TUGAS TERSTRUKTUR
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR
MEROKOK
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak
Menular Semester 5 Tahun Ajaran 2012/2013)
Disusun oleh:
Kelompok 9
Rina Isnawati (G1B011027)
Avi Nurdinia Aliftia (G1B011039)
Siti Dely Farhani (G1B011081)
Kelas A
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di
dunia. Adapun penyebab utama kematian para perokok itu adalah kanker,
penyakit jantung, paru-paru, dan stroke. Selain kanker juga menyebabkan
gangguan stress di ruang perkantoran. Betapapun diungkapkan berbagai kalangan
peneliti tentang berbagai bahaya rokok untuk kesehatan, tetapi para perokok
seakan-akan tidak peduli terhadap hasil berbagai penelitian itu. Penelitian terbaru
yang melibatkan 34.439 orang dan dipublikasikan oleh British Medical Journal
menunjukkan, merokok membuat seseorang tidak panjang umur. Jika
dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, usia para perokok rata-rata lebih
pendek 10 tahun dan menghabiskan uang jutaan dolar (Fawzani, 2005).
Merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat karena dapat
menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Dari 11 juta kematian per
tahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta)
adalah disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit
jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke (www.ash.org.uk).
Perilaku merokok bila dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan
baik bagi individu yang bersangkutan maupun orang di sekelilingnya. Ada
beberapa riset yang mendukung pernyataan tersebut. Jika dilihat dari sisi
kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin,
CO (karbonmonoksida) dan tar akan memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan
susunan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan
detak jantung bertambah cepat (Komalasari dan Helmi, 2000), bronkitis kronis,
emfisema, kanker paru-paru, larink, mulut, faring, esofagus, kandung kemih,
penyempitan pembuluh nadi (Susanna dkk, 2003).
Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia menyebabkan masalah rokok menjadi semakin serius. Hari tanpa
tembakau sedunia yang diperingati setiap tanggal 31 Mei tidak menyurutkan
perokok untuk mengurangi kebiasaannya. Sebagian perokok di Indonesia telah
menganggap bahwa merokok adalah suatu kebutuhan yang tidak bisa dielakkan,
sehingga merokok adalah hal biasa bagi kaum muda. Penampilan bagi kaum muda
menjadi modal utama dalam bergaul tidak saja dengan sesama jenis, tetapi juga
dengan lawan jenis (Fawzani, 2005).
BAB II
PERMASALAHAN
A. Angka Kesakitan
Pada tahun 2002 sekitar 500 ribu orang Indonesia menderita berbagai
penyakit akibat rokok (BPOM RI, 2002).
B. Angka Kematian
Tembakau membunuh hampir 6 juta orang setiap tahunnya. Lebih dari 5
juta kematian merupakan hasil dari penggunaan tembakau secara langsung,
sedangkan lebih dari 600 ribu hasil dari non perokok yang terpapar asap
(perokok pasif). Sekitar 1 orang meninggal tiap 6 detik akibat tembakau,
perbandingannya dari 10 orang dewasa. (WHO, 2013).
Hampir dari 80% dari 1 miliar perokok di dunia tinggal di negara yang
berpenghasilan rendah dan menengah, dimana beban penyakit dan kematian
yang berhubungan dengan tembakau merupakan masalah kesehatan yang serius
di negara tersebut (WHO, 2013).
Depkes melaporkan bahwa jumlah kematian akibat penyakit yang terkait
dengan tembakau tahun 2005 diperkirakan mencapai 399.800 jiwa (Depkes RI,
2004).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Rokok
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2003 rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana
Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar
dengan atau tanpa bahan tambahan.
B. Jenis Rokok
Ada dua jenis produk rokok di Indonesia yaitu rokok putih dan rokok
kretek. Rokok putih sudah dikenal di seluruh dunia, namun rokok kretek
merupakan produksi yang unik dari Indonesia. Berdasarkan bahan dan ramuan,
rokok digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu (1) rokok kretek, yakni rokok
yang memiliki ciri khas adanya campuran cengkeh pada tembakau rajangan
yang menghasilkan bunyi kretek-kretek ketika dihisap, berdasarkan cara
pembuatannya rokok kretek dapat dibedakan menjadi sigaret kretek tangan
(SKT) yaitu rokok kretek yang dibuat menggunakan tangan, dan sigaret kretek
mesin (SKM) yang berawal ketika pabrik rokok Bentoel menggunakan mesin
karena kekurangan tenaga pelinting; (2) rokok putih, adalah rokok dengan atau
tanpa filter menggunakan tembakau virginia iris atau tembakau laiinya tanpa
menggunakan cengkeh, digulung dengan kertas sigaret dan boleh
menggunakan bahan tambahan kecuali yang tidak diijinkan berdasarkan
ketentuan Pemerintah RI dan (3) cerutu, adalah produk dari tembakau tertentu
berbentuk seperti rokok dengan bagian pembalut luarnya berupa lembaran
daun tembakau dan bagaian isisnya campuran serpihan tembakau tanpa
penambahan bahan lainnya (Kusuma, 2012).
Rokok kretek di Indonesia sangat populer karena memiliki kandungan tar
dan nikotin cukup tinggi dibandingkan dengan produk rokok lainnya yaitu
sampai 60 mg nikotin dan 40 mg tar. Tingginya tingkat kematian karena
kebiasaan merokok tembakau mencapai 57 ribu orang/tahun. Serta ditunjang
lemahnya peraturan Pemerintah tentang pembatasan kadar nikotin dan tar
dalam sebatang rokok (Kusuma, 2012).
C. Kandungan Zat Dalam Rokok
1. Nikotin
Menurut Jeanne Mandagi, (1996) nikotin dalam jumlah kecil
mempunyai pengaruh menenangkan, tetapi kadang – kadang bisa meradang.
Ditambahkan pula oleh Sue Armstrong (1991) bahwa nikotin merupakan
bahan kimia yang tidak berwarna dan merupakan salah satu racun paling
keras yang kita kenal. Kedua pendapat ini memberikan penjelasan tentang
dampak nikotin pada tubuh dan karakterisiknya. Hal ini tentunya tergantung
pada jumlah dan keadaan fisiologis serta psikologis orangnya. Dalam
jumlah besar, nikotin sangat berbahaya, yaitu antara 20 mg sampai 50 mg
nikotin dapat menyebabkan terhentinya pernapasan. Meghisap satu batang
rokok berarti telah menghisap 2 – 3 mg nikotin. Jika asapnya tidak dihisap,
nikotin yang terhisap hanya 1 – 1,5 mg saja. Bagi orang – orang yang bukan
perokok atau yang tidak biasa merokok, dengan menghisap 1 – 2 mg nikotin
saja sudah menyebabkan mereka pusing, sakit kepala, mual dan muntah.
Mereka berkeringat dan terasa sakit di daerah lambung.
Nikotin menaikkan tekanan darah dan mempercepat denyut jantung
hingga pekerjaan jantung menjadi lebih berat. Selanjutnya, nikotin juga
menyebabkan ketagihan. (Jeanne Mandagi, 1996). Nikotin mengganggu
sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen
miokard. Bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga
mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan
kerja miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga
merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung,
tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan
irama jantung. Oleh karena itu, semakin banyak rokok dihisap, semakin
hebat jantung dipacu. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan
banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan
akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh
darah.
2. Karbon Monoksida
Karbon monoksida merupakan gas beracun yang tidak berbau sama
sekali. Karbon monoksida yang terkandung dalam rokok dapat mengikat
HB darah dengan akibat oksigen tersingkir dan tidak dapat digunakan.
Tanpa oksigen, baik otak maupun organ tubuh yang lain tidak dapat
berfungsi. Selanjutnya, efek dari karbon monoksida adalah bahwa jaringan
pembuluh darah akan menyempit dan mengeras sehingga akhirnya dapat
mengakibatkan peyumbatan. Satu batang rokok yang dibakar mengandung 3
– 6 % karbon monoksida dan dalam darah kadarnya mencapai 5%. Pada
orang yang bukan perokok, kadarnya adalah 1%. Perokok dengan kadar
karbon monoksida 5% ke atas mendapat serangan 3 kali lipat dibanding
dengan bukan perokok. Gabungan karbon monoksida dengan nikotin akan
mempermudah para perokok menderita penyakit penyempitan dan
penutupan pembuluh darah dengan akibat – akibatnya”. (Jeanne Mandagi,
1996).
3. Tar
Lebih dari 2000 zat kimia baik berupa gas, maupun partikel padat
terkandung dalam asap rokok. Diantara zat – zat tersebut ada yang
mempunyai efek karsinogen. Tar adalah komponen dalam asap rokok yang
tinggal sebagai sisa sesudah dihilangkan nikotin dan tetesan – tetesan
cairannya. Sebatang rokok menghasilkan 10 – 30 mg tar. Cerutu dan rokok
pipa justru menghasilkan tar yang lebih banyak. Tar merupakan kumpulan
berbagai zat kimia yang berasal dari daun tembakau sendiri, maupun yang
ditambahkan pada tembakau dalam proses pertanian dan industri sigaret
serta bahan pembuat rokok lainnya. Jeanne Mandagi, (1996). Oleh karena
itu, kadar tar yang terkandung dalam rokok inilah yang berhubungan dengan
resiko timbulnya kanker karena tar mempunyai efek karsinogen.
D. Peraturan tentang Rokok
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2003 Tentang
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan, memiliki VIII Bab, yaitu:
1. Bab I : Ketentuan Umum
2. Bab II : Penyelenggaraan Pengamanan Rokok
3. Bab III : Peran Masyarakat
4. Bab IV : Pembinaan dan Pengawasan
5. Bab V : Ketentuan Pidana
6. Bab VI : Ketentuan Lain-Lain
7. Bab VII : Ketentuan Peralihan
8. Bab VIII : Ketentuan Penutup
E. Penyakit Akibat Merokok
1. Penyakit Kanker Paru
Terdapat hubungan yang erat antara kebiasaan merokok dengan
kanker paru sebab penyebab utama dari penyakit ini adalah rokok.
Mengingat tidak adanya obat yang manjur untuk menyembuhkan kanker
paru, tetapi obat – obatan dan oksigen yang diperlukan hanya untuk
meringankan gejalanya saja. Merokok dapat menyebabkan perubahan
struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paruparu. Pada saluran napas
besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah
banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga
penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada
jaringan paru – paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan
alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul
perubahan pada fungsi paru – paru dengan segala macam gejala klinisnya.
Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun
(PPOM). Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya
PPOM, termasuk emfisema paru – paru, bronkitis kronis, dan asma.
Terdapat pula hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama rokok,
dengan timbulnya kanker paru. Partikel asap rokok, seperti benzopiren,
dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Tar juga
berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan
perokok, kemungkinan timbul kanker paru pada perokok mencapai 1030
kali lebih sering.
2. Penyakit Jantung Koroner
Banyak orang mengira bahwa kanker paru merupakan bahaya terbesar
akibat merokok. Sesungguhnya, penyakit jantung koronerlah yang jauh
lebih berbahaya. Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan
merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian
pertahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah
(6juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah
penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survei Depkes RI tahun
1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian akibat penyakit jantung
dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16 persen (peringkat pertama).
Dengan demikian, merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit
jantung koroner tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung
koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan
perifer sebagaimana akibat yang dihasilkan karbon monoksida. Efek rokok
terhadap jantung dapat dijelaskan melalui efek kimia. Ada dua zat yang
dianggap mempunyai efek yang besar yaitu CO (Karbon Monoksida) dan
nikotin. Efek berkepanjangan dari karbon monoksida adalah bahwa jaringan
pembuluh darah akan terganggu, menyempit dan mengeras sehingga dapat
mengakibatkan penyumbatan. Merokok terbukti merupakan faktor risiko
terbesar untuk mati mendadak. Risiko terjadinya penyakit jantung koroner
meningkat 24 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang
dihisap. Faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan faktor – faktor lain,
seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap
tercetusnya PJK. Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit
jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah
rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran
(aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak
pembuluh darah perifer. Pembuluh darah yang melibatkan pembuluh darah
arteri dan vena di tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa
muda perokok berat, sering akan berakhir dengan amputasi.
3. Emfisema
Emfisema adalah jenis penyakit paru-paru dimana terjadi kerusakan
kantong udara (alveolus) pada paru-paru sehingga mengganggu sistem
pernapasan.
Zat-zat berbahaya pada asap rokok dapat merusak dinding kantong
udara (dinding alveolus). Kerusakan ini semakin lama semakin parah.
Kebocoran kantong udara paru-paru menyebabkan paru-paru tidak bisa
mengisi udara segar secara sempurna sehingga mempengaruhi suplai
oksigen ke seluruh tubuh. Emfisema menyebabkan pernapasan menjadi
sangat terganggu (American Cancer Society, 2013).
4. Gangguan Kehamilan
Pada wanita hamil yang perokok, akan terjadi efek pada janin dalam
kandungannya. Merokok pada wanita hamil memberi risiko yang tinggi
untuk terjadinya keguguran, kematian janin, kematian bayi sesudah lahir
dan kematian mendadak pada bayi (Sitepoe, 2000).
Chanoine J.P (dalam Sitepoe, 2000) mengatakan wanita hamil
perokok juga akan mengganggu perkembangan kesehatan fisik maupun
intelektual anak-anak yang akan bertumbuh.Chainoine J.P (dalam Sitepoe,
2000) juga mengatakan merokok bisa mengurangi peluang seseorang untuk
memiliki anak. Fertilitas pria ataupun wanita perokok akan mengalami
penurunan dibandingkan dengan bukanperokok. Wanita perokok akan
mengalami masa menopause lebih cepat dibandingkan wanita yang tidak
merokok.Dampak lainnya :
a. Lahir mati
b. Bayi prematur
c. Ketuban pecah dini
d. Komplikasi plasenta
e. Berat badan lahir rendah
f. Sindrom kematian bayi mendadak
g. Bronkitis
h. Pneumonia
i. Infeksi saluran pernapasan
j. Asma
k. Penyakit telinga tengah
l. Penurunan fungsi paru – paru
5. Impotensi
Kebiasaan merokok bisa menjadi penyebab impotensi karena nikotin
dalam rokok yang terserap oleh darah akan menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah, termasuk penyumbatan pembuluh darah dalam penis
(Susilo, 2002).
6. TB Paru
Walaupun merokok bukanlah penyebab utama terjadinya penyakit TB
paru, namun kebiasaan merokok yang sulit untuk dihentikan bisa
menimbulkan masalah bagi kesehatan perokok itu sendiri dan orang-orang
disekitarmya. Kebiasaan merokok yang sulit dihentikan dapat merusak
mekanisme pertahanan paru sehingga memudahkan masuknya kuman
penyakit, seperti kuman penyakit TB.
Menurut Doll dan Hill, dua orang peneliti terkenal asal Inggris,
membagi hubungan antara penyakit dan kebiasaan merokok menjadi dua,
yaitu penyakit yang di sebabkan oleh merokok dan penyakit yang mungkin
sebagian disebabkan oleh merokok, dimana salah satunya adalah penyakit
TB Paru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hsien-Ho Lin dan timnya
dari Harvard School of Public Health, Amerika Serikat tahun 2009. Lin
menyatakan adanya hubungan antara kebiasaan merokok, perokok pasif,
dan polusi udara di dalam ruangan dari kayu bakar dan batu bara terhadap
risiko infeksi, penyakit, dan kematian akibat TBC (PPTI, 2010). Studi
epidemiologi di Afrika Selatan didaptka 50% kematian akibat infeksi TB
berhubungan dengan merokok. Studi ini menunjukka perokok atau bekas
perokok mempunyai resiko lebih tinggi terjadi infeksi Microbacterium
Tuberkulosis dibanding yang bukan perokok. Alcaide, dkk mendapatkan
hubungan antara jumlah rokok per hari terhadap terjadinya infeksi
Myceobacterium Tuberkulosis, mekanismenya tidak diketahui tapi
diperkirakan nikotin pada asap rokok menurunkan respons imun. Merokok
dalam jangka waktu yang panjang berhubungan dengan perubahan
makrofag dan limfosit (Amu, 2007).
Pengaruh kebiasaan merokok terhadap penyakit TB paru dianggap
sebagai faktor predisposisi, dimana zat – zat kimia yang terkandung dalam
asap rokok dan masuk ke dalam tubuh dapat merusak sebagian mekanisme
pertahanan paru yang pembersihan mukosilia (muccociliary clearance) dan
asap rokok dapat menghambat/merusak fungsi fagositik makrofag,
khususnya dalam pembentukan dan pengeluaran surfaktan oleh sel lapisan
alveolus (tipe II), sehingga bisa memudahkan masuknyabakteri/kuman,
seperti Mycrobacterium tuberculosis yang masuk melalui inhalasi.
F. Pencegahan
Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya perilaku
merokok antara lain dapat dilakukan dengan cara :
1. Seminar mengenai tembakau dan rokok
2. Penyuluan mengenai tembakau dan rokok
3. Kampanye anti rokok
4. Kebijakan Pemerintah tentang larangan merokok (Wendra, 2011).
G. Cara Menghentikan Kebiasaan Merokok
Terdapat sejumlah program yang telah dibuat untuk membantu para
perokok agar dapat menghentikan kebiasaan merokoknya. Bentuk umum
program menghentikan kebiasaan merokok yang berhasil antara lain
meliputi: dukungan sosial, pelatihan ketrampilan dan pemecahan masalah,
pendidikan gaya hidup yang sehat, dan penggantian nikotin atau terapi
farmakologi lainnya. Berbgai jenis intervensi tersebut telah terbukti berhasil
membantu para perokok menghentikan kebiasaannya. Seringkali program
menghentinkan kebiasaan merokok mahal biayanya atau tidak dapat
dijangkau oleh sebagian besar penduduk. Oleh karen itu, keluarga dan
teman sangat dibutuhkan untuk mendukung sebagian besar perokok yang
ingin berhenti merokok. Di samping itu, masih terdapat beberapa terapi lain
yang dapat dilakukan untuk menghentikan kebiasaan merokok, diantaranya
adalah terapi hipnosa dan terapi totok rokok. Terapi hipnosa, yang bekerja
pada alam bawah sadar akan memberikan suatu sugesti baru bagi perokok
sehingga perokok tersebut akan meninggalkan kebiasaannya tersebut.
Sedangkan terapi totok rokok pada prinsipnya menggunakan Spiritual
Emotional Freedom Technique (SEFT), yang menggabungkan accupoint
dengan aspek kerohanian (Ardini, 2012).
H. Pengobatan
1. Psikoterapi
Salah satu usaha pengobatan terbaik adalah pengobatan secara
berkelompok atau Group Therapy yang di dalamnya orang – orang yang
masih merokok dipertemukan dengan orang – orang yang berhasil
melepaskan diri dari kebiasaan merokok. Lalu dilakukan diskusi diantara
mereka. Setiap individu yang berhasil melepaskan diri dari kebiasaan
merokok membagi pengalamannya kepada mereka yang belum berhasil.
Diskusi dan dialog yang dilakukan bisa memberi pengaruh yang kuat
dalam diri perokok, meningkatkan kemauan dan menuntaskan degala
rintangan yang menghalanginya untuk bisa melepaskan diri dari
kebiasaan merokok.
2. Hipnotis
Cara ini dilakukan berdasarkan titik kesadaran dalam diri
pasiennya. Psikolog menggunakan cara hipnotis ini untuk memberi
kesadaran dalam diri pasien akan bahaya yang dapa ditimbulkan akibat
merokok dan memberikan paparan akan keuntungan yang didapatkan
bila ia berhasil melepaskan diri dari kebiasaan merokok.
3. Psikoanalisis
Cara ini dilakukan bila keadaan yang dihadapi sudah sangat rumit,
yakni di saat motivasi dalam diri perokok berkaitan erat dengan beragam
faktor psikologis yang melekat erat dalam pikirannya.
4. Dimensi Pendidikan
Cara ini dilakukan dengan memaparkan berbagai bahaya yang
ditimbulkan dari rokok di hadapan perokok, baik melalui dialog langsung
dengannya ataupun dalam bedah buku yang berkaitan dengan masalah
tersebut, dengan tujuan untuk memberikan pencerahan dan menyadarkan
dirinya dari bahaya rokok (Husaini, 2006).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana
Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan
tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
2. Rokok terbagi menjadi 3 jenis yaitu rokok putih, rokok kretek dan cerutu.
3. Rokok mengandung berbagai jenis zat kimia berbahaya yaitu nikotin,
karbon monoksida, tar.
4. Penggunaan rokok di Indonesia diatur dalam Peraturan pmerintah Reublik
Indonesia Nomor 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan.
5. Banyak penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok diantaranya kanker
paru, penyakit jantung koroner, empisema, gangguan kehamilan, impotensi
dan TB paru.
6. Cara menghentikan kebiasaan merokok antar lain meliputi dukungan sosial,
latihan keterampilan dan pemecahan masalah, pendidikan gaya hidup yang
sehat, dan penggantian nikotin atau terapi farmakologi lainnya.
7. Pengobatan yang dapat dilakukan untuk melepaskan diri terhadap rokok
melalui Psikoterapi, Hipnotis, Psikoanalisis dan Dimensi Pendidikan.
B. Saran
Saran bagi pecandu rokok :
1. Mulailah dengan kebiasaan yang baik. Untuk mengubah kebiasaan yang
sering dilakukan harus juga dengan melakukan kebiasaan lain, seperti
makan permen, buah-buahan, atau menggigit cengkeh, dll. Sebab sering
kali yang membuat sulit berhenti merokok adalah karena sugesti untuk
merokok yang sudah menjadi kebiasaan.
2. Tanamkan kesadaran pada diri pribadi yang kuat untuk berhenti. Sadarlah
bahwa rokok itu adalah racun yang kerjanya sangat lambat namun
mematikan. Jangan tunggu jantung Anda sendiri berhenti lebih dahulu,
baru berhenti merokok, tetapi berhentilah sekarang.
3. Buat keputusan total untuk berhenti merokok.
4. Mulailah dengan pergaulan yang sehat demi menjaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. Cancer Facts & Figures 2013. Atlanta, Ga: American
Cancer Society; 2013.
Amu. 2007. Hubungan Merokok Dan Penyakit Tuberkulosis Paru. Jakarta
: Jurnal Tuberkulosis Indonesia Vol 5 hal 5 – 7.
Ardini, Ratih Fatma;Wiwin Hendriani. 2012. Proses Berhenti Merokok Secara
Mandiri. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 1 No. 02,
Juni 2012 .
Armstrong, Sue. 1991. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan . Jakarta : Arcan.
BPOM RI. 2002. Kandungan Zat Berbahaya dalam Rokok. Jakarta.
Depkes RI. 2004. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Data
Tembakau Indonesia Data Empiris untuk Strategi Pengendalian Tembakau
Nasional. Jakarta.
Fawzani, Nurhidayati;Atik Triratnawati. 2005. Terapi Berhenti Merokok. Makara,
Kesehatan, Vol. 9, NO. 1 , 15-16.
Husaini, Aiman. 2006. Tobat Merokok : Rahasia dan Cara Empatik Berhenti
Merokok. Pustaka Iman. Depok.
Komalasari, D. & Helmi, A.F. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok
Pada Remaja. Jurnal Psikologi, 28: 37-47.
Kusuma, Dani Ali;dkk. 2012. Studi Kadar Nikotin dan Tar Sembilan Merk Rokok
Kretek Filter. J.Tek..Pert Vol. 5. No. 3 , 152.
Mandagi, Jeanne. 1996. Masalah Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya serta
Penanggulangannya. Jakarta : Bina Darma Pemuda Printing.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2003 Tentang
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.
Sitepoe, M, 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Penerbit, PT Gramedia
Widiasarana Indonesia Jakarta.
Susanna, D., Budi H. & Hendra F. 2003. Penentuan Kadar Nikotin dalam Asap
Rokok. Jurnal Kesehatan. 7: 47-49.
Susilo Wibowo, 1998. Andropause atau PADAM, Pengenalan, Pengobatan dan
Pencegahan, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.
Tobacco and The Developing World. (2009, August). Dipetik November 10,
2013, dari Action on Smoking and Health : www.ash.org.uk
Wendra, Erwin. 2011. Jurnal Kebijakan Publik Larangan Merokok di Tempat
Umum. Hal. 1
WHO. July 2013. Media Centre. Tobacco. hal. 1-4.