EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
KOMPLIKASI HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM DR. SARDJITO YOGYAKARTA
PERIODE TAHUN 2007-2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Antonia Vita Herlinawati
05 8114 101
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
KOMPLIKASI HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM DR. SARDJITO YOGYAKARTA
PERIODE TAHUN 2007-2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Antonia Vita Herlinawati
05 8114 101
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
v
Terkadang kita merasa sendirian dan lelah menjalani kehidupan ini,
tetapi di luar sana ada kuasa yang lebih besar dari kita yang slalu
menjaga dan melindungi kita….
Semangat yang ku dapat dari-Nya membuatku yakin bahwa aku bisa
melakukan segalanya….I can do anything with God…..
Karya ini kupersembahkan untuk :Karya ini kupersembahkan untuk :Karya ini kupersembahkan untuk :Karya ini kupersembahkan untuk :
Tuhanku….Tuhanku….Tuhanku….Tuhanku…. Orang tuaku….Orang tuaku….Orang tuaku….Orang tuaku….
Kakak dan adikku….Kakak dan adikku….Kakak dan adikku….Kakak dan adikku…. PasanganPasanganPasanganPasanganku….ku….ku….ku….
SahabatSahabatSahabatSahabat----sahabat sahabat sahabat sahabat dan Almamaterku….dan Almamaterku….dan Almamaterku….dan Almamaterku….
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Baik atas
segala rahmat dan lindungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito
Yogyakarta Periode tahun 2008” ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Pada kesempatan kali ini, penulis hendak mengucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
antara lain:
1. Tuhan yang Maha Baik atas segala berkat dan semangat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas bimbingannya
selama penulis melakukan proses pembelajaran di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu dr. Fenty M.Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing atas dukungan,
arahan, serta semangat yang diberikan kepada penulis selama proses
penyusunan skripsi.
4. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen penguji skripsi atas dukungan,
arahan, kritik, dan masukan serta semangat yang diberikan kepada penulis.
vii
5. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji skripsi atas
dukungan, arahan, kritik, dan masukan serta semangat yang diberikan kepada
penulis.
6. Direktur Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah
memberikan izin untuk penulis dapat melakukan penelitian.
7. Kepala beserta staf Bagian Pendidikan dan Penelitian (Diklit) dan Bagian
Rekam Medik Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta (Ibu Nani, Ibu
Mamik, Pak Dirman, Ibu Dari, dr. Endang) atas bantuan dan dukungannya.
8. Seluruh pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito
Yogyakarta yang secara tidak langsung telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Segenap dosen pengajar, staf sekretariatan serta laboran Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma atas dukungan dan bantuannya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Kedua orangtuaku Dominikus Suciwanta Wahyu Widodo dan Maria Goretti
Sukasmiyati yang dengan tulus ikhlas memberikan dukungan berupa kasih
sayang, nasehat maupun materi dalam setiap langkah hidup penulis.
11. Kakak dan adikku, Theresia Kaswidyawati dan Roberta Purnamasari, atas
dukungan dan suka duka yang dijalani bersama dalam setiap langkah hidup
penulis.
12. Yustinus Guntur Yudho Saputro, selaku pasangan penulis atas kasih sayang,
dukungan dan semangat yang sangat menguatkan, proses pendewasaan serta
pembelajaran hidup yang sangat berharga untuk penulis.
viii
13. Seluruh keluarga yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu atas dukungan,
kasih sayang dan doanya.
14. Sahabat-sahabatku, Veronica Ari Haryanti, Imelda Christiyanti, JR. Filian
Perdana, Valentina Ermita Herdani dan Yoanita Nugroho Utami atas proses
pendewasaan, semangat, kasih sayang dan dukungan serta kebersamaan yang
telah dilalui dalam suka dan duka bersama penulis.
15. Teman-temanku, Bambang, Lini, Lina Chen, Detta, Welinda, Sukma, Chrisye,
dan semua teman yang telah memberi semangat dan bantuan pada penulis.
16. Seluruh teman-teman Farmasi angkatan ‘05 pada umumnya, teman-teman
FKK ’05 pada khususnya, teman-teman KKN USD kel. 41 angkatan XXXVII,
teman-teman Teater Toedjoeh, dan teman-teman Mudika st. FX Manukan
atas kebersamaan yang telah dilalui bersama.
17. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis.
Semoga Tuhan Yang Maha Baik memberikan berkat-Nya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi yang membaca.
Yogyakarta, 25 Juni 2009
Penulis
x
INTISARI
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa dalam darah yang tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. Diabetes mempunyai banyak komplikasi sistem kardiovaskular, terutama hipertensi. Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang diderita seumur hidup dan obat berperanan penting dalam proses pengobatannya, sehingga perlu dilakukan evaluasi drug related problems pada DM tipe 2 komplikasi hipertensi.
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Sampel yang digunakan adalah lembar rekam medik pasien. Setelah rekam medik diambil, dianalisis dengan metode subjective, objective, assessment, plan dengan menggunakan literatur yang sesuai.
Kasus DM tipe 2 komplikasi hipertensi di RSU Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2007-2008 sebanyak 32 kasus. Prosentase umur terbesar pada umur 50-59 tahun yaitu 40,6%, 53,1% untuk wanita, terdapat 9 kelas terapi dengan penggunaan gizi dan darah sebanyak 100% diikuti obat kardiovaskular sebesar 93,8% dan obat hormonal sebesar 87,5%. Hasil evaluasi menunjukkan DRPs butuh obat terjadi sebesar 12,5%; tidak butuh obat sebesar 3,1%; dosis terlalu besar sebesar 6,3%; obat tidak efektif sebesar 6,3% dan ADR dan interaksi obat yaitu sebesar 18,8%. Sebanyak 81,3% pasien meninggalkan rumah sakit dalam keadaan membaik. Kata kunci : diabetes melitus tipe 2, hipertensi, drug related problems (DRPs)
xi
ABSTRACT
Diabetes mellitus is a disorder which high blood glucose because of our body can not to let free or use insulin adequate. Diabetes has any cardiovascular system complication, especially hypertension. Diabetes is a chronic disease which suffering all one’s life and drugs is important part in therapy process, so evaluation drug related problems on diabetes mellitus with hypertension are necessary to do.
This research method is non-experimental with descriptive evaluative plan and retrospective data collection. The material used is a medical record sheet. Medical record sheet analyzed with subjective, objective, assessment and plan method used suitable literature.
Diabetes mellitus type 2 with hypertension complication in RSU Dr. Sardjito Yogyakarta period 2007-2008 as much as 32 cases. The most age percentage is 40,6% at the age between of 50-59 years, 53,1% are women, found 9 class therapy with nutrition used is 100% , cardiovascular medicine used is 93,8% and hormone medicine used is 87,5%. Based on DRPs evaluation happened, 18,8% cases experienced adverse drug reaction and medicine interaction, 12,5% cases need for additional drug, 3,1% cases unnecessary drug therapy, 6,3% cases dosage too high, and 6,3% ineffective drug. As much as 81,3% patient to leave hospital in good condition. Key word : diabetes mellitus type 2, hypertension, drug related problems (DRPs)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………… …………………………...ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………….iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………….……………..v
PRAKATA…………..……………………………………………………………vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………….ix
INTISARI………………………………………………………………………….x
ABSTRACT………………………..……………………………………………....xi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..xii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….xvi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………xxi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………xxii
BAB I. PENGANTAR………………………………………… ………………....1
A. Latar Belakang………………………………………………………………...1
1. Perumusan masalah………………………………………………………..3
2. Keaslian penelitian………………………………………………………...4
3. Manfaat penelitian…………………………….…………………………...5
a. Manfaat teoritis...………………………….…………………………..5
b. Manfaat praktis………………………………………………………..5
B. Tujuan Penelitian…………………………………………...…………………5
1. Tujuan umum……………………………………………………………...5
xiii
2. Tujuan khusus……………………………………………………………..6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA……………………….…………………..7
A. Drug Related Problems………………………………………………………..7
B. Diabetes Melitus…………………………..…………………………...………8
1. Definisi…………………………………………………………………….8
2. Klasifikasi………………………………………………………...……….9
3. Diagnosis…………………………………………………………………10
4. Patogenesis……………………………………………………………….10
5. Manifestasi klinis………………………………………………………...11
C. Hipertensi…………………………………………………………………….12
1. Definisi…………………………………………………………………...12
2. Klasifikasi………………………………………………………………..12
3. Patogenesis……………………………………………………………….13
D. Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi…………...……………………......15
1. Patogenesis……………………………………………………………….15
2. Penatalaksanaan terapi..………………………………………………….15
E. Keterangan Empiris…………………………………………………………..21
BAB III. METODE PENELITIAN……..…………………………………… ..22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………………………...22
B. Definisi Operasional………………………………………………………….22
C. Subyek Penelitian…………………………………………………………….24
D. Bahan Penelitian…..………………………………………………………….24
E. Lokasi Penelitian……………………………………………………………..25
xiv
F. Tata Cara Penelitian………………………………………………………….25
a. Persiapan…………………………………………………………………25
b. Pengumpulan data………………………………………………………..25
c. Analisis data……………………………………………………………...26
d. Pembahasan kasus………………………………………………………..26
G. Kesulitan Penulis……………………………………………………………..26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………… .……....28
A. Gambaran Karakteristik..……………………………………………….……28
1. Prosentase umur…………………………………………………….……28
2. Jenis kelamin………………………………………………………….….29
B. Profil Obat…………………………………………………………………....29
1. Kelas terapi…………………………………………………………….....29
2. Golongan obat……………………………………………………………31
a. Obat hormonal……………………………………………...………...31
b. Obat kardiovaskular…………………………………………...……..33
c. Antibiotik………………………………………………………..…...35
d. Obat analgesik……………………………………………………......35
e. Obat saraf…………………………………………………...………..36
f. Obat saluran pernafasan……………………………………...………37
g. Obat saluran cerna……………………………………………………38
h. Obat untuk penyakit otot skelet dan sendi…………………………...39
i. Gizi dan nutrisi…………………………………………………...…..39
C. Evaluasi DRPs……………………………………………………………..…41
xv
BAB V. Kesimpulan Dan Saran……………….…………………………….…49
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..49
B. Saran………………………………………………………………………….50
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..51
LAMPIRAN…………………………………………………………………… .53
BIOGRAFI PENULIS.…………………………………………………………85
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Kategori Status Glukosa………………...………………………..10
Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7……………………...12
Tabel III. Penggunaan Obat Hormonal Pada Pasien DM Tipe 2
Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun
2007-2008………………………………………………………...32
Tabel IV. Penggunaan Obat Kardiovaskular Pada Pasien DM Tipe 2
Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun
2007-2008…………………………………………...……...…….34
Tabel V. Penggunaan Antibiotik Pada Pasien DM Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008…....35
Tabel VI. Penggunaan Obat Analgesik Pada Pasien DM Tipe 2
Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun
2007-2008……………………………………………………..….36
Tabel VII. Penggunaan Obat Saraf Pada Pasien DM Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008……37
Tabel VIII. Penggunaan Obat Saluran Pernafasan Pada Pasien DM Tipe 2
Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun
2007-2008………………………………………………………..38
Tabel IX. Penggunaan Obat Saluran Cerna Pada Pasien DM Tipe 2
Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun
2007-2008…..................................................................................38
xvii
Tabel X. Penggunaan Obat Penyakit Otot Skelet dan Sendi Pada Pasien
DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito
Yogyakarta Tahun 2007-2008……………...………………….…39
Tabel XI. Penggunaan Gizi dan Darah Pada Pasien DM Tipe 2
Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun
2007-2008………………………………………………………...40
Tabel XII. Kejadian DRPs Butuh Obat Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum
Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008………………….…...42
Tabel XIII. Kejadian DRPs Tidak Butuh Obat Pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr.
Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008…………………….…….42
Tabel XIV. Kejadian DRPs Obat Tidak Efektif Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum
Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008………………...…….43
Tabel XV. Kejadian DRPs Dosis Terlalu Besar Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum
Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008………………...…….44
Tabel XVI. Kejadian DRPs ADR dan Interaksi Obat Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum
Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008……………………....45
Tabel XVII. Ringkasan Drug Related Problems...…………………………….47
xviii
Tabel XVIII. Kajian DRPs Kasus 1 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......53
Tabel XIX. Kajian DRPs Kasus 2 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......54
Tabel XX. Kajian DRPs Kasus 3 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......55
Tabel XXI. Kajian DRPs Kasus 4 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......56
Tabel XXII. Kajian DRPs Kasus 5 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......57
Tabel XXIII. Kajian DRPs Kasus 6 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......58
Tabel XXIV. Kajian DRPs Kasus 7 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......59
Tabel XXV. Kajian DRPs Kasus 8 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......60
Tabel XXVI. Kajian DRPs Kasus 9 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......61
Tabel XXVII. Kajian DRPs Kasus 10 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......62
Tabel XXVIII. Kajian DRPs Kasus 11 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......63
xix
Tabel XXIX. Kajian DRPs Kasus 12 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......64
Tabel XXX. Kajian DRPs Kasus 13 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......65
Tabel XXXI. Kajian DRPs Kasus 14 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......66
Tabel XXXII. Kajian DRPs Kasus 15 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......67
Tabel XXXIII. Kajian DRPs Kasus 16 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......68
Tabel XXXIV.Kajian DRPs Kasus 17 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......69
Tabel XXXV. Kajian DRPs Kasus 18 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......70
Tabel XXXVI.Kajian DRPs Kasus 19 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......71
Tabel XXXVII.Kajian DRPs Kasus 20 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......72
Tabel XXXVIII.Kajian DRPs Kasus 21 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......73
Tabel XXXIX.Kajian DRPs Kasus 22 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......74
xx
Tabel XL. Kajian DRPs Kasus 23 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......75
Tabel XLI. Kajian DRPs Kasus 24 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......76
Tabel XLII. Kajian DRPs Kasus 25 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......77
Tabel XLIII. Kajian DRPs Kasus 26 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......78
Tabel XLIV. Kajian DRPs Kasus 27 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......79
Tabel XLV. Kajian DRPs Kasus 28 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......80
Tabel XLVI. Kajian DRPs Kasus 29 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......81
Tabel XLVII. Kajian DRPs Kasus 30 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......82
Tabel XLVIII. Kajian DRPs Kasus 31 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......83
Tabel XLIX. Kajian DRPs Kasus 32 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008......84
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pulau Langerhans Pankreas Penghasil Insulin………………….....9
Gambar 2 Proses Terjadinya Hipertensi Berdasarkan Sistem Renin-
Angiotensin-Aldosteron………………………………………….14
Gambar 3. Algoritma Terapi Hipertensi……………………………………..18
Gambar 4. Tempat Aksi Obat Antidiabetika Oral…..……………………….20
Gambar 5. Diagram Prosentase Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi
Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito
Yogyakarta Periode Tahun 2007-2008…………………………..28
Gambar 6. Diagram Prosentase Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi
Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito
Yogyakarta Periode Tahun 2007-2008…………………………..29
Gambar 7. Diagram Kelas Terapi Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi
di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Tahun
2007-2008………………………………………………………..30
Gambar 8. Kejadian DRPs Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Dr. Sardjito
Yogyakarta Periode Tahun 2007-2008…………………....……..45
Gambar 9. Alasan Meninggalkan Rumah Sakit Pada Pasien DM
Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito
Yogyakarta Tahun 2007-2008…………………………………...46
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Data dan Analisis DRPs Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di Rumah sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Periode
2007-2008………………………………………………………………………...53
Biografi Penulis….......…………………………………………………………...85
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
kadar glukosa dalam darah yang tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh
pankreas, yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang
normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan
energi atau disimpan sebagai cadangan energi (Triplitt et al., 2005).
Berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia didapatkan prevalensi
DM sebesar 1,5-2,3% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun, bahkan pada suatu
penelitian epidemiologis di Manado didapatkan prevalensi DM 6,1%. Penelitian
yang dilakukan di Jakarta, Surabaya, Makasar dan kota-kota lain di
Indonesia membuktikan adanya kenaikan prevalensi dari tahun ke
tahun. Berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun 2020
nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun dan dengan
asumsi prevalensi DM sebesar 4 % akan didapatkan 7 juta pasien DM, suatu
jumlah yang sangat besar untuk dapat ditangani oleh dokter spesialis / subspesialis
endokrinologi (Shahab, 2006).
Diabetes melitus adalah penyakit menahun yang akan diderita seumur
hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya dokter,
apoteker, perawat dan ahli gizi, tetapi lebih penting lagi keikutsertaan pasien
2
sendiri dan keluarganya. Obat juga berperan sangat penting dalam pelayanan
kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan
dari tindakan terapi dengan obat. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga
diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk
suatu penyakit. Tidak kalah pentingnya, obat harus selalu digunakan secara benar
agar memberikan manfaat klinis yang optimal (Anonim, 2005).
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi,
antara lain dislipidemia, neuropati, nefropati, retinopati, stroke, hipertensi dan
penyakit kardiovaskular lainnya. Pada penderita DM tipe 2 umumnya mengalami
obesitas yang mempunyai risiko besar terhadap penyakit kardiovaskular. Dalam
suatu studi klinik menunjukkan bahwa pasien diabetes melitus dengan komplikasi
hipertensi mempunyai peluang 2 kali lipat terhadap penyakit kardiovaskular
dibandingkan dengan pasien hipertensi tanpa diabetes melitus (Anonim, 2002).
Berdasarkan laporan dari 24 Puskesmas yang ada di Kabupaten
Sleman tahun 2008, penyakit hipertensi dan penyakit diabetes melitus sudah
masuk dalam urutan sepuluh penyakit terbanyak di Kabupaten Sleman tepatnya
urutan kedua adalah penyakit hipertensi dan urutan keenam adalah penyakit
diabetes melitus. Hipertensi sering dijumpai pada individu diabetes melitus
dimana diperkirakan prevalensinya mencapai 50-70% (Haryanto, 2009).
Rumah Sakit Umum Dr.Sardjito Yogyakarta merupakan salah satu
rumah sakit yang ada di wilayah Sleman Yogyakarta. Rumah sakit ini merupakan
rumah sakit pendidikan sehingga digunakan sebagai tempat pembelajaran residen
dan calon tenaga kesehatan yang lain, selain itu rumah sakit ini juga merupakan
3
rumah sakit rujukan dari beberapa rumah sakit yang ada di Yogyakarta dan
sekitarnya. Hal ini menyebabkan banyaknya pasien yang harus ditangani oleh
tenaga-tenaga kesehatan yang ada, oleh karena itu perlu dilakukannya evaluasi
terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut.
Drug related problems (DRPs) adalah masalah-masalah yang terkait
dengan obat meliputi butuh tambahan terapi, pemberian obat yang tidak
dibutuhkan, salah obat, tidak tepat dosis, adverse drug reaction (ADR), kepatuhan
pasien meminum obat. Pemberian obat dalam pengobatan pasien diabetes melitus
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan terapi selain ketepatan
diagnosis. Adanya DRPs yang terjadi dalam pengobatan akan merugikan pasien.
Drug related problems mengakibatkan penurunan kualitas hidup pasien,
meningkatkan biaya pengobatan yang dikeluarkan oleh pasien, serta
meningkatkan rata-rata angka kematian pada pasien (Nguyen, 2000).
1. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
a. Seperti apa gambaran karakteristik pasien diabetes melitus tipe 2 komplikasi
hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2007-2008
berdasarkan umur dan jenis kelamin?
b. Seperti apa gambaran pengobatan pasien diabetes melitus tipe 2 komplikasi
hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2007-2008?
c. Apakah ada drug related problems (DRPs) yang meliputi :
1) Butuh obat
4
2) Tidak butuh obat
3) Salah obat
4) Pasien mendapat obat yang tidak mencukupi atau kurang
5) Pasien mendapat dosis yang berlebih
6) Munculnya efek yang tidak diinginkan atau efek samping obat dan adanya
interaksi obat
7) Ketidaktaatan pasien dalam penggunaan obat yang diresepkan
d. Seperti apa kondisi dan alasan pasien pulang dari rumah sakit?
2. Keaslian penelitian
Sejauh yang peneliti ketahui penelitian berjudul ”Evaluasi Drug
Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2007-
2008“ belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan yang
berhubungan dengan penyakit diabetes melitus antara lain :
a. “Evaluasi Drug-Related Problems pada Peresepan Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap RS
Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2005-Desember 2007“ oleh Larasati
pada tahun 2008.
b. “Evaluasi Pemilihan dan Penggunaan Obat Antidiabetes pada Kasus Diabetes
Mellitus Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Januari-Desember 2005“ oleh Lenny tahun 2006.
5
c. “Gambaran Peresepan Obat pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe-2 di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2001-2002“ oleh
Triastuti tahun 2004.
d. “Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Diabetes Mellitus Komplikasi Hipertensi
Rawat Inap Periode 2005 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta“ oleh
Meirinawati tahun 2006.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang peneliti
sebutkan di atas dalam hal rumah sakit yang diteliti, jenis komplikasi, tahun
pengambilan data dan DRPs.
3. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat teoritis : menjadi salah satu sumber informasi tentang DRPs pada
pengobatan diabetes melitus.
b. Manfaat praktis : dapat memberikan informasi tentang DRPs pada pasien
diabetes melitus tipe 2 komplikasi hipertensi sehingga dapat dijadikan bahan
untuk pertimbangan dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan terutama
di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan umum : mengetahui gambaran peresepan obat yang diberikan pada
pasien diabetes melitus tipe 2 komplikasi hipertensi di Rumah Sakit Umum
Dr. Sardjito Yogyakarta periode tahun 2007-2008.
6
2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui gambaran karakteristik pasien diabetes melitus tipe 2 komplikasi
hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2007-2008
berdasarkan umur dan jenis kelamin.
b. Mengetahui gambaran pengobatan pasien diabetes melitus tipe 2 komplikasi
hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2007-2008.
c. Mengetahui ada tidaknya DRPs yang meliputi butuh obat, tidak butuh obat,
salah obat, pasien mendapat obat yang tidak mencukupi atau kurang, pasien
mendapat yang berlebih, munculnya efek yang tidak diinginkan atau efek
samping dan adanya interaksi obat serta ketidaktaatan pasien dalam
penggunaan obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 komplikasi hipertensi di
Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta periode tahun 2007-2008.
d. Mengetahui kondisi dan alasan pasien pulang dari rumah sakit.
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Drug Related Problems
Masalah-masalah dalam kajian DRPs menurut Cipolle et al. (2004)
antara lain :
1. Butuh obat, jika kondisi baru yang membutuhkan obat, kondisi kronis yang
membutuhkan kelanjutan terapi obat, kondisi yang membutuhkan kombinasi
obat, dan kondisi yang mempunyai risiko kejadian efek samping dan
membutuhkan obat untuk pencegahannya.
2. Tidak butuh obat, jika obat yang diberikan tidak sesuai dengan indikasi pada
saat itu, pemakaian obat kombinasi yang seharusnya tidak diperlukan, dan
meminum obat dengan tujuan untuk mencegah efek samping obat lain yang
seharusnya dapat dihindarkan.
3. Obat tidak efektif, jika obat yang diberikan kepada pasien tidak efektif (kurang
sesuai dengan indikasinya), obat tersebut efektif tetapi tidak ekonomis, pasien
mempunyai alergi terhadap obat tersebut, obat yang diberikan mempunyai
kontraindikasi dengan obat lain yang dibutuhkan, dan antibiotika yang sudah
resisten terhadap infeksi pasien.
4. Pasien mendapat obat yang tidak mencukupi atau kurang (dosage too low), jika
dosis obat tersebut terlalu rendah untuk memberikan efek, dan interval dosis
tidak cukup.
8
5. Pasien mendapat dosis yang berlebih (dosage too high), jika dosis obat terlalu
tinggi untuk memberikan efek.
6. Munculnya efek yang tidak diinginkan atau efek samping obat (adverse drug
reaction) dan adanya interaksi obat (drug interaction), jika ada alergi, ada
faktor resiko, ada interaksi dengan obat lain, dan hasil laboratorium berubah
akibat penggunaan obat.
7. Ketidaktaatan pasien dalam penggunaan obat yang diresepkan (uncompliance),
jika pasien tidak menerima regimen obat yang tepat, terjadi medication error
(peresepan, penyerahan obat dan monitoring pasien), ketidaktaatan pasien,
pasien tidak membeli obat yang disarankan karena mahal, pasien tidak
menggunakan obat karena ketidaktahuan cara pemakaian obat, pasien tidak
menggunakan obat karena ketidakpercayaan dengan produk obat yang
dianjurkan.
B. Diabetes Melitus
1. Definisi
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolit
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2005).
Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel β dari pulau
Langerhans di dalam pankreas yang bertanggungjawab dalam mempertahankan
kadar gula darah. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa
menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi (Soegondo, 2007).
9
Gambar 1. Pulau Langerhans Pankreas Penghasil Insulin (Anonim, 2008)
2. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus secara etiologis :
a. Diabetes melitus tipe 1
Terjadi karena adanya destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolut sehingga penderita diabetes melitus tipe 1 umumnya
tergantung dengan terapi insulin.
b. Diabetes melitus tipe 2
Merupakan tipe diabetes melitus yang tidak berkaitan dengan
terjadinya kerusakan pankreas, tetapi karena ketidakpekaan jaringan terhadap
insulin sehingga penderita diabetes melitus tipe 2 tidak tergantung dengan
insulin eksogen.
c. Diabetes melitus gestasional
Diabetes melitus gestasional merupakan diabetes yang terjadi pada
wanita hamil karena intoleransi glukosa pada masa kehamilan. Diabetes
10
gestational memperburuk pada 7% dari semua kehamilan. Beberapa wanita
akan kembali normal setelah melahirkan, tetapi 30-50% akan berkembang
menjadi diabetes melitus tipe 2 atau kemudian menjadi intoleransi glukosa.
Deteksi klinik sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas
perinatal.
d. Diabetes melitus tipe lain
Diabetes melitus yang lain antara lain terjadi karena konsumsi obat,
adanya infeksi bakteri, penyakit eksokrin pankreas dan kelainan genetik yang
berkaitan dengan diabetes lainnya (Triplitt et al., 2005).
3. Diagnosis
Diagnosis penyakit diabetes melitus dapat diketahui dari kadar gula
darah puasa dan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan atau glukosa darah
sewaktu. Hemoglobin A1C (HbA1C) juga dapat digunakan untuk mengetahui
kadar gula dalam darah, dimana keadaan hipoglikemia dapat menyebabkan
menurunnya kadar HbA1C. Hemoglobin A1C adalah suatu produk non-enzim
yang dapat menggambarkan level gula dalam darah (Genauth, 2003).
Tabel I. Kategori Status Glukosa Normal Impaired Diabetes
Gula darah puasa (fasting plasma glucose (FPG))
< 100 mg/dL 100-125 mg/dL ≥ 126 mg/dL
2 jam setelah makan (oral glucose tolerance test (OGTT))
< 140 mg/dL 140-199 mg/dL ≥ 200 mg/dL
(Triplitt et al., 2005)
4. Patogenesis
Patogenesis dari diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2 adalah :
a. Diabetes melitus tipe 1
11
Diabetes melitus tipe 1 terjadi karena defisiensi insulin secara absolut
yang disebabkan karena rusaknya sel β pankreas dengan proses yang tidak
diketahui yang akibatnya sekresi insulin tidak memenuhi atau bahkan tidak ada
sama sekali. Proses autoimun diperantarai oleh makrofag dan limfosit T dengan
menyebarkan autoantibodi ke banyak antigen sel β.
b. Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 ini banyak terjadi karena adanya resistensi
insulin sehingga glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam jaringan dan
menumpuk dalam darah. Karakteristik dari diabetes melitus tipe 2 antara lain :
berkurangnya sekresi insulin; resistensi insulin meliputi otot, hati, dan adipose.
Faktor yang turut berperan menyebabkan terjadinya resistensi insulin antara lain
pola makan dan gaya hidup yang tidak teratur (Triplitt et al., 2005).
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik diabetes dikaitkan dengan konsekuensi metabolik
defisiensi insulin. Pasien penderita IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
sering memperlihatkan timbulnya gejala-gejala yang eksplosif disertai polidipsia,
poliuria, turunnya berat badan, polifagia, lemah dan somnolen (mengantuk) yang
berlangsung selama beberapa hari atau minggu. Pasien NIDDM (Non Insulin
Dependent Diabetes Melitus) mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala
apapun, dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di
laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa, bila hiperglikemia pada pasien
parah dan pasien tidak memberi respon terhadap terapi diet, mungkin diperlukan
terapi insulin untuk menormalkan kadar glukosa pasien. Sebagian besar diantara
12
pasien-pasien ini gemuk, diduga bahwa pemasukan karbohidrat yang tinggi, sel-
sel adiposa yang besar dan gangguan metabolisme glukosa intrasel merupakan
penyebab penurunan kepekaan terhadap insulin (Price and Wilson, 1985).
C. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah suatu penyakit meningkatnya tekanan darah arteri
yang dapat membahayakan sistem organ dan mempunyai faktor risiko terhadap
penyakit kardiovaskular. Hipertensi tidak dapat disembuhkan namun dapat
dikontrol atau dikendalikan (Saseen dan Carter, 2005).
2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi dengan batasan umur di atas 18 tahun menurut
JNC 7 adalah sebagai berikut :
Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80 Prehipertensi 120-139 80-89 Hipertensi stage I 140-159 90-99 Hipertensi stage II ≥160 ≥100
Tekanan sistolik adalah tekanan darah dimana terukur sesaat sebelum
kontraksi kardiak dan tekanan diastolik adalah tekanan darah sesaat setelah
kontraksi atau saat jantung dikosongkan (Saseen dan Carter, 2005).
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibedakan menjadi hipertensi
primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana
terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang
13
dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus
awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula seseorang yang
berada dalam lingkungan atau kondisi stress yang tinggi sangat mungkin terkena
penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun
bisa mengalami tekanan darah tinggi. Hipertensi sekunder adalah adalah suatu
kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat
seseorang menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau
kerusakan sistem hormon tubuh. Pada ibu hamil tekanan darah secara umum
meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu, terutama pada wanita yang berat
badannya di atas normal (Sassen dan Carter, 2005).
3. Patogenesis
Tekanan darah yang ada secara matematika merupakan hasil kali dari
cardiac output (CO) dan tahanan perifer. Naiknya tekanan darah dapat
diakibatkan oleh meningkatnya cardiac output dan / atau meningkatnya tahanan
perifer total.
Peningkatan cardiac output dapat terjadi karena :
a. Preload meningkat yang disebabkan karena naiknya jumlah volume cairan
karena asupan Na yang berlebihan atau retensi Na karena GFR menurun.
b. Konstriksi vena yang dapat disebabkan oleh stimulasi RAAS yang berlebihan
dan sistem saraf simpatis terlalu aktif.
Peningkatan tahanan perifer dapat terjadi karena :
14
a. Konstriksi vaskular, dapat disebabkan oleh stimulasi RAAS yang berlebihan,
sistem saraf simpatis yang terlalu aktif, perubahan genetik membran sel, dan
faktor endotel.
b. Hipertropi vaskular, dapat disebabkan oleh stimulasi RAAS yang berlebihan,
sistem saraf simpatis yang terlalu aktif, perubahan genetik membran sel, faktor
endotel dan hiperinsulinemia yang dihasilkan dari obesitas atau metabolit
sindrom (Saseen dan Carter, 2005).
Gambar 2. Proses Terjadinya Hipertensi Berdasarkan Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (Anonim, 2006)
15
D. Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi
1. Patogenesis
Proses terjadinya diabetes melitus komplikasi hipertensi adalah saat
kadar glukosa darah yang terlalu banyak akan menyebabkan cairan ekstraseluler
menjadi lebih pekat karena glukosa darah tidak mudah berdifusi melalui pori-pori
membran sehingga menarik cairan dari dalam sel dan menyebabkan volume
cairan menjadi bertambah. Kenaikan volume cairan ini akan meningkatkan
cardiac output sehingga pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah pasien
(Guyton et al., 1996).
Penyebab utama kematian pada diabetes melitus adalah karena
penyakit kardiovaskular, dan manajemen hipertensi merupakan strategi yang
sangat penting untuk mengurangi risiko. Nilai tekanan darah yang
direkomendasikan oleh JNC 7 untuk pasien hipertensi dengan penyakit diabetes
adalah <130/80 mmHg (Saseen dan Carter, 2005).
2. Penatalaksanaan terapi
Tujuan utama terapi DM komplikasi hipertensi adalah mengurangi
risiko terjadinya komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular, memperbaiki
gejala yang muncul, mengurangi angka kematian dan meningkatkan kualitas
hidup pasien (Triplitt et al., 2005).
Sasaran terapi DM komplikasi hipertensi adalah memperlambat
berkembangnya risiko kardiovaskular dengan mencapai target nilai tekanan darah
130/80 mmHg, HbA1C <7%, kadar glukosa darah sewaktu 90-130 mg/dL, dan
kadar glukosa darah setelah makan <180 mg/dL (Saseen dan Carter, 2005).
16
Strategi terapi dilakukan dengan 2 cara, yaitu non farmakologi dan
farmakologi.
a. Terapi non farmakologi
Terapi secara non farmakologi dengan melakukan modifikasi gaya
hidup antara lain : pengurangan berat badan, mengurangi asupan natrium,
melakukan olah raga secara teratur, dan tidak mengkonsumsi alcohol (Saseen
dan Carter, 2005).
b. Terapi farmakologi
Terapi secara farmakologi dilakukan dengan memberikan terapi untuk
hipertensi dan terapi untuk diabetes.
1) Terapi untuk hipertensi
Semua pasien diabetes melitus dengan hipertensi dapat diterapi dengan
regimen antihipertensi meliputi ACEI atau ARB, selain itu data menunjukkan
bahwa ACEI dapat menurunkan risiko kardiovaskular pada pasien dengan
penyakit jantung. Penelitian menunjukkan pengurangan risiko kardiovaskular
(banyak pada ACEI) dan risiko dari disfungsi ginjal (banyak pada ARB) pada
pasien dengan diabetes.
a) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin II adalah vasokonstriktor kuat yang ada dalam sirkulasi
dan penghambatan sintesisnya pada pasien hipertensi dapat menyebabkan
penurunan resistensi perifer dan tekanan darah. Angiotensin converting enzyme
tidak mengganggu refleks kardiovaskular dan tidak mempunyai banyak efek
samping seperti diuretik dan β bloker, efek yang tidak diinginkan yang sering
17
terjadi adalah batuk kering yang disebabkan oleh peningkatan bradikinin karena
ACE juga memetabolisme bradikinin (Neal, 2005).
Penggunaan ACEI bersama dengan potassium dapat mengakibatkan
terjadinya hiperkalemia dan penggunaan Non Steroid Anti Inflamatory Drug
(NSAID) dapat menurunkan efek dari ACEI (Rudnick, 2001).
b) Angiotensin Reseptor Blockers (ARBs)
Angiotensin dihasilkan oleh 2 jalur enzimatis yaitu melalui sistem
angiotensin-aldosteron atau yang kita tahu dengan Renin Angiotensin Aldosteron
System (RAAS) yang dihambat dengan ACE inhibitor dan oleh suatu enzim yaitu
angiotensin I convertase (human chymase). Angiotensin reseptor blockers
berperan dalam menghambat jalur yang kedua.
Angiotensin reseptor blockers (misalnya Losartan) menurunkan
tekanan darah dengan memblok reseptor angiotensin (AT1) yang terletak di otak,
ginjal, myocardium, dan kelenjar adrenal. Obat ini mempunyai sifat yang sama
dengan ACEI tetapi tidak menyebabkan batuk karena obat ini tidak mencegah
degradasi bradikinin (Neal, 2005).
c) Diuretik
Mekanisme kerja diuretik dalam menurunkan tekanan darah adalah
dengan mengekskresi cairan dan elektrolit melalui ginjal sehingga menyebabkan
penurunan volume darah yang berefek pada penurunan cardiac output. Penurunan
cardiac output akan menyebabkan penurunan tekanan darah. Penggunaan
bersama dengan NSAID dapat menurunkan efek dari diuretik tersebut.
18
d) β bloker
Beta bloker dapat menurunkan tekanan darah melalui penurunan
cardiac output. Beta bloker cenderung meningkatkan trigliserid serum dan
menurunkan kadar kolesterol HDL. Penggunaan bersamaan dengan digoksin
dapat menyebabkan bertambahnya efek heart rate. Pengunaan bersama
sulfonilurea menyebabkan penurunan efek dari sulfonilurea.
e) Calcium Channel Blocker (CCB)
Calcium channel blocker menghambat masuknya ion Ca2+ ke dalam sel
sehingga menyebabkan relaksasi otot polos arteriol. Hal ini menyebabkan
turunnya resistensi perifer dan menyebabkan turunnya tekanan darah. Efek dari
CCB akan menurun jika diberikan bersamaan dengan suplemen kalsium.
Gambar 3. Algoritma Terapi Hipertensi (Saseen dan Carter, 2005)
19
2) Terapi untuk diabetes melitus
Diabetes melitus dapat diterapi dengan insulin dan antidiabetika oral.
a) Insulin
Umumnya diberikan pada pasien DM tipe 1 yang tergantung dengan
insulin dan diberikan secara non parenteral yaitu dengan injeksi. Jika insulin
diberikan secara oral maka insulin akan rusak saat melewati saluran
gastrointestinal, oleh karena itu insulin memberikan efek yang lebih cepat jika
dibandingkan dengan obat yang diberikan secara oral. Insulin dapat pula
digunakan pada pasien diabetes melitus tipe 2 saat terjadi kegagalan dalam
penggunaan antidiabetika oral, adanya kontraindikasi karena masa kehamilan atau
hipersensitif serta saat kadar glukosa darah naik akibat stress ataupun infeksi serta
akibat pembedahan.
Mekanisme kerja insulin adalah mengubah glukosa menjadi glikogen,
meningkatkan sintesis protein dan lemak, memperlambat pemecahan glikogen,
protein dan lemak, serta menyeimbangkan cairan dan elektrolit dalam tubuh
(Rudnick, 2001).
Ada 4 tipe insulin, yaitu (1) rapid-acting, contohnya Aspart, Lispro,
Glulisine; (2) short-acting, contohnya Reguler; (3) intermediet-acting, contohnya
NPH, Lente; dan (4) long-acting, contohnya Ultralente, Glargine.
b) Obat antidiabetika oral
Obat antidiabetika oral adalah obat yang digunakan untuk mengatasi
keadaan kadar glukosa darah yang tinggi akibat ada ketidakberesan dalam sistem
kerja insulin, mempunyai sistem kerja ganda di dalam dan di luar pankreas. Efek
20
di dalam pankreas adalah menstimulasi pankreas untuk mengeluarkan insulin
dengan meminimalkan kerja pankreas, sedangkan efek di luar pankreas adalah
mampu menstabilkan kadar glukosa darah (Rudnick, 2001).
Gambar 4. Tempat Aksi Obat Antidiabetika Oral (Daniel, 2006)
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat antidiabetika oral dapat dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin
Obat-obat ini menstimulasi pelepasan insulin dari pulau-pulau
Langerhans di pankreas sehingga pasien harus mempunyai sel β yang berfungsi
parsial agar obat ini dapat berguna. Obat yang termasuk dalam golongan ini
adalah golongan sulfonilurea. Glibenkamid mempunyai durasi kerja yang lebih
panjang dan dapat diberikan sehari sekali, tetapi juga memungkinkan risiko
terjadinya hipoglikemia sehingga sebaiknya hindari penggunaan pada pasien
21
dengan risiko hipoglikemia dan gunakan tolbutamid yang durasi kerjanya paling
singkat.
2. Sensitiser insulin
Adalah obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap
insulin, meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanid dan tiazolidindion,
yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif.
Metformin yang merupakan obat golongan biguanid jarang menyebabkan
hipoglikemia karena obat ini tidak meningkatkan pelepasan insulin.
3. Penghambat katabolisme karbohidrat
Yang termasuk dalam golongan ini adalah akarbose, penghambat α-
glukosidase yang bekerja memperlambat pencernaan tepung dan sukrosa.
Akarbose dikonsumsi bersama dengan makanan dan menurunkan peningkatan
glukosa darah postprandial (Anonim, 2005).
E. Keterangan Empiris
Penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
pengobatan diabetes melitus tipe 2 komplikasi hipertensi di Rumah Sakit Umum
Dr. Sardjito Yogyakarta periode tahun 2007-2008, dan juga memberikan
gambaran tentang DRPs yang terjadi serta cara mengatasinya.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai ”Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr.
Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2007-2008” ini merupakan jenis penelitian
non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat
retrospektif. Penelitian ini bersifat non eksperimental karena tidak ada perlakuan
pada subyek penelitian (Pratiknya, 2001). Rancangan penelitian deskriptif
evaluatif karena hanya bertujuan melakukan eksplorasi deskriptif terhadap
fenomena kesehatan yang terjadi kemudian mengevaluasi data dari rekam medik
(Notoatmodjo, 2005).
Penelitian ini menggunakan data secara retrospektif dengan melakukan
penelusuran dokumen terdahulu, yaitu pada lembar rekam medis pasien diabetes
melitus tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2007-2008.
B. Definisi Operasional
1. Subyek penelitian adalah pasien diabetes melitus yang didiagnosis utama
diabetes melitus tipe 2 baik yang obesitas maupun yang tidak obesitas dengan
kondisi hipoglikemia atau hiperglikemia dan mengalami komplikasi hipertensi
23
serta menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta
pada tahun 2007-2008.
2. Diabetes melitus komplikasi hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi
resistensi insulin di jaringan yang mengakibatkan glukosa tidak dapat masuk
ke dalam jaringan sehingga glukosa darah meningkat dan menyebabkan
tekanan darah meningkat.
3. Kelas terapi obat adalah kelompok besar obat yang terdiri dari beberapa
golongan obat yang mempunyai sasaran pengobatan yang sama.
4. Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan efek terapi dari tiap kelas
terapi yang diberikan pada pasien.
5. Drug related problems adalah masalah-masalah yang berhubungan dengan
obat yaitu butuh obat, tidak butuh obat, obat tidak efektif, dosis kurang, dosis
berlebih, adverse drug reaction (ADR) dan interaksi obat, serta ketidaktaatan
pasien dalam penggunaan obat (uncompliance).
6. Drug related problems yang diamati dalam penelitian ini adalah DRPs yang
berhubungan dengan penyakit DM dengan komplikasi hipertensi yang
meliputi butuh obat, tidak butuh obat, obat tidak efektif, dosis kurang, dosis
terlalu besar, dan adverse drug reaction (ADR) dan interaksi obat.
7. Penggolongan pasien DM komplikasi hipertensi dilihat berdasarkan printout
yang ada di Instalasi Catatan Rekam Medik Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito
Yogyakarta. Dari printout dapat diketahui bahwa diagnosis utama (DU) DM
tipe 2 dan diagnosis lain (DL) yaitu hipertensi.
24
C. Subyek Penelitian
Jumlah kasus yang ada berdasarkan hasil survei adalah sebanyak 70
kasus. Jumlah subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan menggunakan rumus :
n = N/(1+N(e2))
Ket : n = jumlah sampel yang diambil N = banyaknya populasi
e = persen kesalahan sebesar 10% (Notoatmodjo, 2005)
Perhitungan : n = 70�1�70�0,12
n = 70�1�0,7
n = 701,7
n = 41,17 � 41 kasus
Data yang diamati pada penelitian ini sebanyak 32 kasus dan terdapat
9 kasus yang dieksklusi karena catatan rekam medik pasien tidak ditemukan atau
tidak memenuhi syarat untuk diteliti.
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar
rekam medik (RM) pasien diabetes melitus yang didiagnosis diabetes melitus tipe
2 komplikasi hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito
Yogyakarta pada tahun 2007-2008.
25
E. Lokasi Penelitian
Penelitian tentang evaluasi drug related problems (DRPs) pada pasien
diabetes melitus tipe 2 komplikasi hipertensi ini dilakukan di Instalasi Catatan
Medis Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta yang terletak di Jalan
Kesehatan no. 1 Sekip Yogyakarta.
F. Tata Cara Penelitian
Dalam menyelesaikan penelitian ini dibagi menjadi 4 tahap :
1. Persiapan
Dilakukan survei jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 komplikasi
hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta
tahun 2007-2008 di bagian rekam medik. Diketahui dari printout di Instalasi
Catatan Rekam Medik Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito bahwa jumlah pasien
diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi hipertensi sebanyak 70 kasus.
2. Pengumpulan data
Tahap ini adalah tahap pengumpulan data dari subyek penelitian yaitu
pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di Rumah Sakit
Umum Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2007-2008. Adapun data yang dikumpulkan
terdiri atas : identitas pasien, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat obat, riwayat
penyakit keluarga, pemeriksaan fisik, catatan perkembangan pasien serta terapi
yang diberikan. Teknik pengambilan subyek penelitian dengan cara simple
random sampling ( termasuk dalam probability sampling). Terlebih dulu dihitung
26
jumlah populasi yang akan dipilih sebagai subyek penelitian, kemudian diambil
sebagian dengan menggunakan menggunakan tabel random.
3. Analisis data
Data dianalisis dengan mengelompokkan obat yang digunakan dalam
pengobatan diabetes melitus tipe 2 komplikasi hipertensi berdasarkan kelas terapi
obat, serta mengelompokkan pasien berdasarkan umur dan jenis kelamin.
Evaluasi DRPs yang terjadi dalam pengobatan diabetes melitus tipe 2
komplikasi hipertensi dilakukan berdasarkan pustaka yang sesuai, kemudian
dihitung jumlah kasus yang terjadi DRPs dan dikelompokkan berdasarkan jenis
DRPs dan dihitung prosentasenya. Ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan
obat tidak dapat diamati, karena penelitian ini bersifat retrospektif.
4. Pembahasan kasus
Kasus yang didapat dibahas dengan metode SOAP (Subjective,
Objective, Assessment, Plan) kasus per kasus. Pada penelitian ini Plan diganti
dengan Recommendation karena kejadian yang dievaluasi sudah terjadi. Literatur
yang digunakan adalah MIMS Indonesia edisi 7 tahun 2007/2008, Drug
Information Handbook (DIH) edisi 14, Drug Interaction Facts (DIF) dan
Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) 2000.
G. Kesulitan Penulis
Penelitian retrospektif mempunyai banyak kelemahan bila
dibandingkan penelitian prospektif. Peneliti tidak dapat mengamati perkembangan
kondisi pasien yang sebenarnya berkaitan dengan analisis tipe DRPs, yaitu
27
terjadinya efek samping obat, interaksi obat, dan kepatuhan terapi. Kesulitan yang
lain yaitu tidak adanya catatan tentang keluhan pasien, tidak lengkapnya catatan
baik catatan dokter maupun catatan keperawatan dan terjadi kesalahan penulisan
nama dagang dalam penulisan resep, dan dosis.
1. Prosentase umur
Berdasarkan
hipertensi dibagi menjadi 5 kelomp
50-59 tahun, 60-69 tahu
penderita DM tipe 2 komplikasi hipertensi paling banyak terdapat
umur 50-59 tahun yaitu sebanyak 4
Berdasarkan teori, DM tipe 2 biasan
diakibatkan dari pola
berolahraga, perokok aktif,
Gambar 5. Diagram Prosentase Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi Berdasarkan Umur Yogyakarta Periode Tahun 2007
34,4%
6,3%
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Karakteristik
data yang didapat, penderita DM tipe 2 komplikasi
hipertensi dibagi menjadi 5 kelompok umur menjadi kelompok umur 40
69 tahun, 70-79 tahun dan 80-89 tahun. Diketahui b
tipe 2 komplikasi hipertensi paling banyak terdapat pada kelompok
59 tahun yaitu sebanyak 40,6% dari 32 pasien yang dievaluasi
Berdasarkan teori, DM tipe 2 biasanya muncul setelah umur 40 tahun yang
diakibatkan dari pola makan dan gaya hidup yang salah, seperti jarang
berolahraga, perokok aktif, serta pola istirahat yang tidak teratur.
Diagram Prosentase Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2007-2008
15,6%
40,6%
6,3%3,1%
40-49 tahun
50-59 tahun
60-69 tahun
70-79 tahun
80-89 tahun
tipe 2 komplikasi
ok umur menjadi kelompok umur 40-49 tahun,
iketahui bahwa
pada kelompok
0,6% dari 32 pasien yang dievaluasi.
0 tahun yang
makan dan gaya hidup yang salah, seperti jarang
Diagram Prosentase Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi
di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito
49 tahun
59 tahun
69 tahun
79 tahun
89 tahun
2. Jenis kelamin
Berdasarkan
tipe 2 komplikasi hipertensi
laki sebanyak 46,9% dan yang berjenis kelamin wanita sebanyak 53
kasus yang dievaluasi. Jumlah tersebut tidak berbed
kita ketahui bahwa jumlah populasi wanita lebih banyak dibandingkan jumlah
populasi laki-laki sehingga hasil dari data terseb
bahwa penyakit DM tipe 2 komplikasi hipertensi lebih banyak terjadi pad
Gambar 6. Diagram Prosentase Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2007
1. Kelas terapi
Kelas terapi adalah
golongan obat yang mempunyai sasaran pengobatan yang sama, yang
kepada pasien baik obat antidiabetika maupun untuk mengobati penyakit peny
dan komplikasi yang ada.
terdapat 9 kelas terapi yang diberikan pada pasien diabetes
53,1%
data yang didapat, diketahui bahwa jumlah pasien DM
tipe 2 komplikasi hipertensi berdasarkan jenis kelamin yang berjenis kelamin laki
dan yang berjenis kelamin wanita sebanyak 53,1% dari 32
. Jumlah tersebut tidak berbeda terlalu jauh, seperti yang
kita ketahui bahwa jumlah populasi wanita lebih banyak dibandingkan jumlah
laki sehingga hasil dari data tersebut tidak dapat dijadikan dasar
bahwa penyakit DM tipe 2 komplikasi hipertensi lebih banyak terjadi pad
Diagram Prosentase Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2007-2008
B. Profil Obat
Kelas terapi adalah kelompok besar obat yang terdiri dari beberapa
golongan obat yang mempunyai sasaran pengobatan yang sama, yang
kepada pasien baik obat antidiabetika maupun untuk mengobati penyakit peny
dan komplikasi yang ada. Berdasarkan data yang diamati, diketahui bahwa
terdapat 9 kelas terapi yang diberikan pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan
46,9%53,1%
Laki-laki
Wanita
29
pasien DM
yang berjenis kelamin laki-
,1% dari 32
a terlalu jauh, seperti yang
kita ketahui bahwa jumlah populasi wanita lebih banyak dibandingkan jumlah
ut tidak dapat dijadikan dasar
bahwa penyakit DM tipe 2 komplikasi hipertensi lebih banyak terjadi pada wanita.
Diagram Prosentase Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Dr.
kelompok besar obat yang terdiri dari beberapa
golongan obat yang mempunyai sasaran pengobatan yang sama, yang diberikan
kepada pasien baik obat antidiabetika maupun untuk mengobati penyakit penyerta
diketahui bahwa
tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi di Rumah Sakit
2007-2008.
Gambar 7. DiagramHipertensiPeriode Tahun 2007
Penggunaan obat pada pasien diabetes
komplikasi hipertensi adalah obat
sebesar 100% karena semua pasien mendapatkan terapi berupa
elektrolit seperti NaCl 0,9%, dextrosa,
obat kardiovaskular sebesar
sangat masuk akal karena obat hormonal yang kebanyakan adalah obat
antidiabetika berkaitan dalam pengobatan kejadian hiperglikemia pada pasi
diabetes melitus. Pemberian obat kardiovaskular
pasien mengalami hipertensi dan membutuhkan penanganan karena tekanan darah
yang tinggi dapat berakibat buruk bagi kesehatan terutama untuk organ jantung.
0
5
10
15
20
25
30
3528
30
kasi hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta
Diagram Kelas Terapi Pasien DM Tipe 2 Komplikasi rtensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta
Periode Tahun 2007-2008
Penggunaan obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi adalah obat-obat dalam kelas terapi nutrisi dan gizi yaitu
sebesar 100% karena semua pasien mendapatkan terapi berupa cairan dan
elektrolit seperti NaCl 0,9%, dextrosa, asam folat, kalsium dan kalium, diikuti
ovaskular sebesar 93,8% dan obat hormonal sebesar 87,5%.
sangat masuk akal karena obat hormonal yang kebanyakan adalah obat
berkaitan dalam pengobatan kejadian hiperglikemia pada pasi
emberian obat kardiovaskular juga cukup banyak karena semua
pasien mengalami hipertensi dan membutuhkan penanganan karena tekanan darah
yang tinggi dapat berakibat buruk bagi kesehatan terutama untuk organ jantung.
20
13
47
4
11
32
30
Umum Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
Kelas Terapi Pasien DM Tipe 2 Komplikasi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta
tipe 2 dengan
isi dan gizi yaitu
cairan dan
dan kalium, diikuti
93,8% dan obat hormonal sebesar 87,5%. Hal ini
sangat masuk akal karena obat hormonal yang kebanyakan adalah obat
berkaitan dalam pengobatan kejadian hiperglikemia pada pasien
juga cukup banyak karena semua
pasien mengalami hipertensi dan membutuhkan penanganan karena tekanan darah
yang tinggi dapat berakibat buruk bagi kesehatan terutama untuk organ jantung.
31
Obat-obat dari kelas terapi yang lain berguna untuk mengatasi
penyakit penyerta maupun komplikasi yang diderita oleh pasien seperti rasa nyeri
akibat ulkus DM, neuropati DM, gangguan pada sistem pernafasan, pencernaan
dan adanya sepsis akibat luka.
2. Golongan obat
Penggolongan obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi ini terdapat 9 kelas terapi.
a. Obat hormonal
Obat antidiabetika adalah obat yang digunakan untuk mengatasi atau
menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi karena glukosa dalam darah tidak
dapat masuk ke dalam jaringan yang disebabkan karena kerusakan pankreas
sehingga tidak dapat menghasilkan insulin atau karena adanya resistensi insulin.
Target kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus adalah <120
mg/dL. Obat antidiabetika yang banyak digunakan pada pasien diabetes melitus
komplikasi hipertensi adalah antidiabetika injeksi yaitu RI (regular insulin).
Insulin merupakan suatu hormon sehingga tidak dapat diberikan secara enteral
karena akan rusak oleh enzim pencernaan. Pemberian RI diberikan secara sub
cutan (s.c.) atau dapat juga diberikan dengan drip insulin dengan cara
dicampurkan pada cairan infus NaCl 0,9%.
Insulin merupakan terapi utama untuk pasien DM tipe 1 karena pasien
DM tipe 1 tergantung dengan insulin, tetapi tidak menutup kemungkinan pasien
DM tipe 2 mendapat terapi dengan insulin. Pada penelitian ini, banyak terdapat
penggunaan insulin untuk pasien DM tipe 2, hal ini dikarenakan pemberian
32
insulin memberikan efek yang lebih cepat dibandingkan obat antidiabetika oral
karena diberikan secara injeksi, selain itu pasien yang diamati adalah pasien DM
tipe 2 yang menjalani rawat inap di rumah sakit sehingga pasien berada dalam
pantauan atau pengawasan tenaga kesehatan dalam penggunaan insulinnya.
Pemberian insulin dapat menyebabkan turunnya kadar kalium dalam tubuh karena
insulin menyebabkan masuknya kalium ke dalam sel, oleh karena itu perlu
dipantau kadar kalium dalam tubuhnya.
Sulfonilurea menurunkan kadar glukosa darah dengan cara
menstimulasi pankreas untuk menghasilkan insulin, sehingga pemberian obat
antidiabetika oral kelompok sulfonilurea dapat menyebabkan terjadinya
hipoglikemia. Kelompok biguanid bekerja dengan meningkatkan sensitifitas sel
terhadap insulin, umumnya pada penggunaan metformin yang berupa obat dari
kelompok biguanid adalah rasa mual dan diare. Penggunaan metformin tidak
menyebabkan terjadinya hipoglikemia karena metformin tidak menstimulasi
pankreas untuk produksi insulin.
Tabel III. Penggunaan Obat Hormonal Pada Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No Golongan Obat Kelompok Nama
Generik Nama
Dagang ∑ Prosentase
1. Insulin - - Humulin 1 3,1% Actrapid 3 9,4% Insulatard 7 21,9% RI 21 65,6% Mixtard 3 9,4%
2. Obat Antidiabetika Oral
Sulfonilurea Glikuidon Glurenorm 1 3,1% Glimepiride Amaryl 1 3,1% Biguanid Metformin 1 3,1%
3. Hormon tiroid dan penghambat tiroid
Penghambat tiroid
Propiltiourasil PTU 1 3,1%
33
b. Obat kardiovaskular
Obat-obat kardiovaskular digunakan dalam terapi hipertensi. Pada
pasien diabetes melitus, kadar glukosa yang tinggi dalam darah menyebabkan
darah menjadi lebih kental sehingga mengakibatkan jantung bekerja lebih keras
agar bisa memompa darah ke seluruh tubuh. Kadar glukosa yang tinggi dalam
darah dapat mengakibatkan terjadinya penebalan dinding pembuluh darah yang
nantinya berujung pada atherosklerosis sehingga tahan perifer menjadi naik dan
menyebabkan tekanan darah menjadi naik juga.
Penggunaan obat kardiovaskular paling banyak adalah kelompok
Angiotensin Reseptor Blockers (ARBs) yaitu valsartan sebesar 68,8%, diikuti oleh
hidroklorotiazid sebesar 34,4% dan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
(ACEI) yaitu captopril sebesar 21,9%. Angiotensin I adalah hasil hidrolisis
angiotensinogen (dihasilkan di hati) oleh hormon renin yang dihasilkan oleh
ginjal. Angiotensin I ini nantinya oleh suatu enzim yaitu angiotensin converting
enzyme (ACE) yang dihasilkan di paru-paru akan diubah menjadi angiotensin II
yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah. Angiotensin
reseptor blockers menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat
angiotensin II agar tidak bertemu dengan reseptor (AT1) yang terletak pada
kelenjar adrenal yang dapat mensekresi aldosteron. Aldosteron ini menyebabkan
reabsorbsi sodium dan cairan dari ginjal sehingga terjadi peningkatan volume
plasma dan mengakibatkan tekanan darah menjadi naik.
Sementara ACEI menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat
terbentuknya angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat. Angiotensin
34
converting enzyme inhibitor mempunyai efek samping yaitu batuk kering karena
ACE memetabolisme bradikinin yang merupakan mediator batuk, sehingga saat
jumlah ACE berkurang maka jumlah bradikinin akan meningkat. Mekanisme
tiazid dalam menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi
sodium di tubulus distal. Calcium channel bloker bekerja dengan menghambat
masuknya ion Ca2+ ke dalam sel. Kalsium berperan dalam kontraksi otot maka
saat jumlah kalsium dalam sel sedikit maka terjadi vasodilatasi pada otot.
Pemberian kalsium bersamaan dengan CCB akan menurunkan efek dari CCB
karena makin banyak kalsium yang menyebabkan kontraksi otot.
Tabel IV. Penggunaan Obat Kardiovaskular Pada Pasien DM tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No Golongan
Obat Kelompok
Nama Generik
Nama Dagang
∑ Prosentase
1. Antihipertensi ACE Inhibitor
Captopril 7 21,9% Lisinopril Noperten 4 12,5% Imidapril Tanapres 1 3,1%
Angiotensin Reseptor Blockers
Valsartan Valsartan 22 68,8% Diovan 1 3,1%
Irbesartan 2 6,3% 2. Antiangina Calcium
Channel Blocker (CCB)
Nipedipin Adalat oros 3 9,4% Nipedipin 1 3,1%
Amlodipin Amlodipin 1 3,1% Amdixal 2 6,3%
Diltiazem Herbeser 2 6,3% Diltiazem 1 3,1%
β - bloker Bisoprolol Concor 1 3,1% Propanolol 1 3,1%
3. Diuretik Diuretik kuat Furosemid Lasix 5 15,6% Thiazid Hidrokloro
tiazid HCT 11 34,4%
4. Antiaritmia Digoksin Digoksin 1 3,1% 5. Obat
hipolipidemik Statin Simvastatin 4 12,5% Kelompok Klofibrat
Gemfibroxil 1 3,1%
6. Hemorheologikal - Pentoxifilin 2 6,3%
35
c. Antibiotik
Pengunaan antibiotik sebagai agen antibakteri pada pasien diabetes
melitus sangat penting terutama untuk pasien yang mengalami ulkus diabetika
karena luka yang ada akan menjadi lebih sukar sembuh. Hal ini terjadi karena
pada lingkungan yang mengandung kadar glukosa yang cukup tinggi merupakan
tempat perkembangbiakan yang baik untuk bakteri, selain itu antibiotik yang
diberikan juga merupakan terapi untuk penyakit penyerta atau komplikasi pada
pasien diabetes melitus seperti infeksi saluran kencing (ISK) dan sepsis.
Penggunaan antibiotik yang paling banyak digunakan adalah antibiotik
golongan Sefalosporin yaitu ceftriaxon sebesar 40,6% dilanjutkan metronidazol
sebesar 34,4%.
Tabel V. Penggunaan Antibiotik Pada Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No Golongan
Obat Kelompok
Nama Generik
Nama Dagang
∑ Prosentase
1. Antibiotik Sefalosporin dan β-lactam
Cefixime 1 3,1% Cefotaxim 1 3,1% Cefpirome Cefnos 1 3,1% Ceftazidime 4 12,5% Ceftriaxon 13 40,6% Meropenem 2 6,3%
Kuinolon Ciprofloxacin 9 28,1% Metronidazol Metronidazol Flagyl 1 3,1%
Metronidazol 11 34,4% Lincosamid Clindamycin 3 9,4% Fosfomycin 1 3,1% Penicillin Ampicilin 1 3,1% Sulbactam Sulbactam Stabactam 1 3,1%
d. Obat analgesik
Analgesik merupakan obat yang berguna mengurangi rasa nyeri tanpa
menyebabkan kehilangan kesadaran. Pada pasien diabetes melitus obat analgesik
36
berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien terutama pada
pasien yang mengalami ulkus. Analgesik yang banyak digunakan pada pasien
diabetes melitus komplikasi hipertensi adalah aspirin yaitu sebesar 37,5%. Aspirin
dapat digunakan sebagai obat untuk terapi nyeri dari skala ringan sampai sedang,
inflamasi dan demam, selain itu aspirin juga berfungsi sebagai antiplatelet. Pada
pasien DM tipe 2 komplikasi, aspirin berfungsi sebagai antiplatelet yang dapat
meminimalisir terjadinya atheroskeloris sehingga dapat menurunkan resiko
meningkatnya tekanan darah. Pemberian aspirin dalam dosis besar dapat
menurunkan efek dari ACEI, β bloker, tiazid dan furosemid jika diberikan secara
bersamaan.
Tabel VI. Penggunaan Obat Analgesik Pada Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No Golongan
Obat Kelompok Nama Generik
Nama Dagang
∑ Prosentase
1. Analgesik non-opioid
Parasetamol 2 6,3% Sistenol 3 9,4%
Tramadol 1 3,1% Aspirin Aspilet 12 37,5%
e. Obat saraf
Penyakit diabetes melitus dapat menyebabkan 2 komplikasi yaitu
komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Komplikasi makrovaskular umum
berkembang pada pasien DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi,
dislipidemia, dan kegemukan (obesitas). Komplikasi mikrovaskular terutama
terjadi pada pasien DM tipe 1. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan
protein yang terglikasi (termasuk HbA1C) menyebabkan dinding pembuluh darah
menjadi semakin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-
37
pembuluh darah kecil. Hal ini mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi
mikrovaskular seperti retinopati, nefropati, dan neuropati. Umum terjadi pada
pasien DM tipe 1, tetapi tidak menutup kemungkinan komplikasi mikrovaskular
terjadi pada pasien DM tipe 2.
Obat saraf yang sering digunakan adalah alpha lipoid acid (ALA)
dengan nama dagang Mecola® yaitu sebesar 12,5%. Penggunaan Mecola® berguna
untuk terapi neuropati DM. Mecola® berfungsi sebagai antioksidan untuk
membantu mencegah dan memperbaiki kerusakan sel yang disebabkan oleh
radikal bebas.
Tabel VII. Penggunaan Obat Saraf Pada Pasien DM tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No Golongan Obat Kelompok Nama
Generik Nama
Dagang ∑ Prosentase
1. Antidepresan Antidepresan Trisiklik
Amitriptilin 1 3,1%
2. Obat gangguan kesadaran
- Citikolin 1 3,1%
3. Neuropati DM - Alpha Lipoid Acid (ALA)
Mecola 4 12,5%
4. Pemacu sistem saraf pusat
Pemacu SSP Mecobalamin Methycobal 1 3,1%
5. Antiepilepsi - Fenitoin 1 3,1%
f. Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan yang diberikan pada pasien diabetes melitus
ditujukan untuk menterapi penyakit penyerta. Antitusif ditujukan menekan batuk
dan mengurangi frekuensi batuk. Bronkodilator ditujukan untuk memperluas
lumen saluran udara paru-paru (bronkus) sehingga pasien dapat bernafas dengan
lebih lega. Obat bronkodilator biasa diberikan pada pasien dengan keluhan atau
diagnosis asma.
38
Tabel VIII. Penggunaan Obat Saluran Pernafasan Pada Pasien DM tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No Golongan Obat Kelompok Nama
Generik Nama
Dagang ∑ Prosentase
1. Antitusif, ekspektoran dan mukolitik
Antitusif Codein Codein 1 3,1% Codipront 1 3,1%
2. Antiasma dan bronkodilator
Bronkodilator Ambroxol 1 3,1% Fenoterol Hbr
Berotec 1 3,1%
3. Kortikosteroid Glukokortikoid Budesonide Inflamid 1 3,1%
g. Obat saluran cerna
Obat saluran cerna yang paling banyak digunakan pada terapi diabetes
melitus tipe 2 komplikasi hipertensi adalah ranitidin sebesar 18,8% diikuti dengan
antidiare yaitu attapulgite (New Diatabs®) sebesar 9,4%. Antitukak diberikan
untuk mengatasi rasa mual dan muntah serta rasa tidak nyaman di saluran
pencernaan dan attapulgite untuk terapi penyerta pasien yaitu diare.
Tabel IX. Penggunaan Obat Saluran Cerna Pada Pasien DM tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No Golongan
Obat Kelompok Nama Generik Nama Dagang ∑ Prosentase
1. Antidiare - Loperamid HCl Imodium 1 3,1% Attapulgite New Diatabs 3 9,4%
2. Antitukak Proton Pump Inhibitor
Omeprazole 1 3,1% Esomeprazole Nexium 2 6,3%
Antagonis Histamin H2
Ranitidin Ranitidin 6 18,8% Radin 1 3,1%
- Aluminium Hidroksida
Farmacrol 1 3,1%
3. Antiemetik - Metoclopramid Metoclopramid 2 6,3% Sotatic 1 3,1%
Sulcralfate Ulsafate 1 3,1% Inpepsa 1 3,1%
4. Antispasmodik
- Hyosine-N-butylbromide
Buscopan 1 3,1%
39
h. Obat untuk penyakit otot skelet dan sendi
Sebagian besar obat yang diberikan pada kelas terapi ini adalah obat
dari kelompok Non Steroid Anti Inflamatory Drug (NSAID), karena banyaknya
pasien diabetes melitus yang mengalami ulkus sehingga obat ini diberikan untuk
mengurangi inflamasi yang terjadi. Ada 1 obat yang ditujukan untuk pasien
dengan kadar asam urat yang tinggi yaitu allopurinol. Kadar asam urat yang tinggi
dapat menyebabkan reumatik, allopurinol ditujukan untuk menekan proses
reumatik yang terjadi. Pemberian NSAID dapat menurunkan efek dari ACEI dan
diuretik jika digunakan secara bersamaan.
Tabel X. Penggunaan Obat Penyakit Otot Skelet dan Sendi Pada Pasien DM tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No Golongan Obat
Kelompok Nama Generik
Nama Dagang
∑ Prosentase
1. Obat untuk penyakit reumatik dan gout
NSAID Ketoprofen Altofen 1 3,1% Pronalges 1 3,1% Ketolorac Remopain 1 3,1%
Obat yang menekan proses reumatik
Allopurinol 1 3,1%
i. Gizi dan Darah
Pemberian nutrisi pada pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi
ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan kondisi tubuh pasien, karena dengan
meningkatnya kondisi tubuh maka proses penyembuhan akan berjalan lebih cepat.
Pemberian NaCl merupakan terapi yang banyak diberikan pada pasien diabetes
melitus dan dilanjutkan dengan dextrose 10% yang ditujukan untuk meningkatkan
kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus dengan hipoglikemia.
Pemberian mineral berupa kalium juga banyak diberikan pada pasien diabetes
40
melitus dengan komplikasi hipertensi karena sebagian besar terapi hipertensi
mempunyai efek samping yaitu hipokalemia. Hal ini dapat terjadi karena kalium
(potassium) merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Konsumsi kalium
yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler,
sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan
tekanan darah, selain itu pemberian terapi insulin pada pasien diabetes melitus
dapat menyebabkan turunnya kadar kalium dalam tubuh karena kalium akan
masuk dalam sel. Pemberian kalium bersamaan dengan ACEI dapat meningkatkan
resiko hiperkalemia sehingga perlu dilakukan pemantauan kadar kalium dalam
tubuh.
Tabel XI. Penggunaan Gizi dan Darah Pada Pasien DM tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No Golongan
Obat Kelompok
Nama Generik
Nama Dagang ∑ Prosentase
1. Vitamin Vitamin B Vit. B komplek
Neurobion 1 3,1%
2. Cairan dan elektrolit
Intravena NaCl NaCl 0,9% 25 78,1% Glukosa Dextrosa 5% 2 6,3%
Dextrosa 10% 9 28,1% Dextrosa 40% 2 6,3% Martos 4 9,4%
Elektrolit Assering 1 3,1% Ringer Laktat 3 9,4% NS 2 6,3%
Oral Kalium L-aspartat
Aspar K 4 9,4% KCL powder 2 6,3% KSR 2 6,3% Kalium 1 3,1%
Kalsium Karbonat
CaCO3 3 9,4%
Tablet garam 1 3,1% 3. Nutrisi
darah Antihemopilik Tranexamic
acid Plasminex 1 3,1%
Obat Anemia Asam folat 3 9,4%
41
C. Evaluasi DRPs
Evaluasi DRPs ini dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah yang
berkaitan dengan peresepan pada pasien diabetes melitus tipe 2 komplikasi
hipertensi di Rumah Sakit Dr. Umum Sardjito Yogyakarta. Drug related problems
yang diamati pada penelitian ini meliputi butuh obat, tidak butuh obat, obat tidak
efektif, dosis kurang, dosis berlebih, dan adverse drug reaction (ADR) dan
interaksi obat. Drug related problems ketidaktaatan pasien dalam penggunaan
obat yang diresepkan tidak dapat dilakukan karena penelitian ini bersifat
retrospektif.
Drug related problems butuh obat pasien diabetes melitus tipe 2
dengan komplikasi hipertensi cukup banyak terjadi yaitu sebesar 12,5% dari 32
kasus. Sebagian besar pasien tidak mendapat terapi untuk keluhan yang dirasakan,
selain itu ada beberapa kasus yang jika dilihat dari hasil laboratorium pasien
mempunyai nilai jauh di luar nilai normal dirasa perlu untuk diberi terapi, seperti
hasil laboratorium yang menunjukkan bahwa pasien mempunyai kadar albumin
yang rendah dirasa perlu diberi terapi untuk meningkatkan kadar albumin pasien.
Mengingat harga albumin yang mahal dan pasien sebagian besar merupakan
pasien kelas 3, terapi dapat diberikan dengan cara non farmakologi yaitu
memberikan makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau
daging. Hal ini perlu diperhatikan karena menurut Drug Information Handbook
(DIH) edisi 14, albumin berpengaruh terhadap maintenance cardiac output
dengan meningkatkan tekanan oncotic pada intravaskular dan menyebabkan
mobilisasi cairan dari interstitial ke dalam ruang intravaskular.
42
Tabel XII. Kejadian DRPs Butuh Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No. Kasus DRPs Rekomendasi
3 Pasien tidak mendapat terapi untuk penyakit hipertensinya.
Berikan captopril 2-3x12,5 mg.
6 Pasien tidak mendapat terapi untuk menangani kadar glukosa darahnya.
Berikan RI dengan dosis yang sesuai.
10 Pasien tidak mendapat terapi untuk keluhan mual dan muntahnya.
Bila keluhan sangat mengganggu, berikan domperidon 3x10 mg.
25 Pasien mengeluhkan sesak nafas tetapi tidak mendapat terapi apapun untuk menangani keluhannya.
Berikan terapi O2 untuk membantu mensuplai O2.
Pasien hanya mendapat terapi obat antihipertensi pada hari pertama masuk rumah sakit.
Lanjutkan pemberian valsartan 1x80 mg.
Kejadian DRPs tidak butuh obat pada pasien diabetes melitus tipe 2
dengan komplikasi hipertensi terjadi sebesar 3,1% dari 32 kasus. Drug related
problems terjadi karena pemberian obat tidak sesuai dengan indikasi pada saat itu,
selain itu pasien juga mendapat terapi obat / obat kombinasi yang sebenarnya
tidak diperlukan, selain bertambahnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien,
efek yang dihasilkan belum tentu sesuai dengan yang diharapkan atau terjadinya
polifarmasi.
Tabel XIII. Kejadian DRPs Tidak Butuh Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No. Kasus
DRPs Rekomendasi
3 Pasien mendapatkan terapi antidiare Imodium® dan New Diatabs® bersamaan.
Pasien mengeluhkan mual sehingga sebaiknya gunakan antidiare New Diatabs® saja, karena Imodium® mempunyai efek samping antara lain mual dan muntah (MIMS).
43
Drug related problems obat tidak efektif pada pasien diabetes melitus
tipe 2 dengan komplikasi hipertensi terjadi sebesar 6,3% dari 32 kasus. Drug
related problems terjadi karena adanya pemberian obat yang kontraindikasi
terhadap pasien. Pemberian obat yang kontraindikasi terhadap kondisi pasien
dapat berakibat fatal pasien, seperti tidak memberikan efek terapi yang diharapkan
dan dapat memperburuk kondisi pasien, selain itu dilihat dari segi ekonomi juga
kurang efisien karena biaya yang dikeluarkan pasien menjadi lebih banyak.
Pemberian metformin dapat menyebabkan asidosis metabolik pada
pasien wanita yang mempunyai kadar kreatinin ≥ 1,4 mg/dL, dimana metformin
dapat menyebabkan hyperlactatemic effect sedangkan kemampuan ginjal untuk
membuang asam akan terganggu jika tidak dalam keadaan normal, sehingga kadar
asam dalam darah menjadi meningkat dan dapat menyebabkan pasien koma.
Tabel XIV. Kejadian DRPs Obat Tidak Efektif pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No. Kasus DRPs Rekomendasi
21 Hati-hati terhadap penggunaan CaCO3 (kalsium karbonat) pada pasien yang mempunyai insufisiensi ginjal (MIMS).
Sebaiknya hentikan penggunaan CaCO3.
31 Penggunaan metformin kontraindikasi pada pasien wanita dengan kadar kreatinin ≥1,4 mg/dL (DIH).
Sebaiknya penggunaan metformin diganti dengan Amaryl® (glimepiride) 1x8mg per hari.
Pada penelitian ini, juga dilakukan pengamatan terhadap DRPs dosis
kurang pada pasien diabetes melitus tipe 2 komplikasi hipertensi di Rumah Sakit
Umum Dr. Sardjito Yogyakarta periode tahun 2007-2008 dan tidak ditemukan
adanya DRPs dosis kurang yang terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 2
44
komplikasi hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta periode
tahun 2007-2008.
Kejadian DRPs dosis terlalu besar pada pasien diabetes melitus tipe 2
komplikasi hipertensi terjadi sebesar 6,3%. Drug related problems terjadi antara
lain karena kurang diperhatikannya penyakit penyerta pasien sehingga perlu
adanya perubahan dosis. Pemberian obat dengan dosis berlebih dapat berakibat
fatal pada pasien, terutama pada obat-obat yang mempunyai indeks terapi sempit,
karena sangat besar kemungkinan dosis obat berada di atas jendela terapi dan
menyebabkan toksik.
Tabel XV. Kejadian DRPs Dosis Terlalu Besar pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No. Kasus
DRPs Rekomendasi
8 Pada pasien yang mempunyai gangguan ginjal, dosis Tanapres® yang diperbolehkan 1x2,5 mg per hari (MIMS).
Turunkan dosis Tanapres® menjadi 1x2,5 mg per hari.
14 Pasien mendapatkan terapi inj. methycobal 1A/24jam, padahal dosis methycobal amp adalah seminggu 3x1 amp (MIMS).
Ganti inj. methycobal dengan methycobal kapsul 500mcg 3x1 per hari.
Drug related problems yang paling banyak terjadi pada pasien diabetes
melitus tipe 2 dengan komplikasi hipertensi adalah ADR dan interaksi obat yaitu
sebesar 18,8% dari 32 kasus yang dievaluasi. Sebagian besar DRPs yang terjadi
adalah ADR akibat pemberian obat antihipertensi kelompok ARBs dan ACEI
yang diberikan bersamaan sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya
hiperkalemia, oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan kadar kalium pasien
dan ADR dapat diminimalisir dengan cara memberikan terapi secara bergantian
(tidak bersamaan). Pemberian valsartan mempunyai ADR yaitu dapat
meningkatkan kadar kreatinin hingga >50%, sehingga perlu perhatian
pemberian valsartan pada
Tabel XVI. Kejadian DRPs ADR dan Interaksi ObatMelitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007
No. Kasus
1 Pemberian propanolol dan akan menambah efek pada laju jantung
16 Pemberian valsartan dan bersamaan akan meninghiperkalemia. Penggunaan valsartan dapat mengakibatkan naiknya kreatinin >50% dan sebaiknya dihindauntuk pasien dengan CHF
20 Pemberian valsartan dan meningkatkan risiko hiperkalemia
21 Pemberian valsartan perlu lebih diperhatikan karena dapat menyebabk>50%.
24 Pemberian captopril dapat menyebabkan peningkatan kadar transaminase
31 Pemberian valsartan perlu lebih diperhatikan karena dapat menyebabk>50%.
Gambar 8. Kejadian DRPs Pada Pasien Diabetes Hipertensi di Rumah Sakit Dr. Sardjito YogyakartaTahun 2007
Butuh obat
Tidak butuh obat
Obat tidak efektif
Dosis kurang
Dosis terlalu besar
ADR dan interaksi obat
meningkatkan kadar kreatinin hingga >50%, sehingga perlu perhatian
alsartan pada pasien yang mempunyai gangguan ginjal.
Kejadian DRPs ADR dan Interaksi Obat pada Pasien Diabetes Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum
Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
DRPs Rekomendasi
ropanolol dan digoksin bersamaan bah efek pada laju jantung.
Ganti obat antihipertensi propanolol menjadi captopril 2x25 mg.
alsartan dan noperten (lisinopril) bersamaan akan meningkatkan resiko
Sebaiknya hentikan penggunaan valsartan. Pantau kadar kalium pasien.
alsartan dapat mengakibatkan naiknya kreatinin >50% dan sebaiknya dihindari untuk pasien dengan CHF.
Sebaiknya hentikan penggunaan valsartan.
alsartan dan captopril bersamaan akan siko hiperkalemia.
Sebaiknya pemberian valsartan tidak bersamaan dengan captopril.
alsartan perlu lebih diperhatikan karena dapat menyebabkan kenaikan kreatinin
Sebaiknya hentikan penggunaan valsartan.
aptopril dapat menyebabkan ngkatan kadar transaminase.
Pantau kadar GOT dan GPT pasien. Berikan ctab 3xsehari (MIMS).
alsartan perlu lebih diperhatikan karena dapat menyebabkan kenaikan kreatinin
Sebaiknya hentikan penggunaan valsartan.
Kejadian DRPs Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Dr. Sardjito YogyakartaTahun 2007-2008
0 1 2 3 4 5 6
Butuh obat
Tidak butuh obat
Obat tidak efektif
Dosis kurang
Dosis terlalu besar
ADR dan interaksi obat
45
meningkatkan kadar kreatinin hingga >50%, sehingga perlu perhatian untuk
pada Pasien Diabetes Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum
Rekomendasi
Ganti obat antihipertensi propanolol menjadi aptopril 2x25 mg.
entikan alsartan.
Pantau kadar kalium pasien. entikan
alsartan.
ebaiknya pemberian alsartan tidak bersamaan
aptopril. entikan
alsartan.
ar GOT dan GPT pasien. Berikan curcuma 1-2 tab 3xsehari (MIMS).
entikan alsartan.
Komplikasi
Hipertensi di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta Periode
7
Berdasarkan 32
meninggalkan rumah sakit karena keadaannya membaik dan diizinkan untuk
pulang. Jumlah pasien yang membaik dan diizinkan
81,3%, sedangkan sisanya
yang mungkin dikarenakan tidak betah tinggal di rumah sakit atau dapat juga
disebabkan masalah ekonomi.
Gambar 9. Alasan Meninggalkan Rumah Sakit Pada Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007
Selama tahun 2007
komplikasi hipertensi yang dirawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum
Dr. Sardjito Yogyakarta. Setelah dilakukan
diambil 32 kasus untuk dievaluasi DRPs. Sampel yang diambil berupa data rekam
medik yang diambil dari instalasi catatan rekam medik Rumah Sakit Umum Dr.
Sardjito Yogyakarta.
Berdasarkan
melitus tipe 2 komplikasi hipertensi banyak terjadi pada range umur 50
0
BLPL
APS
Ala
san
pula
ng
Berdasarkan 32 kasus yang dievaluasi, sebagian besar pasien
meninggalkan rumah sakit karena keadaannya membaik dan diizinkan untuk
pulang. Jumlah pasien yang membaik dan diizinkan pulang terdapat sebesar
edangkan sisanya sebanyak 18,7% pulang dengan permintaan s
yang mungkin dikarenakan tidak betah tinggal di rumah sakit atau dapat juga
disebabkan masalah ekonomi.
Alasan Meninggalkan Rumah Sakit Pada Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
D. Rangkuman Pembahasan
Selama tahun 2007-2008 terdapat 70 pasien diabetes melitus
komplikasi hipertensi yang dirawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum
Dr. Sardjito Yogyakarta. Setelah dilakukan sampling maka dari 70 pasien tersebut
diambil 32 kasus untuk dievaluasi DRPs. Sampel yang diambil berupa data rekam
yang diambil dari instalasi catatan rekam medik Rumah Sakit Umum Dr.
32 kasus yang dievaluasi diketahui bahwa kasus diabetes
tipe 2 komplikasi hipertensi banyak terjadi pada range umur 50
5 10 15 20 25 30
Jumlah kasus
46
kasus yang dievaluasi, sebagian besar pasien
meninggalkan rumah sakit karena keadaannya membaik dan diizinkan untuk
pulang terdapat sebesar
pulang dengan permintaan sendiri
yang mungkin dikarenakan tidak betah tinggal di rumah sakit atau dapat juga
Alasan Meninggalkan Rumah Sakit Pada Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta
melitus tipe 2
komplikasi hipertensi yang dirawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum
maka dari 70 pasien tersebut
diambil 32 kasus untuk dievaluasi DRPs. Sampel yang diambil berupa data rekam
yang diambil dari instalasi catatan rekam medik Rumah Sakit Umum Dr.
32 kasus yang dievaluasi diketahui bahwa kasus diabetes
tipe 2 komplikasi hipertensi banyak terjadi pada range umur 50-59 tahun
BLPL
APS
47
yaitu sebesar 40,6%. Kasus ini lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan
laki-laki yaitu sebesar 53,1% pada wanita dan 46,9% pada laki-laki.
Obat yang diberikan pada pasien diabetes melitus tipe 2 komplikasi
hipertensi dibagi menjadi 9 kelas terapi yaitu obat hormonal, obat kardiovaskular,
antibiotik, analgesik, obat untuk skelet dan sendi, obat saraf, obat saluran
pernafasan, obat saluran cerna, dan nutrisi dan gizi. Penggunaan obat yang banyak
digunakan adalah obat dari kelas terapi gizi dan darah sebesar 100% diikuti obat
kardiovaskular sebesar 93,8% dan obat hormonal sebesar 87,5%.
Kejadian DRPs yang paling banyak terjadi pada pasien diabetes
melitus tipe 2 komplikasi hipertensi adalah ADR dan interaksi obat yaitu sebesar
18,8% diikuti dengan butuh obat yaitu sebesar 12,5%. Sebagian besar DRPs yang
terjadi adalah ADR akibat pemberian obat antihipertensi kelompok ARBs dan
ACEI yang diberikan bersamaan sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya
hiperkalemia. Pemberian valsartan mempunyai ADR yaitu dapat meningkatkan
kadar kreatinin hingga >50%, sehingga perlu perhatian untuk pemberian valsartan
pada pasien yang mempunyai gangguan ginjal. Drug related problems butuh obat
banyak terjadi karena kebanyakan pasien tidak mendapat terapi untuk keluhan
yang dirasakan.
Tabel XVIII. Ringkasan Drug Related Problems No DRPs Kasus 1. Butuh obat 3, 6, 10, 25 2. Tidak butuh obat 3 3. Dosis kurang - 4. Dosis terlalu besar 8, 14 5. Obat tidak efektif 21, 31 6. ADR 16, 20, 21, 24, 31
Interaksi obat 1
48
Jumlah pasien yang membaik dan diizinkan pulang terdapat sebesar
81,3%, sedangkan sisanya sebanyak 18,7% pulang dengan permintaan sendiri
yang mungkin dikarenakan tidak betah tinggal di rumah sakit atau dapat juga
disebabkan masalah ekonomi.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr.
Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2007-2008” diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kasus diabetes melitus tipe 2 komplikasi hipertensi banyak terjadi pada pasien
dengan range umur 50-59 tahun, dan terjadi pada wanita sebesar 53,1%
sedangkan pada laki-laki sebesar 46,9%.
2. Terdapat 9 kelas terapi yang diberikan pada pasien diabetes melitus tipe 2
komplikasi hipertensi dan yang paling banyak digunakan adalah obat dari
kelas terapi gizi dan darah yaitu sebesar 100%.
3. Drug related problems yang terjadi adalah (1) butuh obat terjadi sebesar
12,5%; (2) tidak butuh obat sebesar 3,1%; (3) dosis terlalu besar sebesar 6,3%;
(4) obat tidak efektif sebesar 6,3% dan (5) ADR dan interaksi obat yaitu
sebesar 18,8%.
4. Dari 32 jumlah kasus, 81,3% pasien meninggalkan rumah sakit dalam keadaan
membaik dan diizinkan oleh pihak rumah sakit, sedangkan sisanya sebanyak
18,7% pulang atas permintaan sendiri yang mungkin dikarenakan tidak betah
tinggal di rumah sakit atau dapat juga disebabkan masalah ekonomi.
50
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah :
1. Dilakukan penelitian lanjutan pada pasien diabetes melitus tipe 2 komplikasi
hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode tahun
yang berbeda secara prospektif agar dapat dilihat perbandingan pelayanan
kesehatan yang diberikan.
2. Disarankan agar Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta mempunyai
standar acuan untuk pengobatan diabetes melitus tipe 2 komplikasi hipertensi
agar lebih mudah dalam memberikan pelayanan kesehatan.
51
DAFTAR PUSTAKA American Diabetes Association (ADA), 2005, Standards of Medical Care in
Diabetes, dari http://care.diabetesjournals.org/cgi/contect/full/28/suppl., diakses pada 18 Februari 2009
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 2006, Cardiovascular Physiology Concepts, dari
http://images.google.co.idimgresimgurl=http://www.cvphysiology.com/Blood%2520/PressureBP015_RAAS.gif&imgrefurl=http://www.cvphysiology.comBlood%2520/PressureBP015.htm&usg, diakses tanggal 03 Agustus 2009
Anonim, 2007, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 7 2007/2008, CMP
Medica Asia Pte Ltd, Jakarta Anonim, 2008, Do Your Know The Secret Key to the Root Cause of Diabetes ?,
dari www.pancreashealth.com, diakses tanggal 18 Maret 2009 Cipolle, R.J., Strand L.M., dan Morley, P.C., 2004, Pharmaceutical Care
Practice, McGraw-Hill Companies, Inc., New York, 178-179 Daniel, 2006, Medikasi Spesifik Diabetes Melitus Tipe 2,
http://www.farmacia.com, diakses tanggal 18 Maret 2009 Genauth, S., 2003, Diabetes Mellitus, dalam Dale. C. D., and Fermon. D. D.,
Scientific American Medicines, Volume 1, New York, 578-607 Guyton, A. C., dan Hall, J. E., 1996, Textbook of Medical Physiology,
diterjemahkan oleh Irawati Setiawan, LMA., Ken Ariata Tengadi, Alex Santoso, ECG, Jakarta
Haryanto, 2009, Kasus Penyakit Hipertensi dan Diabetes Mellitus di Puskesmas
Kabupaten Sleman Sangat Tinggi, www.dinkes-sleman.go.id/berita.php.htm, diakses tanggal 18 Juni 2009
Karam.J.H., dan Forsham P.H., 2000, Diabetes mellitus, dalam F.S., Greenspan
dan J.D., Baxter., Endrokinologi Dasar dan Klinik, edisi 4, ECG, 742-823
52
Lacy, C. F., Armstrong, L. L., Goldman, M. P., dan Lance, L. L., 2005, Drug Information Hanbook, Edisi 14, Lexi-Comp Inc, Ohio
Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,
86-88 Neal, M. J., 2005, At a Glance : Farmakologi Medis, Edisi 5, Erlangga Medical
Series, Jakarta, 36-37 Nguyen, L., 2000, An Overview of The Evaluation of Clinical Pharmacy Services,
Pharmacy Intern University of New Mexico, College of Pharmacy, http://www.nm-pharmacy.com/student_articles_4.html, diakses pada 18 Februari 2009
Pratiknya, A. W., 2001, Dasar Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 10-18, 176-183 Price dan Wilson, 1985, Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-proses Penyakit,
Bagian 2, Edisi 2, ECG, Jakarta, 301-309 Rudnick, G., 2001, Clinical Pharmacology Made Incredible Easy,Springhouse
Corporation, Pennysilvia, 101-134, 283-287 Saseen. J. J., dan Carter. L. B., 2005, Hypertension, dalam Pharmacotherapy: A
Pathophysiology Appoarch, Sixth Edition, diedit oleh J. T. Dipiro, McGraw-Hill Company, Inc., 185-217
Shahab, A., 2006, Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus,
http://www.google.com, diakses tanggal 09 Juni 2008 Soegondo, S., 2002, Diabetes, The Sillent Killer, http://www.medicastore.com,
diakses tanggal 09 Juni 2008 Soegondo, S., 2007, Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini,
Penatalaksanaan Diabetes terpadu, Fak Kedokteran UI, Jakarta Tatro, D. S., 2001, Drug Interaction Facts 1-2, A Wolters Kluwer Company, St.
Louis Missouri Triplitt, C.L., Reasner C.A., dan Isley, W.L., 2005, Diabetes Mellitus, dalam
Pharmacotherapy: A Pathophysiology Appoarch, Sixth Edition, diedit oleh J.T. Dipiro, McGraw-Hill Company, Inc., 1333-1363
53
LAMPIRAN Data dan Analisis DRPs Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Tabel XVIII. Kajian DRPs Kasus 1 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008 Kasus 1. No. RM 01.27.35.15 (14/05/07-19/05/07)
Subjective Wanita/52 tahun, DU : DM2NO dengan hiperglikemia. DL : susp. THD, hipertiroid, dermatitis. KU : HSMR pasien mengeluh badan lemas, demam, gatal-gatal, penurunan BB. RPD : hipertensi. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(Mei 2007) Nilai normal 14 15 16 18 19
Albumin 3,02 3,5-5,0 g/dL Na 124 137-145 mmol/L Cl 9,7 98-107 mmol/dL
GDR 666 162 381 416 80-140 mg/dL GD2jpp 161
TD 130/90 150/80 140/80 160/80 150/90 120/80 mmHg Nadi : 120x/menit RR : 20x/menit Suhu : 36,5ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (Mei 2007)
14 15 16 18 Diit DM 1700 kal √ √ √ √ O2 3 lpm √ √ √ √ Propanolol 2x10 mg √ √ √ √ Aspilet® (aspirin) 2x80 mg √ √ √ √
Digoxin 1x1 tab √ √ √ √ Inf. NaCl 0,9% lini √ √ √ √ Drip insulin √ √ √ RI √ Drip KCL 25 mcg/6 jam √ √ PTU (propiltiourasil) 3x200 mg √ √ √ PTU 3x100 mg √
Assessment 1. Terapi propanolol ( gol. beta bloker) yang diberikan bersamaan dengan digoksin akan
menambah efek pada laju jantung (DIH). DRPs : interaksi obat.
Recommendation 1. Ganti obat antihipertensi propanolol menjadi captopril (gol. ACEI) 2x25 mg. 2. Berikan pasien makanan yang banyak mengandung albumin seperti telur, susu atau daging
untuk meningkatkan kadar albuminnya.
54
Tabel XIX. Kajian DRPs Kasus 2 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 2. No. RM 00.25.88.68 (25/05/07-31/05/07) Subjective Laki-laki/86 tahun, DU : DM2NO dengan hipoglikemia. DL : CVD stage V, hipertensi, ISK. KU : HMRS pagi hari masih minum obat dan suntik obat gula, sarapan habis, siang merasa lemas dan tidak dapat berkomunikasi. RPD : hipertensi. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(Mei 2007) Nilai normal 25 26 28 29 30 31
Albumin 2,77 3,5-5,0 g/dL Na 130 137-145 mmol/L K 3,44 3,5-5,10 mmol/L Cl 94 98-107 mmol/dL
GDR 23 205 234 339 180 80-140 mg/dL GD2jpp 339 350 228
TD 190/90 160/80 150/90 170/90 140/70 150/70 120/80 mmHg Nadi : 72x/ menit RR : 20x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (Mei 2007)
25 26 28 29 30 31 Diit DM 1700 kal √ √ √ √ √ √ Inf. D5% 20 tpm/makro √ √ Inf. NS 20 tpm √ √ √ CaCO3 3x1 √ √ √ √ √ √ Asam folat 3x1 √ √ √ √ √ √ HCT 2x 25 mg √ √ √ √ √ √ Noperten
® (lisinopril) 10 mg 0-0-1 √ √ √ √
Valsartan 1x80 mg √ √ Ceftriaxone 1g/12 jam √ √ √ √ RI √ √ √ Herbeser CD 200 (diltiazem) 1-0-0 √ √ Mixtard 20-0-12 √ √
Assessment Recommendation 1. Untuk meningkatkan kadar albumin pasien bisa diberikan ekstrak putih telur (EPT) atau
makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging.
55
Tabel XX. Kajian DRPs Kasus 3 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 3. No. RM 00.57.62.54 (02/02/08-05/020/08) Subjective Wanita/63 tahun, kelas 3. DU : DM2NO DL : hipertensi, ISK. KU : diare. Empat HSMRS mual diare ±10x/hari, cair, ampas +, lendir, BAB tidak dapat ditahan / tidak terasa, mual. RPD : pernah colonoskopi tahun 2006 karena keluhan diare ada luka besar di usus besar. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(Februari 2008) Nilai normal 02 03 04 05
K 3,42 3,5-5,10 mmol/L GDR 204 235 174 122 80-140 mg/dL TD 150/100 130/70 150/90 170/90 120/80 mmHg
Nadi : 98x/ menit RR : 20x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (Februari 2008) 02 03 04 05
Inf. RL lini 12 tpm √ Mixtard 30-0-20 √ √ √ √ Imodium® (loperamid HCl) 1x2 tab √
Imodium® 2x2 tab √
New Diatabs® (attapulgite) 3x2 tab √ √
New Diatabs® 3x1 tab √
Metronidazole 3x5oo mg √ √ √ Cefnos® (cefpirome) 1g/12 jam √ √ √
Assessment 1. Menggunakan antidiare (Imodium
® dan New Diatabs
®) bersamaan.
DRPs : tidak butuh obat. 2. Pasien tidak mendapat terapi untuk hipertensi yang diderita.
DRPs : butuh obat. Recommendation 1. Gunakan antidiare New Diatabs
® saja, karena Imodium
® mempunyai efek samping antara lain
mual dan muntah (MIMS). 2. Berikan captopril (gol. ACEI) 2-3x12,5 mg. 3. Pantau tekanan darah dan kadar glukosa darah pasien.
56
Tabel XXI. Kajian DRPs Kasus 4 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 4. No. RM 00.38.77.68 (31/01/08-06/02/08) Subjective Laki-laki/67 tahun, DU : DM2NO dengan hiperglikemia. DL : HHD kompensata, hipertensi, dislipidemia. KU : HMRS pasien merasa lemas, hanya makan sedikit, dan suntik insulin 14 U, periksa GDS tinggi, lalu periksa UGD RSS. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(Januari - Februari 2008) Nilai normal 31 01 02 03 04 05 06
Albumin 3,24 3,5-5,0 g/dL Na 129 137-145 mmol/L K 5,9 3,5-5,10 mmol/L
GDR 526 333 231 435 190 80-140 mg/dL TD 190/
110 150/ 80
160/ 90
150/ 90
160/ 90
140/ 90
120/80 mmHg
Nadi : 90x/ menit RR : 24x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (Januari - Februari 2008)
31 01 02 04 05 06 Diit DM 1900 kal √ √ √ √ √ √ Inf. NaCl 0,9% √ √ √ √ √ √ Valsartan 1x160 mg √ √ √ √ √ √ Adalat oros® (nipedipin) 1x30 mg √ √
Drip insulin √ √ √ √ HCT (Hidroklorotiazid) 1-0-0 √ √ √ √ √ Humulin 20-0-10 √ √ √ Simvastatin 1x10 mg √ Inj. ceftriaxone 1g/12 jam √ √
Assessment Recommendation 1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien. 2. Berikan pasien makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging
untuk meningkatkan kadar albumin pasien.
57
Tabel XXII. Kajian DRPs Kasus 5 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 5. No. RM 01.37.50.63 (04/11/08-07/11/08) Subjective Wanita/66 tahun, DU : DM2NO dengan hiperglikemia. DL : hipertensi. KU : lemas. Satu HSMRS pasien lemas, nafsu makan turun, BAK >>, minum >>,GDR 650. RPD : hipertensi disangkal. Keadaan pulang : belum sembuh. Objective
Parameter Tanggal
(November 2008) Nilai normal 04 05 06 07
Albumin 2,91 3,5-5,0 g/dL Na 125,4 137-145 mmol/L K 3,26 3,5-5,10 mmol/L Cl 83,4 98-107 mmol/dL
GDR 623 294 266 298 80-140 mg/dL TD 150/90 140/80 120/80 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit RR : 20x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (November
2008) 04 05 06 07
Diit DM 1500 kal √ √ √ O2 3 lpm √ Infus NaCl 0,9% √ √ √ √ Valsartan 1x80 mg √ √ √ √ Insulatard 10 U √ RI (regular insulin) √ √ √
Assessment Recommendation 1. Pantau kadar kalium pasien. 2. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
58
Tabel XXIII. Kajian DRPs Kasus 6 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 6. No. RM 00.37.09.79 ( 09/01/08-12/01/08) Subjective Wanita/61 tahun, DU : DM2NO. DL : hipertensi. KU : penurunan kesadaran. Sepuluh HSMRS pasien mengeluh tiba-tiba badan terasa lemas, bekeringat banyak, gemetar, dan pusing. RPD : hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(Januari 2008) Nilai normal 09 10 11 12
Albumin 3,09 3,5-5,0 g/dL Na 136 137-145 mmol/L
GDR 33 155 291 293 80-140 mg/dL TD 160/90 160/90 160/90 120/80 mmHg
Nadi : 92x/menit RR : 20x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (Januari 2008) 09 10 11 12
Diit DM 1700 kal √ √ Diit DM 1700 kal + EPT √ √ Inf. D10% 20 tpm √ Inf. NaCl 0,9% √ √ √ Valsartan 1x80 mg √ √ √ √ Adalat oros
® (nipedipin) 1x30 mg √ √
Assessment 1. Pasien tidak mendapatkan terapi untuk menangani kadar glukosa darahnya.
DRPs : butuh obat. Recommendation 1. Berikan obat antidiabetika untuk mengontrol kadar glukosa darah pasien yaitu RI dengan dosis
yang sesuai. 2. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
59
Tabel XXIV. Kajian DRPs Kasus 7 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 7. No. RM 01.03.39.28 ( 01/11/07-07/11/07) Subjective Wanita/44 tahun, DU : DM2NO dengan hiperglikemia. DL : hipertensi, katarak, asma intermitten tidak dalam serangan. KU : pusing. HMRS pasien mengeluh pusing, sering BAK. RPD : hipertensi 2 bulan. RPK : asma, dengan terapi Berotec,Inflamid. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(November 2007) Nilai normal 01 02 03 04 05 06
Na 136,3 140 137-145 mmol/L Cl 95,6 107 98-107 mmol/L
HbA1C 12,7 4,5-6,3% AST 14,2 15,0-46,0 U/L GDR 426 248 251 80-140 mg/dL
GD2jpp 412 293 TD 170/
90 150/ 90
130/ 70
130/ 90
110/ 70
120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit RR : 22x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (November 2007)
01 02 03 05 06 07 Diit DM 1700 kal RG √ √ √ √ √ √ O2 3 lpm √ √ √ √ √ √ Inf. NaCl 0,9% √ √ √ √ Drip insulin √ √ √ √ √ √ Valsartan 1x80 mg √ √ √ √ √ √ HCT 25 mg 1-0-0 √ √ √ √ √ √ Berotec inhaler® (fenoterol)u/p √ √ √ √ √ √
Inj. ranitidin 1 A/12 jam √ √ √ √ √ Inflamid® (budesonid) 3x2 puff √
Assessment Recommendation 1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
60
Tabel XXV. Kajian DRPs Kasus 8 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 8. No. RM 01.20.21.77 ( 27/04/07-29/04/07) Subjective Wanita/53 tahun, DU : DM2O. DL : hipertensi, dispepsia tipe ulkus. KU : lemas. HMRS pasien mengeluhkan lemas, mual, tiap makan muntah, nyeri ulu hati, keringat dingin. RPD : hipertensi dan DM ± 10 tahun, asma. Kondisi pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(April 2007) Nilai normal 27 28 29
Alb 3,4 3,5-5 g/dL BUN 27,6 7-20 mg/dL Creat 2,29 0,7-1,5 mg/dL Na 124 137-145 mmol/L K 3,09 3,5-5,1 mmol/L
GDR 140 239 312 80-140 mg/dL TD 180/90 150/80 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit RR : 20x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (April 2007) 27 28 29
Diit DM 1900 kal RG √ √ √ O2 3 lpm √ √ √ Inf. D10% 20 tpm √ Inf. D5% 2 tpm √ √ Inf. NaCl 0,9% √ √ √
Tanapre®
s (imidapril) 1x10 mg √ √ √
Concor®
(bisoprolol) 1x2,5 mg √ √ √
Herbeser®
(diltiazem) 3x30 mg √ √ √
Inj. Nexium®
(esomeprazol) 1 A/12 jam √ √ √
Inj. Sotatic®
(metoclopramid) 1 A/8 jam √ √ √
Inj. Buscopan®
(hyosine N-butylbromide) 1 A/hari √ √ √
Farmacrol syr dd I C1 1j (pc) √ √ √
Ulsafate®
syr (sulcralfate) 3 dd I 1j (ac) √ √ √
Mixtard (insulin) 20 U √
Assessment 1. Pasien mempunyai kadar kreatinin dan BUN yang agak tinggi, mungkin pasien mengalami
gangguan ginjal. Pada pasien dengan gangguan ginjal, dosis Tanapres®
(imidapril) adalah 1x2,5 mg per hari (MIMS). DRPs : dosis terlalu besar.
Recommendation 1. Turunkan dosis Tanapres® menjadi 2,5 mg 1xsehari untuk pasien dengan gangguan ginjal. 2. Berikan pasien makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging
untuk meningkatkan kadar albuminnya. 3. Pantau tekanan darah dan kadar glukosa darah pasien.
61
Tabel XXVI. Kajian DRPs Kasus 9 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 9. No. RM 00.68.21.20 (30/06/07-10/07/07) Subjective Laki-laki/65 tahun, DU : DM2O dengan ulkus diabetik pedis sinistra. DL : hipertensi. KU : Ulkus pedis skala nyeri 6-7, mual. RPD : DM sudah 20 tahun. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(Juni-Juli 2007) Nilai normal 30 01 02 03 04 06
Na 131 137-145 mmol/L Cl 95 98-107 mmol/L
GDR 349 155 180 117 117 159 80-140 mg/dL GD2jpp 201 183
TD 120/80 130/80 150/80 120/80 130/80 120/80 mmHg
Nadi : 90x/menit RR : 20x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan Diit DM 1900 kal (30/06/07-10/07/07) Inf. Martos (30/06/07-03/07/07) Inf. NaCl 0,9% (04/07) Inf. Asering (05-10/07/07) Ceftriaxon 1g/12 jam (30/06/07-03/07/07) Flagyl
® (metronidazol) 500 mg/8 jam
(30/06/07-10/07/07) Captopril 3x25 mg (30/06/07-10/07/07) Diltiazem 2x1 (30/06/07-10/07/07)
Actrapid®
(insulin) (s.c.) (30/06/07-10/07/07) Inj. Nexium® (esomeprazol) 1 A sore (04,06/07/07) Inj. Stabacam
® (sulbactam) 2x1 (04-06/07/07)
Remopain® (ketolorac) 2x1 (05-06/07/07) Ciprofloxacin 2x500 mg (07-09/07/07) Pronalges
® (ketoprofen) 2x1 (07-10/07/07)
Inj. Tramadol® 2x50 mg (05/07/07) Inj. Metronidazol 3x500 mg (01-06/07/07)
Assessment Recommendation 1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
62
Tabel XXVII. Kajian DRPs Kasus 10 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 10. No. RM 01.32.77.79 (12/12/07-15/12/07) Subjective Laki-laki/52 tahun, DU : DM2NO dengan hiperglikemia. DL : hipertensi KU : lemas. HMRS pasien mengeluh lemas, sulit bicara, mual dan muntah. RPD : batu ginjal tahun 1995. RPK : ayah pasien menderita DM. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(Desember 2007) Nilai normal 12 13 14
Na 134,8 137-145 mmol/L GDR 365 174 80-140 mg/dL TD 130/90 130/70 130/70 120/80 mmHg
Nadi : 96x/menit RR :20x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (Desember 2007) 12 13 14 15
Diit DM 2100 kal √ √ Diit DM 1700 kal √ √ Inf. NaCl 0,9% √ √ √ Drip insulin √ √ √ Valsartan 1x40 mg √ √ √ √ Actrapid Novolet® (insulin) 3x6 U √ √
Insulatard 10 U bedtime √ √
Assessment 1. Pasien tidak mendapat terapi untuk keluhan mual dan muntahnya.
DRPs : butuh obat. Recommendation 1. Kemungkinan keluhan mual dan muntahnya akibat dari keadaan hiperglikemia pasien. Bila
kondisinya sangat mengganggu bisa diberikan terapi untuk mengatasi keluhan mual dan muntah pasien dengan domperidon 3x10 mg.
2. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
63
Tabel XXVIII. Kajian DRPs Kasus 11 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 11. No. RM 01.31.69.04 (27/09/07-04/10/07) Subjective Laki-laki/51 tahun, kelas 2. DU : DM2NO dengan hiperglikemia. DL : ulkus DM grade III-IV, hipertensi. KU : tujuh HSMRS kaki kemasukan kerikil, timbul luka, kering dan gatal. Empat HSMRS kaki gatal dan basah karena tx alternatif klorofil, lalu ke RSUD Wonosari diberi amoxicilin. Tiga HSMRS pasien dirawat di RSUD Wonosari dengan tx ciproflocaxin, metronidazol, RI dan cefotaxim. RPK : saudara kandung menderita DM. Keadaan pulang : membaik, pulang paksa. Objective
Parameter Tanggal
( September-Oktober 2007) Nilai normal 27 28 29 01 02 03 04
TP 5,54 6,3-8,2 g/dL Alb 1,6 3,5-5,0 g/dL Na 129 137-145 mmol/L K 3,95 3,5-5,1 mmol/L
GDR 410 268 220 150 327 292 80-140 mg/dL GD2jpp 299 380
TD 140/ 100
130/ 70
130/ 70
120/ 70
130/ 70
120/ 70
120/ 80
120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit RR : 20x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (September-Oktober 2007)
27 28 29 01 02 03 04 Diit DM 1900 kal √ √ √ √ √ √ O2 3 lpm √ √ √ Inf. NaCl 0,9% √ √ √ √ √ √ √ Drip insulin √ √ √ Inj. D5% √ Inj. ceftriaxon 1 g/12 jam √ √ Inj. metronidazol 500mg/8 jam √ √ √ √ √ √ √ Aspilet® (aspirin) 2x80 mg √ √ √ √ √ √ √
Inj. ceftazidim 1g/12 jam √ Inj. ciprofloxacin 200 mg/12 jam √ √ √ √ √ √ Aspar K
® (kalium) 2x1 √ √ √ √ √
RI (regular insulin) √ √ √
Assessment 1. Pasien mendapat terapi Aspar-K® mulai tanggal 29 September 2007, sebaiknya terlebih dulu
cek kadar kalium pasien pada tanggal tersebut.
Recommendation 1. Kadar albumin pasien rendah, berikan makanan yang mengandung banyak albumin seperti
telur, susu atau daging. 2. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
64
Tabel XXIX. Kajian DRPs Kasus 12 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 12. No. RM 01.06.65.37 (08/05/07-19/05/07) Subjective Wanita/69 tahun, DU : DM2NO dengan hipoglikemia. DL : hipertensi. KU : lemas. HMRS pasien mengeluh lemas, keringat dingin, gelisah, BAB cair ± 5x/hari sejak 3 hari yll. RPD : hipertensi ± 5 tahun. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
( Mei 2007) Nilai normal 08 09 10 11 12 14 15 16 18 19
BUN 23,7 33,2 7,0-20,0 mg/dL Creatinin 1,95 2,39 0,7-1,50 mg/dL
Uric 8,8 2,5-8,5 mg/dL Chol 208 0-200 mg/dL GDR 40 97 192 321 264 154 105 105 80-140 mg/dL
GD2jpp 184
TD 210/ 100
140/ 80
170/ 80
150/ 80
160/ 70
170/ 80
130/ 70
150/ 70
130/ 70
120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit RR : 20x/menit Suhu : 36,3 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (Mei 2007)
08 09 10 11 12 14 15 16 18 19 Diit DM 1700 kal √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Inf. D10% 16 tpm √ √ √ √ Irbesartan 1x300 mg √ New Diatabs® (attapulgite) 3x2 √ √
Valsartan 1x80 mg √ √ √ √ √ √ √ √ √ HCT 12,5 mg ½-½-0 √ √ √ √ √ √ √ √ √ Inf. Martos 16 tpm √ √ √ √ √ Simvastatin 10 mg 0-0-1 √ √ √ √ √ Amlodipin 1x10 mg √ √ √ √ √ Aspilet® (aspirin) 1x80 mg √ √ √ √
Mecola® (ALA) 3x1 √ √ √ √
RI (regular insulin) √ √ √ √ √ Inj. ceftriaxon 1 g/12 jam √ √ Glurenom® (glikuidon) 1-0-0 √
Assessment Recommendation 1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
65
Tabel XXX. Kajian DRPs Kasus 13 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 13. No. RM 01.31.73.94 (02/10/07-20/10/07) Subjective Laki-laki/52 tahun, kelas 1. DU : DM2NO DL : ulkus DM pedis dextra, hipertensi. KU : luka pada kaki kanan tidak sembuh-sembuh. ± 1 minggu yll pasien mengaku dilakukan amputasi pada jari kaki kanan setelah sebelumnya tertusuk paku pines. Setelah diamputasi, jari kakinya tidak pernah kering, bau dan berlubang makin besar. RPD : DM sejak 4 tahun yll, rutin minum obat tetapi tidak pernah kontrol. Keadaan pulang : membaik. Objective
Tgl Parameter Tgl Parameter Tgl Parameter
02
Alb : 1,71 BUN : 21,5 Na : 120 Cl : 96 GDR : 123 TD : 150/90
08 Na : 125 TD : 180/90
16
Alb : 1,76 BUN : 25,2 Na : 133 GDR : 178 TD : 108/60 09
Alb : 1,2 BUN : 50,3 Na : 131 GDR : 164 TD : 130/70 18
GDR : 136 TD : 110/60
03 Alb : 1,9 TD : 150/90
10 GDR : 137 TD : 130/60
Nadi : 100x/menit RR : 22x/menit Suhu : 36,7˚C 04
GDR : 286 GD2jpp : 342
11 Na : 132 GDR : 185 TD : 130/70 05
Na : 126 GDR : 333 GD2jpp : 332 13 TD : 100/60
Penatalaksanaan Diit Dm 1700 kal (02-27/10/07) Inf. NaCl 0,9% (03-16/10/07) Inf. Ringer Laktat (02-10/10/07) RI (02-03&08/10/07) Inj. altofen® (ketoprofen) 1 A (02/10/07) Aspilet® (aspirin) 1x160 mg (02-21/10/07) Valsartan 1x80 mg (03-08/10/07) Inj. metronidazole 500 mg/8 jam (19-20/10/07) Metronidazole 3x500 mg (03/10/07) Tablet garam 3x500 mg (04-08/10/07)
Insulatard 0-0-12 (04-18/10/07) Pentoxifilin 3x1 tab (06-20/10/07) Adalat oros® (nifedipin) 1x30 mg (08/10/07) Inj. omeprazole 1g/24 jam (04-09/10/07) Parasetamol 3x1 tab (04/10/07) Inf. Albumin (03-20/10/07) Inj. meropenem 1g/12 jam (09-11/10/07) Inj. clindamycin 2x300 mg (09-10/10/07) Inj. fosfomycin 1g/ 12 jam (12-17/10/07) Inj. cefixim 2x100 mg (18/10/07)
Assessment 1. Pasien tidak mempunyai keluhan GI tetapi mendapatkan terapi omeprazole. Hal ini
dikarenakan pemberian aspirin dapat mengakibatkan ulcer GI (6-31%) (DIH). Pemberian ketoprofen juga dapat menyebabkan dispepsia (11%) (DIH).
Recommendation 1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
66
Tabel XXXI. Kajian DRPs Kasus 14 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 14. No. RM 00.31.48.19 (03/04/07-07/04/07) Subjective Laki-laki/77 tahun, DU : DM2NO dengan hipoglikemia. DL : hipertensi stage II, HHD kompensata. KU : keringat dingin. HMRS (jm20.00) pasien menyuntikkan insulatard 8 U, sebelumnya sudah makan (jam 19.30). Jam 23.00 pasien mengeluh keringat dingin, lemas, dan masih dapat diajak bicara, oleh keluarga diberi teh manis. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(April 2007) Nilai normal 03 04 05 06 07
HbA1C 6,4 4,5-6,3 % GDR 35 171 249 80-140 mg/dL
GD2jpp 419 258 TD 170/100 170/90 160/90 130/80 120/80 mmHg
Nadi : 96x/menit RR : 20x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (April 2007) 03 04 05 06
Diit DM 1700 kal √ √ √ √ Inf. D5% 20 tpm √ Inf. D10% 20 tpm √ Inf. NaCl 0,9% √ √ Noperten® (lisinopril) 1x10 mg √ √ √ √
Diovan® (valsartan) 1x160 mg √ √ √
Inj. actracid novolet 3x10 U √ Mecola® (ALA) 2x1 tab √
Inj. methycobal® (mecobalamin) 1 A/24 jam √
Assessment 1. Dosis methycobal amp seminggu 3x1 amp (MIMS).
DRPs : dosis terlalu besar. Recommendation 1. Dosis Methycobal® bisa diturunkan menjadi 1 A/48 jam atau diganti dengan Methycobal®
kapsul 500 mcg 3x1/hari (MIMS). 2. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
67
Tabel XXXII. Kajian DRPs Kasus 15 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 15. No. RM 01.29.86.98 (29/05/07-06/06/07) Subjective Wanita/41 tahun, DU : DM2NO. DL : hipertensi. KU : tidak sadar. Pasien lupa tidak suntik insulin selama 2 hari karena menunggu suami mondok, HMRS pasien tiba-tiba keringat dingin, pusing, pingsan. Keadaan pulang : membaik, pulang paksa. Objective
Parameter Tanggal
(Mei-Juni 2007) Nilai normal 29 30 31 01 02 04 05 06
Creatinin 0,52 0,7-1,50 mg/dL Na 131 137-145 mmol/L
GDR 632 222 243 80-140 mg/dL GD2jpp 274 273
TD 150/ 100
140/ 80
130/ 80
130/ 80
130/ 90
100/ 70
110/ 70
110/ 70
120/80 mmHg
Nadi : 96x/menit RR : 32x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (Mei-Juni 2007)
29 30 31 01 02 04 05 06 Diit DM 1900 kal √ √ Inf. NaCl 0,9% √ √ √ √ √ Drip insulin √ √ Valsartan 1x80 mg √ √ √ √ √ √ √ √ Neurobion 1x1 √ √ RI (regular insulin) √ √ √ √ √ √ √ Insulatard 10 U √ √ √ √ √ √ Mecola® (ALA) 3x500 mg √ √
Aspilet® (aspirin) 2x80 mg √ √
Ranitidin 2x150 mg √ √
Assessment Recommendation 1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
68
Tabel XXXIII. Kajian DRPs Kasus 16 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 16. No. RM 01.31.02.01 (21/08/07-27/08/07) Subjective Laki-laki/59 tahun, DU : DM2NO. DL : CKD AV ec. susp. ND, hipertensi, CHF cf. II-III ec. HHD/IHD. KU : lemas. Satu BSMRS pasien mengeluh sesak nafas. RPD : sakit jantung sejak 5 tahun yll. Keadaan pulang : belum sembuh, pulang paksa. Objective
Parameter Tanggal
(Agustus 2007) Nilai normal 21 22 23 24 25 26
Alb 2,34 3,5-5,0 g/dL BUN 100 7,0-20,0 mg/dL
Creatinin 5,88 0,7-1,5 mg/dL K 5,5 3,5-5,10 mmol/L
HbA1C 10 4,5-6,3 % GDR 357 285 80-140 mg/dL
TD 180/120 180/120 160/95 160/95 180/90 170/85 120/80 mmHg
Nadi : 94x/menit RR : 20x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (Agustus 2007)
21 22 23 24 25 Diit RPRGRK DM 1700 kal + EPT √ √ √ √ √ Inf. NaCl 0,9% √ Valsartan 1x80 mg √ √ √ √ Valsartan 1x160 mg √ Inj. Lasix® (furosemid) 1 A/12 jam √
Inj. Lasix® 1 A/8 jam √ √ √ √
CaCO3 3x1 √ √ √ √ √ Asam folat 3x1 √ √ √ √ √ HCT 12,5 mg 1-1-0 √ RI (regular insulin) √ Noperten
® (lisinopril) 1x10 mg √ √ √ √
Assessment 1. Pasien mendapatkan terapi valsartan (gol. ARBs) dan Noperten® (gol. ACEI) bersamaan
sehingga dapat meningkatkan risiko hiperkalemia (DIH). DRPs : ADR.
2. Penggunaan valsartan dapat meningkatkan kenaikan kreatinin hingga 50% dan sebaiknya dihindari untuk pasien dengan CHF (DIH). DRPs : ADR.
Recommendation 1. Sebaiknya hentikan penggunaan valsartan. 2. Pantau kadar kalium pasien agar tetap berada dalam range normal. 3. Berikan pasien makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging
untuk meningkatkan kadar albumin pasien. 4. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
69
Tabel XXXIV. Kajian DRPs Kasus 17 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 17. No. RM 01.32.28.39 (11/11/07-15/11/07) Subjective Wanita/78 tahun, DU : DM2NO dengan hipoglikemia. DL : hipertensi, SIRS. KU : lemas. HMRS jam 05.00 pasien mengeluh lemas, pusing, terasa berputar, muntah dengan isi makanan, pelo, makan hanya 2-3 sdm. RPD : DM sejak 4 tahun yll. Objective
Parameter Tanggal
(November 2007) Nilai normal 11 12 13 14 15
BUN 0,7 7,0-20,0 mg/dL Creatinin 0,56 0,7-1,5 mg/dL
Na 134 137-145 mmol.L K 2,69 2,76 3,5-5,10 mmol/L
HbA1C 4,0 4,5-6,3 % GDR 23 160 159 80-140 mg/dL
GD2jpp 165 TD 180/100 170/90 170/80 120/80 mmHg
Nadi : 95x/menit RR : 22x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (November 2007)
11 12 13 14 15 Diit DM 1900 kal RG √ √ √ √ √ Inf. D10% 20 tpm √ √ √ Inf. NaCl 0,9% √ √ O2 3 lpm √ √ √ √ √ Inj. ceftriaxon 1g/12 jam √ √ √ √ Valsartan 1x160 mg √ Inj. citikolin 2x250 mg √ √ √ √ Aspar K 3x1 √ HCT 25 mg ½-0-0 √ HCT 1x25 mg √ √ √ √ RI (regular insulin) √ Captopril 2x25 mg √ √ √ √ Nifedipin 3x10 mg √ √ √ KCL powder 3x500 mg √ √
Assessment
Recommendation 1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
70
Tabel XXXV. Kajian DRPs Kasus 18 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 18. No. RM 01.28.97.56 (07/12/07-15/12/07) Subjective Wanita/56 tahun, DU : DM2NO dengan hipertensi. DL : ulkus DM pedis dextra, hipertensi stage I, sepsis. KU : lemas. Dua HSMRS pasien mengeluh lemas, nafsu makan dan minum menurun, luka di kaki kanan kadang-kadang nyeri. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(Desember 2007) Nilai normal 07 08 09 10 11 12 13 & 14 15
Alb 3,4 3,5-5,0 g/dL K 3,22 3,5-5,10 mmol/L Cl 90 98-107 mmol/L
HbA1C 15 4,5-6,3 % GDR 482 257 435 383 247 140 147 80-140 mg/dL
GD2jpp 397 427 440 177
TD 95/65 90/60 130/60 150/70 130/70 120/80 120/80 mmHg
Nadi : 104x/menit RR : 24x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (Desember 2007)
07 08 10 11 12 13 14 15 Diit DM 1900 kal √ √ √ √ √ √ √ √ Inf. martos lini √ √ O2 3 lpm √ √ √ √ √ √ √ Drip insulin √ √ Inj. metronidazole 500 mg/ 8 jam √ √ Inj. ciprofloxacin 200 mg/12 jam √ √ √ √ √ √ √ √ Valsartan 1x80 mg √ Parasetamol (k/p) √ Aspilet
® (aspirin) 2x80 mg √ √ √ √ √
RI (regular insulin) √ √ √ √ √ √ √ Drip kalium √ Clindamycin 2x100 mg √ √ √ √ √ √ Inj. ranitidin 1 A/12 jam √ √ √ √ √ √ Aspar K® 1x1 √ √ √
Inf. NaCl 0,9% √ √ √ √ √ √
Assessment 1. Pasien tidak mempunyai keluhan ulcer GI tetapi medapatkan terapi inj. ranitidin. Hal ini
disebabkan karena pemberian aspirin dapat menyebabkan terjadinya ulcer GI (6-31%) (DIH). Recommendation 1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
71
Tabel XXXVI. Kajian DRPs Kasus 19 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 19. No. RM 01.27.76.75 (23/04/07-01/05/07) Subjective Laki-laki/63 tahun, kelas 3. DU : DM2NO dengan hipoglikemia. DL : CHF cf. III ec. HD/ND, hipertensi stage II. KU : sesak nafas. HMRS pasien mengeluh sesak nafas yang makin berat, kaki bengkak. RPD : DM sejak 1 tahun yll. Objective
Parameter Tanggal
(April-Mei 2007) Nilai normal 23 24 25 26 27 28 29 30 01
Alb 3,11 2,38 3,5-5,0 g/dL Creatinin 1,7 1,56 1,53 0,7-1,5 mg/dL
Uric 9,2 9,2 7,1 2,5-8,5 mg/dL BUN 28,5 28,9 7,0-20,0 mg/dL TP 5,99 6,3-8,2 g/dL Na 147 137-145 mmol/L
HDL 61,9 35-85 mg/dL HbA1C 6,4 4,5-6,3 % GDR 41 11 18 155 191 92 80-140 mg/dL
TD 160/ 90
130/ 70
140/ 90
130/ 60
140/ 60
130/ 50
130/ 60
120/80 mmHg
Nadi : 112x/menit RR : 28x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (April-Mei 2007)
23 24 25 26 27 28 30 01 Diit DM 1900 kal √ √ √ √ Inf. D10% mikrolini 24 tpm √ √ √ √ √ √ √ Inf. D5% mikrolini 20 tpm √ O2 3 lpm √ √ √ √ √ √ √ √ Inj. Lasix® (furosemid) 1 A/12 jam √ √ √ √ √ √ √ √
Irbesartan 1x300 mg √ √ √ √ √ √ √ Valsartan 1x80 mg √ Allopurinol 1x100 mg √ √ √ √ √ √ √ √ Inj. dextrose 40 g 2 fl. √ √ √ Diit TKTP √ √ √ √
Assessment
Recommendation 1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien. 2. Berikan pasien makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging
untuk meningkatkan kadar albumin.
72
Tabel XXXVII. Kajian DRPs Kasus 20 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 20. No. RM 01.24.94.80 (23/04/07-05/05/07) Subjective Laki-laki/56 tahun, kelas 3. DU : DM2NO dengan hiperglikemia. DL : hipertensi, sepsis. KU : panas. Dua HSMRS pasien mengeluh panas tinggi, mual, nyeri bengkak karena luka. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(April-Mei 2007) Nilai normal
23 24 25 26 27 28 01 02 03 04 Alb 2,49 3,5-5,0 g/dL TP 6,07 6,3-8,2 g/dL
Creatinin 1,88 0,7-1,5 mg/dL HDL 24,3 35-85 mg/dL Na 133 137-145 mmol/L K 4,35 3,5-5,1 mmol/L
HbA1C 9,3 4,5-6,3 % GDR 290 136 233 172 152 80-140 mg/dL
GD2jpp 178 241 311
TD 140/ 90
140/ 80
150/ 90
160/ 90
160/ 90
165/ 100
165/ 85
160/ 90
160/ 100
150/ 90
120/80 mmHg
Nadi : 110x/menit RR : 28x/menit Suhu : 39,1 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (April-Mei 2007)
23 24 25 26 27 28 30 01 02 03 Diit DM 1900 kal √ √ √ √ √ √ √ √ √ Inf. NaCl 0,9% √ √ √ √ √ √ √ √ √ Drip insulin √ Inj. ceftriaxon 1g/12 jam √ √ Inj. metronidazole 500 mg/8 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sistenol® (parasetamol) k/p √ √ √ √ √ √
Inj. ranitidin 1 A/12 jam √ √ √ √ √ √ √ √ Captopril 2x12,5 mg √ √ √ √ √ √ √ √ √ Aspilet
® (aspirin) 1x80 mg √ √ √ √ √ √ √ √ √
RI(regular insulin) √ √ √ √ √ √ √ √ Inj. ciprofloxacin 400 mg/12 jam √ √ √ √ √ √ Pentoxifilin 2x100 mg √ √ √ √ √ √ √ HCT 1-0-0 √ √ √ √ √ Valsartan 1x80 mg √ √ √ √ √ Inj. cefotaxim 1g/ 8 jam √ √ Amdixal
® (amlodipin) 1x5 mg √ √
Assessment 1. Pemberian valsartan (gol. ARBs) dan captopril (gol. ACEI) dapat meningkatkan risiko
hiperkalemia. DRPs : ADR.
Recommendation 1. Pantau kadar kalium pasien, sebaiknya pemberian valsartan tidak bersamaan dengan captopril. 2. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien. 3. Berikan pasien makanan yang mengandung banyak albumin untuk meningkatkan kadar
albumin pasien seperti telur, susu atau daging.
73
Tabel XXXVIII. Kajian DRPs Kasus 21 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008 Kasus 21. No. RM 01.10.83.97 (28/10/07-05/11/07)
Subjective Wanita/48tahn, DU : DM2O. DL : hipertensi, ulkus DM regro Cruris, CKD stage IV ec. ND. KU : lemas. Empat HSMRS pasien mual, muntah, lemas, nafsu makan turun. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(Oktober-November 2007) Nilai normal
28 29 30 31 01 02 03 05 Alb 1,65 2,02 3,5-5,0 g/dL TP 5,10 5,69 6,3-8,2 g/dL TG 315 0-200 mg/dL
HbA1C 7,4 4,5-6,3 % BUN 50,5 7-20 mg/dL
Creatinin 2,84 0,7-1,5 mg/dL GDR 213 80-140 mg/dL TD 130/
80 120/ 80
150/ 90
160/ 100
190/ 100
160/ 90
180/ 100
160/ 90
120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit RR : 20x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (Oktober-November 2007)
28 29 30 31 01 02 03 05 Diit DM 1900 kal RPRGRK √ √ √ √ √ √ √ √ Inf. NaCl 0,9% √ √ √ √ √ CaCO3 3x1 √ √ √ √ √ √ √ √ Asam folat 3x1 √ √ √ √ √ √ √ √ Valsartan 1x80 mg √ √ √ √ √ √ √ √ RI (regular insulin) √ √ √ √ √ √ √ √ Transfusi albumin √ √ √ √ √ √ √ √ Inj. ceftriaxon 1g/12 jam √ √ √ √ √ √ Inj. Lasix® (furosemid) 1-0-0 √ √ √ √
Assessment 1. Hati-hati terhadap penggunaan CaCO3 (kalsium karbonat) kepada pasien yang mempunyai
insufisiensi ginjal (MIMS). DRPs : obat tidak efektif.
2. Pemberian valsartan perlu lebih diperhatikan karena dapat menyebabkan kenaikan kreatinin >50% (4%) (DIH). DRPs : ADR.
Recommendation 1. Sebaiknya hentikan penggunaan CaCO3 karena dapat memperburuk ginjal pasien. 2. Sebaiknya hentikan penggunaan valsartan. 3. Berikan pasien makanan yang banyak mengandung albumin seperti telur, susu, atau daging
untuk meningkatkan kadar albumin.
74
Tabel XXXIX. Kajian DRPs Kasus 22 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008 Kasus 22. No. RM 01.28.72.67 (30/04/07-12/05/07)
Subjective Laki-laki/54 tahun, DU : DM2NO dengan hipoglikemia. DL : ulkus DM pedis dextra, hipertensi, CHF cf III ec. susp. IHD/HHD. KU : tidak sadar. Pada HMRS pagi pasien minum glibenkamid 1 tab, makan sedikit, jam18.30 tiba-tiba pasien lemas, keringat dingin, oleh keluarga diberi teh manis, keluhan membaik. Jam 19.30 pasien ditemukan tidak sadar. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(April-Mei 2007) Nilai normal 30 02 03 04 05 07 09 10 11
Alb 2,50 1,86 2,12 3,25 3,5-5,0 g/dL Na 149 137-145 mmol/dL Cl 109 98-107 mmol/dL
GDR 31 177 163 122 259 80-140 mg/dL GD2jpp 186 258
TD 160/ 100
150/ 90
140/ 90
130/ 90
140/ 90
130/ 80
130/ 80
130/ 70
130/ 90
120/80 mmHg
Nadi : 100x/menit RR : 28x/menit Suhu : 36,3 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (April-Mei 2007)
30 01 02 03 04 05 07 08 09 10 11 12 Diit DM 1700 kal √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Inf. D10% lini √ Inj. ciprofloxacin 400mg/12 jam √ √ √ √ √ Clindamycin 4x300 mg √ √ √ √ √
Inj. Lasix®
1A/12 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √
Lasix®
(furosemid) tab 1-0-0 √ √ √
Valsartan 1x80 mg √ √ √ √ √ Valsartan 1x160 mg √ √ √ √ √ √ √ KSR 1x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ O2 3 lpm √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Inj. metronidazol 500mg/8 jam √ √ √ √ √ √ √ √ Ambroxol 3x1 √ √ √ √ RI (regular insulin) √ √ √ √ √ √ Inf. NaCl 0,9% lini √ √ √ √ √ √ Inj. meropenem 1g/12 jam √ √ √ √ √ Ampicilin 4x500 mg √
Assessment 1. Pasien mendapat terapi ambroxol dapat dikarenakan untuk mengatasi efek samping dari
pemberian metronidazol yang dapat menyebabkan nasal congestion (DIH). Selain itu, pemberian Lasix
® (furosemid) juga dapat menimbulkan batuk (3%) (DIH).
Recommendation 1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
75
Tabel XL. Kajian DRPs Kasus 23 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008 Kasus 23. No. RM 01.24.94.38 (08/05/07-12/05/07)
Subjective Wanita/67 tahun, DU : DM2NO riwayat hipoglikemia. DL : hipertensi stage 2, susp. ISK. KU : tidak sadar. Pada HMRS pasien tidak sadar, keringat dingin, tidak makan dan hanya minum, mengkonsumsi glibenkamid. RPD : kolesterol tinggi, stroke tahun 2006. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(Mei 2007) Nilai normal 08 09 10 11 12
TP 8,79 6,3-8,2 g/dL GDR 31 177 245 80-140 mg/dL TD 160/100 170/100 180/100 160/100 200/100 120/80 mmHg
Nadi : 90x/menit RR : 16x/menit Suhu : 36,4 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (Mei 2007)
08 09 10 11 12 Diit DM 1900 kal √ √ √ √ √ Inf. D10% 16 tpm √ √ Valsartan 1x80 mg √ √ √ Valsartan 1x160 mg √ √ HCT 25 mg 1-0-0 √ HCT 25 mg ½-½-0 √ HCT 25 mg 1-1-0 √ √ Inj. ceftriaxon 1g/12 jam √
Assessment Recommendation 1. Pantau kadar glukosa darah tekanan darah pasien.
76
Tabel XLI. Kajian DRPs Kasus 24 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 24. No. RM 00.89.52.39 (28/10/07-03/11/07) Subjective Laki-laki/53 tahun,kelas 3. DU : DM2NO dengan hiperglikemia. DL : hepatitis B, hipertensi stage I. KU : demam. HMRS pasien merasa demam, pusing, mulut terasa pahit, nafsu makan dan minum turun. RPD : hipertensi sejak 5 tahun yll. Keadaan pulang : belum sembuh. Objective
Parameter Tanggal
(Oktober-November 2007) Nilai normal 28 29 31 01 02
TP 5,22 6,3-8,2 g/dL Alb 2,17 3,5-5 g/dL
GOT 87,8 15-46 u/L GPT 101,1 13-69 u/L BUN 27,8 7-20 mg/dL GDR 320 80-140
mg/dL TD 140/90 140/90 130/90 130/90 140/90 120/80
mmHg Suhu 38 38,1 38 36,8 37˚C
Nadi : 110x/menit RR : 20x/menit Suhu : 38 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (Oktober-November 2007)
28 29 30 31 01 02 03 Diit TKTP lunak RG √ √ Diit DM 1900 kal + EPT √ √ √ √ √ Inf. NaCl 0,9% 20 tpm √ √ √ √ √ √ √ Inj. Ciprofloxacin 200 mg/12 jam √ √ √ √ √ √ √ Sistenol
® (parasetamol) tab 3x1 √ √
Inj. Metoclopramid 1 A/8 jam k/p √ √ √ √ Captopril 12,5 mg 3x1 √ √ √ √ √ √ √ RI (regular insulin) √ √ √ √ √ √ √ Radin® (ranitidin) 1 A/12 jam √ √ √
Assessment 1. Perhatikan pemberian captopril karena dapat menyebabkan peningkatan kadar transaminase
(DIH). DRPs : ADR.
Recommendation 1. Pantau kadar GOT dan GPT pasien. Berikan curcuma 1-2 tab 3xsehari (MIMS). 2. Berikan pasien makanan yang banyak mengandung albumin seperti telur, susu, atau daging
untuk meningkatkan kadar albumin. 3. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien. 4. Berikan makanan yang banyak mengandung albumin seperti telur, susu atau daging untuk
meningkatkan kadar albumin.
77
Tabel XLII. Kajian DRPs Kasus 25 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 25. No. RM 01.32.52.28 (23/11/07-03/12/07) Subjective Wanita/52 tahun, kelas 2. DU : DM2NO dengan hipertensi. DL : ulkus DM pedis dextra, hipertensi stage I, SIRS. KU : luka di telapak kaki kanan sejak 2 MSMRS. Tiga HSMRS luka tidak sembuh-sembuh, nanah, nyeri, batuk berdahak, sesak nafas, nafsu makan dan minum turun. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(November-Desember 2007) Nilai normal 23 24 26 27 28 29 30 01 02
Alb 3,35 3,5-5 g/dL Na 124,5 135-145 mmol/L Cl 88,4 98-107 mmol/L
HbA1C 16,6 4,5-6,3 % GDR 538 302 290 174 196 137 250 80-140 mg/dL
GD2jpp 248 TD 140/
90 160/ 95
140/ 90
130/ 70
150/ 90
130/ 90
140/ 100
150/ 100
140/ 70
120/80 mmHg
Nadi : 92x/menit RR : 22x/menit Suhu : 36,9 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (November- Desember 2007)
23 24 26 27 28 29 30 01 03 Diit DM 1700 kal √ √ √ √ √ √ √ √ √ Inf. NaCl 0,9% √ √ √ √ √ √ √ √ √ Drip insulin √ √ √ √ √ √ √ Inj. ceftriaxon 1g/12 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ Valsartan 1x80 mg √ Inj. metronidazol 500 mg/8 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ Aspilet® (aspirin) 2x80 mg √ √ √ √ √ √ √ √
Codein 2x 10 mg √ √ √ √ √ √ √ Insulatard 10 U bedtime √ √ √ √ RI (regular insulin) √ √
Assessment 1. Pasien mengeluh mengalami sesak nafas tetapi tidak diberikan terapi apapun.
DRPs : butuh obat. 2. Pasien hanya mendapat terapi antihipertensi pada hari pertama pasien masuk rumah sakit.
DRPs : butuh obat.
Recommendation 1. Berikan terapi O2 3 lpm untuk membantu mensuplai O2 pada pasien. 2. Lanjutkan pemberian valsartan 1x80 mg untuk menurunkan tekanan darah pasien. 3. Berikan pasien makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging
untuk meningkatkan kadar albumin pasien.
78
Tabel XLIII. Kajian DRPs Kasus 26 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 26. No. RM 01.21.99.34 (28/09/07-06/10/07) Subjective Laki-laki/65 tahun, kelas 3. DU : DM2NO dengan hipertensi. DL : sepsis, hipertensi stage II, ulkus DM cruris sinistra. KU : lemas. Lima HSMRS pasien terjatuh ketika turun dari kereta api dan luka di kaki kiri, pasien tidak periksa dan diobati sendiri. Tiga HSMRS pasien merasa lemas, demam tinggi, nafsu makan dan minum turun. RPD : asma, operasi katarak Juni 2007. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(September-Oktober 2007) Nilai normal 28 29 01 02 03 04 05 06
TP 5,73 6,3-8,2 g/dL Alb 2,33 3,5-5 g/dL
BUN 29,4 7-20mg/dL Na 131 135-145 mmol/L K 3,31 3,5-5,1 mmol/dL
HbA1C 6,9 6,8 4,5-6,3 % GDR 339 178 194 135 80-140 mg/dL GDP 107 70-120 mg/dL
GD2jpp 109 TD 160/
60 140/ 80
160/ 80
140/ 70
130/ 70
130/ 70
130/ 70
120/ 70
120/80 mmHg
Suhu 38,7 37 36 36,7 36,5 36,5 36,6 35,8 37ºC
Nadi : 104x/menit RR : 32x/menit
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (September-Oktober 2007)
28 29 01 02 03 04 05 06 Diit DM 1900 kal √ √ √ √ √ √ √ √ Inf. NaCl 0,9% √ √ √ √ √ √ √ √ O2 3 lpm √ √ √ √ √ √ √ √ Drip insulin √ √ √ √ √ √ √ √ Inj. ceftriaxon 1g/12 jam √ √ √ √ √ √ Inj. metronidazol 500 mg/8 jam √ √ √ √ √ √ √ √ Valsartan 1x80 mg √ √ √ √ √ √ √ √ Sistenol® (parasetamol) 3x500 mg √ √ √ √ √ √
Aspilet® (aspirin) 2x80 mg √ √ √ √ √ √
Aspar K® 2x1 √
Inj. ciprofloxacin 200mg/12 jam √ √ √
Assessment Recommendation 1. Berikan makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging untuk
meningkatkan kadar albumin pasien. 2. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
79
Tabel XLIV. Kajian DRPs Kasus 27 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 27. No. RM 01.32.68.94 (07/12/07-21/12/07) Subjective Wanita/66 tahun, DU : DM2NO dengan hiperglikemia. DL : hipertensi stage I, obs. massa paru dektra susp. malignancy. KU : sesak nafas. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(Desember 2007) Nilai normal 07 08 10 11 12 13 14 15 17 20
Alb 3,23 3,5-5 g/dL Creat 0,67 0,7-1,5 mg/dL
Asam urat 2,3 2,5-8,5 mg/dL Na 128,5 135-145 mmol/L Cl 92,5 98-107 mmol/L
HbA1C 9,4 4,5-6,3 % GDR 478 217 114 205 139 34 80-140 mg/dL
GD2jpp 259 142 86 TD 140/
90 130/ 80
100/ 60
120/ 80
130/ 90
130/ 80
120/ 70
130/ 80
140/ 80
110/ 70
120/80 mmHg
Nadi : 120x/menit RR : 26x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (Desember 2007)
07 08 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 Diit DM 1700 kal RG √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Inf. Martos √ √ Inf. NaCl 0,9% 16 tpm √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ O2 3 lpm √ Drip insulin √ √ √ Captopril 2x 25 mg √ √ √ HCT 1-0-0 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ RI (regular insulin) √ √ √ √ √ √ √ √ √ Valsartan 1x80 mg √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Ciprofloxacin 2x 500 mg √ √ √ √ √ √ √ √ √
Assessment Recommendation 1. Berikan pasien makanan yang mengandung albumin seperti telur, susu, atau daging untuk
meningkatkan kadar albuminnya.
80
Tabel XLV. Kajian DRPs Kasus 28 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 28. No. RM 01.30.90.28 (02/08/07-24/08/07) Subjective Laki-laki/43 tahun, DU : DM2NO dengan hiperglikemia. DL : hipertensi stage II, obs. oedem anasarca ec. susp. nefrotik sindrom. KU : bengkak seluruh tubuh. HMRS bengkak tubuh, membesar, BAK 4-5x/hari @ ½-1 gelas, BAB agak sulit, pasien tidur dengan 2 bantal. Keadaan pulang : membaik. Objective
Tgl Parameter Tgl GDR GD2jpp TD Tgl GDR GD2jpp TD
02
Alb : 1,63 BUN : 25,5 Chol : 711 TG : 897 GDR : 659 TD : 155/100
06 259 120/70 18 269 170/100 07 106 160/80 20 276 160/100 08 253 160/100 21 242 206 140/80
09 172 140/90 22 168 135 120/70 10 242 140/80 23 183 130/80
Tgl GDR TD 13 212 160/90 24 240 140/80 03 161 155/100 14 188 160/80 Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit 04 341 150/100 15 392 160/90
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (Agustus 2007)
02 03 04 06 07 09 10 13 14 15 18 20 21 24 Diit RGCP 1900 kal √ √ Diit DM 1700 kal √ √ √ √ √ √ Diit RPRGRK √ √ √ √ √ O2 3 lpm √ √ √ √ √
Inj. Lasix®
1A/8 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
RI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Valsartan 1x160 mg √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Captopril 2x 12,5 mg √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Gemfibroxil 2x300 mg √ Inf. D5% mikro lini √ √ √ Inf. NaCl 0,9% √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Simvastatin 1x20 mg √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Aspilet 2x80 mg √ √ √ √ Inj. ceftazidime 1A/12 jam √ √ √ √ √ √
New Diatabs®
3xII k/p √ √
Adalat oros®
1x30 mg √ √ √
Inpepsa®
syr 3xI √ √ √
Assessment Recommendation 1. Berikan pasien makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging
untuk meningkatkan kadar albumin pasien.
81
Tabel XLVI. Kajian DRPs Kasus 29 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008 Kasus 29. No. RM 01.26.38.37 (08/12/07-17/12/07)
Subjective Wanita/65 tahun, kelas 3. DU : DM2NO dengan hipoglikemia. DL : hipertensi stage II, SIRS. KU : penurunan kesadaran. HMRS pasien mengeluh lemas, nafsu makan tidak ada, pasien minum glibenkamid jam 07.00
± jam 12.00 pasien lemas dan tidak sadarkan diri. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(Desember 2007) Nilai normal 08 10 11 12 13 14 15 17
Alb 3,26 3,5-5 g/dL BUN 5,4 7-20 mg/dL Creat 0,61 0,7-1,5 mg/dL
HbA1C 7 4,5-6,3 % GDR 30 48 175 130 80-140 mg/dL
GD2jpp 87 146 146 GDP 144 70-120 mg/dL TD 170/
100 110/ 70
140/ 90
140/ 70
140/ 70
150/ 90
125/ 70
120/ 80
120/80 mmHg
Nadi : 104x/menit RR : 20x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (Desember 2007)
08 10 11 12 13 14 15 17 Diit DM 2100 kal √ √ √ √ √ √ √ √ Inf. D10% lini √ √ Inf. RL mikrolini √ √ √ √ √ √ Valsartan 1x160 mg √ √ √ √ √ √ √ √ HCT 25 mg 1-0-0 √ √ √ √ √ √ √ √ Inj. ceftriaxon 1gr/12 jam √ Inj. ciprofloxacin 200 mg/12 jam √ √ √ √ √ √ Inj. metronidazol 500 mg/8 jam √ √ √ √ √ √ √ Inj. ceftazidime 1gr/8 jam √ √
Assessment Recommendation 1. Berikan pasien makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging
untuk mengingkatkan kadar albumin pasien.
82
Tabel XLVII. Kajian DRPs Kasus 30 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 30. No. RM 01.14.30.65 (06/04/07-10/04/07) Subjective Laki-laki/68 tahun, DU : DM2NO dengan hipoglikemia. DL : hipertensi stage II, HHD kompensata. KU : tidak sadar. Delapan JSMRS pasien tiba-tiba mengeluh keringat dingin, lemas, sulit diajak komunikasi (sebelumnya pasien minum glibenkamid 1 tab pada jam 03.00 karna niat puasa), pasien diberi teh manis, lalu membaik. Satu JSMRS pasien kembali mengeluh keringat dingin diikuti tidak sadar. RPD : stroke tahun 1998. Keadaan pulang : membaik, APS. Objective
Parameter Tanggal
(April 2007) Nilai normal 06 07 08 09 10
Creat 2,01 0,7-1,5 mg/dL GDR 25 92 206 139 187 80-140 mg/dL
GD2jpp 132 TD 170/80 160/80 130/70 120/80 mmHg
Nadi : 68x/menit RR : 20x/menit Suhu : 36,7 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (April
2007) 06 09 10
Diit DM 1900 kal √ √ √ Inf. D10% 20 tpm √ Inf. NaCl 0,9% √ √ Noperten® (lisinopril) 1x10 mg √ √ √
Assessment
Recommendation 1. Pantau kadar glukosa dan tekanan darah pasien.
83
Tabel XLVIII. Kajian DRPs Kasus 31 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 31. No. RM 01.31.42.59 (09/09/07-15/09/07) Subjective Wanita/54 tahun, DU : DM2NO dengan hiperglikemia. DL : hipertensi stage II, RF ec. susp. ND, dispepsia. KU : mual dan muntah. Satu HSMRS pasien mengeluh mual dan muntah, tidur flat, BAK menurun, nafsu makan menurun. RPD : DM sejak 4 tahun yll, hipertensi baru diketahui sekarang. Keadaan pulang : membaik. Objective
Parameter Tanggal
(September 2007) Nilai normal 09 10 11 12 13 14 15
TP 4,72 6,3-8,2 g/dL Alb 1,53 3,5-5,0 g/dL
Creat 2,32 2,65 0,7-1,5 mg/dL Cl 109 98-107 mmol/L
HbA1C 8,8 4,5-6,3 % Chol 519 0-200 mg/dL GDR 282 240 222 148 162 216 80-140 mg/dL
GD2jpp 249 170 226 TD 210/130 200/120 210/110 190/95 170/110 150/80 130/80 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit RR : 20x/menit Suhu : 37 ºC
Penatalaksanaan
Nama Obat Tanggal (September 2007)
09 10 11 12 13 14 15 Diit RPRGRK 1500 kal √ √ √ √ √ √ √ Inf. NaCl 0,9% √ √ √ √ √ √ √ O2 3 lpm √ √ √ √ √ RI (regular insulin) √ √ √ √ √ √ √ Inj. metoclopramide 1A/8 jam √ √ √ √ √ √ √ Valsartan 1x160 mg √ √ √ √ √ √ √ HCT 1-0-0 √ √ √ √ √ √ √ Inj. ranitidin 1A/12 jam √ √ √ √ √ √ √ Amdixal® (amlodipin) 1x10 mg √ √ √ √ √ √ Simvastatin 1x20 mg √ √ √ √ Metformin 3x500 mg √ √
Assessment 1. Pemberian valsartan dapat meningkatkan kadar kreatinin >50% (DIH).
DRPs : ADR. 2. Penggunaan metformin kontraindikasi dengan pasien wanita dengan kadar kreatinin ≥1,4
mg/dL (DIH). DRPs : obat tidak efektif.
Recommendation 1. Sebaiknya penggunaan valsartan dihentikan, cukup gunakan amlodipin. 2. Sebaiknya penggunaan metformin diganti dengan Amaryl® (glimepiride) 1x8mg per hari. 3. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
84
Tabel XLIX. Kajian DRPs Kasus 32 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008
Kasus 32. No. RM 01.33.76.23 (16/12/07-07/01/08) Subjective Wanita/45 tahun, DU : DM2NO. DL : ulkus pedis dextra, hipertensi stage II, sepsis. KU : penurunan kesadaran dan kejang. Sepuluh JSMRS pasien mengalami penurunan kesadaran, bicara kacau, kejang ± 3x, 5 menit tiap kejang, banyak makan dan minum, BAK ↑ tapi BB ↓. Keadaan pulang : membaik. Objective
Tgl Parameter Tgl Parameter Tgl Parameter Tgl Parameter
16 BUN : 35,7 GDR : 581 TD : 170/90
21 GDR : 212 TD : 160/90
26 GDR : 250 TD : 130/80
02 GDR : 70 TD : 110/90
22 Na : 132 GDR : 104 TD : 160/90
27 K : 2,23 GDR : 67 TD : 150/90
03 TD : 160/90
17
Na : 146 K : 2,03 Cl : 117,9 GDR : 194 TD : 170/90
04 GDR : 115 TD : 160/90
23 GDR : 79 TD : 150/90 28
GDR : 253 TD : 135/90
05 TD : 170/90 Nadi : 90x/menit RR : 16x/menit Suhu : 37 ºC 24
GDR : 291 TD : 150/90
30 TD : 160/90
18 GDR : 139 TD : 180/90 31
GDR : 145 TD : 170/100
25 Na : 131 GDR : 112 TD : 130/80 20
GDR : 164 170/90
01 GDR : 83 TD : 160/90
Penatalaksanaan Diit DM 1900 kal (16/12/07-07/01/08) O2 3 lpm (16/12/07-07/01/08) Inf. ½ NS (16-18/12/07) Drip insulin (16-17/12/07)
Aspilet®
1x160 mg (16/12/07-07/01/08) Captopril 3x25 mg (16/12/07-07/01/08) Inj. ranitidin 1A/12 jam (16/12/07) Inj. ceftriaxon 1gr/12 jam (17/12/07-20/12/07)
Inj. metronidazole 500 mg/8 jam (17/12/07-07/01/08) Inf. NaCl 0,9% (19/12/07-01/01/08) Inj. ceftazidime 1gr/8 jam (22/12/07-03/01/08) Insulatard 0-0-10 (19/12/07-07/01/08) RI (16/12/07-07/01/08) KCl 3x500 mg (24-29/12/07) KSR 1x1 (27/12/07-01/01/08)
Assessment
Recommendation 1. Pantau tekanan darah pasien. 2. Pantau kadar glukosa darah pasien.
85
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito
Yogyakarta Periode tahun 2008” ini memiliki nama
lengkap Antonia Vita Herlinawati. Penulis dilahirkan di
Yogyakarta 15 Juni 1987 dari pasangan drs. Dominikus
Suciwanta Wahyu Widodo dan Maria Goretti Sukasmiyati
sebagai putri kedua dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu tahun 1992-1993 di TK
Kanisius Demangan Baru Yogyakarta, tahun 1993-1999 di SD Kanisius Demangan
Baru Yogyakarta, tahun 1999-2002 di SLTP N 1 Yogyakarta, tahun 2002-2005 di
SMU Bopkri 2 Yogyakarta. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menjadi
mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan antara lain tergabung dalam
anggota UKF Tari Modern tahun 2005-2006, anggota komisi Advokasi BPMF
(Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas) Farmasi tahun 2006-2007, Inisiasi Fakultas
Farmasi (TITRASI) 2006, Pelepasan Wisuda 2007, Pharmacy Perfomance 2007,
Bakti Sosial Pengobatan Gratis tahun 2007, anggota tim edukasi Swamedikasi Diare
tahun 2008, dan panitia relaunching Apotek Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2008.