1
EVALUASI HASIL TERAPI SENSORI INTEGRASI (SENSORY
INTEGRATION) BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI YAYASAN
MIFTAHUL QULUB CIPONDOH KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memproleh Gelar Sarjanan Sosial (S.Sos)
Oleh:
Fitri Komariah
1113054100034
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018
2
3
4
5
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) Jurusan
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian in, telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari saya terbukti bahwa dalam penelitian ini bukan hasil
karya saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain,
maka saya menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Juli 2018
Fitri Komariah
6
ABSTRAK
FITRI KOMARIAH
Evaluasi Program Terapi Sensori Intgrasi (Sensory Integration) Bagi Anak
Tunagrahita Di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Anak tunagrahita dalam berkembang memiliki keterbatasan di beberapa
aspek yaitu perkembangan personal, sosial kognitif, keterampilan berbahasa, serta
motorik dan sensorik yang dapat diamati melalui ketidakmatangan dalam perilaku
sosialnya. Untuk membantu anak tunagrahita dalam melatih perkembangan
personal, terampilan motorik dan sensorik salah satunya yaitu melaui terapi
sensori integrasi. Terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh
membantu anak meningkatkan keterampilan motorik dan sesoriknya terutama
kepada anak tunagrahita dalam bentuk permainan dan kegiatan sehari-hari.
Dengan adanya terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh
diharapkan mampu merubah perkembangan anak tunagrahita.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi hasil dari
terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh dengan
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Jenis dalam penelitian ini
menggunakan jenis penelitian evaluasi. Teknik pengumpulan data penelitian ini
yaitu kumpulan data dari wawancara dan observasiyang diperoleh dari informan;
satu orang ketua yayasan, dua orang terapis, enam orang tua anak tunagrahita,
dan enam orang anak tunagrahita kelas 1 dan kelas 2. Teori yang peneliti gunakan
adalah teori evaluasi hasil dari Isbandi Rukminto.
Hasil tujuan terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub yang
terlihat memiliki perubahan perkembangan kemandirian selama mengikuti terapi
sensori integrasi yaitu anak tunagrahita yang selalu di latih juga oleh orang
tuanya. Sehingga dapat membantu mencapai kesuksesan terapi sensori integrasi
yang dilakukan. Keadaan lingkungan, serta keterlibatan orang tua dalam proses
terapi sangat dibutuhkan, dibandingkan dengan anak tunagrahita yang tidak
memiliki peran orang tua serta lingkungan di dalam proses terapi.
Kata kunci: Terapi Sensori Integrasi, Anak Tunagrahita, Yayasan Miftahul
Qulub Cipondoh Kota Tangerang
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT,
shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW. Atas berkat rahma, karunia, dan ridha Allah SWT penilis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “EVALUASI PROGRAM TERAPI
SENSORI INTEGRASI (SENSORI ITEGRATION) BAGI ANAK
TUNAGRAHITA DI YAYASAN MIFTAHUL QULUB CIPONDOH KOTA
TANGERANG”.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kelemahan
dalam skripsi ini. Namun dengan kerja disertai dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikannya. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Suparto,
Med, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Roudhonah, MA
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Dr. Suhaimi, M.Si selaku
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan
Sosial, Hj. Nunung Khairiyah, MA selaku Sekretaris Program Studi
Kesejahteraan Sosial.
3. Bapak Muhtadi, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah sabar dan
baik dalam membimbing dan memberikan masukan kepada penulis serta
memberikan banyak waktu luangya sehingga dapat terselesaikannya skripsi
ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak. Amin
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Siti Napsiah, Elis, Lisma, Bapak
Ismet, Helmi, Zaki yang telah memberikan waktu, tenaga dan fikiran dalam
mendidik dan memberikan wawasan mengikuti perkuliahan.
8
5. Bapak Ahmad Syaifudin beserta Ibu Umu Kulsum selaku ketua Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang, Sekolah Khusus Pelita Nusantara
yang telah memberikan izin penelitian.
6. Teman-teman guru Sekolah Khusus Pelita Nusantara, Ibu Dita, IHusnul, Evi,
Diah, Erni, Nana, Afifah, Nuri, Pak Sud yang selalu memberikan pelajaran
serta menguatkan penulis selama mengajar.
7. Seluruh siswa-siswi SKh Pelita Nusantara kelas 1 dan 2 beserta orang tuanya
yang sangat kooperatif membantu penulis menyelesaikan penelitian.
8. Terkhusus orang tua penulis, Bapak Waluyo dan Mama Lasinah atas segenap
cinta dan kasih sayangnya, juga doa serta dukungan baik moril maupun
materil yang telah diberikan sehingga terselesaikannya skripsi ini.
9. Kakak tercinta Annisa Kholis, S.Pd dan adik tersayang Nur Fidyah Ashari
yang turut mewarnai hidup penulis, terimakasih atas sindiran yang
membangun semangat penulis.
10. Kak Haris Munardi, S.Hum partner pendukung, pemerhati yang selalu setia
mendengarkan keluh kesah penulis dikala semua energi melemah.
Terimakasih untuk energi positif setiap harinya.
11. Partner OPAK, kuliah, skripsi Dinara Oktaviana dan Lisda Nur Asiah S.Sos.
Terimakasih untuk kesetian menjadi sahabat dikala suka dan duka.Isra
Wahyuni S.sos, Qayumah teman suka dan duka. Terimakasih pernah ada lalu
pergi dan kembali datang.Sarah Amalia S.Sos, Della Azizah S.Sos, Rizkia
Indriani, kak Chacha, Kartika, Ridwan, Ari, Sahrir, serta teman-teman Kessos
2013 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah
memberikan do’a dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
12. Keluarga besar Mbah Kintung yang turut memberikan sindiran positif
sehingga penulis semangat menyelesaikan skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis untuk menyelesaikan skripsi dan perkuliahan.
9
Penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang bersangkutan, semoga dukungan yang diberikan
dibalas dengan kebaikan oleh Allah SWT.
Jakarta, 28 Juni 2018
Fitri Komariah
10
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... ........ i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ........ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ........ iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ........ vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ........ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... ........ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... ........ 8
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............................... ........ 9
D. Metodologi Penelitian ............................................................. ........ 10
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... ........ 19
F. Sistematika Penulisan .............................................................. ........ 21
BAB II LANDASAN TEORI
A. Evaluasi .................................................................................. ........ 22
B. Terapi Sensori Integrasi .......................................................... ........ 29
C. Anak Tunagrahita .................................................................... ........ 47
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya Lembaga ................................................... ........ 56
B. Profil Yayasan ......................................................................... ........ 57
C. Struktur Kepengurusan ........................................................... ........ 58
D. Visi, Misi, dabn Tujuan .......................................................... ........ 59
E. Prosedur Penerimaan Anak Didik ........................................... ........ 60
F. Program Kepengurusan ........................................................... ........ 61
G. Keadaan Guru dan Siswa ........................................................ ........ 64
H.Profil Informan ........................................................................ ........ 65
11
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A.Temuan Lapangan ................................................................... ........ 68
B. Analisis Evaluasi Hasil Terapi Sensori Integrasi
di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang .......... ........ 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. ........ 98
B. Saran ....................................................................................... ........ 100
DAFTAR PUSTAKA
12
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kisi-Kisi Evaluasi Program
Tabel 1.2 Rancangan Subyek Penelitian
Tabel 1.3 Tinjauan Pustaka (Literature Review)
Tabel 2.1 Elemen Inti Dari Sensori Integrasi
Tabel: 4.1 Mengembalikan Fungsi Penglihatan (visual)
Tabel: 4.2 Mengembalikan Fungsi Pembau (olfactory)
Tabel: 4.3 Mengembalikan Fungsi Pendengaran (auditory)
Tabel: 4.4 Mengembalikan Fungsi Perasa (gustatory)
Tabel: 4.5 Mengembalikan Fungsi Peraba (tactile)
Tabel: 4.6 Mengembalikan Fungsi Otot dan Persendian (proprioseptive)
Tabel: 4.7 Mengembalikan Fungsi Keseimbangan (vestibular)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Dosen Pembimbing
Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 3 Surat Persetujuan Orang tua Klien
Lampiran 4 Pedoman Wawancara
Lampiran 5 Pedoman Observasi
Lampiran 6 Transkip Wawancara
Lampiran 7 Hasil Observasi
Lampiran 8 Identitas Klien Tunagrahita Dokumentasi
Lampiran 9 Dokumentasi
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah karunia terbesar, titipan Tuhan yang menjadi amanah bagi
siapapun orang tua yang dikehendaki-Nya. Namun sayangnya, tak semua doa dan
harapan yang dipanjatkan umat manusia berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Dalam realita kehidupan, tidak semua anak lahir dalam kondisi yang
sempurna. Ketidaksempurnaan tersebut dapat dikatakan sebagai suatu
keterbatasan atau yang biasa dikenal dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Dalam al-Qur’an Allah SWT telah berfirman bahwa setiap manusia
dicipatakan dalam bentuk sebaik-baiknya yang terkandung dalam surah at-Tin
ayat 4 berbunyi:
ويم قإ ن ت س حإ ان ف أ نإس ا الإ قإ ن ل دإ خ ق ل
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya”.1
Ayat yang terkandung di dalam surah at-Tin ayat 4 tersebut menjelaskan
bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,
dan sesungguhnya kesempurnaan manusia bukan hanya terletak pada fisik dan
pikirannya saja, namun juga pada tingkat keimanan dan ketakwaannya. Meskipun
pada kenyataannya anak berkebutuhan khusus terlahir dengan kondisi fisik
1Al-Qur’an dan terjemahannya, (PT. Sygma Examedia Arkanleema), h. 597.
14
maupun mental yang kurang sempurna, tetapi Allah SWT tetap memuliakan
mereka. Hal ini juga mengingat betapa mulianya seorang anak di mata Allah
SWT, di Indonesia pun anak berkebutuhan khusus dimuliakan dengan cara
diberikan pendidikan dan pelayanan yang khusus bagi mereka.
Anak berkebutuhan khusus (special needs child) ABK adalah anak yang
mengalami keterlambatan lebih dari dua aspek gangguan perkembangan atau anak
yang mengalami penyimpangan yang terdiri dari yaitu tunanetra, tunarungu,
tunadaksa, tunalaras, tunagrahita, autis, dan learning disability (Kemendiknas,
2011). Anak berkebutuhan khusus didefinisikan anak-anak yang memiliki
keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristik perilakunya yang membedakan
dengan anak normal lainnya (Poerwanti, 2007). Perilaku tersebut antara lain
wicara, okupasi, intelegensi, emosi dan perilaku sosial yang tidak dapat
berkembang dengan baik (Handojo, 2008).
Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memerlukan penanganan
yang khusus terkait dengan kekhususannya.2 Salah satu jenis anak disabilitas yang
akan peneliti bahas yaitu anak tunagrahita. Tunagrahita adalah kondisi dimana
anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan
intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.3
Menurut American Association On Mental Deficiency mendefinisikan
tunagrahita sebagai suatu kelainan yang fungsi intelektual umumnya di bawah
rata-rata, yaitu IQ 84 ke bawah. Biasanya anak-anak tunagrahita akan mengalami
2Shabrina Dwi Pitarini Putri, “Dukungan Sosial Yayasan Persatuan Orang Tua Anak
Dengan Down Syndrome (POTADS) Kepada Para Orang Tua Anak” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 1. 3T. Sutjihati Somantri, Psikologi Luar Biasa (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006),
h.103.
15
kesulitan dalam “Adoptive Behavior” atau penyesuaian perilaku. Hal ini berarti
anak tunagrahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran
standar kemandirian dan tanggung jawab sosial anak normal yang lainnya dan
juga akan mengalami masalah dalam keterampilan akademik dan berkomunikasi
dengan kelompok usia sebaya sehingga anak tunagrahita membutuhkan bantuan
atau bahkan terkadang mereka harus bergantung dengan orang lain dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.
Tunagrahita memiliki tiga klasifikasi diantaranya tunagrahita ringan,
tunagrahita sedang dan tunagrahita berat. Tunagrahita ringan adalah mereka yang
memilki IQ antara 69-55 menurut skala Weschler. Mereka masih dapat membaca,
menulis, dan berhitung sederhana.Pada umumnya anak tungrahita ringan tidak
mengalami gangguan fisik, mereka tampak seperti anak normal lainnya. Hanya
saja mereka tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara independen.
Tunagrahita sedang adalah mereka dengan IQ antara 54-40 menurut skala
Wescher. Mereka sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti
belajar menulis, membaca dan berhitung walaupun mereka masih dapat menulis
seperti menulis namanya sendiri dan menulis alamat rumahnya. Tetapi mereka
masih dapat dididik untuk mengurus diri seperti mandi, berpakaian, makan
minum, mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan sebagainya. Namun dalam
kehidupan sehari-hari mereka membutuhkan pengawasan yang terus-menerus.
Terakhir adalah tunagahita berat, mereka memilki IQ antara 39-25
menurut skala Weschler. Anak tunagrahita berat sangat sulit bahkan tidak bisa
lepas dari bantuan orang lain untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari. Mereka
16
memerlukan bantuan perawatan total dalam hal merawat diri, makan dan lainnya.
Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.4
Di Indonesia, jumlah penyandang tunagrahita terbilang cukup banyak. Hal
ini bisa dibuktikan dari adanya Sensus Nasional Biro Pusat Statistik tahun 2006,
data menunjukkan dari 222.192.572 jiwa penduduk Indonesia, tercatat sebanyak
0,7% atau 2.810.212 jiwa adalah penyandang disabilitas, dan 601.947 jiwa
diantaranya adalah anak-anak usia sekolah (5-18 tahun).
Dalam hal ini, jumlah anak tunagrahita menempati angka yang paling
besar jumlahnya dibanding dengan anak berkebutuhan khusus lainnya. Sementara
itu, data Sekolah Luar Biasa tahun 2006/2007 menunjukkan bahwa jumlah peserta
didik anak berkebutuhan khusus mencapai 87.801 anak. Dan dari jumlah tersebut,
anak tunagrahita juga menempati urutan yang paling besar jumlahnya yaitu
sebanyak 66.610 anak (sekitar 57% adalah tunagrahita ringan).5
Pada tahun 2012 menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSESNAS)
menunjukkan data bahwa dari 244.919.000 jiwa jumlah penduduk Indonesia,
terdapat 2,45% atau sekitar 6.515.500 jiwa yang tercatat sebagai penyandang
disabilitas. Menurut Program Perlindungan dan Layanan Sosial (PPLS) pada
tahun 2012 jumlah anak berkebutuhan khusus secara nasional adalah sebanyak
3.838.986 jiwa. Dan diantaranya terdapat jumlah penyandang tunagrahita yaitu
sebanyak 213.033 jiwa. Adanya perbedaan jumlah dalam hal ini disebabkan oleh
4Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN, 2009), h, 139-141. 5diakses pada 10 Mei 2017 dari http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-
release/460-anak-dengan-tunagrahita-perlu-pendekatan-khusus.html
17
definisi operasional atau instrumen yang digunakan dalam survei berbeda.6 Dari
perkembangan data tersebut, dapat diperhatikan bahwa terjadi perbedaan jumlah
yang cukup signifikan antara tahun 2006 dan 2012.Pada tahun 2012, jumlah
penyandang disabilitas khususnya penyandang tunagrahita cenderung meningkat
jumlahnya.
Masyarakat sering sekali menilai Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
dengan sebelah mata.Tidak sedikit yang beranggapan bahwa orang dengan
tunagrahita adalah orang “idiot” yang tidak memiliki kemampuan, yang hanya
menjadi beban bagi orang-orang disekitarnya. Ketidakmandirian mereka dalam
berinteraksi sosial di masyarakat, selalu dianggap menjadi masalah.
Namun, di samping banyaknya stigma negatif mengenai penyandang
tunagrahita.Ternyata masih terdapat penyandang tunagrahita yang mampu
mengukir prestasi, yang bahkan orang normal sekalipun tidak bisa mencapainya.
Sebagai contoh, salah satu media yang menceritakan mengenai prestasi yang
mampu diraih oleh seorang anak tunagrahita, yaitu Melani Putri, lahir pada
tanggal 3 Mei 1998 di Pekanbaru. Melani merupakan seorang anak dengan IQ 64
yang membuat dia digolongkan sebagai anak tunagrahita. Namun, dengan segala
keterbatasan yang dia miliki, ternyata Melani mampu mengukir prestasi
khususnya di bidang olahraga renang. Melani mampu memecahkan rekor renang
gaya dada 50 meter pada Pekan Paralimpik Nasional ke-XIV tahun 2012 di Riau.7
Dengan adanya fenomena Melani, telah membuktikan bahwa anak tunagrahita
6Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Situasi Penyandang Disabilitas,
Kementrian Kesehatan RI 2014. 7Melani, Atlet Renang Tuna Grahita yang Berprestasi, diakses pada 10 Mei 2017 dari
http://m.detik.com/news/read/2012/10/09/121711/2058140/608/melalui-atlet-renang-tuna-grahita-
yang-berprestasi
18
bukanlah anak yang tidak memiliki kemampuan. Anak tunagrahita adalah anak
yang juga memilki potensi dalam mencapai prestasi-prestasi tertentu. Namun,
seringkali keluarga yang memiliki Anak Berkebutuhan Khusus dan dalam hal ini
adalah anak tunagrahita bingung, pendidikan atau terapi apa yang harus diberikan
kepada anaknya dengan tujuan untuk menjembatani kebutuhan akan kemandirian
bagi penyandang tunagrahita.
Salah satu cara untuk mengatasi kecacatan yang terjadi pada seorang
tunagrahita agar organ-organ tubuh anak tunagrahita berfungsi secara optimal
adalah dengan melakukan berbagai macam terapi. Terapi itu sendiri mempunyai
tujuan memperbaiki kecacatan yang sudah ada, mencegah adanya kecacatan baru,
dan melatih agar aktivitas dapat berjalan maksimal meski mempunyai kecacatan.
Anak tunagrahita yang tidak dilatih dan diterapi untuk mandiri, semakin
besar akan semakin menjadi beban bagi orangtua dan keluarganya. Salah satu
bentuk terapi yang dijalankan bagi anak tunagrahita yaitu melalui terapi sensori
integrasi. Terapi sensori integrasi bertujuan untuk menimbulkan, meningkatkan,
atau memperbaiki tingkat kemandirian seseorang yang mengalami gangguan fisik
maupun mental.
Terapi sensori integrasi sebagai bentuk okupasi dan treatment pada anak
dengan kondisi tertentu seringkali digunakan sebagai cara untuk melakukan upaya
perbaikan, baik untuk perbaikan gangguan perkembangan atau gangguan belajar,
gangguan interaksi sosial, maupun perilaku lainnya.8 Terapi itu sendiri merupakan
8Jurnal Sensori Integrasi: Dasar dan Efektivitas Terapi oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia) Tahun 2011, diakses pada 15 Juli 2017.
19
suatu proses mengenal, mengubah, membedakan sensasi dari sistem sensori untuk
menghasilkan suatu respon berupa “Perilaku adaptif bertujuan”.
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang merupakan salah satu
lembaga non pemerintah yang menyediakan berbagai macam program terapi yaitu
terapi perilaku, terapi wicara, terapi okupasi, terapi edukasi, dan terapi sensori
integrasi. Program terapi ini merupakan salah satu bentuk wujud dukungan yang
diberikan oleh Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang dalam upaya
membangun dan meningkatkan kemampuan anak berkebutuhan khusus dari
kalangan yang tidak mampu.
Dari beberapa terapi yang telah peneliti sebutkan di atas, peneliti hanya
mengambil terapi sensori integrasi sebagai bahan dalam penelitian ini. Terapi
sensori integrasi ini diberikan untuk anak tunagrahita dengan diajarkan
berperilaku umum dengan pemberian sistem reword dan punishment. Bila anak
melakukan apa yang diperintahkan dengan benar, maka diberikan pujian.
Sebaliknya anak dapat hukuman jika anak melakukan hal yang tidak benar.
Dengan perintah sederhana dan yang mudah dimengerti anak.
Alasan peneliti mengambil pembahasan mengenai terapi sensori integrasi
karena menurut peneliti, terapi sensori integrasi merupakan salah satu terapi yang
memberikan pertolongan terhadap anak tunagrahita agar dapat menolong dirinya
sendiri ketika hidup di tengah masyarakat. Salah satu contoh keberhasilan yang
dicapai oleh Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang melalui program
terapi sensori integrasi yaitu seorang anak didik yang bernama Putri Shella Rizqia
mampu mengikuti lomba lari tingkat nasional pada tahun 2016. Putri mampu
20
berlari lurus mengikuti arah bendera perlombaan.9 Maka dengan adanya program
terapi sensori integrasi ini aktivitas bagi anak tunagrahita dapat ditangani dengan
tepat dan benar sehingga anak tunagrahita mampu hidup dan berbaur secara
normal dalam masyarakat luas.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dan pembahasan dengan judul “Evaluasi Hasil Terapi Sensori
Integrasi Bagi Anak Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh
Kota Tangerang”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di jelaskan di atas,
penulis membatasi penelitian ini pada persoalan mengenai Evaluasi Hasil
Program dari Terapi Sensori Integrasi bagi Anak Tunagrahita sedang, yang
berada di kelas 1 dan kelas 2 di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota
Tangerang.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah serta eksplorasi permasalahan pada
latar belakang di atas. Maka pertanyaan mendasar dalam Evaluasi Hasil
dari Terapi Sensori Integrasi Bagi Anak Tunagrahita di Yayasan Miftahul
Qulub Cipondoh Kota Tangerang, yang dijawab dan dituangkan dalam
skripsi ini adalah :
9Wawancara dengan Bpk Ahmad Syaifudin (selaku ketua Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang); Tangerang, 15 Mei 2017, pukul 09.15 WIB.
21
a. Bagaimana evaluasi hasil dari terapi sensori integrasi bagi anak
tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penelitian skripsi ini adalah:
a. Untuk mendeskripsikan bagaimana hasil yang dicapai dari terapi
sensori integrasi bagi anak tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
tambahan bagi para mahasiswa Kesejahteraan Sosial tentang
pelaksanaan terapi sensori integrasi bagi anak tunagrahita.
2) Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi
bagi pengembangan ilmu kesejahteraan sosial dan sekaligus
menjadi bahan untuk penelitian lanjutan tentang masalah yang
terkait.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan kepada berbagai
pihak terkait dengan isu layanan disabilitas, baik pemerintah maupun
swasta tentang Pengaruh Terapi Sensori Integrasi bagi anak
Tunagrahita dalam Pola Interaksi Sosial. Juga dapat berkontribusi
dalam memberikan gambaran tentang Pengaruh Terapi Sensori
Integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang.
22
Sehingga bisa menjadi bahan rujukan guna perbaikan layanan
disabilitas yang diterapkan oleh Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh
Kota Tangerang yang lebih baik.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memahami objek penelitian
dalam rangka menemukan, menguji, pada suatu kebenaran atau
pengetahuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati.10
Melalui penelitian kualitatif, peneliti akan langsung masuk ke obyek,
melakukan penjelajahan dengan grant tour question, sehingga masalah
akan dapat ditemukan dengan jelas. Melalui penelitian model ini, peneliti
akan melakukan eksplorasi terhadap suatu obyek.
2. Tempat dan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2017 hingga Juli 2018.
Lokasi penelitian yaitu di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota
Tangerang yang beralamat di Jalan KH Hasyim Ashari Gg Jambu,
kelurahan Gondrong, kecamatan Cipondoh Kota Tangerang.
10Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2001) Cet. Ke-15, h.3.
23
3. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah jenis penelitian
evaluasi. Jenis penelitian evaluasi adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan suatu program, menilai apakah program
telah dilaksanakan sesuai rencana, melalui pengembangan staf program.11
Jenis penelitian evaluasi juga digunakan untuk mengetahui efektifitas
program dan hambatan-hambatan yang terdapat di dalamnya melalui
rangkaian informasi yang diperoleh evaluator yang diharapkan dapat
membantu para pengambil keputusan untuk menetapkan apakah program
akan dihentikan, diperbaiki, dimodifikasi, diperluas atau ditingkatkan.12
Manfaat metode evaluasi adalah untuk memberikan rekomendasi
pelaksanaan program yang lalu dan untuk memperbaiki pelaksanaan
program yang akan dilaksanakan berikutnya.13 Lembaga lebih cenderung
untuk ditanya guna mempertanggungjawabkan dalam hubungan program-
programnya.14
Jadi metode evaluasi sangat dibutuhkan untuk menilai keberhasilan
suatu program. Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan, maka
dalam penelitian ini akan menggambarkan tentang evaluasi hasil program
11Wirawan, Evaluasi, Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi (Jakarta: Rajawali
Press, 2011), h. 16. 12Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), h.24. 13Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT.
Bumi Aksana, 2009), h. 144. 14Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT.
Bumi Aksana, 2009), h. 145.
24
terapi sensori integrasi bagi anak tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang.
4. Model Evaluasi
Penelitian ini menggunakan model evaluasi yang dikemukakan oleh
Daniel Stufflebeam, dkk (1967) yaitu model evaluasi Context Input
Process Product (CIPP). Model ini menjelaskan evaluasi terhadap
konteks, evaluasi terhadap masukan, evaluasi terhadap proses dan terakhir
evaluasi terhadap hasil.15
Pada penelitian ini, model evaluasi yang peneliti gunakan yaitu pada
model product. Dimana peneliti akan menggambarkan tentang evaluasi
hasil program terapi sensori integrasi bagi anak tunagrahita di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang.
15Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), h.54.
25
Tabel 1.1
Kisi-kisi Evaluasi Program
6. Mengembalikan
fungsi otot dan
persendian /
proprioseptive
• Anak dapat
menyebutkan nama-
nama panca indera
• Anak dapat berdiri
tegak
• Anak dapat memanjat
tangga
• Anak dapat
melompat
Wawancara
mendalam dan
observasi
7. Mengembalikan
fungsi balance
(keseimbangan)
/ vestibular
• Anak dapat
berjongkok
• Anak dapat
melempar bola
• Anak dapat
menangkap bola
• Menyeimbangkan
tubuh diatas bola
Wawancara
mendalam dan
observasi
Tujuan Dimensi Indikator
Teknik
Pengumpulan
Data
Untuk
mengembalikan
fungsi panca
indera
(penglihatan,
pembau,
pendengaran,
perasa, peraba),
proprioseptif
dan vestibular
1. Mengembalikan
fungsi visual (penglihatan)
• Anak dapat
membedakan gambar
Wawancara
mendalam dan
observasi
2. Mengembalikan
fungsi olfactory
(pembau)
• Anak dapat
meneruskan
informasi mengenai
bau pasta gigi dan
shampo
Wawancara
mendalam dan
observasi
3. Mengembalikan
fungsi auditory
(pendengaran)
• Anak dapat
meneruskan fungsi
suara kucing dan
ayam
Wawancara
mendalam dan
observasi
4. Mengembalikan
fungsi
gustatory
(perasa)
• Anak dapat
meneruskan fungsi
rasa (manis, pahit,
asam)
Wawancara
mendalam dan
observasi
5. Mengembalikan
fungsi tactile
(peraba)
• Anak dapat
membedakan rasa
halus, dingin, panas
Wawancara
mendalam dan
observasi
26
5. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua
macam, yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer, yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui perantara) yang secara khusus dikumpulkan
oleh peneliti untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Dalam
ini peneliti memperoleh data primer melalui wawancara.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung yang disesuaikan sendiri pengumpulannya oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data sekunder dengan
mempelajari dokumen yayasan, arsip yang relevan, buku-buku, dan
media massa.
6. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang dinakan peneliti untuk pemilihan informan dalam
penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yang bertujuan dimana
informan penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan
dianggap sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi
yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.16
16Soeharto Irawan, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), h.63.
27
Tabel 1.2
Rancangan Subyek Penelitian
No. Subjek
Penelitian
Informasi Yang
Dicari Jumlah
Metode
Pengumpulan
Data
1. Ketua Yayasan
Miftahul Qulub
Cipondoh Kota
Tangerang
Gambaran umum
Yayasan Miftahul
Qulub Cipondoh Kota
Tangerang, latar
belakang sejarah
berdirinya, Pengaruh
Terapi Sensori
Integrasi, alur
pelayanan yayasan
Miftahul Qulub
Cipondoh Kota
Tangerang, hasil
pelayanan.
1 orang
Wawancara
bebas
terstruktur
2. Pengajar terapi
Yayasan
Miftahul Qulub
Cipondoh Kota
Tangerang
Metode terapi yang
diterapkan oleh
pengajar di dalam
program terapi sensori
integrasi.
2 orang
Wawancara
bebas
terstruktur
3. Orang Tua Anak
Tunagrahita
Pengaruh yang dilihat
melalui terapi sensori
integrasi dalam pola
interaksi sosial dan
hasil yang dicapai.
6 orang
Wawancara
bebas
terstruktur
observasi
4. Siswa
Tungrahita
sedang kelas 1
dan kelas 2
Untuk mengetahui
aktivitas sehari-hari
anak tunagrahita
selama berada di
Yayasan Miftahul
Qulub Cipondoh Kota
Tangerang
6 orang Observasi
JUMLAH INFORMAN 15 Orang
28
7. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga
teknik, yaitu sebagai berikut:
a. Observasi, adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti.17 Observasi sebagai teknik pengumpulan
data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik
yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Jika wawancara dan
kuesioner selalu terjadi kontak komunikasi dengan orang lain,
sedangkan observasi itu sendiri tidak terbatas pada oang, melainkan
dengan obyek-obyek alam yang lain sesuai dengan kebutuhan
penelitian.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta)
dan non particiant observation (observasi tidak berperan serta).
Observasi berperan serta yaitu peneliti terlibat langsung dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Namun, berbeda halnya dengan
observasi non partisipan, peneliti tidak terlibat tetapi hanya menjadi
pengamat independen.
Dalam observasi penelitian, yang peneliti lakukan adalah observasi
non partisipan. Peneliti tidak terlibat pada kegiatan yang dilakukan
17Husaini Usman Dan Purnomo, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2000), h.54.
29
oleh Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang, namun
peneliti hanya menjadi pengamat berlangsungnya kegiatan tersebut.
b. Interview atau wawancara, yaitu metode yang dilakukan melalui dialog
secara langsung antara pewawancara dengan terwawancara untuk
memperolehdata atau informasi yang dibutuhkan.18 Wawancara juga
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam
suatu topic tertentu. Menurut Dr. Lexy J. Moleong, M.A. wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu. Pada penelitian ini yang
menjadi pewawancara (interviewer) yaitupeneliti sendiri. Sedangkan
untuk terwawancara (interview) ada 9 orang dengan rincian 3 orang
dari pihak Yayasan dan 6 orang lainnya dari penerima manfaat
program terapi sensori integrasi.
c. Studi Dokumentasi, yaitu data-data ang tertulis yang mengandung
keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang
masih aktual.19 Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk kara misalnya foto, gambar
hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya
karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.
18Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitati, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2008), Cet. Ke-4, h.231. 19Lexy J. Moleong, metode penelitian kualitatif (bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2001), Cet. Ke-15, h. 13.
30
8. Teknik Analisa Data
Dalam melakukan pengolahan data, penulis menggunakan metode
deskriptif, yaitu teknik analisa data, dimana penulis terlebih dahulu
memaparkan data-data yang diperoleh, kemudian mendeskripsikan
temuan-temuan yang ada dengan berpedoman pada sumber-sumber
tertulis.
Peneliti terlebih dahulu memaparkan data-data yang diperoleh dari
hasil observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai Yayasan Miftahul
Qulub Cipondoh Kota Tangerang dan anak tunagrahita maupun keluarga
yang mendapatkan pelayanan dan kemudian mendeskripsikannya.
9. Teknik Keabsahan Data
Seperti yang telah dijelaskan oleh Lexy J. Moleong dalam bukunya
Metodelogi Kualitatif, untuk menentukan keabsahan data adalah dengan
melakukan triangulasi. Dimana triangulasi adalah teknik pemeriksaan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.20
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi dengan
cara membandingkan sumber-sumber data yang diperoleh di lapangan
dengan kenyataan yang ada pada saat penelitian.
10. Teknik Penulisan
Teknik penulisan dalam penelitian ini berpedoman pada buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang
20Lexy J. Moleong, MA.Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosda Karya,
2009), Edisi Revisi, Cet. Ke-26, h.330.
31
diterbitkan oleh Center For Quality Development and Assurance
(CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang
berkaitan dengan topik pembahasan penelitian. Tinjauan pustaka digunakan
sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang
akan dilakukan untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang
akan dilakukan.
Tabel 1.3
Tinjauan Pustaka (Literature Review)
No Peneliti Judul Pembahasan
1. Skripsi, Imam
Panji Saputro,
2015.
Pola pengasuhan
lembaga untuk
mengembangkan
potensi dan fungsi
sosial anak
tunagrahita di SLB-C
Khrisna Murti
Jakarta.
Skripsi ini membahas tentang
bagaimana pola asuh lembaga,
hambatan serta solusi yang tepat
untuk mengembangkan potensi
anak tunagrahita di SLB-C
Khrisna Murti Jakarta.
2. Skripsi,
Muhammad
Hafiz Zuldi,
2017.
Evaluasi Hasil Terapi
Okupasi Bagi anak
Tunagrahita di
Yayasan Pendidikan
Luar Biasa Nusantara
Depok.
Skripsi ini membahas tentang
bagaimana evaluasi hasil dari
terapi okupasi bagi anak
tunagrahita di YPLB Nusantara
Depok
3. Jurnal, Adam
Yahya, Agung
Kurniawan,
Ahmad Samawi,
2015.
Pengaruh Terapi
Sensori Integrasi
Terhadap
Kemampuan Motorik
Kasar Berjalan di
Atas Garis Siswa
Autis
Membahas tentang bagaimana
pengaruh terapi sensori integrasi
terhadap kemampuan motorik
kasar berjalan di atas garis siswa
autis.
32
No. Peneliti Judul Pembahasan
4. Jurnal Publikasi,
Ike Yulia Astuti,
2013.
Analisis Terapi
Sensori Integrasi
Terhadap
Perkembangan
Sensorimotor Anak
Autis di Pusat Terapi
Dan Sekolah
Berkebutuhan
Khusus Permata
Surakarta.
Membahas mengenai bagaimana
analisis terapi sensori integrasi
terhadap perkembangan
sensorimotor anak autis di pusat
terapi dan sekolah berkebutuhan
khusus permata surakarta.
5. Jurnal, Nadwa,
2013.
Pelaksanaan Terapi
Wicara dan Terapi
Sensori Integrasi
pada
Anak Terlambat
Bicara.
Jurnal ini membahas tentang
bagaimana Pelaksanaan Terapi
Wicara dan Terapi Sensori
Integrasi paa Anak Terlambat
Bicara.
6. Jurnal, Rahmah
Ramadhani,
2013.
Metode Sensori
Integrasi Bermedia
Papan Titian
Modifikasi Terhadap
Kemampuan
Motorik
Kasar Anak Autis Di
Sekolah Anak
Berkebutuhan
Khusus
Jurnal ini membahas mengenai
Metode Sensori Integrasi
Bermedia Papan Titian
Modifikasi Terhadap
Kemampuan Motorik
Kasar Anak Autis Di Sekolah
Anak Berkebutuhan Khusus.
33
F. Sistematika enulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, termasuk Pendahuluan, Isi dan Penlutup.
Berikut ini uraiannya secara ringkas:
BAB I Pendahuluan, Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan
masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaaat penelitian,
metode penelitian, pedoman penulisan skripsi, tinjauan pustaka,
serta sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori, Dalam bab ini akan membahas landasan teoritis
yang digunakan adalah teori-teori yang berkaitan dengan
implementasi program, pelayanan sosial, anak tunagrahita dan
pendidikan khusus.
BAB III Profil Lembaga, Menjelaskan sejarah berdirinya yayasan, visi dan
misi lembaga, struktur lembaga, bentuk progrsm dan pelayanan
lembaga, serta penerima manfaat layanan lembaga.
BAB IV Hasil Penelitian dan Analisa, Merupakan hasil dari pengumpulan
data mengenai konsep pelaksanaan program terapi sensori integrasi
Yayasan Miftahul Qulub , peranan Yayasan Miftahul Qulub dalam
penanganan anak tuangrahita, faktor penghambat dan pendukung
pelaksanaan program sekolah khusus, dan segala hal yang terkait
atau berhubungan dengan penelitian yang tengah dilakukan.
BAB V Penutup, Dalam hal ini akan ditarik beberapa kesimpulan dari
pemikiran sebelumnya serta saran-saran sebagaibentuk hasil dari
analisa dalam penelitian.
34
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi secara etimologi yaitu penaksiran, perkiraan keadaan dan
penentuan nilai. Berdasarkan pengertiannya evaluasi yaitu mengkritisi
suatu program dengan melihat kekurangan, kelebihan, pada konteks,
input, proses, dan produk pada sebuah program. Ada beberapa konsep
tentang evaluasi dan bagaimana melakukannya, kita namakan sebagai
pendekatan evaluasi. Istilah pendekatan evaluasi ini diartikan sebagai
beberapa pendapat tentang apa tugas evaluasi dan bagaimana dilakukan,
dengan kata lain tujuan dari prosedur evaluasi.21
Pada dasarnya setiap program membutuhkan evaluasi untuk
mengetahui keberhasilan dan kemajuannya serta sasaran apakah sudah
tercapai atau belum dan hasilnya nanti diperbaiki menjadi lebih baik pada
program selanjutnya. Selain itu evaluasi merupakan proses penting yang
harus dilakukan secara seksama agar tujuan yang hendak dicapai dapat
terlaksana dengan baik.22
Evaluasi mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi formatif, evaluasi dipakai
untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan
(program, orang, produk, dan sebagainya). Fungsi sumatif, evaluasi
dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi
21 Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Desember 2006), h. 124. 22 Nurul Hidayati, Evaluasi Program, (Jakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi 2006),
h. 4.
35
evaluasi hendaknya membantu pengembangan implementasi, kebutuhan
suatu program, perbaikan program, pertanggung jawaban, seleksi,
motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang
terlibat.23
2. Model Evaluasi
Model evaluasi ialah model desain evaluasi yang dibaut oleh ahli-
ahli atau pakar-pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan
pembuatnya atau tahap pembuatannya. Model-model ini dianggap model
standar atau dapat dikatakan merek standar dari pembuatannya.
Penamaan model evaluasi bervariasi, Sara M. Steele menamakannya
pendekatan (approach) dan Arthur Burman menggunakan istilah format.
Model evaluasi program terdiri atas enam kategori yaitu model evaluasi
terfokus untuk pengambilan keputusan, model evaluasi terhadap unsur-
unsur program, model evaluasi jenis data dan aktivitas program, model
evaluasi proses pelaksanaan program, model evaluasi pencapaian tujuan
program, dan model evaluasi hasil dan pengaruh program.24
Beberapa model evaluasi yang populer dan banyak dipakai sebagai
strategi atau pedoman kerja pelasanaan evaluasi program adalah model
evaluasi CIPP, model evaluasi UCLA, model Brinkcrhoff, dan model
Stake atau Countenance.25 Tetapi pada dasarnya keempat model evaluasi
ini memiliki kategori yang sama yaitu untuk mengevaluasi sejauh mana
23 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program Dan Instrument Evaluasi: Untuk
Program Pendidikan Dan Penelitian, (Jakarta, Rineka Cipta, 2008), h. 4. 24 Djuju Sujana, Evaluasi Program Program Luar Sekolah (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h.81. 25 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Intrusmen Evaluasi untuk Program
Pendidikan dan Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.14.
36
pencapaian tujuan program. Dalam penelitian ini akan digunakan Model
Evaluasi CIPP yang dikemukakan oleh Stufflebeam untuk mengukur
keberhasilan atau kegagalan program yang nantinya akan membantu
para stakeholder dalam membuat keputusan di masa mendatang.
Stufflebeam adalah ahli yang mengusulkan pendekatan yang
berorientasi kepada pemegang keputusan (a decision oriented evaluation
approach structured) untuk menolong administrator membuat
keputusan. Ia merumuskan evaluasi sebagai “suatu proses
menggambarkan, memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna
untuk menilai alternatif keputusan”. Ia membuat pedoman kerja untuk
melayani para manajer dan administrator menghadapi empat macam
keputusan pendidikan dan membagi evaluasi menjadi empat macam,
yaitu:26
a. Context evaluation (evaluasi konteks)
Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan,
menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program. Stufflebeam
dalam Hamid Hasan menyebutkan, tujuan evaluasi konteks adalah
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki evaluator.
Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator akan
dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan.27 Dalam hal ini,
Suharsimi Arikunto memberikan contoh pengajuan pertanyaan
evaluasi konteks sebagai berikut:
26 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrument Evaluasi Untuk Program
Pendidikan dan Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.14 27 Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, cet ke-2 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),
h.45.
37
1) Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program?
2) Tujuan pengembangan apa yang belum tercapai oleh program?
3) Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu
mengembangkan masyarakat?
4) Tujuan-tujuan manakah yang paling mudah dicapai?
5) Apakah konteks program sudah sesuai dengan tujuan program?
b. Input evaluation (evaluasi masukan)
Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-
sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan
strategi untuk mencapai kebutuhan serta bagaimana prosedur kerja
untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi sumber
daya manusia, sarana dan peralatan pendukung, dana atau anggaran
dan berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Dalam hal ini
pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan pada tahap evaluasi
masukan ini adalah:
1) Apakah program/layanan yang diberikan kepada klien
berdampak jelas pada perkembangannya?
2) Berapa orang klien yang menerima program/layanan tersebut?
3) Apakah sarana dan prasarana sudah cukup memadai seperti yang
dibutuhkan?
4) Sejauh apa kualifikasi yang dimiliki oleh para staff untuk
memberikan layanan tersebut?
c. Process evaluation (evaluasi proses)
38
Evaluasi proses untuk membantu mengimplementasikan
keputusan. Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan apa
yang harus direvisi. Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur
dapat dimonitor, dikontrol dan diperbaiki. Menurut Suharsimi
Arikunto, evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa”
(what) kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang
yang ditunjuk sebagai penanggungjawab program, “kapan” (when)
kegiatan akan selesai.28 Oleh Stufflebeam diusulkan pertanyaan-
pertanyaan untuk proses sebagai berikut:
1) Apa yang dilakukan?
2) Seberapa baik itu dilakukan?
3) Hambatan apa saja yang dihadapi selama pelaksanaan program?
4) Siapa penanggungjawab program?
5) Kapan program akan selesai?
d. Product evaluasi (Evaluasi Hasil)
Evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna melihat
ketercapaian/keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang
evaluator dapat menentukan atau memberikan rekomendasi kepada
evaluan apakah suatu program dapat dilanjutkan,
dikembangkan/dimodifikasi, atau bahkan dihentikan. Pada tahap
evaluasi ini diajukan pertanyaan evaluasi sebagi berikut:
1) Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?
28 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman
Teoritis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, cet. ke-3 (Jakarta: Bumi Aksara 2009) h.79.
39
2) Apakah dampak jangka panjang yang diperoleh penerima
program?
3) Apakah tujuan pelayanan pada penerima program telah sesuai
dengan yang diharapkan?
4) Apakah pelayanan program yang diberikan memberikan
perubahan pada penerima program?
3. Karakteristik Evaluasi
Dalam hubungan dengan kriteria keberhasilan yang digunakan
untuk suatu proses evaluasi, Feurstein mengajukan beberapa indicator
yang perlu untuk dipertimbangkan. Indikator yang penulis gunakan
menurut Feurstein, yaitu:
a. Indikator Efisiensi
Dalam indicator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktifitas
yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat
guna atau tidak memboriskan sumber daya yang ada.
b. Indikator Pemanfaatan
Indikator ini melihat seberapa banyaksuatu layanan yang sudah
disediakan oleh pemberi layanan dipergunakan oleh kelompok
sasaran.29
4. Tujuan dan Manfaat Evaluasi
Suatu program yang diselenggarakan perlu dilakukan evaluasi,
karena biasanya evaluasi lebih difokuskan pada pengidentifikasian
29 Ulfa Andriani, (Skripsi Evaluasi Program Terapi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus di
Yayasan Panti Nugraha Jakarta Selatan), h. 133.
40
mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan
program. Maka dari itu tujuan evaluasi antara lain:
a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.
b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.
c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang
mungkin terjadi di luar rencana (externalities).30
Sedangkan manfaat evaluasi menurut Isbandi Rukminto dengan
mengutip pendapat Feurstein menyatakan ada 10 alasan mengapa suatu
evaluasi perlu dilakukan, antara lain:
1) Melihat apa yang sudah dicapai.
2) Mengukur kemajuan, yang dikaitkan dengan tujuan program.
3) Meningkatkan pemantauan, agar tercapai manajemen yang
lebih baik.
4) Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan untuk memperkuat
program itu sendiri.
5) Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif, guna
melihat perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapkan
suatu program.
6) Melakukan analisis biaya dan manfaat (cost benefit), apakah
biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal (reasonable).
7) Mengumpulkan berbagai informasi yang bisa dimanfaatkan
dalam merencanakan dan mengelola kegiatan program secara
lebih baik.
30 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial, (Jakarta: Refiks Aditama, 2005), h.
119.
41
8) Berbagi pengalaman, sehingga pihak lain tidak terjebak dalam
kesalahan yang sama, atau mengajak pihak lain untuk ikut
melaksanakan dengan baik.
9) Meningkatkan keefektifan, agar program tersebut memberikan
dampak yang lebih luas.
10) Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik,
memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari
masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.31
B. Terapi Sensori Integrasi
1. Pengertian Terapi
Terapi berasal dari bahasa Yunani yaitu Therapia yang berarti
penyembuhan.32 Terapi adalah upaya pelengkap dalam memperbaiki
disfungsi pada tubuh.33 Sehingga terapi merupakan proses pengobatan
atau penyembuhan yang terdiri dari seorang terapis dan klien dengan
tujuan untuk memulihkan keadaan sseorang agar dapat kembali normal.
2. Fungsi dan Tujuan Terapi
Terapi sendiri mempunya fungsi dan tujuan sebagai berikut :
a. Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar
b. Mengurangi tekanan emosional
c. Mengembangkan potensi klien
d. Mengubah kebiasaan
e. Memodifikasi struktur kognisi
31 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi
Komunikasi, (Jakarta FEUI, 2001) h. 127. 32 Richard Nelson Jones, Teori dan Praktik Konseling dan Terapi, (Jakarta: Pustaka
belajar, 2011), h.2 33 Susandiaji, Terapi Alternatif, (Yogyakarta: Yayasan Spiritia, 2004), h. 27.
42
f. Memperoleh pengetahuan tentang diri
g. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan hubungan
interpersonal
h. Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan
i. Mengubah kondisi fisik
j. Mengubah kesadaran diri
k. Mengubah lingkungan sosial.34
3. Terapi Sensori Integrasi
a. Sejarah Terapi Sensori Integrasi
Salah satu pemecahan pertama tentang treatment untuk anak-anak
hiperaktif adalah ketika A. J. Ayres melihat koneksi antara ketahanan
sentuhan dan hiperaktifitas. Istilah ketahanan sentuhan dijelaskan oleh
Ayres untuk mengacu pada reaksi sentuhan. Istilah keengganan
menyentuh juga mengacu pada suatu pengalaman negatif pada berbagai
stumulus sentuhan, tetapi dalam hal ini, satu pengalaman tersebut tidak
menyenangkan dan kemudian segera dihindari.
Pada dekade terakhir, suatu karya ilmiah yang dipimpin oleh Lucy
Jane Miller mendukung untuk penggunaan nama gangguan prosori (SPD).
Salah satu tujuan yang utama dari kelompok ini adalah agar mempunyai
hasil diagnos yang diterima di Manual Statistik dan Diagnostok (DSM-
IV), buku petunjuk yang menetapkan standard hasil diagnose oleh
komunitas medis diseluruh dunia. Miller baru-baru ini menerbitkan
bukunya berjudul “sensory processing disorders”. Dan pada
34Purwandari, Buku Pegangan Kuliah Psikoterapi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2003,
h. 39, diakses pada tanggal 27 Agustus 2017 (artikel dapat didownload di
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/scan0003_6.pdf )
43
perkembangan tahun istilah sensory processing disorder akan tergantikan
oleh istilah sensory integration dysfunction.35
b. Definisi Sensori Integrasi
Ayres (1972) mendefinisikan Sensory Integration sebagai:
“The neurological process that organized sensation from one’s own
body and from environmental and make it possible to use the body
effectively within the environment”
or
“The ability to organized sensation for use”
(Proses neurologis individu dalam mengorganisasikan sensasi dari
dalam diri dan dari lingkungan sekitar dan dapat digunakan secara
efektif dalam lingkungannya atau kemampuan untuk mengorganisir
sensasi yang digunakan).
Sensori Integrasi adalah proses pengolahan informasi yang
diterima oleh mata, telinga, kulit, mulut, hidung dan rasa yang sesuai
kemudian dikirim ke otak. Proses ini berlangsung dalam berbagai
sistem sensori.36 Input sensori merupakan teori gerakan, tekanan,
sentuhan, penglihatan, pendengaran, perasa, dan bau masuk ke otak
dari organ sensori kita, utamanya melalui saraf tengkorak. Seluruh
input sensori harus terdaftar pada level otak.
Sedangkan menurut Mirza teori sensori integrasi adalah suatu
teori yang menjelaskan proses biologis pada otak untuk mengolah
berbagai informasi sensorik, dan mempergunakannya dengan baik.37
Gunadi menjelaskan dalam Autism Awareness Festival tentang
sensori informasi serta proses sensorik seperti di bawah ini.
35Lynn Horowitz and Cecile Rost, helping hyperactive kids a sensory integration
approach, (Hunter House: 2007) hal. 5. 36 Lynn Horowitz and Cecile Rost, helping hyperactive kids a sensory integration
approach, (Hunter House: 2007) hal. 3. 37Galih A Veskarisyanti - B, 12 Terapi Autis Paling Efektif&Hemat, (PT. Galangpress
Media Utama), h. 1.
44
1) Sensory Information
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang
kondisi fisik dan lingkungan yang berada di sekitarnya (Ayres,
1979). Informasi sensorik yang diterima akan masuk ke otak tidak
hanya melalui mata, telinga, dan hidung tapi masuk melalui
seluruh badan.
Informasi sensori (Sensory information) berasal dari:
a) Mata (Visual)
Disebut juga indera penglihatan yang terletak pada
retina. Fungsinya menyampaikan semua informasi visual
tentang benda dan manusia.
b) Telinga (Auditory)
Disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga
bagian dalam. Fungsinya meneruskan informasi suara. Ayres
(1972) menyebutkan adanya hubungan antara sistem auditory
ini dengan perkembangan bahasa. Apabila sistem auditory
mengalami gangguan, maka perkembangan bahasanya juga
akan terganggu.
c) Hidung (Olfactory)
Disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lender
hidung, fungsinya meneruskan informasi mengenai bau-bauan
(bunga, parfum, bau makanan).
d) Lidah (Gustatory)
45
Disebut juga indera perasa, terletak pada lidah, fungsinya
meneruskan informasi tentang rasa (manis, asam, pahit, dan
lain-lain) dan tekstur di mulut (kasar, halus, dan lain-lain).
e) Kulit (Tactile)
Taktil adalah indera peraba, terletak pada kulit dan sebagian
dari selaput lender. Bayi yang baru lahir, menerima informasi
untuk pertama kalinya melalui indera peraba ini. Trott, Laurel
dan Windeck (1993), menjelaskan bahwa:
“Processing tactile information effectively allow us to
feel save, which in trun allows us to bond whit those
who love us and to develop socially and emotionally.”
Sistem taktil ini mempunyai dua sifat, yaitu diskriminatif
dan protektif. Diskriminatif adalah kemampuan membedakan
rasa (kasar, halus, dingin, panas), sedangkan sifat protektif
adalah kemampuan untuk menghindar atau menjaga dari input
sensorik yang berbahaya. Dari sifat kedua ini, akan
menimbulkan respon flight, fright, dan fight.
f) Otot dan persendian (Proprioceptive)
Ayres (1979) menyebutkan bahwa proprioseptif merupakan
sensasi yang berasal dari dalam tubuh manusia, yaitu terdapat
pada sendi, otot, ligament dan reseptor yang berhubungan
dengan tulang. Ayres (1979) menyebutkan bahwa sistem
vestibular dan proprioseptif merupakan dua sistem yang
spesial dan Ayres menyebutnya sebagai “The Hidden Sense”.
46
Input proprioseptif ini menyampaikan informasi ke otak
tentang kapan dan bagaimana otot berkontraksi (contracting)
atau meregang (stretching), serta bagaimana sendi
dibengkokkan (bending), diperpanjang (extending), ditarik
(being pull) atau ditekan (compressed). Melalui informasi ini,
individu dapat mengetahui dan mengenal bagian tubuhnya
dan bagaimana bagian tubuh tersebut bergerak.
g) Keseimbangan / balance (vestibular)
Ayres menyatakan Sistem vestibular ini sebagai “business
centar”, karena semua sistem sensorik berkaitan dengan
sistem ini. Sistem vestibular ini terletak pada labyrinth di
dalam telinga bagian tengah. Fungsinya meneruskan
informasi mengenai gerakan dan gravitasi. Sistem ini sangat
mempengaruhi gerakan kepala dalam hubungannya dengan
gravitasi dan gerakan cepat atau lambat (Accelerated or
decelerated movement), gerakan bola mata (okulomotor),
tingkat kewaspadaan (level of arousal) dan emosi.
2) Proses sensori
Menurut Ayres (1979) proses sensorik adalah kemampuan
untuk memproses atau mengorganisasikan input sensorik yang
diterima. Biasanya proses ini terjadi secara otomatis, misalnya
ketika mendengar suara kicauan burung, otak langsung
menterjemahkan sebagai bahasa atau suara binatang.
47
Proses sensorik diawali dengan penerimaan input
(registration), yaitu individu menyadari akan adanya input. Proses
selanjutnya adalah orientation, yaitu tahap dimana individu
memperhatikan input yang masuk. Tahap berikutnya, kita mulai
mengartikan input tersebut (interpretation). Selanjutnya adalah
tahap organization, yaitu tahap dimana otak memutuskan untuk
memperhatikan atau mengabaikan input ini. Tahap terakhir adalah
execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan terhadap input
sensori tadi.38
Regristasi sensori merupakan dasar integrasi sensori terjadi
ketika input sensori telah terdaftar dalam sistem saraf. Integrasi
sensori yang merupakan dasar persepsi sensori adalah kemampuan
untuk mengatur atau mengintegrasi informasi sensori atau input
pada level otak. Individu menerima dan mempelajari melalui
panca indera, dan input sensori menghasilkan output gerakan.
Integrasi sensori mengakibatkan efisiensi fungsi pusat lebih tinggi
setelah informasi sensori diproses. Ada output otak yang lebih
efisien ketika dua bagian otak bekerja bersama. Perkembangan
otak manusia harus memiliki integrasi sensori otak yang maksimal
untuk berfungsi pada level yang lebih tinggi secara efisien39. Di
bawah ini merupakan proses ideal dari sensori integrasi.
38 Williamson dan Anzalone, 1996 dalam Gunadi, Tri. 2008. Sensory Integration and
Self- Regulation IN Infrants and Toddless: Helping Very Young Children Interact with Their
Environment. h.3. 39 Elaine Wilson, Occupational Therapy for Children with Special Needs, (United
Kingdom, Whurr Publishers Ltd 1998), h.2.
48
Tiap-tiap syaraf menerima stimuli spesifik untuk
memproses, tetapi yang paling mengagumkan adalah bahwa
informasi dari kegelisahan yang berbeda terintegrasi sedemikian
rupa sehingga suatu gambaran dapat diproduksi otak. Kegelisahan
bekerja sama untuk mengkoordinir dan dengan tepat
mengarahkan informasi. Kooperasi ini adalah yang disebut
pengintegrasian sensori.40
Terapi SI menjelaskan bagaimana cara otak menerima dan
memproses stimulus atau input sensori dari lingkungan di sekitar
kita dan dari dalam tubuh kita sendiri. Apabila seorang anak dapat
memproses input sensori dengan baik, maka ia akan berperilaku
secara adaptif. Akan tetapi bila seorang anak tidak dapat
memproses input sensori dengan baik, maka perilaku yang
muncul adalah maladaptive. Anak akan berespon secara
berlebihan pada suatu input yang sebenarnya tidak
membahayakan atau anak mengabaikan input yang masuk
(perilaku maladaptif). Menurut Bundy, Lane dan Murray (2002),
SI adalah teori hubungan antara otak dan perilaku. Teori ini dapat
digunakan untuk menjelaskan perilaku yang muncul dari
40Lynn Horowitz and Cecile Rost, helping hyperactive kids a sensory integration
approach, (Hunter House: 2007), hal. 3.
Sensory input
Pusat berfungsi lebih maksimal
Sensori Integrasi Regristasi sensori
49
seseorang, merencanakan intervensi, dan meramalkan perubahan
perilaku sebagai akibat dari intervensi.41
c. Terapi Sensori Integrasi
Sensori integrasi merupakan pendekatan treatment yang secara
klinis bertujuan agar memberikan kesempatan anak yang memiliki
kesulitan belajar tertentu untuk mencapai potensi maksimalnya.
Meskipun demikian, harus diapresiasi bahwa konsep ini hanya
hipotesa dan saat ini harus dibuktikan. Fisher dkk memperkuatnya dan
merujuk pada hipotesis versus fakta, merupakan berpendapat
kebutuhan untuk penelitian empiris untuk menyediakan dasar teori
sensori integrasi sedang direvisi dan dimodifikasi sebagai pengetahuan
baru.42
Terapi integrasi sensori, juga dikenal sebagai SI terapi, adalah
suatu metode perlakuan yang diberikan pada anak-anak yang
mempunyai permasalahan dalam memproses stimuli sensori, disebut
gangguan integrasi sensori. Terapi ini fokus untuk meningkatkan
kapasitas anak untuk mengintegrasikan input dari sensori. Maka dari
itu, sangat penting untuk memberi perlakuan pada anak yang
mengalami tipe gangguan ini dengan jalan positif.43 Terapi SI dapat
bermanfaat pada permasalahan seperti kesulitan belajar, permasalahan
motorik, dyspraxia, kesulitan tingkah laku, gangguan kecemasan,
41 Tri Gunadi, OTR (Ind), S.Psi, Autism Awareness Festival, 18 September 2008. diakses
pada: 10 Oktober 2017 di https://www.linkedin.com/in/tri-gunadi-a93422a2/ 42Elaine Wilson, Occupational Therapy for Children with Special Needs, (United
Kingdom, Whurr Publishers Ltd 1998), h. 1. 43Lynn Horowitz and Cecile Rost, helping hyperactive kids a sensory integration
approach, (Hunter House: 2007), hal. 3.
50
autism, hemiplegia (otot kejang terutama pada satu sisi badan), dan
whiplash.44
Terapi SI menggunakan suatu pendekatan neurofisiologik untuk
penerapan dan dapat mengurangi hiperaktivitas dan permasalahan
perhatian. Ini merupakan langkah pertama yang diminati orang tua
serta pada mereka yang tidak menginginkan anaknya mengkonsumsi
obat-obatan. Terapi SI melihat perilaku hiperaktif sebagai suatu
masalah pengolahan informasi di dalam sistem nervous pada anak.
Mereka menerapkan model bersifat neurofisiologi pada treatment yang
diberikan berupa okupasi, fisik, dan terapi wicara. Terapis yang
professional pada umumnya menggunakan alat ukur yang
dikembangkan terutama untuk anak-anak oleh Ayres.45
Prosedur treatment integrasi sensori membantu dalam mengontrol
input sensori yang terintegrasi dalam level otak yang menghasilkan
penambahan output gerakan. Treatment juga memfasilitasi fungsi area
otak lainnya termasuk dalam pembelajaran, koordinasi, berbicara
bahasa penerima dan ekspresi serta perilaku. Harus dicatat ini
merupakan model yang sederhana kombinasi yang lebih rumit sangat
mungkin, misalnya dimana input sensori efisien tetapi tahap lain
tidak.46
44 Lynn Horowitz and Cecile Rost, helping hyperactive kids a sensory integration
approach, (Hunter House: 2007), hal. 4. 45 Lynn Horowitz and Cecile Rost, helping hyperactive kids a sensory integration
approach, (Hunter House: 2007), hal. 5. 46Elaine Wilson, Occupational Therapy for Children with Special Needs, (United
Kingdom, Whurr Publishers Ltd 1998), h.2.
51
SI bukan tentang pengajaran keterampilan baru kepada anak,
melainkan membantu otak anak mengembangkan proses yang menjadi
dasar untuk keterampilan hidup. Terapi SI menggunakan metode
mainan dan eksplorasi murni yang bisa diberikan oleh terapis okupasi,
terapis wicara dan juga terapis fisik. Ketika terapi berlangsung anak
aktif dalam permainan. Permainan ini ditentukan oleh anak, sehingga
peran terapis adalah sebagai fasilitator anak. Ketika seorang anak
benar-benar kacau dan tidak mampu membuat keputusan, barulah
terapis membantunya dalam menentukan pilihan dengan mengacu pada
dorongan agar anak mampu menentukan pilihan.47
Anak Dengan gangguan SI tidak dapat beradaptasi secara optimal,
hal ini disebabkan karena fungsi neurologisnya tidak mengembangkan
proses untuk mengintegrasikan input sensorik dari lingkungannya.
Individu ini membutuhkan lingkungan yang khusus disiapkan untuk
memenuhi kebutuhan neurologisnya (Ayres, 1979), maka individu
tersebut dapat mengintegrasikan input yang diterima dan berespon
secara tepat (adaptif).
Interaksi anak dengan lingkungan sangat membantu dalam
perkembangan otaknya. Seorang anak yang normal, tidak perlu
mengikuti terapi karena lingkungan menyediakan semua kebutuhan
untuk perkembangan fungsi neurologisnya. Lain halnya anak dengan
kebutuhan khusus, mereka membutuhkan perlakuan khusus agar
mereka dapat merespon input yang ada di sekitarnya dengan tepat.
47Lynn Horowitz and Cecile Rost, helping hyperactive kids a sensory integration
approach, (Hunter House: 2007), hal. 89.
52
Terapi okupasi dengan pendekatan SI menggunakan pendekatan
bermain dengan baik, karena dunia bermain adalah dunia terdekat
untuk dapat menggambarkan perilaku anak. Di dalam ruang terapi,
disediakan berbagai macam input untuk dapat diolah, input yang
tersedia: input proprioseptif berupa perlengkapan main, yaitu luncuran,
“prosotan”, input vestibular, berupa berbagai macam bentuk ayunan,
trampolin. Input taktik (kulit) diwakili oleh bermacam-macam tekstur
permukaan lantai, kain dan lain-lain.
Dalam sebuah pidato yang disampaikan oleh Gunadi (2008)
diungkapkan ciri-ciri dari terapi sensori integrasi adalah:
1) Anak merasakan dan terlibat dengan input yang ada di sekitarnya
(sensory enriched).
2) Fungsi dari terapis adalah sebagai fasilitator dan anak yang
menentukan arah/keinginannya. Prinsip ini yang membedakan terapi
sensory integration dengan pendekatan terapi kaum behavioris
(Applied Behavior Analysis / ABA). Pada terapi ABA, kurikulum
terapi ditetapkan oleh terapis (teacher-directed and controlled), anak
digambarkan sebagai sosok yang pasif .
3) Tidak boleh memaksakan kehendak, karena fungsi terapis hanya
sebagai fasilitator, anak yang menentukan.
4) Just the right challenge: tingkat kesulitan harus selangkah lebih maju
dibandingkan kemampuan anak sekarang. Tantangan yang diberikan
tidak terlalu sulit tapi juga memiliki kemungkinan gagal.
53
5) FUN, anti kata FUN ini adalah permainan harus menyenangkan dari
sudut pandang anak, bukan dari sudut pandang terapis.
Beberapa teknik yang digunakan dalam terapi okupasi dengan
pendekatan SI:
a) Wilbarger protocol
b) MORE (Motor, Oral Respiratory and Eye coordination)
c) Listening therapeutic
d) Sensory base activity
d. Prinsip Terapi Sensori Integrasi
Terapi sensori integrasi menekankan stimulasi pada tiga indera
utama, yaitu taktil, vestibular, dan proprioseptif. Ketiga sistem sensori
ini memang tidak terlalu familiar dibandingkan indera penglihatan dan
pendengaran, namun sistem sensori ini sangat penting karena
membantu interpretasi dan respon anak terhadap lingkungan.
1) Sistem taktil
Sistem taktil merupakan sistem sensori terbesar yang dibentuk oleh
reseptor di kulit, yang mengirim informasi ke otak terhadap
rangsangan cahaya, sentuhan nyeri, suhu, dan tekanan. Sistem taktil
terdiri dari dua komponen, yaitu protektif dan diskriminatif, yang
bekerja sama dalam melakukan tugas dan fungsi sehari-hari.
Hipersensitif terhadap stimulasi taktil, yang dikenal dengan tactile
defensiveness, dapat menimbulkan mispersepsi terhadap sentuhan,
berupa respons menarik diri saat disentuh, menghindari kelompok
orang, menolak makan makanan tertentu atau memakai baju
54
tertentu, serta menggunakan ujung-ujung jari, untuk memegang
benda tertentu.
Bentuk lain disfungsi ini adalah perilaku yang mengisolasi
diri atau menjadi irritable. Bentuk hiposensitif dapat berupa reaksi
kurang sensitif terhadap rangsangan nyeri, suhu, atau perabaan
suatu obyek. Anak akan mencari stimulasi yang lebih dengan
menabrak mainan, orang , perabot, atau dengan mengunyah benda.
Kurangnya reaksi terhadap nyeri dapat menyebabkan anak berada
dalam bahaya.48
2) Sistem vestibular
Sistem vestibular terletak pada telinga dalam (kanal
semisirkular) dan mendeteksi gerakan serta perubahan posisi
kepala. Sistem vestibular merupakan dasar tonus otot,
keseimbangan, dan koordinasi bilateral. Anak yang hipersensitif
terhadap stimulasi vestibular mempunyai respons fight atau flight
sehingga anak takut atau lari dari orang lain. Anak dapat bereaksi
takut terhadap gerakan sederhana, peralatan bermain di tanah, atau
berada di dalam mobil. Anak dapat menolak untuk digendong atau
diangkat dari tanah, naik lift atau escalator, dan seringkali
terlihatcemas. Anak yang hiposensitif cenderung mencari aktivitas
tubuh yang berlebihan dan disengaja, seperti bergelinding,
48 Waiman, Elina dkk, Sensori Integrasi: Dasar dan Efektivitas Terapi (Yogyakarta:
Pustaka Anggrek 2011). h. 132-133.
55
berputar-putar, bergantungan secara terbalik, berayun-ayun dalam
waktu lama, atau bergerak terus-menerus.49
Sistem proprioseptif terdapat pada serabut otot, tendon, dan
ligament, yang memungkinkan anak secara tidak sadar mengetahui
posisi dan gerakan tubuh. Pekerjaan motorik halus, seperti
menulis, menggunakan sendok, atau mengancingkan baju
bergantung pada sistem proprioseptif yang efisien. Hipersensitif
terhadap stimulasi proprioseptif menyebabkan anak tidak dapat
menginterprestasikan umpan balik dari gerakan dan mempunyai
kewaspadaan tubuh yang rendah. Tanda disfungsi sistem
proprioseptif adalah clumsiness, kecenderungan untuk jatuh,
postur tubuh yang aneh, makan yang berantakan, dan kesulitan
memanipulasi objek kecil, seperti kancing. Hiposensitif sistem
proprioseptif menyebabkan anak suka menabrak benda, menggigit,
atau membentur-benturkan kepala.50
Para ahli terapi sensori integrasi dari Amerika Serikat telah
menyusun consensus tentang elemen inti terapi sensori integrasi.
Tabel 2.1 di bawah ini merupakan elemen inti dari sensori
integrasi.51
49 Waiman, Elina dkk, Sensori Integrasi: Dasar dan Efektivitas Terapi (Yogyakarta:
Pustaka Anggrek 2011). h. 132-133. 50 Waiman, Elina dkk, Sensori Integrasi: Dasar dan Efektivitas Terapi (Yogyakarta:
Pustaka Anggrek 2011). h. 132-133. 51 Waiman dkk, Sensori Integrasi: Dasar dan Efektivitas Terapi (Yogyakarta: Pustaka
Anggrek 2011). h.132.
56
Elemen Inti Sikap dan PerilakuTerapis
Memberikan rangsangan sensori Memberikan kesempatan pada anak untuk
mengalami berbagai pengalaman sensori,
yang meliputi taktil, vestibular, dan/atau
proprioseptif; intervensi yang diberikan
melibatkan lebih dari satu modalitas sensori.
Memberikan tantangan yang
tepat
Memberikan aktivitas yang bersifat
menantang, tidak terlalu sulit maupun terlalu
mudah, untuk membangkitkan repons adaptif
anak terhadap tantangan sensori dan praksis.
Kerjasama menentukan pilihan
aktivitas
Mengajak anak berperan aktif dalam proses
terapi, memberikan kesempatan pada anak
mengontrol aktivitas yang dilakukan, tidak
menetapkan jadwal dan rencana terapi tanpa
melibatkan anak.
Memandu organisasi mandiri Mendukung dan memandu anak untuk
mengorganisasi perilaku secara mandiri,
memilih dan merencanakan perilaku yang
sesuai dengan kemampuan anak, mengajak
anak untuk berinisiatif, mengembangkan ide,
dan merencanakan aktivitas.
Menunjang stimulasi optimal Menjamin lingkungan terapi yang kondusif
untuk mencapai atau mempertahankan
stimulasi yang optimal, dengan mengubah
lingkungan atau aktivitas untuk menarik
perhatian anak, engagement, dan
kenyamanan.
Menciptakan konteks bermain Menciptakan permainan yang membangun
motivasi intrinsic anak dan kesenangan dalam
beraktivitas; memfasilitasi atau
mengembangkan permainan objek, sosial,
motorik, dan imanginatif.
Memaksimalkan kesuksesan
anak
Memberikan atau memodifikasi aktivitas
sehingga anak dapat berhasil pada sebagian
atau seluruh aktivitas, yang menghasilkan
respons terhadap tantangan tersebut.
Menjamin keamanan fisik Meyakinkan bahwa secara fisik anak dalam
kondisi aman, dengan menggunakan peralatan
terapi yang aman atau senantiasa ditemani
oleh terapis.
Mengatur ruangan untuk
interaksi anak
Mengatur peralatan dan ruangan sehingga
dapat memotivasi anak untuk memilih dan
terlibat dalam aktivitas
Memfasilitasi kebersamaan
dalam terapi
Menghormati emosi anak, memberikan
pandangan positif terhadap anak, menjalin
hubungan dengan anak serta menciptakan
iklim kepercayaan dan keamanan emosi.
57
e. Struktur dalam Terapi Sensori Integrasi
Seorang terapi SI tidak selalu perlu menggunakan “ketat” rutin dan
struktur di sesi terapi. Namun, sebagian besar terapis memiliki rutinitas
umum dan kebanyakan anak hiperaktif pasti membutuhkan struktur dalam
sesi terapi mereka. Sebuah sesi yang memiliki perbedaan diawal, tengah,
dan akhir memberikan kejelasan untuk anak. Jika anak pertama harus
berganti pakaian, ia selalu bisa melakukannya dengan cara yang sama,
sepatu anak, misalnya, harus selalu ditetapkan di tempat yang sama.
Demikian juga, bahan bermain dapat selalu dibersihkan dan dimasukkan
di tempat semula.52
Beberapa terapis ingin memulai sesi dengan aktivitas pemanasan.
Setiap kali anak mendengar tentang pemanasan, dia tahu terapis akan
melakukan sesuatu untuk membantu anak yang mencapai keadaan fokus
untuk mempersiapkan kesuksesan sesi. Beberapa kegiatan menenangkan
menggunakan tekanan kuat, sementara yang lain melibatkan game yang
menarik dan mendorong, gulat, atau bergulir seperti bola. Jika anak dapat
memilih aktivitas pemanasan dan mengarah pada kegiatan terapi adalah
kesebuah awal yang yang baik. Sistem visual adalah sistem yang paling
berkembang pada anak-anak hiperaktif. Dengan demikian, anak atau
terapis, atau keduanya anak anak dan terapis dapat membuat gambaran
dari apa yang dia ingin lakukan selama sesi terapi. Jika mereka
mendiskusikan apa yang akan dilakukan dan kemudian melakukan
gambaran, baik pendengaran dan sistem visual terlibat. Dengan cara ini,
52 Lynn Horowitz and Cecile Rost, helping hyperactive kids a sensory integration
approach, (Hunter House: 2007), hal. 95.
58
anak dapat belajar untuk menentukan urutan dan mencapai kontrol atas
perencanaan sesi.53
f. Sesi Treatment Sensori Integrasi
Seringkali terapis akan memulai sesi dengan beberapa latihan
pemanasan. Ini mungkin melibatkan kaki dan pijat tangan untuk
memastikan pegangan yang lebih baik, atau latihan mendorong dan
menarik untuk mempersiapkan otot-otot. Kemudian sesi yang
menyenangkan dimulai, tambahan kesenangan yang berasal dari aktivitas
membuat anak memperoleh perasaan berprestasi. Terapis memastikan
aktivitas selalu sukses dan aman. Terapis adalah sebagai pemberdaya
anak. Musik menarik bisa dimainkan untuk membangun otot. Anak hanya
tahu bahwa dia memiliki banyak kesenangan. Dengan cara ini, kegiatan
tersebut merangsang kemampuan untuk berfantasi, yang penting untuk
mengintegrasikan efek terapi SI di otak anak. Ketika proses belajar itu
menyenangkan, apa yang kita pelajari lebih mudah untuk diterima.
Kesenangan membantu aspek memori terapi dan belajar.54
Pada akhir sesi perawatan, terapis meminta anak untuk mengatakan
sesuatu tentang kegiatan yang telah mereka lakukan bersama-sama. Hal
ini memperkuat perasaan prestasi dan membantu untuk merangsang
memori dan bahasa keterampilan. Jika anak belum bisa menjelaskan apa
yang dia lakukan, terapis atau orang tua dapat memberitahu anak apa
yang telah dilakukan, sehingga memperkuat bahasa anak dan juga
53 Lynn Horowitz and Cecile Rost, helping hyperactive kids a sensory integration
approach, (Hunter House: 2007), hal. 96. 54 Lynn Horowitz and Cecile Rost, helping hyperactive kids a sensory integration
approach, (Hunter House: 2007), hal. 100-101.
59
kemampuan pemahaman. Jika anak dapat mengatakan hanya apa aktivitas
favoritnya itu, terapis dapat menyarankan, “Mungkin minggu depan kita
bisa bermain di ayunan besar dan membuat perahu lain, seperti yang kita
lakukan hari ini. “Emosi positif dan antisipasi digunakan dalam terapi SI
untuk membangun motorik dan memori kognitif”.55
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan terapi antara lain:56
1) Seberapa serius gangguan yang dialami
2) Keadaan lingkungan, apakah berkontribusi atau tidak
3) Bagaimana keterlibatan orang tua, guru, dan anggota keluarga lain
terlibat dalam proses terapi
4) Tingkat kehadiran anak pada jadwal terapi
5) Apakah guru menggunakan rekomendasi terapi dikelas
6) Peran keluarga dalam membantu mencapai kesuksesan terapi
7) Penggunaan obat-obatan dan efek sampingnya.
C. Anak Tunagrahita
1. Pengertian Anak
Anak merupakan anugrah terindah yang dititipkan Tuhan kepada para
pasangan suami isteri yang harus dijaga dengan baik. Anak membutuhkan
kasih sayang, perhatian, rasa aman dalam setiap tumbuh kembangnya.
Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23
Tahubn 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud anak menurut
55 Lynn Horowitz and Cecile Rost, helping hyperactive kids a sensory integration
approach, (Hunter House: 2007), hal. 101. 56 Lynn Horowitz and Cecile Rost, helping hyperactive kids a sensory integration
approach, (Hunter House: 2007), hal. 101.
60
undang undang tersebut adalah seseorang yang belum berumur 18
(delapan belas) tahun termauk anak yang masih dalam kandungan.57
Menurut John Locke, anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka
terhadap rangsangan-rasangan yang berasal dari lingkungan.58
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak merupakan
manusia yang berusia 0 hngga mencapai 18 tahun dan memiliki pribadi
yang bersih dan peka terhadap rangsangan dari lingkungan.
2. Pengertian Tunagrahita
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Dalam bahasa
asing istilah yang digunakan seperti mental retardation, mentally
retarded, dan mental deficiency.59
Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau
tunagrahita jika ia memiliki tingkat kecerdasan dibawah normal, sehingga
untuk meningkatkan kemampuasnnya memerlukan bantuan atau layanan
spesifiksdi, termasuk dalam program pendidikannya.60
3. Klasifikasi Tunagrahita
a. Tunagrahita Ringan
Tunagrahita ringan sering disebut juga moron atau debil.
Kelompok ini memiliki IQ antara 69-55 menurut skala Weschler.
57Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
(Surabaya: Kesindo Utama, 2003), h.4. 58Hastuti, Psikologi Perkembangan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN, 2009), h.136. 59 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN , 2009), h.136. 60Branata, “Pendidikan Anak Terbelakang Mental” dalam Mohammad Effendi,
Pengantar Psikopedagogik Anak Berkebutuhan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.88.
61
Mereka masih dapat membaca, menulis, dan berhitung sederhana.
Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang
mental ringan pada saatnya dapa memperoleh penghasilan untuk
dirinya sendiri karena mereka dapat dididik menjadi tenaga kerja
seperti pekerjaan laundry, pertanian, peternakan dan pekerjaan rumah
tangga.
Pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami
gangguan fisik, mereka tampak seperti anak normal lainnya. Hanya
saja mereka tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara
independen.
b. Tunagrahita Sedang
Anak tungrahita sedang disebut imbisil. Kelompok ini memiliki
IQ antara 54 sampai 40 menurut Weschler. Mereka sangat sulit
bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis,
membaca dan berhitung walaupun mereka masih dapat menulis,
secara sosial seperti menulis namanya sendiri dan menulis alamat
rumahnya. Tetapi mereka masih bisa dididik mengurus diri seperti
mandi, berpakaian, makan minum, mengerjakan pekerjaan rumah
tangga dan sebagainya. Namundalam kehidupan sehari-hari mereka
membutuhkan pengawasan yang terus-menerus.
c. Tunagrahita Berat
Anak tunagrahita berat sering disebut idiot. Kelompok ini
memiliki IQ antara 39-25 menurut skala Weschler. Anak tunagrahita
berat sangat sulit bahkan tidak bisa lepas dari bantuan orang lain
62
untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari. Mereka memerluan
bantuan perawatan total dalam hal merawat diri, makan lainnya.
Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang
hidupnya.61
4. Hambatan Tunagrahita
Pada dasarnya tunagrahita menunjukkan kecendrungan
kemampuan yang rendah pada fungsi umum kecerdasannya karena
keterbatasan fungsi kognitif. Fungsi kognitif sendiri merupakan
kemampuan seseorang untuk mengenal atau memperoleh pengetahuan.
Beberapa hambatan yang tampak pada anak tuagrahita dari segi
kognitif yang juga menjadi karakteristiknya yaitu:
1) Cenderung memiliki kemampuan berpikir kongkret
2) Mengalami kesulitan dalam konsentrasi
3) Kemampuan sosialisasinya terbatas
4) tidak mampu menyimpan intruksi yang sulit
5) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi
6) Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca, tulis,
dan hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV SD.62
Menurut Hallahan, terdapat empat bidang hambatan kognisi pada
anak yang tergolong kategori retardasi mental. Empat bidang terebut
antara lain hambatan perhatian, ingatan, bahasa dan prestasi akademik.
61Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:
Tenaga Penelitian UIN, 2009), h. 139-141. 62Mohammad Effendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 98.
63
a. Hambatan perhatian merupakan hambatan ketika mereka
kesulitan mencurahkan perhatiannya kepada aspek yang
bermacam-macam.
b. Hambatan ingatan yaitu ketika mereka sulit mengingat suatu
benda atau proses yang telah dialaminya.
c. Hambatan bahasa yaitu mengalami kesulitan dalam mengingat
apa yang dilihat dan didengar sehigga menyebabkan kesulitan
dalam berbicara.
d. Prestasi akademik yaitu terlambat dalam perkembangan mental,
tunagrahita mengalami masalah dalam keterampilan akademik
disbanding kelompok usia sebaya.63
5. Penyebab Tunagrahita
Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang
menjadi tunagrahita. Para ahli dari berbagai ilmu telah berusaha membagi
faktor-faktor penyebab ini diantaranya sebagai berikut.64
a. Faktor Keturunan
Adanya kelainan kromosom baik autosom (mempunyai kromosom
3 ekor pada kromosom nomor 21 sehingga anak mengalami
Langdon Down’s Syndrome dan pada trisomi kromosom nomor 15
anak akan menderita Patau’s Syndrome dengan ciri-ciri berkepala
kecil, mata kecil, berkuping aneh, sumbing dan kantung empedu
yang besar. Adanya kegagalan meiosis sehingga menimbulkan
63Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN, 2009), h. 155. 64Bandi Delphie, Sebab-sebab Keterbelakangan Mental Seseorang, (Bandung: Mitra
Grafika, 1996), h.49.
64
duplikasi dan translokasi maupun pada kelainan gonosom (gonosom
yang seharusnya XY, karena kegagalan menjadi XXY atau XXXY).
b. Gangguan metabolism dan gizi
Metabolisme dan gizi merupakan hal yang penting bagi
perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak.
Beberapa kelainan yang disebabkan oleh kegagalan metabolisme
dan kekurangan gizi diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Phenylketonuria
Salah satu akibat gangguan metabolism asam amino juga
kelainan gerakan enzyme phenylalanine hydroxide. Gejala
umum yang nampak adalah tunagrahita, kekurangan pigmen,
microchepally, serta kelainan tingkah laku.
2) Cretinisme
Disebabkan oleh keadaan hypothyroidism kronik yang terjadi
selama masa janin atau segera setelah melahirkan. Berat ringan
kelainan tergantung pada tingkat kekurangan thyroxin. Gejala
umum yang nampak adalah ketidaknormalan fisik yang khas
dan ketunagrahitaan dan awal gejalanya dengan kurangnyanya
nafsu makan, anak menjadi sangat pendiam, jarang tersenyum
dan tidur yang berlebihan.
3) Infeksi dan Keracunan
Adanya infeksi dan keracunan terjangkitnya penyakit-penyakit
selama janin masih berada dalam kandungan ibunya yang
menyebabkan anak lahir menjadi tunagrahita, antara lain:
65
a) Rubella
Penyakit ini menjangkiti ibu pada belas minggu pertama
kehamilan. Selain tunagrahita, ketidaknormalan yang
disebabkan penyakit ini adalah kelainan pendengaran,
penyakit janjtung bawaan, berat badan yang sangat rendah
pada waktu lahir dan lain-lain.
b) Syndrome Gravidity Beracun
Ketunagrahitaan yang timbul dari Syndrome Gravidity
Beracun terjadi pada sebagian bayi yang lahir premature,
kerusakan janin yang disebabkan oleh zat beracun dan
berkurangannya aliran darah pada rahim dan plasenta.
4) Masalah pada kelahiran
Adanya kelahiran yang disertai hypoxia (kejang dan nafas
pendek) dipastikan bahwa bayi yang akan dilahirkan menderita
kerusakan otak.
5) Faktor lingkungan
Latar belakang pendidikan orangtua sering juga dihubungkan
dengan masalah-masalah perkembangan. Kurangnya kesadaran
orangtua akan pentingnya pendidikan dini serta kurangnya
pengetahuan dalam memberikan segala rangsangan yang
bersifat positif dalam masa perkembangan anak dapat menjadi
salah satu penyebab timbulnya gangguan atau hambatan dalam
perkembangan anak. Kurangnya kontak pribadi dengan anak,
misalnya dengan tidak mengajaknya berbicara, tersenyum dan
66
bermain yang mengakibatkan timbulnya sikap tegang, dingin
dan menutup diri. Kondisi yang demikian akan berpengaruh
buruk terhadap perkembangan anak baik fisik maupun mental
intelektualnya.
6. Karakteristik Tunagrahita65
1) Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan
Dalam berbicaranya banyak yang lancar, tetapi perbendaharan
kataya minim, mereka mengalami kesulitan dalam berpikir abstrak,
tetapi mereka masih mampu mengikuti pelajaran yang bersifat
akademik atau tool subject, baik disekolah biasa maupun di sekolah
biasa maupun di sekolah luar biasa (SLB). Umur kecerdasannya
apabila sudah dewasa sama dengan anak normal yang berusia 12
tahun.
2) Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang
Anak tunagrahita sedang tidak bisa mempelajari pelajaran-
pelajaran yang bersifat akademik, belajarnya secara membeo.
Perkembangan bahasanya sangat terbatas karena perbendaharaan kata
yang sangat kurang. Mereka memerlukan perlindungan orang lain,
meskipun begitu masih mampu membedakan bahaya dan bukan
bahaya. Umur kecerdasannya sama dengan anak normal umur tujuh
tahun.
65Jurnal tentang mengenal anak luar biasa, artikel diakses pada 27 Agustus 2017
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR_PEND_LUAR_BIASA/195706131985031-
MAMAN_ABDURAHMAN_SAEPUL_R/MENGENAL_ANK_LUAR_BIASA.pdf
67
3) Karakteristik Anak Tunagrahita Berat
Anak ini sepanjang hidupnya memerlukan pertolongan dan
bantuan orang lain, sehingga berpakaian, ke WC, dan sebagainya
harus dibantu. Mereka tidak tahu bahaya atau tidak bahaya. Kata-kata
dan ucapannya sangat sederhana. Kecerdasannya sampai setinggi
anak normal yang berusia tiga tahun.
68
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN MIFTAHUL QULUB CIPONDOH
KOTA TANGERANG
A. Sejarah Berdirinya
Berawal dari tahun 2007, saat Ibu Hj. Umu Kulsum S.Pd kuliah di
Universitas Negri dengan jurusan PLB. Beliau merasa prihatin terhadap anak-
anak berkebutuhan khusus. Kemudian beliau melakukan terapi dari rumah ke
rumah, dari lembaga ke lembaga dengan modal pengetahuan yang diajarkan di
bangku perkuliahan. Akhirnya pada tahun 2008, banyak orang tua yang
memiliki anak berkebutuhan khusus mendukung dan mempercayai beliau
untuk membuka terapi sendiri. Maka, sejak tahun 2008 beliau memiliki klinik
tumbuh kembang anak.66
Pada tahun 2010, orang tua murid memberikan apresiasi kepada beliau
untuk membangun sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Hingga
saat ini beliau telah memiliki Sekolah Khusus tingkat SD-SMP yang
menangani anak berkebutuhan khusus dan memiliki terapis yang
berpengalaman yang ada di klinik tersebut.67
Sekolah Khusus yang diberi nama Sekolah Khusus Pelita Nusantara tidak
hanya menerima siswa-siswi BCD (Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa),
tetapi juga Hiperaktif, Down Syndrom, Autis dan Epilepsi, mulai dari usia dini
sampai usia menengah pertama.68
66 Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Syaifudin, 25 Oktober 2017. 67 Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Syaifudin, 25 Oktober 2017. 68 Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Syaifudin, 25 Oktober 2017.
69
B. Profil Yayasan69
Nama Yayasan : Yayasan Miftahul Qulub
Alamat Yayasan : Jl. KH. Ashari, Gg. Jambu No. 12 RT.001/RW.04
Gondrong, Cipondoh 15140 Kota Tangerang.
Tahun Berdiri : 2008
No. Akte Notaris / Tahun : 08/28 Oktober 2008
Nama Ketua Yayasan : Bpk. Ahmad Syaifudin, S.E
Nama Sekolah : Sekolah Khusus Pelita Nusantara
Nomor Telpon : 92108955 / 85359378
Nomor Statistik Sekolah : 282286102008
Status Sekolah : Swasta
Alamat Sekolah : Jl. KH. Ashari, Gg. Jambu No. 12 RT.001/RW.04
Gondrong, Cipondoh 15140 Kota Tangerang.
No. Izin Operasional : 800/110-Dispen/2010
Status Akreditasi : C
Nama Kepala Sekolah : Bpk. Sudaryanta, S.Pd
No.SK Jabatan Kepsek : 800/598-Dispend/2014
69 Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Yunus, 24 Oktober 2017.
70
C. Struktur Kepengurusan70
D.
E.
F.
G.
H.
70 Hasil Dokumen Sekolah Khusus Pelita Nusantara
KETUA YAYASAN
H. AHMAD SYAIFUDIN, SE
KONSULTAN
PSIKOLOG
KEPALA SEKOLAH
SUDARYANTA, S.Pd KOMITE SEKOLAH
WAKASEK
Hj. UMU KULSUM, S.Pd
PKS. KURIKULUM
PKS. KESISWAAN
TATA USAHA
BENDAHARA
PKS. SARPRAS
GURU GURU GURU GURU GURU
PESERTA DIDIK
71
D. Visi, Misi dan Tujuan Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh, kota
Tangerang71
1. Visi
“Mampu Mewujudkan Kemandirian, Trampil, Berkarakter dan Budaya
Disiplin”.
Idikator:
a) Mampu mewujudkan kemandirian
b) Mampu dan trampil dalam pembelajaran
c) Mampu berimplementasi keagamaan
d) Mampu menerapkan budaya disiplin.
2. Misi
a) Mewujudkan kemandirian peserta didik dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari dalam berinteraksi di tengah masyarakat, mampu
menyesuaikan diri dan tidak ketergantungan pada orang lain.
b) Menerapkan proses pembelajaran yang memenuhi persyaratan dengan
melaksanakan langkah-langkah yang sistematis dan terarah serta
didukung melalui proses pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan
tindak lanjut sehingga tujuan dapat diwujudkan sesuai dengan harapan.
c) Membangun dan menumbuhkembangkan penghayatan serta pengamalan
terhadap nilai-nilai keagamaan yang dianut, sehingga menjadi sumber
kearifan dalam bersikap dan bertindak.
71 Hasil Dokumen Sekolah Khusus Pelita Nusantara.
72
d) Menanamkan kedisiplinan dalam berbagai aspek sehingga pemenuhan
hak dan kewajiban seluruh warga sekolah dapat diwujudkan dengan
baik.
3. Tujuan
a) Sekolah mampu memenuhi/menghasilakan Analisis KI, KD, silabus,
semua mata pelajaran semua jenjang pendidikan SDLB, SMPLB.
b) Sekolah mampu memenuhi/menghasilkan standar isi (kurikulum satuan
pendidikan, meliputi: tercapai/ telah dibuat kurikulum satuan, silabus
lengkap, model/sistem penilaian lengkap, RPP lengkap dll.
c) Sekolah mampu memenuhi/menghasilkan standar pendidik dan tenaga
kependidikan meliputi: semua guru berkualifikasi minimal S1, semua
mengajar sesuai bidangnya, serta memiliki tenaga ahli (Ahli Terapi
Wicara dan Terapi Okupasi).
d) Sekolah mampu memenuhi/menghasilkan standar sarpras/fasilitas
sekolah meliputi: semua srapras, fasilitas, peralatan, dan perawatan
memenuhi SPM.
E. Prosedutr Penerimaan Anak Dididk di Sekolah Khusus Pelita Nusantara
Adapun tahapan penerimaan anak didik yang akan mengikuti kegiatan
disini antara lain:72
1. Orangtua datang ke sekolah. Jika tidak ada orangtua maka dapat
diwakilkan oleh pihak keluarga calon anak didik.
2. Pihak sekolah melakukan wawancara dengan pihak keluarga.
3. Pihak sekolah melakukan analisa terhadap calon anak didik.
72 Hasil wawancara pribadi dengan Bpk Yunus, 24 Oktober 2017.
73
4. Mengisi formulir yang berisi data siswa dan orangtua.
5. Surat keterangan dari Dokter dan Psikolog.
6. Surat peryataan orangtua siap mengikuti masa observasi selama 3
bulan.
Setelah syarat tersebut lengkap secara keseluruhan kemudian calon
siswa diberikan tes psikologi untuk mengetahui anak tersebut dapat
dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus dengan kategori apa.
Keseluruhan dari hasil wawancara dan pengamatan bahwa prosedur
pelayanan yang diberikan Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota
Tangerang melalui SKh. Pelita Nusanta teratur dan jelas. Setelah
melengapi administrasi maka siswaakan mendapat pelayanan terapi.
Biasanya siswa dapat mengikuti lebih dari satu macam terapi, seperti
terapi okupasi, terapi sensori integrasi, terapi wicara, namun semua
bergantung kepada kebutuhan masing-masing siswa.
F. Program Kegiatan Sekolah Khusus Pelita Nusantara
Selain pendidikan formal, sekolah Khusus Pelita Nusantara juga
menyediakan program umum seperti: Klinik tumbuh kembang yaitu layanan
terapi untuk anak berkebutuhan khusus seperti terapi air, terapi perilaku, terapi
okupasi, terapi wicara, terapi sensori integrasi, konsultasi anak dan tes
psikolgi.
Beberapa program kegiatan yang menjadi unggulan di sekolah ini antara
lain:
74
1. Program bina diri yaitu keterampilan dalam mengerjakan pekerjaan sehari-
hari, mulai dari makan, minum, bersih-bersih, ke toilet, ganti baju dan
sebagainya.
2. Program kesenian diantaranya seni musik dan seni tari.
3. Program keterampilan tangan meliputi pajangan dinding, gantungan tas.
4. Program meningkatkan bakat dan minat anak, diantaranya yaitu cooking
day, market day, reading day, garden day dan eat together.
Adapun beberapa jenis terapi yang ada di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang yang diberikan kepada siswa berkebutuhan
khusus antara lain:
1. Terapi wicara
Terapi wicara adalah terapi untuk membantu siswa yang
berkebutuhan khusus di Sekolah Khusus Pelita Nusantara untuk bisa
berkomunikasi dengan lebih baik. Terapi ini biasa diberikan kepada anak-
anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay). Ini merupakan
salah satu hambatan tumbuh kembang yang paling umum dialami anak,
dimana seorang anak masih belum mencapai kemampuan bicara yang
semestinya sudah dikuasai pada usia tertentu.
2. Terapi okupasi
Terapi okupasi di Sekolah Khusus Pelita Nusantara bertujuan
mengajarkan kepada siswa untuk melakukan kegiatan bina diri yang
meliputi mandi, makan, berpakaian dan aktivitas merawat dirinya. Terapi
okupai yang diberikan oleh Sekolah Khusus Pelita Nusantara yakni
melalui bina diri dan pemanfaatan waktu luang. Hasil akhir dari kegiatan
75
bina diri ialah diharapkan siswa dapat mandiri dalam kegiatan sehari-hari
seperti merawat diri. Sedangkan dalam pemanfaatan waktu luang, siswa
dapat menyalurkan minat dan bakatnya melalui kegiatan ektrakurikuler
seperti musik, nari dan kegiatan keterampilan.
3. Terapi sensori integrasi
Disfungsi SI menunjukkan ketidakmampuan tubuh untuk menangkap
dan menggunakan informasi yang diterima oleh panca indera secara benar.
Anak dengan disfungsi SI mempunyai kesulitan mengolah informasi yang
diterima panca inderanya untuk melaksanakan tugas sehari-hari. Disfungsi
SI bisa muncul dengan berbagai kombinasi dari indera-indera, yaitu
penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecapan, peraba, atau
pergerakan.
Ada beberpa langkah yang dilakukan oleh pihak Yayasan Miftahul
Qulub Cipondoh Kota Tangerang melalui Sekolah Khusus Pelita
Nusantara dalam memberikan terapi Sensori Integrasi:
a) Tahap Assesment (pengkajian)
Tahap awal dimana pihak sekolah melakukan identifikasi terhadap
siswa baru yang bersekolah di Sekolah Khusus Pelita Nusantara. Tahap
ini bertujuan untuk mengetahui terapi yang akan diperoleh dan
dijalankan oleh siswa baru misalnya apakah siswa itu membutuhkan
terapi sensori integrsi atau tidak. Tahap assesment dilakukan dengan
cara membaca atau melakukan observasi perilaku siswa itu selama tiga
bulan.
76
b) Tahap Pelaksanaan Terapi Sensori Integrasi
Tahap ini dilakukan ketika siswa tunagrahita didiagnosa
membutuhkan terapi sensori integrasi. Dalam hal ini, terapis akan
memberikan pengenalan kegunaan dari perlengkapan yang baisa
digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
Pelaksanaan terapi sensori integrasi berupa pengulangan informasi
yang diterima panca inderanya untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Pelaksanaan terapi sensori integrasi diberikan secara continue agar anak
mampu berlatih mengingat.
Pihak sekolah tidak secara khusus melakukan evaluasi hasil dari
terapi sensori integrasi, akan tetapi laporan perkembangan siswa tetap
disampaikan kepada orang tua ketika pembagian raport yang termasuk
di dalamnya hasil kegiatan bina diri.
G. Keadaan Guru Dan Siswa Di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota
Tangerang
Jumlah guru yang ada di Sekolah Khusus Pelita Nusantara ini yaitu 10
orang dengan rincian 2 orang tamatan S1 PLB, 5 orang tamatan Non-PLB, 3
orang tamatan SMA. Sedangkan jumlah anak didik sebayak 44 orang dengan
rata-rata anak tunagrahita.
Jam belajar di sekolah terbagi 2 yaitu kelas pagi mulai jam 07.30-10.15,
dengan jam istirahat pukul 08.30-09.00. Sedangkan kelas siang mulai jam
10.30-14.00, dengan jam istirahat 12.00-12.30. Pada jam istirahat semua anak
didik akan tetap berada di dalam kelas untuk makan bekal yang dibawa
masing-masing, sementara guru mengawasi mereka karena makan merupakan
77
salah satu pelajaran bina diri bagi siswa tunagrahita yang memang diharapkan
setelah keluar dari sekolah mereka dapat mengurus dirinya sendiri. Waktu
istirahat ini bisa dimanfaatkan oleh guru untu lebih mendekatkan diri kepada
siswa dan menilai kemandiriannya.
Bahasa yang disampaikan pengajar kepada murid disini semuanya
diucapkan dengan bahasa yang baik karena sesuai dengan ejaan bahasa
indonesia seperti: “bicara yang baik”, “kalau tidak selesai, tidak boleh
pulang”, “bersihkan sampahnya”.73
Selain bertanggung jawab terhadap pelajaran dan akademiknya, guru juga
bertanggung jawab dengan keadaan muridnya. Anak tunagrahita cenderung
mempunyai perilaku yang tidak dapat mengatur diri sendiri termasuk saat
mereka ingin buang air kecil maupun buang air besar. Jadi jika ada yang
buang air kecil di celana maka guru yang harus membantunya ke kamar mandi
dan menggantikan celanya.74
H. Profil Informan75
1. Profil Fier
Fier merupakan siswa tunagrahita ringan Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang yang mendapatkan terapi sensori integrasi. Fier
merupakan siswa laki-laki kelas 1 SKh Pelita Nusantara yang lahir pada
tanggal 23 Februari 2009 dan sekarang berumur 9 tahun. Fier adalah anak
dari Bapak Junaedi Abdullah dan ibu Ratih Rohaya, seorang karyawan
suwasta. Mereka tinggal di Jl. Kihajar Dewantoro Radio RON Gg.Damai 2,
73 Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Erni, 23Oktober 2017 74 Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Erni, 23Oktober 2017 75 Hasil Dokumentasi SKh Pelita Nusantara
78
Gondrong. Fier mengikuti terapi sesnsori integrasi sebanyak 2 kali dalam
seminggu.
2. Profil Adrian
Adrian merupakan siswa tunagrahita ringan Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang yang mendapatkan terapi sensori integrasi.
Adrian merupakan siswa laki-laki kelas 1 SKh Pelita Nusantara yang lahir
pada tanggal 18 Desember 2007 dan sekarang berumur 11 tahun. Adrian
adalah anak dari Bapak Ahmadi Ibu Esti Mardiani dan keduanya bekerja
sebagai karyawan swasta. Mereka tinggal di Gg. Pilot No.47A RT.005/013,
Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat. Adrian mengikuti terapi sensori
integrasi sebanyak 2 kali dalam seminggu.
3. Profil Awan
Awan merupakan siswa tunagrahita ringan Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang yang mendapatkan terapi sensori integrasi.
Awan adalah siswa laki-laki kelas 1 SKh Pelita Nusantara yang lahir pada
tanggal 7 Februari 2010 dan sekarang berumur 8 tahun. Awan merupakan
anak dari Bapak M. Wartono Adi S dan Ibu Badriah seorang karyawan
swasta. Mereka tinggal di Jl. KH.Hasyim Ashari Gg.Inpres 2 RT.04/02,
Nerogtog, Pinang. Awan mengikuti terapi sensori integrasi sebanyak 2 kali
dalam seminggu.
4. Profil Danang
Danang merupakan siswa tunagrahita ringan Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang yang mendapatkan terapi sensori integrasi.
Danang adalah siswa laki-laki kelas 1 SKh Pelita Nusantara yang lahir pada
79
tanggal 25 Mei 2008 dan sekarang berumur 10 tahun. Danang merupakan
anak dari Bapak Daryanto dan Ibu Sugiharti seorang wiraswasta. Mereka
tinggal di Kopti, Semanan, Kali Deres. Danang mengikuti terapi sensori
integrasi sebanyak 2 kali dalam seminggu.
5. Profil Kevin
Kevin merupakan siswa tunagrahita ringan Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang yang mendapatkan terapi sensori integrasi.
Kevin adalah siswa laki-laki kelas 2 SKh Pelita Nusantara yang lahir pada
tanggal 23 April 2010 dan sekarang berumur 8 tahun. Kevin merupakan
anak dari Bapak Arman dan Ibu Rosiyah seorang wiraswasta. Mereka
tinggal di Jl. Ketapang Rt003/006, Cipondoh Kota Tangerang. Kevin
mengikuti terapi sensori integrasi sebanyak 2 kali dalam seminggu.
6. Profil Arya
Arya adalah siswa tunagrahita ringan Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh
Kota Tangerang yang mendapatkan terapi sensori integrasi. Arya adalah
siswa laki-laki kelas 2 SKh Pelita Nusantara yang lahir pada tanggal 29
November 2006 dan sekarang berumur 11 tahun 7 bulan. Arya merupakan
anak dari Bapak Supriyanto dan Ibu Endang Lasmutik yang berprofesi
sebagai karyawan swasta. Mereka tinggal di Griya Sumber Mas Blok B/6,
Gondrong, Cipondoh Kota Tangerang. Arya mengikuti terapi sensori
integrasi sebanyak 2 kali dalam seminggu.
80
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA
Pada Bab ini, penulis akan memaparkan hasil temuan di lapangan berupa
penjelasan dari pelaksanaan dan hasil terapi sensori integrasi yang dilakukan oleh
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang serta hasil analisa dari
temuan lapangan penelitian yang berfokus pada evaluasi dari hasil terapi sensori
integrasi bagi anak tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota
Tangerang. Berikut pemaparan hasil temuan dan analisa dari penelitian tersebut:
A. Temuan Lapangan
1. Terapi Sensori Integrasi Bagi Anak Tunagrahita di Yayasan Miftahul
Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Pada bagian ini, penulis akan memberikan informasi terkait dengan
hasil temuan lapangan yang berkaitan dengan terapi sensori integrasi yang
ada di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang, meliputi;
tujuan terapi sensori integrasi, hasil pelaksanaan terapi sensori integrasi
(SI) dan faktor pendukung dan penghambat keberhasilan terapi sensori
integrasi (SI).
a. Tujuan Terapi Sensori Integrasi Di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang
Tujuan diadakannya terapi sensori integrasi bagi anak tunagrahita
di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang adalah untuk
mengembalikan fungsi panca indera (penglihatan, pembau,
pendengaran, perasa, peraba) serta proprioseptif dan vestibular.
Dengan kembalinya fungsi panca indera serta proprioseptive dan
81
vestibular tersebut siswa dapat melakukan kegiatan bina diri dengan
mandiri dan mengurangi rasa bergantung terhadap orang lain.
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Ketua Yayasan Miftahul
Qulub Cipondoh Kota Tangerang:
“Tujuan dari terapi sensori integrasi itu sendiri untuk melatih anak
melakukan kegiatan bina diri secara mandiri. Terapi SI itu sendiri
kan bertujuan untuk mengartikan atau merespon lingkungan sekitar
dengan baik. Karena kan mereka (anak tunagrahita) gak sensitif
atau bahkan hipersensitif, nah dengan terapi SI mereka (anak
tunagrahita) jadi lebih tau bagaimana cara merespon terhadap
lingkungan, sentuhan, atau sensasi yang dirasakan terhadap indera
sensori mereka. Dengan begitu mereka akan mampu melakukan
bina diri (aktivitas sehari-hari) secara mandiri.”
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Erni selaku terapis bagi
siswa tunagrahita. Beliau mengatakan bahwa tujuan dari terapi sensori
integrasi adalah untuk mengajarkan kegiatan bina diri secara mandiri
pada anak tunagrahita:
“Ya tujuannya itu untuk melatih anak mandiri, simple nya mereka
bisa melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Karena terapi SI itu akan membantu anak mengerti bagaimana cara
merespon terhadap sentuhan, lingkungan bahkan sensasi yang
dirasakan.”76
Berdasarkan pernyataan di atas, diperoleh informasi bahwa tujuan
dari terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota
Tangerang adalah untuk mengurangi rasa ketergantungan siswa terhadap
orang lain dan melatih siswa untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
76 Wawancara pribadi dengan Ibu Erniawati S.Pd. Terapis Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Tangerang. Senin 13 November 2017. Pada pukul 14.00 WIB.
82
B. Hasil dan Analisis Evaluasi Hasil Terapi Sensori Integrasi di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Pada bagian ini akan dibahas hasil dan analisis evaluasi dari pelaksanaan
terapi sensori integrasi bagi anak tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang.
1) Mengembalikan fungsi penglihatan (visual)
Hasil pelaksanaan terapi sensori integrasi pada keenam siswa di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang yaitu:
Tabel: 4.1
Mengembalikan Fungsi Penglihatan (visual)
No. Nama
Siswa
Sebelum Mengikuti
Terapi SI
Sesudah Mengikuti Terapi
SI
1. Fier Sebelum mengikuti
terapi SI Fier belum
mampu membedakan alat
untuk menggosok gigi.
Sesudah mengikuti terapi SI
selama 3 bulan, Fier sudah
mampu membedakan alat
untuk menggosok gigi seperti:
pertama Fier ditunjukkan
gambar sikat gigi selama 8 kali
pertemuan saat terapi,
kemudian Fier ditunjukkan
wujud asli sikat gigi selama 16
kali pertemuan. Selain itu Fier
juga mampu menyebutkan
kegunaannya.
2. Adrian Sebelum mengikuti
terapi SI, sebenarnya
Adrian sudah mampu
membedakan alat sikat
gigi namun belum
mengetahui dengan jelas
kegunaannya.
Sesudah mengikuti terapi SI
selama 3 bulan, Adrian
mampu menyebutkan alat sikat
gigi. Selama 8 kali pertemuan
Adrian hanya ditunjukkan
gambar sikat gigi, kemudian
Adrian ditunjukkan wujud asli
sikat gigi selama 16 kali
pertemun. Selain itu Adrian
mampu menyebutkan
kegunaan sikat gigi.
3. Danang Sebelum mengikuti
terapi SI Danang belum
mampu menyebutkan
alat sikat gigi dan
Sesudah mengikuti terapi SI
selama 4 bulan, Danang
mampu membedakan alat
untuk menggosok gigi. Selama
83
No. Nama
Siswa
Sebelum Mengikuti
Terapi SI
Sesudah Mengikuti Terapi
SI
kegunaannya. 8 kali pertemuan Danang
ditunjukkan alat menggosok
gigi, namun belum mampu
mengingat, maka terapis
melatihnya terus hingga 16
kali pertemuan danang mampu
menghafal gambar sikat gigi.
Kemudian pada 16 kali
pertemuan selanjutnya danang
ditunujkkan sikat gigi dan
mampu menyebutkannya.
4. Awan Sebelum mengikuti
terapi SI Awan belum
mampu menyebutkan
alat sikat gigi dan
kegunaannya.
Sesudah mengikuti terapi SI
selama 4 bulan, Awan mampu
mengenal alat sikat gigi.
Untuk mengingat gambar sikat
gigi Awan membutuhkan
waktu selama 16 kali
pertemuan, dan 16 kali
pertemuan untuk mengingat
wujud asli sikat gigi. Awan
mampu mengingat sikat gigi
walaupun belum konsisten.
5. Kevin Sebelum mengikuti
terapi SI Kevin belum
mampu menyebutkan
alat sikat gigi dan
kegunaanya.
Sesudah mengikuti terapi SI
selama 3 bulan, Kevin mampu
menyebutkan alat sikat gigi.
Pertama Kevin ditunjukkan
gambar sikat gigi selama 8 kali
pertemuan, kemudian Kevin
ditunjukkan sikat gigi selama
12 kali pertemuan. Walaupun
belum konsisten Kevin juga
mampu menyebutkan
kegunaannya.
6. Arya Sebelum mengikuti
terapi SI Arya belum
mampu menyebutkan
alat sikat gigi dan
kegunaanya.
Sesudah mengikuti terapi SI
selama 3 bulan, Arya mampu
menyebutkan alat sikat gigi
dan kegunaannya. Arya
mampu mengingat sikat gigi
melalui gambar hanya dengan
6 kali pertemuan saja, setalah
14 kali pertemuan Arya
mengingat sikat gigi. Sumber: Penelitian dan Observasi
84
Hasil pelaksanaan terapi sensori integrasi dilakukan terus menerus
terhadap keenam siswa SKh Pelita Nusantara. Semua siswa mampu
mengembalikan fungsi visual sesuai fungsinya yaitu menyampaikan semua
informasi visual tentang benda dan manusia. Hal tersebut juga sesuai dengan
tujuan terapis di SKh Pelita Nusantara, yaitu mengetahui alat untuk
menggosok gigi. Saat terapis menunjukkan gambar sikat gigi lalu siswa
menjawabnya dengan baik. Setelah mengetahui melalui gambar siswa
ditunjukkan langsung alat sikat gigi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Ibu Yeni:
“pertama saya kasih tau gambar sikat gigi, sambil kasih tau lewat
peragaan. Jadi siswa akan merekam gambar dari mata ke otak dan baru
deh saya kasih tau wujud asli sikat gigi hehe. Tujuannya ya agar siswa
mampu melihat wujud abstraknya dulu sambil mengingat melalui gambar”
Di dalam fungsi penglihatan (visual) seluruh siswa mampu menjalankan
tujuan terapis, walaupun beberapa siswa belum konsisten. Hal tersebut terjadi
karena kemampuan / intelektual siswa tunagrahita yang berbeda-beda. Selain
itu mood setiap siswa yang tidak konsisten saat mengikuti terapi. Menurut
pernyataan ibu Yeni:
“Jadi kalau anak tunagrahita itu memang musti setiap hari latihan, dikasih
penegasan, distimulus karena kan mereka beda. Apalagi kalau lagi ngga
mood udah deh kita susah buat ngasih intruksi.”
85
Gambar 4.1
Ibu Erni saat menunjukkan gambar sikat gigi kepada Danang di ruang terapi
Semua siswa mampu menjalankan fungsi visual dengan baik karena saat
di rumah mereka juga dilatih untuk mengingat bentuk sikat gigi. Bahkan
beberapa siswa juga mampu menggerakkan sikat gigi dengan tepat. Hal
tersebut sesuai pernyataan Ibunda Danang.
“Iya kalau di rumah Danang selalu saya suruh gosok gigi, jadi saya rasa
dia tidak terlalu sulit buat mengingat sikat gigi. Tapi dulu sebelum ikut
terapi Danang mah susah bgt kalau saya suruh gosok gigi eh sekarang mah
ya mau, dia sering ngasih tau ke saya gitu ‘mama ini sikat gigi’, paling
gitu kak.”
2) Mengembalikan fungsi pembau (olfactory)
Hasil pelaksanaan terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang, yaitu:
86
Tabel: 4.2
Mengembalikan Fungsi Pembau (olfactory)
No. Nama
Siswa
Sebelum Mengikuti
Terapi SI
Sesudah
Mengikuti Terapi
SI
1. Fier Sebelum mengikuti
terapi SI Fier belum
mampu membedakan
bau pasta gigi dengan
shampo.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 3 bulan Fier
mampu membedakan bau
pasta gigi dengan shampo.
Selama 3 bulan (24 kali
pertemuan) Fier di ajarkan
mengingat bau pasta gigi
dengan shampo, dilanjuti
dengan merasakan pasta
gigi. Fier mampu
membedakan bau pasta
gigi dengan shampo secara
konsisten. Hal tersebut
terjadi karena Fier rajin
mengikuti terapi dengan
mood yang baik selama
mengikuti terapi.
2. Adrian Sebelum mengikuti
terapi SI Adrian
belum mampu
membedakan bau
pasta gigi dengan
shampo.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 3 bulan, Adrian
mampu membedakan bau
pasta gigi dengan shampo.
Adrian mampu
menjalankan terapi ini
karena rajin mengikuti
terapi, dengan mood yang
baik.
3. Danang Sebelum mengikuti
terapi SI Danang
belum mampu
membedakan bau
pasta gigi dengan
shampo.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 4 bulan, Danang
mampu membedakan bau
pasta gigi dengan shampo
walaupun belum
konsisten. Danang
diajarkan untuk mengingat
bau asta gigi dan shampo,
selanjutnya Danang
merasakan pasta gigi agar
cepat mengingatnya.
4. Awan Sebelum mengikuti
terapi SI Awan belum
mampu membedakan
bau pasta gigi dengan
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 4 bulan, Awan
mampu membedakan bau
pasta gigi dengan shampo
87
No. Nama
Siswa
Sebelum Mengikuti
Terapi SI
Sesudah Mengikuti
Terapi SI
shampo. walaupun belum
konsisten. Awan di ajarkan
untuk mengingat bau pasta
gigi dan shampo dengan
cara menghirupnya,
selanjutnya Awan
merasakan pasta gigi. Hal
tersebut dilakukan agar
Awan mampu dengan
cepat mengingatnya.
5. Kevin Sebelum mengikuti
terapi SI Kevin belum
mampu membedakan
bau pasta gigi dengan
shampo.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 3 bulan, Kevin
mampu membedakan bau
pasta gigi dengan shampo.
Kevin diajarkan untuk
mengingat bau pasta gigi
dengan shampo dengan
cara menghirupnya,
dilanjuti dengan mencicipi
pasta gigi. Kevin mampu
menjalankan terapi ini
dengan.
6. Arya Sebelum mengikuti
terapi SI Arya belum
mampu membedakan
bau pasta gigi dengan
shampo.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 3 bulan, Arya
mampu membedakan pasta
gigi dengan shampo. Arya
mampu menjalankan terapi
ini dengan baik dan
konsisten. Walaupun
awalnya Arya sulit
mengingat bau pasta gigi
dan shampo tetepi setelah
merasakan pasta gigi Arya
mampi mengingatnya
dngan baik. Sumber: Pnelitian dan Observasi
Sesuai dengan fungsinya indera pembau adalah meneruskan informasi
mengenai bau-bauan (bunga, parfum, makanan). Maka dalam hal ini tujuan
terapis SKh Pelita Nusantara adalah siswa mampu membedakan bau pasta
gigi. Keenam siswa tunagrahita mampu membedakan bau pasta gigi dengan
88
baik hal tersebut dikarenakan mereka langsung menciumnya sambil sedikit
merasakannya. Hal tersebut senada dengan pernyataan Ibu Yeni:
“kami termasuk saya langsung kasih tau ini lho pasta gigi, ini lho baunya,
dan ini lho rasanya. Mereka suka juga karena saya pakai pasta gigi untuk
anak-anak yang ada rasa buahnya. Walau mereka sering menelannya tapi
tidak terlalu berbahaya karena saat kumur pun pakai air minum.”
Di dalam fungsi pembau seluruh siswa mampu melakukan dengan baik
tujuan terapis. Gangguan pada fungsi olfactory keenam siswa SKh Pelita
Nusantara tidak terlalu serius. Maka tidak butuh waktu lama untuk
mengembalikkannya, walaupun harus terus dilatih baik saat terapi maupun di
rumah. Hal tersebut sesuai pernyataan Ibu Yeni:
“sebenarnya fungsi olfactory anak-anak masih cukup baik, kalau mereka
terus dilatih secara continue insyaAllah akan cepat nyambung sama tujuan
kami disini ya kak. Peran orangtua juga penting nih harus dibiasakan
gosok gigi jadi mereka terbiasa mencium bau pasta gigi.”
3) Mengembalikan fungsi pendengaran (auditory)
Hasil pelaksanaan terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang, yaitu:
89
Tabel: 4.3
Mengembalikan Fungsi Pendengaran (auditory)
No. Nama siswa Sebelum Mengikuti
Terapi SI
Sesudah Mengikuti
Terapi SI
1. Fier
Sebelum mengikuti
terapi SI Fier
sebenarnya sudah
mampu membedakan
suara kucing dengan
ayam, hanya saja
belum konsisten.
Setelah mengikuti terapi
SI selama 2 bulan, Fier
mampu membedakan
suara kucing dengan ayam,
secara konsisten, bahkan
Fier mampu
menirukannya.
2. Adrian
Sebelum mengikuti
terapi SI Adrian sudah
mampu membedakan
suara kucing dengan
ayam, hanya saja
belum konsisten.
Setelah mengikuti terapi
SI selama 2 bulan, Adrian
mampu membedakan
suara kucing dengan ayam,
secara konsisten dan
mampu menirukannya.
3. Danang
Sebelum mengikuti
terapi SI Danang
belum mampu
membedakan suara
kucing dengan ayam. .
Setelah mengikuti terapi
SI selama 4 bulan Danang
mampu membedakan
suara kucing dengan ayam
walaupun belum
konsisten.seorang terapis
menirukan suara ayam dan
kucing, kemudian Danang
mengikutinya.
4. Awan
Sebelum mengikuti
terapi SI Awan belum
mampu membedakan
suara kucing dengan
ayam.
Setelah mengikuti terapi
SI selama 4 bulan, Awan
mampu membedakan
suara kucing dengan ayam
walaupun belum kosisten.
Hal tersebut terjadi karena
gangguan yang di alami
Awan cukup serius.
5. Kevin
Sebelum mengikuti
terapi SI Kevin belum
mampu membedakan
suara kucing dengan
ayam.
Setelah mengikuti terapi
SI selama 3 bulan, Kevin
mampu membedakan
suara kucing dengan ayam.
Kevin rajin mengikuti
terapi ini sehingga progres
yang di capai cukup baik.
6. Arya
Sebelum mengikuti
terapi SI Arya belum
mampu membedakan
suara kucing dengan
ayam.
Setelah mengikuti terapi
SI selama 2 bulan, Arya
mampu membedakan
suara kucing dengan ayam.
Arya mampu menirukan
90
Sumber: Penelitian dan Observasi
Tujuan mengembalikan fungsi pendengaran (auditory) adalah meneruskan
informasi suara. Pada terapi sensori integrasi di SKh Pelita Nusantara ada
lah mampu membedakan suara kucing dan ayam. Keenam siswa mampu
membedakannya dengan baik, walaupun belum konsisten. Alasan mengapa
terapis lebih memilih hewan kucing dan ayam karena kedua hwan tersebut
cukup sering ditemui. Jadi, untung mengenalkan hewan tersebut terapis tidak
terlalu sulit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan ibu Yeni:
“fungsi Auditory itu tujuannya meneruskan suara, jadi agar lebih mudah
dipahami anak-anak saya pilih hewan kucing dan ayam. Alasannya, yaa
karena kucing dan ayam sering dilihat dan di sekolah pun anak-anak
diajarkan untuk merawat kucing. Dengan begitu mereka lebih mudah
menirukan suara kucing dan ayam.”
Gambar 4.2
Ibu Yeni saat di ruang terapi mempraktikkan suara ayam dan ditirukan oleh Awan
Gangguan pendengaran siswa tunagrahita di SKh Pelita Nusantara tidak
terlalu serius, maka tujuan terapis untuk mengembalikan fungsi auditory
cukup mudah. Dalam artian siswa mampu menjalankan tujuan terapis dengan
suara kucing dengan ayam
ketika terapis
mencontohkannya.
91
baik. Siswa yang bernama Awan belum mampu meneruskan suara kucing dan
ayam karena pada sistem auditory cukup serius sehingga Awan sulit untuk
meneruskan sekaligus mengucapkannya. Hal tersebut senada dengan
pernyataan ibu Yeni:
“kalau Awan itu yang menurut saya menjadi PR besar yaa, karena Awan
sebenarnya dengar tetapi pemahaman untuk meneruskan suara masih
minim. Dia tau itu binatang kucing atau ayam tapi tidak sekonsisten
teman-temannya. Ya kayak yang lusa saya pernah bilang kalau mereka
harus selalu dilatih setiap hari”.
Menurut pernyataan Ibunda dari Awan bahwa di rumah sebenarnya Awan
selalu dilatih tetapi untuk meneruskan suara kucing dan ayam belum jelas
sesuai ideal terapis.
“di rumah saya dan ayahnya selalu kasih tau Awan binatang kucing atau
ayam kak, saya sering tirukan suaranya juga dan Awan pun mengikuti
walaupun suaranya nggak jelas kayak kita gitu.
4) Mengembalikan fungsi perasa (gustatory)
Hasil terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota
Tangerang, yaitu:
Tabel: 4.4
Mengembalikan Fungsi Perasa (gustatory)
No. Nama
Siswa
Sebelum
Mengikuti Terapi
SI
Sesudah
Mengikuti Terapi
SI
1. Fier
Sebelum mengikuti
terapi SI Fier belum
mampu mengetahui
rasa manis, asam dan,
pahit.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 3 bulan, Fier
mampu mengetahui rasa
manis, asam dan pahit. Fier
diajarkan untuk
mengetahui rasa manis,
asam dan pahit dengan
cara mencicipi gula dengan
rasa manis, asam dengan
92
No. Nama
Siswa
Sebelum Mengikuti
Terapi SI
Sesudah Mengikuti
Terapi SI
buah jamb, dan kopi
dengan pahit.
2. Adrian Sebelum mengikuti
terapi SI Adrian belum
mampu mengetahui
rasa manis, asam dan
pahit.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 3 bulan, Adrian
mampu mengetahui rasa
manis, asam, dan pahit.
Adrian diajarkan untuk
mengetahui rasa manis,
asam dan pahit dengan
cara mencicipi gula dengan
rasa manis, asam dengan
buah jamb, dan kopi
dengan pahit.
3. Danang Sebelum mengikuti
terapi SI Danang
belum mampu
mengetahui rasa manis,
asam dan pahit.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 4 bulan, Danang
mampu mengetahui rasa
manis, namun belum
mampu konsisten
mengetahui rasa asam dan
pahit. Hal tersebut terjadi
karena gangguan yang
dialami Danang cukup
serius.
4. Awan Sebelum mengikuti
terapi SI Awan belum
mampu mengetahui
rasa manis, asam dan
pahit.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 4 bulan, Awan
belum mampu mengetahui
rasa manis, asam dan
pahit.hal tersebut terjadi
karena gangguan yang
dialami Awan cukup
serius.
5. Kevin Sebelum mengikuti
terapi SI Kevin belum
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 4 bulan, Kevin
belum mampu mngetahui
rasa manis, asam dan pahit.
Hal tersebut terjadi karena
gangguan yang dialami
Kevin cukup serius.
6. Arya Sebelum mengikuti
terapi SI Arya belum
mengetahui rasa manis,
asam, dan pahit.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 3 bulan, Arya
mampu mengetahui rasa.
Manis, asam dan pahit. Hal
tersebut terjadi karena
gangguan yang dialami
Arya tidak serius. Arya
diajarkan untuk
93
Sumber: Penelitian dan Observasi
Sumber Penelitian dan Observasi
Fungsi perasa (gustatory) terletak pada lidah, yaitu meneruskan informasi
tentang rasa (manis, asam, pahit dan lain-lain) serta tekstur di mulut (halus dan
kasar). Pada terapi Sensori Integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh
Kota Tangerang yaitu mengetahui rasa manis, asam dan pahit melalui lidah
dengan menggunakan metode makanan. Siswa yang mengikuti terapi sensori
integrasi di latih untuk mengetahui serta membedakan rasa manis, asam dan
pahit dengan mencicipi makanan yaitu manis dengan gula, asam dengan buah,
dan pahit dengan kopi. Hal tersebut senada dengan pernyataan ibu Yeni:
“saya menggunakan metode makanan dengan tujuan agar alat indera
perasa mereka lebih peka terhadap rasa. Misalnya gula, anak-anak
cenderung suka makan permen/ gula tetapi mereka tidak mengetahui apa
yang dimaksud dengan rasa gula tersebut, lalu dengan buah jmbu air yang
belum matang-matang banget, dan kopi yang diseduh tanpa gula.”
Pelaksanaan terapi sensori integrasi dari keenam siswa tunagrahita, dua
siswa yang belum mampu membedakan rasa manis, asam dan pahit. Hal
tersebut dikarenakan gangguan pada indera perasa (lidah) yang dialamai ke
dua siswa tersebut cukup serius. Hal tersebut senada dengan pernyataan Ibu
Yeni:
No. Nama
Siswa
Sebelum Mengikuti
Terapi SI
Sesudah Mengikuti
Terapi SI
mengetahui rasa manis,
asam dan pahit dengan
cara mencicipi gula dengan
rasa manis, asam dengan
buah jamb, dan kopi
dengan pahit.
94
“untuk Danang, Awan dan Kevin alat perasa atau lidahnya kurang
sensitive terhadap rasa, jadi cukup serius untuk mengembalikan fungsi
perasanya kak.”
5) Mengembalikan fungi peraba (tactile)
Hasil terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota
Tangerang, yaitu:
Tabel: 4.5
Mengembalikan Fungsi Peraba (tactile)
No. Nama Siswa Sebelum Mengikuti
Terapi SI
Sesudah Mengikuti
Terapi SI
1. Fier Sebelum mengikuti
terapi SI Fier belum
mengetahui rasa panas,
dingin, halus dan kasar.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 3 bulan, Fier
mampu mengetahui rasa
panas, dingin, halus dan
kasar. Untuk mengetahui
rasa panas Fier harus
memegang gelas verisi air
hangat, es batu untuk
dingin, kapas untuk halus,
dan kaos untuk kasar. Fier
mampu menjalankannya
karena terbilang rajin
mengikuti terapi.
2. Adrian Sebelum mengikuti
terapi SI Arian belum
mengetahui rasa panas,
dingin, halus dan kasar.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 3 bulan, Adrian
mampu mengetahui rasa
panas, dingin, halus dan
kasar. Adrian harus
memegang gelas berisi air
panas untuk merasakan
panas, batu es untuk
merasakan dingin, kapas
untuk merasakan halus,
dan kaos untuk merasakan
kasar. Adrian mampu
menjalankan terapi ini
karena gangguan yang
dialami tidak terlalu serius.
95
No. Nama Siswa Sebelum Mengikuti
Terapi SI
Sesudah Mengikuti
Terapi SI
3. Danang Sebelum mengetahui
terapi SI Danang belum
mengetahui rasa panas,
dingin, halus dan kasar.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 4 bulan, Danang
belum mampu mengetahui
rasa panas, dingin, halus
dan kasar. Hal ini terjadi
karena gangguan yang
dialami cukup serius.
Selain itu, Danang tidak
tertarik untuk mengikuti
terapi ini karena takut
memegang gelas berisi air
panas.
4. Awan Sebelum mengikuti
terapi SI Awan belum
mampu mengetahui
rasa panas, dingin,
halus dan kasar.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 4 bulan, Awan
mampu mengetahui rasa
panas dan dingin namun
belum mengetahui rasa
halus dan kasar. Hal
tersebut terjadi karena
Awan tidak cukup sensitiv
saat memegang kapas dan
kaos. Dengan kata lain,
gangguan yang dialami
Awan cukup serius.
5. Kevin Sebelum mengikuti
terapi SI Kevin belum
mampu mengetahui
rasa panas, dingin,
halus dan kasar.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 3 bulan, Kevin
mampu mengetahui rasa
panas, dingin, halus dan
kasar. Untuk mengetahui
rasa panas Kevin harus
memegang gelas verisi air
hangat, es batu untuk
dingin, kapas untuk halus,
dan kaos untuk kasar.
Kevin mampu
menjalankannya karena
terbilang rajin mengikuti
terapi.
6. Arya Sebelum mengikuti
terapi SI Arya belum
mampu mengetahui
rasa panas, dingin,
halus dan kasar.
Sesudah mengiuti terapi
SI selama 3 bulan, Arya
mampu mengetahui rasa
panas, dingin, halus dan
kasar. Adrian harus
memegang gelas berisi air
panas untuk merasakan
panas, batu es untuk.
96
Sumber: Penelitian dan Observasi
Sistem taktil yaitu sistem sensori terbesar yang dibentuk oleh reseptor di
kulit, yang mengirim informasi ke otak terhadap rangsangan cahaya, sentuhan
nyeri, suhu, dan tekanan. Maka tujuan terapis dalam mengembalikan fungsi
peraba untuk siswa tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota
Tangerang yaitu mampu mengetahui rasa panas, dingin, halus dan kasar.
Keenam siswa tunagrahita yang mengikuti terapi sensori integrasi belum
sepenuhnya mampu mengembalikan fungsi peraba. Mereka tidak terlalu peka
dalam merasakan panas, dingin, halus, dan kasar. Dalam mengembalikan
fungsi peraba terapis langsung memberikan siswa tunagrahita dengan media
terapi. Adapun media tersebut adalah gelas yang diisi air panas, es batu, kapas
dan kaos. Hal tersebut senada dengan pernyataan ibu Yeni:
“kalau mengembalikan fungsi peraba saya menggunakan media gelas yang
diisi air panas untuk merasakan panas, es batu untuk merasan dingin,
kapas untuk merasakan halus, dan kaos untuk merasakan kasar. Mereka
saya suruh pegang langsung jadi taktilnya lebih cepat berfungsi. Ya kalau
kapas itu saya suruh remas sambil melatih motoriknya kak.”
Gangguan yang dialami pada indera taktil setiap siswa tunagrahita cukup
serius, sehingga untuk menjalankan terapi ini harus lebih sering di lakukan.
No. Nama Siswa Sebelum mengikuti
Terapi SI
Sesudah Mengikuti
Terapi SI
merasakan dingin, kapas
untuk merasakan halus,
dan kaos untuk merasakan
kasar. Adrian mampu
menjalankan terapi ini
karena gangguan yang
dialami tidak terlalu serius.
97
Terlebih mereka tidak terlalu respon dalam mengikuti terapi. Sesuai
pernyataan ibu Yeni:
“gangguan indera taktil mereka cukup serius kak, jadi saya harus sesering
mungkin melatih mereka untuk sekedar respon sama media yang saya
bawa. Soalnya mereka kadang gak respon sama gelas, kapas dan lain-lain
itu kak, hehe.”
6) Mengembalikan fungsi otot dan persendian (proprioseptive)
Hasil terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota
Tangerang, yaitu:
Tabel: 4.6
Mengembalikan Fungsi Otot dan Persendian (proprioseptive)
No Nama siswa
Sebelum
Mengikuti terapi
SI
Sesudah
Mengikuti terapi
SI
1. Fier - Sebelum mengikuti
terapi SI Fier belum
mampu
menyebutkan nama-
nama alat panca
indera berserta
fungsinya.
- Sebelum mengikuti
terapi SI Fier sudah
mampu berdiri
tegap, mampu
berjalan lurus,
mampu memanjat
tangga, mampu
melompat, namun
seringkali tidak
pada situasi tepat.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 3 bulan:
- Fier mampu
menyebutkan nama-
nama panca indera
serta menyebutkan
fungsinya.
- Fier mampu berdiri
tegap, mampu berjalan
lurus, mampu
memanjat tangga,
mampu melompat dan
semua dilakukan
sesuai kebutuhan.
- Terapis melatih Fier
dengan diiringi musik,
agar Fier lebih
semangat mengikuti
terapi.
2. Adrian - Sebelum mengikuti
terapi SI Adrian
belum mampu
menyebutkan nama-
nama panca indera.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 3 bulan:
- Adrian mampu
menyebutkan nama-
nama panca indera
98
No. Nama Siswa Sebelum Mengikuti
Terapi SI
Sesudah Mengikuti
Terapi SI
beserta fungsinya.
- Sebelum mengikuti
terapi SI Adrian
mampu berdiri
tegap, mampu
berjalan lurus,
mampu memanjat
tangga, mampu
melompat namun
seringkali tidak pada
situasi tepat
- beserta fungsinya.
- Sesudah mengikuti
terapi SI Adrian
mampu berdiri tegap,
mampu berjalan lurus,
mampu memanjat
tangga, mampu
melompat dan semua
dilakukan sesuai
kebutuhan.
Terapis melatih Adrian
langsung dengan diiringi
musik
3. Danang - Sebelum mengikuti
terapi SI Danang
belum mampu
menyebutkan nama-
nama alat panca
indera beserta
fungsinya.
- Sebelum melakukan
terapi SI Danang
belum mampu
berdiri tegap, belum
mampu berjalan
lurus, mampu
memanjat tangga
dan melompat
namun seringkali
tidak pada situasi
tepat .
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 3 bulan:
- Danang mampu
menyebutkan nama-
nama panca indera
namun belum mampu
menyebutkan
fungsinya.
- Sesudah mengikuti
terapi SI Danang
mampu berdiri tegap,
mampu berjalan lurus,
mampu memanjat
tangga dan melompat
dengan situasi tepat.
4. Awan Sebelum mengikuti
terapi SI Awan mampu
berdiri tegap, mampu
berjalan lurus, mampu
memanjat tangga,
mampu melompat
dengan situasi tepat.
- Awan mampu
berdiri tegap,
mampu berjalan
lurus, mampu
memanjat tangga,
mampu melompat
dengan situasi tepat.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 4 bulan:
- Awan mampu
menyebutkan nama-
nama alat panca indera
namun belum mampu
menyebutkan
fungsinya.
- Sesudah mengikuti
terapi SI Awan mampu
berdiri tegap, mampu
berjalan lurus, mampu
memanjat tangga dan
mampu melompat.
-
99
No. Nama siswa Sebelum Mengikuti
Terapi SI
Sesudah Mengikuti
Terapi SI
5. Kevin - Sebelum mengikuti
terapi SI Kevin
belum mampu
menyebutkan nama-
nama alat panca
indera beserta
fungsinya.
- Sebelum mengikuti
terapi SI Kevin
mampu berdiri
tegap, belum
mampu berjalan
lurus, mampu
memanjat tangga,
mampu melompat.
Sesudah mengikutu terapi
SI selama 3 bulan:
- Kevin belum mampu
menyebutkan nama-
nama alat panca indera
namun belum mampu
menyebutkan
fungsinya.
- Sesudah mengikuti
terapi SI Kevin mampu
bediri tegap, mampu
berjalan lurus, mampu
memanjat tangga,
mampu melompat.
6. Arya - Sebelum mengikuti
terapi SI Arya
belum mampu
menyebutkan nama-
nama alat panca
indera beserta
fungsinya.
- Sesudah mengikuti
terapi SI Arya
mampu berdiri
tegap, mampu
berjalan lurus,
mampu memanjat
tangga, mampu
melompat.
Sesudah mengikuti terapi
SI selama 3 bulan:
- Arya mampu
menyebutkan nama-
nama alat panca indera
beserta fungsinya
- Sesudah mengikuti
terapi SI Arya mampu
berdiri tegap, mampu
berjalan lurus,mampu
memanjat tangga,
mampu melompat.
Sumber: Penelitian dan Observasi
Terapi sensori integrasi dilakukan terus-menerus terhadap ke enam siswa
tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang. Menurut
fungsinya proprioceptive adalah dapat mengetahui dan mengenal bagian
tubuhnya dan bagaimana bagian tubuh tersebut bergerak. Dengan fungsi
tersebut, maka tujuan terapis di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota
Tangerang adalah mampu menyebutkan nama-nama alat indera (mata, hidung
telinga dan mulut) beserta dengan fungsinya. Selain itu siswa mampu berdiri
100
tegap, mampu berjalan sesuai perintah, mampu memanjat tangga dan mampu
melompat sesuai dengan situasi. Senada dengan pernyataan tersebut Ibu Erni
mengatakan:
“emmm proprioseptive ini sebenarnya inti dari terapi sensori integrasi ya,
fungsinya tentang menyampaikan informasi ke otak untuk kapan dan
bagaimana otot berkontraksi, meregang, lalu sendi dibengkokkan, ditarik
dan lain-lain. Jadi ya dengan begtu anak-anak jadi tahu dan kenal bagian
tubuhnya, tujuan kami sebagai terapis menyimpulkan untuk anak tahu
tentang nama-nama alat indera dan fungsinya, lalu mereka bisa berdiri,
jalan, memanjat tangga dan melompat sesuai dengan keadaan. Kalau
memanjat itukan kami ada media nya kak disitu yang tadi anak-anak buat
main.”
Gambar 4.3
Adrian dan Awan saat latihan memanjat tangga untuk mengembalikan fungsi
proprioseptive di ruang terapi dan dibimbing oleh seorang terapis
101
Gambar 4.5
Ibu Erni saat melatih Fier berjalan sesuai jalur di ruang terapi untuk
mengembalikan fungsi Proprioseptive
Pada tujuan menyebutkan nama-nama panca indera, siswa yang belum
mampu memenuhi tujuan terapis dikarenakan gangguan proprioseptive yang
cukup serius sehingga butuh waktu lama untuk mengembalikan fungsi tersebut.
Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui nama-nama alat panca indera dan
tidak konsisten menyebutkan fungsinya. Hal tersebut senada dengan
pernyataan Ibu Erni:
“kebanyakan anak-anak hanya tahu nama alat panca inderanya ya, tapi
belum tahu manfaatnya. Kayak Fier aja yang fungsi proprioceptive nya
lebih lumayan dari teman-temannya pun masih belum mampu
menyebutkan fungsinya. Jadi mungkin ini perlu latihan cukup banyak
kak.”
Senada dengan pernyataan Ibu Erni, Ibunda Fier juga menegaskan bahwa
Fier belum konsisten untuk menyebutkan fungsi panca indera.
102
“yaaa gitu kak, kadang saya denger gitu ya kalau Fier lagi terapi trus ibu
gurunya nanya ‘kita bisa melihat dengan apa Fier’ terus ya dia gatau tapi
kalau ditunjuk ini apa Fier (sambil nunjuk ke mata) nah dia baru tahu tuh.”
7) Mengembalikan fungsi keseimbangan (vestibular)
Hasil terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota
Tangerang, yaitu:
Tabel: 4.7
Mengembalikan Fungsi Keseimbangan (vestibular)
No. Nama
siswa
Sebelum Mengikuti
Terapi SI
Sesudah Mengikuti Terapi
SI
1. Fier Sebelum mengikuti
terapi SI Fier:
- Belum mampu
berjongkok
- Belum mampu
melempar bola
- Belum mampu
menangkap bola
- Belum mampu
Menyeimbangkan
tubuh di atas bola
Sesudah mengikuti terapi SI
selama 3 bulan Fier:
- Mampu berjongkok
- Belum cukup mampu
melempar bola
- Belum mampu menangkap
bola
- Belum mampu
Menyeimbangkan tubuh di
atas bola
2. Adrian Sebelum mengikuti
terapi SI Adrian:
- Belum mampu
berjongkok
- Belum mampu
melempar bola
- Belum mampu
menangkap bola
- Belum mampu
menyeimbangkan
tubuh di atas bola
besar
Sesudah mengikuti terapi SI
selama 3 bulan Adrian:
- Mampu berjongkok
- Belum mampu melempar
bola dengan baik
- Belum mampu
menangkap bola dengan
baik
- Belum mampu
menyeimbangkan tubuh di
atas bola besar
3. Danang Sebelum mengikuti
terapi SI Danang:
- Belum mampu
berjongkok
- Belum mampu
melempar bola
- Belum mampu
menangkap bola
- Belum mampu
menyeimbangkan
Sesudah mengikuti terapi SI
selama 4 bulan Danang:
- Mampu berjongkok
- Mampu melempar bola
- Mampu menangkap bola
- Belum mampu
menyeimbangkan tubuh
di atas bola besar
103
No. Nama
Siswa
Sebelum Mengikuti
Terapi SI
Sesudah Mengikuti
Terapi SI
4. Awan Sebelum mengikuti
terapi SI Awan:
- Belum mampu
berjongkok
- Belum mampu
melempar bola
Belum mampu
menangkap Bola
- Belum mampu
menyeimbangkan
tubuh di atas bola
besar
Sesudah mengikuti terapi SI
selama 4 bulan Awan:
- Belum cukup baik
berjongkok
- Belum mampu melempar
bola
- Belum mampu
menangkap bola Belum
mampu menyeimbangkan
tubuh di atas bola besar
5. Kevin Sebelum megikuti
terapi SI Kevin:
- Belum mampu
berjongkok
- Belum mampu
melempar bola Belum
mampu menangkap
bola
- Belum mampu
menyeimbangkan
tubuh di atas bola
besar
Sesudah mengikuti terapi SI
selama 3 bulan Kevin:
- Mampu berjongkok
- Mampu melempar bola
- Mampu menangkap bola
- Belum mampu
menyeimbangkan tubuh
di atas bola besar
6. Arya Sebelum mengikuti terapi
SI Arya:
- Belum mampu
berjongkok
- Belum mampu
melempar bola
- Belum mampu
menangkap bola
- Belum mampu
menyeimbangkan
tubuh di atas bola
besar
Sebelum mengikuti terapi SI
selama 3 bulan Arya:
- Mampu berjongkok
- Belum mampu melempar
bola
- Belum mampu
menangkap bola
- Belum mampu
menyeimbangkan tubuh
di atas bola besar.
Sumber: Penelitian dan Observasi
Tujuan mengembalikan fungsi vestibular yaitu meneruskan informasi
mengenai gerakan dan gravitasi. Pada sistem vestibular gerakan kepala sangat
mempengaruhi hubungan gravitasi dan gerak cepat maupun lambat, gerakan
bola mata, tingkat kewaspadaan dan emosi.
104
Hal tersebut juga sesuai dengan tujuan terapi di Yayasan Miftahu Qulub,
yaitu melatih anak untuk berjongkok, bermain lempar bola serta
menyeimbangkan tubuh saat berada di atas bola. Menurut pernyataan Ibu Erni:
“nah kalau fungsi vestibular juga sama kayak proprioseptive, itu juga
paling inti dari terapi sensori integrasi. Vestibular melatih keseimbangan
anak-anak agar mereka mampu dan tidak khawatir. Sebenarnya aktivitas
terapi fungsi vestibular tidak terlalu berbeda dengan proprioseptive kak,
tapi kalau disini (Yayasan Miftahul Qulub) kita ajarkan anak jongkok agar
peregangan otot siap, kayak si Kevin itu tadinya gak bisa jongkok tapi
sekarang Alhamdulillah bisa walaupun saat mau bangun ya harus di bantu.
Trus kita main lempar bola agar kekuatan motorik kasarnya berfungsi dan
melatih anak menyeimbangkan tubuhnya di atas bola besar gitu kak.”
Gambar 4.5
Ibu Nana saat melatih Kevin keseimbangan di atas bola besar untuk
mengembalikan fungsi vestibular di ruang terapi
105
Gambar 4.6
Ibu Erni saat melatih Awan berjongkok dan merangkak di ruang terapi untuk
mengembalikan fungsi vestibular
Terapi sensori integrasi dilakukan terus-menerus sehingga siswa mampu
memfungsikan seluruh alat inderanya dan mengembalikan fungsi taktile,
proprioceptive, serta vestibular. Pada fungsi vestibular, keenam siswa belum
mampu menunjukkan hasil yang baik. Hal tersebut dikarenakan gangguan
sistem vestibular yang dialami keenam siswa cukup serius. Menurut
pernyataan Ibu Erni:
“pada dasarnya anak-anak mampu, tapi kalau kita latih terus secara
continue karena gangguan sistem vestibular anak-anak cukup serius. Ya
gitu kak, anak tunagrahita lebih cenderung kelihatan bahwa mereka
tunagrahita saat fungsi vestibularnya dilatih. Kita kasih perintah sederhana
‘jongkok’ dan mereka tidak respon cepat. Sebenarnya kan kalau kasih
perintah sederhana saat terapi selalu dijalankan ya, agar terbiasa dengan
perintah-perintah sederhana.”
106
Gambar 4.7
Ibu Erni saat melatih Awan berdiri menyeimbangkan tubuh di atas meja
saat terapi mengembalikan fungsi vestibular
107
Tabel 4.8 Hasil Terapi Sensori Integrasi di Yayasan Miftahul Qulub bagi
Anak Tunagrahita
Jenis
Terapi
Nama Klien
Fier Adrian Danang Awan Kevin Arya
Mengemb
alikan
Fungsi
Penglihata
n (visual)
Fier
menunjuk
kan hasil
yang baik
setelah
mengikuti
terapi SI
selama 3
bulan.
Fier
mampu
mengenal
alat sikat
gigi. Hal
tersebut
terjadi
karena
Fier rajin
mengikuti
terapi dan
gangguan
yang
dialami
Fier tidak
cukup
serius.sela
in itu Fier
juga
dilatih di
rumah.
Setelah
mengiku
ti terapi
SI
selama 3
bulan,
Adrian
menunju
kkan
hasil
yang
baik.
Adrian
mampu
mengen
al alat
sikat
gigi. Hal
tersebut
terjadi
karena
Adrian
dilatih di
rumah
dan rajin
mengiku
ti terapi.
ganggua
n yang
dialami
Adrian
tidak
cukup
serius.
Danang
menunju
kkan
hasil
yang
baik
setelah
mengiku
ti terapi
SI
selama 4
bulan.
Walaup
un
waktu
yang
dibutuhk
an
Danang
terbilang
lama,
karena
ganggua
n yang
dialamai
Danang
cukup
serius,
namun
Danang
mampu
mengen
al alat
sikat
gigi.
Setelah
mengikut
i terapi
SI
selama 4
bulan,
Awan
menunju
kkan
hasil
yang
baik.
Walaupu
n waktu
yang
dibutuhk
an Awan
terbilang
cukup
lama,
karena
ganggua
n yang
dialami
Awan
cukup
serius,
namun
Awan
mampu
mengena
l alat
sikat
gigi.
Selama 3
bulan
mengikuti
terapi SI,
Kevin
menunjuk
kan hasil
yang
baik.. Saat
mengikuti
terapi
mood
Kevin
selalu
bagus,
sehingga
Kevin
mampu
mengenal
alat sikat
gigi.
Orang tua
Kevin
juga
selalu
melatihny
a di
rumah.
Arya
menunju
kkan
hasil
yang
baik
setalah
mengiku
ti terapi
SI
selama 3
bulan.
Arya
rajin
mengiku
ti terapi
SI
sehingga
mampu
mengen
al alat
sikat
gigi.
Selain
itu mood
Arya
yang
selalu
bagus
saat
mengiku
ti terapi.
Mengemb
alikan
fungsi
pembau
(olfactory)
Fier
mampu
membeda
kan bau
pasta gigi
dengan
shampo
setelah
Ganggu
an
olfactor
y yang
di alami
Adrian
tidak
cukup
Setelah
mengiku
ti terapi
selama 4
bulan,
Danang
mampu
membed
Ganggua
n
olfactory
yang di
alami
Awan
cukup
serius,
Kevin
mampu
membeda
kan bau
pasta gigi
dengan
shampo
setelah
Ganggu
an
olfactor
y yang
dialami
Arya
tidak
cukup
108
mengikuti
terapi SI
selama 3
bulan.
Karena
Fier rajin
mengikuti
terapi,
membuat
nya iya
mudah
untuk
mengemb
alikan
fungsi
olfactory.
serius,
sehingga
Adrian
mampu
membed
akan bau
pasta
gigi
dengan
shampo
setelah
mengiku
ti terapi
SI
selama 3
bulan.
akan bau
pasta
gigi
dengan
shampo.
Hal
tersebut
dikarena
kan
ganggua
n
olfactor
y yang
di alami
serius.
sehingga
Awan
mengikut
i terapi
SI
selama 4
bulan.
Namun,dengan
semangat
nya
mampu
membeda
kan bau
pasta gigi
dan
shampo
mengikuti
terai
selama 3
bulan.
Kevin
rajin
mengikuti
terapi
sehingga
mudah
untuk
mengemb
alikan
fungsi
olfactory.
seriu,
sehingga
Arya
mampu
membed
akan bau
pasta
gigi
dengan
shampo
setelah
mengiku
ti terapi
SI
selama 3
bulan.
Jenis
Terapi
Nama Klien
Fier Adrian Danang Awan Kevin Arya
Mengemb
alikan
Fungsi
Pendenga
ran
(auditory)
Ganggua
n
auditory
yang
dialami
Fier
tidak
cukup
serius,
sehingga
Fier
mampu
membed
akan
suara
kucing
dan
ayam
dalam
waktu 3
bulan.
Fier juga
sering
dilatih di
rumah
sehingga
lebih
mudah
Adrian
menunju
kkan
hasil
yang
baik
setelah
mengiku
ti terapi
SI
selama 3
bulan.
Karena
ganggua
n
auditory
Adrian
tidak
cukup
serius,
ia
mampu
membed
akan
suara
kucing
dan
ayam.
Setelah
mengikuti
terapi
selama 4
tahun,
Danang
mampu
membedak
an suara
kucing dan
ayam.
Waktu
yang
dibutuhkan
Danang
dalam
mengemba
likan
fungsi
aauditory
cukup
lama,
karena
gangguan
yang
dialami
cukup
serius.
Gangguan
auditory
yang
dialami
Awan
cukup
serius,
sehingga
Awan
menjalan
kan terapi
SI untuk
mengemb
alikan
fungsi
auditory
selama 4
bulan.
Akhirnya
Awan
mampu
membeda
kan suara
kucing
dan ayam.
Ganggu
an
auditory
yang
dialami
Kevin
tidak
cukup
serius,
sehingg
a Kevin
mampu
membed
akan
suara
kucing
dan
ayam
dalam
waktu 3
bulan.
Orang
tua
Kevin
juga
selalu
melatihn
ya di
Arya
menunju
kkan
hasil
yang
baik
setelah
mengiku
ti terapi
SI
selama 3
bulan.
Karena
ganggua
n
auditory
yang
dialami
Arya
tidak
cukup
serius,
maka
Arya
mampu
membed
akan
suara
109
menging
atnya,
rumah. kucing
dan
ayam.
Mengemb
alikan
Fungsi
Peraba
(tactile)
Fier
menunju
kkan
hasil
yang
baik
setelah
mengikut
i terapi
SI
selama 3
bulan.
Fier
mampu
mengeta
hui rasa
panas,
dingin,
halus dan
kasar
dengan
baik.
Ganggu
an
tactile
yang
dialami
Adrian
tidak
cukup
serius,
sehingg
a dalam
waktu 3
bulan
Adrian
mampu
mengeta
hui rasa
panas,
dingin,
halus
dan
kasar
dengan
baik.
Danang
belum
menunjukk
an hasil
yang
signifikan
dalam
mengemba
likan
fungsi
tactile,
walaupun
waktu
terapi yang
diterima
sudah
cukup
lama yaitu
4 bulan.
Danang
belum
konsisten
membedak
annya.
Gangguan
tactile
yang
dialami
Awan
cukup
serius.
Awan
belum mampu
membedak
an rasa
panas,
dingin,
halus dan
kasar
dalam
waktu 4
bulan.
Orang tua
Awan
tidak
memiliki
banyak
waktu
untuk
meatihnya.
Kevin
menunju
kkan
hasil
yang
baik
setelah
mengiku
ti terapi
SI
selama 3
bulan.
Kevin
mampu
membed
akan
rasa
panas,
dingin,
halus
dan
kasar.
Arya
mampu
membed
akan
rasa
panas,
dingin,
halus
dan
kasar
dalam
waktu 3
bulan.
Hal
tersebut
dikarena
kan
Arya
rajin
mengiku
ti terapi
SI
dengan
mood
yang
baik.
Jenis
Terapi
Nama Klien
Fier Adrian Danang Awan Kevin Arya
Mengem
balikan
Fungsi
Perasa
(gustator)
Ganggua
n yang
dialami
Fier tidak
cukup
serius,
sehingga
Fier
mampu
membeda
kan rasa
manis,
asam dan
pahit
dalam
Adrian
menunju
kkan
hasil
yang
baik
setelah
mengikut
i terapi
SI
selama 3
bulan.
Adrian
mampu
membeda
Danang
belum
menunju
kkan
hasil
yang
baik
selama
mengikut
i terapi
SI
selama 4
bulan.
Ganggua
n yang
Ganggua
n yang
dialami
Awan
cukup
serius,
namun
karena
Awan
rajin
mengikut
i terapi
SI
selama 4
bulan
Kevin
menunju
kkan
hasil baik
setelah
mengikut
i terapi
SI
selama 3
bulan.
Kevin
mampu
membeda
kan rasa
manis,
Arya
mampu
membeda
kan rasa
manis,
asam dan
pahit
setelah
mengikut
i terapi
SI
selama 3
bulan.
Ganggua
n yang
110
waktu 3
bulan.
kan rasa
manis,
asam dan
pahit.
cukup
serius
membuat
nya sulit
membeda
kan rasa
manis,
asam dan
pahit.
membuat
nya
mampu
membeda
kan rasa
manis,
asam dan
pahit
walaupun
belum
konsisite
n.
asam dan
pahit
dengan
baik.
dialami
tidak
serius
membuat
ia dengan
mudah
membeda
kan rasa
tersebut.
Mengem
balikan
Fungsi
Otot dan
Persendia
n
(propriose
ptive)
Fier
mampu
mengem
balikan
fungsi
propriose
ptive
dengan
baik
setelah
mengikut
i terapi
SI
selama 3
bulan.
Hal
tersebut
dikarena
kan
orang tua
Fier juga
membant
u melatih
otot-otot
saat
berada di
rumah.
Adrian
mampu
mengem
balikan
fungsi
propriose
ptive
dengan
baik
setelah
mengikut
i terapi
SI
selama 3
bulan.
Hal
tersebut
dikarena
kan
orang tua
Adrian
juga
membant
u melatih
otot-otot
saat
berada di
rumah.
Danang
belum
menunju
kkan
hasil
yang
baik.
Setelah
mengikut
i terapi
selama 4
bulan.
Ganggua
n yang
dialami
cukup
serius,
sehingga
Danang
belum
mampu
mengem
balikan
fungsi
proprioseptive.
Ganggua
n yang
dialami
Awan
cukup
serius,
sehingga
Awan
belum
mampu
mengem
balikan
fungsi
propriose
ptive setelah
mengikut
i terapi
SI
selama 4
bulan.
Kevin
mampu
mengem
balikan
fungsi
propriose
ptive
dengan
baik
setelah
mengikut
i terapi
SI
selama 3
bulan.
Hal
tersebut
dikarena
kan
orang tua
Kevin
juga
membant
u melatih
otot-otot
saat
berada di
rumah.
Arya
mampu
mengem
balikan
fungsi
propriose
ptive
dengan
baik
setelah
mengikut
i terapi
SI
selama 3
bulan.
Hal
tersebut
dikarena
kan
orang tua
Arya
juga
membant
u melatih
otot-otot
saat
berada di
rumah.
111
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Evaluasi hasil terapi sensori integrasi dalam penelitian ini
melibatkan Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang sebagai
tempat penelitian. Dalam melakukan terapi sensori integrasi terhadap anak
tunagrahita, Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang memiliki
metode dan proses untuk mendukung keberhasilan terapi. Metode terapi
yang diberikan untuk anak tunagrahita cukup efisien, karena terapis
langsung menggunakan benda-benda yang mudah ditemui. Prosesnya pun
cukup menyenangkan, karena dalam melakukan aktivitas terapi anak-anak
diajak bermain sambil diberikan reward sehingga anak mempunyai
simpatik yang cukup tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah diuraikan pada
bab-bab sebelumya, maka penulis menyimpulkan bahwa evaluasi hasil
dari tujuan terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh
Kota Tangerang yang terlihat memiliki perubahan perkembangan
112
kemandirian selama mengikuti terapi sensori integrasi yaitu anak
tunagrahita yang selalu di latih juga oleh orang tuanya. Sehingga dapat
membantu mencapai kesuksesan terapi sensori integrasi yang dilakukan.
Keadaan lingkungan, serta keterlibatan orang tua dalam proses terapi
sangat dibutuhkan, dibandingkan dengan anak tunagrahita yang tidak
memiliki peran orang tua serta lingkungan di dalam proses terapi.
Terapi sensori integrasi sangat penting diberikan kepada anak
tunagrahita dengan tujuan untuk menimbulkan, meningkatkan, atau
memperbaiki tingkat kemandirian. Anak tunagrahita yang tidak dilatih
atau tidak diterapi semakin besar akan semakin menjadi beban bagi orang
tua dan keluarganya.
Dalam melakukan terapi sensori integrasi, ada beberapa faktor
pendukung dan penghambat keberhasilan terapi yang dimiliki Yayasan
Miftahul Qulub. Beberapa faktor pendukung keberhasilan yaitu siswa
tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang rajin
datang terapi pada saat jadwalnya. Selain itu peran orang tua yang
berkontribusi untuk mensukseskan tujuan terapi, dengan cara mengikuti
aturan yang diberikan terapis, misalnya melatih anak di rumah untuk
melakukan kegiatan-kegiatan terapi. Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh
Kota Tangerang juga pernah mengadakan parenting skill untuk menunjang
pengetahuan orang tua tentang pentingnya anak diajarkan mandiri.
Sehingga orang tua bersedia mengajarkan anak di rumah untuk hidup
mandiri dan tidak hanya mengandalkan terapi di sekolah. Sedangkan
faktor penghambat keberhasilan yaitu ruangan kecil, fasilitas permainan
113
kurang memadai. Misalnya ring basket untuk melatih kecekatan kaki dan
mata anak. Sebab, selama ini terapis hanya menggunakan tangga untuk
melatih motorik kasar anak tunagrahita. Selain itu keadaan emosional anak
tunagrahita yang cepat berubah.
B. IMPLIKASI
Cara menangani anak tunagahita di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang dalam melakukan terapi cukup efisien karena
anak-anak di ajak bermain terlebih dahulu sebelum melakukan terapi,
sehingga anak lebih respon kepada terapis. Permainan yang diberikan
terapis pun bertujuan untuk merangsang otot-otot sebelum aktivitas terapi
dilakukan. Dan saat aktivitas terapi berlangsung, terapis terkadang
menggunakan musik yang menarik untuk membangun otot. Dengan begitu
tingkat kesuksesan terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang lebih tinggi.
C. SARAN
Setelah melakukan penelitian terkait evaluasi hasil terapi sensori
integrasi bagi anak tunagrahita, penulis mencoba memberikan dan
mengemukakan masukan atau rekomendasi kepada pihak-pihak
bersangkutan yang kiranya menjadi bahan pertimbangan kedepannya.
1. Kepada Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang untuk
memfasilitasi sarana dan prasarana terapi, agar proses terapi lebih
efektif dan nyaman bagi anak tunagrahita. Selain itu, sebaiknya
114
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang lebih sering
mengadakan kegiatan seperti seminar parenting skill untuk orangtua
anak tunagrahita agar mereka mengetahui pentingnya mengajarkan
anak mandiri guna menyiapkan hidupnya dimasa depan.
2. Kepada terapis di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
untuk lebih mengembangkan kreatifitas diri dalam memberikan
aktivitas terapi kepada anak tunagrahita, misalnya mengajak anak
tunagrahita bermain lompat tali untuk melatih motorik kasar anak
tunagrahita. Selain itu lebih ditingkatkan komunikasi dua arah kepada
anak tunagrahita saat di dalam ruang terapi maupun di luar ruangan.
3. Penelitian ini belum komprehensif, dikarenakan keterbatasan waktu
yang peneliti miliki. Maka peneliti berharap kepada peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai evaluasi
hasil terapi sensori integrasi bagi anak tunagrahita.
Demikian kesimpulan, implikasi serta saran-saran yang dapat penulis
simpulkan. Semoga saran-saran ini menjadi sebuah kritik yang
membangun guna meningkatkan kualitas Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang dalam memberikan layanan bagi anak
tunagrhaita.
115
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Al-Qur’an dan terjemahannya, (PT. Sygma Examedia Arkanleema)
Agustyawati dan Solicha, (2009) Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus, Jakarta: Tenaga Penelitian UIN
Djuju Sudjana, (2006) Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Edi Suharto, (2005) Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat:
Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan
Sosial, Jakarta: Refiks Aditama
Elaine Wilson, (1998) Occupational Therapy for Children with Special Needs,
(United Kingdom, Whurr Publishers Ltd
Farida Yusuf Tayibnapis, (2008) Evaluasi Program Dan Instrument Evaluasi:
Untuk Program Pendidikan Dan Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta
Galih A Veskarisyanti - B, 12 Terapi Autis Paling Efektif&Hemat, (PT.
Galangpress Media Utama
Hamid Hasan, (2009) Evaluasi Kurikulum, cet ke-2 Bandung: Remaja
Rosdakarya
Lexy J. (2001) Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, Cet.Ke-15
Lynn Horowitz and Cecile Rost, (2007) helping hyperactive kids a sensory
integration approach, Hunter House
Mohammad Effendi, (2006) Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan,
Jakarta: Bumi Aksara
Nurul Hidayati, (2006) Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan
Kualitatif, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Desember
Richard Nelson Jones, (2011) Teori dan Praktik Konseling dan Terapi, (Jakarta:
Pustaka Belajar
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin, (2009) Evaluasi Program Pendidikan:
Pedoman Teoritis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, cet. ke-3
Jakarta: Bumi Aksara
Susandiaji, (2004) Terapi Alternatif, Yogyakarta: Yayasan Spiritia
T. Sutjihati Somantri, (2006) Psikologi Luar Biasa Bandung: PT. Refika Aditama
116
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak Surabaya: Kesindo Utama, 2003
Wirawan, (2011) Evaluasi, Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi Jakarta:
Rajawali Press
Williamson dan Anzalone, 1996 dalam Gunadi, Tri. 2008. Sensory Integration and Self-Regulation IN Infrants and Toddless: Helping Very Young
Children Interact with Their Environment
Waiman, Elina dkk, ( 2011) Sensori Integrasi: Dasar dan Efektivitas Terapi,
Yogyakarta: Pustaka Anggrek
Skripsi
Shabrina Dwi Pitarini Putri, “Dukungan Sosial Yayasan Persatuan Orang Tua
Anak Dengan Down Syndrome (POTADS) Kepada Para Orang Tua Anak”
Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarief
Hidayatullah Jakarta, 2014
Ulfa Andriani, Skripsi Evaluasi Program Terapi Untuk Anak Berkebutuhan
Khusus di Yayasan Panti Nugraha Jakarta Selatan
Jurnal
Jurnal Sensori Integrasi: Dasar dan Efektivitas Terapi oleh IDAI (Ikatan
DokterAnak Indonesia) Tahun 2011, diakses pada 15 Juli 2017
Jurnal tentang mengenal anak luar biasa, artikel diakses pada 27 Agustus 2017
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR_PEND_LUAR_BIASA/195706131985031-
MAMAN_ABDURAHMAN_SAEPUL_R/MENGENAL_ANK_LUAR_BIASA.
Web
Purwandari, Buku Pegangan Kuliah Psikoterapi, Universitas Negeri Yogyakarta,
2003, h. 39, diakses pada tanggal 27 Agustus 2017 (artikel dapat didownload di
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/scan0003_6.pdf
Tri Gunadi, OTR (Ind), S.Psi, Autism Awareness Festival, 18 September
2008.diakses pada: 10 Oktober 2017 di https://www.linkedin.com/in/tri-gunadi-
a93422a2/
Berita tentang jumlah anak tunagrahita,
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-dengan-
tunagrahita-perlu-pendekatan-khusus.html diakses pada 10 Mei 2017
117
Wawancara
Wawancara Ketua Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Wawancara Terapis Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Wawancara Orang Tua Klien
Wawancara Klien
118
119
PEDOMAN WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan KetuaYayasan
Informan :
Usia :
Pekerjaan :
Nama anak :
Hari/tanggal wawancara :
Waktu wawancara :
Situasi Informan saat wawancara :
Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh kota
Tangerang?
2. Apa tujuan didirikannya Sekolah Khusus Pelita Nusantara di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh?
3. Berapa banyak siswa yang ada di Sekolah Khusus Pelita Nusantara?
4. Bagaimana prosedur penerimaan siswa baru di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh?
5. Apa saja program/kegiatan yang ada di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh?
6. Ada berapa banyak jeni terapi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh?
7. Apa tujuan dari terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh?
8. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan terapi sensori integrasi di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh?
9. Adakah pelatihan bagi terapis dan orang tua/wali terkait dengan kegiatan
terapi sensori integrasi?
10. Kapan terapi sensori integrasi dilakukan?
11. Dimana terapi sensori integrasi dilakukan?
12. Bagaimana tahapan terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh?
13. Bagaimana hasil dari terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh?
14. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan terapi sensori
integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh?
120
PEDOMAN WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan klien
Informan :
Usia :
Pekerjaan :
Nama anak :
Hari/tanggal wawancara :
Waktu wawancara :
Situasi Informan saat wawancara :
Daftar Pertanyaan
1. Apakah adik tahu ini gambar apa? (menunjukkan gambar sikat gigi)
2. Apakah adik tahu ini wangi apa? (menunjukkan pasta gigi dan shampo)
3. Bagaimana suara kucing?
4. Bagaimana suara ayam?
5. Bagaimana rasa gula?
6. Bagaimana rasa buah jambu?
7. Bagaimana rasa kopi (tanpa gula)?
8. Bagaimana rasa kapas jika di pegang?
9. Bagaimana rasa es jika dipegang?
10. Bagaimana rasa gelas yang diisi dengan air panas jika dipegang?
11. Apakah adik tahu fungsi mata?
12. Apakah adik tahu fungsi hidung?
13. Apakah adik tahu fungsi telinga?
14. Apakah adik tahu fungsi mulut?
15. Apakah adik bisa melompat?
16. Apakah adik bisa melempar bola?
17. Apakah adik bisa menangkap bola?
18. Apakah adik bisa memanjat tangga?
19. Apakah adik bisa berjongkok?
20. Apakah adik bisa menyeimbangkan tubuh di atas bola besar?
121
PEDOMAN WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan orang tua klien
Informan :
Usia :
Pekerjaan :
Nama anak :
Hari/tanggal wawancara :
Waktu wawancara :
Situasi Informan saat wawancara :
Daftar Pertanyaan
1. Apa alasan Anda menyekolahkan anak Anda di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang?
2. Sudah berapa lama anak Anda bersekolah di Yasayan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang?
3. Adakah perbedaan pada anak Anda setelah mengikuti terapi sensori integrasi
di Yyasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang?
4. Apakah Anda pernah diberikan pelatihan tentang terapi sensori integrasi di
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh?
5. Apakah Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang selalu
menyampaikan perkembangan anak Anda?
122
PEDOMAN WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan terapis
Informan :
Pekerjaan :
Hari/tanggal wawancara :
Waktu wawancara :
Situasi Informan saat wawancara :
Daftar Pertanyaan
1. Apa tujuan dari terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh
Kota Tangerang?
2. Kapan terapi sensori integrasi dilakukan?
3. Dimana terapi sensori integrasi dilakukan?
4. Bagaimana tahapan terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang?
5. Bagaimana hasil terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh
Kota Tangerang?
6. Adakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan terapi sensori
integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang?
7. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melihat adanya
perkembangan/perubahan pada siswa yang telah mengikuti terapi sensori
integrasi ?
8. Apakah terapi sensori integrasi yang ada di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang telah tepat guna dalam mencapai tujuan?
123
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan KetuaYayasan
Informan :
Usia :
Pekerjaan :
Nama anak :
Hari/tanggal wawancara :
Waktu wawancara :
Situasi Informan saat wawancara :
Daftar Pertanyaan
15. Bagaimana sejarah singkat berdirinya Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh kota
Tangerang?
16. Apa tujuan didirikannya Sekolah Khusus Pelita Nusantara di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh?
17. Berapa banyak siswa yang ada di Sekolah Khusus Pelita Nusantara?
18. Bagaimana prosedur penerimaan siswa baru di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh?
19. Apa saja program/kegiatan yang ada di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh?
20. Ada berapa banyak jeni terapi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh?
21. Apa tujuan dari terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh?
22. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan terapi sensori integrasi di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh?
23. Adakah pelatihan bagi terapis dan orang tua/wali terkait dengan kegiatan
terapi sensori integrasi?
24. Kapan terapi sensori integrasi dilakukan?
25. Dimana terapi sensori integrasi dilakukan?
26. Bagaimana tahapan terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh?
27. Bagaimana hasil dari terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh?
28. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan terapi sensori
integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh?
124
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan KetuaYayasan
Informan : Ahmad Syaifudin, SE
Pekerjaan : Ketua Yayasan Miftahul Qulub
Hari/tanggal wawancara : 25 Oktober 2017
Waktu wawancara : Pukul 10.00 wib-selesai
Situasi Informan saat wawancara : Duduk di ruang tamu yayasan sambil
pegang HP
Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh kota
Tangerang? Ya awalnya istri saya ibu Ummu Kulsum merasa prihatin dengan
anak-anak ABK (anak berkebutuhan khusus) di sekitar rumah. Kemudian
beliau terapi deh dari rumah ke rumah terus ke lembaga ya dengan ilmu yang
beliau punya dari masa kuliahnya dulu. Istri saya kan kebetulan jurusan PLB
(Pendidikan Luar Biasa). Tahun 2008 kita inisiatif untuk buka klinik tumbuh
kembang anak. Jadi mereka yang datang ke rumah, kemudian banyak orang
tua ABK yang mendukung untuk bikin sekolahan. Akhirnya tahun 2010 baru
deh bikin surat izin buka SKh (Sekolah Khusus) ini.
2. Apa tujuan didirikannya Sekolah Khusus Pelita Nusantara di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh? Emm kalau tujuan saya sendiri sebagai ketua
yayasan, agar mampu mewujudkan keadilan bagi anak-anak berkebutuhan
khusus dan dalam hal ini melalui pendidikannya.
3. Berapa banyak siswa yang ada di Sekolah Khusus Pelita Nusantara? Tahun
ajaran ini sekitar 44 anak dengan ketunaan yang berbeda-beda.
4. Bagaimana prosedur penerimaan siswa baru di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh? Yaa.. pertama orang tua atau wali datang kesekolah, mengisi
formulir, terus kita wawancara orang tua murid kemudia baru deh dari pihak
kita mengadakan assesment ke anak didik, jadi keliatan tuh masuknya kategori
apa. Tapi kita juga melakukan observasi selama 3 bulan dan orang tua murid
harus isi formulir persetujuan juga.
5. Apa saja program/kegiatan yang ada di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh?
Program terapi wicara, terapi sensori integrasi, terapi okupasi, terapi tymbuh
125
kembang anak dan banyak program khusus kayak bina diri, kesenian, minat
bakat anak.
6. Ada berapa banyak jeni terapi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh? Ada 3
terapi
7. Apa tujuan dari terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh?
Tujuannya agak anak dapat hidup mandiri sampai dimasa depan. Soalnya
selama terapi anak-anak di ajarkan bina diri untuk aktivitas sehari-hari.
8. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan terapi sensori integrasi di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh? Guru terapi yang sudah profesional, insyaAllah
9. Adakah pelatihan bagi terapis dan orang tua/wali terkait dengan kegiatan
terapi sensori integrasi? Kalau terapis sering ikut seminar di luar, kalau disini
baru bisa ngadain seminar parenting skill untuk orang tua/ wali murid.
10. Kapan terapi sensori integrasi dilakukan? Setiap hari itu pasti ada terapi
sensori integrasi dengan murid yang berbeda-beda, jadi anak sesuai jadwalnya
11. Dimana terapi sensori integrasi dilakukan? Di ruang terapi
12. Bagaimana tahapan terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Ya kalau setau saya karena bukan bidangnya
tetapi sering lihat aja, guru terapi sering ajak anak-anak nyanyi atau ada games
nya gitu dulu sebelum terapi dimulai.
13. Bagaimana hasil dari terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Hasilnya yang saya lihat anak yang tadinya takut
sama lingkungan setelah terapi jadi berani. Anak yang belum bisa makan,
minum, gosok gigi ya sekarang bisa.
14. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan terapi sensori
integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh? Faktor pendukungnya kita
punya terapis yang sesuai bidangnya, kalau penghambatnya kadang anak-anak
suka males terapi gtu aja.
126
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan orang tua klien
Informan :
Usia :
Pekerjaan :
Nama anak :
Hari/tanggal wawancara :
Waktu wawancara :
Situasi Informan saat wawancara :
Daftar Pertanyaan
6. Apa alasan Anda menyekolahkan anak Anda di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang?
7. Sudah berapa lama anak Anda bersekolah di Yasayan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang?
8. Adakah perbedaan pada anak Anda setelah mengikuti terapi sensori integrasi
di Yyasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang?
9. Apakah Anda pernah diberikan pelatihan tentang terapi sensori integrasi di
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh?
10. Apakah Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang selalu
menyampaikan perkembangan anak Anda?
127
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan orang tua klien
Informan : Ratih Rohaya
Usia : 35 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama anak : Fier
Hari/tanggal wawancara : 2 Januari 2018
Waktu wawancara : 10.00 wib
Situasi Informan saat wawancara : duduk di atas motor saat menjemput Fier
Daftar Pertanyaan
1. Apa alasan Anda menyekolahkan anak Anda di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Karena dekat dari rumah aja kak.
2. Sudah berapa lama anak Anda bersekolah di Yasayan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Kalau sekolah baru tahun ini kak, tapi sebelum
sekolah Fier ikut terapi disini.
3. Adakah perbedaan pada anak Anda setelah mengikuti terapi sensori integrasi
di Yyasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Sejauh ini banyak ya
kak, sekarang Fier sudah bisa makan sendiri walaupun berantakan, mandi
sendiri, sikat gigi sendiri, walaupun di awasin terus sama saya kalau nggak
ayahnya.
4. Apakah Anda pernah diberikan pelatihan tentang terapi sensori integrasi di
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Waktu itu seminar gitu
kak, ya jadi saya sedikit banyaknya tau supaya anak mandiri.
5. Apakah Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang selalu
menyampaikan perkembangan anak Anda? Setiap sebulan sekali sih guru
terapinya sering cerita perkembangannya udah sampai mana, atau nggak saya
aja nanya ke guru terapinya kak.
128
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan orang tua klien
Informan : Ahmadi
Usia : 39 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta
Nama anak : Adrian
Hari/tanggal wawancara : 3 Januari 2018
Waktu wawancara : 09.30 wib - selesai
Situasi Informan saat wawancara : duduk di halaman sekolah
Daftar Pertanyaan
1. Apa alasan Anda menyekolahkan anak Anda di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Rekomendasi dari teman yang anaknya sekolah
disini, katanya bagus kak.
2. Sudah berapa lama anak Anda bersekolah di Yasayan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Baru tahun ajaran ini kak.
3. Adakah perbedaan pada anak Anda setelah mengikuti terapi sensori integrasi
di Yyasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Ada kak, anak saya
jadi berani, tadinya mau naik aja takut banget.
4. Apakah Anda pernah diberikan pelatihan tentang terapi sensori integrasi di
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Belum lama ini sih
pernah ada seminar parenting skill tentang pentingnya anak diajarkan hidup
mandiri. Ya paling gitu kak..
5. Apakah Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang selalu
menyampaikan perkembangan anak Anda? Kadang-kadang sih kak, kadang
juga saya yang tanya ke guru terapinya.
129
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan orang tua klien
Informan : Badriah
Usia : 35 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama anak : Awan
Hari/tanggal wawancara : 3 Januari 2018
Waktu wawancara : 12.00 wib - selesai
Situasi Informan saat wawancara : duduk di ayunan halaman sekolah
Daftar Pertanyaan
1. Apa alasan Anda menyekolahkan anak Anda di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Karena paling dekat dari rumah kak.
2. Sudah berapa lama anak Anda bersekolah di Yasayan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Baru tahun ajaran ini kak.
3. Adakah perbedaan pada anak Anda setelah mengikuti terapi sensori integrasi
di Yyasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Sekarang Awan lebih
aktif sih, berani banget sekarang ngomong juga lebih banyak kak. Sekarang
sudah bisa gosok gigi itu tujuan utama saya sih, karena supaya dia bisa lebih
bersih.
4. Apakah Anda pernah diberikan pelatihan tentang terapi sensori integrasi di
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh? Pelatihan kayak gimana ya kak, kayaknya
nggak pernah ya.
5. Apakah Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang selalu
menyampaikan perkembangan anak Anda? Iya kak, kadang seminggu sekali,
dua minggu atau saya yang tanya aja gitu.
130
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan orang tua klien
Informan : Sugiharti
Usia : 30 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama anak : Danang
Hari/tanggal wawancara : 11 Januari 2018
Waktu wawancara : 10.00 wib - selesai
Situasi Informan saat wawancara : duduk di atas motor
Daftar Pertanyaan
1. Apa alasan Anda menyekolahkan anak Anda di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Karena lebih dekat dari rumah.
2. Sudah berapa lama anak Anda bersekolah di Yasayan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Pas tahun ajaran ini kak.
3. Adakah perbedaan pada anak Anda setelah mengikuti terapi sensori integrasi
di Yyasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Emm ada, misalnya
Danang sekarang larinya terarah ya, udah nggak pernah main lari-larian lagi.
4. Apakah Anda pernah diberikan pelatihan tentang terapi sensori integrasi di
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh? Belum lama sih ada seminar gitu kak,
jadi kita dikasih tau cara anak mandiri.
5. Apakah Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang selalu
menyampaikan perkembangan anak Anda? Iya guru terapisnya sering kasih
tau perkembangan anak saya.
131
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan orang tua klien
Informan : Rosiyah
Usia : 31 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Nama anak : Kevin
Hari/tanggal wawancara : 15 Januari 2018
Waktu wawancara : 09.30 wib - selesai
Situasi Informan saat wawancara : duduk di halaman sekolah
Daftar Pertanyaan
1. Apa alasan Anda menyekolahkan anak Anda di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Ya soalnya deket dari rumah kak.
2. Sudah berapa lama anak Anda bersekolah di Yasayan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Udah dua tahun.
3. Adakah perbedaan pada anak Anda setelah mengikuti terapi sensori integrasi
di Yyasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Banyak ya kak,
sekarang dia lebih respon gitu kalau saya panggil, kalau buang air besar juga
udah bisa jongkok.
4. Apakah Anda pernah diberikan pelatihan tentang terapi sensori integrasi di
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Pernahnya seminar kak,
jadi kita orang tua dikasih tau kalau ngajarin anak mandiri itu penting bgt.
5. Apakah Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang selalu
menyampaikan perkembangan anak Anda? Iya selalu ngasih tau, kalau nggak
saya yang tanya ke guru terapi nya.
132
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan orang tua klien
Informan : Endang
Usia : 37 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama anak : Arya
Hari/tanggal wawancara : 16 Januari 2018
Waktu wawancara : 10.00wib - selesai
Situasi Informan saat wawancara : duduk di atas motor
Daftar Pertanyaan
1. Apa alasan Anda menyekolahkan anak Anda di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Karena deket dari rumah kak.
2. Sudah berapa lama anak Anda bersekolah di Yasayan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? 2 tahun.
3. Adakah perbedaan pada anak Anda setelah mengikuti terapi sensori integrasi
di Yyasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Wah banyak, anak saya
sekarang lebih berani lah.
4. Apakah Anda pernah diberikan pelatihan tentang terapi sensori integrasi di
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Pelatihan anak supaya
mandiri gitu kak, belum lama sekolah ngadain seminar sih.
5. Apakah Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang selalu
menyampaikan perkembangan anak Anda? Iya, tapi ya kadang saya yang
tanya perkembangannya ke guru terapi Arya.
133
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan terapis
Informan :
Pekerjaan :
Hari/tanggal wawancara :
Waktu wawancara :
Situasi Informan saat wawancara :
Daftar Pertanyaan
9. Apa tujuan dari terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh
Kota Tangerang?
10. Kapan terapi sensori integrasi dilakukan?
11. Dimana terapi sensori integrasi dilakukan?
12. Bagaimana tahapan terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang?
13. Bagaimana hasil terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh
Kota Tangerang?
14. Adakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan terapi sensori
integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang?
15. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melihat adanya
perkembangan/perubahan pada siswa yang telah mengikuti terapi sensori
integrasi ?
16. Apakah terapi sensori integrasi yang ada di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang telah tepat guna dalam mencapai tujuan?
134
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan terapis
Informan : Yeni, S.Pd
Pekerjaan : Terapis
Hari/tanggal wawancara : 1 Desember 2017
Waktu wawancara : Pukul 11.00
Situasi Informan saat wawancara : Di ruang terapi sambil pegang pulpen
Daftar Pertanyaan
1. Apa tujuan dari terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh
Kota Tangerang? Tujuannya agar peserta didik mampu melakukan aktivitas
sehari-hari, manfaatnya kan untuk mereka juga gak mandiri dan gak
ketergantungan.
2. Kapan terapi sensori integrasi dilakukan? Setiap hari, kalau saya sendiri juga
setiap hari, soalnya setiap anak pasti dapet terapi SI itu
3. Dimana terapi sensori integrasi dilakukan? Di sini, di ruang terapi ini
4. Bagaimana tahapan terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Kalau saya, pertama saya ajak main, nyanyi,
pokoknya saya buat anak-anak senang dulu.
5. Bagaimana hasil terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh
Kota Tangerang? Alhamdulillah, selama ini anak-anak selalu ada perubahan
yang baik kak.
6. Adakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan terapi sensori
integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Faktor
pendukungnya ya anak-anak yang datangnya rajin itu sangat berpengaruh
sama kesuksesan terapi SI dan peran orang tua juga, terus faktor
penghambatnya ruangannya sempit, hehe.
7. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melihat adanya
perkembangan/perubahan pada siswa yang telah mengikuti terapi sensori
integrasi? Tergantung seberapa serius gangguan yang dialami si anak.
8. Apakah terapi sensori integrasi yang ada di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang telah tepat guna dalam mencapai tujuan? Kalau
menurut saya sudah ya kak.
135
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan terapis
Informan : Erniawati, S.Pd
Pekerjaan : Terapis
Hari/tanggal wawancara : 13 November 2017
Waktu wawancara : 10.30 wib-selesai
Situasi Informan saat wawancara : di ruang terapi sambil pegang buku
Daftar Pertanyaan
1. Apa tujuan dari terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh?
Tujuannya supaya anak-anak dapat hidup mandiri, melakukan aktivitas sehari-
hari tanpa bantuan orang lain.
2. Dimana terapi sensori integrasi dilakukan? Di ruang terapi.
3. Kapan terapi sensori integrasi dilakukan? Setiap hari dan setiap anak pasti
dapat terapi sensori integrasi.
4. Bagaimana tahapan terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Kalau tahapan terapi ya biasanya pertama yang
saya lakukan itu ajak anak-anak bermain, bernyanyi, tepuk tangan dengan
intruksi yang sederhana, kayak yang tadi kakak lihat kan ya.
5. Bagaimana hasil terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh? insyaAllah hasilnya pasti terlihat baik. Walaupun setiap anak
perubahannya berbeda-beda kak.
6. Adakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan terapi sensori
integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh? Emm Faktor pendukungnya
fasilitas walaupun belum memadai, lalu anak-anak yang rajin datang dan
peran orang tua yang membantu melatih anak-anak di rumah. Kalau
penghambatnya ruangan kecil kak hehe.
7. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melihat adanya
perkembangan/perubahan pada siswa yang telah mengikuti terapi sensori
integrasi? Tidak bisa ditentukan sih, karena kan berbeda-beda setiap anak.
8. Apakah terapi sensori integrasi yang ada di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang telah tepat guna dalam mencapai tujuan?
insyaAllah sudah kak.
136
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan terapis
Informan : Maulidina syafitri, S.Pd
Pekerjaan : Terapis
Hari/tanggal wawancara : 13 November 2018
Waktu wawancara : 13.00 wib - selesai
Situasi Informan saat wawancara : di ruang terapi
Daftar Pertanyaan
1. Apa tujuan dari terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Tujuannya supaya anak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
2. Kapan terapi sensori integrasi dilakukan? Kalau saya senin-jumat hehe
alias setiap hari.
2. Dimana terapi sensori integrasi dilakukan? Di ruang terapi
3. Bagaimana tahapan terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Pertama saya ajak anak bermain, kalau nggak ya
nyanyi supaya mereka lebih simpatik gitu.
4. Bagaimana hasil terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh
Kota Tangerang? Hasilnya insyaAllah baik untuk anak.
5. Adakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan terapi sensori
integrasi di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang?faktor
pendukung keberhasilan yang paling utama adalah peran orang tua. Kalau
penghambatnya ruangannya kecil.
6. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melihat adanya
perkembangan/perubahan pada siswa yang telah mengikuti terapi sensori
integrasi ? tidak bisa ditentukan dengan waktu, karena setiap anak gejalanya
berbeda-beda. Apa lagi kalau anak tunagrahita itu musti setiap hari dilatih
supaya konsisten.
7. Apakah terapi sensori integrasi yang ada di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang telah tepat guna dalam mencapai tujuan?
insyaAllah....
137
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan orang tua klien
Informan :
Usia :
Pekerjaan :
Nama anak :
Hari/tanggal wawancara :
Waktu wawancara :
Situasi Informan saat wawancara :
Daftar Pertanyaan
11. Apa alasan Anda menyekolahkan anak Anda di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang?
12. Sudah berapa lama anak Anda bersekolah di Yasayan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang?
13. Adakah perbedaan pada anak Anda setelah mengikuti terapi sensori integrasi
di Yyasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang?
14. Apakah Anda pernah diberikan pelatihan tentang terapi sensori integrasi di
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh?
15. Apakah Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang selalu
menyampaikan perkembangan anak Anda?
138
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan orang tua klien
Informan : Ratih Rohaya
Usia : 35 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama anak : Fier
Hari/tanggal wawancara : 2 Januari 2018
Waktu wawancara : 10.00 wib
Situasi Informan saat wawancara : duduk di atas motor saat menjemput Fier
Daftar Pertanyaan
6. Apa alasan Anda menyekolahkan anak Anda di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Karena dekat dari rumah aja kak.
7. Sudah berapa lama anak Anda bersekolah di Yasayan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Kalau sekolah baru tahun ini kak, tapi sebelum
sekolah Fier ikut terapi disini.
8. Adakah perbedaan pada anak Anda setelah mengikuti terapi sensori integrasi
di Yyasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Sejauh ini banyak ya
kak, sekarang Fier sudah bisa makan sendiri walaupun berantakan, mandi
sendiri, sikat gigi sendiri, walaupun di awasin terus sama saya kalau nggak
ayahnya.
9. Apakah Anda pernah diberikan pelatihan tentang terapi sensori integrasi di
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Waktu itu seminar gitu
kak, ya jadi saya sedikit banyaknya tau supaya anak mandiri.
10. Apakah Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang selalu
menyampaikan perkembangan anak Anda? Setiap sebulan sekali sih guru
terapinya sering cerita perkembangannya udah sampai mana, atau nggak saya
aja nanya ke guru terapinya kak.
139
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan orang tua klien
Informan : Ahmadi
Usia : 39 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta
Nama anak : Adrian
Hari/tanggal wawancara : 3 Januari 2018
Waktu wawancara : 09.30 wib - selesai
Situasi Informan saat wawancara : duduk di halaman sekolah
Daftar Pertanyaan
6. Apa alasan Anda menyekolahkan anak Anda di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Rekomendasi dari teman yang anaknya sekolah
disini, katanya bagus kak.
7. Sudah berapa lama anak Anda bersekolah di Yasayan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Baru tahun ajaran ini kak.
8. Adakah perbedaan pada anak Anda setelah mengikuti terapi sensori integrasi
di Yyasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Ada kak, anak saya
jadi berani, tadinya mau naik aja takut banget.
9. Apakah Anda pernah diberikan pelatihan tentang terapi sensori integrasi di
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Belum lama ini sih
pernah ada seminar parenting skill tentang pentingnya anak diajarkan hidup
mandiri. Ya paling gitu kak..
10. Apakah Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang selalu
menyampaikan perkembangan anak Anda? Kadang-kadang sih kak, kadang
juga saya yang tanya ke guru terapinya.
140
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan orang tua klien
Informan : Badriah
Usia : 35 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama anak : Awan
Hari/tanggal wawancara : 3 Januari 2018
Waktu wawancara : 12.00 wib - selesai
Situasi Informan saat wawancara : duduk di ayunan halaman sekolah
Daftar Pertanyaan
6. Apa alasan Anda menyekolahkan anak Anda di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Karena paling dekat dari rumah kak.
7. Sudah berapa lama anak Anda bersekolah di Yasayan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Baru tahun ajaran ini kak.
8. Adakah perbedaan pada anak Anda setelah mengikuti terapi sensori integrasi
di Yyasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Sekarang Awan lebih
aktif sih, berani banget sekarang ngomong juga lebih banyak kak. Sekarang
sudah bisa gosok gigi itu tujuan utama saya sih, karena supaya dia bisa lebih
bersih.
9. Apakah Anda pernah diberikan pelatihan tentang terapi sensori integrasi di
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh? Pelatihan kayak gimana ya kak, kayaknya
nggak pernah ya.
10. Apakah Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang selalu
menyampaikan perkembangan anak Anda? Iya kak, kadang seminggu sekali,
dua minggu atau saya yang tanya aja gitu.
141
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan orang tua klien
Informan : Sugiharti
Usia : 30 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama anak : Danang
Hari/tanggal wawancara : 11 Januari 2018
Waktu wawancara : 10.00 wib - selesai
Situasi Informan saat wawancara : duduk di atas motor
Daftar Pertanyaan
6. Apa alasan Anda menyekolahkan anak Anda di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Karena lebih dekat dari rumah.
7. Sudah berapa lama anak Anda bersekolah di Yasayan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Pas tahun ajaran ini kak.
8. Adakah perbedaan pada anak Anda setelah mengikuti terapi sensori integrasi
di Yyasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Emm ada, misalnya
Danang sekarang larinya terarah ya, udah nggak pernah main lari-larian lagi.
9. Apakah Anda pernah diberikan pelatihan tentang terapi sensori integrasi di
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh? Belum lama sih ada seminar gitu kak,
jadi kita dikasih tau cara anak mandiri.
10. Apakah Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang selalu
menyampaikan perkembangan anak Anda? Iya guru terapisnya sering kasih
tau perkembangan anak saya.
142
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan orang tua klien
Informan : Rosiyah
Usia : 31 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Nama anak : Kevin
Hari/tanggal wawancara : 15 Januari 2018
Waktu wawancara : 09.30 wib - selesai
Situasi Informan saat wawancara : duduk di halaman sekolah
Daftar Pertanyaan
6. Apa alasan Anda menyekolahkan anak Anda di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Ya soalnya deket dari rumah kak.
7. Sudah berapa lama anak Anda bersekolah di Yasayan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Udah dua tahun.
8. Adakah perbedaan pada anak Anda setelah mengikuti terapi sensori integrasi
di Yyasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Banyak ya kak,
sekarang dia lebih respon gitu kalau saya panggil, kalau buang air besar juga
udah bisa jongkok.
9. Apakah Anda pernah diberikan pelatihan tentang terapi sensori integrasi di
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Pernahnya seminar kak,
jadi kita orang tua dikasih tau kalau ngajarin anak mandiri itu penting bgt.
10. Apakah Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang selalu
menyampaikan perkembangan anak Anda? Iya selalu ngasih tau, kalau nggak
saya yang tanya ke guru terapi nya.
143
TRANSKIP WAWANCARA
Evaluasi Program Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration) bagi Anak
Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Informan orang tua klien
Informan : Endang
Usia : 37 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama anak : Arya
Hari/tanggal wawancara : 16 Januari 2018
Waktu wawancara : 10.00wib - selesai
Situasi Informan saat wawancara : duduk di atas motor
Daftar Pertanyaan
6. Apa alasan Anda menyekolahkan anak Anda di Yayasan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? Karena deket dari rumah kak.
7. Sudah berapa lama anak Anda bersekolah di Yasayan Miftahul Qulub
Cipondoh Kota Tangerang? 2 tahun.
8. Adakah perbedaan pada anak Anda setelah mengikuti terapi sensori integrasi
di Yyasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Wah banyak, anak saya
sekarang lebih berani lah.
9. Apakah Anda pernah diberikan pelatihan tentang terapi sensori integrasi di
Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang? Pelatihan anak supaya
mandiri gitu kak, belum lama sekolah ngadain seminar sih.
10. Apakah Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang selalu
menyampaikan perkembangan anak Anda? Iya, tapi ya kadang saya yang
tanya perkembangannya ke guru terapi Arya.
144
PEDOMAN OBSERVASI
Evaluasi Hasil Terapi Sensori Integrasi bagi Anak Tunagrahita di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Nama : Arya Bangun Pranata Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 24 Desember 2017
Pukul : 07.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Yeni
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi visul
Penulis bertemu dengan klien Arya di ruang terapi, penulis mengikuti kegiatan
terapi mengembalikan fungsi visual. Pertama klien Arya diajak bernyanyi diiringi
dengan musik anak-anak, jika klien Arya mau mengikuti maka klien Arya akan
diberikan tanda bintang (reword) ditangan sedangkan jika tidak mau mengikuti
maka klien Arya tidak diberikan tanda bintang (punishment). Setelah 5 menit
kemudian kegiatan terapi dimulai, pertama Ibu Yeni menunjukkan gambar sikat
gigi berulang kali sambil memberi tahu bahwa itu gambar sikat gigi dan klien
Arya mengulanginya. Setelah beberapa kali klien Arya ditunjukkan sikat gigi
yang aslinya.
Nama : Arya Bangun Pranata
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 27 Desember 2017
Pukul : 08.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Yeni
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi olfactory
Penulis bertemu dengan klien Arya di ruang terapi, penulis mengikuti kegiatan
terapi mengembalikan fungsi olfactory. Seperti biasanya, sebelum terapi dimulai
seorang terapis mengajak klien bermain, namun kali ini permainannya bertepuk
tangan satu kali. Setelah itu kegiatan terapi dimulai klien Arya ditunjukkan pasta
gigi dan disuruh menciumnya. Klien Arya melakukannya dan sesekali ia
memegang pasta gigi tersebut. Selain pasta gigi klien Arya juga ditunjukkan
shampo dan menciumnya. Setelah mencium pasta gigi dan shampo klien Arya
disuruh untuk membedakannya, dan klien Arya mampu membedakannya dengan
baik.
145
PEDOMAN OBSERVASI
Evaluasi Hasil Terapi Sensori Integrasi bagi Anak Tunagrahita di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Nama : Arya Bangun Pranata
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 2 Januari 2018
Pukul : 07.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Yeni
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi auditory
Penulis bertemu dengan klien Arya r di ruang terapi. Hari itu kegiatan terapi klien
Arya adalah mengembalikan fungsi auditory. Sebelum melakukan kegiatan terapi
klien Fier di ajak untuk bernyanyi dengan diiringi musik. Kemudian kegiatan
terapi dimulai, klien Fier mendengarkan suara kucing dan ayam melalui mulut
seorang terapis dan harus mengulanginya. Lalu seorang terapis memberi tahu
hewan kucing dan ayam dengan masing-masing suaranya. Kegiatan ini
berlangsung beberapa kali sampai klien Fier konsisten.
Nama : Arya Bangun Pranata
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 6 Januari 2018
Pukul : 08.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Yeni
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi gustatory
Penulis bertemu langsung dengan klien Arya di ruang terapi. Hari ini kegiatan
terapi klien Arya adalah mengembalikan fungsi gustatory. Klien Arya terlihat
sedang tidak mood. Hingga beberapa kali Ibu Yeni membujuknya hingga tidak
diberikan tanda bintang di tangannya (punishment). Walaupun demkian, akhirnya
klien Arya mau mengikuti terapi. Kemudian Ibu Yeni memberikan klien Arya
gula untuk dicicipi dan memberi tahu bahwa itu rasanya manis, kemudian jambu
air untuk rasa asam, dan kopi untuk rasa pahit. Klien Arya cukup antusias setelah
disuruh mencicipi makanan tersebut. Berulang kali Ibu Yeni memberitahu semua
rasa yang dimakannya, walaupun belum konsisten tetapi klien Arya cukup mampu
merasakannya.
146
PEDOMAN OBSERVASI
Evaluasi Hasil Terapi Sensori Integrasi bagi Anak Tunagrahita di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Nama : Arya Bangun Pranata
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 8 Januari 2018
Pukul : 07.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Nana
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi tactile
Penulis bertemu langsung dengan klien Arya di ruang terapi, penulis mengikuti
kegiatan terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi tactile. Seperti biasanya,
sebelum memulai aktivitas terapi klien Arya diajak bermain lompat-lompat
dengan diiringi musik. Setelah itu Ibu Nana selaku terapis memberikan gelas yang
diisi air panas, es batu dan kapas. Ketiga benda tersebut digunakan sebagai media
terapi agar klien Adrian dapat langsung merasakan dikulitnya. Klien Arya cukup
antusias. Sebelumnya, Ibu Nana memberi intruksi apabila klien Arya mau
memegang benda-benda tersebut klien Adrian akan mendapatkan tanda bintang di
tangannya sebagai hadiah.
Nama : Arya Bangun Pranata
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 11 Januari 2018
Pukul : 09.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Nana
Fokus observasi :Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi
proprioceptive dan vestibular
Penulis bertemu langsung dengan klien Arya di ruang terapi. Jadwal terapi hari ini
adalah mengembalikan fungsi proprioceptive dan vestibular. Semua aktivitas
terapi hari ini langsung diiringi dengan musik, mulai dari memanjat tangga,
berjalan lurus sesuai perintah, bernyanyi nama-nama alat panca indera, melompat,
bermain tangkap bola serta menyeimbangkan tubuh di atas bola besar. Semua itu
dilakukan agar anak lebih simpatik dan gembira. Walaupun sudah melalui musik,
Ibu Nana tetap mengintruksikan dengan ucapan. Klien Arya terlihat sangat
bersemangat saat mengikuti terapi.
147
PEDOMAN OBSERVASI
Evaluasi Hasil Terapi Sensori Integrasi bagi Anak Tunagrahita di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Nama : Adrian Dharmawan
Usia : 11 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 23 Desember 2017
Pukul : 08.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Erni
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi visul
Penulis bertemu dengan klien Adrian di ruang terapi, penulis mengikuti kegiatan
terapi mengembalikan fungsi visual. Pertama klien Adrian diajak bernyanyi
diiringi dengan musik anak-anak, jika klien Adrian mau mengikuti maka klien
Adrian akan diberikan tanda bintang (reword) ditangan sedangkan jika tidak mau
mengikuti maka klien Adrian tidak diberikan tanda bintang (punishment). Setelah
5 menit kemudian kegiatan terapi dimulai, pertama Ibu Erni menunjukkan gambar
sikat gigi berulang kali sambil memberi tahu bahwa itu gambar sikat gigi dan
klien Adrian mengulanginya. Setelah beberapa kali klien Adrian ditunjukkan sikat
gigi yang aslinya.
Nama : Adrian Dharmawan
Usia : 11 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 26 Desember 2017
Pukul : 07.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Erni
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi olfactory
Penulis bertemu dengan klien Adrian di ruang terapi, penulis mengikuti kegiatan
terapi mengembalikan fungsi olfactory. Seperti biasanya, sebelum terapi dimulai
seorang terapis mengajak klien bermain, namun kali ini permainannya bertepuk
tangan satu kali. Setelah itu kegiatan terapi dimulai klien Adrian ditunjukkan
pasta gigi dan disuruh menciumnya. Klien Adrian melakukannya dan sesekali ia
memegang pasta gigi tersebut. Selain pasta gigi klien Adrian juga ditunjukkan
shampo dan menciumnya. Setelah mencium pasta gigi dan shampo klien Fier
disuruh untuk membedakannya, dan klien Adrian mampu membedakannya
dengan baik.
148
PEDOMAN OBSERVASI
Evaluasi Hasil Terapi Sensori Integrasi bagi Anak Tunagrahita di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Nama : Adrian Dharmawan
Usia : 11 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 2 Januari 2018
Pukul : 09.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Erni
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi auditory
Penulis bertemu dengan klien Adrian di ruang terapi. Hari itu kegiatan terapi klien
Adrian adalah mengembalikan fungsi auditory. Sebelum melakukan kegiatan
terapi klien Adrian di ajak untuk bernyanyi dengan diiringi musik. Kemudian
kegiatan terapi dimulai, klien Adrian mendengarkan suara kucing dan ayam
melalui mulut seorang terapis dan harus mengulanginya. Lalu seorang terapis
memberi tahu hewan kucing dan ayam dengan masing-masing suaranya. Kegiatan
ini berlangsung beberapa kali sampai klien Adrian konsisten.
Nama : Adrian Dharmawan
Usia : 11 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 5 Januari 2018
Pukul : 07.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Erni
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi gustatory
Penulis bertemu langsung dengan klien Adrian di ruang terapi. Hari ini kegiatan
terapi klien Adrian adalah mengembalikan fungsi gustatory. Klien Adrian terlihat
sedang sangat bersemangat. Maka Ibu Erni memberikan tanda bintang di
tangannya. Kemudian Ibu Erni memberikan klien Adrian gula untuk dicicipi dan
memberi tahu bahwa itu rasanya manis, kemudian jambu air untuk rasa asam, dan
kopi untuk rasa pahit. Klien Adrian cukup antusias setelah disuruh mencicipi
makanan tersebut. Berulang kali Ibu Erni memberitahu semua rasa yang
dimakannya, walaupun belum konsisten tetapi klien Adrian cukup mampu
merasakannya.
149
PEDOMAN OBSERVASI
Evaluasi Hasil Terapi Sensori Integrasi bagi Anak Tunagrahita di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Nama : Adrian Dharmawan
Usia : 11 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 9 Januari 2018
Pukul : 08.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Nana
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi tactile
Penulis bertemu langsung dengan klien Adrian di ruang terapi, penulis mengikuti
kegiatan terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi tactile. Seperti biasanya,
sebelum memulai aktivitas terapi klien Adrian diajak bermain lompat-lompat
dengan diiringi musik. Setelah itu Ibu Nana selaku terapis memberikan gelas yang
diisi air panas, es batu dan kapas. Ketiga benda tersebut digunakan sebagai media
terapi agar klien Adrian dapat langsung merasakan dikulitnya. Klien Adrian cukup
antusias. Sebelumnya, Ibu Nana memberi intruksi apabila klien Adrian mau
memegang benda-benda tersebut klien Adrian akan mendapatkan tanda bintang di
tangannya sebagai hadiah.
Nama : Adrian Dharmawan
Usia : 11 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 12 Januari 2018
Pukul : 09.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Nana
Fokus observasi :Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi
proprioceptive dan vestibular
Penulis bertemu langsung dengan klien Adrian di ruang terapi. Jadwal terapi hari
ini adalah mengembalikan fungsi proprioceptive dan vestibular. Semua aktivitas
terapi hari ini langsung diiringi dengan musik, mulai dari memanjat tangga,
berjalan lurus sesuai perintah, bernyanyi nama-nama alat panca indera, melompat,
bermain tangkap bola serta menyeimbangkan tubuh di atas bola besar. Semua itu
dilakukan agar anak lebih simpatik dan gembira. Walaupun sudah melalui musik,
Ibu Nana tetap mengintruksikan dengan ucapan. Klien Adrian terlihat sangat
bersemangat saat mengikuti terapi.
150
PEDOMAN OBSERVASI
Evaluasi Hasil Terapi Sensori Integrasi bagi Anak Tunagrahita di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Nama : Muhammad Fier Ridho Abilfaqi Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 23 Desember 2017
Pukul : 07.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Yeni
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi visul
Penulis bertemu dengan klien Fier di ruang terapi, penulis mengikuti kegiatan
terapi mengembalikan fungsi visual. Pertama klien Fier diajak bernyanyi diiringi
dengan musik anak-anak, jika klien Fier mau mengikuti maka klien Fier akan
diberikan tanda bintang (reword) ditangan sedangkan jika tidak mau mengikuti
maka klien Fier tidak diberikan tanda bintang (punishment). Setelah 5 menit
kemudian kegiatan terapi dimulai, pertama Ibu Yeni menunjukkan gambar sikat
gigi berulang kali sambil memberi tahu bahwa itu gambar sikat gigi dan klien Fier
mengulanginya. Setelah beberapa kali klien Fier ditunjukkan sikat gigi yang
aslinya.
Nama : Muhammad Fier Ridho Abilfaqi
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 26 Desember 2017
Pukul : 08.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Yeni
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi olfactory
Penulis bertemu dengan klien Fier di ruang terapi, penulis mengikuti kegiatan
terapi mengembalikan fungsi olfactory. Seperti biasanya, sebelum terapi dimulai
seorang terapis mengajak klien bermain, namun kali ini permainannya bertepuk
tangan satu kali. Setelah itu kegiatan terapi dimulai klien Fier ditunjukkan pasta
gigi dan disuruh menciumnya. Klien Fier melakukannya dan sesekali ia
memegang pasta gigi tersebut. Selain pasta gigi klien Adrian juga ditunjukkan
shampo dan menciumnya. Setelah mencium pasta gigi dan shampo klien Fier
disuruh untuk membedakannya, dan klien Fier mampu membedakannya dengan
baik.
151
PEDOMAN OBSERVASI
Evaluasi Hasil Terapi Sensori Integrasi bagi Anak Tunagrahita di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Nama : Muhammad Fier Ridho Abilfaqi
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 2 Januari 2018
Pukul : 07.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Yeni
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi auditory
Penulis bertemu dengan klien Fier di ruang terapi. Hari itu kegiatan terapi klien
Fier adalah mengembalikan fungsi auditory. Sebelum melakukan kegiatan terapi
klien Fier di ajak untuk bernyanyi dengan diiringi musik. Kemudian kegiatan
terapi dimulai, klien Fier mendengarkan suara kucing dan ayam melalui mulut
seorang terapis dan harus mengulanginya. Lalu seorang terapis memberi tahu
hewan kucing dan ayam dengan masing-masing suaranya. Kegiatan ini
berlangsung beberapa kali sampai klien Fier konsisten.
Nama : Muhammad Fier Ridho Abilfaqi
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 5 Januari 2018
Pukul : 08.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Yeni
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi gustatory
Penulis bertemu langsung dengan klien Fier di ruang terapi. Hari ini kegiatan
terapi klien Fier adalah mengembalikan fungsi gustatory. Klien Adrian terlihat
sedang tidak mood. Hingga beberapa kali Ibu Yeni membujuknya hingga tidak
diberikan tanda bintang di tangannya (punishment). Walaupun demkian, akhirnya
klien Fier mau mengikuti terapi. Kemudian Ibu Yeni memberikan klien Fier gula
untuk dicicipi dan memberi tahu bahwa itu rasanya manis, kemudian jambu air
untuk rasa asam, dan kopi untuk rasa pahit. Klien Fier cukup antusias setelah
disuruh mencicipi makanan tersebut. Berulang kali Ibu Yeni memberitahu semua
rasa yang dimakannya, walaupun belum konsisten tetapi klien Fier cukup mampu
merasakannya.
152
PEDOMAN OBSERVASI
Evaluasi Hasil Terapi Sensori Integrasi bagi Anak Tunagrahita di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Nama : Muhammad Fier Ridho Abilfaqi
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 9 Januari 2018
Pukul : 07.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Nana
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi tactile
Penulis bertemu langsung dengan klien Fier di ruang terapi, penulis mengikuti
kegiatan terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi tactile. Seperti biasanya,
sebelum memulai aktivitas terapi klien Fier diajak bermain lompat-lompat dengan
diiringi musik. Setelah itu Ibu Nana selaku terapis memberikan gelas yang diisi
air panas, es batu dan kapas. Ketiga benda tersebut digunakan sebagai media
terapi agar klien Adrian dapat langsung merasakan dikulitnya. Klien Fier cukup
antusias. Sebelumnya, Ibu Nana memberi intruksi apabila klien Fier mau
memegang benda-benda tersebut klien Adrian akan mendapatkan tanda bintang di
tangannya sebagai hadiah.
Nama : Muhammad Fier Ridho Abilfaqi
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 12 Januari 2018
Pukul : 08.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Nana
Fokus observasi :Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi
proprioceptive dan vestibular
Penulis bertemu langsung dengan klien Fier di ruang terapi. Jadwal terapi hari ini
adalah mengembalikan fungsi proprioceptive dan vestibular. Semua aktivitas
terapi hari ini langsung diiringi dengan musik, mulai dari memanjat tangga,
berjalan lurus sesuai perintah, bernyanyi nama-nama alat panca indera, melompat,
bermain tangkap bola serta menyeimbangkan tubuh di atas bola besar. Semua itu
dilakukan agar anak lebih simpatik dan gembira. Walaupun sudah melalui musik,
Ibu Nana tetap mengintruksikan dengan ucapan. Klien Fier terlihat sangat
bersemangat saat mengikuti terapi.
153
PEDOMAN OBSERVASI
Evaluasi Hasil Terapi Sensori Integrasi bagi Anak Tunagrahita di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Nama : Kevin
Usia : 8 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 24 Desember 2017
Pukul : 08.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Erni
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi visul
Penulis bertemu dengan klien Kevin di ruang terapi, penulis mengikuti kegiatan
terapi mengembalikan fungsi visual. Pertama klien Kevin diajak bernyanyi
diiringi dengan musik anak-anak, jika klien Kevin mau mengikuti maka klien
Kevin akan diberikan tanda bintang (reword) ditangan sedangkan jika tidak mau
mengikuti maka klien Kevin tidak diberikan tanda bintang (punishment). Setelah
5 menit kemudian kegiatan terapi dimulai, pertama Ibu Erni menunjukkan gambar
sikat gigi berulang kali sambil memberi tahu bahwa itu gambar sikat gigi dan
klien Kevin mengulanginya. Setelah beberapa kali klien Kevin ditunjukkan sikat
gigi yang aslinya.
Nama : Kevin
Usia : 8 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 27 Desember 2017
Pukul : 07.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Erni
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi olfactory
Penulis bertemu dengan klien Kevin di ruang terapi, penulis mengikuti kegiatan
terapi mengembalikan fungsi olfactory. Seperti biasanya, sebelum terapi dimulai
seorang terapis mengajak klien Kevin bermain, namun kali ini permainannya
bertepuk tangan satu kali. Setelah itu kegiatan terapi dimulai klien Kevin
ditunjukkan pasta gigi dan disuruh menciumnya. Klien Kevin melakukannya dan
sesekali ia memegang pasta gigi tersebut. Selain pasta gigi klien Kevin juga
ditunjukkan shampo dan menciumnya. Setelah mencium pasta gigi dan shampo
klien Kevin disuruh untuk membedakannya, dan klien Kevin mampu
membedakannya dengan baik.
154
PEDOMAN OBSERVASI
Evaluasi Hasil Terapi Sensori Integrasi bagi Anak Tunagrahita di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Nama : Kevin
Usia : 8 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 2 Januari 2018
Pukul : 10.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Erni
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi auditory
Penulis bertemu dengan klien Kevin di ruang terapi. Hari itu kegiatan terapi klien
Kevin adalah mengembalikan fungsi auditory. Sebelum melakukan kegiatan
terapi klien Kevin di ajak untuk bernyanyi dengan diiringi musik. Kemudian
kegiatan terapi dimulai, klien Kevin mendengarkan suara kucing dan ayam
melalui mulut seorang terapis dan harus mengulanginya. Lalu seorang terapis
memberi tahu hewan kucing dan ayam dengan masing-masing suaranya. Kegiatan
ini berlangsung beberapa kali sampai klien Kevin konsisten.
Nama : Kevin
Usia : 8 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 6 Januari 2018
Pukul : 07.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Erni
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi gustatory
Penulis bertemu langsung dengan klien Kevin di ruang terapi. Hari ini kegiatan
terapi klien Kevin adalah mengembalikan fungsi gustatory. Klien Kevin terlihat
sedang sangat bersemangat. Maka Ibu Erni memberikan tanda bintang di
tangannya. Kemudian Ibu Erni memberikan klien Kevin gula untuk dicicipi dan
memberi tahu bahwa itu rasanya manis, kemudian jambu air untuk rasa asam, dan
kopi untuk rasa pahit. Klien Kevin cukup antusias setelah disuruh mencicipi
makanan tersebut. Berulang kali Ibu Erni memberitahu semua rasa yang
dimakannya, walaupun belum konsisten tetapi klien Kevin cukup mampu
merasakannya.
155
PEDOMAN OBSERVASI
Evaluasi Hasil Terapi Sensori Integrasi bagi Anak Tunagrahita di Yayasan
Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang
Nama : Kevin
Usia : 8 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 8 Januari 2018
Pukul : 08.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Nana
Fokus observasi : Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi tactile
Penulis bertemu langsung dengan klien Kevin di ruang terapi, penulis mengikuti
kegiatan terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi tactile. Seperti biasanya,
sebelum memulai aktivitas terapi klien Kevin diajak bermain lompat-lompat
dengan diiringi musik. Setelah itu Ibu Nana selaku terapis memberikan gelas yang
diisi air panas, es batu dan kapas. Ketiga benda tersebut digunakan sebagai media
terapi agar klien Kevin dapat langsung merasakan dikulitnya. Klien Kevin cukup
antusias. Sebelumnya, Ibu Nana memberi intruksi apabila klien Kevin mau
memegang benda-benda tersebut klien Kevin akan mendapatkan tanda bintang di
tangannya sebagai hadiah.
Nama : Kevin
Usia : 8 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Waktu observasi : 11 Januari 2018
Pukul : 09.00 WIB
Situasi saat observasi : Pada saat terapi dengan Ibu Nana
Fokus observasi :Terapi sensori integrasi mengembalikan fungsi
proprioceptive dan vestibular
Penulis bertemu langsung dengan klien Kevin di ruang terapi. Jadwal terapi hari
ini adalah mengembalikan fungsi proprioceptive dan vestibular. Semua aktivitas
terapi hari ini langsung diiringi dengan musik, mulai dari memanjat tangga,
berjalan lurus sesuai perintah, bernyanyi nama-nama alat panca indera, melompat,
bermain tangkap bola serta menyeimbangkan tubuh di atas bola besar. Semua itu
dilakukan agar anak lebih simpatik dan gembira. Walaupun sudah melalui musik,
Ibu Nana tetap mengintruksikan dengan ucapan. Klien Kevin terlihat sangat
bersemangat saat mengikuti terapi.
156
PERNYATAAN PERSETUJUAN BAPAK/IBU UNTUK MENJADI KLIEN
DALAM KEGIATAN PENELITIAN SKRIPSI
Bapak/ibu akan diminta menjadi seorang klien yang akan memberikan izin kepada
peneliti untuk menassesment anak Bapak/Ibu. Peneliti akan menerangkan secara
jelas apa itu klien, tujuan dan caranya. Kegiatan ini bersifat sukarela dimana
Bapak/Ibu menyetujui atau menolak. Di bawah ini ada beberapa pernyataan.
Berikan tanda cheklis (√) pada kolom setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan
di sampingnya sesuai pilihan Bapak/Ibu dan tidak ada paksaan apapun.
Pernyataan setuju Tidak setuju
Saya setuju mengizinkan anak
saya menjadi klien dalam
kegiatan penelitian skripsi yang
bertujuan menjaga rahasia dan
mengerti bahwa saya punya hak
untuk menjawab pernyataan
yang akan ditanyakan.
Saya setuju bahwa jawaban saya
bisa dicatat atau direkam untuk
penelitian ini.
Saya setuju bahwa jawaban saya
bisa digunakan di dalam laporan
penelitian dan saya mengerti
bahwa nama dan identitas saya
akan dijaga.
Saya setuju difoto untuk
penelitian ini dan foto saya bisa
digunakan dalam membantu
peneliti dalam hal ini.
Nama saya (Nama anak) :
Tanggal :
157
DOKUMENTASI
KEGIATAN BINA DIRI SISWA TUNAGRAHITA
IDENTITAS ANAK
Nama : Adrian Dharmawan
Tempat, tgl lahir : Tangerang, 18-12-2007
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Sekolah : SKh Pelita Nusantara
Kelas : 1 SDLB
Alamat Rumah : Gg.Pilot No.47A Rt005/013, Duri Kosambi
Alamat Sekolah : Jl. Kh Hasyim Ashari, Gg Jambu Gondrong Cipondoh Kota
Tangerang
Tanggal : 20-11-20117
Teknik
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumen
4. Perintah
5. Gabungan 1,2,3
158
Nama Asesor : Diah Pudji Astuti, S.Pd
Tanda tangan :
TUNAGRAHITA
PETUNJUK
Ketik angka 1 jika ya dan angka 0 jika tidak pada kolom warna kuning
Pernyataan sesuai dengan gejala yang tampak/ diperoleh
KATEGORI NO PERTANYAAN BOB
OT
TEK
NIK
YA=1,
TDK=0
Skor
TUNAGRAHITA 1. Tingkat kecerdasan jauh di
bawah normal
20 4 1 20
2. Mengalamikelambatan dalam
segala hal kalau dibandingkan
dengan anak-anak normal usia
sebaya, baik di tinjau dari
psikis, sosial, dan kemampuan
fisik
20 4 1 20
3. Tidak dapat konsentrasi terlalu
lama (lekas bosan)
20 4 1 20
4. Daya abstraksi sangat kurang 20 4 1 20
5. Perbendaharaan kata sangat
terbatas
20 4 1 20
6. Perilakunya kurang
luwes/fleksibel
20 4 1 20
7. Pikiran, ingatan, kemauan, dan
sifat-sifat mental lainnya
sedemikian terbelakang kalau
dibandingkan dengan anak
normal sebaya
20 4 1 20
8. Mulut berarir liur 15 1 0 0
Skor gejala 140
KESIMPULAN Diduga Tunagrahita