ETNOBOTANI MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN CAGAR ALAM
GUNUNG SIMPANG
(Studi Kasus di Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur,
Jawa Barat)
AISYAH HANDAYANI
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ETNOBOTANI MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN CAGAR ALAM
GUNUNG SIMPANG
(Studi Kasus di Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur,
Jawa Barat)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
AISYAH HANDAYANI
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
SUMMARY
AISYAH HANDAYANI. E34062810. Ethnobotany of Community Around Gunung Simpang Nature Reserve (A Case Study in the Village Balegede, Naringgul Subdistrict, Cianjur Regency, West Java). Under Supervision of AGUS HIKMAT and EDHI SANDRA
The relationship between human and their environment, especially related
to the use of plants known as ethnobotany. Plants utilization by local communities that based on local culture produced typical knowledge known as traditional knowledge. A change in lifestyle of a society can threaten the existence of traditional knowledge held by the community. This study aimed to determine the type of plants utilization and traditional knowledge in the form of plants used by communities in the surrounding area of Gunung Simpang Nature Reserve.
This research was conducted at Miduana Hamlet, Balegede Village, Naringgul Subdistrict, Cianjur Regency, West Java in January, February, and May 2010. Tools and materials used in this study include questionnaires, digital camera, transparent plastic size 40x60 cm, newspapers, hanging labels, plant identification books, alcohol 70%, the data area of Gunung Simpang Nature Reserve, and demography of Balegede Village, while the object was Miduana Hamlet’s community and surrounding vegetation. Data collected include primary and secondary data. Primary data included the data of plants used by the respondents. This data was collected through semi-structured interviews on 30 respondents, direct observation, and making herbarium. Respondents selected using snowball sampling technique. The secondary data included the condition of Gunung Simpang Nature Reserve and demography of Balegede Village. Data analysis was performed by classifying the use of plants to 13 groups of usage, calculating the percentage of habitus and the percentage of parts used, and analyzes preference ranking and use value.
The communities of Miduana Hamlet used 191 plant species from 69 families that classified into 13 group of usage. They used 62 species for food, 74 species for medicinal purpose, 43 species for ornament purpose, 19 species for indigenous utility, 14 species for building materials, 12 species for cattle feeding, 12 species for aromatic purpose, 9 species for firewood, 14 species for ropes, wickerwork, and crafts, 4 species for dyes, 4 species to exceed pest, 4 species for beverage, and other uses as many as 7 species. Although traditional knowledge of plants used in Miduana Hamlet already decrease, there were some people who still keep the values of traditional knowledge that was visible from the activities of plants used, conservation efforts to utilized plant, and still doing some traditions related to respect for the rice (Oryza sativa).
Key words: ethnobotany, traditional knowledge, snowball sampling, Gunung Simpang Nature Reserve
RINGKASAN
AISYAH HANDAYANI. E34062810. Etnobotani Masyarakat Sekitar Kawasan Cagar Alam Gunung Simpang (Studi Kasus di Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Dibimbing oleh AGUS HIKMAT dan EDHI SANDRA
Hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya terutama terkait pemanfaatan tumbuhan dikenal dengan etnobotani. Pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan masyarakat berbasis kebudayaan lokal menghasilkan pengetahuan khas yang disebut kearifan tradisional. Adanya perubahan pola hidup pada suatu kelompok masyarakat dapat mengancam keberadaan kearifan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pemanfaatan tumbuhan serta bentuk kearifan tradisional dalam pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Gunung Simpang.
Penelitian ini dilakukan di Dusun Miduana, Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada bulan Januari, Febuari, dan Mei 2010. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah kuesioner, kamera digital, plastik bening ukuran 40x60 cm, koran, label gantung, buku identifikasi tumbuhan, alkohol 70%, data kawasan Cagar Alam Gunung Simpang, dan dokumen kependudukan Desa Balegede, sedangkan objeknya adalah masyarakat Dusun Miduana beserta tumbuhan di sekitarnya. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan masyarakat. Data ini dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur pada 30 orang responden, pengamatan langsung, serta pembuatan herbarium. Responden dipilih dengan menggunakan teknik snowball sampling. Data sekunder meliputi kondisi umum Cagar Alam Gunung Simpang dan kependudukan Desa Balegede. Analisis data dilakukan dengan mengklasifikasikan kegunaan tumbuhan kepada 13 kelompok kegunaan, perhitungan persentase habitus dan persentase bagian yang digunakan, serta analisis tingkat kesukaan dan nilai kegunaan.
Masyarakat Dusun Miduana memanfaatkan 191 spesies tumbuhan dari 69 famili yang digolongkan kedalam 13 kelompok kegunaan yakni sebagai pangan 62 spesies, obat 74 spesies, hias 43 spesies, keperluan adat 19 spesies, bahan bangunan 14 spesies, pakan ternak 12 spesies, aromatik 12 spesies, kayu bakar 9 spesies, tali, anyaman, dan kerajinan 14 spesies, pewarna 4 spesies, 5 spesies untuk mengatasi hama, minuman sebanyak 4 spesies, dan kegunaan lain sebanyak 7 spesies. Meskipun pengetahuan tradisional dalam pemanfaatan tumbuhan di Dusun Miduana sudah mulai berkurang, masih ada sebagian masyarakat yang menjalankan nilai-nilai kearifan tradisional yang terlihat dari kegiatan pemanfaatan tumbuhan, adanya upaya konservasi tumbuhan yang dimanfaatkan, serta masih dilakukannya sejumlah tradisi terkait penghormatan terhadap padi (Oryza sativa).
Kata kunci: etnobotani, kearifan tradisional, snowball sampling, Cagar Alam Gunung Simpang
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Etnobotani
Masyarakat Sekitar Kawasan Cagar Alam Gunung Simpang (Studi Kasus di Desa
Balegede Kecamatan Naringgul Kabupaten Cianjur Jawa Barat) adalah benar-
benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum
pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2010
Aisyah Handayani NRP E34062810
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan
karya ilmiah ini dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan pada bulan Januari, Febuari, dan Mei 2010 ini adalah etnobotani
dengan judul Etnobotani Masyarakat Sekitar Kawasan Cagar Alam Gunung
Simpang (Studi Kasus di Desa Balegede Kecamatan Naringgul Kabupaten Cianjur
Jawa Barat).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pemanfaatan tumbuhan
dan bentuk kearifan tradisional dalam pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan oleh
masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Gunung Simpang, khususnya
masyarakat Desa Balegede. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan informasi untuk konservasi tumbuhan berguna bagi masyarakat yang
berdasarkan kearifan tradisional masyarakat Desa Balegede.
Penulis menyadari karya ilmiah ini tidak sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan adanya saran dan kritik demi penyempurnaan dan
pengembangan penelitian yang sama pada waktu yang akan datang. Harapan
penulis, karya kecil ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama masyarakat
Desa Balegede, pengelola Cagar Alam Gunung Simpang, serta pihak lain yang
membutuhkannya. Amin.
Bogor, Agustus 2010
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 05 Juni 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Endang Sukarna dan Ooy Rokayah. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis, yaitu pendidikan Sekolah Dasar di SDN Cigunungsari I Karawang selama 3 tahun yakni 1994-1997 dan dilanjutkan di SDN Nanggala 02 Cianjur dari tahun 1997-2000. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1
Ciranjang pada tahun 2000–2003 dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Ciranjang tahun 2003–2006 dan pada tahun yang sama lulus masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama kuliah di Fakultas Kehutanan, penulis mengikuti berbagai kegiatan organisasi, diantaranya Anggota Kelompok Pemerhati Flora (KPF) “Rafflesia” dan menjadi sekretaris selama satu periode (2008-2009) serta Anggota Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE) “Tapak” dan menjadi bendahara selama satu periode (2008-2009). Penulis pernah mengikuti kegiatan HIMAKOVA (Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata) yakni Eksplorasi Flora Fauna serta Sosial Budaya Masyarakat di Cagar Alam Gunung Simpang (2008) dan pada tahun yang sama mengikuti SURILI (Studi Konservasi Lingkungan) di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (2008). Penulis juga pernah menjadi pemandu wisata di Agroedutourisme IPB (2008-2009) dan asisten lapang praktikum Rekreasi Alam dan Ekowisata. Selain itu penulis juga pernah menjadi volunteer di International Animal Rescue Indonesia (2009) sebagai staf pendidikan lingkungan. Saat ini penulis masih aktif sebagai bendahara dari organisasi lingkungan hidup yang bernama Voluntary Action Society (VAS) serta asisten praktikum Interpretasi Alam dan Konservasi Tumbuhan Obat Tropika di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
Pada tahun 2008 penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan jalur Sancang-Kamojang di Kabupaten Garut. Pada tahun 2009 mengikuti Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. Pada tahun 2010 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Ciremai. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Etnobotani Masyarakat Sekitar Kawasan Cagar Alam Gunung Simpang (Studi Kasus di Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)” dibawah bimbingan Dr. Ir Agus hikmat MSc.F dan Ir. Edhi Sandra, MSi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia terbesar-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan sarjana dan meraih gelar Sarjana Kehutanan. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada:
1) Kedua orang tua penulis (mamah dan bapak), Ari, mimi, serta semua
keluarga besar yang telah memberikan limpahan kasih sayang, dukungan
moril dan materil sehingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan sarjana.
2) Dosen pembimbing Dr. Ir. Agus Hikmat, MSc.F dan Ir. Edhi Sandra, MSi
atas semua nasehat, bimbingan, dan bantuannya dalam penyusunan skripsi
ini.
3) Dosen Penguji; Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS sebagai perwakilan dari
Departemen Manajemen Hutan, Dr. Ir. I Wayan Darmawan, MSc sebagai
perwakilan dari Departemen Hasil Hutan, dan Ir. Andi Sukendro, MSi
sebagai perwakilan dari Departemen Silvikultur atas semua nasehat dan
saran yang telah diberikan.
4) Seluruh staf pengajar DKSHE atas ilmu dan pengetahuan yang telah
diterima penulis selama belajar di KSHE.
5) Kepala Resort Cagar Alam Gunung Simpang (Pak Odang) dan Kepala
Desa Balegede (Pak Edi) atas izin, bantuan dan kerjasamanya selama
penulis melakukan penelitian di lapangan.
6) Masyarakat Dusun Miduana terutama para responden atas semua
pengetahuan yang diperoleh selama penulis melakukan penelitian.
7) Keluarga Teh Enyi dan Keluarga Pak Isep atas bantuan akomodasi selama
penulis di lapangan.
8) Mas Cepi dan keluarga yang telah banyak memberikan bantuan kepada
penulis dari mulai masuk ke DKSHE sampai penulis menyelesaikan
skripsi.
9) PILI (Pusat Informasi Lingkungan Indonesia) terutama Mbak Panca atas
bantuan sejumlah literaturnya.
10) Resort Gunung Salak I Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Pak
Ahmad, Pak Suahedi, dan Pak Seva) atas pinjaman buku di kantor resort
serta pemberian buku pada acara Kemah Konservasi.
11) Kelurga besar KPF terutama KPF 43 (Arga, Catur, Bang Amin, Dian,
Junef dan lainnya) atas semangat kebersamaan dan pengalaman pertama
dalam melakukan etnobotani pada Rafflesia di CA Gunung Simpang.
12) Keluarga besar KSHE 43 terutama untuk Breti, atas bantuan, doa dan
dukungannya.
13) Teman-teman di VAS (Voluntary Action Society); Mbak Omah, Kang
Duduy, Indan, Kiska, Mas Mono, Azis, dan lainnya atas doa dan
dukungannya selama penulis menyusun skripsi sampai selesai.
14) Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu atas bantuan,
dukungan, dan doa selama penulis belajar di IPB.
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ………………………………………………………..………. i DAFTAR TABEL ...………………………………………………………… iv DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. v DAFTAR LAMPIRAN .……………………………………………………. vi BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………… 1.2 Tujuan …………………………………………………………. 1.3 Manfaat ………………………………………………………...
1 2 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etnobotani ………………………………………….………….. 2.2 Sistem Pengetahuan Tradisional ………………….…………… 2.3 Pemanfaatan Tumbuhan ..………………………………………
3 3 4
2.3.1 Tumbuhan obat …………………………………...……. 2.3.2 Tumbuhan penghasil pangan ………………….……..… 2.3.3 Tumbuhan penghasil zat warna ………………………...
4 5 5
2.3.4 Tumbuhan penghasil pakan ternak …………………..… 2.3.5 Tumbuhan hias ………………………………………… 2.3.6 Tumbuhan aromatik ……………………………………
5 6 6
2.3.7 Tumbuhan untuk mengatasi hama ……….…………….. 2.3.8 Tumbuhan untuk kegunaan adat ……….……………… 2.3.9 Tumbuhan penghasil kayu bakar ………………………. 2.3.10 Tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan …….
6 6 7 7
2.4 Cagar Alam …………………………………………….……...… 8 BAB III METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu ……………………………………………… 3.2 Alat dan Bahan ..……………………………………………….. 3.3 Metode Pengumpulan Data ………………….…………………
9 9
10 3.3.1 Jenis data …………………………………………..…….. 3.3.2 Tahapan penelitian ..……………………………………... 3.3.3 Teknik pengambilan data ..……………………………….
10 10 11
3.4 Metode Analisis Data ………………………………………..… 3.4.1. Klasifikasi penggunaan …………………………………. 3.4.2. Persen habitus ..…………………………………………. 3.4.3. Persen bagian yang digunakan ..…………………………
12 13 13 14
3.4.4. Tingkat kesukaan (Preferensi rangking) ….……………. 3.4.5. Nilai kegunaan (Use value) ..…………………………….
14 15
ii
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI
4. 1 Letak dan Luas ….……………………………………………... 4. 2 Kondisi Fisik …………………………………………………...
16 17
4.2.1 Topografi ………………………………………………. 4.2.2 Tanah …………………………………………………... 4.2.3 Hidrologi ………………………………………………. 4.2.4 Iklim …………………………………………………....
17 17 17 18
4. 3 Kondisi Biologi ………………………………………………... 4.3.1 Flora …………………………………………….…....... 4.3.2 Fauna …………………………………………………...
18 18 18
4. 4 Kondisi Masyarakat Desa Balegede …………………………… 4.4.1 Lokasi Desa Balegede …………………………………. 4.4.2 Sejarah, budaya, dan agama …………………………… 4.4.3 Kependudukan ………………………………………… 4.4.4 Penggunaan lahan ………………………………………
19 19 19 20 21
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden ………………………………………. 5.2 Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan …………………….
22 23
5.2.1 Keanekaragam tumbuhan berdasarkan habitus ………... 5.2.2 Keanekaragam tumbuhan berdasarkan bagian yang
digunakan ……………………………………………… 5.2.3 Keanekaragam tumbuhan berdasarkan asal tumbuhan ...
27
28 29
5.3 Pemanfaatan Tumbuhan Berdasarkan Kegunaan ……………... 5.3.1 Tumbuhan penghasil pangan ………………………….. 5.3.2 Tumbuhan obat ………………………………………... 5.3.3 Tumbuhan penghasil zat warna ………………………..
30 30 31 34
5.3.4 Tumbuhan penghasil pakan ternak ……………………. 5.3.5 Tumbuhan hias ………………………………………… 5.3.6 Tumbuhan aromatik …………………………………… 5.3.7 Tumbuhan untuk mengatasi hama ……………………..
34 35 35 36
5.3.8 Tumbuhan untuk kegunaan adat ………………………. 5.3.9 Tumbuhan penghasil kayu bakar ……………………… 5.3.10 Tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan …….
37 38 38
5.3.11 Tumbuhan penghasil bahan bangunan ………………… 5.3.12 Tumbuhan penghasil bahan minuman ………………… 5.3.13 Tumbuhan dengan kegunaan lainnya …………………..
40 40 41
5.4 Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap Tumbuhan …………. 5.5 Nilai Kegunaan Tumbuhan ……………………………………. 5.6 Kearifan Tradisional dalam Pemanfaatan Tumbuhan ………….
42 43 44
5.5.1 Pembuatan gula aren …………………………………... 5.5.2 Kegiatan budidaya spesies tumbuhan berguna ………... 5.5.3 Tradisi lain yang masih dijalankan …………………….
5.7 Status Kearifan Tradisional …………………………………….
44 46 47 51
iii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ……………………………………………………. 6.2 Saran ……………………………………………………………
54 54
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
55
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 60
iv
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Tahapan kegiatan penelitian, aspek yang dikaji, sumber data, dan
metode dalam kajian etnobotani di Desa Balegede ………………….…..
2. Klasifikasi kelompok penggunaan tumbuhan oleh responden …………..
3. Sungai yang ada di Cagar Alam Gunung Simpang ……….……………..
4. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Balegede …………………………
5. Mata pencaharian masyarakat Desa Balegede …………………………..
11
13
17
20
21
6. Penggunaan lahan di Desa Balegede …………………………………….
7. Perbandingan hasil penelitian etnobotani di sekitar kawasan konservasi
8. Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan habitus ……………………….
9. Persentase bagian tumbuhan yang digunakan …………………………...
10. Beberapa spesies tumbuhan obat yang sering digunakan responden ……
21
26
28
29
32
11. Spesies tumbuhan penghasil zat warna ………………………………….
12. Beberapa spesies tumbuhan yang sering digunakan sebagai hiasan …….
13. Spesies tumbuhan penghasil pestisida nabati ……………………………
14. Spesies tumbuhan sebagai bahan minuman ……………………………..
15. Spesies tumbuhan dengan kegunaan lainnya ……………………………
16. Tingkat kesukaan responden terhadap spesies tumbuhan yang digunakan
……………………………………………………………………………
17. Nilai kegunaan spesies tumbuhan berguna ……………………………...
34
35
36
41
41
42
43
v
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Peta lokasi penelitian ……………………………………………………
2. Kondisi lokasi penelitian ………………………………………………..
3. Persentase mata pencaharian responden ………………………………...
9
19
22
4. Persentase tingkat pendidikan responden ……………………………….
5. Kelompok responden berdasarkan usia …………………………………
6. Pemanfaatan tumbuhan berdasarkan kelompok kegunaan ……………...
23
23
24
7. Keanekaragaman tumbuhan dari 20 famili yang mempunyai spesies
terbanyak dimanfaatkan …………………………….……….………….
8. Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan asal tumbuhan ……………….
9. Spesies tumbuhan pangan hasil budidaya ………………………………
10. Winahong (Anredera cordifolia) yang merambat di pagar rumah ……...
25
30
31
33
11. Ganggeng (Ceratophyllum demersum) ………………………………….
12. Tantang angin, salah satu perlengkapan upacara adat dari daun bambu
tali (Gigantochloa apus) ………………………………………………..
13. Penyimpanan kayu bakar di atas tungku …………………………..……
14. Peralatan rumah tangga hasil anyaman dan kerajinan ………………….
15. Seorang pengrajin yang sedang membuat sapu dari tamiyang cangkir
(Thysanolaena maxima) …………………….…………………………...
37
37
38
39
39
16. Rumah dengan atap lapisan ijuk dan daun tepus (Amomum coccineum)..
17. Gula yang dibungkus dengan daun cangkuang (Pandanus furcatus) …...
18. Tumbuhan dari hutan yang dibudidayakan …………………….………..
19. Hanjuang (Cordyline fruticosa) yang ditancapkan di pembenihan padi ...
20. Indung, lima ikatan padi kecil digabung jadi satu ……………………….
21. Rata-rata jumlah spesies yang dimanfaatkan berdasarkan kelompok usia
responden ………………………………………………………………………
40
45
46
48
49
51
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Daftar nama tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat Dusun Miduana
……………………………………………………………………………
2. Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pangan ………...
3. Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai obat …………………..
4. Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai penghasil zat warna ….
5. Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai pakan ternak ………….
60
65
67
74
74
6. Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan hias ………..
7. Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan aromatik …..
8. Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai penghasil pestisida
nabati ..…………………………………………………………………...
9. Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai keperluan adat ………..
10. Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai kayu bakar ……………
75
76
77
77
78
11. Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai bahan tali, anyaman,
dan kerajinan ..………………………………………………………..….
12. Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai bahan bangunan ……...
13. Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai bahan minuman ………
14. Daftar nama tumbuhan dengan kegunaan lainnya ………………………
15. Daftar responden kajian etnobotani masyarakat Dusun Miduana Desa
Balegede …………………………………………………………………
16. Lembar kuisioner yang digunakan dalam wawancara etnobotani ………
79
79
80
80
81
82
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak dimulainya peradaban, manusia sudah menggunakan tumbuhan
dan berinteraksi dengan alam sekitarnya. Dalam perkembangan kehidupan
manusia, tumbuhan telah memainkan peranan yang sangat penting dalam
perkembangan budaya mereka. Tumbuhan tersebut berperan penting dalam
kehidupan manusia karena merupakan sumber bahan pangan, papan, sandang,
obat, kerajinan, kegiatan sosial dan sebagainya. Adanya interaksi antara
masyarakat lokal dengan lingkungan alamnya, terutama mengenai penggunaan
tumbuhan dikenal dengan etnobotani (Martin 1998).
Pemanfaatan tumbuhan tidak hanya untuk kepentingan ekonomi tetapi
juga untuk kepentingan budaya pada suatu kelompok masyarakat lokal. Setiap
masyarakat lokal memiliki pengetahuan yang berbeda dalam kegiatan penggunaan
dan pengelolaan sumberdaya alam sesuai adat dan budayanya. Kegiatan
penggunaan dan pengelolaan sumberdaya alam berbasis budaya yang dilakukan
oleh masyarakat lokal disebut juga dengan kearifan tradisional. Melalui kearifan
tradisional yang dimiliki, masyarakat lokal secara langsung maupun tidak
langsung telah ikut berkontribusi dalam melaksanakan kegiatan konservasi
terhadap alam sekitarnya.
Dampak negatif dari modernisasi berupa perkembangan teknologi dan
peningkatan pendidikan membuat sebagian masyarakat terutama generasi
mudanya mengubah pola hidup mereka ke arah yang lebih modern. Masyarakat
lebih tertarik terhadap produk di luar budayanya dan meninggalkan pola
kehidupan mereka yang tradisional akibat adanya rasa rendah diri akan
kebudayaannya yang dipandang terbelakang (Attamimi 1997). Hal ini membuat
pengetahuan tradisional, antara lain mengenai pemanfaatan tumbuhan akan hilang
sebelum sempat didokumentasikan.
Proses hilangnya pengetahuan mengenai kegiatan pemanfaatan tumbuhan
akan semakin cepat karena proses transfer ilmu pengetahuan tentang pemanfaatan
tumbuhan pada masyarakat tradisional umumnya dilakukan secara oral dari
2
generasi ke generasi (Soekarman & Riswan 1992). Laju kerusakan hutan yang
semakin cepat juga membuat sejumlah spesies tumbuhan yang bermanfaat bagi
masyarakat menjadi langka.
Masyarakat Desa Balegede Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur
merupakan salah satu masyarakat daerah penyangga kawasan Cagar Alam
Gunung Simpang. Potensi sumberdaya alam Cagar Alam Gunung Simpang,
khususnya tumbuhan tidak lepas dari kepentingan masyarakat sekitar kawasan
untuk berbagai kegunaan. Data mengenai pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat
sekitar Cagar Alam Gunung Simpang belum terdokumentasi dengan baik. Oleh
karena itu kajian etnobotani (pemanfaatan tumbuhan) penting dilakukan untuk
mendokumentasikan pengetahuan masyarakat Desa Balegede mengenai
pemanfaatan tumbuhan agar pengetahuan tersebut tidak hilang seiring
berkurangnya hutan dan akibat bergesernya pola hidup masyarakat tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui jenis pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar
kawasan Cagar Alam Gunung Simpang
2. Mengetahui bentuk kearifan tradisional dalam pemanfaatan tumbuhan
oleh masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Gunung Simpang.
1.3 Manfaat
Data hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak
pengelola CA Gunung Simpang, serta sebagai langkah awal dalam upaya
penyelamatan pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan tumbuhan. Selain
itu, kajian ini juga diharapkan dapat membantu upaya konservasi terhadap
tumbuhan agar tidak menjadi langka ataupun punah terutama spesies-spesies
tumbuhan yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etnobotani
Salah satu bentuk pengetahuan tradisional masyarakat diantaranya adalah
pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan sehari-harinya
yang dikenal dengan istilah etnobotani (Dharmono 2007). Etnobotani berasal dari
dua kata dalam bahasa Yunani, Ethnos yang artinya bangsa dan Botany yang
artinya tumbuhan, sehingga etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari
hubungan langsung antara manusia dengan tumbuhan dalam bentuk pemanfaatan
secara tradisional (Soekarman & Riswan 1992).
Etnobotani merupakan ilmu yang kompleks karena banyak bagian dari
ilmu lain yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya, misalnya taksonomi, ekologi
dan geografi tumbuhan, kehutanan, antropologi, dan ilmu lainnya (Soekarman &
Riswan 1992). Oleh karena itu studi etnobotani tidak hanya mengenai data botani
taksonomis saja, tetapi juga menyangkut pengetahuan botani lokal yang
mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan tumbuhan, serta
pemanfaatan tumbuhan yang lebih diutamakan untuk kepentingan budaya dan
kelestarian sumberdaya alam (Dharmono 2007).
Hal yang membuat etnobotani menjadi penting dilakukan adalah semakin
cepatnya laju erosi sumber daya alam terutama tumbuhan serta berkurangnya
pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan tumbuhan pada sejumlah suku.
Padahal melalui etnobotani dapat diketahui sejumlah tumbuhan liar yang berguna
bagi manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik sandang,
pangan, maupun papan yang semakin meningkat seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk di Indonesia (Soekarman & Riswan 1992).
2.2 Sistem Pengetahuan Tradisional
Indonesia memiliki 931 suku bangsa mulai dari Asmat di Papua sampai
Aceh di Sumatra yang memiliki kebudayaan dengan adat-istiadat, tradisi dan
kesenian yang beragam (Taum 2006). Masyarakat lokal merupakan suatu
komunitas yang memiliki asal-usul leluhur secara turun-temurun, hidup di
wilayah tertentu, memiliki sistem nilai, ideologi, sistem politik, budaya dan sosial
4
yang khas (Affandi 2002). Mereka bukan merupakan bagian yang dominan dari
masyarakat dan bertekad untuk memelihara, mengembangkan, dan mewariskan
daerah leluhur dan identitas etnik mereka kepada generasi selanjutnya sebagai
dasar bagi kelangsungan keberadaan mereka sebagai suatu suku, sesuai dengan
pola budaya, lembaga sosial dan sistem hukum mereka (ILO 1989).
Manusia sebagai makhluk hidup tentunya mempunyai hubungan yang
erat dengan mahkluk hidup yang lainnya. Menurut Mansoben (2003) bentuk-
bentuk hubungan yang terjalin antara manusia dengan mahluk hidup lainnya
dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan apa yang terwujud sebagai hasil
dari proses interaksi tersebut amat bervariasi sesuai ekosistemnya. Variasi inilah
yang membedakan setiap kebudayaan yang dimiliki oleh setiap kelompok
masyarakat.
Oleh karena itu Ridwan (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan lokal
atau kearifan tradisional dapat diartikan sebagai usaha manusia dalam
menggunakan akal budinya untuk bertindak dan bersikap terhadap suatu objek
atau peristiwa pada suatu kondisi tertentu. Selain itu menurut Gunawan (2008)
pengetahuan tradisional (kearifan tradisional) merupakan hasil adaptasi suatu
komunitas yang berasal dari pengalaman hidup yang dikomunikasikan dari
generasi ke generasi, sehingga dianut dalam jangka waktu yang cukup lama.
2.3 Pemanfaatan Tumbuhan
Sebagian besar masyarakat Indonesia ataupun dunia yang tinggal di
pedesaan atau berdekatan dengan hutan, pada umumnya memiliki pengetahuan
tentang spesies-spesies tumbuhan liar yang dapat dimakan. Menurut Soekarman
dan Riswan (1992) baru sekitar 3-4% tumbuhan yang ada di Indonesia yang sudah
dibudidayakan dan ditanam, sedangkan sisanya berada di hutan. Kartawinata
(2004) menambahkan, masyarakat sekitar areal hutan hanya memanfaatkan
sebesar 17% saja dari sejumlah besar spesies tumbuhan yang ada. Pemanfaatan
tersebut meliputi keperluan pangan, upacara adat, pengobatan, pakan ternak, dan
lainnya.
2.3.1 Tumbuhan penghasil pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air
baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau
5
minuman bagi konsumsi manusia (UU No 7 Tahun 1996). Pangan yang
bersumber dari tumbuhan dapat berupa buah-buahan, sayuran, dan makanan
pokok. Siswoyo et al. (2004) menyebutkan bagian tumbuhan yang digunakan
adalah buah, daun, umbut, batang, bunga, biji, getah, dan tubuh buah (untuk
jamur).
2.3.2 Tumbuhan obat
Rostiana et al. (1990) menyatakan bahwa tumbuhan obat merupakan
tumbuhan yang penggunaan utamanya untuk keperluan obat-obatan dan belum
dibudidayakan. Obat-obatan dalam konteks ini meliputi obat tradisional yang daya
penyembuhannya belum dapat dibuktikan secara medis, obat fitoterapi, serta obat
modern yang secara medis sudah diakui daya penyembuhannya.
Menurut Zuhud dan Haryanto (1990), jumlah tumbuhan obat yang
dijadikan obat tradisional mencapai 10.000 spesies dan 74% dari tumbuhan
tersebut tumbuh liar di hutan. Dalam Sutarjadi (1992) disebutkan kegiatan
pemanfaatan tumbuhan sebagai sumber obat telah dilakukan sejak dulu oleh
berbagai suku di seluruh Indonesia. Pengetahuan tentang kegiatan pemanfaatan
tumbuhan obat antar suku memiliki perbedaan sesuai adat dan budayanya masing-
masing karena memiliki ekologi yang berbeda serta keragaman spesies tumbuhan
yang digunakan oleh masing- masing suku juga berbeda.
2.3.3 Tumbuhan penghasil zat warna
Zat pewarna alam adalah zat warna yang dipoleh dari alam seperti
binatang, mineral-mineral dan tumbuhan baik secara langsung maupun tidak
langsung (Sutara 2009). Tumbuhan penghasil zat warna adalah tumbuhan yang
memiliki sejumlah kecil zat kimia tertentu dalam jaringannya yang merupakan
kandungan bahan pewarna nabati yang dapat diekstrak melalui proses fermentasi,
direbus, atau secara kimiawi (Arafah 2005). Menurut Sutara (2009) bagian-
bagian tanaman yang dapat dipergunakan untuk zat pewarna alam adalah kulit
kayu, batang, daun, akar, bunga, biji dan getah. Setiap tanaman dapat merupakan
sumber zat warna alam karena mengandung pigmen alam.
2.3.4 Tumbuhan penghasil pakan ternak
Tumbuhan pakan ternak merupakan tumbuhan yang dijadikan sebagai
makanan bagi hewan ternak. Temu (1992) menyebutkan spesies-spesies tumbuhan
6
yang sering digunakan yang sering dijadikan pakan ternak diantaranya adalah
daun lamtoro, gamal, reo, kelapa, beringin, mengkudu, kapas, dan kemiri.
2.3.5 Tumbuhan hias
Tumbuhan hias adalah tumbuhan yang dipergunakan sebagai dekorasi
baik ruangan ataupun luar ruangan (Dunia Tanaman 2009). Tanaman adalah
tumbuhan yang telah dibudidayakan. Tanaman hias memiliki berbagai macam
spesies mulai dari tanaman berbunga sampai tanaman yang berbentuk unik.
Bentuk tanaman ini sangat beraneka ragam dan masing-masing tanaman memiliki
daya tarik tersendiri untuk layak dikoleksi.
2.3.6 Tumbuhan aromatik
Tumbuhan aromatik juga dikenal dengan sebutan tumbuhan penghasil
minyak atsiri. Tumbuhan ini memiliki ciri mempunyai bau dan aroma yang khas.
Biasanya berfungsi sebagai pewangi, pemberi rasa, dan lainnya (Arafah 2005).
Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman aromatik merupakan komoditas
ekspor non migas yang dibutuhkan diberbagai industri seperti dalam industri
parfum, kosmetika, industri farmasi/obat-obatan, industri makanan dan minuman.
2.3.7 Tumbuhan untuk mengatasi hama (pestisida nabati)
Pestisida nabati merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal
dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan
yang terbatas (Lestari 2005). Jenis pestisida ini mudah terurai di alam sehingga
tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia maupun ternak
peliharaan karena residunya mudah hilang. Lestari (2005) menyatakan bahwa
tumbuhan untuk mengatasi hama atau penghasil pestisida nabati biasanya
mempunyai senyawa kimia yang dapat digunakan untuk organisme pengganggu
tumbuhan, baik berupa hama dan penyakit tumbuhan maupun tumbuhan
pengganggu (gulma).
2.3.8 Tumbuhan untuk kegunaan adat
Diantara pengetahuan tentang tumbuhan yang dimiliki oleh masyarakat,
ada yang bersifat spiritual, magis, dan ritual (Kartiwa & Martowikrido 1992). Hal
ini terlihat dari banyaknya spesies tumbuhan yang digunakan dalam upacara-
upacara adat. Upacara adat merupakan sebuah upacara yang dilaksanakan secara
turun-temurun, yang tidak diketahui siapa yang melaksanakan untuk pertama
7
kalinya (Asnawi 1992). Bentuknya bermacam-macam, tetapi tetap berkaitan
dengan kepercayaan dan religi.
Menurut Kartiwa dan Martowikrido (1992), spesies tumbuh-tumbuhan
yang dipakai dalam upacara berbeda-beda menurut pengetahuan masyarakat
masing-masing di berbagai etnis atau daerah. Kemudian Kartiwa dan
Martowikrido (1992) juga menyebutkan tumbuhan yang dipakai dalam upacara
adalah tumbuhan yang memiliki sejumlah ciri berikut:
1. Sifat-sifat dari tumbuhan tertentu yang menjadi simbol sesuatu hal.
2. Sifat dan nama tumbuhan yang diasosiasikan dengan kata-kata yang
mengadung nilai baik.
3. Memiliki sifat-sifat yang berguna
4. Memiliki keindahan karena warna-warnanya
5. Tumbuhan yang digunakan sebagai pengharum dan zat pengawet.
2.3.9 Tumbuhan penghasil kayu bakar
Pada dasarnya semua spesies tumbuhan berkayu atau yang berbentuk
pohon dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Rahayu et al. (2007) menyebutkan
pada masyarakat lokal sekitar Kawasan Konservasi PT. Wira Karya Sakti Sungai
Tapa Jambi mempunyai kriteria tertentu dalam memilih kayu, antara lain kayunya
“kering”, awet atau tidak cepat habis dan energi panas yang dihasilkan cukup
tinggi. Hasil penelitian Djamalui (1998) menyebutkan suku Sougb di Manokwari
umumnya memilih kayu untuk kayu bakar adalah kayu yang memiliki sifat mudah
terbakar, mudah dibelah, menghasilkan bara yang cepat, tidak cepat habis
terbakar, tidak berasap banyak, dan penghasil panas yang baik.
2.3.10 Tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan
Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajian merupakan tumbuhan
yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan tali, anyaman, dan kerajinan.
Menurut Isdijoso (1992), tumbuhan yang termasuk dalam kelompok sumber
bahan tali dan anyaman dianataranya adalah kapas (Gossypium hirsutum L), kenaf
(Hibiscus cannabinus L), rosella (Hibiscus sabdariffa L), yute (Chorcorus
capsularis L), rami (C. olitorius L), abaca (Musa textilis L), dan sisal (Agave
sisalana Perr dan Agave cantula Roxb).
8
2.4 Cagar Alam
Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan
alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem
tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami
(UU No 5 Tahun 1990). Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1990, kawasan
yang termasuk ke dalam kawasan suaka alam mempunyai fungsi pokok sebagai
kawasan pengawetan keanekaragam tumbuhan dan satwa, beserta ekosistemnya,
selain itu kawasan ini juga berfungsi sebagai wilayah perlindungan sistem
penyangga kehidupan.
Adapun kriteria untuk penunjukkan dan penetapan sebagai kawasan
cagar alam menurut Ditjen PHKA (2009):
1. Mempunyai keanekaragaman spesies tumbuhan dan satwa dan tipe
ekosistem;
2. Mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya;
3. Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli
dan tidak atau belum diganggu manusia;
4. Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang
pengelolaan yang efektif dan menjamin keberlangsungan proses ekologis
secara alami;
5. Mempunyai ciri khas potensi dan dapat merupakan contoh ekosistem
yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi; dan atau
6. Mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya
yang langka atau yang keberadaannya terancam punah.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan cagar alam adalah
kegiatan yang bermanfaat untuk (UU No 5 Tahun 1990):
1. Penelitian dan pengembangan
2. Ilmu pengetahuan
3. Pendidikan
4. Kegiatan penunjang budidaya
BAB III
METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan terhadap masyarakat sekitar Cagar Alam Gunung
Simpang yang berada di Dusun Miduana, Desa Balegede, Kecamatan Naringgul,
Kabupaten Cianjur. Penelitian dilaksanakan di Dusun Miduana karena dusun ini
berbatasan langsung dengan kawasan Cagar Alam Gunung Simpang dan interaksi
masyarakat dengan hutan di kawasan cagar alam lebih tinggi dibandingkan
dengan masyarakat dusun lainnya di Desa Balegede. Pengambilan data dilakukan
pada Januari, Februari, dan Mei 2010.
Gambar 1 Lokasi penelitian (sumber: upload.wikimedia.org)
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, alat perekam,
kamera digital, pedoman wawancara dalam pengambilan data (kuisioner), buku
identifikasi spesies tumbuhan, tally sheet, kantung plastik warna bening ukuran
40x60 cm, selotip, double tape, staples, alkohol 70%, label gantung, dan kertas
10
koran. Objek penelitian adalah masyarakat Dusun Miduana serta sejumlah spesies
tumbuhan yang terdapat di lingkungan sekitarnya.
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis data
Data yang diambil terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data penggunaan tumbuhan oleh masyarakat yang meliputi nama lokal
tumbuhan, manfaatnya, bagian tumbuhan yang digunakan, cara penggunaannya,
habitus, teknik pemanenannya, serta adanya upaya budidaya terhadap spesies
tumbuhan yang dimanfaatkan atau mengambil secara langsung dari hutan. Selain
itu dilakukan pengambilan sampel tumbuhan sebagai bahan pembuatan herbarium
untuk memudahkan identifikasi. Kemudian dilakukan juga penilaian untuk
memperoleh nilai kegunaan suatu spesies tumbuhan dan tingkat kesukaan
responden terhadap suatu spesies tumbuhan. Data sekunder merupakan catatan
mengenai kondisi masyarakat Desa Balegede khususnya masyarakat Dusun
Miduana, kondisi umum Cagar Alam Gunung Simpang, serta sejumlah literatur
atau catatan lain yang terkait.
3.3.2 Tahapan penelitian
Tahapan penelitian dan aspek yang dikaji dalam kajian etnobotani
dilakukan secara bertahap dalam 3 tahapan utama, yaitu:
Tahap 1 : Kajian pustaka terhadap sejumlah literatur, catatan, laporan-laporan
dan dokumen lainnya yang ada di kantor Desa Balegede, Balai
Konservasi Sumberdaya Alam, Dirjen Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam (PHKA) dan Pemda Kabupaten Cianjur.
Tahap 2 : Kajian etnobotani/survei lapangan dengan melakukan wawancara
secara mendalam terhadap sejumlah responden di Desa Balegede
dan pengambilan sampel tumbuhan.
Tahap 3 : Pengolahan dan analisis data terhadap semua data dan informasi
yang diperoleh dari tahap I dan II.
Setiap tahapan mempunyai beberapa aspek yang harus dikaji (Tabel 1).
Aspek yang dikaji disesuaikan dengan kelompok tahapan kegiatan yang
dilakukan. Selain itu ditentukan pula sumber data dan metode untuk melakukan
kajian terhadap aspek tersebut.
11
Tabel 1 Tahapan kegiatan penelitian, aspek yang dikaji, sumber data, dan metode dalam kajian etnobotani di desa Balegede
No. Tahapan kegiatan Aspek Kajian Sumber Data Metode 1. Kajian pustaka - Kondisi umum lokasi
penelitian - Topografi dan geologi - Iklim dan hidrologi - Flora dan fauna - Kondisi sosial budaya
masyarakat
Kantor Desa Balegede, BKSDA, Dirjen PHKA, Pemda Kabupaten Cianjur.
Menelaah laporan, dokumen, dan sejumlah literatur lainnya.
2. Kajian etnobotani/ survei lapangan
- Spesies tumbuhan dan jenis pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat
- Bentuk kearifan tradisional dalam pemanfaatan tumbuhan
Key person, responden, lingkungan sekitar masyarakat.
Wawancara, dokumentasi, pengambilan sampel.
3. Pengolahan dan analisis data
- Pengolahan data - Analisis data
Data hasil kajian lapangan dan sejumlah dokumen atau catatan penting lainnya.
Pengolahan secara kuantitatif dan analisis kualitatif/ deskriptif.
3.3.3 Teknik pengambilan data
3.3.3.1 Penentuan responden
Pemilihan reponden dilakukan dengan teknik snowball sampling yaitu
menentukan responden kunci (key person) untuk kemudian menentukan
responden yang lain berdasarkan informasi dari responden sebelumnya.
Responden kunci adalah orang yang memiliki pengetahuan luas mengenai nama
lokal tumbuhan dan manfaat atau kegunaan dari tumbuhan tersebut serta memiliki
intensitas tinggi dalam pemanfaatan tumbuhan. Jumlah responden yang
diwawancarai pada penelitian ini sebanyak 30 orang.
3.3.3.2 Wawancara dan pengamatan langsung
Kajian etnobotani ini dilakukan melalui wawancara semi terstruktur atau
pengisian kuisioner dengan pendalaman pertanyaan sesuai keperluan. Hal-hal
yang ditanyakan kepada responden meliputi spesies tumbuhan dan jenis
pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat serta bentuk kearifan tradisional yang ada
di masyarakat dalam upaya konservasi tumbuhan. Selain itu dilakukan juga
pengamatan langsung untuk mengetahui kearifan tradisional yang ada di
12
masyarakat dalam upaya konservasi tumbuhan serta jenis pemanfaatan tumbuhan
oleh masyarakat.
3.3.3.3 Pembuatan herbarium
Herbarium merupakan koleksi spesimen tumbuhan yang terdiri atas
begian-bagian tumbuhan (ranting lengkap dengan daun-daun dan kuncup yang
utuh, serta lebih baik apabila ada bunga dan buahnya). Pembuatan herbarium
dilakukan untuk memudahkan proses identifikasi spesies tumbuhan yang belum
diketahui jenisnya serta dokumentasi spesies tumbuhan yang diperoleh dari hasil
wawancara. Adapun tahapan dalam pembuatan herbarium adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan
daunnya, jika ada bunga dan buahnya.
2. Contoh herbarium dipotong dengan panjang sekitar 40 cm.
3. Contoh herbarium diberi label gantung yang berukuran 3x5 cm. Label
gantung berisi tentang nomor koleksi, inisial nama kolektor, tanggal
pengambilan spesimen, nama lokal spesimen, dan lokasi pengambilan
spesimen.
4. Contoh herbarium yang telah diberi label gantung kemudian dirapikan
dan dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran yang dilipat dua. Satu
lipatan kertas koran untuk satu spesimen.
5. Lipatan kertas koran yang berisi spesimen ditumpuk menjadi satu dan
dimasukkan kedalam kantong plastik bening berukuran 40x60 cm.
6. Tumpukan spesimen disiram dengan alkohol 70% hingga seluruh bagian
tumpukan tersiram merata, kemudian kantong plastik ditutup rapat agar
alkohol tidak menguap keluar kantong.
7. Setelah sampai di tempat koleksi herbarium, tumpukan contoh herbarium
dipres dalam sasak, kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu
550C selama 5 hari.
8. Setelah kering, herbarium kemudian diidentifikasi di Herbarium
Bogoriense, LIPI Bogor.
3.4 Metode Analisis Data
Data hasil wawancara dan identifikasi tersebut disusun secara
berkelompok sesuai klasifikasi penggunaan berdasarkan nama lokal spesies,
13
famili, manfaat, bagian tumbuhan yang digunakan, cara penggunaan, dan
habitusnya untuk memudahkan analisis selanjutnya. Selain itu dihitung pula nilai
dari tingkat kesukaan serta nilai kegunaan dari 20 spesies yang paling sering
dimanfaatkan oleh masyarakat. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara
deskriptif kualitatif.
3.4.1 Klasifikasi penggunaan
Spesies tumbuhan yang diperoleh dari wawancara dengan sejumlah
responden kemudian diklasifikasikan berdasarkan penggunaannya yang meliputi
12 kelompok kegunaan (Tabel 2). Identifikasi tumbuhan secara keseluruhan
menggunakan buku Tumbuhan Beguna Indonesia jilid I-IV (Heyne 1982).
Beberapa spesies tumbuhan yang tidak teridentifikasi, diidentifikasi lebih lanjut
dengan menggunakan buku lainnya yakni Tumbuhan Obat Taman Nasional
Gunung Halimun (Harada et al. 2006) untuk spesies tumbuhan obat dan pangan,
Galeri Tanaman Hias Lanskap (Lestari & Kencana 2008) dan Anggrek Alam di
Kawasan Konservasi Pulau Jawa (Puspitaningtyas 2003) untuk spesies tumbuhan
hias, Beberapa Jenis Bambu (Sastrapradja et al. 1980) dan Identifikasi Jenis-jenis
Bambu di Kepulauan Sunda Kecil (Widjaja & Elizabeth 2001) untuk spesies
bambu, Palem Indonesia (Sastrapradja et al. 1980) untuk spesies palem, serta
Tumbuhan Air (Sastrapradja 1981) untuk spesies tumbuhan air.
Tabel 2 Klasifikasi kelompok penggunaan tumbuhan oleh responden No. Klasifikasi penggunaan tumbuhan 1. Tumbuhan obat 2. Tumbuhan penghasil pangan 3. Tumbuhan penghasil zat warna 4. Tumbuhan penghasil pakan ternak 5. Tumbuhan hias 6. Tumbuhan aromatik 7. Tumbuhan penghasil pestisida nabati 8. Tumbuhan untuk kegunaan adat 9. Tumbuhan penghasil kayu bakar
10. Tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan 11. Tumbuhan penghasil bahan bangunan 12. Tumbuhan penghasil bahan minuman
Sumber: Arafah (2005)
3.4.2 Persen habitus
Persen habitus (perawakan) dihitung untuk melihat persentase setiap
habitus dari spesies tumbuhan yang diperoleh dari hasil wawancara. Kelompok
14
habitus yang digunakan adalah pohon, perdu, herba, liana, epifit, lumut, dan
tumbuhan air. Perhitungan persentase habitus dilakukan secara umum terhadap
semua spesies tumbuhan yang diperoleh dari wawancara.
Hasil perhitungan akan memperlihatkan habitus mana yang memiliki
jumlah terbanyak sampai jumlah yang paling sedikit secara keseluruhan. Analisis
ini dilakukan melalui perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
Persen habitus tertentu = Σ habitus tertentu Σ seluruh habitus x 100%
3.4.3 Persen bagian yang digunakan
Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui persentase setiap bagian
tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat dalam kegiatan pemanfaatan
tumbuhan. Bagian tumbuhan yang digunakan dapat meliputi daun, batang, buah,
bunga, biji, akar, batang, kulit batang, rimpang, umbi, getah, tunas, seluruh
bagian, dan bagian lainnya. Perhitungan persen bagian yang digunakan dilakukan
secara umum terhadap semua spesies tumbuhan yang diperoleh dari wawancara.
Persen bagian tumbuhan yang digunakan diperoleh melalui perhitungan sebagai
berikut:
Persen bagian yang digunakan = Σ bagian tumbuhan yang digunakan Σ seluruh bagian yang digunakan x 100%
3.4.4 Tingkat kesukaan
Analisis tingkat kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan
(Preferensi ranking) responden terhadap spesies tumbuhan yang mereka
manfaatkan sehingga dapat terlihat spesies tumbuhan apa yang paling disukai di
masyarakat. Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk
mengurutkan sejumlah spesies yang diberikan berdasarkan kesukaannya terhadap
spesies tumbuhan tersebut (Cotton 1997). Jumlah spesies tumbuhan yang
diberikan dalam penelitian ini dibatasi pada 20 spesies tumbuhan yang sering
dimanfaatkan oleh masyarakat, sehingga nilai maksimal yang diberikan oleh
responden sesuai jumlah spesies tumbuhan yang dinilai yakni 20 dan nilai
minimal adalah 1.
15
Data yang diperoleh dari semua responden kemudian digabungkan untuk
melihat nilai secara keseluruhan pada setiap spesies (Cotton 1997). Berikut ini
merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya nilai kesukaan
responden terhadap suatu spesies:
TSSs = (R1S+R2S+R3S+ …… + RiS)
Keterangan: Tsss = total nilai spesies ke-S
R1s = nilai yang diberikan oleh responden ke-1 untuk spesies ke-S
R2s = nilai yang diberikan oleh responden ke-2 untuk spesies ke-S
Ris = nilai yang diberikan oleh responden ke-i untuk spesies ke-S
3.4.5 Nilai kegunaan
Nilai kegunaan (use value) diperoleh untuk mengetahui spesies
tumbuhan yang memiliki kegunaan tinggi di masyarakat. Pada penelitian ini
spesies tumbuhan yang dinilai sebanyak 20 spesies yang paling banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat dan dilakukan dengan tiga kali pengulangan pada
waktu yang berbeda. Pengulangan ini dilakukan untuk melihat konsistensi
responden dalam menyebutkan kegunaan suatu spesies tumbuhan.
Semakin besar nilai yang diperoleh artinya spesies tumbuhan tersebut
sangat berguna di masyarakat. Nilai kegunaan dihitung berdasarkan rumus berikut
ini (Philips & Gentry 1993, diacu dalam Cotton 1997):
UVs = Σ UVis is
Keterangan:
UVs = nilai seluruh penggunaan spesies s
UVis = nilai penggunaan responden i atas spesies s
is = total responden yang diwawancarai dalam penggunaan spesies s
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI
4. 1 Letak dan Luas
Kawasan hutan Gunung Simpang ditetapkan sebagai cagar alam
berdasarkan Surat Keputusan Mentri Pertanian Nomor: 41/Kpts/Um/1/179 tanggal
11-1-1979 (Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2008). Luas Cagar Alam
Gunung Simpang adalah ±15.000 ha. Cagar alam ini terletak di dua kabupaten
yakni Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat, serta pada
koordinat 107º 25' 15" BT – 107º 26' 12" BT dan 7º 20' 21" LS – 7º21' 13" LS
(Resort Cagar Alam Gunung Simpang 2010). Kawasan Cagar Alam Gunung
Simpang dibagi menjadi 4 resort, yaitu Resort Simpang Barat, Resort Simpang
Selatan, Resort Simpang Timur dan Resort Simpang Utara. Kawasan tersebut
dikelilingi oleh 12 desa yang secara administrasi termasuk wilayah Kecamatan
Naringgul dan Kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur (Puspitaningtyas 2005).
Adapun batas kawasan Cagar Alam Gunung Simpang adalah (Resort
Cagar Alam Gunung Simpang 2010):
Sebelah utara : Perkebunan teh Paranggong dan Patuha serta Cagar Alam
Gunung Tilu yang secara administrasi pemerintahan
termasuk Desa Sugihmukti Kecamatan Pasir Jambu
Kabupaten Bandung
Sebelah barat : Kawasan hutan lindung, hutan Perum Perhutani dan tanh
milik/lahan pertanian di Desa Balegede, Sukabakti,
Naringgul, dan Malati, Kecamatan Naringgul Kabupaten
Cianjur
Sebelah timur : Tanah milik/lahan pertanian Desa Mekarjaya, Puncak baru,
dan Cibuluh, Kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur
Sebelah selatan : Tanah milik Desa Neglasari, Gelarpawitan, Kecamatan
Cidaun dan Desa Wangunsari Kecamatan Naringgul
Kabupaten Cianjur
17
4. 2 Kondisi Fisik
4.2.1 Topografi
Topografi kawasan Cagar Alam Gunung Simpang bergelombang,
berbukit terjal serta bergunung dengan ketinggian tempat berkisar antara 800-
1823 mdpl (Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2008). Puncak tertinggi adalah
Gunung Simpang dengan ketinggian sekitar 1823 mdpl. Kemiringan lereng di
punggung gunung hanya berkisar antara 20-300, tetapi di bagian tengah gunung
kemiringan dapat mencapai 60-700 (Puspitaningtyas 2005). Pada sisi-sisi lereng
tertentu, lerengnya sangat curam dan berbatu cadas sehingga sangat sulit didaki.
4.2.2 Tanah
Spesies tanahnya berupa tanah lempung liat hingga lempung berpasir
yang gembur dan berwarna coklat. Ketebalan serasah dan akar-akar pohon cukup
tebal sehingga membantu untuk mempertahankan struktur tanah yang gembur.
Berdasarkan pengukuran pH meter, derajat kemasaman tanahnya masih tergolong
agak asam yaitu berkisar antara 4.5–5.5. Hal tersebut dikarenakan bahan organik
di dalam tanah cukup banyak sehingga tanahnya cenderung bersifat asam
(Puspitaningtyas 2005).
4.2.3 Hidrologi
Kawasan Gunung Simpang memiliki sumber air yang cukup berlimpah
sehingga di sela-sela pegunungan akan tampak beberapa air terjun yang cukup
tinggi dan deras. Danau alam di CA Gunung Simpang umumnya kecil, di
antaranya Kubang Parigi, Kubang Karet, Kubang Gede, Kubang Citugu dan Situ
Kubang Urug yang terbesar luas 5 ha. Secara hidrologis kawasan ini mempunyai
arti penting bagi kehidupan manusia disekitarnya.
Tabel 3 Sungai yang ada di Cagar Alam Gunung Simpang
No. Nama Sungai Lokasi Muara Keterangan 1. Cipandak Simpang Barat Laut Pantai Selatan 2. Cidaun Simpang Barat Sungai Cidamar Pantai Selatan 3. Ciogong Simpang Barat Sungai Cidamar Pantai Selatan 4. Cidamar Simpang Selatan Laut Pantai Selatan
5. Cimaragang Simpang Utara Simpang Timur
Sungai Cidamar Pantai Selatan
Sumber: Resort Cagar Alam Gunung Simpang (2010)
18
4.2.4 Iklim
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson iklim kawasan ini termasuk
tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata per tahun antara 2000-3500 mm. Suhu
rata-rata antara 15-25°C dengan kelembaban udara dapat mencapai 80% (Dinas
Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2008). Bulan basah di daerah ini terjadi antara
bulan Oktober s/d Februari, sedang bulan kering terjadi pada bulan April s/d
September (Resort Cagar Alam Gunung Simpang 2010).
4. 3 Kondisi Biologi
Cagar Alam Gunung Simpang merupakan salah satu kawasan konservasi
yang masih memiliki hutan alami yang cukup luas di wilayah Bandung Selatan
sampai wilayah Cianjur Selatan. Kawasan ini memiliki tipe hutan dataran rendah
sampai pengunungan sangat yang mendukung keberadaan keanekaragaman hayati
yang penting. Beberapa spesies flora dan fauna yang terdapat di Cagar Alam
Gunung Simpang adalah:
4.3.1 Flora
CA Gunung Simpang memiliki formasi Lauro-Fagaceous yang khas
Jawa Barat. Formasi ini didominasi species tumbuhan dari keluarga Lauraceae,
seperti Litsea sp. dan Crytocaria sp., bersama spesies tumbuhan dari keluarga
Fagaceae seperti kihuru (Quercus sp.) dan saninten (Castanopsis sp.)
(HIMAKOVA 2008). Tipe ekosistem Cagar Alam ini termasuk tipe hutan hujan
pegunungan yang ditumbuhi juga beberapa spesies liana dan epifit seperti owar
(Fagellaria indica), kasungka (Dnetum neglectum), kibarece (Vitis compressa),
anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis), kadaka (Drynaria sp.), benalu (Diplazium
esculentum) dan lain-lain (Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2008).
4.3.2 Fauna
Spesies-spesies satwa liar yang terdapat di cagar alam ini adalah lutung
(Trachypithechus auratus), kijang (Muntiacus muntjak), ayam hutan (Gallus
gallus), kadal (Mabouya sp), bunglon (Conycephalus dilophus), tokek (Gecko
gecko) dan lain-lain (Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2008).
4
4
l
y
s
l
k
M
a
k
S
d
K
4
p
m
G
p
d
d
p
k
4. 4 Ko
4.4.1 Lok
Des
langsung de
yang berbat
salah satu d
luas sekitar
kedusunan
Miduana. D
alam adalah
Seb
kabupaten B
Simpang dan
dengan Des
Kecamatan C
4.4.2 Sej
Ma
pribadi deng
menyebutka
Gunung Sim
penjajahan B
dan bersemb
dari kata “ny
para pekerja
kelompok y
ndisi Masya
kasi Desa B
sa Balegede
engan Cagar
tasan langsu
aerah penya
3791 Ha da
Babakan, D
Dari kelima d
Dusun Midu
G
belah utara
Bandung. S
n Desa Wan
sa Sukabakti
Cibinong, ka
arah, buday
asyarakat De
gan pengelol
an asal usul
mpang (Od
Belanda, sej
bunyi di ka
yimpang” y
a paksa tad
yang berjalan
arakat Desa
Balegede
e terletak d
r Alam Gun
ung dengan
angga kawas
an terbagi k
Dusun Pasir
dusun ini, d
uana.
Gambar 2 K
desa berbat
Sebelah timu
ngunsari Kec
i. Sebelah b
abupaten Cia
ya dan agam
esa Baleged
la cagar alam
masyarakat
dang 18 Me
jumlah oran
awasan hutan
yang artinya
di beristirah
n ke arah y
a Balegede
di Resort S
nung Simpa
cagar alam,
san konserva
kedalam 5 ke
r Baru, Du
dusun yang b
Kondisi lokas
tasan dengan
ur berbatasa
camatan Nar
barat berbat
anjur.
ma
de merupaka
m sekaligus
t Desa Baleg
ei 2010, k
ng yang men
n Gunung S
mampir. Di
hat dan kem
yang berbeda
impang Bar
ang di bagia
maka Desa
asi ini. Desa
edusunan, y
usun Sindan
berbatasan l
si penelitian
n perkebuna
an dengan
ringgul. Sebe
tasan dengan
an Suku Sun
tokoh masy
gede terkait
omunikasi
njadi pekerja
Simpang. Si
i puncang G
mudian terb
a. Salah satu
rat karena
an barat. Seb
a Balegede m
a Balegede m
yakni Dusun
ng Kasih, d
angsung den
an teh yang
Cagar Alam
elah selatan
n Desa Wa
nda. Hasil k
yarakat Desa
t dengan sej
pribadi). Pa
a paksa mel
impang send
Gunung Simp
agi menjadi
u kelompok
19
berbatasan
bagai desa
merupakan
mempunyai
n Balegede,
dan Dusun
ngan cagar
g termasuk
m Gunung
berbatasan
anasari dan
komunikasi
a Balegede
jarah nama
ada jaman
larikan diri
diri berasal
pang inilah
i beberapa
k kemudian
20
pergi ke arah yang sekarang menjadi Desa Balegede dan membuat kelompok
masyarakat baru sehingga berkembang menjadi Desa Balegede.
Kebudayaan masyarakat Balegede saat ini memang sudah tidak seperti
dulu. Banyak tradisi-tradisi yang sudah tidak dilakukan lagi di masyarakat. Pada
jaman dahulu, masih banyak kesenian tradisional yang dipentaskan, baik itu
ketika ada upacara pernikahan, upacara panen padi, bahkan pada kegiatan
penyambutan pejabat atau orang penting lainnya. Saat ini banyak orang lebih
memilih mementaskan dangdut untuk meramaikan acara pernikahan atau acara
lainnya.
Saat ini tradisi yang masih dilakukan di masyarakat tidak terlalu
mencolok dan tidak semua masyarakat bersedia memberikan informasi mengenai
hal tersebut. Dari hasil wawancara akhirnya diketahui bahwa beberapa masyarakat
merasa takut jika tradisi yang selama ini mereka laksanakan dipandang menyalahi
aturan agama oleh orang luar. Menurut data kependudukan Pemda Kabupaten
Cianjur (2007) seluruh masyarakat Desa Balegede adalah pemeluk agama Islam.
Karena itulah saat ini tidak semua warga masih menjalankan tradisi, beberapa ada
yang sudah sama sekali tidak menjalankannya karena pertimbangan agama. Selain
itu ada semacam aturan tidak tertulis bahwa dalam menjalankan tradisi tidak boleh
dilakukan setengah setengah, yang artinya jika akan menjalankan maka lakukan
sepenuhnya dan jika akan meninggalkan maka tinggalkan sepenuhnya.
4.4.3 Kependudukan
Berdasarkan data kependudukan Desa Balegede tahun 2009 jumlah
penduduk Desa Balegede sebanyak 5.542 jiwa yang terdiri atas laki-laki sebanyak
2.765 jiwa dan perempuan sebanyak 2.777 jiwa. Tingkat pendidikan masyarakat
kebanyakan adalah SD sebanyak 60,23% (Tabel 4). Mata pencaharian didominasi
oleh petani, yakni sebesar 78,74% dari total keseluruhan (Tabel 5).
Tabel 4 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Balegede No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Tidak tamat SD 815 23,10 2 SD 2125 60,23 3 Sekolah Agama 85 2,41 4 SMP 416 11,79 5 SMA 56 1,59 6 Perguruan Tinggi 31 0,88 Sumber: Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (2009)
21
Tabel 5 Mata pencaharian masyarakat Desa Balegede No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Petani 1415 78,74 2 Pedagang 70 3,89 3 PNS/TNI/POLRI 56 3,12 4 Lain-lain 256 14,25 Sumber: Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (2009)
4.4.4 Penggunaan lahan
Penggunaan lahan di Desa Balegede meliputi sawah, kebun atau ladang,
pekarangan, kolam, dan lainnya. Penggunaan lahan lainnya yakni sebagai
pemukiman, sejumlah fasilitas umum seperti sekolah, mesjid, serta penggunaan
lain yang tidak termasuk kepada kategori yang telah disebutkan. Sebagian besar
lahan digunakan untuk lainnya sekitar 51% dari luas keseluruhan (Tabel 6).
Tabel 6 Penggunaan lahan di Desa Balegede
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Sawah 497 13,11 2 Kebun/ladang 1.088 28,70 3 Pekarangan 12 0,32 4 Kolam 251,5 6,63 5 Lainnya 1.942,5 51,24 Sumber : Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (2009)
5
D
s
(
g
d
h
a
b
b
(
l
m
m
i
p
17%
5.1 Ka
Res
Dusun Midu
sisanya pere
19 orang (
(Gambar 3).
gula aren ha
dilakukan. H
hidup lebih
aren (Areng
berbunga pa
bulan saja.
Tin
(SD) yakni
lulusan SMA
menuju seko
memilih sek
itu masih b
penting.
10%
rakteristik
sponden yan
uana. Seban
empuan. Seb
63%), sisan
. Pada masy
anya sebaga
Hal ini dise
bergantung
ga pinnata) j
ada waktu t
Gambar
ngkat pendid
sebanyak 1
A, dan tidak
olah cukup j
kolah sampai
banyak pula
10%
HASIL DA
Responden
ng diwawan
nyak 60% at
bagian besar
nya merupa
yarakat Dusu
ai mata penc
ebabkan pen
g kepada has
juga tidak d
tertentu dan
3 Persentas
dikan respon
7 orang atau
k tamat SD
jauh, sehing
i tingkat SD
a yang berp
BAB V
AN PEMBA
ncarai seba
tau 18 orang
r responden
akan wirasw
un Miduana,
caharian sam
nghasilan ut
sil pertanian
dilakukan se
n waktu pen
se mata penc
nden didom
u 56% dan
(Gambar 4)
gga membua
D saja, bahka
pikir bahwa
63%
AHASAN
anyak 30 o
g diantarany
merupakan
wasta, pedag
sebagian be
mpingan me
tama untuk
n. Selain itu
panjang tah
nyadapannya
caharian resp
minasi oleh
sisanya mer
). Hal ini di
at sebagian b
an ada yang
a sekolah bu
pet
wir
ped
bur
rang dari m
ya adalah lak
petani yakn
gang, dan b
esar kegiatan
eskipun cuku
memenuhi
u kegiatan p
un, karena a
a pun hanya
ponden
lulusan sek
rupakan lulu
isebabkan ak
besar masya
tidak tamat
ukanlah ses
tani
raswasta
dagang
ruh tani
masyarakat
ki-laki dan
ni sebanyak
buruh tani
n membuat
up intensif
kebutuhan
penyadapan
aren hanya
a beberapa
kolah dasar
usan SMP,
ksesibilitas
arakat lebih
SD. Selain
suatu yang
l
p
j
m
m
k
p
(
.
5
m
S
k
m
34%
Seb
lebih didom
pada kalang
jaman, sehin
mereka keta
masyarakat
karena perg
pada penelit
(Gambar 5)
.
5.2 Pem
Ma
masih terga
Sebagian be
kawasan hut
masyarakat
15%
%
Gambar
bagian besar
minasi oleh
gan generas
ngga penget
ahui hanya
yang berusi
i merantau k
tian ini sebag
Gambar
manfaatan K
asyarakat D
antung terha
esar tumbuh
tan yang me
untuk mem
13%
3%
13%
4 Persentas
r informasi m
masyarakat
si muda sud
tahuan meng
sebatas un
ia produktif
ke luar daer
gian besar be
r 5 Kelompo
Keanekarag
esa Baleged
adap tumbuh
han tidak d
erupakan kaw
masuki kaw
21%
51%
%
20
e tingkat pen
mengenai pe
yang berus
dah berkura
genai peman
ntuk pangan
f sekitar 15-
rah untuk be
erusia antara
ok responden
gaman Tum
de, khususn
han yang te
diperoleh la
wasan cagar
wasan hutan
0%
30%
ndidikan res
engetahuan p
sia lanjut. P
ang karena
nfaatan tumb
n dan hiasa
-30 tahun ja
ekerja. Oleh
a 50-60 tahu
n berdasarka
mbuhan
nya masyar
erdapat di l
angsung dar
r alam. Hal i
n cukup te
tidak tam
tamat S
tamat S
tamat S
<30 t
30-<4
40-<5
50-<6
≥60 t
sponden
pemanfaatan
Pemanfaatan
dianggap k
buhan yang
an. Selain i
arang berada
h karena itu
un yakni men
an usia
rakat Dusun
lingkungan
ri hutan kar
ini menyebab
erbatas dan
23
mat SD
D
MP
MA
tahun
40 tahun
50 tahun
60 tahun
tahun
n tumbuhan
tumbuhan
ketinggalan
umumnya
itu jumlah
a di rumah
responden
ncapai 34%
n Miduana
sekitarnya.
rena status
bkan akses
n sebagian
m
h
i
s
j
t
K
d
m
k
m
d
b
b
p
i
s
masyarakat
hutan sehing
itu pada um
sudah berus
jauh.
Kaw
tepi yang
Kebanyakan
digunakan u
mengambil
kerajinan. B
meskipun sa
dilakukan, k
Tin
bahan pang
budidaya. M
pangan tidak
intensitas pe
sebagai baha
Ga
01020304050607080
Jum
lah
spes
ies
ada yang s
gga intensita
mumnya mas
ia lanjut, di
wasan hutan
berbatasan
n masyarak
untuk kayu
tumbuhan y
Bahkan ada
angat jarang
karena kegiat
ngginya pem
gan membua
Meskipun jum
k sebanyak s
emanfaatan
an pangan.
ambar 6 Pem
6274
4
sudah memi
as pengambi
syarakat yan
samping ake
n yang masih
langsung
kat hanya
u bakar dan
yang bergun
a juga yan
g. Untuk pe
tan ini merup
manfaatan tu
at masyarak
mlah spesies
spesies yang
yang paling
manfaatan tum
4
43
12
K
iliki kesadar
ilan tumbuha
ng dulunya a
esibilitas me
h sering dik
dengan lah
melakukan
n pakan ter
a sebagai ob
ng melakuk
engambilan k
pakan kegia
umbuhan te
kat lebih ter
s tumbuhan
g dimanfaatk
g tinggi terl
mbuhan berdas
2 14 12
Kegunaan tu
ran untuk i
an dari huta
aktif keluar
enuju ke dal
kunjungi mas
han pertania
pengambi
rnak. Selain
bat serta bah
kan pengam
kayu saat in
atan yang dil
erutama yan
rgantung ke
yang diman
kan sebagai o
etak pada p
sarkan kelom
149
umbuhan
ikut menjag
an cukup jara
masuk hutan
lam hutan y
syarakat ada
an milik m
ilan tumbu
n itu ada j
han tali, any
mbilan tumb
ni sudah ha
arang.
ng digunaka
epada tumb
nfaatkan seb
obat (Gamba
pemanfaatan
mpok kegunaan
19
4
24
a kawasan
ang. Selain
n sekarang
yang cukup
alah bagian
masyarakat.
uhan yang
juga yang
yaman dan
buhan hias
ampir tidak
an sebagai
uhan hasil
agai bahan
ar 6), tetapi
tumbuhan
n
5 7
d
F
k
m
P
p
d
d
G
Has
dari 69 fam
Famili deng
kemudian d
masing seba
Poaceae mem
pangan, oba
dan kerajina
dimanfaatka
Gambar 7 Kdi
Zingi
Verb
So
R
Pi
M
M
M
L
F
Eupho
Cucu
Beg
A
A
A
Fam
ili
sil wawanca
mili yang ma
gan jumlah
diikuti oleh f
anyak 11 sp
mang bergun
at, pakan tern
an. Hal ini
an oleh masy
eanekaragammanfaatkan
0
iberaceae
benaceae
olanaceae
Rutaceae
Rubiaceae
Poaceae
iperaceae
Myrtaceae
Meliaceae
Malvaceae
Liliaceae
Lauraceae
Fabaceae
orbiaceae
urbitaceae
goniaceae
steraceae
Arecaceae
Araceae
Apiaceae
ara dengan
asih dimanfa
spesies terb
famili Fabac
esies (Gamb
na untuk ham
nak, aromati
menyebabk
yarakat.
man tumbuhan
3
3
3
3
3
3
3
4
3
5
J
masyarakat
aatkan untuk
banyak adal
ceae, Solana
bar 7). Berb
mpir seluruh
ik, keperluan
kan banyakn
n dari 20 fami
5
6
6
6
6
5
5
Jumlah spe
diperoleh 1
k berbagai ke
ah Poaceae
aceae, dan Z
bagai spesies
h keperluan m
n upacara ad
nya spesies
ili yang memp
11
11
9
11
10
esies
191 spesies
eperluan (La
sebanyak 1
Zingiberacea
s tumbuhan
masyarakat,
dat, serta any
dari famil
punyai spesie
15
25
tumbuhan
ampiran 1).
19 spesies,
ae masing-
dari famili
mulai dari
yaman, tali
i ini yang
es terbanyak
19
20
26
Apabila dibandingkan dengan sejumlah penelitian yang sama pada
masyarakat di sekitar kawasan konservasi lainnya, jumlah spesies tumbuhan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Dusun Miduana tidak terlalu banyak (Tabel 7). Hal
ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tingkat pengetahuan
masyarakat mengenai manfaat tumbuhan, luas areal penelitian, kondisi sosial
budaya masyarakat, serta status kawasan konservasinya.
Pada penelitian Harada et al (2001) dan Setyowati (2007) penelitian
dilakukan di tiga lokasi yang termasuk ke dalam tiga desa yang berbeda. Inama
(2008) dan Fakhrozi (2009) melakukan kajian etnobotani pada masyarakat adat
Suku Marind Sendawi Anim dan Suku Melayu Tradisional yang masih memiliki
ketergantungan sangat tinggi terhadap alam sekitarnya. Begitu pula dengan
Hamidu (2009), objek penelitiannya pada masyarakat Suku Buton yang masih
tradisional dengan jumlah tumbuhan yang dimanfaatkan lebih tinggi dibandingkan
penelitian ini.
Tabel 7 Perbandingan hasil penelitian etnobotani di sekitar kawasan konservasi
No Lokasi Kelompok pemanfaatan tumbuhan (jumlah spesies)* Sumber
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 TN Gunung
Halimun 169 153 5 - 4 71 5 335 218 272 41 1 26 Harada et
al (2001) 2 TN Gunung
Leuser 46 69 9 - - - - 7 - - 2 - 2 Setyowati
(2007) 3 TN Wasur 97 125 6 8 4 14 18 59 30 20 25 21 36 Inama
(2008) 4 TN Bukit
Tigapuluh 73 138 6 4 1 9 18 22 47 5 13 - 16 Fakhrozi
(2009) 5 Suaka Alam
Lambusango 80 83 17 8 - 12 55 11 37 36 41 12 - Hamidu
(2009) 6 CA Gunung
Simpang 62 74 12 4 5 12 43 14 14 9 19 4 7 Penelitian
ini (2010) *) Keterangan kelompok pemanfaatan: 1) pangan; 2) obat; 3) aromatik; 4) pewarna; 5) pestisida
nabati; 6) pakan ternak; 7) hiasan; 8) tali, anyaman, dan kerajinan; 9) bahan bangunan; 10) kayu bakar; 11) kegunaan adat; 12) penghasil minuman; 13) lainnya.
Selain itu, status kawasan dapat mempengaruhi banyaknya pemanfaatan
tumbuhan. Pada kawasan taman nasional biasanya memiliki zona pemanfaatan
tradisional yang dapat digunakan untuk memenuhi kepentingan masyarakat
setempat melalui pengaturan pemanfaatan agar tetap lestari (Widada 2008). Hal
ini membuat masyarakat masih dapat memanfaatkan hasil hutan. Pada
kebanyakan kawasan suaka alam misalnya cagar alam, pemanfaatan terhadap
hasil hutan sangat dibatasi. Sesuai dengan Undang-Undang no. 50 Tahun 1990,
27
kegiatan yang boleh dilakukan di dalam kawasan cagar alam hanya terbatas untuk
kepentingan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kegiatan
penunjang budidaya. Hal ini membuat tidak adanya ruang pemanfaatan bagi
kepentingan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Akan tetapi sebenarnya di kawasan Cagar Alam Gunung Simpang
sendiri, kegiatan pemanfaatan hasil hutan tidak dilarang secara sepenuhnya. Ada
pengaturan tersendiri terkait pemanfaatan hasil hutan. Salah satu bentuk
pengelolaan kawasan cagar alam ini adalah dengan pengamanan partisipatif
bersama masyarakat, sehingga masyarakat masih dapat memanfaatkan hasil hutan
terutama non kayu, tetapi dengan ikut menjaga kawasan hutan dan melakukan
pemanfaatan secara lestari.
Selain itu pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan tumbuhan di
Dusun Miduana sudah mulai berkurang akibat adanya perubahan pola hidup yang
lebih modern. Pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan terutama yang
terkait dengan kebudayaan atau tradisi sudah sangat sedikit, karena sudah banyak
tradisi yang ditinggalkan. Pada umumnya pengetahuan tentang pemanfaatan
tumbuhan yang masih sering dilakukan biasanya terkait dengan kebutuhan hidup
sehari-hari, seperti untuk pangan, bumbu masakan, minuman, obat untuk sakit
yang ringan, hiasan, kayu bakar, serta keperluan sandang seperti tali, peralatan
rumah tangga, dan bangunan.
Sebagian besar hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies tumbuhan
yang paling banyak digunakan sebagai obat, setelah itu penggunaan terbanyak
kedua adalah untuk pangan (Setyowati 2007; Inama 2008; Fakhrozi 2009;
Hamidu 2009). Hal ini menunjukkan bahwa pola penggunaan tumbuhan yang
dilakukan masyarakat tidak jauh berbeda meskipun berada pada lokasi yang
berbeda serta memiliki adat istiadat berbeda pula.
5.2.1 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan habitus
Berdasarkan habitusnya tumbuhan dikelompokkan ke dalam delapan
kelompok yaitu herba, perdu, liana, bambu, pohon, epifit, tumbuhan air, dan
lumut. Kelompok habitus terbesar adalah herba yakni sebanyak 82 spesies atau
43% dari keseluruhan habitus yang ada (Tabel 8).
28
Tabel 8 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan habitus
No. Habitus Jumlah spesies Persentase 1 Herba 82 43% 2 Perdu 54 28% 3 Pohon 37 19% 4 Bambu 9 5% 5 Liana 6 3% 6 Tumbuhan air 1 1% 7 Lumut 1 1% 8 Epifit 1 1% Jumlah 191 100%
Herba dan perdu merupakan habitus dari sebagian besar tumbuhan yang
dimanfaatkan untuk semua kegunaan, terutama sebagai obat, bahan pangan,
tumbuhan hias, dan pakan ternak. Pada kawasan ini tumbuhan berupa herba lebih
melimpah jumlahnya dibandingkan dengan habitus yang lain, sehingga mudah
diperoleh. Selain itu tumbuhan dengan habitus herba lebih mudah diperoleh
karena cukup mudah pengambilannya. Dalam proses pertumbuhannya, herba
lebih cepat tumbuh dan lebih cepat dapat diambil hasilnya dibandingkan dengan
habitus lainnya.
5.2.2 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan bagian yang digunakan
Dalam penggunaan tumbuhan lebih dari 30% bagian yang dimanfaatkan
dari tumbuhan berguna adalah daun (Tabel 9). Hal ini disebabkan karena daun
lebih mudah diperoleh dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan bagian
tumbuhan yang lainnya. Selain itu sebagian besar tumbuhan mempunyai daun
yang tidak mengenal musim sehingga pengambilannya dapat dilakukan setiap
waktu.
Penggunaan daun untuk memenuhi semua kebutuhan merupakan bentuk
dari upaya konservasi karena tidak mengganggu tumbuhannya seperti jika
menggunakan akar, batang, getah atau kulit batang. Bahkan untuk
penggunaannya, daun dapat juga digunakan secara langsung atau dimakan
langsung tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Apalagi bagi masyarakat
Miduana yang merupakan Suku Sunda, penggunaan daun dari sejumlah spesies
tumbuhan sebagai lalap (dimakan mentah) sudah merupakan tradisi yang khas.
29
Tabel 9 Persentase bagian tumbuhan yang digunakan
No Bagian yang digunakan Jumlah spesies Persentase (%) 1 Daun 76 32,48 2 Buah 37 15,81 3 Batang 35 14,96 4 Bunga 27 11,54 5 Seluruh bagian 17 7,26 6 Biji 12 5,13 7 Rimpang 8 3,42 8 Akar 6 2,56 9 Umbi 5 2,14 10 Getah 4 1,71 11 Tunas 4 1,71 12 Kulit batang 2 0,85 13 Lainnya 1 0,43
5.2.3 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan asal tumbuhan
Sejumlah spesies tumbuhan yang digunakan berasal dari beberapa tempat
di sekitar tempat tinggal masyarakat, baik dari kebun, sawah, halaman, maupun
hutan. Spesies tumbuhan tersebut ada yang merupakan hasil budidaya dan ada
pula yang liar. Sebagian besar tumbuhan yang dimanfaatkan merupakan spesies
tumbuhan hasil budidaya, karena dari 191 spesies tumbuhan yang dimanfaatkan
sebanyak 132 spesies atau sekitar 69% merupakan hasil budidaya.
Sebagian besar spesies tumbuhan berguna diperoleh dari kebun (Gambar
8). Masyarakat Dusun Miduana biasanya memiliki kebun yang ditanami oleh
berbagai macam tumbuhan, dari mulai pepohonan sampai herba. Selain itu letak
kebun tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga masyarakat mudah mendapatkan
tumbuhan untuk memenuhi kebutuhannya. Selain kebun, biasanya masyarakat
juga memanfaatkan pekarangan di sekitar rumah yang ditanami sejumlah
tumbuhan berguna seperti sayuran, buah-buahan, tumbuhan obat, dan tumbuhan
hias.
5
p
t
m
s
5
b
t
p
a
b
(
t
m
a
G
5.3 Pem
Spe
pengamatan
tingkat pema
memiliki jum
spesies tumb
5.3.1 Tum
Pan
besar dipero
tambahan ya
pokok bagi
adalah padi
berkarbohidr
(Ipomoea ba
tumbuhan d
masyarakat
adalah Solan
0
20
40
60
80
100
120
Jum
lah
spes
ies
Gambar 8 Kea
manfaatan T
esies tumbu
dikelompo
anfaatan dal
mlah spesie
buhan dari 3
mbuhan pe
ngan sebaga
oleh dari tum
akni berupa
masyarakat
i (Oryza sa
rat tinggi l
atatas), dan j
dari 32 famil
(Lampiran 2
naceae yakni
56
halaman
anekaragaman
Tumbuhan
uhan bergun
okkan kedal
lam setiap ke
s paling ting
6 famili.
nghasil pan
ai kebutuhan
mbuhan, ba
a sayuran da
Dusun Mid
ativa), selain
ainnya sepe
jagung (Zea
li yang dima
2). Famili ter
i 8 spesies.
107
kebun
n tumbuhan b
Berdasarka
a yang dipe
lam 13 kel
elompok keg
ggi adalah t
ngan
n pokok ba
aik berupa m
an buah-buah
duana dan b
n itu ada p
erti singkon
a mays). Has
anfaatkan se
rbanyak yan
32
sawa
Asal tum
berdasarkan a
an Kelompo
eroleh dari
lompok keg
gunaan. Kel
tumbuhan ob
agi masyarak
makanan pok
han. Tumbu
bahkan masy
pula tumbuh
ng (Manihot
sil wawancar
ebagai sumb
g digunakan
5
ah hu
mbuhan
sal tumbuhan
ok Kegunaa
hasil wawa
gunaan untu
lompok kegu
bat yakni se
kat Miduana
kok maupun
uhan pengha
yarakat Desa
han pengha
t utilissima)
ra diperoleh
ber pangan n
n sebagai bah
58
utan la
30
n
an
ancara dan
uk melihat
unaan yang
ebanyak 74
a sebagian
n makanan
asil pangan
a Balegede
sil pangan
, ubi jalar
62 spesies
nabati oleh
han pangan
5
ainnya
31
Gambar 9 Spesies tumbuhan pangan hasil budidaya (a) Sejumlah sayuran dari kebun dan (b) Jeruk (Citrus aurantinum sinensis)
Tumbuhan yang digunakan sebagai sumber pangan umumnya merupakan
hasil budidaya sendiri, tumbuhan liar, atau yang diperoleh dari tempat lain di luar
Desa Balegede. Banyak dari tumbuhan pangan ini merupakan tumbuhan obat,
akan tetapi masyarakat lebih sering mengkonsumsinya sebagai pangan. Terutama
untuk spesies yang sering digunakan sebagai lalapan seperti antanan beureum
(Centella asiatica), reundeu (Staurogyne elongata), leunca (Solanum ningrum),
dan janggut (Mentha arvensis).
5.3.2 Tumbuhan obat
Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat mempunyai jumlah spesies
terbanyak jika dibandingkan dengan kelompok kegunaan yang lainnya, yakni
sebanyak 74 spesies tumbuhan dari 36 famili (Lampiran 3). Spesies tumbuhan
obat yang paling banyak digunakan berasal dari famili Zingiberaceae. Hal ini
disebabkan spesies tumbuhan dari famili Zingiberaceae merupakan spesies
tumbuhan yang paling mudah diperoleh masyarakat Miduana karena budidayanya
relatif mudah serta memiliki sejumlah kegunaan lain selain dari obat seperti untuk
bumbu masak ataupun pangan.
Dalam penggunaan tumbuhan obat ada yang dipakai secara tunggal atau
dicampur dengan tumbuhan lain. Sebagian besar responden menggunakan
tumbuhan obat untuk menyembuhkan penyakit yang sifatnya ringan seperti batuk,
sakit perut dan demam. Pada pengobatan penyakit yang cukup berat dan dalam
pembuatan ramuannya cukup sulit biasanya hanya dilakukan oleh beberapa
responden yang cukup ahli dalam meramu obat-obatan tersebut. Penyakit berat
a b
32
yang sering ditangani diantaranya adalah sakit ginjal, sakit liver, kanker, dan
tumor.
Tabel 10 Beberapa spesies tumbuhan obat yang sering digunakan
No Nama lokal Nama ilmiah Penyakit yang diobati
bagian yang digunakan
1 Antanan beureum
Centella asiatica penambah darah Daun
2 Babadotan Ageratum conyzoides luka luar Daun 3 Winahong Anredera cordifolia batuk menahun,
sariawan, luka, keseleo
Daun
4 Labu siam Sechium edule panas/demam daging buah 5 Katuk Sauropus
androgynus Sariawan Daun
6 Kumis kucing Orthosiphon grandiflorus
encok, pegal linu
seluruh bagian
7 Jambu biji Psidium guajava sakit perut pucuk (daun muda)
8 Cecendet Physalis angulata pegal linu seluruh bagian 9 Kunyit Curcuma domestica sakit gigi Rimpang 10 Pacing Costus speciosus mata gatal air batang
Tumbuhan obat sebagian besar diperoleh dari halaman dan kebun,
bahkan ada juga yang dijadikan sebagai tumbuhan hias di pekarangan rumah
(Gambar 10). Hal ini menyebabkan pengambilan tumbuhan obat dari hutan tidak
terlalu sering dilakukan karena untuk mengobati penyakit yang umum diderita
masyarakat lebih memanfaatkan spesies tumbuhan obat yang ada di lingkungan
sekitarnya. Pengambilan spesies tumbuhan obat dari hutan biasanya hanya
dilakukan oleh orang-orang yang akan mengobati penyakit yang cukup berat.
Pengolahan tumbuhan obat dilakukan dengan cara direbus, ditumbuk, digosokkan,
diparut, dibakar, dan ada pula yang dimakan langsung. Sebagian besar responden
tidak menyimpan tumbuhan obat dalam bentuk simplisia karena biasanya
langsung mengambil tumbuhan obat pada saat dibutuhkan.
33
Gambar 10 Winahong (Anredera cordifolia) yang merambat di pagar rumah
Kendala dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai obat adalah sebagian
masyarakat lebih menginginkan cara yang lebih praktis dalam mengobati
penyakit, sehingga banyak masyarakat yang lebih memilih obat-obatan kimia
yang ada di warung atau puskesmas. Hal ini menyebabkan banyaknya
pengetahuan mengenai khasiat tumbuhan obat hanya diketahui oleh orang-orang
tua dan tidak berlanjut ke generasi mudanya. Meskipun demikian, salah satu
responden merupakan generasi muda yang aktif dalam memanfaatkan tumbuhan
sebagai obat. Selain dimanfaatkan di dalam lingkungan keluarganya, responden
tersebut juga sering mengobati orang lain.
Upaya budidaya sejumlah spesies tumbuhan obat sudah sempat
dilakukan oleh tim PKK Desa Balegede dengan dibuatnya demplot tanaman obat.
Kegiatan ini merupakan kerjasama antara pemerintah Desa Balegede dengan
BKSDA Jawa Barat I. Akan tetapi saat ini kondisi demplot tanaman obat tersebut
terbengkalai dan masyarakat tidak ada yang antusias untuk melakukan budidaya
tumbuhan obat lebih lanjut. Selain demplot tumbuhan obat, tim PKK juga
melakukan pengembangan TOGA (Tumbuhan Obat Keluarga) di pekarangan. Jika
dilihat dalam data statistiknya, Dusun Miduana memiliki pekarangan yang
ditanami TOGA paling luas dibandingkan dusun lainnya.
Rendahnya minat masyarakat terhadap budidaya tumbuhan obat
disebabkan kurangnya informasi mengenai manfaat tumbuhan obat yang
dibudidayakan serta cara budidaya tumbuhan obat yang baik. Selain itu kendala
pemasaran juga menjadi salah satu faktor yang menghambat keberhasilan
budidaya tumbuhan obat tersebut.
34
5.3.3 Tumbuhan penghasil zat warna
Penggunaan tumbuhan sebagai pewarna di kalangan masyarakat Miduana
biasanya digunakan untuk mewarnai makanan. Hal ini bertujuan untuk menambah
daya tarik pada makanan atau sebagai bumbu pada masakan tertentu. Pada
masyarakat Madura penggunaan tumbuhan sebagai pewarna pada makanan
merupakan hal penting karena menjadi identitas derajat sosial seseorang (Rifai &
Waluyo 1992). Tumbuhan pewarna yang digunakan masyarakat Miduana
sebanyak 4 spesies dari 3 famili (Tabel 11).
Tabel 11 Spesies tumbuhan penghasil zat warna
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Warna yang dihasilkan
1 Pandan Pandanus amaryllifolius Pandanaceae Hijau 2 Cabe merah Capsicum annuum Solanaceae Merah 3 Hangasa Amomum dealbatum Zingiberaceae Merah 4 Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae Kuning
Penggunaan pewarna alami makanan yang berasal dari tumbuhan secara
medis memberikan manfaat positif dibandingkan pewarna sintesis (Rostiana et al.
1992). Hal ini disebabkan pewarna sintesis seringkali memberikan efek samping
yang negatif bagi yang mengkonsumsinya. Pada masyarakat Kampung Adat
Dukuh di Garut, selain mewarnai makanan tumbuhan penghasil warna biasanya
digunakan untuk mewarnai peralatan rumah tangga dan bagian tubuh tertentu
(Hidayat 2009).
5.3.4 Tumbuhan penghasil pakan ternak
Tumbuhan yang digunakan sebagai pakan ternak ada 12 spesies dari 7
famili (Lampiran 5). Umumnya spesies tumbuhan yang digunakan adalah rumput,
sehingga spesies tumbuhan yang digunakan sebagian besar berasal dari famili
Poaceae atau bangsa rumput-rumputan. Beberapa spesies tumbuhan yang sering
digunakan sebagai pakan ternak adalah jukut jampang (Eleusine indica), jukut pait
(Axonopus compressus), dan lameta (Lersia hexandra). Rumput yang digunakan
biasanya berasal dari pematang sawah, pinggiran jalan, atau kebun. Selain itu
biasanya masyarakat juga menggembalakan ternaknya atau mengikatnya di
lapangan yang berumput atau pinggiran kebun. Untuk jenis ternak unggas, pakan
yang diberikan biasanya dedak halus atau kasar yang diperoleh dari sisa
penggilingan padi atau penumbukan padi.
35
5.3.5 Tumbuhan hias
Penggunaan tumbuhan sebagai hiasan cukup banyak dilakukan oleh
masyarakat Miduana. Umumnya tumbuhan hias ini ditanam di halaman depan
rumah untuk memanfaatkan lahan kosong dan menambah nilai estetika. Hampir
sebagian besar rumah di Dusun Miduana memiliki pekarangan yang ditanami
tumbuhan. Selain berfungsi sebagai hiasan, tumbuhan ini ada juga yang
digunakan sebagai obat dan keperluan lainnya.
Hasil wawancara dan pengamatan langsung diperoleh sebanyak 35
spesies tumbuhan hias dari 24 famili (Lampiran 6). Tumbuhan hias ini ada yang
diambil langsung dari hutan dan ada pula yang berasal dari daerah luar. Spesies
tumbuhan hias yang diambil dari hutan diantaranya adalah hariang (Begonia sp.),
talas, dan anggrek.
Tabel 12 Beberapa spesies tumbuhan yang sering digunakan sebagai hiasan
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang digunakan
1 Alamanda Allamanda cathartica Apocynaceae Bunga 2 Pacar air Impatiens balsamina Balsaminaceae Bunga 3 Nanas kerang Rheo discolor Commelinaceae Daun 4 Hanjuang
merah Cordyline terminalis Liliaceae Daun
5 Lidah buaya Aloe vera Liliaceae Daun 6 Kembang
sapatu Hibiscus rosa-sinensis Malvaceae Bunga
7 Bugenfil Bougainvillea glabra Nyctaginaceae Bunga 8 Anggrek
panda Vanda tricolor Orchidaceae Bunga
9 Kembang ros Rosa chinensis Rosaceae Bunga 10 Pacing Costus speciosus Zingiberaceae Bunga
5.3.6 Tumbuhan aromatik
Tumbuhan aromatik yang sering digunakan masyarakat Miduana
sebanyak 12 spesies dari 9 famili (Lampiran 7). Sebagian besar tumbuhan
aromatik digunakan sebagai campuran pada masakan untuk menghilangkan aroma
tak sedap dan menghasilkan wangi yang khas seperti salam (Eugenia polyantha),
jahe (Zingiber officinale), dan pandan (Pandanus amaryllifolius). Hal yang sama
juga dilakukan oleh masyarakat Dayak Kenyah di Kalimantan Timur dengan
memanfaatkan sejumlah tumbuhan aromatik sebagai bahan penyedap pada
36
masakan mereka (Susiarti &Setyowati 2005). Hasil wawancara juga menyebutkan
bahwa bunga sedap malam (Polianthes tuberosa) biasanya digunakan sebagai
pewangi di kamar pengantin dalam upacara pernikahan. Spesies tumbuhan
aromatik ini biasanya diperoleh dari kebun atau halaman rumah, sehingga mudah
diperoleh ketika diperlukan.
5.3.7 Tumbuhan untuk mengatasi hama
Penggunaan tumbuhan untuk mengatasi hama sudah cukup jarang
dilakukan oleh masyarakat Miduana. Sebagian besar petani sudah lebih memilih
pembasmi hama kimia yang lebih mudah diperoleh dan praktis digunakan.
Terdapat 5 spesies tumbuhan dari 4 famili yang dapat dimanfaatkan oleh anggota
masyarakat untuk mengatasi hama (Tabel 13).
Tabel 13 Spesies tumbuhan penghasil pestisida nabati
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang digunakan
1 Bambu tali Gigantochloa apus Poaceae Tunas 2 Ganggeng Ceratophyllum demersum Ceratophyllaceae Seluruh bagian 3 Ki hurip Rhaphidophora sylvestris Araceae Seluruh bagian 4 Tamiyang
pugur Schizostachyum brachycladum
Poaceae
Seluruh bagian
5 Tua beleng Derris elliptica Fabaceae Akar
Menurut Lestari (2005) biasanya tumbuhan untuk mengatasi hama
bekerja dengan cara sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh
dan bentuk lainnya. Salah satu spesies yang masih cukup sering digunakan adalah
ganggeng (Ceratophyllum demersum) sebagai penjebak hama walang sangit
(Gambar 11). Tumbuhan ini merupakan spesies tumbuhan air yang ditemukan di
aliran air yang tenang di sekitar sawah dan biasanya banyak tumbuh di aliran air
sekitar kubang (telaga kecil). Penggunaan tumbuhan ini cukup praktis yakni
dengan mengeluarkan ganggeng dari air, kemudian disimpan diatas bambu yang
ditancapkan di areal sawah. Cara bekerjanya adalah menarik walang sangit
dengan bau amis yang ditimbulkan dari ganggeng yang dikeluarkan dari air.
Kemudian walang sangit yang menempel pada ganggeng tersebut dimusnahkan
dengan cara dibakar.
Penggunaan spesies tumbuhan yang lain kini sudah jarang dilakukan. Hal
ini lebih disebabkan sulitnya memperoleh bahan baku, terutama untuk jenis-jenis
yang hanya ada di hutan seperti ki hurip (Rhaphidophora sylvestris) dan tua
37
beleng (Derris elliptica). Selain jarak tempuh yang jauh untuk medapatkannya,
beberapa responden juga menyebutkan spesies tumbuhan tersebut sudah langka.
Gambar 11 Ganggeng (Ceratophyllum demersum)
5.3.8 Tumbuhan untuk kegunaan adat
Pelaksanaan upacara adat di Dusun Miduana tidak terlalu terlihat seperti
pada kelompok masyarakat lain. Namun dalam pelaksanaannya, kegiatan ini
cukup banyak memanfaatkan spesies tumbuhan. Hasil wawancara menunjukkan
bahwa sebagian besar peralatan dan bahan dalam upacara adat didominasi oleh
tumbuhan. Terdapat 19 spesies tumbuhan dari 13 famili yang digunakan dalam
upacara adat (Lampiran 9). Beberapa spesies tumbuhan tersebut antara lain
hanjuang (Cordyline fruticosa), sirih (Piper betle), kelapa (Cocos nucifera), dan
bambu tali (Gigantochloa apus).
Gambar 12 Tantang angin, salah satu perlengkapan upacara adat dari daun bambu tali (Gigantochloa apus)
Penggunaan sejumlah spesies tumbuhan dalam rangkaian upacara adat
melambangkan adanya hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya. Selain
itu tumbuhan yang sering dimanfaatkan untuk keperluan adat biasanya akan lebih
38
dipelihara oleh masyarakat. Spesies yang tadinya liar biasanya akan
dibudidayakan, karena akan lebih mudah diperoleh ketika diperlukan. Hal ini
secara tidak langsung merupakan upaya konservasi masyarakat terhadap sejumlah
spesies tumbuhan dalam bentuk pemanfaatan yang lestari, sehingga dapat
menjaga populasi spesies tumbuhan tersebut.
5.3.9 Tumbuhan penghasil kayu bakar
Sebagian besar masyarakat Miduana masih memasak dengan tungku,
meskipun ada juga beberapa yang menggunakan kompor gas. Hasil pengamatan
langsung terhadap 30 orang responden, 10 responden diantaranya menggunakan
kompor gas yang dibarengi dengan tungku. Terdapat 9 spesies tumbuhan dari 8
famili yang dimanfaatkan sebagai kayu bakar (Lampiran 10). Penggunaan
tumbuhan sebagai kayu bakar biasanya berupa ranting atau batang kecil yang
kering.
Spesies tumbuhan yang sering digunakan sebagai kayu bakar adalah
kaliandra (Calliandra haematocephala), karena lebih mudah diperoleh. Kaliandra
biasanya banyak tumbuh di pinggiran hutan, tepi sawah, dan di pinggir jalan dekat
pemukiman. Hal ini membuat kaliandra banyak dipilih oleh masyarakat sebagai
kayu bakar. Penyimpanan kayu bakar biasannya diletakkan pada para-para di atas
tungku. Hal ini bertujuan agar kayu tersebut cepat kering karena terkena asap
tungku.
Gambar 13 Penyimpanan kayu bakar di atas tungku
5.3.10 Tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan
Pembuatan kerajinan dan anyaman merupakan kegiatan yang cukup
banyak dilakukan masyarakat Miduana. Berbagai macam peralatan rumah tangga
banyak dihasilkan dari kegiatan ini terutama berupa anyaman yaitu boboko, hihid,
39
nyiru, dan aseupan. Selain peralatan rumah tangga, ada juga pengrajin alat musik
berupa gendang. Hasil wawancara dan pengamatan langsung diperoleh 14 spesies
tumbuhan dari 10 famili (Lampiran 11).
Gambar 14 Peralatan rumah tangga hasil anyaman dan kerajinan
Pada umumnya spesies tumbuhan yang banyak digunakan sebagai tali
adalah hoe tali (Calamus javensis) dan ijuk aren (Arenga pinnata). Bahan utama
pembuatan anyaman adalah bambu tali (Gigantochloa apus). Spesies tumbuhan
yang potensial adalah tamiyang cangkir (Thysanolaena maxima) sebagai bahan
baku pembuatan sapu serta wawalinian (Typha domingensis) sebagai bahan baku
pembuatan tikar.
Kendala lainnya dalam pembuatan kerajinan adalah kebanyakan
pengrajin sudah berusia lanjut dan hampir tidak ada generasi muda yang
meneruskan. Selain itu pemasaran hasil produksinya pun tidak terlalu luas,
sehingga tidak dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan hidup pengrajin. Hal ini
menyebabkan pembuatan kerajinan bukan merupakan sebuah pekerjaan pokok,
karena pada umumnya mata pencaharian masyarakat Miduana adalah petani.
Gambar 15 Seorang pengrajin sedang membuat sapu dari tamiyang cangkir
(Thysanolaena maxima)
40
5.3.11 Tumbuhan penghasil bahan bangunan
Sebagian besar rumah di Dusun Miduana merupakan rumah sederhana
dengan dinding yang terbuat dari bilik bambu atau papan. Meskipun terdapat
sejumlah rumah permanen, akan tetapi dalam pembangunannya tetap saja
sejumlah tumbuhan diperlukan. Tumbuhan yang digunakan tersebut ada sekitar 14
spesies dari 10 famili (Lampiran 12).
Dinding rumah biasanya terbuat dari bilik yang dianyam dari bambu tali
(Gigantochloa apus), sedangkan untuk lantai biasanya papan dari kayu pasang
(Quercus sundaica), huru (Actinodaphne procera), dan tunggeureu (Castanea
tunggurut) atau palupuh dari bambu gombong (Gigantochloa verticillata) atau
bambu temen (Gigantochloa atter). Selain itu beberapa rumah mempunyai atap
yang terbuat dari lapisan ijuk dan daun tepus (Amomum coccineum) (Gambar 16).
Pada bagian dalam daun tepus diikat berjajar dengan rapi dan bagian luarnya
dilapisi ijuk untuk menguatkan lapisannya. Rumah dengan atap seperti ini pada
siang hari terasa sejuk dan pada malam hari terasa hangat.
Gambar 16 Rumah dengan atap lapisan ijuk dan daun tepus (Amomum coccineum)
Sampai saat ini yang masih banyak digunakan sebagai bahan bangunan
adalah berbagai spesies bambu karena biasanya mudah didapat dari kebun sendiri
atau hasil budidaya. Penggunaan spesies tumbuhan berkayu sudah jarang karena
pada umumnya kayu tersebut diperoleh dari hutan, dan pengambilan kayu di
hutan saat ini merupakan kegiatan melanggar hukum.
5.3.12 Tumbuhan penghasil bahan minuman
Pemanfaatan tumbuhan sebagai minuman cukup sering dilakukan oleh
masyarakat. Pembuatan air teh tawar sebagai minuman sehari-hari merupakan
sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat. Selain itu kopi
41
juga merupakan minuman yang sudah sangat umum. Nira yang berasal dari aren
juga dapat menjadi minuman yang menyegarkan, begitu pula air dari buah kelapa.
Terdapat 4 spesies tumbuhan dari 3 famili yang sering dimanfaatkan sebagai
bahan penghasil minuman (Tabel 14).
Tabel 14 Spesies tumbuhan sebagai bahan minuman
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang digunakan
1 Aren Arenga pinnata Arecaceae Bunga 2 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Buah 3 Kopi Coffea robusta Rubiaceae Biji 4 Teh Thea sinensis Theaceae Daun
5.3.13 Tumbuhan dengan kegunaan lainnya
Pemanfaatan tumbuhan untuk kegunaan lainnya adalah penggunaan
tumbuhan yang tidak termasuk kedalam kelompok penggunaan yang telah
disebutkan. Beberapa kegunaan tersebut antara lain sebagai penetral nira yang
asam, pamepes (pengeras) dalam pembuatan gula aren, dan pembuatan tape.
Terdapat 7 spesies tumbuhan dari 6 famili yang termasuk kedalam kelompok
kegunaan ini (Tabel 15).
Tabel 15 Spesies tumbuhan dengan kegunaan lainnya
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Kegunaan 1 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Pamepes dalam
pembuatan gula aren 2 Kaliki Ricinus communis Euphorbiaceae Pamepes dalam
pembuatan gula aren 3 Katuk Sauropus androgynus Euphorbiaceae Pembuatan tape 4 Maranginan Dysoxylum ramiflorum Meliaceae Penetral nira asam 5 Ki seureuh Piper aduncum Piperaceae Penetral nira asam 6 Raru Usnea longissima Usneaceae Penetral nira asam 7 Hangasa Amomum dealbatum Zingiberaceae Pembuatan tape
Penggunaan tumbuhan dalam menetralkan nira yang asam cukup mudah,
yakni dengan meletakkan bagian tumbuhan tersebut ke dalam tabung bambu yang
menjadi penampung nira. Bagian yang digunakan untuk ki seureuh (Piper
aduncum) adalah daunnya sebanyak 3 lembar, pada maranginan (Dysoxylum
ramiflorum) yang digunakan adalah kulit batangnya, sedangkan untuk raru (Usnea
longissima) bagian yang digunakan adalah seluruh bagian.
Minyak kelapa (Cocos nucifera) dan biji kaliki (Ricinus communis)
digunakan sebagai pamepes pada pembuatan gula aren. Pamepes ini fungsinya
42
agar gula aren menjadi membeku dan keras pada akhirnya. Adapun hangasa
(Amomum dealbatum) dan katuk (Sauropus androgynus) digunakan sebagai bahan
tambahan dalam pembuatan tape.
5.4 Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap Tumbuhan
Sebanyak 20 spesies tumbuhan dipilih dari sejumlah spesies tumbuhan
hasil wawancara dan pengamatan langsung. Dua puluh spesies ini dipilih atas
intensitas pemanfaatannya oleh responden. Hasil penilaian tingkat kesukaan 30
orang responden diperoleh bahwa padi (Oryza sativa) merupakan spesies
tumbuhan yang paling disukai oleh responden dengan nilai total sebesar 600
(Tabel 16). Nilai ini merupakan nilai yang sangat sempurna sebagai nilai tingkat
kesukaan responden, karena semua responden memilih padi sebagai spesies
tumbuhan pertama yang disukai. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
memang sangat memiliki ketergatungan yang sangat tinggi terhadap padi karena
merupakan tumbuhan penghasil pangan pokok mereka.
Tabel 16 Tingkat kesukaan responden terhadap spesies tumbuhan yang digunakan
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Nilai kesukaan total
1 Padi Oryza sativa Poaceae 600 2 Singkong Manihot utilissima Euphorbiaceae 537 3 Aren Arenga pinnata Arecaceae 519 4 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae 515 5 Pisang Musa paradisiaca Musaceae 499 6 Bambu
gombong Gigantochloa verticillata Poaceae 411
7 Kaliandra Calliandra haematocephala
Fabaceae 394
8 Menee/kayu afrika
Maesopsis eminii Rhamnaceae 327
9 Bambu tali Gigantochloa apus Poaceae 320 10 Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae 301 11 Reundeu Staurogyne elongate Acanthaceae 267 12 Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae 266 13 Jambu biji Psidium guajava Myrtaceae 264 14 Alpukat Persea americana Lauraceae 218 15 Jeruk nipis Citrus aurantifolia Rutaceae 214 16 Tepus Amomum coccineum Zingiberaceae 185 17 Hanjuang Cordyline fruticosa Liliaceae 168 18 Janggut Mentha arvensis Labiatae 105 19 Pacing Costus speciosus Zingiberaceae 104 20 Kaliki Ricinus communis Euphorbiaceae 86
43
Mata pencaharian sebagian besar responden adalah petani, sehingga
dalam padangan mereka padi (Oryza sativa) merupakan tumbuhan utama yang
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Meskipun sebenarnya banyak komoditas
pertanian lainnya, akan tetapi bagi masyarakat Miduana padi merupakan
komoditas pertanian yang utama. Selain itu di lingkungan masyarakat Miduana
yang masih memegang tradisi, padi memang merupakan spesies tumbuhan yang
sangat dihormati dan disakralkan. Hal ini dapat terlihat dari sejumlah upacara adat
yang masih dilakukan sebagian besar merupakan bentuk penghormatan terhadap
padi.
5.5 Nilai Kegunaan Tumbuhan
Nilai kegunaan dari 20 spesies tumbuhan menunjukkan bahwa aren
(Arenga pinnata) memiliki kegunaan tertinggi (Tabel 17).
Tabel 17 Nilai kegunaan spesies tumbuhan berguna
No Nama tumbuhan Nilai kegunaan total Kegunaan*) 1 Aren 7,22 1,2,6,8,9,10,11,12 2 Kelapa 5,23 1,2,10,11,12,13 3 Padi 4,96 1,2,6,8,11 4 Alpukat 3,28 1,2,8,10 5 Pisang 3,22 1,2,8,11 6 Bambu tali 3 5,8,9,11 7 Kunyit 2,86 1,4,11 8 Bambu gombong 2,7 8,9,11 9 Menee/kayu afrika 2,59 8,9,10 10 Nangka 2,42 2,8,10 11 Janggut 2,08 1,2,7 12 Singkong 2 2,6 13 Jambu biji 2 1,2 14 Tepus 1,99 1,8,9 15 Reundeu 1,93 1,2 16 Kaliandra 1,9 6,10 17 Jeruk nipis 1,78 1,3 18 Pacing 1,61 1,7,11 19 Hanjuang 1,51 7,11 20 Kaliki 1,39 1,13
*) Keterangan: 1) obat; 2) pangan; 3) aromatik; 4) pewarna; 5) pestisida nabati; 6) pakan ternak; 7) hiasan; 8) tali, anyaman, dan kerajinan; 9) bahan bangunan; 10) kayu bakar; 11) kegunaan adat; 12) penghasil bahan minuman; 13) lainnya.
Hasil wawancara dan pengamatan langsung menunjukkan bahwa aren
(Arenga pinnata) memiliki 8 kegunaan dari 13 macam kegunaan yang ada, yaitu
44
untuk pangan, obat, pakan ternak, bahan kerajinan, bahan bangunan, kayu bakar
kegunaan adat, serta penghasil bahan minuman. Hampir seluruh bagian dari aren
memang dapat digunakan, sehingga aren merupakan Multi Purpose Tree Species
(MPTS) atau tumbuhan yang memiliki banyak kegunaan (Nurahman et al. 2007).
Hal ini menyebabkan aren menjadi spesies tumbuhan dengan nilai kegunaan
tertinggi. Apalagi di Dusun Miduana aren merupakan spesies tumbuhan yang
cukup penting karena digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan gula
merah dan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.
5.6 Kearifan Tradisional dalam Pemanfaatan Tumbuhan
Pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan Dusun Miduana saat ini
merupakan pengetahuan yang berasal dari hasil interaksi mereka dengan alam
sekitarnya. Pada umumnya pewarisan pengetahuan tradisional dilakukan secara
lisan dari generasi ke generasi (Soekarman & Riswan 1992). Saat ini bentuk
kearifan tradisional yang masih ada di Desa Balegede khususnya Dusun Miduana
adalah pemanfaatan tumbuhan dengan disertai kesadaran untuk menjaga
kelestarian spesies tumbuhan yang digunakan. Kesadaran dalam melestarikan ini
tumbuh pada sebagian besar masyarakat Dusun Miduana bukan karena peraturan
adat, tetapi karena mereka berpikir bahwa tumbuhan dapat memenuhi sebagian
besar kebutuhan hidup mereka. Kegiatan tersebut dapat terlihat dalam pembuatan
gula aren, budidaya sejumlah spesies tumbuhan berguna yang berasal dari hutan,
serta adanya tradisi terkait penghormatan terhadap padi (Oryza sativa).
5.6.1 Pembuatan gula aren
Pembuatan gula dari aren (Arenga pinnata) di Desa Balegede khususnya
di Dusun Miduana sudah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu. Aren yang
diambil niranya (disadap) berasal dari kebun masing-masing dan ada juga yang
berasal dari kawasan cagar alam. Kebanyakan aren yang berada di kawasan cagar
alam tumbuh di pinggiran kawasan dan berbatasan langsung dengan lahan milik
masyarakat.
Dalam melakukan penyadapan aren di dalam kawasan cagar alam,
pengelola cagar alam tidak mengatur pembagian aren untuk setiap penyadap.
Setiap penyadap biasanya sudah mempunyai pohon dan areal sadapan masing-
45
masing secara turun temurun. Pembagian areal sadapan dilakukan pada waktu
kawasan ini masih dikelola oleh perhutani.
Peraturan bagi masyarakat yang menyadap aren (Arenga pinnata) di
dalam kawasan cagar alam adalah harus menjaga aren serta lingkungan tempat
tumbuh aren tersebut. Selain bagi penyadap aren, peraturan ini juga diterapkan
kepada setiap masyarakat yang sering memanfaatkan hasil hutan non kayu
lainnya. Peraturan ini berasal dari pihak pengelola cagar alam sebagai salah satu
bentuk program pengamanan partisipatif bagi kawasan Cagar Alam Gunung
Simpang.
Adanya upaya budidaya aren yang dilakukan oleh beberapa masyarakat
juga menjadi bukti bahwa secara tidak langsung masyarakat melakukan praktek
konservasi. Namun sejauh ini upaya budidaya tersebut belum berhasil, sehingga
perbanyakan aren lebih tergantung kepada penyebaran yang dilakukan oleh
musang. Pengambilan daun cangkuang (Pandanus furcatus) dari hutan sebagai
pembungkus gula juga dibatasi dengan hanya mengambil daun tua sekitar 3-4
helai setiap individunya dan dilakukan secara bergilir pada lokasi yang berbeda.
Gambar 17 Gula yang dibungkus dengan daun cangkuang (Pandanus furcatus)
Selain itu penggunaan sejumlah spesies tumbuhan dalam pembuatan gula
aren juga membuat sebagian besar masyarakat menjaga populasi spesies
tumbuhan tersebut. Spesies tumbuhan yang digunakan dalam pembuatan gula aren
diantaranya adalah batang bambu gombong (Gigantochloa verticillata) sebagai
tabung penampung nira, cetakan gula, dan tangga untuk menyadap nira, daun
cangkuang (Pandanus furcatus) sebagai pembungkus gula, minyak kelapa (Cocos
nucifera) dan biji kaliki (Ricinus communis) sebagai pamepes atau membuat gula
membeku, batang dan daun tepus (Amomum coccineum) sebagai pembersih
46
tabung nira, daun ki seureuh (Piper aduncum), kulit kayu maranginan (Dysoxylum
ramiflorum) dan raru (Usnea longissima) sebagai penetral nira yang asam, serta
sejumlah tumbuhan yang dijadikan sebagai kayu bakar seperti kaliandra
(Calliandra haematocephala).
Penggunaan tumbuhan dalam pembuatan gula aren merupakan kearifan
tradisional yang harus dipertahankan karena dapat menghasilkan gula dengan
kualitas tinggi yang bebas dari bahan-bahan kimia. Pada beberapa lokasi
pembuatan gula yang lain sudah banyak yang menggunakan bahan-bahan kimia
seperti deterjen untuk menetralkan nira yang asam dan mencuci tabung bambu
penampung nira dengan sabun. Hal ini menyebabkan gula yang dihasilkan tidak
bermutu tinggi dan tentu saja memberikan dampak negatif bagi yang
mengkonsumsi.
5.6.2 Kegiatan budidaya spesies tumbuhan berguna
Pada mulanya banyak spesies tumbuhan yang dimanfaatkan langsung
diambil dari hutan. Namun dengan adanya perubahan status kawasan hutan
Gunung Simpang menjadi cagar alam, masyarakat sudah jarang mengambil hasil
dari hutan secara langsung. Saat ini beberapa masyarakat telah membudidayakan
beberapa spesies yang berasal dari hutan untuk mempermudah memenuhi
kebutuhan.
Beberapa spesies yang sudah dibudidayakan adalah cangkuang
(Pandanus furcatus), tamiyang cangkir (Thysanolaena maxima), dan reundeu
(Staurogyne elongata). Cangkuang dibudidayakan karena permintaan terhadap
daunnya yang tinggi sebagai pembungkus gula aren. Hal ini dikhawatirkan akan
membuat populasi cangkuang menurun di hutan, sehingga masyarakat berinisiatif
untuk menanamnya di kebun.
Gambar 18 Tumbuhan dari hutan yang dibudidayakan (a) cangkuang (Pandanus furcatus) dan (b) tamiyang cangkir (Thysanolaena maxima)
a b
47
Bunga tamiyang cangkir merupakan bahan baku dalam pembuatan sapu.
Tumbuhan ini biasanya tumbuh di tebing-tebing di hutan, sehingga berkurangnya
tamiyang cangkir dikhawatirkan akan mengakibatkan longsor Untuk menjaga
jumlah populasinya di alam, maka sebagian anggota masyarakat menanamnya di
lahan masing-masing. Reundeu merupakan tumbuhan yang sering digunakan
sebagai lalap dan memiliki khasiat sebagai obat. Agar mudah memperolehnya,
maka reundeu ditanam di kebun yang dekat dengan pemukiman. Kegiatan
pengambilan pucuk reundeu juga memiliki aturan tertentu yakni apabila terdapat
tiga pucuk dalam satu batang, maka yang diambil hanya satu pucuk saja, dua
pucuk lainnya dibiarkan untuk pemetikan selanjutnya.
5.6.3 Tradisi lain yang masih dijalankan
Bentuk kearifan tradisional lainnya yang masih dilaksanakan oleh
sebagian besar masyarakat di Dusun Miduanan adalah tradisi yang berkaitan
dengan penghormatan terhadap padi (Oryza sativa). Bagi masyarakat Miduana
padi merupakan tumbuhan yang sangat disakralkan karena merupakan kebutuhan
pokok masyarakat. Pada umumnya tradisi ini dilakukan oleh orang-orang yang
masih memegang adat. Tradisi penghormatan terhadap padi dimulai dari proses
menyemai benih padi sampai pengaturan ruangan untuk menyimpan padi di dalam
rumah. Beberapa tradisi yang sering dilaksanakan oleh masyarakat Dusun
Miduana adalah:
1. Mitembian
Mitembian merupakan serangkaian upacara adat yang dilakukan sebelum
penyemaian benih padi, penanaman padi, dan pemanenan padi. Upacara
mitembian biasanya dilakukan oleh orang khusus yang mempunyai keahlian
dalam melakukan tata cara upacara tersebut, yakni sesepuh maupun dukun. Orang
yang melakukan mitembian biasanya menggunakan boeh rarang yang
dikerudungkan. Boeh rarang merupakan kain warna putih seperti selendang yang
biasanya diletakkan di pintu goah atau tempat menyimpan padi di dalam rumah.
Mitembian ditandai dengan ditancapkannya hanjuang (Cordyline fruticosa)
di sawah yang akan dijadikan sebagai tempat pembenihan padi, sawah yang akan
ditanami, atau sawah yang akan dipanen (Gambar 18). Selain menancapkan
hanjuang, dilakukan juga pembakaran kemenyan dalam wadah dari anyaman
48
bambu yang disebut parukuyan. Kemudian setelah itu ditanamlah tetengger atau
sejumput benih di sawah yang akan ditanami atau memotong sedikit padi di
sawah yang akan dipanen sebagai tanda dimulainya penanaman atau pemanenan.
Gambar 19 Hanjuang (Cordyline fruticosa) yang ditancapkan di pembenihan padi
Pelengkap dalam upacara adat ini bermacam-macam diantaranya berupa
bubur merah-putih, rujak kelapa, kopi, minyak kelapa, dan tantang angin yakni
semacam ketupat yang terbuat dari daun bambu tali (Gigantochloa apus) atau
bambu gombong (Gigantochloa verticillata) berbentuk segitiga. Setelah upacara
mitembian ini selesai barulah kegiatan penebaran benih padi, penanaman, atau
pemanenan dapat dilaksanakan.
2. Rengkong
Rengkong merupakan rangkaian upacara adat yang dilaksanakan saat
pemanenan padi. Pada upacara rengkong biasanya ditampilkan kesenian
tarawangsa yakni semacam kacapi cianjuran atau kesenian musik khas Cianjur.
Bahkan pada jaman dahulu biasanya ada kesenian yang disebut sandiwara yakni
semacam pementasan wayang orang. Namun saat ini kesenian sandiwara dan
tarawangsa ini jarang ditampilkan karena rengkong juga sudah jarang dilakukan.
Saat ini masyarakat biasanya hanya melakukan upacara mitembian jika akan
melakukan panen padi.
3. Upacara tutup taun
Upacara tutup taun dilakukan setelah selesai panen padi. Biasanya
dilakukan dengan berdoa bersama di rumah warga yang panen. Upacara ini
dilakukan dengan memotong tumpeng dan makan bersama. Biasanya upacara ini
dilakukan oleh warga yang memiliki hasil panen cukup besar, sehingga dengan
kata lain upacara tutup taun ini merupakan perwujudan rasa syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas melimpahnya hasil panen. Selain itu upacara ini juga
49
mengandung makna berbagi dengan sesama yang ditandai dengan adanya
kegiatan makan bersama.
Pada masyarakat Padepokan Girijaya di sekitar Gunung Salak, upacara
seperti ini dinamakan seren taun (Mirmanto et al 2008). Perbedaannya adalah
dalam upacara seren taun terdapat serangkaian ritual lain selain dari makan
bersama dan dilakukan secara bersama oleh masyarakatnya. Namun pada intinya
kedua tradisi ini memiliki fungsi yang sama sebagai ungkapan rasa syukur atas
rejeki yang mereka peroleh.
4. Ngaelepkeun
Ngaelepkeun merupakan adat dalam tata cara penyimpanan padi hasil
panen yang dilakukan oleh orang tertentu seperti sesepuh atau dukun.
Ngaelepkeun tidak bisa dilakukan pada sembarang hari tetapi pada hari-hari
tertentu tergantung hari lahir pemilik padi. Ngaelepkeun dilakukan apabila hendak
menyimpan padi hasil panen ke lumbung padi yang disebut leuit dan goah. Leuit
merupakan bangunan kecil tempat menyimpan padi yang terpisah dari rumah,
sedangkan goah merupakan ruangan tempat menyimpan padi yang terletak di
dalam rumah.
Dalam upacara ngaelepkeun, padi yang telah diikat (digedeng) terbagi ke
dalam beberapa macam. Ada gedengan biasa dan gedengan pokok yang terdiri
dari indung, ikat, ampar kasur, capit hurang, dan panutup. Sebagian besar padi
diikat berupa gedengan biasa, sedangkan untuk gedengan pokok hanya sebagian
kecil saja. Makna dari gedengan pokok ini diibaratkan sebagai penjaga lumbung
padi agar tidak mengalami gangguan apapun.
Gambar 20 Indung, lima ikatan padi kecil digabung jadi satu
50
Pada indung biasanya diikatkan juga tembakau (Nicotiana tabacum) yang
digulung dengan daun sirih (Piper betle). Ini merupakan simbol bahwa indung
merupakan orang tua atau inti dari gedengan pokok. Dalam penyimpanan padi di
lumbung terdapat susunan tertentu yang tidak boleh dilanggar. Padi gedengan
pokok selalu berada di tengah tumpukkan dan dikelilingi padi gedengan biasa.
Apabila aturan ini dilanggar, maka pemiliknya akan mengalami kabadi atau sakit
secara misterius.
5. Nganyaran
Nganyaran merupakan upacara adat dalam menyimpan beras hasil panen
ke dalam tempat beras berupa gentong besar dari tanah liat yang disebut buyung.
Nganyaran harus dilakukan sebelum padi hasil panen dikonsumsi atau dijual.
Upacara ini dilakukan dengan menumbuk padi hasil panen sehingga menjadi
beras. Banyaknya padi harus dalam hitungan genap dan minimal dua genggam.
Beras hasil tumbukan kemudian disimpan dalam boboko atau wadah dari
anyaman bambu. Peralatan dalam upacara ini adalah segelas air, sisir, cermin,
hihid atau kipas dari bambu. Beras yang ada dalam boboko kemudian dimasukkan
ke dalam buyung dan peralatan seperti sisir, cermin, dan hihid diletakkan di dekat
buyung. Upacara nganyaran ini bertujuan untuk menghormati dewi Sri yang lebih
dikenal oleh masyarakat Miduana sebagai Nyi Mas Geulis atas hasil panen yang
diperoleh.
Beras kemudian dimasak dan orang pertama yang memakan nasinya
adalah orang yang melakukan mitembian ketika panen. Sebelum orang yang
melakukan mitembian memakan nasinya, pemilik padi dilarang memakan nasi
dari padi hasil panen tersebut, apalagi sampai menjualnya. Padi baru boleh diolah
atau dijual setelah dilakukan upacara nganyaran. Manfaat adanya tradisi ini secara
tidak langsung mencegah adanya sistem ijon yang banyak merugikan petani.
6. Sistem pengaturan ruangan penyimpanan padi di rumah
Tempat penyimpanan padi di dalam rumah disebut goah. Penempatan
goah di dalam rumah juga memiliki aturan tersendiri. Peletakan goah harus
disusun berurutan dengan padaringan atau tempat menyimpan beras, hawu atau
tungku sebagai tempat memasak, pintu keluar, dan air atau kamar mandi. Hal ini
m
s
p
k
s
r
m
p
p
5
a
b
m
m
m
t
s
m
d
G
merupakan
sesuatu haru
Sel
pintu utama
kepercayaan
saja seseora
rumah, nam
melainkan
pengaturan
pemiliknya a
5.7 Sta
Stat
ada di Masy
besar peng
masyarakat y
muda tidak b
melakukan
tradisional m
saat ini me
masyarakat D
dari generas
Gambar 21
0
20
40
60
80
100
120
jum
lah
spes
ies
lambang ke
us berurutan.
ain pengatur
a rumah da
n bahwa leta
ang memilik
mun orang t
harus meny
tersebut dil
akan terseran
atus Kearifa
tus pengetah
yarakat Midu
getahuan m
yang berusia
banyak men
pemanfaatan
mengenai pe
erupakan ta
Dusun Midu
i ke generas
Rata-rata juresponden
64
≤ 30
eteraturan ya
.
ran penempa
an letak saw
ak sawah ha
ki sawah yan
tersebut tida
yerahkannya
langgar, mak
ng penyakit
an Tradision
huan tradisi
uana sudah m
mengenai pe
a lanjut (Gam
ngetahui kear
n tumbuhan
manfaatan tu
anda terjadin
uana. Apabil
i sampai kem
umlah spesies
69
31-40
Kelom
ang memilik
atan goah, a
wah. Pada
arus ada di
ng letaknya
ak diperbole
a kepada o
ka pemilik
secara miste
nal
ional menge
mulai berkur
emanfaatan
mbar 21). Ke
rifan dalam
n secara tra
umbuhan ya
nya erosi n
la dibiarkan
mudian hilan
s yang diman
89
41-5
mpok usia res
ki arti bahw
ada juga peng
beberapa m
bagian depa
berada di b
ehkan meng
orang lain.
rumah akan
erius.
enai pemanf
rang. Hal in
tumbuhan
ebanyakan r
pemanfaatan
adisional. Se
ang ada di ka
nilai-nilai k
nilai-nilai in
ng.
nfaatkan berd
9
0 51
sponden (tah
wa dalam m
gaturan men
masyarakat
an pintu rum
bagian belak
ggarap sawa
Apabila p
n terkena ka
faatan tumb
ni terlihat dar
lebih diku
responden ya
n tumbuhan
edikitnya pe
alangan gen
kearifan trad
ni akan terus
dasarkan kelo
94
-60
hun)
51
mengerjakan
ngenai arah
masih ada
mah. Boleh
kang pintu
ah tersebut
pengaturan-
kabadi atau
uhan yang
ri sebagian
uasai oleh
ang berusia
dan jarang
engetahuan
erasi muda
disional di
s berkurang
ompok usia
114
>60
52
Berkurangnya nilai-nilai kearifan tradisional di masyarakat Dusun
Miduana disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utamanya adalah terputusnya
transfer nilai-nilai tersebut dari generasi tua ke generasi muda. Generasi muda
berpikir nilai-nilai tersebut sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman dan
para sesepuhnya tidak dapat memaksakan untuk terus menjalankan nilai-nilai
tersebut. Hal ini terjadi akibat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga sebagian besar generasi muda berpikir kearifan tradisional
sudah tidak efisien dan tidak efektif (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup
2001). Apalagi tidak ada peraturan adat yang mengatur masyarakatnya untuk tetap
menjalankan nilai-nilai kearifan tradisional. Hal ini membuat nilai-nilai kearifan
tradisional semakin terdegradasi.
Faktor lainnya adalah perubahan pola hidup masyarakat yang sudah
dipengaruhi kebudayaan dari luar. Banyak masyarakat yang merantau ketika
pulang membawa pola kehidupan yang bebeda dengan pola kehidupan di Dusun
Miduana. Selain itu akses ke luar daerah yang cukup mudah membuat proses
akulturasi kebudayaan dengan daerah lain menjadi semakin cepat terjadi.
Faktor ekonomi juga turut mempengaruhi berkurangnya nilai-nilai
kearifan tradisional. Masuknya kebudayaan dari luar yang lebih modern dan
pesatnya pembangunan menyebabkan taraf hidup masyarakat meningkat. Hal ini
membuat kebutuhan masyarakat juga ikut meningkat baik jumlah, ragam maupun
kualitasnya (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup 2001). Kebutuhan
ekonomi yang meningkat tentu harus dibarengi dengan jumlah penghasilan yang
besar. Karena itulah banyak masyarakat Dusun Miduana yang lebih memilih
bekerja ke luar daerah untuk mendapatkan penghasilan yang diinginkan.
Ditambah dengan berubahnya status kawasan hutan menjadi kawasan yang
dilindungi, semakin mengurangi akses masyarakat dalam memanfaatkan hasil
hutan berupa kayu dan non kayu. Hal ini membuat masyarakat semakin sulit
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga masyarakat perlahan-lahan tidak
tergantung kepada hutan sepenuhnya.
Berkurangnya pengetahuan tradisional mengenai pemanfaatan tumbuhan
secara tidak langsung juga berdampak terhadap keberadaan spesies tumbuhannya.
Salah satu kasus yang terjadi di Dusun Miduana adalah langkanya wawalinian
53
(Typha domingensis) sebagai bahan baku pembuatan tikar karena pembuatan tikar
ini sudah tidak dilakukan lagi. Karena biasanya masyarakat Miduana akan
menjaga atau bahkan membudidayakan spesies sering digunakan.
Untuk menjaga agar nilai-nilai kearifan tradisional tetap ada di
masyarakat Miduana perlu dilakukan beberapa upaya terutama oleh
masyarakatnya sendiri. Beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya adalah
dibangunnya kembali atau revitalisasi konsep TOGA di masyarakat untuk mengisi
pekarangannya. Selain dapat dijadikan sebagai pertolongan pertama ketika sakit,
beberapa tumbuhan obat juga dapat dijadikan bumbu masakan serta menjadi
tumbuhan hias.
Penggunaan pembasmi hama yang berasal dari tumbuhan dapat
diterapkan kepada petani dengan cara membudidayakan spesies tumbuhan yang
dapat mengatasi hama. Selain itu penggunaan tumbuhan sebagai bahan-bahan
dalam pembuatan gula aren juga harus tetap dipertahankan. Keahlian membuat
kerajinan serta anyaman harus diturunkan kepada generasi selanjutnya, akan tetapi
dengan pengembangan yang sesuai jaman. Misalnya anyaman yang dihasilkan
tidak hanya untuk keperluan rumah tangga, akan tetapi dibuat semacam souvenir
yang bentuknya lebih menarik. Penjualan souvenir ini dapat dilakukan di kawasan
objek wisata yang relatif dekat, seperti Situ Patengan, Kawah Putih, serta objek
wisata lainnya yang ada di sekitar Ciwidey sampai perkebunan teh Rancabali.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Hasil kajian menunjukkan pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan
masyarakat Dusun Miduana cukup tinggi. Hal ini terlihat dari
dimanfaatkannya 191 spesies tumbuhan dari 69 famili. Penggunaan
tumbuhan digolongkan kedalam 13 kelompok kegunaan yakni sebagai
pangan 62 spesies, obat 74 spesies, hias 43 spesies, keperluan adat 19
spesies, bahan bangunan 14 spesies, pakan ternak 12 spesies, aromatik 12
spesies, kayu bakar 9 spesies, tali, anyaman, dan kerajinan 14 spesies,
pewarna 4 spesies, pestisida nabati 5 spesies, minuman sebanyak 4
spesies, dan kegunaan lain sebanyak 7 spesies. Pemanfaatan tumbuhan
umumnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama
untuk pangan.
2. Pengetahuan tradisional dalam pemanfaatan tumbuhan di Dusun
Miduana sudah mulai berkurang. Akan tetapi sebagian masyarakat masih
menjalankan nilai-nilai kearifan tradisional yang terlihat dari kegiatan
pemanfaatan tumbuhan, adanya upaya konservasi tumbuhan yang
dimanfaatkan, serta masih dilakukannya sejumlah tradisi terkait
penghormatan terhadap padi.
6.2 Saran
1. Melakukan budidaya tumbuhan potensial yaitu wawalinian (Typha
domingensis) sebagai bahan baku pembuatan tikar dan aren (Arenga
pinnata) sebagai bahan baku utama pembuatan gula merah sehingga
dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.
2. Pengembangan dan pendampingan demplot tumbuhan obat dengan
spesies tumbuhan obat yang dapat mengobati penyakit yang umum
diderita masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi O. 2002. Tinjauan Antropologi Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Pembangunan Kehutanan. Medan: Universitas Sumatera Utara
Arafah D. 2005. Studi potensi Tumbuhan Berguna di Kawasan Taman Nasional Bali Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
Asnawi HA. 1992. Peranan Tumbuhan dalam Upacara Adat Daur Hidup Suku Bangsa Banjar. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. hlm 202-215
Attamimi F. 1997. Pengetahuan Masyarakat Suku Mooi Tentang Pemanfaatan Sumberdaya Nabati di Dusun Maibo Desa Aimas Kabupaten Sorong [skripsi]. Manokwari: Fakultas Pertanian, Universitas Cenderawasih
Cotton CM. 1997. Ethnobotany,Principles and Applications. England: John Wiley and Sons Ltd
Dharmono. 2007. Kajian Etnobotani Tumbuhan Jalukap (Centella asiatica L.) di Suku Dayak Bukit Desa Haratai 1 Loksado. Bioscientiae 4 (2): hlm 71-78
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. 2008. Cagar Alam Gunung Simpang. http://www.dishutjabar.go.id [29 mei 2009]
[Ditjen PHKA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2009. Cagar Alam. http://www.dirjenphka.com [14 September 2009]
Direktorat Jenderal Pengembangan Masyarakat dan Desa. 2009. Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan. Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia
Djamalui VP. 1998. Spesies-spesies Tumbuhan Berkayu dan Pemanfaatannya dalam Kehidupan Suku Sougb di Desa Sururey Kecamatan Sururey Kabupaten Dati II Manokwari [skripsi]. Manokwari: Fakultas Pertanian, Universitas Cenderawasih
Dunia Tanaman. 2009. Tanaman Hias. http://www.duniatanaman.com/ category/tanaman-hias.htm [11 Okt 2009]
Fakhrozi I. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Tradisional di Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Studi Kasus di Desa Rantau Langsat, Kecamatan Batang Gangsal Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
56
Gunawan R. 2008. Kearifan Lokal dalam Tradisi Lisan dan Karya Sastra. Di dalam: Kongres Bahasa; Jakarta, 28 – 31 Oktober 2008. Jakarta: Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala. hlm: 1-13
Hamidu H. 2009. Kajian Etnobotani Suku Buton (Kasus Masyarakat Sekitar Hutan Lambusango Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
Harada K, Muzakkir A, Rahayu M, Widada. 2001. Traditional People and Biodiversity Conservation in Gunung Halimun National Park. Biodiversity Conservation Project: PKA-JICA-LIPI
Harada K, Rahayu M, Muyzakkir A. 2006. Tumbuhan Obat Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat, Indonesia. Gunung Halimun Salak National Park Management Project: JICA dan PHKA
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indomesia jilid I-IV. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya
Hidayat S. 2009. Etnobotani Masyarakat Kampung Adat Dukuh, Kabupaten Garut, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
[HIMAKOVA] Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. 2008. Kajian Keanekaragaman Flora dan Etnobotani di Cagar Alam Gunung Simpang Kab. Cianjur, Jawa Barat. Bogor: HIMAKOVA
[IL0] International Labour Organization. 1989. Convention 169: Convention Concerning Indigenous and Tribal Peoples in Independent Countries. Geneva: ILO
Inama. 2008. Kajian Etnobotani Masyarakat Suku Marind Sendawi Anim di Kawasan Taman Nasional Wasur, Kabupaten Merauke, Propinsi Papua [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
Isdijoso SH. 1992. Tumbuhan sebagai Sumber Bahan Sandang, Tali-temali, dan Anyam-anyaman. Di dalam : Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. hal 328-334
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2001. Bunga Rampai Kearifan Lingkungan. Jakarta: Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup
Kartawinata K. 2004. Biodiversity Conservation in Realtion to Plant Used for Medicines and Other Products. Journal of Tropical Ethnobiology: hlm 1-11
57
Kartiwa S, Martowikrido W. 1992. Hubungan antara Tumbuhan dan Manusia dalam Upacara Adat di Indonesia. Di dalam : Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. hlm 149-155
Lestari DA. 2005. Eksplorasi Jenis Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi yang Berpotensi sebagai Pestisida Nabati. Pasuruan: Kebun Raya Purwodadi-LIPI
Lestari G, Kencana P. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya
Mansoben JR. 2003. Konservasi Sumber Daya Alam Papua Ditinjau dari Aspek Budaya. Jurnal Antropologi Papua 2 (4): hlm 1-12
Martin GJ. 1998. Etnobotani: Sebuah Manual Pemuliharaan Manusia dan Tumbuhan. Mohamed M, Penerjemah. Kota Kinabalu: Natural History Publications (Borneo)
Mirmanto E, Wiriadinata H, Royyani MF, Ichikawa S, Ismirza. 2002. Merajut Pesona Flora Hutan Pegunungan Tropis di Gunung Salak. Bogor: Taman Nasional Gunung Halimun Salak-LIPI-JICA-PKA
Nurahman Y, Mile MY, Suhaendah E. 2007. Teknis Perbanyakan Tanaman Cemara Laut (casuarina equisetifolia) pada Media Pasir. Info Teknis 5 (1): 1-7
[Pemda Kab. Cianjur] Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur. 2007. Data Kependudukan Kabupaten Cianjur. http://www.cianjurkab.go.id [3 Okt 2009]
Puspitaningtyas DM, Mursidawati S, Sutrisno, Asikin J. 2003. Anggrek Alam di Kawasan Konservasi Pulau Jawa. Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI
Puspitaningtyas DM. 2005. Studi Keragaman Anggrek di Cagar Alam Gunung Simpang, Jawa Barat. Biodiversitas 6 (2): 103-107
Rahayu M, Susiarti S, Purwanto Y. 2007. Kajian Pemanfaatan Tumbuhan Hutan Non Kayu oleh Masyarakat Lokal di Kawasan Konservasi PT. Wira Karya Sakti Sungai Tapa – Jambi. Biodiversitas 8 (1): 73-78
Resort Cagar Alam Gunung Simpang. 2010. Data Kawasan Cagar Alam Gunung Simpang Tahun 2010. Cianjur: Resort Cagar Alam Gunung Simpang
Ridwan NA. 2007. Landasan Keilmuan Kearifan Lokal. Ibda` 5 (1): hlm 27-38
Rifai MA, Waluyo EB. 1992. Etnobotani dan Pengembangan Tetumbuhan Pewarna Indonesia: Ulasan suatu pengamatan di Madura. Di dalam:
58
Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. hal 119-126
Rostiana O, Hadipoetyanti E, Abdullah A. 1992. Potensi Bahan Pewarna Alami di Indonesia. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. hal 127-131
Rostiana O, Rosita SMD, Wahid P, Sitepu D. 1990. Program Pengembangan Penelitian Tumbuhan Obat di Indonesia. di dalam: Seminar Nasional: Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat; Bogor, 30-31 Mei 1990.
Rostiana O, Rosita SMD, Pribadi ER, Hernani. 2007. Penggalian Iptek Etnomedisin di Gunung Gede Pangrango. Bul. Littro18 (1): hlm 13-28
Sastrapradja S, Mogea JP, Sangat HM, Afriastini JJ. 1980. Palem Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka
Sastrapradja S, Widjaja EA, Prawiroatmodjo S, Soenarko S. 1980. Beberapa Jenis Bambu. Jakarta: PN Balai Pustaka
Sastrapradja S. 1981. Tumbuhan Air. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI
Setyowati FM. 2007. Keanekaragaman Pemanfaatan Tumbuhan Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser. Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi – LIPI
Siswoyo, Zuhud EAM, Soekmadi R, Sandra E. 2004. Inventarisasi dan Identifikasi Sumberdaya Alam Hayati Berupa Tumbuhan Selain Obat di Kabupaten Sintang. Bogor: Pemerintah Kabupaten Sintang dan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB
Soekarman, Riswan S. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani di Indonesia. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. hlm 1-7
Susiarti S, Setyowati FM. 2005. Bahan Rempah Tradisional dari Masyarakat Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Biodiversitas 6 (4): hlm. 289-291
Sutara PK. 2009. Spesies Tumbuhan sebagai Pewarna Alam Pada Beberapa Perusahan Tenun di Gianyar. Jurnal Bumi Lestari 9 (2): hlm. 217 - 223
Sutarjadi. 1992. Tumbuhan Indonesia sebagai Sumber Obat, Kosmetika, dan Jamu. di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-
59
Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. hlm 16-25
Taum YY. 2006. Wawasan Kebangsaan dari Perspektif Budaya Flores. Di dalam: Dialog Budaya Daerah "Merumuskan Kembali Wawasan Kebangsaan Melalui Perspektif Budaya Lokal"; Yogyakarta, 18 – 19 April 2006. Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta. hlm 1-9
Temu ST. 1992. Penggunaan Tumbuhan untuk Bahan Pakan, Pewarna Tenun Ikat dan Pelestarian Lingkungan oleh Suku Lio, Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. hlm 390-394
Undang-Undang no 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya
Undang Undang no 7 tahun 1996 tentang Pangan
Widada. 2008. Mendukung Pengelolaan Taman Nasional yang Efektif Melalui Pengembangan Masyarakat Sadar Konservasi yang Sejahtera. Jakarta: Ditjen PHKA – JICA
Widjaja, Elizabeth A. 2001. Identifikasi Jenis-jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil. Bogor: Puslibang-LIPI
Zuhud EAM, Haryanto. 1990. Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat di Indonesia. di dalam: Seminar Nasional: Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat; Bogor, 30-31 Mei 1990. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
60
Lampiran 1 Daftar nama tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat Dusun Miduana
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus 1 Pecah beling Strobilanthes crispus Bl Acanthaceae perdu 2 Reundeu Staurogyne elongata O.K Acanthaceae herba 3 Bayam Amaranthus spinosus L. Amarantaceae herba 4 Jawer kotok Celosia cristata L. Amarantaceae herba 5 Bakung Crinum asiaticum L. Amarillydaceae herba 6 Sedap malam Polianthes tuberosa L. Amarillydaceae herba 7 Jambu mede Anacardium occidentale L. Anacardiaceae pohon 8 Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae pohon 9 Manalika Anona muricata L. Anonaceae pohon 10 Antanan/antanan
beureum Centella asiatica (L.) Urb Apiaceae herba
11 Katuncar Eryngium foetidum L. Apiaceae herba 12 Kuruwet galeng Hydrocotyle sibthorpioides
Lamk Apiaceae herba
13 Seledri Apium graveolens L. Apiaceae perdu 14 Wortel Daucus carota L. Apiaceae herba 15 Alamanda Allamanda cathartica L. Apocynaceae perdu 16 Jaring Acorus calamus L. Araceae herba 17 Ki hurip Rhaphidophora sylvestris
(Blume) Engl Araceae liana
18 Kuping gajah Anthurium crystallinum Lindl Araceae perdu 19 Talas hias Caladium bicolor (W.Aif) Vent Araceae herba 20 Talas hias "white
butterfly" Syngonium podophyllum Araceae herba
21 Talas hitam Colocasia esculenta Schott Araceae herba 22 Ramo giling Schefflera aromatica Harms Araliaceae pohon 23 Aren Arenga pinnata (Wurmb.) Merr Arecaceae pohon 24 Bingbin Pinanga coronata (Bl.ex
Mart.)Bl Arecaceae perdu
25 Bubuay Plectocomia elongata Mart.Ex Bl
Arecaceae liana
26 Hoe tali Calamus javensis Blume Arecaceae liana 27 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae pohon 28 Rotan seti Calamus ornatus Blume ex
Schult.f Arecaceae liana
46 Aster Chrysanthemum indicum L. Asteraceae herba 47 Babadotan Ageratum conyzoides L. Asteraceae herba 48 Bunga tahi kotok Tgetes patula L. Asteraceae herba 49 Kembang kertas Zinna elegans Jacq Asteraceae herba 50 Kirinyuh Eupatorium inulifolium Kunth Asteraceae perdu 51 Sembung Blumea balsamifera DC Asteraceae perdu 29 Pacar air Impatiens balsamina L. Balsaminaceae herba
61
30 Pacar tere Impatiens platypetala Lindl Balsaminaceae herba 31 Winahong Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis Basellaceae herba
32 Hariang Begonia coccinea Hortz Begoniaceae herba 33 Hariang Begonia robusta Bl Begoniaceae herba 34 Hariang Begonia semperflorens Begoniaceae herba 35 Randu Ceiba pentandra (L.) Gaertn Bombacaceae pohon 36 Bromelia Bromelia sp Bromeliaceae herba 37 Nanas Ananas cosmosus L. Bromeliaceae herba 38 Genjer Limnocharis flava Buchemau Butomaceae herba 39 Korejat Isotoma longiflora (Wild.) Presl Campanulaceae herba 40 Pepaya Carica papaya L. Caricaceae herba 41 Anyelir Dianthus chinensis L. Caryophyllaceae herba 42 Ganggeng Ceratophyllum demersum L. Ceratophyllaceae tumbuhan
air 43 Keras tulang Chloranthus officinalis Bl Chloranthaceae perdu 44 Nanas kerang Rheo discolor Hance Commelinaceae perdu 45 Commelina Callisia fragrans (Lindl) Woods Commelinaceae herba 52 Kangkung Ipomoea aquatica Forsk Convolvulaceae herba 53 Ubi jalar Ipomoea batatas Poir Convolvulaceae herba 54 Buntiris Kalanchoe pinnata Pers Crassulaceae herba 55 Sedum Sedum morganianum E. Walther Crassulaceae herba 56 Kol Brassica oleracea L. Cruciferae herba 57 Labu siam Sechium edule Sw Cucurbitaceae perdu 58 Mentimun Cucumis sativus L. Cucurbitaceae herba 59 Paria Momordica charantia L. Cucurbitaceae perdu 60 Waluh Cucurbita moschata Duch Cucurbitaceae perdu 61 Babawangan Scirpus erectus Poir Cyperaceae herba 62 Teki Kyllinga brevifolia Rottb Cyperaceae herba 63 Euphorbia Euphorbia milii Des Moul Euphorbiaceae perdu 64 Jarak pagar Jatropha curcas L. Euphorbiaceae perdu 65 Kaliki Ricinus communis L. Euphorbiaceae perdu 66 Katuk Sauropus androgynus Merr Euphorbiaceae perdu 67 Mareme Glochidion borneense Boerl Euphorbiaceae pohon 68 Singkong Manihot utilissima Pohl Euphorbiaceae perdu 69 Angsana Pterocarpus indicus Willd Fabaceae pohon 70 Asem Tamarindus indica L. Fabaceae pohon 71 Buncis Phaseolus vulgaris L. Fabaceae perdu 72 Jengkol Pithecolobium lobatum Benth Fabaceae pohon 73 Jukut riut Mimosa pudica L. Fabaceae perdu 74 Jukut riut merah Aeschynomene americana L. Fabaceae perdu 75 Kacang hijau Phaseolus radiatus L. Fabaceae herba 76 Kacang suuk Arachis hypogaea L. Fabaceae herba 77 Kaliandra Calliandra haematocephala
Hassk Fabaceae pohon
62
78 Petai Parkia speciosa Hassk Fabaceae pohon 79 Tua beleng Derris elliptica Benth Fabaceae liana 80 Pasang Quercus sundaica Bl Fagaceae pohon 81 Tunggeureu Castanea tunggurut Bl Fagaceae pohon 82 Reundeu badak Cyrtandra picta Bl Gesneriaceae herba 83 Melinjo Gnetum gnemon L. Gnetaceae pohon 84 Rasamala Altingia excelsa Noronha Hamamelidaceae pohon 85 Ki kadanca Platea latifolia Bl Icacinaceae pohon 86 Janggut/pepermint Mentha arvensis L. Labiatae herba 87 Kumis kucing Orthosiphon grandiflorus Bold Labiatae herba 88 Kemangi Ocimum Basilicum L. Lamiaceae herba 89 Alpukat Persea americana Mill Lauraceae pohon 90 Huru Actinodaphne procera Nees Lauraceae pohon 91 Huru dapung Actinodaphne glomerata Nees Lauraceae pohon 92 Sulangkar Leea indica Merr Leeaceae perdu 93 Bawang daun Allium fistulosum L. Liliaceae herba 94 Bawang merah Allium cepa L. Liliaceae herba 95 Bawang putih Allium sativum L. Liliaceae herba 96 Bunga lili Hymenocallis mayor Liliaceae herba 97 Hanjuang Cordyline fruticosa (L.) A.Chev Liliaceae perdu 98 Hanjuang merah Cordyline terminalis (L.) Kunth Liliaceae perdu 99 Lidah buaya Aloe vera L. Liliaceae perdu 100 Opipogon putih Ophiopogon jaburan Liliaceae herba 101 Suji Pleomele angustifolia
N.E.Brown Liliaceae perdu
102 Kembang sapatu Hibiscus rosa-sinensis L. Malvaceae perdu 103 Pungpurutan Urena lobata L. Malvaceae perdu 104 Rosela Hibiscus sabdariffa L. Malvaceae herba 105 Maranta Calathea picturata Marantaceae herba 106 Mahoni Swietenia macrophylla King Meliaceae pohon 107 Maranginan Dysoxylum ramiflorum Miq Meliaceae pohon 108 Suren Toona sureni Merr Meliaceae pohon 109 Nangka Artocarpus heterophyllus Lamk Moraceae pohon 110 Cau kole Musa acuminata Colla Musaceae perdu 111 Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae herba 112 Jambu air Eugenia aquea Burm Myrtaceae pohon 113 Jambu biji Psidium guajava L. Myrtaceae pohon 114 Salam Eugenia polyantha Wight Myrtaceae pohon 115 Bugenfil Bougainvillea glabra Choicy Nyctaginaceae perdu 116 Anggrek panda Vanda tricolor Lindl orchidaceae epifit 117 Anggrek tanah Phaius tankervilleae Bl orchidaceae herba 118 Balimbing Averrhoa carambola L. Oxalidaceae pohon 119 Calingcing Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae pohon 120 Cangkuang Pandanus furcatus Roxb Pandanaceae perdu 121 Pandan Pandanus amaryllifolius Roxb Pandanaceae perdu
63
122 Ki seureuh Piper aduncum L. Piperaceae perdu 123 Lada Piper nigrum L. Piperaceae herba 124 Sirih Piper betle L. Piperaceae perdu 125 Alang-alang Imperata cylindrica L. Poaceae herba 126 Bambu betung Dendrocalamus asper (Schult.f.)
Backer ex Heyne Poaceae bambu
127 Bambu buluh Schizostachyum brachycladum Kurz
Poaceae bambu
128 Bambu gombong Gigantochloa verticillata Kurz Poaceae bambu 129 Bambu hitam Gigantochloa atroviolacea
Widjaja Poaceae bambu
130 Bambu kuning Bambusa vulgaris Schrad Poaceae bambu 131 Bambu tali Gigantochloa apus Kurz Poaceae bambu 132 Bambu temen Gigantochloa atter (Hassk.)
KurzPoaceae bambu
133 Cangkoreh Dinochloa scandens O.K Poaceae bambu 134 Dongdoman Andropogon aciculatus Retz Poaceae herba 135 Jagung Zea mays L. Poaceae herba 136 Jampang Eleusine indica Gaertn Poaceae herba 137 Jukut pait Axonopus compressus Beauv Poaceae herba 138 Lameta Lersia hexandra Swartz Poaceae herba 139 Padi Oryza sativa L. Poaceae herba 140 Padi ketan Oryza glutinosa Lour Poaceae herba 141 Serai Andropogon nardus L. Poaceae herba 142 Tamiang cangkir Thysanolaena maxima O.K Poaceae bambu 143 Terigu Shorgum nitidum Vahl Poaceae herba 144 Eceng Monochoria vaginalis Presl Pontederiaceae herba 145 Menee/kayu
afrika Maesopsis eminii Engl Rhamnaceae pohon
146 Arbei Rubus rosaefolius Smith Rosaceae perdu 147 Kembang ros Rosa chinensis Jacq Rosaceae perdu 148 Daun kahitutan Paederia foetida L. Rubiaceae perdu 149 Kacapiring Gardenia angusta Merr Rubiaceae perdu 150 Kingkilaban Mussaenda frondosa L. Rubiaceae perdu 151 Kopi Coffea robusta L. Rubiaceae pohon 152 Soka Ixora coccinea L. Rubiaceae perdu 153 Jeruk Citrus aurantinum sinensis L. Rutaceae pohon 154 Jeruk limo Citrus amblycarpa Hassk Rutaceae pohon 155 Jeruk nipis Citrus aurantifolia Swing Rutaceae pohon 156 Rambutan Nephelium lappaceum L. Sapindaceae pohon 157 Gihgil Dichroa febrifuga Lour Saxifragaceae perdu 158 Kembang
borondong Hydrangea macrophylla Hortensia
Saxifragaceae perdu
159 Hunyur buut Kadsura scandens Blume Schisandraceae liana 160 Cabe merah Capsicum annuum L. Solanaceae herba 161 Cecendet Physalis angulata L. Solanaceae herba
64
162 Cengek Capsicum frutescens L. Solanaceae herba 163 Kecubung Datura fastuosa L. Solanaceae perdu 164 Kentang Solanum tuberosum L. Solanaceae perdu 165 Leunca Solanum ningrum L. Solanaceae herba 166 Takokak Solanum torvum Swartz Solanaceae perdu 167 Tembakau Nicotiana tabacum L. Solanaceae perdu 168 Terong Solanum melongena L. Solanaceae perdu 169 Terong kori Solanum aculeatissimum Jacq Solanaceae perdu 170 Tomat Solanum lycopersicum L. Solanaceae herba 171 Kemenyan Styrax sp Styracaceae pohon 172 Puspa Schima walichii (DC) Korth Theaceae pohon 173 Teh Thea sinensis L. Theaceae perdu 174 Mahkota dewa Phaleria macrocarpa [Scheff.]
Boerl.Thymelaeaceae perdu
175 Wawalinian Typha domingensis Pers Typhaceae perdu 176 Pohpohan Pilea trinervia Wight Urticaceae herba 177 Raru Usnea longissima Acharius Usneaceae lumut 178 Areuy ki jati Premna parasitica Bl Verbenaceae perdu 179 Jarong Stachytarpheta jamaicensis Vahl Verbenaceae perdu 180 Kembang aseupan Clerodendrum japonicum
(Thunb) Sweet Verbenaceae perdu
181 Hangasa Amomum dealbatum Roxb Zingiberaceae herba 182 Jahe Zingiber officinale Rosc Zingiberaceae herba 183 Jahe merah Zingiber officinale Roxb. var
Rubra Zingiberaceae herba
184 Kencur kaempferia galanga L. Zingiberaceae herba 185 Koneng gede Curcuma xanthorrhiza Roxb Zingiberaceae herba 186 Kunci Kaempferia pandurata Roxb Zingiberaceae herba 187 Kunyit Curcuma domestica Val Zingiberaceae herba 188 Lengkuas Alpinia galanga SW Zingiberaceae herba 189 Pacing Costus speciosus J.E. Smith Zingiberaceae perdu 190 Panglay hideung Zingiber Ottensii Val Zingiberaceae herba 191 Tepus Amomum coccineum (Bl)
K.SchumZingiberaceae perdu
65
Lampiran 2 Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pangan
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang digunakan
1 Reundeu Staurogyne elongata O.K Acanthaceae daun 2 Bayam Amaranthus spinosus L. Amarantaceae daun 3 Jambu mede Anacardium occidentale L. Anacardiaceae buah 4 Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae buah 5 Manalika Anona muricata L. Anonaceae buah 6 Antanan Centella asiatica (L.) Urb Apiaceae daun 7 Katuncar Eryngium foetidum L. Apiaceae daun 8 Kuruwet galeng Hydrocotyle sibthorpioides
Lamk Apiaceae daun
9 Wortel Daucus carota L. Apiaceae umbi 10 Aren Arenga pinnata (Wurmb.) Merr Arecaceae buah 11 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae buah 12 Nanas Ananas cosmosus L. Bromeliaceae buah 13 Genjer Limnocharis flava Buchemau Butomaceae daun 14 Pepaya Carica papaya L. Caricaceae buah 15 Kangkung Ipomoea aquatica Forsk Convolvulaceae daun 16 Ubi jalar Ipomoea batatas Poir Convolvulaceae umbi 17 Kol Brassica oleracea L. Cruciferae buah 18 Labu siam Sechium edule Sw Cucurbitaceae buah 19 Mentimun Cucumis sativus L. Cucurbitaceae buah 20 Paria Momordica charantia L. Cucurbitaceae buah 21 Waluh Cucurbita moschata Duch Cucurbitaceae buah 22 Mareme Glochidion borneense Boerl Euphorbiaceae daun 23 Singkong Manihot utilissima Pohl Euphorbiaceae daun, umbi 24 Asem Tamarindus indica L. Fabaceae buah 25 Buncis Phaseolus vulgaris L. Fabaceae buah 26 Jengkol Pithecolobium lobatum Benth Fabaceae buah 27 Kacang hijau Phaseolus radiatus L. Fabaceae biji 28 Kacang suuk Arachis hypogaea L. Fabaceae biji 29 Petai Parkia speciosa Hassk Fabaceae buah 30 Melinjo Gnetum gnemon L. Gnetaceae buah, daun 31 Janggut/pepermint Mentha arvensis L. Labiatae daun 32 Kemangi Ocimum Basilicum L. Lamiaceae daun 33 Alpukat Persea americana Mill Lauraceae buah 34 Bawang daun Allium fistulosum L. Liliaceae daun, batang 35 Bawang merah Allium cepa L. Liliaceae umbi 36 Bawang putih Allium sativum L. Liliaceae umbi 37 Nangka Artocarpus heterophyllus Lamk Moraceae buah 38 Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae buah
66
39 Jambu air Eugenia aquea Burm Myrtaceae buah 40 Jambu biji Psidium guajava L. Myrtaceae buah 41 Balimbing Averrhoa carambola L. Oxalidaceae buah 42 Lada Piper nigrum L. Piperaceae biji 43 Bambu betung Dendrocalamus asper
(Schult.f.) Backer ex Heyne Poaceae tunas/rebung
44 Jagung Zea mays L. Poaceae biji 45 Padi Oryza sativa L. Poaceae biji 46 Terigu Shorgum nitidum Vahl Poaceae biji 47 Eceng Monochoria vaginalis Presl Pontederiaceae daun 48 Jeruk Citrus aurantinum sinensis L. Rutaceae buah 49 Rambutan Nephelium lappaceum L. Sapindaceae buah 50 Hunyur buut Kadsura scandens Blume Schisandraceae buah 51 Cabe merah Capsicum annuum L. Solanaceae buah 52 Cengek Capsicum frutescens L. Solanaceae buah 53 Kentang Solanum tuberosum L. Solanaceae umbi 54 Leunca Solanum ningrum L. Solanaceae buah 55 Takokak Solanum torvum Swartz Solanaceae buah 56 Terong Solanum melongena L. Solanaceae buah 57 Terong kori Solanum aculeatissimum Jacq Solanaceae buah 58 Tomat Solanum lycopersicum L. Solanaceae buah 59 Pohpohan Pilea trinervia Wight Urticaceae daun 60 Kencur kaempferia galanga L. Zingiberaceae rimpang 61 Kunyit Curcuma domestica Val Zingiberaceae rimpang
67
Lampiran 3 Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai obat
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Penyakit yang diobati
Bagian yang digunakan
Cara pengolahan
1 Reundeu Staurogyne elongata O.K
Acanthaceae - nyeri sendi, reumatik
- susah kencing
daun - Daun dimakan langsung/dilalap - Daun dikukus setengah matang lalu
dimakan 2 Jambu mede Anacardium occidentale
L. Anacardiaceae disengat lebah biji Biji dibelah lalu digosokkan ke bagian
yang disengat 3 Manalika Anona muricata L. Anonaceae penghilang
alergi terhadap ramuan obat
pucuk Pucuk direbus bersama ramuan
4 Antanan beureum Centella asiatica (L.) Urb
Apiaceae penambah darah daun Daun dimakan langsung/dilalap
5 Katuncar Eryngium foetidum L. Apiaceae sakit kepala seluruh bagian Katuncar direbus dengan mahkota kembang ros dan seledri lalu diminum airnya
6 Seledri Apium graveolens L. Apiaceae sakit kepala, mengendurkan saraf
seluruh bagian Seledri direbus dengan mahkota kembang ros dan katuncar lalu diminum airnya
7 Jaring Acorus calamus L. Araceae kurap umbi Umbi dibelah lalu digosokkan langsung
8 Talas hitam Colocasia esculenta Schott
Araceae membulatkan kepala bayi
daun Daun ditangkupkan di atas kepala bayi
9 Ramo giling Schefflera aromatica Harms
Araliaceae batuk air batang Batang ditebas, airnya diminum langsung
10 Aren Arenga pinnata (Wurmb.) Merr
Arecaceae asam urat nira Nira dicampur dengan bawang merah dan bawang putih, dikubur selama 3 bulan kemudian dijadikan minyak oles
11 Bingbin Pinanga coronata Arecaceae batu ginjal batang muda Humutnya dimakan langsung
68
(Bl.ex Mart.)Bl (humut) 12 Bubuay Plectocomia elongata
Mart.Ex BlArecaceae penyakit cebor air batang Batang ditebas, airnya dioleskan ke
kulit langsung13 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae - penetral racun
- sakit gigi - air - batok kelapa
- Airnya diminum langsung - Batok dibakar, lalu ditutup lalu
kapas diasapi dengan asapnya dan ditempelkan ke gigi
14 Rotan seti Calamus ornatus Blume ex Schult.f
Arecaceae batuk air batang Batang ditebas, airnya diminum langsung
18 Babadotan Ageratum conyzoides L. Asteraceae luka luar daun Daun digosok lalu ditempelkan ke luka 19 Kirinyuh Eupatorium inulifolium
Kunth Asteraceae luka luar daun Daun diremas lalu ditempelkan ke luka
20 Sembung Blumea balsamifera DC Asteraceae bisul daun Daun sembung dicampur dengan mahkota dewa, lalu direbus dan diminum airnya
15 Winahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
Basellaceae - batuk menahun
- sariawan - luka, keseleo
daun - Batuk menahun: daun sebanyak 2 lembar dimakan langsung/dilalap
- sariawan: daun ditumbuk dan ditambah air lalu dipakai kumur-kumur
- luka dan keseleo: daun diremas lalu ditempelkan ke bagian yang sakit
16 Korejat Isotoma longiflora (Wild.) Presl
Campanulaceae gangguan penglihatan
bunga Bunga dipetik, airnya langsung diteteskan
17 Keras tulang Chloranthus officinalis Bl
Chloranthaceae nyeri sendi, reumatik
akar Akar direbus, lalu air rebusannya diminum sebelum makan dan tidur
21 Labu siam Sechium edule Sw Cucurbitaceae panas/demam daging buah Buah diparut dan diperas airnya lalu diminum
22 Paria Momordica charantia L.
Cucurbitaceae demam daun Daun ditumbuk dan dikompreskan
69
23 Babawangan Scirpus erectus Poir Cyperaceae kanker dan tumor
daun Daun diparut bersama kunci dan jahe merah lalu diperas airnya kemudian dicampur dengan rebusan rebung bambu hitam, cecendet, cau manggala, dan mahkota dewa lalu diminum
24 Jarak pagar Jatropha curcas L. Euphorbiaceae sakit gigi karena gigi berlubang
getah Getah dioleskan ke gigi yang berlubang
25 Kaliki Ricinus communis L. Euphorbiaceae merawat organ kewanitaan setelah melahirkan
daun Daun dipanaskan lalu ditempelkan ke organ kewanitaan
26 Katuk Sauropus androgynus Merr
Euphorbiaceae sariawan daun Daun dimakan langsung/dilalap
27 Angsana Pterocarpus indicus Willd
Fabaceae asma kulit batang Kulit batang dicampur jarong, jukut riut merah, madu, dan sarang walet lalu direbus dan diminum airnya
28 Asem Tamarindus indica L. Fabaceae demam daging buah matang
Daging buah matang dicampur air dan diminum airnya.
29 Jukut riut Mimosa pudica L. Fabaceae mengobati luka terbuka
seluruh bagian Jukut riut dipepes kemudian ditempelkan ke luka
30 Jukut riut merah Aeschynomene americana L.
Fabaceae reumatik akar Akar dicampur kunci, kumis kucing, keras tulang, dan akar cecendet lalu direbus dan diminum airnya
31 Petai Parkia speciosa Hassk Fabaceae menyembuhkan kalingsir atau kaki yang bengkak
pucuk Pucuk ditumbuk dan ditempelkan ke kaki yang bengkak
32 Reundeu badak Cyrtandra picta Bl Gesneriaceae kalingsir, panas perut
daun Daun ditumbuk lalu ditempelkan ke perut
33 Janggut/pepermint Mentha arvensis L. Labiatae penambah darah daun Daun dimakan langsung/dilalap
70
34 Kumis kucing Orthosiphon grandiflorus Bold
Labiatae encok, pegal linu
seluruh bagian Kumis kucing direbus, dan diminum airnya
35 Alpukat Persea americana Mill Lauraceae ginjal daun muda (pucuk)
Pucuk dicampur kembang sepatu, gihgil dan kunci kemudian diparut dan diperas airnya
36 Sulangkar Leea indica Merr Leeaceae kutil getah buah Getah dioleskan langsung ke kutil 37 Bawang merah Allium cepa L. Liliaceae demam umbi Bawang ditumbuk dan dicampur air
lalu dikompreskan 38 Bawang putih Allium sativum L. Liliaceae disengat lebah umbi Bawang ditumbuk lalu ditempelkan ke
bagian yang disengat 39 Lidah buaya Aloe vera L. Liliaceae sakit gigi, panas
dalam daging buah Daging buah dikerok lalu dicampur air
dan gula merah lalu diminum 40 Kembang sapatu Hibiscus rosa-sinensis
L. Malvaceae ginjal bunga Bunga dicampur gihgil, kunci, dan
pucuk alpukat kemudian diparut dan diperas lalu diminum airnya
41 Pungpurutan Urena lobata L. Malvaceae encok, pegal linu
akar Akar direbus dan diminum airnya
42 Mahoni Swietenia macrophylla King
Meliaceae gatal-gatal karena alergi
biji kering Biji kering langsung ditelan
43 Cau kole Musa acuminata Colla Musaceae - gatal akibat kena pulus
- digigit ular
getah - Gatal terkena pulus: getah digosokkan ke bagian yang gatal
- Digigit ular: getah dioleskan ke bagian yang digigit ular dan diminum untuk memperlambat peredaran racun di tubuh
44 Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae luka luar getah Getah dioleskan langsung 45 Jambu biji Psidium guajava L. Myrtaceae sakit perut daun muda
(pucuk) Pucuk ditumbuk dan dicampur air lalu diminum airnya atau dimakan langsung
46 Balimbing Averrhoa carambola L. Oxalidaceae darah tinggi buah matang Buah diparut lalu diperas dan airnya
71
diminum 47 Calingcing Oxalis corniculata L. Oxalidaceae darah tinggi buah Buah dicampur labu siam muda,
mahkota dewa muda, diparut dan diperas airnya
48 Sirih Piper betle L. Piperaceae menghilangkan bekas bisul
daun Daun dicampur dengan mahkota dewa dan daun sembung, lalu direbus dan diminum airnya
49 Alang-alang Imperata cylindrica L. Poaceae encok, pegal linu
akar Akar direbus, lalu diminum air rebusannya
50 Bambu buluh Schizostachyum brachycladum Kurz
Poaceae tipus air batang Air batang dicampur dengan mahkota dewa dan cecendet, lalu direbus dan diminum airnya
51 Bambu hitam Gigantochloa atroviolacea Widjaja
Poaceae kanker dan tumor
rebung Rebung dicampur dengan cecendet, inti batang pisang, dan mahkota dewa lalu direbus, kemudian dicampur air perasan dari babawangan, kunci, dan jahe merah yang diparut, lalu diminum airnya
52 Bambu kuning Bambusa vulgaris Schrad
Poaceae penyakit liver air batang Air batang dicampur dengan mahkota dewa dan cecendet, lalu direbus dan diminum airnya
53 Cangkoreh Dinochloa scandens O.K
Poaceae mata merah atau iritasi ringan
air batang Airnya diteteskan langsung
54 Serai Andropogon nardus L. Poaceae penghangat dan pengusir makhluk halus
minyak Minyaknya dioleskan ke bagian yang diinginkan
55 Kembang ros Rosa chinensis Jacq Rosaceae sakit kepala mahkota bunga
Mahkota bunga dimakan langsung (maksimal 3 lembar)
56 Daun kahitutan Paederia foetida L. Rubiaceae susah kentut daun Daun diremas lalu ditempelkan ke perut
72
57 Kingkilaban Mussaenda frondosa L. Rubiaceae bisul buah Buah dimakan langsung 58 Jeruk nipis Citrus aurantifolia
Swing Rutaceae batuk air buah Jeruk diperas dan dicampur air lalu
diminum59 Gihgil Dichroa febrifuga Lour Saxifragaceae ginjal daun Daun dicampur kembang sapatu,
kunci, dan pucuk alpukat kemudian diparut dan diperas lalu diminum airnya
60 Hunyur buut Kadsura scandens Blume
Schisandraceae sakit pinggang buah Buah direbus lalu diminum airnya
61 Cecendet Physalis angulata L. Solanaceae pegal linu seluruh bagian Cecendet direbus lalu diminum airnya 62 Kecubung Datura fastuosa L. Solanaceae gangguan
penglihatan bunga Bunga dipetik, airnya langsung
diteteskan 63 Leunca Solanum ningrum L. Solanaceae penyubur dalam
menghasilkan keturunan
buah Buah dilalap langsung
64 Terong Solanum melongena L. Solanaceae penyubur dalam menghasilkan keturunan
buah Buah dilalap langsung
65 Mahkota dewa Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.
Thymelaeaceae sebagai penambah khasiat ramuan obat
daging buah Daging buah yang sudah diiris dicampurkan dengan ramuan
66 Areuy ki jati Premna parasitica Bl Verbenaceae batuk air batang Batang ditebas, airnya diminum langsung
67 Jarong Stachytarpheta jamaicensis Vahl
Verbenaceae asma seluruh bagian Jarong dicampur kulit batang angsana, jukut riut merah, madu, dan sarang walet lalu direbus dan diminum airnya
68 Jahe merah Zingiber officinale Roxb. var Rubra
Zingiberaceae penghangat dan pengusir makhluk halus
rimpang Jahe merah, panglay hitam, dan bawah putih diparut, airnya diperas lalu dicampur minyak serai lalu dipakai
73
sebagai minyak oles 69 Koneng gede Curcuma xanthorrhiza
Roxb Zingiberaceae encok, pegal
linurimpang Rimpang direbus dan diambil airnya
70 Kunci Kaempferia pandurata Roxb
Zingiberaceae - ginjal - reumatik
Pucuk - Ginjal: dicampur gihgil dan pucuk alpukat kemudian diparut dan diperas airnya
- Reumatik: dicampur kumis kucing, keras tulang, dan akar cecendet lalu direbus dan diminum airnya
71 Kunyit Curcuma domestica Val Zingiberaceae sakit gigi rimpang Rimpang dipepes kemudian ditempelkan ke gigi yang sakit
72 Pacing Costus speciosus J.E. Smith
Zingiberaceae mata gatal air batang Batang ditebas, airnya diteteskan langsung
73 Panglay hideung Zingiber Ottensii Val Zingiberaceae pengusir makhluk halus
rimpang Rimpang dicampur jahe merah dan bawah putih diparut, airnya diperas lalu dicampur minyak serai lalu dipakai sebagai minyak oles
74 Tepus Amomum coccineum (Bl) K.Schum
Zingiberaceae luka luar dan batuk
batang muda (boros)
Boros dibubuy, diperas airnya lalu diminum untuk batuk dan dioleskan untuk luka
74
Lampiran 4 Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai penghasil zat warna
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Warna yang dihasilkan Bagian yang digunakan 1 Pandan Pandanus amaryllifolius Roxb Pandanaceae Hijau daun 2 Cabe merah Capsicum annuum L. Solanaceae Merah buah 3 Hangasa Amomum dealbatum Roxb Zingiberaceae Merah buah 4 Kunyit Curcuma domestica Val Zingiberaceae Kuning rimpang
Lampiran 5 Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai pakan ternak
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang digunakan 1 Aren Arenga pinnata (Wurmb.) Merr Arecaceae bunga 2 Babadotan Ageratum conyzoides L. Asteraceae daun 3 Ubi jalar Ipomoea batatas Poir Convolvulaceae daun 4 Teki Kyllinga brevifolia Rottb Cyperaceae daun 5 Singkong Manihot utilissima Pohl Euphorbiaceae daun 6 Kaliandra Calliandra haematocephala Hassk Fabaceae daun 7 Alang-alang Imperata cylindrica L. Poaceae daun 8 Dongdoman Andropogon aciculatus Retz Poaceae daun 9 Jampang Eleusine indica Gaertn Poaceae daun 10 Jukut pait Axonopus compressus Beauv Poaceae daun 11 Lameta Lersia hexandra Swartz Poaceae daun 12 Padi Oryza sativa L. Poaceae jerami, dedak
75
Lampiran 6 Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan hias
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang digunakan
1 Pecah beling Strobilanthes crispus Bl Acanthaceae daun 2 Jawer kotok Celosia cristata L. Amarantaceae bunga 3 Bakung Crinum asiaticum L. Amarillydaceae bunga 4 Sedap malam Polianthes tuberosa L. Amarillydaceae bunga 5 Alamanda Allamanda cathartica L. Apocynaceae bunga 6 Kuping gajah Anthurium crystallinum
LindlAraceae daun
7 Talas hias Caladium bicolor (W.Aif) Vent
Araceae daun
8 Talas hias "white butterfly"
Syngonium podophyllum Araceae daun
9 Aster Chrysanthemum indicum L. Asteraceae bunga 10 Bunga tahi kotok Tgetes patula L. Asteraceae bunga 11 Kembang kertas Zinna elegans Jacq Asteraceae bunga 12 Pacar air Impatiens balsamina L. Balsaminaceae bunga 13 Pacar tere Impatiens platypetala Lindl Balsaminaceae bunga 14 Hariang Begonia coccinea Hortz Begoniaceae bunga, daun 15 Hariang Begonia robusta Bl Begoniaceae bunga, daun 16 Hariang Begonia semperflorens Begoniaceae bunga, daun 17 Bromelia Bromelia sp Bromeliaceae bunga, daun 18 Anyelir Dianthus chinensis L. Caryophyllaceae bunga 19 Nanas kerang Rheo discolor Hance Commelinaceae daun 20 Commelina Callisia fragrans (Lindl)
Woods Commelinaceae daun
21 Buntiris Kalanchoe pinnata Pers Crassulaceae daun 22 Sedum Sedum morganianum E.
Walther Crassulaceae daun
23 Euphorbia Euphorbia milii Des Moul Euphorbiaceae bunga 24 Janggut/pepermint Mentha arvensis L. Labiatae daun 25 Bunga lili Hymenocallis mayor Liliaceae bunga 26 Hanjuang Cordyline fruticosa (L.)
A.Chev Liliaceae daun
27 Hanjuang merah Cordyline terminalis (L.) Kunth
Liliaceae daun
28 Lidah buaya Aloe vera L. Liliaceae daun 29 Opipogon putih Ophiopogon jaburan Liliaceae daun 30 Suji Pleomele angustifolia
N.E.Brown Liliaceae daun
31 Kembang sapatu Hibiscus rosa-sinensis L. Malvaceae bunga 32 Rosela Hibiscus sabdariffa L. Malvaceae bunga,daun 33 Maranta Calathea picturata Marantaceae bunga,daun 34 Bugenfil Bougainvillea glabra
Choicy Nyctaginaceae bunga
35 Anggrek panda Vanda tricolor Lindl Orchidaceae bunga
76
36 Anggrek tanah Phaius tankervilleae Bl Orchidaceae bunga 37 Arbei Rubus rosaefolius Smith Rosaceae buah 38 Kembang ros Rosa chinensis Jacq Rosaceae bunga 39 Kacapiring Gardenia angusta Merr Rubiaceae daun 40 Soka Ixora coccinea L. Rubiaceae bunga 41 Kembang
borondong Hydrangea macrophylla Hortensia
Saxifragaceae bunga
42 Kembang aseupan Clerodendrum japonicum (Thunb) Sweet
Verbenaceae bunga
43 Pacing Costus speciosus J.E. Smith Zingiberaceae bunga
Lampiran 7 Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan aromatik
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang digunakan
1 Sedap malam Polianthes tuberosa L. Amarillydaceae bunga 2 Seledri Apium graveolens L. Apiaceae daun, batang 3 Kemangi Ocimum Basilicum L. Lamiaceae daun 4 Bawang putih Allium sativum L. Liliaceae umbi 5 Salam Eugenia polyantha
Wight Myrtaceae daun
6 Pandan Pandanus amaryllifolius Roxb
Pandanaceae daun
7 Serai Andropogon nardus L. Poaceae batang 8 Jeruk limo Citrus amblycarpa
HasskRutaceae buah
9 Jeruk nipis Citrus aurantifolia Swing
Rutaceae buah
10 Jahe Zingiber officinale Rosc Zingiberaceae rimpang 11 Kencur kaempferia galanga L. Zingiberaceae rimpang 12 Lengkuas Alpinia galanga SW Zingiberaceae rimpang
77
Lampiran 8 Daftar nama tumbuhan yang digunakan untuk mengatasi hama
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang digunakan
Cara penggunaan
1 Bambu tali Gigantochloa apus Kurz Poaceae tunas/rebung Rebung ditumbuk, lalu dicampur air, airnya digunakan
2 Ganggeng Ceratophyllum demersum L. Ceratophyllaceae seluruh bagian Ganggeng diletakkan diatas batang bambu yang ditancapkan di sekitar sawah
3 Ki hurip Rhaphidophora sylvestris (Blume) Engl
Araceae seluruh bagian Ditumbuk, lalu dicampur air, airnya digunakan
4 Tamiang pugur Schizostachyum brachycladum Kurz
Poaceae seluruh bagian Ditumbuk, lalu dicampur air, airnya digunakan
5 Tua beleng Derris elliptica Benth Fabaceae akar Akar ditumbuk, lalu dicampur air, airnya digunakan
Lampiran 9 Daftar nama tumbuhan untuk kegunaan adat
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang digunakan 1 Jawer kotok Celosia cristata L. Amarantaceae seluruh bagian 2 Sedap malam Polianthes tuberosa L. Amarillydaceae bunga 3 Jaring Acorus calamus L. Araceae seluruh bagian 4 Aren Arenga pinnata (Wurmb.) Merr Arecaceae bunga, pucuk 5 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae buah, daun 6 Sulangkar Leea indica Merr Leeaceae seluruh bagian 7 Hanjuang Cordyline fruticosa (L.) A.Chev Liliaceae seluruh bagian 8 Hanjuang merah Cordyline terminalis (L.) Kunth Liliaceae seluruh bagian 9 Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae buah, daun 10 Sirih Piper betle L. Piperaceae daun
78
11 Bambu gombong Gigantochloa verticillata Kurz Poaceae daun,batang 12 Bambu tali Gigantochloa apus Kurz Poaceae daun,batang 13 Padi Oryza sativa L. Poaceae seluruh bagian 14 Tamiang cangkir Thysanolaena maxima O.K Poaceae seluruh bagian 15 Kopi Coffea robusta L. Rubiaceae biji 16 Tembakau Nicotiana tabacum L. Solanaceae daun 17 Kemenyan Styrax sp Styracaceae getah 18 Kunyit Curcuma domestica Val Zingiberaceae rimpang 19 Pacing Costus speciosus J.E. Smith Zingiberaceae seluruh bagian
Lampiran 10 Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai kayu bakar
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang digunakan 1 Aren Arenga pinnata (Wurmb.) Merr Arecaceae batang, daun 2 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae batang, daun, buah 3 Kaliandra Calliandra haematocephala Hassk Fabaceae batang, ranting 4 Pasang Quercus sundaica Bl Fagaceae batang, ranting 5 Rasamala Altingia excelsa Noronha Hamamelidaceae batang, ranting 6 Alpukat Persea americana Mill Lauraceae batang, ranting 7 Nangka Artocarpus heterophyllus Lamk Moraceae batang, ranting 8 Menee/kayu afrika Maesopsis eminii Engl Rhamnaceae batang, ranting 9 Puspa Schima walichii (DC) Korth Theaceae batang, ranting
79
Lampiran 11 Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai bahan tali, anyaman, dan kerajinan
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang
digunakan 1 Aren Arenga pinnata (Wurmb.)
MerrArecaceae daun, ijuk
2 Hoe tali Calamus javensis Blume Arecaceae batang 3 Randu Ceiba pentandra (L.) Gaertn Bombacaceae buah 4 Alpukat Persea americana Mill Lauraceae batang 5 Suren Toona sureni Merr Meliaceae batang 6 Nangka Artocarpus heterophyllus
Lamk Moraceae batang
7 Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae batang 8 Cangkuang Pandanus furcatus Roxb Pandanaceae daun 9 Bambu gombong Gigantochloa verticillata Kurz Poaceae batang 10 Bambu tali Gigantochloa apus Kurz Poaceae batang 11 Padi Oryza sativa L. Poaceae batang 12 Tamiang cangkir Thysanolaena maxima O.K Poaceae bunga 13 Wawalinian Typha domingensis Pers Typhaceae batang 14 Tepus Amomum coccineum (Bl)
K.Schum Zingiberaceae batang, daun
Lampiran 12 Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai bahan bangunan
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang digunakan
1 Aren Arenga pinnata (Wurmb.) Merr
Arecaceae ijuk
2 Pasang Quercus sundaica Bl Fagaceae batang 3 Tunggeureu Castanea tunggurut Bl Fagaceae batang 4 Rasamala Altingia excelsa Noronha Hamamelidaceae batang 5 Ki kadanca Platea latifolia Bl Icacinaceae batang 6 Huru Actinodaphne procera Nees Lauraceae batang 7 Huru dapung Actinodaphne glomerata Nees Lauraceae batang 8 Suren Toona sureni Merr Meliaceae batang 9 Bambu
gombong Gigantochloa verticillata Kurz Poaceae batang
10 Bambu tali Gigantochloa apus Kurz Poaceae batang 11 Bambu temen Gigantochloa atter (Hassk.)
Kurz Poaceae batang
12 Menee/kayu afrika
Maesopsis eminii Engl Rhamnaceae batang
13 Puspa Schima walichii (DC) Korth Theaceae batang 14 Tepus Amomum coccineum (Bl)
K.Schum Zingiberaceae daun
80
Lampiran 13 Daftar nama tumbuhan yang digunakan sebagai bahan minuman
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang digunakan
1 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae Buah 2 Aren Arenga pinnata (Wurmb.)
Merr Arecaceae Bunga
3 Kopi Coffea robusta L. Rubiaceae Biji 4 Teh Thea sinensis L. Theaceae Daun
Lampiran 14 Daftar nama tumbuhan dengan kegunaan lainnya
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Kegunaan Bagian yang digunakan
1 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae Pamepes dalam pembuatan gula aren
minyak
2 Kaliki Ricinus communis L.
Euphorbiaceae Pamepes dalam pembuatan gula aren
biji
4 Katuk Sauropus androgynus Merr
Euphorbiaceae Pembuatan tape
daun
6 Maranginan Dysoxylum ramiflorum Miq
Meliaceae Penetral nira asam
kulit batang
5 Ki seureuh Piper aduncum L. Piperaceae Penetral nira asam
daun
7 Raru Usnea longissima Acharius
Usneaceae Penetral nira asam
seluruh bagian
3 Hangasa Amomum dealbatum Roxb
Zingiberaceae Pembuatan tape
Daun
81
Lampiran 15 Daftar responden kajian etnobotani masyarakat Dusun Miduana Desa Balegede
No Nama Jenis kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan 1 Tasih P 36 SD Buruh 2 Daman L 37 SD Buruh 3 Suminah P 50 SD Buruh 4 Baban L 50 SD Pedagang 5 Abih L 40 SD Pedagang 6 Dadang L 50 SD Petani 7 Dede P 40 SD Petani 8 Eha P 40 SD Petani 9 Warno L 45 SD Petani 10 Ida L 39 SD Petani 11 Romin P 40 SD Petani 12 Uun L 45 SD Petani 13 Utay L 56 SD Petani 14 Omir L 57 SD Petani 15 Didi L 55 SD Petani 16 Mariah P 59 SD Wiraswasta 17 Wahyu L 56 SD Wiraswasta 18 Yayat L 40 SMA Wiraswasta 19 Tuti P 35 SMP Pedagang 20 Kenah P 40 SMP Petani 21 Nurdin L 30 SMP Petani 22 Rina P 28 SMP Wiraswasta 23 Asep L 35 SMP Wiraswasta 24 Ecin P 60 tidak tamat SD Petani 25 Eruk P 80 tidak tamat SD Petani 26 Eyang
Sukarna L 86 tidak tamat SD Petani
27 Gandi L 52 tidak tamat SD Petani 28 Popon P 40 tidak tamat SD Petani 29 Momo L 54 tidak tamat SD Petani 30 Irin L 65 tidak tamat SD Petani
82
Lampiran 16 Lembar kuisioner yang digunakan dalam wawancara etnobotani
LEMBAR KUISIONER ETNOBOTANI
Hari/tanggal :
Nama responden :
Jenis kelamin :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Status :
A. Nilai budaya/kearifan tradisional masyarakat:
1. Apakah anda sering ke hutan?
a) Sering b) Jarang c) Tidak pernah d) Lainnya …
2. Biasanya berapa hari sekali?
a) Setiap hari b) Seminggu sekali c) Sebulan sekali d) Musiman
3. Kegiatan apa yang anda lakukan di dalam hutan?
a) Berburu b) Mengambil tumbuhan
c) Mengambil kayu bakar d) Lainnya …
4. Sudah berapa lama anda mengambil hasil hutan?
a) 1-3 tahun b) 4-6 tahun c) 7-10 tahun d) >10 tahun
5. Apa saja yang anda ambil dari hutan?
a) Hewan b) Kayu bakar c) Tumbuhan d) Lainnya …
6. Jika tumbuhan, tumbuhan tersebut dimanfaatkan untuk apa?
a) Pangan b) Obat c) Pakan ternak d) Kayu bakar
e) Kerajinan f) Pewarna g) Keperluan adat h) Pestisida
7. Apakah tumbuhan dari hutan tersebut ditanam juga di kebun/dibudidayakan?
a) Ya b) Tidak
8. Hasilnya lebih bagus mana?
a) Dari hutan b) Dari kebun/hasil budidaya
83
9. Apakah tumbuhan dari hutan tersebut digunakan untuk kepentingan sendiri
atau dijual?
a) Sendiri b) Dijual c) Sebagian dijual
10. Apakah ada larangan-larangan atau hal-hal yang tabu di hutan?
a) Ya b) Tidak
11. Adakah hukuman jika ada yang melanggar?
a) Ya b) Tidak
12. Jika ya, hukumannya apa?
………………………………………………………………………………
13. Siapa yang menentukan?
a) Kepala desa b) Tokoh adat c) Lainnya …
14. Selain dari hutan, darimana lagi anda mengambil tumbuhan?
a) Kebun b) Sawah c) Pekarangan d) Lainnya …
B. Data tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat:
1. Nama lokal dari tumbuhan yang dimanfaatkan?
………………………………………………………………………………
2. Manfaat dari tumbuhan tersebut?
………………………………………………………………………………
3. Bagian tumbuhan yang digunakan?
a) Daun b) Buah c) Akar d) Lainnya …
4. Bagaimana cara mengolah tumbuhan yang akan digunakan?
………………………………………………………………………………
5. Lokasi ditemukannya tumbuhan tersebut?
a) Hutan (kawasan Cagar Alam) b) Kebun c) Sawah d) Lainnya …
6. Habitusnya berupa apa?
a) Pohon b) herba c) Liana d) Lainnya …
7. Apakah ada persediaan tumbuhan berguna di rumah?
a) Ya b) Tidak
8. Jika ada, disimpan dalam bentuk apa?
a) Serbuk b) Simplisia utuh
84
9. Bagaimana cara membudidayakan tumbuhan tersebut?
………………………………………………………………………………
10. Darimana pengetahuan mengenai tumbuhan berguna yang anda peroleh?
a) Belajar sendiri b) Orang tua c) Penyuluhan d) Lainnya …
11. Apakah dengan adanya Cagar Alam ikut membantu masyarakat sekitar?
a) Ya b) Tidak c) Tidak tahu
12. Apakah ada penyuluhan dari pihak Cagar Alam tentang tumbuhan berguna,
baik pengetahuan, budidaya, atau pengolahannya?
a) Ya b) Tidak c) Tidak tahu
13. Harapan terhadap pengelola Cagar Alam Gunung Simpang?
………………………………………………………………………………