Efek farmakologis Temulawak
Antibakteri
Temulawak bersifat bakteriostatik atau antibakteri pada mikroba jenis
staphyllococcus dan salmonella. Sifat antibakteri yang dimiliki temulawak dipicu
karena adanya kandungan curcuminoid di dalamnya. Curcuminoid adalah kelompok
senyawa fenolik yang terkandung dalam rimpang tanaman famili Zingiberaceae,
termasuk temu giring. Curcuminoid terdiri dari curcumin, demethoxy-curcumin, dan
Bis-demetoxy-curcumin, dan mempunyai aktivitas antibakteria.
Gambar 1. Struktur (a) Kurkumin (b) demethoxy-curcumin (c) Bis-demetoxy-curcumin
Antikanker
Zat aktif antikanker yang dikandung temulawak telah banyak diketahui, yaitu
curcumin. Curcumin mempunyai kemampuan untuk memacu sel T dan sel B,
sehingga mempunyai prospek cukup baik untuk meningkatkan sistem imum
(Varalakshmi dkk, 2008). Sel kanker dikenal sebagai nonself yang bersifat antigenic
pada sistem imun sehingga akan menimbulkan respon imun seluler maupun humoral.
Fungsi primer dari sitem imun adalah untuk mengenal dan mendegradasi antigen
asing (nonself) yangtibul dalam tubuh. Institut Nasional Kanker telah mencoba
mengembangkan bahan ini dalam uji klinis anti kanker (Kelloff, 2000). Efek
antioksidan dari curcumin dapat menghambat proliferasi sel tumor, kanker usus besar
dan kanker payudara, sehingga temulawak bersifat antikanker.
Antioksidan
Curcuminoid terdiri dari curcumin, demethoxy-curcumin, dan Bis-demetoxy-
curcumin. Keberadaan gugusan phenolik pada ketiga senyawa tersebut dilaporkan
juga menyebabkan aktivitas antioksidan yang kuat pada sistem biologis (Ahsan,
1998), sehingga dapat mencegah penyakit- penyakit yang berhubungan dengan reaksi
peroksidasi. Efek antioksidan dari curcumin dapat menghambat proliferasi sel tumor,
kanker usus besar dan kanker payudara. Selain itu, minyak atsiri yang terkandung
dalam temulawak memiliki kandungan flavonoid yang juga bersifat antioksidan.
Hipokolesterolemik
Hipokolestrolemik memiliki arti kadar kolesterol darah yang rendah.
Curcumin merupakan zat aktif yang memiliki efek hipokolesterolemia (Rao, 1985).
Melalui aktivitas hipokolesterolemik Curcumin, temulawak dapat menurunkan kadar
kolesterol total, dan mempunyai indikasi meningkatkan kadar lipoprotein densitas
tinggi (HDL) kolesterol.
Anti-Inflamasi
Curcumin, zat warna kuning alami yang diperbolehkan untuk pewarna
makanan ini telah cukup lama dikenal sebagai obat inflamasi atau anti radang.
Melalui aktivitas anti-inflamasinya, temulawak efektif untuk mengobati penyakit
radang sendi, rematik, atau artritis rematik.
Daftar Pustaka:
Cahyono, Bambang; Huda, M.D.Khoirul; dkk. (2011). Pengaruh Proses Pengeringan
Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorriza ROXB) Terhadap Kandungan dan
Komposisi Kurkuminoid. Reaktor, Vol.13 No. 3 pp 165-171.
Said, Ahmad. Khasiat & Manfaat Temulawak. PT. Sinar Wadja Lestari.
Munir, Mis.Bakhul. 2012. Formulasi Tablet Efervesen Ekstrak Temulawak (Curcuma
xanthorriza Roxb).[skripsi]. Depok: Universitas Indonesia
Martawiguna, Aulia.Ahimsa. 2006. Perbedaan Efek Tapak Dara (Catharanthus roseus)
Dan Temulawak (Curcuma xanthorhiza) Terhadap Sebukan Sel Mononuklear Pada
Adenocarcinoma Mammae Mencit C3H. [Artikel Ilmiah]. Semarang: Universitas
Diponegoro.