perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN
KOOPERATIF STAD (Student Team Achievement Divisions) DILENGKAPI MODUL
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
MATERI POKOK PERHITUNGAN KIMIA KELAS X
SEMESTER 1 MAN KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Oleh:
Wagiyo NIM : K3304057
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan mahasiswa Tim
Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dengan judul:
“Efektivitas Pembelajaran Kimia Mengunakan Metode Pembelajaran Kooperatif STAD
(Student Team Achievement Divisions) Dilengkapi Modul Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Materi Pokok Perhitungan Kimia Kelas X Semester 1 MAN Karanganyar
Tahun Ajaran 2008/2009”.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs.Bakti Mulyani M.Si NIP.131 472 285
Pembimbing II
Drs.H Sugiharto,Apt.M.S. NIP. 19490317 197603 1002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Wagiyo. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD (Student Team Achievement Divisions) DILENGKAPI MODUL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI POKOK PERHITUNGAN KIMIA KELAS X SEMERTER 1 MAN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008/2009. Skripsi,Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Agustus 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kimia
menggunakan metode kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions)
dilengkapi modul.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain dari rancangan
Randomized Group Pretest-Posttest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X semester I MAN Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009. Pengambilan sampel
dilakukan dengan random sampling dengan sampel penelitian kelas X1 sebagai kelas
eksperimen, pembelajaran kimia dilakukan dengan menggunakan metode kooperatif
STAD (Student Team Achievement Division) dilengkapi modul, sedangkan kelas X2
sebagai kelas kontrol menggunakan metode ceramah. Pengumpulan data dengan
menggunakan metode tes untuk variabel prestasi belajar aspek kognitif dan angket
untuk hasil belajar aspek afektif. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t-pihak
kanan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia
menggunakan metode kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions)
dilengkapi modul efektif meningkatkan prestasi belajar siswa baik dari aspek kognitif
maupun aspek afektif. Hal ini dapat dilihat dari uji-t pihak kanan pada taraf signifikansi
5% yang menunjukkan harga uji-t dari selisih nilai aspek kognitif yaitu: thitung = 2,3682
lebih besar dari ttabel=1,67, sedangkan harga uji-t dari nilai aspek afektif yaitu: thitung=
4,2475 lebih besar dari ttabel= 1,67.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Wagiyo. THE EFFECTIVENESS OF CHEMISTRY LEARNING WITH USING COOPERATIVE METHOD OF STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) WHICH IS ACCOMPANIED BY MODUL TO INCREASE LEARNING ACHIEVEMENT FOR THE STUDENT OF CLASS X SEMESTER 1 MAN OF KARANGANYAR, IN THE EDUCATION YEAR 2008/2009, ON THE CHEMISTRY CULCULATE MATERIAL Thesis.Surakarta:Teaching Training and Education Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta, August, 2009.
This research aims is to know the efectivity with using cooperative learning
method of STAD (Student Team Achievement Divisions) which is accompanied by
modul.
This research uses experiment research of method with design for research from
the arrangement of Randomized Control Group Pretest-Postest Design. Population in
this research are student of class X semester 1 MAN of Karanganyar in the education
year of 2008/2009. Sample taking is done with random sampling with research sample
of class X1 as experiment class, chemistry learning is done with using cooperative
learning method of STAD (Student Team Achievement Divisions) which is
accompanied by modul, while class X2 as control class with using explanatory method .
Data collecting method which is test method for achievement variable of cognitive
aspect and questioner for learning result of affective aspect. Data analyze technique is
right–t test.
From the result of the research can be concluded that using cooperative learning
method of STAD (Student Team Achievement Divisions) which is accompanied by
modul efective to increasing learning achievement for the student coverages cognitive
and affective aspect. It can be seen from the result of analyze with right t-test that
showed the value of tcalculation gained. For cognitive capability tcalculation = 2,3682 > ttable
=1,67 and affective capability tcalculation = 4,2475 > ttable =1,67 with significance level 5
%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO Hidup adalah perjuangan, dan setiap perjuangan membutuhkan pengorbanan.
(Penulis)
Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rosululloh Saw, dan jadikan hari-hari senantiasa berharap
hidup dibawah naungan ”Cahaya Sunnah”
(penulis)
”....Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?.....”
(Az-zumar: 9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk:
Bapak dan Ibu tercinta atas segalanya.
Keluarga besar Eyang soikromo Raharjo atas dukungan dan
doanya.
Buat kakakku yang senantisa Memberikan do’a dan
bantuannya
Herna-1 n Ma-1 atas kerjasama dan fasilitasnya
Ikhwan2ku Dirumah atas persahabatannya.n dukungannya
Temen2 Pendidikan Kimia Angkatan 2004
Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan kasih
sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis guna
memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana Pendidikan pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat
bantuan, bimbingan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberikan ijin penelitian kepada penulis.
2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.
3. Ibu Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S., selaku Ketua Program Pendidikan Kimia FKIP UNS
yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini dan sekaligus penguji I.
4. Ibu Endang Susilowati, S.Si, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak membantu dam memberikan arahan dalam permasalahan akademis.
5. Ibu Dra. Hj. Bakti Mulyani, M.Si, selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. H. Sugiharto, Apt, M.S, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Sri Retno Dwi Ariani, S.Si, M.Si selaku penguji II.
8. Bapak H.M Malzum Adnan,S.Pd.,MM selaku kepala MAN Karangayar yang telah
memberikan ijin kepada penulis
9. Ibu Sri Hartatik, S.Pd,M.Pd selaku Guru kimia MAN Karangayar yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan membantu dalam kegiatan penelitian
ini.
10. Siswa-siswi kelas X1 dan X2 MAN Karangayar yang telah membantu dalam proses
penelitian.
11. Teman-teman Kimia 2004, thanks for all.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
12. Bapak, Ibu, semua kakakku, dan semua keponakanku yang senantiasa mendoakan,
membantu dan memberikan dukungannya
13. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan yang telah dibarikan dengan
balasan yang lebih baik.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat
memerlukan kritik dan saran yang membangun, salah satunya dengan melakukan
penelitian lanjutan dari penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Surakarta, Agustus 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................ iv
ABSTRACT ........................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ............................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii,ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................... 6
D. Perumusan Masalah ............................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................... 7
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................... 8
A. Tinjauan Pustaka ................................................................. 8
1. Belajar dan Pembelajaran ............................................ 8
a. Pengertian Belajar .................................................. 8
b. Pengertian pembelajaran ........................................ 10
2. Efektivitas Pembelajaran ............................................. 11
3. Metode pembelajaran kooperatif ................................. 11
a. Metode pembelajaran ............................................. 11
b. Pembelajaran Kooperatif ....................................... 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
c. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.................... 16
4. Modul ........................................................................... 20
5. Prestasi belajar ............................................................. 21
6. Perhitungan Kimia ....................................................... 23
B. Kerangka Berpikir ............................................................... 33
C. Hipotesis Tindakan ............................................................. 37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 38
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 38
B. Metode Penelitian ............................................................... 38
C. Variabel Penelitian .............................................................. 39
D. Prosedur Penelitian ............................................................ 40
E. Populasi dan Sampel ........................................................... 40
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 41
B. Teknik Analisa Data ............................................................ 48
BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................. 52
A. Deskripsi Data ..................................................................... 52
B. Uji Prasyarat analisis ......................................................... 55
1. Uji Normalitas ............................................................. 55
2. Uji Homogenitas .......................................................... 55
C. hasil Pengujian Hipotesis ................................................... 56
D. Pembahasan ....................................................................... 58
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................... 62
A. Simpulan ................................................................................... 64
B. Implikasi ................................................................................... 64
C. Saran ......................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 64
LAMPIRAN ........................................................................................... 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Nomor Halaman
Tabel 1 : Desain Penelitian .................................................................................... 39
Tabel 2 : Rangkuman validitas instrumen penilaian kognitif ................................ 42
Tabel 3 : Rangkuman reabilitas instrumen penilaian kognitif ............................... 43
Tabel 4 : Rangkuman taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif .............. 44
Tabel 5 : Rangkuman daya pembeda instrumen penilaian kognitif ....................... 45
Tabel 6 : Kriteria skor aspek afektif ....................................................................... 46
Tabel 7 : Rangkuman validitas instrumen penilaian afektif .................................. 47
Tabel 8 : Rangkuman reabilitas instrumen penilaian afektif ................................. 48
Tabel 9 : Rangkuman deskripsi data penelitian ..................................................... 52
Tabel 10 : Distribusi frekuensi perbandingan selisih nilai kognitif
siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen .............................................. 53
Tabel 11 : Distribusi frekuensi perbandingan nilai afektif
siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen ........................................... 54
Tabel 12 : Ringkasan hasil uji normalitas selisih nilai kognitif .............................. 55
Tabel 13 : Ringkasan hasil uji normalitas nilai afektif ........................................... 55
Tabel 14 : Ringkasan hasil uji homogenitas varian prestasi belajar kognitif
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
materi pokok perhitungan kimia .......................................................... 56
Tabel 15 : Ringkasan hasil uji homogenitas varian prestasi belajar afektif
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
materi pokok perhitungan kimia ......................................................... 56
Tabel 16 : Ringkasan hasil uji-t pihak kanan selisih nilai kognitif
kelas eksperimen dan kelas kontrol ..................................................... 57
Tabel 17 : Ringkasan hasil uji-t pihak kanan nilai afektif
kelas eksperimen dan kelas kontrol ..................................................... 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Nomor Halaman
Gambar 1 : Unsur- unsur belajar ........................................................................ 9
Gambar 2 : Bagian Kerangka Pemikiran ............................................................ 36
Gambar 3 : Histogram perbandingan selisih nilai kogntif siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol ........................................................ 53
Gambar 4 : Histogram perbandingan nilai afektif siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol ........................................................ 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus dan Sistem Penilaian ................................................... 67
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................ 70
Lampiran 3. Modul Pembelajaran Kimia ..................................................... 80
Lampiran 4. Kisi-kisi Instrumen Kognif ...................................................... 100
Lampiran 5. Soal-soal Tes Uji Coba Instrumen Kognitif Materi
Perhitungan Kimia .................................................................... 103
Lampiran 6. Kunci Jawaban Soal Try-out Aspek Kognitif .......................... 113
Lampiran 7. Lembar Jawaban ....................................................................... 114
Lampiran 8. Soal Tes-tes Instrumen Kognitif .............................................. 115
Lampiran 9. Kunci Jawaban Soal ................................................................. 120
Lampiran 10. Kisi-kisi instrumen Uji Coba Dan Tes Angket Afektif ............ 121
Lampiran 11. Angket Afektif ......................................................................... 122
Lampiran 12. Kriteria Skor Aspek Afektif ..................................................... 124
Lampiran 13. Tes Angket Afektif .................................................................. 125
Lampiran 14. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan
Tingkat Kesukaran Soal Penilaian Kognitif ............................. 127
Lampiran 15. Uji Validitas, Reliabilitas Prestasi Belajar Afektif ................... 130
Lampiran 16. Data Induk Penelitian ................................................................ 135
Lampiran 17. Uji Normalitas Pretes Kognitif Kelas Eksperimen .................. 136
Lampiran 18. Uji Normalitas Postes Kognitif Kelas Eksperimen ................. 137
Lampiran 19. Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas Eksperimen ............... 138
Lampiran 20. Uji Normalitas Pretes Kognitif Kelas Kontrol ......................... 139
Lampiran 21. Uji Normalitas Postes Kognitif Kelas Kontrol.......................... 140
Lampiran 22. Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas Kontrol ....................... 141
Lampiran 23. Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Eksperimen ................... 142
Lampiran 24. Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Kontrol ......................... 143
Lampiran 25. Uji Homogenitas Pretes Kognitif ............................................. 144
Lampiran 26. Uji Homogenitas Postes Kognitif ............................................ 145
Lampiran 27. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif .......................................... 146
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Lampiran 28. Uji Homogenitas Prestasi Afektif ............................................ 147
Lampiran 29. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Kognitif ......................................... 148
Lampiran 30. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Afektif ........................................... 149
Lampiran 31. Daftar Nilai Siswa .................................................................... 150
Lampiran 32. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ......................................... 151
Lampiran 33. Surat Keputusan Dekan Ijin Menyusun Skripsi ....................... 152
Lampiran 34. Surat Ijin Pembimbing Skripsi ................................................. 153
Lampiran 34. Surat Keterangan Penelitian Di Sekolah .................................. 154
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kualitas suatu
bangsa. Peningkatan mutu pendidikan dewasa ini menjadi perhatian yang serius
bagi bangsa Indonesia. Peningkatan mutu pendidikan termasuk salah satu bidang
yang sangat penting dan memerlukan perhatian khusus dari semua lapisan
masyarakat, bukan hanya pemerintah yang bertanggungjawab atas keberhasilan
dan kemajuan pendidikan di Indonesia, akan tetapi semua pihak baik guru, orang
tua, maupun siswa sendiri ikut bertanggungjawab. Peningkatan ini bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman.
Salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia
adalah dengan memperbaiki sistem pendidikan. Perbaikan ini dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman. Beberapa upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
diantaranya perubahan kurikulum dan proses belajar mengajar, peningkatan
kualitas guru, penyempurnaan sistem penilaian, dan usaha - usaha lain yang
tercakup dalam komponen pendidikan. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu
pendidikan adalah dengan perbaikan kurikulum pendidikan di semua jenjang
pendidikan. Pada kurikulum yang diterapkan saat ini, tidak lagi menggunakan
pendekatan dalam pembelajaran didominasi oleh guru (teacher centered), tetapi
guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek didik sehingga dalam
kurikulum ini diterapkannya penggunaan proses pembelajaran yang lebih berpusat
pada siswa (student centered).
Dengan adanya perombakan dan pembaharuan kurikulum yang
berkesinambungan, mulai dari kurikulum 1968 sampai kurikulum 2004.
Kurikulum yang saat ini sedang diterapkan dan dikembangkan oleh pemerintah
adalah Kurikulum Tingkat satuan Pendiddikan (KTSP) sebagai pengembangan
dari kurikulum 2004. Prinsip yang digunakan dalam pengembangan KTSP adalah
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
serta lingkungannya. Pada KTSP ini, guru diberi kesempatan untuk
mengembangkan indikator pembelajarannya sendiri sehingga guru dituntut untuk
kreatif dalam memilih serta mengembangkan materi pembelajaran yang akan
disampaikan di sekolah. Materi yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan serta
tingkat kemampuan masing – masing sekolah.
Ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran IPA yang pada hakekatnya
merupakan pengetahuan yang berdasar pada fakta, hasil pemikiran dan produk
hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli. Ilmu kimia sifatnya selalu
berkembang, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam perkembangannya, ilmu kimia diarahkan pada produk ilmiah, metode
ilmiah dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa dengan tujuan akhirnya adalah
peningkatan prestasi belajar siswa.
Mata pelajaran kimia merupakan pelajaran wajib bagi siswa Sekolah
Menengah Atas (SMA) atau sederajat. Sebagian siswa tersebut masih
menganggap bahwa mata pelajaran kimia merupakan pelajaran yang sulit,
menakutkan, dan membosankan sehingga siswa kurang tertarik dalam memahami
dan menguasai konsep – konsep dasar pada materi kimia.
Menurut Mulyati Arifin (1995:220), kesulitan siswa dalam mempelajari
ilmu kimia dapat bersumber pada :
1. Kesulitan dalam memahami istilah, kesulitan ini timbul karena
kebanyakan siswa hanya hafal akan istilah dan tidak memahami dengan
benar maksud dari istilah yang sering digunakan dalam pengajaran kimia.
2. Kesulitan dalam memahami konsep kimia. Kebanyakan konsep-konsep
dalam ilmu kimia maupun materi kimia secara keseluruhan merupakan
konsep atau materi yang berupa abstrak dan kompleks sehingga siswa
dituntut untuk memahami konsep-konsep tersebut dengan benar dan
mendalam.
3. Kesulitan perhitungan. Sering dijumpai siswa yang kurang memahami
rumusan perhitungan kimia, hal ini disebabkan karena siswa tidak
mengetahui dasar-dasar matematika dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Karanganyar merupakan lembaga
pendidikan yang berbasis agama islam yang berada di kabupaten Karanganyar
yang setara dengan SMA lainnya. Selanjutnya melihat kondisi proses Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) di dalam pembelajarannya masih terlihat menggunakan
metode konvensional (ceramah) dalam penyampaian meteri kimia, siswa
dijelaskan materinya oleh guru, kemudian setelah penyampaian materi, guru
memberikan soal latihan dan sekaligus tugas untuk dikerjakan di rumah, sehingga
dalam hal ini siswa kurang terlibat dalam proses pembelajarannya dan akibatnya
siswa cenderung pasif serta berefek pada prestasi belajar siswa yang rendah,
maka dalam hal ini dipandang bahwa metode pembelajaran yang dilakukan tidak
efektif. Hal ini dapat dilihat dari data hasil uji kompetensi dasar yang menyatakan
bahwa hanya 40% siswa yang mencapai ketuntasan (batas tuntas yang dipakai 60)
(Daftar nilai ulangan harian siswa kelas X semester 1 tahun 2007/2008), di sini
guru hanya memberikan penjelasan kepada siswa tanpa memperhatikan tingkat
pemahaman siswa terhadap konsep yang diberikan. Sehingga perlu menggunakan
suatu metode pembelajaran yang banyak melibatkan siswa menjadi aktif, maka
penerapan metode pembelajaran kooperatif dipandang sangatlah penting untuk
mengatasi berbagai masalah pembelajaran tersebut. Karena metode pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran yang di dalamnya
para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu
sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para
siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan
berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan
menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing siswa. Siswa-siswa
dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa
tiap orang dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep-konsep yang telah
dipikirkan.
Materi perhitungan kimia berisi hukum-hukum dasar kimia, konsep-
konsep, dan rumus- rumus dengan berbagai hubungan serta reaksi - reaksi kima,
sehingga perlu banyak latihan dalam mempelajarinya. Dalam mempelajari materi
tersebut sering ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
soal-soal hitungan kimia, maka berkaitan dengan materi pelajaran tersebut
penyampaiannya tidak cukup hanya dengan metode konvensional saja, sehingga
dianggap perlu materi tersebut dikemas dalam bentuk pembelajaran kooperatif
agar siswa dapat saling berdiskusi dalam kelompok, saling berargumen dalam
memecahkan konsep materinya bersama siswa yang lain dalam kelompoknya, hal
ini diharapkan untuk menbantu tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal.
Penerapan metode pembelajaran kooperatif untuk permasalahan-
permasalahan tersebut di atas, maka dipilihlah suatu bentuk metode pembelajaran
kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions), dimana ini merupakan
salah satu bentuk metode pembelajaran Kooperatif yang menekankan pada
keberhasilan target kelompok dengan asumsi bahwa target hanya dapat dicapai
jika setiap anggota tim berusaha menguasai subyek yang menjadi bahasan
(Slavin, 2008:143). Metode pembelajaran kooperatif STAD akan memotivasi
siswa untuk saling membantu anggota kelompoknya dalam menguasai konsep
materi tersebut sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan lebih
mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Dengan
metode pembelajaran kooperatif STAD ini, diharapkan siswa dapat saling
membantu dalam kelompoknya dalam menguasai konsep pada materi khususnya
tentang perhitungan kimia yang memerlukan konsep pada materi sebelumnya.
Disisi lain, metode pembelajaran ini merupakan metode pembelajaran kooperatif
yang kegiatan kelompoknya lebih mudah dikendalikan dan diawasi.
Metode pembelajaran kooperatif STAD di dalam komponen utamanya
yaitu adanya presentasi kelas, presentasi ini dalam metode pembelajaran
kooperatif STAD berbeda dengan pembelajaran pada umumnya karena dalam
STAD hanya ditekankan pada hal-hal pokok saja. Kemudian siswa harus
mendalaminya melalui pembelajaran dalam kelompok. Maka untuk menunjang
dalam proses metode pembelajaran kooperatif STAD ini diperlukan suatu bentuk
media yang dapat membantu siswa belajar dalam kelompoknya sekaligus siswa
dapat belajar secara mandiri ketika berada diluar kelas. Maka dari itu pada metode
pembelajaran kooperatif STAD di sini dilengkapi media berupa modul. Modul
dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa
mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas (Nasution,
1982 : 205). Sehingga diharapkan siswa dalam proses pembelajarannya menjadi
aktif dan mudah untuk memahami konsep-konsep pada materi tersebut di atas
serta prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka Peneliti akan melakukan
penelitian dengan judul ”Efektivitas Pembelajaran Kimia Mengunakan Metode
Pembelajaran Kooperatif STAD Dilengkapi Modul Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Materi Pokok Perhitungan Kimia Kelas X Semester 1 MAN
Karanganyar Tahun Ajaran 2008/2009”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, terdapat
beberapa masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran termasuk
penggunaan metode:
1. Apakah pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran
kooperatif STAD dilengkapi modul dapat digunakan untuk menyampaikan
pada materi pokok perhitungan kimia?
2. Apakah pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran
kooperatif STAD dilengkapi modul pada materi pokok perhitungan kimia
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?
3. Apakah pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran
kooperatif dilengkapi modul, efektif untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa pada materi pokok perhitungan kimia?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pada penelitian ini akan
dibatasi pada masalah sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar adalah pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran
kooperatif STAD dilengkapi modul.
2. Materi pokok yang akan diteliti adalah perhitungan kimia untuk siswa
MAN Karanganyar kelas X semester ganjil.
3. Sistem penilaian yang digunakan dalam metode pembelajaran ini meliputi
aspek kognitif dan aspek afektif.
4. Metode konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pembelajaran kimia menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan
metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi modul.
5. Efektif yang dimaksud dalam pembelajaran ini adalah hasil rata-rata nilai
siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol.
6. Pada penelitian ini modul pembelajaran disiapkan oleh Penulis.
D. Perumusan masalah
Dari pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahannya
yaitu:
“Apakah pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran
kooperatif STAD dilengkapi modul efektif untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa pada materi pokok perhitungan kimia kelas X semester 1 MAN
Karanganyar tahun ajaran 2008/2009?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk:
Mengetahui efektivitas pembelajaran kimia menggunakan metode
pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi modul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberi pengetahuan lebih tentang penggunaan metode pembelajaran
kooperatif STAD yang dilengkapi modul.
b. Dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD yang
dilengkapi modul diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami
mata pelajaran kimia khususnya pada materi perhitungan kimia.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan bagi peneliti untuk mengembangkan penggunaan
metode pembelajaran kooperatif STAD yang dilengkapi modul untuk
pembelajaran kimia pada pokok materi yang lain.
b. Memberi sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka
perbaikan dan peningkatan prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Dalam perkembangan proses pengajaran banyak ditemukan definisi
terkait apa yang dimaksud dengan belajar. Hal yang demikian ini disebabkan oleh
banyaknya perbuatan-perbuatan yang dapat disebut sebagai perbuatan belajar.
Menurut Howard Kingsley, belajar diartikan sebagai proses tingkah laku dalam
arti luas yang diubah melalui praktek atau latihan (H.J.Gino dkk, 1998: 6).
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulan dan
respon. Stimulan yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan atau hal – hal lain yang dapat ditangkap melalui panca
indera, sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika
belajar, yang dapat juga berupa pikiran, perasaan atau tindakan/gerakan. (M.
Saekhan M, 2007: 51).
Dari berbagai pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah
laku yang relatif konstan, proses memperoleh motivasi maupun penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan dari hasil pengalaman maupun hasil interaksi
dengan lingkungan. Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan
kebiasaan, kecakapan-kecakapan dalam ketiga aspek yaitu aspek pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik).
Teori belajar yang banyak berpengaruh pada sistem instruksional dewasa
ini adalah teori belajar menurut David Ausubel dan Pieget.
1) Teori Belajar Menurut D. Ausubel
Menurut teori belajar Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 111),
belajar bermakna menyebabkan informasi yang diterima siswa dapat bertahan
lama, apabila informasi yang disimpan dalam otak disimpan kedalam sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
syaraf-syaraf otak dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu proses belajar
dengan keterlibatan siswa dalam menemukan konsep akan lebih bermakna, karena
siswa menyaksikan langsung proses yang ada bahkan terlibat didalamnya untuk
menemukan konsep tersebut. Jadi dalam belajar bermakna, informasi baru
diasimilasikan pada konsep yang relevan yang telah ada dalam struktur kognitif.
2) Teori Belajar Menurut Piaget
Menurut Piaget dalam M. Saekhan Muchith (2007: 60-64) perkembangan
kognitif merupakan proses genetik, artinya proses yang didasarkan atas
mekanisme biologi yakni perkembangan sistem syaraf. Dengan makin
bertambahnya umur seseorang, maka semakin komplek susunan sel syaraf dan
makin meningkat pula kemampuannya.
Piaget berpendapat ada empat tahap perkembangan kognitif seseorang,
yaitu:
a) Tahap sensori motor (0-2 tahun)
Tahap ini adalah kegiatan motorik dan persepsi yang sangat sederhana antara
lain; melakukan rangsangan, memperhatikan sesuatu, mendefinisikan, selalu
ingin atau segala objek sehingga kecenderungan untuk melakukan perubahan.
b) Tahap pra operasional (2-7/8 tahun)
Tahap ini lebih ditandai dengan penggunaan simbol atau bahasa tanda. Tahap
ini juga dimulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.
c) Tahap operasional konkret (8-11 tahun)
Tahap ini ditandai dengan adanya kemampuan menggunakan aturan-aturan
yang sistematis, logis, dan empiris. Melakukan transformasi informasi ke
dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif.
d) Tahap operasional formal (11 tahun keatas)
Tahap ini ditandai dengan adanya kemampuan anak dalam berfikir abstrak dan
logis, serta kemampuan menggunakan pola berfikir”kemungkinan” mampu
berfikir ilmiah dengan pendekatan hipotesis dedukif dan induktif.
b. Pengertian Pembelajaran
Beberapa definisi yang berhubungan dengan pembelajaran yang
dikemukakan oleh para ahli, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
a. Pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat
siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor ekstern dan intern dalam
kegiatan belajar mengajar (H.J.Gino, 1998: 32).
b. Menurut Alvin W. Howard, pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk
mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan,
mengubah atau mengembangkan ketrampilan, sikap, cita-cita,
penghargaan dan pengetahuan (Slameto, 2003: 32).
c. Pembelajaran adalah mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang
ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa
melakukan kegiatan belajar (Nana Sudjana, 1996: 7).
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah usaha sadar dan aktif dari pengajar untuk membuat siswa belajar, yaitu
terjadinya perubahan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku pada diri
pebelajar. Dengan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa kegiatan belajar-
mengajar melibatkan beberapa komponen antara lain:
a. Siswa, yaitu seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan
penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
b. Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan
pembelajaran dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya
kegiatan tersebut lebih efektif.
c. Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang perubahan perilaku yang
diinginkan terjadi pada siswa setelah proses pembelajaran. Perubahan perilaku
tersebut mencakup perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor.
d. Materi pelajaran, yaitu segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep
yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
e. Metode pembelajaran adalah cara yang tersedia untuk memberikan
kesempatan pada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka
untuk mencapai tujuan.
f. Media pembelajaran, yaitu bahan pelajaran dengan atau tanpa peralatan
digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat
mencapai tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
g. Evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk suatu proses dan hasilnya.
(Gino, dkk, 1998: 30-31)
Jadi, dari beberapa uraian di atas kegiatan pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang sangat komplek pada pelaksanaan proses pembelajaranya.
2. Efektivitas Pembelajaran
Menurut Peter Salim dan Yenny Salim (1991:376), efektif adalah ada
pengaruhnya, akibatnya dan sebagainya; dapat menghasilkan atau membawa
hasil, sedangkan efektivitas adalah bentuk kata benda dari kata efektif. Sedangkan
menurut Margono (1998:45), efektif berarti semua potensi dapat dimanfaatkan
dan semua tujuan dapat tercapai.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu
memanfaatkan semua potensi yang mendorong tercapainya tujuan. Metode yang
tepat adalah metode yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan sedangkan
metode yang efektif adalah metode yang memanfaatkan semua potensi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar dan mengajar guru
dituntut harus memiliki pengetahuan bidang studi yang cukup, mengetahui cara
mengajar yang efektif dan efisien, memiliki sifat yang terbuka agar proses belajar
mengajar pada dirisiswa dapat berlangsung, serta dapat mengatur kondisi ruang
kelas dan mengambil keputusan yang bijaksana.
3. Metode Pembelajaran Kooperatif
a. Metode Pembelajaran
Menurut Poerwodarminto (2003: 652), ”Metode adalah cara yang teratur
dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan atau cara
kerja yang bersistem untuk mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan”.
Ada beberapa pendapat lain mengenai pengertian metode. Metode
merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran
yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar
dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan (Mulyani Sumantri, 2001:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
114). Menurut Winarno Surakhmad (1986: 96) berpendapat bahwa “metode
pembelajaran adalah cara yang merupakan alat untuk menyajikan materi pelajaran
guna mencapai tujuan pengajaran”. Sedangkan menurut Mulyati Arifin (1995:
107) metode mengajar menyangkut permasalahan fisik apa yang harus diberikan
kepada siswa, sehingga kemampuan intelektualnya dapat berkembang dan belajar
dapat berjalan dengan efisien dan bermakna bagi siswa.
Untuk mencapai hal-hal tersebut maka guru harus dapat memilih dan
mengembangkan metode mengajar yang tepat, efisien dan efektif sesuai dengan
apa yang diajarkan. Dengan pemilihan metode yang tepat, maka akan
mempengaruhi belajar siswa dengan baik sehingga siswa benar-benar memahami
materi yang diberikan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan pengertian metode pembelajaran
adalah cara-cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan situasi pengajaran
yang benar-benar menyenangkan dan membuat kemampuan intelektual
berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan bermakna bagi
siswa atau dapat dikatakan suatu cara yang teratur untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan untuk mencapaai tujuan.
b. Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran di mana para siswa bekerja dalaam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin,
2008: 4). Tujuan yang paling penting dalam pembelajaran kooperatif adalah untuk
memberikan siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang
dibutuhkan oleh siswa (Slavin, 2008: 33). Pembelajaran koopertif merupakan
strategi belajar dengan jumlah kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda dan dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap siswa anggota
kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memamahi
materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif belajar dikatakan belum selesai
jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran
(Isjoni,2007: 12).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
The widespread use of cooperative learning is due to multiple factors. Three of the most important are that cooperative learning is based solidly on a variety of theories in anthropology, sociology, economics, political science, psychology, and other social sciences. Second, the amount, generalizability, breath, and applicability of the research on cooperative, competitive, and individualistic efforts provides considerable validation of the use of cooperative learning, perhaps more than most other instructional methods. The third factor is the variety of cooperative learning methods available for teacher use, ranging from very concrete and prescribed to very conceptual and flexible. Cooperative learning is actually a generic term that refers to numerous methods for organizing and conducting classroom instruction ( David W. Johnson,2006).
Dalam pembelajaran kooperatif para peserta didik dikelompokkan secara
arif dan proporsional. Pengelompokan peserta didik dalam suatu kelompok dapat
didasarkan pada: fasilitas yang tersedia, perbedaan individu dalam minat belajar
dan kemampuan belajar, jenis pekerjaan yang diberikan, wilayah tempat tinggal
peserta didik, jenis kelamin, dan berdasarkan lotre atau random. Dalam
pembagian kelompok ini, kelompok dibagi secara heterogen baik dari segi
kemampuan belajar maupun jenis kelamin agar terjadi dinamika kegiatan belajar
yang lebih baik dari kelompok, sehingga tidak terkesan ada kelompok yang kuat
dan ada kelompok yang lemah (Mulyani Sumantri, 2001: 127-128).
Menurut Slavin (2008: 11), lima prinsip metode belajar kooperatif yang
dikembangkan dan terus dilakukan serta diperbaiki antara lain:
a. STAD (Student Teams Achievement Divisions);
b. TGT (Teams Games Tournament);
c. Jigsaw;
d. CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition);
e. TAI (Team Assisted Individualization).
Selain itu ada juga metode belajar lain masih juga dikembangkan dan
dipelajari yaitu:
a. Group Investigation;
b. Learning Together;
c. Complex Instruction;
d. Structural Dyadic Methods. (Slavin, 2008: 24-25).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Metode kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan
metode lain, yaitu:
a. Meningkatkan kemampuan siswa;
b. Meningkatkan rasa percaya diri;
c. Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan keahlian dan pengetahuan;
d. Memperbaiki hubungan antar kelompok.
Disamping itu ada juga kelemahannya, yaitu:
a. Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakannya;
b. Bila terjadi persaingan negatif, maka hasilnya akan buruk.
Keberhasilan dari proses belajar kooperatif adalah karena ada 5 prinsip,
yaitu:
a. Adanya Sumbangan dari Ketua Kelompok
Tugas dari seorang ketua kelompok adalah memberikan sumbangan
pengetahuannya untuk anggota kelompoknya, karena ketua kelompoknya adalah
seseorang yang dinilai berkemampuan lebih dibandingkan dengan anggota yang
lainnya. Dalam hal ini anggota kelompok diharapkan dapat memperhatikan,
mempelajari informasi/penjelasan yang diberikan oleh ketua kelompok jika ada
anggota kelompok yang merasa belum jelas, walaupun tugas ini bisa dilakukan
oleh anggota yang lain.
b. Keheterogenan Kelompok
Kelompok belajar yang efektif adalah yang mempunyai anggota kelompok
yang heterogen, baik dalam hal jenis kelamin, latar belakang sosial, ataupun
tingkat kecerdasan.
c. Ketergantungan Pribadi yang Positif
Setiap anggota kelompok belajar untuk berkembang dan bekerja satu
sama lain. Ketergantungan pribadi ini dapat memberikan motivasi bagi setiap
individu karena pada awalnya mereka harus bisa membangun pengetahuannya
sendiri terlebih dahulu sebelum bekerja sama dengan temannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
d. Ketrampilan Bekerja Sama
Dalam proses bekerja sama perlu adanya ketrampilan khusus sehingga
kelompok tersebut dapat berhasil membawa nama kelompoknya. Proses yang
dibutuhkan di sini adalah adanya komunikasi yang baik antar anggota kelompok.
e. Otonomi Kelompok
Setiap kelompok mempunyai tujuan agar bisa membawa nama
kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. Jika mereka mengalami kesulitan
dalam pemecahan masalah setelah melampaui tahap kegiatan kelompok, maka
mereka akan bertanya kepada gurunya bukan kepada kelompok lain.
Dalam metode mengajar kooperatif diharapkan siswa bekerja sama satu
sama lainnya berdiskusi dan berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan
mengisi kekurangan anggota lainnya. Bila diorganisasikan dengan tepat, siswa
dapat bekerja sama dengan yang lainnya untuk memastikan bahwa setiap siswa
dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep yang telah diajarkan. Hal ini
akan menumbuhkan realisasi bahwa siswa membutuhkan belajar dan berpikir
untuk memecahkan masalah dan mengaplikasikan pengetahuan dan
ketrampilannya.
Menurut Bennet (1995) dalam Isjoni (2007: 41-43) menyatakan ada lima
unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja
kelompok, yaitu:
1. Positive Interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari
adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok
dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula
atau sebaliknya.
2. Interaction Face to Face, yaitu interaksi yang langsung terjadi diantara
siswa tanpa adanya perantara dimana hubungan timbal balik yang bersifat
positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran.
3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota
kelompok, sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena
tujuannya adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih
kuat pribadinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4. Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi,
mengembangkan kemamapuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja
yang efektif.
5. Meningkatkan ketrampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok), yaitu siswa belajar ketrampilan bekerjasama dan para
siswa mengetahui tingkat keberhasilan dan efektivitas kerjasama yang
telah dilakukan.
c. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD (Student Team Achievement Division) dikembangkan oleh Robert
E. Slavin dan kawan-kawannya di Universitas John Hopkin, yang merupakan
pendekatan pembelajaran kooperatif paling sederhana.
STAD was the most successful cooperative learning technique at increasing student academic achievement, but the bulk of the research on STAD had been conducted at the elementary level and in subject areas other than social studies. STAD consistently had positive effects on learning. Generally, STAD positively affected (a) cross race relations, (b) attitude toward school and class, (c) peer support, (d) locus of control, (e) time on task, (f) peer relationships and, (g) cooperation. However, few studies examined the effects of STAD on the 7-12 grade levels (Armstrong,2008 ).
E. Slavin (2008: 143) menyatakan bahwa metode STAD adalah metode
yang berdasarkan pada pembelajaran kooperatif, dimana siswa dibagi menjadi
kelompok untuk bekerjasama dalam tim kelompoknya dalam melaksanakan tugas
yang akan diberikan. Dalam metode STAD dibutuhkan hubungan kerja yang baik
dan ketrampilan siswa dalam kelompoknya, sehingga dapat meningkatkan hasil
belajarnya.
Secara umum terdiri dari 5 komponen utama, yaitu:
a. Presentasi Kelas
Materi pokok dalam STAD adalah pengenalan awal dalam presentasi
kelas. Presentasi kelas bisa dilakukan melalui pengajaran secara langsung atau
pengajaran diskusi dengan guru, tetapi bisa juga presentasi menggunakan audio
visual. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dengan pengajaran pada umumnya
karena dalam STAD hanya ditekankan pada hal-hal pokok saja. Kemudian siswa
harus mendalaminya melalui pembelajaran dalam kelompok. Dengan demikian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
siswa dituntut untuk bersunguh-sungguh dalam memperhatikan materi yang
diberikan oleh guru dalam presentasi kelas karena hal tersebut juga akan
membantu mereka dalam mengerjakan kuis yang nantinya juga akan
mempengaruhi skor dari tim mereka.
b. Tim atau Kelompok
Tim atau kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa yang mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, baik dalam penguasaan materi,
jenis kelamin, maupun suku. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa
semua anggota tim telah menguasai materi yang diberikan dan juga untuk
mempersiapkan anggota tim dalam menghadapi kuis, sehingga semua anggota tim
dapat mengerjakan dengan baik.
Sesudah guru mempresentasikan materi, anggota tim secara bersama-
sama mempelajari lembar kerja atau materi lain yang diberikan guru. Dalam hal
ini siswa mendiskusikan masalah atau kesulian yang ada, membandingkan
jawaban dari masing-masing anggota tim, dan membetulkan kesalahan konsep
dari anggota tim.
Tim merupakan hal penting yang harus ditonjolkan dalam STAD. Dalam
setiap langkah, titik beratnya terletak pada ingatan anggota tim agar bisa bekerja
yang terbaik demi timnya dan cara yang terbaik dalam tim adalah bekerjasama
dengan baik.
c. Kuis
Setelah satu atau dua kali pertemuan guru mempresentasikan materi di
kelas dan setelah satu atau dua kali tim melakukan latihan dalam kelompoknya,
siswa diberi kuis secara individu. Jadi setiap siswa bertanggung jawab secara
individu dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan. Hasil selanjutnya
diberi skor. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman materi setiap
individu.
d. Skor Perkembangan Individu
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan nilai pada setiap siswa jika
mereka mengerjakan dengan baik. Masing-masing siswa diberi skor ”cukup” yang
berasal dari rata-rata siswa pada kuis yang sama. Setelah siswa mendapatkan nilai,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
maka siswa berhak mendapatkan urutan tingkatan nilai dari skor kuis dan
berusaha untuk melampaui skor cukup.
Dibalik ide skor perkembangan individu adalah untuk menyampaikan
tujuan presentasi masing-masing siswa yang dapat dicapai jika siswa bekerja lebih
keras dan lebih baik daripada materi yang telah lampau. Keadaannya mungkin
siswa mengalami peningkatan skor atau bahkan menurun.
e. Pengakuan / Penghargaan Tim
Tim akan mendapatkan penghargaan atau hadiah jika dapat melampaui
kriteria yang telah ditentukan. Skor tim siswa akan digunakan untuk menentukan
tingkatan pemahaman siswa. Tim yang paling baik akan diberi penghargaan oleh
guru, sehingga akan memacu semangat para anggota tim untuk melakukan yang
sebaik-baiknya.
Dalam pelaksanaannya, metode pembelajaran kooperatif STAD
mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tahap Penyajian Materi Pelajaran
Pada tahap ini, bahan atau materi pelajaran kimia diperkenalkan melalui
pengajaran secara langsung. Dalam penyajian ini, maka perlu ditekankan pada:
1) Pendahuluan
Dalam pendahuluan guru menekankan pada apa yang akan dipelajari
peserta didik (siswa) dan mengapa itu penting. Hal ini dilaksanakan untuk
memotivasi siswa dalam mempelajari konsep yang telah diajarkan.
2) Pengembangan
a) Menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai
b) Pembelejaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami
makna dan bukan hafalan.
c) Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau
salah.
d) Beralih pada konsep yang lain jika siswa menguasai pakok masalahnya.
3) Praktek Terkendali
a) Menyuruh siswa mengerjakan soal atau pertanyaan yang diberikan.
b) Memanggil peserta didik secara random untuk menyelesaikan soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c) Pemberian tugas kelas.
b. Kegiatan Kelompok
Selama kegiatan kelompok masing-masing siswa bertugas mempelajari
materi yang telah disajikan oleh guru dan membantu teman sekelompok untuk
menguasai materi pelajaran tersebut. Guru memberikan lembar kegiatan dan
kemudian siswa mengerjakannya secara mandiri dan selanjutnya saling
mencocokkan jawabannya dengan teman sekelompoknya. Apabila diantara teman
sekelompok tersebut ada yang kurang memahami, maka anggota kelompok yang
lain membantunya.
Guru menekankan bahwa lembar kegiatan untuk dipelajari bukan untuk
diisi atau diserahkan pada guru. Apabila peserta didik mempunyai suatu
permasalahan, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu pada anggota kelompoknya
kemudian kalau tidak mampu baru ditanyakan pada gurunya.
c. Kuis (individu)
Kuis dilaksanakan secara individu. Siswa tidak diijinkan meminta atau
memberi bantuan kepada siswa lain dalam mengerjakan kuis. Hal ini untuk
mengetahui pemahaman materi setiap individu dan selanjutnya akan diadakan
perbaikan skor dimana pemberian skor didasarkan skor pretes dan postes.
(Slavin, 2008: 144)
4. Modul
Modul merupakan alat bantu atau sarana pembelajaran yang berisi materi,
metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis
dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat
kompleksitasnya (Depdiknas, 2003: 4).
Menurut E. Mulyasa (2003: 98) menyatakan bahwa pada umumnya modul
terdiri dari beberapa komponen, yaitu lembar kegiatan siswa, lembar kerja, kunci
lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban. Tugas utama guru
kimia dalam sistem modul adalah mengorganisasikan dan mengatur proses
pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1) Persiapan, yaitu menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Pelaksanaan, yaitu proses interaksi antara guru dan siswa, yang diwujudkan
siswa belajar sesuai dengan irama kecepatan dan kemampuannya, sedangkan
guru membantu siswa yang kesulitan dalam memahami isi modul atau
pelaksanaan tugas;
3) Evaluasi, yaitu berupa pelaksanaan penelitian terhadap setiap peserta didik
sampai dengan penentuan siswa yang telah mencapai taraf belajar tuntas.
Definisi lain dikatakan bahwa, modul adalah suatu unit lengkap yang
berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk
membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan
jelas (Nasution, 1982: 205). Pembelajaran dengan modul akan memberikan
kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara masing-masing karena setiap
siswa akan menggunakan cara yang berbeda untuk memecahkan masalah tertentu
berdasarkan latar belakang dan kebiasaan masing-masing.
Beberapa hal melalui sistem pengajaran modul sangat dimungkinkan:
4) Adanya motivasi belajar secara maksimal.
5) Adanya peningkatan kreativitas guru dalam mempersiapkan sarananya
6) Dapat mewujudkan prinsip maju berkelanjutan secara tidak terbatas.
7) Dapat mewujudkan belajar yang lebih berkonsentrasi. (Cece Wijaya, 1985:
128)
5. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari suatu usaha dalam
mengikuti pendidikan atau latihan tertentu yang hasilnya dapat ditentukan dengan
memberikan test pada akhir pendidikan. Kedudukan siswa dalam kelas dapat
diketahui melalui prestasi belajar yaitu siswa tersebut termasuk pandai, sedang
atau kurang. Dengan demikian prestasi belajar mempunyai fungsi yang penting
disamping sebagai indikator keberhasilan belajar dalam mata pelajaran tertentu,
juga dapat berguna sebagai evaluasi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Prestasi belajar terdiri dari kata “prestasi” dan “belajar”. Menurut Zainal
Arifin (1991: 2) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie”,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha.
Dalam kamus bahasa Indonesia, arti dari prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.
Menurut Winkel W. S. (1991: 52) bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan yang
dicapai. Jadi, hasil prestasi belajar menunjukkan tingkat keberhasilan seorang
siswa dalam proses belajar. Hasil belajar merupakan hal penting dalam proses
belajar mengajar, karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang telah
dilaksanakan. Suharsimi Arikunto (1995: 112) mengemukakan bahwa prestasi
belajar sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu ranah
kognitif, afektif dan psikomotor.
a. Kemampuan kognitif.
Menurut Perdy Karuru (2006:10) kemampuan kognitif adalah kegiatan
mental yang terkait dalam proses memperoleh, menyimpulkan, menyimpulkan
kembali (retrive) dan memanfaatkan berbagai pengetahuan.
Tujuan kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir mencakup
kemampuan intelektual yang sederhana, yaitu mengingat sampai pada
kemampuan memecahkan masalah yang menurut siswa untuk menghubungkan
dan mengembangkan gagasan, metode/prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk
memecahkan masalah tersebut.
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa adalah dengan melakukan test
atau tujuan terhadap aspek-aspek yang akan dinilai. Nilai hasil test atau nilai hasil
ujian tersebut disebut sebagai prestasi belajar siswa. Kemampuan kognitif siswa
adalah nilai hasil test atau nilai hasil ujian terhadap aspek kognitif siswa.
b. Kemampuan afektif
E. Mulyasa (2002: 232) berpendapat bahwa kemampuan afektif dapat
dilihat melalui cara berfikir dan bertindak yang mengacu pada nilai-nilai
kesopanan, seperti kemampuan dalam menempatkan diri secara tepat pada situasi
yang berbeda, dan respon terhadap berbagai fenomena yang terjadi.
W.Gulo (2002:147) berpendapat kemampuan afektif adalah suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kemampuan yang berhubungan dengan value (nilai), yaitu suatu konsep yang
tidak berada didalam dunia empiris, tetapi dalam pikiran manusia. Nilai
merupakan seperangkat sikap yang dijadikan dasar pertimbangan, standar atau
prinsip sebagai ukuran bagi kelakuan. Jika selalu berkenaan dengan suatu obyek,
yang disertai perasaan positif dan negatif.
Menurut Nana Sudjana (2002:30) ada berbagai jenis tingkatan kemampuan
afektif antara lain:
1) Receiving/attending
2) Responding/jawaban
3) Valuing/penilaian
4) Organisasi
5) Karakteristik nilai/internalisasi
c. Kemampuan psikomotor.
E. Mulyasa (2002: 232) berpendapat bahwa kemampuan psikomotorik
mencakup ketrampilan akademis dan sosial. Ketrampilan akademis sifatnya
berjenjang mulai dari mengingat, menafsirkan, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, sampai menilai. Ketrampilan sosial dapat dilihat dari cara
berkomunikasi dalam pergaulan, berhubungan dengan orang lain, memecahkan
masalah, mengambil keputusan, bekerjasama, dan kemampuan kepemimpinan.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui dengan adanya evaluasi belajar atau
penilaian hasil belajar. Penilaian merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan
berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses
belajar dan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar
mengajar. Evaluasi hasil belajar mengajar siswa bermakna bagi semua komponen
dalam proses pengajaran terutama siswa, guru dan orang tua.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
yang diperoleh dari serangkaian usaha individu dalam rangka untuk memperoleh
perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil dari aktivitas belajar dan
interaksi dengan lingkungan. Prestasi belajar sebagai hasil belajar dapat diketahui
saat dilakukan penilaian. Penilaian digunakan untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan siswa dan berbagai hal yang pernah diajarkan sehingga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
diperoleh gambaran tentang pencapaian program pendidikan. Jadi fungsi prestasi
belajar sangat penting bagi anak didik baik sebagai indikator kualitas pendidikan
dan berfungsi sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar. Dalam hal ini, prestasi belajar dilihat dari aspek kognitif dan aspek
afektif.
6. Perhitungan Kimia
Perhitungan kimia sering disebut dengan istilah stokiometri. Kata
stoikiometri sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu stoishion yang berarti unsur
dan metron berarti mengukur. Jadi, pengertian stoikiometri adalah ilmu yang
mempelajari pengukuran unsur.
A. Massa Atom Relatif
Massa atom relatif yang menjadi acuan adalah massa atom isotop
karbon-12. Penetapan massa atom isotop karbon-12 sebagai acuan merupakan
suatu konvensi yang dibakukan oleh IUPAC dengan alasan bahwa atom isostop
karbon-12 isotop yang paling stabil. Untuk mempermudah perhitung massa
partikel 1 sma (satuan massa atom) setara dengan massa 1 atom hidrogen yaitu
1,67 x 10-27 Kg. Atom-atom yang sama tidak selalu memiliki massa yang sama.
Ini disebut sebagai isotop.cara membandingkan massa atom yang akan ditentukan
dengan massa atom isotop karbon-12. Secara sistematis, massa atom relatif dapat
dirumuskan melalui persamaan:
dimana:
ArX = massa atom relatif X
Massa 1 atom karbon-12 = 12 sma.
Kemudian untuk massa atom relatif dan massa atom molekul dirumuskan sebagai
berikut:
“Massa molekul dapat
dihitung dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
menjumlahkan Ar dari atom-atom pembentuk molekul tersebut”
Mr = S Ar
Contoh Soal :
Diketahui massa atom relatif (Ar) beberapa unsur sebagai berikut :
....Ca = 40, ....O = 16, ....H = 1
Tentukan massa molekul relatif (Mr) senyawa Ca(OH)2?
Penyelesaian :
Satu molekul Ca(OH)2 mengandung 1 atom Ca, 2 atom O, dan 2 atom H
....Mr Ca(OH)2 = Ar Ca + ( 2 Ar O ) + ( 2 Ar H )
.... .... .... ...... = 40 + ( 2 x 16 ) + ( 2 x 1 )
.... .... .... ...... = 40 + 32 + 2= 74
B. Konsep Mol
Apabila kita mereaksikan satu atom Karbon (C) dengan satu molekul
Oksigen (O2), maka akan terbentuk satu molekul CO2. Tetapi sebenarnya yang
kita reaksikan bukan satu atom Karbon dengan satu molekul Oksigen, melainkan
sejumlah besar atom Karbon dan sejumlah besar molekul Oksigen. Oleh karena
itu jumlah atom atau jumlah molekul yang bereaksi begitu besarnya, maka untuk
menyatakannya, para ahli kimia menggunakan “ mol “ sebagai satuan jumlah
partikel (molekul, atom, atau ion).
“Satu mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang mengandung
partikel zat itu sebanyak atom yang terdapat dalam 12,000 gram atom
Karbon – 12”.
6,022 x 10 23 partikel 1 mol zat mengandung
Jadi mol zat adalah banyaknya zat tersebut yang mengandung 6,02 ×
1023 partikel. Bilangan 6,02 × 1023 disebut bilangan Avogadro (L).
1. Hubungan mol dengan jumlah partikel
1 mol karbon mengandung 6,02 × 1023 atom C
1 mol besi mengandung 6,02 × 1023 atom Fe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1 mol air mengandung 6,02 × 1023 atom H2O
Jumlah partikel = mol × L
mol = Lpartikeljumlah
Contoh soal:
Hitunglah jumlah atom yang terkandung dalam 0,5 mol tembaga!
Jawab:
Jumlah atom = mol × L
= 0,5 × 6,02 × 1023
=3,01 × 1023 atom Cu
2. Hubungan mol dengan massa (gram)
Massa satu mol zat yang dinyatakan dalam gram disebut massa molar.
Contoh:
1. Massa atom (Ar) Fe = 56
Massa molar Fe = 56 gram
(1 mol Fe memiliki massa 56 gram)
gram = mol × Ar atau Mr
Ar atau Mr = mol
gram
mol = MratauAr
gram
MratauArgram
Lpartikeljumlah
=
2. Berapa gram massa dari 3,01 × 1023 molekul CH4 (Ar C = 12, H = 1)?
Jawab:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
mol = Lpartikeljumlah
= 23
23
1002,61001,3´´
= 0,5 mol
massa = mol × Mr CH4
= 0,5 × 16= 8 gram
3. Keadaan standar
Setiap 1 mol gas apa saja pada suhu 00C dan tekanan 1 atm memiliki
volume 22,4 liter (22,4 dm3). Suhu 00C dan tekanan 1 atm dikenal sebagai
keadaan standar atau STP (Standard Temperature and Pressure).
Pada keadaan standar (00C dan 1 atm), berlaku hubungan:
Liter STP = mol × 22,4
mol = 4,22
STPliter
Rumus tersebut hanya berlaku pada STP (suhu 00C dan tekanan1 atm).
Jika suhu bukan 00C dan tekanan bukan 1 atm, gunakan hukum Avogadro
untuk mengubah mol menjadi volume atau sebaliknya.
Contoh soal:
Berapa liter volume dari 11 gram gas CO2 (Ar C = 12 O = 16) bila diukur
pada suhu 00C dan tekanan 1 atm?
Jawab:
mol = Mr
massa
= 4411
= 0,25 mol
v = mol × 22,4
= 0,25 × 22,4= 5,6 liter
4. Keadaan tidak standar
Perhitungan volume pada keadaan tidak standar, bukan keadaan 00C dan 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
atmosfer didasarkan pada rumus garis ideal.
PV = n.R.T
P = tekanan dalam atmosfer
V = volume dalam liter
n = mol gas
R = tetapan gas
= 0,082 lt.atm/mol0K
T = suhu dalam 0K
= t + 273
t = suhu dalam 0C
Dari hukum Gay Lussac diperoleh kesimpulan bahwa perbandingan
volume sesuai dengan perbandingan koefisien. Kita tahu perbadingan
koefisien sesuai perbandingan mol, maka diperoleh lagi kesimpulan:
“Perbadingan volume sesuai perbandingan mol”
atau:
2
1
2
1
n
n
v
v=
v = volume
n = mol
Rumusan di atas hanya berlaku untuk gas dan hanya diukur pada keadaan
suhu dan tekanan yang sama.
C. Rumus Empiris dan Rumus Molekul
Rumus empiris adalah rumus sederhana yang menyatakan perbandingan
terkecil atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun senyawa, sedangkan rumus
molekul adalah rumus yamg menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-unsur
yang menyusun satu molekul senyawa.
1. Menentukan rumus empiris suatu senyawa
a. Hitung gram atau % masing-masing unsur penyusun dalam senyawa!
b. Angka tersebut dibagi Ar masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c. Diperoleh perbandingan mol yang terkecil dari unsur penyusun
senyawa.
Contoh soal:
a. Suatu senyawa mengandung 32,4% natrium, 22,6% belerang, dan
sisanya oksigen
Ar Na = 23, S = 32, O = 16. Tentukan rumus empiris senyawa
tersebut!
Jawab:
Na = 32,4%
S = 22,6%
O = 100 – (32,4 + 22,6) = 45%
mol Na : mol S : mol O
= 1645
:32
6,22:
234,32
= 1,4 : 0,7 : 2,8
= 2 : 1 : 4
Rumus empiris senyawanya adalah Na2SO4
b. Kristal CuSO4 mengandung 36% air (Ar Cu = 64,S = 32,O = 16, H
= 1). Tentukan rumus kristal tersebut!
CuSO4 = 65% mol CuSO4 : H2O
H2O = 36% 1836
:16064
→ 0,4 : 2 → 1 : 5
Rumus kristal CuSO4.5H2O
2. Rumus molekul merupakan kelipatan dari rumus empiris
Menentukan rumus molekul, dua hal yang harus diketahui yaitu rumus
empiris senyawa dan Mr senyawa.
Contoh soal:
Sebanyak 11 gram senyawa organik dibakar menghasilkan 22 gram CO2
dan 9 gram H2O (C = 12; O = 16; H = 1). Jika Mr senyawa 88. tentukan
rumus molekulnya!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Berat C = ´4412
22 gram = 6 gram
Berat H = ´1812
9 gram = 1 gram
Berat O = 11 – (6 + 1) = 4 gram
mol C : mol H : mol O
164
:11
:126
2 : 4 : 1
(C2H4O)n = 88
44n = 88
n = 2
Rumus molekul C4H8O2
D. Air Kristal dan Kadar Zat
1. Air kristal/hidrat
Air kristal/hidrat adalah zat padat yang mengikat beberapa molekul air
sebagai bahan dari struktur kristalnya.
Contoh:
CuSO4.5H2O → terusi /tembaga (II) sulfat pentahidrat
CuSO4.2H2O → gipsum /kalsium sulfat dihidrat
MgSO4.7H2O → garam inggris /magnesium sulfat heptahidra
Menentukan molekul air kristal dari suatu hidrat!
Contoh soal:
Sebanyak 10 gram hidrat besi (II) sulfat dipanaskan, sehingga semua air
kristal menguap. Massa zat padat yang tersisa adalah 5,47 gram.
Tentukan rumus hidrat tersebut!
(Ar H = 1, O = 16, S = 32, Fe = 56)
Jawab:
Air kristal dimisalkan x, sehingga rumus senyawanya FeSO4.xH2O
Maka massa FeSO4 adalah 5,47 gram dan massa air = 10 – 5,47 = 4,53
gram
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Reaksi: FeSO4.xH2O(s) → FeSO4(aq) + xH2O(g)
10 gram 5,47 gram 4,53 gram
mol FeSO4 = 152
47,5 = 0,036 mol
mol H2O = 1853,4
= 0,252 mol
mol FeSO4 : mol H2O = 0,036 : 0,252 = 1 : 7
Rumus hidrat → FeSO4.7H2O
2. Kadar unsur dalam senyawa
kadar = ´´
senyawaMrunsurAr.
100%
x = jumlah atom unsur dalam senyawa
Contoh soal:
a. Berapakah kadar C dan N dalam urea CO(NH2)2?
(Ar H = 1, C = 12, O = 16)
Jawab:
Kadar C = ´6012
100 % = 20%
Kadar N = ´6028
100% = 46,67%
b. 640 gram suatu cuplikan mengandung belerang, dibakar sempurna
sehingga diperoleh 480 gram SO3. Ar S = 32, Ar O = 16
Hitung kadar belerang dalam cuplikan?
Jawab:
Berat S dalam SO3 = ´8032
480 gram = 192 gram
Kadar S dalam cuplikan = ´cuplikanberat
Sberat100%
= ´640192
100%= 30%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
E. Hitungan Kimia Pada Persamaan Reaksi
Dengan memahami konsep mol, kita dapat menghitung zat-zat yang
terlibat dalam suatu reaksi dengan memanfaatkan fungsi koefisien reaksi.
Dalam persamaan reaksi yang setara, koefisien reaksi menyatakan
perbandingan mol, volume gas, dan jumlah partikel.
Dengan menggunakan fungsi koefisien reaksi tersebut kita dapat
menyusun langkah-langkah perhitungan kimia pada persamaan reaksi sebsgai
berikut:
1. Menuliskan persamaan reaksi yang setara;
2. Menghitung mol yang diketahui;
3. Menghitung mol zat yang ditanyakan (menggunakan fungsi koefisien
reaksi)
mol A = BkoefisienAkoefisien
× mol B
4. Mengubah satuan mol menjadi satuan yang sesuai dengan pertanyaan.
Contoh soal:
12 gram logam magnesium (Ar Mg = 24) direaksikan dengan larutan asam
klorida menghasilkan larutan magnesium klorida dan gas hydrogen. Berapa
liter gas hydrogen yang dihasilkan pada STP?
Jawab:
Mg(s) + 2 HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g)
Mol Mg = 2412
Armassa
= = 0,5 mol
Mol H2 = ´11
mol Mg = ´11
0,5 = 0,5 mol
Volume H2 = mol × 22,4
= 0,5 × 22,4
= 11,2 liter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
F. Pereaksi Batas
Pereaksi batas adalah pereaksi yang membatasi suatu reaksi karena habis
lebih dulu dibanding pereaksi yang lain. Bial zat-zat yang direaksikan dalam
jumlah tertentu, maka perlu ditentukan pereaksi batasnya sebagai pembanding
zat-zat lain.
Contoh soal:
12 gram logam Mg direaksikan dengan 0,5 mol HCl menurut reaksi:
Mg + 2 HCl → MgCl2 + H2 (Ar Mg = 24)
Berapa liter gas hidrogen yang dihasilkan pada STP dan senyawa apa yang
sebagai pereaksi pembatas?
Jawab:
mol Mg = Ar
massa
= 2412
= 0,5 mol
Persamaan reaksi; Mg + 2HCl → MgCl2 + H2
mula-mula : 0,5 0,5
bereaksi : 0,25 0,5 0,25 0,25
setimbang : 0,25 - 0,25 0,25
Ø VH2 = mol × 22,4
= 0,25 × 22,4
= 5,6 liter
Ø Dari reaksi di atas maka yang bertindak sebagai pereaksi pembatas
adalah senyawa HCl.
B. Kerangka Berpikir
Proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja
serta terorganisasi dengan baik. Kenyataan di lapangan adalah masih jarangnya
penanganan kesulitan belajar siswa melalui suatu pengajaran yang terencana
untuk memberikan bantuan kepada siswa.
Penentuan dalam memilih metode pembelajaran sangat menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
kejelasan penyampaian pelajaran kepada siswa sehingga pelajaran tersebut dapat
ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik, untuk itu dalam
memilih metode pengajaran harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran, materi
pengajaran, dan bentuk pengajaran. Pada dasarnya tidak ada metode mengajar
yang paling ampuh untuk semua materi pelajaran, sebab setiap metode mengajar
mempunyai kelebihan maupun kekurangan.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Karanganyar merupakan lembaga
pendidikan yang berbasis agama islam yang berada di kabupaten Karanganyar
yang setara dengan SMA lainnya didalam pembelajarannya masih terlihat
mengunggunakan metode konvensional (ceramah) dalam penyampaian meteri
kimia, siswa dijelaskan materinya oleh guru, kemudian setelah penyampaian
materi, guru memberikan soal latihan dan sekaligus tugas untuk dikerjakan di
rumah, sehingga dalam hal ini siswa kurang terlibat dalam proses
pembelajarannya dan akibatnya siswa cenderung pasif serta berefek pada prestasi
belajar siswa yang rendah, maka dalam hal ini dipandang bahwa metode
pembelajaran yang dilakukan tidak efektif. karena di sini guru hanya memberikan
penjelasan kepada siswa tanpa memperhatikan tingkat pemahaman siswa terhadap
konsep yang diberikan. Sehingga perlu menggunakan suatu metode pembelajaran
yang banyak melibatkan siswa menjadi aktif, maka penerapan metode
pembelajaran kooperatif dipandang sangatlah penting untuk mengatasi berbagai
masalah pembelajaran tersebut. Karena metode pembelajaran kooperatif merujuk
pada berbagai macam metode yang di dalamnya siswa bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari
materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling
membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah
pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam
pemahaman masing-masing siswa. Siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan
belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok
tersebut telah menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan.
Materi perhitungan kimia berisi hukum-hukum dasar kimia, konsep-
konsep, dan rumus- rumus dengan berbagai hubungan serta reaksi - reaksi kima,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
sehingga perlu banyak latihan dalam mempelajarinya. Dalam mempelajari materi
tersebut sering ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan
soal-soal hitungan kimia, maka berkaitan dengan materi pelajaran tersebut
penyampaiannya tidak cukup hanya dengan metode konvensional saja, sehingga
dianggap perlu materi tersebut dikemas dalam bentuk pembelajaran kooperatif
agar siswa dapat saling berdiskusi dalam kelompok, saling berargumen dalam
memecahkan konsep materinya bersama siswa yang lain dalam kelompoknya, hal
ini diharapkan untuk menbantu tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal.
Penerapan metode pembelajaran kooperatif untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka dipilihlah suatu bentuk metode
pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions), metode
ini merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran Kooperatif yang
menekankan pada keberhasilan target kelompok dengan asumsi bahwa target
hanya dapat dicapai jika setiap anggota tim berusaha menguasai subyek yang
menjadi bahasan. Metode penbelajaran kooperatif STAD akan memotivasi siswa
untuk saling membantu anggota kelompoknya dalam menguasai konsep materi
tersebut sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan lebih
mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Dengan
metode pembelajaran STAD ini, diharapkan siswa dapat saling membantu dalam
kelompoknya dalam menguasai konsep pada materi khususnya tentang
perhitungan kimia yang memerlukan konsep pada materi sebelumnya. Disisi lain,
metode pembelajaran koperatif STAD ini merupakan metode pembelajaran
kooperatif yang kegiatan kelompoknya lebih mudah dikendalikan dan diawasi.
Sehingga diharapkan siswa dalam proses pembelajarannnya menjadi aktif dan
mudah untuk memahami konsep pada materi perhitungan kimia serta diharapkan
prestasi belajar siswa dapat meningkat.
Dalam metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team
Achievement Divisions), di dalam komponen utamanya yaitu adanya presentasi
kelas, presentasi ini dalam metode pembelajaran kooperatif STAD berbeda
dengan pembelajaran pada umumnya karena dalam STAD hanya ditekankan pada
hal-hal pokok saja. Kemudian siswa harus mendalaminya melalui pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dalam kelompok. Maka dari itu untuk menunjang dalam proses metode
pembelajaran kooperatif STAD ini diperlukan suatu bentuk media yang dapat
membantu siswa belajar dalam kelompoknya sekaligus siswa dapat belajar secara
mandiri. Maka dalam metode pembelajaran kooperatif STAD di sini dilengkapi
media berupa modul. Modul merupakan salah satu jenis media (termasuk media
cetak) yang memuat unit pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa sendiri.
Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan
terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa
mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas (Nasution,
1984 : 2005).
Adapun alur pemikiran pada penelitian ini di sajikan dalam bentuk bagan
adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Bagan kerangka pemikiran
Pembelajaran kimia menggunakan metode konvensional (ceramah)
Pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions) dilengkapi modul.
Prestasi belajar rendah (Pembelajaran tidak efektif)
Prestasi belajar meningkat (Pembelajaran yang efektif)
1. Kondisi siswa menjadi kurang aktif dalam proses pembelajarannya.
2. Siswa sulit untuk memahami konsep pada materi perhitungan kimia.
1. Kondisi siswa menjadi aktif dalam proses pembelajarannya.
2. Siswa mudah untuk memahami konsep pada materi perhitungan kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dapat
dikemukakan hipotesis adalah ”Pembelajaran kimia menggunakan metode
kooperatif STAD (student Team Achievement Divisions) dilengkapi modul efektif
meningkatkan prestasi belajar siswa MAN Karanganyar kelas X semester 1”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar
dengan subyek penelitian siswa-siswa kelas X semester ganjil tahun ajaran
2008/2009
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2008 sampai Februari
2009 dengan rincian tahapan sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Tahap ini meliputi pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal, permohonan
ijin penelitian, konsultasi instrumen penelitian. Tahap ini dilaksanakan bulan
September sampai dengan Oktober 2008
b. Tahap Penelitian
Tahap ini meliputi uji coba instrumen, pelaksanaan mengajar dan
pengambilan data. Tahap ini dilaksanakan pada bulan November sampai
dengan Desember 2008
c. Tahap Penyelesaian
Tahap ini meliputi analisis data dan penyusunan laporan hasil penelitian.
Tahap ini dilaksanakan pada bulan Desember 2008 sampai dengan Februari
2009.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, yaitu untuk
memperoleh informasi yang diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam
keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua
variabel yang relevan. Data penelitian berupa nilai prestasi belajar yang diperoleh
dari selisih nilai post test dikurangi pretest.
Rancangan yang digunakan adalah randomized control-group pretest-
postest design. Rancangan ini menggunakan dua kelompok subyek, satu
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kelompok sebagai kelompok kontrol, dan kelompok lain sebagai kelompok
eksperimen. Pertama-tama dilakukan pengukuran berupa pretest. Lalu dikenakan
perlakuan untuk jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran untuk
kedua kalinya berupa postest.
Tabel 1. Desain Penelitian
Kelompok Pretest Treatment Post test Kontrol Eksperimen
T1 T1
X1 Χ2
T2 T2
Keterangan :
T1 = test sebelum dikenai perlakuan (pretest)
T2 = test setelah dikenai perlakuan (postest)
X1 = perlakuan dengan metode pembelajaran konvensional (ceramah)
X2 = perlakuan dengan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student
Team Achievement Divisions) dilengkapi modul
C. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang
lain (Suharsimi Arikunto, 1998:101). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
prestasi belajar pada materi pokok perhitungan kimia. Definisi operasional
prestasi belajar adalah skor yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal pretest
dan postest pada materi pokok perhitungan kimia.
2. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.
Variabel ini dipilih dari banyak variabel yang mempengaruhi variabel terikat
(Suharsimi Arikunto, 1998:101). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pembelajaran kimia dengan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student
Team Achievement Divisions) dilengkapi modul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan.
Tahap- tahap tersebut adalah :
1. Penyusunan proposal penelitian (skripsi)
2. Seminar proposal skripsi.
3. Menyusun dan konsultasi skripsi bab 1-3.
4. Observasi ke sekolah yang digunakan sebagai penelitian.
5. Menentukan kelas yang digunakan sebagai penelitian dan kelas untuk uji
coba.
6. Mengadakan uji coba instrumen penelitian dan mengolah data.
7. Mengenakan perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu pemberian
materi pokok perhitungan kimia dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions)
dilengkapi modul.
8. Menggunakan T1 sebagai pretest dan T2 sebagai postest, untuk mengukur
kemampuan rata-rata setelah perlakuan.
9. Melakukan pengolahan dan analisa data.
10. Menarik kesimpulan penelitian.
E. Populasi dan Sampel
1. Penetapan Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto,
1998: 115). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Semester 1 MAN
(Madrasah Aliyah Negeri) Karanganyar.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1998: 84), “Sampel adalah bagian
dari populasi yang mempunyai sifat karakter yang sama sehingga betul-betul
mewakili populasinya”. Sampel penelitian diambil secara acak (random)
sebanyak 2 kelas eksperimen. Dengan perincian satu kelas sebagai kelas kontrol
dan satu kelas sebagai kelas eksperimen. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, adanya hasil atau skor
yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal pretest dan postest.
2. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes. Instrumen ini mengukur
keberhasilan penguasaan materi pokok bahasan perhitungan kimia. Instrumen
tersebut berupa tes obyektif dengan 5 jawaban dan berupa angket untuk penilaian
afektif siswa. Instrumen tes untuk try out sama dengan tes untuk tes prestasi,
dikurangi soal yang tidak valid.
3. Uji Coba Instrumen
a. Instrumen Penelitian Aspek Kognitif
Sebelum instrumen digunakan sebagai intrumen penelitian, soal–soal
distandarisasi, dengan menggunakan uji coba (try out), dan dilakukan analisis
validitas, reabilitas, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran.
1). Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
suatu instrumen. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas item
atau validitas butir. Validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang
dimiliki oleh sebutir item. Dalam penelitian ini salah satu bentuk soal yang
digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Pada bentuk soal pilihan ganda ini
skor terhadap jawaban setiap soal atau item hanya terdiri atas angka 1 dan angka
0. menjelaskan bahwa, dalam kasus yang salah satu variabelnya hanya terdiri dari
dua macam, yaitu 1 dan 0, perhitungan koefisien korelasinya dilakukan dengan
komputasi koefisien korelasi point biserial atau koefisien korelasi biserial.
Sehingga rumus perhitungan koefisien korelasi biserial yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut :
qp
S
MM
t
tppbi
-=g
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Keterangan :
pbiγ = koefisien korelasi biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya.
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
p = siswaseluruh jumlah
benar menjawab yang siswa banyaknya
q = proporsi siswa yang menjawab salah
q = 1 – p
Koefisien korelasi biserial ( pbiγ ) menunjukkan validitas item dari tes
bentuk pilihan ganda yang selanjutnya disebut sebagai rhitung. Taraf signifikan
yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria validitas suatu tes (rhitung)
sebagai berikut:
0,91 – 1,00 = sangat tinggi
0,71 – 0,90 = tinggi
0,41 – 0,70 = cukup
0,21 – 0,40 = rendah
negatif – 0,20 = sangat rendah (Masidjo, 1995: 243).
Item dikatakan valid bila harga rhitung > rtabel yang dikonsultasikan dengan r tabel
hasil korelasi product moment (Suharsimi Arikunto, 2002: 145).
Hasil validitas instrumen kognitif secara lengkap dapat dilihat dalam
lampiran . Untuk rangkuman hasil validitas dapat dilihat dalam tabel 2.
Tabel 2. Rangkuman validitas instrumen penilaian kognitif
Jenis Penilaian Jumlah soal Tidak valid Valid
Kognitif 32 4 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2). Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas suatu instrumen dapat digunakan rumus
Kuder-Richardson 20 (K-R 20), yaitu :
÷÷ø
öççè
æ -÷øö
çèæ= å
2
2
11 S
pqS
1 -n n
r (Suharsimi Arikunto, 2002: 98)
dimana : r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p)
Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes
kriteria reliabilitasnya adalah :
0,91 – 1,00 : sangat tinggi
0,71 – 0,90 : tinggi
0,41 – 0,70 : cukup
0,21 – 0,40 : rendah
negatif – 0,20 : sangat rendah (Masidjo, 1995: 209).
r11 > rtabel = soal dinyatakan reliabel pada taraf signifikan 5%
Hasil reliabilitas instrumen kognitif dapat dilihat dalam lampiran . Untuk
rangkuman reliabilitas dari instrumen kognitif dapat dilihat dalam tabel 3.
Tabel 3. Rangkuman reliabilitas instrumen penilaian kognitif
Jenis Penilaian Jumlah soal Harga r11 Kriteria
Kognitif 32 0,83813 Reliabilitas tinggi
3). Uji Taraf Kesukaran Soal
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang
menjawab benar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan juga
tidak terlalu sukar atau bisa dikatakan bahwa soal yang baik adalah soal dengan
kategori sedang. Untuk mengukur tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan
rumus :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
sJB
P = (Suharsimi Arikunto, 2002 : 212)
dimana : P = tingkat kesukaran item soal
B = jumlah siswa yang menjawab benar
Js = jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes
kriteria tingkat kesukaran soal :
0,81 – 1,00 = item soal mudah sekali (MS)
0,61 – 0,80 = item soal mudah (Md)
0,41 – 0,60 = item soal sedang / cukup (Sd)
0,21 – 0,40 = item soal sukar (S)
0,00 – 0,20 = item soal sukar sekali (SS)
Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen kognitif dapat dilihat dalam
lampiran . Untuk rangkuman uji taraf kesukaran soal dari instrumen kognitif dapat
dilihat dalam tabel 4.
Tabel 4. Rangkuman taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif
Tipe Soal
Jumlah soal
Sukar Sedang Mudah Mudah sekali
Sukar sekali
Obyektif 32 7 21 4 - -
4). Daya Pembeda Suatu Item
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai dengan yang berkemampuan kurang. Suatu soal yang
mempunyai daya pembeda tinggi mengisyaratkan bahwa soal tersebut dapat
membedakan siswa yang pandai dengan yang kurang pandai. Rumus yang
digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah :
B
B
A
A
J
B
J
B D -= (Suharsimi Arikunto, 2002: 218)
dimana : D = daya pembeda
BA = jumlah kelompok atas yang menjawab benar
BB = jumlah kelompok bawah yang menjawab benar
JA = jumlah siswa kelompok atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
JB = jumlah siswa kelompok bawah
kriteria daya pembeda :
0,80 – 1,00 = sangat membedakan (SM)
0,60 – 0,79 = lebih membedakan (LM)
0,40 – 0,59 = cukup membedakan (CM)
0,20 – 0,39 = kurang membedakan (KM)
0,00 – 0,19 = sangat kurang membedakan (SKM)
Hasil daya pembeda instrumen kognitif dapat dilihat dalam lampiran
Untuk rangkuman daya pembeda instrumen kognitif dapat dilihat dalam tabel 5.
Tabel 5. Rangkuman daya pembeda instrumen penilaian kognitif
Tipe Soal Jumlah soal SM LM CM KM SKM
Kognitif 32 - 1 9 13 9
b. Instrumen Penelitian Aspek Afektif
Sedangkan instrumen penilaian penilaian aspek afektif berupa angket. Jenis
angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan
alternatif jawaban. Responden/ siswa memberikan jawaban dengan memilih
salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Sebelum menyusun angket
terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori.
Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya dijabarkan dalam
variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak
dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam menyusun
item-item angket.
Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, responden/ siswa hanya dibenarkan
dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 6. Kriteria Skor Aspek Afektif. 1) Sikap positif
Skore untuk aspek yang dinilai Nilai SL = Selalu (Selalu dilakukan) SR = Sering (Lebih banyak dilakukan dari pada tidak) KD= Kadang-kadang (Sama banyaknya antara dilakukan
dengan tidak). J = Jarang (Banyak tidak dilakukan) TP = Tidak pernah (Sama sekali tidak pernah dilakukan)
5 4 3 2 1
2) Sikap Negatif
Skore untuk aspek yang dinilai Nilai SL = Selalu (Selalu dilakukan) SR = Sering (Lebih banyak dilakukan dari pada tidak) KD= Kadang-kadang (Sama banyaknya antara dilakukan
dengan tidak). J = Jarang (Banyak tidak dilakukan) TP = Tidak pernah (Sama sekali tidak pernah dilakukan)
1 2 3 4 5
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrunen tersebut
diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. 1) Uji Validitas
Validitas dari angket ini adalah validitas konstruksi atau konsep. Validitas
konstruksi adalah validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau
alat pengukur sesuai dengan konsep yang seharusnya menjadi isi suatu tes atau
alat pengukur tersebut atau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes
atau alat pengukur tersebut. Validitas konstruksi inipun akan mudah ditentukan
pada tes hasil belajar yang sungguh-sungguh direncanakan dengan baik oleh
seorang guru, khususnya apabila ditaati langkah perumusan tujuan instruksional
dan visualisasi kisi-kisi sebagai langkah-langkah perencanaan tes buatan guru.
Apabila item-item yang merupakan suatu kesatuan suatu tes benar-benar sesuai
dengan suatu konsep atau konstruksi yang seharusnya menjadi isinya, maka
dikatakan tes tersebut memiliki validitas konstruksi yang tinggi (Masidjo,1995:
224).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Untuk menghitung validitas butir soal angket ini digunakan rumus
sebagai berikut:
( ){ }å å å åå å å=
2222hitung
Y - YN}X)( - X{N
Y)X)(( - XY)N( r
di mana :
rhitung = koefisien korelasi
ΣX = jumlah skor item
ΣY = jumlah skor total (seluruh item)
N = jumlah responden
taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria validitas
suatu tes (rxy), sebagai berikut :
0,91 – 1,00 = sangat tinggi
0,71 – 0,90 = tinggi
0,41 – 0,70 = cukup
0,21 – 0,40 = rendah
negatif – 0,20 = sangat rendah (Masidjo, 1995: 243).
kriteria item soal dinyatakan valid jika rxy ≥ rtabel. Sedangkan kriteria item
dinyatakan tidak valid jika rxy < rtabel.
Hasil rangkuman validitas skala sikap untuk instrument penilaian afektif
dapat dilihat dalam tabel 7. Untuk hasil yang lebih lengkap dapat dilihat dalam
lampiran .
Tabel 7. Rangkuman validitas instrumen penilaian afektif
Jenis Penilaian Jumlah soal Tidak valid Valid
Afektif 50 13 37
2) Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas suatu instrumen dapat digunakan rumus
Kuder-Richardson 20 (K-R 20), yaitu :
÷÷ø
öççè
æ -÷øö
çèæ= å
2
2
11 S
pqS
1 -n n
r (Suharsimi Arikunto, 2002: 98)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dimana : r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p)
Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes
kriteria reliabilitasnya adalah :
0,91 – 1,00 : sangat tinggi
0,71 – 0,90 : tinggi
0,41 – 0,70 : cukup
0,21 – 0,40 : rendah
negatif – 0,20 : sangat rendah (Masidjo, 1995: 209).
r11 > rtabel = soal dinyatakan reliabel pada taraf signifikan 5%
Sedangkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen penilaian afektif dapat
dilihat dalam tabel 8.
Tabel 8. Rangkuman reliabilitas instrumen penilaian afektif
Jenis Penilaian Jumlah soal Harga r11 Kriteria
Afektif 50 0.90809 Reliabilitas sangat tinggi
G. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji sampel penelitian berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal. Statistik uji yang digunakan
adalah Uji Lilliefors dengan rumus :
Lo =│F (Zi) – S (Zi)│, i = 1, 2, 3, ….
dimana : Lo = koefisien Lilliefors pengamatan
Zi = skor standar
S(Zi) = banyaknya Z1, Z2,…, Zn < Zi dibagi n
F(Zi) = P(Z ≤ Zi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Adapun langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan terhadap X1, X2, …, Xn dijadikan angka baku Z1, Z2, …, Zn
dengan menggunakan rumus :
( )SD
XXZ i
i
-= , dengan X merupakan rata-rata dan SD adalah simpangan
baku yang dihitung dengan rumus : SD = 1) -(n -n
)X( - Xn 2i
2iå å .
2. Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai yang
tertinggi.
3. Untuk setiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku,
dihitung peluang F (Zi) = P (Z ≤ Zi).
4. Menghitung perbandingan antara nomor subjek (i) dengan jumlah subjek (n)
atau S (Zi) = i / n
5. Mencari selisih antara F (Zi) – S (Zi) dan menentukan harga mutlaknya.
Mengambil harga terbesar diantara harga mutlaknya dan disebut Lo, dengan
rumus : Lo =│F (Zi) – S (Zi)│ (Sudjana, 2005 : 466 – 469)
kriteria :
Lo ≥ Ltabel, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
Lo < Ltabel, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui cacah kelompok populasi yang mempunyai variansi
sama digunakan uji homogenitas variansi populasi. Uji homogenitas bertujuan
untuk mengetahui apakah suatu sampel berasal dari populasi yang homogen
atau tidak. Harga varians antar kelompok pada penelitian ini tidak dapat diketahui,
maka uji homogenitasnya menggunakan uji Bartlett, yaitu;
χ2= ( ln 10) {B-∑.(ni-1) log Si2
Dimana :
S2 = åå
-
-
)1(
)1( 2
ni
Sini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
B = (log S2) ∑(ni-1)
Keterangan :
N = Banyaknya sampel tiap kleompok
S2 = Variansi hipotesis
Ho = σ2i2=σ2=.........= σk2
Hi = paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
Kriteria :
Tolak Ho jika χ2hitung < χ2 (1-α)(k-1)di dapat dari daftar distribusi t dengan
peluang (1-α) dan dk=(k-1) (Sudjana, 2005:243)
2. Uji Hipotesis
Pengujian kesamaan dua rata-rata dilakukan dengan uji pihak kanan,
dimana yang diuji adalah Ho:µ1=µ2
Hi :µ1>µ2
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian uji t-test pihak
kanan. Dengan syarat data harus terdistribusi normal dan variansi dengan
populasi homogen.
÷÷ø
öççè
æ+
-=
(2)(1)
(2)(1)
n1
n1
XX
s
t
Keterangan
x = mean prestasi kelompok
S = simpangan
n = jumlah sampel kelompok eksperimen
Dengan simpangan baku gabungan:
S2 = 2
)1()1(
21
222
21
-+-+-
nnsnsin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Keterangan:
Xi dan 2X : rata-rata nilai postest kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
n1 dan n2 :jumlah sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
S12 dan S2
2 : variansi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
S2 : Simpangan baku gabungan
kriteria pengujian : thitung < ttabel, maka hipotesis nol diterima
thitung ≥ ttabel, maka hipotesis nol ditolak
(Sudjana, 2005 : 239)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang dihasilkan akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data
nilai pretes dan prestasi belajar siswa pada pelajaran Kimia materi pokok
perhitungan kimia. Prestasi belajar siswa meliputi aspek kognitif dan aspek
afektif. Data-data tersebut diambil dari satu kelompok eksperimen yang diajar
dengan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement
Divisions) dilengkapi modul dan satu kelompok kontrol yang diajar dengan
metode konvensional (ceramah). Jumlah siswa yang dilibatkan dalam penelitian
ini adalah 76 siswa dari kelas X1 dan X2 Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
Karanganyar tahun ajaran 2008/2009. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini disajikan
deskripsi data penelitian masing-masing variabel.
1. Prestasi Belajar Materi Pokok Perhitungan Kimia Kelas Eksperimen
Data penelitian mengenai prestasi belajar meliputi aspek kognitif dan
afektif siswa pada pokok bahasan Perhitungan Kimia. Sampel berjumlah 38
siswa yang berasal dari kelas X1. Data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran. Sedangkan deskripsi data penelitian secara ringkas dapat dilihat
pada tabel 9.
2. Prestasi Belajar materi Pokok perhitungan Kimia Kelas Kontrol
Data penelitian mengenai prestasi belajar meliputi aspek kognitif dan
afektif siswa pada pokok bahasan Perhitungan Kimia. Sampel berjumlah 38
siswa yang berasal dari kelas X2. Data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran. Sedangkan deskripsi data penelitian secara ringkas dapat dilihat
pada tabel 9.
Tabel 9. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian
Uraian Eksperimen Kontrol Rata-rata Pretes Kognitif Rata-rata Postest Kognitif Rata-rata Selisih Nilai Kognitif Rata-rata Nilai Afektif
41,68 71,68 30,00 124,9
39,47 63,79 24,32 114,3
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Data penelitian berikut dinyatakan dengan set distribusi untuk
mempermudah pengamatan hasil penelitian.
1. Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Siswa Kelas Eksperimen Dan Kelas
Kontrol
Distribusi frekuensi perbandingan selisih nilai kognitif siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada materi pokok Perhitungan Kimia disajikan
dalam tabel 10 dan histogramnya dapat dilihat pada gambar 3.
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Siswa
Kelas Eksperimen dan Siswa Kelas Kontrol
No Kelas
Interval Nilai
Tengah Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
F mutlak F Relatif (%) F mutlak F Relatif (%)
1 4.0 - 10.0 7.0 1 2.63% 2 5.26% 2 10.1 - 16.1 13.1 7 18.42% 8 21.05% 3 16.2 - 22.2 19.2 3 7.89% 7 18.42% 4 22.3 - 28.3 25.3 4 10.53% 11 28.95% 5 28.4 - 34.4 31.4 7 18.42% 4 10.53% 6 34.5 - 40.5 37.5 13 34.21% 3 7.89% 7 40.6 - 46.6 43.6 2 5.26% 1 2.63% 8 46.7 - 52.7 49.7 1 2.63% 2 5.26%
Jumlah 38 100.00% 38 100.00%
12
7
8
3
7
4
11
74
13
3
2 1 12
0
5
10
15
Fre
kuen
si
7,0 13,1 19,2 25,3 31,4 37,5 43,6 49,7
Nilai Tengah
Eksperimen Kontrol
Gambar 3. Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Siswa Kelas
Eksperimen dan Siswa Kelas Kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Perbandingan Nilai Afektif Siswa Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
Distribusi frekuensi perbandingan nilai afektif siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol disajikan dalam tabel 11 dan histogramnya dapat dilihat
pada gambar 4.
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Perbandingan Nilai Afekitif Siswa Kelas
Eksperimen Dan Siswa Kelas Kontrol
No Kelas Interval
Nilai Tengah
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol F mutlak F Relatif (%) F mutlak F Relatif (%)
1 100.0 – 105.8 102.9 2 5.26% 10 26.32%
2 105.9 - 111.7 108.8 4 10.53% 7 18.42%
3 111.8 – 117.6 114.7 4 10.53% 10 26.32%
4 117.7 – 123.5 120.6 7 18.42% 4 10.53%
5 123.6 – 129.4 126.5 7 18.42% 2 5.26%
6 129.5 – 135.3 132.4 7 18.42% 4 10.53%
7 135.4 – 141.2 138.3 5 13.16% 1 2.63%
8 141.3 – 147.1 144.2 2 5.26% 0 0.00%
Jumlah 38 100.00% 38 100.00%
2
10
4
7
4
10
7
4
7
2
7
4 5
12
00
5
10
Fre
kuen
si
102,9 108,8 114,7 120,6 126,5 132,4 138,3 144,2
Nilai Tengah
Eksperimen Kontrol
Gambar 4. Histogram Perbandingan Nilai Afekitif Siswa Kelas Eksperimen Dan
Siswa Kelas Kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
B. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum melaksanakan analisis uji-t pihak kanan untuk menguji
hipotesis penelitian perlu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan
uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Teknik uji normalitas yang digunakan adalah teknik uji
normalitas Lilliefors. Sampel yang diuji dibedakan menjadi dua kelas yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 12. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif
No Kelompok
Siswa Jumlah Harga L Kesimpulan
Berdistribusi Hitung Tabel 1 2
Eksperimen Kontrol
38 38
0,1217 0,1172
0,1437 0,1437
Normal Normal
Hasil selengkapnya ada di lampiran
Tabel 13. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Afektif
No Kelompok
Siswa Jumlah Harga L Kesimpulan
Berdistribusi Hitung Tabel 1 2
Eksperimen Kontrol
38 38
0,0612 0,1234
0,1437 0,1437
Normal Normal
Hasil selengkapnya ada di lampiran.
Dari tabel nilai kritik L dengan taraf signifikansi 5 % dan nilai N = 38
didapatkan harga L tabel = 0,1437. Dari tabel-tabel diatas dapat diketahui bahwa
harga statistik uji Lhitung kurang dari L tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas metode Bartlett
pada taraf signifikansi 5% seperti tertera dalam lampiran. Hasil uji homogenitas
terangkum pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 14. Ringkasan hasil Uji Homogenitas Varian Prestasi Belajar Kognitif pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol pada Materi Pokok Perhitungan
Jumlah Sampel
Derajat Kebebasan
Harga X2 Kesimpulan
Hitung Tabel
2 74 0,0076 3,84 Varian Homogen Hasil selengkapnya ada di lampiran. Tabel 15. Ringkasan hasil Uji Homogenitas Varian Prestasi Belajar Afektif pada
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol pada Materi Pokok Perhitungan Kimia
Jumlah Sampel
Derajat Kebebasan
Harga X2 Kesimpulan
Hitung Tabel
2 74 0, 0350 3,84 Varian Homogen Hasil selengkapnya ada di lampiran
Dari tabel-tabel diatas dapat diketahui bahwa harga X2 hitung kurang dari
X2 tabel atau berada diluar daerah kritik, sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampel berasal dari populasi yang homogen.
C. Hasil Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa data kuantitatif atau
angka-angka, sehingga dalam menganalisisis data digunakan uji statistik. Adapun
pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan uji beda rerata (uji-t pihak
kanan) pada taraf signifikansi 5%.
1. Uji Hipotesis untuk selisih nilai kognitif antara kelas eksperimen kelas
kontrol. H0 : µ1 < µ2, rata-rata nilai prestasi kognitif kelas eksperimen lebih rendah
atau sama dengan kelas kontrol.
H0 : µ1 > µ2, rata-rata nilai prestasi kognitif kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Berdasarkan perhitungan dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji-t Pihak Kanan Selisih Nilai Kognitif Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelompok Sampel n Rata-rata Variansi t
Kelompok Eksperimen
Kelompok kontrol
38
38
30,00
24,32
107,89
111,03 2,3682
Hasil selengkapnya ada di lampiran Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 2,3682 setelah dikonsultasikan
dengan tabel distribusi t pada taraf signifikan 0,05 didapat harga t tabel = 1,67.
Jadi, keputusan uji : t hitung > t tabel (2,3682 > 1,67). Kesimpulan : Hipotesis nol
(Ho) ditolak. Dengan demikian rata-rata nilai kognitif siswa kelas eksperimen
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team
Achievement Divisions) dilengkapi modul lebih tinggi dari pada nilai rata-rata
siswa kelas kontrol.
2. Uji Hipotesis untuk nilai afektif antara kelas eksperimen kelas kontrol.
H0 : µ1 < µ2, rata-rata nilai prestasi afektif kelas eksperimen lebih rendah
atau sama dengan kelas kontrol.
H0 : µ1 > µ2, rata-rata nilai prestasi afektif kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol.
Berdasarkan perhitungan dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 17. Ringkasan Hasil Uji-t Pihak Kanan Nilai Afektif Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol Kelompok Sampel n Rata-rata Variansi t
Kelompok Eksperimen
Kelompok kontrol
38
38
124,95
114,37
120,92
113,70 4,2575
Hasil selengkapnya ada di lampiran.
Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 4,2575 setelah dikonsultasikan
dengan tabel distribusi t pada taraf signifikan 0,05 didapat harga t tabel = 1,67.
Jadi, keputusan uji : t hitung > t tabel (4,2575> 1,67). Kesimpulan : Hipotesis nol
(Ho) ditolak. Dengan demikian rata-rata nilai afektif siswa kelas eksperimen
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Achievement Divisions) dilengkapi modul lebih tinggi dari pada nilai rata-rata
siswa kelas kontrol.
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kimia
menggunakan metode kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions)
dilengkapi modul siswa MAN Karanganyar kelas X semester I tahun ajaran
2008/2009. Prestasi belajar siswa dalam hal ini meliputi prestasi belajar aspek
kognitif dan aspek afektif. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X1 sebagai kelas eksperimen dan X2 sebagai kelas kontrol
yang diperoleh dengan teknik random sampling. Adapun rata-rata nilai pretes
siswa kelas X1 adalah 41,68 dan kelas X2 adalah 39,47. Berdasarkan hasil uji
prasyarat analisis menunjukkan bahwa kedua sampel setara. Nilai pretest
digunakan sebagai dasar dalam pembentukan kelompok agar kelompok bersifat
heterogen. Setelah pembelajaran selesai dilakukan postest untuk mengukur
aspek kognitif siswa dan mengisi angket kecakapan hidup untuk aspek afektif.
Setelah dilakukan uji hipotesis diketahui bahwa pembelajaran kimia
menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team
Achievement Divisions) dilengkapi modul dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa pada materi pokok perhitungan kimia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
menggunakan analisis uji-t pihak kanan, dimana harga t hitung lebih besar
daripada harga t tabel (t hitung yaitu 2,3682 dan t tabel 1,67. Dengan banyak siswa
masing-masing 38 siswa).
Materi perhitungan kimia berisi hukum-hukum dasar kimia, konsep-
konsep, dan rumus- rumus dengan berbagai hubungan serta reaksi - reaksi kimia,
sehingga perlu banyak latihan dalam mempelajarinya. Dalam mempelajari materi
tersebut sering ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan
soal-soal hitungan kimia, sehingga materi pelajaran tersebut penyampaiannya
tidak cukup hanya dengan metode konvensional saja, maka perlu materi tersebut
dikemas dalam bentuk metode pembelajaran kooperatif agar siswa dapat saling
berdiskusi dalam kelompok, saling berargumen dalam memecahkan konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
materinya bersama siswa yang lain dalam kelompoknya, hal ini diharapkan untuk
menbantu tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal. Dari metode
pembelajaran kooperatif yang telah banyak dikembangkan dalam penelitian
berkesimpulan bahwa metode ini dapat memberikan hasil prestasi balajar yang
baik. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan penelitian ini yang menggunakan
metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions)
dilengkapi modul didapatkan hasil belajar siswa untuk aspek kognitif banyak
ditemukan siswa yang tuntas (kelas eksperimen) dibandingkan dengan kelas yang
menggunakan metode pembelajaran konvensional (kelas kontrol), dengan rara-
rata kelas yang banyak melampaui batas tuntasnya yaitu rata-rata kelas 71,68,
sedangkan untuk kelas kontrol rata-rata 63,79. Dan juga pada aspek afektifnya
nilai rata-rata lebih tinggi untuk kelas eksperimen daripada kelas kontrol tersebut.
Metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement
Divisions) merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran Kooperatif yang
menekankan pada keberhasilan target kelompok dengan asumsi bahwa target
hanya dapat dicapai jika setiap anggota tim berusaha menguasai subyek yang
menjadi bahasannya, dimana metode pembelajaran kooperatif STAD (Student
Team Achievement Divisions) ini memotivasi siswa untuk saling membantu
anggota kelompoknya dalam menguasai konsep materi tersebut sehingga tercipta
semangat dalam sistem kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu
tanpa mengorbankan aspek kooperatif, hal tersebut terlihat dalam proses
pembelajarannya yang berlangsung di kelas, dalam proses pembelajarannya
menjadi aktif dan mudah untuk memahami konsep-konsep pada materi tersebut
Selanjutnya untuk menunjang dalam proses metode pembelajaran kooperatif
STAD ini juga siswa diberikan bentuk media yang berupa modul yang membantu
siswa belajar dalam kelompoknya sekaligus siswa dapat belajar secara mandiri
ketika berada diluar kelas. Maka dari itu pada metode pembelajaran kooperatif
STAD ini yang dilengkapi modul diperoleh hasil prestasi belajar yang meningkat
sesuai dengan tujuan dalam penelitian, baik dari aspek kognitif maupun aspek
afektifnya diperoleh hasil rata-rata kelas eksperimen yang lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Pada pembelajaran dengan metode konvensional yang diterapkan pada
kelas kontrol hanya menjadikan siswa menjadi pendengar dan pencatat yang
baik. Siswa akan merasa bosan dan berkurang konsentrasinya, karena
penyampaian materi bersifat verbal. Siswa kurang terpacu mempelajari materi
pelajaran secara mendalam karena mereka terbiasa hanya menerima apa yang
disampaikan guru. Berdasarkan pengamatan peneliti pada kelas kontrol, tampak
bahwa siswa mengerjakan soal-soal tersebut kurang bersemangat dan hanya
menjalankan rutinitas belajar sehari-hari. Munculnya sikap tersebut mungkin
karena siswa menganggap bahwa guru akan menyampaikan semua materi yang
mereka butuhkan. Dengan demikian, metode konvensional membuat siswa
tidak mandiri dalam belajar, hal ini tidak ditemui pada kelas eksperimen yang
mendapat pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD
(Student Team Achievement Divisions)dilengkapi modul. Merujuk pada hasil
pengamatan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode tersebut telah mampu mengaktifkan siswa untuk belajar.
Berdasarkan kendala yang muncul pada saat proses belajar mengajar,
kemampuan seorang guru dalam mengelola kelas menjadi faktor penting lainnya
yang menentukan keberhasilan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
sebagai metode pembelajaran. Kendala utama yang dihadapi guru dalam
melaksanakan pembelajaran adalah menggerakkan seluruh siswa untuk aktif
berpartisipasi dalam kerja kelompok pada proses belajar mengajar. Pada
penelitian dijumpai beberapa siswa kurang aktif mengikuti proses belajar
mengajar, terutama ketika berdiskusi untuk menyumbangkan ide dalam
menjawab pertanyaan. Hal tersebut dapat diatasi dengan mengingatkan bahwa
perhatian dan partisipasi aktif seluruh siswa dalam menjawab pertanyaan yang
membuat mereka terlatih menyelesaikan soal-soal yang akan berimbas pada
kemampuan mereka menjawab soal-soal evaluasi belajarnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan metode lain, yaitu:
e. Meningkatkan kemampuan siswa;
f. Meningkatkan rasa percaya diri;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
g. Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan keahlian dan pengetahuan;
h. Memperbaiki hubungan antar kelompok.
Disamping itu ada juga kelemahannya, yaitu:
a. Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakannya;
b. Bila terjadi persaingan negatif, maka hasilnya akan buruk.
Dari hasil analisis uji-t pihak kanan, prestasi belajar siswa untuk aspek
afektif pada pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions) dilengkapi modul
diperoleh harga t hitung yaitu 4,2575 lebih besar dari pada harga t tabel yaitu 1,67.
Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran kimia menggunakan
metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions)
dilengkapi modul efektif meningkatkan prestasi belajar siswa baik dari aspek
kognitif maupun aspek afektifnya
Aspek afektif dalam pembelajaran ini mencakup watak perilaku seperti
sikap, minat, konsep diri, moral dan nilai. Seorang siswa akan sulit mencapai
keberhasilan studi secara optimal apabila siswa tersebut tidak memiliki minat
pada pelajaran tertentu, dalam hal ini adalah pelajaran kimia. Pengembangan
aspek afektif dalam pembelajaran ini lebih diarahkan pada pengembangan sikap
ilmiah siswa yang meliputi sikap, minat, konsep diri, moral dan nilai kearah
yang lebih baik.
Dari pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team
Achievement Divisions) dilengkapi modul dapat menjadikan siswa lebih aktif
dalam proses pembelajarannya dan siswa mudah untuk memahami konsep pada
materi perhitungan kimia yang dipecahkan dalam kerja kelompok untuk
menguasai konsep sendiri dari materi yang dipelajari, sehingga akan lebih
mudah diingat, serta membantu dalam mengerjakan soal sebagai proses
evaluasi belajarnya. Oleh karena itu pembelajaran kimia menggunakan metode
pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions) dilengkapi
modul efektif meningkatkan prestasi belajar siswa baik dari aspek kognitif
maupun afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia
menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team
Achievement Divisions) dilengkapi modul efektif meningkatkan prestasi belajar
siswa baik dari aspek kognitif maupun afektif. Hal ini dapat dilihat dari uji–t
pihak kanan pada taraf signifikansi 5 % yang menunjukkan harga uji-t dari selisih
nilai aspek kognitif yaitu : t hitung = 2,3682 lebih besar dari t tabel= 1,67,
sedangkan harga uji-t dari nilai aspek afektif yaitu :t hitung = 4,2575 lebih besar
dari t tabel = 1,67.
B. Implikasi Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menimbulkan suatu pemikiran
agar dalam proses pembelajaran, guru dapat memilih metode pembelajaran serta
media pembelajaran yang dapat membantu mengembangkan potensi siswa agar
dapat menemukan dan memahami konsep yang ada dalam pembelajaran
khususnya dalam materi perhitungan kimia. Untuk itu metode pembelajaran
kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions) dilengkapi modul dapat
digunakan sebagai suatu alternatif bagi pendidik untuk membantu dalam proses
mengembangkan potensi siswa kearah pembelajaran yang lebih baik.
C. Saran-saran
Pada kesempatan ini penulis ingin mengajukan saran-saran yang
sekiranya dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi dunia pendidikan dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa.
1. Penerapan metode pembelajaran dengan penggunaan metode
pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions)
dilengkapi modul dalam pembelajaran kimia seperti diuraikan dalam
penelitian ini, hendaknya dapat dijadikan salah satu alternatif untuk
meningkatkan prestasi dan motivasi belajar kimia bagi siswa.
2. Penulis berharap kepada peneliti-peneliti yang lain untuk mencobakan
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
hal serupa pada populasi yang lebih besar atau pada mata pelajaran yang
lain. 3. Kepada guru disarankan agar dalam pembelajaran di kelas selalu
mengupayakan penggunaan media atau metode yang menarik bagi siswa
sehingga dapat meningkatkan minat, perhatian, dan motivasi siswa untuk
memahami materi yang diajarkan.