakibatkan kerugian bagi pihak sekolah, baik dalam
hal pencemaran nama baik sekolah maupun kerugian
yang akan ditimbulkan di lingkungan sekolah
d) Menyalurkan ke dalam ranah lingkungan keluarga
Keluarga akan merasakan dampak dan akibat dari
perbuatan yang dilakukan oleh salah satu anggota
keluarga.
e) Memiliki kecenderungan untuk terlibat dalam kenakalan
di masa yang akan datang.
Hal ini adalah akibat yang akan ditimbulkan di masa
yang akan datang, atau disebut sebagai dampak yang
buruk untuk jangka panjang bagi pelaku.
34
3) Terhadap Lingkungan sekolah
Menurut Ohsako dalam Arya (2018 : 27), beberapa
dampak yang akan ditimbulkan terhadap lingkungan
sekolah di antaranya hal ini akan melemahkan disiplin yang
sudah berdiri, merusak nama baik dan reputasi sekolah.
Selain itu, perilaku bullying ini dapat menghambat proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah.
h. Pandangan Islam Terhadap Perilaku Bullying
Pandangan Islam dalam Elvigro, Prasma (2014; 24)
bahwa Bullying ini termasuk perbuatan yang zalim. Perbuatan
zalim ini dalam ensiklopedia berasal dari bahasa Arab, yaitu
dholama yang bermakna gelap. Kata Zalim ini lebih luasnya
memberikan makna atau menggambarkan sifat kejam, jahat,
tidak berperikemanusiaan, senang melihat orang lain
kesusahan dan sengsara, memiliki sifat atau karakter jahat,
senang melakukan penganiayaan, melakukan kerusakan, dan
bentuk-bentuk perilaku tidak adil serta negatif lainnya.
Dalam bahasan pada ranah sifat, maka zalim merupakam
sifat yang berlawanan dari fitrah dan ahlak manusia. Sebab
manusia memiliki akal untuk dapat berfikir dan mejalankan
akalnya yaitu dengan cara berfikit dahulu sebelum bertindak.
Maka dari itu, manusia seharusnya memiliki sifat dan perilaku
35
baik terhadap siapapun, sebab segala perbuatan yang ia
lakukan akan ia pikirkan terlebih dahulu.
2. Hakikat Kecerdasan Interpersonal
a. Pengertian Kecerdasan Interpersonal
Menurut Safaria dalam Seran (2016 : 164), menyatakan
bahwa kecerdasan Interpersonal yaitu Individu yang
menunjukkan suatu kemampuan dalam berhubungan dengan
orang lain serta mampu berkomunikasi yang efektif, peduli
dengan orang lain, mampu mengembangkan hubungan baik
dan harmonis dengan orang lain, serta individu yang mampu
memahami situasi dan kondisi orang lain.
Menurut Mork dalam Ningrum, dkk (2019 ; 29),
menyebutkan bahwa kecerdasan Interpersonal adalah
kemampuan untuk membaca tanda dan isyarat sosial,
komunikasi bain secara verbal maupun non verbal, dan mampu
menyesuaikan gaya komunikasi secara tepat. Orang yang
memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi melakukan
rangkaian hubungan dengan keterampilan dan kemahiran,
karena orang tersebut memiliki kebutuhan tentang empati,
kasih sayang, empati, pemahaman, ketegasan, dan ekspresi
dari kebutuhan dan keinginan.
36
Menurut Riyanto dalam Wulandari, dkk (2016 ; 186),
menyatakan bahwa kecerdasan Interpersonal adalah
kemampuan untuk membedakan dan memberikan persepsi
tentang manusia lain seperti motivasi, suasana hati, dan
perasaan orang lain dengan kemampuan menanggapinya
secara efektif. Hal ini menunjukkan bahwa inti dari kecerdasan
interpersonal adalah kemampuan memahami orang lain dan
dapat memberikan umpan balik secara efektif.
Menurut Gardner, Checkkley, dkk dalam Nurhasanah,
(2015 ; 30), menyebutkan bahwa kecerdasan interpersonal
adalah kemampuan memahami pikiran, sikap, dan perilaku
orang lain dalam suatu tindakan yang dilakukan. Kecerdasan
ini merupakan salah satu kecerdasan yang sangat diperlukan
manusia dalam kehidupan. Hal tersebut disebabkan karena
sikap-sikap yang ditunjukkan oleh anak yang memiliki
kecerdasan interpersonal sangat menyejukkan dan penuh
kedamaian, dikarenakan sikapnya mampu memberikan
kenyamanan bagi orang yang berhubungan langsung
dengannya.
Menurut Uno dan Kuadrat dalam Nurhasanah (2015 ; 30),
menyebutkan bahwa kecerdasan Interpersonal menunjukan
kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang
lain dan selalu mengerti terhadap kondisi orang lain. Dalam hal
37
ini bahwa seseorang mampu memahami perasaan orang lain di
sekelilingnya. Kecerdasan semacam ini juga sering disebut
sebagai kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin
persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup
kemampuan seperti memimpin, mengorganisasi, menangani
perselisihan antar teman dengan baik, memperoleh simpati
siswa yang lain.
Menurut Gardner dalam Neni, dkk (2017 ; 13), menyatakan
kecerdasan Interpersonal merujuk kepada kemampuan anak-
anak untuk bersosialisasi dan bekerja sama, berhubungan baik
dengan orang lain, kemampuan anak berempati hingga
memiliki pemahaman dalam mengerti perasaan orang lain saat
berinteraksi dengan dirinya. Definisi kecerdasan interpersonal
atau bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan
sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan
keterampilan seseorang dalam suatu kumpulan atau relasi dan
mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak
berada dalam situasi menang-menang atau menguntungkan
tidak saling merugikan dan menjatuhkan satu sama lain.
Menurut Budiningsih dalam Wulandari, dkk (2016 ; 186),
menyatakan bahwa kemampuan yang ada dalam kecerdasan
tersebut di antaranya kemampuan dalam berkomunikasi,
memiliki empati yang tinggi, mampu bekerjasama hingga
38
mampu memberikan motivasi. Dapat dikaitkan kecerdasan
interpersonal dengan hubungan berkomunikasi akan berjalan
baik dalam jangka waktu yang panjang.
Menurut Gardner dalam Monawati (2015 : 23), menyatakan
bahwa kecerdasan interpersonal merupakan suatu kemampuan
yang ada dalam diri manusia untuk dapat berhubungan dengan
orang lain, berinteraksi dengan baik dan penuh penghormatan,
serta dapat mempertahankan hubungan yang sudah mereka
jalin sebelumnya.
Menurut Isemberg, dkk dalam Ningrum (2019 ; 31),
menyebutkan bahwa kecerdasan interpersonal anak dapat
distimulasi dan dikembangkan melalui kegiatan bermain dan
diterjunkan langsung dengan teman sebaya sejak kecil
sehingga kecerdasan sosial akan perlahan ada dalam dirinya.
Berdasarkan paparan para ahli yang disampaikan di atas,
dapat disimpulkan bahwa kecerdasan Interpersonal adalah
suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk berhubungan
dengan orang-orang di sekitar. Kecerdasan ini menentukan
dirinya mampu untuk memahami dan memperkirakan
perasaan, suasana hati dan keinginan orang lain serta upaya
untuk menanggapi secara layak dan dapat diterima dengan
baik. Dalam hal ini individu yang memiliki kecerdasan
interpersonal ini akan dengan cerdas mengelola hubungan dan
39
bersosialisasi dengan siapapun di sekitarnya. Sehingga orang
di sekitarnya akan merasa nyaman untuk menjalin hubungan
dalam jangka panjang dengan individu tersebut.
Selain itu ,kecerdasan interpersonal dapat didefinisikan
sebagai kemampuan yang dapat mempersepsikan keadaan
sekitar kemampuan memberikan respons secara tepat
terhadap keinginan orang lain. Sehingga dengan memilki
kecerdasan interpersonal seorang anak dapat merasakan apa
yang dirasakan orang lain, sehingga sikap dan kecerdasan ini
mampu membuat orang lain nyaman dekat dengan dirinya.
Individu ini juga dapat menangkap maksud dan motivasi orang
lain dalam bertindak sesuatu, serta mampu memberikan
tanggapan yang tepat sehingga orang lain merasa nyaman
saat berdiskusi atau berhubungan dengannya. Dengan
kecerdasan ini, Individu akan mampu membawa dirinya
kemanapun dia menetap atau kemanapun ia pergi, sebab sisi
sosial yang dimilikinya akan dengan mudah diterima di
khalayak umum.
Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri
orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan,
sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok,
sehingga individu yang berkomunikasii dengannya akan merasa
nyaman dan merasa sangat tepat berteman dengannya.
40
b. Ciri- Ciri dan Karakteristik Kecerdasan Interpersonal
Menurut Safaria (2019 ; 31), menyatakan bahwa terdapat
beberapa karakteristik anak yang memiliki kecerdasan
Interpersonal yang tinggi, yaitu sebagai berikut :
1) Mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial
baru.
Secara efektif, individu tersebut selalu dapat menciptakan
kumpulan yang bersifat positif dan mampu mengembangkan
peran di dalamnya dengan baik.
2) Memiliki kemampuan berempati hingga memahami perasaan
orang lain.
Individu tersebut dengan mudahnya selalu menolong
manusia lain dengan caranya sendiri serta selalu berada
saat manusia lain membutuhkan dan individu tersebut akan
dengan mudah memahaminya dengan baik.
3) Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif.
Sehingga hal ini tidak musnah dimakan waktu dan
senantiasa berkembang semakin intim/mendalam dan penuh
makna. Tidak menghilang begitu saja serta selalu menjalin
dan berhubungan dengan baik dan intensif seiring
berjalannya waktu ke waktu.
41
4) Mampu menyadari komunikasi verbal maupun non verbal.
Komunikasi yang dimunculkan orang lain, atau dengan kata
lain sensitif terhadap perubahan situasi sosial yang memang
setiap pribadi dalam diri manusia berbeda-beda. Sehingga
anak mampu menyesuaikan dirinya secara efektif dalam
segala macam situasi.
5) Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi.
Dalam lingkungan sosialnya dengan pendekatan win-win
solution, serta yang paling penting adalah mencegah
munculnya masalah dalam relasi sosialnya, maka individu ini
akan mampu menyelesaikan masalahnya dan mamopu
mengatasi secara perlahan hingga tuntas.
6) Memiliki keterampilan komunikasi.
Keterampilan yang mencakup segala hal tentang
mendengarkan secara efektif, berbicara efektif dan menulis
secara efektif, maka individu inilah yang mampu menjalin
komunilkasi dalam hal apapun dan kondisi bagaimanapun.
Menurut Seran (2016 : 164), menyatakan bahwa terdapat
beberapa ciri kecerdasan interpersonal, di antaranya :
1) Individu merasa senang bersosialisasi dengan teman
seusianya
42
Bersosialisasi atau berkumpul bersama dengan temannya
adalah salah satu hal yang menjadi kebiasaan dalam diri
individu yang memiliki kecerdasan sosial dalam dirinya.
2) Memiliki bakat menjadi pemimpin dalam relasi apapun
Potensi yang ada dalam dirinya selalu mencerminkan
kemampuan mengelola relasi atau organisasi tertentu
dengan baik. Sehingga individu tersebut dapat disebut
memiliki bakat menjadi seorang pemimpin.
3) Selalu aktif menjadi anggota klub atau organisasi lainnya
Individu ini selalu aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan
dalam organisasi apapun
4) Mudah bergaul dengan siapapun
Kepribadian dengan jiwa sosial tinggi ini menghantarkan
dirinya untuk mudah bergaul dengan siapapun, di manapun
dan kapanpun.
5) Selalu memiliki banyak teman dekat
Sifat kepedulian yang ada dalam dirinya membuat banyak
relasi atau teman menghampiri dirinya.
6) Memiliki empati yang tinggi
Sifat dengan penuh perhatian dalam diri individu tersebut
terhadap siapapun membuatnya dikagumi banyak orang
43
7) Mampu memahami magsud orang lain
Keterampilah dalam dirinya untuk selalu memahami kondisi
orang lain adalah sebuah nilai plus yang membuat individu
atau kelompok lain kagum terhadapnya.
Menurut Ningrum, dkk (2019 ; 30), menyatakan bahwa
terdapat ciri-ciri yang memiliki kecerdasan interpersonal secara
khusus yaitu sebagai berikut:
1) Belajar dengan sangat baik
Dalam situasi apapun, individu ini mampu membangun
interaksi antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini
individu sangat memanfaatkan situasi dengan baik dan
kesempatan di manapun individu tersebut berada akan
selalu membangun hubungan relasi dan komunikasi yang
baik dalam jangka waktu yang tidak dapat ditentukan.
2) Semakin banyak berhubungan dengan orang lain, Individu
tersebut semakin bahagia.
Dalam hal ini, individu tersebut tentunya sangat banyak
relasi sebab dirinya akan selalu membangun relasi dengan
caranya atau dengan bersosialisasi dan berkomunikasi
dengan orang di sekitar. Dengan begitu, ia akan merasa
dirinya mampu membangun situasi dengan baik, sehingga
terciptanya suasanya yang membuat dirinya dan lingkungan
44
atau kumpulan relasi yang dibangun merasa nyaman dan
bahagia.
3) Mampu mengorganisir saat pembelajaran kooperatif maupun
kolaboratif..
Individu dalam hal ini, di mana ia akan mampu bekerja
dengan baik apabila ada hal yang harus dikerjakan dengan
kelompok tertentu atau tugas diskusi, maka dirinya akan
mampu mengelola dan mengerjakan bagiannya dengan baik
dan produktif. Namun di sisi lain, individu ini juga akan
mampu membangun suatu kerjasama yang baik dalam
menyusun atau mnyelesaikan tugas dengan tujuan sesuai
dengan yang diinginkan.
4) Ketika menggunakan jejaring sosial sangat senang dilakukan
chatting.
Chatting dalam hal ini yaitu individu tersebut sangat senang
menjalin hubungan intens dengan siapapun yang individu
anggap membutuhkannya untuk memberikan komunikasi
atau solusi apapun dan tentang apapun yang merasa
individu tersebut dapat bantu, maka akan dia bantu.
5) Ketika bermain atau berolahraga sangat pandai secara tim
atau kelompok.
45
Individu tersebut akan sangat mudah berkomunikasi dan
berhadapan atau berkelompok dengan siapapun dan individu
tersebut akan dengan mudah membangun kerjasama yang
baik dan produktif.
6) Memiliki rasa bosan yang berlebih terhadap segala sesuatu.
Sebagai mana diutarakan di atas, individu ini akan sangat
bergairah apabila segala sesuatu dilakukannya dengan
berkelompok, dengan relasi, dan dengan suatu kumpulan
tertentu, sebab individu ini tidak senang dengan segala
sesuatu yang ia lakukan dengan sendiri.
7) Selalu melibatkan diri dalam aktivitas ekstrakulikuler
Dalam lingkungan pendidikan atau manapun, tentunya pasti
ada hal atau kumpulan-kumpulan organisasi atau bisa
disebut dengan ekstra kulikuler. Maka individu inilah yang
tentunya selalu terlibat serta berperan aktif di dalamnya.
8) Sangat peduli dan penuh perhatian pada masalah dan isu
isu sosial.
Individu ini selalu diterima di khalayak masyarakat
dikarenakan individu tersebut selalu memperdulikan
lingkungan sekitar serta selalu turun dan memberikan
perhatian bahkan bantuan terhadap hal-hal yang terjadi di
lingkungan yang ditempati.
46
Menurut Wulandari, dkk (2016 : 187), menyebutkan
beberapa komponen atau kategori dari kecerdasan
Interpersonal, diantaranya :
1) Sikap empati kepada teman,
Merupakan suatu kemapuan untuk dapat mengetahui
perasaan yang tertanam dalam diri orang lain. Empati ini
menunjukan suatu kepedulian serta keterbukaan satu sama
lain
2) Sikap Prososial
Sikap dimana kemampuan yang dimiliki individu untuk
berbagi, saling memperdulikan dengan saling membantu,
bekerja sama dengan orang lain, serta mampu mencurahkan
rasa simpati terhadap siapapun tanpa memandang
perbedaan.
3) Mendengarkan efektif
Kemampuan yang dimiliki individu untuk mendengarkan
segala sesuatu yang terjadi dalam diri orang lain. Kemudian
individu ini mampu memberikan umpan balik sesuai dengan
harapan atau memberikan feed back yang baik.
47
4) Mampu melakukan komunikasi dengan santun
Kemampuan yang dimilki individu dalam menyampaikan
informasi terhadap orang yang bersangkutan dengan
menanamkan etika yang berlaku.
5) Kesadaran Diri
Individu ini memiliki kecerdasan dalam memahami aspek diri
baik internal maupun eksternal dalam dirinya. Sehingga
dirinya mampu menempatkan segala perlakuan yang
menurutnya baik atau tidak untuk dilakukan di lingkungan
yang bersangkutan.
Menurut Gunawan dalam Monawati (2015 : 24),
menyatakan beberapa karakteristik kecerdasan interpersonal
yaitu sebagai berikut :
1) Individu yang sangat mampu membentuk dan
mempertahankan suatu hubungan sosial di manapun
berada.
2) Individu mampu berinteraksi dengan siapapun kapanpun dan
di manapun
3) Individu mampu mengenali hingga menggunakan berbagai
cara untuk dapat berhubungan atau berinteraksi dengan
siapapun.
48
4) Individu mampu memberikan pengaruh positif yang dominan
dalam merubah pendapat orang lain.
5) Individu yang memiliki sebuah pengertian yang baik dalam
berkomunikasi dengan orang lain baik dalam bentuk verbal
maupun non verbal.
6) Individu yang memiliki kecerdasan dalam menjadi penengah
di suatu konflik yang terjadi dalam suatu relasi.
7) Individu yang memiliki ketekunan dalam ranah yang
berhubungan dengan sosial, organisasi maupun ranah politik
sekalipun.
8) Individu yang selalu peka terhadap situasi dan kondisi
mental dari seseorang yang sedang berinteraksi dengannya.
c. Unsur – unsur Kecerdasan Interpersonal
Menurut Goleman dalam Monawati (2015 ; 25)
menguraikan unsur dalam kecerdasan interpersonal adalah
adanya kesadaran sosial dimana kesadaran ini menentukan
bagaimana kita dalam menghadapi serta menangani suatu
hubungan yang meliputi sebagai berikut :
1) Empati dasar yaitu suatu kesadaran yang dimiliki individu
terhadap sesuatu yang berkaitan dengan perasaan,
kebutuhan serta kepentingan orang lain.
49
2) Penyelarasan, yaitu dimana keterampilan individu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan atau dengan kondisi
dan situasi tertentu yang di dalamnya melibatkan orang lain.
3) Ketepatan empatik, yaitu suatu keterampilan dalam
memahami pikiran, perasaan serta maksud orang lain.
4) Kognisi sosial, yaitu pengetahuan yang dimiliki individu yang
berkaitan dengan bagaimana dunia sosial bekerja.
d. Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Interpersonal
Menurut Boeree dalam Monawati (2015 : 26), menyatakan
bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kecerdasan Interpersonal adalah sebagai berikut :
1) Lingkungan keluarga, dimana hal ini menjadi faktor utama
dalam pembentukan karakter jiwa manusia serta individu
yang memerlukan perawatan serta perhatian dari orang tua
dalam dirinya, sehingga memiliki pengaruh besar dalam
berbagai kecerdasan
2) Nutrisi, hal ini memiliki pengaruh yang tidak terjadi secara
langsung. Namun hal ini menjadi faktor apabila seorang
individu mengalami kekurangan gizi berpengaruh terhadap
kebiasaan yang kurang memiliki responsive yang tinggi. Hal
ini juga berdampak terhadap kurang termotivasi untuk
belajar serta kurang aktif dalam segala hal.
50
3) Pengalaman hidup individu, hal ini berkaitan dengan
perjalanan kehidupan yang dilalui individu dengan pola asuh
yang terjadi. Pola asuh yang diberikan orang tua terhadap
anaknya akan mempengaruhi bagaimana individu itu hidup
untuk kedepannya, otoriter, serta demokratis.
e. Dimensi Kecerdasan Interpersonal
Safaria dalam Wulandari, dkk (2016 ; 187) menyatakan
bahwa terdapat 3 dimensi utama dalam kecerdasan
interpersonal, yaitu :
1) Social sensitivity
Hal ini merupakan suatu kemampuan anak untuk merasakan
dan mengamati suatu reaksi atau perubahan yang di
rasakan oleh orang lain yang ditimbulkan serta yang
ditunjukannya baik secara verbal maupun non verbal.
2) Social insight,
Yaitu kemampuan anak untuk selalu memahami dan mencari
pemecahan masalah yang efektif dalam suatu interaksi
sosial yang sedng terjadi. Dengan begitu, individu dengan
social insight memiliki kemampuan dalam memecahkan
suatu masalah yang sedang atau telah terjadi, dimana relasi
tersebut terdapat dirinya didalamnya.
51
3) Social communication,
Yaitu dimana kemampuan individu tersebut dalam
menggunakan proses komunikasi dan menjalin serta
membangun hubungan interpersonal akan terjalin dengan
baik, sehat, hingga terstruktur dengan baik.
Dari beberapa paparan yang disampaikan di atas, maka
cara dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal yaitu
mengembangkan dukungan dalam kelompok bermain yang
dimana hal ini sangat berpengaruh terhadap keaktifan individu
dalam bersosialisati antar satu sama lain, sekaligus dalam
menetapkan aturan tingkah laku guna mengetahui batasan-
batasan perilaku yang seharusnya dilakukan di dalamnya,
memberikan kesempatan bertanggung jawab bersama-sama,
menyelesaikan suatu permasalahan, melakukan kegiatan yang
bersifat sosial, menghargai perbedaan pendapat, menumbuhkan
sikap ramah dan memahami keragaman dalam budaya,
lingkungan sosial dan melatih kesabaran menunggu giliran
dalam berbicara serta mendengarkan pembicaraan orang lain
terlebih dahulu dengan baik dan terstruktur. Sebab hal tersebut
berkaitan dengan bagaimana cara manusia mampu mengelola
dengan baik hingga menanamkan dalam diri mereka.
52
B. Kerangka Berpikir
Kecerdasan sosial merupakan hal yang perlu diterapkan sejak
dini seiring berkembangnya kasus perilaku bullying salah satunya di
lingkungan sekolah. Lingkungan pendidikan tentunya mengikuti setiap
proses perkembangan anak saat proses pembelajaran berlangsung.
Kecerdasan sosial diterapkan baik melalui penerapan kebiasaan baik
maupun dengan cara pemberian edukasi secara konsisten d
lignkungan sekolah. Sehingga tumbuhnya permasalahan kasus
bullying ini menjadi suatu sasaran bagi peneliti.
Berbagai cara guru melakukan pendekatan terhadap siswa yang
memiliki masalah dengan kemampuan sosialnya salah satunya
disebabkan oleh kasus bullying yang terjadi. Guru berkomunikai
dengan wali murid guna mengetahui pengaruh lain pada siswa yang
bersangkutan.
Dalam pelaksanaan penelitian perilaku verbal bullying terhadap
kecerdasan interpersonal ini melibatkan salah satu siswa sebagai
korban dan seluruh siswa dalam satu kelas. Perlunya peran guru,
kepala sekolah dan wali murid sebagai pemberi edukasi, motivasi
serta sarana tampungan informasi dari korban maupun pelaku.
Sehingga korban merasakan adanya ruang untuk mengeluarkan keluh
kesah lalu kemudian mencari jala keluar.
53
Pelaksanaan awal penelitian dilakukan dengan proses observasi
lapangan oleh peneliti atau tim. Menurut Ulfatin (2019 : 10),
menyatkan bahwa instrument observasi memiliki pengaruh penting
untuk digunakan dalam penelitian kualitatif, selain itu juga instrumen
observasi dan pelaksanaannya memiliki peran penting sebagai
pelengkap dari teknik setelahnya seperti wawancara dan proses
dokumentasi. Proses observasi ini digunakan sebagai tuntunan dalam
mengamati secara langsung objek penelitian di lapangan yang
bertujuan untuk peneliti memperoleh data serta mengungkap kasus
penelitian yang dilakukan.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti menyimpulkan proses
penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa ada pengaruh
dari perilaku verbal bullying terhadap kecerdasan sosial pada siswa,
baik korban maupun pihak-pihak yang bersangkutan. Adapun bagan
alur kerangka berpikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut
54
Kecerdasan
Kinetik
Kecerdasan
Spasial
Kecerdasan
Interpersonal
Kecerdasan
Spiritual
Psikis
(NonFisik)
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berfikir
MF Teman Kelas
Bullying Verbal
Fisik
Senang
Menyendiri
Tidak memiliki
Kelompok
Bermain
Sulit
Berkomunikasi
Hilang Motivasi
dan Semangat
55
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di SD Negeri Margajaya II Kota
Bekasi, tepatnya di Jl Kemakmuran No. 13 Kelurahan Margajaya,
Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat.
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian pada proses Observasi awal dilakukan sejak
Bulan Desember 2019 – Maret 2020, dilakukan pada Tahun
Ajaran 2019/2020 Semester Genap.
Waktu penelitian untuk pengambilan data selanjutnya
dilakukan setelah dikeluarkannya surat izin dengan kurun waktu
kurang lebih 2-3 bulan proses penelitian dan pengumpulan data di
lapangan.
56
Tabel 3.1
Skema Waktu Penelitian
No
Waktu
Bulan (2020)
Jan Feb Mart Apr Mei Jun Juli Ags Sep Okt
1 Persiapan
a. Observasi
b. Identifikasi
Masalah
c. Penentuan
Tindakan
d. Pengajuan Judul
e. Penyusunan
Proposal
2 Pelaksanaan
a. Pengajuan Sempro
No Waktu
Bulan (2020-2021)
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
b. Seminar Proposal
c. Pengumpulan Data
3 Penyusunan Laporan
a. Penulisan Laporan
b. Ujian Skripsi
57
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian ini difokuskan kepada penelitian studi
kasus tunggal, dimana kasus yang dipilih diposisikan sebagai
perwakilan dari beberapa kasus serupa, sebab kasus yang terjadi
merupakan kesempatan yang membuka akses peneliti untuk
melakukan penelitian terhadap kasus yang bersangkutan.
Stake dalam Arifianto (2016 : 06), mendefinisikan bahwa penelitian studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan terhadap satu objek yang disebut sebagai sumber data. Di dalam melihat penelitian kualitatif terdapat suatu objek penelitian yang harus dilihat secara khusus yang menjadi objek penelitiannya, dan objek penelitian inilah yang dia sebut sebagai kasus yang dibatasi oleh tempat, jenis dalam kurun waktu tertentu.
Disimpulkan bahwa penelitian studi kasus merupakan suatu
penelitian yang di dalamnya terdapat kasus yang digali peneliti secara
mendalam dengan proses dan metode tertentu untuk dapat
mengembangkan kasus tersebut atau mencari jalan keluar dari sebuah
kasus dengan kurun waktu sesuai dengan kasus yang terjadi.
Menurut Sugiarto (2015 : 08) penelitian kualitatif adalah suatu jenis
penelitian yang temuannya tidak diperoleh dengan prosedur statistik
atau hitungan statistik, sehingga digunakan peneliti sebagai instrumen
kunci dalam memperoleh data.
Danim dalam Sugiarto (2015 : 12) menyebutkan bahwa penelitian
studi kasus merupakan jenis penelitian yang mengandung kualaitatif
yang mendalam tentang individu, kelompok, institusi dan sebagainya
dalam waktu tertentu dengan tujuan untuk menemukan sebuah makna,
menyelidiki proses serta memperoleh pengertian dan pemahaman
yang mendalam dari kasus yang di teliti.
58
C. Desain Penelitian
Arifianto (2016 : 35), mendefinisikan desain penelitian merupakan
sebuah rancangan penelitian yang diartikan sebagai suatu rencana
tindakan untuk melakkan penelitian.
Studi kasus yang digunakkan yaitu studi kasus tunggal dengan
pendekatan kualitatif deskriptif. Data yang diperoleh melalui
pengamatan lapangan serta pembatasan kasus yang akan diteliti.
Peneliti merumuskan rancangan penelitian yang disusun dalam
instrumen yang akan dilakukan saat penelitian. Data yang diperoleh
melalui dua tahap, yaitu dengan studi lapangan serta penyajian data
dalam bentuk laporan untuk memperoleh informasi dengan apa
adanya dari pihak yang semestinya.
Kemudian peneliti melalukan teknik triangulasi dalam
pengumpulan data melalui proses observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Triangulasi yang digunakan dalam proses penelitian ini
adalah dengan Multiple Triangulasi, di antaranya dengan teknik
triangulasi data, triangulasi teori, dan triangulasi metode. Triangulasi
tersebut digunakan sebagai validasi dari data yang diperoleh.
Penelitian ini memiliki beberapa objek, yaitu lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga serta kondisi alamiah dibeberapa aspek dalam diri
peserta didik.
Penyajian akhir laporan dengan menggunakan struktur analisis
linier pada studi kasus yang dilakukan dan dituangkan dalam sebuah
laporan dengan urutan yang logis.
59
Gambar 3.1
Desain Penelitian
Kasus Bullying Di Sdn Margajaya II
Terhadap KecerdasaIn terpersonal
Studi Kasus Tunggal
Pendektan Kualitatif Deskriptif
Penyusunan laporan penelitian melalui Stuktur Analitis Linier
Analisis Data melalui :
(Uji Validasi)
Triangulasi Sumber Data
Triangulasi Teori
Triangulasi Metode
Reduksi Data
Tahap Pra Lapangan :
Penyusunan Instrumen
Hasil Tahap Lapangan :
Hasil Observasi Lapangan
Hasil Wawancara
Studi Dokumentasi
60
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa dan guru kelas V SDN
Margajaya II Kota Bekasi serta rangkaian aktivitas yang
dikerjakan. Penentuan subjek penelitian atau sumber data dalam
penelitian dikategorikan berdsarkan metode atau teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Salah satu siswa kelas V sebagai objek penelitian terkait
korban bullying dalam kelas tersebut.
2. Wali kelas, guru mata pelajaran PAI, Staf TU, serta siswa
yang terpilih sebagai sasaran wawancara terkait
perkembangan siswa sebagai objek penelitian.
3. Orang Tua dari saudara MF yang bersangkutan dengan kasus
bullying.
4. Aktivitas siswa di dalam dan di luar lingkungan sekolah yang
direkam melalui data wawancara dan dokumentasi yang akan
dilakukan.
Gambar 3.2
Subjek Penleitian
Subjek Penelitian
Siswa Kelas V
Guru Kelas V
Guru Mata Pelajaran PAI
Staf TU
Wali Murid MF
Aktivitas Siswa
61
E. Teknik Pengumpulan Data
Mengacu kepada Arifianto (2016 : 62) bahwa penelitian ini
dikumpulkan melalui beberapa teknik, yaitu sebagai berikut :
1. Observasi
Menurut Arifianto (2016 : 64), menyatakan bahwa kegiatan
observasi dilakukan dengan observasi langsung dan observasi
partisipan dilakukan di lokasi penelitian oleh seorang peneliti.
Observasi secara langsung di antaranya dimana penliti melakukakn
pengamatan langsung, kemudian mencatat, pada saat kegiatan
observasi berlangsung dengan menggunakan angket atau daftar
pertanyaan yang mencangkup informasi dalam memenuhi
pernyataan dalam kolom observasi tersebut.
Menurut paparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode
observasi ini merupakan langkah awal sebagai tindak lanjut
berikutnya dalam melakukan penelitian sebagai langkah awal
dalam petunjuk penggunaan teknik pengumpulan data selanjutnya.
Observasi dilakukan dengan beberapa tahapan, tahap awal dengan
mengamati permasalahan atau kasus yang terjadi. Tahapan
selanjutnya diikuti dengan teknik pengumpulan data selanjutnya
dengan memperhatikan perkembangan dan perubahan kasus yang
terjadi.
Berikut dipaparkan instrumen dalam melakukan observasi
pada proses sebelum dilakukan penelitian. Instrumen yang
dipaparkan di bawah dipaparkan menurut Ulfatin (2019 : 10),
menyatakan bahwa instrument penelitian terutama dalam proses
observasi memiliki peran penting dalam proses penelitian kualitatif
sebagai pelengkap dari teknik penelitian setelahnya.
62
Tabel 3.2
Kisi-kisi Intrumen Observasi
Komponen Aspek
Observas Tempat a. Letak SD Negeri Margajaya II Kota Bekasi
b. Kondisi lingkungan sekitar SD Negeri Margajaya II Kota Bekasi
c. Kondisi kelayakan gedung atau bangunan SD Negeri Margajaya II Kota Bekasi
d. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas berjalan efektif Pendekatan emosional dengan siswa yang bersankutan saat proses pembelajaran
Observasi Waktu a. Kondisi siswa dalam jam pembelajaran berlangsung
Observasi Aktifitas a. Aktivitas siswa secara umum di dalam kelas dan di luar kelas
b. Aktivitas siswa dalam pemanfaatan fasilitas sekolah
c. Aktivitas siswa kelas yang menjadi subjek penelitian
d. Aktivitas guru dalam mengajar di dalam kelas yang menjadi subjek penelitian.
2. Wawancara
Arifianto (2016 : 63) bahwa pada wawancara mendalam
peneliti dapat menggali data tentang berbagai peristiwa yang
menjadi kasus. Fakta pada hasil wawancara akan diperlukan
peneliti untuk mengetahui bagaimana kasus itu bisa terjadi,
bagaimana suatu prosesnya, siapa yang memulai kasus tersebut
63
dan apa yang terjadi di balik kasus tersbut. Wawancara ini
memerlukan validasi data, untuk memastikan apakah data tersebut
akurat dan nyata, maka perlunya validasi melaui ahli hingga media
pihak kedua seperti merekam arsip/foto pada kegiatan wawancara
berlangsung.
Menurut paparan di atas dapat disimpulkan bahwa wawancara
merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data yang
terstruktur maupun tidak dan dapat dilakukan dengan cara tatap
muka ataupun bentuk komunikasi lainnya. Wawawncara ini
dilakukan guna meningkatkan kebenaran suatu data yang diteliti.
Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan konfirmasi dengan
menguji hasil pengumpulan data untuk menarik kesimpulan.
Berikut dipaparkan kisi-kisi dalam menciptakan perrtanyaan
untuk melakukan wawancara terhadap narasumber yang
bersangkutan. Sumber yang diambil untuk menyusun kisi-kisi ini
yaitu pada buku karangan Lutfi Arya, Melawan Bullying (2018 : 54)
Tabel 3.3
Kisi-kisi Pedoman Wawancara (Guru)
No Aspek Indikator No
1 Pemahaman tentang siswa korban verbal bullying
a. Perilaku atau kebiasaan yang ditimbulkan siswa korban verbal bullying.
b. Gejala yang ditimbulkan siswa yang bersangkutan berhubungan dengan kuragnya sosialisasi dalam kelas
c. Komunikasi sehari-hari yang dilakukan siswa yang bersangkutan dengan guru
d. Keluhan yang didapat dari siswa yang bersangkutan
1
2
3
4
64
2 Pelaksanaan pembelajaran siswa korban bullying di dalam kelas
e. Metode belajar yang digunakan untuk menghadapi siswa yang bersangkutan dalam proses pembelajaran
f. Pendekatan emosional dengan siswa yang bersankutan saat proses pembelajaran
g. Kesulitan belajar yang dialami siswa bersangkutan
h. Perilaku dominan yang dilakukan siswa bersangkutan saat proses pembelajaran
i. Keikutsertaan siswa dalam cooperative learning.
5, 6
7
8
9
10
3 Keaktifan siswa dalam bersosialisasi di dalam dan di luar kelas
a. Kondisi teman sejawat terhadap siswa yang bersangkutan
b. Adanya kebersamaan yang terlihat antara siswa yang bersangkutan dengan siswa yang lainnya.
11
12
4 Perilaku bully yang di terima siswa sebagai korban
a. Perlakuan teman sebaya yang terlihat terhadap korban
b. Jenis perilaku verbal bullying yang diterima korban
c. Pihak yang melakukan perilaku bullying selain siswa di kelas
13
14
15
5 Kondisi setelah korban menerima perilaku bullying
a. Keluhan yang diterima guru dari siswa sebagai korban
b. Kondisi mental yang terlihat
c. Kehadiran siswa dalam pembelajaran efektif
16
17
18
6 Pengaruh tindakan bullying terhadap kecerdasan
a. Efektifitas sosial dalam kelas yang terlihat guru
b. Efektifitas sosial di luar jam
19
65
interpersonal pada siswa yang bersangkutan
pembelajaran atau diluar lingkungan kelas
20
Teknik Wawancara
Teknik wawancara yang dilakukan kepada
Guru adalah dengan tekhnik Face to Face,
dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Sumber : Lutfi Arya, Mojokerto (2018 :56)
Tabel 3.4
Kisi-kisi pedoman wawancara “Orang Tua Korban”
No Aspek Indikator No
mor
1 Karakterisik umum
yang terlihat
a. Kebiasaan yang sering terlihat saat
berada di rumah
b. Perilaku yang terlihat janggal dari
biasanya
c. Keluhan yang sering di dapat dari
anak
1
2
3
2 Perubahan yang
terlihat (dampak)
a. Terlihat sering menangis saat
berada di rumah
b. Terdapat luka fisik
c. Terlihat lebih sering menyendiri
d. Tidak terlihat bergaul dengan
teman sebaya di lingkungan rumah
e. Terlihat tidak bersemangat pada
setip hari.
4
5
6
7
8
3 Pendekatan yang
dilakukan terhadap
korban (siswa)
a. Pendekatan dilkuakan setiap saat
b. Pendekatan jarang dilakukan
c. Pendekatan tidak pernah dilakukan
hanya melalui pengamatan
d. Pendekatan dlakukan menunggu
siswa memperlihatkan perubahan
yang cukup parah
e. Pendekatan dilakukan melalui
teman sebaya di lingkungan
9
10
11
12
13
66
sekolah.
4 Situasi yang dihadapi
anak saat di rumah
a. Keluarga yang hangat dan
harmonis
b. Keluarga yang saling menguatkan
dan saling memperhatian
c. Merangkul setiap anak berada di
fase atas dan bawah
d. Keluarga yang sering terjadi
perkelahian dan terlihat oleh anak
e. Adanya pengatuh terhadap
kepercayaan diri MF melalui kata-
kata kasar terhadap anak
f. Adaya penyiksaan yang menyaklti
fisik dan bersifat konsisten
terhadap anak apabila anak
melakukan kesalahan
g. Tidak adanya kepedulian atau
tindakan setiap anak melakukan
perbuatan apapun di rumah
maupun di ligkungan sekolah
14
15
16
17
18
19
20
5 Perhatian khusus
terhadap akademik
siswa di rumah
a. Orang tua konsisten melakukan
pengecekan berupa pertanyaan
melaui hal yang telah dipelajari
atau dilakuakn di sekolah
b. Orang tua jarang melakukan
pengecekan terhadapa anak yang
bersangkutan
c. Anak dituntut untuk belajar secara
terus menerus
d. Orang tua tidak pernah mengecek
setiap hal yang berkaitan dengan
sekolah
e. Orang tua tidak pernah peduli
terhadap perkembangan yang
terjadi pada diri siswa tersebut.
21
22
23
24
25
6 Kondisi Kesehatan
anak
a. Orang tua sangat memperhatikan
kondisi fisik maupun mental pada
diri anak
b. Orang tua sangat memperhatikan
asupan gizi pada anak secara
26
67
teratur
c. Orang tua tidak terlalu
memperhatikan perubahan pada
kondisi fiksik atau mental pada
anak
d. Orang tua tidak pernah
memperhatikan asupan gizi untuk
anak.
27
28
29
7 Tindakan sebgai
orang tua apabila
terjadi pem-bullyan
terhadap anak
a. Orng tua tidak mengetahui adanya
pembulian terhadap anaknya
b. Orang tua mengetahui dari guru
atau wali kelas di sekolah
c. Orang tua akan sangat
memperdulikan dan melaukan
sharring dengan pihak sekolah
untuk anak yang bersangkutan
d. Orang tua tidak peduli sama sekali
terhadap permaslahan yang
terjadi dalam diri anak
e. Orang tua akan merasa terpaksa
untuk menyelesaikan
permasalahan pada anak
30
31
32
33
34
8 Kejanggalan pada
sikap anak yang
berkaitan dengan
kecerdasan sosial
(interpersonal) pada
anak
a. Anak melakukan sosialisasi
dengan normal pada setiap orang
yang berada di rumah
b. Anak melakukan sosialisasi atau
bermain normal dengan teman
dilingkungan rumah
c. Anak memililiki kurangnya
bersosialisasi yang terjadi sejak
kecil
d. Terjadi perubahan kurangnya
bersosialisasi akhir-akhir ini.
e. Perubahan menajdi pribadi yang
lebih pendiam dan tertutup
f. Menghindar ketika orang tua
menayakan permasalahan yang
terjadi pada dirinya
35
36
37
38
39
40
68
Tekhnik Wawancara
Tekhnik yang di lakukan secara langsung
dengan mengunjungi rumah Ibu J sebagai
orang tua dari saudara MF untuk dapat
memastikan keabsahan data dengan
memperhatikan situasi dan kondisi saat ini.
Sumber : Lutfi Arya, Mojokerto (2018 :56)
Tabel 3.5
Kisi-kisi pedoman wawancara Korban
No Aspek Indikator Nomor
1 Perlakuan negtif
yang sering di
dapat
a. Perlakuan dengan bentuk ejekan
dan ucapan atau kata-kata kasar
b. Perlakuan tindakan yang
mengandung kekerasan fisik
seperti memukul, menendang,
dan lainnya yang bersifat
melukai.
c. Diasingkan atau dijauhi teman-
temannya.
1
2, 3, 4
5
2 Pengaruh terbesar
runtuhnya
kecerdasan sosial
pada korban
a. Menjadi suatu kebiasaan tidak
bersosialisasi dalam beraktivitas
b. Perilaku yang diterima membuat
pribadi tidak bersemangat untuk
bersosialisi
c. Perilaku negatif yang didapat
menurunkan tingkat kepercayaan
6
7
8
69
dirinya untuk bersosialisasi
d. Perlakuan negatif yang
menyebabkan dirinya diasingkan
e. Tidak adanya semangat hidup
9
10
3 Perubahan yang
terasa dalam diri
a. Lebih banyak diam dan tidak
bersemangat
b. Lebih memendam dendam
c. Ingin melakukan perlakuan yang
sama di suatu nanti
d. Menjadi pribadi yang lebih baik
e. Tidak adanya keinginan atau
semangat untuk sekolah
11
12
13
14
15
Teknik Wawancara
Teknik yang digunakan dalam proses
penelitian tidak dapat dilakukan di sekolah
disebabkan aktivitas di sekolah libur, maka
peneliti melakukan proses wawancara
secara langsung di salah satu rumah siswa.
Tabel 3.6
Kisi-kisi pedoman wawancara Siswa Teman Sekelas
No Aspek Indikator Nomor
1 Karakteristik yang
terlihat
a. Kesan awal melihat korban di
dalam kelas
1,2
70
b. Perbedaan yang terlihat setiap
pembelajaran dibanding siswa
lainnya
c. Tingkah laku aneh yang sering
dilakukan korban saat
pembelajaran
d. Tingkat percaya diri korban
yang terlihat
2
4
5
2 Aktivitas sosial
korban dengan
siswa lainnya
a. Kondisi korban dengan teman
sekelas
b. Penyebab korban sering
terlihat menyendiri
c. Perilaku korban yang menjadi
penyebab bahan bully oleh
teman-temannya
d. Pendekatan teman-temannya
terhadap korban
e. Perilaku bully yang sering
terihat
6
7
8
9
10
3 Aktivitas diluar
Sekolah
a. Perilaku yang ditampilkan
sama denga perilaku saat di
sekolah
b. Dominan terlihat aktif antara
lingkungan sekolah dan
lingkungan rumah
c. Kondisi keluarga yang terlihat
d. Perlakuan orang tua yang
11
12
13
14
71
Teknik Wawancara
Wawancara dilakukan
dengan mendatangi rumah
informan disertai izin dari
pihak sekolah.
Sumber : Lutfi Arya, Mojokerto (2018 :56)
Tabel 3.7
Kisi-kisi pedoman wawancara Staf TU
diterima MF
e. Pandangan terhadap MF
15
No Aspek Indikator Nomor
1 Catatan yang
berkaitan dengan
Siswa korban bully
a. Kasus bully yang terjadi dalam
data sekolah
b. Kasus bully dalam data
pemanggilan wali murid
c. Tigkat keberhasilan pihak
sekolah dalam menangani
kasus tersebut
d. Tingkat keseriusan pihak
sekolah dalam menangani
kasus bully ini.
e. Kondisi korban saat ini
1
2
3
4
5
Teknik Wawancara Wawancara dilakukan secara langsung di
sekolah, sebab bagian TU lebih dominan
72
Teknik wawancara yang di gunakan peneliti sesuai dengan
paparan diatas adalah sebagai berikut.
Tabel 3.8
Tabel Teknik Wawancara
No Teknik Paparan
1 Face to Face Face to face adalah teknik yang digunakan
peneliti untuk bertemu secara langsung
dengan informan.
2 Virtual Wawancara dalam bentuk virtual dilakukan
dengan sambungan via online dimana cara
ini memungkinkan dan efisien untuk tidak
terlalu sering berinteraksi dengan
narasumber lain di tengah kondisi pandemi
yang sedang terjadi.
3. Dokumentasi
Arifianto (2016 : 62), menyatakan studi dokumentasi
mengangkat dan menggali data penelitan berdasarkan
dokumen seperti dkumen tertulis atau dokumen dalam bentuk
lain yang mendukung isi dalam penelitian tersebut. Dokumen
yang dipilih adalah yang memiliiki relevan studi dengan studi
kasus yang ditelitinya walau sebatas dokumen.
Dapat disimpulkan bahwa dokumentasi bertujuan untuk
memperjelas kebenaran suatu penelitian yang ditinjau atau
diukur dalam beberapa bentuk data yang terkumpul sesuai
sering bertugas di lapangan atau sekolah
dalam pandemic Covid-19.
73
dengan arus penelitian yang dilakukan. Selain itu, dokumentasi
bertujuan untuk merekam berbagai jenis data hingga
memberikan gambaran perubahan yang terjadi dari awal
penelitian hingga penyelesaian dengan menemukan hasil
penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Arifianto (2016 : 68) menyebutkan salah satu jenis analisis data
studi kasus menurut bentuk domainnya adalah pebuatan eksplanasi
atau penjelasan terhadap kasus yang diteliti. Maka dalam penjelasan
K.Yin (2016 : 71), menyarankan dalam analisis data penelitian yaitu
pembuatan teoritis/proposisi awal tentang kebijakan perilaku sosial,
membandingkan temuan kasus awal dengan proposisi, memperbaiki
proposisi sebelumnya, membandingkan rincian kasus lainnya untuk
mencari perbaikan-perbaikan, mengulangi proses ini sesuai dengan
kebutuhan. Analisa penelitian di antaranya sebagai berikut :
a. Perencanaan :
Perencanaan yang akan dilakukan pada tahap ini yaitu sebagai
berikut :
1) Peneliti menetukan kelas sebagai data penelitian berdasarkan
kasus yang terjadi
2) Peneliti menyusun instrumen-instrumen penelitian yang akan
digunakan untuk kebutuhan penelitian.
b. Pelaksanaan (Pengumpulan Data)
1) Peneliti melakukan observasi berkala terhadap kelas yang
bersangkutan sesuai dengan waktu yang disepakai dengan
pihak sekolah.
2) Peneliti melakukan kontak komunikasi dengan siswa sebagai
korban bully di kelas yang bersangkutan
74
3) Peneliti melakukan wawancara secara mendalam terhadap 5
objek yang menjadi sasaran penelitian, di antaranya siswa
sebagai korban, beberapa siswa sebagai teman satu kelas,
guru sebagai wali kelas, kepala sekolah atau pihak yang
mewakili, serta wali murid dari siswa sebagai korban perilaku
bully.
4) Peneliti melakukan analisis berkala dengan mengumpulkan
dokumen atau rekaman arsip yang mendukung penelitian.
c. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan kata-kata dengan
sebuah penyederhanaan, penggolongan, hingga membuang yang
tidak perlu ditampilkan, sehingga data tersebut menghasilkan
informasi yang bermakna dan memudahkan peneliti dalam
menarik kesimpulan.
d. Penyajian Data
Penyajian data di susun setelah melakukan reduksi data
e. Kesimpulan / Penarikan atau Verifikasi
Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan. Setelah
data disajikan, langkah terakhir adalah menyimpulkan hasil dalam
kegiatan penelitian disertakan dengan dokumen pendukung
penelitian.
G. Teknik Keabsahan Data (Validasi)
Menurut Moloeng dalam Firdus (2018: 107) menyatakn bahwa
triangulasi adalah suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil
wawancara terhadap objek penelitian yang dilakukan.
Menurut Nasution dalam Firdaus (2018 : 107) mengungkapkan
bahwa triangulasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan tekhik
75
yang berbeda, yaitu seperti wawancara, observasi dan dokumentasi.
Selain itu, proses triangulasi ini juga digunakan untuk mengecek
kebenaran data hingga dilakukan untuk memperkaya data. Hingga
Nasution menyatakan bahwa proses triangulasi ini dapat berguna
untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data.
Triangulasi dapat disimpulkan berdasarkan pernyataan Susan
Stainback dalam Firdaus (2018 : 108), bahwa proses triangulasi ini
bukan bertujuan untuk mencari kebenaran, tetapi meningkatkan
pemahaman peneliti terhadap data dan fakta yang dimilikinya.
Maka disimpulkan bahwa proses triangulasi ini penting
pengaruhnya untuk proses penelitian salah satunya penelitian yang
bersifat kualitatif, guna melakukan uji validitas dan kredibilitas pada
data yang diperoleh.
Firdaus dan Fakhry. Z. (2018 : 109) memaparkan langkah-
langkah proses tiangulasi sebagai mana berikut :
1) Membandingkan data hasil pengamatan atau observasi
lapangan dengan data hasil dari proses wawancara dengan
responden
2) Membandingkan berbagai perbedaan pendapat dari
lingkungan tempat penelitian dilakukan.
3) Membandingkan dari hasil wawancara yang dilakukan di
tempat penelitian dengan data yang diperoleh sebelumnya.
Tabel 3.9
Analisis Triangulasi.
No Aspek Analisis Triangulasi
1 Sumber Informasi Pakar yang kompeten (Dosen)
Hasil penelitian lain yang sebelumnya telah
76
dilakukan
Pihak yang bersangkutan (korban, siswa
lainnya, guru, staf sekolah dan wali murid)
Buku dan Jurnal sebagai penyempurna
2 Tujuan Mencari adanya dampak yang ditimbulkan
akibat dari kasus bullying yang terjadi
terhadap kecerdasan interpersonal siswa
(korban)
Mencari jalan keluar dari semua pihak yang
terkait dengan kasus dalam peelitian ini.
3 Konflik Merumuskan instrumen yang telah disusun
peneliti berangkat dari tenik dalam penelitian
studi kasus tunggal dengan pendekatan
kualititif
4 Alat Analisis Instrumen wawancara berbentuk Angket
kuesioner,
Alat perekam arsip/foto sebagai tambahan
bukti penguat dokumentasi
5 Validasi Peneliti menggunan validasi internal. Sumber
informasi yang menjadi pemecahan masalah
dengan Triangulasi, di antaranya :
Triangulasi Data
Triangulasi Teori
Triangulasi Metode
Sumber : Arifianto, Yogyakarta (2016 : 39)
77
Triangulasi yang dilakukan peneliti sebagai teknik
pengumpulan data serta untuk menguji kredibilitas data yang
berasal dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data. Pengunaan teknik triangulasi ini bukan untuk mencari
kebenaran melainkan lebih kepada meningkatkan pemahaman
peneliti terhadap apa yang telah ditemukan dalam proses
penelitian. Menurut Bachtiar. S. B dalam Firdaus (2018 : 110)
menyatakan beberapa teknik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1) Triangulasi Sumber Data
Merupakan teknik pengumpulan data berupa waku, tempat
hingga beberapa responden sebagai pemerolehan data.
Gambar 3.3
Triangulasi Sumber Data
2) Triangulasi Teori
Teknik ini menggunakan dengan beberapa teori yang
berbeda dengan tujuan untuk mendapatkan teori yang lebih
lengkap serta untuk memadukan dan menciptakan kekuatan
dari beberapa teori yang di dapatkan.
Triangulasi
Sumber Data Waktu
Responden
Tempat
78
Gambar 3.4
Proses Triangulasi Teori
3) Triangulasi Metode
Triangulasi ini dilakukan untuk mengecek keabsahan
data dan temuan penelitian yang dimana penelitian ini
dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan
data dengan tujuan mendapatkan datayang sama dan
sesuai.
Gambar 3.5
Tringulasi Metode
H. Penyusunan Laporan
Triangulasi
Teori
Jurnal
Buku
Traingulasi
Metode
Kesimpulan Peneliti
Observasi
Wawancara
Studi Dokumentasi
79
Penulisan laporan dalam penelitian ini dengan menggunakan
struktur Analisis Linier. Menurut Yin dalam Arifianto (2016 :79)
mengungkapkan bahwa struktur ini merupakan pendekatan standar
untuk membuat laporan penelitian. Urutan tiap sub topiknya
mencangkup persoalan yang diteliti, metode yang digunakan, temuan
dari data yang dikumpulkan, dan dianalisis implikasi dari temuan
tersebut.
Jenis struktur analisis yang digunakan dalam penyusunan laporan
ini disimpulkan bahwa model ini lebih prakmatis dan simple karena
lebih tersusun dan berpola menyesuaikan dengan data hasil penelitian
yang di hasilkan. Hasil penelitian di sajikan sesuai fakta yang terjadi di
lapangan menyesuaikan dengan hasil yang di dapat, kemudian
melakukan reduksi data sampai pada penyusunan dalam bentuk
laporan yang mudah di mengerti oleh pembaca.
80
80
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SDN Margajaya II Kota Bekasi.
Sekolah ini berlokasi di Jl. Kemakmuran No. 13, Kelurahan Marga
Jaya, Kec. Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
17141, NPSN 20222700.
Covid-19 yang terjadi pada Maret 2020 hingga saat ini, sangat
membawa perubahan pada situasi dan kondisi di lingkungan
sekolah. Khususnya untuk kegiatan belajar mengajar.
Pembelajaran online yang dilakukan kurang lebih satu tahun,
membuat para guru dan orang tua sangat berperan aktif di
dalamnya. Maka dari itu, tidak terlihat aktivitas siswa secara
langsung baik aktivitas belajar maupun di luar kegiatan beajar.
a. Visi SD Negeri Margajaya II Kota Bekasi
Terdepan Dalam Menyiapkan Sumber Daya Manusia,
Yang Cerdas, Sehat dan Bernuansa Ihsan.
b. Misi SD Negeri Kota Bekasi
1) Meningkatkan Kualitas Pendidikan Siswa
2) Menanamkan Nilai Keagamaan Serta Menjunjung Tinggi
Budi Pekerti.
3) Mengembangkan Kreatifitas Secara Oftimal Sehingga Siswa
Mmapu Hidup Mandiri.
c. Tujuan SD Negeri Margajaya II Kota Bekasi
1) Siswa Beriman Dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha
Esa Dan Berakhlak Mulia
81
2) Siswa memiliki dasar-dasar pengetahuan, kemampuan, dan
keterampilan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
3) Mengenal dan mencintai Bangsa, masyarakat dan
Kebudayaan
4) Siswa kreatif, terampil, dan bekerja untuk dapat
mengembangkan diri secara terus menerus.
2. Denah dan Deskripsi Lokasi
Lokasi berdirinya banguan sekolah ini dekat dengan Stasiun
Bekasi (KRL). Bangunan sekolah ini juga tepat samping kantor
kelurahan Margajaya Kota Bekasi daerah setempat. Lokasi yang
masih strategis dengan lalu lalang kendaraan, bangunan ini cukup
ramai dan dapat terlhat karena bangunan yang terbuka tepat di
samping jalan raya jalur kiri. Namun, bangunan ini tidak bebas
banjir saat diterpa hujan lebat. Sebab bangunan yang tidak terlalu
tinggi dan kurangnya resapan air serta bendungan yang tidak
terlalu lebar sehingga menyebabkan sering terjadinya banjir.
Gambar 4.1
Denah Lokasi Penelitian
82
B. Hasil Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti, salah satunya
adalah observasi yang dilakukan di SD Negeri Margajaya II Kota
Bekasi. Observasi dilakukan sejak awal bulan Desember 2019
sebelum adanya Covid-19 di Indonesia. Penelitian ini dilakukan
masih dalam situasi dan kondisi yang masih normal, sehingga proses
observasi mudah dilakukan.
1. Hasil Observasi
Hasil observasi awal penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Instrumen Hasil Observasi Awal Penelitian
No Aspek yang diamati
Hasil
Penelaahan Catatan
Ya Tdk
1 Kegiatan pembelajaran di dalam kelas
berjalan efektif V
2 Pembelajaran efektif diikuti dengan
kegiatan cooperative learning V
3 Pendekatan antara guru dan siswa di
dalam kelas secara keseluruhan V
4
Adanya feed back antara siswa dan guru
dalam proses pembelajaran secara
merata
V
5 Adanya perilaku siswa yang mengandung
bully verbal terhadap korban saat proses V
83
pembelajaran berlangsung.
6 Pemantauan khusus wali kelas terhadap
siswa sebagai korban bully verbal V
7
Adanya pendekatan khusus antara guru
terhadap siswa yang bersangkutan baik
saat pembelajaran maupun di luar jam
belajarr
V
8
Adanya kesulitan belajar yang terlihat dari
siswa yang mendapat perlakuan bully
verbal
V
9
Adanya batasan sosial yang terlihat
antara siswa sebagai korban bully
dengan siswa lainnya
V
10
Adanya tindakan yang dilakukan baik
guru maupun kepala sekolah atas
tindakan/ kasus tersebut.
V
Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data
akurat dari SD Negeri Margajaya II Kota Bekasi. Observasi juga
dilakukan secara sadar dengan tujuan untuk dapat
mendeskripsikan data sesuai dengan kenyataan yang dilihat oleh
peneliti. Observasi yang dilakukan terbagi ke dalam beberapa
jenis, yaitu observasi tempat, observasi waktu, observasi aktivitas
informan.
a) Observasi Tempat
84
Hasil observasi yang dilakukan peneliti, bahwa kondisi
dan situasi bangunan sebagai tempat aktivitas siswa di
sekolah tersebut layak pakai dan terhitung normal untuk
digunakan sebagai aktivitas belajar mengajar. Kondisi
halaman tersedia hanya lapangan bagian depan yang dapat
digunakan siswa beraktivitas, seperti kegiatan upacara,
olahraga seperti putsal, voli, dan aktivitas lainnya.
Ruang kelas yang berjumlah 10 ruangan dengan total 2
lantai digunakan hanya 9 ruangan, satu ruangan digunakan
sebagai gudang. Aktivitas siswa yang dilakukan di lingkungan
sekolah tergolong tidak terlalu luas untuk ukuran Sekolah
Negeri dengan jumlah kurang lebih 208 siswa di dalamnya.
b) Observasi Waktu
Peneliti melakukan observasi pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran berlangsung
dengan waktu sesuai dengan semestinya. Pembelajaran
dilakukan dengan materi pembelajaran penerapan kurikulum
2013.
c) Observasi Aktivitas Informan
Pada awal observasi, aktivitas yang terlihat sama dengan
siswa pada umumnya yang beraktifitas seperti biasa. Aktivitas
di luar pembelajaran dilakukan siswa, seperti bermain,
berolahraga dari mulai kelas I sampai kelas VI.
Aktivitas siswa cukup berbahaya dikarenakan gedung
sekolah berada di samping jalan raya jalur kiri arah dari
stasiun Bekasi. Arah lalu lalang pengguna jalan cukup ramai
dan beresiko tinggi untuk anak SD kelas rendah apabila
beraktifitas diluar area gedung sekolah.
85
Kegiatan pada kelas informan yang menjadi focus
penelitian menjadi acuan aktivitas yang dilihat secara lebih
terperinci. Aktivitas yang terlihat sama pada umumnya, yang
terkadang dapat dikendalikan hingga tidak dapat dikendalikan
oleh guru. Dengan kasus bully yang terjadi, aktivitas di
dalamnya lebih dominan terlihat sulit dikendalikan dengan satu
pengaruh siswa sebagai korban bully. Namun sama pada
umumnya, aktivitas kegiatan di luar pembelajaran maupun
saat pembelajaran menjadikan kelas ramai oleh kegiatan
siswa.
Aktivitas guru kelas maupun guru mata pelajaran yang
mengajar di kelas V tentunya memilki cara masing-masing
untuk menghadapi kondisi di dalam kelas. Menghadapi situasi
dengan kasus yang terjadi di dalam kelas tersebut membuat
setiap guru memberikan perhatian khusus terhadap korban
dan siswa lainnya dalam menghadapi kasus tersebut.
2. Hasil Data Wawancara.
Peneliti melakukan kegiatan selanjutnya dengan melakukan
wawancara. Sebelum melakukan kegiatan wawancara, peneliti
mengajukan surat izin penelitian kepada pihak sekolah. Wawanca
dilakukan terhadap informan yang di tuju. Selain itu, peneliti
mengkaji data terkait sekolah yang bersangkutan dengan tujuan
untuk dapat memperoleh data akurat dari pihak yang
bersangkutan. Data yang diperoleh sebagai bagian dari awal
penelitian terkait sekolah SD Negeri Margajaya II Kota Bekasi..
Data yang diperoleh adalah sebagai berikut.
86
Tabel 4.2
Data Sekolah SD Negeri Margajaya II Kota Bekasi
No Data Keterangan
1 Kepala Sekolah Bpk. Suwaryono
2 Operator Bpk. Didin Adiansyah
3 Akreditasi A
4 Kurikulum Kurikulum 2013
5 NPSN 20222700
6 Status Negeri
7 Bentuk Pendidikan SD
8 Status Kepemilikan Pemerintah Daerah
9 Tanggal SK Pendirian 01 Mei 1950
10 Daya Listrik 3500
11 Sumber Listrik PLN
12 Sertifikat ISO Belum Bersertifikat
87
Tabel 4.3
Data Jumlah Guru, Siswa dan Ruangan SD Negeri
Margajaya II Kota Bekasi.
No Data Jumlah
1 Guru 11
2 Siswa Laki-laki 116
3 Siswa Perempuan 92
4 Ruang Kelas 9
5 Ruang Guru 1
6 Laboraturium 1
7 Perpustakaan 1
8 Toilet Siswa 2
9 Toilet Guru 1
Tabel 4.4
Data Informan wawancara
No Data Informan Keterangan
1 Ibu Euis Juhaenah, S.Pd Wali Kelas V
2 Ibu Juhripah Orang Tua MF
3 Ibu Devi TU 2
88
4 Muhammad Fadlan Siswa Kelas V (Korban)
5 Zaki Al Gifari Aqseh Siswa Kelas V
6 Anisa Tanzia Siswa Kelas V
Wawancara selanjutnya dilakukan peneliti guna memperoleh
data melalui wawancara secara langsung terhadap informan.
Peneliti telah mendapat izin untuk melakukan wawancara terhadap
1 Guru, 1 staf TU, 1 siswa sebagai korban kasus bully dan 2 siswa
sebagai beberapa informan yang dipilih untuk memperoleh data
akurat dari kejadian tersebut.
a. Hasil Wawancara Guru
Wawancara pertama dilakukan kepada guru kelas V
beserta guru mata pelajaran PAI yang ikut serta dalam kegiatan
mengajar di kelas V. Wawancara ini dilakukan secara langsung
dengan guru yang bersangkutan. Wawancara ini berlangsung
setelah adanya Covid-19 di Indonesia. Penelitian ini dilakukan
dengan izin dan mengikuti protokol kesehatan sesuai anjuran
pemerintah. Adapun hasil wawancara yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.5
Data Informan 1
No Nama Jenis
Kelamin
Tanggal
Wawancara Pukul
1 EJ Perempuan 07 April 2021 10.00
89
Tabel 4.6
Data Siswa Korban Bully dan sebagai Fokus Penelitian
No Nama Jenis
Kelamin Kelas Usia
1 MF Laki-laki V 13 H
1) Apa kebiasaan yang Ibu lihat dari siswa sebagai korban
bully di dalam kelas ?
Kebiasaan MF ini terlalu memiliki banyak perbedaan
dengan teman sebaya, sehingga hal ini menjadi pemicu
dirinya diasingkan oleh teman-temannya. Seperti
kebiasaan ketika sedang berlangsung pembelajaran, MF
ini jarang terlihat serius dan terlihat tidak takut terhadap
perintah guru.
2) Gejala apa saja yang terlihat dari MF sebagai korban
bully di dalam kelas ?
Seperti lebih banyak sendiri, tidak pernah percaya diri,
menganggap tidak penting terhadap tugas yang diberi
guru, serta gejala dari sikap pribadi yang terlihat berbeda
dengan teman sebayanya.
3) Bagaimana proses komunikasi yang dilakukan Ibu
dengan MF dalam pembelajaran sehari-hari ?
Komunikasi yang dilakukan tentunya memiliki
kekhususan tertentu ya untuk MF, dikarenakan tidak
dapat disamakan dengan siswa lainnya. Biasanya saya
90
menggunakan komunikasi secara intens sesering
mungkin terhadap MF.
4) Apa saja keluhan MF yang Ibu ketahui ?
Keluhan yang saya tahu, MF sering merasa dirinya salah
di mata orang tuanya. MF sering mendapatkan perlakuan
kurang baik dari orang tuanya.
5) Bagaimana cara Ibu menerapkan metode pembelajaran
di dalam kelas dengan adanya kasus bully yang terjadi
terhadap siswa di dalam kelas ?
Tidak ada metode yang saya khususkan untuk mengajar
di kelas V ini, hanya beberapa cara yang saya ubah
untuk dapat mengendalikan kondisi kelas tetap kondusif.
Seperti lebih sering memberikan pemahaman terhadap
siswa terkait kasus yang terjadi yang berusaha saya
kaitkan saat pembelajaran berlangsung.
6) Pendekatan seperti apa yang Ibu terapkan di dalam
pembelajaran tersebut ?
Pendekatan seperti memberikan contoh perilaku dari
kasus yang sama. Pendekatan yang bersifat kontekstual
di luar materi pembelajaran ini menjadi strategi
pendekatan yang saya lakukan perlahan.
7) Bagaimana pendekatan secara emosional yang Ibu
lakukan dengan MF saat pembelajaran maupun di luar
pembelajaran ?
Biasanya saya selalu memanggil MF sesering mungkin di
luar jam belajar dan saat pembelajaran. Hal ini untuk
mengetahui lebih dalam tentang kepribadian MF.
91
8) Kesulitan seperti apa yang MF alami dalam proses
pembelajaran ?
Kesulitan seperti mencerna penjelasan guru, kesulitan
untuk konsentrasi, hingga kesulitan untuk mengikuti
pembelajaran seperti siswa lainnya.
9) Apa saja perilaku yang terlihat dominan dari saudara MF
saat proses pembelajaran berlangsung ?
Seperti kurang terlalu memperhatikan guru, tidak perduli
terhadap perintah guru, dan kurang begitu serius dalam
melakukan pembelajaran..
10) Bagaiman MF dalam mengikuti pembelajaran
cooperative learning di dalam kelas ?
Proses MF yang terlihat dalam pembelajaran
berkelompok memang sangat sulit untuk bisa
dikendalikan, disebabkan MF kurang bias berbaur
dengan serius dalam pembelajaran atau terkait dengan
tugas yang diberikan guru. Sehingga siswa di kelas
mengeluhkan apabila MF berkelompok dengan mereka.
11) Bagaimana kondisi dan sikap yang ditunjukan siswa
sekelas terhadap MF ?
Kondisi di dalam kelas terutama siswa memang
terkadang sulit dikendalikan apabila berhubungan
dengan perilaku yang ditimbulkan oleh MF. Inilah yang
terkadang sulit untuk dikontrol karena guru hanya ada
saat jam pembelajaran berlangsung.
12) Apakah saat di lingkungan sekolah MF memiliki teman
dekat ?
92
MF tergolong tidak memiliki teman dekat seperti siswa
lainnya, namun saat bermain diluar jam belajar MF sedikit
dapat berbaur, apabila aktivitas bermain tersebut
digemari oleh MF.
13) Perilaku bully yang Ibu lihat seperti apa dari teman
sekelasnya terhadap MF ?
Seringnya dalam bentuk ejekan ya dari teman-temannya
yang tidak terlepas dari perilaku janggal yang MF
lakukan, terkadang ada ejekan yang bersifat hinaan.
Apabila hal ini terlihat langsung oleh saya mungkin masih
bisa dikendalikan. Terkadang informasi ini saya dapat
dari siswa lainnya yang melaporkan kejadian tersebut di
luar jam belajar.
14) Apa saja ejekan yang di dapat oleh MF dari temannya ?
Ya terkadang ada ejekan yang bersifat kata-kata kasar
dan lain sebagainya di luar kendali, itu sudah termasuk
parah dan saya sudah pasti bertindak.
15) Adakah pihak lain selain siswa sekelas yang melakukan
bully secara verbal terhadap MF ?
Mungkin yang terlihat seperti guru mata pelajaran yang
terkadang sulit untuk mengendalikan MF dalam proes
pembelajaran, maka guru tersebut melakukan kekerasan
secara verbal terhadap MF agar dapat dikendalikan.
16) Adakah keluhan dari guru mata pelajaran atau dari Ibu
sendiri terkait prilaku MF di dalam kelas ?
Sudah pasti ada. Mengeluhkan karena MF kurang begitu
serius dalam pembelajaran
93
17) Bagaimana kondisi mental yang terlihat dari MF dengan
kondisi yang ia terima ?
Untuk kondisi yang terlihat, MF terlihat seperti tidak
memperlihatkan kesedihan atau kekesalan secara
langsung terhadap teman yang melakukan bully
terhadapnya. Namun terkadang saya sedikit janggal
dengan perlakuan dan kebiasaan yang MF perlihatkan
sehari-hari di lingkungan sekolah, seperti tidak membawa
beban dan hal ini menjadi acuan bahwa MF terlihat
seperti sudah terbiasa dengan kasus bully yang ia terima.
18) Apakah kehadiran atau absensi MF terganggu dengan
adanya kasus bully yang terjadi ?
Ya, sudah pasti. MF terkenal dengan siswa yang sangat
sering dalam kasus ketidak hadiran di sekolah.
Terkadang pagi masuk, siang sudah pulang. Hal ini yang
sampai saat ini masih sulit untuk dikendalikan.
19) Adakah aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan
bersosialisasi dengan teman sebaya dari MF di dalam
atau di luar lingkungan kelas ?
Yang saya lihat tentu ada ya, namun MF ini sangat
berbeda dengan siswa lainnya, yang hanya terlihat
bergabung apabila MF memang ada keinginan untuk
gabung.
20) Apakah dengan MF bersosialisasi, teman-temanyya
menyambut dengan baik ?
Sebagian besar tidak,
Peneliti mendeskripsikan dari hasil wawancara dengan
Ibu Euis Juhaenah, S.Pd., bahwa kasus yang terjadi sudah
cukup lama dan hal ini sempat menjadi perhatian penting
94
para guru di sekolah. Adapun beberapa kiat yang menjadi
perhatian adalah MF sebagai siswa yang menajdi korban
dari bully yang bersifat verbal. Hal ini menjadi perhatian
khusus Ibu Euis sebagai wali kelas dari saudara MF,
dikarenakan telah banyak berpengaruh kurang baik untuk
proses pembelajaran.
TIdak hanya MF, teman sekelas menjadi perhatian Ibu
Euis untuk dapat mengendalikan kondisi yang terjadi.
Kondisi dan situasi dalam proses pembelajaran membuat Bu
Euis sulit mengatasi kasus ini sendiri. Pendekatan khusus
terhadap MF sudah sering dilakukan oleh Ibu Euis. Hal yang
didapat dari pendekatan tersebut bahwa MF merasa sudah
terbiasa akan hal yang dilakukan teman-teman sekelasnya,
bahkan di rumah MF mengaku selalu mendapatkan
perlakuan kurang baik dari kedua orang tuanya.
Bagi Ibu Euis, hal ini mungkin terlihat biasa saja bagi
MF, namun perubahan yang ditimbulkan pada sikap, sifat
dan kebiasaan MF yang terlihat kurang baik apabila hal ini
tidak mendapat perhatian khusus terhadap kepribadian MF
di masa yang akan datang.
95
b. Wawancara dengan Orang Tua MF
Wawancara dilakukan di tengah pandemik Covid-19.
Wawancara dilakukan di rumah MF dengan pendekatan secara
non formal. Wawancara dilakukan dengan tujuan memperoleh
informasi terkait saudara MF di lingkungan rumah dan sekolah.
Tabel 4.7
Data Orang Tua MF
No Nama Jenis
Kelamin
Tanggal
Wawancara Pukul
1 Ibu MF ( J ) Perempuan 08 April 2021 10.00
1) Apa saja kebiasaan baik saudara MF yang sering terlihat di
rumah ?
Awalnya MF seorang anak yang penurut, sekarang MF
tumbuh menjadi anak yang kurang peka terhadap aturan
orang tuanya.
2) Apa saja kebiasaan janggal yang sering terlihat dari saudara
MF saat berada di rumah ?
Kebiasaan MF yang menurut saya berbeda adalah lebih
sering menyendiri, tidak pernah mau cerita tentang apa yang
sering terjadi di sekolah, malas, tidak pernah takut saat di
marahi ayahnya, sering menolak untuk sekolah, lalai
terhadap PR, tidak ada gairah untuk kegiatan di sekolah.
3) Apakah saudara MF sering mengadukan keluhan tentang
apa yang terjadi di lingkungan sekolah terhadapnya ?
MF baru berbicara tentang apa yang terjadi jika saya
sebagai orang tuanya bertanya dan memaksa untuk MF
jawab.
96
4) Apakah saudara MF pernah terlihat menangis saat berada di
rumah ?
Pernah, tapi tidak terlalu sering.
5) Apakah saudara MF terlihat memiliki luka fisik ?
Ya, tapi disebabkan oleh ayahnya, bukan disebabkan oleh
teman-temannya di sekolah.
6) Apa saja perilaku ayahnya yang menyebabkan saudara MF
menangis ?
Jika MF tidak melakukan apa yang ayahnya perintahkan, MF
akan mendapatkan perilaku fisik seperti pukulan hingga
tendangan, menyebabkan luka fisik.
7) Apakah dengan kejadian yang menimpa MF, menjadikan ia
sering menyendiri atau tidak adanya keinginan untuk bergaul
dengan teman sebaya di lingkungan rumah ?
Ya, MF hanya terlihat bermain apabila di ajak oleh teman
sebayanya.
8) Apakah saudara MF terlihat memiliki kekurangan semangat
dalam melakukan aktivitas di rumah hingga ke sekolah ?
Ya, bahkan terlihat tidak memiliki gairah sama sekali dalam
melewati hari-harinya terutama dalam urusan sekolah.
9) Pendekatan apa yang dilakukan sebagai orang tua MF
dalam kasus yang terjadi ?
Hanya sebatas pertanyaan yang berhubungan dengan
kejadian yang MF alami di sekolah, tidak terlalu mendalam.
10) Mengapa pendekatan jarang dilakukan ?
97
Sebab sebagai orang tua merasa sudah tidak bias merubah
MF secara penuh di ikuti dengan kondisi keluarga yang
serba berkecukupan.
11) Apakah orang tua melakukan pengamatan atas kasus
bullying yang terjadi terhadap MF di sekolah ?
Tidak, hanya tahu saat pihak sekolah memanggil saya untuk
memberitahukan kasus yang terjadi terhadap MF, hingga
keluhan wali kelas terhadap pembelajaran yang menurun.
12) Apakah sebagai orang tua MF akan melakukan pendekatan
apabila saudara MF sudah memiliki keparahan dalam
perkembangannya ?
Tidak, saya sebagai orang tua sudah bigung harus
mengahdapi MF dengan cara apa agar MF berubah.
13) Apakah orang tua sudah mencari linformasi MF melalui
teman sekelas ?
Sudah, hanya informasi dari siswa yang saya dapat,
setelahnya yang saya lakukan adalah menanyakan terhadap
MF.
14) Bagaimana kondisi di lingkungan rumah ?
Kondisi tidak terlalu hangat antara ayah, ibu, anak dan
saudara MF yang lainnya.
15) Apakah MF memiliki dukungan dan support dari keluarga ?
Kurang mendapatkan.
16) Apakah orang tua melakukan pendekatan melalui bahasa
tubuh seperti memberikan pelukan, sentuhan, hingga
ucapan untuk membangun semangat pada saudara MF ?
Tidak pernah sama sekali.
98
17) Apakah MF pernah melihat perkelahian atau pertengakaran
orang tua saat di rumah ?
Ya, sering.
18) Pengaruh buruk yang terlihat akibat perkataan buruk dari
kedua orang tua terhadap MF ?
MF hanya menjadi seseorang yang kaku dan pendiam tanpa
kata saat melihat kedua orang tuanya bertengkar atau
memarahinya dengan kata yang kasar
19) Apa saja perilaku kasar yang terjadi secara konsisten
melukai fisik terhadap MF dari kedua orang tua ?
Hampir terjadi setiap MF tidak melakukan apa yang ayahnya
perintahkan, seperti tidak mau sekolah, hingga teguran saat
ayahnya mendapat kabar tidak baik mengenai pmebelajaran
MF disekolah.
20) Apa bentuk kepedulian orang tua terhadap MF ?
Mencoba memberi tahu apa yang seharusnya dilakukan MF
baik di sekolah maupun di rumah.
21) Apakah orang tua melakukan hal konsisten dalam
melakukan cek perkembangan setiap pembelajaran yang
dilakukan MF di sekolah ?
Tidak,
22) Apa alasan orang tua tidak melakukan pengecekkan secara
rutin dalam proses perkembangan di sekolah ?
MF salah satu anak yang sulit terbuka soal yang terjadi di
lingkungan sekolah.
99
23) Apakah saudara MF merupakan anak yang sangat di tuntut
oleh kedua orang tua, salah satunya dalam hal
pembelajaran ?
Sangat, tapi diri MF sendiri yang melakukan penolakan
melalui perilaku yang terjadi pada dirinya.
24) Hal apa saja yang menjadi kekurangan dan sulit di ubah
dalam diri MF ?
Sulitnya mengubah dalam hal kebersihan dirinya, acuh dan
tidak peduli.
25) Mengapa orang tua terkesan tidak memiliki kepedulian lebih
terhadap MF ?
Sebab MF salah satu anak yang sulit untuk mendengarkan
orang tua.
26) Apakah menurut orang tua, MF memiliki kondisi mental
yang baik atas kasus yang terjadi terhadapnya ?
Tidak, bahkan sangat berbeda dan sulit terkontrol oleh saya
dan ayahnya.
27) Apakah kebutuhan gizi dalam tubuh MF terpenuhi ?
Kurang, sebab MF sering ditinggal kerja dan dagang
seharian dari pagi hingga malam.
28) Apakah orang tua memperhatikan perubahan kondisi fisik
yang dialami MF ?
Ya
29) Apa saja perubahan atau kondisi fisik yang terlihat ?
Sering menyendiri, murung, tidak ada gairah untuk hidup
bersih, tidak banyak berbicara, tidak memiliki semangat,
hingga kondisi fisik yang berubah.
100
30) Apakah orang tua mengetahui atas kasus bullying yang
diterima MF di lingkungan sekolah ?
Tahu, sejak ada panggilan orang tua dari pihak sekolah.
31) Apa informasi yang di dapat dari pihak sekolah terhadap
saudara MF ?
Sering tidak masuk kelas, pulang dan masuk tidak pada
waktunya, sulit konsentrasi dalam pembelajaran, melakukan
aktifitas saat dalam pembelajaran, hingga tidak terpenuhinya
tugas sekolah dan nilai yang diperoleh MF sangat di bawah
rata-rata.
32) Apakah setelah ini, orang tua akan melakukan pendekatan
dan tindakan lebih khusus terhadap saudara MF ?
Sudah di coba, tapi tidak merubah MF.
33) Apa tindakan selanjutnya yang akan di ambil untuk
perkembangan MF ?
Melakukan pendekatan yang lebih intensif, namun belum
terjalin hingga saat ini.
34) Apakah orang tua merasa terbebani terhadap kasus yang
terjadi pada saudara MF di sekolah ?
Ya.
35) Apakah MF memiliki sosialisasi di luar lingkungan sekolah ?
Ya, saat teman-temannya berusaha mengajak MF bermain.
36) Apakah MF bermain layaknya teman-teman yang lain ?
Kadang-kadang.
37) Apakah kurangnya sosialisai tersebut sudah terjadi sejak
MF masih berusia kecil ?
101
Ya, sudah mulai terlihat perbedaan pertumbuhan pada diri
MF.
38) Bagaimana mengatasi hal ini ?
Masih dipikirkan.
39) Apakah perubahan yang terlihat berdampak pada diri MF ?
Ya, MF sangat memiliki perubahan dalam segala hal.
40) Apa alasan MF menghindari pendektan yang dilakukan
orang tua terhadapnya ?
Yang saya lihat MF memiliki rasa takut yang tinggi terhadap
ayahnya.
Peneliti mendeskripsikan beberapa hal yang menjadi poin
penting yang di sampaikan oleh Ibu J sebagai salah satu dari
orang tua MF. Bahwa MF salah satu anak yang memiliki
perbedaan khusus dari anak yang lain, beberapa diantaranya
adalah MF merupakan salah satu anak yang sering di marahi
oleh ayahnya, hinga menerima luka fisik disebabkan oleh
pukulan hingga hal terparah adalah berupa tendangan. MF
hilang kepercayaan dalam dirinya bahwa dengan seringnya
menerima tindakan tersebut menjadikannya anak memiliki rasa
takut yang tinggi, tidak terbukanya terhadap kedua orang tua.
Faktor yang menyebabkan dirinya runtuh rasa semangat
adalah kurangnya dukungan orang tua, hingga rasa malas yang
tinggi disebabkan kurangnya dorongan motivasi dalam dirinya.
Perilaku yang diterima MF menyebabkan beberapa pengaruh
negative terhadap psikisnya, salah satunya, meningkatnya
kemurungan, sering menyendiri, individualis di lingkungan
rumah maupun sekolah, rasa malas yang tinggi, kebersihan
kurang terjaga, kurang disiplin, menjadikan semua itu adalah hal
yang melekat dalam dirinya bahkan untuk kedepannya.
102
c. Wawancara dengan Korban
Tabel 4.8
Data Informan II
No Nama Jenis
Kelamin Kelas Usia Pukul
1 MF Laki-laki V 13 th 11.00
Wawancara kedua dilakukan dengan MF sebagai
Korban. MF merupakan siswa kelas V SDN Margajaya II
Kota Bekasi yang memiliki keterbatasan dalam belajar. MF
adalah salah satu siswa yang menjadi fokus penelitian pada
kasus Bullying di sekolah.
1) Apa saja pekataan buruk yang sering MF terima dari
teman-teman sekelas ?
Perkataan mengejek seperti tidak bisa baca, anak tukang
pulang, atau kadang suka di suruh-suruh
2) Apakah hal tersebut membuat MF sakit hati atau benci
terhadap teman-teman ?
TIdak. Biasa saja
3) Apakah ada perlakuan dari teman-teman seperti
memukul, menendang atau perilaku buruk yang melukai
MF ?
Dulu pernah, sekarang paling diejek saja.
4) Perlakuan fisik seperti apa yang pernah MF terima ?
Hanya didorong dorong waktu kelas 2.
103
5) Bagaimana cara MF bergabung untuk bermain bersama
teman-teman ?
Tidak terlalu tertarik untuk selalu bergabung bermain
apalagi untuk belajar.
6) Apa yang membuat MF tidak ingin untuk sekedar
bergabung dengan teman-teman ?
Paling saya jadi bahan ejekan.
7) Apakah perlakuan teman-teman selama ini membuat MF
tidak percaya diri untuk sekedar bergabung bermain?
Iya.
8) Perilaku seperti apa yang membuat MF sangat merasa
diasingkan ?
Saya merasa berbeda dan dibedakan.
9) Apakah hal ini membuat MF tidak percaya diri atau
bahkan tidak bersemangat untuk melakukan kegiatan
disekolah ?
Iya, sekolah karena takut oleh Ayah.
10) Kenapa MF sering bolos sekolah dan terlihat banyak
diam di sekolah ?
Sudah malas sekolah, pasti kondisinya sama-sama saja.
11) Apakah MF memiliki dendam terhadap teman-teman
yang sudah berbuat kurang baik ?
Tidak.
12) Apakah suatu saat MF ada keinginan untuk membalas
perbuatan kurang baik dari teman-teman ?
Tidak
104
13) Adakah keinginan untuk berbaur bersama teman-teman
saat di sekolah ?
Tidak sama sekali
14) Apa yang bisa membuat MF semangat untuk sekolah
dengan baik?
Tidak tahu.
Peneliti mendeskripsikan bahwa MF adalah seorang
siswa yang mengakui bahwa dirinya memang mendapatkan
perlakuan kurang baik di sekolah. Perlakuan kurang baik di
sini dikategorikan ke dalam kasus bullty secara verbal.
Perlakuan bully yang diterima MF merupakan sebuah ejekan
atau kata-kata yang berunsur kasar. Perbuatan tersebut
sudah termasuk ke dalam kekerasan dengan jenis verbal.
Secara tidak langsung MF akan mengalami perubahan
dalam melakukan kebiasaan sehari-hari.
Adapun yang dirasakan MF dari perbuatan bully ini,
bahwa MF merasa semua sudah terbiasa dalam dirinya. MF
dengan sadar mengatakan bahwa perbuatan apapun yang
MF terima dari teman-temannya merupakan kebiasaan yang
akan MF dapatkan setiap hari saat berada di lingkungan
sekolah.
Salah satu faktor yang mengejutkan, bahwa MF juga
merupakan salah satu anak yang mendapatkan perlakuan
kurang baik dari kedua orang tuanya. Perlakuan tersebut di
antaranya perkataan kasar yang hampIr MF terima setiap
hari, hingga perlakuan yang melukai fisik MF.
Alasan MF tidak memiliki keinginan untuk berbaur
bersama teman-teman di sekolah, slah satu faktornya
disebabkan karena MF merasa berbeda dan bukan zona
105
yang baik apabila MF terlalu sering berbaur dengan teman-
temannya. Sehingga MF lebih sering sendiri bahkan merasa
lebih baik sendiri, tanpa MF sadari, bahwa hal ini
berpengaruh besar terhadap perkembangan interpersonal di
sekolah hingga berpengaruh terhadap pembelajarannya.
Inti permasalahan yang terlihat pada MF hingga
faktornya adalah pada kebiasaan dan perilaku yang berbeda
dalam batas normal sebagai siswa. Kurang focus, tidak
dapat mengikuti pelajaran sesuai dengan aturan yang
dibuat, memiliki sikap acuh terhadap hal apapun, hingga
proses pembelajaran yang membuat MF merasa tidak begitu
penting untuk dirinya. Hal ini berdampak besar pada
kecerdasan sosialnya yang sama sekali tidak MF sadari.
d. Wawancara dengan Siswa (Teman sekelas)
Tabel 4.9
Data Informan III &IV
No Nama Jenis
Kelamin Kelas Usia Pukul
1 ZA Laki-laki V 11 th
11.30
2 AT Perempuan V 11 th
1) Apa kesan pertama saat kalian satu kelas dengan MF?
ZA : MF berbeda dengan teman yang lain,
AT : Tidak pernah mau mengikuti pelajaran
dengan baik
106
2) Siapa yang paling dekat dengan MF di luar lingkungan
sekolah ?
ZA : Saya, MF adalah saudara saya dari mama,
rumahnya MF juga dekat.
AT : Tidak terlalu dekat, hanya pernah melihat MF
Bermain
3) Apa yang menjadi penyebab MF terlihat berbeda dengan
teman-teman lainnya ?
ZA : Tingkah laku nya, susah belajar, dulu belum
bisa membaca, sekarang sudah bisa dan
senang menyendiri
AT : Perilakunya yang aneh, seperti sekolah
sesukanya, suka pulang lebih awal tanpa
takut sama bu guru dan MF termasuk siswa
yang sering tidak masuk sekolah.
4) Tingkah laku aneh seperti apa yang sering di lakukan MF
saat pembelajaran ?
ZA : MF sering tidur di luar kelas saat
pembelajaran, seperti tidak takut walaupun
sudah dimarahi oleh bu guru.
AT : Seperti tidak merasa takut oleh bu guru.
Karna MF baru 2 tahun satu kelas dengan
kita. MF sempat tidak naik satu kali sebab
jarang masuk dan kurang mengikuti
pembelajaran dengan baik.
107
5) Seberapa besar tingkat kepercayaan diri MF dibanding
dengan teman sekelas saat pembelajaran?
ZA : Kurang begitu percaya diri dalam
Pembelajaran
AT : Tidak pernah terlihat percaya diri apalagi
dalam pembelajaran
6) Seperti apa hubungan MF dengan teman sekelas?
ZA : Tidak terlalu sering bergaul dengan teman
sekelas, sering sendriri, hanya beberapa kali
terlihat bergabung untuk sekedar bermain
yang MF suka.
AT : Banyak teman yang selalu memberikan
keluhan terhadap bu guru apabila
pembelajaran kelompok disatukan dengan
MF.
7) Apa yang menjadi penyebab MF lebih sering menyendiri?
ZA : Tidak tahu
AT : Mungkin karena teman-teman juga banyak
yang menghindar dari MF
8) Perilaku seperti apa yang ditonjolkan oleh MF sehingga
teman-temannya enggan berteman dengan MF ?
ZA : MF memang aneh, dari pakaian yang selalu
lusuh, sikap yang tidak peduli, hingga perilaku
yang terkadang tidak terkontrol.
AT : Tidak pernah merasa takut sama bu guru.
108
9) Apakah ada yang berusaha mendekati MF di sekolah ?
ZA : Ada, tetapi untuk sekedar menjadi bahan
ejekan
AT : Ada, MF hanya bahan ejekan teman-teman
apalagi saat di kelas.
10) Apa perilaku bully dari teman sekelas yang sering terlihat
terhadap MF ?
ZA : Yang lebih sering terlihat seperti ejekan.
AT : Ejekan, berupa penghinaan seperti MF tidak
mandi, sering kesiangan masuk kelas, tidak
mau nurut pada bu guru.
11) Apakah ada kesamaan perilaku MF saat di lingkungan
sekolah dengan lingkungan rumah ?
ZA : Jika di luar sekolah, MF mau ikut bermain
Itupun apabila dengan saya, saya
saudaranya.
AT : Sama saja, kurang terlihat bergaul
12) Apakah MF terlihat lebih aktif saat di luar lingkungan
sekolah ?
ZA : Tidak, sama saja
AT : Sama.
13) Bagaimana kondisi keluarga MF yang bisa kalian lihat ?
ZA : Kondisinya sama saja dengan saya
AT : Kondisi keluarga normal
109
14) Apakah pernah melihat atau mendengar ada perilaku
kasar yang diterima MF dari orang tuanya ?
ZA : Sering, MF bahkan sering dimarahi Ibu atau
bapaknya tiap MF tidak mau berangkat
sekolah, bahkan MF selalu di pukul dan
ditendang oleh ayahnya.
AT : Saya sering mendengar bahwa MF sering di
perlakukan tidak baik oleh ayahnya.
15) Bagaimana kondisi MF yang kalian lihat ?
ZA : MF seperti sudah terbiasa dalam
menghadapinya.
AT : Biasa saja, tidak terlihat sedih atau terpuruk.
Peneliti mendeskripsikan hasil wawancara dengan 2
informan yang dipilih dari teman MF di kelas, yaitu ZA
sebagai teman sekaligus saudara dari MF, dan AT sebagai
ketua kelas. MF dideskripsikan oleh AT dan ZA bahwa
memang benar adanya perlakuan kurang baik dari teman
sekelas terhadap MF. Dilihat dari sudut pandang ZA dan AT,
bahwa perlakuan yang masuk kedalam kategori bully ini
menjadi suatu hal yang biasa diterima oleh MF.
Pandangan yang disampaikan ZA dan AT mengenai
perilaku janggal yang terlihat dari MF, seperti sering tidak
masuk sekolah, masuk dan pulang dengan kemauannya
sendiri, tidak peduli terhadap peraturan dan peringatan yang
diberikan guru. Dilihat dari kebersihan, MF cukup berbeda
110
dengan siswa lainnya. Terlihat kurang rapi dalam berpakaian
menjadi sebuah kebiasaan dari MF di sekolah.
Beberapa faktor yang dapat dilihat oleh penliti, dalam
hal ini, MF memiliki kebiasaan yang tak wajar, seperti kurang
bersosialisasi dengan temannya, terlihat memiliki
kesenangan dalam kesendiriannya. Kebiasaan janggal yang
menjadi pembeda antara MF dengan siswa lainnya membuat
posisinya sangat dipojokkan oleh teman sebayanya. Namun
hal tersebut menjadikan MF tidak menyadari adanya efek
negative dari kasus bully yang terjadi pada dirinya.
Adapun pengakuan ZA dan AT bahwa MF juga
menerima kekerasan secara verbal hingga fisik dari orang
tuanya. Hal ini yang menjadikan MF merasa terbiasa dengan
kasus bully yang diterimanya. Kasus bully hingga perlakuan
buruk dari orang tua MF, menjadikan pengaruh buruk bagi
dirinya, khususnya dalam kecerdasan interpersonal. Namun
hal itu tidak MF sadari, sebab MF merasa hidupya sudah
terbiasa sejak dulu.
e. Wawancara dengan Staf TU
Tabel 4.10
Data Informan V
No Nama Jenis
Kelamin Jabatan Pukul
1 DS Perempuan TU 2 13.00
1) Apakah benar MF merupakan salah satu siswa dengan
daftar catatan hitam di sekolah, salah satunya kasus
bully?
111
Ya, benar, kasus tersebut serta perilaku dalam dirinya
yang membuatnya memiliki daftar hitam terbayak di
sekolah.
2) Apakah kasus bully yang terjadi terhadap MF sudah
melewati proses pemanggilan wali murid yang
bersangkutan ?
Sudah, bahkan sudah beberapa kali pihak sekolah
melakukannya dengan tujuan untuk mengatasi masalah
tersebut.
3) Apakah proses tersebut mampu mengurangi atau
mengatasi kasus bully yang terjadi pada MF?
Tidak sampai mengatasi, hanya sampai menguragi,
itupun tidak berlangsung lama.
4) Bagaimana untuk tingkat keseriusan pihak sekolah dalam
menangani kasus bully yang terjadi pada MF ?
Masih dalam tahap pemantauan guru sampai orang tua
yang bersangkutan untuk mencoba mengurangi kasus
yang terjadi, sebab pihak sekolah belum dapat berbuat
banyak untuk sampai tahap mengatasi, disebabkan MF
memiliki perilaku yang sulit untuk kita kendalikan. Disertai
orang tua MFmenyerahkan sepenuhnya kepada pihak
sekolah.
5) Bagaimana kondisi korban saat ini dalam pantauan
sekolah ?
Masih sama dengan prilakunya, hanya sedikit memberi
keringanan terhadap peraturan tingkat penilaian khusus
untuk MF.
112
Peneliti mendeskripsikan bahwa MF merupakan salah satu
siswa yang memiliki kasus tersendiri dalam data sekolah. Kasus
yang terjadi pada MF ini tidak hanya bully yang menimpa diriya,
tetapi tentang perilaku yang menyimpang pada dirinya. Perilaku
tersebut berkaitan dengan proses belajar mengajar dalam kelas.
Proses belajar MF memiliki kekurangan dalam mengikuti
pembelajaran. Seperti mengikuti pembelajaran dengan kurang
baik, melanggar peraturan mengenai waktu sekolah, hingga
kehadiran yang terganggu. Hal ini menjadi sebuah catatn
penting bagi sekolah.
f. Menarik Kesimpulan
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru,
staf serta siswa yang terpilih menjadi informan, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan kasus bully
secara verbal yang diterima oleh MF di kelas, sangat
mempengaruhi kecerdasan dalam dirinya, terutama dalam
kecerdasan social atau kecerdasan interpersonal dalam diri MF.
Sehingga kondisi sosial yang terganggu, memberikan efek yang
buruk baik dalam pembelajaran maupun dalam pembelajaran
hingga kepribadian MF.
3. Studi Dokumentasi
Sugiyono (2016 : 240) menyatakan studi dokumentasi
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu dengan sebuah
dokumen berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari
seseorang.
a. Catatan MF di sekolah
Dalam hal ini, saudara MF merupakan salah satu siswa
yang memiliki berbagai kasus khusus di sekolah. Berdasarkan
113
informasi yang di dapat dari bagian staf TU, Maka di uraikan
sebagai berikut :
1) Jarang masuk sekolah tanpa keterangan yang jelas
2) Kualitas pembelajaran menurun dengan terus menerus
3) Tidak mengikuti pembelajaran sampai akhir jam pulang
4) Tidak adanya perkembangan atau perubahan dalam aspek
pembelajaran di sekolah
5) Kurangnya kerjasama orang tua MF dalam menyelesaikan
permasalahan ini.
C. Interpretasi Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang didapat dari proses observasi dan
wawancara, maka didapatkan hasil, subjek penelitian ini mengenai
kasus bully vebal yang menimpa salah seorang siswa dengan
inisial MF di lingkungan sekolah yang memiliki pengaruh dalam
kecerdasan sosial dalam dirinya.
Bullying verbal yang didapat oleh MF diantaranya, pengucilan,
julukkan negative seperti menjuluki MF “tukang bolos”,
mempermalukan dengan sebuah pengaduan teman sekelas
terhadap guru, penolakan dalam hal pembelajaran kelompok,
hingga hal ini menimbulkan beberapa dampak, diantaranya :
1. Dampak Psikis
Beberapa dampak psikis yang terlihat dari saudara MF
adalah berkurangnya semangat, tingkat kemurungan yang terus
menerus, sulit berkomunikasi dengan orang tua ataupun
saudara di rumah, menjauh dari teman-temannya, merasa
rendah diri, memiliki keingininan menyakiti diri sendiri.
Hal ini memiliki kemungkinan MF memiliki gangguan mental
dalam dirinya, apabila tidak segera diatasi secara tuntas.
114
Namun melihat kondisi dan peran orang tua MF sendiri terkihat
tidak ada kemungkinan MF menerima penanggulangan dengan
baik. Maka penting utuk pertumbuhan MF di masa yang akan
dating dengan kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua
yang di jalin secara terus menerus.
2. Dampak Fisik
Dampak terhadap fisik sendiri tidak di temukan di sekolah,
akan tetapi MF menerima benturan sebuah kecaman dari orang
tuanya terkait diri MF. MF di dapati sering menerima kekerasan
berupa ucapan hingga pukulan bahkan tendangan dari orang
tuanya. Hal ini di lakukan dengan alas an MF tidak mau
menuruti apa yang di perintahkan oleh orang tua serta MF
merupakan salah satu anak yang berbeda dengan saudaranya
di rumah. Berkaitan dengan kasus yang sering terjadi di
sekolah, orang tua MF bukan berfokus terhadap bullying yang di
terima MF, melainkan mengacu pada kasus catatan hitam di
sekolah yang menyebabkan orang tua MF sering menerima
panggilan dari pihak sekolah.
Luka fisik yang di terima MF berupa bekas pukulan hingga
tendangan dari seorang ayah terhadapnya. Maka hal ini
membuat MF merasa tidak percaya diri dan memiliki rasa takut
yang sangat tinggi.
Maka salah satu kecerdasan yang terganggu dalam
perkembangan MF yaitu pada kecerdasan sosial atau disebut
dengan kecerdasan interpersonal pada diri MF. Hal tersebut
disimpulkan dari pengakuan MF dan informan, bahwa dirinya tidak
ada ketertarikan untuk bergabung dengan teman-teman di kelas
bahkan MF mengakui dirinya sudah terbiasa sendiri. Tanpa MF
sadari, bahwa hal tersebut membawa pengaruh buruk dalam
kecerdasan lainnya.
115
Lingkungan keluarga yang seharusnya menjadi sebuah
perlindungan untuk saudara MF, maka berbalik dengan MF.
Berbagai tindakan di lakukan orang tua MF sudah di coba, namun
cara yang di lakukan termasuk ke dalam kategori tidak wajar.
Sebab apa yang di terima MF berdampak pada psikis hingga fisik.
Dampak buruk pada diri MF di antaranya memiliki kelemahan
konsentrasi dalam belajar, rasa malas yang tinggi, rasa takut yang
berlebihan menyebabkannya tidak berani terbuka terhadap orang
tua maupun guru, acuh terhadap kebersihan, sering menyendiri,
pemurung, sulit untuk di dekati, tidak ada motivasi untuk maju dan
merubah dirinya.
Kesulitan belajar yang di alami MF merupakan dampak dari
perlakuan luar (bullying) hingga perlakuan orang tua terhadapnya.
Kesulitan belajar yang di alaminya antara lain, hilangnya
konsentrasi, berkurangnya motivasi dalam pembelajaran, tidak ada
keinginan untuk memperbaiki nilai, kesulitan dalam membaca,
hingga tidak pernah memahami apa yang disampaikan guru. Hal ini
mengacu kepada beberapa solusi yang seharusnya di lakukan oleh
pihak sekolah dan orang tua, diantaranya :
1. Guru
Guru dan pihak sekolah melakukan hal sebagai berikut :
a. Memberikan perhatian lebih khusus terhadap MF
dibandingkan dengan teman-teman yang lain.
b. Mengontrol setiap pembelajaran dikhususkan untuk MF
c. Memposisikan meja belajar di dekat guru atau posisi yang
mudah terpantau
d. Memberikan pendekatan secara terus menerus, seperti guru
menceritakan sesuatu untuk memberikan jalan MF membuka
informasi tentang dirinya.
116
e. Memberikan rewards dengan mengacu kepada hal terkecil
atas apa yang sudah di lakukan MF di kelas
f. Melakukan follow up terhadap orang tua secara berkala
terkait apa yang terjadi pada MF dikelas
g. Memberikan edukasi terkait bullying di kelas, agar teman-
teman MF menerima pengertian “salah” atas apa yang di
lakukan terhadap MF di sekolah.
2. Orang Tua
Sebagai orang tua, kunci peran yang sangat penting dalam
perkembangan MF, di antaranya :
a. Pendekatan yang bahkan lebih khusus kepada MF
disbanding anak yang lain.
b. Memberikan sentuhan lembut dan membiasakannya.
c. Membuka peluang pendekatan secara berkala
d. Tidak melakukan ancaman, hingga perlakuan kasar yang
akan memberikan dampak lebih buruk terhadap MF.
e. Melakukan komunikasi secara berkala dengan guru yang
bersangkutan terkait bullying hingga pembelajaran di dalam
kelas.
f. Memperhatikan perkembangan MF dengan melakukukan
konsultasi kepada psikiater secara berkala dan tuntas.
117
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, berupa hasil observasi,
hasil wawancara hingga pembahasan yang dituangkan dalam hasil
analisis, maka verbal bullying seperti pengucilan, pengabaian,
penolakan dari teman-temannya, hinaan hingga celaan yang diterima
MF di lingkungan sekolah menimbulkan beberapa dampak,
diantaranya :
1. Dampak Psikis, dimana MF lebih banyak menghabiskan waktu
sendiri, tidak ada motivasi untuk bergabung bersama teman-
temannya, turunnya semangat belajar, menurun pola piker dan
kecerdasan, memiliki kebiasaan yang tidak wajar, seperti
menggesek-gesek badannya di tembol, berguling-guling saat
pembelajaran berlangsung, tidak peduli terhadap perintah guru,
sulit konsentrasi, terhentinya motivasi dalam melakukan aktivitas
sosial.
2. Dampak fisik yang terlihat adalah MF menjadi siswa yang terkenal
dengan kelusuhannya, kotor, tidak memperhatikan kerapihan dan
kebersihan, acuh terhadap bau badannya, maka hal ini menjadi
salah satu penyebab saudara MF menerima bullying secra verbal
dari teman sebayanya. Hal ini juga kurangnya perhatian khusus
118
pihak sekolah untuk mengedukasi MF dan teman-temannya terkait
bullying. Hingga kasus yang di alami oleh MF terjadi dan bergulir
secara terus menerus.
Berbeda dengan luka fisik yang diterima MF dari orang tuanya.
MF menerima perilaku kasar baik ucapan hingga pukulan yang
menyebabkan MF memiliki kecemasan dan ketakutan berlebih
terhadap orang tuanya. Berkaitan dengan ini seimbang dengan MF
yang tidak pernah mau terbuka terhadap orang tuanya terkait
dengan apa yang terjadi pada dirinya.
Dampak tersebut menjadikan pengaruh yang sangat negatif
terhadap diri MF, salah satunya pada kecerdasan sosial atau di
sebut dengan kecerdasan Interpersonal dalam dirinya. Mengacu
kepada apa yang telah terjadi dan dialami MF menjadikannya sulit
dalam berkomunikasi atau bahkan memiliki circle pertemanan di
lingkungan manapun.
Berdasarkan paparan yang disajikan tersebut, maka benar
adanya beberapa dampak negatif yang diterima MF akibat dari
kasus bully di dalam kelas yang membawa pengaruh buruk
kedalam kecerdasan dalam dirinya, salah satunya dalam
kecerdasan sosial atau disebut dengan kecerdasan interpersonal.
Kasus bullying verbal yang diterima oleh siswa tersebut belum
dapat teratasi secara tuntas oleh pihak sekolah, disebabkan
beberapa faktor yang masih belum dapat dilakukan dengan baik.
119
Beberapa hal telah dilakukan untuk mengatasi kasus bully yang
terjadi pada siswa tersebut, namun hasil tersebut tidak dapat
teratasi sepenuhnya, pihak sekolah SD Negeri Margajaya II hanya
dapat mengurangi beberapa yang menjadi dampak negatif
terjadinya kasus bully yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun
terakhir.
Solusi yang tepat di lakukan adalah adanya kerjasama antara
orang tua dan guru dalam mengatasi permasalahan ini. Terkait
kasus bullying yang terjadi perlunya penanganan secara serius
yang di lakukan pihak sekolah salah satunya dengan memberikan
edukasi terkait bullying di sekolah, guna dapat mengurangi kasus
bully di lingkungan sekolah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengemukakan saran untuk
beberapa pihak :
1. Bagi Sekolah.
Diharapkan untuk pihak sekolah mengadakan penyuluhan
rutin khusus bagi siswa kelas I-VI terkait bullying dalam bentuk
apapun, sehingga paparan yang disampaikan setidaknya dapat
memberikan pengertian bagi siswa hingga meningkatkan
pengetahuan bagi siswa. Adapun hal tersebut memberikan
120
kemungkinan besar untuk mengurangi kasus yang terjadi hingga
pada tingkatan mengatasi.
2. Bagi Siswa
Diharapkan bagi siswa untuk mencari wawasan lebih luas dan
memanfaatkan teknologi sebaik mungkin. Dengan begitu, siswa
mampu membedakan hal yang baik dan tidak untuk dilakukan,
termasuk dalam bersikap. Hal tersebut sedikitnya mampu
mengurangi tindakan bully di lingkungan manapun.
3. Bagi Peneliti Lanjutan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
peneliti lanjutan mengenai kasus bullying dalam bentuk apapun.
Sehingga hasil yang didapatkan mampu mengembangkan hingga
memperoleh hasil yang baik tentunya dalam mengatasi kasus
bullying.
DAFTAR PUSTAKA
Arya, Lutfi. (2018). Melawan Bullying :Menggagas Kurikulum Anti Bullying di
Sekolah. Mojokerto : CV. Sepilar Publishing House.
Arifianto, S. (2016). Implementasi Metode Penelitian : Studi Kasus dengan
Pendekatan Kualitatif. Yogyakarta :Aswaja Pressindo.
Fajarwati, Dian. (2017). Membngun Sekolah Berbais Kecerdasan Majemuk
Peserta Didik. Bogor : Grha Cipta Media.
Zakiyah, E. Z. dkk. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam
Melakukan Bullying. Jurnal Penelitian 4 (2):129-389.
Sari, Y. P., dan Welhendri A. (2017). Fenomena Bullying : Studi Tentang
Motif Perilaku Bullying Siswa. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 10 (2)
(2017) 333-367.
Seran, E. Y. (2016). Survey Kecerdasan Interpersonal Sebagai Dasar
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif untuk Sekolah Dasar. Jurnal
Edukasi 7 (2) (2016) 162.
Monawati. (2015). Hubungan Antara Kecerdasan Interpersonal Dengan
Prestasi Belajar. Jurnal Pesona Dasar 3 (3) (2015) 21-32.
Lestari, S., dkk. (2018). Bentuk Dan Faktor Penyebab Perilaku Bullying.
Seminar Konseling Mhasiswa FKIP Universits Lampung. Bandar Lampung,
April, 2018.
Ningsih, S. (2016). Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia
Dini Melalui Permainan Tradisional.Jurnal Edukasi Tuas Siliwangi 2 (1)
(2016) 30-47.
Sanapo, M. S. (2017). When Kids Hurt Other Kids : Bullying in Philippine
Schools.Journal Psychology,2017, 8, 2469-2484.
Ding, M., dkk. (2018). The Interpersonal Impact of Social Comparison.
Journal Psychology, 2018, 9, 797-808.
Wulandari, dkk. (2015). Analisis Kecerdasan Interpersonal Peserta Didik
Pada Pembelajaran Ekonomi. Penelitian Program Sarjana Universitas
Sriwijaya (tidak dipublikasikan).
Alhamid, T., dan Anufia B. (2019). Instrumen Pengumpulan Data. Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri, Sorong.
Firdaus dan Fakhry, Z., (2018), Aplikasi Metodologi Penelitian, Yogyakarta:
Deepublish.
121
Lampiran 1, Instrumen Penelitian Observasi
Instrumen Penelitian Observasi
Analisis Mengenai Dampak Perilaku Verbal Bullying Terhadap
Kecerdasan Interprsonal Siswa Kelas V SDN Margajaya II Kota
Bekasi.
Komponen Aspek
Observas Tempat a. Letak SD Negeri Margajaya II Kota Bekasi
b. Kondisi lingkungan sekitar SD Negeri Margajaya II Kota Bekasi
c. Kondisi kelayakan gedung atau bangunan SD Negeri Margajaya II Kota Bekasi
d. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas berjalan efektif Pendekatan emosional dengan siswa yang bersankutan saat proses pembelajaran
Observasi Waktu a. Kondisi siswa dalam jam pembelajaran
berlangsung
Observasi Aktifitas a. Aktifitas siswa secara umum di dalam kelas
dan di luar kelas
b. Aktifits siswa dalam pemanfaatan fasilitas sekolah
c. Aktifitas siswa kelas yang menjadi subjek penelitian
d. Aktifitas guru dalam mengajar di dalam kelas yang menajdi subjek penelitian.
122
Lampiran 2, Instrumen Penelitian Observasi
Lembar Observasi
Analisis Mengenai Dampak Perilaku Verbal Bullying Terhadap
Kecerdasan Interprsonal Siswa Kelas V SDN Margajaya II Kota
Bekasi.
Komponen Hasil Observasi
Observas Tempat Hasil observasi yang dilakukan peneliti, bahwa
kondisi dan situasi bangunan sebagai tempat
aktivitas siswa di sekolah tersebut layak pakai
dan terhitung normal untuk digunakan sebagai
aktivitas belajar mengajar. Kondisi halaman
tersedia hanya lapangan bagian depan yang
dapat digunakan siswa beraktifitas, seperti
kegiatan upacara, olahraga seperti putsal, voli,
dan aktifitas lainnya.
Ruang kelas yang berjumlah 10 ruangan dengan
total 2 lantai digunakan hanya 9 ruangan, satu
ruangan digunakan sebagai gudang tempat
penyimpatan peralatan yang tidak terpakai.
Aktivitas siswa yang dilakukan di lingkungan
sekolah tergolong tidak terlalu luas untuk ukuran
Sekolah Negeri dengan jumlah kurang lebih 200
siswa di dalamnya.
123
Observasi Waktu Peneliti melakukan observasi pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Proses
pembelajaran berlangsung dengan waktu sesuai
dengan semestinya. Pembelajaran dilakukan
dengan materi pembelajaran penerapan
kurikulum 2013.
Observasi Aktifitas Pada awal observasi, aktivitas yang terlihat
sama dengan siswa pada umumnya yang
beraktifitas seperti biasa. Aktivitas diluar
pembelajaran dilakukan siswa, seperti bermain,
berolahraga dari mulai kelas I sampai kelas VI.
Aktivitas siswa cukup berbahaya dikarenakan
gedung sekolah berada di samping jalan raya
jalur kiri arah dari stasiun Bekasi. Arah lalu
lalang pengguna jalan cukup ramai dan beresiko
tinggi untuk anak SD kelas rendah apabila
beraktifitas diluar area gedung sekolah.
Kegiatan pada kelas informan yang menjadi
focus penelitian menjadi acuan aktivitas yang
dilihat secara lebih terperinci. Aktivitas yang
terlihat sama pada umumnya, yang terkadang
dapat dikendalikan hingga tidak dapat
dikendalikan oleh guru. Dengan kasus bully
yang terjadi, aktivitas didalamnya lebih dominan
terlihat sulit dikendalikan dengan satu pengaruh
siswa sebagai korban bully. Namun sama pada
umumnya, aktivitas kegiatan diluar
pembelajaran maupun saat pembelajaran
menjadikan kelas ramai oleh siswa lainnya
124
sebagai.
Aktivitas guru kelas maupun guru mata
pelajaran yang mengajar di kelas V tentunya
memilki cara masing-masing untuk menghadapi
kondisi di dalam kelas. Menghadapi situasi
dengan kasus yang terjadi di dalam kelas
tersebut membuat setiap guru memberikan
perhatian khusus terhadap korban dan siswa
lainnya dalam menghadapi kasus tersebut.
125
Lampiran 3, Instrumen Wawancara Guru
KISI-KISI INSTRUMEN WAWANCARA GURU
Analisis Mengenai Dampak Perilaku Verbal Bullying Terhadap
Kecerdasan Interprsonal Siswa Kelas V SDN Margajaya II Kota
Bekasi.
No Indikator Sub Indikator Nomor
1 Pemahaman tentang siswa korban verbal bullying
a. Perilaku atau kebiasaan yang ditimbulkan siswa korban verbal bullying.
b. Gejala yang ditimbulkan siswa yang bersangkutan berhubungan dengan kuragnya sosialisasi dalam kelas
c. Komunikasi sehari-hari yang dilakukan siswa yang bersangkutan dengan guru
d. Keluhan yang didapat dari siswa yang bersangkutan
1
2
3
4
2 Pelaksanaan pembelajaran siswa korban bullying di dalam kelas
e. Metode belajar yang digunakan untuk menghadapi siswa yang bersangkutan dalam proses pembelajaran
f. Pendekatan emosional dengan siswa yang bersankutan saat proses pembelajaran
g. Kesulitan belajar yang dialami siswa bersangkutan
h. Perilaku dominan yang dilakukan siswa bersangkutan saat proses pembelajaran
i. Keikutsertaan siswa dalam
5, 6
7,
8,
9
10
126
cooperative learning.
3 Keaktifan siswa dalam bersosialisasi di dalam dan di luar kelas
a. Kondisi teman sejawat terhadap siswa yang bersangkutan
b. Adanya kebersamaan yang terlihat antara siswa yang bersangkutan dengan siswa yang lainnya.
11
12
4 Perilaku bully yang di terima siswa sebagai korban
a. Perlakuan teman sebaya yang terlihat terhadap korban
b. Jenis perilaku verbal bullying yang diterima korban
c. Pihak yang melakukan perilaku bullying selain siswa di kelas
13
14
15
5 Kondisi setelah korban menerima perilaku bullying
a. Keluhan yang di terima guru dari siswa sebagai korban
b. Kondisi mental yang terlihat
c. Kehadiran siswa dalam pembelajaran efektif
16
17
18
6 Pengaruh tindakan bullying terhadap kecerdasan interpersonal pada siswa yang bersangkutan
a. Efektifitas sosial dalam kelas yang terlihat guru
b. Efektifitas sosial di luar jam pembelajaran atau diluar lingkungan kelas
19
20
127
Lampiran 4, Instrumen Validasi Guru
Intrume Validasi Guru
Analisis Mengenai Dampak Perilaku Verbal Bullying Terhadap
Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas V SDN Margajaya II Kota
Bekasi
Indikator Sub
Indikator Pertanyaan
1
a
b
c
d
1. Menurut Ibu, Apa kebiasaan yang
terlihat dari MF sebagai siswa korban
bully di dalam kelas ?
2. Gejala apa saja yang terlihat dari MF
sebagai korban bully di dalam kelas ?
3. Bagaimana proses komunikasi yang
dilakukan Ibu dengan MF dalam
pembelajaran sehari-hari ?
4. Apa saja keluhan MF yang Ibu ketahui
2 a
5. Bagaimana cara Ibu menerapkan
metode pembelajaran didalam kelas
dengan adanya kasus bully yang terjadi
terhadap siswa didalam kelas ?
128
b
c
d
e
6. Pendekatan seperti apa yang Ibu
terapkan di dalam pembelajaran
tersebut ?
7. Bagaimana pendekatan secara
emosional yang Ibu lakukan dengan MF
saat pembelajaran maupun diluar
pembelajaran ?
8. Kesulitan seperti apa yang MF alami
dalam proses pembelajaran ?
9. Apa saja perilaku yang terlihat dominan
dari sodari MF saat proses
pembelajaran berlangsung ?
10. Bagaiman MF dalam mengikuti
pembelajaran cooperative learning di
dalam kelas ?
3 a
b
11. Bagaimana kondisi dan sikap yang
ditunjukan siswa sekelas terhadap MF ?
12. Apakah saat dilingkungan sekolah MF
memiliki teman dekat ?
4 a
b
13. Menurut Ibu, seperti apa perilaku bully
yang Ibu lihat dari teman sekelasnya
terhadap MF ?
14. Apa saja ejekan yang di dapat oleh MF
129
c
dari temannya ?
15. Adakah pihak lain selain siswa sekelas
yang melakukan bully secara verbal
terhadap MF ?
5 a
b
c
16. Adakah keluhan dari guru mata
pelajaran atau dari Ibu sendiri terkait
prilaku MF di dalam kelas ?
17. Bagaimana kondisi mental yang terlihat
dari MF dengan kondisi yang ia terima ?
18. Apakah kehadiran atau absensi MF
terganggu dengan adanya kasus bully
yang terjadi ?
6 a
b
19. Adakah aktifitas yang berhubungan
dengan kegiatan bersosialisasi dengan
teman sebaya dari MF di dalam atau
diluar lingkungan kelas ?
20. Apakah dengan MF bersosialisasi,
teman-temanyya menyambut dengan
baik ?
130
Lmapiran 5, Instrumen wawancara Staf TU
KISI-KISI INSTRUMEN WAWANCARA STAF TU
Analisis Mengenai Dampak Perilaku Verbal Bullying Terhadap
Kecerdasan Interprsonal Siswa Kelas V SDN Margajaya II Kota
Bekasi.
No Indikator Sub Indikator Nomor
1 Catatan yang
berkaitan
dengan Siswa
korban bully
a. Kasus bully yang terjadi dalam
data sekolah
b. Kasus bully dalam data
pemanggilan wali murid
c. Tigkat keberhasilan pihak
sekolah dalam menangani
kasus tersebut
d. Tingkat keseriusan pihak
sekolah dalam menangani
kasus bully ini.
e. Kondisi korban saat ini
1
2
3
4
5
131
Lampiran 6, Intrumen Validasi Staf TU
Instrumen Validasi Staf TU
Analisis Mengenai Dampak Perilaku Verbal Bullying Terhadap
Kecerdasan Interprsonal Siswa Kelas V SDN Margajaya II Kota
Bekasi.
Indikator Sub
Indikator Pertanyaan
1
a
b
c
d
e
1. Apakah benar MF merupakan salah satu
siswa dengan daftar catatan hitam di sekolah,
salah satunya kasus bully?
2. Apakah kasus bully yang terjadi terhadap MF
sudah melewati proses pemanggilan wali
murid yang bersangkutan ?
3. Apakah proses tersebut mampu mengurangi
atau mengatasi kasus bully yang terjadi pada
MF?
4. Bagaimana untuk tingkat keseriusan pihak
sekolah dalam menangani kasus bully yang
terjadi pada MF ?
5. Bagaimana kondisi dalam pantauan sekolah
132
Lampiran 7, Instrumen Wawancara Siswa
KISI-KISI INSTRUMEN WAWANCARA SISWA
(Dua informan terpillih)
Analisis Mengenai Dampak Perilaku Verbal Bullying Terhadap
Kecerdasan Interprsonal Siswa Kelas V SDN Margajaya II Kota
Bekasi.
No Indikator Sub Indikator Nomor
1 Karakteristik
yang terlihat
a. Kesan awal melihat korban di
dalam kelas
b. Perbedaan yang terlihat setiap
pembelajaran disbanding
siswa lainnya
c. Tingkah laku aneh yang sering
dilakukan korban saat
pembelajaran
d. Tingkat percaya diri korban
yang terlihat
1,2
2
4
5
2 Aktivitas sosial
korban dengan
siswa lainnya
a. Kondisi korban dengan teman
sekelas
b. Penyebab korban sering
6
7
133
terlihat menyendiri
c. Perilaku korban yang menjadi
penyebab bahan bully oleh
teman-temannya
d. Pendekatan teman-temannya
terhadap korban
e. Perilaku bully yang sering
terihat
8
9
10
3 Aktifitas diluar
Sekolah
a. Perilaku yang ditampilkan
sama denga perilaku saat
disekolah
b. Dominan terlihat aktif antara
lingkungan sekolah dan
lingkungan rumah
c. Kondisi keluarga yang terlihat
d. Perlakuan orang tua yang
diterima MF
e. Pandangan terhadap MF
11
12
13
14
15
134
Lampiran 8, Instrumen validasi siswa
Instrumen Validasi Siswa
Analisis Mengenai Dampak Perilaku Verbal Bullying Terhadap
Kecerdasan Interprsonal Siswa Kelas V SDN Margajaya II Kota
Bekasi.
Indikator Sub
Indikator Pertanyaan
1
a
b
c
d
1. Apa kesan pertama saat kalian satu kelas
dengan MF?
2. Siapa yang paling dekat dengan MF di luar
lingkungan sekolah ?
3. Apa yang menjadi penyebab MF terlihat
berbeda dengan teman-teman lainnya ?
4. Tingkah laku aneh seperti apa yang sering
di lakukan MF saat pembelajaran ?
5. Seberapa besar tingkat kepercayaan diri
MF dibanding dengan teman sekelas saat
pembelajaran?
135
2 a
b
c
d
e
6. Seperti apa hubungan MF dengan teman
sekelas?
7. Apa yang menjadi penyebab MF lebih
sering menyendiri?
8. Perilaku seperti apa yang ditonjolkan oleh
MF sehingga teman-temannya enggan
berteman dengan MF ?
9. Apakah ada yang berusaha mendekati MF
disekolah ?
10. Apa perilaku bully dari teman sekelas yang
sering terlihat terhadap MF ?
3 a
b
c
d
e
11. Apakah ada kesamaan perilaku MF saat di
lingkungan sekolah dengan lingkungan
rumah ?
12. Apakah MF terlihat lebih aktif saat diluar
lingkungan sekolah ?
13. Bagaimana kondisi keluarga MF yang bisa
kalian lihat ?
14. Apakah pernah melihat atau mendengar
ada perilaku kasar yang diterima MF dari
orang tuanya ?
15. Bagaimana kondisi MF yang kalian lihat
saat ini?
136
Lampiran 9, Instrumen Wawancara Siswa (Korban bully)
KISI-KISI INSTRUMEN WAWANCARA SISWA
(Korban)
Analisis Mengenai Dampak Perilaku Verbal Bullying Terhadap
Kecerdasan Interprsonal Siswa Kelas V SDN Margajaya II Kota
Bekasi.
No Indikator Sub Indikator Nomor
1 Perlakuan negtif
yang sering di
dapat
a. Perlakuan dengan bentuk ejekan
dan ucapan atau kata-kata kasar
b. Perlakuan tindakan yang
mengandung kekerasan fisik
seperti memukul, menendang,
dan lainnya yang bersifat
melukai.
c. Diasingkan atau dijauhi teman-
temannya.
1
2,
3, 4
5
2 Pengaruh
terbesar
runtuhnya
kecerdasan
sosial pada
a. Menjadi suatu kebiasaan tidak
bersosialisasi dalam beraktivitas
b. Perilaku yang diterima membuat
pribadi tidak bersemangat untuk
6
7
137
korban bersosialisi
c. Perilaku negative yang didapat
menurunkan tingkat
kepercayaan dirinya untuk
bersosialisasi
d. Perlakuan negatif yang
menyebabkan dirinya di
asingkan
e. Tidak adanya semangat hidup
8
9
10
3 Perubahan yang
terasa dalam diri
a. Lebih banyak diam dan tidak
bersemangat
b. Lebih memendam dendam
c. Ingin melakukan perlakuan yang
sama disuatu nanti
d. Menjadi pribadi yang lebih baik
e. Tidak adanya keinginan atau
semangat untuk sekolah
11
12
13
14
15
138
Lampiran 10, Kisi Instrumen validasi siswa (Korban bully)
Instrumen Validasi Siswa (Korban)
Analisis Mengenai Dampak Perilaku Verbal Bullying Terhadap
Kecerdasan Interprsonal Siswa Kelas V SDN Margajaya II Kota
Bekasi.
Indikator
Sub
Indikator Pertanyaan
1
a
b
c
1. Apa saja pekataanu buruk yang sering MF
terima dari teman-teman sekelas ?
2. Apakah hal tersebut membuat MF sakit hati
atau benci terhadap teman-teman ?
3. Apakah ada perlakuan dari teman-teman
seperti memukul, menendang atau perilaku
buruk yang melukai MF ?
4. Perlakuan fisik seperti apa yang pernah MF
terima ?
5. Apakah MF merasa berbeda atau
terasingkan oleh teman-teman MF di kelas ?
139
2 a
b
c
d
e
6. Bagaimana cara MF bergabung untuk
bermain bersama teman-teman ?
7. Apa yang membuat MF tidak ingin untuk
sekedar bergabung dengan teman-teman ?
8. Apakah perlakuan teman-teman selama ini
membuat MF tidak percaya diri untuk sekedar
bergabung bermain?
9. Perilaku seperti apa yang membuat MF
sangat merasa diasingkan ?
10. Apakah hal ini membuat MF tidak percaya diri
atau bahkan tidak bersemangat untuk
melakukan kegiatan disekolah ?
3 a
b
c
d
e
11. Kenapa MF sering bolos sekolah dan terlihat
banyak diam disekolah ?
12. Apakah MF memiliki dendam terhadap
teman-teman yang sudah berbuat kurang
baik ?
13. Apakah suatu saat MF ada keinginan untuk
membalas perbuatan kurang baik dari teman-
teman ?
14. Adakah keinginan untuk berbaur bersama
teman-teman saat disekolah ?
15. Apa yang bisa membuat MF sekolah ?
140
Lampiran 11, Hasil Wawancara
Wawancara dengan Ibu Euis Juhaenah, S.Pd.
1. Apa kebiasaan yang Ibu lihat dari siswa sebagai korban bully di
dalam kelas ?
Kebiasaan MF ini terlalu memiliki banyak perbedaan dengan teman
sebaya, sehingga hal ini menjadi pemicu dirinya diasingkan oleh
teman-temannya. Seperti kebiasaan ketika sedang berlangsung
pembelajaran, MF ini jarang terlihat serius dan terlihat tidak takut
terhadap perintah guru.
2. Gejala apa saja yang terlihat dari MF sebagai korban bully di dalam
kelas ?
Seperti lebih banyak sendiri, tidak pernah percaya diri, menganggap
tidak penting terhadap tugas yang diberi guru, serta gejala dari sikap
pribadi yang terlihat berbeda dengan teman sebayanya.
3. Bagaimana proses komunikasi yang dilakukan Ibu dengan MF dalam
pembelajaran sehari-hari ?
Komunikasi yang dilakukan tentunya memiliki kekhususan tertentu
ya untuk MF, dikarenakan tidak dapat disamakan dengan siswa
lainnya. Biasanya saya menggunakan komunikasi secara intens
sesering mungkin terhadap MF.
4. Apa saja keluhan MF yang Ibu ketahui ?
141
Keluhan yang saya tau, MF sering merasa dirinya salah dimata
orang tuanya. MF sering mendapatkan perlakuan kurang baik dari
orang tuanya.
5. Bagaimana cara Ibu menerapkan metode pembelajaran didalam
kelas dengan adanya kasus bully yang terjadi terhadap siswa
didalam kelas ?
Tidak ada metode yang saya khususkan untuk mengajar dikelas V
ini, hanya beberapa cara yang saya ubah untuk dapat
mengendalikan kondisi kelas tetap kondusif. Seperti lebih sering
memberikan pemahaman terhadap siswa terkait kasus yang terjadi
yang berusaha saya kaitkan saat pembelajaran berlangsung.
6. Pendekatan seperti apa yang Ibu terapkan di dalam pembelajaran
tersebut ?
Pendekatan seperti memberikan contoh perilaku dari kasus yang
sama. Pendekatan yang bersifat kontekstual diluar materi
pembelajaran ini menjadi strategi pendekatan yang saya lakukan
perlahan.
7. Bagaimana pendekatan secara emosional yang Ibu lakukan dengan
MF saat pembelajaran maupun diluar pembelajaran ?
Biasanya saya selalu memanggil MF sesering mungkin di luar jam
belajar dan saat pembelajaran. Hal ini untuk mengetahui lebih dalam
tentang kepribadian MF.
8. Kesulitan seperti apa yang MF alami dalam proses pembelajaran ?
142
Kesulitan seperti mencerna penjelasan guru, kesulitan untuk
konsentrasi, hingga kesulitan untuk mengikuti pembelajaran seperti
siswa lainnya.
9. Apa saja perilaku yang terlihat dominan dari sodari MF saat proses
pembelajaran berlangsung ?
Seperti kurang terlalu memperhatikan guru, tidak perduli terhadap
perintah guru, dan kurang begitu serius dalam melakukan
pembelajaran..
10. Bagaiman MF dalam mengikuti pembelajaran cooperative learning di
dalam kelas ?
Proses MF yang terlihat dalam pembelajaran berkelompok memang
sangat sulit untuk bisa dikendalikan, disebabkan MF kurang bias
berbaur dengan serius dalam pembelajaran atau terkait dengan
tugas yang diberikan guru. Sehingga siswa di kelas mengeluhkan
apabila MF berkelompok dengan mereka.
11. Bagaimana kondisi dan sikap yang ditunjukan siswa sekelas
terhadap MF ?
Kondisi di dalam kelas terutama siswa memang terkadang sulit
dikendalikan apabila berhubungan dengan perilaku yang ditimbulkan
oleh MF. Inilah yang terkadang sulit untuk dikontrol karena guru
hanya ada saat jam pembelajaran berlangsung.
12. Apakah saat dilingkungan sekolah MF memiliki teman dekat ?
143
MF kurang begitu memiliki teman dekat seperti siswa lainnya, namun
saat bermain diluar jam belajar MF sedikit dapat berbaur, apabila
aktifitas bermain tersebut digemari oleh MF.
13. Perilaku bully yang Ibu lihat seperti apa dari teman sekelasnya
terhadap MF ?
Seringnya dalam bentuk ejekan ya dari teman-temannya yang tidak
terlepas dari perilaku janggal yang MF lakukan, terkadang ada
ejekan yang bersifat hinaan. Apabila hal ini terlihat langsung oleh
saya mungkin masih bisa di kendalikan. Terkadang informasi ini
saya dapat dari siswa lainnya yang melaporkan kejadian tersebut
diluar jam belajar.
14. Apa saja ejekan yang di dapat oleh MF dari temannya ?
Ya terkadang ada ejekan yang bersifat kata-kata kasar dan lain
sebagainya diluar kendali, itu sudah termasuk parah dan saya sudah
pasti bertindak.
15. Adakah pihak lain selain siswa sekelas yang melakukan bully secara
verbal terhadap MF ?
Mungkin yang terlihat seperti guru mata pelajaran yang terkadang
sulit untuk mengendalikan MF dalam proes pembelajaran, maka
guru tersebut melakukan kekerasan secara verbal terhadap MF agar
dapat dikendalikan.
16. Adakah keluhan dari guru mata pelajaran atau dari Ibu sendiri terkait
prilaku MF di dalam kelas ?
144
Sudah pasti ada. Mengeluhkan karena MF kurang begitu serius
dalam pembelajaran
17. Bagaimana kondisi mental yang terlihat dari MF dengan kondisi yang
ia terima ?
Untuk kondisi yang terlihat, MF terlihat seperti tidak memperlihatkan
kesedihan atau kekesalan secara langsung terhadap teman yang
melakukan bully terhadapnya. Namun terkadang saya sedikit janggal
dengan perlakuan dan kebiasaan yang MF perlihatkan sehari-hari di
lingkungan sekolah, seperti tidak membawa beban dan hal ini
menjadi acuan bahwa MF terlihat seperti sudah terbiasa dengan
kasus bully yang ia terima.
18. Apakah kehadiran atau absensi MF terganggu dengan adanya kasus
bully yang terjadi ?
Ya, sudah pasti. MF terkenal dengan siswa yang sangat sering
dalam kasus ketidak hadiran di sekolah. Terkadang pagi masuk,
siang sudah pulang. Hal ini yang sampai saat ini masih sulit untuk
dikendalikan.
19. Adakah aktifitas yang berhubungan dengan kegiatan bersosialisasi
dengan teman sebaya dari MF di dalam atau diluar lingkungan kelas
?
Yang saya lihat tentu ada ya, namun MF ini sangat berbeda dengan
siswa lainnya, yang hanya terlihat bergabung apabila MF memang
ada keinginan untuk gabung.
145
20. Apakah dengan MF bersosialisasi, teman-temanyya menyambut
dengan baik ?
Sebagian besar tidak, sebagian kecil masih memaklumi dan
menerima MF dengan normal walaupun tidak berlangsung lama.
146
Wawancara dengan Ibu Devi (Staf TU).
1. Apakah benar MF merupakan salah satu siswa dengan daftar catatan
hitam di sekolah, salah satunya kasus bully?
Ya, benar,
2. Apakah kasus bully yang terjadi terhadap MF sudah melewati proses
pemanggilan wali murid yang bersangkutan ?
Sudah, bahkan sudah beberapa kali pihak sekolah melakukannya
dengan tujuan untuk mengatasi masalah tersebut.
3. Apakah proses tersebut mampu mengurangi atau mengatasi kasus
bully yang terjadi pada MF?
Tidak sampai mengatasi, hanya sampai menguragi, itupun tidak
berlangsung lama.
4. Bagaimana untuk tingkat keseriusan pihak sekolah dalam menangani
kasus bully yang terjadi pada MF ?
Masih dalam tahap pemantauan guru sampai orang tua yang
bersangkutan untuk mencoba mengurangi kasus yang terjadi, sebab
pihak sekolah belum dapat berbuat banyak untuk sampai tahap
mengatasi, disebabkan MF memiliki perilaku yang sulit untuk kita
kendalikan. Disertai orang tua MFmenyerahkan sepenuhnya kepada
pihak sekolah.
5. Bagaimana kondisi korban saat ini dalam pantauan sekolah ?
Masih sama,
147
Wawancara dengan Siswa (2 Informan terpilih).
1) Apa kesan pertama saat kalian satu kelas dengan MF?
ZA : MF berbeda dengan teman yang lain,
AT : Tidak pernah mau mengikuti pelajaran dengan baik
2) Siapa yang paling dekat dengan MF di luar lingkungan sekolah ?
ZA : Saya, MF adalah sodara saya dari mama, rumahnya MF
juga
dekat.
AT : Tidak terlalu dekat, hanya pernah melihat MF bermain
3) Apa yang menjadi penyebab MF terlihat berbeda dengan teman-
teman lainnya ?
ZA : Tingkah laku nya, susah belajar, dulu belum bisa
membaca,
sekarang sudah bisa dan senang menyendiri
AT : Perilakunya yang aneh, seperti sekolah sesukanya, suka
pulang lebih awal tanpa takut sama bu guru dan MF
termasuk
siswa
yang sering tidak masuk sekolah.
4) Tingkah laku aneh seperti apa yang sering di lakukan MF saat
pembelajaran ?
ZA : MF sering tidur di luar kelas saat pembelajaran, seperti
tidak
148
takut walaupun sudah di marahi oleh bu guru.
AT : Seperti tidak merasa takut oleh bu guru, MF sempat tidak
naik
satu kali sebab jarang masuk dan kurang mengikuti
pembelajaran dengan baik.
5) Seberapa besar tingkat kepercayaan diri MF dibanding dengan teman
sekelas saat pembelajaran?
ZA : Kurang begitu percaya diri dalam Pembelajaran
AT : Tidak pernah terlihat percaya diri apalagi dalam
pembelajaran
6) Seperti apa hubungan MF dengan teman sekelas?
ZA : Tidak terlalu sering bergaul dengan teman sekelas, sering
sendriri, hanya beberapa kali terlihat bergabung untuk
sekedar bermain yang MF suka.
AT : Banyak teman yang selalu memberikan keluhan terhadap
bu
guru apabila pembelajaran kelompok disatukan dengan
MF.
7) Apa yang menjadi penyebab MF lebih sering menyendiri?
ZA : Tidak tahu
AT : Mungkin karena teman-teman juga banyak yang
menghindar
dari MF
149
8) Perilaku seperti apa yang ditonjolkan oleh MF sehingga teman-
temannya enggan berteman dengan MF ?
ZA : MF memang aneh, dari pakaian yang selalu lusuh, sikap
yang
tidak peduli, hingga perilaku yang terkadang tidak
terkontrol.
AT : Tidak pernah merasa takut sama bu guru.
9) Apakah ada yang berusaha mendekati MF disekolah ?
ZA : Ada, tetapi untuk sekedar menjadi bahan ejekan
AT : Ada, MF hanya bahan ejekan teman-teman apalagi saat
dikelas.
10) Apa perilaku bully dari teman sekelas yang sering terlihat terhadap
MF ?
ZA : Yang lebih sering terlihat seperti ejekan.
AT : Ejekan, berupa penghinaan seperti MF tidak mandi, sering
kesiangan masuk kelas, tidak mau nurut pada bu guru.
11) Apakah ada kesamaan perilaku MF saat di lingkungan sekolah
dengan lingkungan rumah ?
ZA : Jika di luar sekolah, MF mau ikut bermain Itupun apabila
dengan saya, karna saya sodaranya.
AT : Sama saja, kurang terlihat bergaul
12) Apakah MF terlihat lebih aktif saat diluar lingkungan sekolah ?
ZA : Tidak, sama saja
150
AT : Sama.
13) Bagaimana kondisi keluarga MF yang bisa kalian lihat ?
ZA : Kondisinya sama saja dengan saya
AT : Kondisi keluarga normal
14) Apakah pernah melihat atau mendengar ada perilaku kasar yang
diterima MF dari orang tuanya ?
ZA : Sering, MF bahkan sering dimarahi Ibu atau bapaknya tiap
MF
tidak mau berangkat sekolah, bahkan MF selalu di pukul
dan
ditendang oleh ayahnya.
AT : Saya sering mendengar bahwa MF sering di perlakukan
tidak
baik oleh ayahnya.
15) Bagaimana kondisi MF yang kalian lihat ?
ZA : MF seperti sudah terbiasa dalam menghadapinya.
AT : Biasa saja, tidak terlihat sedih atau terpuruk.
151
Wawancara dengan MF (Korban)
1. Apa saja pekataanu buruk yang sering MF terima dari teman-teman
sekelas ?
Perkataan mengejek seperti “gabisa baca, anak tukang pulang, atau
kadang suka di suruh-suruh”
2. Apakah hal tersebut membuat MF sakit hati atau benci terhadap
teman-teman ?
TIdak. Biasa saja
3. Apakah ada perlakuan dari teman-teman seperti memukul,
menendang atau perilaku buruk yang melukai MF ?
Dulu pernah, sekarang paling diejek saja.
4. Perlakuan fisik seperti apa yang pernah MF terima ?
Hanya di dorong dorong waktu kelas 2.
5. Apakah MF merasa berbeda atau terasingkan oleh teman-teman MF
di kelas ?
Biasa saja.
6. Bagaimana cara MF bergabung untuk bermain bersama teman-teman
?
Tidak terlalu tertarik untuk selalu bergabung bermain apalagi untuk
belajar.
7. Apa yang membuat MF tidak ingin untuk sekedar bergabung dengan
teman-teman ?
Paling saya jadi bahan ejekan.
8. Apakah perlakuan teman-teman selama ini membuat MF tidak
percaya diri untuk sekedar bergabung bermain?
152
Iya.
9. Perilaku seperti apa yang membuat MF sangat merasa diasingkan ?
Saya merasa berbeda dan dibedakan.
10. Apakah hal ini membuat MF tidak percaya diri atau bahkan tidak
bersemangat untuk melakukan kegiatan disekolah ?
Iya, sekolah juga karna takut sama bapak.
11. Kenapa MF sering bolos sekolah dan terlihat banyak diam disekolah
?
Sudah malas sekolah, pasti kondisinya sama-sama saja.
12. Apakah MF memiliki dendam terhadap teman-teman yang sudah
berbuat kurang baik ?
Tidak.
13. Apakah suatu saat MF ada keinginan untuk membalas perbuatan
kurang baik dari teman-teman ?
Tidak.
14. Adakah keinginan untuk berbaur bersama teman-teman saat
disekolah ?
Tidak sama sekali
15. Apa yang bisa membuat MF semangat untuk sekolah dengan baik?
Tidak tahu.
153
Lampiran 12, Surat Pembimbing Skripsi.
154
Lampiran 13, Surat Permohonan Penelitian
155
Lampiran 14, Surat Keterangan dari Sekolah
156
Lampiran 15, Surat Keterangan Bebas Plagiat
157
Lampiran 16, Kartu bimbingan Skripsi
158
159
160
161
Lampiran 17, Kartu Menyaksikan Skripsi
162
Lampiran 18, Lembar Validasi
163
164
165
Lampiran 19, Dokumentasi
Foto Kegiatan Wawancara
Wawancara dengan MF (Siswa korban Bullying verbal)
Wawancara dengan Siswa (Informan 1)
166
Wawancara dengan siswa (Informan 2)
167
Foto Gedung SDN Margajaya II Kota Bekasi
168
Lampiran 20, Kartu Bimbingan Pasca Sidang
169
Lampiran 21, Biodata Penulis
BIODATA PENULIS
Nama : Shaeny Pangestu
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 08 Dsember 1997
Agama : Islam
Alamat : Kp Karamat Rt/Rw. O4/09
Desa Margamekar, Kec. Pangalengan
Kab. Bandung
Riwayat Keluarga
1. Orang Tua : a. Ayah : Ganjar Hidayat
b. Ibu : Alm. Nani
Kuraesin
2. Saudara Kandung : a. Kakak : Gentra Buana
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Dwikarya, tamat tahun 2010
2. SMP Negeri 4 Pangalengan, tamat, tahun 2013
3. SMK Neger 5 Pangalengan, tamat, tahun 2016
4. Diterima di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta,
tahun 2016