85
EFEKTIVI TAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENDEKATAN REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION (RME) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA Tesis Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika Oleh : RIA NOVIANA AGUS S850209116 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Efektivitas Pembelajaran Matematika

Citation preview

  • EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI

    PENDEKATAN REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION

    (RME) DENGAN PEMECAHAN MASALAH DAN

    PENDEKATAN REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION

    (RME) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

    Tesis

    Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister

    Program Studi Pendidikan Matematika

    Oleh :

    RIA NOVIANA AGUS

    S850209116

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2010

  • ii

    EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI

    PENDEKATAN REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION

    (RME) DENGAN PEMECAHAN MASALAH DAN

    PENDEKATAN REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION

    (RME) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

    Disusun oleh :

    Ria Noviana Agus

    S850209116

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Dr. Mardiyana, M.Si. Drs. Pangadi, M.Si.

    NIP. 19660225 199302 1 002 NIP. 19571012 199103 1 001

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,

    Dr. Mardiyana, M.Si.

    NIP. 19660225 199302 1 002

  • iii

    EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI

    PENDEKATAN REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION

    (RME) DENGAN PEMECAHAN MASALAH DAN

    PENDEKATAN REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION

    (RME) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

    Disusun oleh :

    Ria Noviana Agus

    S850209116

    Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji

    Pada Tanggal ........................................

    Jabatan Nama Tanda Tangan

    Ketua Drs. Tri Atmojo Kusmayadi, M.Sc., Ph.D ........................

    Sekretaris Dr. Riyadi, M.Si ........................

    Anggota Penguji :

    1. Dr. Mardiyana, M.Si .........................

    2. Drs. Pangadi, M.Si ..........................

    Mengetahui

    Direktur PPs UNS Ketua Program Studi

    Pendidikan Matematika

    Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si

    NIP.19570820 198503 1004 NIP. 19660225 199302

    1002

  • iv

    PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

    Nama : Ria Noviana Agus

    NIM : S850209116

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :

    EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI

    PENDEKATAN REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN

    PEMECAHAN MASALAH DAN PENDEKATAN REALISTICS

    MATHEMATICS EDUCATION (RME) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

    SISWA

    adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis

    ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian

    hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

    akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

    Surakarta, ...........................

    Yang membuat pernyataan

    Ria Noviana Agus

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Tesis ini kupersembahkan kepada:

    1. Bapak dan Ibuku yang tercinta

    2. Adikku yang tersayang

    3. Rekan-rekan guru matematika

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan, atas anugerah dan

    kasihNya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang

    berjudul: EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI

    PENDEKATAN REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN

    PEMECAHAN MASALAH DAN PENDEKATAN REALISTICS

    MATHEMATICS EDUCATION (RME) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

    SISWA.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah banyak

    melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis

    menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana

    Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian

    dan kesempatan belajar yang seluas-luasnya untuk menyelesaikan tesis ini.

    2. Dr. Mardiyana, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

    Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen

    Pembimbing I yang telah memberikan saran, bimbingan, dan dorongan

    sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.

    3. Drs. Pangadi, M.Si selaku pembimbing II dalam penyusunan tesis ini, yang

    telah memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berguna dalam

    penyusunan tesis ini, sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

    4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program

    Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak

    memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam

    menyelesaikan tesis ini.

    5. Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Klaten yang telah memberikan

    ijin untuk melakukan penelitian SMP di kabupaten Klaten.

    6. Kepala SMP Negeri 2 Karanganom yang telah memberikan ijin untuk uji

    coba instrumen penelitian, yang diperlukan dalam penyusunan tesis ini.

  • vii

    7. Kepala Sekolah SMP N 1 Karanganom, SMP N 2 Ceper dan SMP N 6 Klaten

    yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai kemudahan, sehingga

    tesis ini dapat penulis selesaikan.

    8. Rekan guru SMP N 1 Karanganom, SMP N 2 Ceper dan SMP N 6 Klaten

    yang telah membantu dalam penelitian ini.

    9. Teman-teman mahasiswa angkatan 2009 Program Studi Pendidikan

    Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

    telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat

    menyelesaikan tesis ini.

    10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini,

    yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

    Surakarta, ........................

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    JUDUL.....................................................................................................

    PENGESAHAN PEMBIMBING............................................................

    PENGESAHAN TESIS...........................................................................

    PERNYATAAN......................................................................................

    MOTTO dan PERSEMBAHAN..............................................................

    KATA PENGANTAR..............................................................................

    DAFTAR ISI............................................................................................

    DAFTAR TABEL....................................................................................

    DAFTAR LAMPIRAN............................................................................

    ABSTRAK...............................................................................................

    ABSTRACT...............................................................................................

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah..........................................................

    B. Identifikasi Masalah.................................................................

    C. Pemilihan Masalah...................................................................

    D. Pembatasan Masalah

    E. Perumusan Masalah.................................................................

    F. Tujuan Penelitian ....................................................................

    G. Manfaat Penelitian...................................................................

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Prestasi Belajar Matematika................................................

    1. Prestasi..........................................................................

    2. Belajar..........................................................................

    3. Prestasi Belajar Matematika.........................................

    B. Realistics Mathematics Education Realistik (RME)...........

    C. Pemecahan Masalah............................................................

    D. Gaya Belajar........................................................................

    E. Penelitian yang Relevan......................................................

    F. Kerangka Berpikir................................................................

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    viii

    x

    xi

    xii

    xiii

    1

    4

    4

    5

    5

    5

    6

    7

    7

    7

    7

    9

    13

    16

    19

    20

  • ix

    G. Hipotesis..............................................................................

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Subyek, Tempat dan waktu Penelitian................................

    B. Jenis Penelitian....................................................................

    C. Populasi dan Sampel............................................................

    1. Populasi..........................................................................

    2. Teknik Pengambilan Sampel..........................................

    D. Metode Pengumpulan Data.................................................

    1. Variabel Penelitian.......................................................

    2. Jenis Metode Pengumpulan Data.................................

    3. Uji Coba Angket...........................................................

    4. Uji Coba Tes Prestasi Belajar.......................................

    E. Teknik Analisis Data...........................................................

    1. Uji Prasyarat...................................................................

    2. Uji Hipotesis...................................................................

    F. Uji Komparasi Ganda..........................................................

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................

    A. Uji Keseimbangan...............................................................

    B. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen angket....................

    C. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen tes prestasi.............

    D. Deskripsi Data Prestasi Belajar...........................................

    E. Analisis Variansi..................................................................

    F. Uji lanjut Pasca Anava.........................................................

    G. bahasan Hasil Penelitian......................................................

    H. Keterbatasan Penelitian.......................................................

    BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

    A. Kesimpulan..........................................................................

    B. Implikasi..............................................................................

    C. Saran....................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

    22

    24

    24

    25

    25

    26

    29

    29

    30

    31

    33

    35

    35

    37

    42

    44

    45

    47

    48

    49

    54

    52

    59

    60

    60

    62

    64

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 1.1 Prestasi hasil Belajar Matematika...............................................

    Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ................................................................

    Tabel 3.2 Data Amatan Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi ....................

    Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan............................................................

    Tabel 3.4 Rangkuman analisis Variansi.......................................................

    Tabel 4.1 Statistik Diskriptif Data Kemampuan awal Siswa.......................

    Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Normalitas danTes Kemampuan Awal..........

    Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Homogenitas Kemampuan Awal...................

    Tabel 4.4 Rangkuman Nilai Reabilitas Gaya Belajar .................................

    Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Konsistensi Internal Gaya Belajar.................

    Tabel 4.6 Deskripsi data prestasi Berdasarkan pendekatan Pembelajaran..

    Tabel 4.7 Deskripsi data prestasi Berdasarkan Gaya Belajar......................

    Tabel 4.8 Deskripsi data prestasi Berdasarkan pendekatan Pembelajaran

    dan Gaya Belajar............................................................................

    Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Uji Nomalitas Prestasi....................................

    Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Tes Prestasi.......................

    Tabel 4.11 Rangkuman Uji Hipotesis..........................................................

    Tabel 4.12 Rataan masing-masing sel..........................................................

    Tabel 4.13 Rangkuman Komparasi Ganda antar Sel...................................

    2

    25

    38

    39

    42

    44

    44

    45

    46

    46

    48

    48

    49

    50

    50

    51

    52

    52

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Hal

    Lampiran 1 : Data Kemampuan Awal............................................................ 67

    Lampiran 2 : Uji Keseimbangan ..................................................................... 71

    Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran1 2 3 ................................. 83

    Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 dan 5 ............................ 105

    Lampiran 5 : Kisi-kisi Uji Coba Angket Gaya Belajar................................... 119

    Lampiran 6 : Soal Uji Coba Angket Gaya Belajar ......................................... 120

    Lampiran 7 : Lembar Validasi Instrumen Uji Coba Angket Gaya Belajar .... 123

    Lampiran 8 : Hasil Perhitungan Instrumen Gaya Belajar............................... 125

    Lampiran 9 : Kisi-kisi uji coba tes prestasi gaya belajar................................ 130

    Lampiran 10 : Soal Uji Coba Instrumen tes prestasi Belajar ......................... 133

    Lampiran 11 :Lembar Validitas Instrumen Uji Coba Tes Prestasi Belajar ..... 137

    Lampiran 12 : Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar................................. 139

    Lampiran 13 : Soal Angket Gaya Belajar Matematika ................................... 143

    Lampiran 14 : Soal Tes Prestasi Belajar.......................................................... 146

    Lampiran 15 : Data penelitian ......................................................................... 152

    Lampiran 16: Uji Prasyarat ............................................................................. 155

    Lampiran 17 : Uji Homogenitas ..................................................................... .169

    Lampiran 18 : Analisis Variansi Tes Prestasi Belajar ..................................... 174

    Lampiran 20: Uji Lanjut Pasca Anava ........................................................... 179

    67

    71

    83

    105

    119

    120

    123

    125

    130

    133

    137

    139

    143

    146

    152

    155

    169

    174

    179

  • xii

    ABSTRAK

    Ria Noviana Agus. S 850209116. 2010. Efektivitas Pembelajaran Matematika

    melalui Pendekatan Realistics Mathematics Education (RME) dengan Pemecahan

    Masalah dan Pendekatan Realistics Mathematics Education (RME) Ditinjau Dari

    Gaya Belajar Siswa Kelas VII SMP Kabupaten Klaten. Komisi Pembimbing I Dr. Mardiyana, M.Si. dan Pembimbing II Drs. Pangadi, M.Si. Tesis. Surakarta:

    Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas

    Maret Surakarta.

    Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah siswa yang

    diberi pembelajaran matematika melalui pendekatan RME dengan pemecahan masalah lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diberi

    pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME pada materi

    pokok segi empat, (2) Untuk mengetahui efektivitas gaya belajar siswa kelas VII

    SMP terhadap prestasi belajar matematika, (3) Untuk mengetahui apakah pada

    masing-masing dengan gaya belajar, pendekatan RME dengan pemecahan masalah akan menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan pendekatan RME.

    Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified cluster

    random sampling. Populasinya siswa kelas VII SMP Semester II tahun pelajaran

    2009/2010 yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok ekperimen I dan eksperimen II.Penelitian ini termasuk eksperimental semu. Hasil dari uji

    pendahuluan diketahui bahwa sampel dari kedua kelompok penelitian berdistibusi

    normal, variansinya homogen dan dalam keadaan seimbang sebelum diberi

    perlakuan. Pengujian hipotesis menggunakan anava dua jalan dengan sel tak

    sama, dengan taraf signifikansi 5%. Sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji prasyarat adalah sampel-sampel

    berdistribusi normal dan sampel-sampel pendekatan pembelajaran maupun

    sampel-sampel dari 3 kategori gaya belajar mempunyai variansi homogen.

    Dari hasil analisis disimpulkan bahwa: (1) prestasi belajar matematika

    siswa pada pokok bahasan segi empat melalui pendekatan RME dengan pemecahan masalah lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa dengan

    menggunakan pendekatan RME, (2) siswa pada gaya belajar visual, auditorial

    maupun kinestetik mempunyai prestasi belajar yang sama, (3.a) siswa dengan

    gaya belajar visual dan auditorial mempunyai prestasi yang sama pada

    pembelajaran melalui pendekatan RME dengan pemecahan masalah maupun pendekatan RME, sedangkan siswa dengan gaya belajar kinestetik mempunyai

    prestasi yang lebih baik pada pendekatan pembelajaran RME dengan pemecahan

    masalah daripada pendekatan RME, (3.b) pada pembelajaran melalui pendekatan RME dengan pemecahan masalah maupun dengan pendekatan RME, siswa

    dengan gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik mempunyai prestasi belajar

    matematika yang sama.

    Kata Kunci: Realistics Mathematics Education, pemecahan masalah, Gaya

    Belajar.

  • xiii

    ABSTRACT

    Ria Noviana Agus. S 850209116. 2010. The Efectivity of Mathematics Learning

    by Realistics Mathematics Education (RME) Approach Learning with problem

    solving and Realistics Mathematics Education (RME) Viewed From Learning

    Style of the seventh grade students in Klaten. The First Commission of Supervision is Dr Mardiyana, M.Si and The Second Supervision is Drs. Pangadi,

    M.Si. Thesis: Study Program of Mathematics Education, Postgraduate Program of

    Sebelas Maret University Surakarta.

    This research is aimed at finding out : (1) whether the RME approach

    learning with problem solving gave a better achievement in mathematics than RME approach learning on topic of rectangle, (2) the effectiveness types of

    learning style on mathematics achievement of the seventh grade students, (3)

    whether the RME approach learning with problem solving give a better

    achievement in mathematics than RME approach learning on students with types

    of visual, auditoriale and kinestethic learning style. Samples were taken through a cluster random sampling technique. The

    population was all of the students of second Junior High School in the academic

    year of 2009/2010. It was divided into first experiment and second experiment

    groups. This research was quasy experimental. The result of the pre-test showed

    that the samples were normally distributed, these variances homogenous and have the same initial ability. The hypotheses proposed were tested using a two-way

    Analysis of Variance with an unequal cell frequency at the significance level of

    5%. Prior to that, pre-requisite test including normality test and homogeneity test

    were conducted. The results of the test showed that the samples were normally

    distributed, and based on the approach learning and category of learning activities, the samples were derived from population with homogeneous variances.

    Based on the result of the analysis, we could conclude that : (1) the

    students achievement on topic of rectangle to RME approach learning with problem solving was better than to RME approach learning. (2) the students with

    type of visual, auditorial, kinesthic learning style had a same achievement on Mathematics, (3) the students with the type of visual and auditorial learning style

    had the same learning achievement on RME approach learning with problem

    solving even RME approach learning, but the students with type of kinesthic

    learning style have a better learning achievement RME approach learning with

    problem solving than those due to RME approach learning. (3.b) In the RME approach learning with problem solving and RME approach learning, the students

    with the types of visual, auditorial and kinesthic learning style had the same

    learning achievement on Mathematics.

    Key Words: Realistics Mathematics Education, problem solving, The type of learning style.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam era globalisasi dan serba bersaing seperti saat ini, pendidikan

    merupakan hal terpenting bagi setiap orang. Keberhasilan dunia pendidikan akan

    tergantung pada sejauh mana dikembangkan keterampilan yang tepat serta daya

    nalar yang tepat untuk menguasai kekuatan, kecepatan, kompleksitas dan

    ketidakpastian yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Oleh karena itu

    bidang pendidikan perlu dan harus mendapatkan perhatian, penanganan serta

    prioritas secara sungguh-sungguh baik oleh pemerintah, masyarakat dan para

    pengelola pendidikan pada umumnya.

    Masalah mendasar yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia

    sekarang adalah bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas

    pendidikan selalu dikaitkan dengan pencapaian prestasi belajar yang diperoleh

    peserta didik yang diidentifikasikan dengan skor hasil tes. Selain itu juga kualitas

    pendidikan tidak dapat terlepas dari kualitas proses pembelajaran yang dilakukan

    guru.

    Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan

    penting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan karena matematika digunakan

    secara luas dalam segala bidang kehidupan manusia. Oleh karena itu pelajaran

    matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada jenjang pendidikan

    mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Mutu

    pendidikan matematika mulai tahun 1975 sampai sekarang terkesan tidak

    meningkat, apabila dibandingkan dengan negara-negara yang dulu keadaannya

    relatif sama dengan Indonesia, misal Malaysia, Singapura, Philipina, dan

    sebagainya. Hal ini didukung oleh data yang dikatakan oleh Marpaung (2008:2)

    mengenai prestasi wakil-wakil Indonesia pada even-even internasional misal IMO

    (Internasional Mathematics Olympiads) hasilnya sebagai berikut:

    1. Tahun 2004 rangking 54 dari 85 peserta

    1

  • 2

    2. Tahun 2005 rangking 42 dari 91 peserta

    3. Tahun 2007 rangking 52 dari 93 peserta

    4. Tahun 2008 rangking 36 dari 101 peserta

    Sesuai dengan kenyataan bahwa nilai rata-rata Ujian Nasional matematika SMP

    Kabupaten Klaten masih menunjukkan hasil yang rendah. Berikut data nilai hasil

    Ujian Nasional matematika tingkat SMP Kabupaten Klaten yang terdiri dari 67

    SMP Negeri dan 32 SMP Swasta.

    Tabel 1.1 Prestasi hasil belajar matematika siswa SMP Kabupaten Klaten.

    Nilai

    TP 2007/2008

    Bahasa

    Indonesia

    Bahasa

    Inggris Matematika IPA

    Nilai rata-rata 7,21 7,05 6,64 6,84

    Nilai tertinggi 8,24 8,48 8,82 7,89

    Nilai terendah 5,53 5,19 4,26 4,57

    (Sumber: Unit Pelaksana Teknis Pendidikan Kabupaten Klaten tahun 2008)

    Kenyataan di lapangan transfer pengetahuan atau proses belajar mengajar

    yang dilakukan guru selama ini terlalu berorientasi pada penguasaan materi

    pelajaran dan tidak memperhatikan substansi, makna atau nilai yang terkandung

    dari materi pelajaran. Khususnya pada mata pelajaran matematika SMP materi

    bentuk bangun datar segi empat. Berdasarkan observasi terhadap peserta didik

    SMP dan guru mata pelajaran matematika, ternyata sebagian peserta didik masih

    mengalami kesulitan memahami materi bangun datar segi empat .

    Menyelesaikan soal-soal matematika yang berkaitan dengan permasalahan

    dalam kehidupan sehari-hari merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki

    siswa, utamanya pada pembelajaran matematika karena dengan kemampuan

    tersebut siswa dapat memperoleh pengetahuan lebih tentang bagaimana

    memahami suatu masalah serta mengkomunikasikan gagasan yang diperoleh baik

    untuk dirinya sendiri maupun kepada orang lain guna hidup di era global seperti

    sekarang ini, sedangkan pada dasarnya matematika adalah bahasa khusus yang

    dibentuk untuk mengkomunikasikan bahasa sehari-hari.

  • 3

    Strategi pembelajaran yang diharapkan mampu menggeser penggunaan

    model konvensional serta mengaktifkan dan mengkreatifkan siswa pada suatu

    proses pembelajaran, terutama pada pembelajaran matematika diantaranya adalah

    melalui pendekatan RME dengan pemecahan masalah dan pendekatan RME.

    Kedua pendekatan pembelajaran ini merupakan strategi baru yang sama-sama

    mengajak siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam berpikir dan

    mengkomunikasikan gagasan dalam menyelesaikan suatu persoalan matematika

    bagi siswa.

    RME dengan pemecahan masalah sebagai salah satu pendekatan baru

    dalam pembelajan matematika, juga mengajak siswa mematisasi kontekstual yaitu

    kegiatan pola pikir siswa yang dikembangkan dari hal-hal yang bersifat konkrit

    menuju hal-hal abstrak. Pembelajaran matematika dengan model realistik dengan

    pemecahan masalah pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan

    yang dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika

    sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika yang lebih baik dari masa lalu.

    Realita yang dimaksud adalah hal-hal yang nyata atau konkrit yang dapat diamati

    dan dipahami siswa dengan membayangkan, sedangkan lingkungan adalah tempat

    dimana siswa berada (Soedjadi, 2003 :108).

    Alternatif pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan

    RME. Menurut Ahmad Fauzan (2001) menyatakan bahwa RME memberikan

    kesempatan kepada kita untuk bertindak secara aktif mencari jawaban atas

    masalah yang dihadapi dan berusaha memeriksa, mencari dan menyimpulkan

    sendiri secara logis, kritis, analitis dan sistematis. Cara ini akan mendorong siswa

    untuk meningkatkan penalaran dan berpikir secara bebas, terbuka dengan senang

    hati maka akan memperdalam pengetahuannya secara mandiri. .

    Selain penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat, terdapat faktor-

    faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar matematika, diantaranya adalah

    gaya belajar siswa, gaya belajar adalah cara yang lebih disukai dalam melakukan

    kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Hasil riset

    menunjukkan bahwa murid yang belajar dengan gaya belajar mereka yang

    dominan, saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih tinggi

  • 4

    dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya

    belajar mereka (Adi W . Gunawan, 2004 :139), ada bermacam-macam gaya

    belajar siswa yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat

    diidentifikasi masalah sebagai berikut:

    1. Ada kemungkinan faktor penyebab rendahnya prestasi belajar matematika

    siswa karena penggunaan pendekatan pengajaran yang digunakan oleh guru

    kurang tepat sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pendekatan

    pengajaran yang tepat bagi siswa.

    2. Ada kemungkinan bahwa pendekatan RME dengan pemecahan masalah dapat

    meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, sehingga perlu dilakukan

    penelitian tentang penggunaan pendekatan RME dengan pemecahan masalah.

    3. Ada kemungkinan bahwa pendekatan RME dapat meningkatkan ketertarikan

    siswa pada materi matematika yang berimbas pada peningkatan prestasi belajar

    matematika, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan

    pendekatan RME pada pembelajaran matematika.

    4. Ada kemungkinan gaya belajar siswa dalam melakukan kegiatan berpikir,

    memproses, dan mengerti suatu informasi berpengaruh terhadap prestasi

    belajar matematika siswa.

    C. Pemilihan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti hanya ingin

    melakukan penelitian yang terkait dengan penelitian yang membandingkan

    prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran melalui pendekatan RME

    dengan pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan RME. Selain itu peneliti

    juga ingin meneliti permasalahan yang membandingkan gaya belajar siswa.

  • 5

    D. Pembatasan Masalah

    Agar penelitian ini mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas, maka

    perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah :

    1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah RME

    dengan pemecahan masalah pada kelas eksperimen I dan pendekatan RME

    pada kelas eksperimen II.

    2. Gaya belajar yang berdasarkan pada visual, auditorial, dan kinestetik.

    3. Hasil belajar matematika dibatasi pada materi segi empat.

    4. Subyek penelitiannya adalah peserta didik kelas VII semester II SMP Negeri

    Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010.

    E. Perumusan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

    disebutkan di atas, maka penulis merumuskan masalah yang timbul sebagai

    berikut:

    1. Apakah siswa yang diberi pembelajaran matematika melalui pendekatan RME

    dengan pemecahan masalah lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan

    dengan siswa yang diberi pembelajaran matematika melalui pendekatan RME

    pada materi segi empat?

    2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar berdasarkan pada gaya belajar siswa

    yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik?

    3. Apakah efektifitas pendekatan pembelajaran tergantung pada gaya belajar

    siswa dan apakah siswa dengan gaya belajar visual mempunyai prestasi yang

    lebih baik dibandingkan siswa dengan gaya belajar auditorial maupun

    kinestetik dan siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi yang

    lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik pada masing-masing

    pendekatan pembelajaran RME dengan pemecahan masalah dan RME?

  • 6

    F. Tujuan Penelitian

    Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak

    dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui apakah siswa yang diberi pembelajaran matematika melalui

    pendekatan RME dengan pemecahan masalah lebih baik prestasi belajarnya

    dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran matematika melalui

    pendekatan RME pada materi segi empat?

    2. Untuk mengetahui apakah gaya belajar yang dimiliki siswa memberikan

    pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika.

    3. Untuk mengetahui apakah pada siswa masing-masing dengan gaya belajar

    visual, auditorial dan kinestetik pendekatan RME dengan pemecahan masalah

    akan menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan pendekatan RME dan mengetahui apakah pada masing-

    masing pendekatan tersebut gaya belajar siswa siswa akan berpengaruh pada

    prestasi belajar siswa?

    G. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru matematika tentang

    pendekatan RME dengan pemecahan masalah dan pendekatan RME

    meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

    2. Memberikan informasi tentang implementasi pendekatan RME dengan

    pemecahan masalah dan pendekatan RME pada materi pokok bahasan segi

    empat.

    3. Memberikan masukan kepada peneliti selanjutnya, khususnya penelitian dalam

    bidang matematika.

    4. Memberi informasi kepada pengajar matematika tentang pendekatan RME

    dengan pemecahan masalah dan pendekatan RME dalam meningkatkan

    prestasi belajar matematika siswa.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Prestasi Belajar Matematika

    1. Prestasi

    Menurut Winkel (1984:162), prestasi merupakan bukti keberhasilan yang

    telah dicapai seseorang. Sedangkan Buchori (1997:85) berpendapat bahwa

    prestasi adalah hasil yang dicapai seseorang sebagai hasil belajar yang berupa

    angka, huruf serta tindakan hasil belajar yang dicapai. Adapun hasil belajar

    yang berupa angka atau huruf selain sebagai bukti hasil karya yang dicapai

    juga dapat digunakan untuk memotivasi siswa agar prestasinya lebih

    meningkat.

    Dari definisi-definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa yang

    dimaksud dengan prestasi adalah hasil karya anak yang dicapai dan merupakan

    bukti keberhasilan belajar yang berupa huruf atau angka untuk memotivasi

    siswa agar prestasinya lebih baik dalam periode tertentu.

    2. Belajar

    Belajar menurut Winkel (2004:58) adalah Suatu aktivitas mental yang

    dilakukan seseorang yang tidak dapat dilihat dari luar. Seseorang sedang

    belajar tidak dapat diketahui apa yang terjadi terhadap diri seseorang tersebut

    hanya dengan mengamati.

    Pada proses belajar ketika informasi baru diperkenalkan, pembelajaran

    akan memerlukan kesempatan ganda yang berbeda-beda untuk berpikir dan

    memproses. Beberapa kegiatan dapat dilakukan secara sendiri-sendiri, tetapi

    kerja sama dengan kawan-kawan untuk memeriksa ulang, berdiskusi dan

    membentuk pengertian merupakan teknik yang bagus (Kaufeldt, 2008:103).

    Dari pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa belajar adalah proses

    pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru, dilakukan

    lewat refleksi, pemecahan konflik, dan dialog.

  • 8

    3. Prestasi Belajar Matematika

    Beberapa pengertian prestasi belajar menurut para ahli, diantaranya

    adalah menurut Poerwoto (dalam Ridwan 2008:2) memberikan pengertian

    prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar

    sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Menurut Winkel (2004)

    mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau

    kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai

    dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17)

    prestasi belajar kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa

    dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek

    yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang

    memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga

    kriteria tersebut.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah segala sesuatu

    yang mempengaruhi proses pembelajaran. belajar menurut Slameto (2003:54-

    74) dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut:

    a. Faktor Internal, yaitu yang berasal dari dalam siswa. Faktor internal

    tersebut terdiri dari (1) faktor jasmaniah (penglihatan, pendengaran,

    kesehatan, cacat tubuh) (2) faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat,

    motivasi, kelelahan).

    b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor

    eksternal terdiri dari (1) faktor keluarga (cara orang tua mendidik) (2)

    faktor sekolah (relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, sikap

    guru, waktu sekolah) (3) faktor masyarakat.

    Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

    penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi

    belajar sebaik-baiknya. Dalam penelitian ini faktor internal yang dibahas

    adalah gaya belajar siswa sedangkan faktor eksternal adalah pendekatan

    pembelajaran.

  • 9

    B. Realistic Mathematics Education (RME)

    RME dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang

    berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas insani (human activities)

    dan harus dikaitkan dengan realitas. Berdasarkan pemikiran tersebut, RME

    mempunyai ciri antara lain, bahwa dalam proses pembelajaran siswa harus

    diberikan kesempatan untuk menemukan kembali (to reinvent) matematika

    melalui bimbingan guru, dan bahwa penemuan kembali (reinvention) ide dan

    konsep matematika tersebut harus dimulai dari penjelajahan berbagai situasi

    dan persoalan dunia real (Gravemeijer, 1994).

    Teori RME sejalan dengan teori belajar yang berkembang saat ini, seperti

    konstruktivisme dan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and

    learning, disingkat CTL). Pendekatan konstruktivitis maupun CTL mewakili

    teori belajar secara umum, sedangkan RME adalah suatu teori pembelajaran

    yang dikembangkan khusus untuk matematika. Konsep RME sejalan dengan

    kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang

    didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang

    matematika dan mengembangkan daya nalar.

    Beberapa konsepsi RME tentang siswa, guru dan tentang pengajaran

    yang diuraikan berikut ini mempertegas bahwa RME sejalan dengan paradigma

    baru pendidikan, sehingga ia pantas untuk dikembangkan di Indonesia.

    1. Konsepsi tentang siswa

    RME mempunyai konsepsi tentang siswa sebagai berikut:

    a. Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide

    matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya;

    b. Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan

    itu untuk dirinya sendiri;

    c. Pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang meliputi

    penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali, dan

    penolakan;

  • 10

    d. Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri

    berasal dari seperangkat ragam pengalaman;

    e. Setiap siswa tanpa memandang ras, budaya dan jenis kelamin mampu

    memahami dan mengerjakan matematika.

    2. Peran guru

    RME mempunyai konsepsi tentang guru sebagai berikut:

    a. Guru hanya sebagai fasilitator belajar;

    b. Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif;

    c. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif

    menyumbang pada proses belajar dirinya, dan secara aktif membantu

    siswa dalam menafsirkan persoalan nyata; dan

    d. Guru tidak terpancang pada materi yang termaktub dalam kurikulum,

    melainkan aktif mengaitkan kurikulum dengan dunia nyata, baik fisik

    maupun sosial.

    3. Konsepsi tentang pengajaran

    Pengajaran matematika dengan pendekatan RME meliputi aspek-aspek

    berikut (De Lange, 1995):

    a. Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil bagi

    siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga

    siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna;

    b. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan

    tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut;

    c. Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara

    informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan;

    d. Pengajaran berlangsung secara interaktif: siswa menjelaskan dan

    memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami

    jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya,

    menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain;

    dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau

    terhadap hasil pelajaran.

  • 11

    Pembelajaran Matematika Realistik di sekolah dilaksanakan dengan

    menempatkan realitas dan lingkungan siswa sebagai titik awal pembelajaran.

    Masalah-masalah yang nyata atau dapat dibayangkan dengan baik oleh siswa

    dan digunakan sebagai sumber munculnya konsep atau pengertian-pengertian

    matematika yang semakin meningkat. Jadi pembelajaran tidak dimulai dari

    definisi, teorema atau sifat-sifat dan selanjutnya diikuti dengan contoh-contoh,

    namun sifat, definisi, teorema itu diharapkan seolah-olah ditemukan kembali

    oleh siswa (R. Soedjadi, 2001:2). Jelas bahwa dalam pembelajaran matematika

    realistik siswa ditantang untuk aktif bekerja bahkan diharapkan agar dapat

    mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya.

    Gravermeijer (dalam Yansen Marpaung, 2001), ide utama dari RME adalah

    siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep

    matematika dengan bimbingan orang dewasa. Usaha untuk membangun

    kembali ide dan konsep matematika tersebut melalui penjelajahan berbagai

    situasi dan persoalan-persoalan realistik, dalam pengertian bahwa tidak hanya

    situasi yang ada di dunia nyata, tetapi juga dengan masalah yang dapat mereka

    bayangkan.

    RME di Indonesia diadaptasi dengan nama Pendidikan Matematika

    Realistik Indonesia (PMRI). Yansen Marpaung (2003) menyatakan bahwa

    PMRI dijabarkan menjadi 10 karakteristik yaitu ;

    1. Murid aktif, guru aktif

    2. Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan masalah-masalah dengan

    cara sendiri

    3. Guru memberi kesempatan pada siswa menyelesaikan masalah dengan cara

    sendiri

    4. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan

    5. Siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok atau secara individual

    6. Pembelajaran tidak selalu di kelas

    7. Guru mendorong terjadinya interaksi dan negoisasi, baik antara guru dan

    siswa, maupun antara siswa dengan siswa

  • 12

    8. Siswa bebas memilih representasi yang sesuai dengan struktur kognitifnya

    sewaktu menyelesaikan masalah.

    9. Guru bertindak sebagai fasilitator

    10. Menghargai pendapat siswa, termasuk pendapat itu betul atau salah.

    Dalam pembelajaran matematika realistik, kegiatan inti diawali dengan

    masalah kontekstual, siswa aktif, siswa dapat mengeluarkan ide-idenya, siswa

    mendiskusikan dan membandingkan jawabannya dengan temannya. Guru

    memfasilitasi diskusi dengan teman sebangkunya dan mengarahkan siswa

    untuk memilih suatu jawaban yang benar. Selanjutnya guru dapat meminta

    beberapa siswa untuk mengungkapkan jawabannya. Melalui diskusi kelas

    jawaban siswa dibahas/dibandingkan. Guru kemudian membantu memeriksa

    jawaban-jawaban siswa. Jawaban siswa mungkin tidak ada yang benar,

    mungkin semuanya benar atau sebagian benar sebagian salah. Jika jawaban

    benar maka guru hanya menegaskan jawaban tersebut. Jika jawaban salah guru

    secara tidak langsung memberitahu letak kesalahan siswa yaitu dengan

    mengajukan pertanyaan kepada siswa yang menjawab soal atau siswa lainnya.

    Selanjutnya siswa dapat memperbaiki jawabannya dari hasil diskusi, guru

    mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan.

    Menurut Suyitno (2004: 38), implementasi pembelajaran RME di sekolah

    adalah sebagai berikut.

    a. Guru menyiapkan beberapa soal realistik (ada kaitannya dengan kehidupan

    sehari-hari) yang akan dikerjakan siswa secara informal atau coba-coba

    karena langkah penyelesaian formal untuk menyelesaikan soal tersebut

    belum diberikan.

    b. Guru memeriksa hasil pekerjaan siswa dengan berprinsip pada penghargaan

    terhadap keberagaman jawaban dan kontribusi siswa .

    c. Guru menyuruh siswa untuk menjelaskan temuannya di depan kelas.

    d. Dengan tanya jawab, guru mungkin perlu mengulang jawaban siswa

    terutama jika ada pembiasan konsep.

  • 13

    e. Guru baru menunjukkan langkah formal yang diperlukan untuk

    menyelesaikan soal tersebut. Bisa didahului dengan penjelasan tentang

    materi pendukungnya.

    C. Pemecahan Masalah ( Problem Solving)

    Menurut Mulyono Abdurrahman (2003:254), yang dimaksud pemecahan

    masalah adalah aplikasi dan konsep keterampilan. Dalam pemecahan masalah

    biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam

    situasi baru atau situasi beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam

    situasi yang berbeda.

    Perlu diketahui bahwa suatu pertanyaan merupakan suatu masalah

    tergantung kepada individu dan waktu. Artinya suatu pertanyaan merupakan

    suatu masalah bagi seorang anak tetapi belum tentu menjadi masalah bagi anak

    lain. Pertanyaan yang dihadapkan pada siswa haruslah dapat diterima oleh

    siswa tersebut. Jadi pertanyaan itu harus sesuai dengan sruktur kognitif dan

    kemampuan anak. Dalam pemecahan masalah matematika siswa harus

    menguasai cara mengaplikasikan konsep-konsep dan menggunakan

    keterampilan dalam berbagai situasi baru yang berbeda-beda.

    Menurut Kennedy yang dikutip oleh Lovitt dalam bukunya Mulyono

    Abdurrahman (1999: 257) pemecahan masalah dalam matematika terdiri atas 4

    langkah pokok :

    1. Memahami masalah yaitu pengenalan pada apa yang diketahui atau tidak

    data yang tersedia dan apa yang ingin didapat.

    2. Menyusun rencana

    Pada langkah ini diperlukan untuk melihat hubungan antara data yang ada,

    data yang dicari dengan menggunakan alat bantu. Untuk itulah harus

    dilakukan sebuah rencana pemecahan masalah dengan memperhatikan,

    misalnya apakah siswa pernah menjumpai masalah sebelumnya, apakah

    siswa dapat menggunakan teorema untuk menyelesaikan masalah.

    3. Melaksanakan Rencana

  • 14

    Merealisasikan rencana yang telah dibuat sesuai dengan langkah-langkah

    yang ada.

    4. Memeriksa kembali

    Memastikan rencana-rencana yang sudah dibuat sesuai dengan langkah-

    langkah yang digunakan dalam pemecahan masalah.

    Menurut J. Dewey dalam bukunya Oemar Hamalik ( 2002: 176 )

    langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah:

    1. Menyadari dan merumuskan masalah

    2. Menentukan hipotesis

    3. Mengumpulkan data-data

    4. Mengetes hipotesis dengan data-data

    5. Menarik kesimpulan

    6. Melaksanakan keputusan

    Pemecahan masalah diajarkan di sekolah, karena masalah-masalah

    kuantitatif yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari tampak sebagai

    masalah biasa untuk memecahkan masalah dalam buku paket-paket SMP.

    Siswa sering melihat hubungan antara apa yang diajarkan di sekolah dengan

    apa yang terjadi dalam dunia nyata. Pemecahan masalah diajarkan di sekolah

    dapat mengurangi celah antara masalah matematika dalam kehidupan nyata

    dengan masalah matematika di kelas. Pemecahan masalah matematika akan

    mendorong siswa berpikir kreatif dan positif terhadap matematika, pemecahan

    masalah mungkin digunakan untuk melihat hubungan antara ide-ide dan

    hubungan antara matematika dengan pelajaran lainnya (Idris Harta, 2001: 174).

    Dikatakan bahwa kesulitan para siswa dalam memahami masalah

    persentasinya paling rendah dibanding langkah merencanakan, melaksanakan,

    dan memeriksa kembali. Pada dasarnya para siswa sering kali gagal melihat

    hubungan-hubungan antara data dalam saat perkataan (Idris Harta, 2001:175).

    Pendekatan Pemecahan Masalah mempunyai kelebihan dan kekurangan

    sebagai berikut :

    a. Kelebihan Pemecahan Masalah

  • 15

    1) Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan

    kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.

    2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat

    membiasakan para siswa menghadapi permasalahan di dalam

    kehidupan, dalam masyarakat dan bekerja kelak merupakan suatu

    kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.

    3) Dapat merangsang pengembangkan kemampuan berpikir siswa secara

    kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak

    melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi

    dalam rangka mencari penyelesaiannya.

    b. Kekurangan Pemecahan Masalah

    1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan

    tingkat berberpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta

    pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa sangat

    memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.

    2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering

    memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil

    waktu pelajaran lain.

    3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dan mendengarkan dan menerima

    informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir

    memecahkan masalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang

    memerlukan berbagai sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri

    bagi siswa.

    Adapun tujuan dan manfaat pemecahan masalah adalah sebagai berikut :

    a. Mengembangkan kemampuan siswa di dalam memecahkan masalah-

    masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan rasional.

    b. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan analitis.

    c. Mengembangkan sikap toleransi terhadap pendapat orang lain serta

    sikap hai-hati dalam mengemukakan pendapat (untuk pengajran

    kelompok)

  • 16

    D. Gaya Belajar

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya adalah suatu sikap untuk

    menyerap sesuatu. Gaya belajar adalah cara yang disukai dalam melakukan

    kegiatan berpikir, berproses dan mengerti suatu informasi. Hasil riset

    menunjukkan bahwa murid yang belajar dengan gaya belajar mereka yang

    dominan, saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih tinggi

    dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya

    belajar mereka (Adi W. Gunawan, 2004:139). Gaya belajar setiap orang

    merupakan kombinasi dari lima kategori yaitu :

    Lingkungan : suara, cahaya, temperatur, desain

    Emosi : motivasi, keuletan, tanggung jawab, struktur

    Sosiologi : sendiri, berpasangan, kelompok, tim, dewasa, bervariasi

    Fisik : cara pandang, pemasukan, waktu, mobilitas

    Psikologis : global/analitis, otak kiri- otak kanan, implusif/ reflektif.

    Mengetahui tipe belajar siswa membantu guru untuk dapat mendekati

    semua atau hampir semua murid hanya dengan menyampaikan informasi

    dengan gaya yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan tipe belajar siswa.

    Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap,

    kemudian ia mengatur serta mengolah informasi (DePotter, 2001:110)

    Pada awal pengalaman belajar, salah satu diantara langkah-langkah

    pertama kita adalah mengenali modalitas seseorang, yaitu berdasarkan pada

    visual (penglihatan), auditorial (pendengaran) dan kinestetik (sentuhan dan

    gerakan). Ini yang kita kenal dengan nama modalitas V-A-K.

    a. Gaya Belajar Visual

    Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan

    penting adalah mata/ penglihatan (visual). Menurut Irvine Clarke III dkk

    (2006) pelajar visual terbaik ingat apa yang mereka lihat, seperti gambar,

    diagram, flow chart, garis, waktu, film, dan demonstrasi. Dalam hal ini

    metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak atau

    dititik beratkan pada peragaan atau media. Ajak mereka ke obyek-obyek

    yang berkaitan dengan pelajaran tersebut atau dengan cara menunjukkan

  • 17

    alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan

    tulis.

    Ciri-ciri belajar visual:

    1. Rapi dan teratur.

    2. Bicara dengan tepat.

    3. Teliti terhadap detail.

    4. Mementingkan penampilan dan berpakaian/ presentasi.

    5. Tidah mudah tergantung oleh keributan.

    6. Mengingat yang dilihat dari pada yang di dengar.

    7. Lebih suka membaca daripada dibacakan.

    8. Membaca cepat dan tekun.

    9. Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai

    memilih kata-kata.

    10. Lebih suka melakukan demontrasi dai pada pidato.

    11. Mengingat dengan asosiasi visual.

    12. Lebih suka musik daripada seni.

    13. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak.

    14. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika

    ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.

    15. Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai

    memilih kata-kata.

    16. Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin

    memperhatikan.

    b. Gaya Belajar Auditorial

    Siswa yang bertipe auditorial mengandalkan kesuksesan belajarnya

    melalui telinga (alat pendengarannya). Misalkan mendengarkan ceramah

    atau penjelasan gurunya, atau mendengarkan bahan audio seperti kaset,

    dan sebagainya.

    Ciri-ciri gaya belajar auditorial:

    1. Saat bekerja suka bicara pada diri sendiri.

    2. Penampilan rapi.

  • 18

    3. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan

    dari pada yang dilihat.

    4. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.

    5. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika

    membaca.

    6. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan

    visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai dengan

    satu sama lain.

    7. Biasanya ia pembicara yang fasih.

    8. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya.

    9. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.

    c. Gaya Belajar Kinestetik

    Kecerdasan kinestetik memuat kemampuan seseorang untuk secara

    aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk

    berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.

    Ciri-ciri belajar kinestetik :

    1. Berbicara perlahan.

    2. Penampilan rapi.

    3. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan.

    4. Belajar melalui memanipulasi dan praktek.

    5. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.

    6. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca.

    7. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita.

    8. Menyukai buku-buku yang berorientasi plot mereka mencerminkan

    aksi dengan gerakan tubuh saat membaca.

    9. Kemungkinan tulisannya jelek.

    10. Ingin melakukan segala sesuatu.

    11. Menyukai permainan yang menyibukkan.

    ( De.Potter, 2001 : 120 )

  • 19

    E. Penelitian Yang Relevan

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Handoko tahun 2007, yang menyatakan bahwa

    proses pembelajaran matematika melalui Pendekatan Realistik sebagai upaya

    pemahaman konsep bangun-bangun ruang pada dasarnya dapat meningkatkan

    prestasi siswa dalam belajar matematika.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Kristiyaningsih tahun 2004, dengan judul

    Penggunaaan Pendekatan Pemecahan Masalah pada Pembelajaran matematika

    di SMU Berdasarkan Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa pada Geometri Pokok

    Bahasan Dimensi Tiga.. Diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan hasil

    belajar siswa pada pokok bahasan dimensi tiga, antara siswa yang diberi

    pengajaran pendekatan pemecahan masalah dan siswa yang diberi pengajaran

    konvensional. Dengan demikian siswa yang diberi pengajaran pendekatan

    pemecahan masalah mempunyai prestasi belajar yang baik daipada dengan

    pengajaran konvensional.

    3. Endang Rahayu (2008), mengemukakan bahwa prestasi belajar matematika

    siswa yang diberikan pendekatan pembelajaran kontruktivisme lebih baik

    daripada siswa yang diberikan pendekatan konvensional, dan siswa dengan

    gaya belajar visual lebih baik prestasi belajar matematikanya dibandingkan

    dengan gaya belajar auditif dan gaya belajar kinestetik.

    4. Gk dan Silay (2008) menyatakan bahwa rataan dari nilai prestasi dan sikap

    pada kelas eksperimen dengan menggunakan pemecahan masalah lebih tinggi

    dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode tradisional.

    5. Barnes (2004) menyatakan bahwa RME mempunyai peranan penting dalam

    mendapatkan dan mengalamatkan gambaran alternatif dari siswa.

    6. Widjaja and Heck (2003) menyatakan hasil kelas eksperimen dengan RME

    menunjukkan bahwa siswa mengalami kemajuan prestasi.

    Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan

    pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan prestasi belajar. Penggunaan

    bahan ajar yang didesain dengan baik dan gaya belajar peserta didik juga sangat

    mempengaruhi hasil belajar.

  • 20

    Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dan terdahulu

    adalah penggunaan pendekatan RME dengan pemecahan masalah, penelitian

    dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri Kabupaten Klaten pada materi segi

    empat dan dilakukan pembandingan dengan menggunakan pendekatan RME.

    Melalui observasi peneliti juga menggunakan gaya belajar siswa yaitu gaya

    belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik dalam

    meningkatkan prestasi belajar matematika.

    E. Kerangka Berpikir

    1. Pengaruh pendekatan RME dengan pemecahan masalah dan pendekatan

    RME terhadap prestasi belajar matematika

    Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Salah

    satu faktor ekstern yang perlu diperhatikan adalah pemilihan pendekatan

    pembelajaran yang tepat dan efektif. Pendekatan pembelajaran yang dipilih

    guru pada saat proses belajar mengajar sangat berpengaruh besar sekali

    terhadap keberhasilan siswa dalam memahami suatu konsep materi tertentu.

    Pendekatan pembelajaran yang baik adalah pendekatan yang disesuaikan

    dengan materi yang disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta

    tujuan pembelajaran sehingga pendekatan yang diterapkan lebih efektif.

    Materi segi empat merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran

    Matematika siswa kelas VII SMP yang diberikan pada semester kedua.

    Materi segi empat adalah materi dianggap siswa sulit untuk dipahami karena

    banyaknya bentuk bangun dalam materi ini. Untuk itu diperlukan suatu

    pendekatan pembelajaran yang mampu membantu siswa untuk memahami

    sutau konsep, memperjelas penyajian pesan, mengatasi keterbatasan ruang,

    waktu, sarana prasarana dan pelajaran dapat bermakna. Pendekatan yang tepat

    untuk materi bangun datar adalah pendekatan pembelajaran RME dengan

    pemecahan masalah dan pendekatan RME.

    Penggunaan pendekatan pembelajaran RME dengan pemecahan

    masalah dan pendekatan RME dalam penelitian ini dipilih untuk mengubah

  • 21

    gaya belajar siswa sehingga penguasaan konsep-konsep materi mudah

    dipelajari secara bermakna. Berdasarkan pemikiran tersebut diduga

    Pendekatan RME dengan pemecahan masalah lebih baik untuk meningkatkan

    prestasi belajar siswa pada materi segi empat daripada yang diajar dengan

    menggunakan pendekatan RME.

    2. Perbandingan gaya belajar visual, audiotorial dan kinestetik

    Selain pendekatan pembelajaran, gaya belajar siswa merupakan salah

    satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap prestasi siswa. Untuk

    meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus memperhatikan karakteristik

    gaya belajar siswa. Siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih senang

    belajar dengan melihat atau membaca daripada mendengarkan, biasanya

    mereka ini menyukai penyajian informasi yang runtut. Siswa dengan gaya

    belajar auditorial lebih suka mendengarkan penjelasan dari guru daripada

    membaca, mereka mengandalkan kemampuan mendengar dan mengingat.

    Sedangkan siswa dengan gaya belajar kinestetik suka belajar melalui gerakan,

    cenderung tidak suka mendengarkan ceramah, dan lebih bisa belajar terutama

    dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Selama pelajaran mereka mungkin

    bisa gelisah jika tidak bisa leluasa bergerak mengerjakan sesuatu.

    Dari uraian di atas diduga siswa dengan gaya belajar visual mempunyai

    prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar auditorial

    maupun kinestetik.

    3. Perbedaan antara pendekatan pembelajaran RME dengan pemecahan masalah

    dan pendekatan RME pada siswa yang menggunakan gaya belajar visual,

    auditorial dan kinestetik terhadap prestasi belajar matematika pada pokok

    bahasan bangun datar segi empat.

    Pendekatan pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang

    berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Gaya belajar siswa

    juga memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Karena perbedaan

    gaya belajar siswa maka ada kemungkinan bahwa suatu pendekatan

    pembelajaran tidak selalu cocok untuk semua siswa. Suatu pendekatan

    pembelajaran mungkin cocok untuk siswa dengan gaya belajar visual, tetapi

  • 22

    tidak cocok untuk siswa dengan gaya belajar auditorial dan kinestetik, dan

    sebaliknya. Siswa dengan gaya belajar visual bisa belajar terutama jika

    melihat langsung suatu benda dalam kegiatan pembelajaran matematika.

    Sehingga diduga pendekatan pembelajaran melalui RME dengan pemecahan

    masalah dan pendekatan RME memberikan prestasi lebih baik pada siswa

    dengan gaya belajar visual daripada siswa dengan gaya belajar auditorial

    maupun kinestetik.

    Berdasarkan pemikiran di atas, kerangka pemikiran dalam penelitian ini

    dapat digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 1.2 : Skema Kerangka Pemikiran

    Keterangan :

    Pendekatan Pembelajaran : 1. RME dengan pemecahan masalah

    2. RME

    Gaya Belajar : 1. Visual

    2. Auditorial

    3. Kinestetik

    Prestasi belajar : Hasil belajar matematika pada materi segi empat

    F. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir dan permasalahan yang

    diajukan, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

    Pendekatan

    Pembelajaran

    Prestasi Belajar

    Matematika

    Gaya Belajar

    Siswa

  • 23

    1. Siswa yang diberi pembelajaran matematika menggunakan pendekatan RME

    dengan pemecahan masalah mempunyai prestasi belajar lebih baik

    dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran matematika

    menggunakan pendekatan RME pada pokok bahasan segi empat.

    2. Siswa yang memiliki gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar yang lebih

    baik daripada siswa yang memiliki gaya belajar auditorial, siswa yang

    memiliki gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar yang sama daripada

    siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik, dan siswa yang memiliki gaya

    belajar auditorial mempunyai prestasi belajar yang sama daripada siswa yang

    memiliki gaya belajar kinestetik.

    3. a. Pada masing-masing gaya belajar, prestasi belajar siswa melalui

    pembelajaran pendekatan RME dengan pemecahan masalah lebih baik

    daripada prestasi belajar matematika siswa dengan dibandingkan siswa

    dengan pendekatan RME.

    b. Pada masing-masing pembelajaran melalui pendekatan RME dengan

    pemecahan masalah dan pendekatan RME, siswa dengan gaya belajar

    visual mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan

    gaya belajar auditorial maupun kinestetik.

  • 24

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat, Subyek, dan Waktu Penelitian

    1. Tempat dan Subyek Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Kabupaten Klaten Provinsi

    Jawa Tengah. Subyek penelitiannya adalah peserta didik kelas VII Semester II

    Tahun Pelajaran 2009/2010.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dibagi dalam beberapa tahap. Tahap-tahap dalam

    pelaksanaan penelitian ini adalah:

    a. Tahap Perencanaan

    Tahap perencanaan meliputi: pengajuan judul, penyusunan draf

    proposal penelitian, seminar draf proposal, instrumen penelitian dan

    pengajuan ijin penelitian

    b. Tahap Pelaksanaan

    Tahap pelaksanaan meliputi uji coba instrumen, pelaksanaan

    eksperimen dengan menerapkan pendekatan RME dengan pemecahan

    masalah dan pendekatan RME, pengambilan data dengan instrumen tes

    dan angket yang telah diuji validitas, analisis butir soal dan reliabilitasnya.

    c. Tahap Penyelesaian

    Tahap ini mencakup proses analisis data, penyusunan laporan

    penelitian dan ujian tesis.

    B. Jenis Penelitian

    1. Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu karena peneliti

    tidak mungkin mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan

    kecuali beberapa dari variabel-variabel yang diteliti. Hal ini sesuai dengan

  • 25

    pendapat Budiyono (2003 : 82) bahwa Tujuan penelitian eksperimental semu

    adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi

    yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang

    tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua

    variabel yang relevan.

    Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas

    RME dengan pemecahan masalah pada kelas eksperimen I dan RME pada

    kelas eksperimen II. Untuk variabel bebas yang lain adalah gaya belajar siswa

    sebagai variabel yang ikut mempengaruhi variabel terikat.

    2. Rancangan Penelitian

    Rancangan yang digunakan adalah rancangan faktorial 2 x 3, untuk

    mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat.

    Tabel 3.1.

    Rancangan Penelitian

    Gaya Belajar (B) Pendekatan

    Pembelajaran ( A)

    Gaya Belajar

    Visual ( 1b ) Auditif( 2b ) Kinesteik ( 3b )

    RME dengan pemecahan

    masalah ( 1a ) 11)(ab 12)(ab 13)(ab

    RME ( 2a ) 21)(ab 22)(ab 23)(ab

    C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

    1. Populasi

    Menurut Sardjono (2008), populasi adalah himpunan seluruh objek yang

    diteliti atau diselidiki untuk dicari keterangan-keterangannya. Sedangkan

    himpunan bagian dari populasi disebut dengan sampel.

    Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa semester II kelas VII SMP

    Negeri Kabupaten Klaten.

  • 26

    2. Teknik Pengambilan Sampel

    Sampel dapat diartikan sebagai bagian dari populasi yang dianggap

    mewakili terhadap keseluruhan populasi dan diambil dengan menggunakan

    teknik tertentu. Dalam penelitian ini sebagai sampelnya adalah sebagian dari

    populasi yang diambil dengan menggunakan teknik Stratified Cluster Random

    Sampling, yang pelaksanaannya dilakukan dengan melakukan langkah-langkah

    sebagai berikut:

    a. Mengambil data semua SMP Negeri yang ada di Klaten. Populasi dibagi

    berdasarkan peringkat sekolah sehingga terbentuk tiga peringkat: tinggi,

    sedang, rendah. Pengelompokkan sekolah didasarkan atas ranking sekolah

    dari hasil UN tahun pelajaran 2008/2009 yang disajikan sebagai berikut :

    Tabel 3.2 Data SMP Negeri Kabupaten Klaten

    berdasarkan jumlah nilai UN tahun 2008/2009

    No Nama Sekolah Nilai UN Kategori

    1.

    2.

    3.

    4. 5.

    6.

    7.

    8.

    9. 10.

    11.

    12.

    13.

    14. 15.

    16.

    17.

    18.

    19. 20.

    21.

    22.

    23.

    24. 25.

    SMP Negeri 2 Klaten

    SMP Neger1 1 Delanggu

    SMP Negeri 1 Klaten

    SMP Negeri 1 Cawas SMP Negeri 1 Pedan

    SMP Negeri 1 Karanganom

    SMP Negeri 2 Karangdowo

    SMP Negeri 1 Wedi

    SMP Negeri 2 Wonosari SMP Negeri 4 Klaten

    SMP Negeri 1 Karangdowo

    SMP Negeri 2 Trucuk

    SMP Negeri 1 Polanharjo

    SMP Negeri 3 Klaten SMP Negeri 4 Manisrenggo

    SMP Negeri 3 Karanganom

    SMP Negeri 1 Prambanan

    SMP Negeri 3 Manisrenggo

    SMP Negeri 3 Gantiwarno SMP Negeri 1 Bayat

    SMP Negeri 2 Manisrenggo

    SMP Negeri 1 Juwiring

    SMP Negeri 3 Pedan

    SMP Negeri 2 Jogonalan SMP Negeri 3 Tulung

    33,43

    32,89

    31,46

    31,20 30,91

    29,80

    29,41

    29,11

    29,08 29,02

    28,87

    28,74

    28,70

    28,44 28,40

    28,39

    28,39

    27,32

    27,95 27,73

    27,32

    26,94

    26,58

    26,32 26,21

    Tinggi

    Tinggi

    Tinggi

    Tinggi Tinggi

    Tinggi

    Tinggi

    Tinggi

    Tinggi Tinggi

    Tinggi

    Tinggi

    Tinggi

    Tinggi Tinggi

    Tinggi

    Tinggi

    Tinggi

    Tinggi Tinggi

    Tinggi

    Tinggi

    Sedang

    Sedang Sedang

  • 27

    26.

    27. 28.

    29.

    30.

    31.

    32. 33.

    34.

    35.

    36.

    37. 38.

    39.

    40.

    41.

    42. 43.

    44.

    45.

    46.

    47. 48.

    49.

    50.

    51.

    52. 53.

    54.

    55

    56.

    57. 58.

    59.

    60.

    61.

    62. 63.

    64.

    65.

    SMP Negeri 1 Wonosari

    SMP Negeri 7 Klaten SMP Negeri 1Jogonalan

    SMP Negeri 3 Delanggu

    SMP Negeri 1 Tulung

    SMP Negeri 1 Ceper

    SMP Negeri 2 Karanganom SMP Negeri 1 Kebonarum

    SMP Negeri 4 Delanggu

    SMP Negeri 2 Tulung

    SMP Negeri 2 Ceper

    SMP Negerib 3 Trucuk SMP Negeri 1 Jatinom

    SMP Negeri 2 Wedi

    SMP Negeri 1 Karangnongko

    SMP Negeri 5 Klaten

    SMP Negeri 1 Gantiwarno SMP Negeri 3 Karangdowo

    SMP Negeri2 Bayat

    SMP Negeri 3 Bayat

    SMP Negeri 1 Kemalang

    SMP N 6 Klaten SMP Negeri 1 Kalikotes

    SMP Negeri 2 Jatinom

    SMP Negeri 1 Trucuk

    SMP Negeri 2 Pedan

    SMP Negeri 4 Karanganom SMP Negeri 1 Ngawen

    SMP Negeri 4 Karanganom

    SMP Negeri 2 Delanggu

    SMP Negeri 3 Ceper

    SMP Negeri 3 Jatinom SMP Negeri 2 Prambanan

    SMP Negeri 3 Polanharjo

    SMP Negeri 2 Cawas

    SMP Negeri 2 Karangnongko

    SMP Negeri 2 Gantiwarno SMP Negeri 2 Kemalang

    SMP Negeri 2 Polanharjo

    SMP Negeri 2 Juwiring

    26,19

    26,17 26,14

    26,00

    25,95

    25,89

    25,81 25,73

    25,71

    25,55

    25,54

    25,51 25,43

    25,42

    25,34

    25,34

    25,19 25,07

    25,05

    24,82

    24,70

    24,61 24,44

    24,43

    24,39

    24,38

    24,25 24,20

    24,25

    24,19

    24,14

    24,10 24,01

    23,90

    23,80

    23,79

    23,54 23,41

    23,38

    22,96

    Sedang

    Sedang Sedang

    Sedang

    Sedang

    Sedang

    Sedang Sedang

    Sedang

    Sedang

    Sedang

    Sedang Sedang

    Sedang

    Sedang

    Sedang

    Sedang Sedang

    Sedang

    Rendah

    Rendah

    Rendah Rendah

    Rendah

    Rendah

    Rendah

    Rendah Rendah

    Rendah

    Rendah

    Rendah

    Rendah Rendah

    Rendah

    Rendah

    Rendah

    Rendah Rendah

    Rendah

    Rendah

    (Sumber: Unit Pelaksana Teknis Pendidikan Kabupaten Klaten tahun 2008)

    b. Berdasarkan data sekolah tersebut ditentukan secara random tiga sekolah

    yang akan digunakan menjadi sampel yaitu SMP Negeri 1 Karanganom,

    SMP Negeri 2 Ceper dan SMP Negeri 6 Klaten

  • 28

    c. Dari masing-masing sekolah sampel yang terpilih diambil dua kelas secara

    random untuk dijadikan kelas melalui pendekatan RME dengan pemecahan

    masalah dan pendekatan RME.

    Untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen I dan kelompok

    eksperimen II dalam keadaan seimbang sebelum diberi perlakuan, maka perlu

    dilakukan uji keseimbangan dengan menggunakan data nilai ujian mid

    semester siswa kelas VII mata pelajaran matematika pada semester I. Dengan

    kata lain, statistik uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat

    perbedaan mean antara dua kelompok tersebut. Statistik uji yang digunakan

    adalah uji t, karena variansi populasi tidak diketahui. Uji hipotesis dilakukan

    dengan prosedur sebagai berikut : (Budiyono, 2004:151)

    1. Hipotesis

    210 : H (siswa pada kelompok pendekatan RME dengan pemecahan

    masalah dan kelompok pendekatan RME)

    211 : H (siswa pada kelompok pendekatan RME dengan pemecahan

    masalah dan kelompok pendekatan RME tidak sama

    kemampuannya)

    2. Taraf Signifikansi : = 0,05

    3. Statistik uji

    )2(~

    1121

    21

    21

    nnt

    nns

    XXt

    p

    Dengan 2

    )1()1(

    21

    2

    22

    2

    112

    nn

    snsnsp

    1X = rataan nilai kelompok kelas eksperimem I

    2X = rataan nilai kelompok kelas eksperimen II

    2

    1s = variansi nilai kelompok eksperimen I

    2

    2s = variansi nilai kelompok eksperimen II

    1n = jumlah siswa kelompok eksperimen I

    2n = jumlah siswa kelompok eksperimen II

  • 29

    4. Daerah kritik

    v

    tttttDKv ;

    2

    atau ;

    2

    5. Keputusan Uji

    0H diterima jika nilai statistik uji amatan tidak berada di daerah kritik

    dan 0H ditolak jika nilai statistik berada di daerah kritik.

    D. Metode Pengumpulan Data

    1. Variabel Penelitian

    a. Variabel Bebas

    1) Pendekatan Pembelajaran

    (a) Definisi operasional: suatu cara atau metode yang digunakan

    dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang

    diharapkan, dalam hal ini terdiri dari pendekatan RME dengan

    pemecahan masalah pada kelompok eksperimen I, dan

    pendekatan RME pada kelompok eksperimen II.

    (b) Skala pengukuran: skala nominal

    (c) Kategori: pendekatan RME dengan pemecahan masalah untuk

    kelompok eksperimen I dan pendekatan RME untuk kelompok

    eksperimen II.

    (d) Simbol: 1X , dengan kategori 1a , 2a dimana 1a = pendekatan

    RME dengan pemecahan masalah, dimana 2a = pendekatan

    RME.

    2) Gaya Belajar

    (a) Definisi operasional : kombinasi dari bagaimana seseorang

    menyerap, mengatur serta mengolah informasi.

    (b) Indikator : Gaya Belajar Siswa yang terdiri dari 3 kategori yaitu

    tipe belajar visual, tipe belajar auditorial, dan tipe belajar

    kinestetik.

  • 30

    (c) Skala pengukuran : skala interval yang diubah ke dalam skala

    nominal dengan menggunakan aturan skor dominan dari kisi-kisi

    angket.

    (d) Simbol : 2X , dengan kategori 1b , 2b , 3b

    dimana 1b = gaya belajar

    visual, 2b = Gaya belajar auditorial, 3b = Gaya belajar kinestetik .

    b. Variabel Terikat

    Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar

    matematika.

    1) Definisi operasional : prestasi belajar matematika adalah hasil belajar

    yang dicapai siswa dalam proses belajar matematika sehingga

    terdapat proses perubahan dalam pemikiran serta tingkah laku yang

    ditunjukkan dengan nilai.

    2) Skala pengukuran : skala interval.

    3) Kategori : nilai tes prestasi belajar matematika pada pokok bahasan

    bangun datar segi empat.

    4) Simbol : ab

    2. Jenis Metode Pengumpulan Data

    Metode atau instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Metode Dokumentasi

    Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

    variabel yang berupa buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,

    notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Suharsini Arikunto,

    2006:158). Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk

    memperoleh data mengenai keadaan sekolah di Kota Klaten. Adapun

    keadaan sekolah disini diperlukan untuk keperluan menentukan sekolah

    sampel dan kelas sampel sekaligus anggota sampelnya.

    b. Metode Angket

    Metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan

    pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian, responden, atau

  • 31

    sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis (Budiyono,

    2003:47). Dalam penelitian ini angket digunakan untuk memperoleh data

    mengenai gaya belajar peserta didik.

    c. Metode Tes

    Menurut Budiyono (2003:54), metode tes adalah cara pengumpulan

    data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-

    suruhan kepada subyek penelitian. Dalam penelitian ini metode tes

    digunakan untuk memperoleh data mengenai prestasi belajar matematika

    siswa sebelum dan sesudah melakukan penelitian. Prestasi belajar siswa

    sebelum penelitian diperlukan dalam melakukan uji keseimbangan dan

    prestasi belajar siswa sesudah penelitian digunakan untuk keperluan uji

    hipotesis.

    3. Uji Coba Angket

    Guna menjamin bahwa angket yang dipakai dalam penelitian ini telah

    memenuhi kelayakan, sebelum digunakan angket akan diuji coba terlebih

    dahulu. Adapun uji angket yang dilakukan adalah: validitas, reliabilitas dan

    konsistensi internal.

    a. Uji Validitas angket

    Dalam penelitian ini jenis validitas angket yang diutamakan adalah

    validitas isi. Validitas isi menunjukkan sejauh mana item-item dalam

    angket mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes itu

    (isinya harus tetap relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan

    pengukuran). Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistika tetapi

    analisis rasional yaaitu dengan melihat apakah item-item tes telah ditulis

    sesuai dengan blue-prin tnya yaitu telah sesuai dengan batasan domain

    ukur yang telah ditetapkan semula dan memeriksa apakah masing-masing

    aitem telah sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkapnya

    (Saifuddin Azwar, 2003:175)

  • 32

    b. Uji Reliabilitas Angket

    Dengan melakukan uji reliabilitas angket dalam penelitian ini

    digunakan Teknik Cronbach Alpha (Budiyono, 2003:70):

    2

    2

    11 11

    t

    i

    s

    s

    n

    nr

    Dengan:

    11r = indeks reliabilitas angket

    n = banyaknya butir angket

    2is = variansi butir ke-i, i = 1, 2, ..,n

    2ts = variansi skor-skor yang diperoleh subyek uji coba

    Kriteria Uji:

    Angket dikatakan reliabel jika 7,011 r

    c. Uji Konsistensi Internal Angket

    Untuk menentukan konsisten internal masing-masing butir dilihat

    dari korelasi antara butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Adapun yang

    uji konsistensi internal angket dalam penelitian ini digunakan rumus dari

    Karl Pearson berikut (Budiyono, 2003: 65):

    2222

    YYnXXn

    YXXYnrxy

    Dengan:

    xyr = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i

    n = banyaknya subyek yang dikenai angket

    X = skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba)

    Y = total skor (dari subyek uji coba)

    Kriteria Uji:

    Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari

    0.30 maka butir tersebut harus dibuang.

  • 33

    4. Uji Coba Soal Tes Prestasi Belajar

    Seperti halnya dengan angket, guna menjamin bahwa soal tes prestasi

    belajar yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi kelayakan, sebelum

    digunakan soal tes prestasi belajar akan diuji coba terlebih dahulu. Adapun uji

    coba soal tes prestasi belajar yang dilakukan adalah: validitas, reliabilitas, daya

    pembeda, dan tingkat kesukaran soal.

    a. Uji Validitas Soal Tes Prestasi Belajar

    Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila tes

    tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang

    tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Tipe

    validitas terbagi atas validitas isi, validitas konst rak, dan validitas berdasar

    kriteria. Dalam penyusunan dan pengembangan tes prestasi belajar tipe

    validitas yang terpenting adalah validitas isi, yaitu sejauh mana item-item

    dalam tes memang telah sesuai untuk mengukur prestasi yang domainnya

    telah dibatasi secara spesifik (Saifuddin Azwar, 2003:178).

    b. Uji Reliabilitas Soal Tes prestasi belajar

    Estimasi reliabilitas soal tes prestasi belajar dapat dilakukan melalui

    salah satu pendekatan umum, yaitu metode satu kali tes, metode tes ulang

    dan metode bentuk sejajar (Budiyono, 2003:66). Dengan pertimbangan

    efisiensi maka dalam penelitian ini pendekatan yang dipakai adalah

    metode satu kali tes. Adapun rumus yang digunakan adalah dalam uji

    reliabilitas ini adalah Teknik Cronbach Alpha:

    2

    2

    11 11

    t

    i

    s

    s

    n

    nr

    Dengan:

    11r = indeks reliabilitas soal

    n = banyaknya butir soal

    2is = variansi butir ke-i, i = 1, 2, , n

    2ts = variansi skor-skor yang diperoleh subyek uji coba

  • 34

    Kriteria uji:

    Soal dikatakan reliabel jika 7,011 r

    c. Uji Daya Pembeda Soal Tes Prestasi belajar

    Daya pembeda item adalah kemampuan item dalam membedakan

    antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan siswa yang

    mempunyai kemampuan rendah. Suatu item dikatakan mempunyai daya

    pembeda tinggi haruslah dijawab dengan benar oleh semua atau sebagian

    besar subyek kelompok tinggi dan tidak dapat dijawab dengan benar oleh

    semua atau sebagian besar subyek kelompok rendah. Suharsimi Arikunto

    (2005:212) membedakan kelompok atas dan kelompok bawah dengan cara

    sebagai berikut:

    a. Untuk kelompok kecil (N 100)

    Skor dari seluruh siswa dideretkan mulai dari skor teratas

    sampai terbawah kemudian dibagi dua sama besar, 50% kelompok

    atas dan 50% kelompok bawah.

    b. Untuk kelompok besar (N > 100)

    Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk

    kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu

    27% skor teratas sebagai kelompok atas dan 27% skor terbawah

    sebagai kelompok bawah.

    Dilihat dari daya bedanya, butir soal dikatakan baik jika d 0,30

    (Mohamad Nur, 1987). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

    Keterangan :

    na = banyak siswa yang menjawab benar pada kelompok atas

    Na = banyak siswa pada kelompok atas

    nb = banyak siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah

    Nb = banyak siswa pada kelompok bawah

  • 35

    d. Uji Tingkat kesukaran

    Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran

    yang mewadahi artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk

    menghitung tingkat kesukaran setiap butir soal digunakan rumus sebagai

    berikut (Saifuddin Azwar, 2003:134):

    R

    np i

    dengan:

    p = indeks kesukaran

    ni = banyaknya siswa yang menjawab item dengan benar

    R = banyaknya siswa

    Kriteria Uji:

    Butir soal akan digunakan bila memenuhi syarat:

    70,030,0 p

    E. Teknik Analisis Data

    a. Uji Prasyarat

    Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan

    uji homogenitas.

    1. Uji normalitas

    Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang

    diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji

    normalitas menggunakan metode Lilliefors. Adapun prosedur ujinya sebagai

    berikut:

    a. Hipotesis

    0H : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

    1H : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

    b. Taraf Signifikansi : = 0,05

    c. Statistik Uji

    )()( ii zSzFMaksL

  • 36

    Dengan:

    iZ = s

    XX i , ( s = standar deviasi)

    )( izF = )( izZP

    iz = skor terstandar untuk ix

    )1,0(~ NZ

    )( izS = proporsi cacah )( izZ terhadap banyaknya )( iz

    d. Daerah Kritik

    nLLLDK :

    e. Keputusan Uji

    0H diterima jika nilai statistik uji amatan tidak berada di daerah kritik

    dan 0H ditolak jika nilai statistik berada di daerah kritik. (Budiyono,

    2004:170)

    2. Uji Homogenitas

    Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah k sampel

    mempunyai variansi sama. Uji homogenitas menggunakan metode Bartlett

    dengan statistik uji Chi Kuadrat sebagai berikut:

    a. Hipotesis

    222

    2

    10 : kH populasi- populasi homogen

    :1H tidak semua variansi sama (populasi-populasi tidak homogen)

    b. Taraf Signifikansi : = 0,05

    c. Satistik Uji

    22 log -RKG log f

    303.2jj sf

    c

    Dengan:

    )1(~22 k

    k = banyaknya sampel

    N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)

    jn = banyaknya nilai (ukuran sampel) ke-j = ukuran sampel ke-j

  • 37

    jf = 1jn = derajat kebebasan untuk kjs j ,,2,1;

    2

    k

    j

    jfkNf1

    = derajat kebebasan untuk RKG

    ffkc

    j

    11

    )1(3

    11 ;

    RKG = rataan kuadrat galat =

    j

    j

    f

    SS

    2

    2

    2 )1( jjj

    j

    jj snn

    XXSS

    d. Daerah Kritik

    )1,(222 kDK

    e. Keputusan Uji

    0H diterima jika nilai statistik uji amatan tidak berada di daerah kritik

    dan 0H ditolak jika nilai statistik berada di daerah kritik.

    (Budiyono, 2004:176-177)

    b. Uji Hipotesis

    Hipotesis penelitian diuji dengan teknik analisis variansi dua jalan 2 x 3

    dengan sel tak sama, sebagai berikut:

    ijkijjiijkX )(

    Dengan:

    ijkX = data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j

    = rerata dari seluruh data amatan (rerata besar, grand mean)

    i = efek baris ke-i pada variabel terikat

    j = efek baris ke-k pada variabel terikat

    ij)( = kombinasi efek baris ke-i dan efek kolom ke-j pada variable terikat

  • 38

    i